Juz 25

Surat Fussilat |41:47|

إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ ۚ وَمَا تَخْرُجُ مِنْ ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَائِي قَالُوا آذَنَّاكَ مَا مِنَّا مِنْ شَهِيدٍ

ilaihi yuroddu 'ilmus-saa'ah, wa maa takhruju min ṡamarootim min akmaamihaa wa maa taḥmilu min unṡaa wa laa tadho'u illaa bi'ilmih, wa yauma yunaadiihim aina syurokaaa`ii qooluuu aażannaaka maa minnaa min syahiid

Kepada-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat itu dikembalikan. Tidak ada buah-buahan yang keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun yang mengandung dan yang melahirkan, melainkan semuanya dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari ketika Dia (Allah) menyeru mereka, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu?" Mereka menjawab, "Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang dapat memberi kesaksian (bahwa Engkau mempunyai sekutu)."

To him [alone] is attributed knowledge of the Hour. And fruits emerge not from their coverings nor does a female conceive or give birth except with His knowledge. And the Day He will call to them, "Where are My 'partners'?" they will say, "We announce to You that there is [no longer] among us any witness [to that]."

Tafsir
Jalalain

(Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat) bila akan terjadi, tiada seorang pun yang mengetahuinya selain Dia. (Dan tidak ada buah-buahan keluar)

menurut suatu qiraat dibaca Tsamaraatin dalam bentuk jamak (dari kelopaknya) dari kelopak-kelopaknya melainkan dengan sepengetahuan-Nya; lafal Akmaam adalah bentuk jamak dari lafal Kimmun

(dan tidak seorang perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu" Mereka menjawab,

"Kami nyatakan kepada Engkau) artinya, sekarang Kami beritahukan kepada Engkau (bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang memberikan kesaksian bahwa Engkau punya sekutu."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 47 |

Tafsir ayat 47-48

Firman Allah Swt:


{إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ}


Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Fushshilat: 47) Yakni tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah Swt, seperti yang dikatakan oleh penghulu manusia Nabi Muhammad Saw.

kepada Jibril yang merupakan penghulu malaikat ketika Jibril bertanya kepadanya tentang bilakah hari kiamat itu terjadi. Maka beliau Saw. menjawab:


"مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ"


Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui (tentang hari kiamat) daripada orang yang menanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا}


Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktu hari kiamat). (An-Nazi'at: 44)


{لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ}


Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf: 187) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا تَخْرُجُ مِنْ ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلا بِعِلْمِهِ}


Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. (Fushshilat-47)

Yaitu semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya, tiada suatu sel pun yang ada di langit dan tidak pula yang ada di bumi terhalang dari pengetahuan-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا}


dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (Pula). (Al-An'am: 59)


{يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الأرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ}


Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Ar-Ra'd: 8) Dan firman Allah Swt.:


{وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}


Dan tidak sekali-kali dipanjangkan umur seorang yang berusia panjang dan tidak pula dikurangi usianya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauh mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11) Adapun firman Allah Swt.:


{وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَائِي}


Pada hari Tuhan memanggil mereka, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku?” (Fushshilat: 47) Di hari kiamat kelak Allah memanggil orang-orang musyrik di mata semua makhluk, "Di manakah sekutu-sekutu yang kalian sembah bersama-Ku?"


{قَالُوا آذَنَّاكَ مَا مِنَّا مِنْ شَهِيدٍ}


Mereka menjawab, "Kami nyatakan kepada Engkau, bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang memberi kesaksian.” (Fushshilat: 47) Yakni tiada seorang pun dari kami pada hari ini yang memberikan kesaksian bahwa Engkau mempunyai sekutu.


{وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَدْعُونَ مِنْ قَبْلُ}


Dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka sembah dahulu. (Fushshilat: 48) Semua sekutu yang mereka ada-adakan semasa di dunia itu lenyap semuanya, tidak bisa menolong mereka.


{وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ}


dan mereka yakin bahwa tidak ada bagi mereka sesuatu jalan keluar pun. (Fushshilat: 48) Yakni orang-orang musyrik kelak di hari kiamat merasa yakin; lafaz zan di sini menunjukkan makna yakin.


{مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ}


tidak ada bagi mereka sesuatu jalan keluar pun. (Fushshilat: 48) Artinya, tiada jalan selamat bagi mereka dari azab Allah Swt. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا}


Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahfi: 53)

Surat Fussilat |41:48|

وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَدْعُونَ مِنْ قَبْلُ ۖ وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ

wa dholla 'an-hum maa kaanuu yad'uuna ming qoblu wa zhonnuu maa lahum mim maḥiish

Dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulu selalu mereka sembah, dan mereka pun tahu bahwa tidak ada jalan keluar (dari azab Allah) bagi mereka.

And lost from them will be those they were invoking before, and they will be certain that they have no place of escape.

Tafsir
Jalalain

(Dan lenyaplah) hilanglah (dari mereka apa yang selalu mereka seru) yang selalu mereka sembah (dahulu) di dunia yaitu berhala-berhala (dan mereka yakin) merasa yakin

(bahwa tidak ada bagi mereka sesuatu jalan keluar pun) jalan selamat dari azab. Huruf Nafi pada dua tempat tidak beramal, dan jumlah yang dinafikan menduduki tempatnya Maf'ul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 48 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Fussilat |41:49|

لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ

laa yas`amul-insaanu min du'aaa`il-khoiri wa im massahusy-syarru fa ya`uusung qonuuth

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.

Man is not weary of supplication for good [things], but if evil touches him, he is hopeless and despairing.

Tafsir
Jalalain

(Manusia tidak jemu memohon kebaikan) artinya, masih tetap terus meminta kepada Rabbnya akan harta, kesehatan dan lain-lainnya (dan jika ia ditimpa malapetaka)

berupa kemiskinan dan kesengsaraan (dia menjadi putus asa lagi putus harapan) dari rahmat Allah. Ayat ini merupakan gambaran bagi keadaan orang-orang kafir, demikian pula gambaran dalam ayat selanjutnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 49 |

Tafsir ayat 49-51

Allah Swt. menceritakan bahwa manusia itu tidak bosan-bosannya berdoa kepada Tuhannya memohon kebaikan, seperti harta benda, kesehatan tubuh, dan lain sebagainya. Dan jika dirinya tertimpa keburukan, yakni malapetaka atau kemiskinan.


{فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ}


dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (Fushshilat: 49) Yakni dalam hatinya timbul perasaan bahwa tiada harapan lagi baginya untuk memperoleh kebaikan sesudah malapetaka dan musibah yang menimpanya itu.


{وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي}


Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku.” (Fushshilat: 50)

Artinya apabila ia mendapat kebaikan dan rezeki sesudah sengsara, niscaya dia mengatakan bahwa kebaikan ini memang berhak kuterima menurut Tuhanku.


{وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً}


dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. (Fushshilat: 50) Selanjutnya ia ingkar kepada terjadinya hari kiamat. Yakni hanya karena dia diberi nikmat, maka ia langsung bersifat angkuh, sombong, dan kafir. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى}


Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. (Al-'Alaq: 6-7) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى}


Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya. (Fushshilat: 50) Yakni jika di sana memang ada hari kembali, niscaya Allah akan berbuat baik kepadaku

sebagaimana Dia telah berbuat baik kepadaku di dunia ini. Dia mengharapkan kebaikan dari Allah, padahal dia buruk amal perbuatannya dan tidak yakin. Firman Allah Swt.:


{فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ}


Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. (Fushshilat: 50)

Allah Swt. mengancam orang yang amal perbuatan dan keyakinannya demikian dengan siksaan dan azab. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الإنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ}


Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri. (Fushshilat: 51) Yaitu berpaling dari ketaatan, dan sombong tidak mau menuruti perintah-perintah Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَتَوَلَّى بِرُكْنِهِ}


Maka dia berpaling (dari iman) bersama tentaranya. (Adz-Dzariyat: 39) Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ}


tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat: 51) Yakni memperpanjang doanya hanya karena meminta sesuatu. Dengan kata lain, dia mengucapkan doa yang panjang, padahal makna dari doanya sedikit.

Sedangkan kebalikannya ialah doa yang ringkas, tetapi padat isinya. Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ}


Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui Galaunya yang sesat)

seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12), hingga akhir ayat.

Surat Fussilat |41:50|

وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَٰذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَىٰ رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَىٰ ۚ فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ

wa la`in ażaqnaahu roḥmatam minnaa mim ba'di dhorrooo`a massat-hu layaquulanna haażaa lii wa maaa azhunnus-saa'ata qooo`imataw wa la`ir ruji'tu ilaa robbiii inna lii 'indahuu lal-ḥusnaa, fa lanunabbi`annallażiina kafaruu bimaa 'amiluu wa lanużiiqonnahum min 'ażaabin gholiizh

Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan terjadi. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya." Maka sungguh, akan Kami beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat.

And if We let him taste mercy from Us after an adversity which has touched him, he will surely say, "This is [due] to me, and I do not think the Hour will occur; and [even] if I should be returned to my Lord, indeed, for me there will be with Him the best." But We will surely inform those who disbelieved about what they did, and We will surely make them taste a massive punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dan sungguh jika) huruf Lamnya menunjukkan makna Qasam (Kami rasakan kepadanya) Kami berikan kepadanya (rahmat) kecukupan dan kesehatan (dari Kami sesudah kesusahan)

yakni kesengsaraan dan malapetaka (yang telah menimpanya, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku) artinya, berkat karyaku sendiri (dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan sungguh jika)

huruf Lamnya menunjukkan makna Qasam (aku dikembalikan kepada Rabbku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya") yakni surga.

(Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras) siksaan yang keras. Huruf Lam yang terdapat pada dua Fi'il bermakna Qasam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 50 |

penjelasan ada di ayat 49

Surat Fussilat |41:51|

وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ

wa iżaaa an'amnaa 'alal-insaani a'rodho wa na`aa bijaanibih, wa iżaa massahusy-syarru fa żuu du'aaa`in 'ariidh

Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, dia berpaling dan menjauhkan diri (dengan sombong), tetapi apabila ditimpa malapetaka maka dia banyak berdoa.

And when We bestow favor upon man, he turns away and distances himself; but when evil touches him, then he is full of extensive supplication.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia) yang dimaksud adalah jenis manusia (ia berpaling) tidak mau bersyukur (dan menjauhkan diri)

yakni memutarkan badannya seraya menyombongkan diri; menurut suatu qiraat lafal Na-aa dibaca dengan didahulukan huruf Hamzahnya (tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa) banyak permintaannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 51 |

penjelasan ada di ayat 49

Surat Fussilat |41:52|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُمْ بِهِ مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ

qul a ro`aitum ing kaana min 'indillaahi ṡumma kafartum bihii man adhollu mim man huwa fii syiqooqim ba'iid

Katakanlah, "Bagaimana pendapatmu jika (Al-Qur´an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)?"

Say, "Have you considered: if the Qur'an is from Allah and you disbelieved in it, who would be more astray than one who is in extreme dissension?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Bagaimana pendapat kalian jika ia) yakni Alquran itu (datang dari sisi Allah) sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi saw. (kemudian kalian mengingkarinya. Siapakah)

yakni tiada seorang pun (yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan) yakni perselisihan (yang jauh") dari kebenaran. Lafal Ba'iidun ini menduduki tempatnya lafal Minkum sebagai penjelasan tentang keadaan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 52 |

Tafsir ayat 52-54

Firman Allah Swt.:


قُلْ


Katakanlah. (Fushshilat: 52) hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik lagi mendustakan Al-Qur'an itu.


{أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ} هَذَا الْقُرْآنُ {مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُمْ بِهِ}


Bagaimana pendapatmu jika (Al-Qur'an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. (Fushshilat: 52) Maksudnya, bagaimanakah sikap kalian terhadap Tuhan yang menurunkan Al-Qur'an itu kepada rasul-Nya? Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:


{مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ}


Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh? (Fushshilat: 52) Yakni dalam kekafiran, keingkaran, menentang kebenaran, dan jauh dari jalan petunjuk. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ}


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada sisi mereka sendiri. (Fushshilat: 53) Akan tampak bagi mereka bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa

Al-Qur'an itu benar diturunkan dari sisi Allah kepada rasul-Nya, melalui bukti-bukti yang di luar itu yang terdapat di segenap ufuk, seperti kemenangan-kemenangan yang diperoleh Islam sehingga Islam muncul dan syiar

di seluruh belahan bumi dan berada di atas agama lainnya. Mujahid, Al-Hasan, dan As-Saddi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada pada diri mereka sendiri ialah kejadian Perang Badar,

jatuhnya kota Mekah ke tangan kaum muslim, dan kejadian-kejadian lainnya yang menimpa mereka (orang-orang kafir) membuktikan pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya,

dan terhinanya kebatilan bersama bala tentaranya pada kejadian-kejadian tersebut. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di dalam diri manusia, misalnya bentuk tubuhnya,

organ-organ tubuhnya, dan segala sesuatu yang ada dalam diri manusia seperti yang dijelaskan dalam ilmu bedah tubuh. Semuanya itu menunjukkan kepada kebijaksanaan Penciptanya. Demikian pula tanda-tanda kekuasaan Allah

dapat dilihat melalui watak yang diciptakan-Nya di dalam dirinya, seperti akhlak yang berbeda-beda —ada yang baik dan ada yang buruk— dan lain sebagainya. Juga melalui sepak terjang yang dialaminya,

yang semuanya itu berjalan di bawah garis takdir Allah Swt. yang tidak dapat dilampaui dan tidak dapat pula dilanggar atau diwaspadai. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam kitabnya

yang berjudul At-Tafakkur wal I'tibar, dari gurunya Abu Ja'far Al-Qurasyi yang telah mengatakan dalam bait-bait syair gubahannya:


وَإذَا نَظَرْتَ تُريدُ مُعْتَبَرا ... فَانظُرْ إليْكَ فَفِيكَ مُعْتَبَرُ ... أنتَ الَّذِي يُمْسِي وَيُصْبحُ فِي ... الدُّنْيَا وكُلّ أمُوره عبَرُ ... أنتَ المصرّفُ كانَ فِي صِغَرٍ ... ثُمّ استَقَلَّ بِشَخْصِكَ الكِبَرُ ... أنتَ الَّذِي تَنْعَاه خلْقَتُه ... يَنْعاه مِنْهُ الشَّعْرُ والبَشَرُ ... أنتَ الَّذِي تُعْطَى وَتُسْلَب لَا ... يُنْجيه مِنْ أنْ يُسْلَبَ الحَذَرُ ... أنْتَ الَّذِي لَا شَيءَ منْه لَهُ ... وَأحَقُّ منْه بِمَاله القَدَرُ ...


Jika engkau memandang dengan tujuan mengambil pelajaran, maka pandanglah dirimu sendiri di dalam dirimu banyak terkandung pelajaran. Engkau jalani kehidupan di dunia pagi dan petang, semua urusan pribadimu

mengandung pelajaran. Engkau adalah seorang pelaku yang dahulunya dalam keadaan kecil, kemudian berdiri sendiri membawa dirimu setelah dewasa.Engkau adalah orang yang dibelasungkawa oleh kejadiannya,

rambut dan kulitnya berbelasungkawa terhadapnya. Engkau adalah orang yang diberi dan dirampas, tiada seorang pun yang hati-hati dapat menyelamatkannya dari perampasan.

Engkau adalah orang yang tidak memiliki sesuatu pun yang diperolehnya, dan yang lebih berhak untuk memiliki apa yang dipunyainya adalah takdir. Adapun firman Allah Swt.:


{حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ}


sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Fushshilat: 53) Yakni cukuplah Allah sebagai saksi

terhadap segala perbuatan dan ucapan hamba-hamba-Nya. Dia bersaksi bahwa Muhammad Saw. benar dalam menyampaikan apa yang dia terima dari-Nya, seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman:Nya:


{لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ إِلَيْكَ أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ}


(mereka tidak mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat. Firman Allah Swt.:


{أَلا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ}


Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. (Fushshilat: 54) Maksudnya, dalam kebimbangan tentang terjadinya hari kiamat. Karena itu, mereka tidak memikirkannya

dan tidak mengetahuinya serta tidak bersikap waspada terhadapnya. Bahkan masalah hari kiamat tidak terlintas sekali dalam pikiran mereka, dan mereka sama sekali tidak mempedulikannya; padahal hari kiamat pasti terjadi,

tiada keraguan padanya. Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Tamim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad,

telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Ansari yang mengatakan bahwa sesungguhnya Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz r.a. menaiki mimbarnya, lalu memuji dan menyanjung Allah Swt., kemudian mengatakan, "Amma Ba'du. Hai manusia,

sesungguhnya aku mengumpulkan kalian di majelis ini bukan karena suatu peristiwa yang akan kuceritakan kepadamu. Tetapi aku sedang merenungkan urusan ini (hari kiamat) yang kelak akan menjadi tempat kembali kalian.

Maka aku menyimpulkan bahwa orang yang membenarkan urusan ini di mulutnya saja adalah orang yang dungu, dan orang yang mendustakannya adalah orang yang binasa." Setelah itu Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz turun dari mimbarnya.

Yang dimaksud dengan ucapan orang yang membenarkannya adalah 'orang yang dungu' ialah karena orang yang bersangkutan tidak mau beramal untuk menyambut kedatangannya, tidak bersikap mawas diri, serta tidak merasa takut

dengan kengerian dan kedahsyatan peristiwa yang terjadi padanya. Ironisnya dengan sikap yang demikian dia membenarkan­nya dan meyakini akan kejadiannya. Tetapi dalam waktu yang sama dia tenggelam di dalam permainan,

kelalaian, nafsu syahwat, dan dosa-dosanya; hal ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang dungu. Menurut terminologi bahasa, ahmaq artinya lemah akal. Adapun yang dimaksud dengan ucapan bahwa orang yang mendustakannya

akan binasa, sudah jelas pengertiannya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dalam firman selanjutnya Allah Swt. menetapkan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu dan Maha Meliputi segalanya. Untuk menjadikan hari kiamat

bagi Allah Swt. merupakan urusan yang teramat mudah. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (Fushshilat: 54) Yakni semua makhluk berada di bawah pengaturan dan genggaman kekuasaan-Nya

serta berada di bawah liputan pengetahuan-Nya. Dia­lah yang mengatur kesemuanya dengan keputusan-Nya. Maka apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.

Surat Fussilat |41:53|

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

sanuriihim aayaatinaa fil-aafaaqi wa fiii anfusihim ḥattaa yatabayyana lahum annahul-ḥaqq, a wa lam yakfi birobbika annahuu 'alaa kulli syai`in syahiid

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur´an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

We will show them Our signs in the horizons and within themselves until it becomes clear to them that it is the truth. But is it not sufficient concerning your Lord that He is, over all things, a Witness?

Tafsir
Jalalain

(Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap penjuru) di segenap penjuru langit dan bumi, yaitu berupa api, tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan

(dan pada diri mereka sendiri) yaitu berupa rapihnya ciptaan Allah dan indahnya hikmah yang terkandung di dalam penciptaan itu (sehingga jelaslah bagi mereka bahwa ia)

yakni Alquran itu (adalah benar) diturunkan dari sisi Allah yang di dalamnya dijelaskan masalah hari berbangkit, hisab dan siksaan; maka mereka akan disiksa karena kekafiran mereka terhadap Alquran

dan terhadap orang yang Alquran diturunkan kepadanya, yaitu Nabi saw. (Dan apakah Rabbmu tidak cukup bagi kamu) lafal Birabbika adalah Fa'il dari lafal Yakfi

(bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu) lafal ayat ini menjadi Mubdal Minhu yakni, apakah tidak cukup sebagai bukti tentang kebenaranmu bagi mereka, yaitu bahwasanya Rabbmu tiada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 53 |

penjelasan ada di ayat 52

Surat Fussilat |41:54|

أَلَا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ ۗ أَلَا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ

alaaa innahum fii miryatim mil liqooo`i robbihim, alaaa innahuu bikulli syai`im muḥiith

Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.

Unquestionably, they are in doubt about the meeting with their Lord. Unquestionably He is, of all things, encompassing.

Tafsir
Jalalain

(Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan) yakni keragu-raguan (tentang pertemuan dengan Rabb mereka) karena mereka ingkar kepada adanya hari berbangkit.

(Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. (Maha Meliputi segala sesuatu) yaitu ilmu dan kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu, maka dari itu Dia akan membalas mereka disebabkan kekafiran mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fussilat | 41 : 54 |

penjelasan ada di ayat 52

Surat Asy-Syura |42:1|

حم

ḥaa miiim

Ha Mim.

Ha, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Haa Miim)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 1 |

Tafsir ayat 1-6

Dalam pembahasan terdahulu telah diterangkan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an. Tetapi di sini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah atsar yang gharib, aneh, lagi irasional.

Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Abdul Quddus ibnul Hajjaj,

dari Artah ibnul Munzir yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Ibnu Abbas yang pada saat itu Ibnu Abbas sedang berhadapan dengan Huzaifah ibnul Yaman, lalu lelaki itu menanyakan kepadanya

tentang tafsir firman-Nya: Ha Mim 'Ain Sin Qaf. (Asy-Syura: 1-2) Ibnu Abbas menundukkan kepalanya, lalu berpaling dari lelaki itu. Lelaki itu mengulangi pertanyaannya, tetapi Ibnu Abbas memalingkan muka tidak menjawabnya

barang sepatah kata pun, kelihatannya dia tidak senang dengan pertanyaan itu. Kemudian si lelaki itu mengulangi pertanyaannya untuk yang ketiga kalinya, tetapi Ibnu Abbas tidak menjawab sepatah kata pun.

