Juz 11

Surat Yunus |10:15|

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ ۙ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَٰذَا أَوْ بَدِّلْهُ ۚ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۖ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

wa iżaa tutlaa 'alaihim aayaatunaa bayyinaating qoolallażiina laa yarjuuna liqooo`ana`ti biqur`aanin ghoiri haażaaa au baddil-h, qul maa yakuunu liii an ubaddilahuu min tilqooo`i nafsii, in attabi'u illaa maa yuuḥaaa ilayy, inniii akhoofu in 'ashoitu robbii 'ażaaba yaumin 'azhiim

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami dengan jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, "Datangkanlah kitab selain Al-Qur´an ini atau gantilah." Katakanlah (Muhammad), "Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (Kiamat) jika mendurhakai Tuhanku."

And when Our verses are recited to them as clear evidences, those who do not expect the meeting with Us say, "Bring us a Qur'an other than this or change it." Say, [O Muhammad], "It is not for me to change it on my own accord. I only follow what is revealed to me. Indeed I fear, if I should disobey my Lord, the punishment of a tremendous Day."

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami) yakni Alquran (yang nyata) yang jelas; lafal bayyinaatin kedudukannya menjadi hal atau kata keterangan keadaan

(orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata) mereka adalah orang-orang yang tidak takut akan adanya hari pembalasan

("Datangkanlah Alquran yang lain dari ini) yang isinya tidak mengandung celaan kepada tuhan-tuhan kami (atau gantilah dia.") dengan buatanmu sendiri

(Katakanlah,) kepada mereka ("Tidaklah pantas) tidak layak (bagiku menggantinya dari pihak) berdasarkan kemauan (diriku sendiri. Aku tidak) tiada lain (hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.

Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Rabbku) oleh sebab menggantikan Alquran (kepada siksa hari yang besar.") yaitu hari kiamat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 15 |

Tafsir ayat 15-16

Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan orang-orang kafir dari kalangan kaum musyrik Quraisy yang ingkar lagi berpaling dari-Nya. Mereka itu apabila dibacakan Kitabullah dan hujah-hujah yang jelas oleh Rasulullah Saw., maka mereka mengatakan:


{ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا}


Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini. (Yunus: 15)Maksudnya, kembalikanlah yang ini dan datangkanlah kepada kami yang lainnya dari jenis yang berbeda, atau gantilah dengan yang isinya tidak seperti ini. Maka Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:


{قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي}


Katakanlah, "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihakku sendiri.” (Yunus: 15)Yakni hal ini bukan dikembalikan kepadaku, karena sesungguhnya aku hanyalah semata-mata seorang hamba yang diperintah dan seorang rasul yang ditugaskan untuk menyampaikan ini dari Allah.


{إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}


Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (Kiamat) (Yunus : 15)Kemudian Allah Swt. berfirman mengemukakan hujah yang menguatkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Rasul kepada mereka:


{قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ}


Katakanlah.”Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan Allah tidak (pula) memberi­tahukannya kepada kalian.” (Yunus: 16)Dengan kata lain. sesungguhnya aku

menyampaikan ini kepada kalian hanyalah atas dasar izin dari Allah yang diberikan-Nya kepadaku, dan atas kehendak dan kemauan-Nya. Sebagai bukti bahwa aku bukanlah yang membuat-buatnya (Al-Qur'an)

dari diriku sendiri, bukan pula aku yang mengada-adakannya, ialah kalian tidak mampu menandinginya. Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui kejujuran dan kebenaranku sejak aku tumbuh besar di kalangan kalian

sampai dengan Allah mengangkatku menjadi seorang rasul. Janganlah kalian menentangku dan menjelek-jelekkan diriku. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}


Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kalian beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya? (Yunus: 16)Maksudnya, bukankah kalian berakal yang dengannya kalian dapat mengenal

antara yang hak dan yang batil? Karena itulah ketika Heraklius, Raja (Kaisar) Romawi, bertanya kepada Abu Sufyan dan orang-orang yang bersamanya mengenai sifat dan ciri khas Nabi Saw., yaitu,

"Apakah kalian menuduhnya pernah berkata dusta sebelum dia mengucapkan apa yang telah disampaikannya itu?" Abu Sufyan menjawab, "tidak." Padahal Abu Sufyan saat itu adalah pemimpin orang-orang kafir

dan gembong kaum musyrik; sekalipun demikian, dia mengakui kebenaran.Dan kesaksian yang diutarakan oleh bekas musuh itu mengandung nilai lebih yang tersendiri.Maka Heraklius berkata kepada Abu Sufyan,

"'Sesungguhnya aku pun mengetahui bahwa dia bukanlah orang yang suka berdusta kepada orang lain, yang karenanya lalu ia akan berdusta kepada Allah."Ja'far ibnu Abu Talib berkata kepada Raja "Negus, raja negeri Habsyah (Etiopia),

"Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang kami kenal kebenarannya, nasabnya, dan kejujurannya. Masa tinggal beliau Saw. bersama kami sebelum diangkat menjadi seorang nabi adalah empat puluh tahun."

Menurut riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnul Musayyab disebutkan empat puluh tiga tahun. Pendapat yang terkenal adalah yang pertama, lagi pula pendapat ini merupakan pendapat yang sahih.

Surat Yunus |10:16|

قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ ۖ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

qul lau syaaa`allohu maa talautuhuu 'alaikum wa laaa adrookum bihii fa qod labiṡtu fiikum 'umurom ming qoblih, a fa laa ta'qiluun

Katakanlah (Muhammad), "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu." Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya (sebelum turun Al-Qur´an). Apakah kamu tidak mengerti?

Say, "If Allah had willed, I would not have recited it to you, nor would He have made it known to you, for I had remained among you a lifetime before it. Then will you not reason?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan aku tidak pula memberitahukan kepada kalian) mengajarkan kepada kalian (mengenainya)

huruf laa di sini bermakna nafi atau meniadakan, kemudian diathafkan kepada nafi yang sebelumnya. Menurut qiraat yang lain dianggap sebagai lam yang menjadi jawab daripada huruf lau,

dengan demikian berarti niscaya aku akan mengajarkannya kepada kalian dengan bahasa yang bukan bahasaku (Sesungguhnya aku telah tinggal) diam

(bersama dengan kalian beberapa lama) yaitu empat puluh tahun (sebelumnya.") selama itu aku belum pernah menceritakan sesuatu kepada kalian

(Maka apakah kalian tidak memikirkannya) bahwasanya Alquran itu bukanlah buatanku sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 16 |

Penjelasan ada di ayat 15

Surat Yunus |10:17|

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ

fa man azhlamu mim maniftaroo 'alallohi każiban au każżaba bi`aayaatih, innahuu laa yufliḥul-mujrimuun

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu tidak akan beruntung.

So who is more unjust than he who invents a lie about Allah or denies His signs? Indeed, the criminals will not succeed

Tafsir
Jalalain

Maka siapakah) artinya, tiada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah)

yaitu dengan melakukan kemusyrikan terhadap Allah (atau mendustakan ayat-ayat-Nya) yakni Alquran. (Sesungguhnya) pada kenyataannya (tiadalah beruntung)

tiadalah berbahagia (orang-orang yang berbuat dosa) yaitu orang-orang musyrik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 17 |

Allah Swt. berfirman bahwa tidak ada seorang pun yang lebih aniaya, tidak pula yang lebih angkara murka, dan tidak pula yang lebih jahat:


{مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}


daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. (Yunus: 17)Yakni membuat-buat kedustaan terhadap Allah, lalu ia mengaku bahwa Allah telah mengutusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.

Dan tidak ada seorang pun yang dosanya lebih besar dan kejahatannya lebih parah daripada orang seperti itu. Orang seperti itu tidaklah samar perkaranya bagi orang bodoh sekalipun, karena mana mungkin orang seperti itu

serupa dengan para Nabi. Seseorang yang mengucapkan kata-kata seperti itu, baik dia benar atau dusta, pasti Allah akan menegakkan hujah-hujah yang menunjukkan akan kebenaran atau kedustaannya dengan bukti-bukti

yang lebih jelas daripada matahari.Sesungguhnya perbedaan antara Nabi Muhammad Saw. dan Musailamah Al-Kazzab bagi orang yang menyaksikan keduanya akan lebih jelas baginya daripada membedakan antara waktu duha (siang hari)

dengan pertengahan malam hari yang gelap gulita. Orang yang menyaksikan ciri-ciri khas keduanya melalui sepak terjang dan ucapan-ucapanma —bagi orang yang mempunyai pandangan hati— akan menyimpulkan kebenaran

Nabi Muhammad Saw. dan kedustaan Musailamah Al-Kazzab serta lain-lainnya yang semisal, seperti Sajjah dan Al-Aswad Al-Anasi.Abdullah ibnu Salam mengatakan, "Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, orang-orang (Yahudi)

merasa tidak senang dengan kehadirannya, dan aku termasuk salah seorang yang tidak senang. Ketika aku melihatnya langsung, aku menyimpulkan bahwa dia (Nabi Saw.) bukanlah

orang yang berpenampilan seperti orang yang pendusta."Abdullah ibnu Salam melanjutkan kisahnya, bahwa ucapan Nabi Saw. yang mula-mula didengarnya ialah sabdanya:


"يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، [وَصِلُوا الْأَرْحَامَ] وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ".


Hai manusia, seharkanlah salam, berilah makan orang-orang yang miskin, hubungkanlah silaturahmi, dan salatlah di malam hari ketika orang-orang lelap dalam tidurnya, niscaya kalian masuk surga dengan sejahtera.

Ketika delegasi yang dipimpin oleh Dammam ibnu Sa'labah sebagai utusan dari kaumnya (yaitu Bani Sa'd ibnu Bakar) datang kepada Rasulullah Saw., di antara pertanyaan yang diajukan oleh Dammam kepada Rasulullah Saw. ialah,

"Siapakah yang meninggikan langit ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Siapakah

yang menghamparkan bumi ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Allah." Dammam bertanya, "Demi Tuhan yang telah meninggikan langit ini, yang telah memancangkan gunung-gunung ini, dan yang telah menghamparkan bumi ini,

apakah Allah yang telah mengutusmu kepada seluruh umat manusia?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, Allah, memang benar."Kemudian Dammam bertanya kepada Nabi Saw. tentang salat, zakat, haji, dan puasa;

pada setiap pertanyaan Dammam mengajukan sumpah tersebut, dan Rasulullah Saw. mengucapkan sumpah itu kepada Dammam. Maka Dammam berkata, "Engkau benar, demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar,

aku tidak akan menambahi dan mengurangi dari hal tersebut."Ternyata Dammam percaya kepada Rasulullah Saw. hanya dengan cara itu, dan dia telah merasa yakin kepada Rasulullah Saw.

melalui dalil-dalil yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri dari diri Rasulullah Saw.Hissan ibnu Sabit mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


لَو لَمْ تَكُن فِيهِ آياتٌ مُبَيّنة كَانَتْ بَديهَتُه تَأتيكَ بالخَبَرِ


Sekalipun dia (Nabi Saw.) tidak membawa ayat-ayat yang jelas, maka dari penampilannya saja sudah cukup membawa kebaikan bagimu.Adapun Musailamah, apabila orang yang menyaksikannya itu mempunyai pandangan hati,

pasti akan mengetahui keadaan yang sebenarnya, melalui ucapan-ucapannya yang rapuh lagi tidak fasih dan melalui perbuatan-perbuatannya yang tidak baik. bahkan jelek, serta ucapan-ucapan yang dibuat-buatnya

yang menyebabkan dia kekal di dalam neraka kelak pada hari penyesalan dan permaluan.Alangkah jauhnya perbedaan antara firman Allah Swt. yang mengatakan:


{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ}


Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk)-Nya; tidak mengantuk dan tidak tidur. (Al-Baqarah: 255). hingga akhir ayat.dengan perkataan-perkataan Musailamah —semoga Allah memburukkan dan melaknatinya— berikut ini:


"يَا ضُفْدَعُ بِنْتَ الضُّفْدَعَيْنِ، نَقِّي كَمَا تُنَقِّينَ لَا الْمَاءُ تُكَدِّرِينَ، وَلَا الشَّارِبُ تَمْنَعِينَ". وَقَوْلُهُ -قُبّح وَلُعِنَ -: "لَقَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى الْحُبْلَى، إِذْ أَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمة تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاق وحَشَى". وَقَوْلُهُ -خَدّره اللَّهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، وَقَدْ فَعَلَ -: "الْفِيلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلُ؟ لَهُ زُلقُومٌ طَوِيلٌ" وَقَوْلُهُ -أَبْعَدَهُ اللَّهُ مِنْ رَحْمَتِهِ: "وَالْعَاجِنَاتِ عَجْنًا، وَالْخَابِزَاتِ خَبْزًا، وَاللَّاقِمَاتِ لَقْمًا، إِهَالَةً وَسَمْنًا، إِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ"


Hai katak, anak sepasang katak, bersuaralah, berapa banyak kamu bersuara, tetapi kamu tidak dapat mengeruhkan air dan tidak pula dapat mencegah orang yang meminumnya.Allah melimpahkan nikmat kepada wanita

yang mengandung, bila Dia melahirkan darinya seorang manusia yang dapat berjalan, yaitu dari selangkangan dan perutnya.Gajah, tahukah kamu apakah gajah itu, gajah mempunyai belalai yang panjang.

Bahan-bahan roti yang telah dijadikan adonan, dan roti-roti yang telah dipanggang, dan makanan-makanan yang telah disuap, lauk pauk dan saminnya, demi semuanya, sesungguhnya orang-orang Quraisy

adalah kaum yang melampaui batas.Dan perkataan Musailamah lainnya, yang tidak lain mengandung berbagai macam khayalan dan igauan serta khurafat sehingga anak-anak kecil pun tidak mau mengucapkannya melainkan

dengan nada sinis dan mengejek. Karena itulah Allah menghinakannya dan membuatnya mati terhina dalam Perang Al-Hadiqah, sehingga tercabik-cabiklah kekuatannya. Ia bahkan dilaknat oleh teman-temannya

dan keluarga­nya sendiri yang datang kepada Khalifah Abu Bakar dalam keadaan bertobat; mereka datang dengan penuh harapan untuk memeluk agama Islam.Ketika Khalifah Abu Bakar r.a. meminta mereka untuk membacakan kepadanya

sesuatu yang pernah dikatakan oleh Musailamah, mereka meminta Khalifah Abu Bakar agar tidak usah disebutkan karena memalukan. Akan tetapi, Khalifah Abu Bakar tetap bersikeras meminta agar mereka mengucapkannya,

supaya didengar oleh orang-orang yang belum pernah mendengarnya. Dengan demikian, mereka akan mengetahui keutamaan hidayah dan ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an yang jauh lebih utama daripada apa yang dikatakannya.

Lalu mereka membacakan apa yang telah kami sebutkan di atas dan hal-hal lainnya yang serupa.Setelah mereka selesai membacakannya, maka Khalifah Abu Bakar berkata kepada mereka, "Celakalah kalian,

kalian buang ke mana akal kalian? Demi Allah, kata-kata seperti itu hanya pantas keluar dari pantat."Diceritakan bahwa Amr ibnul As menjadi delegasi untuk menghadap Musailamah yang telah menjadi temannya sejak zaman Jahiliah,

saat itu Amr ibnul As belum masuk Islam. Lalu Musailamah berkata kepadanya, "Celakalah engkau, hai Amr, apakah yang telah diturunkan kepada teman kamu —maksudnya Nabi Saw.— dalam masa sekarang ini?"

Maka Amr menjawab, "Sesungguhnya aku mendengar sahabat-sahabatnya membacakan surat yang besar tetapi pendek." Musailamah bertanya, "Bagaimanakah bunyinya?" Amr membacakan firman-Nya:


{وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}


Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (Al-Asr: 1-2 , hingga akhir surat.Kemudian Musailamah berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku pun baru menerima hal yang semisal yang telah diturunkan kepadaku." Amr bertanya, "Coba sebutkan."' Musailamah berkata:


"يَا وَبْرُ إِنَّمَا أَنْتَ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكَ حَقْرٌ نَقْر، كَيْفَ تَرَى يَا عَمْرُو؟ "


Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya engkau hanyalah sepasang telinga dan dada, sedangkan anggotamu yang lain kecil lagi pendek. Bagaimanakah menurutmu, hai 'Amr?Amr menjawab kepada Musailamah, "Demi Allah,

sesungguhnya engkau benar-benar mengetahui bahwa aku mengetahui bahwa engkau dusta." Apabila penilaian ini dari seorang musyrik di saat ia dalam kemusyrikan­nya, berarti tidaklah samar baginya keadaan Nabi Muhammad Saw.

dan kebenarannya, serta keadaan Musailamah dan kedustaannya. Terlebih lagi menurut penilaian orang-orang yang mempunyai akal dan pandangan hati yang tajam. Karena itulah Allah Swt. berfirman:


{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنزلُ مِثْلَ مَا أَنزلَ اللَّهُ}


Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepada saya, " padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya,

dan orang yang berkata, "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Al-An'am: 93)Sedangkan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ}


Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. (Yunus: 17)

Demikian pula halnya orang yang mendustakan kebenaran yang disampaikan oleh para rasul, padahal hujah-hujah (bukti-bukti)nya telah jelas baginya. Sebagai jawabannya dikatakan, "Tentu saja tiada yang lebih zalim dari orang seperti itu," seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis:


"أَعْتَى النَّاسِ عَلَى اللَّهِ رجلٌ قَتَلَ نَبِيًّا، أَوْ قَتَلَهُ نَبِيٌّ"


Orang yang paling dimurkai oleh Allah ialah seseorang yang membunuh nabi atau dibunuh oleh nabi.

Surat Yunus |10:18|

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

wa ya'buduuna min duunillaahi maa laa yadhurruhum wa laa yanfa'uhum wa yaquuluuna haaa`ulaaa`i syufa'aaa`unaa 'indalloh, qul a tunabbi`uunalloha bimaa laa ya'lamu fis-samaawaati wa laa fil-ardh, sub-ḥaanahuu wa ta'aalaa 'ammaa yusyrikuun

Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah." Katakanlah, "Apakah kamu akan memberi tahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di Bumi? Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan itu.

And they worship other than Allah that which neither harms them nor benefits them, and they say, "These are our intercessors with Allah " Say, "Do you inform Allah of something He does not know in the heavens or on the earth?" Exalted is He and high above what they associate with Him

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka menyembah selain daripada Allah) (apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan) jika mereka tidak menyembahnya (dan tidak pula kemanfaatan)

jika mereka menyembahnya, yang dimaksud adalah berhala-berhala yang mereka sembah itu (dan mereka berkata,) tentang berhala-berhala itu

("Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah." Katakanlah) kepada mereka ("Apakah kalian mengabarkan kepada Allah) menceritakan kepada-Nya

(apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak pula di bumi") Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna ingkar, karena seandainya

Dia mempunyai sekutu niscaya Dia akan mengetahui sekutunya itu karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya. (Maha Suci Allah)

dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya (dan Maha Tinggi daripada apa yang mereka persekutukan itu) bersama Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 18 |

Tafsir ayat 18-19

Allah Swt. mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan selain-Nya dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan manfaat kepada mereka melalui syafaatnya di sisi Allah nanti.

Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa sembahan-sembahan itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak dapat memberikan manfaat, dan tidak memiliki sesuatu pun; apa yang mereka dugakan itu sama sekali tidak akan terjadi, dan hal itu tidak akan terjadi selama-lamanya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:


{قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}


Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” (Yunus: 18)Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ialah "apakah kalian hendak memberitahukan kepada Allah

apa yang tidak ada di langit dan tidak pula di bumi?".Kemudian Allah membersihkan diri-Nya Yang Mahamulia dari kemusyrikan mereka dan kekafirannya. Untuk itu Dia berfirman:


{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}


Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa kemusyrikan seperti itu akan terjadi di kalangan manusia, sekalipun pada mulanya tidak ada;

dan seluruh manusia itu pada awalnya berada dalam satu agama, yaitu agama Islam.Ibnu Abbas mengatakan bahwa jarak masa antara Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh generasi, semuanya memeluk agama Islam.

