Orang yang Menggabungkan dalam Nadzarnya Antara Ketaatan dan Kemaksiatan

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِرَجُلٍ بِمَكَّةَ وَهُوَ قَائِمٌ فِي الشَّمْسِ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا نَذَرَ أَنْ يَصُومَ وَلَا يَسْتَظِلَّ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا يَتَكَلَّمَ وَلَا يَزَالُ قَائِمًا قَالَ لِيَتَكَلَّمْ وَلْيَسْتَظِلَّ وَلْيَجْلِسْ وَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ

1750-2166. Dari Ibnu Abbas. bahwasanya Rasulullah SAW melewati seseorang di Mekah tengah berdiri di bawah terik matahari. Maka beliau berkata, "Ada apa dengannya?"

mereka menjawab, "Bernadzar untuk berpuasa dan tidak berteduh sampai malam, tidak berbicara, dan tetap berdiri." Maka beliau bersabda, "Hendaklah ia berbicara, berteduh, duduk,

dan melanjutkan puasanya." Shahih: Al Bukhari.