Akhirnya Huzaifah r.a. berkata kepada lelaki itu, bahwa dialah yang akan menjawab pertanyaan itu. Huzaifah r.a. mengatakan,"Engkau tahu mengapa Ibnu Abbas tidak suka menafsirkannya, sebenarnya ayat ini diturunkan berkenaan

dengan seorang lelaki dari kalangan ahli baitnya. Lelaki itu dikenal dengan nama Abdullah, dia bertempat tinggal di salah satu tepi sungai di belahan bumi timur. Dia membangun dua buah kota padanya yang di antara keduanya

terbelah oleh sebuah sungai. Apabila Allah Swt. telah menetapkan lenyapnya kerajaan mereka dan runtuhnya negeri mereka serta masa keemasannya telah punah, maka di suatu malam Allah mengirimkan api kepada salah satu

dari kedua kota itu. Kemudian pada pagi harinya kota itu menjadi hangus lagi gelap, semuanya telah terbakar, seakan-akan belum pernah ada sebuah kota padanya. Kejadian itu membuat para penghuninya merasa heran,

mengapa kota mereka bisa hancur seperti itu. Dan begitu matahari memancarkan sinar terangnya di hari yang sama, tiba-tiba berkumpullah padanya semua orang yang angkara murka lagi pengingkar dari kalangan mereka,

lalu Allah membenamkan kota itu bersama mereka semuanya. Yang demikian itulah makna yang dimaksud dari firman-Nya, Ha Mim 'Ain Sin Qaf, yakni suatu ketetapan dari Al­lah dan cobaan serta keputusan dari Ha Mim.

'Ain artinya keadilan dari Allah, Sin artinya bakal terjadi, sedangkan Qaf artinya menjadi kenyataan yang akan menimpa kedua kota tersebut." Riwayat yang lebih gharib lagi diriwayatkan oleh Al-HafizAbu Ya'la Al-Mausuli

di dalam juz kedua dalam kitab Musnad Ibnu Abbas-nya, dari Abu Zar r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan kisah tersebut. Tetapi sanadnya lemah sekali dan munqati’.

Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Talib Abdul Jabbar ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abu Abdulah Al Hasan ibnu Yahya Al-Khusyani Ad-Dimasyqi, dari Abu Mu'awiyah yang mengatakan bahwa

Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. di suatu hari menaiki mimbar, lalu ia mengatakan, "Hai manusia, apakah ada seseorang di antara kamu yang pernah mendengar Rasulullah Saw. menafsirkan firman-Nya, Ha Mim, 'Ain Sin Qaf?"

Maka Ibnu Abbas r.a. berdiri, lalu berkata, "Saya." Ibnu Abbas mengatakan, "Ha Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah Swt." Umar bertanya, "Kalau 'Ain-nya?" Ibnu Abbas menjawab, "Orang-orang yang berpaling dari (Al-Qur'an)

menyaksikan azab yang terjadi dalam Perang Badar." Umar bertanya, "Kalau Sin-nya?" Ibnu Abbas menjawab, "Kelak orang-orang yang aniaya akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali." Umar bertanya, "Kalau Qaf-nya?"

Ibnu Abbas diam, tidak menjawab. Maka berdirilah Abu Zar, lalu menafsirkan seperti tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas, dan selanjutnya ia mengatakan bahwa Qaf artinya peristiwa dahsyat dari langit yang menimpa semua manusia (hari kiamat). Firman Allah Swt.:


{كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}


Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, mewahyukan kepada kamu dan orang-orang yang sebelum kamu. (Asy-Syura: 3) Yakni sebagaimana Allah telah menurunkan kepadamu Al-Qur'an ini, Dia pun telah menurunkan kitab-kitab dan suhuf-suhuf kepada para nabi sebelum kamu.


{اللَّهُ الْعَزِيزُ}


Allah Yang Mahaperkasa. (Asy-Syura: 3) dalam pembalasan-Nya.


{الْحَكِيمُ}


lagi Mahabijaksana. (Asy-Syura: 3) dalam semua perkataan dan perbuatan-Nya.


قَالَ: الْإِمَامُ مَالِكٌ -رَحِمَهُ اللَّهِ-عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَة عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الجَرَس، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيّ فَيَفْصِمُ عَنِّي قَدْ وَعَيت مَا قَالَ. وَأَحْيَانًا يَأْتِينِي الْمَلَكُ رجُلا فَيُكَلِّمُنِي، فَأَعِي مَا يَقُولُ" قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ، فَيَفْصِمُ عَنْهُ، وَإِنَّ جَبِينَهُ لِيَتَفَصَّدُ عَرَقًا.


Imam Malik rahimahullah telah meriwayatkan dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dan Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Al-Haris ibnu Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah,

seperti apakah wahyu datang kepadamu?" Rasulullah Saw. menjawab: Adakalanya wahyu datang kepadaku seperti suara gemerencingnya lonceng, dan wahyu ini merupakan yang paling berat bagiku. Dan bila telah selesai dariku,

maka aku telah hafal tentang semua yang disampaikan olehnya (Jibril a.s.). Dan adakalanya malaikat itu datang kepadaku berupa seorang laki-laki, lalu ia berbicara denganku dan aku hafal semua yang disampaikannya. Siti Aisyah r.a.

menceritakan, "Sungguh aku pernah melihat beliau saat wahyu diturunkan kepadanya di hari yang sangat dingin. Dan manakala wahyu telah selesai darinya, maka sesungguhnya kening beliau benar-benar mengucurkan keringat."

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing, sedangkan lafaznya adalah menurut apa yang ada di dalam kitab Imam Bukhari.


وَقَدْ رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ الْإِمَامِ أَحْمَدَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَامِرِ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عائشة، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ؛ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَيْفَ يَنْزِلُ عَلَيْكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ: "مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ فيفصمُ عَنِّي وَقَدْ وعَيتُ مَا قَالَهُ" قَالَ: "وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ" قَالَ: "وَأَحْيَانًا يَأْتِينِي الْمَلَكُ فَيَتَمَثَّلُ لِي فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ"


Imam Tabrani telah meriwayatkan hadis ini dari Abdullah putra Imam Ahmad, dari ayahnya, dari Amir ibnu Saleh, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a., dari Al-Haris ibnu Hisyam, bahwa ia pernah bertanya

kepada Rasulullah Saw., "Seperti apakah bila wahyu diturunkan kepadamu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Seperti bunyi gemerencingnya lonceng, dan setelah selesai aku hafal semua apa yang disampaikannya.

Wahyu ini paling berat terasa olehku. Dan adakalanya malaikat datang kepadaku, lalu menjelma di hadapanku dan berbicara denganku, maka aku hafal semua yang disampaikannya.


قَالَ: الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْوَلِيدِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ تُحِسُّ بِالْوَحْيِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَسْمَعُ صَلَاصِلَ ثُمَّ أَسْكُتُ عِنْدَ ذَلِكَ، فَمَا مِنْ مَرَّةٍ يُوحَى إليَّ إِلَّا ظَنَنْتُ أَنَّ نَفْسِي تُقبَض"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Amr ibnul Walid, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa

ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah yang engkau rasakan saat wahyu diturunkan?" Rasulullah Saw. menjawab: Aku mendengar bunyi gemerencingnya lonceng, kemudian saat itu aku diam,

dan tiada suatu wahyu pun yang diturunkan kepadaku melainkan aku merasakan seakan-akan nyawaku dicabut (karena beratnya wahyu). Diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (tunggal). Dan kami telah menyebutkan

bagaimana caranya wahyu diturunkan kepada Rasulullah Saw. dalam permulaan syarah kitab Imam Bukhari, sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Firman Allah Swt.:


{لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ}


Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Asy-Syura: 4) Yakni semuanya adalah hamba-hamba-Nya dan milik-Nya serta berada di bawah kekuasaan dan pengaturan-Nya.


{وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ}


Dan Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Asy-Syura: 4) semakna dengan firman-Nya:


{الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ}


Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 9) Dan firman-Nya:


{وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ}


dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Ayat-ayat yang semakna dengan ayat di atas di dalam Al-Qur'an cukup banyak. Firman Allah Swt.:


{تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ}


Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya. (Asy-Syura: 5) Ibnu Abbas r.a, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi, dan Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa langit hampir pecah karena takut kepada kebesaran Allah Swt.


{وَالْمَلائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الأرْضِ}


dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohon­kan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. (Asy-Syura: 5) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا}


(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu.” (Al-Mu’min: 7) Adapun firman Allah Swt.:


{أَلا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}


Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Asy-Syura: 5) ini merupakan pemberitahuan tentang sifat Allah dan isyarat yang menunjukkan akan hal tersebut. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ}


Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah. (Asy-Syura: 6) Yaitu kaum musyrik.


{اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ}


Allah mengetahui (perbuatan) mereka. (Asy-Syura: 6) Allah Maha Menyaksikan semua amal perbuatan mereka, Dia men­catatnya dan menyimpannya dengan rapi, dan kelak mereka akan mendapat balasannya dengan pembalasan yang setimpal.


{وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ}


dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka. (Asy-Syura: 6) Yakni sesungguhnya tugasmu hanyalah pemberi peringatan kepada manusia, dan Allah-lah yang mengawasi segala sesuatunya.

Surat Asy-Syura |42:2|

عسق

'Aiiin siiin qooof

'Ain Sin Qaf.

'Ayn, Seen, Qaf.

Tafsir
Jalalain

('Ain Siin Qaaf) kedua ayat ini hanya Allahlah yang mengetahui arti dan maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syura |42:3|

كَذَٰلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

każaalika yuuḥiii ilaika wa ilallażiina ming qoblikallohul-'aziizul-ḥakiim

Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana mewahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada orang-orang yang sebelummu.

Thus has He revealed to you, [O Muhammad], and to those before you - Allah, the Exalted in Might, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Demikianlah) artinya seperti penurunan wahyu ini (telah mewahyukannya kepadamu dan) telah mewahyukan pula (kepada orang-orang yang sebelum kamu, yaitu Allah)

lafal Allah menjadi Fa'il dari lafal Yuuhii (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syura |42:4|

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, wa huwal-'aliyyul-'azhiim

Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Agung, Maha Besar.

To Him belongs whatever is in the heavens and whatever is in the earth, and He is the Most High, the Most Great.

Tafsir
Jalalain

(Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) sebagai milik-Nya semua makhluk dan hamba-hamba-Nya. (Dan Dialah Yang Maha Tinggi) di atas semua makhluk-Nya (lagi Maha Besar) atau Maha Agung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syura |42:5|

تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ ۚ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ ۗ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

takaadus-samaawaatu yatafaththorna min fauqihinna wal-malaaa`ikatu yusabbiḥuuna biḥamdi robbihim wa yastaghfiruuna liman fil-ardh, alaaa innalloha huwal-ghofuurur-roḥiim

Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

The heavens almost break from above them, and the angels exalt [Allah] with praise of their Lord and ask forgiveness for those on earth. Unquestionably, it is Allah who is the Forgiving, the Merciful.

Tafsir
Jalalain

(Hampir saja) dapat dibaca Takaadu atau Yakaadu (langit itu pecah) dibaca Yatafath-tharna dengan huruf tha yang ditasydidkan menurut qiraat lain dibaca Yanfathirna dengan memakai huruf Nun

(dari sebelah atasnya) hampir setiap langit itu pecah menimpa yang lainnya karena kebesaran Allah swt. (dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Rabbnya)

disertai dengan mengucapkan puji-pujian (dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi) yakni bagi orang-orang yang beriman.

(Ingatlah! Bahwa sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun) kepada kekasih-kekasih-Nya (lagi Maha Penyayang) kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syura |42:6|

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ اللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ

wallażiinattakhożuu min duunihiii auliyaaa`allohu ḥafiizhun 'alaihim wa maaa anta 'alaihim biwakiil

Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka, adapun engkau (Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.

And those who take as allies other than Him - Allah is [yet] Guardian over them; and you, [O Muhammad], are not over them a manager.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang mengambil selain Allah) mengambil berhala-berhala (sebagai pelindung-pelindung, Allah mengawasi) mencatat (perbuatan mereka)

untuk membalas mereka kelak (dan kamu bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka) untuk memperoleh apa yang diminta dari mereka, tugasmu tiada lain hanya menyampaikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syura |42:7|

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ

wa każaalika auḥainaaa ilaika qur`aanan 'arobiyyal litunżiro ummal-quroo wa man ḥaulahaa wa tunżiro yaumal-jam'i laa roiba fiih, fariiqun fil-jannati wa fariiqun fis-sa'iir

Dan demikianlah Kami wahyukan Al-Qur´an kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibukota (Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.

And thus We have revealed to you an Arabic Qur'an that you may warn the Mother of Cities [Makkah] and those around it and warn of the Day of Assembly, about which there is no doubt. A party will be in Paradise and a party in the Blaze.

Tafsir
Jalalain

(Demikianlah) sebagaimana penurunan wahyu ini (Kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan) dengannya,

(kepada Umulquraa dan penduduk negeri-negeri sekelilingnya) yaitu penduduk kota Mekah dan semua manusia (serta memberi peringatan pula) kepada manusia

(tentang hari berkumpul) yakni hari kiamat, yang pada hari itu semua makhluk dikumpulkan (yang tidak ada keraguan) atau keragu-raguan (padanya. Segolongan) dari mereka (masuk surga dan segolongan yang lain masuk Sa'ir) yakni neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 7 |

Tafsir ayat 7-8

Allah Swt. berfirman, bahwa sebagaimana telah Kami wahyukan kepada nabi-nabi sebelummu.


{أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا}


Demikianlah Kami wahyukan Al-Qur’an kepadamu ini dalam bahasa Arab. (Asy-Syura: 7) Yakni yang jelas, terang, dan gamblang.


{لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى} وَهِيَ مَكَّةُ، {وَمَنْ حَوْلَهَا}


supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekitarnya. (Asy-Syura: 7) Maksudnya, negeri-negeri lainnya yang terletak di belahan timur dan barat,

kota Mekah dinamakan Ummul Qura karena ia merupakan kota yang paling mulia, berdasarkan dalil-dalil yang akan disebutkan nanti pada tempatnya. Dan yang paling ringkas serta paling menunjukkan ke arah itu adalah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad.


حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِي، أَخْبَرَنَا أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَدِي بْنِ الْحَمْرَاءِ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ -وَهُوَ وَاقِفٌ بالحَزْوَرَة فِي سُوقِ مَكَّةَ-: "وَاللَّهِ، إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَلَوْلَا أَنِّي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ"


Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa sesungguhnya

Abdullah ibnu Abdi ibnul Hamra pernah menceritakan kepadanya hadis berikut, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda saat beliau Saw. sedang berdiri di Al-Hazurah pasar kota Mekah: Demi Allah,

sesungguhnya engkau adalah benar-benar tanah Allah yang paling baik dan tanah yang paling disukai oleh Allah. Seandainya (penduduknya) tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan keluar (darimu).

Hal yang sama telah disebutkan di dalam riwayat Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Firman Allah Swt.:


{وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ}


serta memberi peringatan (pula) tentang hari berhimpun. (Asy-Syura: 7) Yakni hari kiamat, karena di hari itu Allah menghimpun semua makhluk dari yang pertama sampai yang terakhir di suatu lapangan yang sangat luas. Firman Allah Swt.:


{لَا رَيْبَ فِيهِ}


yang tidak ada keraguan padanya. (Asy-Syura: 7) Tidak ada keraguan pada kejadiannya, dan bahwa hari kiamat itu pasti akan terjadi. Firman Allah Swt.:


{فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ}


Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (Asy-Syura: 7) Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:


{يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ}


(Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab), itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-kesalahan. (At-Taghabun: 9) Yakni ahli surga menyalahkan ahli neraka. Sama pula dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi) nya,

dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara,

melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 103-105)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا لَيْث، حَدَّثَنِي أَبُو قَبِيلٍ الْمَعَافِرِيُّ، عَنْ شُفَيّ الْأَصْبَحِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا-قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي يَدِهِ كِتَابَانِ، فَقَالَ: "أَتَدْرُونَ مَا هَذَانِ الْكِتَابَانِ؟ " قَالَ: قُلْنَا: لَا إِلَّا أَنْ تُخْبِرَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قال للذي في يده اليمينى: "هَذَا كِتَابٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ، بِأَسْمَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَأَسْمَاءِ آبَائِهِمْ وَقَبَائِلِهِمْ، ثُمَّ أَجْمَلَ عَلَى آخِرِهِمْ -لَا يُزَادُ فِيهِمْ وَلَا يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَبَدًا" ثُمَّ قَالَ لِلَّذِي فِي يَسَارِهِ: "هَذَا كِتَابُ أَهْلِ النَّارِ بِأَسْمَائِهِمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِهِمْ وَقَبَائِلِهِمْ، ثُمَّ أَجْمَلَ عَلَى آخِرِهِمْ -لَا يُزَادُ فِيهِمْ وَلَا يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَبَدًا" فَقَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَلِأَيِّ شَيْءٍ إذًا نعمل إن كان هذا أمر قَدْ فُرِغ مِنْهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَدِّدُوا وَقَارِبُوا، فَإِنَّ صَاحِبَ الْجَنَّةِ يُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنْ عَمِلَ أَيَّ عَمل، وَإِنَّ صَاحِبَ النَّارِ يُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ النَّارِ، وَإِنْ عَمِلَ أَيَّ عَمَلٍ" ثُمَّ قَالَ بِيَدِهِ فَقَبَضَهَا، ثُمَّ قَالَ: "فَرَغَ رَبُّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْعِبَادِ" ثُمَّ قَالَ بِالْيُمْنَى فَنَبَذَ بِهَا فَقَالَ: "فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ"، وَنَبَذَ بِالْيُسْرَى فَقَالَ: "فَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kami Laits, telah menceritakan kepadaku Abu Qabil Al-Mu'afiri, dari Syafiyyul Asbuhi, dari Abdulah ibnu Amr r.a.

yang mengatakan bahwa di suatu hari Rasulullah Saw. keluar menemui kami, sedangkan di tangan beliau terdapat dua buah kitab, lalu beliau bertanya, "Tahukah kalian, apakah kedua kitab ini?" Kami menjawab, "Tidak tahu,

terkecuali jika engkau menceritakannya kepada kami, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah Saw. bersabda seraya berisyarat kepada kitab yang ada di tangan kanannya: Ini adalah kitab dari Tuhan semesta alam yang mencatat

nama-nama ahli surga lengkap dengan nama ayah dan kabilah mereka —kemudian digabungkan menjadi satu sampai orang yang terakhir dari mereka— tiada tambahan lagi pada mereka dan tiada pula pengurangan

dari jumlah mereka selamanya. Kemudian beliau Saw. bersabda seraya berisyarat ke arah kitab yang ada di tangan kirinya: Dan ini adalah kitab catatan ahli neraka, nama-nama mereka lengkap dengan nama orang tua dan kabilah mereka,

kemudian digabungkan menjadi satu sampai orang yang terakhir dari mereka, tanpa ada penambahan pada jumlah mereka dan tanpa ada pengurangan dari jumlah mereka selamanya. Maka para sahabat bertanya, "Kalau begitu,

buat apakah kita beramal bila segala urusannya telah dirampungkan?" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Luruskanlah dirimu dan dekatkanlah dirimu (kepada Allah), karena sesungguhnya ahli surga itu amal perbuatannya diakhiri

dengan amal perbuatan ahli surga, betapapun amal perbuatan yang dilakukannya sebelum itu. Dan sesungguhnya ahli neraka itu amal perbuatannya diakhiri dengan amal perbuatan ahli neraka, betapapun amal perbuatan

yang telah dilakukannya sebelum itu. Kemudian Rasulullah Saw. berisyarat dengan telapak tangannya, lalu menggenggamkannya dan bersabda, "Selesailah sudah urusan Tuhanmu dari hamba-hamba-Nya." Kemudian berisyarat

dengan tangan kanannya dan membentang­kannya seraya bersabda, "Segolongan dimasukkan ke dalam surga," lalu berisyarat dengan tangan kirinya dan bersabda, "Dan segolongan yang lainnya dimasukkan ke dalam neraka."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai, keduanya dari Qutaibah, dari Al-Laits ibnu Sa'd dan Bakr ibnu Mudar yang keduanya dari Abu Qabil, dari Syafi ibnu Mani' Al-Asbuhi, dari Abdullah ibnu Amr r.a.

dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih gharib. Al-Baghawi mengetengahkannya di dalam kitab tafsirnya melalui jalur Bisyr ibnu Bakr, dari Sa'id ibnu Usman, dari Abuz Zahiriyah,

dari Abdullah ibnu Amr r.a, dari Nabi Saw, lalu disebutkan hal yang semisal, tetapi dalam riwayat ini terdapat tambahan yang antara lain disebutkan,


"فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ، عَدْلٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ"


"Kemudian segolongan dimasukkan ke dalam surga dan segolongan yang lain dimasukkan ke dalam neraka sebagai keputusan yang adil dari Allah Swt." Ibnu abu Hatim meriwayatkannya dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Saleh

(juru tulis Al-Laits), dari Al-Laits dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Abu Qabil, dari Syafi, dari seorang lelaki sahabat Rasulullah,

lalu disebutkan hal yang sama. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris dan Haiwah ibnu Syuraih, dari Yahya ibnu Abu Usaid, bahwa Abu Firas pernah menceritakan kepadanya

bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr r.a. mengatakan, "Sesungguhnya Allah Swt. setelah menciptakan Adam, maka Dia mengibaskannya sebagaimana seseorang mengibaskan kain selimut dan dikeluarkan dari Adam

semua anak cucu (keturunan) nya. Maka keluarlah darinya keturunannya seperti semut-semut kecil. Lalu Allah menggenggam mereka dua kali genggaman, dan berfirman, 'Ini celaka dan ini bahagia,' lalu melepaskan keduanya.

