Juz 13

Surat Yusuf |12:53|

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

wa maaa ubarri`u nafsii, innan-nafsa la`ammaarotum bis-suuu`i illaa maa roḥima robbii, inna robbii ghofuurur roḥiim

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."

And I do not acquit myself. Indeed, the soul is a persistent enjoiner of evil, except those upon which my Lord has mercy. Indeed, my Lord is Forgiving and Merciful."

Tafsir
Jalalain

("Dan aku tidak membebaskan diriku) dari kesalahan-kesalahan (karena sesungguhnya nafsu itu) yaitu hawa nafsu (selalu menyuruh) banyak menyuruh

(kepada kejahatan kecuali orang) lafal maa di sini bermakna man, yaitu orang atau diri (yang diberi rahmat oleh Rabbku) sehingga terpeliharalah ia dari kesalahan-kesalahan.

(Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 53 |

Istri Al-Aziz mengatakan, "Aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, sebab hawa nafsu diriku selalu membisikkan godaan dan angan-angan kepadaku. Karena itulah aku menggodanya."


إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي


karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (Yusuf: 53)kecuali orang yang dipelihara oleh Allah Swt. dari kesalahan.


{إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ}


Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yusuf: 53)Pendapat inilah yang terkenal, yang lebih sesuai, dan lebih serasi dengan konteks kisah dan makna-makna kalimat. Pendapat ini diriwayatkan

oleh Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya, dan pendapatnya ini didukung oleh Imam Abul Abbas ibnu Taimiyyah yang menulisnya secara tersendiri di dalam suatu pembahasan secara detail. Menurut pendapat lainnya, kalimat dalam ayat ini termasuk perkataan Nabi Yusuf a.s. Yusuf a.s. berkata:


{ذَلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّي لَمْ أَخُنْهُ}


Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya. (Yusuf: 52)Yakni tidak berbuat yang tidak senonoh terhadap istrinya.


{بِالْغَيْبِ}


di belakangnya. (Yusuf: 52)Dengan kata lain, sesungguhnya aku menyuruh si utusan raja kembali tiada lain agar raja mengetahui kebersihan diriku dari apa yang dituduhkan kepadaku dan agar Al-Aziz (suami si wanita yang menggodanya) mengetahui.


{أَنِّي لَمْ أَخُنْهُ}


bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya. (Yusuf: 52) Yakni dengan melakukan perbuatan itu kepada istrinya.


{بِالْغَيْبِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ}


di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat. (Yusuf: 52)Hanya pendapat ini yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.Ibnu Jarir mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa setelah raja mengumpulkan semua wanita,

lalu ia mengajukan pertanyaan kepada mereka, "Apakah kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepada keinginan mereka?" Mahasempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan pun darinya.

Berkata istri Al-Aziz, "Sekarang jelaslah kebenaran itu.” (Yusuf: 51), hingga akhir ayat. Maka Yusuf berkata: Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguh­nya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya.

(Yusuf: 52) Lalu Malaikat Jibril berkata kepada Yusuf, "Apakah memang engkau tidak pernah merasakan keinginan itu di suatu hari pun?" Yusuf menjawab: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). (Yusuf: 53), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Ibnu Abu Huzail, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.Pendapat yang pertama adalah yang paling kuat dan paling jelas,

karena konteks pembicaraan berkenaan dengan perkataan istri Al-Aziz di hadapan raja, dan Yusuf saat itu tidak ada, ia baru dipanggil oleh raja setelah itu.

Surat Yusuf |12:54|

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي ۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ

wa qoolal-maliku`tuunii bihiii astakhlish-hu linafsii, fa lammaa kallamahuu qoola innakal-yauma ladainaa makiinun amiin

Dan raja berkata, "Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku." Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya."

And the king said, "Bring him to me; I will appoint him exclusively for myself." And when he spoke to him, he said, "Indeed, you are today established [in position] and trusted."

Tafsir
Jalalain

(Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat kepadaku.") artinya aku akan jadikan ia sebagai orang yang paling kupercayai tanpa tandingan.

Kemudian utusan sang raja datang kepada Nabi Yusuf seraya berkata, "Turutilah kemauan sang raja!" Maka Nabi Yusuf bangkit dan berpamit kepada semua penghuni penjara,

kemudian ia pun berdoa bagi mereka. Setelah itu Nabi Yusuf mandi dan memakai pakaian yang bagus, lalu barulah ia menemui sang raja. (

Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata) kepadanya ("Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.")

artinya mulai hari ini engkau menjadi orang yang berkedudukan tinggi dan sangat dipercaya terhadap urusan-urusan kami. Lalu bagaimana pendapatmu

apakah yang harus kami lakukan sekarang Nabi Yusuf berkata kepadanya, "Kumpulkanlah semua bibit-bibit, kemudian mari kita tanamkan dengan secara massal pada tahun-tahun yang subur sekarang ini.

Simpanlah hasilnya pada bulir-bulirnya. Kelak akan datang orang-orang menitipkan hasil panennya kepadamu." Maka sang raja berkata, "Lalu siapakah yang akan mengurusi dan menangani hal ini untuk membantuku"

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 54 |

Tafsir ayat 54-55

Allah Swt. menceritakan perihal Raja Mesir ketika telah nyata baginya kebersihan nama dan kehormatan Nabi Yusuf a.s. dari tuduhan yang dilancarkan terhadap dirinya, bahwa si raja berkata:


{ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي}


Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat (dekat) kepadaku.” (Yusuf: 54)Maksudnya, aku akan mengangkatnya menjadi orang terdekatku dan juru pemberi nasihatku.


{فَلَمَّا كَلَّمَهُ}


Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia. (Yusuf: 54)Yakni setelah raja berbicara dengannya, mengenalnya dari dekat, mengetahui keutamaan serta keahlian yang dimilikinya, mengetahui pula pribadi dan akhlak serta kesempurnaan dirinya, maka raja berkata kepadanya:


{إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ}


Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami. (Yusuf: 54)Yakni sesungguhnya kamu sejak sekarang diangkat menjadi orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai. Maka Yusuf berkata:


{اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الأرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ}


Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan. (Yusuf: 55)Yusuf memuji dirinya, hal ini diperbolehkan jika lawan bicara tidak mengetahui perihal dirinya

karena sesuatu yang penting. Yusuf a.s. menyebutkan bahwa dirinya adalah orang yang pandai menjaga—yakni seorang bendaharawan yang dapat dipercaya— lagi berpengetahuan, yakni mempunyai ilmu yang luas dan pengalaman

yang mendalam dalam pekerjaan yang ditanganinya.Syaibah ibnu Nu'amah mengatakan bahwa lafaz hafiz artinya dapat menjaga apa yang dititipkan kepadanya; dan lafaz 'alim artinya mengetahui akan musim paceklik mendatang

dan hal ikhwalnya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.Yusuf meminta pekerjaan itu karena ia memiliki pengetahuan yang menguasai bidang tersebut dan ia dapat menanganinya, serta akan membawa kemaslahatan bagi manusia.

Sesungguhnya Yusuf a.s. meminta kepada raja agar menduduk­kannya di jabatan kebendaharaan negara —yang saat itu bermarkas di piramida-piramida sebagai lumbung tempat pengumpulan bahan makanan—

guna menghadapi musim paceklik mendatang yang diberitakan olehnya. Dengan demikian, Yusuf a.s. dapat mengaturnya dengan cara yang hati-hati, baik, dan tepat. Dan ternyata permintaannya itu dikabulkan sebagai kehormatan buatnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

Surat Yusuf |12:55|

قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

qoolaj'alnii 'alaa khozaaa`inil-ardh, innii ḥafiizhun 'aliim

Dia (Yusuf) berkata, "Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan."

[Joseph] said, "Appoint me over the storehouses of the land. Indeed, I will be a knowing guardian."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah ia) Nabi Yusuf ("Jadikanlah aku bendaharawan negeri ini,) yakni negeri Mesir (sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.")

orang yang mempunyai keahlian dalam hal perbendaharaan. Menurut suatu pendapat ditakwilkan, bahwa Nabi Yusuf pandai dalam hal menulis dan menghitung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 55 |

Penjelasan ada di ayat 54

Surat Yusuf |12:56|

وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ ۚ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَشَاءُ ۖ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

wa każaalika makkannaa liyuusufa fil-ardhi yatabawwa`u min-haa ḥaiṡu yasyaaa`, nushiibu biroḥmatinaa man nasyaaa`u wa laa nudhii'u ajrol-muḥsiniin

Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir), untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.

And thus We established Joseph in the land to settle therein wherever he willed. We touch with Our mercy whom We will, and We do not allow to be lost the reward of those who do good.

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah) sebagaimana Kami berikan nikmat kepada Yusuf, yaitu dibebaskan dari penjara (Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri) Mesir (pergi)

' ia dapat bepergian (menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir) yang pada sebelumnya ia hidup dalam kesempitan dan dalam sekapan tahanan.

Menurut suatu riwayat dikisahkan bahwa sang raja memberinya mahkota dan cincin kebesaran kemudian sang raja memecat Al-Aziz lalu mengangkat Yusuf menggantikan kedudukannya.

Tidak lama kemudian Al-Aziz wafat lalu Yusuf menikahi istrinya yang bernama Zulaikha. Ternyata setelah Nabi Yusuf menggaulinya, Zulaikha masih perawan; Nabi Yusuf

mempunyai dua orang putra dari Zulaikha ini. Nabi Yusuf mampu menegakkan keadilan di negeri Mesir dan semua orang menaatinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 56 |

Tafsir ayat 56-57

Allah Swt. berfirman:


{وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الأرْضِ}


Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri itu. (Yusuf: 56)Yakni negeri Mesir.


{يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ}


(dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. (Yusuf: 56)Menurut As-Saddi dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, Yusuf berkuasa penuh di negeri Mesir, dia dapat pergi ke mana pun yang dikehendakinya.

Menurut Ibnu Jarir, Yusuf dapat bertempat tinggal di mana pun yang disukainya di negeri Mesir sesudah mengalami masa kesempitan, dipenjara, dan dijadikan tawanan.


{نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَشَاءُ وَلا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ}


Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (Yusuf: 56)Artinya, Kami tidak akan menyia-nyiakan kesabaran Yusuf

yang telah mengalami gangguan yang menyakitkan dari saudara-saudaranya, juga kesabarannya dalam menanggung derita dipenjara karena ulah istri Al-Aziz. Karena itulah Allah Swt. memberinya akibat yang terbaik, yaitu diberi kemenangan dan pengukuhan.


{وَلا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ وَلأجْرُ الآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ}


dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. (Yusuf: 56-57)Allah Swt. menceritakan bahwa

apa yang disimpan-Nya bagi Nabi Yusuf di hari kemudian jauh lebih besar, lebih banyak, dan lebih agung daripada pengaruh dan kekuasaan yang diperolehnya di dunia ini. Perihalnya sama dengan apa yang dialami oleh Nabi Sulaiman a.s. yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:


{هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ}


Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungjawaban. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami

dan tempat kembali yang baik. (Shad: 39-40)Makna yang dimaksud ialah, Yusuf diangkat oleh Raja Mesir —Ar-Rayyan ibnul Walid— sebagai perdana menteri di negeri Mesir, menggantikan kedudukan orang yang pernah membelinya dahulu,

yaitu suami wanita yang pernah menggodanya. Raja Mesir masuk Islam di tangan Nabi Yusuf a.s. Demikianlah menurut Mujahid.Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Yusuf berkata kepada Raja Mesir:

Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan. (Yusuf: 55) Raja berkata kepadanya, "Saya terima," lalu raja mengangkatnya yang menurut pendapat ulama

menyebutkan bahwa Yusuf menggantikan kedudukan Qitfir, sedangkan Qitfir sendiri dipecat dari jabatannya.Allah Swt. berfirman: Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh)

pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik (Yusuf: 56)

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa menurut kisah yang sampai kepadanya —hanya Allah yang lebih mengetahui— Qitfir meninggal dunia di hari-hari itu. Lalu Raja Ar-Rayyan ibnul Walid mengawinkan Yusuf dengan bekas istri Qitfir,

yaitu Ra'il. Ketika Rail masuk ke kamar Yusuf, maka Yusuf berkata kepadanya, "Bukankah ini lebih baik daripada apa yang engkau inginkan dahulu?" Menurut mereka, Ra'il berkata kepada Yusuf, "Hai orang yang dipercaya,

janganlah engkau mencelaku, sesungguhnya aku seperti apa yang engkau lihat sendiri adalah seorang wanita yang cantik jelita lagi bergelimang di dalam kemewahan kerajaan dan duniawi, sedangkan bekas suamiku dahulu

tidak dapat menggauli wanita. Dan keadaanmu seperti apa yang dijadikan oleh Allah dalam keadaan demikian ganteng dan tampannya (sehingga membuatku tergoda karenanya)."Mereka menduga bahwa ketika Yusuf menggaulinya

menjumpainya dalam keadaan masih perawan, dan melahirkan anak darinya dua orang lelaki, yaitu Ifrasim ibnu Yusuf dan Maisya ibnu Yusuf. Lalu Ifrasim melahirkan Nun —orang tua Yusya' ibnu Nun— dan Rahmah, istri Nabi Ayyub a.s.

Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan bahwa istri Al-Aziz berdiri di pinggir jalan saat Yusuf sedang lewat, lalu ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan budak seorang raja berkat ketaatannya, dan raja menjadi budak karena kedurhakaannya."

Surat Yusuf |12:57|

وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

wa la`ajrul-aakhiroti khoirul lillażiina aamanuu wa kaanuu yattaquun

Dan sungguh, pahala akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.

And the reward of the Hereafter is better for those who believed and were fearing Allah.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik) daripada upah di dunia (bagi orang-orang beriman dan selalu bertakwa.) ketika musim paceklik tiba, musim paceklik itu menimpa pula negeri Kan`an dan negeri Syam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 57 |

Penjelasan ada di ayat 56

Surat Yusuf |12:58|

وَجَاءَ إِخْوَةُ يُوسُفَ فَدَخَلُوا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ

wa jaaa`a ikhwatu yuusufa fa dakholuu 'alaihi fa 'arofahum wa hum lahuu mungkiruun

Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya.

And the brothers of Joseph came [seeking food], and they entered upon him; and he recognized them, but he was to them unknown.

Tafsir
Jalalain

(Dan saudara-saudara Yusuf datang) kecuali Bunyamin, mereka datang untuk meminta makanan, karena mereka telah mendengar bahwa Aziz negeri Mesir membagi-bagikan makanan

dengan memakai bayaran atau cara barter (lalu mereka masuk ke tempatnya. Maka Yusuf mengenal mereka) bahwasanya mereka adalah saudara-saudaranya

(sedangkan mereka sudah tidak kenal lagi kepadanya) mereka tidak mengenalnya lagi karena sudah terlalu lama berpisah, dan pula mereka telah memastikan bahwa Yusuf telah mati.

Lalu mereka berbicara dengan Yusuf memakai bahasa Ibrani. Nabi Yusuf berkata kepada mereka seolah-olah tidak mengenal mereka, "Apakah gerangan yang menyebabkan kalian datang ke negeriku ini

" Lalu mereka menjawab, "Untuk membeli makanan." Lalu Nabi Yusuf berkata, "Jangan-jangan kalian ini mata-mata musuh." Mereka menjawab, "Kami berlindung kepada Allah dari hal itu.

" Nabi Yusuf bertanya, "Dari manakah kalian ini" Mereka menjawab, "Dari negeri Kan'an dan bapak kami bernama Yakub seorang nabi." Nabi Yusuf bertanya kembali,

"Apakah dia mempunyai anak lagi selain kalian" Mereka menjawab, "Ya, dahulu kami berjumlah dua belas orang, kemudian saudara yang paling kecil di antara kami, kami ajak bepergian,

lalu ia binasa di tengah padang sahara. Dia adalah anak yang paling disayang oleh bapak kami, dan saudara sekandungnya sajalah kini yang tinggal bersama bapak kami,

lalu bapak kami melarangnya pergi ke mana-mana karena khawatir akan terjadi hal yang serupa. Ia kini menjadi penghibur hati bapak kami.

" Kemudian Nabi Yusuf memerintahkan supaya mereka diberi tempat dan dihormati sebagaimana layaknya tamu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 58 |

Tafsir ayat 58-62

As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan yang lainnya dari kalangan ahli tafsir menyebutkan bahwa penyebab yang mendatangkan saudara-saudara Yusuf ke negeri Mesir ialah bahwa ketika Yusuf menjabat sebagai perdana menteri

di negeri Mesir, lalu lewatlah masa tujuh tahun yang subur, kemudian diiringi dengan tujuh tahun musim paceklik yang melanda seluruh negeri Mesir. Paceklik itu konon sampai juga melanda kawasan yang berdekatan dengan negeri Mesir

hingga sampai ke Kan'an, tempat tinggal Nabi Ya'qub a.s. dan anak-anaknya.Saat itu Yusuf a.s. melakukan penghematan dalam mempergunakan bahan makanan pokok mereka dan menghimpunnya dengan baik,

sehingga bahan makanan pokok berhasil dikumpulkan dalam jumlah yang sangat besar. Dan karena keberhasilannya itu Yusuf a.s. berhasil memperoleh bermacam-macam hadiah. Orang-orang dari berbagai kawasan dan bagian negeri Mesir

berdatangan kepadanya untuk mendapatkan bagian jatah makanan bagi diri mereka dan orang-orang yang berada di dalam tanggungan mereka.Disebutkan bahwa Yusuf a.s. tidak pernah memberi seseorang lebih banyak daripada jumlah

yang mampu dimuat oleh seekor unta untuk satu tahunnya. Dan tersebutlah bahwa Yusuf a.s. tidak pernah makan sampai kenyang; dia dan raja Mesir serta seluruh pasukannya bila makan hanya cukup dengan satu kali saja,

yaitu di tengah siang hari, agar jumlah makanan pokok yang ada itu cukup buat semua orang selama tujuh tahun musim paceklik. Hal tersebut merupakan rahmat dari Allah buat penduduk negeri Mesir.Sebagian ulama tafsir mengatakan

bahwa Yusuf a.s. menjual makanan pokok itu kepada mereka di tahun pertama paceklik dengan uang, di tahun keduanya dengan barang-barang, tahun ketiganya dengan anu, dan tahun keempatnya dengan lainnya,

hingga mereka menukar diri mereka dan anak-anak mereka dengan bahan makanan itu setelah semua yang mereka miliki habis ditukarkan dengan makanan. Setelah itu Yusuf memerdekakan mereka semuanya dan mengembalikan

kepada mereka semua harta benda mereka. Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kesahihan riwayat ini. Riwayat ini bersumber dari kisah Israiliyat yang tidak dapat dipercaya, tidak dapat pula didustakan.

Maksud yang dikehendaki dalam pengetengahan kisah ini ialah bahwa saudara-saudara Yusuf termasuk di antara para pendapat yang meminta jatah makanan karena diperintahkan oleh ayah mereka; sebab telah sampai kepada mereka

suatu berita yang menyatakan bahwa Aziz negeri Mesir (yang saat itu dijabat oleh Yusuf a.s.) menjual makanan kepada semua orang. Maka saudara-saudara Yusuf datang dengan membawa barang-barang yang akan mereka tukarkan

dengan bahan makanan pokok. Mereka berangkat sepuluh orang, dan Nabi Ya'qub menahan anaknya yang bernama Bunyamin untuk tinggal bersamanya, dia adalah saudara sekandung Yusuf. Bunyamin adalah anak yang paling dicintainya

sesudah Yusuf tiada.Ketika mereka masuk menemui Yusuf yang saat itu sedang duduk di atas singgasananya dengan pakaian kebesarannya, ia langsung mengenal mereka ketika melihat mereka, tetapi mereka tidak kenal lagi kepadanya

karena mereka telah berpisah dengan Yusuf ketika usia Yusuf masih anak-anak; lalu mereka menjual Yusuf kepada kafilah yang lewat, dan mereka tidak mengetahui lagi ke mana Yusuf dibawa orang-orang yang membelinya.