Kemudian terjadilah perselisihan di kalangan manusia, maka berhala-berhala, sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan mulai disembah, kemudian Allah mengutus rasul-rasul dengan membawa ayat-ayat-Nya yang jelas dan hujah-hujah serta bukti-bukti-Nya yang kuat lagi mengalahkan:


{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ}


yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). (Al-Anfal: 42)Firman Allah Swt.:


{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}


Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan kalian dahulu. (Yunus: 19), hingga akhir ayat.Yakni seandainya tidak ada ketetapan dari Allah sejak dahulu yang me­nyatakan bahwa

Dia tidak akan mengazab seorang pun kecuali sesudah tegaknya hujah terhadap diri orang itu. Dan bahwa Dia telah menangguh­kan makhluk-Nya sampai dengan masa yang telah dipastikan. Seandainya kesemuanya itu tidak ada,

niscaya Dia langsung memberikan keputusan di antara sesama mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lalu berbahagialah orang-orang yang beriman dan celakalah orang-orang yang kafir.

Surat Yunus |10:19|

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

wa maa kaanan-naasu illaaa ummataw waaḥidatan fakhtalafuu, walau laa kalimatun sabaqot mir robbika laqudhiya bainahum fiimaa fiihi yakhtalifuun

Dan manusia itu dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidak karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu, pastilah telah diberi keputusan (di dunia) di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

And mankind was not but one community [united in religion], but [then] they differed. And if not for a word that preceded from your Lord, it would have been judged between them [immediately] concerning that over which they differ.

Tafsir
Jalalain

(Manusia dahulunya hanyalah satu umat) satu agama yaitu agama Islam, sejak dari zaman Nabi Adam sampai dengan zaman Nabi Nuh.

Menurut pendapat yang lain dikatakan mulai dari zaman Nabi Ibrahim sampai dengan zamannya Amr bin Luhay (kemudian mereka berselisih)

disebabkan sebagian daripada mereka tetap iman sedangkan sebagian yang lainnya kafir. (Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulu)

dengan menangguhkan pembalasan hingga hari kiamat (pastilah diberi keputusan di antara mereka) yaitu di antara manusia di dunia

(tentang apa yang mereka perselisihkan itu) dalam masalah agama, yaitu dengan mengazab orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 18

Surat Yunus |10:20|

وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۖ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ

wa yaquuluuna lau laaa unzila 'alaihi aayatum mir robbih, fa qul innamal-ghoibu lillaahi fantazhiruu, innii ma'akum minal-muntazhiriin

Dan mereka berkata, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah, "Sungguh, segala yang gaib itu hanya milik Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu. Ketahuilah aku juga menunggu bersama kamu."

And they say, "Why is a sign not sent down to him from his Lord?" So say, "The unseen is only for Allah [to administer], so wait; indeed, I am with you among those who wait."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata,) yakni penduduk Mekah ("Mengapa tidak) kenapa tidak (diturunkan kepadanya) dimaksud kepada Nabi Muhammad saw.

(suatu keterangan dari Rabbnya") sebagaimana yang telah diberikan kepada para nabi lainnya, seperti mukjizat unta, mukjizat tongkat dan mukjizat tangan (Maka katakanlah,)

kepada mereka ("Sesungguhnya yang gaib itu) hal-hal yang gaib dari mata hamba-hamba Allah (kepunyaan Allah) antara lain ialah mukjizat-mukjizat, maka mukjizat-mukjizat itu

tidak ada yang dapat mendatangkannya melainkan hanya seizin Allah. Sesungguhnya tugasku hanyalah menyampaikan (sebab itu tunggu sajalah oleh kalian)

datangnya azab jika kalian tidak mau beriman (sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 20 |

Orang-orang kafir pendusta dan pengingkar itu mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu mukjizat dari Tuhannya?" Mereka bermaksud seperti apa yang telah diberikan kepada kaum Samud

—yaitu unta Nabi Saleh— atau Muhammad dapat mengubah Bukit Safa menjadi emas. atau menggeserkan dari mereka bukit-bukit Mekah dan menggantikannya dengan taman-taman dan sungai-sungai,

atau hal lainnya yang semacam, yang Allah mampu melakukannya.Akan tetapi, Allah Mahabijaksana dalam semua perbuatan dan ucapan-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا}


Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan­Nya bagimu yang lebih baik daripada yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan­Nya (pula) untukmu istana-istana.

Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat. (Al-Furqan: 10-11)


{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا}


Dan sekali-kali tidak ada yang menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-or­ang dahulu. (Al-Isra: 59). hingga akhir ayat.

Dengan kata lain, Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya sunnah-Ku (ketetapan-Ku) terhadap makhluk-Ku ialah apabila Aku berikan kepada mereka apa yang mereka minta itu, mendingan jika mereka beriman kepadanya,

tetapi jika mereka tidak beriman kepadanya, niscaya Aku segerakan siksaan-Ku terhadap mereka."Karena itulah ketika Rasulullah Saw. disuruh memilih antara memberikan kepada mereka apa yang mereka minta dengan syarat

mereka harus beriman—jika tidak beriman, maka mereka akan diazab— dan antara menangguhkan mereka, maka Rasulullah Saw. memilih penangguhan bagi mereka. Itulah sikap Rasul Saw. kepada umatnya,

beliau sangat penyantun terhadap mereka. Karena itulah Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya dalam menjawab permintaan mereka melalui firman-Nya:


{فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ}


Katakanlah, "Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah.” (Yunus: 20)Dengan kata lain, semua perkara itu adalah kepunyaan Allah, Dia mengetahui akibat dari semua urusan.


{فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}


sebab itu tunggu (sajalah) oleh kalian, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu. (Yunus: 20)Maksudnya, jika kalian tidak mau beriman sebelum kalian menyaksikan apa yang kalian minta,

maka tunggulah keputusan Allah tentang aku dan kalian. Padahal mereka telah menyaksikan sebagian dari mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Saw. kepada mereka, bahkan hal itu jauh lebih besar daripada apa yang mereka minta.

Yaitu ketika Nabi Saw. berada di hadapan mereka, lalu mengisyaratkan tangannya ke arah bulan di malam purnama, maka bulan itu terbelah menjadi dua; yang satu berada di belakang bukit, sedangkan yang lainnya berada di hadapan bukit.

Hal ini lebih besar daripada semua mukjizat bumi yang pernah mereka minta dan yang tidak mereka minta. Seandainya Allah mengetahui bahwa mereka meminta hal tersebut dengan permintaan ingin mendapat hidayah dan bukti penguat,

niscaya Dia mengabulkan permintaan mereka. Akan tetapi. Allah Swt. mengetahui bahwa mereka meminta hanya semata-mata terdorong oleh keingkaran mereka dan ingin menguji. Karena itulah Allah membiarkan mereka

dalam keraguannya. Dan Allah mengetahui bahwa tidak ada seorang pun dari mereka yang mau beriman, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}


Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat.


{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}


Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman,

kecuali jika Allah menghendaki. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat.Juga karena di dalam diri mereka yang tidak mau beriman terdapat kesombongan yang tinggi, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ}


Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu (pintu-pintu) langit. (Al-Hijr: 14), hingga akhir ayat berikutnya.


{وَإِنْ يَرَوْا كِسْفًا مِنَ السَّمَاءِ سَاقِطًا يَقُولُوا سَحَابٌ مَرْكُومٌ}


Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur. (Ath-Thur: 44), hingga akhir ayat.


{وَلَوْ نزلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}


Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (Al-An'am: 7)

Orang-orang seperti itu permintaan mereka tidak usah dijawab (diperkenankan) karena tidak ada gunanya. Permintaan mereka hanya berdasarkan pada keingkaran dan pembangkangannya,

karena kedurhakaan dan kerusakan yang ada dalam diri mereka sudah terlalu parah. Sebab itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}


sebab itu tunggu (sajalah) oleh kalian, sesungguhnya aku bersama kalian termasuk orang-orang yang menunggu. (Yunus: 20)

Surat Yunus |10:21|

وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا ۚ قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا ۚ إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ

wa iżaaa ażaqnan-naasa roḥmatam mim ba'di dhorrooo`a massat-hum iżaa lahum makrun fiii aayaatinaa, qulillaahu asro'u makroo, inna rusulana yaktubuuna maa tamkuruun

Dan apabila Kami memberikan suatu rahmat kepada manusia setelah mereka ditimpa bencana, mereka segera melakukan segala tipu daya (menentang) ayat-ayat Kami. Katakanlah, "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)." Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami mencatat tipu dayamu.

And when We give the people a taste of mercy after adversity has touched them, at once they conspire against Our verses. Say, "Allah is swifter in strategy." Indeed, Our messengers record that which you conspire

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila Kami merasakan kepada manusia) kepada orang-orang kafir Mekah (suatu rahmat) berupa hujan dan kesuburan (sesudah datangnya bahaya)

kesengsaraan dan kekeringan (menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam menentang tanda-tanda kekuasaan Kami)

dengan memperolok-olokkannya dan mendustakannya. (Katakanlah,) kepada mereka ("Allah lebih cepat dalam membuat tipu daya") sebagai pembalasan dari-Nya.

(Sesungguhnya utusan-utusan Kami) yaitu para malaikat (menuliskan tipu daya kalian) lafal tamkuruuna dapat dibaca dengan memakai huruf ta sehingga menjadi tamkuruuna,

dapat pula dibaca dengan huruf ya sehingga bacaannya menjadi yamkuruuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 21 |

Tafsir ayat 21-23

Allah Swt. memberitahukan bahwa apabila manusia beroleh rahmat sesudah bencana menimpa mereka, misalnya kemakmuran sesudah paceklik, kesuburan sesudah tandus, dan hujan sesudah kekeringan, serta lain sebagainya:


{إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آيَاتِنَا}


tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. (Yunus: 21)Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan tipu daya di sini ialah mengejek dan mendustakan ayat-ayat Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:


{وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}


Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri. (Yunus: 12). hingga akhir ayat.Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw.

salat Subuh bersama mereka sesudah turun hujan pada malam harinya, kemudian beliau Saw. bersabda, "Tahukah kalian apa yang telah dikatakan oleh Tuhan kalian tadi malam?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:


"قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطرنا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ".


Allah berfirman: "Pagi hari ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, "

maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang (yang menandai akan turunnya hujan). Adapun orang yang mengatakan,

"Kami diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu, " maka dia adalah orang yang kafir terhadap­Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”Firman Allah Swt.:


{قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا}


Katakanlah, "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu).” (Yunus: 21)Yakni lebih licin dalam memberikan istidraj dan penangguhan-Nya, sehingga orang berdosa -yang bersangkutan- menduga bahwa dirinya tidak akan diazab,

melainkan masih diberi masa tangguh, kemudian Allah mengazabnya di saat ia sedang lalai. Para malaikat pencatat amal perbuatan telah mencatat semua yang dikerjakannya secara rinci, lalu mereka menyerahkannya kepada Tuhan

Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. Maka Dia memberikan pembalasan-Nya kepada orang yang bersangkutan atas semua amal perbuatannya, baik yang besar maupun yang kecil tanpa ada yang kelewat. Dalam firman selanjutnya Allah Swt. berkata:


{هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ}


Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan di daratan dan (berlayar) di lautan. (Yunus: 22)Artinya. Dia menjaga dan memelihara kalian.


{حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا}


Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya. (Yunus: 22)Yakni bahtera itu berlayar dengan cepat membawa mereka, dan ketika mereka dalam keadaan demikian tiba-tiba:


{جَاءَتْهَا} أَيْ: تِلْكَ السُّفُنَ {رِيحٌ عَاصِفٌ}


datanglah angin badai menerpanya. (Yunus: 22) Bahtera itu ditimpa oleh angin yang sangat keras:


{وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ}


dan gelombang dari segenap penjuru menghantamnya Yunus: 22) Laut menggulung mereka dan mengombang-ambingkan bahteranya.


{وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ}


dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya). (Yunus: 22)Yakni mereka merasa dirinya pasti binasa.


{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ}


maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Yunus: 22)Maksudnya, dalam seruannya kepada Allah mereka tidak menyertakan suatu berhala atau suatu sekutu pun,

bahkan mereka mengesakan-Nya dan menujukan doa serta ibtihal mereka hanya kepada Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا}


Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kalian seru, kecuali Dia: maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih. (Al-Isra: 67) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ} أَيْ: هَذِهِ الْحَالُ {لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ}


maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.”

(Yunus: 22)Yakni kami tidak akan menyekutukan-Mu dengan seseorang pun, dan kami benar-benar akan mengesakan Engkau dalam beribadah nanti, sebagaimana kami sekarang mengesakan Engkau dalam doa kami di sini. Allah Swt. berfirman:


{فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ}


Maka setelah Allah menyelamatkan mereka. (Yunus: 23) Yaitu dari keadaan bahaya tersebut.


{إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ}


tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. (Yunus: 23)seakan-akan tidak pernah terjadi apa pun terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}


seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12)Kemudian Allah Swt. berfirman:


{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ}


Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri. (Yunus: 23)Artinya, sesungguhnya yang merasakan bencana kezaliman kalian ini hanyalah diri kalian sendiri,

dan kalian tidak dapat menimpakan bahaya apa pun terhadap seseorang selain diri kalian, seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis:


"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدخر اللَّهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ".


Tiada suatu dosa pun yang lebih layak untuk disegerakan oleh Allah siksaan terhadap pelakunya di dunia ini di samping siksaan yang disiapkan oleh Allah untuknya kelak di hari akhirat selain dari perbuatan bagyu (zina) dan memutuskan hubungan silaturahmi.Firman Allah Swt.:


{مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}


(hasil kezaliman) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi. (Yunus: 23)Artinya, sesungguhnya yang kalian peroleh hanyalah kesenangan dalam kehidupan dunia yang rendah lagi hina itu.


{ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ}


kemudian kepada Kami-lah kalian kembali. (Yunus: 23) Yakni hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.


{فَنُنَبِّئُكُمْ}


lalu Kami kabarkan kepada kalian. (Yunus: 23)Yakni kemudian Kami katakan kepada kalian semua amal perbuatan kalian, lalu Kami akan membalaskannya kepada kalian secara penuh. Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan

dalam amal perbuatannya, hendaklah ia memuji Allah: dan barang siapa yang menjumpai amal perbuatannya kebalikan dari itu. maka janganlah ia mencela kecuali hanya kepada dirinya sendiri.

Surat Yunus |10:22|

هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ ۙ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَٰذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

huwallażii yusayyirukum fil-barri wal-baḥr, ḥattaaa iżaa kuntum fil-fulk, wa jaroina bihim biriiḥin thoyyibatiw wa fariḥuu bihaa jaaa`at-haa riiḥun 'aashifuw wa jaaa`ahumul-mauju ming kulli makaaniw wa zhonnuuu annahum uḥiitho bihim da'awulloha mukhlishiina lahud-diin, la`in anjaitanaa min haażihii lanakuunanna minasy-syaakiriin

Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata (seraya berkata), "Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur."

It is He who enables you to travel on land and sea until, when you are in ships and they sail with them by a good wind and they rejoice therein, there comes a storm wind and the waves come upon them from everywhere and they assume that they are surrounded, supplicating Allah, sincere to Him in religion, "If You should save us from this, we will surely be among the thankful."

Tafsir
Jalalain

Dialah Tuhan yang menjadikan kalian dapat berjalan) menurut suatu qiraat yansyurukum bukannya yusayyirukum (di daratan, berlayar di laut. Sehingga apabila kalian berada di dalam bahtera)

di dalam perahu-perahu (dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang di dalamnya) di dalam lafal ini terkandung pengertian iltifat dari mukhathab menjadi ghaib

(dengan tiupan angin yang baik) angin yang lembut (dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai) angin yang kencang tiupannya dan dapat menghancurkan segala sesuatu yang dilandanya

(dan gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah dikepung bahaya) mereka pasti binasa

(maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata) yakni berseru ("Sesungguhnya jika)

huruf lam di sini bermakna qasam atau sumpah (Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini) dari malapetaka ini (pastilah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.") yaitu akan menjadi orang-orang yang mentauhidkan Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 22 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Yunus |10:23|

فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ ۖ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

fa lammaaa anjaahum iżaa hum yabghuuna fil-ardhi bighoiril-ḥaqq, yaaa ayyuhan-naasu innamaa baghyukum 'alaaa anfusikum mataa'al-ḥayaatid-dun-yaa ṡumma ilainaa marji'ukum fa nunabbi`ukum bimaa kuntum ta'maluun

Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di Bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia! Sesungguhnya kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri, itu hanya kenikmatan hidup duniawi, selanjutnya kepada Kamilah kembalimu, kelak akan Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

But when He saves them, at once they commit injustice upon the earth without right. O mankind, your injustice is only against yourselves, [being merely] the enjoyment of worldly life. Then to Us is your return, and We will inform you of what you used to do.

Tafsir
Jalalain

(Maka setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kelaliman di muka bumi tanpa alasan yang benar) mereka melakukan kemusyrikan.

(Hai manusia, sesungguhnya perbuatan kelewat batas kalian) perbuatan kelaliman kalian (akan menimpa diri kalian sendiri) karena sesungguhnya yang menanggung dosanya adalah diri kalian sendiri

(hal itu hanyalah kenikmatan duniawi) kalian bersenang-senang dengannya dalam waktu yang sedikit. (Kemudian kepada Kamilah kembali kalian) sesudah mati

(lalu Kami kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) maka Kami membalas kalian berdasarkannya. Menurut suatu qiraat lafal mataa'un dibaca nashab sehingga menjadi mataa'an, artinya kalian bersenang-senang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 23 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Yunus |10:24|

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

innamaa maṡalul-ḥayaatid-dun-yaa kamaaa`in anzalnaahu minas-samaaa`i fakhtalatho bihii nabaatul-ardhi mimmaa ya`kulun-naasu wal-an'aam, ḥattaaa iżaaa akhożatil-ardhu zukhrufahaa wazzayyanat wa zhonna ahluhaaa annahum qoodiruuna 'alaihaaa ataahaaa amrunaa lailan au nahaaron fa ja'alnaahaa ḥashiidang ka`al lam taghna bil-ams, każaalika nufashshilul-aayaati liqoumiy yatafakkaruun

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman Bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila Bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir.

The example of [this] worldly life is but like rain which We have sent down from the sky that the plants of the earth absorb - [those] from which men and livestock eat - until, when the earth has taken on its adornment and is beautified and its people suppose that they have capability over it, there comes to it Our command by night or by day, and We make it as a harvest, as if it had not flourished yesterday. Thus do We explain in detail the signs for a people who give thought.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya perumpamaan) gambaran (kehidupan duniawi itu adalah seperti air) hujan (yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah berkat air itu dengan suburnya)

oleh sebab air itu (tanaman-tanaman bumi) sehingga sebagian di antaranya tampak bersatu dengan sebagian yang lain karena rimbunnya

(di antaranya ada yang dimakan manusia) berupa biji jawawut, biji gandum dan lain sebagainya (dan binatang ternak) yaitu berupa rerumputan dan dedaunan.

(Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya) menampakkan keindahannya berkat tumbuh-tumbuhannya (dan memakai pula perhiasannya) karena bunga-bungaannya.

Asal kata wazzayyanat adalah tazayyanat, kemudian huruf ta diganti dengan huruf za, yang selanjutnya huruf za yang pengganti ini diidghamkan atau dimasukkan ke dalam huruf za asal,

sehingga jadilah izzayyanat (dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya) mereka merasa pasti akan dapat memetik hasilnya

(tiba-tiba datanglah kepadanya perkara Kami) kepastian atau azab Kami (di waktu malam hari atau siang, lalu Kami jadikan ia) yakni tanam-tanamannya

(laksana tanam-tanaman yang sudah disabit) sudah dipanen dengan memakai sabit (seakan-akan) lafal ka-an adalah mukhaffafah dari lafal ka-anna, artinya seakan-akan ia

(belum pernah tumbuh) belum pernah berujud (kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan) Kami terangkan (tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berpikir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 24 |

Tafsr ayat 24-25

Allah Swt. membuat perumpamaan tentang bunga kehidupan dunia dan perhiasannya serta kefanaannya yang cepat dengan tumbuh-tumbuhan yang dikeluarkan oleh Allah dari tanah melalui air hujan

yang diturunkan dari langit. Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam macam dan jenisnya itu ada yang dimakan oleh manusia; ada pula yang dimakan oleh binatang ternak, seperti rumput, ilalang, dan lain sebagainya.


{حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا}


Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya. (Yunus: 24)Yakni perhiasannya yang fana telah sempurna.


{وَازَّيَّنَتْ}


dan memakai (pula) perhiasannya. (Yunus: 24)Sehingga semua yang dikeluarkannya tampak indah dihiasi dengan bunga-bungaan yang aneka ragam warna dan bentuknya.


{وَظَنَّ أَهْلُهَا} الَّذِينَ زَرَعُوهَا وَغَرَسُوهَا {أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا}


dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (Yunus: 24)Maksudnya, mampu menuai dan memetik hasilnya. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah sa'iqah atau angin kencang

yang sangat dingin sehingga dedaunannya menjadi kering dan buahnya membusuk. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا}


tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang hari, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit. (Yunus: 24)Yakni menjadi kering, sebelumnya segar lagi hijau.


{كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ}


seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. (Yunus: 24)Yaitu seakan-akan tidak pernah tumbuh sebelum itu. Menurut Qatadah, seakan-akan belum pernah tumbuh dengan segar. Demikianlah keadaan semua urusan

sesudah kehancurannya, maka akan kelihatan seakan-akan belum pernah ada. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:


يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا، فيُغْمَس فِي النَّارِ غَمْسَة ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ [هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟] فَيَقُولُ: لَا. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا فِي الدُّنْيَا فَيُغْمَسُ فِي النَّعِيمِ غَمْسَةً، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ فَيَقُولُ: لَا"


(Kelak di hari kiamat) didatangkan seorang penghuni dunia yang paling senang, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, kemudian dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kebaikan?

Dan apakah kamu pernah mengalami suatu kesenangan?” Maka ia menjawab, "Tidak.” Lalu didatangkan seorang yang paling sengsara di dunia, kemudian ia dimasukkan ke dalam kehidupan yang penuh dengan kenikmatan (surga)

sekali masuk. Sesudah itu dikatakan kepadanya, "Apakah kamu pernah mengalami suatu kesengsaraan?” Maka dia menjawab, "Tidak.”Dan Allah Swt. telah berfirman menceritakan tentang orang-orang yang binasa:


{فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}


lalu mereka mati bergelimpangan di dalam rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (Hud: 67-68)Kemudian Allah Swt. berfirman:


{كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ}


Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami). (Yunus: 24)Maksudnya, begitulah caranya Kami menjelaskan bukti-bukti dan dalil-dalil:


{لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}


kepada orang-orang yang berpikir. (Yunus: 24)agar mereka mengambil pelajaran dari perumpamaan ini yang menunjukkan akan lenyapnya dunia dari pemiliknya dengan cepat, tetapi mereka teperdaya olehnya,

merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dapat memetik hasilnya pada waktunya, tetapi akhirnya dunia luput dari mereka. Karena sesungguhnya watak dunia itu selalu lari dari orang yang memburunya dan selalu memburu orang

yang menghindarinya.Allah Swt. telah membuat perumpamaan dunia dengan tumbuh-tumbuhan dalam berbagai ayat dari Kitab-Nya. Di dalam surat Al-Kahfi, Allah Swt. telah berfirman:


{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا}


Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu

menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)Demikian pula yang terdapat di dalam surat Az-Zumar dan Al-Hadid, Allah membuat perumpamaan untuk kehidupan dunia

dengan hal tersebut. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar,

dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Marwan ibnul Hakam membaca ayat berikut di atas mimbarnya, yaitu firman Allah Swt.:

dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya; dan tidak sekali-kali Allah membinasakannya melainkan karena dosa para pemiliknya. Kemudian Marwan berkata,

"Saya biasa membacanya seperti ini, tetapi ia (tambahannya) tidak terdapat di dalam mushaf." Maka Abbas ibnu Abdullah ibnu Abbas berkata, "Begitu pula yang biasa dibacakan oleh Ibnu Abbas." Lalu mereka mengirimkan utusan

kepada Ibnu Abbas untuk menanyakannya, maka Ibnu Abbas menjawab, "Begitulah yang dibacakan kepadaku oleh Ubay ibnu Ka'b." Ini adalah qiraat yang gharib, seakan-akan kalimat tersebut ditambahkan sebagai tafsirannya. Firman Allah Swt.:


{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ}


Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25)Setelah menceritakan perihal dunia dan kelenyapannya yang cepat, maka Allah menyebutkan tentang surga dan menyeru kepadanya serta menamainya

dengan sebutan Darussalam, yakni rumah yang aman dari semua penyakit, semua kekurangan, dan semua musibah. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:


{وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Yunus: 25)Ayyub telah meriwayatkan dari Abu Qilabah, dari Nabi Saw., yang telah bersabda:


"قِيلَ لِي: لتنَمْ عينُك، وليعقلْ قَلْبُكَ، وَلْتَسْمَعْ أُذُنُكَ فَنَامَتْ عَيْنِي، وَعَقَلَ قَلْبِي، وَسَمِعَتْ أُذُنِي. ثُمَّ قِيلَ: سيّدٌ بَنَى دَارًا، ثُمَّ صَنَعَ مَأْدُبَةً، وَأَرْسَلَ دَاعِيًا، فَمَنْ أَجَابَ الدَّاعِيَ دَخَلَ الدَّارَ، وَأَكَلَ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَرَضِيَ عَنْهُ السَّيِّدُ، وَمَنْ لَمْ يُجِبِ الدَّاعِيَ لَمْ يَدْخُلِ الدَّارَ، وَلَمْ يَأْكُلْ مِنَ الْمَأْدُبَةِ، وَلَمْ يَرْضَ عَنْهُ السَّيِّدُ فَاللَّهُ السَّيِّدُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْمَأْدُبَةُ الْجَنَّةُ، وَالدَّاعِي مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.


Dikatakan kepadaku, "Tidurlah kedua matamu, tetapi sadarlah hatimu dan mendengarlah dengan telingamu!" Maka mataku tertidur dan hatiku sadar serta kedua telingaku mendengar. Kemudian dikatakan kepadaku,

"Seperti seorang tuan yang membangun sebuah gedung, lalu membuat perjamuan (pesta) dan mengutus seseorang untuk menyampaikan undangan. Maka barang siapa yang memenuhi undangannya masuk ke dalam gedung itu

dan memakan jamuannya, dan si tuan merasa puas (rida) kepadanya. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangannya, tidak masuk ke dalam gedung itu dan tidak makan jamuannya, serta si tuan tidak rela kepadanya

Allah adalah si tuan itu, sedang gedung itu adalah agama Islam, dan jamuannya adalah surga, sedangkan penyampai undangan itu adalah Muhammad Saw."Hadis ini mursal, tetapi diriwayatkan pula secara muttasil melalui hadis Al-Lais

dari Khalid ibnu Yazid dari Sa'id ibnu Abu Hilal dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan.”Pada suatu hari Rasulullah Saw. keluar (dari rumah) dan menjumpai kami, lalu beliau bersabda:


"إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ جِبْرِيلَ عِنْدَ رَأْسِي، وَمِيكَائِيلَ عِنْدَ رِجْلِي، يَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: اضْرِبْ لَهُ مَثَلًا. فَقَالَ: اسْمَعْ سَمعت أُذُنُكَ، وَاعْقِلْ عَقَل قَلْبُكَ، إِنَّمَا مَثَلُك وَمَثَلُ أمَّتك كَمَثَلِ مَلِكٍ اتَّخَذَ دَارًا، ثُمَّ بَنَى فِيهَا بَيْتًا، ثُمَّ جَعَلَ فِيهَا مَأْدُبَةً، ثُمَّ بَعَثَ رَسُولًا يَدْعُو النَّاسَ إِلَى طَعَامِهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ أَجَابَ الرَّسُولَ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَرَكَهُ، فَاللَّهُ الْمَلِكُ، وَالدَّارُ الْإِسْلَامُ، وَالْبَيْتُ الْجَنَّةُ، وَأَنْتَ يَا مُحَمَّدُ الرسُول، فَمَنْ أَجَابَكَ دَخَلَ الْإِسْلَامَ، وَمَنْ دَخَلَ الْإِسْلَامَ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَكَلَ مِنْهَا"


Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku seakan-akan Jibril berada di dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Salah satunya berkata kepada yang lain, 'Buatlah suatu perumpamaan baginya.'

Maka yang ditanya menjawab, 'Dengarkanlah dengan baik oleh telingamu dan resapilah dengan baik oleh hatimu. Sesungguhnya perumpamaanmu dan perumpamaan umatmu sama dengan seorang raja yang menempati sebuah istana,

lalu ia membangun sebuah rumah di dalamnya dan mengadakan pesta perjamuan di dalamnya, untuk itu lalu ia mengutus seorang utusan guna memanggil orang-orang menghadiri perjamuannya. Maka di antara mereka

ada yang memenuhi undangan utusannya, dan di antara mereka ada pula yang tidak memenuhinya. Raja itu adalah perumpamaan Allah, istana itu perumpamaan Islam, rumah itu perumpamaan surga, dan engkau —hai Muhammad—

adalah perumpamaan utusan itu. Barang siapa yang memenuhi undanganmu, niscaya masuk Islam; dan barang siapa masuk Islam, pasti masuk surga; dan barang siapa masuk surga, pasti memakan makanan yang ada di dalamnya'.”

Hadis ini merupakan riwayat Ibnu Jarir.Qatadah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Khulaid Al-Asri, dari Abu Darda secara marfu', bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَا مِنْ يَوْمٍ طَلَعَتْ فِيهِ شَمْسُهُ إِلَّا وبجنَبَتَيْها مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يَسْمَعُهُمَا خَلْقُ اللَّهِ كُلُّهُمْ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ: يَا أيها الناس، هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ، إِنَّ مَا قلَّ وكَفَى، خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى".


Tiada suatu hari pun yang matahari terbit padanya, melainkan pada kedua sisinya terdapat dua malaikat, kedua-duanya menyerukan kalimat berikut yang seruannya dapat didengar oleh semua makhluk Allah kecuali manusia dan jin,

yaitu: "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian. Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tetapi mencukupi adalah lebih baik daripada sesuatu yang banyak tetapi melalaikan (kalian kepada Allah).”

Sehubungan dengan perkataan, "Hai manusia, kemarilah kepada Tuhan kalian," Abu Darda mengatakan bahwa diturunkan firman Allah Swt.: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga). (Yunus: 25), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Surat Yunus |10:25|

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

wallohu yad'uuu ilaa daaris-salaam, wa yahdii may yasyaaa`u ilaa shiroothim mustaqiim

Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).

And Allah invites to the Home of Peace and guides whom He wills to a straight path

Tafsir
Jalalain

(Allah menyeru ke darussalam) kepada jalan keselamatan, yaitu surga; Dia menyeru manusia pada keimanan (dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya) untuk mendapat petunjuk (kepada jalan yang lurus) yakni agama Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 25 |

Penjelasan ada di ayat 24

Surat Yunus |10:26|

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

lillażiina aḥsanul-ḥusnaa wa ziyaadah, wa laa yar-haqu wujuuhahum qotaruw wa laa żillah, ulaaa`ika ash-ḥaabul-jannati hum fiihaa khooliduun

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

For them who have done good is the best [reward] and extra. No darkness will cover their faces, nor humiliation. Those are companions of Paradise; they will abide therein eternally

Tafsir
Jalalain

(Bagi orang-orang yang berbuat baik) dengan keimanannya (ada pahala yang terbaik) yaitu surga (dan tambahannya) yaitu dapat melihat Allah swt.

sebagaimana yang telah diterangkan di dalam hadis sahih Muslim. (Dan tidak pernah layu) tidak pernah tertutup (wajah mereka oleh kekelaman)

kesusahan yang kelam (dan tidak pula oleh kehinaan) kesedihan. (Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 26 |

Allah Swt. memberitahukan pahala bagi orang yang berbuat baik dalam amalnya selama di dunia ini, yaitu beriman dan beramal saleh, bahwa mereka mendapat balasan yang baik di negeri akhirat nanti. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}


Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60)Adapun firman Allah Swt.:


{وَزِيَادَة}


dan tambahannya. (Yunus: 26)Maksudnya, pahala amal yang baik itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat kebaikan sampai dengan tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih dari itu. Balasan kebaikan itu mencakup semua kenikmatan

yang diberikan oleh Allah kepada ahli surga di dalam surga, berupa gedung-gedung, bidadari-bidadari yang bermata jeli, rida Allah kepada mereka, dan apa yang disimpan oleh Allah buat mereka berupa hal-hal yang menyejukkan hati

dan pandangan mata. Dan yang paling utama di antara semua nikmat surgawi itu ialah memandang kepada Zat Allah Swt. Yang Mahamulia. Sesungguhnya nikmat ini jauh lebih besar daripada semua yang telah diberikan oleh Allah

kepada mereka; mereka sebenarnya tidak berhak mendapatkannya karena amal perbuatan mereka, melainkan berkat kemurahan dan rahmat dari Allah semata.Sehubungan dengan tafsir makna ayat ini yang diinterpretasikan

dengan pengertian memandang Zat Allah Yang Mahamulia, telah diriwayatkan dari Abu Bakar As-Siddiq, Huzaifah ibnul Yaman, Abdullah ibnu Abbas, Sa'id ibnul Musayyab, Abdur Rahman ibnu Abu Laila, Abdur Rahman ibnu Basit,

Mujahid, Ikrimah, Amir ibnu Sa'd, Ata, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf. Sehubungan dengan hal ini, banyak hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw yang menerangkannya, antara lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:


حَدَّثَنَا عَفَّانُ، أَخْبَرَنَا حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ صُهَيْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ} وَقَالَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، نَادَى مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجِزَكُمُوه. فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُثقِّل مَوَازِينَنَا، وَيُبِيِّضْ وُجُوهَنَا، وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَيُزَحْزِحْنَا مِنَ النَّارِ؟ ". قَالَ: "فَيَكْشِفُ لَهُمُ الْحِجَابَ، فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ، فَوَاللَّهِ مَا أَعْطَاهُمُ اللَّهُ شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَلَا أَقَرَّ لِأَعْيُنِهِمْ"


telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Suhaib r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.

membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26) Lalu beliau Saw. bersabda: Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka

telah masuk neraka, maka ada suara yang menyerukan, "Hai ahli surga, sesungguhnya Allah telah menjanjikan suatu janji kepada kalian, sekarang Dia hendak menunaikannya kepada kalian. Mereka berkata, "Apakah itu?

Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan amal kami, bukankah Allah telah membuat wajah kami menjadi putih dan memasukkan kami ke dalam surga serta menyelamatkan kami dari neraka?” Dilanjutkan

bahwa lalu Allah membuka hijab-Nya bagi mereka, maka mereka dapat memandang kepada Allah. Demi Allah, Allah belum pernah memberikan suatu nikmat yang lebih mereka sukai daripada memandang Dzat-Nya, dan tidak (pula)

lebih menyenangkan mata (hati) mereka (selain dari memandang kepada Dzat Allah).Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sejumlah orang dari kalangan para imam melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: أَخْبَرَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ: أَخْبَرَنَا شَبِيبٌ، عَنْ أَبَانٍ عَنْ أَبِي تَمِيمَة الهُجَيْمي؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُنَادِيًا يُنَادِي: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ -بصَوْت يُسْمعُ أوَّلهم وَآخِرَهُمْ -: إِنَّ اللَّهَ وَعْدَكُمُ الْحُسْنَى وَزِيَادَةً، الْحُسْنَى: الْجَنَّةُ. وَزِيَادَةٌ: النَّظَرُ إِلَى وَجْهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ".


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dan telah menceritakan kepadaku Syabib, dari Aban, dari Abu Tamimah Al-Hijaimi, bahwa ia pernah mendengar

Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Sesungguhnya Allah pada hari kiamat nanti memerintahkan juru penyeru untuk menyerukan, "Hai penduduk surga —dengan suara yang dapat didengar

oleh mereka semua dari awal hingga akhirnya—, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian pahala yang terbaik dan tambahannya. Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah memandang kepada Dzat

Tuhan Yang Maha Pemurah.”Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Bakar Al-Huzali, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dengan sanad yang sama.Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami

Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Mukhtar, dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ka'b ibnu Ujrah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)

dan tambahannya. (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: (Tambahannya ialah) memandang kepada Zat Allah Swt.Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami

Umar ibnu Abu Salamah, bahwa ia pernah mendengar Zahir mengatakan dari orang yang mendengarnya dari Abul Aliyah, telah menceritakan kepada kami Ubay ibnu Ka'b, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.

mengenai firman Allah Swt. berikut: Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (Yunus: 26) Nabi Saw. bersabda: Pahala yang terbaik adalah surga, sedangkan tambahannya ialah

memandang kepada Zat Allah Swt. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui hadis Zuhair dengan sanad yang sama.Firman Allah Swt.:


{وَلا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ}


Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam. (Yunus: 26)Yakni kegelapan dan kehitaman di Padang Mahsyar, seperti yang dialami oleh orang-orang kafir lagi pendurhaka, maka wajah mereka hitam lagi kotor oleh debu yang hitam.


{وَلا ذِلَّةٌ}


dan tidak (pula) kehinaan. (Yunus: 26)Maksudnya, kehinaan dan diremehkan. Dengan kata lain, keadaan mereka —baik lahir maupun batinnya— tidak terkena kehinaan, bahkan keadaan mereka adalah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا}


Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (Al-Insan: 11)Yaitu kesegaran dalam wajah mereka dan kegembiraan dalam kalbu mereka. Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka berkat kemurahan dan rahmat-Nya, amin.

Surat Yunus |10:27|

وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۖ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ ۖ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

wallażiina kasabus-sayyi`aati jazaaa`u sayyi`atim bimiṡlihaa wa tar-haquhum żillah, maa lahum minallohi min 'aashim, ka`annamaaa ughsyiyat wujuuhuhum qitho'am minal-laili muzhlimaa, ulaaa`ika ash-ḥaabun-naar, hum fiihaa khooliduun

Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan (akan mendapat) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan wajah mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

But they who have earned [blame for] evil doings - the recompense of an evil deed is its equivalent, and humiliation will cover them. They will have from Allah no protector. It will be as if their faces are covered with pieces of the night - so dark [are they]. Those are the companions of the Fire; they will abide therein eternally.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang) lafal ayat ini diathafkan kepada lafal alladziina ahsanuu yang ada pada ayat sebelumnya; artinya dan bagi orang-orang

(yang mengerjakan keburukan) orang-orang yang mengerjakan kemusyrikan (mendapat balasan yang setimpal dan mereka ditutupi oleh kehinaan.

Tidak ada bagi mereka, dari azab Allah) huruf min pada ayat ini adalah huruf zaidah atau tambahan (seorang pelindung pun) yang dapat mencegahnya

(seakan-akan tertutupi) diselimuti (muka mereka oleh kepingan-kepingan) dapat dibaca qitha`an dan dapat pula dibaca qith`an (malam yang gelap-gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 27 |

Setelah Allah menceritakan perihal orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang dilipatgandakan amal-amal baiknya dan diberi tambahan selain dari itu, maka Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang celaka.

Melalui ayat ini Allah menyebutkan perihal keadilan-Nya terhadap mereka, dan bahwa Dia memberikan balasan kejahatan mereka dengan pembalasan yang setimpal tanpa dilebihkan dan tanpa dilipatgandakan.


وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ


dan mereka ditutupi oleh kehinaan. (Yunus: 27)Yakni kehinaan menyelimuti diri mereka karena perbuatan maksiat mereka dan karena ketakutan mereka terhadap perbuatan maksiatnya sendiri, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ}


Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam ke­adaan tunduk karena (merasa) hina. (Asy-Syura: 45), hingga akhir ayat.


