Hakikat Zuhud
Muhammad Rosululloh Saw bersabda, “Zuhud ter hadap masalah duniawi bukanlah dengan cara mengharamkan barang yang halal. Juga bukan dengan cara menyia-siakan harta benda.
Tetapi, zuhud dalam masalah duniawi adalah hendaknya engkau lebih erat memegang apa yang ada di sisi Alloh daripada apa yang ada di tanganmu.
Dan, hendaklah engkau lebih menyukai pahala musibah yang menimpamu seandainya musibah itu menimpamu selama-lamanya.” (HR. Tirmidzi)
Keterangan: Jelaslah bahwa zuhud yang benar adalah lebih mementingkan pahala di sisi Alloh SWT
dibandingkan dengan segala sesuatu yang telah kita miliki. Ironisnya, sebagian besar masyarakat kita men gartikan zuhud secara salah.
Ada yang menyatakan kalau kita ingin hidup zuhud, berarti kita harus menjauhi harta benda duniawi.
Dengan kata lain, kita harus hidup miskin. Pernyataan semacam itu adalah salah besar.
Mengapa? Sebab, orang Islam itu haruslah kaya agar dapat bersekolah/ menuntut ilmu setinggi-tingginya;
bisa bersedekah, baik secara sukarela atau terpaksa; dapat menyantuni anak yatim dan fakir miskin;
serta mampu menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Dengan demikian, dalam keadaan kaya pun kita bisa hidup zuhud.
Sebab, memiliki harta kekayaan bukanlah tujuan hidup kita. Harta benda yang kita kuasai itu sepenuhnya hanyalah titipan,
karena itu janganlah disalahgunakan. Jadikan harta benda yang dimiliki sebagai sarana untuk beribadah atau mengabdi kepadaNya.
Jadi, jika kita tertimpa suatu cobaan (misalnya kehilangan harta), kita dapat menghadapinya
dengan penuh kesabaran dan tawakkal karena berharap pahala yang ada di sisi-Nya.