Mereka juga tidak merasa curiga sedikit pun bila Yusuf berhasil meraih kedudukan yang setinggi itu. Karenanya mereka tidak mengenalnya. Lain halnya dengan Yusuf, ia masih kenal baik kepada mereka.As-Saddi dan lain-lainnya

menceritakan bahwa Yusuf langsung berbicara dan berkata kepada mereka dengan nada keheranan, "Apakah yang mendorong kalian datang ke negeriku ini?" Mereka menjawab, "Wahai Aziz, sesugguhnya kami

datang untuk membeli jatah makanan." Yusuf berkata, "Barangkali kalian adalah mata-mata." Mereka menjawab, "Kami berlindung kepada Allah dari mata-mata." Yusuf bertanya, "Kalau demikian, kalian berasal dari mana?" Mereka menjawab,

"Kami dari negeri Kan'an, ayah kami adalah Nabi Ya'qub."Yusuf bertanya, "Apakah ayah kalian mempunyai anak selain kalian?" Mereka menjawab, "Ya, pada asalnya kami berjumlah dua belas orang, lalu yang terkecil di antara kami

pergi dan hilang di padang sahara, padahal dia adalah anak yang paling dicintai oleh ayah kami. Sedangkan yang ada sekarang adalah saudara sekandungnya, karena itu ia ditahan oleh ayah kami sebagai pelampiasan kerinduannya kepada Yusuf." Yusuf memerintahkan agar mereka diberi tempat peristirahatan dan dihormati.


{وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ}


Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya. (Yusuf: 59)Yakni setelah Yusuf memberikan kepada mereka sukatannya secara sempurna, lalu bahan makanan itu dinaikkan ke atas unta kendaraan mereka,

maka Yusuf berkata, "Bawalah kemari saudara kalian yang kalian ceritakan itu, agar aku dapat mengecek kebenaran dari kisah kalian.'


{أَلا تَرَوْنَ أَنِّي أُوفِي الْكَيْلَ وَأَنَا خَيْرُ الْمُنزلِينَ}


tidakkah kalian melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu? (Yusuf: 59)Nabi Yusuf mengatakan demikian untuk menarik mereka agar kembali kepadanya, kemudian ia mempertakuti dan mengancam mereka:


{فَإِنْ لَمْ تَأْتُونِي بِهِ فَلا كَيْلَ لَكُمْ عِنْدِي وَلا تَقْرَبُونِ}


Jika kalian tidak membawanya kepadaku, maka kalian tidak akan mendapat sukatan lagi dariku. (Yusuf: 60), hingga akhir ayat.Dengan kata lain, jika kalian tidak datang membawa saudara kalian itu bersama kalian di lain waktu, maka kalian tidak akan mendapat bagian makanan lagi dariku.


{وَلا تَقْرَبُونِ قَالُوا سَنُرَاوِدُ عَنْهُ أَبَاهُ وَإِنَّا لَفَاعِلُونَ}


"dan jangan kalian mendekatiku.” Mereka berkata, "Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya (kemari) dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.” (Yusuf: 60-61)

Maksudnya, kami akan berusaha keras untuk mendatangkannya kepadamu dengan segala kemampuan kami, agar engkau mengetahui kebenaran dari apa yang telah kami katakan.

As-Saddi menyebutkan bahwa Yusuf mengambil jaminan dari mereka agar mereka berusaha keras untuk mendatangkan Bunyamin bersama mereka ke hadapannya. Tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya,

mengingat Nabi Yusuf a.s. menghormati mereka dan berbuat banyak kebaikan kepada mereka; hal ini untuk memikat hati mereka agar mau kembali kepadanya.


{وَقَالَ لِفِتْيَانِهِ}


Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya. (Yusuf: 62) Yakni kepada pelayan-pelayannya.


{اجْعَلُوا بِضَاعَتَهُمْ}


Masukkanlah barang-barang (penukar kepunyaan) mereka. (Yusuf:62)yang mereka datangkan untuk ditukarkan dengan jatah makanan.


{فِي رِحَالِهِمْ}


ke dalam karung-karung mereka. (Yusuf: 62)Yaitu ke dalam peti tempat barang-barang mereka tanpa sepengetahuan mereka.


{لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}


mudah-mudahan mereka kembali. (Yusuf: 62)Yakni dengan membawanya (di lain waktu). Menurut suatu pendapat, Yusuf a.s. merasa khawatir bila mereka tidak mempunyai barang-barang lagi untuk mereka tukarkan

dengan jatah makanan di lain waktu (maka ia mengembalikannya tanpa sepengetahuan mereka).Menurutpendapat lain, Yusuf merasa kurang enak bila ia mengambil penukaran itu dari ayahnya dan saudara-saudaranya

sebagai pengganti dari makanan.Menurut pendapat yang lainnya lagi, Yusuf bermaksud mengembali­kan mereka kepadanya bila mereka menjumpai barang-barang mereka ada di dalam karungnya; mereka pasti merasa berdosa dan tidak enak dengan hal tersebut, sebab Yusuf mengetahui benar watak mereka.

Surat Yusuf |12:59|

وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُونِي بِأَخٍ لَكُمْ مِنْ أَبِيكُمْ ۚ أَلَا تَرَوْنَ أَنِّي أُوفِي الْكَيْلَ وَأَنَا خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ

wa lammaa jahhazahum bijahaazihim qoola`tuunii bi`akhil lakum min abiikum, alaa tarouna anniii uufil-kaila wa ana khoirul-munziliin

Dan ketika dia (Yusuf) menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dia berkata, "Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan takaran dan aku adalah penerima tamu yang terbaik?

And when he had furnished them with their supplies, he said, "Bring me a brother of yours from your father. Do not you see that I give full measure and that I am the best of accommodators?

Tafsir
Jalalain

(Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya) lalu Nabi Yusuf menyempurnakan takaran bahan makanan itu buat mereka

(ia berkata, "Bawalah kepadaku saudara kalian yang seayah dengan kalian) yaitu Bunyamin, untuk mengecek kebenaran cerita kalian itu (tidakkah kalian melihat, bahwa aku menyempurnakan sukatan)

yakni, aku telah menyempurnakannya tanpa menguranginya sedikit pun (dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 59 |

Penjelasan ada di ayat 58

Surat Yusuf |12:60|

فَإِنْ لَمْ تَأْتُونِي بِهِ فَلَا كَيْلَ لَكُمْ عِنْدِي وَلَا تَقْرَبُونِ

fa il lam ta`tuunii bihii fa laa kaila lakum 'indii wa laa taqrobuun

Maka jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi dariku dan jangan kamu mendekatiku."

But if you do not bring him to me, no measure will there be [hereafter] for you from me, nor will you approach me."

Tafsir
Jalalain

(Jika kalian tidak membawanya kepadaku, maka kalian tidak akan mendapat sukatan lagi daripadaku) artinya kalian tidak akan mendapatkan bantuan makanan lagi

(dan jangan kalian mendekatiku lagi.") lafal wala taqrabuuni bermakna nahi atau melarang; atau di'athafkan kepada mahal lafal falaa kaila,

sehingga artinya menjadi kalian tidak akan mendapatkan bantuan makanan dan kalian tidak dapat mendekat kepadaku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 60 |

Penjelasan ada di ayat 58

Surat Yusuf |12:61|

قَالُوا سَنُرَاوِدُ عَنْهُ أَبَاهُ وَإِنَّا لَفَاعِلُونَ

qooluu sanuroowidu 'an-hu abaahu wa innaa lafaa'iluun

Mereka berkata, "Kami akan membujuk ayahnya (untuk membawanya) dan kami benar-benar akan melaksanakannya."

They said, "We will attempt to dissuade his father from [keeping] him, and indeed, we will do [it]."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya ke mari) artinya kami akan berupaya sekuat tenaga dengan meminta kepada ayahnya untuk dapat membawanya

(dan sesungguhnya kami benar-benar akan melaksanakannya.") yakni melaksanakan hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 61 |

Penjelasan ada di ayat 58

Surat Yusuf |12:62|

وَقَالَ لِفِتْيَانِهِ اجْعَلُوا بِضَاعَتَهُمْ فِي رِحَالِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَعْرِفُونَهَا إِذَا انْقَلَبُوا إِلَىٰ أَهْلِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

wa qoola lifityaanihij'aluu bidhoo'atahum fii riḥaalihim la'allahum ya'rifuunahaaa iżangqolabuuu ilaaa ahlihim la'allahum yarji'uun

Dan dia (Yusuf) berkata kepada pelayan-pelayannya, "Masukkanlah barang-barang (penukar) mereka ke dalam karung-karungnya, agar mereka mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi.

And [Joseph] said to his servants, "Put their merchandise into their saddlebags so they might recognize it when they have gone back to their people that perhaps they will [again] return."

Tafsir
Jalalain

(Yusuf berkata kepada pembantu-pembantunya) menurut suatu qiraat lafal lifityaanihi dibaca lifatayaanihi yang artinya, kedua pembantunya ("Masukkanlah barang-barang mereka)

yang mereka bawa sebagai pengganti harga makanan; barang-barang tersebut berupa uang dirham (ke dalam karung-karung mereka)

ke dalam kantung-kantung tempat makanan mereka (supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya) kemudian mereka menumpahkan isi karung-karung mereka itu

(mudah-mudahan mereka kembali lagi.") kepada kita karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak menghalalkan menahannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 58

Surat Yusuf |12:63|

فَلَمَّا رَجَعُوا إِلَىٰ أَبِيهِمْ قَالُوا يَا أَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَأَرْسِلْ مَعَنَا أَخَانَا نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

fa lammaa roja'uuu ilaaa abiihim qooluu yaaa abaanaa muni'a minnal-kailu fa arsil ma'anaaa akhoonaa naktal wa innaa lahuu laḥaafizhuun

Maka ketika mereka telah kembali kepada ayahnya (Yaqub) mereka berkata, "Wahai ayah kami! Kami tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama kami agar kami mendapat jatah, dan kami benar-benar akan menjaganya."

So when they returned to their father, they said, "O our father, [further] measure has been denied to us, so send with us our brother [that] we will be given measure. And indeed, we will be his guardians."

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayah mereka, mereka berkata, "Wahai ayah kami! Kami tidak akan mendapat sukatan) gandum lagi, jika ayah tidak mengizinkan saudara kami

Bunyamin untuk menghadap kepadanya (sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama kami supaya kami mendapat sukatan) menurut suatu qiraat dibaca yaktal artinya,

supaya mendapat sukatan (dan sesungguhnya kami akan benar-benar menjaganya.").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 63 |

Tafsir ayat 63-64

Allah Swt. menceritakan perihal saudara-saudara Yusuf, bahwa mereka kembali kepada ayah mereka.


{قَالُوا يَا أَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ}


mereka berkata,”Wahai ayah kami, kami tidak mendapat sukatan (gandum) lagi. (Yusuf: 63)Mereka bermaksud sesudah kali ini, yakni jika engkau tidak membiarkan saudara kami Bunyamin pergi bersama kami,

niscaya kami tidak akan mendapat jatah makanan lagi. Maka izinkanlah dia pergi bersama kami agar kami mendapat jatah makanan, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.Sebagian ulama membacanya yaktal, yakni supaya dia mendapat -jatah makanan.


{وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ}


dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya. (Yusuf:63)Yakni janganlah khawatir terhadap keselamatan Bunyamin, karena sesungguhnya dia akan dikembalikan kepadamu, sebagaimana alasan mereka sama seperti yang dikatakan dalam peristiwa Yusuf:


{أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ}


Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. (Yusuf: 12)Karena itulah ayah mereka berkata kepada mereka:


{هَلْ آمَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلا كَمَا أَمِنْتُكُمْ عَلَى أَخِيهِ مِنْ قَبْلُ}


Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepada kalian, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kalian dahulu. (Yusuf: 64)Yakni tiadalah kalian akan memperlakukannya kecuali

seperti apa yang telah kalian lakukan kepada saudaranya (Yusuf) sebelumnya. Kalian menjauhkannya dariku dan menghalang-halangi antara aku dan dia.


{فَاللَّهُ خَيْرٌ حفظًا}


Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga. (Yusuf: 64) Sebagian ulama membacanya hifzan.


{وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}


dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (Yusuf: 64)Yakni Dia Maha Penyayang di antara para penyayang kepadaku, dan Dia pasti akan merahmatiku karena usiaku yang telah lanjut, kelemahanku,

dan kerinduanku kepada anakku (Yusuf); aku pun selalu berharap kepada Allah, semoga Dia mengembalikan Yusuf kepadaku dan menghimpunkan kekuatanku berkat bersatu dengannya. Sesungguhnya Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

Surat Yusuf |12:64|

قَالَ هَلْ آمَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلَّا كَمَا أَمِنْتُكُمْ عَلَىٰ أَخِيهِ مِنْ قَبْلُ ۖ فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

qoola hal aamanukum 'alaihi illaa kamaaa amintukum 'alaaa akhiihi ming qobl, fallohu khoirun ḥaafizhow wa huwa ar-ḥamur-rooḥimiin

Dia (Yaqub) berkata, "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?" Maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

He said, "Should I entrust you with him except [under coercion] as I entrusted you with his brother before? But Allah is the best guardian, and He is the most merciful of the merciful."

Tafsir
Jalalain

(Berkata Yakub, "Bagaimana) tiada (aku akan mempercayakannya kepada kalian, kecuali seperti aku mempercayakan saudaranya kepada kalian)

yang dimaksud adalah Nabi Yusuf (dahulu) dan ternyata kalian telah mencelakakannya. (Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga) menurut qiraat yang lain lafal haafizhan dibaca hifzhan

dengan kedudukan menjadi tamyiz; perihalnya sama dengan perkataan mereka/orang-orang Arab lillaahi darruhu faarisan (dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.")

maka aku memohon semoga Dia menganugerahkan pemeliharaan-Nya terhadap Nabi Yusuf.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 64 |

Penjelasan ada di ayat 63

Surat Yusuf |12:65|

وَلَمَّا فَتَحُوا مَتَاعَهُمْ وَجَدُوا بِضَاعَتَهُمْ رُدَّتْ إِلَيْهِمْ ۖ قَالُوا يَا أَبَانَا مَا نَبْغِي ۖ هَٰذِهِ بِضَاعَتُنَا رُدَّتْ إِلَيْنَا ۖ وَنَمِيرُ أَهْلَنَا وَنَحْفَظُ أَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيرٍ ۖ ذَٰلِكَ كَيْلٌ يَسِيرٌ

wa lammaa fataḥuu mataa'ahum wajaduu bidhoo'atahum ruddat ilaihim, qooluu yaaa abaanaa maa nabghii, haażihii bidhoo'atunaa ruddat ilainaa wa namiiru ahlanaa wa naḥfazhu akhoonaa wa nazdaadu kaila ba'iir, żaalika kailuy yasiir

Dan ketika mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan barang-barang (penukar) mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, "Wahai ayah kami! Apalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kita akan dapat memberi makan keluarga kita, dan kami akan memelihara saudara kami, dan kita akan mendapat tambahan jatah (gandum) seberat beban seekor unta. Itu suatu hal yang mudah (bagi Raja Mesir)."

And when they opened their baggage, they found their merchandise returned to them. They said, "O our father, what [more] could we desire? This is our merchandise returned to us. And we will obtain supplies for our family and protect our brother and obtain an increase of a camel's load; that is an easy measurement."

Tafsir
Jalalain

(Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang penukaran mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, "Wahai ayah kami!

Apalagi yang kita inginkan) huruf maa di sini merupakan kata tanya, artinya apalagi yang kita cari lebih dari penghormatan yang telah diberikan oleh sang raja

Menurut qiraat lafal nabghii dibaca tabghii sebagai khithab atau pembicaraan yang ditujukan kepada Nabi Yakub. Karena mereka menceritakan kepadanya tentang penghormatan sang raja

terhadap mereka. (Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami) artinya kami dapat membawa perbekalan makanan buat mereka

(dan kami akan menjaga saudara kami dan kami akan mendapat tambahan sukatan seberat beban seekor unta) untuk saudara kami Bunyamin. (Itulah sukatan yang mudah.") bagi raja Mesir, karena ia orangnya sangat dermawan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 65 |

Tafsir ayat 65-66

Allah Swt. menceritakan bahwa ketika saudara-saudara Yusuf membuka karung-karung mereka, ternyata mereka menjumpai barang-barangnya dikembalikan kepada mereka.

Yusuflah yang memerintahkan kepada pelayan-pelayannya agar memasukkan kembali barang-barang mereka ke dalam karungnya masing-masing. Setelah mereka mendapati barang-barang mereka ada di dalam karungnya:


{قَالُوا يَا أَبَانَا مَا نَبْغِي هَذِهِ بِضَاعَتُنَا رُدَّتْ إِلَيْنَا}


Mereka berkata, "Wahai ayah kami, apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita.” (Yusuf: 65)Menurut Qatadah, artinya adalah 'tiada yang kita inginkan selain ini,sesungguhnya barang-barang kita dikembalikan kepada kita, padahal sukatan kita telah disempurnakan bagi kita'.


{وَنَمِيرُ أَهْلَنَا}


dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami. (Yusuf: 65)Yakni jika engkau melepaskan saudara kami pergi bersama-sama kami, niscaya kami dapat memberikan jatah makanan kepada keluarga kami.


{وَنَحْفَظُ أَخَانَا وَنزدَادُ كَيْلَ بَعِيرٍ}


dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. (Yusuf: 65)Demikian itu karena Yusuf memberikan kepada setiap orang seberat beban seekor unta.

Mujahid mengatakan bahwa makanan itu seberat beban seekor keledai, dengan alasan bahwa menurut sebagian dialek terkadang keledai disebut dengan sebutan ba'ir (unta).


{ذَلِكَ كَيْلٌ يَسِيرٌ}


Itu adalah sukatan yang mudah (bagi Raja Mesir). (Yusuf: 65)Ayat ini merupakan kesempurnaan bagi kalam sebelumnya dan berfungsi memperindahnya. Dengan kata lain, sesungguhnya sukatan itu amatlah mudah bila dibandingkan dengan imbalannya, yaitu jasa membawa saudara mereka.


{قَالَ لَنْ أُرْسِلَهُ مَعَكُمْ حَتَّى تُؤْتُونِ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ}


Ya’qub berkata "Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kalian, sebelum kalian memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah.” (Yusuf: 66) Yakni kalian ucapkan janji dan kesetiaan dengan menyebut nama Allah.


{لَتَأْتُنَّنِي بِهِ إِلا أَنْ يُحَاطَ بِكُمْ}


bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh. (Yusuf: 66)Artinya, terkecuali jika kalian semua dikalahkan oleh musuh dan kalian tidak mampu lagi menyelamatkannya.


{فَلَمَّا آتَوْهُ مَوْثِقَهُمْ}


Tatkala mereka memberikan janji mereka. (Yusuf: 66) Nabi Ya'qub mengukuhkan sumpah mereka seraya berkata:


{اللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ}


Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini). (Yusuf: 66)Ibnu Ishaq mengatakan, sesungguhnya Ya'qub melakukan hal tersebut karena dia tidak menemukan cara lain kecuali harus melepaskan Bunyamin pergi bersama mereka

demi mendapatkan sukatan gandum yang merupakan makanan pokok mereka. Karena itulah, maka Ya'qub terpaksa melepaskan Bunyamin pergi bersama-sama mereka.

Surat Yusuf |12:66|

قَالَ لَنْ أُرْسِلَهُ مَعَكُمْ حَتَّىٰ تُؤْتُونِ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ لَتَأْتُنَّنِي بِهِ إِلَّا أَنْ يُحَاطَ بِكُمْ ۖ فَلَمَّا آتَوْهُ مَوْثِقَهُمْ قَالَ اللَّهُ عَلَىٰ مَا نَقُولُ وَكِيلٌ

qoola lan ursilahuu ma'akum ḥattaa tu`tuuni mauṡiqom minallohi lata`tunnanii bihiii illaaa ay yuḥaatho bikum, fa lammaaa aatauhu mauṡiqohum qoolallohu 'alaa maa naquulu wakiil

Dia (Yaqub) berkata, "Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh)." Setelah mereka mengucapkan sumpah, dia (Yaqub) berkata, "Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan."

