Membaca Wirid Bersama-sama Sesudah Sholat Wajib
Ibnu Abbas ra. mengutarakan, “Sesungguhnya dzikir dengan mengeraskan suara setelah usai sholat wajib, pernah dilakukan pada zaman Nabi Saw.” (HR. Muslim)
Keterangan: Yang dimaksud dzikir dengan suara keras di sini adalah dzikir bersama-sama. Hal ini boleh dilakukan jika:
Kalimat-kalimat dzikir yang diucapkan oleh imam dan makmum dari awal sampai akhir adalah sama.
Oleh karena itu, dalam komunitas muslim tertentu, misalnya pesantren atau jama’ah tarekat biasanya melafadzkan dzikir secara bersamasama.
Sebab, dzikir yang mereka (imam atau gurunya dan para santrinya) baca mulai dari A sampai Z sama.
Dan, pada umumnya setiap pesantren memunyai irama dzikir sendiri-sendiri yang enak didengar dan menyentuh perasaan.
Untuk proses pembelajaran bagi yang belum bisa dan juga • belum terbiasa berdzikir.
Setidaknya ada 5 hikmah dari dzikir bersama ini, yaitu: Memasyarakatkan kalimat-kalimat dzikir
yang telah diajarkan • oleh Muhammad Rosululloh Saw. Bukankah suatu kecelakaan yang besar jika kita mengaku seorang muslim,
namun tidak mengenal kalimat-kalimat dzikir yang disunnahkan. Lebih ironis lagi jika kita tidak mengenali kalimat dzikir.
Dzikir yang dilafadzkan secara bersama-sama lebih terasa • pengaruhnya. Apalagi jika melafadzkannya kompak, tenang, dan teratur.
Setidaknya akan terdengar begitu indah, menenteramkan jiwa, dan menjernihkan pikiran kita.
Dzikir bersama juga bertujuan mengajari anak-anak yang baru • menginjak usia baligh, juga orang-orang yang baru mendalami Islam,
agar hafal kalimat dzikir. Misalnya, kalimat istighfar, tahlil, tasbih, ayat kursi, dan lain sebagainya.
Orang yang belum dapat mengucapkan kalimat-kalimat dzikir • sesuai dengan makhroj-nya menjadi terbantu
karena bisa mendengar ucapan orang lain yang lebih fasih. Lebih jauh lagi akan terjalin hubungan yang lebih akrab • antarjama’ah.
Sebab, mereka yang turut dzikir bersama ini biasanya akan pulang bersama-sama, setelah ditutup dengan doa bersama.
Dengan demikian, akan terjalin komunikasi yang baik untuk: a) Menghilangkan kesalahpahaman, jika terjadi masalah di antara mereka. b)
Tidak mudah diadu domba. c) Saling tukar pikiran atau informasi. d) Bisa saling mengingatkan atau menasihati. e)
Saling mengunjungi, terutama jika ada seorang jama’ah yang sakit. Untuk itu, janganlah di antara kita ada yang mencemooh
apabila ada orang yang sedang berdzikir bersama-sama. Sebab, dzikir bersama telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Rosululloh Saw
sebagaimana terungkap dalam Hadits di atas. Jadi, bukan bid’ah.