Mengqadha Puasa Ramadhan

عَائِشَةَ تَقُولُ إِنْ كَانَ لَيَكُونُ عَلَيَّ الصِّيَامُ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَمَا أَقْضِيهِ حَتَّى يَجِيءَ شَعْبَانُ

1362-1692. Dari Aisyah, dia berkata, "Jika aku punya utang puasa bulan Ramdhan, aku tidak mengqadhanya hingga tiba bulan Sya'ban."

Shahih: Al Irwa (944), Ar-Raudh An-Nadhir (763, Shahih Abi Daud (2076), Tamam Al Minnah. Muttafaq 'Alaih.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنَّا نَحِيضُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ

1363-1693. Dari Aisyah, dia berkata, "Kami pernah haid di sisi Nabi SAW, lalu beliau memerintahkan kami untuk mengqadha' puasa." Shahih: Shahih Abi Daud (255), Al Irwa' (200).

Muslim, dalam riwayat darinya lebih sempurna dan telah disebutkan pada nomor (636).