[Jacob] said, "Never will I send him with you until you give me a promise by Allah that you will bring him [back] to me, unless you should be surrounded by enemies." And when they had given their promise, he said, "Allah, over what we say, is Witness."

Tafsir
Jalalain

(Yakub berkata, "Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya pergi bersama kalian sebelum kalian memberikan kepadaku janji yang teguh) sumpah (atas nama Allah)

seumpamanya kalian bersumpah (bahwa kalian pasti akan membawanya kepadaku kembali kecuali jika kalian dikepung musuh.") seumpamanya kalian semuanya mati,

atau kalian dikalahkan oleh musuh sehingga kalian tidak mampu membawa Bunyamin kembali kepadaku. Lalu mereka menyetujui hal tersebut. (Tatkala mereka memberikan janji mereka)

mengikrarkan hal tersebut (maka Yakub berkata, "Allah terhadap apa yang kita ucapkan) ini, yaitu saya dan kalian (adalah menjadi saksi.")

menyaksikannya kemudian Nabi Yakub memberikan izin kepada mereka untuk membawa serta Bunyamin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 66 |

Penjelasan ada di ayat 65

Surat Yusuf |12:67|

وَقَالَ يَا بَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

wa qoola yaa baniyya laa tadkhuluu mim baabiw waaḥidiw wadkhuluu min abwaabim mutafarriqoh, wa maaa ughnii 'angkum minallohi min syaii`, inil-ḥukmu illaa lillaah, 'alaihi tawakkaltu wa 'alaihi falyatawakkalil-mutawakkiluun

Dan dia (Yaqub) berkata, "Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda, namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal."

And he said, "O my sons, do not enter from one gate but enter from different gates; and I cannot avail you against [the decree of] Allah at all. The decision is only for Allah; upon Him I have relied, and upon Him let those who would rely [indeed] rely."

Tafsir
Jalalain

(Dan Yakub berkata, "Hai anak-anakku! Janganlah kalian masuk) ke negeri Mesir (dari satu pintu gerbang, tetapi masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan)

supaya kalian tidak menjadi sial karenanya (namun demikian aku tidak dapat menghindarkan) menolak (diri kalian) dengan melalui saranku ini (dari takdir Allah)

huruf min di sini adalah zaidah (barang sedikit pun) yang telah ditakdirkan-Nya terhadap kalian; sesungguhnya hal tersebut hanyalah terdorong oleh rasa sayangku.

(Tiada lain) (keputusan hanyalah hak Allah) semata (dan hanya kepada-Nyalah aku bertawakal) artinya hanya kepada-Nyalah aku percaya (dan hanya kepada-Nyalah hendaknya orang-orang yang bertawakal berserah diri.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 67 |

Tafsir ayat 67-68

Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Ya'qub a.s., bahwa dia memerintahkan kepada anak-anaknya ketika melepas keberangkatan mereka bersama Bunyamin menuju negeri Mesir, bahwa janganlah mereka masuk

dari satu pintu gerbang semuanya, tetapi hendaklah masuk dari berbagai pintu gerbang yang berlainan. Menurut Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang,

hal itu untuk menghindari 'ain (kesialan). Demikian itu karena mereka adalah orang-orang yang berpenampilan bagus dan mempunyai rupa yang tampan-tampan serta kelihatan berwibawa. Maka Ya'qub a.s.

merasa khawatir bila mereka tertimpa 'ain disebabkan pandangan mata orang-orang. Karena sesungguhnya 'ain itu adalah benar, ia dapat menurunkan pengendara kuda dari kudanya.Ibnu Abu Hatim meriwayatkan

dari Ibrahim An-Nakha'i sehubungan dengan firman-Nya: dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lainan. (Yusuf: 67) Ya'qub merasa yakin bahwa Yusuf pasti akan menjumpai salah seorang dari saudara-saudaranya di antara pintu-pintu gerbang itu. Firman Allah Swt.:


{وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ}


namun demikian, aku tiada dapat melepaskan kalian barang sedikit pun dari (takdir) Allah. (Yusuf: 67)Yakni sesungguhnya tindakan hati-hati ini tidak dapat menolak takdir dan keputusan Allah;

karena sesungguhnya apabila Allah menghendaki sesuatu, maka kehendak-Nya itu tidak dapat dicegah, tidak dapat pula ditolak.


{إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ وَلَمَّا دَخَلُوا مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُمْ مَا كَانَ يُغْنِي عَنْهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ إِلا حَاجَةً فِي نَفْسِ يَعْقُوبَ قَضَاهَا}


Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri. Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka,

maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir Allah, tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya’qub yang telah ditetapkannya. (Yusuf: 67-68)

Menurut banyak ulama tafsir, Ya'qub melakukan hal itu untuk meng­hindarkan anak-anaknya dari terkena penyakit 'ain.


{وَإِنَّهُ لَذُو عِلْمٍ لِمَا عَلَّمْنَاهُ}


Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. (Yusuf: 68)Qatadah dan As-Sauri mengatakan, makna yang dimaksud ialah sesungguhnya

Ya'qub adalah orang yang mengamalkan ilmunya. Menurut Ibnu Jarir, sesungguhnya Ya'qub mempunyai pengetahuan karena Kami telah mengajarkan kepadanya.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


Akan tetapi, kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Yusuf: 68)

Surat Yusuf |12:68|

وَلَمَّا دَخَلُوا مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُمْ مَا كَانَ يُغْنِي عَنْهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا حَاجَةً فِي نَفْسِ يَعْقُوبَ قَضَاهَا ۚ وَإِنَّهُ لَذُو عِلْمٍ لِمَا عَلَّمْنَاهُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

wa lammaa dakholuu min ḥaiṡu amarohum abuuhum, maa kaana yughnii 'an-hum minallohi min syai`in illaa ḥaajatan fii nafsi ya'quuba qodhoohaa, wa innahuu lażuu 'ilmil limaa 'allamnaahu wa laakinna akṡaron-naasi laa ya'lamuun

Dan ketika mereka masuk sesuai dengan perintah ayah mereka, (masuknya mereka itu) tidak dapat menolak sedikit pun keputusan Allah, (tetapi itu) hanya suatu keinginan pada diri Yaqub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

And when they entered from where their father had ordered them, it did not avail them against Allah at all except [it was] a need within the soul of Jacob, which he satisfied. And indeed, he was a possessor of knowledge because of what We had taught him, but most of the people do not know.

Tafsir
Jalalain

Allah berfirman: (Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan oleh ayah mereka) yaitu masuk secara berpencar-pencar (maka hal itu tidak dapat melepaskan diri mereka dari Allah)

yakni dari kepastian-Nya (barang) huruf min di sini adalah zaidah (sedikit pun akan tetapi itu hanya) tetapi hal itu hanyalah (suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditunaikannya)

yaitu bermaksud untuk menghindarkan mereka dari kesialan karena terdorong oleh rasa sayang (dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan karena Kami telah mengajarkan kepadanya)

disebabkan Kami telah mengajarkan kepadanya (akan tetapi kebanyakan manusia) mereka adalah orang-orang kafir (tiada mengetahui.) ilham Allah yang dianugerahkan kepada orang-orang pilihan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 68 |

Penjelasan ada di ayat 67

Surat Yusuf |12:69|

وَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَخَاهُ ۖ قَالَ إِنِّي أَنَا أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

wa lammaa dakholuu 'alaa yuusufa aawaaa ilaihi akhoohu qoola inniii ana akhuuka fa laa tabta`is bimaa kaanuu ya'maluun

Dan ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia menempatkan saudaranya (Bunyamin) di tempatnya, dia (Yusuf) berkata, "Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

And when they entered upon Joseph, he took his brother to himself; he said, "Indeed, I am your brother, so do not despair over what they used to do [to me]."

Tafsir
Jalalain

(Dan tatkala mereka masuk ke tempat Yusuf, Yusuf menempatkan) yakni membawa saudaranya Bunyamin

(saudaranya ke tempatnya. Yusuf berkata, "Sesungguhnya aku ini adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita) bersedih hati (terhadap apa yang telah mereka lakukan.")

yaitu kedengkian mereka terhadap kita. Kemudian Nabi Yusuf menyuruh Bunyamin supaya jangan menceritakan hal ini kepada mereka. Yusuf telah bersepakat dengan Bunyamin,

bahwa ia akan membuat siasat supaya Bunyamin tetap tinggal bersamanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 69 |

Allah Swt. menceritakan tentang saudara-saudara Yusuf, ketika mereka tiba ke hadapan Yusuf bersama saudara sekandungnya (yaitu Bunyamin), bahwa lalu Yusuf membawa mereka masuk ke dalam ruangan kehormatannya,

yaitu tempat tamu-tamu terhormatnya. Dan Yusuf melimpahkan kepada mereka semua penghormatannya, sikap lemah lembut, dan kebajikannya. Kemudian ia sendiri membawa saudara sekandungnya terpisah dari mereka,

dan Yusuf membuka rahasia dirinya kepada Bunyamin serta menceritakan kepadanya tentang semua yang telah dialaminya.Selanjutnya Yusuf berkata, "Janganlah kamu bersedih hati atas apa yang telah mereka perbuat terhadap diriku."

Yusuf memerintahkan kepada Bunyamin agar merahasiakan hal itu dari mereka dan jangan menceritakan kepada mereka bahwa dirinya adalah saudara mereka. Yusuf bersepakat dengan Bunyamin.

bahwa dirinya akan membuat tipu daya terhadap mereka untuk membiarkan Bunyamin tinggal di dekatnya dalam keadaan dihormati dan dimuliakan.

Surat Yusuf |12:70|

فَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ السِّقَايَةَ فِي رَحْلِ أَخِيهِ ثُمَّ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ

fa lammaa jahhazahum bijahaazihim ja'alas-siqooyata fii roḥli akhiihi ṡumma ażżana mu`ażżinun ayyatuhal-'iiru innakum lasaariquun

Maka ketika telah disiapkan bahan makanan untuk mereka, dia (Yusuf) memasukkan piala ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan, "Wahai kafilah! Sesungguhnya kamu pasti pencuri."

So when he had furnished them with their supplies, he put the [gold measuring] bowl into the bag of his brother. Then an announcer called out, "O caravan, indeed you are thieves."

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala tempat minum) teko yang terbuat dari emas dan dihiasi dengan permata

(ke dalam karung saudaranya) yaitu karung kepunyaan Bunyamin (kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan) setelah mereka berpisah dari majelis Yusuf,

tiba-tiba terdengar ada seseorang yang berseru ("Hai kafilah!) rombongan musafir (Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang mencuri.").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 70 |

Tafsir ayat 70-72

Setelah disiapkan bahan makanan mereka, lalu dimuatkan ke atas unta-unta mereka, Yusuf memerintahkan kepada salah seorang dari pelayannya untuk menaruh piala, yaitu tempat untuk minum yang terbuat dari perak,

menurut kebanyakan ulama; menurut Ibnu Zaid terbuat dari emas. Piala ialah wadah minuman —juga dipakai untuk menakar makanan— yang mahal di saat itu, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak,

dan Abdur Rahman ibnu Zaid.Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa piala raja adalah tempat minum yang terbuat dari perak, bentuknya seperti mangkuk.

Al-Abbas memiliki hal yang serupa di masa Jahiliahnya.Lalu piala itu diletakkan di tempat (karung) milik Bunyamin tanpa sepengetahuan seorang pun. Kemudian berserulah orang-orang yang berseru di antara mereka seraya mengatakan:


{أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسَارِقُونَ}


Hai kafilah, sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang mencuri. (Yusuf: 70)Maka mereka menoleh kepada orang yang berseru itu, dan bertanya:


{مَاذَا تَفْقِدُونَ قَالُوا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ}


"Barang apakah yang hilang dari kalian?” Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala raja.” (Yusuf: 71-72)Yakni sa' atau alat takarnya.


{وَلِمَنْ جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيرٍ}


dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan -makanan (seberat) beban unta. (Yusuf: 72)Hal ini termasuk ke dalam Bab "Ju'alah" (hadiah).


{وَأَنَا بِهِ زَعِيمٌ}


dan aku menjamin terhadapnya. (Yusuf: 72)Dalam hal ini termasuk ke dalam Bab "Daman" (garansi) dan "Kafalah (tanggungan).

Surat Yusuf |12:71|

قَالُوا وَأَقْبَلُوا عَلَيْهِمْ مَاذَا تَفْقِدُونَ

qooluu wa aqbaluu 'alaihim maażaa tafqiduun

Mereka bertanya, sambil menghadap kepada mereka (yang menuduh), "Kamu kehilangan apa?"

They said while approaching them, "What is it you are missing?"

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab sambil) seraya (menghadap kepada penyeru-penyeru itu, "Barang apakah) sesuatu apakah yang (hilang daripada kalian.").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 71 |

Penjelasan ada di ayat 70

Surat Yusuf |12:72|

قَالُوا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ وَلِمَنْ جَاءَ بِهِ حِمْلُ بَعِيرٍ وَأَنَا بِهِ زَعِيمٌ

qooluu nafqidu shuwaa'al-maliki wa liman jaaa`a bihii ḥimlu ba'iiriw wa ana bihii za'iim

Mereka menjawab, "Kami kehilangan alat takar, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu."

They said, "We are missing the measure of the king. And for he who produces it is [the reward of] a camel's load, and I am responsible for it."

Tafsir
Jalalain

(Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala) teko (raja dan bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat beban unta)

berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu (menjadi penjamin.") yang menanggungnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 72 |

Penjelasan ada di ayat 70

Surat Yusuf |12:73|

قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُمْ مَا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِي الْأَرْضِ وَمَا كُنَّا سَارِقِينَ

qooluu tallohi laqod 'alimtum maa ji`naa linufsida fil-ardhi wa maa kunnaa saariqiin

Mereka (saudara-saudara Yusuf) menjawab, "Demi Allah, sungguh, kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk berbuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah para pencuri."

They said, "By Allah, you have certainly known that we did not come to cause corruption in the land, and we have not been thieves."

Tafsir
Jalalain

(Saudara-saudara Yusuf menjawab, "Demi Allah) sumpah yang di dalamnya terkandung makna takjub (sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami

datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah orang-orang pencuri.") kami sama sekali belum pernah mencuri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 73 |

Tafsir ayat 73-76

Ketika penyeru-penyeru itu menuduh saudara-saudara Yusuf mencuri, maka saudara-saudara Yusuf berkata kepada mereka:


{تَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُمْ مَا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِي الأرْضِ وَمَا كُنَّا سَارِقِينَ}


Demi Allah, sesungguhnya kalian mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang yang mencuri. (Yusuf: 73)Dengan kata lain,

sesungguhnya kalian telah mengecek dan mengetahui kami sejak kalian mengenal kami. Karena mereka mengetahui dan menyaksikan dari sepak terjang saudara-saudara Yusuf perilaku yang baik.

Sesungguhnya kami: datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang yang mencuri. (Yusuf: 73) Maksudnya, watak dan tabiat kami bukanlah watak pencuri. Maka para penyeru itu berkata kepada mereka:


{فَمَا جَزَاؤُهُ}


Tetapi apa balasannya. (Yusuf: 74) Yakni balasan bagi pencuri jika memang ternyata ada di antara kalian.


{إِنْ كُنْتُمْ كَاذِبِينَ}


jikalau kalian betul-betul pendusta. (Yusuf: 74)Yaitu hukuman apakah yang pantas bagi si pencuri, jika kami men­jumpainya ada di antara kalian dan ternyata dia telah mengambilnya?


{قَالُوا جَزَاؤُهُ مَنْ وُجِدَ فِي رَحْلِهِ فَهُوَ جَزَاؤُهُ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ}


Mereka menjawab, "Balasannya ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya)." Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim. (Yusuf: 75)

Demikianlah hukum yang berlaku di dalam syariat Nabi Ibrahim a.s., yaitu bahwa si pencuri diserahkan nasibnya kepada orang yang dicuri. Dan hal inilah yang diinginkan oleh Yusuf a.s.

Untuk menyembunyikan tujuannya, Yusuf memulai pemeriksaan terhadap karung-karung mereka sebelum karung milik saudara sekandungnya.


{ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ}


kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. (Yusuf: 76)Dan Yusuf menetapkan hukum atas mereka berdasarkan pengakuan dan ketetapan mereka sendiri, serta sekaligus mengharuskan bagi mereka

menuruti ketentuan hukum yang diyakini oleh mereka (yaitu syariat Nabi Ibrahim a.s.). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ}


Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. (Yusuf: 76)Cara ini merupakan tipu muslihat yang disukai dan diridai Allah, karena mengandung hikmah dan maslahat yang diperlukan. Firman Allah Swt.:


{مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ}


Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja. (Yusuf: 76)Artinya, hukuman yang dijatuhkan oleh Yusuf terhadap saudaranya bukanlah berdasarkan undang-undang raja yang berlaku.

Demikianlah menurut Ad-Dahhak dan lain-lainnya. Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi Yusuf agar memberikan keputusan terhadap saudara-saudaranya dengan keputusan yang mereka ketahui dari syariat mereka. Atas hal itu dalam firman selanjutnya dipuji oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ}


Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki. (Yusuf: 76) Ayat ini semisal dengan firman Allah Swt. dalam ayat lainnya:


{يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}


Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadilah: 11)Adapun firman Allah Swt.:


{وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ}


dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 76)Al-Hasan Al-Basri mengatakan, tiada seorang alim pun melainkan di atasnya ada orang yang lebih alim lagi,

hingga hal ini berakhir sampai kepada Allah Swt. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Abdul A'Ia As-Sa'Iabi, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan,

"Ketika kami sedang berada di hadapan Ibnu Abbas, maka Ibnu Abbas menceritakan suatu hadis yang menakjubkan. Kemudian ada seorang lelaki yang karena takjubnya lalu berkata, 'Segala puji bagi Allah,

di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang lebih alim (daripadanya).' Ibnu Abbas berkata, 'Seburuk-buruk ucapan adalah apa yang kamu katakan. Maksudnya Allah Maha Mengetahui di atas semua orang

yang berpengetahuan'." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.

(Yusuf: 76) Maksudnya, orang ini lebih alim (berpengetahuan) daripada yang lainnya; dan ada lagi yang lebih berpengetahuan darinya, sedangkan Allah di atas semua orang yang berpengetahuan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 76) hingga pengetahuan ini sampai kepada Allah,

dan hanya dari Allah-lah pengetahuan itu, lalu dipelajari oleh para ulama; dan hanya kepada-Nyalah ilmu pengetahuan kembali.Menurut qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan wafauqa kulli alimin 'alim, yang artinya 'dan di atas tiap-tiap orang yang alim ada lagi Yang Mahaalim'.

Surat Yusuf |12:74|

قَالُوا فَمَا جَزَاؤُهُ إِنْ كُنْتُمْ كَاذِبِينَ

qooluu fa maa jazaaa`uhuuu ing kuntum kaażibiin

Mereka berkata, "Tetapi apa hukumannya jika kamu dusta?"

The accusers said, "Then what would be its recompense if you should be liars?"

Tafsir
Jalalain

(Penyeru-penyeru itu berkata) yakni juru penyeru dan teman-temannya ("Tetapi apa balasannya) bagi si pencuri (jika kalian betul-betul pendusta")

kalian berdusta di dalam pengakuan kalian yang mengatakan bahwa kalian tidak mencuri. Kemudian ternyata piala tersebut ditemukan dalam barang kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 74 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Yusuf |12:75|

قَالُوا جَزَاؤُهُ مَنْ وُجِدَ فِي رَحْلِهِ فَهُوَ جَزَاؤُهُ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

qooluu jazaaa`uhuu maw wujida fii roḥlihii fa huwa jazaaa`uh, każaalika najzizh-zhoolimiin

Mereka menjawab, "Hukumannya ialah pada siapa ditemukan dalam karungnya (barang yang hilang itu), maka dia sendirilah menerima hukumannya. Demikianlah kami memberi hukuman kepada orang-orang zalim."

[The brothers] said, "Its recompense is that he in whose bag it is found - he [himself] will be its recompense. Thus do we recompense the wrongdoers."

