Turunnya Perintah Sholat
Abu Dzar ra. mengabarkan, Muhammad Rosululloh Saw bersabda bahwa ketika beliau berada di Hatim (dekat Ka’bah), Jibril as. mendatanginya dan membelah dadanya kemudian membersihkannya dengan air zamzam.
Setelah itu Jibril mengambil sebuah bejana emas penuh berisi hikmah dan iman, lalu menuangkannya ke dada beliau. Sesudah itu Jibril menutup dada beliau kembali. Selanjutnya Jibril as.
memegang tangan Rosululloh Saw, dan membawanya naik ke langit dunia. Sesampai di langit Malaikat Jibril meminta kepada penjaganya agar dibukakan pintu.
“Siapakah itu?” tanya Malaikat penjaga langit. “Aku Jibril.” “Siapakah yang bersama engkau?” “Muhammad Saw.” “Apakah dia sudah mendapat panggilan?” “Ya, dia telah mendapat panggilan.”
Setelah mendengar jawaban Malaikat Jibril, penjaga langit dunia itu membuka pintu dan mengucapkan sambutan kepada Nabi Muhammad Saw. Di langit pertama Nabi Saw melihat seorang laki-laki yang di sebelah kanan dan kirinya samar-samar tampak wujud-wujud hitam.
Apabila laki-laki itu melihat ke sebelah kanan, dia tertawa. Sebaliknya jika laki-laki itu menengok ke sebelah kirinya, dia menangis. “Selamat datang, hai Nabi dan anak yang saleh,” sambut laki-laki tersebut.
“Siapakah dia, hai Jibril?” tanya Nabi Muhammad Saw. Jibril as. menjelaskan, “Dialah Adam as. Yang tampak hitam di kanan-kirinya itu ialah roh umatnya.
Yang sebelah kanan calon penduduk surga, sedangkan yang di sebelah kirinya (calon) penduduk neraka. Karena itu jika menengok ke kanan dia tertawa, dan apabila menengok ke kiri dia menangis.”
Kemudian Malaikat Jibril as. membawa Nabi Muhammad Saw naik ke langit kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap akan naik ke langit berikutnya, Malaikat Jibril as.
memohon kepada penjaga pintu langit masing-masing untuk membukakan pintunya dan terjadilah dialog sebagaimana ketika akan memasuki langit pertama.
Di langit-langit selanjutnya, Nabi Muhammad Saw bertemu dan diperkenalkan oleh Jibril as. dengan Nabi Idris as., Nabi Isa as., Nabi Musa as., dan Nabi Ibrahim as.
Di setiap langit itu Nabi Muhammad Saw selalu mendapatkan sambutan yang baik dari para nabi as. itu sebagaimana sambutan yang telah diberikan oleh Nabi Adam as.
Ibnu Syihab mendengar dari Ibnu Hazm bahwa Ibnu Abbas ra. dan Abu Habbah Al Anshori ra. mengungkapkan, Muhammad Rosululloh Saw bersabda bahwa selanjutnya beliau dibawa naik ke Mustawa, di mana beliau mendengar goresan kalam.
Lalu Alloh SWT mewajibkan atas umat Nabi Muhammad Saw sholat lima puluh kali sehari semalam. Setelah itu Rosululloh Saw turun kembali membawa perintah tersebut dan bertemu Nabi Musa as.
“Kewajiban apa yang diperintahkan Tuhanmu atas umatmu?” tanya Nabi Musa as. “Alloh memerintahkan sholat wajib lima puluh kali,” jawab Rosululloh Saw. “Kembalilah menghadap Tuhanmu,”
saran Nabi Musa as. “Sungguh umatmu tidak akan sanggup melakukan sholat sebanyak itu.” Karena itu Muhammad Rosululloh Saw kembali menghadap Alloh SWT, lalu Alloh SWT mengurangi perintah sholat menjadi separuhnya.
Kemudian beliau kembali kepada Nabi Musa as.
dan menceritakan kewajiban sholat yang sudah dikurangi setengahnya. “Kembalilah menghadap Tuhanmu,” saran Nabi Musa as. untuk kedua kalinya.
“Sungguh umatmu tidak akan sanggup melakukan sholat sebanyak itu.” Nabi Muhammad Rosululloh Saw kembali menghadap Alloh SWT (beberapa kali lagi). Akhirnya Alloh SWT menetapkan kewajiban sholat hanya lima waktu namun nilainya sama dengan sholat lima puluh kali.
Dan Alloh SWT berirman, “Keputusan ini tidak dapat diubah lagi.” Sesudah itu Nabi Muhammad Saw menemui Nabi Musa as. lagi. Dan untuk kesekian kali beliau menyarankan agar Nabi Saw menghadap kembali kepada Alloh SWT.
Namun Nabi Saw menjawab, “Aku malu terhadap Tuhanku.” Selanjutnya Nabi Muhammad Saw menceritakan, “Lalu Jibril as. membawaku melanjutkan perjalanan sampai di Sidrotul Muntaha.
Tempat tersebut diselimuti aneka warna yang tidak aku ketahui namanya. Kemudian aku dimasukkan ke surga. Di dalamnya terdapat kubah-kubah dari permata dan tanahnya dari kasturi. (HR. Bukhori Muslim)
Keterangan: Imam Muslim menerangkan hadits tersebut dalam Shahihnya Kitabul Iman.
Bukhori memaparkan dalam Shahihnya Kitabush Sholah. Abu Awanah mengungkapkan dalam Musnadnya.
Dan, Al Baghawi menjelaskan dalam Syarhu Sunnah. Redaksi hadits di atas adalah redaksi Imam Muslim,
dan tidak berbeda dengan redaksi pada Imam Bukhori. Jelaslah bahwa hadits tersebut shohih.
Hal ini penulis tekankan karena saat ini sudah ada penceramah yang berani menyatakan bahwa hadits di atas adalah hikayat yang dikarang oleh para ulama.