Boleh Menangisi Kematian (2)

Usamah bin Zaid ra. menceritakan, pada suatu hari ketika para sahabat sedang bersama-sama Nabi Saw, datanglah seorang suruhan putri beliau (Zainab) yang mengabarkan anak dari putrinya itu (cucu Nabi Saw sendiri) meninggal dan meminta beliau datang.

Muhammad Rosululloh Saw bersabda, “Pulanglah kamu, sampaikanlah padanya bahwa kepunyaan Alloh jualah yang telah diambil dan diberikan-Nya.

Segala sesuatu telah ditetapkan Alloh ajalnya.” Beberapa waktu kemudian, orang suruhan itu datang lagi, “Dia (Zainab) benar-benar sangat mengharapkan kesudian Rosululloh Saw menjenguknya.”

Pergilah Nabi Saw beserta para sahabatnya, antara lain Sa’ad bin Ubadah dan Mu’adz bin Jabal serta Usamah bin Zaid sendiri. Sesampai di rumah Zainab, seseorang memberikan jenazah anak Zainab itu kepada beliau.

Seketika napas beliau tersengal-sengal seperti orang kelelahan. Air mata beliau pun tak terbendung lagi. “Mengapa begini, ya Rosululloh?” tanya Sa’ad. Rosululloh Saw menjawab, “Ini adalah rahmat yang dijadikan Alloh dalam hati setiap hamba-Nya yang pengasih.” (HR. Muslim)

Keterangan: Muhammad Rosululloh Saw menangis karena kasih sayangnya yang begitu besar kepada cucunya.

Kasih sayang merupakan bagian dari rahmat Alloh yang tertanam pada hati setiap hambaNya yang pengasih.