Istri adalah Hak Suami Sepenuhnya

‘Aisyah ra. mengemukakan, ia pernah bertanya kepada Rosululloh Saw tentang hak siapa yang paling besar atas wanita? Beliau menjawab, “Suaminya.”

“Hak siapa yang paling besar atas laki-laki?” tanya ‘Aisyah lagi. Muhammad Rosululloh Saw bersabda, “Ibunya.” (HR. Hakim)

Keterangan: Seorang istri adakalanya menghadapi dilema dalam menghadapi suatu masalah.

Misalnya, seorang istri adalah anak wanita satusatunya dari sebuah keluarga.

Setelah menikah, orangtuanya memintanya untuk tetap tinggal serumah.

Dengan alasan agar mereka bisa turut mengasuh cucu-cucunya. Namun, sang suami bersiteguh agar mereka menempati rumah tersendiri

(terpisah dari orangtua istri) meskipun mereka masih satu kota. Alasannya agar mereka bisa belajar mandiri.

Kasus ini membuat sang istri dihadapkan pada pilihan yang sulit. Jika dia memenuhi keinginan orangtuanya,

berarti mengecewakan suaminya. Sebaliknya, jika ia menuruti kemauan suaminya, berarti orangtuanya bakal kecewa.

Lalu, bagaimana dengan jalan keluarnya? Hadits di atas menegaskan bahwa wanita menjadi hak dari suaminya.

Jadi, seorang istri harus mengikuti kemauan suaminya. Namun, alangkah baiknya jika seorang suami juga bersikap lunak.

Untuk kasus di atas misalnya, barangkali sang suami harus membicarakannya lebih dahulu baik-buruknya atau untung-ruginya.

Misalkan jika mereka tetap tinggal bersama orangtua istri, sekaligus bisa mendidik istri agar lebih mandiri,

kenapa harus pindah? Toh masih satu kota. Kecuali jika sudah memiliki rumah sendiri,

atau suasana rumah orangtua istri tidak memungkinkan terciptanya hubungan suamiistri yang baik dan sehat.

Selain itu, meskipun istri adalah hak suami sepenuhnya, namun suami tidak boleh egois dan otoriter.

Suami hendaklah memberikan kesempatan kepada istri untuk berbakti kepada orangtuanya.

Juga memberikan kesempatan untuk tetap menjalin keakraban dengan saudara-saudaranya.

Dan, izinkanlah ia juga memberikan bantuan kepada orangtua dan familinya selama keadaan keuangan keluarga memungkinkan.

Sebab, memberi kesempatan istri untuk berbuat baik mendatangkan pahala.

Dan, yang tidak kalah pentingnya, yaitu untuk memberi pelajaran bagi anak-anak kita.

Agar kelak mereka pun berbakti kepada orangtua meski sudah berkeluarga.