Melunasi Utang Mayit

عَنْ سَعْدِ بْنِ الْأَطْوَلِ أَنَّ أَخَاهُ مَاتَ وَتَرَكَ ثَلَاثَ مِائَةِ دِرْهَمٍ وَتَرَكَ عِيَالًا فَأَرَدْتُ أَنْ أُنْفِقَهَا عَلَى عِيَالِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخَاكَ مُحْتَبَسٌ بِدَيْنِهِ فَاقْضِ عَنْهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ أَدَّيْتُ عَنْهُ إِلَّا دِينَارَيْنِ ادَّعَتْهُمَا امْرَأَةٌ وَلَيْسَ لَهَا بَيِّنَةٌ قَالَ فَأَعْطِهَا فَإِنَّهَا مُحِقَّةٌ

1988-2463. Dari Sa'd bin Al Athwal, bahwa saudaranya meninggal dunia dan meninggalkan tiga ratus dirham beserta anak-anaknya.

Aku ingin memberikan (300 dirham) itu kepada anak-anaknya. Kemudian Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya saudaramu (yang meninggal) pernah terlilit utang,

lunasilah utangnya tersebut. " Sa'd berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah melunasinya semua kecuali menyisakan dua dinar.

Dua dinar tersebut adalah utang saudaraku yang dituntut oleh seorang wanita yang tidak memiliki bukti (atas klaimnya)." Rasulullah SAW bersabda, "Berikanlah uang itu kepadanya,

karena ia (wanita tersebut) benar dalam hal ini. " Shahih. Ahkam Al Janaiz (h. 15).

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ أَبَاهُ تُوُفِّيَ وَتَرَكَ عَلَيْهِ ثَلَاثِينَ وَسْقًا لِرَجُلٍ مِنْ الْيَهُودِ فَاسْتَنْظَرَهُ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ فَأَبَى أَنْ يُنْظِرَهُ فَكَلَّمَ جَابِرٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَشْفَعَ لَهُ إِلَيْهِ فَجَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَ الْيَهُودِيَّ لِيَأْخُذَ ثَمَرَ نَخْلِهِ بِالَّذِي لَهُ عَلَيْهِ فَأَبَى عَلَيْهِ فَكَلَّمَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَنْ يُنْظِرَهُ فَدَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّخْلَ فَمَشَى فِيهَا ثُمَّ قَالَ لِجَابِرٍ جُدَّ لَهُ فَأَوْفِهِ الَّذِي لَهُ فَجَدَّ لَهُ بَعْدَ مَا رَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثِينَ وَسْقًا وَفَضَلَ لَهُ اثْنَا عَشَرَ وَسْقًا فَجَاءَ جَابِرٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَهُ بِالَّذِي كَانَ فَوَجَدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَائِبًا فَلَمَّا انْصَرَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَهُ فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَدْ أَوْفَاهُ وَأَخْبَرَهُ بِالْفَضْلِ الَّذِي فَضَلَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرْ بِذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَذَهَبَ جَابِرٌ إِلَى عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ لَقَدْ عَلِمْتُ حِينَ مَشَى فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُبَارِكَنَّ اللَّهُ فِيهَا

1989-2464. Dari Jabir bin Abdullah, bahwa bapaknya telah meninggal dunia dan meninggalkan tigapuluh wasaq utang kepada seorang lelaki Yahudi.

Jabir bin Abdullah hendak melunasinya, namun Yahudi itu menolaknya. Maka Jabir mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah SAW agar beliau mendatangi Yahudi tersebut

dan meminta kebijaksanaannya. Kemudian Rasulullah mendatangi si Yahudi dan memintanya untuk menerima ganti buah kurma milik beliau yang saat itu berada di tangan si Yahudi.

Namun ia tetap menolaknya. Nabi SAW terus berusaha membujuknya namun lelaki Yahudi itu masih tetap menolak utang bapaknya Jabir untuk dilunasi.

Akhirnya Rasulullah berjalan memasuki sebuah kebun kurma seraya bersabda kepada Jabir, "Usahakanlah (bujuk dia) terus, berikanlah apa yang ia mau." Setelah Rasulullah SAW pergi,

Jabir berusaha terus dan berhasil mengembalikan tiga puluh wasaq dan melebihkannya dengan dua belas wasaq. Lalu Jabir mendatangi Rasulullah

dan hendak mengabari kejadian tersebut, namun ia tidak berhasil menemui Rasulullah yang sedang tidak ada di tempat. Lalu barulah ketika Rasulullah hendak beranjak dari tempatnya,

Jabir berhasil menemui beliau dan menceritakan bahwa ia telah melunasi utang bapaknya. Jabir juga memberitahukan tentang tambahan yang ia lebihkan untuk si Yahudi.

Maka Rasulullah bersabda, "Kabarilah hal itu kepada Umar bin Khaththab!' Maka Jabir pun beranjak untuk menemui Umar dan mengabarinya tentang hal yang ia alami.

Umar pun berkata kepada Jabir, "Aku telah mengetahuinya ketika Rasulullah memasuki kebun kurma tersebut, tidak lain adalah untuk memberikan keberkahan kepadanya."

Shahih. Al Ahkam (17-18), Shahih Abu Daud (2558). Bukhari.