Hukum Pengrusakan yang Dilakukan Oleh Gembala

أَنَّ ابْنَ مُحَيِّصَةَ الْأَنْصَارِيَّ أَخْبَرَهُ أَنَّ نَاقَةً لِلْبَرَاءِ كَانَتْ ضَارِيَةً دَخَلَتْ فِي حَائِطِ قَوْمٍ فَأَفْسَدَتْ فِيهِ فَكُلِّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا فَقَضَى أَنَّ حِفْظَ الْأَمْوَالِ عَلَى أَهْلِهَا بِالنَّهَارِ وَعَلَى أَهْلِ الْمَوَاشِي مَا أَصَابَتْ مَوَاشِيهِمْ بِاللَّيْلِ

1902-2361. Dari Abu Muhayyishah Al Anshari menyebutkan bahwa gembala milik Al Barra pernah memasuki dan merusak kebun milik sebuah kaum.

Maka kemudian hal tersebut diadukan kepada Rasulullah SAW, dan beliau memutuskan bahwa tanggungan keamanan bagi suatu harta (andai terjadi kerusakan)

adalah tanggungan atas penggembalian pada siang hari, dan atas pemilik hewan jika pengrusakan terjadi ketika malam hari. Shahih. Ash-Shahihah (238)