Larangan Menikahi Seorang Wanita dengan Bibinya dari Pihak Bapak dan Bibinya dari Pihak Ibu Sekaligus

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ عَلَى عَمَّتِهَا وَلَا عَلَى خَالَتِهَا

1578-1956. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Seorang perempuan tidak (boleh) dinihahi atas bibinya dari pihak bapak dan (juga) tidak boleh atas bibinya dari pihak ibu."

Shahih: Al Irwa (6/286), Ar-Raudh (1171 dan 1176), Shahih Abu Daud (1802 dan 1803), serta Ar-Rad ala Bulaiq (7): Muttafaq Alaih.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْ نِكَاحَيْنِ أَنْ يَجْمَعَ الرَّجُلُ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا وَبَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا

1579-1957. Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW melarang dua pernikahan; seorang lelaki menikahi (menggabung antara) seorang perempuan dengan bibinya dari pihak bapak,

dan antara seorang perempuan dengan bibinya dari pihak ibu." Shahih dengan yang sebelumnya: Al Irwa' (6/291), dan Ar-Raud juga.

حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي مُوسَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُنْكَحُ الْمَرْأَةِ عَلَى عَمَّتِهَا وَلَا عَلَى خَالَتِهَا

1580-1958. Dari Abu Musa, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Seorang perempuan tidak (boleh) dinikahi atas bibinya dari pihak bapak dan (juga) tidak boleh atas bibinya dari pihak ibu'. "

Shahih dengan yang sebelumnya.