Kemudian menggenggam keduanya dan berfirman, 'Segolongan dimasukkan ke dalam surga dan segolongan yang lain dimasukkan ke dalam neraka'." Riwayat yang mauquf ini lebih mendekati kebenaran; hanya Allah Swt. sajalah Yang Maha Mengetahui.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ -يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ-أَخْبَرَنَا الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَالُ لَهُ: أَبُو عَبْدِ اللَّهِ -دَخَلَ عَلَيْهِ أَصْحَابُهُ يَعُودُونَهُ وَهُوَ يَبْكِي، فَقَالُوا لَهُ: مَا يُبْكِيكَ؟ أَلَمْ يَقُلْ لَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خُذْ مِنْ شَارِبِكَ ثُمَّ أَقِرَّهُ حَتَّى تَلْقَانِي" قَالَ: بَلَى، وَلَكِنْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "إن اللَّهَ قَبَضَ بِيَمِينِهِ قَبْضَةً، وَأُخْرَى بِالْيَدِ الْأُخْرَى، قَالَ: هَذِهِ لِهَذِهِ، وَهَذِهِ لِهَذِهِ وَلَا أُبَالِي" فَلَا أَدْرِي فِي أَيِّ الْقَبْضَتَيْنِ أَنَا


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Hammad (yakni Ibnu Salamah), telah menceritakan kepada kami Al-Jariri, dari Abu Nadrah yang menceritakan bahwa

seorang sahabat Nabi Saw. yang dikenal dengan nama julukan Abu Abdullah kedatangan murid-muridnya yang mengunjunginya, mereka menemuinya dalam keadaan menangis. Maka mereka bertanya, "Apakah yang menyebabkan

engkau menangis? Bukankah Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadamu, 'Cukurlah sebagian dari kumismu, kemudian biarkanlah tumbuh jenggotmu, hingga engkau bersua denganku'?" Abu Abdullah menjawab, "Memang benar,

tetapi aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. telah menggenggam dengan tangan kanan-Nya sekali dan dengan tangan lainnya sekali, lalu berfirman, 'Ini untuk ini (surga) dan ini untuk ini (neraka),

dan Aku tidak peduli.' Maka aku tidak tahu, termasuk genggaman yang manakah diriku ini." Hadis-hadis mengenai takdir banyak sekali didapat di dalam kitab-kitab sahih dan kitab-kitab musnad, antara lain ialah hadis Ali, Ibnu Mas'ud, Aisyah, dan sejumlah sahabat lainnya yang banyak. Firman Allah Swt.:


{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً}


Dan kalau Allah, menghendaki, niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja). (Asy-Syura: 8) Yakni adakalanya dalam hidayah atau dalam kesesatan, tetapi Dia memisahkan di antara mereka, maka Dia memberi petunjuk

kepada jalan yang benar siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan dari jalan yang benar siapa yang dikehendaki-Nya. Dia dalam tindakan-Nya mengandung hikmah dan alasan yang sangat tepat, karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ}


tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong. (Asy-Syura: 8)

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, dari Amr ibnu Abu Suwaid, ia pernah menceritakan kepadanya dari Ibnu Hujairah,

telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Musa a.s. pernah mengatakan, "Ya Tuhanku, makhluk yang telah Engkau ciptakan, Engkau jadikan sebagian dari mereka masuk surga dan sebagian yang lainnya masuk neraka,

mengapa tidak Engkau masukkan saja ke surga semuanya?" Maka Allah Swt. berfirman, "Hai Musa, angkatlah baju gamismu!" Maka Musa a.s. mengangkatnya, dan berkata, "Aku telah mengangkatnya." Allah Swt. berfirman,

"Angkatlah lagi." Musa mengangkatnya lagi hingga tiada yang tersisa, lalu berkata, "Ya Tuhanku, aku telah mengangkatnya." Allah berfirman, "Angkatlah lagi." Musa a.s. menjawab, "Aku telah mengangkatnya kecuali

bagian yang tidak ada kebaikan padanya." Allah Swt. berfirman, "Demikian pula perihal-Ku, Aku masukkan semua makhluk-Ku ke dalam surga kecuali yang tidak ada kebaikan padanya."

Surat Asy-Syura |42:8|

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ ۚ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

walau syaaa`allohu laja'alahum ummataw waaḥidataw wa laakiy yudkhilu may yasyaaa`u fii roḥmatih, wazh-zhoolimuuna maa lahum miw waliyyiw wa laa nashiir

Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong.

And if Allah willed, He could have made them [of] one religion, but He admits whom He wills into His mercy. And the wrongdoers have not any protector or helper.

Tafsir
Jalalain

(Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat) artinya memeluk satu agama, yaitu agama Islam (tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya

ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang kafir (tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong) yang dapat menolak azab Allah dari diri mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 8 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Asy-Syura |42:9|

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۖ فَاللَّهُ هُوَ الْوَلِيُّ وَهُوَ يُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

amittakhożuu min duunihiii auliyaaa`, fallohu huwal-waliyyu wa huwa yuḥyil-mautaa wa huwa 'alaa kulli syai`ing qodiir

Atau mereka mengambil pelindung-pelindung selain Dia? Padahal Allah, Dialah Pelindung (yang sebenarnya). Dan Dia menghidupkan orang yang mati, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Or have they taken protectors [or allies] besides him? But Allah - He is the Protector, and He gives life to the dead, and He is over all things competent.

Tafsir
Jalalain

(Atau patutkah mereka mengambil selain-Nya) mengambil berhala-berhala (sebagai pelindung-pelindung) lafal Am adalah Munqathi'ah yang maknanya sama dengan lafal Bal yang menunjukkan makna Intiqal;

Hamzahnya atau makna Istifhamnya menunjukkan pengertian ingkar. Maksudnya yang diambil oleh mereka itu bukanlah pelindung-pelindung mereka. (Maka Allah, Dialah Pelindung)

Penolong bagi orang-orang Mukmin, huruf Fa di sini hanya untuk Athaf saja (dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 9 |

Tafsir ayat 9-12

Allah Swt. berfirman, mengingkari sikap orang-orang musyrik karena mereka telah menjadikan tuhan-tuhan lain selain Allah, dan Allah Swt. memberitahukan bahwa hanya Dialah Pelindung yang sebenarnya,

yang tidak layak penyembahan dilakukan kecuali hanya kepada-Nya semata. Karena sesungguhnya Dia adalah Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:


{وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ}


Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah, (Asy-Syura: 10) Maksudnya, manakala kalian berselisih dalam urusan apa pun. Hal ini mengandung pengertian yang menyeluruh mencakup segala sesuatu,


{فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ}


maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Asy-Syura: 10) Yakni Dialah yang akan memutuskannya melalui Kitab (Al-Qur'an)-Nya dan sunnah Nabi-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ}


Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). (An-Nisa: 59) Adapun firman Allah Swt.:


{ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي}


Yang demikian itu adalah Allah Tuhanku. (Asy-Syura: 10) Artinya, yang memutuskan segala sesuatu itu adalah Dia.


{عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ}


Kepada-Nyalah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali. (Asy-Syura: 10) Yakni hanya kepada-Nyalah aku merujuk dalam semua urusan. Firman Allah Swt.:


{فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


(Dia) Pencipta langit dan bumi. (Asy-Syura: 11) Allah-lah yang menciptakan keduanya sejak semula dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya.


{جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا}


Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan. (Asy-Syura: 11) Yakni berkat kemurahan dan karunia dari-Nya, Dia menjadikan pasangan kalian dari jenis kalian sendiri, laki-laki dan perempuan.


{وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا}


dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula). (Asy-Syura: 11) Dia telah menciptakan bagi kalian delapan macam binatang ternak yang berpasang-pasangan pula. Firman Allah Swt.:


{يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ}


dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. (Asy-Syura: 11) Yaitu melalui proses tersebut Dia menciptakan kalian, dan Dia terus-menerus mengembangbiakkan kalian dengan melaluinya, ada yang laki-laki

dan ada yang perempuan, generasi demi generasi, dan keturunan-demi keturunan; begitu pula binatang ternak melalui proses yang sama. Al-Baghawi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dijadikan-Nya kamu

berkembang biak dengan jalan itu. (Asy-Syura: 11) Yakni di dalam rahim. Pendapat yang lain menyebutkan di dalam perut. Menurut pendapat yang lainnya lagi melalui proses itu, generasi demi generasi,

baik manusia maupun binatang ternak, kata Mujahid. Menurut pendapat yang lain, lafaz fii bermakna ba, yakni Dia menjadikan kalian dengan melalui proses tersebut.

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ}


Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. (Asy-Syura: 11) Yakni tiada suatu makhluk pun yang serupa dengan Dia, karena Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Maha Esa dan tiada yang menandingi-Nya (menyamai-Nya).


{وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}


dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Asy-Syura: 11) Adapun Firman Allah Swt.:


{لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ}


Kepunyaan-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi. (Asy-Syura: 12) Tafsir mengenai ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Az-Zumar, yang kesimpulannya menyebutkan bahwa Dialah Yang Mengatur dan yang berkuasa pada keduanya.


{يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ}


Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (nya). (Asy-Syura: 12) Yakni Dia meluaskan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Keadilan dan kebijaksanaan yang sempurna hanyalah bagi Dia.


{إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}


Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Asy-Syura: 12)

Surat Asy-Syura |42:10|

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

wa makhtalaftum fiihi min syai`in fa ḥukmuhuuu ilalloh, żaalikumullohu robbii 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib

Dan apa pun yang kamu perselisihkan padanya tentang sesuatu, keputusannya (terserah) kepada Allah. (Yang memiliki sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya aku kembali.

And in anything over which you disagree - its ruling is [to be referred] to Allah. [Say], "That is Allah, my Lord; upon Him I have relied, and to Him I turn back."

Tafsir
Jalalain

(Dan apa yang kalian perselisihkan) dengan orang-orang kafir (tentang sesuatu perkara) yang menyangkut masalah agama dan masalah-masalah lainnya

(maka putusannya) dikembalikan (kepada Allah) kelak di hari kiamat yaitu Dia akan memutuskan perkara itu di antara kalian. Katakanlah kepada mereka,

("Itulah Allah, Rabbku, kepada-Nyalah aku bertawakal dan kepada-Nyalah aku kembali) yakni dikembalikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 10 |

penjelasan ada di ayat 9

(NULL)

Surat Asy-Syura |42:11|

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

faathirus-samaawaati wal-ardh, ja'ala lakum min anfusikum azwaajaw wa minal-an'aami azwaajaa, yażro`ukum fiih, laisa kamiṡlihii syaii`, wa huwas-samii'ul-bashiir

(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.

[He is] Creator of the heavens and the earth. He has made for you from yourselves, mates, and among the cattle, mates; He multiplies you thereby. There is nothing like unto Him, and He is the Hearing, the Seeing.

Tafsir
Jalalain

(Pencipta langit dan bumi) Dialah Yang mengadakan langit dan bumi (Dia menjadikan bagi kalian dari jenis kalian sendiri pasangan-pasangan) sewaktu Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam

(dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan) ada jenis jantan dan ada jenis betina (dijadikan-Nya kalian berkembang biak) maksudnya, mengembangbiakkan kalian

(dengan jalan itu) yaitu melalui proses perjodohan. Dengan kata lain, Dia memperbanyak kalian melalui anak beranak. Dhamir yang ada kembali kepada manusia dan binatang ternak

dengan ungkapan yang lebih memprioritaskan manusia. (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia) huruf Kaf adalah Zaidah, karena sesungguhnya Allah swt.

tiada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya (dan Dialah Yang Maha Mendengar) semua apa yang dikatakan (lagi Maha Melihat) semua apa yang dikerjakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 11 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Asy-Syura |42:12|

لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

lahuu maqooliidus-samaawaati wal-ardh, yabsuthur-rizqo limay yasyaaa`u wa yaqdir, innahuu bikulli syai`in 'aliim

Milik-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi, Dia melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

To Him belong the keys of the heavens and the earth. He extends provision for whom He wills and restricts [it]. Indeed He is, of all things, Knowing.

Tafsir
Jalalain

(Kepunyaan-Nyalah khazanah langit dan bumi) yakni kunci-kunci khazanahnya, yaitu berupa hujan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. (Dia melapangkan rezeki)

meluaskannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya) sebagai ujian baginya (dan membatasinya) menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya sebagai cobaan baginya (Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 12 |

penjelasan ada di ayat 9

Surat Asy-Syura |42:13|

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ

syaro'a lakum minad-diini maa washshoo bihii nuuḥaw wallażiii auḥainaaa ilaika wa maa washshoinaa bihiii ibroohiima wa muusaa wa 'iisaaa an aqiimud-diina wa laa tatafarroquu fiih, kaburo 'alal-musyrikiina maa tad'uuhum ilaiih, allohu yajtabiii ilaihi may yasyaaa`u wa yahdiii ilaihi may yuniib

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).

He has ordained for you of religion what He enjoined upon Noah and that which We have revealed to you, [O Muhammad], and what We enjoined upon Abraham and Moses and Jesus - to establish the religion and not be divided therein. Difficult for those who associate others with Allah is that to which you invite them. Allah chooses for Himself whom He wills and guides to Himself whoever turns back [to Him].

Tafsir
Jalalain

(Dia telah mensyariatkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh) dia adalah nabi pertama yang membawa syariat

(yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, "Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya.")

inilah ajaran yang telah disyariatkan dan yang telah diwasiatkan serta yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu ajaran Tauhid. (Amat berat) amat besarlah

(bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya) yakni ajaran tauhid (Allah menarik kepada agama itu) kepada ajaran tauhid

(orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang kembali kepada-Nya) orang yang mau menerima untuk berbuat taat kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 13 |

Tafsir ayat 13-14

Allah Swt. berfirman kepada umat ini:


{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ}


Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Kami wahyukan kepadamu. (Asy-Syura: 13) Disebutkanlah rasul pertama sesudah Adam a.s. —yaitu Nuh a.s.

— dan rasul yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw. Kemudian disebutkan sesudahnya rasul-rasul yang bergelar ulul 'azmi; mereka adalah Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam. Ayat ini menyebutkan semua rasul ulul 'azmi

yang lima orang sebagaimana yang disebutkan dalam suatu ayat dan surat Al-Ahzab melalui firman-Nya:


{وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ}


Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. (Al-Ahzab: 7) Agama yang dibawa oleh para rasul semuanya adalah agama tauhid,

yaitu yang menganjurkan menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi­Nya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al-Anbiya: 25) Dan di dalam hadis disebutkan seperti berikut:


"نَحْنُ مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ أَوْلَادُ عَلَّاتٍ دِينُنَا وَاحِدٌ"


Kami para nabi adalah saudara yang berbeda-beda ibu, tetapi agama kami satu. Dengan kata lain, kesamaan yang ada di antara mereka ialah menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, sekalipun syariat dan tuntunannya berbeda-beda. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:


{لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا}


Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (Al-Maidah: 48) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ}


Tegakkanlah agamamu dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Asy-Syura: 13) Allah Swt. memerintahkan kepada semua nabi untuk rukun dan bersatu, serta melarang mereka berpecah belah dan berlainan pendapat. Firman Allah Swt.:


{كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ}


Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. (Asy-Syura: 13) Yakni amat berat bagi mereka dan mereka antipati terhadap ajaran tauhid yang engkau serukan kepada mereka, hai Muhammad. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ}


Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Asy-Syura: 13) Dialah yang menentukan hidayah bagi siapa yang berhak menerimanya.

Dia pula yang menetapkan kesesatan atas orang yang lebih memilih jalan kesesatan daripada jalan petunjuk. Karena itulah maka dalam ayat berikutnya disebutkan:


{وَمَا تَفَرَّقُوا إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ}


Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka. (Asy-Syura: 14) Yakni sesungguhnya sikap menentang mereka terhadap perkara yang hak

justru sesudah perkara yang hak datang kepada mereka dan hujah telah ditegakkan atas diri mereka, dan tiada yang mendorong mereka bersikap demikian melainkan karena sikap mereka yang melampaui batas, ingkar lagi selalu menentang. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى}


Kalau tidak karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada ' waktu yang ditentukan. (Asy-Syura: 14) Yaitu sekiranya tidak ada ketetapan dari Allah

yang terdahulu yang memberikan masa tangguh kepada hamba-hamba-Nya bahwa hisab mereka akan dilakukan pada hari mereka dikembalikan (hari kiamat), tentulah Allah menyegerakan azab-Nya atas mereka di dunia ini secepatnya. Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ}


Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka. (Asy-Syura: 14) Maksudnya, generasi yang terakhir dari kalangan mereka di masa pertama Islam yang mendustakan kebenaran (yang dibawa oleh Islam).


{لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ}


benar-benar berada dalam keraguan yang mengguncangkan tentang kitab itu. (Asy-Syura: 14) Yakni mereka tidak yakin dengan urusan dan iman mereka, dan sesungguhnya mereka hanya bertaklid kepada nenek moyang

dan para pendahulu mereka tanpa dalil, dan tanpa keterangan. Sebenarnya mereka berada dalam kebimbangan dalam urusannya dan perpecahan yang parah.

Surat Asy-Syura |42:14|

وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ

wa maa tafarroquuu illaa mim ba'di maa jaaa`ahumul-'ilmu baghyam bainahum, walau laa kalimatun sabaqot mir robbika ilaaa ajalim musammal laqudhiya bainahum, wa innallażiina uuriṡul-kitaaba mim ba'dihim lafii syakkim min-hu muriib

Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi), karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur´an) itu.

And they did not become divided until after knowledge had come to them - out of jealous animosity between themselves. And if not for a word that preceded from your Lord [postponing the penalty] until a specified time, it would have been concluded between them. And indeed, those who were granted inheritance of the Scripture after them are, concerning it, in disquieting doubt.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka tidak berpecah-belah) yaitu para pemeluk agama-agama tentang agamanya, umpamanya sebagian dari mereka berpegang kepada ajaran tauhid dan sebagian lainnya kafir

(melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka) yakni pengetahuan tentang ajaran tauhid (karena kedengkian) yang dimaksud adalah orang-orang kafir

(di antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya) untuk menangguhkan pembalasan (sampai kepada waktu yang ditentukan)

yakni hari kiamat (pastilah telah diputuskan di antara mereka) yaitu diazab-Nya orang-orang kafir di dunia. (Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Alkitab sesudah mereka)

mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (benar-benar dalam keraguan terhadapnya) terhadap Nabi saw. (yang mengguncangkan) yang menyebabkan keragu-raguan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 14 |

penjelasan ada di ayat 13

Surat Asy-Syura |42:15|

فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

fa liżaalika fad', wastaqim kamaaa umirt, wa laa tattabi' ahwaaa`ahum, wa qul aamantu bimaaa anzalallohu ming kitaab, wa umirtu li`a'dila bainakum, allohu robbunaa wa robbukum, lanaaa a'maalunaa wa lakum a'maalukum, laa ḥujjata bainanaa wa bainakum, allohu yajma'u bainanaa, wa ilaihil-mashiir

Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, "Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali."

So to that [religion of Allah] invite, [O Muhammad], and remain on a right course as you are commanded and do not follow their inclinations but say, "I have believed in what Allah has revealed of the Qur'an, and I have been commanded to do justice among you. Allah is our Lord and your Lord. For us are our deeds, and for you your deeds. There is no [need for] argument between us and you. Allah will bring us together, and to Him is the [final] destination."

Tafsir
Jalalain

(Maka karena itu) karena ajaran tauhid itu (serulah) manusia, hai Muhammad (dan tetaplah) berpegang teguh kepada ajaran tauhid (sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka)

yang membujukmu untuk meninggalkan ajaran tauhid (dan katakanlah, "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil) bersikap adil (di antara kalian)

dalam masalah memutuskan hukum (Allahlah Rabb kami dan Rabb kalian. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian) masing-masing akan mendapatkan balasan amalnya sendiri-sendiri.

(Tidak ada pertengkaran) persengketaan (antara kami dan kalian) ayat ini diturunkan sebelum nabi diperintahkan untuk berjihad melawan mereka (Allah mengumpulkan antara kita)

pada hari semua manusia dikembalikan kepada-Nya untuk menjalani peradilan di hadapan-Nya (dan kepada-Nyalah kembali kita") kita akan dikembalikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 15 |

Ayat yang mulia ini mengandung sepuluh point yang masing-masingnya berdiri sendiri, terpisah dari yang lain dan mengandung hukum tersendiri. Para ulama mengatakan bahwa tiada yang menyaingi ayat ini selain ayat Kursi,

karena sesungguhnya di dalam ayat Kursi pun terkandung sepuluh point yang terpisah-pisah sama dengan yang ada dalam ayat ini. Firman Allah Swt.:


{فَلِذَلِكَ فَادْعُ}


Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu). (Asy-Syura: 15) Serulah manusia kepada agama yang Kami wahyukan kepadamu, sebagaimana yang telah Kami perintahkan kepada semua rasul sebelum kamu

termasuk para rasul yang mempunyai syariat-syariat yang besar lagi diikuti, seperti para rasul ulul 'azmi dan lain-lainnya. Firman Allah Swt:


{وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ}


dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu. (Asy-Syura: 15) Yakni tetaplah kamu beribadah kepada Allah Swt. beserta orang-orang yang mengikutimu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu. Firman Allah Swt.:


{وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ}


dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. (Asy-Syura: 15) Yakni kaum musyrik, karena mereka telah membuat-buat dalam agama dan mendustakannya, yaitu melakukan penyembahan kepada berhala-berhala.


{وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنزلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ}


dan katakanlah, "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah.” (Asy-Syura: 15) Artinya, aku beriman dan membenarkan semua kitab yang diturunkan dari langit kepada para nabi, Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun di antara mereka. Firman Allah Swt.:


{وَأُمِرْتُ لأعْدِلَ بَيْنَكُمُ}


dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. (Asy-Syura: 15) dalam memutuskan hukum, seperti apa yang diperintahkan Allah kepadaku.


{اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ}


Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. (Asy-Syura: 15) Yakni hanya Dialah yang berhak disembah, tiada Tuhan selain Dia, dan kami mengakui hal tersebut dengan suka rela. Juga kalian, sekali pun kalian tidak melakukannya

dengan suka rela. Maka hanya kepada-Nya bersujud semua yang ada di semesta alam ini, baik dengan taat maupun dengan terpaksa. Firman Allah Swt.:


{لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ}


Bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu. (Asy-Syura: 15) Maksudnya, kami berlepas diri dari kalian. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ}


Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan, " (Yunus: 41) Adapun firman Allah Swt.:


{لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ}


Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. (Asy-Syura-15) Mujahid mengatakan bahwa tidak ada permusuhan. Menurut As-Saddi, ayat ini diturunkan sebelum turunnya ayat Saif (ayat yang memerintahkan

untuk memerangi orang-orang kafir). Dan pendapat ini cukup beralasan,, mengingat ayat ini Makkiyyah, sedangkan ayat Saif diturunkan sesudah hijrah. Firman Allah Swt.:


{اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا}


Allah mengumpulkan antara kita. (Asy-Syura: 15) Yakni kelak di hari kiamat. Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ}


Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui." (Saba: 26) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ}


dan kepada-Nyalah kembali (kita). (Asy-Syura: 15) Artinya, kelak kita akan dikembalikan kepada-Nya pada hari berhisab.