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab, "Balasannya) lafal jazaauhu ini menjadi mubtada, sedangkan khabarnya ialah (ialah pada siapa ditemukan barang yang hilang itu dalam karungnya)

maka ia harus dijadikan budak. Kemudian diperkuat dengan berikutnya (maka dia sendirilah) si pencuri itu sendiri (balasannya.") sebagai tebusan dari barang yang dicurinya, bukan orang lain.

Ketentuan ini yaitu orang yang mencuri dihukum menjadi budak, merupakan syariat Nabi Yakub. (Demikianlah) seperti pembalasan itu (Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang lalim.)

yaitu karena mencuri. Kemudian para penyeru itu mengajukan usul kepada Nabi Yusuf supaya karung-karung mereka diperiksa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 75 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Yusuf |12:76|

فَبَدَأَ بِأَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاءِ أَخِيهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِعَاءِ أَخِيهِ ۚ كَذَٰلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ ۖ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِي دِينِ الْمَلِكِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ ۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

fa bada`a bi`au'iyatihim qobla wi'aaa`i akhiihi ṡummastakhrojahaa miw wi'aaa`i akhiih, każaalika kidnaa liyuusuf, maa kaana liya`khuża akhoohu fii diinil-maliki illaaa ay yasyaaa`alloh, narfa'u darojaatim man nasyaaa`, wa fauqo kulli żii 'ilmin 'aliim

Maka mulailah dia (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan (piala raja) itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Dia tidak dapat menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki, dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.

So he began [the search] with their bags before the bag of his brother; then he extracted it from the bag of his brother. Thus did We plan for Joseph. He could not have taken his brother within the religion of the king except that Allah willed. We raise in degrees whom We will, but over every possessor of knowledge is one [more] knowing.

Tafsir
Jalalain

(Maka mulailah Yusuf dengan karung-karung mereka) yaitu memeriksanya (sebelum memeriksa karung saudaranya sendiri) supaya mereka tidak menaruh rasa curiga terhadapnya

(kemudian dia mengeluarkan piala raja itu) yakni tempat minum raja. (dari karung saudaranya.) Selanjutnya Allah berfirman mengisahkan (Demikianlah) tipu muslihat itu

(Kami atur untuk mencapai maksud Yusuf) artinya, Kami ajarkan kepadanya tentang siasat untuk mengambil saudara sekandungnya (Tiada patut) Yusuf (menghukum saudaranya)

dengan menjadikannya sebagai budak karena terbukti telah mencuri (menurut undang-undang raja) sesuai dengan ketentuan raja Mesir, karena hukuman bagi pencuri menurut undang-undang raja Mesir

ialah dipukuli dan dikenai denda sebanyak dua kali lipat harga barang yang dicurinya, bukannya dijadikan sebagai budak (kecuali Allah menghendaki-Nya)

yakni menghendaki supaya Yusuf menghukum saudaranya sesuai dengan ketentuan syariat Nabi Yakub. Artinya Nabi Yusuf tidak dapat menghukumnya kecuali Allah menghendaki melalui wahyu-Nya

supaya Nabi Yusuf menghukum saudaranya itu sesuai dengan syariat yang berlaku pada mereka (Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki)

melalui ilmu seperti yang Kami lakukan terhadap Yusuf. Lafal ayat ini dapat dibaca secara idhafah, yaitu menjadi darajaati man nasyaau, dan dapat pula dibaca darajaatin man nasyaau

(dan di atas tiap-tiap orang berpengetahuan itu) di antara semua makhluk (ada lagi yang Maha Mengetahui.) artinya yang lebih mengetahui daripadanya sehingga rentetannya selesai pada Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 76 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Yusuf |12:77|

قَالُوا إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْ ۚ قَالَ أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا ۖ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ

qooluuu iy yasriq fa qod saroqo akhul lahuu ming qobl, fa asarrohaa yuusufu fii nafsihii wa lam yubdihaa lahum, qoola antum syarrum makaanaa, wallohu a'lamu bimaa tashifuun

Mereka berkata, "Jika dia mencuri, maka sungguh sebelum itu saudaranya pun pernah pula mencuri." Maka Yusuf menyembunyikan (kejengkelan) dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), "Kedudukanmu justru lebih buruk. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan."

They said, "If he steals - a brother of his has stolen before." But Joseph kept it within himself and did not reveal it to them. He said, "You are worse in position, and Allah is most knowing of what you describe."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Jika ia mencuri maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.") yang dimaksud oleh mereka adalah Yusuf.

Disebutkan bahwa Nabi Yusuf dahulu pernah mencuri sebuah berhala yang terbuat dari emas milik ayah ibunya kemudian berhala tersebut dihancurkannya;

dimaksud supaya ia tidak menyembahnya. (Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya) tidak melahirkannya (kepada mereka)

dhamir atau kata ganti yang ada pada kalimat ayat ini merujuk kepada pengertian yang tersirat di dalam perkataan Nabi Yusuf berikut ini, yaitu: (Dia berkata,) di dalam hatinya

("Kalian lebih buruk kedudukannya) daripada Yusuf dan saudara sekandungnya karena kalian telah mencuri saudara kalian, yaitu Nabi Yusuf sendiri dari tangan ayah kalian kemudian kalian telah berbuat aniaya

terhadap dirinya (dan Allah Maha Mengetahui) mengetahui (apa yang kalian terangkan itu.") apa yang kalian sebutkan tentang perkara Yusuf itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 77 |

Ketika saudara-saudara Yusuf melihat piala raja dikeluarkan dari karung milik Bunyamin, berkatalah mereka:


{إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْلُ}


Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu. (Yusuf: 77)Mereka membela dirinya di hadapan Aziz dan membersihkan diri mereka dari ketularan sifat mencuri.

Mereka menyebutkan pula bahwa perbuatan ini pernah dilakukan oleh saudara sekandungnya sebelum itu. Yang mereka maksudkan adalah Yusuf a.s.Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Qatadah,

bahwa dahulu Yusuf pernah mencuri sebuah berhala milik kakeknya dari pihak ibu, lalu berhala itu ia pecahkan.Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan,

"Menurut berita yang sampai kepadaku, mula-mula musibah (cobaan) yang menimpa diri Yusuf ialah disebabkan bibinya, yaitu anak perempuan Nabi Ishaq. Bibinya itu adalah anak tertua Nabi Ishaq,

dialah yang memiliki ikat pinggang Nabi Ishaq. Mereka mewarisinya secara turun-menurun bagi orang yang paling tua di antara mereka. Dan tersebutlah bahwa Yusuf dituduh menyimpan ikat pinggang itu dari bibi yang memeliharanya,

sehingga dirinya menjadi milik bibinya yang memperlakukannya menurut apa yang dikehendaki­nya.Tersebutlah bahwa ketika Ya'qub mempunyai anak (yaitu Yusuf), Yusuf dipelihara oleh bibinya yang mencintainya

dengan kecintaan yang sangat mendalam. Selang beberapa tahun kemudian, ketika Yusuf tumbuh bertambah besar, maka Ya'qub merasa rindu kepada Yusuf. Lalu ia datang untuk mengambil Yusuf dan berkata,

'Wahai saudara perempuanku, kembalikanlah Yusuf kepadaku. Demi Allah, aku tidak kuat lagi berpisah dengannya barang sesaat pun.' Bibi Yusuf menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan membiarkannya terlepas dariku.'

Kemudian bibi Yusuf berkata, 'Biarkanlah Yusuf berada di rumahku beberapa hari lagi, aku akan mempertimbangkannya, barangkali saja pendapatku berubah.' atau alasan lainnya.Setelah Ya'qub keluar dari rumah bibi Yusuf,

maka dengan sengaja bibi Yusuf mengambil ikat pinggang Nabi Ishaq, lalu ia ikatkan di pinggang Yusuf, di bawah bajunya. Setelah itu ia berpura-pura merasa kehilangan ikat pinggang Ishaq, lalu ia memerintahkan

kepada semua orang untuk mencari siapa orang yang mengambilnya.Bibi Yusuf berpura-pura sibuk mencari-cari ikat pinggang itu, lalu ia berkata, 'Periksalah semua ahli bait.' Lalu mereka memeriksa semua ahli bait,

dan ternyata mereka mendapatkan ikat pinggang itu ada pada Yusuf. Maka bibi Yusuf berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya Yusuf sejak sekarang telah menjadi milikku, aku menguasainya sepenuhnya menurut apa yang aku kehendaki.'

Ketika Ya'qub datang berkunjung kepada bibi Yusuf dan bibi Yusuf menceritakan peristiwa itu (yang direkayasa olehnya), maka Ya'qub berkata kepada saudara perempuannya, 'Jika dia memang mengambilnya,

maka dia diserahkan kepadamu secara utuh, aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain itu.' Maka bibi Yusuf memegang Yusuf, dan Ya'qub tidak mempunyai kekuasaan apa pun untuk merenggut Yusuf dari tangan bibinya,

hingga bibinya meninggal dunia. Setelah itu barulah Yusuf kembali kepada ayahnya.Mujahid mengatakan bahwa hal itulah yang dimaksud oleh saudara-saudara Yusuf dalam pembelaan diri mereka di saat saudara mereka dituduh mencuri.

Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu. (Yusuf: 77) .Adapun firman Allah Swt. yang mengatakan:


{فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفْسِهِ}


Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelannya itu pada dirinya. (Yusuf: 77)Yakni ungkapan rasa kejengkelannya yang disebutkan dalam firman selanjutnya, yaitu:


{أَنْتُمْ شَرٌّ مَكَانًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَصِفُونَ}


Kalian lebih buruk kedudukan kalian (sifat-sifat kalian) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan itu. (Yusuf: 77)Artinya, Allah Maha Mengetahui hakikat dari apa yang kalian sebutkan itu.

Yusuf mengatakan kalimat ini hanya dalam hatinya, tidak mengucapkannya kepada mereka. Hal ini termasuk ke dalam Bab "Idmar" (menyembunyikan sesuatu) sebelum mengungkapkannya. Hal seperti ini banyak didapat, antara lain dalam perkataan seorang penyair:


جَزَى بَنُوه أَبَا الْغَيْلَانِ عَنِ كبَرٍ ... وحسْن فِعْلٍ كَمَا يُجزَى سِنِمَّارُ


Semoga Abul Gailan dibalas oleh anak-anaknya di masa tuanya dengan perlakuan yang baik sebagaimana Sinimmar mendapat balasan.Hal ini banyak dalil yang menguatkannya di dalam Al-Qur'an, hadis, dan lugat (bahasa),

baik yang berupa syair, prosa, maupun kisah-kisah mereka.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya. (Yusuf: 77) Maksudnya,

Yusuf menyimpan kata-kata berikut di dalam hatinya, yaitu yang disebutkan oleh firman Allah Swt.: "Kalian lebih buruk kedudukan kalian (sifat-sifat kalian), dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan itu." (Yusuf: 77)

Surat Yusuf |12:78|

قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

qooluu yaaa ayyuhal-'aziizu inna lahuuu aban syaikhong kabiiron fa khuż aḥadanaa makaanah, innaa narooka minal-muḥsiniin

Mereka berkata, "Wahai Al 'Aziz! Dia mempunyai ayah yang sudah lanjut usia, karena itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat engkau termasuk orang-orang yang berbuat baik."

They said, "O 'Azeez, indeed he has a father [who is] an old man, so take one of us in place of him. Indeed, we see you as a doer of good."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz! Sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya) yang sangat mencintainya lebih daripada kecintaannya terhadap kami.

Ia selalu menghibur dirinya dengan dia dari anaknya yang hilang dahulu karena ia sangat sedih sekali dengan kehilangannya (oleh karena itu ambillah salah seorang di antara kami)

kemudian jadikanlah dia sebagai hamba sahayamu (sebagai gantinya.) penggantinya (Sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik.") dalam semua tindakan-tindakanmu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 78 |

Tafsir ayat 78-79

Setelah terbukti kesalahan Bunyamin dan telah ditetapkan ia harus ditinggalkan pada Yusuf sesuai dengan pengakuan mereka, maka mereka meminta belas kasihan kepada Yusuf agar Bunyamin dilepaskan:


{قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ إِنَّ لَهُ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا}


Mereka berkata, "Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya.” (Yusuf: 78)Mereka bermaksud bahwa ayah mereka sangat mencintainya dan menjadikannya sebagai hiburannya dan pelampiasan kerinduannya terhadap anaknya yang lain yang hilang.


{فَخُذْ أَحَدَنَا مَكَانَهُ}


lantaran itu ambillah salah seorang dari kami sebagai gantinya. (Yusuf: 78)Yakni sebagai gantinya untuk ditahan olehmu.


{إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ}


sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik. (Yusuf: 78)Yaitu orang yang adil, penyantun lagi menerima perkara yang baik.


{قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ نَأْخُذَ إِلا مَنْ وَجَدْنَا مَتَاعَنَا عِنْدَهُ}


Berkata Yusuf, "Aku mohon perlindungan kepada Allah dari menahan seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya.” (Yusuf: 79)Seperti yang kalian katakan dan kalian akui sebelumnya.


{إِنَّا إِذًا لَظَالِمُونَ}


jika kami berbuat demikian, maka benar-benarlah kami termasuk orang-orang yang berbuat zalim. (Yusuf: 79)Yakni jika kami mengambil orang yang tidak bersalah sebagai ganti dari orang yang bersalah, berarti kami benar-benar orang yang zalim.

Surat Yusuf |12:79|

قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ نَأْخُذَ إِلَّا مَنْ وَجَدْنَا مَتَاعَنَا عِنْدَهُ إِنَّا إِذًا لَظَالِمُونَ

qoola ma'aażallohi an na`khuża illaa maw wajadnaa mataa'anaa 'indahuuu innaaa iżal lazhoolimuun

Dia (Yusuf) berkata, "Aku memohon perlindungan kepada Allah dari menahan (seseorang), kecuali orang yang kami temukan harta kami padanya. Jika kami (berbuat) demikian, berarti kami orang yang zalim."

He said, "[I seek] the refuge of Allah [to prevent] that we take except him with whom we found our possession. Indeed, we would then be unjust."

Tafsir
Jalalain

(Berkata Yusuf, "Aku berlindung kepada Allah) lafal ini dinashabkan karena menjadi mashdar sedangkan fi`ilnya tidak disebutkan kemudian dimudhafkan kepada maf`ulnya;

artinya aku mohon perlindungan kepada Allah (daripada menahan seorang kecuali orang yang kami temukan harta benda kami padanya) Nabi Yusuf dalam hal ini tidak memakai kata mencuri

demi untuk memelihara diri daripada perkataan dusta (jika kami berbuat demikian, maka benar-benarlah kami) yaitu jika kami menghukum selainnya (orang-orang yang lalim.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 79 |

Penjelasan ada di ayat 78

Surat Yusuf |12:80|

فَلَمَّا اسْتَيْأَسُوا مِنْهُ خَلَصُوا نَجِيًّا ۖ قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ أَبَاكُمْ قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُمْ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُمْ فِي يُوسُفَ ۖ فَلَنْ أَبْرَحَ الْأَرْضَ حَتَّىٰ يَأْذَنَ لِي أَبِي أَوْ يَحْكُمَ اللَّهُ لِي ۖ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

fa lammastai`asuu min-hu kholashuu najiyyaa, qoola kabiiruhum a lam ta'lamuuu anna abaakum qod akhoża 'alaikum mauṡiqom minallohi wa ming qoblu maa farrottum fii yuusufa fa lan abroḥal-ardho ḥattaa ya`żana liii abiii au yaḥkumallohu lii, wa huwa khoirul-ḥaakimiin

Maka ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf) mereka menyendiri (sambil berunding) dengan berbisik-bisik. Yang tertua di antara mereka berkata, "Tidakkah kamu ketahui bahwa ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan (nama) Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf? Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri ini (Mesir), sampai ayahku mengizinkan (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah hakim yang terbaik."

So when they had despaired of him, they secluded themselves in private consultation. The eldest of them said, "Do you not know that your father has taken upon you an oath by Allah and [that] before you failed in [your duty to] Joseph? So I will never leave [this] land until my father permits me or Allah decides for me, and He is the best of judges.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka berputus asa) tidak mempunyai harapan lagi (daripada putusan Yusuf, mereka menyendiri) berkumpul menyendiri (sambil berunding dengan berbisik-bisik)

lafal najiyyan adalah mashdar yang maknanya boleh untuk seorang dan orang banyak; artinya sebagian dari mereka berbisik-bisik kepada sebagian yang lain

(Berkatalah yang tertua di antara mereka) yang umurnya paling besar, yaitu Rubel atau Raya yang dikenal juga dengan nama Yahudza

("Tidakkah kalian ketahui bahwa sesungguhnya ayah kalian telah mengambil janji dari kalian) kalian telah bersumpah terhadapnya (dengan nama Allah) tentang saudara kalian ini, yaitu Bunyamin

(dan sebelum itu) huruf maa pada kalimat ini zaidah (kalian telah menyia-nyiakan Yusuf) tetapi menurut pendapat yang lain huruf maa di sini adalah mashdariyah dan berkedudukan menjadi mubtada,

sedangkan khabarnya adalah lafal min qablu. (Sebab itu aku tidak akan meninggalkan) tidak akan angkat kaki dari (negeri ini) yaitu negeri Mesir (sampai ayahku mengizinkan kepadaku )

untuk kembali kepadanya (atau Allah memberi keputusan terhadapku) tentang pembebasan saudaraku Bunyamin ini. (Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.") yakni yang paling adil di antara kesemuanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 80 |

Tafsir ayat 80-82

Allah Swt. menceritakan bahwa setelah saudara-saudara Yusuf putus asa dalam upaya mereka menyelamatkan saudara mereka Bunyamin, padahal sebelum itu mereka telah berjanji kepada ayah mereka

bahwa mereka akan membawanya pulang kembali bersama-sama mereka, dan mereka bersumpah dengan nama Allah untuk itu. Usaha mereka ditolak, lalu:


{خَلَصُوا}


mereka menyendiri. (Yusuf: 80) Maksudnya, mereka memisahkan diri dari orang-orang.


{نَجِيًّا}


sambil berunding dengan berbisik-bisik. (Yusuf: 80) Yakni mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka.


{قَالَ كَبِيرُهُمْ}


Berkatalah yang tertua di antara mereka. (Yusuf: 80)Dia adalah Rubel. Menurut pendapat lain, dia adalah Yahuza; dialah yang mengisyaratkan kepada mereka agar melemparkan Yusuf ke dalam sumur ketika mereka berniat hendak membunuhnya. Ia berkata kepada mereka:


{أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ أَبَاكُمْ قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُمْ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ}


Tidakkah kalian ketahui bahwa sesungguhnya ayah kalian telah mengambil janji dari kalian dengan nama Allah. (Yusuf: 80)bahwa sesungguhnya kalian benar-benar akan membawa Bunyamin pulang kembali kepadanya.

Dan sekarang telah kalian alami sendiri bagaimana kalian telah berusaha, tetapi tetap tidak berhasil, padahal sebelumnya kalian telah menyia-nyiakan Yusuf dan memisahkannya dari dia.


{فَلَنْ أَبْرَحَ الأرْضَ}


Sebab itu, aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir. (Yusuf: 80) Artinya, aku tidak akan meninggalkan negeri ini.


{حَتَّى يَأْذَنَ لِي أَبِي}


sampai ayahku mengizinkan kepadaku (untuk kembali). (Yusuf: 80) Yakni untuk kembali kepadanya dalam keadaan rela kepadaku.


{أَوْ يَحْكُمَ اللَّهُ لِي}


atau Allah memberi keputusan terhadapku. (Yusuf: 80)Menurut suatu pendapat adalah dijatuhi hukuman mati dengan pedang. Sedangkan menurut pendapat lainnya, Allah memberikan kemampuan kepadaku untuk mengambil saudaraku pulang.


{وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}


Dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Yusuf: 80)Kemudian saudara tertua mereka memerintahkan kepada mereka untuk menceritakan semua yang terjadi kepada ayah mereka,

sehingga mereka mempunyai alasan di hadapannya, sekaligus untuk membela diri mereka dan membersihkan nama mereka dari apa yang terjadi melalui ucapan mereka.Firman Allah Swt.:


{وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ}


dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) hal yang gaib. (Yusuf: 81)Qatadah dan Ikrimah mengatakan, maksudnya adalah 'kami tidak mengetahui bahwa anakmu mencuri'. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam

mengatakan bahwa 'kami tidak mengetahui di belakang kami bahwa dia (Bunyamin) mencuri sesuatu. Sesungguhnya kami hanya menanyakan apakah balasan bagi pencuri itu.'


{وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا}


Dan tanyakanlah (penduduk) negeri yang kami berada di situ. (Yusuf: 82)Menurut Qatadah, yang dimaksud adalah negeri Mesir. Menurut pendapat lain adalah yang lainnya.


{وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا}


dan kafilah yang kami datang bersamanya. (Yusuf: 82)Maksudnya kafilah yang datang bersama kami, yakni tanyakanlah kepada mereka kebenaran dari kisah kami ini dan kepercayaan, penjagaan serta pemeliharaan kami terhadap saudara kami.


{وَإِنَّا لَصَادِقُونَ}


dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar. (Yusuf: 82)Yaitu dalam kisah kami tentang saudara kami itu, bahwa dia telah mencuri dan mereka menangkapnya.

Surat Yusuf |12:81|

ارْجِعُوا إِلَىٰ أَبِيكُمْ فَقُولُوا يَا أَبَانَا إِنَّ ابْنَكَ سَرَقَ وَمَا شَهِدْنَا إِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حَافِظِينَ

irji'uuu ilaaa abiikum fa quuluu yaaa abaanaaa innabnaka saroq, wa maa syahidnaaa illaa bimaa 'alimnaa wa maa kunnaa lil-ghoibi ḥaafizhiin

Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah, "Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui dan kami tidak mengetahui apa yang di balik itu.

Return to your father and say, "O our father, indeed your son has stolen, and we did not testify except to what we knew. And we were not witnesses of the unseen,

Tafsir
Jalalain

(Kembalilah kepada ayah kalian, dan katakanlah, "Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri; dan kami tiada menyaksikan) terhadapnya (melainkan berdasarkan apa yang telah kami ketahui)

karena mereka merasa yakin setelah melihat dan menyaksikan adanya piala raja di dalam karung Bunyamin (dan sekali-kali terhadap barang yang gaib kami tidak)

hal-hal yang gaib daripada kami sewaktu kami memberikan janji kepadamu (dapat menjaganya.) seandainya kami mengetahui apa yang akan terjadi kemudian,

yaitu bahwasanya dia akan mencuri, niscaya kami tidak akan membawanya ikut bersama kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 81 |

Penjelasan ada di ayat 80

Surat Yusuf |12:82|

وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا ۖ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ

was`alil-qoryatallatii kunnaa fiihaa wal-'iirollatii aqbalnaa fiihaa, wa innaa lashoodiquun

Dan tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada, dan kafilah yang datang bersama kami. Dan kami adalah orang yang benar."

And ask the city in which we were and the caravan in which we came - and indeed, we are truthful,"

Tafsir
Jalalain

(Dan tanyalah penduduk negeri yang kami berada di situ) yakni negeri Mesir; artinya kirimkanlah utusan ke negeri Mesir kemudian tanyakanlah kepada penduduknya

(dan kafilah) rombongan musafir (yang kami datang bersamanya) mereka adalah terdiri dari kaum Kan`an (dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.")

di dalam perkataan kami ini. Kemudian mereka kembali kepada ayah mereka dan mengatakan seperti yang diajarkan oleh saudara mereka yang tertua.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 82 |

Penjelasan ada di ayat 80

Surat Yusuf |12:83|

قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا ۖ فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

qoola bal sawwalat lakum anfusukum amroo, fa shobrun jamiil, 'asallohu ay ya`tiyanii bihim jamii'aa, innahuu huwal-'aliimul-ḥakiim

Dia (Yaqub) berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

[Jacob] said, "Rather, your souls have enticed you to something, so patience is most fitting. Perhaps Allah will bring them to me all together. Indeed it is He who is the Knowing, the Wise."

Tafsir
Jalalain

(Yakub berkata, "Bahkan telah menggoda) menganggap baik (kalian diri kalian sendiri perbuatan buruk itu) kemudian kalian mengerjakan perbuatan itu lagi.

Nabi Yakub menuduh mereka seperti tuduhannya terhadap mereka mengenai peristiwa yang menimpa Nabi Yusuf dahulu. (Maka kesabaran yang baik itu) adalah kesabaranku.

(Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka kepadaku) yaitu Yusuf dan saudaranya (semuanya; sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui) tentang keadaanku (lagi Maha Bijaksana.") di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 83 |

Tafsir ayat 83-86

Ya'qub berkata kepada mereka seperti perkataannya ketika mereka datang dengan membawa baju gamis Yusuf yang berlumuran darah palsu di masa lalu:


{بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ}


Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). (Yusuf: 83)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, "Ketika mereka datang kepada ayah mereka (Nabi Ya'qub)

dan menceritakan kepadanya semua yang terjadi, maka dalam diri Nabi Ya'qub terdetik rasa curiga. Ia menduga bahwa mereka telah melakukan hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan terhadap Yusuf dahulu.

Untuk itulah ia berkata: 'Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).' (Yusuf: 83)."Sebagian ulama mengatakan bahwa mengingat perbuatan mereka

di masa lalu seperti itu, maka apa yang terjadi pada mereka saat itu disimpulkan sama dengan perbuatan mereka yang terdahulu, dan benarlah apa yang dikatakan Ya'qub: Hanya diri kalian sendirilah yang memandang baikperbuatan

(yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). (Yusuf: 83)Kemudian Nabi Ya'qub memohon kepada Allah semoga Dia mengem­balikan ketiga anaknya, yaitu Yusuf, saudaranya Bunyamin, dan anak tertuanya (yaitu Rubel)

yang tinggal di negeri Mesir menunggu keputusan Allah Swt. mengenai nasib dirinya. Adakalanya ayahnya memaafkannya, lalu memerintahkannya untuk pulang; dan adakalanya ia harus berusaha menculik saudaranya untuk dipulangkan kepada ayahnya. Dalam doanya itu Nabi Ya'qub berkata:


{عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ}


Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepada­ku; sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 83)Yakni Allah Swt. Maha Mengetahui tentang keadaanku.


{الْحَكِيمُ}


lagi Mahabijaksana. (Yusuf: 83) dalam semua perbuatan, keputusan, dan takdir-Nya.


{وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ}


Dan Ya’qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf.” (Yusuf: 84)Yakni berpaling dari anak-anaknya dan berkata mengingatkan akan kesedihannya terhadap Yusuf di masa lalu.

Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf. (Yusuf: 84)Kesedihan akan kehilangan anaknya yang kedua ini membangkitkan kesedihan yang pertama yang lebih mendalam.Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri,

dari Sufyan Al-Usfuri, dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa ia telah mengatakan bahwa tiada seorang pun yang diberi istirja' (kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raji'un di saat tertimpa musibah) selain dari umat ini (yakni umat Nabi Muhammad Saw.).

Nabi Ya'qub sendiri telah mengatakan: "Aduhai kesedihanku terhadap Yusuf, " dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (Yusuf: 84)

Makna kazim artinya diam tidak mengadukan urusannya kepada seorang makhluk pun. Demikianlah menurut pendapat Qatadah dan lain-lainnya. Ad-Dahhak mengatakan, kazim artinya dukacita dan sedih.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ [حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى] ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ: يَا رَبِّ، إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ يَسْأَلُونَكَ بِإِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ، فَاجْعَلْنِي لَهُمْ رَابِعًا. فَأَوْحَى اللَّهُ تَعَالَى إِلَيْهِ أَنْ يَا دَاوُدُ، إِنَّ إِبْرَاهِيمَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ بِسَبَبِي فَصَبَرَ، وَتِلْكَ بَلِيَّةٌ لَمْ تَنَلْكَ، وَإِنَّ إِسْحَاقَ بَذَلَ مُهْجَةَ دَمِهِ فِي سَبَبِي فَصَبَرَ، وَتِلْكَ بَلِيَّةٌ لَمْ تَنَلْكَ، وَإِنَّ يَعْقُوبَ أَخَذْتُ مِنْهُ حَبِيبَهُ حَتَّى ابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ، فَصَبَرَ، وَتِلْكَ بَلِيَّةٌ لَمْ تَنَلْكَ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Al-Hasan, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya Daud a.s. pernah berdoa, "Wahai Tuhanku, se­sungguhnya kaum Bani Israil memohon kepada Engkau melalui Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub; maka jadikanlah diriku orang yang keempatnya bagi mereka.”

Maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Daud, "Bahwasanya, hai Daud, sesungguhnya Ibrahim pernah dilemparkan ke dalam api karena Aku, dan dia bersabar. Dan itu adalah cobaan yang belum pernah kamu alami.

Dan sesungguhnya Ishaq telah mengorbankan darah dirinya karena Aku dan dia bersabar. Dan itu merupakan cobaan yang belum pernah kamu alami. Dan sesungguhnya Ya'qub telah diambil orang yang dikasihinya dari sisinya,

sehingga kedua matanya putih karena menangis kesedihan, dia bersabar, dan itu adalah cobaan yang belum pernah kamu alami."Hadis ini mursal, dan di dalam isinya terdapat hal yang munkar. Karena sesungguhnya hal yang benar ialah

bahwa Ismaillah yang disembelih (bukan Ishaq). Dan lagi Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an (salah seorang yang disebutkan dalam sanad hadis ini) mempunyai banyak hadis yang berpredikat munkar dan garib.

Penilaian yang lebih dekat kepada kebenaran sehubungan dengan hadis ini ialah bahwa Al-Ahnaf ibnu Qais meriwayatkan hal ini dari sebagian kaum Bani Israil (yang telah masuk Islam), seperti Ka'b, Wahb,

dan lain-lainnya. Karena orang-orang Bani Israil telah menukil dari Nabi Ya'qub, bahwa ia berkirim surat kepada Yusuf ketika Yusuf menahan saudaranya karena dituduh mencuri, dalam suratnya itu Ya'qub memohon belas kasihan

kepada Yusuf untuk mengembalikan anaknya kepadanya. Disebutkan pula bahwa mereka adalah ahli bait yang tertimpa musibah; Ibrahim diuji dengan api, Ishaq disembeiih, dan Ya'qub berpisah dari Yusuf.

Hal ini disebutkan di dalam sebuah hadis panjang yang tidak sahih predikatnya.Maka pada saat itu anak-anaknya merasa belas kasihan kepada ayahnya, lalu mereka berkata kepada ayahnya dengan nada memelas dan lemah lembut:


{قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ}


Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf. (Yusuf: 85) Yakni engkau masih tetap ingat kepada Yusuf.


{حَتَّى تَكُونَ حَرَضًا}


sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat. (Yusuf: 85) Yaitu kekuatanmu menjadi memudar dan lemah.


{أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ}


atau termasuk orang-orang yang binasa. (Yusuf: 85)Mereka mengatakan bahwa jika keadaan ini terus-menerus berlangsung atas dirimu, kami merasa khawatir kamu akan menjadi orang yang binasa.


{قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ}


Ya'qub menjawab, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (Yusuf: 86)Ya'qub menjawab ucapan mereka dengan kalimat berikut: Sesungguhnya hanyalah kepada Allah

aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. (Yusuf: 86) Yakni hanya kepada Allah sajalah aku mengadukan kesusahanku dan penderitaan yang kualami ini. dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.

(Yusuf: 86) Artinya, aku mengharap semua kebaikan dari Allah.Dari Ibnu Abbas disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya. (Yusuf: 86)

Yakni mimpi yang dialami oleh Yusuf itu adalah benar, dan Allah pasti akan menampakkannya menjadi kenyataan.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa aku mengetahui mimpi Yusuf itu benar, dan kelak aku akan bersujud menghormat kepadanya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي غَنَيَّة، عَنْ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ بْنِ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَانَ لِيَعْقُوبَ النَّبِيِّ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَخٌ مُؤاخ لَهُ، فَقَالَ لَهُ ذَاتَ يَوْمٍ: مَا الَّذِي أَذْهَبَ بَصَرَكَ وَقَوَّسَ ظَهْرَكَ؟ قَالَ: الَّذِي أَذْهَبَ بَصَرِي الْبُكَاءُ عَلَى يُوسُفَ، وَأَمَّا الَّذِي قَوَّسَ ظَهْرِي فَالْحُزْنُ عَلَى بِنْيَامِينَ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا يَعْقُوبُ، إِنَّ اللَّهَ يُقرئك السَّلَامَ وَيَقُولُ لَكَ: أَمَا تَسْتَحْيِي أَنْ تَشْكُوَنِي إِلَى غَيْرِي؟ فَقَالَ يَعْقُوبُ: إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ. فَقَالَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ: اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا تَشْكُو"


Ibnu AbuHatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Malik ibnu Abu Buhainah, dari Hafs ibnu Umar ibnu Abuz Zubair, dari Anas ibnu Malik r.a.

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Nabi Ya’qub mempunyai seorang saudara angkat, di suatu hari saudara angkatnya bertanya kepadanya, "Apakah yang membuat matamu buta dan punggungmu bongkok?”

Ya’qub menjawab, "Hal yang membutakan mataku adalah karena menangisi Yusuf, dan hal yang menyebabkan punggungku bongkok ialah kesedihan karena kehilangan Bunyamin.” Maka Jibril a.s. datang kepadanya dan mengatakan,

"Hai Ya’qub, sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepadamu, dan berfirman kepadamu, 'Tidakkah kamu malu mengadu kepada selain Aku'?” Ya’qub berkata, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah

aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”Jibrila.s. berkata, "Allah mengetahui apa yang kamu adukan."Hadis ini berpredikat garib di dalamnya terdapat hal yang mungkar.

Surat Yusuf |12:84|

وَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَىٰ عَلَىٰ يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ

wa tawallaa 'an-hum wa qoola yaaa asafaa 'alaa yuusufa wabyadhdhot 'ainaahu minal-ḥuzni fa huwa kazhiim

Dan dia (Yaqub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf," dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya).

And he turned away from them and said, "Oh, my sorrow over Joseph," and his eyes became white from grief, for he was [of that] a suppressor.

Tafsir
Jalalain

(Dan Yakub berpaling dari mereka) seraya tidak meladeni pembicaraan mereka (seraya berkata, "Aduhai, duka-citaku) huruf alif yang terdapat pada kata yaa asafaa merupakan pergantian

daripada huruf ya idhafat; artinya aduhai alangkah sedihnya (terhadap Yusuf," dan kedua matanya menjadi putih) bagian yang hitam dari matanya tertutup oleh benda yang putih karena terlalu banyak

menangis (karena kesedihan) terhadap Yusuf (dan dia adalah seorang yang menahan amarah) terhadap anak-anaknya akan tetapi ia tidak menampakkan kemarahannya itu dan menahannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 84 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat Yusuf |12:85|

قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ

qooluu tallohi tafta`u tażkuru yuusufa ḥattaa takuuna ḥarodhon au takuuna minal-haalikiin

Mereka berkata, "Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau (mengidap penyakit) berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa."

They said, "By Allah, you will not cease remembering Joseph until you become fatally ill or become of those who perish."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Demi Allah) tiada (henti-hentinya) terus-menerus (engkau masih mengingat Yusuf sehingga kamu mengidap penyakit yang amat berat) hampir binasa,

karena penyakitmu yang berkepanjangan itu. Lafal haradhan berbentuk mashdar yang maknanya dapat diartikan untuk satu orang dan lebih (atau termasuk orang-orang yang binasa.") orang-orang yang akan mati.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 85 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat Yusuf |12:86|

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

qoola innamaaa asykuu baṡṡii wa ḥuzniii ilallohi wa a'lamu minallohi maa laa ta'lamuun

Dia (Yaqub) menjawab, "Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.

He said, "I only complain of my suffering and my grief to Allah, and I know from Allah that which you do not know.

Tafsir
Jalalain

(Yakub menjawab) terhadap anak-anaknya ("Sesungguhnya aku mengadukan kesedihanku) yaitu kesusahan yang besar yang tidak dapat ditahan lagi;

sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu lagi menahannya lalu mengadukannya kepada orang lain (dan kesusahanku hanya kepada Allah) bukan kepada yang lain-Nya,

karena hanya Dialah yang dapat menyelesaikan pengaduanku ini (dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui.") yaitu bahwasanya mimpi Yusuf itu adalah benar, dia masih tetap hidup. Kemudian ia berkata:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 86 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat Yusuf |12:87|

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

yaa baniyyaż-habuu fa taḥassasuu miy yuusufa wa akhiihi wa laa tai`asuu mir rouḥillaah, innahuu laa yai`asu mir rouḥillaahi illal-qoumul-kaafiruun

Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir."

O my sons, go and find out about Joseph and his brother and despair not of relief from Allah. Indeed, no one despairs of relief from Allah except the disbelieving people."

Tafsir
Jalalain

("Hai anak-anakku! Pergilah kalian, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudara sekandungnya) artinya carilah berita tentang keduanya (dan jangan kalian berputus asa)

putus harapan (dari rahmat Allah) dari rahmat-Nya (Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.") Lalu mereka berangkat menuju ke negeri Mesir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 87 |

Tafsir ayat 87-88

Allah Swt. menceritakan perihal Nabi Ya'qub, bahwa Ya'qub me­merintahkan kepada anak-anaknya untuk pergi ke negeri itu untuk mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya Bunyamin.Lafaz tahassus digunakan

untuk mencari berita kebaikan, sedangkan tajassus digunakan untuk mencari berita keburukan. Ya'qub memberi semangat kepada mereka, bahwa janganlah mereka berputus asa dari rahmat Allah Swt.Dengan kata lain,

janganlah kalian putus harapan dari rahmat Allah dalam menghadapi tantangan dan meraih cita-cita yang dituju. Karena sesungguhnya tiada yang berputus harapan dari rahmat Allah kecuali hanyalah orang-orang kafir.Firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَيْهِ}


Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf. (Yusuf: 88)Bentuk lengkapnya adalah seperti berikut: Bahwa lalu mereka berangkat dan masuk ke negeri Mesir, kemudian masuk ke tempat Yusuf.


{قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا الضُّرُّ}


Mereka berkata, "Hai Al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan.” (Yusuf: 88)Yakni musim kering, paceklik, dan minimnya bahan makanan pokok.


{وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُزْجَاةٍ}


dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga. (Yusuf: 88)Maksudnya, kami membawa barang yang tak berharga sebagai penukaran dari sukatan yang kami kehendaki. Demikianlah menurut pendapat Mujahid,

Al-Hasan, dan lain-lainnya.Menurut Ibnu Abbas, makna muzjatin ialah barang-barang bekas yang tidak berharga lagi, seperti baju bekas, tali, dan lain-lainnya. Menurut riwayat lain yang bersumberkan darinya,

dirham yang buruk yang nilai tukarnya kurang dari aslinya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan As-Saddi. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa yang dimaksud adalah uang dirham yang sudah cacat.

Abu Saleh mengatakan, yang dimaksud adalah buah sanubar dan biji hijau. Ad-Dahhak mengatakan, yang dimaksud adalah barang-barang yang sudah tak laku lagi untuk dijadikan alat pertukaran. Abu Saleh mengatakan bahwa

mereka datang dengan membawa biji Al-Batm yang berwarna hijau dan buah sanubar. Orang yang memiliki barang yang tak berharga ini ditolak karena nilai barangnya sudah tidak ada lagi. Firman Allah Swt. menceritakan tentang ucapan mereka:


{فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ}


maka sempurnakanlah sukatan untuk kami (Yusuf: 88)Yakni berikanlah kepada kami dengan harga yang tak berarti ini sukatan seperti yang pernah engkau berikan kepada kami sebelumnya.

