Watak Manusia juga Beraneka Ragam

Abu Sa’id Al-Khudri ra. memberitahukan bahwa suatu ketika usai mengimami sholat Ashar Muhammad Rosululloh Saw berkhotbah. Dalam khotbah tersebut beliau ceritakan antara lain:

“Ingatlah, sesungguhnya anak Adam (umat manusia) diciptakan dari berbagai macam lapisan. Di antara mereka ada yang dilahirkan sebagai orang mukmin, hidup sebagai orang mukmin, dan mati dalam keadaan beriman.

Ada pula yang dilahirkan dalam keadaan kair, hidup sebagai orang kair, dan mati pun dalam keadaan kair. Juga ada yang dilahirkan sebagai orang mukmin, lalu hidup sebagai orang mukmin, tetapi mati dalam keadaan kair.

Sebaliknya, ada yang lahir dalam keadaan kair, dan hidup sebagai orang kair, tetapi ia mati dalam keadaan beriman. “Ingatlah, sesungguhnya di antara mereka ada orang yang lambat marah, tetapi cepat padamnya.

Ada pula orang yang cepat marah, tetapi cepat padamnya hingga sifat yang tercela itu dapat ditambal dengan sifat terpuji. Ada juga orang yang cepat marah, namun lambat padamnya.

Ingatlah, orang yang terbaik di antara mereka adalah orang yang lambat marah, tetapi cepat padamnya. Dan orang yang paling buruk di antara mereka adalah orang yang cepat marah tetapi lambat padamnya.

“Ingatlah, di antara umat manusia ada yang baik dalam membayar, dan baik dalam meminta (menagih). Ada pula orang yang buruk dalam membayar, dan baik dalam meminta sehingga sifat tercelanya itu dapat ditambal dengan terpujinya.

Juga ada orang yang buruk dalam membayar, dan buruk dalam meminta. Jadi, yang paling baik di antara mereka ialah orang yang baik dalam membayar,

dan baik dalam meminta. Sebaliknya, ada orang yang baik dalam membayar, tetapi buruk dalam meminta, hingga sifat tercelanya dapat diimbangi sifat baiknya.

Jadi, orang yang paling buruk di antara mereka adalah orang yang buruk dalam membayar dan buruk dalam meminta. “Ingatlah, sesungguhnya marah itu merupakan bara api yang menyala dalam hati anak Adam.

Tidakkah kalian lihat pada kedua matanya yang memerah dan urat lehernya yang mengembang. Barangsiapa merasakan hal tersebut, hendaklah menempelkan dirinya ke tanah.” (HR. Tirmidzi, dengan sanad shohih)