Surat Asy-Syura |42:16|

وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ

wallażiina yuḥaaajjuuna fillaahi mim ba'di mastujiiba lahuu ḥujjatuhum daaḥidhotun 'inda robbihim wa 'alaihim ghodhobuw wa lahum 'ażaabun syadiid

Dan orang-orang yang berbantah-bantah tentang (agama) Allah setelah (agama itu) diterima, perbantahan mereka itu sia-sia di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan mereka mendapat azab yang sangat keras.

And those who argue concerning Allah after He has been responded to - their argument is invalid with their Lord, and upon them is [His] wrath, and for them is a severe punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang membantah) agama (Allah) maksudnya, membantah Nabi-Nya (sesudah agama itu diterima) sesudah diimani dan nyatanya mukjizat yang dibawanya,

yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang Yahudi (maka bantahan mereka itu sia-sia saja) atau batil (di sisi Rabb mereka. Mereka mendapat kemurkaan Allah dan bagi mereka azab yang sangat keras.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 16 |

Tafsir ayat 16-18

Allah Swt. mengancam orang-orang yang menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah. Untuk itu Dia berfirman:


{وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ}


Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima. (Asy-Syura: 16) Yakni mereka membantah orang-orang mukmin yang memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya, dengan tujuan untuk menghalang-halangi mereka dari jalan hidayah yang ditempuhnya.


{حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ}


Maka bantahan mereka itu sia-sia saja di sisi Tuhan mereka. (Asy-Syura: 16) Yaitu batil di sisi Allah.


{وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ} أَيْ: مِنْهُ {وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ}


mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang keras. (Asy-Syura: 16) Yakni kelak di hari kiamat. Ibnu Abbas r.a. dan Mujahid mengatakan bahwa mereka mendebat kaum mukmin sesudah kaum mukmin

memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya, untuk menghalang-halangi mereka dari jalan petunjuk dan menginginkan agar orang-orang mukmin itu kembali ke jalan Jahiliah sama dengan mereka. Qatadah mengatakan,

yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Mereka mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Agama kami lebih baik daripada agamamu, dan nabi kami ada sebelum nabi kamu.

Maka kami lebih baik daripada kamu dan lebih diutamakan oleh Allah daripada kamu." Padahal mereka dusta dalam pengakuannya itu. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{اللَّهُ الَّذِي أَنزلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ}


Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran. (Asy-Syura: 17) Yaitu kitab-kitab yang diturunkan dari sisi-Nya kepada nabi-nabi-Nya


{وَالْمِيزَانَ}


dan (menurunkan) neraca (keadilan). (Asy-Syura: 17) Menurut Mujahid dan Qatadah, makna yang dimaksud ialah keadilan dan sikap pertengahan. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ}


Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Al-Hadid: 25) Dan firman Allah Swt.:


{وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ. أَلا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ. وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ}


Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Ar-Rahman: 7-9) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ}


Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat? (Asy-Syura: 17) Di dalam ayat ini terkandung anjuran yang memacu untuk beramal guna menyambut kedatangannya,

sekaligus mengandung peringatan yang mendorong agar takut terhadapnya dan berzuhud terhadap duniawi. Firman Allah Swt.:


{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا}


Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan. (Asy-Syura: 18) Mereka mengatakan,


{مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


"Bilakah janji hari kiamat itu? Jika kamu memang orang-orang yang benar." (Saba: 29) Dan sesungguhnya mereka mengatakan seperti ini hanyalah semata-mata karena mendustakannya, menganggap mustahil kejadiannya, kafir, dan ingkar terhadapnya.


{وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا}


Dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya. (Asy-Syura: 18) Yakni khawatir dan takut terhadap kejadiannya.


{وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ}


dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar. (Asy-Syura: 18) akan terjadi dan pasti, karenanya mereka bersiap-siap untuk menyambut nya dengan melakukan amal saleh sebagai bekalnya.

Telah diriwayatkan pula melalui berbagai jalur yang cukup banyak hingga mencapai derajat mutawatir di dalam hadis-hadis sahih, hasan, sunan, dan musnad, yang menurut salah satu teksnya menyebutkan:


أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْتٍ جَهْوَرِيّ، وَهُوَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَنَادَاهُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوًا مِنْ صَوْتِهِ "هَاؤُمُ". فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَيْحَكَ، إِنَّهَا كَائِنَةٌ، فَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ " فَقَالَ: حُب اللَّهِ وَرَسُولِهِ. فَقَالَ: "أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ


bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. dengan suara yang keras di saat beliau berada di dalam suatu perjalanannya. Lelaki itu menyeru Nabi Saw. seraya berkata, "Hai Muhammad." Maka Rasulullah Saw.

menjawab dengan suara yang sama, "Ya!" Lelaki itu bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah Saw. balik bertanya, "Celakalah kamu, sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, lalu apakah yang telah engkau persiapkan

untuk menyambutnya?" Maka lelaki itu menjawab, "Kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Engkau (akan dihimpunkan bersama dengan) orang yang engkau cintai. Dan sabda Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis:


"الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ"


Seseorang itu (akan dihimpunkan bersama dengan) orang yang disukainya. Hadis ini mutawatir tanpa diragukan lagi. Dalam hadis ini Rasulullah Saw. tidak menjawabnya dengan jawaban tentang waktunya,

melainkan memerintahkan kepada lelaki itu agar membuat persiapan untuk menyambut kedatangan hari kiamat itu. Firman Allah Swt.:


{أَلا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ}


Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah pentang terjadinya kiamat itu. (Asy-Syura: 18) Mereka membantah tentang keberadaannya dan menganggap mustahil akan kejadiannya.


{لَفِي ضَلالٍ بَعِيدٍ}


benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18) Yakni berada di dalam kebodohan yang nyata, karena sesungguhnya Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi mampu menghidupkan kembali orang-orang mati dan itu lebih mudah bagi-Nya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firmarf-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}


Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)

Surat Asy-Syura |42:17|

اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ ۗ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ

allohullażiii anzalal-kitaaba bil-ḥaqqi wal miizaan, wa maa yudriika la'allas-saa'ata qoriib

Allah yang menurunkan Kitab (Al-Qur´an) dengan (membawa) kebenaran dan neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat?

It is Allah who has sent down the Book in truth and [also] the balance. And what will make you perceive? Perhaps the Hour is near.

Tafsir
Jalalain

(Allahlah yang menurunkan Kitab) Alquran (dengan membawa kebenaran) lafal Bil Haqqi berta'alluq kepada lafal Anzala (dan neraca), keadilan. (Dan tahukah kamu)

apakah kamu tahu (boleh jadi kiamat itu) yakni kedatangannya (sudah dekat) lafal La'alla amalnya di-ta'alluq-kan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudahnya berkedudukan sebagai dua Maf'ul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 17 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Asy-Syura |42:18|

يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ ۗ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ

yasta'jilu bihallażiina laa yu`minuuna bihaa, wallażiina aamanuu musyfiquuna min-haa wa ya'lamuuna annahal-ḥaqq, alaaa innallażiina yumaaruuna fis-saa'ati lafii dholaalim ba'iid

Orang-orang yang tidak percaya adanya hari Kiamat meminta agar hari itu segera terjadi, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu benar-benar telah tersesat jauh.

Those who do not believe in it are impatient for it, but those who believe are fearful of it and know that it is the truth. Unquestionably, those who dispute concerning the Hour are in extreme error.

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan) mereka mengatakan, "Kapan hari kiamat itu akan datang,

" demikian itu karena mereka menduga bahwa hari kiamat tidak akan datang (dan orang-orang yang beriman, merasa takut) merasa khawatir

(kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar akan terjadi Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah) mendebat (tentang terjadinya hari kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 18 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Asy-Syura |42:19|

اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ

allohu lathiifum bi'ibaadihii yarzuqu may yasyaaa`, wa huwal-qowiyyul-'aziiz

Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya, Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Kuat, Maha Perkasa.

Allah is Subtle with His servants; He gives provisions to whom He wills. And He is the Powerful, the Exalted in Might.

Tafsir
Jalalain

(Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya) baik terhadap mereka yang berbakti maupun terhadap mereka yang durhaka, karena Dia tidak membinasakan mereka

melalui kelaparan sebab kemaksiatan mereka (Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya) artinya, Dia memberikan kepada masing-masingnya apa yang Dia kehendaki

(dan Dialah Yang Maha Kuat) atas semua kehendak-Nya (lagi Maha Perkasa) Maha Menang atas semua perkara-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 19 |

Tafsir ayat 19-22

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kelembutan-Nya terhadap makhluk-Nya; Dia memberi rezeki mereka semuanya tanpa ada seorang pun yang terlupakan, dan sama saja diberi rezeki-Nya apakah dia orang yang bertakwa ataukah dia orang yang durhaka. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Hud: 6) dan ayat-ayat yang semisal masih banyak. Firman Allah Swt.:


{يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ}


Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Asy-Syura: 19) Yakni Dia meluaskan rezeki siapa yang dikehendaki-Nya.


{وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ}


dan Dialah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Asy-Syura: 19) Tiada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:


{مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ}


Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya. (Asy-Syura: 20) Yakni barang siapa yang beramal untuk akhirat, Kami akan menguatkannya dan menolongnya

untuk melakukan apa yang menjadi tujuan niatnya, maka Kami akan mengembangkan keuntungannya dan membalasnya dengan pahala satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang dikehendaki oleh Allah.


{وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ}


dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tak ada baginya suatu bagian pun di akhirat. (Asy-Syura: 20) Artinya, barang siapa yang tujuan usahanya

hanya semata-mata mencari sesuatu keuntungan duniawi, sedangkan untuk kepentingan akhiratnya tidak terlintas sedikit pun dalam hatinya, maka Allah mengharamkan baginya keuntungan di negeri akhirat.

Sedangkan keuntungan dunia, jika Allah menghendakinya, maka Dia memberinya; dan jika tidak menghendakinya, maka Dia tidak memberikan kepadanya, baik keuntungan di dunia maupun keuntungan di akhirat.

Dan orang yang berusaha dengan niat ini memperoleh kerugian di dunia dan di akhirat. Dalil yang menunjukkan bahwa ayat ini terikat dengan ayat yang ada di dalam surat Al-Isra ialah firman Allah Swt.:


{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}


Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam;

ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin,

maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik. Kepada masing­ masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu.

Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 18-21)

As-Sauri telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بالسَّنَاء وَالرِّفْعَةِ، وَالنَّصْرِ وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ، فَمِنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ"


Umat ini mendapat berita gembira dengan beroleh keluhuran, ketinggian, pertolongan, dan kedudukan yang teguh di muka bumi. Maka barang siapa di antara mereka yang mengerjakan amal akhirat untuk kepentingan dunianya, maka tidak ada bagian baginya kelak di negeri akhirat. Firman Allah Swt.:


{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ}


Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? (Asy-Syura: 21) Yakni mereka tidak mau mengikuti apa yang telah disyariatkan oleh Allah kepadamu

berupa agama yang lurus, bahkan mereka mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh setan-setan mereka dari kalangan jin dan manusia, seperti mengharamkan apa yang dihalalkan bagi mereka, misalnya hewan bahirah, saibah,

wasilah, dan ham. Dan mereka menghalalkan memakan bangkai, darah, berjudi, dan kesesatan-kesesatan lainnya. Itulah kejahilan yang batil yang telah mereka ada-adakan di masa Jahiliahnya, seperti menghalalkan yang haram

dan mengharamkan yang halal, dan melakukan penyembahan-penyembahan yang batil yang mengusahakan harta yang haram. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"رَأَيْتُ عَمْرَو بْنَ لُحَيّ بْنِ قَمَعَة يَجُر قُصْبَه فِي النَّارِ"


Aku melihat Amr ibnu Luhay ibnu Qam'ah menyeret ususnya di dalam neraka. Dikatakan demikian karena dia adalah orang yang pertama mengadakan peraturan hewan saibah. Dia adalah salah seorang raja di kalangan Bani Khuza'ah,

dialah orang yang mula-mula menetapkan hal-hal tersebut. Dia pulalah yang mendorong orang-orang Quraisy menyembah berhala. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ}


Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah), tentulah mereka telah dibinasakan. (Asy-Syura: 21) Yaitu niscaya hukuman di segerakan kepada mereka sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu yang memberikan masa tangguh bagi mereka sampai hari kiamat.


{وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}


Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (Asy-Syura: 21) Yakni siksaan yang sangat menyakitkan di dalam neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali adalah neraka Jahanam. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا كَسَبُوا}


Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan. (Asy-Syura: 22) Yakni saat mereka berada di Padang Mahsyar hari kiamat.


{وَهُوَ وَاقِعٌ بِهِمْ}


sedangkan siksaan menimpa mereka. (Asy-Syura: 22) Yaitu yang mereka takutkan terjadi pada diri mereka sebagai suatu kepastian. Demikianlah keadaan mereka kelak di hari kiamat; mereka dicekam oleh rasa takut dan malu yang teramat sangat.


{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ}


Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. (Asy-Syura: 22)

Maka alangkah jauh bedanya antara golongan ini dan golongan yang sebelumnya. Yakni betapa jauhnya perbedaan antara orang-orang yang berada di Padang Mahsyar dengan diliputi oleh kehinaan, kerendahan,

dan dicekam oleh ketakutan yang pasti karena perbuatan aniayanya; dan keadaan orang-orang yang berada di taman-taman surga yang men­dapatkan segala sesuatu yang dikehendakinya berupa makanan, minuman,

pakaian, tempat tinggal, pemandangan, istri-istri, dan kenikmatan lainnya yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.

Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdur Rahman Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'd Al-Ansari, dari Abu Taibah yang mengatakan bahwa sesungguhnya

serombongan ahli surga benar-benar dinaungi oleh awan, lalu awan itu berkata, "Apakah yang harus kuturunkan kepadamu?" Maka tidak sekali-kali seseorang dari mereka meminta sesuatu kecuali awan itu menurunkannya

kepada mereka. Sehingga ada seseorang dari mereka yang benar-benar mengatakan, "Hujanilah kami dengan perawan-perawan yang montok-montok lagi berusia sebaya."

Hal yang serupa telah pula diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Al-Hasan ibnu Arafah. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:


{ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ}


Yang demikian itu adalah karunia yang besar (Asy-Syura: 22) Yakni keberuntungan yang besar dan nikmat yang lengkap, sempurna, lagi menyeluruh.

Surat Asy-Syura |42:20|

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

mang kaana yuriidu ḥarṡal-aakhiroti nazid lahuu fii ḥarṡih, wa mang kaana yuriidu ḥarṡad-dun-yaa nu`tihii min-haa wa maa lahuu fil-aakhiroti min nashiib

Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.

Whoever desires the harvest of the Hereafter - We increase for him in his harvest. And whoever desires the harvest of this world - We give him thereof, but there is not for him in the Hereafter any share.

Tafsir
Jalalain

(Barang siapa yang menghendaki) dengan amalnya (keuntungan akhirat) pahala akhirat (Kami tambahkan keuntungan itu baginya) dilipatgandakan pahalanya

yaitu satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan dan bahkan lebih dari itu (dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia)

tanpa dilipatgandakan (dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 20 |

penjelasan ada di ayat 19

Surat Asy-Syura |42:21|

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

am lahum syurokaaa`u syaro'uu lahum minad-diini maa lam ya`żam bihillaah, walau laa kalimatul-fashli laqudhiya bainahum, wa innazh-zhoolimiina lahum 'ażaabun aliim

Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah) tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan mendapat azab yang sangat pedih.

Or have they other deities who have ordained for them a religion to which Allah has not consented? But if not for the decisive word, it would have been concluded between them. And indeed, the wrongdoers will have a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Apakah) sebenarnya (mereka mempunyai) yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekah (sesembahan-sesembahan) yaitu setan-setan mereka (yang mensyariatkan)

maksudnya, sesembahan-sesembahan mereka itu mensyariatkan (untuk mereka) untuk orang-orang kafir (agama) yang rusak (yang tidak diizinkan oleh Allah)

seperti ajaran menyekutukan Allah dan mengingkari adanya hari berbangkit. (Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan dari Allah) ketentuan yang telah terdahulu

yang menetapkan bahwa pembalasan itu pada hari kiamat (tentulah telah diputuskan di antara mereka) dan orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang kafir akan langsung diazab di dunia.

(Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu) yakni orang-orang kafir (akan memperoleh azab yang amat pedih) yang amat menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 21 |

penjelasan ada di ayat 19

Surat Asy-Syura |42:22|

تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا كَسَبُوا وَهُوَ وَاقِعٌ بِهِمْ ۗ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ ۖ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

tarozh-zhoolimiina musyfiqiina mimmaa kasabuu wa huwa waaqi'um bihim, wallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati fii roudhootil-jannaat, lahum maa yasyaaa`uuna 'inda robbihim, żaalika huwal-fadhlul-kabiir

Kamu akan melihat orang-orang zalim itu sangat ketakutan karena (kejahatan-kejahatan) yang telah mereka lakukan, dan (azab) menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.

You will see the wrongdoers fearful of what they have earned, and it will [certainly] befall them. And those who have believed and done righteous deeds will be in lush regions of the gardens [in Paradise] having whatever they will in the presence of their Lord. That is what is the great bounty.

Tafsir
Jalalain

(Kamu lihat orang-orang yang zalim) kelak di hari kiamat (sangat ketakutan) sangat ngeri (karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan) di dunia,

mereka takut akan menerima pembalasannya (sedangkan pembalasan itu) yakni pembalasan perbuatan jahat mereka itu (menimpa mereka) pasti menimpa mereka kelak di hari kiamat.

(Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh berada di dalam taman-taman surga) berada di surga yang paling indah bila dibandingkan dengan orang-orang yang derajatnya di bawah mereka

(mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Rabb mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 22 |

penjelasan ada di ayat 19

Surat Asy-Syura |42:23|

ذَٰلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ ۗ وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

żaalikallażii yubasysyirullohu 'ibaadahullażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaat, qul laaa as`alukum 'alaihi ajron illal-mawaddata fil-qurbaa, wa may yaqtarif ḥasanatan nazid lahuu fiihaa ḥusnaa, innalloha ghofuurun syakuur

Itulah (karunia) yang diberitahukan Allah untuk menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan barang siapa mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan kebaikan baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.

It is that of which Allah gives good tidings to His servants who believe and do righteous deeds. Say, [O Muhammad], "I do not ask you for this message any payment [but] only good will through kinship." And whoever commits a good deed - We will increase for him good therein. Indeed, Allah is Forgiving and Appreciative.

Tafsir
Jalalain

(Itulah karunia yang dengan itu Allah menggembirakan) berasal dari lafal Al-Bisyarah (hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah,

"Aku tidak meminta kepada kalian atas seruanku ini) atas penyampaian risalah ini (sesuatu upah pun kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan) Istitsna di sini bersifat Munqathi' maksudnya,

tetapi aku meminta kepada kalian hendaknya kalian mencintai kekerabatan denganku yang memang pada kenyataannya telah ada hubungan kerabat antara kalian dan aku.

Karena sesungguhnya bagi Nabi saw. mempunyai hubungan kekerabatan dengan setiap puak yang berakar dari kabilah Quraisy. (Dan siapa yang mengerjakan kebaikan) yakni ketaatan

(akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu) yaitu dengan melipatgandakan pahala kebaikannya. (Sesungguhnya Allah Maha Pengampun) terhadap dosa-dosa

(lagi Maha Mensyukuri) bagi orang yang sedikit beramal kebaikan, karenanya Dia melipatgandakan pahalanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 23 |

Tafsir ayat 23-24

Setelah menceritakan taman-taman surga untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh, lalu Allah Swt. menyebutkan dalam firman selanjutnya:


{ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. (Asy-Syura: 23) Yakni hal ini pasti diperoleh mereka sebagai berita gembira dari Allah Swt. Kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkannya. Firman Allah Swt.:


{قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى}


Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23) Katakanlah, hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik dari kaum Quraisy,

"Aku tidak meminta sesuatu harta pun dari kamu atas penyampaian dan nasihatku kepada kalian ini sebagai imbalannya yang kamu berikan kepadaku. Sesungguhnya yang aku minta dari kalian ialah hendaknya kalian

menghentikan kejahatan kalian kepadaku, dan kalian biarkan aku menyampaikan risalah-risalah Tuhanku. Jika kalian tidak mau membantuku, maka janganlah kalian menggangguku, demi hubungan kekeluargaan yang ada antara aku dan kalian."


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَيْسَرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ طَاوُسًا عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: {إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى} فَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: قُرْبَى آلِ مُحَمَّدٍ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: عَجِلْتَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ بَطْنٌ مِنْ قُرَيْشٍ إِلَّا كَانَ لَهُ فِيهِمْ قَرَابَةٌ، فَقَالَ: إِلَّا أَنْ تَصِلُوا مَا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ مِنَ الْقَرَابَةِ.


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abdul malik ibnu Maisarah

yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Tawus menceritakan hal berikut dari Ibnu Abbas r.a. Bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai makna firman-Nya, "Kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan."

Maka Sa'id ibnu Jubair (yang ada di majelis itu) langsung menjawab, "Keluarga ahli bait Muhammad." Ibnu Abbas r.a. berkata, "Engkau tergesa-gesa, sesungguhnya Nabi Saw. itu tiada suatu puak pun dari kabilah Quraisy

melainkan mempunyai hubungan kekerabatan dengan beliau Saw. Untuk itulah maka beliau Saw. bersabda, 'terkecuali bila kalian menghubungkan kekerabatan yang telah ada antara aku dan kalian'."

Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid (tunggal). Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini dari Yahya Al-Qattan, dari Syu'bah dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Amir Asy-Syabi,

Ad-Dahhak, Ali ibnu Abu Talhah, Al-Aufi, dan Yusuf ibnu Mahran serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, dari Ibnu Abbas r.a. dengan lafaz yang semisal.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, Abu Malik, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ يَزِيدَ الطَّبَرَانِيُّ وَجَعْفَرٌ الْقَلَانِسِيُّ قَالَا حدثنا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ، حَدَّثَنَا شَرِيكٍ، عَنْ خُصَيف، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا أَنْ تَوَدّوني فِي نَفْسِي لِقَرَابَتِي مِنْكُمْ، وَتَحْفَظُوا الْقَرَابَةَ الَّتِي بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ"


Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim ibnu Zaid At-Tabrani dan Ja'far Al-Qalansi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas,

telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Khasif, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. berkata kepada mereka (orang-orang musyrik Mekah): Aku tidak meminta kepada kalian

atas seruanku ini suatu upah pun kecuali kecintaanmu kepadaku mengingat kekeluargaanku dengan kalian, dan hendaknya kalian pelihara kekeluargaan yang ada antara aku dan kalian ini.


وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ، عَنْ حَسَنِ بْنِ مُوسَى: حَدَّثَنَا قَزَعَة يَعْنِي ابْنَ سُوَيد -وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ-عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ قَزَعة بْنِ سُوَيْدٍ-عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيح، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَى مَا آتَيْتُكُمْ مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى أَجْرًا، إِلَّا أَنْ تُوَادوا اللَّهَ، وَأَنْ تَقَرَّبُوا إِلَيْهِ بِطَاعَتِهِ"


Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Hasan ibnu Musa, bahwa telah menceritakan kepada kami Quz'ah (yakni Ibnu Suwaid) dan Ibnu Abu Hatim, dari ayahnya, dari Muslim ibnu Ibrahim, dari Quz'ah ibnu Suwaid, dari Ibnu Abu Najih,

dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Aku tidak meminta kepada kalian atas keterangan dan petunjuk yang kusampaikan kepada kalian ini sesuatu upah pun, kecuali ketaatan kalian kepada Allah

dan pendekatan diri kalian kepada-Nya dengan cara taat kepada-Nya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah, dari Al-Hasan Al-Basri. Dan hal ini bagaikan pendapat yang kedua seakan-akan disebutkan:


{إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى}


kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. (Asy-Syura: 23) Yakni kecuali bila kalian mengerjakan amal ketaatan yang mendekatkan diri kalian kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Pendapat yang ketiga ialah

seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lain-lainnya melalui riwayat Sa’id ibnu Jubair dengan kesimpulan bahwa makna yang dimaksud yaitu, 'kecuali bila kalian menunaikan hak kekeluargaan kalian denganku'.

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa terkecuali kalian berbuat baik kepada kaum kerabat kalian. As-Saddi telah meriwayatkan dari Abud Dailam yang telah menceritakan bahwa ketika Ali ibnul Husain didatangkan

sebagai tawanan dan diberdirikan di atas tangga kota Dimasyq, maka berdirilah seorang lelaki dari kalangan penduduk negeri Syam, lalu berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah membunuh dan memberantas kalian

serta memotong sumber fitnah (kekacauan)." Maka Ali ibnul Husain bertanya kepada lelaki itu, "Apakah engkau membaca Al-Qur'an?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Ali ibnul Husain bertanya, "Tidakkah engkau membaca Ali Ha Mim?"

Lelaki itu menjawab, "Aku telah membaca seluruh Al-Qur'an, tetapi belum pernah menemukan yang namanya Ali Ha Mim." Ali ibnul Husain berkata, bahwa tidakkah engkau pernah membaca firman-Nya: Katakanlah,

"Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23) Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya kamukah yang dimaksud dengan mereka itu (ahlul bait)?"

Ali ibnul Husain menjawab, "Ya."Abu Ishaq As-Subai'i mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Amr ibnu Syu'aib tentang firman Allah Swt,: Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku,

kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23) Maka Amr ibnu Syu'aib menjawab, bahwa yang dimaksud adalah kaum kerabat Nabi Saw. Riwayat ini dan yang sebelumnya kedua-duanya diketengahkan oleh Ibnu Jarir.


ثُمَّ قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ، حَدَّثَنِي يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنْ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَتِ الْأَنْصَارُ: فَعَلْنَا وَفَعَلْنَا، وَكَأَنَّهُمْ فَخَرُوا فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ -أَوِ: الْعَبَّاسُ، شَكَّ عَبْدُ السَّلَامِ-: لَنَا الْفَضْلُ عَلَيْكُمْ. فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَاهُمْ فِي مَجَالِسِهِمْ فَقَالَ: "يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، أَلَمْ تَكُونُوا أَذِلَّةً فَأَعَزَّكُمُ اللَّهُ بِي؟ " قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: أَلَمْ تَكُونُوا ضُلَّالًا فَهَدَاكُمُ اللَّهُ بِي؟ " قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: "أَفَلَا تُجِيبُونِي؟ " قَالُوا: مَا نَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أَلَا تَقُولُونَ: أَلَمْ يخرجك قومك فآويناك؟ أو لم يكذبوك فصدقناك؟ أو لم يَخْذُلُوكَ فَنَصَرْنَاكَ"؟ قَالَ: فَمَا زَالَ يَقُولُ حَتَّى جَثَوْا عَلَى الرُّكَبِ، وَقَالُوا: أَمْوَالُنَا وَمَا فِي أَيْدِينَا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ. قَالَ: فَنَزَلَتْ: {قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى}


Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Abu Ziad,

dari Miqsam, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa orang-orang Ansar pernah mengatakan anu dan anu seakan-akan mereka membangga-banggakan dirinya. Maka Ibnu Abbas atau Al-Abbas

—Abdus Salam atau perawi ragu—mengatakan, "Kamilah yang lebih utama daripada kamu." Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah Saw, maka beliau mendatangi majelis mereka, lalu bersabda, "Hai orang-orang Ansar,

bukankah dahulu kalian dalam keadaan hina, lalu Allah memuliakan kalian melaluiku?" Mereka menjawab, "Memang benar, ya Rasulullah." Beliau Saw. bertanya, "Bukankah dahulu kamu dalam keadaan sesat,

lalu Allah memberimu petunjuk melaluiku?" Mereka menjawab, "Benar, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa kamu tidak menjawabku?"Mereka balik bertanya, "Apakah yang harus kami katakan, ya Rasulullah?"

Rasulullah Saw. bersabda: Tidakkah kamu katakan bahwa bukankah kaummu telah mengusirmu, lalu kami memberimu tempat tinggal. Bukankah mereka mendustakanmu, lalu kami membenarkanmu. Dan bukankah mereka menghinamu,

lalu kami menolongmu? Rasulullah Saw. terus-menerus mengatakan hal itu sehingga mereka terduduk di atas lutut mereka (merendahkan diri) dan mereka mengatakan, "Semua harta yang ada pada tangan kami

untuk Allah dan Rasul-Nya." Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Katakanlah,- "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ali ibnul Husain, dari Abdul Mu'min ibnu Ali, dari Abdus Salam, dari Yazid ibnu Abu Ziad, tetapi ini daif, dengan sanad yang semisal atau mendekatinya.

Di dalam kitab Sahihain, dalam Bab "Pembagian Ganimah Hunain" disebutkan hal yang semisal dengan konteks ini, tetapi tidak disebutkan turunnya ayat terebut. Mengenai penyebutan turunnya ayat ini di Madinah

masih diragukan kebenarannya, mengingat suratnya adalah Makkiyyah. Dan tidak ada kaitan yang jelas antara ayat dan riwayat ini; hanya Allah­lah Yang Maha Mengetahui.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا علي بن الحسين، حَدَّثَنَا رَجُلٌ سَمَّاهُ، حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْأَشْقَرُ، عَنْ قَيْسٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى} قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَمَرَ اللَّهُ بِمَوَدَّتِهِمْ؟ قَالَ: "فَاطِمَةُ وَوَلَدُهَا، عَلَيْهِمُ السَّلَامُ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami seorang lelaki yang senama dengannya (yakni Ali), telah menceritakan kepada kami Husain Al-Asyqar, dari Qais,

dari Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku,

kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23) Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka yang diperintahkan oleh Allah agar kita mencintainya?" Beliau Saw. bersabda, "Fatimah dan anaknya."

Sanad hadis ini daif, karena didalamnya terdapat seseorang yang tidak dikenal yang menerima hadis ini dari seorang guru beraliran Syi'ah yang ekstrim. Dia adalah Husain Al-Asyqar yang beritanya tidak dapat diterima dalam masalah ini.

Dan penyebutan mengenai turunnya ayat di Madinah jauh dari kebenaran, karena sesungguhnya ayat ini Makkiyyah, dan pada saat itu Fatimah r.a. belum mempunyai anak sama sekali. Mengingat sesungguhnya Fatimah r.a.

baru menikah dengan sahabat Ali r.a. hanya setelah Perang Badar, yaitu di tahun kedua Hijrah. Pendapat yang benar sehubungan dengan tafsir ayat ini adalah apa yang telah diketengahkan oleh ulama umat ini juru penafsir Al-Qur'an,

yaitu Abdullah ibnu Abbas r.a, seperti yang disebutkan dalam riwayat yang dikemukakan oleh Imam Bukhari darinya. Dan memang tidak diingkari adanya wasiat (anjuran) serta perintah untuk memperlakukan ahli bait

dengan perlakuan yang baik dan menghormati serta memuliakan mereka. Karena sesungguhnya mereka berasal dari keturunan yang suci dari ahli bait yang paling mulia di muka bumi ini dipandang dari segi keturunan, kedudukan,

dan kebanggaannya. Terlebih lagi bila mereka benar-benar mengikuti sunnah nabi yang sahih, jelas, dan gamblang; seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka, misalnya Al-Abbas dan kedua putranya,

Ali dan ahli bait serta keturunannya. Semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka. Di dalam hadis sahih telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. dalam khotbahnya di Gadir Khum (nama sebuah mata air) telah bersabda:


"إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ: كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي، وَإِنَّهُمَا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ"


­Sesungguhnya aku menitipkan kepada kalian dua perkara yang berat, yaitu Kitabullah dan keturunanku (ahli baitku), dan sesungguhnya keduanya tidak dapat dipisahkan sebelum keduanya sampai di telaga (ku).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٌ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ ، عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبَدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ قُرَيْشًا إِذَا لَقِيَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا لَقُوهُمْ بِبِشْرٍ حَسَنٍ، وَإِذَا لَقُونَا لَقُونَا بِوُجُوهٍ لَا نَعْرِفُهَا؟ قَالَ: فَغَضِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَضَبًا شَدِيدًا، وَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَدْخُلُ قَلْبَ الرَّجُلِ الْإِيمَانُ حَتَّى يُحِبَّكُمْ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Abu Khalid, dari Yazid ibnu Abu Ziad, dari Abdullah ibnul Haris, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib r.a.

yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Quraisy itu apabila sebagian dari mereka bersua dengan sebagian yang lain, mereka menjumpainya dengan wajah, yang cerah dan baik.

Tetapi bila mereka bersua dengan kami, maka mereka menjumpai kami dengan wajah yang kami tidak kenal (dengan muka tidak sedap)." Maka Nabi Saw. marah sekali, lalu bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada

di dalam genggaman-Nya, iman masih belum meresap ke dalam hati seseorang sebelum dia menyukai kalian karena Allah dan Rasul-Nya. Yakni sebelum mencintai ahli bait Rasulullah Saw. demi karena Allah dan Rasul-Nya.


ثُمَّ قَالَ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: دَخَلَ الْعَبَّاسُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّا لَنَخْرُجُ فَنَرَى قُرَيْشًا تُحدث، فإذا رأونا سَكَتُوا. فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ودَرّ عِرْقُ بَيْنَ عَيْنِهِ ، ثُمَّ قَالَ: "وَاللَّهِ لَا يَدْخُلُ قَلْبَ امْرِئٍ إِيمَانٌ حَتَّى يُحِبَّكُمْ لِلَّهِ وَلِقَرَابَتِي"


Kemudian Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Yazid ibnu Abu Ziad, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdul Muttalib ibnu Rabi'ah yang menceritakan bahwa Al-Abbas r.a. masuk menemui Rasulullah Saw,

lalu berkata, "Sesungguhnya kami benar-benar keluar dan kami lihat orang-orang Quraisy sedang berbicara dengan asyik. Tetapi bila mereka melihat kami, maka mendadak mereka diam." Maka Rasulullah Saw.

marah dan mengernyitkan dahinya, kemudian bersabda: Demi Allah, iman masih belum meresap ke dalam kalbu seseorang muslim sebelum dia mencintai kamu karena Allah dan karena kekerabatanku.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Khalid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Waqid yang mengatakan bahwa

ia pernah mendengar ayahnya menceritakan dari Ibnu Umar r.a, dari Abu Bakar r.a. yang mengatakan, "Ingatlah Muhammad Saw. terhadap ahli baitnya."Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Abu Bakar As-Siddiq r.a.

pernah berkata kepada Ali r.a, "Demi Allah, sesungguhnya hubungan kerabat dengan Rasulullah Saw. lebih aku sukai daripada aku menghubungkan persaudaraan dengan kerabatku sendiri."

Umar ibnul Khattab pernah berkata kepada Al-Abbas r.a, "Demi Allah, sesungguhnya keislamanmu di hari engkau masuk Islam lebih aku sukai ketimbang keislaman Al-Khattab seandainya dia masuk Islam.

Karena sesungguhnya keislamanmu lebih disukai oleh rasulullah Saw. daripada keislaman Al-Khattab." Demikianlah sikap kedua Syekh (Abu Bakar dan Umar) dan hal ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim

untuk meniru jejaknya. Karena itulah maka keduanya merupakan orang mukmin yang paling utama sesudah para nabi dan para rasul; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada keduanya, juga kepada semua sahabat Rasulullah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِي حَيّان التيمي، حدثني يزيد ابن حَيَّانَ قَالَ: انْطَلَقْتُ أَنَا وحُسَيْن بْنُ مَيْسَرة، وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: لَقَدْ لقيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا، رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَسَمِعْتَ حَدِيثَهُ وَغَزَوْتَ مَعَهُ، وَصَلَّيْتَ مَعَهُ. لَقَدْ رَأَيْتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا. حَدِّثْنَا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي، وَاللَّهِ كَبُرت سِنِّي، وَقَدِمَ عَهْدِي، وَنَسِيتُ بَعْضَ الَّذِي كُنْتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا حَدَّثْتُكُمْ فَاقْبَلُوهُ، وَمَا لَا فَلَا تُكَلّفونيه. ثُمَّ قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطِيبًا فِينَا، بِمَاءٍ يُدْعَى خُمّا -بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ-فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَذَكَرَ وَوَعَظَ، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَنِي رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ، وَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمُ الثَّقَلَيْنِ، أَوَّلُهُمَا: كِتَابُ اللَّهِ، فِيهِ الهدى والنور، فخذوا بكتاب الله واستمسكوا به" فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ، وَقَالَ: "وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي" فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ؟ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: إِنَّ نِسَاءَهُ من أهل بيته، ولكن أهل بيته من حُرم الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ قَالَ: وَمَنْ هُمْ؟ قَالَ: هم آل علي، وآل عقيل، وآل جعفر، وَآلُ الْعَبَّاسِ، قَالَ: أَكُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ؟ قال: نعم.


Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, dari Abu Hayyan At-Taimi; telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Hayyan yang mengatakan, "Aku dan Husain ibnu Maisarah

serta Umar ibnu Muslim berangkat menuju ke rumah Zaid ibnu Arqam r.a. Dan ketika kami sampai di rumahnya, Husain berkata, 'Hai Yazid, sesungguhnya engkau telah menjumpai banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah Saw.

dan mendengar hadis langsung darinya, ikut berperang bersamanya, dan salat bersamanya. Sesungguhnya engkau, hai Yazid, telah menjumpai kebaikan yang banyak. Maka ceritakanlah kepada kami sebagian dari apa

yang engkau telah dengar dari Rasulullah Saw.' Maka Zaid ibnu Arqam r.a. menjawab, 'Hai anak saudaraku, sesungguhnya usiaku telah tua dan sudah cukup lama hidup sehingga aku lupa kepada sebagian yang pernah kuhafal

dari Rasulullah Saw. Karena itu, apa yang akan kuceritakan kepadamu, terimalah; dan yang tidak dapat kuceritakan, janganlah kamu memaksaku untuk menceritakannya'." Kemudian Zaid ibnu Arqam melanjutkan, bahwa

di suatu hari Rasulullah Saw. bangkit melakukan khotbah di sebuah mata air yang dikenal dengan nama Khum, terletak di antara Mekah dan Madinah. Pertama beliau mengucapkan hamdalah dan sanjungan kepada Allah Swt,

lalu memberikan peringatan dan pelajaran (nasihat). Setelah itu beliau bersabda: Ammd ba'du. Hai manusia, sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia yang hampir kedatangan utusan Tuhanku, lalu aku menyambutnya.

Dan sesungguhnya aku titipkan kepada kalian dua perkara yang berat; yang pertama ialah Kitabullah yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah Kitabullah dan berpegang teguhlah kepadanya. Nabi Saw.

menganjurkan (mereka) untuk berpegang teguh kepada Kitabullah dan memberikan dorongan (kepada mereka) untuk mengamalkannya, lalu beliau bersabda: Dan (yang kedua ialah) ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah

tentang ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Maka Husain bertanya kepada Zaid ibnu Arqam r.a, "Hai Zaid, siapakah yang dimaksud dengan ahli baitnya? Bukankah istri-istri beliau Saw.

termasuk ahli baitnya juga?" Zaid menjawab, "Sesungguhnya istri-istri beliau bukan termasuk ahli baitnya, tetapi yang termasuk ahli baitnya adalah orang yang tidak boleh menerima zakat sesudah beliau tiada." Husain bertanya,

"Siapa sajakah mereka itu?" Zaid menjawab, "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far, dan keluarga Al-Abbas radiyallahu 'anhum." Husain bertanya, "Apakah mereka semua tidak boleh menerima harta zakat?"

Zaid menjawab, "Ya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Yazid ibnu Hibban dengan sanad yang sama.


وَقَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ الْكُوفِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ -وَالْأَعْمَشُ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي، أَحَدُهُمَا أَعْظَمُ مِنَ الْآخَرِ: كِتَابُ اللَّهِ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ، وَالْآخَرُ عِتْرَتِي: أَهْلُ بَيْتِي، وَلَنْ يَتَفَرَّقا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ، فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا"


Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Munzir Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id dan Al-A'masy,

dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Zaid ibnu Arqam r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian sesuatu yang selama kalian berpegang teguh kepadanya,

niscaya kalian tidak akan sesat sesudahku. salah satunya lebih besar daripada yang lain, yaitu kitabullah yang merupakan tali yang terjulurkan dari langit ke bumi. Dan yang lainnya ialah keluargaku, yakni ahli baitku;

keduanya tidak akan terpisahkan sebelum keduanya mendatangi telaga (ku). Maka perhatikanlah, bagaimanakah kalian menggantikan diriku terhadap keduanya.Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini secara tunggal, kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib.


قَالَ التِّرْمِذِيُّ أَيْضًا حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْكُوفِيُّ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحَسَنِ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ، وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا: كِتَابَ اللَّهِ، وَعِتْرَتِي: أَهْلَ بَيْتِي"


Imam Turmuzi mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Abdur Rahman Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hasan, dari Ja'far ibnu Muhammad ibnul Hasan, dari ayahnya, dari Jabir,

bin Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah melihat Rasulullah Saw. dalam hajinya di hari Arafah menunggang unta qaswa-nya seraya berkhotbah, dan ia mendengarnya bersabda: Hai manusia,

sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian suatu perkara yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan sesat, yaitu kitabullah dan keturunanku, yakni ahli baitku.

Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini secara tunggal pula, lalu ia mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib. Dalam bab yang sama telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Zar, Abu Sa'id, Zaid ibnu Arqam, dan Huzaifah ibnu Usaid radiyallahu 'anhum.


ثُمَّ قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ سُلَيْمَانُ بْنُ الْأَشْعَثِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِين، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سُلَيْمَانَ النَّوْفَلِيِّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ، وَأَحِبُّونِي بِحُبِّ اللَّهِ، وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي بِحُبِّي"


Kemudian Imam Turmuzi mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Sulaiman ibnul Asy'as, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf,

dari Abdullah ibnu Sulaiman An-Naufali, dari Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari ayahnya, dari kakeknya (yakni Abdullah ibnu Abbas r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Cintailah Allah Swt. karena Dia telah melimpahkan kepada 'kalian sebagian dari nikmat-nikmat-Nya. Dan cintailah aku karena cinta kepada Allah, dan cintailah ahli baitku karena cinta kepadaku.

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib, sesungguhnya kami mengenalnya hanya melalui jalur ini. Dan sesungguhnya telah diketengahkan banyak hadis menyangkut hal ini dengan penjabaran yang sudah cukup dan tidak perlu diulangi lagi di sini, yaitu pada tafsir firman Allah Swt.:


{إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}


Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيد، حَدَّثَنَا مُفَضَّلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ حَنَش قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ وَهُوَ آخِذٌ بِحَلْقَةِ الْبَابِ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، مَنْ عَرَفَنِي فَقَدْ عَرَفَنِي، وَمَنْ أَنْكَرَنِي فَأَنَا أَبُو ذَرٍّ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّمَا مَثَلُ أهل بيتي فيكم مَثَل سفينة نوح، مَنْ دَخَلَهَا نَجَا، وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا هَلَكَ"


Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id telah menceritakan kepada kami Mufaddal ibnu Abdullah, dari Abu Ishaq, dari Hanasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Zar r.a.

berkata seraya memegang pegangan pintu, "Hai manusia, barang siapa yang mengenalku, maka sesungguhnya dia mengenalku. Dan barang siapa yang tidak kenal denganku, maka aku adalah Abu Zar.

Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Sesungguhnya perumpamaan ahli baitku di kalangan kalian hanyalah seperti bahtera Nabi Nuh a.s.; barang siapa yang masuk ke dalamnya selamat,

dan barang siapa yang tertinggal darinya (tidak masuk) niscaya ia binasa'.” Bila ditinjau dari segi sanadnya hadis ini daif. Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نزدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا}


Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. (Asy-Syura: 23) Yakni barang siapa yang mengerjakan suatu kebaikan, maka Kami tambahkan baginya

dalam kebaikan itu kebaikan lagi, ebagai imbalan dan pahalanya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}


Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang, walaupun sebesar zarrah. Dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40)

Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa sesungguhnya sebagian dari pahala kebaikan ialah kebaikan yang lain sesudahnya, dan sesungguhnya balasan keburukan ialah keburukan lain sesudahnya. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ}


Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (Asy-Syura: 23) Artinya, Dia mengampuni orang yang banyak dosanya dan memperbanyak pahala kebaikan bagi orang yang beramal sedikit. Maka Dia menutupi, mengampuni, dan melipatgandakannya sebagai tanda terima kasih dari­Nya. Firman Allah Swt.:


{أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَإِنْ يَشَأِ اللَّهُ يَخْتِمْ عَلَى قَلْبِكَ}


Bahkan mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.” Maka jika Allah menghendaki, niscaya Dia mengunci mati hatimu. (Asy-Syura: 24) Sekiranya engkau membuat-buat kedustaan terhadap Allah, sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang jahil itu,


{يَخْتِمْ عَلَى قَلْبِكَ}


niscaya Dia mengunci mati hatimu. (Asy-Syura: 24) Maknanya, niscaya Dia menutup rapat hatimu dan mencabut kembali Al-Qur'an yang telah diberikan-Nya kepadamu. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الأقَاوِيلِ لأخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ}


Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.

Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 44-47) Yakni niscaya Kami akan mengazabnya dengan azab yang keras, dan tidak ada seorang manusia pun sanggup menghalang-halanginya. Firman Allah Swt.:


{وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ}


dan Allah menghapuskan yang batil. (Asy-Syura: 24) ini tidak di- ataf-kan kepada firman-Nya, "Yakhtim " yang berakibat di-jazam-kan, bahkan yamhu tetap dibaca rafa' sebagai permulaan kalimat. Demikianlah menurut Ibnu Jarir,

selanjutnya ia mengatakan bahwa lalu dalam tulisan huruf wawu-nya dibuang menurut rasam mushaf Imam (Mushaf Usmani) sebagaimana dibuang pula pada firman-Nya:


{سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ}


kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah. (Al-'Alaq: 18) Dan firman Allah Swt.:


{وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ}


Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. (Al-Isra: 11) Adapun firman Allah Swt.:


{وَيُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ}


dan membenarkan yang hak dengan kalimah-kalimah-Nya (Al-Qur'an). (Asy-Syura: 24) di- ataf-kan kepada firman-Nya:


{وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّ الْحَقَّ}


dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak. (Asy-Syura: 24) Yaitu merealisasikannya, mengukuhkannya, menjelaskan, dan menerangkannya dengan kalimah-kalimah-Nya, yakni dengan hujah-hujah dan bukti-bukti-Nya.


{إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}


Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (Asy-Syura: 24) Allah mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi di balik kalbu dan segala yang tersimpan di dalam dada berupa rahasia-rahasia.

Surat Asy-Syura |42:24|

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا ۖ فَإِنْ يَشَإِ اللَّهُ يَخْتِمْ عَلَىٰ قَلْبِكَ ۗ وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

am yaquuluunaftaroo 'alallohi każibaa, fa iy yasya`illaahu yakhtim 'alaa qolbik, wa yam-ḥullohul-baathila wa yuḥiqqul-ḥaqqo bikalimaatih, innahuu 'aliimum biżaatish-shuduur

Ataukah mereka mengatakan, "Dia (Muhammad) telah mengada-adakan kebohongan tentang Allah." Sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia kunci hatimu. Dan Allah menghapus yang batil dan membenarkan yang benar dengan firman-Nya (Al-Qur´an). Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Or do they say, "He has invented about Allah a lie"? But if Allah willed, He could seal over your heart. And Allah eliminates falsehood and establishes the truth by His words. Indeed, He is Knowing of that within the breasts.

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) tetapi (mereka mengatakan, "Dia telah mengada-adakan dusta terhadap Allah") yaitu dengan menisbatkan Alquran, bahwasanya diturunkan dari sisi Allah.

\ (Maka jika Allah menghendaki niscaya Dia mengunci mati) maksudnya, mengikat (hatimu) dengan kesabaran, sehingga kamu sabar di dalam menghadapi perlakuan mereka

yang menyakitkan melalui perkataan dan perbuatan-perbuatan lainnya; memang Allah swt. telah melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya itu (dan Allah menghapuskan yang batil)

yakni perkara yang telah mereka katakan itu (dan membenarkan yang hak) menetapkannya (dengan kalimat-kalimat-Nya) yang diturunkan kepada Nabi-Nya.

(Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati) mengetahui apa yang terkandung di dalam kalbu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 24 |

penjelasan ada di ayat 23

Surat Asy-Syura |42:25|

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

wa huwallażii yaqbalut-taubata 'an 'ibaadihii wa ya'fuu 'anis-sayyi`aati wa ya'lamu maa taf'aluun

Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan,

And it is He who accepts repentance from his servants and pardons misdeeds, and He knows what you do.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya) dari sebagian di antara mereka (dan memaafkan kesalahan-kesalahan) yang para pelakunya telah bertobat daripadanya

(dan mengetahui apa yang kalian kerjakan) dapat dibaca Taf'aluuna atau Yaf'aluuna; kalau dibaca Yaf'aluuna artinya, mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 25 |

Tafsir ayat 25-28

Allah Swt. meyebutkan karunia yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa Dia menerima tobat mereka jika mereka bertobat kepada-Nya dan kembali taat kepada-Nya. Sesungguhnya termasuk kemurahan

dan sifat penyantun-Nya adalah Dia memaaf, menutupi, dan mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya (yang bertobat kepada-Nya). Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا}


Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah,, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabbah dan Zuhair ibnu Harb. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Yunus, telah menceritakan

kepada kami Ikrimah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu Talhah, telah menceritakan kepadaku Anas. ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ رَاحِلَتُهُ بِأَرْضٍ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ، وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةٌ عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ -أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ"


Sungguh Allah lebih gembira dengan tobatnya seseorang hamba saat si hamba bertobat kepada-Nya daripada seseorang di antara kamu yang unta kendaraannya berada di padang pasir, lalu unta kendaraannya itu kabur darinya,

sedangkan pada kendaraannya terdapat makanan dan minumannya. Dia putus asa untuk dapat menangkap unta kendaraannya itu. Akhirnya ia mendatangi sebuah pohon dan membaringkan dirinya di bawah naungannya,

karena tidak punya harapan lagi untuk dapat menangkap untanya. Ketika ia sedang dalam keadaan istirahat, tiba-tiba unta kendaraannya ia jumpai sedang berdiri di sisinya, lalu ia pegang tali kendalinya.

Kemudian ia mengatakan karena kegembiraan yang sangat, "Ya Allah, Engkau adalah abdiku dan aku adalah tuan-Mu —dia keliru dalam berbicara karena kegembiraan yang sangat—.”Di dalam kitab sahih telah disebutkan pula

melalui riwayat Abdullah ibnu Mas'ud r.a. hal yang semisal. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Az-Zuhri sehubungan dengan firman Allah Swt.: Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (Asy-Syura: 25) Sesungguhnya Abu Hurairah r.a. telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ فِي الْمَكَانِ الَّذِي يَخَافُ أَنْ يَقْتُلَهُ الْعَطَشُ فِيهِ"


Sungguh Allah lebih gembira dengan tobatnya seorang hamba ketimbang seseorang dari kamu yang menjumpai barangnya di tempat yang dikhawatirkan dia akan mati padanya karena kehausan.

Hammam ibnul Haris telah mengatakan bahwa sahabat Abdullah ibnu Mas'ud pernah ditanya tentang seorang lelaki yang berbuat mesum dengan seorang wanita, lalu ia mengawininya. Maka Ibnu Mas'ud r.a. menjawab,

"Tidak mengapa." kemudian membaca firman-Nya: Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (Asy-Syura: 25), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan

hal yang semisal melalui hadis Syuraih Al-Qadi, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Ibrahim An-Nakha'i, dari Hammam, lalu disebutkan hal yang semisal. Firman Allah Swt.:


{وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ}


dan memaafkan kesalahan-kesalahan. (Asy-Syura: 25) Yakni menerima tobat di masa mendatang dan memaafkan kesalahan-kesalahan di masa lampau.


{وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ}


dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Asy-Syura: 25) Dia mengetahui semua apa yang kalian kerjakan dan yang kalian katakan. Tetapi sekalipun demikian, Dia menerima tobat orang yang mau bertobat kepada-Nya. Firman Allah Swt.:


{وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh. (Asy-Syura: 26) As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menerima doa mereka.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Jarir, yakni maknanya ialah Allah Swt. memperkenankan doa mereka, baik untuk diri mereka sendiri, untuk teman-teman mereka, ataupun saudara-saudara mereka.

Ibnu Jarir meriwayatkan pendapat ini dari sebagian ahli Nahwu yang menjadikannya semakna dengan firman-Nya:


{فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ}


Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya. (Ali-Imran: 195) kemudian Ibnu Jarir dan juga Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Al-A'masy, dari Syaqiq ibnu Salamah, dari Salamah ibnu Sabrah yang mengatakan

bahwa Mu'az r.a. berkhotbah kepada kami di negeri Syam; antara lain ia mengatakan, "Kalian adalah orang-orang mukmin dan kalian adalah ahli surga. Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Allah Swt.

memasukkan ke dalam surga orang-orang yang kalian caci maki dari kalangan bangsa Persia dan bangsa Romawi." Demikian itu karena bilamana seseorang dari kamu beramal karena Allah, yakni seseorang dari mereka

mengerjakan suatu amal kebaikan, maka saudaranya mengatakan, "Engkau telah berbuat baik, semoga Allah merahmatimu. Engkau telah berbuat baik, semoga Allah memberkatimu." Kemudian Mu'az r.a. membaca firman-Nya:

dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian ahli bahasa Arab yang menganggap firman-Nya:


{الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ}


yang mendengarkan perkataan. (Az-Zumar: 18) Yakni mereka adalah orang-orang yang memperkenankan perkara yang hak dan mengikutinya. Semakna dengan firman-Nya:


{إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ}


Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah. (Al-An'am: 36)

Akan tetapi, makna yang terdapat pada pendapat yang pertama lebih jelas, karena dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ}


dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) Yaitu memperkenankan doa mereka lebih dari yang mereka minta. Karena itulah Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain,

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq,

dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) Bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"الشَّفَاعَةُ لِمَنْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، مِمَّنْ صَنَعَ إِلَيْهِمْ مَعْرُوفًا فِي الدُّنْيَا"


Syafaat itu diberikan kepada orang yang telah ditetapkan baginya neraka dari kalangan orang yang pernah berbuat kebajikan kepada mereka (orang-orang yang beriman dan beramal saleh) ketika di dunia.

Qatadah telah meriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha'i sehubungan dengan makna firman Allah Swt: dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang. bariman serta mengerjakan amal yang saleh. (Asy-Syura: 26)

Yakni dapat memberikan syafaat kepada saudara-saudara mereka. dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) dan mereka dapat memberikan syafaat kepada teman-teman dari saudara-saudara mereka. Firman Allah Swt.:


{وَالْكَافِرُونَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ}


Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. (Asy-Syura: 26) Setelah menyebutkan perihal orang-orang mukmin dan pahala yang mereka terima, lalu Allah Swt. menyebutkan perihal orang-orang kafir

dan azab yang keras, menyakitkan, lagi pedih yang akan diterima oleh mereka di sisi-Nya kelak di hari kiamat saat mereka dikembalikan kepada-Nya dan menjalani hisab. Firman Allah Swt.:


{وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الأرْضِ}


Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi. (Asy-Syura: 27) Yakni seandainya Allah memberi mereka lebih dari apa yang diperlukan oleh mereka berupa rezeki,

niscaya hal itu akan mendorong mereka untuk bersikap melampaui batas dan berlaku sewenang-wenang; sebagian dari mereka akan berlaku demikian terhadap sebagian yang lainnya dengan penuh keangkuhan dan kejahatan.

Qatadah telah mengatakan bahwa ada orang yang mengatakan bahwa sebaik-baik penghidupan ialah yang tidak melalaikan dirimu dan tidak pula membuatmu berlaku sewenang-wenang. Lalu Qatadah menyebutkan sebuah hadis yang mengatakan:


"إِنَّمَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُخْرِجُ اللَّهُ مِنْ زَهْرَةِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا"


Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap kalian ialah apa yang akan dikeluarkan oleh Allah untuk kalian berupa bunga kehidupan dunia. Dan pertanyaan seseorang yang mengatakan, "Apakah kebaikan (harta) itu dapat mendatangkan keburukan?", hingga akhir hadis. Firman Allah Swt'.:


{وَلَكِنْ يُنزلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ}


tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (Asy-Syura: 27) Yakni tetapi Allah memberi mereka sebagian dari rezeki

yang dikehendaki-Nya untuk kebaikan mereka sendiri, Dia Maha Mengetahui tentang hal tersebut. Untuk itu Dia menjadikan kaya orang yang berhak menjadi kaya, dan menjadikan fakir orang yang berhak menjadi fakir,

sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi Saw. dari Tuhannya (hadis Qudsi), yaitu:


"إِنَّ مِنْ عِبَادِي لَمَنْ لَا يُصْلِحُهُ إِلَّا الْغِنَى، وَلَوْ أَفْقَرْتُهُ لَأَفْسَدْتُ عَلَيْهِ دِينَهُ، وَإِنَّ مِنْ عِبَادِي لَمَنْ لَا يُصْلِحُهُ إِلَّا الْفَقْرُ، وَلَوْ أَغْنَيْتُهُ لَأَفْسَدْتُ عَلَيْهِ دِينَهُ"


Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang tidak baik baginya kecuali hanya diberi kekayaan; dan seandainya kujadikan dia fakir, niscaya kefakirannya itu akan merusak agamanya.

Dan sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang tidak baik baginya kecuali hanya diberi kefakiran; seandainya Kujadikan dia kaya, tentulah kekayaan itu akan merusak agamanya. Adapun firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا}


Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28) Yaitu sesudah manusia putus harapan dari turunnya hujan, maka hujan diturunkan kepada mereka di saat mereka sangat memerlukannya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:


{وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ يُنزلَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ}


Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (Ar-Rum: 49) Firman Allah Swt.:


{وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ}


dan menyebarkan rahmat-Nya. (Asy-Syura: 28) Artinya meluberkan rahmat-Nya kepada semua penduduk negeri yang disiraminya segala sesuatu yang ada di kawasan itu melalui hujan tersebut. Qatadah mengatakan,

telah diceritakan kepada kami bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Khalifah Umar ibnul Khattab r.a, "Hai Amirul Mu’minin, hujan telah lama tidak turun dan manusia berputus asa dari turunnya hujan." Maka Umar r.a.

menjawab, "Kalian sebentar lagi akan diberi hujan," lalu ia membaca firman-Nya: Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya.


{وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ}


Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (Asy-Syura: 28) Dialah Yang Mengatur makhluk-Nya terhadap apa yang bermanfaat bagi mereka untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat mereka, dan Dia Maha Terpuji akibatnya dalam semua apa yang telah ditetapkan dan dilakukan-Nya.

Surat Asy-Syura |42:26|

وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ وَالْكَافِرُونَ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ

wa yastajiibullażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati wa yaziiduhum min fadhlih, wal-kaafiruuna lahum 'ażaabun syadiid

dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang yang ingkar akan mendapat azab yang sangat keras.

And He answers [the supplication of] those who have believed and done righteous deeds and increases [for] them from His bounty. But the disbelievers will have a severe punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia memperkenankan doa orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh) maksudnya, Dia mengabulkan apa yang mereka minta (dan menambah kepada mereka)

maksudnya, Allah menambah kepada mereka (dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 26 |

penjelasan ada di ayat 25

Surat Asy-Syura |42:27|

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

walau basathollaahur-rizqo li'ibaadihii labaghou fil-ardhi wa laakiy yunazzilu biqodarim maa yasyaaa`, innahuu bi'ibaadihii khobiirum bashiir

Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.

And if Allah had extended [excessively] provision for His servants, they would have committed tyranny throughout the earth. But He sends [it] down in an amount which He wills. Indeed He is, of His servants, Acquainted and Seeing.

Tafsir
Jalalain

(Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya) semuanya (tentulah mereka akan melampaui batas) semuanya akan melampaui batas;

tentulah mereka akan berlaku sewenang-wenang (di muka bumi, tetapi Allah menurunkan) dapat dibaca Yunazzilu atau Yunzilu, yakni menurunkan rezeki-Nya

(apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran) maka Dia melapangkan rezeki itu kepada sebagian hamba-hamba-Nya, sedangkan yang lainnya tidak; dan timbulnya sikap melampaui batas ini dari melimpahnya rezeki.

(Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 27 |

penjelasan ada di ayat 25

Surat Asy-Syura |42:28|

وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ ۚ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ

wa huwallażii yunazzilul-ghoiṡa mim ba'di maa qonathuu wa yansyuru roḥmatah, wa huwal-waliyyul-ḥamiid

Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.

And it is He who sends down the rain after they had despaired and spreads His mercy. And He is the Protector, the Praiseworthy.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah Yang menurunkan hujan) yakni air hujan (sesudah mereka berputus asa) putus harapan dari turunnya hujan (dan menyebarkan rahmat-Nya) maksudnya,

menyebarkan hujan yang diturunkan-Nya. (Dan Dialah Yang Maha Pelindung) yang berbuat baik kepada orang-orang Mukmin (lagi Maha Terpuji) di kalangan orang-orang beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 28 |

penjelasan ada di ayat 25

Surat Asy-Syura |42:29|

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ

wa min aayaatihii kholqus-samaawaati wal-ardhi wa maa baṡṡa fiihimaa min daaabbah, wa huwa 'alaa jam'ihim iżaa yasyaaa`u qodiir

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila Dia kehendaki.

And of his signs is the creation of the heavens and earth and what He has dispersed throughout them of creatures. And He, for gathering them when He wills, is competent.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan) menciptakan (apa yang Dia sebarkan) Dia sebar ratakan

(pada keduanya, yaitu berupa makhluk yang melata) pengertian Ad-Dabbah ialah makhluk yang menempati bumi, yaitu manusia dan lain-lainnya. (Dan Dia untuk mengumpulkan semuanya)

mengumpulkan semua makhluk untuk dihadapkan kepada-Nya (Maha Kuasa jika dikehendaki-Nya) Dhamir Hum yang terdapat pada lafal Jam'ihim lebih memprioritaskan makhluk yang berakal daripada makhluk lainnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 29 |

Tafsir ayat 29-31

Firman Allah Swt.:


{وَمِنْ آيَاتِهِ}


Dan di antara tanda-tanda-Nya. (Asy-Syura: 29) Yang menunjukkan akan kebesaran dan kekuasaan-Nya yang besar serta pengaruh-Nya yang mengalahkan segalanya.


{خَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا}


ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang Dia sebarkan pada keduanya. (Asy-Syura: 29) Yakni Dia penuhi langit dan bumi dengan makhluk-makhluk itu.


{مِنْ دَابَّةٍ}


berupa makhluk yang melata. (Asy-Syura: 29) Hal ini mencakup malaikat, manusia, jin, dan semua hewan yang beraneka ragam bentuk, warna kulit, bahasa, watak, dan jenisnya; Allah Swt. telah menyebarkan mereka di seluruh kawasan langit dan bumi.


{وَهُوَ} مَعَ هَذَا كُلِّهِ {عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ}


Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (Asy-Syura: 29) Yaitu sekalipun semuanya tersebar di seantero langit dan bumi, Dia Mahakuasa mengumpulkan mereka kelak di hari kiamat

mulai dari yang awal hingga yang terakhir dan semua makhluk dihimpunkan-Nya di suatu lapangan; suara penyeru terdengar oleh mereka dan semuanya dapat terlihat oleh mata, lalu Allah memutuskan hukum di kalangan mereka dengan hukum-Nya Yang Mahaadil lagi Mahabenar. Firman Allah Swt.:


{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ}


Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. (Asy-Syura: 30) Yakni betapapun kamu, hai manusia, tertimpa musibah, sesungguhnya itu hanyalah karena ulah keburukan kalian sendiri yang terdahulu.


{وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ}


Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura: 30) Maksudnya, keburukan-keburukanmu. Maka Dia tidak membalaskannya terhadap kalian, bahkan Dia memaafkannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ}


Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun. (Fathir: 45) Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti berikut:


"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَب وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزَن، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا"


Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, tiada sesuatu pun yang menimpa seorang mukmin berupa kelelahan, kepayahan, kesusahan, dan tidak (pula) kesedihan melainkan Allah menghapuskan

darinya berkat musibahnya itu sebagian dari kesalahan-kesalahan (dosa-dosa)nya, sehingga yang berupa duri yang menusuk (kaki)nya.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا ابْنُ عُليَّة، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ قَالَ: قَرَأْتُ فِي كِتَابِ أَبِي قِلابَةَ قَالَ: نَزَلَتْ: {فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ} [الزَّلْزَلَةِ:7، 8] وَأَبُو بَكْرٍ يَأْكُلُ، فَأَمْسَكَ وَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي لَرَاءٍ مَا عَمِلْتُ مِنْ خَيْرٍ وَشَرٍّ؟ فَقَالَ: "أَرَأَيْتَ مَا رَأَيْتَ مِمَّا تَكْرَهُ، فَهُوَ مِنْ مَثَاقِيلِ ذَرّ الشَّرِّ، وَتُدَّخَرُ مَثَاقِيلُ الْخَيْرِ حَتَّى تُعْطَاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ" قَالَ: قَالَ أَبُو إِدْرِيسَ: فَإِنِّي أَرَى مِصْدَاقَهَا فِي كِتَابِ اللَّهِ: {وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ}


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub yang mengatakan bahwa ia membaca di dalam kitab Abu Qilabah

yang menyebutkan bahwa ayat berikut, yaitu firman Allah Swt.: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun,

niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (Az-Zalzalah: 7-8) Diturunkan saat Abu Bakar r.a. sedang makan, lalu ia menghentikan makannya dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku selalu mengetahui apa

yang aku kerjakan berupa kebaikan atau keburukan." Rasulullah Saw. menjawab: Tidakkah engkau melihat apa yang engkau lihat berupa perkara yang tidak kamu sukai (menimpa dirimu) itu merupakan beban dari sezarrah keburukan,

kemudian dimasukkan ke dalam timbangan kebaikan, hingga engkau mendapatkannya di hari kiamat nanti. Lalu disebutkan Abu Idris pernah mengatakan, bahwa ia melihat hal yang semakna yang menguatkannya di dalam Kitabullah,

yaitu melalui firman-Nya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura: 30)

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Abu Qilabah, dari sahabat Anas r.a. Ia mengatakan bahwa hadis yang pertama adalah yang paling sahih.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ الطَّبَّاعِ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الفَزَاري، حَدَّثَنَا الْأَزْهَرُ بْنُ رَاشِدٍ الْكَاهِلِيُّ، عَنِ الخَضْر بْنِ القَوَّاس الْبَجْلِيِّ، عَنْ أَبِي سُخَيْلَةَ عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلِ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَحَدَّثَنَا بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: {وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ} . وَسَأُفَسِّرُهَا لَكَ يَا عَلِيُّ: "مَا أَصَابَكُمْ مِنْ مَرَضٍ أَوْ عُقُوبَةٍ أَوْ بَلَاءٍ فِي الدُّنْيَا، فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَاللَّهُ تَعَالَى أَحْلَمُ مِنْ أَنْ يُثَنِّى عَلَيْهِ الْعُقُوبَةَ فِي الْآخِرَةِ، وَمَا عَفَا اللَّهُ عَنْهُ فِي الدُّنْيَا فَاللَّهُ تَعَالَى أَكْرَمُ مِنْ أَنْ يَعُودَ بَعْدَ عَفْوِهِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa ibnut Tabba', telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah Al-Fazzari,

telah menceritakan kepada kami Al-Azhar ibnu Rasyid Al-Kahili, dari Al-Khadir ibnul Qawwas Al-Bajali, dari Abu Sakhilah, dari Ali r.a. yang mengatakan, "Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang suatu ayat dalam Kitabullah

yang paling afdal yang telah diceritakan kepada kami oleh Rasulullah Saw, yaitu firman-Nya: 'Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar

(dari kesalahan-kesalahanmu)' (Asy-Syura: 30) Lalu Rasulullah Saw. bersabda, 'Hai Ali, aku akan menafsirkannya kepadamu: Apa saja yang menimpa kamu berupa sakit atau siksaan atau musibah di dunia,

maka dikarenakan ulah tanganmu sendiri, dan Allah Swt. Maha Penyantun dari menduakalikan siksaan-Nya di akhirat nanti. Dan apa yang dimaafkan oleh Allah di dunia, maka Allah Swt. Mahamulia dari mengulanginya

sesudah memaafkannya'.”Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Marwan ibnu Mu'awiyah dan Abdah, dari Sakhilah yang menceritakan bahwa Ali r.a. pernah mengatakan, lalu disebutkan hal yang semisal secara marfu'.

Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari jalur lain secara mauquf. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu Muzahim,

telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu Abul Waddah, dari Abul Hasan, dari Abu Juhaifah yang menceritakan bahwa ia masuk menemui sahabat Ali ibnu Abu Talib r.a, lalu Ali r.a. berkata, "Maukah aku ketengahkan kepada kamu

sekalian suatu hadis yang dianjurkan bagi orang mukmin untuk menghafalnya?" Kemudian mereka memintanya untuk mengetengahkannya, maka Ali membaca firman Allah Swt.: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu,

maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura: 30) Lalu Ali r.a. berkata, bahwa apa saja yang telah dijatuhkan oleh Allah sebagai hukuman di dunia,

maka Allah Maha Penyantun dari menduakalikan hukuman-Nya kelak di hari kiamat. Dan apa saja yang telah dimaafkan oleh Allah di dunia, maka Allah Mahamulia dari mengulangi pemaafan-Nya di hari kiamat nanti.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا طَلْحَةُ -يَعْنِي ابْنَ يَحْيَى-عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ مُعَاوِيَةَ-هُوَ ابْنُ أَبِي سُفْيَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ فِي جَسَدِهِ يُؤْذِيهِ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Talhah (yakni Ibnu Yahya), dari Abu Burdah, dari Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan r.a. yang mengatakan bahwa

aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tiada sesuatu pun yang menimpa diri seorang mukmin pada jasadnya yang membuatnya kesakitan, melainkan Allah meng­hapuskan karenanya sebagian dari keburukan-keburukannya.


قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا كَثُرَتْ ذُنُوبُ الْعَبْدِ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ مَا يُكَفِّرُهَا، ابْتَلَاهُ اللَّهُ بالحَزَنِ لِيُكَفِّرَهَا"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan, dari Zaidah, dari Laits, dari Mujahid, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila dosa seorang hamba banyak,

sedangkan dia tidak memiliki sesuatu sebagai penghapusnya (kifaratnya), maka Allah mengujinya dengan kesedihan untuk menghapuskan dosa-dosanya itu. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Amr ibnu Abdullah Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Ismail ibnu Muslim, dari Al-Hasan Al Basri yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu,

maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura: 30) Bahwa ketika ayat ini diturunkan, Rasulullah Saw. bersabda:


"وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، مَا مِنْ خَدْش عُودٍ، وَلَا اخْتِلَاجِ عِرْقٍ، وَلَا عَثْرة قَدَمٍ، إِلَّا بِذَنْبٍ وَمَا يَعْفُو اللَّهُ عَنْهُ أَكْثَرُ"


Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman)-Nya, tiada suatu lecet pun karena kayu dan tiada pula terkilirnya urat dan tiada pula tersandungnya telapak kaki melainkan karena perbuatan dosa, dan apa yang dimaafkan

oleh Allah dari (penderita) nya adalah lebih banyak. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari mansur,

dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain r.a. yang mengatakan bahwa salah seorang muridnya menemuinya, sedangkan Imran ibnu Husain saat itu sedang terkena cobaan penyakit pada tubuhnya. Lalu sebagian dari murid-muridnya

mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya kami merasa sedih dengan apa yang kami lihat menimpa dirimu." Maka Imran ibnu Husain menjawab, "Janganlah kamu bersedih hati melihat diriku seperti ini, karena sesungguhnya

apa yang kamu lihat ini karena suatu dosa, sedangkan apa yang dimaafkan oleh Allah jauh lebih banyak (daripada dosa itu)." Kemudian Imran ibnu Husain r.a. membaca firman-Nya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu,

maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. (Asy-Syura: 30) Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid Al-Hamami,

telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abul Bilad yang mengatakan bahwa ia pernah membacakan firman berikut kepada Al-Ala ibnu Badr, yaitu: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan

oleh perbuatan tanganmu sendiri. (Asy-Syura: 30) Dan ia mengatakan bahwa matanya telah buta sejak ia masih kanak-kanak. Maka Al-Ala ibnu Badr menjawab, "Itu karena dosa-dosa kedua orang tuamu."

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Abdul Aziz ibnu Abu Daud, dari Ad-Dahhak

yang mengatakan bahwa tiadalah yang kami ketahui bila ada seseorang telah hafal Al-Qur'an, kemudian ia lupa melainkan karena suatu dosa yang dilakukannya. Kemudian ia membaca firman Allah Swt.:

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahanmu) (Asy-Syura: 30) Kemudian Ad-Dahhak mengatakan bahwa maka adakah musibah yang lebih besar lagi daripada melupakan Al-Qur'an?

Surat Asy-Syura |42:30|

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

wa maaa ashoobakum mim mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya'fuu 'ang kaṡiir

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).

And whatever strikes you of disaster - it is for what your hands have earned; but He pardons much.

Tafsir
Jalalain

(Dan apa saja yang telah menimpa kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang mukmin (berupa musibah) berupa malapetaka dan kesengsaraan

(maka adalah karena perbuatan tangan kalian sendiri) artinya, sebab dosa-dosa yang telah kalian lakukan sendiri. Diungkapkan bahwa dosa-dosa tersebut dikerjakan oleh tangan mereka,

hal ini mengingat, bahwa kebanyakan pekerjaan manusia itu dilakukan oleh tangan (dan Allah memaafkan sebagian besar) dari dosa-dosa tersebut, karena itu Dia tidak membalasnya.

Dia Maha Mulia dari menduakalikan pembalasan-Nya di akhirat. Adapun mengenai musibah yang menimpa kepada orang-orang yang tidak berdosa di dunia, dimaksudkan untuk mengangkat derajatnya di akhirat kelak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 30 |

penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syura |42:31|

وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ ۖ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

wa maaa antum bimu'jiziina fil-ardh, wa maa lakum min duunillaahi miw waliyyiw wa laa nashiir

Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari siksaan Allah) di bumi, dan kamu tidak memperoleh pelindung atau penolong selain Allah.

And you will not cause failure [to Allah] upon the earth. And you have not besides Allah any protector or helper.

Tafsir
Jalalain

(Dan kalian tidak dapat) hai orang-orang musyrik (melepaskan diri) melarikan diri dari azab Allah (di muka bumi) maksudnya, kalian tidak akan dapat meloloskan diri dan menghindar dari azab-Nya itu

(dan kalian tidak memperoleh selain Allah) (seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong) yang dapat menolak azab Allah dari kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 31 |

penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syura |42:32|

وَمِنْ آيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ

wa min aayaatihil-jawaari fil-baḥri kal-a'laam

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.

And of His signs are the ships in the sea, like mountains.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal) atau perahu-perahu yang dapat berlayar (di laut seperti gunung-gunung) artinya, mirip seperti bukit-bukit dalam besarnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 32 |

Tafsir ayat 32-35

Allah Swt. berfirman bahwa termasuk di antara tanda-tanda yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah Swt. yang cemerlang dan pengaruh-Nya yang besar ialah Dia telah menundukkan laut untuk dapat dijadikan sebagai jalan

bagi bahtera dengan seizin-Nya. Yang dimaksud dengan ungkapan al-fulk ialah bahtera-bahtera yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Al-Hasan, As-Saddi, dan Ad-Dahhak,

bahwa bahtera-bahtera tersebut yang ada di laut pemandangannya bagaikan gunung-gunung di daratan.


{إِنْ يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ}


Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin. (Asy-Syura: 33) Yakni angin yang bertiup di laut yang membawa bahtera bergerak. Seandai-Nya Allah menghendaki, bisa saja Dia menghentikan tiupan angin itu

sehingga bahtera-bahtera itu tidak dapat bergerak, bahkan diam saja, tidak dapat maju dan tidak dapat mundur, bahkan diam saja mengapung di tengah laut.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur. (Asy-Syura: 33) Sabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan penderitaan.

Dan sesungguhnya laut yang telah ditundukkan dan angin yang telah ditiupkan sesuai dengan keperluan mereka dalam perjalanannya di laut, benar-benar terkandung bukti-bukti yang menunjukkan kepada nikmat Allah yang Dia berikan kepada makhluk-Nya. Firman Allah Swt.:


{لِكُلِّ صَبَّارٍ}


bagi setiap orang yang banyak bersabar. (Asy-Syura: 33) dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan serta cobaan.


{شَكُورٍ}


dan banyak bersyukur. (Asy-Syura: 33) bilamana dalam keadaan makmur dan senang. Firman Allah Swt.:


{أَوْ يُوبِقْهُنَّ بِمَا كَسَبُوا}


atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka. (Asy-Syura: 34) Yakni seandainya Allah menghendaki, tentu Dia dapat membinasakan perahu-perahu itu, lalu menenggelamkannya disebabkan dosa yang dilakukan oleh para pemiliknya yang sedang menaikinya.


{وَيَعْفُ عَنْ كَثِيرٍ}


atau Dia memberi maaf sebagian besar (dari mereka). (Asy-Syura: 34) Yaitu sebagian besar dari dosa-dosa mereka; dan seandainya Allah meng­hukum mereka berdasarkan semua dosa yang dilakukan mereka,

tentulah Dia akan membinasakan semua orang yang memakai jalan laut. Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya karena perbuatan mereka. (Asy-Syura: 34)

Seandainya Allah menghendaki, tentulah Dia mengirimkan angin yang kuat tiupannya dan melanda kapal-kapal itu sehingga menyimpang dari tujuannya. Dan angin itu mengombang-ambingkannya ke arah kanan dan ke arah kiri

tanpa tujuan, menyimpang jauh dari arah yang di tujuanya. Pendapat ini mengandung pengertian bahwa perahu-perahu itu pada akhirnya hancur dan tenggelam, semakna dengan pendapat yang sebelumnya.

Dan kebalikan dari pendapat yang pertama, yang mengatakan bahwa senadainya Allah menghendaki, tentu Dia menjadikan angin itu tidak bertiup sehingga perahu-perahu itu tidak dapat bergerak. Atau bila Dia menghendaki,

dapat saja meniupkan angin yang sangat kuat sehingga mengombang-ambingkannya dan menenggelamkannya serta membinasa­kan para penumpangnya. Akan tetapi, berkat kelembutan dan rahmat Allah Swt.

kepada hamba-hamba-Nya, Dia meniupkan angin menurut kadar yang diperlukan, sebagaimana Dia menurunkan hujan menurut kadar yang secukupnya. Seandainya Dia menurunkan hujan yang banyak sekali,

niscaya akan robohlah semua bangunan; atau bila hujan diturunkan sedikit kurang dari yang diperlukan, niscaya tidak akan dapat tumbuhlah tanam-tanaman dan pepohonan. Sebagai gambaran tentang kelembutan dan rahmat-Nya

ialah Dia mengirimkan ke negeri —seperti Mesir— air kiriman dari negeri lain, karena penduduk Mesir tidak memerlukan hujan. Seandainya Dia menurunkan hujan kepada mereka, tentulah banyak bangunan yang ambruk dan tembok-tembok rumah penduduknya banyak yang runtuh. Firman Allah Swt.:


{وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ}


Dan supaya orang-orang yang membantah ayat-ayat (kekuasaan) Kami mengetahui bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan keluar (dari siksaan). (Asy-Syura: 35)

Artinya, tiada jalan selamat bagi mereka dari siksaan Kami, karena sesungguhnya mereka dikalahkan oleh kekuasaan Kami.

Surat Asy-Syura |42:33|

إِنْ يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهْرِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

iy yasya` yuskinir-riiḥa fa yazhlalna rowaakida 'alaa zhohrih, inna fii żaalika la`aayaatil likulli shobbaarin syakuur

Jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah (kapal-kapal) itu terhenti di permukaan laut. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur,

If He willed, He could still the wind, and they would remain motionless on its surface. Indeed in that are signs for everyone patient and grateful.

Tafsir
Jalalain

(Jika Dia menghendaki Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu) sehingga jadilah kapal-kapal itu (terhenti) diam tidak dapat melaju

(di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur)

yang dimaksud adalah orang mukmin, dia dapat bersabar di kala tertimpa musibah dan bersyukur di kala hidup senang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 33 |

penjelasan ada di ayat 32

Surat Asy-Syura |42:34|

أَوْ يُوبِقْهُنَّ بِمَا كَسَبُوا وَيَعْفُ عَنْ كَثِيرٍ

au yuubiq-hunna bimaa kasabuu wa ya'fu 'ang kaṡiir

atau (Dia akan) menghancurkan kapal-kapal itu karena perbuatan (dosa) mereka, dan Dia memaafkan banyak (dari mereka),

Or He could destroy them for what they earned; but He pardons much.

Tafsir
Jalalain

(Atau kapal-kapal itu dibinasakan-Nya) lafal ayat ini di'athafkan kepada Yuskin artinya, atau Dia menenggelamkan kapal-kapal itu berikut para penumpang dan apa yang dimuatnya,

yaitu dengan menimbulkan angin badai (karena perbuatan mereka) disebabkan dosa-dosa yang dilakukan oleh para penumpangnya (atau Dia memberi maaf sebagian besar) dari dosa-dosa itu, yang karenanya Dia tidak menenggelamkan para pelakunya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 34 |

penjelasan ada di ayat 32

Surat Asy-Syura |42:35|

وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ

wa ya'lamallażiina yujaadiluuna fiii aayaatinaa, maa lahum mim maḥiish

dan agar orang-orang yang membantah tanda-tanda (kekuasaan) Kami mengetahui bahwa mereka tidak akan memperoleh jalan keluar (dari siksaan).

And [that is so] those who dispute concerning Our signs may know that for them there is no place of escape.

Tafsir
Jalalain

(Dan supaya mengetahui) lafal ayat ini kalau dibaca Rafa' berarti merupakan jumlah Isti'naf atau kalimat baru, kalau dibaca Nashab berarti di'athafkan kepada Ta'lil

yang diperkirakan keberadaannya, yaitu; Dia menenggelamkan mereka sebagai pembalasan dari-Nya kepada mereka, dan supaya mengetahui

(orang-orang yang membantah ayat-ayat Kami, bahwa mereka sekali-kali tidak akan memperoleh jalan keluar) maksudnya, tempat untuk melarikan diri dari azab Kami.

Jumlah Nafi atau lafal Ma Lahum Min Mahiish menduduki tempat dua Maf'ul bagi lafal Ya'lama. Sedangkan Nafinya sendiri di-mu'allaqkan dari amalnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 35 |

penjelasan ada di ayat 32

Surat Asy-Syura |42:36|

فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

fa maaa uutiitum min syai`in fa mataa'ul-ḥayaatid-dun-yaa, wa maa 'indallohi khoiruw wa abqoo lillażiina aamanuu wa 'alaa robbihim yatawakkaluun

Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,

So whatever thing you have been given - it is but [for] enjoyment of the worldly life. But what is with Allah is better and more lasting for those who have believed and upon their Lord rely

Tafsir
Jalalain

(Maka apa yang diberikan kepada kalian) khithab ayat ini ditujukan kepada orang-orang mukmin dan lain-lainnya (berupa sesuatu) dari perhiasan duniawi

(itu adalah kenikmatan hidup di dunia) untuk dinikmati kemudian lenyap sesudah itu (dan yang ada pada sisi Allah) berupa pahala (lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman

dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal) kemudian di'athafkan kepadanya ayat berikut ini, yaitu:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 36 |

Tafsir ayat 36-39

Allah Swt. berfirman, menggambarkan kecilnya urusan duniawi dan perhiasannya serta segala sesuatu yang ada pada dunia berupa kegemer­lapan perhiasannya dan semua kesenangannya yang fana itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا}


Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu, itu adalah kesenangan hidup di dunia. (Asy-Syura: 36) Maksudnya, apa pun yang kamu hasilkan dan kamu kumpulkan, janganlah kamu teperdaya olehnya, karena sesungguhnya itu

adalah kesenangan hidup di dunia, sedangkan dunia adalah negeri yang fana dan pasti akan lenyap lagi tiada artinya dibandingkan dengan kesenangan di akhirat.


{وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى}


dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal. (Asy-Syura: 36) Yakni pahala Allah Swt. lebih baik daripada dunia, karena pahala Allah kekal dan selama-lamanya. Maka janganlah kamu mendahulukan yang fana dengan melalaikan yang kekal. Dalam firman berikutnya disebutkan:


{لِلَّذِينَ آمَنُوا}


bagi orang-orang yang beriman. (Asy-Syura: 36) Yaitu bagi orang-orang yang bersabar dalam meninggalkan kesenangan duniawi.


{وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}


dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. (Asy-Syura: 36) Yakni ketawakalan mereka benar-benar dapat membantu mereka bersabar dalam menunaikan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan. Dan dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ}


dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji. (Asy-Syura: 37) Penjelasan mengenai dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji telah diterangkan di dalam tafsir'surat Al-A'raf.


{وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ}


dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf. (Asy-Syura: 37) Watak mereka adalah pemaaf dan penyantun terhadap orang lain, dan bukan termasuk watak mereka sifat pendendam.

Di dalam hadis sahih telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. belum pernah sama sekali marah karena pribadinya, melainkan bilamana hal-hal yang diharamkan oleh Allah dilanggar. Di dalam hadis lain disebutkan, bahwa beliau Saw. :


"كَانَ يَقُولُ لِأَحَدِنَا عِنْدَ الْمَعْتَبَةِ: مَا لَهُ؟ تَرِبَتْ جَبِينُهُ"


apabila menegur seseorang dari kami (para sahabat) mengatakan: Mengapa dia, semoga dia mendapat keberuntungan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Ibnu Abu Zar, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Zaidah, dari Mansur, dari Ibrahim, bahwa dahulu orang-orang mukmin tidak senang bila dihina dan mereka selalu memaaf apabila dikhianati. Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ}


Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya. (Asy-Syura: 38) Yakni mereka mengikuti rasul-rasul Allah dan taat kepada perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.


{وَأَقَامُوا الصَّلاةَ}


dan mendirikan salat. (Asy-Syura: 38) Salat adalah ibadah yang paling besar.


{وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ}


sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka. (Asy-Syura: 38) Artinya, mereka tidak pernah memutuskan sesuatu urusan melainkan terlebih dahulu mereka musyawarahkannya di antara sesamanya

agar masing-masing dari mereka mengemukakan pendapatnya. Seperti dalam menghadapi urusan perang dan lain sebagainya yang penting, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ}


dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (Ali Imran: 159) hingga akhir ayat. Karena itulah Rasulullah Saw. selalu bermusyawarah dengan para sahabat saat menghadapi peperangan dan urusan penting lainnya,

sehingga dengan demikian hati mereka merasa senang dan lega. Hal yang sama telah dilakukan oleh Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. saat menjelang ajalnya karena tertusuk, ia menjadikan urusan kekhalifahan sesudahnya

agar dimusyawarahkan di antara sesama mereka untuk memilih salah seorang dari enam orang berikut, yaitu Usman, Ali, Talhah, Az-Zubair, Sa'd, dan Abdur Rahman ibnu Auf; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.

Maka akhirnya pendapat semua sahabat sepakat menunjuk sahabat Usman ibnu Affan r.a. sebagai khalifah sesudah Umar r.a.


{وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}


dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Asy-Syura: 38) Yang demikian itu terealisasi dengan berbuat kebaikan kepada makhluk Allah yang paling dekat dengan mereka dari kalangan keluarga mereka, lalu berikutnya adalah orang-orang yang dekat dengan mereka. Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ}


Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri. (Asy-Syura: 39) Yakni mereka mempunyai kekuatan untuk membela diri dari orang-orang yang berbuat aniaya dan memusuhi mereka.

Mereka bukanlah orang-orang yang lemah, bukan pula orang-orang yang hina, bahkan mereka mempunyai kemampuan untuk membalas perbuatan orang-orang yang berlaku kelewat batas terhadap diri mereka.

Sekalipun sifat mereka demikian, mereka selalu memberi maaf (yakni gemar memberi maaf), walaupun mereka mampu untuk membalas. Seperti halnya yang dikatakan oleh Nabi Yusuf a.s. kepada saudara-saudaranya yang pernah hampir membunuhnya:


{لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ}


Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu). (Yusuf: 92) Padahal Yusuf a.s. mampu menghukum mereka dan membalas perbuatan mereka terhadap dirinya dengan balasan yang setimpal.

Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap delapan puluh orang yang berniat akan membunuhnya pada tahun Perjanjian Hudaibiyyah. Mereka turun dari Bukit Tan'im; dan setelah mereka dapat dikuasai,

maka Rasulullah Saw. memberi maaf dan membebaskan mereka, padahal beliau Saw. mampu menghukum mereka. Hal yang sama telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap Gauras ibnul Haris, ketika ia hendak membunuh beliau

saat pedang beliau dicabut, sedangkan beliau dalam keadaan tidur. Lalu beliau terbangun, sedangkan pedangnya telah berada di tangan Gauras dalam keadaan terhunus. Maka beliau Saw. membentaknya sehingga pedang itu terjatuh

dari tangannya, dan beliau memungut pedangnya. Kemudian beliau Saw. memanggil semua sahabatnya dan menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah dilakukan Gauras, dan beliau menceritakan kepada mereka bahwa

beliau telah memaafkannya. Rasulullah Saw. telah memaafkan pula perbuatan Labid ibnul A'sam yang telah menyihirnya; beliau tidak menangkapnya dan tidak pula mengecamnya, padahal beliau mampu untuk berbuat itu terhadapnya.

Beliau telah memaafkan seorang wanita Yahudi yang bernama Zainab (saudara perempuan Marhab, seorang Yahudi dari Khaibar yang telah dibunuh oleh Mahmud ibnu Salamah). Wanita itu telah meracuni kaki kambing yang disajikan

kepada Rasulullah Saw. pada hari Perang Khaibar. Lalu kaki kambing itu dapat berbicara dan menceritakan kepada beliau Saw. bahwa ada racun padanya. Maka beliau Saw. memanggil wanita Yahudi itu, dan ia mengakui perbuatannya.

Nabi Saw. menanyainya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Wanita itu menjawab, "Aku bermaksud ingin menguji. Jika engkau benar seorang nabi, maka racun itu tidak membahayakan dirimu.

Dan jika engkau bukan seorang nabi, maka kami akan terbebas darimu." Maka Nabi Saw. melepaskannya. Tetapi ketika Bisyr ibnul Barra r.a. mati karena racun itu (karena ia ikut memakannya bersama Rasulullah Saw.),

maka beliau Saw. menghukum mati wanita Yahudi itu. Hadis-hadis dan atsar-atsar yang menceritakan kejadian ini cukup banyak.

Surat Asy-Syura |42:37|

وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

wallażiina yajtanibuuna kabaaa`irol-iṡmi wal-fawaaḥisya wa iżaa maa ghodhibuu hum yaghfiruun

dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf,

And those who avoid the major sins and immoralities, and when they are angry, they forgive,

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji) yang mengharuskan pelakunya menjalani hukuman Hadd;

lafal ayat ini merupakan 'Athful Ba'dh 'Alal Kull (dan apabila mereka marah mereka memberi maaf) maksudnya, mereka selalu bersikap maaf.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 37 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Asy-Syura |42:38|

وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

wallażiinastajaabuu lirobbihim wa aqoomush-sholaata wa amruhum syuuroo bainahum wa mimmaa rozaqnaahum yunfiquun

dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,

And those who have responded to their lord and established prayer and whose affair is [determined by] consultation among themselves, and from what We have provided them, they spend.

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi orang-orang yang menerima seruan Rabbnya) yang mematuhi apa yang diserukan Rabbnya yaitu, mentauhidkan-Nya dan menyembah-Nya

(dan mendirikan sholat) memeliharanya (sedangkan urusan mereka) yang berkenaan dengan diri mereka (mereka putuskan di antara mereka dengan musyawarah)

memutuskannya secara musyawarah dan tidak tergesa-gesa dalam memutuskannya (dan sebagian dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka) atau sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka

(mereka menafkahkannya) untuk jalan ketaatan kepada Allah. Dan orang-orang yang telah disebutkan tadi merupakan suatu golongan kemudian golongan yang lainnya ialah;

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 38 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Asy-Syura |42:39|

وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ

wallażiina iżaaa ashoobahumul-baghyu hum yantashiruun

dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.

And those who, when tyranny strikes them, they defend themselves,

Tafsir
Jalalain

(Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan lalim) dizalimi (mereka membela diri) maksudnya membalas perlakuan zalim itu sesuai dengan kelaliman yang diterimanya, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 39 |

penjelasan ada di ayat 36

Surat Asy-Syura |42:40|

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

wa jazaaa`u sayyi`atin sayyi`atum miṡluhaa, fa man 'afaa wa ashlaḥa fa ajruhuu 'alalloh, innahuu laa yuḥibbuzh-zhoolimiin

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.

And the retribution for an evil act is an evil one like it, but whoever pardons and makes reconciliation - his reward is [due] from Allah. Indeed, He does not like wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa) kejahatan yang kedua ini dinamakan pula sebagai kejahatan bukan pembalasan,

karena jenis dan gambarannya sama dengan yang pertama. Hal ini tampak jelas di dalam masalah yang menyangkut kisas luka. Sebagian di antara para ahli fikih mengatakan,

bahwa jika ada seseorang mengatakan kepadamu, "Semoga Allah menghinakan kamu," maka pembalasan yang setimpal ialah harus dikatakan pula kepadanya, "Semoga Allah menghinakan kamu pula

(maka barang siapa memaafkan) orang yang berbuat lalim kepadanya (dan berbuat baik) yakni tetap berlaku baik kepada orang yang telah ia maafkan (maka pahalanya atas tanggungan Allah)

artinya, Allah pasti akan membalas pahalanya. (Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim) maksudnya Dia tidak menyukai orang-orang yang memulai berbuat lalim,

maka barang siapa yang memulai berbuat lalim dia akan menanggung akibatnya, yaitu siksaan dari-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 40 |

Tafsir ayat 40-43

Firman Allah Swt.:


{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا}


Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. (Asy-Syura: 40) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ}


Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadapmu. (Al-Baqarah: 194) Semakna pula dengan firman-Nya:


{وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ}


Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. (An-Nahl: 126), hingga akhir ayat. Maka keseimbangan merupakan hal yang disyariatkan,

yaitu hukum qisas, sedangkan yang lebih utama daripada itu hanyalah dianjurkan, yaitu memaafkan seperti yang disebutkan pula dalam ayat yang lain melalui firman Allah Swt.:


{وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ}


dan luka-luka (pun) ada qisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. (Al-Maidah: 45) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ}


Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, pahalanya atas (tanggungan) Allah. (Asy-Syura: 40) Artinya, hal tersebut tidak sia-sia di sisi Allah. Seperti apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih:


"وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا"


Tidak sekali-kali Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba dengan sifat pemaaf, melainkan kemuliaanlah (yang diperolehnya). Adapun firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ}


Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Asy-Syura: 40) Maksudnya, orang-orang yang bersikap melampaui batas, yaitu orang yang memulai permusuhan dan berbuat jahat. Kemudian dalam firman berikutnya di sebutkan:


{وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ}


Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. (Asy-Syura: 41) Tiada dosa atas mereka dalam melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang telah berbuat aniaya

terhadap dirinya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi', telah menceritakan kepada kami Muaz ibnu Mu'az, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun yang mengatakan bahwa

ia pernah bertanya tentang pembelaan diri yang terdapat di dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah ter­aniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. (Asy-Syura: 41)

Maka Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an menceritakan kepadanya sebuah hadis dari Ummu Muhammad, istri ayahnya. Ibnu Aun mengatakan bahwa mereka menduga Ummu Muhammad pernah masuk menemui Siti Aisyah r.a.

Lalu Siti Aisyah bercerita kepadanya, "Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk menemui kami, sedangkan di antara kami terdapat Zainab binti Jahsy r.a. Maka Nabi Saw. berisyarat dengan tangannya kepadaku, sedangkan beliau

tidak mengetahui bahwa di rumahku ada Zainab. Kemudian aku memberikan isyarat kepada Beliau Saw. bahwa ada Zainab hingga beliau mengetahui isyaratku, lalu beliau menghentikan isyaratnya." Tetapi rupanya Zainab

mengetahui hal itu, maka ia langsung mencaci Aisyah r.a. Rasulullah Saw. melarangnya, tetapi Zainab tetap terus mencaci Aisyah. Lalu Nabi Saw. bersabda kepada Aisyah, "Balas cacilah dia!" Kemudian aku (Aisyah)

mencacinya hingga aku dapat membungkamnya. Zainab pergi dan mendatangi Ali r.a, lalu mengadu kepadanya, "Sesungguhnya Aisyah telah mencacimu dan menjatuhkan namamu." Maka Fatimah r.a. datang, tetapi Nabi Saw.

bersabda kepadanya, "Sesungguhnya Aisyah adalah kekasih ayahmu, demi Tuhan yang memiliki Ka'bah." Akhirnya Fatimah pergi dan mengadu kepada suaminya bahwa sesungguhnya ia telah mengatakan hal tersebut kepada Nabi Saw,

tetapi Nabi Saw. menjawabnya dengan jawaban anu dan anu. Maka Ali datang kepada Nabi Saw, dan Nabi Saw. menerangkan duduk perkaranya kepada Ali. Demikianlah bunyi riwayat yangdikemukakan oleh Ibnu Aun,

tetapi Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an dalam riwayatnya sering mendatangkan hal-hal yang mungkar; ini menjadi kebiasaannya, dan riwayat ini mengandung hal yang mungkar. Riwayat yang sahih adalah yang berbeda dengan konteks ini

seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Khalid ibnu Salamah Al-Fa'fa, dari Abdullah Al-Bahi, dari Urwah yang menceritakan bahwa Siti Aisyah r.a. pernah mengatakan,

bahwa tanpa ia sadari dirinya memasuki rumah Zainab tanpa izin, saat itu Zainab sedang marah. Kemudian Zainab berkata kepada Rasulullah Saw.”Cukuplah bagimu bila kusingkapkan baju kurung anak perempuan Abu Bakar ini."

Lalu Zainab meluapkan emosinya kepadaku, tetapi aku berpaling darinya, hingga Rasulullah Saw. bersabda, "Hai kamu, belalah dirimu!" Akhirnya aku hadapi Zainab, hingga kulihat dia terbungkam tidak dapat menjawab

sepatah kata pun terhadapku, dan saat itu kulihat wajah Nabi Saw. cerah. Demikianlah menurut lafaz hadis yang diketengahkan oleh Imam Nasai.


قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ دَعَا عَلَى مَنْ ظَلَمَهُ فَقَدِ انْتَصَرَ".


Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Abu Hamzah, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Aisyah r.a.

yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang berdoa untuk (kemudaratan) orang yang telah menganiaya dirinya, maka sesungguhnya ia telah membela dirinya.

Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Abul Ahwas, dari Abu Hamzah yang nama aslinya Maimun. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan, "Kami tidak mengenal hadis ini kecuali melalui riwayatnya (Abu Hamzah), padahal mengenai hafalannya masih diragukan." Firman Allah Swt.:


{إِنَّمَا السَّبِيلُ}


Sesungguhnya dosa itu. (Asy-Syura: 42) Yakni dosa dan penderitaan.


{عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ}


atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. (Asy-Syura: 42) Yaitu memulai perbuatan aniaya terhadap orang lain, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis sahih yang menyebutkan:


"الْمُسْتَبَّانُ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَد الْمَظْلُومُ"


Kedua orang yang saling mencaci menurut apa yang dikatakan oleh masing-masing, sedangkan dosanya ditanggung oleh pihak yang memulainya, selama pihak yang teraniaya tidak melampaui batas. Adapun firman Allah Swt.:


{أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}


Mereka itu mendapat azab yang pedih. (Asy-Syura: 42) Yakni siksa yang sangat menyakitkan. Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami

Sa'id ibnu Zaid (saudara lelaki Hammad ibnu Zaid), telah menceritakan kepada kami Usman Asy-Syahham, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Wasi' yang mengatakan bahwa ia tiba di Mekah,

dan ia menjumpai di atas parit ada jembatan, lalu ia di tangkap dan dibawa menghadap kepada Marwan ibnul Muhallab yang saat itu menjabat sebagai amir (gubernur) di Basrah. Lalu Marwan bertanya, "Ada apakah keperluanmu,

hai Abu Abdullah?" Abu Abdullah (nama panggilan Muhammad ibnu Wasi') menjawab, "Keperluanku hanyalah menginginkan agar engkau seperti saudara Bani Addi bila engkau mampu.”Marwan bertanya, "Siapakah saudara Bani Addi

yang engkau maksud?" Abu Abdullah menjawab, "Dia adalah Al-Ala ibnu Ziyad. Dia pernah menugaskan seorang teman dekatnya untuk menjadi 'amil (pejabat), lalu ia berkirim surat kepada 'amil-nya yang isinya seperti berikut,

'Amma Ba'du, Jika engkau mampu untuk tidak menginap (tidur) kecuali dirimu dalam keadaan tanpa beban, perutmu kosong, dan tanganmu bersih dari darah kaum muslim dan harta mereka, lakukanlah.

Dan Jika engkau melakukan hal tersebut, berarti tidak ada dosa bagimu'." Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak.

Mereka itu mendapat azab yang pedih. (Asy-Syura: 42) Maka Marwan berkata, "Demi Allah, dia benar dan memberi nasihat." Marwan bertanya, "Hai Abu Abdullah, lalu apakah keperluanmu?" Abu Abdullah menjawab,

"Keperluanku ialah engkau biarkan aku berkumpul dengan keluargaku." Marwan menjawab, "Baiklah, aku izinkan." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Setelah mencela perbuatan aniaya

dan para pelakunya serta ditetapkan-Nya hukum qisas (pembalasan), lalu Allah Swt. menyerukan kepada (hamba-hamba-Nya) untuk memaaf dan mengampuni (kesalahan orang lain) melalui firman-Nya:


{وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ}


Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan. (Asy-Syura: 43) Yakni sabar dalam mengadapi gangguan yang menyakitkan dan memaafkan perbuatan buruk yang dilakukan terhadap dirinya.


{إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأمُورِ}


Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (Asy-Syura: 43) Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah hal tersebut benar-benar termasuk perkara yang benar

yang dianjurkan oleh Allah Swt. untuk dilakukan. Dengan kata lain, sifat memaafkan kesalahan orang lain itu merupakan sikap yang disyukuri dan perbuatan yang terpuji, pelakunya akan mendapat pahala yang berlimpah

dan pujian yang baik. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Musa At-Tartusi, telah menceritakan kepada kami Abdul Musammad ibnu Yazid

(pelayan Al-Fudail ibnu Iyad yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan, "Apabila datang kepada Anda seorang lelaki yang mengadu kepadamu perihal perbuatan seseorang terhadap dirinya,

maka katakanlah kepadanya, 'Hai saudaraku, maafkanlah dia, karena sesungguhnya sikap memaafkan itu lebih dekat kepada ketakwaan.' Dan jika dia mengatakan kepada Anda, 'Hatiku tidak kuat untuk memberi maaf,

tetapi aku akan membela diri sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt,' maka katakanlah kepadanya, 'jika engkau dapat membela diri, lakukanlah. Tetapi jika engkau tidak mampu, maka kembalilah ke jalan memaafkan,

karena sesungguhnya pintu memaafkan itu sangat luas. Dan barang siapa yang memaafkan serta berbuat baik, maka pahalanya ditanggung oleh Allah Swt. Orang yang memaaf tidur dengan tenang di pelaminannya di malam hari, sedangkan orang yang membela dirinya membalikkan permasalahan'."


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى -يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ الْقَطَّانَ-عَنِ ابْنِ عَجْلان، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ،عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا شَتَمَ أَبَا بَكْرٍ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْجَبُ وَيَتَبَسَّمُ، فَلَمَّا أَكْثَرَ رَدَّ عَلَيْهِ بَعْضَ قَوْلِهِ، فَغَضِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ، فَلَحِقَهُ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ كَانَ يَشْتُمُنِي وَأَنْتَ جَالِسٌ، فَلَمَّا رَدَدْتُ عَلَيْهِ بَعْضَ قَوْلِهِ غَضِبْتَ وَقُمْتَ! قَالَ: "إِنَّهُ كَانَ مَعَكَ مَلَكٌ يَرُدُّ عَنْكَ، فَلَمَّا رَدَدْتَ عَلَيْهِ بَعْضَ قَوْلِهِ حَضَرَ الشَّيْطَانُ، فَلَمْ أَكُنْ لِأَقْعُدَ مَعَ الشَّيْطَانِ". ثُمَّ قَالَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، ثَلَاثٌ كُلُّهُنَّ حَقٌّ، مَا مِنْ عَبْدٍ ظُلم بِمَظْلَمَةٍ فَيُغْضِي عَنْهَا لِلَّهِ، إِلَّا أَعَزَّ اللَّهُ بِهَا نَصْرَه، وَمَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ عَطِيَّةٍ يُرِيدُ بِهَا صِلَةً، إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ بِهَا كَثْرَةً، وَمَا فَتَحَ رَجُلٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ يُرِيدُ بِهَا كَثْرَةً، إِلَّا زَادَهُ اللَّهُ بِهَا قِلَّةً"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya (yakni Ibnu Sa'id Al-Qattan), dari Ibnu Ajlan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa

pernah ada seorang lelaki mencaci sahabat Abu Bakar r.a, sedangkan Nabi Saw. saat itu duduk, lalu Nabi Saw. hanya tersenyum dan merasa kagum. Tetapi ketika Abu Bakar r.a. membalas sebagian cacian

yang ditujukan terhadap dirinya, Nabi Saw. kelihatan marah, lalu bangkit. Maka Abu Bakar menyusulnya dan bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ketika dia mencaciku engkau tetap dalam keadaan duduk,

Tetapi ketika aku membalas caciannya, engkau kelihatan marah dan meninggalkan tempat duduk." Nabi Saw. menjawab: Sesungguhnya pada mulanya ada malaikat yang bersamamu membela dirimu.

Tetapi ketika engkau membalas terhadapnya sebagian dari caciannya (malaikat itu pergi) dan datanglah setan, maka aku tidak mau duduk bersama setan. Kemudian beliau Saw. bersabda pula: Hai Abu Bakar,

ada tiga perkara yang semuanya benar, yaitu tidak sekali-kali seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan, lalu ia menahan dirinya karena Allah, melainkan Allah akan memuliakannya dan menolongnya.

Dan tidak sekali-kali seorang lelaki membuka pintu pemberian dengan mengharapkan silaturahim, melainkan Allah Swt. makin menambah banyak (hartanya). Dan tidak sekali-kali seorang lelaki membuka pintu meminta-minta

karena ingin memperbanyak (hartanya), melainkan Allah Swt. makin menambah sedikit (hartanya). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Abdul A'la ibnu Hammad, dari Sufyan ibnu Uyaynah; Abu Daud mengatakan

bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh Safwan ibnu Isa yang keduanya (Sufyan dan Safwan) meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ajlan. Abu Daud telah meriwayatkan pula hadis ini melalui jalur Al-Laits, dari Sa'id Al-Maqbari,

dari Basyir ibnul Muharrar, dari Sa'id ibnul Musayyab secara mursal. Hadis ini sangat baik maknanya dan sesuai dengan akhlak As-Siddiq r.a.

Surat Asy-Syura |42:41|

وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَٰئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ

wa lamanintashoro ba'da zhulmihii fa ulaaa`ika maa 'alaihim min sabiil

Tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka.

And whoever avenges himself after having been wronged - those have not upon them any cause [for blame].

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya) sesudah ia menerima penganiayaan dari orang lain (tidak ada suatu dosa pun atas mereka) maksudnya, mereka tidak berdosa bila menuntut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 41 |

penjelasan ada di ayat 40

Surat Asy-Syura |42:42|

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

innamas-sabiilu 'alallażiina yazhlimuunan-naasa wa yabghuuna fil-ardhi bighoiril-ḥaqq, ulaaa`ika lahum 'ażaabun aliim

Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksaan yang pedih.

The cause is only against the ones who wrong the people and tyrannize upon the earth without right. Those will have a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat lalim kepada manusia dan melampaui batas) yaitu mereka mengerjakan hal-hal (di muka bumi tanpa hak)

mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. (Mereka itu mendapat azab yang pedih) yaitu azab yang menyakitkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syura | 42 : 42 |

penjelasan ada di ayat 40