{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ * مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ * وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَاب}


Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka)

terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya. (Ibrahim: 42-43). hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:


{مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ}


Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah. (Yunus: 27)Artinya, tiada pelindung dan tiada pembela yang menyelamatkan mereka dari azab Allah. Ayat ini semakna dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَقُولُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ * كَلا لَا وَزَرَ * إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ}


Pada hari itu manusia berkata, "Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12)Firman Allah Swt.:


{كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا}


Seakan-akan muka mereka ditutupi. (Yunus: 27), hingga akhir ayat.Hal ini menceritakan tentang hitamnya wajah mereka kelak di hari kemudian, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:


{يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ * وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}


Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri, ada pula muka yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang menjadi hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan

”Mengapa kalian kafir sesudah kalian beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.”Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 106-107)


{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ}


Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria; dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu ('Abasa: 38-40)

Surat Yunus |10:28|

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ ۚ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ ۖ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ

wa yauma naḥsyuruhum jamii'an ṡumma naquulu lillażiina asyrokuu makaanakum antum wa syurokaaa`ukum, fa zayyalnaa bainahum wa qoola syurokaaa`uhum maa kuntum iyyaanaa ta'buduun

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) itu Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang yang menyekutukan (Allah), "Tetaplah di tempatmu, kamu dan para sekutumu." Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, "Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami.

And [mention, O Muhammad], the Day We will gather them all together - then We will say to those who associated others with Allah, "[Remain in] your place, you and your 'partners.' " Then We will separate them, and their "partners" will say, "You did not used to worship us,

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (suatu hari, ketika itu Kami mengumpulkan mereka) yakni semua makhluk (semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhan,

"Tetaplah pada tempat kalian) lafal makaanakum dinashabkan oleh ilzamuu yang keberadaannya diperkirakan pada sebelumnya (kalian semuanya)

lafal ini bersifat mengukuhkan dhamir mustatar yang terkandung di dalam fi'il yang keberadaannya diperkirakan tadi, kemudian diathafkan kepadanya (bersama dengan sekutu-sekutu kalian)

yakni berhala-berhala sesembahan kalian. (Lalu Kami pisahkan) Kami bedakan (antara mereka") dan orang-orang yang beriman, sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat:

(Dan dikatakan kepada orang-orang kafir), 'Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat. (Yasin 59).

(Dan berkatalah) kepada mereka (sekutu-sekutu mereka, "Kalian sekali-kali tidak pernah menyembah kami) huruf maa bermakna nafi, kemudian maf'ul didahulukan demi untuk fashilah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 28 |

Tafsir ayat 28-30

Firman Allah Swt.:


{وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ}


(Ingatlah) suatu hari (ketika itu) Kami mengumpulkan mereka. (Yunus: 28)Yakni semua penduduk bumi dari kalangan jin dan manusia, baik yang bertakwa maupun yang durhaka; sama halnya dengan yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا}


dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47)Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ}


kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutu­kan (Tuhan). (Yunus: 28), hingga akhir ayat."Tetaplah kalian bersama mereka di suatu tempat yang tertentu, dan memisahlah kalian dari orang-orang mukmin." Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَامْتَازُوا الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}


Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat." (Yasin: 59)


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ}


Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. (Ar-Rum: 14)Dan dalam ayat lainnya lagi disebutkan oleh firman-Nya:


{يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ}


Pada hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar-Rum: 43)Yakni mereka menjadi terpisah-pisah. Hal ini terjadi bila Tuhan datang untuk memutuskan peradilan di antara mereka. Sebelum itu orang-orang mukmin meminta syafaat

kepada Allah Swt. agar Dia datang untuk memutuskan perkara dan membebaskan mereka dari Padang Mahsyar yang menyengsarakan itu.Di dalam suatu hadis disebutkan:


"نَحْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ على كَوْم فوق الناس.


Kami pada hari kiamat berada di atas bukit di atas semua manusia.Melalui ayat ini Allah menceritakan bahwa di hari kiamat kelak Dia berseru kepada orang-orang musyrik dan berhala-berhala mereka, yaitu:


{مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ}


Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat kalian itu. Lalu Kami pisahkan mereka. Yunus: 28 , hingga akhir ayat.Lalu sekutu-sekutu itu mengingkari penyembahan mereka dan berlepas diri dari penyembahan mereka, seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{ [كَلا] سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا} الْآيَةَ.


sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82). hingga akhir ayat.


{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا}


(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya. (Al-Baqarah: 166)


{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}


Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenan­kan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?

Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka. (Al-Ahqaf: 5-6), hingga akhir ayat.Firman Allah Swt. dalam ayat surat ini menceritakan perkataan sekutu-sekutu itu dalam jawabannya terhadap pengakuan yang diutarakan oleh para pemujanya, yaitu:


{فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ}


Maka cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian (Yunus: 29), hingga akhir ayat.Dengan kata lain, kami tidak merasakan adanya penyembahan kalian kepada kami dan kami tidak mengetahuinya;

karena sesungguhnya kalian menyembah kami hanyalah di saat kami tidak mengetahui apa yang kalian perbuat. Maka cukuplah Allah sebagai saksi antara kami dan kalian, bahwa kami sekali-kali tidak pernah menyeru kalian

untuk menyembah kami, tidak pernah pula kami memerintahkan kepada kalian untuk itu, tidak pula kami rela bila kalian melakukannya terhadap kami.Di dalam kandungan makna ayat ini terkandung pengertian kecaman yang keras

terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang me­nyembah Allah dengan yang lain-Nya, padahal selain Allah itu tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat membela dirinya dari mereka barang sedikit pun.

Allah sama sekali tidak memerintahkan mereka untuk melakukan persekutuan itu, tidak meridainya, tidak pula menghendakinya. Bahkan sembahan-sembahan itu sendiri berlepas diri dari perbuatan mereka di saat mereka

sangat memerlukan pengakuannya.Mereka meninggalkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha-hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya, lagi Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahakuasa atas segala sesuatu,

dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya yang isinya memerintahkan penyembahan kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan Dia melarang penyembahan kepada selain-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu." Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. (An-Nahl: 36)


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Aku. maka sembahlah oleh kalian akan Aku.” (Al-Anbiya: 25)


{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}


Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)

Orang-orang musyrik itu bermacam-macam golongannya, mereka terdiri atas berbagai golongan. Allah telah menyebutkan mereka di dalam Kitab­Nya, juga menjelaskan sepak terjang

serta ucapan-ucapan mereka, dan Allah menjawab mereka dengan jawaban yang mematahkan semua alasan mereka.Firman Allah Swt.:


{هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ}


Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri merasakan pem­balasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)Yakni di Padang Mahsyar tempat mereka berhenti menjalani hisab di hari kiamat,

setiap diri diuji dan mengetahui semua amal perbuatan yang telah dikerjakannya dahulu, amal baik dan amal buruknya. Ayat ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}


Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)


{يُنَبَّأُ الإنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ}


Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13)


{وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا}


Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dengan terbuka, "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Al-Isra: 13-14) Sebagian ulama ada yang telah membacanya dengan bacaan berikut:


{هُنَالِكَ تَتْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ}


Di tempat itu (Padang Mahsyar) tiap-tiap diri membaca dari apa yang telah dikerjakannya dahulu. (Yunus: 30)Sebagian ulama menafsirkannya dengan pengertian membaca (yakni buku catatan amal perbuatannya).

Sedangkan sebagian ulama lain menafsirkannya dengan pengertian 'mengikuti', yakni mengikuti amal baik dan amal buruk yang telah dikerjakannya. Dan sebagian ulama lainnya lagi menafsirkannya dengan hadis yang mengatakan:


"تَتْبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تعبد، فيتبع من كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ الشَّمْسَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ الْقَمَرَ، وَيَتْبَعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ"


Sungguh setiap umat akan mengikuti apa yang biasa disembahnya. Maka orang yang menyembah matahari akan menyikuti matahari, orang yang menyembah bulan akan mengikuti bulan, dan orang yang dulunya menyembah Tagut akan mengikuti Tagut, hingga akhir hadis.Firman Allah Swt.:


{وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ}


dan mereka dikembalikan kepada Allah, Pelindung mereka yang sebenarnya. (Yunus: 30)Artinya, semua urusan dikembalikan kepada Allah, Hakim Yang Mahaadil. Maka Dialah yang akan memutuskannya dan memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka.


{وَضَلَّ عَنْهُمْ}


dan lenyaplah dari mereka. (Yunus: 30) Yakni lenyaplah dari orang-orang musyrik itu.


{مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


apa yang mereka ada-adakan. (Yunus: 30)Maksudnya, segala sesuatu yang dahulu mereka sembah selain Allah sebagai kedustaan yang mereka ada-adakan terhadap Allah.

Surat Yunus |10:29|

فَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ

fa kafaa billaahi syahiidam bainanaa wa bainakum ing kunnaa 'an 'ibaadatikum laghoofiliin

Maka cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu sebab kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami)."

And sufficient is Allah as a witness between us and you that we were of your worship unaware."

Tafsir
Jalalain

(Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kalian, sesungguhnya) huruf in adalah mukhaffafah dari inna (kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kalian kepada kami.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 29 |

Penjelasan ada di ayat 28

Surat Yunus |10:30|

هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ ۚ وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ ۖ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ

hunaalika tabluu kullu nafsim maaa aslafat wa rudduuu ilallohi maulaahumul-ḥaqqi wa dholla 'an-hum maa kaanuu yaftaruun

Di tempat itu (Padang Mahsyar), setiap jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa (pelindung palsu) yang mereka ada-adakan.

There, [on that Day], every soul will be put to trial for what it did previously, and they will be returned to Allah, their master, the Truth, and lost from them is whatever they used to invent.

Tafsir
Jalalain

(Di tempat itu) yakni pada hari itu (akan merasakan pembalasan) lafal tabluu berasal dari mashdar al-balwaa. Akan tetapi menurut qiraat lainnya dibaca tatluu berasal dari mashdar tilaawah;

artinya dibacakan (tiap-tiap diri dari apa yang telah dikerjakannya dahulu) amal-amal perbuatan yang telah mereka kerjakan di dunia

(dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya) pelindung yang hak dan yang selama-lamanya (dan lenyaplah) hilanglah

(dari mereka apa yang mereka ada-adakan) terhadap Allah swt. yaitu berupa sekutu-sekutu yang mereka sembah itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 30 |

Penjelasan ada di ayat 28

Surat Yunus |10:31|

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

qul may yarzuqukum minas-samaaa`i wal-ardhi am may yamlikus-sam'a wal-abshooro wa may yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa yukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa may yudabbirul-amr, fa sayaquuluunalloh, fa qul a fa laa tattaquun

Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab, "Allah." Maka katakanlah, "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"

Say, "Who provides for you from the heaven and the earth? Or who controls hearing and sight and who brings the living out of the dead and brings the dead out of the living and who arranges [every] matter?" They will say, "Allah," so say, "Then will you not fear Him?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah,) kepada mereka ("Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit) yaitu melalui hujan (dan bumi) yaitu melalui tumbuh-tumbuhan

(atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran) lafal as-sam`u di sini bermakna al-asma`; artinya yang menciptakan pendengaran

(dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan")

di antara makhluk semuanya. (Maka mereka katakan,) bahwa Dia ("Allah." Maka katakanlah,) kepada mereka ("Mengapa kalian tidak bertakwa.") kepada-Nya, oleh sebab itu berimanlah kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 31 |

Tafsir ayat 31-33

Allah Swt. mengemukakan hujah-Nya terhadap orang-orang musyrik, bahwa sebenarnya mereka mengakui akan keesaan Allah dan ketunggalan-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:


{قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}


Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi." (Yunus: 31)Yakni siapakah yang menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tanam-tanaman dari bumi. Bumi itu terbelah dengan kekuasaan

dan kehendak-Nya, lalu keluarlah darinya biji-bijian, anggur, batang-batang pohon, zaitun, kurma, dan taman-taman yang subur serta buah-buahan dan rumput-rumputan; apakah ada Tuhan selain Allah?

Mereka pasti menjawab bahwa yang melakukan semuanya itu adalah Allah. Sama halnya seperti yang dinyatakan dalam ayat lain:


{أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ}


Atau siapakah dia ini yang memberi kalian rezeki jika Allah menahan rezekiNya (Al Mulk- 21)Adapun firman Allah Swt.:


{أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ}


atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan. (Yunus: 31)Maksudnya. Dialah Allah yang telah memberikan kepada kalian indera pendengaran dan penglihatan. Jika Dia menghendaki,

niscaya Dia melenyapkannya dan mencabutnya dari kalian. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman Allah Swt.:


{قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}


Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan.” (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.


{قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ}


Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kalian.” (Al-An'am: 46)Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ}


dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yunus: 31)Yakni berkat kekuasaan-Nya Yang Mahabesar dan karunia-Nya yang menyeluruh.

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai hal ini dan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semuanya.Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ}


dan siapakah yang mengatur segala urusan. (Yunus: 31)Yakni siapakah yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu serta yang memilikinya; dan yang memberikan perlindungan, sedangkan Dia tidak memerlukan perlindungan.

Siapakah pula yang mengatur dan yang memutuskan hukum tanpa ada akibat pertanyaan bagi keputusan hukum­Nya; serta tiada yang menanyakan tentang apa yang diperbuat-Nya, sedangkan mereka akan dimintai pertanggungjawabannya? Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya, yaitu:


{يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ}


Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminia kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (Ar-Rahman: 29)Seluruh alam semesta —baik yang di atas maupun yang di bawah—

serta semua yang ada pada keduanya dari kalangan malaikat, manusia, dan jin berhajat kepada-Nya, sebagai hamba-hamba-Nya dan tunduk kepada-Nya.


{فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ}


Maka mereka pasti menjawab, "Allah." (Yunus: 31)Yakni mereka mengetahui hal tersebut dan mengakuinya. Firman Allah Swt.:


{فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ}


Maka apakah kalian tidak bertakwa (kepada-Nya). (Yunus: 31)Yakni apakah kalian tidak takut kepada Allah bila kalian menyembah Dia dengan selain-Nya atas dasar pendapat kalian sendiri yang bodoh. Firman Allah Swt.:


{فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ}


Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah, Tuhan kalian yang sebenarnya. (Yunus: 32). hingga akhir ayat.Yaitu Tuhan yang kalian akui sebagai pelaku dari kesemuanya itu adalah Rabb dan Tuhan kalian yang sebenarnya. Dialah yang berhak diesakan dalam ibadah kalian.


{فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلا الضَّلالُ}


maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. (Yunus: 32)Artinya, semua sembahan yang selain-Nya adalah batil, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Esa lagi tidak ada sekutu bagi-Nya.


{فَأَنَّى تُصْرَفُونَ}


bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)? (Yunus: 32)Maksudnya, mengapa kalian dipalingkan dari menyembah-Nya, lalu kalian menyembah selain-Nya, padahal kalian mengetahui bahwa

Dialah Tuhan yang menciptakan segala sesuatu dan yang mengatur segala sesuatu.Firman Allah Swt.:


{كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}


Demikianlah telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik. (Yunus: 33), hingga akhir ayat.Yakni seperti halnya telah kafir orang-orang musyrik dan berkelanjutan dalam kemusyrikannya serta penyembahannya

kepada selain Allah, padahal mereka mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan, yang memberi rezeki lagi yang mengatur keadaan semesta alam ini. dan Dialah semata yang mengutus rasul-rasul-Nya dengan membawa ajaran tauhid.

Karena itulah telah pasti atas mereka ketetapan dari Allah, bahwa mereka adalah orang-orang yang celaka dan termasuk penghuni neraka yang tetap. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ}


Mereka menjawab, "Benar (telah datang).” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 71)

Surat Yunus |10:32|

فَذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ ۖ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ

fa żaalikumullohu robbukumul-ḥaqq, fa maażaa ba'dal-ḥaqqi illadh-dholaalu fa annaa tushrofuun

Maka itulah Allah, Tuhan kamu yang sebenarnya, maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka mengapa kamu berpaling (dari kebenaran)?

For that is Allah, your Lord, the Truth. And what can be beyond truth except error? So how are you averted?

Tafsir
Jalalain

(Maka yang demikian itu) Zat Yang menciptakan segala sesuatu itu (adalah Allah, Rabb kalian yang sebenarnya) yang tetap dan wajib kalian sembah

(maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan) Istifham atau kata tanya di sini bermakna menetapkan; artinya tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan hanya kesesatan belaka.

Barang siapa yang menyimpang dari kebenaran yaitu menyembah selain kepada Allah berarti ia terjerumus ke dalam kesesatan (Maka bagaimanakah) mengapa (kalian dipalingkan)

dari keimanan padahal bukti-bukti kebenaran telah cukup ada.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 32 |

Penjelasan ada di ayat 31

Surat Yunus |10:33|

كَذَٰلِكَ حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

każaalika ḥaqqot kalimatu robbika 'alallażiina fasaquuu annahum laa yu`minuun

Demikianlah telah tetap (hukuman) Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik karena sesungguhnya mereka tidak beriman.

Thus the word of your Lord has come into effect upon those who defiantly disobeyed - that they will not believe.

Tafsir
Jalalain

(Demikianlah) sebagaimana mereka berpaling daripada iman (telah tetap hukuman Rabbmu terhadap orang-orang yang fasik) yakni orang-orang kafir, seperti yang diungkapkan oleh firman Allah yang lain, yaitu:

"Benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam..." (Q.S. Al-A`raf 18, Hud 119, As-Sajdah 32, Shad 85), atau hukuman Allah itu disebabkan (karena mereka tidak beriman.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 33 |

Penjelasan ada di ayat 31

Surat Yunus |10:34|

قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۚ قُلِ اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

qul hal min syurokaaa`ikum may yabda`ul-kholqo ṡumma yu'iiduh, qulillaahu yabda`ul-kholqo ṡumma yu'iiduhuu fa annaa tu`fakuun

Katakanlah, "Adakah di antara sekutumu yang dapat memulai penciptaan (makhluk) kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?" Katakanlah, "Allah memulai (penciptaan) makhluk kemudian mengulanginya. Maka bagaimana kamu dipalingkan (menyembah selain Allah)?"

Say, "Are there of your 'partners' any who begins creation and then repeats it?" Say, "Allah begins creation and then repeats it, so how are you deluded?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya atau menghidupkannya kembali" Katakanlah, "Allahlah yang memulai penciptaan

makhluk kemudian mengulanginya atau menghidupkannya kembali; maka bagaimanakah kalian dipalingkan") dari menyembah Allah swt. padahal bukti-bukti yang menunjukkan Allah disembah sudah ada.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 34 |

Tafsir ayat 34-36

Ayat ini merupakan bantahan yang membatalkan apa yang mereka akui dalam penyembahan mereka kepada selain Allah yang mereka persekutukan dengan-Nya, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan.


{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ}


Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” (Yunus: 34)Yakni siapakah yang memulai penciptaan langit dan bumi ini,

kemudian mengadakan semua makhluk yang terdapat di antara keduanya, lalu menebarkan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi. Dia pulalah yang menggantikan semua makhluk yang ada pada keduanya setelah semuanya binasa, kemudian Dia mengulangi kembali penciptaan-Nya, yakni ciptaan yang baru.


{قُلِ اللَّهُ}


Katakanlah, "Allah-lah.” (Yunus: 34)Dialah yang berbuat semua itu, dan hanya Dia sendirilah yang melaku­kannya, tiada sekutu bagi-Nya.


{فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ}


maka bagaimanakah kalian dipalingkan? (Yunus: 34)Artinya, bagaimana kalian dapat dipalingkan dari jalan yang benar hingga menempuh jalan yang batil?


{قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ}


Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang menunjukkan kepada kebenaran?” Katakanlah, "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran.” (Yunus: 35)Dengan kata lain, kalian telah mengetahui bahwa

sekutu-sekutu kalian itu tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang yang sesat. Sesungguhnya yang dapat memberikan petunjuk kepada orang yang bimbang dan sesat dan yang dapat membolak-balikkan hati dari sesat hingga menjadi benar hanyalah Allah semata-mata, tidak ada Tuhan selain Dia.


{أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلا أَنْ يُهْدَى}


Maka apakah orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? (Yunus: 35)Yaitu apakah lebih baik mengikuti hamba

yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan membukakan penglihatan sesudah buta, ataukah mengikuti orang yang tidak dapat memberi petunjuk apa pun kecuali dia sendiri mendapat petunjuk dari kebutaan dan ketubannya.

Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perkataan Nabi Ibrahim a.s., yaitu:


{يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا}


Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun. (Maryam: 42)Dan perkataan Ibrahim lainnya yang disitir oleh firman-Nya:


{أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُون}


Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu.' (Ash-Shaffat: 95-96)Serta masih banyak ayat lainnya yang semisal. Firman Allah Swt.:


{فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ}


Mengapa kalian (berbuat demikian)? Bagaimanakah kalian mengambil keputusan? (Yunus: 35)Yakni apakah yang kalian lakukan sehingga akal kalian dikesampingkan? Mengapa kalian menyamakan antara Allah dan makhluk-Nya,

lalu kalian meninggalkan Allah dan menyembah selain-Nya? Waraskah kalian ini? Mengapa kalian tidak mengesakan Allah Yang Maha Memiliki, Maha Menguasai lagi Maha Memberi Petunjuk dari kesesatan,

yaitu dengan menyembah-Nya semata? Mengapa pula kalian tidak mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya.Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka —dalam mengikuti agama mereka itu

— sama sekali tidak berdasarkan kepada dalil ataupun bukti, melainkan hanya berdasarkan dugaan dari diri mereka sendiri, yakni berdasarkan ilusi dan bayangan mereka sendiri. Hal seperti itu tidak dapat menolong mereka barang sedikit pun.


{إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ}


Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yunus: 36)Di dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan yang keras untuk mereka, karena Allah Swt.

memberitahukan bahwa Dia kelak akan membalas perbuatan mereka itu dengan pembalasan yang sempurna.

Surat Yunus |10:35|

قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ ۚ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ ۗ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَىٰ ۖ فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ

qul hal min syurokaaa`ikum may yahdiii ilal-ḥaqq, qulillaahu yahdii lil-ḥaqq, a fa may yahdiii ilal-ḥaqqi aḥaqqu ay yuttaba'a am mal laa yahiddiii illaaa ay yuhdaa, fa maa lakum, kaifa taḥkumuun

Katakanlah, "Apakah di antara sekutumu ada yang membimbing kepada kebenaran?" Katakanlah, "Allah-lah yang membimbing kepada kebenaran." Maka manakah yang lebih berhak diikuti, Tuhan yang membimbing kepada kebenaran itu, ataukah orang yang tidak mampu membimbing bahkan perlu dibimbing? Maka mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?

Say, "Are there of your 'partners' any who guides to the truth?" Say, "Allah guides to the truth. So is He who guides to the truth more worthy to be followed or he who guides not unless he is guided? Then what is [wrong] with you - how do you judge?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat menunjuki kepada kebenaran") dengan menegakkan hujah-hujah dan memberikan petunjuk

(Katakanlah, "Allahlah yang menunjuki kepada kebenaran." Maka apakah Zat yang menunjuki kepada kebenaran itu) yang dimaksud adalah Allah

(lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk) lafal yahiddiy asalnya yahtadii; artinya mendapat petunjuk (kecuali bila diberi petunjuk)

lebih berhak untuk diikuti Kata tanya di sini mengandung makna mengukuhkan dan sekaligus sebagai celaan, makna yang dimaksud ialah bahwa yang pertamalah yang lebih berhak untuk diikut

i (Mengapa kalian berbuat demikian Bagaimanakah kalian mengambil keputusan) dengan keputusan yang rusak ini, yaitu mengikuti orang-orang yang tidak berhak untuk diikuti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 35 |

Penjelasan ada di ayat 34

Surat Yunus |10:36|

وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا ۚ إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

wa maa yattabi'u akṡaruhum illaa zhonnaa, innazh-zhonna laa yughnii minal-ḥaqqi syai`aa, innalloha 'aliimum bimaa yaf'aluun

Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

And most of them follow not except assumption. Indeed, assumption avails not against the truth at all. Indeed, Allah is Knowing of what they do.

Tafsir
Jalalain

(Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti) di dalam penyembahan mereka terhadap berhala-berhala (kecuali persangkaan saja)

dalam hal ini mereka hanya menirukan apa yang telah diperbuat oleh nenek-moyang mereka (Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran)

yang membutuhkan ilmu pengetahuan tentangnya (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan) oleh sebab itu maka Dia membalas semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 36 |

Penjelasan ada di ayat 34

Surat Yunus |10:37|

وَمَا كَانَ هَٰذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَىٰ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

wa maa kaana haażal-qur`aanu ay yuftaroo min duunillaahi wa laakin tashdiiqollażii baina yadaihi wa tafshiilal-kitaabi laa roiba fiihi mir robbil-'aalamiin

Dan tidak mungkin Al-Qur´an ini dibuat-buat oleh selain Allah, tetapi (Al-Qur´an) membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan seluruh alam.

And it was not [possible] for this Qur'an to be produced by other than Allah, but [it is] a confirmation of what was before it and a detailed explanation of the [former] Scripture, about which there is no doubt, from the Lord of the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Tidaklah mungkin Alquran ini dibuat) artinya dibuat-buat (oleh selain Allah) hanya Dialah yang membuatnya bukan selainnya (akan tetapi) Alquran itu diturunkan

(membenarkan apa-apa yang sebelumnya) yaitu berupa kitab-kitab sebelumnya (dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya) artinya Alquran itu menjelaskan hukum-hukum

yang telah ditentukan oleh Allah dan masalah-masalah lainnya (tidak ada keraguan) tidak ada syakwasangka lagi (di dalamnya, diturunkan dari Rabb semesta alam)

lafal min rabbil `aalamiina berkaitan dengan lafal tashdiiqan, atau berkaitan dengan lafal unzila yang tidak disebutkan.

Lafal tashdiiqan dan lafal tafshiilan dapat pula dibaca rafa' sehingga menjadi tashdiiqun dan tafshiilun akan tetapi berdasarkan perkiraan adanya lafal huwa sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 37 |

Tafsir ayat 37-40

Ayat ini menjelaskan tentang mukjizat yang terkandung di dalam Al-Qur'an, bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mampu membuat hal yang semisal dengan Al Qur'an, tidak pula dengan sepuluh suratnya,

serta tidak pula satu surat darinya. Karena dengan kefasihan bahasanya, paramasastranya, keringkasannya, keindahannya, dan kandungannya yang mencakup makna-makna yang jarang tetapi berlimpah dan bermanfaat

di dunia dan akhirat, maka Al-Qur'an tiada lain kecuali datang dari sisi Allah, yang tiada sesuatu pun serupa dengan Dia dalam Zat, sifat, perbuatan, dan ucapan-Nya. Kalam atau firman Allah tidaklah seperti ucapan makhluk. Karena itu, di dalam firman-Nya disebutkan:


{وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ}


Tidaklah mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah. (Yunus: 37)Yakni hal yang semisal dengan Al-Qur'an ini tidaklah layak kecuali dari sisi Allah. Isi Al-Qur'an tidaklah sama dengan hasil kreasi manusia.


{وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ}


akan tetapi (Al-Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Yunus: 37)Yaitu kitab-kitab sebelum Al-Qur'an dan batu ujian terhadap kitab-kitab itu serta mengandung keterangan tentang apa

yang terjadi pada kitab-kitab sebelumnya menyangkut perubahan, penggantian, dan penakwilan yang ada padanya.Firman Allah Swt.:


{وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (Yunus: 37)Yakni penjelasan mengenai hukum-hukum,

halal dan haram dengan penjelasan yang memuaskan, cukup lagi benar, tiada keraguan padanya dari sisi Allah Tuhan semesta alam. Seperti yang telah disebutkan dalam hadis Al-Haris Al-A'war,

dari Ali ibnu Abu Talib, bahwa di dalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat sebelum kalian, berita apa yang akan terjadi sesudah kalian, dan keputusan hukum di antara sesama kalian. Dengan kata lain,

Al-Qur'an mengandung berita tentang masa lalu dan masa mendatang, serta hukum bagi apa yang terjadi di kalangan manusia, yaitu berupa syariat yang telah disukai dan diridai oleh Allah. Firman Allah Swt.:


{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil

(untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)Artinya, jika kalian menuduh, mendustakan, dan meragukan bahwa Al-Qur'an itu dari sisi Allah; kalian pun mengatakannya dusta dan buat-buatan

yang telah direkayasa oleh Muhammad dari dirinya sendiri. Muhammad itu adalah manusia, sama dengan kalian. Dan dia—menurut dakwaan kalian— telah mampu mendatangkan Al-Qur'an ini, maka buatlah oleh kalian satu surat saja

yang semisal dengannya, yakni yang sejenis dengan Al-Qur'an; dan mintalah tolong untuk itu kepada semua orang yang kalian mampu memanggilnya dari kalangan manusia dan jin.Hal ini merupakan tantangan pada tahap yang ketiga,

karena sebelumnya Allah telah menantang mereka dan menyeru mereka jika mereka benar dalam tuduhannya yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu dibuat oleh Muhammad sendiri. Maka silakan mereka menentangnya

dengan hal yang semisal secara utuh dengan apa yang didatangkan olehnya. Dan hendaklah mereka meminta bantuan kepada siapa pun yang mereka kehendaki untuk membuat yang semisal dengannya. Lalu Allah Swt menyebutkan

bahwa mereka sama sekali tidak akan mampu melakukannya dan tiada jalan bagi mereka untuk itu.Allah Swt. telah berfirman:


{قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا}


Katakanlah. Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu

bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra: 88)Kemudian tantangan terhadap mereka diperkecil menjadi sepuluh surat dari Al-Qur'an, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam permulaan surat Hud, yaitu:


{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Bahkan mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu.” Katakanlah, "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup

(memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.” (Hud: 13)Lalu tantangan diturunkan lagi menjadi satu surat yang semisal dengan surat Al-Qur'an. Maka dalam surat ini Allah Swt. berfirman:


{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Atau (patutkah) mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah, "(Kalau benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil

(untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Yunus: 38)Demikian pula yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah. yaitu surat Madaniyyah. Allah menantang mereka untuk mendatangkan suatu surat

yang semisal, dan Allah menyebutkan bahwa mereka selamanya tidak akan mampu melakukan hal tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ}


Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya). (Al-Baqarah: 24), hingga akhir ayat.Padahal kefasihan saat itu merupakan pembawaan mereka dan syair-syair mereka

telah sampai pada puncak keemasannya, tetapi Nabi Muhammad Saw. menyampaikan kepada mereka sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun. Karena itulah sebagian dari mereka ada yang beriman

karena mengakui ketinggian paramasastra dalam Al-Qur'an, keindahannya, kemudahannya, kandungan makna yang ada di dalamnya serta kecemerlangannya. Mereka adalah orang-orang yang paling menguasai dalam bab ini,

paling mengerti, paling menggemarinya, dan paling memujanya. Perihalnya sama dengan pengakuan para ahli sihir Fir'aun yang mengetahui semua jenis ilmu sihir, bahwa apa yang dilakukan oleh Musa a.s. itu tidaklah keluar kecuali

dari seseorang yang dikuatkan, dan dibimbing serta diutus dari sisi Allah. Dan bahwa apa yang dilakukannya itu tidak akan mampu dilakukan oleh manusia kecuali dengan seizin Allah.Demikian pula halnya Isa a.s.

Allah mengutusnya di masa ketenaran ilmu tabib dan pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Isa dapat meyembuhkan orang yang buta, orang yang berpenyakit supak, bahkan dapat menghidupkan orang yang telah mati

dengan seizin Allah. Hal seperti itu tidak ada kaitannya dengan pengobatan dan obat-obatan. Maka sebagian dari mereka ada yang mengakui dan beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah.Di dalam sebuah hadis sahih, dari Nabi Saw., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَا مِنْ نَبِيٍّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا آمَنَ عَلَى مِثْلِهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا


Tidak ada seorang nabi di antara nabi-nabi kecuali telah dianugerahi mukjizat yang semisal dengan apa yang sedang tenar di kalangan umatnya. Dan sesungguhnya apa yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu

yang diturunkan oleh Allah kepadaku, maka aku berharap semoga akulah nabi yang paling banyak pengikutnya.Firman Allah Swt.:


{بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ}


Yang sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. (Yunus: 39)Yakni sebenarnya mereka mendustakan Al-Qur'an, tidak memahaminya, serta tidak mau mengenalnya.


{وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ}


padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. (Yunus: 39)Artinya, mereka masih belum memahami hidayah dan agama yang benar yang terkandung di dalamnya, tetapi mereka terlanjur mendustakannya karena kebodohan dan kepandiran mereka sendiri.


{كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}


Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan, (rasul). (Yunus: 39)Yaitu umat-umat yang terdahulu mendustakan Rasul-Nya.


{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ}


Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. (Yunus: 39)Maksudnya, perhatikanlah bagaimana Kami binasakan mereka karena kedustaan mereka kepada rasul-rasul Kami secara aniaya, congkak,

kafir, ingkar, dan bodoh. Maka hati-hatilah, hai orang-orang yang mendustakan rasul; kalian pasti akan tertimpa apa yang pernah menimpa mereka. Firman Allah Swt.:


{وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ}


Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an. (Yunus: 40)Di antara mereka yang engkau diutus kepada mereka, hai Muhammad, ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur'an ini dan mengikutimu serta beroleh manfaat dari risalah yang disampaikan olehmu.


وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ


dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. (Yunus: 40)Bahkan mereka mati dalam kekafirannya dan kelak akan dibangkitkan dalam keadaan kafir.


وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ


Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus: 40)Dia mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah, lalu diberi-Nya hidayah; dan Dia mengetahui siapa yang berhak sesat,

lalu Dia menyesat­kannya. Dia Mahaadil dan tidak pernah zalim, bahkan Dia memberi kepada masing-masingnya sesuai dengan apa yang berhak ia terima. Mahasuci, Mahatinggi lagi Mahaagung Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.

Surat Yunus |10:38|

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

am yaquuluunaftarooh, qul fa`tuu bisuurotim miṡlihii wad'uu manistatho'tum min duunillaahi ing kuntum shoodiqiin

Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? Katakanlah, "Buatlah sebuah surat yang semisal dengan surat (Al-Qur´an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."

Or do they say [about the Prophet], "He invented it?" Say, "Then bring forth a surah like it and call upon [for assistance] whomever you can besides Allah, if you should be truthful."

Tafsir
Jalalain

(Atau) patutkah (mereka mengatakan, "Muhammad membuat-buatnya.") yakni Nabi Muhammad saw. telah membuatnya sendiri.

(Katakanlah, "Kalau benar yang kalian katakan itu, maka cobalah datangkan sebuah surah seumpamanya) dalam hal kefasihan dan keparamasastraannya yang kalian buat sendiri,

bukankah kalian itu adalah orang-orang Arab yang fasih dalam berbahasa sama denganku (dan panggillah) untuk membantu dalam hal ini (siapa-siapa yang dapat kalian panggil selain Allah)

selain daripada Allah (jika kalian orang-orang yang benar") bahwasanya Alquran itu adalah buatan belaka, niscaya kalian tidak akan mampu melakukannya. Selanjutnya Allah berfirman:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 38 |

Penjelasan ada di ayat 37

Surat Yunus |10:39|

بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ

bal każżabuu bimaa lam yuḥiithuu bi'ilmihii wa lammaa ya`tihim ta`wiiluh, każaalika każżaballażiina ming qoblihim fanzhur kaifa kaana 'aaqibatuzh-zhoolimiin

Bahkan (yang sebenarnya), mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna dan belum mereka peroleh penjelasannya. Demikianlah halnya umat-umat yang ada sebelum mereka telah mendustakan (Rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang yang zalim.

Rather, they have denied that which they encompass not in knowledge and whose interpretation has not yet come to them. Thus did those before them deny. Then observe how was the end of the wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna) subjek yang dimaksud adalah Alquran; mereka sama sekali tidak mau memikirkan tentangnya

(dan belum pernah) tidak pernah (datang kepada mereka penjelasannya) akibat dari apa yang terkandung di dalamnya, yaitu berupa ancaman.

(Demikianlah) yakni kedustaan itu (orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan) rasul-rasul mereka (Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang lalim itu)

yaitu mereka yang mendustakan para rasul, makna yang dimaksud ialah kebinasaan yang telah menimpa mereka, demikian pula Kami akan membinasakan mereka yang mendustakannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 37

Surat Yunus |10:40|

وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ ۚ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ

wa min-hum may yu`minu bihii wa min-hum mal laa yu`minu bih, wa robbuka a'lamu bil-mufsidiin

Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur´an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.

And of them are those who believe in it, and of them are those who do not believe in it. And your Lord is most knowing of the corrupters

Tafsir
Jalalain

(Di antara mereka) penduduk Mekah (ada arang-orang yang beriman kepada Alquran) hal ini diketahui oleh Allah (dan di antara mereka ada pula orang-orang yang tidak beriman kepadanya)

untuk selama-lamanya. (Rabbmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan) hal ini merupakan ancaman yang ditujukan kepada mereka yang tidak beriman kepadanya,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 40 |

Penjelasan ada di ayat 37

Surat Yunus |10:41|

وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ ۖ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

wa ing każżabuuka fa qul lii 'amalii wa lakum 'amalukum, antum bariii`uuna mimmaaa a'malu wa ana bariii`um mimmaa ta'maluun

Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad) maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan."

And if they deny you, [O Muhammad], then say, "For me are my deeds, and for you are your deeds. You are disassociated from what I do, and I am disassociated from what you do."

Tafsir
Jalalain

(Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah,) kepada mereka ("Bagiku pekerjaanku dan bagi kalian pekerjaan kalian) artinya bagi masing-masing pihak menanggung akibat perbuatannya sendiri.

Kalian berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan.") akan tetapi ayat itu dinasakh oleh ayatus-saif atau ayat yang menganjurkan memerangi mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 41 |

Tafsir ayat 41-44

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa jika orang-orang musyrik itu mendustakan kamu, maka berlepas dirilah kamu dari mereka, juga dari amal perbuatan mereka.


{فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ}


maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian.” (Yunus: 41)Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ * لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ * وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ * وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِين}


Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah.” (Al-Kafirun: 1 -2), hingga akhir surat.Dan Nabi Ibrahim Al-Khalil beserta para pengikutnya berkata kepada kaumnya yang musyrik, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ}


Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. (Al-Mumtahanah: 4), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:


{وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ}


Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. (Yunus: 42)Yakni mendengarkan ucapanmu yang bagus dan mendengar Al-Qur'an, serta hadis-hadis sahih yang fasih lagi bermanfaat bagi hati,

agama, dan diri pendengarnya. Sebenarnya usaha itu sudah cukup besar, tetapi hal tersebut bukan merupakan tanggung jawabmu, juga tidak dibebankan kepada mereka. Karena sesungguhnya kamu

tidak akan dapat memperdengarkan orang yang tuli. Kamu pun tidak akan dapat memberi petunjuk kepada mereka kecuali jika Allah menghendakinya,


{وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ}


Dan di antara mereka ada orang-orang yang melihat kepadamu. (Yunus: 43)Maksudnya, memandangmu dan memandang apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu berupa ketenangan, sifat yang baik,

dan akhlak yang agung; serta dalil yang jelas yang membuktikan kenabianmu bagi orang-orang yang mempunyai akal dan pandangan hati. Mereka memandang kepadamu sebagaimana orang lain memandangmu,

tetapi selain mereka tidaklah memperoleh hidayah sedikit pun, berbeda keadaannya dengan apa yang mereka peroleh. Bahkan orang-orang mukmin memandangmu dengan pandangan yang mengandung pengagungan,

sedangkan orang-orang kafir itu memandang kepada­mu dengan pandangan menghina, seperti yang disebutkan dalam ayat lain:


وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا


Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, niscaya mereka tidak lain hanyalah membuat kamu menjadi olok-olok (Al-Anbiya: 36), hingga akhir ayat.Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia tidaklah menganiaya seorang pun,

sekalipun dia telah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, membuat melihat orang yang tadinya buta, membuka mata yang tadinya terkatup, membuka telinga yang tadinya tuli, membuka hati yang tadinya tertutup rapat,

dan membuat orang yang selain mereka sesat dari jalan keimanan. Karena Dia adalah Penguasa Yang Maha Mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaan­Nya, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.