Menurut qiraat ibnu Mas'ud disebutkan fa-auqir rikabana watasaddaq alaina, yakni penuhilah muatan kami dan bersedekahlah kepada kami. Ibnu Juraij mengatakan bahwa bersedekahlah kepada kami

dengan mengembalikan saudara kami kepada kami.Sa'id ibnu Jubair dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bersedekahlah kepada kami. (Yusuf: 88) Mereka mengatakan,

bersedekahlah kepada kami dengan menerima barang yang tak berharga ini dan memaafkannya. Sufyan ibnu Uyaynah pernah ditanya, "Apakah sedekah pernah diharamkan atas seseorang dari kalangan para nabi

sebelum Nabi Muhammad Saw.?" Maka Sufyan ibnu Uyaynah menjawab, "Tidakkah engkau pernah mendengar firman-Nya: 'maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah

memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.' (Yusuf: 88)."Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, dari Al-Haris, dari Al-Qasim, dari Sufyan ibnu Uyaynah.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris,

telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah, dari Usman ibnul Aswad, bahwa ia pernah mendengar Mujahid ketika ditanya,

"Apakah makruh bila seseorang mengatakan dalam doanya, 'Ya Allah, bersedekahlah kepadaku'?" Mujahid menjawab, "Ya, sesungguhnya sedekah itu hanyalah bagi orang yang mencari pahala (sedangkan Allah tidak memerlukannya)."

Surat Yusuf |12:88|

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَيْهِ قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُزْجَاةٍ فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ

fa lammaa dakholuu 'alaihi qooluu yaaa ayyuhal-'aziizu massanaa wa ahlanadh-dhurru wa ji`naa bibidhoo'atim muzjaatin fa aufi lanal-kaila wa tashoddaq 'alainaa, innalloha yajzil-mutashoddiqiin

Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata, "Wahai Al 'Aziz! Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka penuhilah jatah (gandum) untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang yang bersedekah."

So when they entered upon Joseph, they said, "O 'Azeez, adversity has touched us and our family, and we have come with goods poor in quality, but give us full measure and be charitable to us. Indeed, Allah rewards the charitable."

Tafsir
Jalalain

(Maka ketika mereka masuk ke tempat Yusuf mereka berkata, "Hai Al-Aziz! Kami dan keluarga kami ditimpa kesengsaraan) yakni kelaparan

(dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga) artinya barang-barang yang buruk; setiap orang yang melihatnya pasti akan menolaknya karena mutunya sangat rendah sekali.

Disebutkan bahwa barang-barang tersebut berupa dirham-dirham palsu atau barang-barang lainnya (maka sempurnakanlah) genapkanlah (sukatan untuk kami dan bersedekahlah kepada kami)

bertoleransilah terhadap kami sekali pun barang-barang kami rendah mutunya (sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.")

artinya Allah memberi mereka pahala. Akhirnya Nabi Yusuf merasa belas kasihan kepada mereka timbullah rasa sayangnya. Kemudian Nabi Yusuf berbicara secara terus terang

terhadap mereka untuk menyingkapkan tabir antara dirinya dan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 88 |

Penjelasan ada di ayat 87

Surat Yusuf |12:89|

قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ

qoola hal 'alimtum maa fa'altum biyuusufa wa akhiihi iż antum jaahiluun

Dia (Yusuf) berkata, "Tahukah kamu (kejelekan) apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya karena kamu tidak menyadari (akibat) perbuatanmu itu?"

He said, "Do you know what you did with Joseph and his brother when you were ignorant?"

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah Yusuf) kepada mereka dengan nada mencela ("Apakah kalian mengetahui kejelekan apa yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf)

yaitu dengan memukuli dan menjualnya serta hal-hal lainnya yang menyakitkan (dan saudaranya) yakni penekanan kalian terhadapnya sesudah ia terpisah dari saudaranya

(ketika kalian tidak mengetahui akibat perbuatan kalian itu") akibat perbuatan kalian terhadap Nabi Yusuf

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 89 |

Tafsir ayat 89-92

Allah Swt. menceritakan perihal Yusuf a.s., bahwa ketika saudara-saudaranya menceritakan kesengsaraan, kesempitan, serta keminiman bahan makanan pokok dan musim paceklik yang menimpa mereka,

dan Yusuf teringat akan kesedihan yang menimpa ayahnya karena kehilangan kedua putra terkasihnya, sedangkan dia sendiri berada dalam kerajaan dan memiliki kekuasaan serta keluasan, maka pada saat itu juga

timbullah rasa kasihan kepada ayahnya dan saudara-saudaranya. Yusuf saat itu menangis, maka mereka menjadi mengenalnya. Menurut suatu pendapat, Yusuf mengangkat (membuka) mahkotanya sehingga tahi lalat yang ada di keningnya kelihatan. Yusuf berkata:


{هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ}


"Apakah kalian mengetahui (kejelekan) apa yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kalian tidak mengetahui (akibat) perbuatan kalian itu?” (Yusuf: 89)Yaitu mengapa kalian memisahkan antara dia dan saudaranya?


{إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ}


ketika kalian tidak mengetahui (akibat) perbuatan kalian itu? (Yusuf: 89)Yakni sesungguhnya yang mendorong kalian berbuat demikian tiada lain karena kebodohan kalian sendiri akan akibat dari perbuatan tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama Salaf, bahwa barang siapa yang durhaka kepada Allah, maka dia adalah orang yang bodoh, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain:


{ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ}


Kemudian, sesungguhnya Tuhan kalian (mengampuni) bagi orang­ orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya. (An-Nahl: 119), hingga akhir ayat.Menurut lahiriahnya Yusuf a.s.

sendirilah yang mengenalkan dirinya kepada mereka dengan seizin Allah Swt. yang memerintahkan kepadanya untuk membuka rahasia dirinya. Sebagaimana dia menyembunyikan identitas pribadinya pada permulaannya

yang juga atas perintah Allah Swt. Akan tetapi, setelah keadaan mendesak dan urusan sangat genting, maka Allah Swt. memberikan kepadanya jalan keluar dari kesempitan itu, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}


Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah: 5-6)Maka pada saat itu juga mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata:


{أَئِنَّكَ لأنْتَ يُوسُفُ}


Apakah kamu ini benar-benar Yusuf? (Yusuf: 90) Ubay ibnu Ka'b membaca ayat ini dengan bacaan berikut:


"أَوَ أَنْتَ يُوسُفُ"


Sesungguhnya Engkau benar-benar yusuf .Ibnu Muhaisin membacanya dengan bacaan berikut :


"إنَّك لأنتَ يُوسُفُ"


Apakah kamu ini Yusuf? Tetapi qiraat (bacaan) yang terkenal adalah bacaan yang pertama, karena istifham (kata tanya) menunjukkan makna kagum. Dengan kata lain, mereka merasa heran akan hal tersebut;

mereka telah berkali-kali datang kepada Yusuf selama dua tahun —bahkan lebih—tanpa mengenalinya, sedangkan Yusuf mengenal mereka dengan baik dan menyembunyikan perihal dirinya.

Karena itulah mereka berkata dengan nada tanya: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf, dan ini saudaraku.” (Yusuf: 90)Firman Allah Swt.:


{قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا}


sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. (Yusuf: 90)Yakni dengan mengumpulkan kami kembali sesudah berpisah sekian lamanya.


{إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ}


Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah

telah melebihkan kamu atas kami.” (Yusuf: 90-91)Mereka mengakui keutamaan dan kelebihan yang dimiliki oleh Yusuf atas diri mereka dalam hal penampilan, akhlak, kekayaan, kerajaan, kekuasaan, juga kenabian,

menurut orang yang tidak menganggap mereka menjadi nabi. Dan mereka mengakui bahwa diri mereka telah berbuat kejahatan terhadapnya dan melanggar haknya.


{قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ}


Dia (Yusuf) berkata, "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian." (Yusuf: 92)Yusuf mengatakan, "Tiada kecaman atas diri kalian dan tiada celaan terhadap kalian pada hari ini,

dan aku tidak akan mengungkit-ungkit lagi dosa kalian terhadap diriku sesudah hari ini." Kemudian Yusuf mendoakan mereka agar diampuni. Untuk itu ia berdoa:


{يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}


mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (Yusuf: 92)As-Saddi mengatakan bahwa mereka meminta maaf kepada Yusuf. Maka Yusuf berkata:

Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian. (Yusuf: 92) Yakni aku tidak akan menyebutkan dosa kalian lagi. Ibnu Ishaq dan As-Sauri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian.

(Yusuf: 92) Artinya, tiada celaan atas kalian hari ini di hadapanku atas apa yang telah kalian kerjakan di masa lalu. mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. (Yusuf: 92) Yaitu semoga Allah mengampuni apa yang telah kalian kerjakan. dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (Yusuf: 92)

Surat Yusuf |12:90|

قَالُوا أَإِنَّكَ لَأَنْتَ يُوسُفُ ۖ قَالَ أَنَا يُوسُفُ وَهَٰذَا أَخِي ۖ قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا ۖ إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

qooluuu a innaka la`anta yuusuf, qoola ana yuusufu wa haażaaa akhii qod mannallohu 'alainaa, innahuu may yattaqi wa yashbir fa innalloha laa yudhii'u ajrol-muḥsiniin

Mereka berkata, "Apakah engkau benar-benar Yusuf?" Dia (Yusuf) menjawab, "Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa bertakwa dan bersabar, maka sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik."

They said, "Are you indeed Joseph?" He said "I am Joseph, and this is my brother. Allah has certainly favored us. Indeed, he who fears Allah and is patient, then indeed, Allah does not allow to be lost the reward of those who do good."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata) sesudah mengetahuinya, ketika mereka mulai meneliti dan memperhatikan secara seksama tingkah laku raja ("Apakah kamu ini)

dapat dibaca ainnaka dan ayinnaka (benar-benar Yusuf" Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya telah mendapat karunia) telah memperoleh nikmat

(kami dari Allah) sehingga kami dapat berkumpul. (Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa) merasa takut kepada Allah (dan bersabar) atas apa yang menimpa dirinya

(maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.") di dalam ungkapan ini terkandung pengertian meletakkan isim zahir pada tempat isim mudhmar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 90 |

Penjelasan ada di ayat 89

Surat Yusuf |12:91|

قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ آثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ

qooluu tallohi laqod aaṡarokallohu 'alainaa wa ing kunnaa lakhoothi`iin

Mereka berkata, "Demi Allah, sungguh Allah telah melebihkan engkau di atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa)."

They said, "By Allah, certainly has Allah preferred you over us, and indeed, we have been sinners."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya telah melebihkan kamu) telah mengutamakan kamu (Allah atas kami) dengan memperoleh kerajaan dan nikmat-nikmat lainnya

(dan sesungguhnya) huruf in di sini adalah bentuk takhfif daripada inna, artinya sesungguhnya (kami adalah orang-orang yang bersalah") yakni orang-orang yang berdosa disebabkan kami telah merendahkanmu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 91 |

Penjelasan ada di ayat 89

Surat Yusuf |12:92|

قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

qoola laa taṡriiba 'alaikumul-yauum, yaghfirullohu lakum wa huwa ar-ḥamur-rooḥimiin

Dia (Yusuf) berkata, "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

He said, "No blame will there be upon you today. Allah will forgive you; and He is the most merciful of the merciful."

Tafsir
Jalalain

(Yusuf berkata, "Tidak ada cercaan) tidak ada celaan (terhadap kalian pada hari ini) kata hari ini secara khusus disebutkan, sebab celaan pasti terjadi di dalamnya

akan tetapi pengertiannya menunjukkan, bahwa selainnya lebih utama lagi untuk tidak mendapatkan cercaan (mudah-mudahan Allah mengampuni kalian,

dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.") Lalu Nabi Yusuf menanyakan kepada mereka tentang keadaan ayahnya, mereka menjawab bahwa matanya telah rabun

dan tidak dapat melihat dengan jelas lagi. Kemudian Nabi Yusuf berkata kepada mereka,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 92 |

Penjelasan ada di ayat 89

Surat Yusuf |12:93|

اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَٰذَا فَأَلْقُوهُ عَلَىٰ وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ

iż-habuu biqomiishii haażaa fa alquuhu 'alaa waj-hi abii ya`ti bashiiroo, wa`tuunii bi`ahlikum ajma'iin

Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali, dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku."

Take this, my shirt, and cast it over the face of my father; he will become seeing. And bring me your family, all together."

Tafsir
Jalalain

("Pergilah kalian dengan membawa baju gamisku ini) yaitu baju gamis Nabi Ibrahim yang dipakainya sewaktu ia dicampakkan ke dalam api.

Baju tersebut dikalungkan Nabi Yusuf sewaktu ia berada di dalam sumur. Baju tersebut dari surga; malaikat Jibril memerintahkan Nabi Yusuf supaya mengirimkannya kepada ayahnya,

seraya berkata, 'Sesungguhnya pada baju itu terdapat bau surga, dan tidak sekali-kali ia diusapkan kepada orang yang sakit melainkan orang sakit itu akan sembuh dengan seketika

(lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan) menjadi (melihat kembali, dan bawalah keluarga kalian semuanya kepadaku.'").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 93 |

Tafsir ayat 93-95

Yusuf a.s. berkata kepada saudara-saudaranya, "Pergilah kalian dengan membawa baju gamisku ini,


{فَأَلْقُوهُ عَلَى وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا}


dan letakkanlah baju ini ke wajah ayahku, niscaya ia akan dapat melihat kembali.” (Yusuf: 93)Saat itu Nabi Ya'qub telah buta akibat banyak menangis (karena berpisah dengan Yusuf).


{وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ}


dan bawalah keluarga kalian semuanya kepadaku. (Yusuf: 93) Yakni semua Bani Ya'qub.


{وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيرُ}


Tatkala kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir). (Yusuf: 94) Maksudnya, setelah meninggalkan negeri Mesir.


{قَالَ أَبُوهُمْ}


berkata ayah mereka. (Yusuf: 94) Yakni Nabi Ya'qub a.s. kepada anak-anaknya yang ada bersamanya.


{إِنِّي لأجِدُ رِيحَ يُوسُفَ لَوْلا أَنْ تُفَنِّدُونِ}


Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kalian tidak menuduhku lemah akal (tentu kalian membenarkan aku). (Yusuf: 94)Yakni sekiranya kalian tidak menuduhku pikun.Abdur Razzaq mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Sinan, dari Abdullah ibnu Abul Huzail yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Tatkala kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir). (Yusuf: 94) Bahwa ketika kafilah meninggalkan negeri Mesir, bertiuplah angin kencang, hingga angin itu sampai ke tempat Ya'qub a.s. dengan membawa bau baju gamis Yusuf.

Maka Nabi Ya'qub berkata: Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kalian tidak menuduhku lemah akal (tentu kalian membenarkan aku). (Yusuf: 94) Nabi Ya'qub dapat mencium bau Yusuf dari jarak perjalanan delapan hari.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri dan Syu'bah serta lain-lainnya, dari Abu Sinan dengan sanad yang sama.Al-Hasan dan Ibnu Juraij mengatakan bahwa jarak di antara keduanya

adalah delapan puluh farsakh (pos), dan lama berpisah antara Nabi Ya'qub dengan Nabi Yusuf adalah delapan puluh tahun.Firman Allah Swt.:


{لَوْلا أَنْ تُفَنِّدُونِ}


sekiranya kalian tidak menuduhku lemah akal (tentu kalian membenarkan aku). (Yusuf: 94) Ibnu Abbas, Mujahid, Ata, Qatadah, dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah lemah akal.

Mujahid dan Al-Hasan mengatakan pula bahwa makna yang dimaksud ialah pikun. Firman Allah Swt. menyitir ucapan mereka:


{إِنَّكَ لَفِي ضَلالِكَ الْقَدِيمِ}


Sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu. (Yusuf: 95)Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.

Qatadah mengatakan bahwa cintamu kepada Yusuf masih tetap melekat, tidak pernah engkau lupakan. Mereka mengatakan kalimat yang kurang ajar terhadap ayah mereka, padahal kata-kata itu tidak pantas mereka katakan

kepada ayah mereka, terlebih lagi ayah mereka adalah seorang Nabi Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan lain-lainnya.

Surat Yusuf |12:94|

وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ ۖ لَوْلَا أَنْ تُفَنِّدُونِ

wa lammaa fasholatil-'iiru qoola abuuhum innii la`ajidu riiḥa yuusufa lau laaa an tufanniduun

Dan ketika kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah mereka berkata, "Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)."

And when the caravan departed [from Egypt], their father said, "Indeed, I find the smell of Joseph [and would say that he was alive] if you did not think me weakened in mind."

Tafsir
Jalalain

(Tatkala kafilah itu telah keluar) dari negeri Mesir (berkata ayah mereka) kepada anak-anak dan cucu-cucunya yang ada bersamanya

("Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf) bau itu tercium oleh Nabi Yakub karena dibawa oleh angin berkat kekuasaan Allah dari jarak perjalanan tiga hari, atau delapan hari atau lebih dari itu

(sekiranya kalian tidak menuduhku sebagai orang yang lemah akalnya.") maka niscaya kalian akan membenarkan aku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 94 |

Penjelasan ada di ayat 93

Surat Yusuf |12:95|

قَالُوا تَاللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلَالِكَ الْقَدِيمِ

qooluu tallohi innaka lafii dholaalikal-qodiim

Mereka (keluarganya) berkata, "Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu."

They said, "By Allah, indeed you are in your [same] old error."

Tafsir
Jalalain

(Keluarganya berkata) kepadanya (Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu) kesalahanmu (yang dahulu) disebabkan kecintaanmu yang berlebihan terhadap Yusuf,

dan harapanmu yang selalu tak padam untuk bersua kembali dengannya sekali pun sudah lama masanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 95 |

Penjelasan ada di ayat 93

Surat Yusuf |12:96|

فَلَمَّا أَنْ جَاءَ الْبَشِيرُ أَلْقَاهُ عَلَىٰ وَجْهِهِ فَارْتَدَّ بَصِيرًا ۖ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

fa lammaaa an jaaa`al-basyiiru alqoohu 'alaa waj-hihii fartadda bashiiroo, qoola a lam aqul lakum inniii a'lamu minallohi maa laa ta'lamuun

Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yaqub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yaqub) berkata, "Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui."

And when the bearer of good tidings arrived, he cast it over his face, and he returned [once again] seeing. He said, "Did I not tell you that I know from Allah that which you do not know?"

Tafsir
Jalalain

(Tatkala) huruf an di sini adalah zaidah (telah tiba pembawa kabar gembira) yaitu Yahudza dengan membawa baju gamis Nabi Yusuf. Dahulu dialah yang membawa baju darah Nabi Yusuf,

maka kali ini ia bermaksud untuk membuat bahagia ayahnya sebagai ganti daripada perbuatannya dahulu yang membuatnya sedih (maka diletakannya baju gamis itu)

ditaruhnya baju gamis itu (ke wajah Yakub, lalu kembalilah) sehat seperti semula (dapat melihat. Berkata Yakub, "Tidakkah aku katakan kepada kalian, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 96 |

Tafsir ayat 96-98

Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-Basyir, " tukang pos. Menurut Mujahid dan As-Saddi, tukang pos itu adalah Yahuza ibnu Ya'qub. As-Saddi mengatakan bahwa sesungguhnya

dialah yang membawa baju gamis Yusuf, karena dialah dahulu yang mendatangkan baju gamis Yusuf yang dilumuri dengan darah palsu. Maka Yahuza bermaksud ingin membersihkan kesalahan yang dahulu dengan perbuatannya sekarang.

