Meminta Ijin Perawan dan Janda

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَيِّمُ أَوْلَى بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا وَالْبِكْرُ تُسْتَأْمَرُ فِي نَفْسِهَا قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْبِكْرَ تَسْتَحْيِي أَنْ تَتَكَلَّمَ قَالَ إِذْنُهَا سُكُوتُهَا

1528-1897. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Seorang janda lebih utama (menentukan) mengenai (pernikahan) dirinya daripada walinya,

dan seorang perawan hendaklah dimintai pendapat mengenai (pernikahan) dirinya." Dikatakan kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya seorang perawan merasa malu untuk berbicara."

Beliau pun bersabda, "Ijinnya (persetujuan seorang perawan) dengan diamnya." Shahih: Al Irwa (1833), Ash-Shahihah (1216), Shahih Abu Daud (1828-1830): Muslim.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُنْكَحُ الثَّيِّبُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ وَلَا الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ وَإِذْنُهَا الصُّمُوتُ

1529-1898. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Hendaknya seorang janda tidak dinikahi sampai ia dimintai pendapatnya, dan seorang perawan hingga dimintai ijin (persetujuan),

dan ijinnya (persetujuannya) dengan diam." Shahih: Al Irwa' (1828), Shahih Abu Daud (1824): Muttafaq Alaih.

عَنْ عَدِيِّ بْنِ عَدِيٍّ الْكِنْدِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الثَّيِّبُ تُعْرِبُ عَنْ نَفْسِهَا وَالْبِكْرُ رِضَاهَا صَمْتُهَا

1530-1899. Dari Adiy Al Kindi, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang janda menyatakan pendapatnya tentang (pernikahan) dirinya, dan persetujuan seorang perawan adalah diamnya." Shahih: Al Irwa' (1836).