Dialah Tuhan yang tidak ada seorang pun meminta pertanggungjawaban-Nya dari apa yang telah dtperbuat-Nya, sedangkan mereka pasti dimintai pertanggung­jawabannya. Demikian itu berkat ilmu-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan keadilan-Nya. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:


{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}


Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Yunus: 44)Di dalam sebuah hadis dari Abu Zar, dari Nabi Saw., dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Nabi Saw. dari Tuhannya disebutkan:


"يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا


Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan aniaya atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya haram pula di antara kalian. Maka janganlah kalian saling berbuat aniaya.Dan pada akhir hadis Qudsi ini disebutkan:


يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، ومن وجد غير ذلك فلا يَلُومَنَّ إلا نَفْسَهُ"


Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini adalah hasil amal per­buatan kalian yang Aku catatkan untuk kalian, kemudian Aku membalaskannya kepada kalian secara penuh Maka barang siapa yang menjumpai kebaikan

(pada catatan amal perbuatannya), hendaklah ia memuji kepada Allah; dan barang siapa yang menjumpai(nya) selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.Hadis ini secara panjang lebar diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Surat Yunus |10:42|

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ ۚ أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ

wa min-hum may yastami'uuna ilaiik, a fa anta tusmi'ush-shumma walau kaanuu laa ya'qiluun

Dan di antara mereka ada yang mendengarkan engkau (Muhammad). Tetapi apakah engkau dapat menjadikan orang yang tuli itu mendengar, walaupun mereka tidak mengerti?

And among them are those who listen to you. But can you cause the deaf to hear, although they will not use reason?

Tafsir
Jalalain

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu) jika kamu membacakan Alquran (apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar) keadaan mereka yang tidak mau mengambil manfaat

daripada Alquran yang dibacakan kepada mereka diserupakan dengan keadaan orang-orang yang tuli (walaupun keadaan mereka) di samping tuli itu (tidak mengerti) tidak mau berpikir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Yunus |10:43|

وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ ۚ أَفَأَنْتَ تَهْدِي الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا يُبْصِرُونَ

wa min-hum may yanzhuru ilaiik, a fa anta tahdil-'umya walau kaanuu laa yubshiruun

Dan di antara mereka ada yang melihat kepada engkau. Tetapi apakah engkau dapat memberi petunjuk kepada orang yang buta walaupun mereka tidak memperhatikan?

And among them are those who look at you. But can you guide the blind although they will not [attempt to] see?

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan) Allah swt.

menyerupakan keadaan mereka dengan keadaan orang-orang yang tidak dapat melihat, karena mereka tidak mau mengambil petunjuk dari apa yang mereka lihat.

Bahkan keadaan mereka lebih parah lagi; gambaran ini diungkapkan pula di dalam firman-Nya yang lain, yaitu, "Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." (Al-Hajj 46).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Yunus |10:44|

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

innalloha laa yazhlimun-naasa syai`aw wa laakinnan-naasa anfusahum yazhlimuun

Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.

Indeed, Allah does not wrong the people at all, but it is the people who are wronging themselves.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Allah tidak berbuat lalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat lalim kepada diri mereka sendiri).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 44 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Yunus |10:45|

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

wa yauma yaḥsyuruhum ka`al lam yalbaṡuuu illaa saa'atam minan-nahaari yata'aarofuuna bainahum, qod khosirollażiina każżabuu biliqooo`illaahi wa maa kaanuu muhtadiin

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan. Sungguh rugi orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.

And on the Day when He will gather them, [it will be] as if they had not remained [in the world] but an hour of the day, [and] they will know each other. Those will have lost who denied the meeting with Allah and were not guided

Tafsir
Jalalain

(Dan di hari ketika Allah mengumpulkan mereka, seakan-akan) artinya keadaan mereka seolah-olah (tidak pernah tinggal) di dunia atau di alam kubur (melainkan hanya sesaat saja di siang hari)

mengingat kengerian yang mereka lihat pada saat itu. Jumlah tasybih atau kalimat ka-allam yalbatsuu illaa saa'atan minan nahaar menjadi hal atau kata keterangan daripada dhamir maf'ul

yang terdapat di dalam lafal yahsyuruhum (mereka saling berkenalan di antara sesama mereka) sebagian di antara mereka berkenalan dengan sebagian yang lain bila mereka dibangkitkan dari alam kubur,

kemudian terputuslah perkenalan mereka mengingat ngerinya keadaan yang sedang mereka hadapi. Kalimat ayat ini menjadi jumlah hal yang muqaddarah atau berta'alluq pada zharaf.

(Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah) yaitu mereka yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit (dan mereka tidak mendapat petunjuk).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 45 |

Allah Swt. mengingatkan manusia akan terjadinya hari kiamat dan dibangkitkan mereka dari kuburannya masing-masing, lalu digiring menuju pelataran Mahsyar di hari kiamat.


وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ


Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka. (Yunus: 45), hingga akhir ayat.Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:


كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ


Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Al-Ahqaf: 35)


{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا}


Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saj a) di waktu sore atau pagi hari. (An-Nazi'at: 46)


{يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا * يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا * نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا يَوْمًا}


(Yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram, mereka berbisik-bisik di antara mereka, "Kalian tidak berdiam (di dunia)

melainkan hanyalah sepuluh (hari).” Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka.”Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja. (Thaha: 102-104)


وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ


Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, "Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja).” (Ar-Rum: 55), hingga akhir ayat-ayat berikuuwa.

Semua ayat tersebut menunjukkan betapa pendeknya hidup di dunia bila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat, seperti halnya yang disebut­kan oleh firman-Nya:


{قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ * قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}


Allah bertanya, "Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, "

Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.”(Al-Mu’minun: 112-114)Adapun firman Allah Swt.:


{يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ}


Mereka saling mengenal (Yunus: 45)Maksudnya, anak mengenal orang tuanya, dan kaum kerabat sebagian dari mereka mengenal sebagian yang lainnya, sebagaimana keadaan mereka ketika hidup di dunia;

tetapi pada hari itu masing-masing orang sibuk dengan keadaannya sendiri, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ}


Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka (Al-Mu’minun: 101), hingga akhir ayat.


وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا


Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya. (Al-Ma'arij: 10), hingga beberapa ayat berikutnya.Mengenai firman Allah Swt.:


{قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ}


Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk (Yunus: 45)Surat di atas sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ}


Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 15)Demikian itu karena diri mereka dan keluarga mereka mengalami kerugian di hari kiamat. Bukankah hal itu merupakan kerugian yang jelas?

Tiada kerugian yang lebih parah daripada kerugian yang diderita oleh orang-orang yang dipisahkan dari keluarga dan kekasih-kekasihnya di hari penyesalan dan kekecewaan, yaitu hari kiamat.

Surat Yunus |10:46|

وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ

wa immaa nuriyannaka ba'dhollażii na'iduhum au natawaffayannaka fa ilainaa marji'uhum ṡummallohu syahiidun 'alaa maa yaf'aluun

Dan jika Kami perlihatkan kepadamu (Muhammad) sebagian dari (siksaan) yang Kami janjikan kepada mereka, (tentulah engkau akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan engkau (sebelum itu), maka kepada Kami (jualah) mereka kembali dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.

And whether We show you some of what We promise them, [O Muhammad], or We take you in death, to Us is their return; then, [either way], Allah is a witness concerning what they are doing

Tafsir
Jalalain

(Dan jika) lafal immaa ini asalnya adalah terdiri dari in syarthiyah dan maa zaidah yang digabungkan menjadi satu (Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari apa yang Kami ancamkan kepada mereka)

berupa azab, di dalam hidupmu. Jawab syarath dibuang, lengkapnya adalah fadzaaka, artinya tentulah kamu dapat menyaksikannya (atau jika Kami wafatkan kamu)

sebelum mereka tertimpa azab (maka kepada Kamilah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi) selalu melihat (atas apa yang mereka kerjakan)

berupa kedustaan mereka dan kekafiran yang mereka lakukan itu, kelak Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang amat keras.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 46 |

Tafsir ayat 46-47

Allah Swt. ber-khitab kepada Rasul-Nya melalui firman-Nya:


{وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ}


Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka. (Yunus: 46)Yakni Kami menimpakan pembalasan kepada mereka di masa kamu masih hidup, agar hatimu merasa puas terhadap mereka.


{أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ}


atau (Jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali (Yunus :46)Maksudnya, kepada Kamilah mereka akan dikembalikan dan dipulangkan. Allah Maha Menyaksikan atas semua perbuatan mereka sesudah kamu tiada.


قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مَكْرَمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الْجَارُودِ، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عُرضت عَلَيَّ أُمَّتِي الْبَارِحَةَ لَدَى هَذِهِ الْحُجْرَةِ، أَوَّلُهَا وَآخِرُهَا. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عُرِضَ عَلَيْكَ مَنْ خُلِق، فَكَيْفَ مَنْ لَمْ يُخْلَقْ؟ فَقَالَ: "صُوِّروا لِي فِي الطِّينِ، حَتَّى إِنِّي لأعْرَفُ بِالْإِنْسَانِ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدِكُمْ بِصَاحِبِهِ".


Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad. telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami

Daud ibnul Jarud, dari Abu Tufail. dari Huzaifah ibnu Usaid. dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Telah ditampakkan kepadaku perihal umatku tadi malam, dari yang pertama hingga yang terakhir, pada (dinding) kamar ini.

Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, telah ditampakkan kepadamu manusia yang telah diciptakan. Maka bagaimanakah dengan manusia (dari kalangan umatmu) yang belum diciptakan?" Rasulullah Saw. menjawab:

Gambar mereka ditampilkan kepadaku pada tembok tanah liat ini, sehingga aku lebih mengenal seorang demi seorang dari mereka daripada seseorang di antara kalian terhadap temannya.Imam Tabrani meriwayatkannya pula

dari Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, dari Uqbah ibnu Makram, dari Yunus ibnu Bukair, dari Ziyad ibnul Munzir, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Firman Allah Swt.:


{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ}


Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka. (Yunus: 47)Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah hari kiamat.


{قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}


diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil. (Yunus: 47), hingga akhir ayat.Sama halnya dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَأَشْرَقَتِ الأرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا }


Dan terang-benderanglah bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya. (Az-Zumar: 69). hingga akhir ayat.Setiap umat akan ditampilkan oleh Allah di hadapan rasulnya masing-masing,

sedangkan kitab catatan amal perbuatan mereka —yang baik dan yang buruk— diberikan kepada mereka sebagai saksinya dan para malaikat pencatat amal perbuatan ikut menjadi saksi pula.

Demikianlah diberlakukan terhadap semua umat, satu umat demi satu umat. Dan umat Nabi Muhammad yang mulia ini, sekalipun merupakan umat yang terakhir penciptaannya, tetapi mereka merupakan umat yang paling dulu

tampil di hari kiamat nanti, lalu diselesaikanlah keputusan hukum di antara mereka; seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"نحن الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمَقْضِيُّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ"


Sesungguhnya kami adalah umat yang paling akhir, tetapi umat yang paling terdahulu kelak di hari kiamat yang beroleh keputusan hukum bagi mereka sebelum umat-umat lainnya.

Sesungguhnya umat Nabi Muhammad Saw. memperoleh kemuliaan ini hanyalah berkat kemuliaan Rasul-Nya, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepadanya sampai hari kiamat nanti.

Surat Yunus |10:47|

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

wa likulli ummatir rosuul, fa iżaa jaaa`a rosuuluhum qudhiya bainahum bil-qisthi wa hum laa yuzhlamuun

Dan setiap umat (mempunyai) rasul. Maka apabila rasul mereka telah datang, diberlakukanlah hukum bagi mereka dengan adil dan (sedikit pun) tidak dizalimi.

And for every nation is a messenger. So when their messenger comes, it will be judged between them in justice, and they will not be wronged

Tafsir
Jalalain

(Tiap-tiap umat) dari umat-umat semuanya (mempunyai rasul, maka apabila telah datang rasul mereka) kepadanya mereka mendustakannya

(diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil) secara adil; untuk itu Allah mengazab mereka dan menyelamatkan rasul-Nya bersama orang-orang yang beriman kepadanya

(dan mereka sedikit pun tidak dianiaya) seumpamanya mereka diazab tanpa dosa. Demikianlah Kami melakukan hal yang serupa terhadap mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Yunus |10:48|

وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

wa yaquuluuna mataa haażal-wa'du ing kuntum shoodiqiin

Dan mereka mengatakan, "Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika kamu orang-orang yang benar?"

And they say, "When is [the fulfillment of] this promise, if you should be truthful?"

Tafsir
Jalalain

(Mereka mengatakan, "Bilakah datangnya ancaman itu) siksaan itu (jika memang kalian orang-orang yang benar") dalam hal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 48 |

Tafsir ayat 48-52

Allah Swt. menceritakan tentang kekufuran orang-orang musyrik itu dalam permintaan mereka yang memohon agar azab disegerakan kepada mereka, demikian pula permintaan mereka mengenai waktu datangnya siksaan itu

sebelum ditentukan, yang hal tersebut tiada faedahnya sama sekali bagi mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ}


Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18)

Yakni pasti akan terjadi dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, sekalipun mereka tidak mengetahui waktunya secara tepat. Karena itulah Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Rasul-Nya dalam menjawab ucapan orang-orang musyrik itu melalui firman-Nya:


{قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلا نَفْعًا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ}


Katakanlah, "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak(pula) kemanfaatan kepada diriku.” (Yunus: 49), hingga akhir ayat.Maksudnya, aku tidak mengatakan kecuali apa yang telah diajarkan­Nya kepadaku,

dan aku tidak mempunyai kemampuan terhadap sesuatu yang pengetahuannya hanya ada pada sisi Allah, kecuali bila Allah memperlihatkannya kepadaku. Aku adalah hamba dan utusan-Nya kepada kalian.

Aku telah memberitakan kepada kalian akan kedatangan hari kiamat, bahwa hari kiamat itu pasti terjadi, dan Allah tidak memperlihatkan kepadaku mengenai waktunya, tetapi:


{لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ}


tiap-tiap umat mempunyai ajal. (Yunus: 49)Setiap generasi mempunyai batas usia yang telah ditentukan bagi mereka, dan apabila batas usia itu telah habis masanya:


{فَلا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ}


Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya. (Yunus: 49)Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا}


Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. (Al-Munafiqun: 11), hingga akhir ayat.Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa azab Allah pasti akan datang menimpa mereka dengan sekonyong-konyong. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:


{قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا}


Katakanlah.”Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari. (Yunus: 50)Yang dimaksud dengan bayatan ialah di waktu malam hari.


{مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِه}


apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga? Kemudian apakah setelah terjadinya (azab itu), lalu kalian baru mempercayainya? Apakah sekarang (baru kalian mempercayai), padahal sebelumnya kalian selalu

meminta supaya disegerakan? (Yunus: 50-51)Yakni manakala azab datang menimpa mereka, maka mereka mengatakan seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya:


{رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}


Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.


{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}


Maka tatkala mereka melihat azab Kami. mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan (nya) dengan Allah.”

Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu’min: 84-85) Adapun firman Allah Swt.:


{ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ}


Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim (musyrik) itu, "Rasakanlah oleh kalian siksaan yang kekal.” (Yunus: 52)Pada hari kiamat dikatakan kata-kata tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan buat mereka. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman lainnya, yaitu:


{يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا * هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ * أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ * اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kalian selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kalian tidak melihat?

Masuklah kalian ke dalamnya (rasakanlah kepanasan apinya), maka baik kalian bersabar atau tidak, sama saja bagi kalian; kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Ath-Thur: 13-16)

Surat Yunus |10:49|

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

qul laaa amliku linafsii dhorrow wa laa naf'an illaa maa syaaa`alloh, likulli ummatin ajal, iżaa jaaa`a ajaluhum fa laa yasta`khiruuna saa'ataw wa laa yastaqdimuun

Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa menolak mudarat ataupun mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki." Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.

Say, "I possess not for myself any harm or benefit except what Allah should will. For every nation is a [specified] term. When their time has come, then they will not remain behind an hour, nor will they precede [it]."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Aku tidak berkuasa untuk mendatangkan kemudaratan kepada diriku) yang aku dapat menolaknya (dan tidak pula kemanfaatan) yang aku dapat menariknya

(melainkan apa yang dikehendaki Allah") bila memang Allah telah memastikannya terhadap diriku. Bagaimana aku dapat berkuasa untuk menurunkan azab kepada kalian.

(Tiap-tiap umat mempunyai ajal) masa yang telah dimaklumi bagi kebinasaan mereka. (Maka apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat menangguhkannya)

tidak dapat menangguhkan kedatangan azab itu (barang sedikit pun dan tidak pula mendahulukannya) menyegerakan datangnya azab itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 49 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Yunus |10:50|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ

qul a ro`aitum in ataakum 'ażaabuhuu bayaatan au nahaarom maażaa yasta'jilu min-hul-mujrimuun

Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika datang kepada kamu siksaan-Nya pada waktu malam atau siang hari, manakah yang diminta untuk disegerakan oleh orang-orang yang berdosa itu?"

Say, "Have you considered: if His punishment should come to you by night or by day - for which [aspect] of it would the criminals be impatient?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Terangkanlah) ceritakanlah kepadaku (jika datang kepada kalian siksaan-Nya) yakni azab Allah (di waktu malam hari) (atau di siang hari, apakah) benar

(minta disegerakan juga datangnya azab itu) siksaan itu (oleh orang-orang yang berdosa") yakni orang-orang musyrik. Di dalam ayat ini terkandung ungkapan meletakkan isim zhahir pada tempat isim dhamir.

Jumlah istifham dalam ayat ini merupakan jawab syarat; perihalnya sama dengan ucapan anda, "idzaa ataituka madzaa tu'thiiniy"

(Jika aku datang berkunjung kepadamu, apakah yang akan engkau berikan kepadaku). Adapun pengertian yang dimaksud daripada makna ayat ini ialah menggambarkan kengerian;

atau dengan kata lain, alangkah ngerinya apa yang mereka minta supaya disegerakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 50 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Yunus |10:51|

أَثُمَّ إِذَا مَا وَقَعَ آمَنْتُمْ بِهِ ۚ آلْآنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ

a ṡumma iżaa maa waqo'a aamantum bih, aaal-aana waqod kuntum bihii tasta'jiluun

Kemudian apakah setelah azab itu terjadi, kamu baru mempercayainya? Apakah (baru) sekarang, padahal sebelumnya kamu selalu meminta agar disegerakan?

Then is it that when it has [actually] occurred you will believe in it? Now? And you were [once] for it impatient

Tafsir
Jalalain

(Kemudian apakah setelah terjadinya azab itu) setelah siksaan menimpa kalian (kemudian itu kalian baru mempercayainya) percaya kepada Allah atau percaya kepada azab-Nya

sewaktu azab itu diturunkan. Hamzah di sini mengandung makna mengingkari adanya penangguhan azab. Kala itu iman kalian tidak dapat diterima, kemudian akan dikatakan kepada kalian

(Apakah baru sekarang) kalian mempercayainya (padahal sebelumnya kalian selalu meminta supaya disegerakan ) kalimat ayat ini mengandung arti cemoohan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 51 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Yunus |10:52|

ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ

ṡumma qiila lillażiina zholamuu żuuquu 'ażaabal-khuld, hal tujzauna illaa bimaa kuntum taksibuun

Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim itu,"Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal. Kamu tidak diberi balasan, melainkan (sesuai) dengan apa yang telah kamu lakukan."

Then it will be said to those who had wronged, "Taste the punishment of eternity; are you being recompensed except for what you used to earn?"

Tafsir
Jalalain

(Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang lalim atau musyrik itu, "Rasakanlah oleh kalian siksaan yang kekal) artinya siksaan yang kalian kekal di dalamnya

(tidaklah) (kalian diberi balasan melainkan) pembalasan (dengan apa yang telah kalian kerjakan").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Yunus |10:53|

وَيَسْتَنْبِئُونَكَ أَحَقٌّ هُوَ ۖ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ ۖ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ

wa yastambi`uunaka aḥaqqun huw, qul ii wa robbiii innahuu laḥaqq, wa maaa antum bimu'jiziin

Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad), "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?" Katakanlah, "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya (azab) itu pasti benar dan kamu sekali-kali tidak dapat menghindar."

And they ask information of you, [O Muhammad], "Is it true?" Say, "Yes, by my Lord. Indeed, it is truth; and you will not cause failure [to Allah]."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka menanyakan kepadamu) meminta penjelasan darimu ("Benarkah hal itu") artinya apa yang telah engkau ancamkan kepada kami berupa siksaan

dan dibangkitkan dari kubur itu (Katakanlah, "Ya,) benar (demi Rabbku, sesungguhnya azab itu adalah benar dan kalian sekali-kali tidak dapat luput.") tidak dapat selamat daripadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 53 |

Tafsir ayat 53-54

Allah Swt. menyebutkan bahwa mereka akan bertanya kepadamu, Muhammad:


{أَحَقٌّ هُوَ}


Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? (Yunus: 53)Yakni tentang benarkah kiamat dan hari berbangkit dari kubur itu, padahal tubuh-tubuh ini telah menjadi tanah?


{قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ}


Katakanlah, "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah be­nar; dan kalian sekali-kali tidak dapat luput (darinya). (Yunus: 53)Maksudnya, keadaan kalian yang telah menjadi tanah bukanlah merupakan halangan bagi Allah

untuk mengembalikan kalian menjadi hidup kembali seperti halnya Dia menciptakan kalian dari ketiadaan. Allah telah berfirman dalam ayat lainnya, yaitu:


{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}


Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu ha­nyalah berkata padanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin: 82)Ayat ini tidak ada yang menyamainya dalam Al-Qur’an kecuali dua ayat lainnya,

yaitu dalam surat Saba dalam kaitan Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk bersumpah dengan menyebut nama-Nya terhadap orang-orang yang ingkar akan adanya hari berbangkit, yaitu melalui firman-Nya:


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ}


Dan orang-orang yang kafir berkata, "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah, "Pasti datang, demi Tuhanku." (Saba: 3)Dalam surat At-Taghabun juga disebutkan melalui firman-Nya:


{زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}


Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, ”Tidak demikian, demi Tuhanku, kalian benar-benar akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepada kalian

apa yang telah kalian kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (At-Taghabun: 7)Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa apabila hari kiamat telah terjadi, maka orang kafir sangat berkeinginan seandainya saja dia dapat menebus dirinya dari siksa Allah dengan emas sepenuh bumi sekalipun.


{وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ}


dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu, dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil. (Yunus: 54)Yakni dengan hak.


{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}


sedangkan mereka tidak dianiaya. (Yunus: 54)

Surat Yunus |10:54|

وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِي الْأَرْضِ لَافْتَدَتْ بِهِ ۗ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ ۚ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

walau anna likulli nafsin zholamat maa fil-ardhi laftadat bih, wa asarrun-nadaamata lammaa ro`awul-'ażaab, wa qudhiya bainahum bil-qisthi wa hum laa yuzhlamuun

Dan kalau setiap orang yang zalim itu (mempunyai) segala yang ada di Bumi, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Kemudian diberi keputusan di antara mereka dengan adil dan mereka tidak dizalimi.

And if each soul that wronged had everything on earth, it would offer it in ransom. And they will confide regret when they see the punishment; and they will be judged in justice, and they will not be wronged

Tafsir
Jalalain

(Dan kalau setiap diri yang lalim itu) yang kafir itu (mempunyai segala apa yang ada di bumi ini) kekayaan yang terdapat di bumi ini

(tentu dia menebus dirinya dengan itu) demi menyelamatkan diri dari azab di hari kiamat (dan mereka menyembunyikan penyesalannya) karena tidak mau beriman

(ketika mereka telah menyaksikan azab itu) para pemimpin orang-orang musyrik itu dengan sengaja menyembunyikan rasa penyesalannya dari mata orang-orang lemah

mereka yang telah mereka sesatkan, karena mereka takut mendapatkan celaan. (Dan telah diberikan keputusan di antara mereka) yakni di antara makhluk (dengan adil) secara adil (sedangkan mereka tidak dianiaya) sedikit pun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 54 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Yunus |10:55|

أَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ أَلَا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

alaaa inna lillaahi maa fis-samaawaati wal-ardh, alaaa inna wa'dallohi ḥaqquw wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun

Ketahuilah sesungguhnya milik Allahlah apa yang ada di langit dan di Bumi. Bukankah janji Allah itu benar? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Unquestionably, to Allah belongs whatever is in the heavens and the earth. Unquestionably, the promise of Allah is truth, but most of them do not know

Tafsir
Jalalain

(Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi. Ingatlah sesungguhnya janji Allah itu) mengenai hari berbangkit dan hari pembalasan

(benar) pasti (tetapi kebanyakan mereka) manusia (tidak mengetahui) hal itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 55 |

Tafsir ayat 55-56

Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia adalah yang memiliki langit dan bumi; dan janji-Nya adalah benar pasti akan terjadi, tidak terelakkan lagi. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan,

kemudian hanya kepada-Nyalah mereka dikembalikan. Dia mampu berbuat demikian, lagi Maha Mengetahui semua tubuh yang telah hancur luluh lagi berserakan dan bertebaran di seluruh kawasan bumi, lautan, dan padang-padang sahara.

Surat Yunus |10:56|

هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

huwa yuḥyii wa yumiitu wa ilaihi turja'uun

Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.

He gives life and causes death, and to Him you will be returned

Tafsir
Jalalain

(Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan) di hari kemudian, kemudian Dia membalas kalian atas amal perbuatan kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 56 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Yunus |10:57|

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

yaaa ayyuhan-naasu qod jaaa`atkum mau'izhotum mir robbikum wa syifaaa`ul limaa fish-shuduuri wa hudaw wa roḥmatul lil-mu`miniin

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur´an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.

O mankind, there has to come to you instruction from your Lord and healing for what is in the breasts and guidance and mercy for the believers.

Tafsir
Jalalain

(Hai manusia) yakni penduduk Mekah (sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian) berupa Alkitab yang di dalamnya dijelaskan hal-hal yang bermanfaat

dan hal-hal yang mudarat bagi diri kalian, yaitu berupa kitab Alquran (dan penyembuh) penawar (bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada)

yakni penyakit akidah yang rusak dan keragu-raguan (dan petunjuk) dari kesesatan (serta rahmat bagi orang-orang yang beriman) kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 57 |

Tafsir ayat 57-58

Allah Swt. berfirman menyebutkan karunia-Nya yang telah diberikan kepada makhluk-Nya, yaitu Al-Qur'an yang telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya yang mulia:


{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}


Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian. (Yunus: 57)Yakni peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang keji.


{وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ}


dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada. (Yunus : 57)Maksudnya adalah dari kebimbangan dan keraguan, yaitu melenyapkan kotoran dan najis yang terdapat di dalam dada.


{وَهُدًى وَرَحْمَةً}


dan petunjuk serta rahmat. (Yunus: 57)Yaitu yang dengan mengamalkannya akan diperoleh petunjuk dan rahmat dari Allah Swt. Dan sesungguhnya hal itu hanyalah diperoleh bagi orang-orang mukmin

dan orang-orang yang percaya serta meyakini apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}


Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)


{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ}


Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman." (Fushshilat: 44), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:


{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا}


Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (Yunus: 58)Artinya, dengan adanya hidayah dan agama yang hak ini yang datang kepada mereka,

hendaklah mereka bergembira, karena hal itu merupakan sesuatu yang lebih patut untuk mereka gembirakan.


{هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}


Karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan. (Yunus: 58)Yakni lebih baik daripada harta benda duniawi dan semua perhiasannya yang pasti akan fana dan lenyap itu. Sehubungan dengan tafsir ayat ini,

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah asar berikut sanadnya dari Baqiyyah ibnul Walid, dari Safwan ibnu Amr; ia pernah mendengar Aifa' ibnu Abdul Kala'i mengatakan bahwa ketika datang harta Kharraj dari Irak kepada Khalifah Umar r.a.,

khalifah keluar bersama seorang maula (pelayan)nya. Kemudian Khalifah Umar menghitung-hitung ternak dari hasil Kharraj itu, dan ternyata jumlahnya jauh lebih banyak daripada apa yang diperkirakannya. Maka Umar r.a. berkata,

"Segala puji bagi Allah." Sedangkan maulanya mengatakan.”Ini. demi Allah, berkat karunia dan rahmat Allah.' Maka Khalifah Umar memotongnya, "Kamu dusta, ini bukanlah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Katakanlah,

'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya.' (Yunus: 58), hingga akhir ayat. Dan semua harta ini berasal dari apa yang mereka kumpulkan."Al-Hafiz Abu Qasim At-Tabrani telah menyebutkan sanadnya dengan lengkap.

Maka ia meriwayatkannya dari Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi, dari Haiwah ibnu Syuraih, dari Baqiyyah, kemudian ia menuturkan asar ini.

Surat Yunus |10:58|

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

qul bifadhlillaahi wa biroḥmatihii fa biżaalika falyafroḥuu, huwa khoirum mimmaa yajma'uun

Katakanlah (Muhammad), "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan."

Say, "In the bounty of Allah and in His mercy - in that let them rejoice; it is better than what they accumulate."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Dengan karunia Allah) yaitu agama Islam (dan rahmat-Nya) yaitu Alquran (maka dengan hal itu) dengan karunia dan rahmat tersebut

(hendaklah mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.") yaitu berupa duniawi. Lafal yajma'uuna dapat dibaca tajma'uuna.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 58 |

Penjelasan ada di ayat 57

Surat Yunus |10:59|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ ۖ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ

qul a ro`aitum maaa anzalallohu lakum mir rizqin fa ja'altum min-hu ḥaroomaw wa halaalaa, qul aaallohu ażina lakum am 'alallohi taftaruun

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal." Katakanlah, "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini), ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?"

Say, "Have you seen what Allah has sent down to you of provision of which you have made [some] lawful and [some] unlawful?" Say, "Has Allah permitted you [to do so], or do you invent [something] about Allah?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepadaku (tentang apa yang telah diturunkan oleh Allah) tentang apa yang telah diciptakan oleh-Nya

(bagi kalian berupa rezeki, lalu kalian jadikan sebagiannya haram dan sebagian yang lainnya halal.") seperti ternak bahirah, ternak saibah dan bangkai.

(Katakanlah, "Apakah Allah telah memberikan izin kepada kalian) tentang ini, yaitu tentang penghalalan dan pengharaman ini; tentu saja tidak (atau) bahkan

(kalian mengada-adakan saja terhadap Allah") kalian telah berdusta dengan mengaitkan hal tersebut dari Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 59 |

Tafsir ayat 59-60

Ibnu Abbas. Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan sebagai pengingkaran terhadap perbuatan orang-orang musyrik

yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu dari diri mereka sendiri, seperti mengharamkan bahirah, saibah, dan wasilah. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأنْعَامِ نَصِيبًا}


Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah. (Al-An'am: 136), hingga beberapa ayat berikutnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، سَمِعْتُ أَبَا الْأَحْوَصِ -وَهُوَ عَوْفُ بْنُ [مَالِكِ بْنِ] نَضْلَةَ -يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَشْف الْهَيْئَةِ، فَقَالَ: "هَلْ لَكَ مَالٌ؟ " قَالَ: قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: "مِنْ أَيِّ الْمَالِ؟ " قَالَ: قُلْتُ: مِنْ كُلِّ الْمَالِ، مِنَ الْإِبِلِ وَالرَّقِيقِ وَالْخَيْلِ وَالْغَنَمِ. فَقَالَ إِذَا آتَاكَ مَالًا فَلْيُرَ عَلَيْكَ". وَقَالَ: "هَلْ تُنْتِجُ إِبِلُ قَوْمِكَ صِحَاحًا آذانُها، فتعمَد إِلَى مُوسَى فَتَقْطَعُ آذَانَهَا، فَتَقُولُ: هَذِهِ بَحْرٌ وَتَشُقُّهَا، أَوْ تَشُقُّ جلودها وَتَقُولُ: هَذِهِ صُرُم، وَتُحَرِّمُهَا عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِكَ؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَإِنَّ مَا آتَاكَ اللَّهُ لَكَ حِلٌّ، وَسَاعِدُ اللَّهِ أَشُدُّ مِنْ سَاعِدِكَ، وَمُوسَى اللَّهِ أَحَدُّ مِنْ مُوسَاكَ" وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, bahwa ia pernah mendengar Abul Ahwas (yaitu Auf ibnu Malik ibnu Nadlah)

menceritakan hadis berikut dari ayahnya. Disebutkan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dengan penampilan yang lusuh, maka Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah engkau punya harta?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw.

bertanya, "Berupa apakah hartamu?" Ia menjawab, "Semua jenis harta seperti unta, budak, kuda, dan ternak kambing." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila Allah meng­anugerahkan kepadamu harta, maka perlihatkanlah

bekasnya pada dirimu." Dan Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah ternak untamu melahir­kan unta-unta yang telinganya utuh, lalu kamu sengaja mengambil pisau, kemudian kamu memotong telinganya dan kamu katakan. Ini Bahirah,'

dan kamu beri tanda pada kulitnya dengan menyobek sebagiannya dan kamu katakan, 'Ini Sarimah,' yang semuanya itu kamu haramkan atas dirimu dan keluargamu?" Ia menjawab.”Ya." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya

apa yang diberikan Allah kepadamu adalah halal, lengan Allah lebih kuat daripada lenganmu, dan pisau Allah lebih tajam daripada pisaumu.' hingga akhir hadis.Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Uyaynah,

dari Abuz Za'ra (yaitu Amr ibnu Amr). dari pamannya (yaitu Abul Ahwas). Juga dari Bahz ibnu Asad. dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Abul Ahw as dengan sanad yang sama. Hadis ini ditinjau dari sanadnya

berpredikat jayyid lagi kuat.Allah Swt. mengingkari orang yang mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya atau menghalalkan apa yang diharamkan-Nya. hanya berdasarkan kepada pendapat dan hawa nafsu sendiri,

tanpa sandaran dan tanpa ada dalil yang menjadi pegangannya.Kemudian Allah Swt. mengancam mereka atas perbuatannya itu kelak di hari kiamat. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:


{وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَة}


Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat? (Yunus: 60)Maksudnya, apakah yang mereka kira akan dilakukan terhadap mereka kelak di hari kiamat bila mereka dikembalikan kepada Kami? Firman Allah Swt.:


{إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}


Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia. (Yunus: 60)Ibnu Jarir mengatakan bahwa karunia itu berupa penangguhan, yakni Allah membiarkan mereka hidup di dunia tanpa menyegerakan

siksaan-Nya kepada mereka.Menurut kami, dapat pula ditakwilkan bahwa Allah mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, yaitu membolehkan bagi mereka semua hal yang bermanfaat di dunia ini; dan Dia tidak mengharamkan atas mereka sesuatu pun kecuali yang membahayakan diri dan agama mereka.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ}


tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (Yunus: 60)Bahkan mereka mengharamkan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, dan mempersempit diri mereka sendiri dengan cara menghalal­kan sebagian

dan mengharamkan sebagian yang lain. Dan memang itulah yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik dalam hukum-hukumnya yang mereka bebankan atas diri mereka sendiri, begitu pula kaum ahli kitab dalam buatan-buatan mereka

terhadap agamanya.Ibnu Abu Hatim dalam tafsir ayat ini mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Rabah,

telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnus Sabah sehubungan dengan Firman Allah Swt. berikut ini: Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan)

atas manusia. (Yunus: 60) Bahwa di hari kiamat kelak semua orang yang berhak mendapat rahmat Allah Swt. dihadapkan kepada-Nya. Lalu mereka semuanya berdiri di hadapan Allah Swt. dalam tiga golongan.

Kemudian dihadapkanlah seorang lelaki dari golongan yang pertama, maka Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa engkau beramal?" Maka si hamba menjawab, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menciptakan surga berikut pepohonan­nya,

buah-buahannya, sungai-sungainya, bidadari-bidadarinya, ke­nikmatan-kenikmatannya, dan semua pahala yang telah Engkau sediakan buat orang-orang yang taat kepada Engkau. Maka aku jalani malam hariku dalam keadaan terjaga

(melakukan salat) dan aku jalani siang hariku dalam keadaan haus (puasa) karena merindukan surga." Maka Allah berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu beramal hanyalah karena menginginkan surga. Inilah surga,

maka masuklah kamu ke dalamnya; dan sebagai kemurahan-Ku kepadamu, sekarang Aku merdekakan kamu dari neraka; dan termasuk kemurahan-Ku kepadamu, Aku masukkan kamu ke dalam surga-Ku." Maka masuklah orang itu

bersama teman-temannya. Kemudian dihadapkan lagi lelaki lainnya dari golongan yang kedua, lalu Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa engkau beramal?" Si hamba menjawab, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menciptakan neraka

berikut belenggu-belenggunya, api-apinya yang menyala-nyala, airnya yang panas mendidih, naungan asapnya yang hitam pekat, serta azab lainnya yang telah Engkau sediakan buat orang-orang yang durhaka kepada Engkau

di dalam neraka. Maka aku jalani malam-malam hariku dengan berjaga dan aku jalani siang hariku dengan haus karena takut kepada neraka." Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya kamu beramal karena takut

kepada neraka-Ku, maka sekarang Aku bebaskan kamu dari neraka; dan termasuk kemurahan-Ku kepadamu, Aku masukkan kamu ke dalam surga-Ku." Maka masuklah dia bersama teman-temannya ke dalam surga.

Kemudian dihadapkan lagi seorang lelaki dari golongan yang ketiga. Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, mengapa kamu beramal?" Ia menjawab, "Ya Tuhanku, aku beramal karena cinta kepada Engkau dan rindu kepada Engkau.

Demi keagungan-Mu, sesungguhnya aku jalani malam-malam hariku dengan berjaga, dan aku jalani siang hariku dengan haus karena rindu dan cinta kepada Engkau." Maka Allah Swt. berfirman, "Hai hamba-Ku, sesungguhnya

engkau beramal karena cinta kepada-Ku dan rindu kepada-Ku." Maka Tuhan Yang Mahaagung menampakkan diri-Nya, lalu berfirman, "Inilah Aku, maka pandanglah Aku." Kemudian Allah Swt. berfirman lagi, "Termasuk kemurahan-Ku

kepadamu. Aku bebaskan kamu dari neraka; dan Aku bolehkan surga-Ku untukmu. Aku perintahkan para malaikat-Ku untuk menziarahimu, serta Aku sendiri mengucapkan selamat kepadamu." Maka masuklah dia bersama teman-temannya ke dalam surga.

Surat Yunus |10:60|

وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ

wa maa zhonnullażiina yaftaruuna 'alallohil-każiba yaumal-qiyaamah, innalloha lażuu fadhlin 'alan-naasi wa laakinna akṡarohum laa yasykuruun

Dan apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari Kiamat? Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur.

And what will be the supposition of those who invent falsehood about Allah on the Day of Resurrection? Indeed, Allah is full of bounty to the people, but most of them are not grateful."

Tafsir
Jalalain

(Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah) maksudnya apakah dugaan mereka terhadap-Nya (pada hari kiamat)

apakah mereka menduga bahwasanya Allah tidak akan menghukum mereka Tentu saja tidak demikian. (Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan kepada manusia)

yaitu dengan menangguhkan mereka dan selalu memberikan nikmat kepada mereka (tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 60 |

Penjelasan ada di ayat 59

Surat Yunus |10:61|

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

wa maa takuunu fii sya`niw wa maa tatluu min-hu ming qur`aaniw wa laa ta'maluuna min 'amalin illaa kunnaa 'alaikum syuhuudan iż tufiidhuuna fiih, wa maa ya'zubu 'ar robbika mim miṡqooli żarrotin fil-ardhi wa laa fis-samaaa`i wa laaa ashghoro min żaalika wa laaa akbaro illaa fii kitaabim mubiin

Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat Al-Qur´an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di Bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).

And, [O Muhammad], you are not [engaged] in any matter or recite any of the Qur'an and you [people] do not do any deed except that We are witness over you when you are involved in it. And not absent from your Lord is any [part] of an atom's weight within the earth or within the heaven or [anything] smaller than that or greater but that it is in a clear register.

Tafsir
Jalalain

(Kamu tidak berada) hai Muhammad! (dalam suatu keadaan) dalam suatu perkara (dan tidak membaca suatu ayat) artinya mengenai perkara tersebut atau membaca dari Allah

(dari Alquran) yang diturunkan oleh-Nya kepadamu (dan kamu tidak mengerjakan) khithab ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya

(suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian) meneliti (di waktu kalian melakukan) mengerjakan (perbuatan itu) amal perbuatan itu. (Tidak luput)

tidak samar (dari pengetahuan Rabbmu hal yang sebesar) seberat (zarrah) semut yang paling kecil (di bumi atau pun di langit.

Tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata) yang jelas, yaitu Lohmahfuz.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 61 |

Penjelasan ada di ayat 59

Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa Dia Maha Mengetahui semua keadaan dan sepak terjang umatnya serta semua makhluk pada tiap jam, menit, dan detiknya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi

dari pengetahuan-Nya barang sebesar atom pun yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada sesuatu pun yang lebih kecil atau lebih besar daripada itu, kecuali semuanya tercatat di dalam kitab yang nyata. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib: tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula),

dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengetahui gerakan pohon-pohon dan benda-benda lainnya, begitu pula semua hewan yang hidup bebas, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}


Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38), hingga akhir ayat.


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا}


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. (Hud: 6), hingga akhir ayat.Apabila pengetahuan Allah mencakup gerakan semuanya itu,

maka terlebih lagi pengetahuannya terhadap gerakan orang-orang mukallaf yang diperintahkan untuk beribadah, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ}


Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud (Asy Suara:217-219) Karena itulah dalam surat ini Allah Swt. berfirman:


{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ}


Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an, dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya. (Yunus: 61)

Yakni ketika kalian melakukan sesuatu, Kami selalu menyaksikan kalian, dan Kami melihat dan mendengarnya. Karena itulah ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang makna ihsan, maka beliau Saw. menjawab:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ


Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat­Nya; dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Maha Melihat kepadamu.

Surat Yunus |10:62|

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

alaaa inna auliyaaa`allohi laa khoufun 'alaihim wa laa hum yaḥzanuun

Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

Unquestionably, [for] the allies of Allah there will be no fear concerning them, nor will they grieve

Tafsir
Jalalain

(Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati) di akhirat nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 62 |

Tafsir ayat 62-64

Allah Swt. memberitahukan bahwa kekasih-kekasih-Nya adalah mereka yang beriman dan bertakwa, seperti yang ditafsirkan oleh banyak ulama. Dengan demikian, setiap orang yang bertakwa adalah wali (kekasih) Allah. Maka:


{لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ}


tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Yunus: 62)dalam menghadapi masa mendatangnya, yaitu kengerian-kengerian dan hal-hal yang sangat menakutkan di hari akhirat nanti.


{وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}


dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)terhadap apa yang ada di belakang mereka di dunia. Abdullah ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf

telah mengatakan bahwa wali-wali Allah adalah orang-orang yang apabila terbersit perasaan riya dalam hati mereka, maka mereka segera ingat kepada Allah.

Hal ini telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu', diriwayatkan oleh Imam Al-Bazzar. Disebutkan bahwa:


حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَرْب الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سَابِقٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ -وَهُوَ الْقُمِّيُّ -عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ؟ قَالَ: "الَّذِينَ إِذَا رءُوا ذُكر اللَّهُ"


telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id ibnu Sabiq, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari (yaitu Al-Oummi),

dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pernah seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allah itu? Maka Rasulullah Saw. menjawab:

Yaitu orang-orang yang apabila terbersit rasa riya dalam hatinya, maka segera ia ingat kepada Allah.Kemudian Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini telah di­riwayatkan dari Sa’id secara mursal.


وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفاعي، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ البَجَلي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ عِبَادًا يَغْبِطُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ". قِيلَ: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ لَعَلَّنَا نُحِبُّهُمْ. قَالَ: "هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا فِي اللَّهِ مِنْ غَيْرِ أَمْوَالٍ وَلَا أَنْسَابٍ، وُجُوهُهُمْ نُورٌ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ، وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ". ثُمَّ قَرَأَ: {أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ}


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Ar-Rifa'i, telah menceritakan kepada kami Abu Fudail, telah mencerita­kan kepada kami ayahku. dari Imarah ibnul Qa"qa', dari Abu Zur'ah,

dari Amr ibnu Jarir Al-Bajali, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat banyak hamba yang para nabi dan para syuhada merasa iri

melihat mereka. Ketika ditanyakan, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Mudah-mudahan kami dapat mencintai mereka." Rasulullah Saw. bersabda: Mereka adalah suatu kaum yang saling mengasihi karena Allah tanpa ada harta benda

dan tanpa nasab (keturunan di antara sesama mereka), wajah mereka bercahaya berada di atas mimbar-mimbar dari nur (cahaya). Mereka tidak merasa khawatir di saat manusia dicekam oleh kekhawatiran,

mereka pun tidak bersedih hati di saat manusia bersedih hati. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka

dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)Imam Abu Daud meriwayatkannya pula melalui hadis Jarir. dari Imarah ibnul Qa'qa’ dari Abu Zur'ah. dari Amr ibnu Jarir. dari Umar ibnul Khattab r.a., dari Nabi Saw.

dengan lafaz yang semisal. Sanad hadis ini pun termasuk jayyid, hanya di dalam sanadnya terdapat inqita' (mata rantai urutan sanad yang terputus) antara Abu Zur'ah dan Umar ibnul Khattab r.a.


وَفِي حَدِيثِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ، عَنْ أَبِي النَّضِرِ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ بَهْرَام، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَأْتِي مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ قَوْمٌ لَمْ تَتَّصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ، تَحَابُّوا فِي اللَّهِ، وَتَصَافَوْا فِي اللَّهِ، يَضَعُ اللَّهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا، يَفْزَعُ النَّاسُ وَلَا يَفْزَعُونَ، وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ، الَّذِينَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ". وَالْحَدِيثُ مُتَطَوِّلٌ.


Di dalam hadis Imam Ahmad, dari Abun Nadhr, dari Abdul Hamid ibnu Bahram, dari Syahr ibnu Hausyab. dari Abdur Rahman ibnu Ghanam, dari Abu Malik Al-Asy'ari disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Kelak akan datang dari golongan-golongan manusia dan puak-puak kabilah suatu kaum yang di antara sesama mereka tidak ada hubungan rahim kekerabatan, tetapi mereka saling mengasihi karena Allah dan saling berikhlas diri karena Allah.

Kelak di hari kiamat Allah meletakkan mimbar-mimbar dari nur buat mereka, lalu mendudukkan mereka di atasnya. Semua manusia merasa khawatir, tetapi mereka tidak khawatir. Mereka adalah wali-wali Allah yang tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ ذَكْوَان أَبِي صَالِحٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرى لَهُ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Zakwan ibnu Abu Saleh, dari seorang lelaki, dari Abu Darda r.a., dari Nabi Saw.

sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Nabi Saw. bersabda menerangkan hal tersebut: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi yang baik yang diperlihatkan kepadanya.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو السَّائِبِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي قَوْلِهِ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ أَبَا الدَّرْدَاءِ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتُ عَنْ شَيْءٍ مَا سمعتُ [أَحَدًا] سَأَلَ عَنْهُ بَعْدَ رَجُلٍ سَأَلَ عَنْهُ رسولَ اللَّهِ، فَقَالَ: "هِيَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ، أَوْ تُرَى لَهُ، بُشْرَاهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا، وَبُشْرَاهُ فِي الْآخِرَةِ [الْجَنَّةُ]


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Ata ibnu Yasar, dari seorang lelaki dari kalangan penduduk Mesir,

dari Abu Darda sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64); Bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Abu Darda

mengenai makna ayat ini, lalu Abu Darda menjawab, "Sesungguhnya engkau telah menanyakan sesuatu yang belum pernah aku dengar ada seseorang menanyakannya selain seorang lelaki yang pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.

tentangnya. Maka Rasulullah Saw. menjawab: 'Hal itu berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau mimpi baik yang diperlihatkan kepadanya, sebagai berita gembira buatnya dalam kehidupan di dunia,

sedangkan berita gembira untuknya dalam kehidupan di akhirat adalah surga'.”Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Sufyan, dari Ibnul Munkadir, dari Ata ibnu Yasar, dari seorang ulama dari kalangan penduduk Mesir,

bahwa ia bertanya kepada Abu Darda mengenai makna ayat ini, kemudian disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas.Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Musanna,

telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Asim ibnu Bahdalah, dari Abu Saleh yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Darda ditanya mengenai makna ayat ini,

yaitu firman-Nya: Orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa, bagi mereka berita gembira. (Yunus: 63-64) Lalu disebutkan hadis yang semisal dengan hadis di atas.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبَانٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ قَوْلَ اللَّهِ تَعَالَى: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} ؟ فَقَالَ: "لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي -أَوْ: أَحَدٌ قَبْلَكَ" قَالَ: "تِلْكَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الرَّجُلُ الصَّالِحُ أَوْ تُرَى لَهُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Aban, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Abu Salamah, dari Ubadah ibnus Samit; ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.

tentang makna firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya kamu menanyakan sesuatu kepadaku

yang belum pernah ditanyakan dari kalangan umatku atau tiada seoran pun yang menanyakannya sebelum kamu; itu adalah mimpi yang baik­ yang dilihat seseorang atau diperlihatkan kepadanya.Demikian pula Abu Daud Attayalisi

meriwayatkannya dari Imran Alqattan, dari Yahya Ibnu Abu Kasir dengan sanad yang sama, juga Al-Auza'i meriwayatkannya dari Yahya Ibnu Abu Kasir, lalu menyebutkan hadis tersebut. Dan Ali ibnuI-Mubarak meriwayatkannya dari Yahya,

dari Abu Salamah yang mengatakan; telah menceritakan kepada kami. dari Ubadah ibnu Samit; Ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai ayat ini, lalu Ubadah menyebutkan ayatnya.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو حُمَيْدٍ الحِمْصيّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَبْدٍ الأحْمُوسي، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيِّ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ فَقَالَ: آيَةٌ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَسْأَلُكَ عَنْهَا، قول الله تعالى: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} ؟ فَقَالَ عُبَادَةُ: مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ، سَأَلْتُ عَنْهَا نَبِيَّ اللَّهِ فَقَالَ مِثْلَ ذَلِكَ: "مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ قَبْلَكَ، الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ فِي الْمَنَامِ أَوْ تُرَى لَهُ"


Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Abu Hamid Al-Himsi. telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Amr ibnu Abdul Akhmusyi, dari Hamid ibnu Abdullah Al-Muzni,

ia mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Ubadah ibnus-Samit, lalu berkata, "Ada suatu ayat Al-Qur'an yang akan aku tanyakan kepadamu yaitu firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia. (Yunus: 64);

Ubadah ibnus-Samit menjawab, "Tiada seorang pun yang menanyakan­nya sebelum kamu, aku pernah menanyakannya kepada Nabi dan beliau mengatakan hal yang sama. yaitu: Tiada seorang pun yang menanyakannya sebelum kamu,

bahwa berita gembira itu adalah mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba mukmin dalam tidurnya atau diperlihatkan kepadanya.


ثُمَّ رَوَاهُ مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ بْنِ صَفْوان، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ؛ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} فَقَدْ عَرَفْنَا بُشْرَى الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ، فَمَا بُشْرَى الدُّنْيَا؟ قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْعَبْدُ أَوْ تُرَى لَهُ، وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا أَوْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ"


Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari hadis Musa ibnu Ubadah, dari Ayyub ibnu Khalid ibnu Safwan, dari Ubadah ibnu Samit; ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw. mengenai firman-Nya: Bagi mereka berita gembira

di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Ia mengatakan, "Kami telah mengetahui bahwa berita gembira di akhirat adalah surga, maka apakah yang dimaksud dengan berita gembira di dunia?" Rasulullah Saw.

bersabda: Mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang hamba atau yang diperlihatkan kepadanya. Mimpi yang baik itu merupakan suatu bagian dari empat puluh empat atau tujuh puluh bagian dari kenabian.


قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ؛ أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الرَّجُلُ يَعْمَلُ الْعَمَلَ فَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ، وَيُثْنُونَ عَلَيْهِ بِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ".


Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Abu Imran, dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Zar,

bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan seorang lelaki yang melakukan amalnya, lalu mendapat pujian dari manusia dan sanjungan mereka kepadanya atas amalnya itu?"

Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu adalah berita gembira yang disegerakan untuk orang mukmin.Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.


قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حَسَنٌ -يَعْنِي الْأَشْيَبَ -حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا دَرَّاج، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قَالَ: "الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يُبَشَّرُهَا الْمُؤْمِنُ، هِيَ جُزْءٌ مِنْ تِسْعَةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ، فَمَنْ رَأَى [ذَلِكَ] فَلْيُخْبِرْ بِهَا، وَمَنْ رَأَى سِوَى ذَلِكَ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ ليَحْزُنه، فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثًا، وَلِيُكَبِّرْ وَلَا يُخْبِرْ بِهَا أَحَدًا"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan (yakni Al-Asy-yab), telah menceritakan kepada kami Ibnu kahi'ah. telah menceritakan kepada kami Daraj dari Abdur Rahman ibnu Jubair,

dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64) Lalu beliau Saw. bersabda:

Mimpi yang baik yang disampaikan kepada seorang mukmin sebagai berita gembira baginya adalah suatu bagian dari empat puluh sembilan bagian dari kenabian. Maka barang siapa yang melihat hal itu dalam mimpinya,

hendaklah ia menceritakannya. Dan barang siapa yang melihat selain itu, maka sesungguhnya hal itu hanyalah dari setan dengan maksud untuk membuatnya bersedih hati. Untuk itu hendaklah ia meludah ke arah kirinya

sebanyak tiga kali seraya bertakbir, dan janganlah ia menceritakan hal itu kepada seorang pun.Para ahli hadis lainnya tidak mengetengahkannya.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْب، حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ دَرَّاجا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا} الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يبشَّرها الْمُؤْمِنُ، جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ".


Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada­ku Amr ibnul Haris, bahwa Darij alias Abus Samah pernah menceritakan kepadanya

hadis berikut dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr, dari Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia (Yunus: 64)’ Lalu beliau Saw.

bersabda: Mimpi yang baik yang diperlihatkan kepada orang mukmin sebagai berita gembira untuknya adalah suatu bagian dari empat puluh enam bagian dari kenabian.


قَالَ أَيْضًا ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حَاتِمٍ المؤدَّب، حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ} قال: "هي فِي الدُّنْيَا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ، يَرَاهَا الْعَبْدُ أَوْ تُرَى لَهُ، وَهِيَ فِي الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ".


Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Hatim Al-Mu-addib. telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh,

dari Abu Hurairah. dari Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya: Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. (Yunus: 64) Lalu beliau Saw. bersabda: Di dunia berupa mimpi yang baik

yang dilihat oleh seorang hamba atau diperlihatkan kepadanya, sedangkan di akhirat berita gembira itu adalah surga.Kemudian Imam Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Abu Husain,

dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa mimpi yang baik adalah berita gembira dari Allah, dan mimpi yang baik itu merupakan salah satu dari kabar gembira. Demikianlah riwayatnya dari jalur ini secara mauquf.


قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٍ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الرُّؤْيَا الْحَسَنَةُ هِيَ الْبُشْرَى، يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ"


Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengata­kan bahwa

Rasulullah Saw pernah bersabda: Mimpi yang baik adalah berita gembira yang dilihat oleh orang muslim atau diperlihatkan kepadanya.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ حَمَّادٍ الدُّولابي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ سِبَاع بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أُمِّ كُرْز الْكَعْبِيَّةِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "ذَهَبَتِ النُّبُوَّةُ، وَبَقِيَتِ الْمُبَشِّرَاتُ".


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Hammad Ad-Daulabi. telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah ibnu Abu Yazid, dari ayahnya, dari Siba' ibnu Sabit, dari Ummu Kuraiz Al-Ka’biyyah,

bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kenabian telah tiada, dan yang masih ada adalah berita-berita gembira (mimpi-mimpi yang baik).Hal yang sama telah diriwayatkan bersumber dari Ibnu Mas'ud, Abu Hurairah,

Ibnu Abbas, Mujahid, Urwah ibnuz Zubair, Yahya ibnu Abu Kasir. Ibrahim An-Nakha’i. Ata ibnu Abu Rabah. dan lain-lainnya, bahwa mereka menafsirkan hal tersebut dengan arti mimpi yang baik.Menurut pendapat lain.

hal itu merupakan berita gembira dari para malaikat buat orang mukmin di saat menjelang ajalnya, yaitu dengan menampakkan surga dan ampunan kepadanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Jangan­lah kalian merasa takut

dan janganlah kalian merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” Kamilah Pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kalian memperoleh

apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai hidangan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 30-32)Di dalam hadis Al-Barra r.a. disebutkan:


"أَنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ، جَاءَهُ مَلَائِكَةٌ بِيضُ الْوُجُوهِ، بِيضُ الثِّيَابِ، فَقَالُوا: اخْرُجِي أَيَّتُهَا الرُّوحُ الطَّيِّبَةُ إِلَى رَوْحٍ وَرَيْحَانٍ، وَرَبٍّ غَيْرِ غَضْبَانَ. فَتَخْرُجُ مِنْ فَمِهِ، كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فَمِ السِّقَاءِ".


bahwa seorang mukmin itu apabila ajalnya telah habis, maka para malaikat yang berwajah putih datang kepadanya dengan berpakaian serba putih, lalu mereka mengata­kan, "Keluarlah, hai roh yang baik,

untuk menuju kepada ketenteraman dan rezeki serta Tuhan yang tidak murka!" Maka keluarlah rohnya dari mulutnya, sebagaimana tetesan air keluar mengalir dari mulut wadah minuman.

Adapun mengenai berita gembira bagi mereka di akhirat, maka hal ini adalah seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya.


{لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}


Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat) dan mereka disambut oleh para malaikat. (Para malaikat berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian.” (Al-Anbiya: 103)


{يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}


(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan dan sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untuk kalian,

(yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kalian kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Al-Hadid: 12)Adapun firman Allah Swt.


{لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ}


Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. (Yunus: 64)Maksudnya, janji ini tidak akan diubah, tidak akan diingkari, dan tidak akan diganti; bahkan ditetapkan, dikukuhkan, dan pasti akan terjadi.


{ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}


Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Yunus: 64)

Surat Yunus |10:63|

الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

allażiina aamanuu wa kaanuu yattaquun

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.

Those who believed and were fearing Allah

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa) kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 63 |

Penjelasan ada di ayat 62

Surat Yunus |10:64|

لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

lahumul-busyroo fil-ḥayaatid-dun-yaa wa fil-aakhiroh, laa tabdiila likalimaatillaah, żaalika huwal-fauzul-'azhiim

Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung.

For them are good tidings in the worldly life and in the Hereafter. No change is there in the words of Allah. That is what is the great attainment.

Tafsir
Jalalain

(Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia) makna ayat ini ditafsirkan oleh hadis sahih yang diketengahkan oleh Imam Hakim,

bahwa berita gembira ini berupa mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang wali Allah, atau mimpi yang baik itu diperlihatkan kepadanya (dan dalam kehidupan di akhirat)

mereka mendapatkan surga dan pahala. (Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah) janji-janji Allah tidak akan diingkari. (Yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (adalah kemenangan yang besar).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yunus | 10 : 64 |

Penjelasan ada di ayat 62