Lalu ia datang dengan membawa baju gamis Yusuf dan ia letakkan baju gamis itu ke wajah ayahnya; maka seketika itu juga ayahnya dapat melihat kembali dan langsung berkata kepada anak-anaknya:


{أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}


Tidakkah aku katakan kepada kalian bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya. (Yusuf: 96)Yakni aku mengetahui bahwa Allah akan mengembalikan Yusuf kepadaku, dan aku katakan kepada kalian:


{إِنِّي لأجِدُ رِيحَ يُوسُفَ لَوْلا أَنْ تُفَنِّدُونِ}


Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kalian tidak menuduhku lemah akal (tentu kalian membenarkan aku). (Yusuf: 94)Maka pada saat itu mereka berkata kepada ayah mereka dengan nada meminta belas kasihan:


{يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}


Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). Ya’qub berkata, "Kelak aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Tuhanku.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf: 97-98)Barang siapa yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya. Ibnu Mas'ud, Ibrahim At-Taimi, Amr ibnu Qais, Ibnu Juraij,

dan lain-lainnya mengatakan bahwa Nabi Ya'qub menangguhkan permohonan mereka sampai waktu sahur.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Saib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris,

bahwa ia pernah mendengar Abdur Rahman ibnu Ishaq menceritakan asar berikut dari Muharib ibnu Disar, bahwa Khalifah Umar r.a. datang ke masjid, lalu ia mendengar seseorang mengucapkan doa berikut: "Ya Allah,

Engkau telah menyeru­ku, lalu aku memenuhi seruan-Mu. Dan Engkau telah memerintahkan kepadaku, lalu aku taati. Demi waktu sahur ini, berilah ampunan kepadaku." Umar mendengarkan suara itu, lalu menyelidikinya,

dan ternyata suara itu berasal dari rumah Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Ketika ia ditanya tentang bacaan doanya itu, ia menjawab, "Sesungguhnya Ya'qub menangguhkan permintaan anak-anaknya sampai waktu sahur

melalui ucapannya yang disitir oleh firman Allah Swt.: 'Kelak aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Tuhanku.' (Yusuf: 98)."Di dalam hadis disebutkan bahwa hal itu terjadi pada malam Jumat, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir pula dalam riwayat lainnya; bahwa:


حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَبُو أَيُّوبَ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، أَنْبَأَنَا ابْنُ جُرَيْج، عَنْ عَطَاءٍ وعِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي} يَقُولُ: حَتَّى تَأْتِيَ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ، وَهُوَ قَوْلُ أَخِي يَعْقُوبَ لِبَنِيهِ


telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman Abu Ayyub Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij,

dari Ata dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah Saw. mengenai firman-Nya: Kelak aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Tuhanku. (Yusuf: 98) Bahwa yang dimaksud ialah hingga datang malam Jumat.

Itulah yang dimaksudkan oleh perkataan saudaraku Ya'qub kepada anak-anaknya.Bila ditinjau dari jalur ini, hadis ini berpredikat garib; dan mengenai predikat marfu'-nya masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.

Surat Yusuf |12:97|

قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ

qooluu yaaa abaanastaghfir lanaa żunuubanaaa innaa kunnaa khoothi`iin

Mereka berkata, "Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa)."

They said, "O our father, ask for us forgiveness of our sins; indeed, we have been sinners."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 97 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Yusuf |12:98|

قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

qoola saufa astaghfiru lakum robbii, innahuu huwal-ghofuurur-roḥiim

Dia (Yaqub) berkata, "Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."

He said, "I will ask forgiveness for you from my Lord. Indeed, it is He who is the Forgiving, the Merciful."

Tafsir
Jalalain

(Yakub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagi kalian kepada Rabbku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.")

Nabi Yakub mengakhirkan atau menangguhkan doanya itu sampai dengan waktu sahur, dimaksud supaya lebih dekat untuk diperkenankan. Atau doanya itu ia tangguhkan sampai dengan malam Jumat.

Kemudian mereka semua berangkat menuju ke negeri Mesir; dan Nabi Yusuf beserta pembesar-pembesar negeri Mesir lainnya keluar untuk menjemput kedatangan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 98 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Yusuf |12:99|

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ

fa lammaa dakholuu 'alaa yuusufa aawaaa ilaihi abawaihi wa qooladkhuluu mishro in syaaa`allohu aaminiin

Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia merangkul (dan menyiapkan tempat untuk) kedua orang tuanya seraya berkata, "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman."

And when they entered upon Joseph, he took his parents to himself and said, "Enter Egypt, Allah willing, safe [and secure]."

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka masuk ke tempat Yusuf) yaitu ke kemah Nabi Yusuf (Yusuf merangkul) memeluk (ibu-bapaknya) kedua orang tuanya atau bapak dan bibinya (dan dia berkata)

kepada mereka ("Masuklah kalian ke negeri Mesir dalam keadaan aman.") lalu mereka memasuki negeri Mesir dan Nabi Yusuf lalu duduk di atas singgasananya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 99 |

Tafsir ayat 99-100

Allah Swt. menceritakan kisah keberangkatan Ya'qub ke tempat Yusuf a.s. dan kedatangannya di negeri Mesir atas perintah Yusuf yang memerintahkan kepada saudara-saudaranya agar mendatangkan semua keluarga mereka

ke negeri Mesir. Maka mereka membawa semua keluarga mereka dan berangkat meninggalkan negeri Kan'an —tempat tinggal mereka— menuju negeri Mesir.Tatkala Yusuf a.s. mendapat berita bahwa mereka telah berada

di dekat perbatasan Mesir, maka ia keluar untuk menyambut kedatangan mereka. Yusuf memerintahkan pula kepada semua pembantu dan orang-orang terkemuka negeri itu untuk menyambut kedatangan Nabi Allah Ya'qub a.s.

Menurut suatu pendapat, Raja Mesir pun ikut keluar menyambut kedatangannya; pendapat inilah yang mendekati kebenaran.Kebanyakan kalangan ulama tafsir merasa kesulitan dalam menafsirkan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ}


Yusuf memberikan tempat kepada ibu bapaknya dan berkata, "Masuklah kalian ke negeri Mesir.” (Yusuf: 99)Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa di dalam ayat ini terdapat taqdim dan ta-khir. Makna yang dimaksud ialah:


{وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ}


dan dia berkata "Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.” (Yusuf: 99)Lalu ia memberikan tempat kepada kedua orang tuanya dan menaik­kannya ke singgasana. Tetapi Ibnu Jarir membantah penafsiran ini

dengan bantahan yang cukup beralasan. Kemudian Ibnu Jarir memilih pendapat yang diriwayatkan oleh As-Saddi, yaitu Yusuf merangkul ibu bapaknya ketika menyambutnya; dan setelah mereka tiba di pintu gerbang kota,

ia berkata kepada mereka: Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman. (Yusuf: 99)Akan tetapi, penafsiran ini pun masih perlu dipertimbangkan kebenarannya, karena makna al-iwa hanyalah dipakai

untuk pengertian memberikan tempat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:


{آوَى إِلَيْهِ أَخَاهُ}


Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya. (Yusuf: 69)Di dalam sebuah hadis disebutkan:


"مَنْ آوَى مُحْدِثًا


Barang siapa yang memberikan tempat kepada seorang ahli bid'ah, hingga akhir hadis.Dengan demikian, tiada halangan bila dikatakan bahwa setelah mereka masuk ke tempat Yusuf dan Yusuf memberikan tempat kepada mereka,

lalu ia berkata, "Masuklah kalian ke negeri Mesir"; dan Yusuf memberikan jaminan keamanan kepada mereka seraya berkata, "Tinggallah di negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman," yakni aman dari kesengsaraan

dan paceklik yang selama ini menimpa kalian.Menurut suatu pendapat —hanya Allah Yang Maha Mengetahui kebenarannya— sesungguhnya Allah melenyapkan musim paceklik selanjutnya dari penduduk negeri Mesir

berkat kedatangan Nabi Ya'qub kepada mereka, sebagaimana dilenyapkan-Nya musim paceklik yang didoakan oleh Rasulullah Saw. atas penduduk Mekah. Rasulullah Saw. berdoa atas mereka:


"اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ"


Ya Allah, tolonglah aku dengan menimpakan musim paceklik atas mereka seperti musim pacekliknya Yusuf.Kemudian mereka (penduduk Mekah yang kafir) memohon kepada Nabi Saw.

dengan merendahkan diri melalui utusan mereka Abu Sufyan agar musim paceklik itu dilenyapkan dari mereka. Maka sisa musim paceklik itu dilenyapkan berkat doa Rasulullah Saw.Firman Allah Swt.:


{آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ}


Yusuf merangkul ibu bapaknya. (Yusuf: 99)As-Saddi dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, sesungguhnya yang dimaksud dengan keduanya ialah ayah dan bibinya, karena ibu Nabi Yusuf telah meninggal dunia di masa lalu.

Menurut Muhammad ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir, keduanya adalah ayah dan ibunya, kedua-duanya masih hidup. Ibnu Jarir mengatakan bahwa tiada suatu dalil pun yang menunjukkan bahwa ibu Nabi Yusuf telah meninggal dunia saat itu.

Makna lahiriah Al-Qur'an menunjukkan bahwa ibu Nabi Yusuf masih hidup. Pendapat yang dibela oleh Ibnu Jarir ini merupakan pendapat yang dimenangkan karena sesuai dengan konteks ayat. Firman Allah Swt.:


{وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ}


Dan Yusuf menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. (Yusuf: 100)Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan al- arsy dalam ayat ini ialah singgasana. Yakni Yusuf mendudukkan kedua orang tuanya ke atas singgasananya bersama-sama dengan dia.


{وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا}


Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf. (Yusuf: 100)Maksudnya, bersujud kepada Yusuf kedua orang tuanya dan semua saudaranya yang jumlahnya ada sebelas orang.


{وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ}


Dan berkata Yusuf, "Wahai ayahku, inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu." (Yusuf: 100)Yakni mimpi yang pernah ia ceritakan kepada ayahnya jauh sebelum itu, yang disebutkan di dalam firman-Nya:


إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا


sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang. (Yusuf: 4), hingga akhir ayat.Hal ini masih diperbolehkan di dalam syariat mereka, bilamana memberikan salam penghormatan kepada orang besar,

yakni boleh bersujud kepadanya. Hal ini diperbolehkan sejak zaman Nabi Adam sampai kepada syariat Nabi Isa a.s. Kemudian dalam syariat Nabi Muhammad Saw. hal ini diharamkan, dan hanya dikhususkan kepada Allah Tuhan sekalian alam.

Demikianlah ringkasan dari apa yang dikatakan oleh Qatadah dan lain-lainnya.Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika Mu'az tiba di negeri Syam, ia menjumpai mereka masih bersujud kepada uskup-uskup mereka.

Ketika Mu'az bersujud kepada Rasulullah Saw., Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah yang engkau lakukan ini, hai Mu'az?" Mu'az menjawab, "Sesungguhnya aku melihat penduduk negeri Syam bersujud

kepada uskup-uskup mereka, maka engkau lebih berhak untuk disujudi, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah Saw. bersabda:


"لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الزَّوْجَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظم حَقِّهِ عَلَيْهَا"


Seandainya aku memerintahkan kepada seseorang untuk ber­sujud kepada orang lain, tentu aku akan perintahkan kepada wanita untuk bersujud kepada suaminya, karena hak suaminya atas dirinya sangatlah besar.

Di dalam hadis lain disebutkan bahwa Salman bersua dengan Nabi Saw. di salah satu jalan kota Madinah; saat itu Salman baru masuk Islam, maka ia bersujud kepada Nabi Saw. (sebagai penghormatan kepadanya). Nabi Saw. bersabda membantah:


"لَا تَسْجُدْ لِي يَا سَلْمَانُ، وَاسْجُدْ لِلْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ"


Hai Salman, janganlah kamu sujud kepadaku. Bersujudlah kepada Tuhan Yang Hidup, Yang tak pernah mati.Keterangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa bersujud dalam penghormatan kepada seorang pembesar

diperbolehkan dalam syariat mereka. Maka dari itu, mereka semuanya bersujud kepada Yusuf; dan saat itu juga Yusuf berkata: Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya

suatu kenyataan. (Yusuf: 100) Yakni inilah kenyataan dari mimpiku itu. Penggunaan kata 'takwil dalam ayat ini ditujukan kepada pengertian kesimpulan dari suatu perkara atau kenyataannya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.dalam ayat yang lain:


{هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ}


Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya ' kebenaran) Al-Qur'an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur'an. (Al-A'raf: 53)Artinya, pada hari kiamat nanti akan datang kepada mereka

apa yang telah dijanjikan kepada mereka, yaitu balasan kebaikan dan balasan keburukan (mereka). Firman Allah Swt.:


{قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا}


Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. (Yusuf: 100)Yakni menjadi kenyataan yang benar. Lalu Yusuf menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya:


{وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ}


Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kalian dari dusun padang pasir. (Yusuf: 100)Yaitu dari daerah pedalaman.

Ibnu Juraij dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka adalah penduduk daerah pedalaman yang bermata pencaharian beternak. Ibnu Juraij mengatakan, mereka tinggal di daerah pedalaman Palestina,

bagian dari negeri Syam. Menurut pendapat lainnya mereka tinggal di Aulaj, lereng pegunungan Hasma; mereka adalah or­ang-orang pedalaman, beternak kambing dan unta.


{مِنْ بَعْدِ أَنْ نزغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ}


setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. (Yusuf: 100)Maksudnya, apabila Dia menghendaki sesuatu perkara,

maka Dia menetapkan baginya semua penyebab kejadiannya dan memutuskannya serta memudahkan terlaksananya.


{إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ}


Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui. (Yusuf: 100) akan kemaslahatan hamba-hamba-Nya.


{الْحَكِيمُ}


lagi Mahabijaksana. (Yusuf: 100)dalam ucapan, perbuatan, ketetapan, takdir, dan semua yang dipilih dan yang dikehendaki-Nya.Abu Usman An-Nahdi telah meriwayatkan dari Sulaiman, bahwa jarak masa antara mimpi Yusuf

dan kenyataannya adalah empat puluh tahun. Abdullah ibnu Syaddad mengatakan bahwa masa itulah batas maksimal kenyataan suatu mimpi. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.Ibnu Jarir mengatakan pula,

telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Al-Hasan yang mengatakan, "Jarak masa antara perpisahan dengan Nabi Yusuf

sampai Nabi Ya'qub bersua dengannya adalah delapan puluh tahun. Selama itu kesedihan selalu melanda hati Ya'qub a.s., dan air matanya selalu berlinangan mengalir ke pipinya tiada henti-hentinya. Tiada seorang hamba pun

di muka bumi ini yang lebih disukai oleh Allah selain Nabi Ya'qub."Hasyim telah meriwayatkan dari Yunus, dari Al-Hasan, bahwa masa itu adalah delapan puluh tiga tahun. Mubarak ibnu Fudalah mengata­kan dari Al-Hasan,

bahwa Yusuf dilemparkan ke dasar sumur ketika berusia tujuh belas tahun, dan menghilang dari pandangan ayahnya selama delapan puluh tahun. Sesudah itu ia hidup selama dua puluh tiga tahun. Yusuf a.s.

wafat dalam usia seratus dua puluh tahun. Qatadah mengata­kan, masa perpisahan antara Ya'qub dan Yusuf adalah tiga puluh lima tahun.Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa menghilangkan Yusuf dari ayahnya

adalah selama delapan belas tahun. Selanjutnya Ibnu Ishaq mengatakan, orang-orang ahli kitab menduga bahwa masa itu empat puluh tahun atau yang mendekatinya. Ya'qub tinggal bersama Yusuf sesudah Ya'qub tiba di negeri Mesir

adalah selama tujuh belas tahun, kemudian Allah mewafatkannya.Abi Ishaq As-Subai'i mengatakan dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa kaum Bani Israil masuk ke negeri Mesir

sebanyak tiga ratus enam puluh orang; ketika pergi meninggalkan Mesir, jumlah mereka mencapai enam ratus tujuh puluh ribu orang.Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Masruq, bahwa mereka masuk ke negeri Mesir dalam

jumlah tiga ratus sembilan puluh orang yang terdiri atas kaum pria dan wanitanya.Musa ibnu Ubaidah telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abdullah ibnu Syaddad, bahwa keluarga Ya'qub berkumpul

dengan Yusuf di negeri Mesir, sedangkan jumlah mereka ada delapan puluh enam orang termasuk anak-anak kecil, orang dewasa, kaum pria dan wanitanya. Ketika mereka pergi meninggalkan negeri Mesir, jumlah mereka mencapai enam ratus ribu orang lebih.

Surat Yusuf |12:100|

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا ۖ وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي ۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

wa rofa'a abawaihi 'alal-'arsyi wa khorruu lahuu sujjadaa, wa qoola yaaa abati haażaa ta`wiilu ru`yaaya ming qoblu qod ja'alahaa robbii ḥaqqoo, wa qod aḥsana biii iż akhrojanii minas-sijni wa jaaa`a bikum minal-badwi mim ba'di an nazaghosy-syaithoonu bainii wa baina ikhwatii, inna robbii lathiiful limaa yasyaaa`, innahuu huwal-'aliimul-ḥakiim

Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, "Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.

And he raised his parents upon the throne, and they bowed to him in prostration. And he said, "O my father, this is the explanation of my vision of before. My Lord has made it reality. And He was certainly good to me when He took me out of prison and brought you [here] from bedouin life after Satan had induced [estrangement] between me and my brothers. Indeed, my Lord is Subtle in what He wills. Indeed, it is He who is the Knowing, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya) yakni Yusuf mendudukkan kedua orang tuanya sejajar dengannya (ke atas singgasananya.) tempat duduknya (Dan mereka merebahkan diri)

yakni kedua orang tuanya dan semua saudara-saudaranya (kepada Yusuf seraya bersujud) yang dimaksud adalah sujud dengan membungkukkan badan

bukannya sujud dalam arti kata meletakkan kening; cara itu merupakan penghormatan yang berlaku pada zamannya. (Dan berkata Yusuf, "Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu,

sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku) terhadap diriku (ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara)

Nabi Yusuf tidak menyinggung masalah sumur, hal ini sengaja ia lakukan demi menghormati saudara-saudaranya supaya mereka tidak malu (dan ketika membawa kalian dari dusun padang pasir)

dari kampung padang pasir (setelah dirusak) dikacaukan (oleh setan hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Rabbku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.

Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya (lagi Maha Bijaksana.") di dalam pekerjaan-Nya. Kemudian ayah Nabi Yusuf (Yakub) bermukim bersama Yusuf selama dua puluh empat tahun

atau tujuh belas tahun. Disebutkan bahwa masa perpisahan mereka delapan belas tahun lamanya atau empat puluh tahun atau delapan puluh tahun. Kemudian Nabi Yakub menjelang ajalnya,

sebelum itu ia berwasiat kepada Nabi Yusuf supaya ia dikebumikan di dekat ayahnya, yaitu Nabi Ishak. Lalu Nabi Yusuf membawa jenazah ayahnya ke tempat yang diisyaratkannya

dalam wasiat dan mengebumikannya di tempat tersebut. Setelah itu Nabi Yusuf kembali ke Mesir dan ia tinggal di negeri itu sesudah Nabi Yakub meninggal dunia selama dua puluh tiga tahun.

Ketika urusannya telah sempurna kemudian ia mengetahui bahwa dirinya tidak akan abadi dalam keadaan demikian lalu hatinya menginginkan agar ia hijrah ke kerajaan yang abadi, yakni akhirat. Untuk itu berkata seraya berdoa:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 100 |

Penjelasan ada di ayat 99

Surat Yusuf |12:101|

رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

robbi qod aataitanii minal-mulki wa 'allamtanii min ta`wiilil-aḥaadiiṡ, faathiros-samaawaati wal-ardh, anta waliyyii fid-dun-yaa wal-aakhiroh, tawaffanii muslimaw wa al-ḥiqnii bish-shooliḥiin

Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh."

My Lord, You have given me [something] of sovereignty and taught me of the interpretation of dreams. Creator of the heavens and earth, You are my protector in this world and in the Hereafter. Cause me to die a Muslim and join me with the righteous."

Tafsir
Jalalain

(Ya Rabbku! Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takbir mimpi) takwil-takwil mimpi

(Ya Rabb Pencipta) yang menjadikan (langit dan bumi! Engkaulah Pelindungku) yang mengatur kebaikanku (di dunia dan di akhirat,

wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan kumpulkanlah aku dengan orang-orang yang saleh) di antara bapak moyangku. Maka setelah ia berdoa, ia hidup hanya seminggu atau lebih dari seminggu.

Kemudian ia wafat, pada saat itu usianya telah mencapai seratus dua puluh tahun. Lalu semua orang Mesir mengiringkan jenazahnya sampai ke tempat kuburannya;

mereka meletakkan jenazah Nabi Yusuf di dalam sebuah tabelah yang terbuat dari marmer, dan mereka mengebumikannya di tempat yang terletak di antara kedua tepi sungai Nil,

dimaksud supaya keberkahan terlimpahkan kepada kedua tepi sungai Nil. Maha Suci Allah yang tiada akhir bagi kerajaan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 101 |

Itulah doa Nabi Yusuf yang dipanjatkannya kepada Allah Swt. setelah limpahan nikmat Allah buatnya disempurnakan, yaitu di kala ia dapat berkumpul kembali dengan kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

Juga atas nikmat lainnya yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada dirinya, yaitu berupa kenabian dan kerajaan. Kemudian ia memohon kepada Allah Swt. agar nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya

di dunia ini terus berkelanjutan sampai ke hari akhirat, dan hendaknya Allah mewafatkannya dalam keadaan Islam. Demikianlah menurut Ad-Dahhak. Dan hendaknya Allah menghimpunkannya bersama-sama saudara-saudaranya

dari kalangan para nabi dan para rasul, semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semua.Doa ini barangkali dipanjatkan oleh Nabi Yusuf a.s. ketika ia sedang menjelang kewafatannya,

seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Srti Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. ketika menjelang kewafatannya mengangkat jari telunjuknya seraya berdoa:


"اللَّهُمَّ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى، اللَّهُمَّ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى، اللَّهُمَّ فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى"


Ya Allah, (gabungkanlah diriku) bersama-sama teman-teman (ku) di (tempat) yang tertinggi (surga).Doa ini diucapkannya sebanyak tiga kali.Barangkali Yusuf a.s. pun meminta diwafatkan dalam keadaan Islam

serta bergabung dengan orang-orang saleh apabila ajalnya telah tiba.Bukan berarti dia meminta hal tersebut secara tanjiz (mohon diperkenankan), seperti doa seseorang kepada lawan bicaranya, "Semoga Allah mewafatkanmu

dalam keadaan Islam," dan seorang yang mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, hidupkanlah kami dalam keadaan Islam, wafatkanlah kami dalam keadaan Islam, dan gabungkanlah kami dengan orang-orang saleh."

Akan tetapi, dapat pula dikatakan bahwa Yusuf a.s. mendoa hal itu dengan permohonan tanjiz; dan hal ini diperbolehkan dalam syariat mereka. Demikianlah menurut Qatadah.Firman Allah Swt.:


{تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ}


wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (Yusuf: 101)Setelah Allah menghimpunkan semua anggota keluarganya dan membuatnya senang sehingga saat itu Yusuf dalam keadaan

bergelimangan dengan kenikmatan duniawi, kerajaannya, dan semua perhiasannya, maka ia merindukan orang-orang saleh yang sebelumnya.Ibnu Abbas mengatakan bahwa sebelum Yusuf a.s. tiada seorang nabi pun

yang mengharapkan untuk diwafatkan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Jarir dan As-Saddi, dari Ibnu Abbas, bahwa Yusuf a.s. adalah nabi yang mula-mula mengatakan demikian dalam doanya. Hal ini dapat diartikan pula

bahwa dialah orang yang mula-mula meminta diwafatkan dalam keadaan Islam. Perihalnya sama dengan Nabi Nuh a.s., dialah orang yang mula-mula mengatakan dalam doanya:


{رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا}


Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke dalam rumahku dengan beriman. (Nuh: 28)Dapat pula diartikan bahwa dialah (Yusuflah) orang yang mula-mula memohon diperkenankannya hal tersebut;

inilah yang tersimpulkan dari pengertian lahiriah pendapat Qatadah, tetapi hal ini tidak diperbolehkan dalam syariat kita sekarang.Imam Ahmad ibnu Hambal rahimahullah mengatakan:


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "لَا يَتَمَنَّيْنَ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا الْمَوْتَ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي"


telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Suhaib, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengharapkan mati karena bahaya yang menimpanya. Jika tiada jalan lain baginya kecuali mengharapkan mati, hendaklah ia mengatakan, "Ya Allah,

hidupkanlah saya selagi hidup lebih baik bagi saya. Dan wafatkanlah saya apabila wafat lebih baik bagi saya.”Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini, yang menurut lafaz keduanya disebutkan seperti berikut:


" لَا يَتَمَنَّيْنَ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ إِمَّا مُحْسِنًا فَيَزْدَادُ، وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ: اللَّهُمَّ، أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوفاة خَيْرًا لِي"


Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengharapkan mati karena bahaya (musibah) yang menimpanya, karena apabila dia orang yang berbuat baik, maka akan bertambah (kebaikannya);

dan apabila dia orang yang buruk, maka mudah-mudahan ia bertobat. Tetapi hendaklah ia mengucapkan, "Ya Allah, hidupkan­lah saya selagi hidup lebih baik bagi saya, dan wafatkanlah saya apabila wafat lebih baik bagi saya.”


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا مُعُان بْنُ رِفَاعَةَ، حَدَّثَنِي عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أمامة قَالَ: جَلَسْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فذكَّرنا ورقَّقنا، فَبَكَى سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَاصٍ فَأَكْثَرَ الْبُكَاءَ، فَقَالَ: يَا لَيْتَنِي مُتُّ! فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا سَعْدُ أَعِنْدِي تَتَمَنَّى الْمَوْتَ؟ " فردَّد ذَلِكَ [ثَلَاثَ] مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ: "يَا سَعْدُ، إِنْ كُنْتَ خُلِقْتَ لِلْجَنَّةِ، فَمَا طَالَ عُمُرُكَ، أَوْ حَسُن مِنْ عَمَلِكَ، فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Rifa'ah, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yang mengatakan,

"Kami duduk di majelis Rasulullah, lalu beliau memberikan peringatan kepada kami dan melunakkan hati kami, maka menangislah Sa'd ibnu Abu Waqqas dengan tangisan yang lama seraya berkata, 'Aduhai, seandainya saja diriku ini mati.'

Maka Nabi Saw. bersabda: 'Hai Sa’d, apakah di hadapanku engkau berharap kematian?' Nabi Saw. mengucapkan sabdanya ini sebanyak tiga kali, lalu beliau melanjutkan sabdanya, 'Hai Sa’d, jika engkau diciptakan untuk surga, maka usiamu yang panjang dan amalmu yang baik itu adalah lebih baik bagi kamu'.”


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا أَبُو يُونُسَ -هُوَ سُلَيم بْنُ جُبير -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ أَنَّهُ قَالَ: "لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ وَلَا يدعوَن بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ قَدْ وَثق بِعَمَلِهِ، فَإِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ، وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمُرُهُ إِلَّا خَيْرًا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Yunus (yaitu Muslim ibnu Jubair), dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian mengharapkan mati karena musibah (bahaya) yang menimpanya, jangan pula ia mendoakannya sebelum maut datang sendiri kepadanya,

terkecuali jika dia telah merasa yakin dengan amalnya. Karena sesungguhnya apabila seseorang di antara kalian mati, terputuslah amal perbuatannya. Dan sesungguhnya seorang mukmin itu tiada menambahkan pada amalnya

kecuali hanya kebaikan.Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid.Hal ini berlaku jika bahaya atau musibah ini hanya khusus menimpa dirinya. Jika musibah itu berupa Fitnah dalam agama, maka diperbolehkan memohon dimatikan.

Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam kisah-Nya yang menceritakan tentang para ahli sihir di saat Fir'aun hendak memurtadkan mereka dari agama mereka dan mengancam akan membunuh mereka, yaitu:


{رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ}


Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu). (Al-A'raf: 126)Maryam juga berkata ketika ia merasakan akan melahirkan anak sambil bersandar pada pangkal pohon kurma:


{يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا}


Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan. (Maryam: 23)Karena ia merasa yakin bahwa orang-orang pasti akan menuduh dirinya berbuat fahisyah (zina);

karena ia belum bersuami, sedangkan ia telah mengandung dan melahirkan anak. Dan mereka memang mengatakan:


{يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا}


Kaumnya berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”

(Maryam: 27-28)Maka Allah menjadikan baginya jalan keluar dan keselamatan dari hal tersebut, yaitu dengan menjadikan bayinya dapat berbicara dalam usia ayunan, mengucapkan kata-kata berikut, "Sesungguhnya aku adalah

hamba dan rasul Allah." Kejadian ini merupakan suatu tanda kekuasaan Allah yang amat besar dan sebagai mukjizat yang jelas bagi Isa a.s. Di dalam hadis Mu'az yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmuzi di dalam kisah mimpi —yaitu mengenai doa— antara lain disebutkan seperti berikut:


"وَإِذَا أَرَدْتَ بِقَوْمٍ فِتْنَةً، فَتَوَفَّنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ"


Apabila Engkau berkehendak menurunkan fitnah pada suatu kaum, maka cabutlah nyawaku kembali kepada-Mu dalam keadaan tidak terfitnah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، أَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَمْرٍو عَنْ عَاصِمٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "اثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدم الموت، والموت خير لِلْمُؤْمِنِ [مِنَ الْفِتْنَةِ] وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ، وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقَلُّ لِلْحِسَابِ"


Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad, dari Amr ibnu Asim, dari Kasir ibnu Qatadah, dari Mahmud ibnu Labid secara marfu’

bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Ada dua hal yang dibenci oleh anak Adam, yaitu dia benci akan mati, padahal mati lebih baik bagi orang mukmin daripada ter­fitnah. Dan dia benci akan kekurangan harta,

padahal kekurangan harta meringankan hisab.Di saat fitnah melanda agama, diperbolehkan memohon untuk mati. Karena itulah ketika Khalifah Ali ibnu Abu Talib r.a. di akhir masa kekhalifahannya, yaitu ketika ia melihat bahwa

kesatuan kaum muslim tidak dapat dipertahankan lagi dalam kepemimpinannya, dan perkaranya makin bertambah parah saja, maka ia berdoa seperti berikut:


اللهمَّ، خُذْنِي إِلَيْكَ، فَقَدْ سَئِمْتُهُمْ وَسَئِمُونِي.


Ya Allah, ambillah aku kembali kepada-Mu; sesungguhnya aku telah bosan kepada mereka, dan mereka pun bosan kepadaku.Imam Bukhari rahimahullah mengatakan bahwa ketika fitnah itu terjadi menimpanya

dan terjadi pula perselisihan antara dia (Ali r.a.) dengan Amir Khurrasan, maka Imam Ali berdoa: "Ya Allah, wafatkanlah aku kembali kepada-Mu."Di dalam hadis disebutkan:


"إِنَّ الرَّجُلَ لَيَمُرُّ بِالْقَبْرِ -أَيْ فِي زَمَانِ الدَّجَّالِ -فَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَكَ"


Sesungguhnya seorang lelaki melewati sebuah kuburan —yakni di zaman Dajjal nanti— sedangkan ia benar-benar mengatakan, "Aduhai seandainya saja aku berada di tempatmu (yakni sudah mati)"

Lelaki itu mengatakan demikian karena banyaknya fitnah, gempa, huru hara, dan peristiwa-peristiwa yang menggemparkan di masa itu; hal tersebut merupakan fitnah yang melanda umat manusia.

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa anak-anak Nabi Ya'qub yang telah melakukan perbuatan buruk terhadap Yusuf a.s. dimohonkan ampunan oleh ayah mereka. Maka Allah menerima tobat mereka,

memaafkan mereka, dan mengampuni dosa-dosa mereka. Pendapat ulama yang mengatakan bahwa Nabi Ya’qub memohonkan ampun kepada Allah buat merekaTelah menceritakan kepada kami Al-Qasim,

telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Hajjaj, dari Saleh Al-Murri, dari Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt.

setelah menghimpunkan semua anggota keluarga Ya'qub a.s. di hadapan Ya'qub, maka Ya'qub mengajak putranya (Yusuf) menyendiri, lalu ia berbisik dengannya. Sebagian putra lainnya berkata kepada sebagian yang lain,

"Bukankah kalian telah mengetahui apa yang telah kalian kerjakan dan apa yang telah dialami oleh orang tua kita dan Yusuf sebagai akibatnya?" Mereka menjawab, "Ya." Maka dikatakan, "Karena itulah kalian terpusatkan

untuk meminta maaf dari keduanya, lalu bagaimana keadaan kalian dengan Tuhan kalian?" Akhirnya mereka sepakat untuk menghadap kepada orang tua mereka (Nabi Ya'qub), lalu duduk di hadapannya,

sedangkan Yusuf duduk di samping ayahnya. Mereka berkata, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami sengaja datang kepadamu karena suatu urusan yang belum pernah kami datang kepadamu karena sesuatu yang seperti ini,

dan kami telah tertimpa suatu perkara yang belum pernah menimpa kami sebelumnya." Kata-kata mereka membuat hati Nabi Ya'qub tergugah, sedangkan para nabi itu adalah orang-orang yang paling belas kasihan.

Maka Nabi Ya'qub bertanya, "Apakah yang telah menimpa kalian, hai anak-anakku?"Mereka menjawab, "Bukankah engkau telah mengetahui apa yang telah kami lakukan terhadapmu dan apa yang telah kami lakukan

terhadap saudara kami Yusuf?" Nabi Ya'qub menjawab, "Ya." Mereka berkata, "Bukankah kamu berdua telah memaafkan kami?" Nabi Ya'qub menjawab, "Ya." Mereka berkata, "Sesungguhnya maafmu berdua tidak memberi manfaat

sedikit pun kepada kami jika Allah tidak memaafkan kami."Nabi Ya'qub bertanya, "Lalu apakah yang kalian kehendaki dariku, hai anak-anakku?" Mereka berkata, "Kami menghendaki agar kamu mendoakan kami kepada Allah.

Apabila wahyu dari Allah telah datang kepadamu yang menyatakan bahwa Dia memaafkan kami, maka barulah hati kami merasa senang dan tenteram. Jika tidak, maka tiada kesenangan bagi kami di dunia ini selamanya."

Nabi Ya'qub bangkit, lalu menghadap ke arah kiblat; Yusuf bangkit pula berdiri di belakang ayahnya, sedangkan saudara-saudaranya berdiri di belakang keduanya dengan perasaan rendah diri dan khusyuk. Nabi Ya'qub berdoa,

dan Nabi Yusuf mengamininya; tetapi permohonan ampun mereka masih belum diperkenankan selama dua puluh tahun.Saleh Al-Murri mengatakan bahwa selama itu mereka selalu dicekam oleh rasa takut,

dan setelah dua puluh tahun berlalu —yakni pada permulaan tahun yang kedua puluhnya— turunlah Malaikat Jibril a.s. kepada Nabi Ya'qub a.s.Jibril a.s. berkata, "Sesungguhnya Allah Swt. telah mengutusku kepadamu

untuk menyampaikan berita gembira, bahwa Dia telah memperkenankan doamu buat anak-anakmu. Allah telah memaafkan apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah telah mengambil janji dari mereka bahwa

mereka akan menjadi nabi sesudahmu."Asar ini mauquf, yakni hanya sampai kepada sahabat Anas; selain itu adalah Yazid Ar-Raqqasyi serta Saleh Al-Murri, kedua-duanya berpredikat sangat daif (lemah).

As-Saddi menyebutkan bahwa ketika Nabi Ya'qub menjelang kematiannya, ia berwasiat kepada Yusuf agar menguburkan jenazahnya di dekat kuburan Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Maka setelah Nabi Ya'qub wafat, jenazahnya dibalsam, lalu dikirimkan ke negeri Syam dan dikebumikan di dekat kuburan keduanya.

Surat Yusuf |12:102|

ذَٰلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ ۖ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ

żaalika min ambaaa`il-ghoibi nuuḥiihi ilaiik, wa maa kunta ladaihim iż ajma'uuu amrohum wa hum yamkuruun

Itulah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak berada di samping mereka, ketika mereka bersepakat mengatur tipu muslihat (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur).

That is from the news of the unseen which We reveal, [O Muhammad], to you. And you were not with them when they put together their plan while they conspired.

Tafsir
Jalalain

(Demikian itu) hal yang telah disebutkan itu menyangkut kisah tentang Nabi Yusuf (di antara berita-berita yang gaib) kisah-kisah yang tidak diketahui olehmu hai Muhammad sebelumnya

(yang Kami wahyukan kepadamu padahal kamu tidak berada pada sisi mereka) yang dimaksud adalah saudara-saudara Nabi Yusuf (ketika mereka memutuskan rencananya)

untuk berbuat makar terhadap Nabi Yusuf, yaitu memasukkannya ke dalam sumur (dan mereka sedang mengatur tipu daya) terhadap Nabi Yusuf.

Artinya engkau tidak hadir bersama mereka, maka bagaimana engkau dapat mengetahui kisah mereka lalu engkau menceritakannya, tetapi hal ini hanya dapat kamu ketahui melalui wahyu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Yusuf | 12 : 102 |

Tafsir ayat 102-104

Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw. setelah men­ceritakan kisah saudara-saudara Yusuf, bagaimana Allah mengangkat derajat Yusuf di atas mereka, serta menjadikan bagi Yusuf akibat yang terpuji,

kemenangan, kerajaan, dan kekuasaan; padahal di awalnya mereka menghendaki kejahatan, kebinasaan, dan pembunuhan terhadap diri Yusuf. Kisah ini dan lain-lainnya yang semisal, hai Muhammad, termasuk berita-berita yang gaib di masa lalu.


{نُوحِيهِ إِلَيْكَ}


yang Kami wahyukan kepadamu. (Yusuf: 102)dan Kami beritahukan kepadamu, hai Muhammad, karena di dalamnya terkandung pelajaran bagimu dan nasihat bagi orang-orang yang sesudahmu.


{وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ}


padahal kamu tidak berada pada sisi mereka. (Yusuf: 102) Yakni berada di dekat mereka dan tidak pula menyaksikan mereka.


{إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ}


ketika mereka memutuskan rencananya. (Yusuf: 102) untuk memasukkan Yusuf ke dasar sumur.


{وَهُمْ يَمْكُرُونَ}


dan mereka sedang mengatur tipu daya. (Yusuf: 102)terhadap Yusuf, tetapi Kamilah yang memberitahukannya kepadamu melalui wahyu yang diturunkan kepadamu. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ}


padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi). (Ali Imran: 44), hingga akhir ayat.


{وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الأمْرَ وَمَا كُنْتَ مِنَ الشَّاهِدِينَ}


dan tiadalah kamu berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44)sampai dengan firman-Nya:


{وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَكِنْ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ}


Dan tiadalah kamu berada di dekat Gunung Tur ketika Kami menyeru (Musa). (Al-Qashash: 46)


{وَمَا كُنْتَ ثَاوِيًا فِي أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَلَكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ}


dan tiadalah kamu tinggal bersama-sama penduduk Madyan dengan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka (Al-Qashash: 45), hingga akhir ayat.


{مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍ بِالْمَلإ الأعْلَى إِذْ يَخْتَصِمُونَ إِنْ يُوحَى إِلَيَّ إِلا أَنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِ}


Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang malaikat-malaikat itu ketika mereka berbantah-bantahan. Tidak diwahyu­kan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.

(Shad: 69-70)Allah Swt. bermaksud bahwa dia (Nabi Muhammad) adalah rasul-Nya, dan bahwa Dia telah memberitahukan kepadanya kisah-kisah terdahulu yang mengandung pelajaran dan keselamatan bagi agama

dan kehidupan dunia mereka. Sekalipun demikian, tiadalah kebanyakan manusia beriman. Karena itu, disebutkan oleh firman Allah Swt.:


{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}


Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)Dalam ayat yang lain disebutkan:


{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}


Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'am: 116)Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain,

yaitu: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat), tetapi kebanyakan dari mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara: 67)Dan ayat-ayat lainnya yang semisal. Firman Allah Swt.:


{وَمَا تَسْأَلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ}


Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini). (Yusuf: 104)Yakni kamu, hai Muhammad, sama sekali tidak meminta suatu upah pun sebagai imbalan dari nasihat,

seruan kepada kebaikan dan jalan petunjuk ini, melainkan kamu melakukannya hanya semata-mata ingin mencari rida Allah dan memberi nasihat kepada makhluk-Nya.


{إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ}


itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam. (Yusuf: 104)yang dijadikan sebagai peringatan bagi mereka, yang memberi petunjuk kepada mereka, dan yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat.