Juz 8

Surat Al-Araf |7:46|

وَبَيْنَهُمَا حِجَابٌ ۚ وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ ۚ وَنَادَوْا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ۚ لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ

wa bainahumaa ḥijaab, wa 'alal-a'roofi rijaaluy ya'rifuuna kullam bisiimaahum, wa naadau ash-ḥaabal-jannati an salaamun 'alaikum, lam yadkhuluuhaa wa hum yathma'uun

Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada tabir dan di atas A´raaf (tempat yang tertinggi) ada orang-orang yang saling mengenal, masing-masing dengan tanda-tandanya. Mereka menyeru penghuni surga, "Salaamun ´alaikum" (salam sejahtera bagimu). Mereka belum dapat masuk, tetapi mereka ingin segera (masuk).

And between them will be a partition, and on [its] elevations are men who recognize all by their mark. And they call out to the companions of Paradise, "Peace be upon you." They have not [yet] entered it, but they long intensely.

Tafsir
Jalalain

(Dan di antara keduanya) yaitu antara para penghuni surga dan para penghuni neraka (ada batas) penghalang; menurut suatu pendapat batas itu berupa tembok vang diberi nama Al-A'raaf (di atas Al-A`raaf itu)

yakni nama tembok surga (ada orang-orang) yang amat tampan dan amat buruk rupanya, rupa mereka sama, artinya yang cantik sama cantiknya dan yang buruk sama pula buruknya, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadis

(yang mengenal masing-masing dari kedua golongan itu) penduduk surga dan neraka (dengan tanda-tanda mereka) ciri-ciri khas mereka,

yakni berbadan putih bagi orang-orang yang beriman dan berbadan hitam bagi orang-orang kafir, oleh sebab orang-orang yang di atas Al-A`raaf itu dapat langsung melihat kedua golongan itu

mengingat mereka berada di tempat yang tinggi. (Dan mereka menyeru penduduk surga, 'Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu.') Allah swt. berfirman, ('Mereka belum lagi memasukinya)

yakni para penghuni Al-A'raaf itu ke surga (sedangkan mereka ingin segera')" memasukinya. Hasan mengatakan, "Mereka tidak terdorong oleh rasa keinginan yang sangat melainkan karena memang Allah telah menghendakinya

untuk mereka." Dan Imam Hakim telah meriwayatkan dari Hudzaifah yang telah mengatakan, "Tatkala calon penghuni surga itu dalam keadaan demikian berada di Al-A'raaf,

kemudian Tuhanmu muncul di hadapan mereka seraya berfirman, 'Masuklah kamu sekalian ke dalam surga, sesungguhnya Aku telah mengampuni kamu.'"

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 46 |

Tafsir ayat 46-47

Setelah Allah menyebutkan dialog (pembicaraan) ahli surga dengan ahli neraka, lalu Allah mengingatkan bahwa di antara surga dan neraka terdapat batas, yaitu tembok tinggi yang menghalang-halangi ahli neraka untuk sampai ke surga.

Menurut Ibnu Jarir, yang dimaksud dengan hijab dalam ayat ini ialah tembok tinggi yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ}


Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat, dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. (Al-Hadid: 13)Inilah A'raf yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَعَلَى الأعْرَافِ رِجَالٌ}


dan di atas A'raf itu ada orang-orang. (Al-A'raf: 46)Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan berikut sanadnya dari As-Saddi, bahwa ia pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara keduanya

(penghuni surga dan neraka) ada batas. (Al-A'raf: 46) Yang dimaksud dengan hijab ialah tembok tinggi, yang juga disebut A'raf.Mujahid mengatakan bahwa A'raf ialah batas yang menghalang-halangi antara surga dan neraka,

yaitu berupa tembok tinggi yang mempunyai sebuah pintu.Ibnu Jarir mengatakan bahwa الْأَعْرَافُ adalah bentuk jamak dari' عُرْف yang artinya setiap tanah yang tinggi, menurut orang Arab disebut demikian.

Sesungguhnya jengger ayam jago dinamakan عُرْفًا karena ia berada di tempat yang paling tinggi.Telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Waki', telah mence­ritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Abdullah ibnu Abu Yazid

yang telah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa A'raf ialah sesuatu yang tinggi.As-Sauri meriwayatkan dari Jabir, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa A'raf ialah sebuah tembok yang paling tinggi,

sama seperti jenggernya ayam jago.Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas, A'raf adalah bentuk jamak, artinya sebuah tebing yang tinggi terletak di antara surga dan neraka. Di tempat itu disekap sejumlah manusia dari kalangan

orang-orang yang berdosa.Menurut riwayat yang lainnya lagi dari Ibnu Abbas, A'raf ialah sebuah tembok yang tinggi antara surga dan neraka. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang

dari kalangan ulama tafsir.As-Saddi mengatakan, dinamakan A'raf karena para penduduknya mengenal semua orang.Ungkapan ulama tafsir berbeda-beda sehubungan dengan penduduk A'raf ini, siapakah mereka itu sebenarnya?

Tetapi semua pendapat saling berdekatan pengertiannya yang bermuara kepada suatu pendapat, yaitu mereka adalah kaum-kaum yang amal kebaikan dan amal keburukannya sama. Demikianlah menurut apa yang telah dinaskan oleh Huzaifah,

Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf.Telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu' yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih:


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا النُّعْمَانُ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ، حَدَّثَنَا شَيْخٌ لَنَا يُقَالُ لَهُ: أَبُو عَبَّادٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمَّنِ اسْتَوَتْ حَسَنَاتُهُ وَسَيِّئَاتُهُ، فَقَالَ: "أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ، لَمْ يَدْخُلُوهَا وَهُمْ يَطْمَعُونَ".


telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami An-Nu'man ibnu Abdus Salam,

telah menceritakan kepada kami seorang guru kami yang dikenal dengan sebutan Abu Abbad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Uqail, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah ditanya mengenai orang yang amal kebaikan dan amal keburukannya sama. Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Mereka adalah penghuni A'rafi mereka tidak dapat memasuki surga,

padahal mereka sangat menginginkannya.Bila ditinjau dari segi ini, hadis ini berpredikat garib. Tetapi telah diriwayatkan melalui jalur lain:


عَنْ سَعِيدِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ أَبِي الْحُسَامِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ مُزَيْنَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَصْحَابِ الْأَعْرَافِ، فَقَالَ: "إِنَّهُمْ قَوْمٌ خَرَجُوا عُصَاةً بِغَيْرِ إِذَنْ آبَائِهِمْ، فَقُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ"


dari Sa'id ibnu Salamah, dari Abul Hisam, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Muzayyanah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai orang yang sama amal kebaikan

dan amal keburukannya, juga mengenai para penghuni A'raf. Maka Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Sesungguhnya mereka adalah suatu kaum yang berangkat (berperang di jalan Allah) dalam keadaan durhaka karena tanpa seizin orang tua-orang tua mereka, lalu mereka gugur di jalan Allah.


قَالَ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَر، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ شِبْل، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُزَنِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ "أَصْحَابِ الْأَعْرَافِ" فَقَالَ: "هُمْ نَاسٌ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِمَعْصِيَةِ آبَائِهِمْ، فَمَنَعَهُمْ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ مَعْصِيَةُ آبَائِهِمْ وَمَنَعَهُمُ النَّارَ قَتْلُهُمْ في سبيل الله".


Sa'id ibnu Mansur mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Syibl, dari Yahya ibnu Abdur Rahman Al-Muzani, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah ditanya mengenai para penghuni A'raf. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Mereka adalah orang-orang yang gugur di jalan Allah dalam keadaan durhaka terhadap orang tua-orang tua mereka. Maka mereka tidak dapat masuk surga

karena telah durhaka terhadap orang tua-orang tua mereka, dan mereka tidak dapat masuk neraka karena mereka telah gugur dalam membela jalan Allah.Ibnu Murdawaih, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui berbagai jalur

dari Abu Ma'syar dengan lafaz yang sama. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara marfu' melalui hadis Abu Sa'id Al-Khudri dan Ibnu Abbas. Hanya Allah yang lebih mengetahui kesahihan hadis-hadis marfu ini.

Tetapi yang lebih jelas semuanya itu berpredikat mauquf di dalamnya terkandung dalil mengenai apa yang telah kami sebutkan di atas.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Hasyim,

telah menceritakan kepada kami Husain, dari Asy-Sya'bi, dari Huzaifah, bahwa ia pernah ditanya mengenai penghuni A'raf. Maka ia menjawab bahwa mereka adalah kaum-kaum yang sama kebaikan dan keburukannya,

sehingga amal keburukannya mencegahnya untuk masuk surga, sedangkan amal kebaikannya menahannya hingga tidak masuk neraka. Huzaifah me­lanjutkan kisahnya, bahwa karena itulah mereka diberhentikan di atas tembok yang tinggi itu

untuk menunggu apa yang diputuskan oleh Allah kepada mereka.Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan keterangan yang lebih rinci daripada ini. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid,

telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq yang mengatakan bahwa Asy-Sya'bi pernah menceritakan, "Abdul Humaid ibnu Abdur Rahman mengirimkan utusannya kepadaku,

sedangkan saat itu di sisinya terdapat Abuz Zanad (yakni Abdullah ibnu Zakwan, maula orang-orang Quraisy). Tiba-tiba keduanya mem­bicarakan suatu pembicaraan mengenai penghuni A'raf tidak seperti apa yang disebutkan.

Maka saya berkata kepada keduanya, 'Jika kamu berdua suka, maka saya akan menceritakan kepada kalian mengenai apa yang pernah diceritakan oleh Huzaifah.' Keduanya menjawab, 'Ceritakanlah.' Saya mengatakan bahwa sesungguhnya

Huzaifah pernah menceritakan tentang penghuni A'raf; Huzaifah mengatakan, 'Mereka adalah suatu kaum yang diselamatkan oleh amal kebaikannya dari neraka, tetapi dihalang-halangi masuk surga oleh amal keburukannya.

' Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu ' (Al-A'raf: 47) Ketika mereka dalam keadaan demikian,

tiba-tiba Tuhanmu menjenguk mereka dan berfirman kepada mereka, 'Pergilah kalian dan masuklah kalian ke dalam surga, karena sesungguhnya Aku telah memberikan ampunan kepada kalian'."

Abdullah ibnul Mubarak meriwayatkan dari Abu Bakar Al-Huzali yang mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair pernah menceritakan hal tersebut dari Ibnu Mas'ud. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Kelak di hari kiamat manusia dihisab,

maka barang siapa yang amal kebaikannya lebih banyak satu tingkatan daripada amal keburukannya, maka ia masuk surga. Barang siapa yang amal keburukannya lebih banyak satu tingkat daripada amal kebaikannya, maka ia masuk neraka.

" Kemudian Ibnu Mas'ud membacakan firman-Nya: Barang siapa yang berat timbangan (kebaikannya. (Al-Mu’minun: 102), hingga akhir ayat berikutnya. Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa timbangan amal dapat menjadi berat dan ringan

hanya dengan sebiji buah sawi. Ibnu Mas'ud mengatakan pula, "Barang siapa yang amal kebaikannya sama dengan amal keburukannya, maka dia termasuk penghuni A'raf." Para penghuni A'raf diberhentikan di atas sirat,

karena itu mereka mengetahui ahli surga dan ahli neraka. Apabila mereka melihat kepada ahli surga, maka mereka mengatakan, "Salamun 'alaikum" Apabila mereka menolehkan pandangan mereka ke arah kiri mereka,

maka mereka melihat ahli neraka, lalu mereka mengatakan: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim. (Al-A'raf: 47) Mereka meminta perlindungan kepada Allah

agar jangan ditempatkan bersama ahli neraka. Ibnu Mas'ud mengatakan, "Adapun orang-orang yang mempunyai amal kebaikan, mereka diberi nur yang dengannya mereka dapat berjalan; nur itu menyinari bagian depan

dan sebelah kanan mereka. Pada hari itu setiap hamba diberi nur, demikian pula setiap umat. Tetapi apabila mereka sampai di sirat, maka Allah mencabut nur setiap orang munafik laki-laki dan perempuan. Ketika ahli surga melihat bahwa

mereka tidak bersua dengan orang-orang munafik, maka mereka berkata: Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami. (At-Tahrim: 8) Adapun penghuni A'raf, nur (cahaya) mereka tidak dicabut dari mereka dan masih tetap berada

di hadapan mereka. Maka di tempat itulah Allah Swt. menyebutkan keadaannya melalui firman-Nya: Mereka belum lagi memasukinya, sedangkan mereka ingin segera (memasukinya). (Al-A'raf: 46) Mereka hanya mampu berkeinginan

untuk memasukinya. Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya seorang hamba apabila mengerjakan suatu amal kebaikan, dicatatkan baginya pahala sepuluh kebaikan. Apabila ia berbuat suatu keburukan,

maka tidak dicatatkan melainkan hanya dosa satu keburukan. Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan, "Binasalah orang yang satuannya (amal keburukannya) mengalah­kan puluhannya (amal kebaikannya)." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Abdullah ibnul Haris,

dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa A'raf adalah tembok yang terdapat di antara surga dan neraka. Para penghuni A'raf berada di tembok tersebut hingga manakala Allah memulai memaafkan mereka,

maka Allah membawa mereka ke sebuah sungai yang dinamakan Nahrul Hayat (Sungai Kehidupan). Kedua sisi sungai itu terbuat dari batangan emas yang dihiasi dengan mutiara-mutiara, sedangkan tanahnya adalah minyak kesturi.

Lalu mereka dilemparkan ke dalamnya hingga warna tubuh mereka menjadi bagus dan pada leher mereka terdapat tahi lalat (tanda) putih yang menjadi pengenal mereka. Manakala warna tubuh mereka telah bagus,

lalu mereka dihadapkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka Tuhan berfirman, "Harap­kanlah sesuka hati kalian!" Maka mereka pun berharap; hingga setelah harapan (cita-cita) mereka habis. Tuhan berfirman kepada mereka,

"Bagi kalian semua apa yang kalian harapkan (menjadi kenyataan) dan hal yang semisal sebanyak tujuh puluh kali lipat." Mereka masuk ke dalam surga, sedangkan pada leher mereka terdapat tanda putih yang menjadi pengenal mereka;

mereka dinamakan orang-orang miskin ahli surga.Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari ayahnya, dari Yahya ibnul Mugirah, dari Jarir dengan sanad yang sama. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Habib ibnu Abu Sabit,

dari Mujahid dan dari Abdullah ibnul Haris. Disebutkan bahwa asar ini adalah perkataan Ibnu Abbas (yakni mauquf), dan inilah yang lebih sahih. Hal yang sama diriwayatkan dari Mujahid dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.


قَالَ سُنَيْد بْنُ دَاوُدَ: حَدَّثَنِي جَرِيرٌ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَة عَنْ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَصْحَابِ الْأَعْرَافِ قَالَ هُمْ آخِرُ مَنْ يُفْصَلُ بَيْنَهُمْ مِنَ الْعِبَادِ، فَإِذَا فَرَغَ رَبُّ الْعَالَمِينَ مِنْ فَصْلِهِ بَيْنَ الْعِبَادِ قَالَ: أَنْتُمْ قَوْمٌ أَخْرَجَتْكُمْ حَسَنَاتُكُمْ مِنَ النَّارِ، وَلَمْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ، فَأَنْتُمْ عُتَقَائِي، فَارْعَوْا مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْتُمْ"


Sa'id ibnu Daud mengatakan, telah menceritakan kepadaku Jarir, dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Amr ibnu Jarir yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai penghuni A'raf. Maka Rasulullah Saw.

bersabda: Mereka adalah hamba-hamba Allah yang paling akhir mendapat keputusan perkaranya di antara sesama mereka. Apabila Tuhan semesta alam telah selesai dari melakukan keputusan di antara sesama hamba-Nya,

maka Allah berfirman, "Kalian adalah suatu kaum yang dikeluarkan dari neraka berkat amal-amal kebaikan kalian, tetapi kalian masih belum dapat masuk surga. Kalian sekarang adalah orang-orang yang dimerdekakan oleh-Ku (dari neraka),

maka bermain-mainlah di dalam surga sekehendak kalian.Hadis ini mursal lagi hasan. Menurut suatu pendapat, mereka adalah anak-anak zina. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Qurtubi.

Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam biografi Al-Walid ibnu Musa, dari Syaibah ibnu Uzman, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Al-Hasan, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw.,


أَنَّ مُؤْمِنِي الْجِنِّ لَهُمْ ثَوَابٌ وَعَلَيْهِمْ عِقَابٌ، فَسَأَلْنَاهُ عَنْ ثَوَابِهِمْ فَقَالَ: "عَلَى الْأَعْرَافِ، وَلَيْسُوا فِي الْجَنَّةِ مَعَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَسَأَلْنَاهُ: وَمَا الْأَعْرَافُ؟ فَقَالَ: "حَائِطُ الْجَنَّةِ تَجْرِي فِيهَا الْأَنْهَارُ، وَتَنْبُتُ فِيهِ الْأَشْجَارُ وَالثِّمَارُ".


bahwa jin yang mukmin ada yang beroleh pahala, ada pula yang beroleh siksaan. Maka kami bertanya kepadanya tentang pahala kaum jin dan kaum yang beriman dari kalangan mereka. Rasulullah Saw. menjawab,

"Mereka berada di A'raf dan tidak dikumpulkan di dalam surga bersama-sama umatku." Kemudian kami bertanya kepada beliau tentang A'raf, maka beliau Saw. menjawab, "A'raf adalah tembok surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai

dan dipenuhi oleh pohon-pohon yang berbuah." Imam Baihaqi meriwayatkannya dari Ibnu Bisyran, dari Ali ibnu Muhammad Al-Masri, dari Yusuf ibnu Yazid, dari Al-Walid ibnu Musa dengan sanad yang sama.

Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Khasif, dari Mujahid, bahwa penghuni A'raf adalah kaum yang saleh dan ulama fiqih.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah.

dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Mijlaz sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu

dengan tanda-tanda mereka. (Al-A'raf: 46) Abu Mijlaz mengatakan bahwa mereka adalah sejumlah malaikat yang mengenal semua ahli surga dan ahli neraka. Dan mereka menyeru penduduk surga, "Salamun 'alaikum.”

Mereka belum lagi memasukinya, sedangkan mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami

bersama-sama orang-orang yang zalim itu.” Dan orang-orang yang di atas A’raf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya seraya mengatakan,

"Harta yang kalian kumpulkan dan apa yang selalu kalian sombongkan itu tidaklah memberi manfaat kepada kalian.” (Orang-orang di sisi A'raf bertanya kepada penghuni neraka), "Itukah orang-orang yang kalian telah bersumpah bahwa

mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?” (Al-A'raf: 46-48); Abu Mijlaz mengatakan bahwa ketika ahli surga masuk ke dalam surga, dikatakan: Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadap kalian dan tidak (pula)

kalian bersedih hati. (Al-A'raf: 49)Sanad asar ini sahih sampai kepada Abu Mijlaz yang nama aslinya ialah Lahiq ibnu Humaid, salah seorang tabi'in. Asar ini garib dan merupakan ucapan Abu Mijlaz sendiri, serta bertentangan dengan makna

lahiriah konteks ayat. Pendapat jumhur ulama lebih diprioritaskan daripada perkataan Abu Mijlaz sendiri, karena berdasarkan makna ayat sesuai dengan pendapat yang mereka utarakan. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid,

yaitu sesungguhnya mereka adalah kaum yang saleh lagi ulama fiqih. Tetapi di dalamnya terkandung garabah pula.Al-Qurtubi dan lain-lainnya meriwayatkan sehubungan dengan pengertian mereka (ahli A'raf) dua belas pendapat,

antara lain ada yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang baik-baik yang panik dalam menghadapi keadaan yang menakutkan di hari akhirat, dan mereka adalah sejumlah manusia yang melihat-lihat keadaan manusia.

Menurut pendapat yang lainnya mereka (penghuni A'raf) adalah para nabi. Menurut pendapat yang lainnya lagi mereka adalah para malaikat.Firman Allah Swt.:


{يَعْرِفُونَ كُلا بِسِيمَاهُمْ}


yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. (Al-A'raf: 46)Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa mereka mengenal ahli surga melalui wajahnya yang putih-putih lagi bercahaya,

sedangkan ahli neraka melalui wajahnya yang hitam legam. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas.Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menempatkan mereka pada kedudukan tersebut agar mereka

mengenal orang-orang yang berada di surga dan orang-orang yang berada di neraka. Agar mereka mengenal bahwa semua penghuni neraka itu wajahnya hitam legam, kemudian mereka meminta perlindungan kepada Allah

agar Dia jangan menempatkan mereka bersama-sama orang-orang yang zalim. Tetapi dalam waktu yang sama mereka pun mengucapkan salam penghormatan kepada ahli surga. Mereka belum lagi memasukinya, sedangkan mereka ingin segera

(memasukinya). (Al-A'raf: 46) Tetapi mereka akan segera memasukinya, insya Allah. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak As-Saddi, Al-Hasan, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya.

Ma'mar meriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa ia pernah membaca firman-Nya berikut: Mereka belum lagi memasukinya, sedangkan mereka ingin segera (memasukinya). (Al-A'raf: 46) Kemudian Al-Hasan berkata, "Demi Allah,

tidak sekali-kali keinginan itu timbul dalam hati mereka melainkan karena kemuliaan yang dikehendaki oleh Allah buat mereka." Qatadah mengatakan bahwa Allah telah menceritakan kepada kalian mengenai kedudukan mereka yang membuat mereka mempunyai keinginan tersebut.Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}


Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu.” (Al-A'raf: 47)Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas,

bahwa sesungguhnya penduduk A'raf apabila melayangkan pandangannya ke arah ahli neraka dan mereka mengenalnya, mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim."

As-Saddi mengatakan, apabila penghuni A'raf bertemu dengan segolongan besar manusia yang digiring masuk ke neraka, mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama-sama orang-orang yang zalim."

Ikrimah mengatakan bahwa wajah mereka diarahkan ke neraka. Tetapi bila pandangan mereka beralih kepada ahli surga, maka perasaan takut tersebut hilang dari mereka.Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan

dengan firman Allah Swt.: Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka (Al-A'raf: 47) kemudian mereka melihat wajah penduduk neraka yang hitam legam dan mata mereka membiru. berkatalah mereka, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu.” (Al-A'raf: 47)

Surat Al-Araf |7:47|

وَإِذَا صُرِفَتْ أَبْصَارُهُمْ تِلْقَاءَ أَصْحَابِ النَّارِ قَالُوا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

wa iżaa shurifat abshooruhum tilqooo`a ash-ḥaabin-naari qooluu robbanaa laa taj'alnaa ma'al-qoumizh-zhoolimiin

Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang zalim itu."

And when their eyes are turned toward the companions of the Fire, they say, "Our Lord, do not place us with the wrongdoing people."

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila pandangan mereka dialihkan) yakni Ashhaabul A`raaf itu (ke arah) ke sebelah (penghuni neraka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami! Janganlah Engkau tempatkan kami) di dalam neraka

(bersama-sama orang-orang yang lalim itu").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Al-Araf |7:48|

وَنَادَىٰ أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَىٰ عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ

wa naadaaa ash-ḥaabul-a'roofi rijaalay ya'rifuunahum bisiimaahum qooluu maaa aghnaa 'angkum jam'ukum wa maa kuntum tastakbiruun

Dan orang-orang di atas A´raaf (tempat yang tertinggi) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan, (ternyata) tidak ada manfaatnya buat kamu.

And the companions of the Elevations will call to men [within Hell] whom they recognize by their mark, saying, "Of no avail to you was your gathering and [the fact] that you were arrogant."

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang di atas Al-A`raaf memanggil beberapa orang pemuka-pemuka) penduduk neraka (yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan,

"Tidaklah memberi manfaat kepadamu) dapat menyelamatkanmu dari neraka (apa yang kamu kumpulkan) yakni harta benda atau banyaknya bilangan kamu (dan apa yang selalu kamu sombongkan itu.")

yaitu kepongahanmu tidak mau beriman, kemudian orang-orang yang di atas Al-A`raaf bertanya kepada penghuni neraka seraya memberi isyarat kepada orang-orang Islam yang lemah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 48 |

Tafsir ayat 48-49

Allah Swt. berfirman, menceritakan kecaman yang dilakukan oleh penduduk A'raf terhadap pemimpin-pemimpin orang musyrik yang mereka kenal melalui tanda-tandanya dalam neraka.


{مَا أَغْنَى عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ}


Harta yang kalian kumpulkan tidaklah memberi manfaat kepada kalian. (Al-A'raf: 48)Yakni banyaknya harta kalian tidak memberi manfaat sedikit pun kepada diri kalian.


{وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ}


dan tidak (pula) apa yang selalu kalian sombongkan itu. (Al-A'raf: 48)Artinya, tidak memberi manfaat kepada kalian banyaknya harta kalian, tidak pula besarnya golongan kalian dari azab Allah, bahkan kalian pasti akan mengalami azab dan pembalasan seperti yang kalian rasakan sekarang.


{أَهَؤُلاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ}


Itukah orang-orang yang kalian telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? (Al-A'raf: 49)Menurut Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, yang dimaksud adalah penduduk A'raf.


{ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ}


Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadap kalian dan tidak (pula) kalian bersedih hati. (Al-A'raf: 49)Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku ayahku,

telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka mengatakan.”Harta yang kalian kumpulkan tidaklah memberi manfaat kepada kalian.”

(Al-A'raf: 48), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah penduduk A'raf berkata kepada mereka sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, mereka harus mengatakannya (yakni penduduk A'raf berkata

kepada ahli surga dan ahli neraka). Maka Allah berfirman kepada orang-orang yang takabur (sombong) dan yang berharta banyak: "Itukah orang-orang yang kalian telah bersumpah bahwa mereka tidakakan mendapat rahmat Allah?”

(Kepada orang-orang mukmin itu dikatakan), "Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadap kalian dan tidak (pula) kalian bersedih hati." (Al-A'raf: 49)Huzaifah mengatakan, sesungguhnya penduduk A'raf adalah suatu kaum

yang seimbang amal kebaikan dan amal keburukannya. Amal keburukannya menghalanginya untuk masuk surga, sedangkan amal baiknya menyelamatkannya dari neraka, maka mereka ditempatkan di A'raf sehingga mereka mengetahui

semua orang melalui tanda-tandanya. Setelah Allah selesai dari memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya, maka diizinkan bagi mereka untuk mencari syafaat. Lalu mereka datang kepada Adam dan mengatakan, "Hai Adam,

engkau adalah bapak kami semua, maka mohonkanlah syafaat bagi kami kepada Tuhanmu." Adam menjawab, "Tahukah kamu bahwa ada seseorang yang diciptakan oleh Allah dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri serta Allah

telah meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam tubuhnya, dan rahmat-Nya terhadap dia mendahului murka-Nya, dan para malaikat sujud kepadanya selain dari saya?" Mereka menjawab, "Tidak tahu." Adam berkata,

"Saya tidak mengetahui keadaan Allah, maka saya tidak dapat memintakan syafaat buat kalian, sebaiknya datanglah kalian kepada anakku, yaitu Ibrahim." Mereka datang kepada Nabi Ibrahim dan meminta kepadanya agar memintakan syafaat

buat mereka kepada Tuhan mereka. Ibrahim berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang dijadikan oleh Allah sebagai kekasih-Nya? Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang dibakar kaumnya dengan api demi membela Allah

selain dari saya?" Mereka menjawab.”Tidak tahu." Nabi Ibrahim menjawab, "Saya tidak menge­tahui keadaan-Nya, maka saya tidak dapat memintakan syafaat buat kalian, tetapi sebaiknya datangilah anakku Musa oleh kalian."

Mereka datang kepada Nabi Musa a.s. Musa a.s. berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang diajak berbicara oleh Allah secara langsung dan didekatkan kepada-Nya dalam munajatnya selain saya?" Mereka menjawab, "Tidak tahu."

Musa a.s. berkata, "Saya tidak mengetahui keadaan-Nya, maka saya tidak dapat memintakan syafaat buat kalian, tetapi sebaiknya datanglah kalian kepada Isa." Mereka datang kepada Isa a.s. dan berkata kepadanya, "Mohonkan­lah syafaat

bagi kami kepada Tuhanmu." Isa berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang diciptakan oleh Allah tanpa seorang ayah?" Mereka menjawab, "Tidak tahu." Isa berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang dapat

menyembuhkan orang buta dan orang yang berpenyakit supak serta dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati dengan seizin Allah, selain saya?" Mereka menjawab, 'Tidak tahu." Maka Isa berkata, "Saya hanya membela diri saya sendiri,

saya tidak mengetahui keadaan-Nya, maka saya tidak dapat memohonkan syafaat buat kalian. Tetapi sebaiknya datanglah kalian kepada Muhammad Saw." Lalu mereka datang kepada saya. Maka saya mengusapkan tangan ke dada,

kemudian saya katakan, "Sayalah orangnya yang dapat memintakan syafaat buat kalian." Kemudian saya berjalan hingga sampai di hadapan Arasy, lalu saya datang kepada Tuhan saya. Maka Dia membukakan bagi saya pujian yang sama sekali

belum pernah didengar oleh seorang manusia pun hal yang semisal dengannya. Lalu saya bersujud dan dikatakan kepada saya, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau diberi apa yang engkau minta; dan berilah syafaat,

niscaya diizinkan bagimu!" Maka saya mengangkat kepala saya, kemudian Tuhan memuji saya, lalu saya menyungkur bersujud, dan dikatakan kepada saya, "Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau diberi apa yang engkau minta;

dan berilah syafaat, niscaya syafaatmu diperkenankan." Saya mengangkat kepala saya dan mengatakan, "Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku." Allah berfirman, "Mereka bagianmu." Maka tidak ada seorang nabi yang diutus

dan tidak pula malaikat yang terdekat melainkan ia merasa iri dengan kedudukan saya itu, yaitu yang dinamai Maqamul Mahmud. Kemudian saya bawa mereka ke surga dan saya meminta izin untuk dibuka, maka dibukalah pintu surga

untuk saya dan untuk mereka. Selanjutnya mereka dibawa ke sebuah sungai yang dikenal dengan nama Nahrul Hayawan (Sungai kehidupan); kedua tepi sungai itu terbuat dari batangan emas yang dihiasi dengan mutiara,

sedangkan tanahnya dari minyak kesturi, dan batu kerikilnya adalah batu yaqut. Mereka mandi di dalam sungai itu. Setelah mandi, kembalilah ujud mereka menjadi rupa ahli surga dan baunya pun bau ahli surga.

Sehingga jadilah mereka seperti bintang-bintang yang gemerlapan cahayanya, tetapi di dalam dada mereka terdapat tanda putih yang merupakan pengenal mereka; mereka disebut orang-orang miskin ahli surga.

Surat Al-Araf |7:49|

أَهَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ ۚ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ

a haaa`ulaaa`illażiina aqsamtum laa yanaluhumullohu biroḥmah, udkhulul-jannata laa khoufun 'alaikum wa laaa antum taḥzanuun

Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?" (Allah berfirman), "Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati."

[Allah will say], "Are these the ones whom you [inhabitants of Hell] swore that Allah would never offer them mercy? Enter Paradise, [O People of the Elevations]. No fear will there be concerning you, nor will you grieve."

Tafsir
Jalalain

("Itukah orang-orang yang telah kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah") akan tetapi telah dikatakan kepada orang-orang Islam yang lemah itu

("Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak pula kamu bersedih hati") menurut suatu qiraat dibaca dengan bina maf'ul yakni udkhiluu dan dukhiluu,

jumlah nafi menjadi hal yakni perkataan tersebut ditujukan kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 49 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Al-Araf |7:50|

وَنَادَىٰ أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ ۚ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ

wa naadaaa ash-ḥaabun-naari ash-ḥaabal-jannati an afiidhuu 'alainaa minal-maaa`i au mimmaa rozaqokumulloh, qooluuu innalloha ḥarromahumaa 'alal-kaafiriin

Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, "Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu." Mereka menjawab, "Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,"

And the companions of the Fire will call to the companions of Paradise, "Pour upon us some water or from whatever Allah has provided you." They will say, "Indeed, Allah has forbidden them both to the disbelievers."

Tafsir
Jalalain

(Dan penghuni neraka menyeru kepada penghuni surga, "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau apa yang telah direzekikan Allah kepadamu.") yaitu makanan

(Mereka, para penghuni surga, menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya) telah melarang makanan dan minuman itu (atas orang-orang kafir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 50 |

Tafsir ayat 50-51

Allah menceritakan perihal kehinaan ahli neraka dan permintaan mereka kepada ahli surga akan minuman dan makanan yang diperolehnya. Mereka tidak diperkenankan meminta hal tersebut. Dengan kata lain, permintaan mereka ditolak.

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang direzekikan Allah kepada kalian." (Al-A'raf: 50);

Yang dimaksud dengan rezeki dalam ayat ini ialah makanan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa penghuni neraka meminta kepada penghuni surga agar diberi makanan dan minuman.

As-Sauri meriwayatkan dari Usman As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa seseorang memanggil ayahnya atau saudaranya, lalu ia berseru kepadanya, "Sesungguhnya aku sekarang terbakar,

maka berikanlah kepadaku sedikit air." Maka dikatakan kepada ahli surga, "Jawablah mereka," lalu ahli surga menjawab mereka seperti yang disitir oleh Firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.

(Al-A'raf: 50)Telah diriwayatkan pula melalui jalur lain dari Sa'id, dari Ibnu Abbas hal yang semisal.Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir. (Al-A'raf: 50) Yakni makanan dan minuman surga diharamkan atas orang-orang kafir.


وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، أَخْبَرَنَا مُوسَى بْنُ الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الصفَّار فِي دَارِ عَمْرِو بْنِ مُسْلِمٍ قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ -أَوْ: سُئِلَ -: أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ الْمَاءُ، أَلَمْ تَسْمَعْ إِلَى أَهْلِ النَّارِ لَمَّا اسْتَغَاثُوا بِأَهْلِ الْجَنَّةِ قَالُوا: {أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah mencerita­kan kepada kami Musa ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Abu Musa As-Saffar

ketika di rumah Amr ibnu Muslim. Ia mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, atau Ibnu Abbas pernah ditanya, "Sedekah apakah yang lebih afdal?" Ibnu Abbas menjawab bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Sedekah yang paling utama ialah berupa air. Tidakkah engkau mendengar ucapan ahli neraka ketika mereka meminta tolong kepada ahli surga, mereka mengatakan, "Limpahkanlah kepada kami sebagian dari air atau sedikit dari apa

yang direzekikan oleh Allah kepada kalian.”Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy,

dari Abu Saleh yang men­ceritakan bahwa di saat Abu Talib sedang sakit keras, orang-orang (Quraisy) berkata kepadanya, "Sebaiknya engkau suruh keponakanmu ini (yakni Nabi Saw.) membawa setangkai buah anggur dari surga,

mudah-mudahan dapat menyembuhkanmu." Utusan Abu Talib datang menghadap Nabi Saw, yang saat itu sedang bersama Abu Bakar. Maka Abu Bakar berkata (kepada utusan tersebut), "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan makanan

dan minuman surga atas orang-orang kafir." Kemudian Allah Swt. menggambarkan perihal orang-orang kafir, yaitu tentang pegangan hidup mereka di dunia, mereka menjadikan agama sebagai main-main dan gurauan:

serta keteperdayaan mereka dengan keduniawian beserta kemilaunya, hingga mereka lupa daratan kepada apa yang diperintahkan kepada mereka, yaitu beramal untuk negeri akhirat.Firman Allah Swt.:


{فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا}


Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51)Maksudnya, mereka diperlakukan dengan perlakuan seperti terhadap mereka yang terlupakan.

Karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang samar dan tersembunyi dari pengetahuan Allah dan tiada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya:


{فِي كِتَابٍ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسَى}


Di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. (Thaha: 52)Sesungguhnya Allah Swt. mengatakan demikian sebagai balasan yang setimpal terhadap mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya:


{نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ}


Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. (At-Taubah: 67)


{كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى}


Allah berfirman, "Demikianlah, telah datang kepada kamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (Thaha: 126)


{وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا}


Dan dikatakan (kepada mereka), "Pada hari ini Kami melupakan kalian sebagaimana kalian telah melupakan pertemuan (dengan) hari kalian ini.” (Al-Jatsiyah: 34)A!-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51) Bahwa Allah melupakan kebaikan untuk mereka, tetapi tidak melupakan keburukan buat mereka.

Menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, maksudnya yaitu Kami tinggalkan mereka sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan-pertemuan mereka dengan hari ini. Menurut Mujahid, Kami biarkan mereka di dalam neraka.

Menurut As-Saddi, Kami biarkan mereka tidak beroleh rahmat sebagaimana mereka telah melupakan beramal untuk menyambut pertemuan mereka dengan hari ini.Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Allah berfirman kepada seorang hamba di hari kiamat,


"أَلَمْ أُزَوِّجْكَ؟ أَلَمْ أُكْرِمْكَ؟ أَلَمْ أُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ، وأذَرْك تَرْأَسُ وتَرْبَع؟ فَيَقُولُ: بَلَى. فَيَقُولُ: أَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ؟ فَيَقُولُ: لَا. فَيَقُولُ اللَّهُ: فاليوم أنساك كما نسيتني"


"Bukankah Aku telah mengawinkanmu, bukankah Aku telah memuliakanmu, bukankah Aku telah menundukkan bagimu kuda dan unta, dan Aku biarkan kamu memimpin dan bertempat tinggal?" Hamba itu menjawab, "Memang benar.

" Allah berfirman, "Apakah kamu menduga bahwa engkau akan bersua dengan-Ku pada hari ini?" Si hamba menjawab, "Tidak." Maka Allah Swt. berfirman, "Maka pada hari ini Aku melupakanmu sebagaimana kamu telah melupakan Aku."

Surat Al-Araf |7:51|

الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَٰذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ

allażiinattakhożuu diinahum lahwaw wa la'ibaw wa ghorrot-humul-ḥayaatud-dun-yaa, fal-yauma nansaahum kamaa nasuu liqooo`a yaumihim haażaa wa maa kaanuu bi`aayaatinaa yaj-ḥaduun

(yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka, pada hari ini (Kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.

Who took their religion as distraction and amusement and whom the worldly life deluded." So today We will forget them just as they forgot the meeting of this Day of theirs and for having rejected Our verses.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-mainan dan senda-gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari ini, hari kiamat, Kami melupakan mereka)

Kami membiarkan mereka di dalam neraka (sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini) di mana mereka mengabaikan beramal baik untuk menghadapinya

(dan sebagaimana mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami) sebagaimana mereka telah berlaku ingkar terhadapnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 51 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Al-Araf |7:52|

وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

wa laqod ji`naahum bikitaabin fashsholnaahu 'alaa 'ilmin hudaw wa roḥmatal liqoumiy yu`minuun

Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur´an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

And We had certainly brought them a Book which We detailed by knowledge - as guidance and mercy to a people who believe.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan kepada mereka) para penduduk Mekah (sebuah Kitab) yakni Alquran (yang Kami telah menjelaskannya) telah Kami terangkan melalui berita-beritanya,

janji-janjinya dan ancaman-ancamannya (atas dasar pengetahuan Kami) menjadi hal, yakni Kami mengetahui tentang apa yang terincikan di dalamnya (menjadi petunjuk) menjadi hal bagi dhamir ha

(dan rahmat bagi orang-orang yang beriman) kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 52 |

Tafsir ayat 52-53

Allah Swt. menceritakan tentang alasan mengapa Dia mengutus para rasul kepada mereka. Hal ini diungkapkan melalui Al-Qur'an yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Al-Qur'an itu merupakan kitab yang terinci lagi jelas. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan dalam firman lainnya, yaitu:


الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ


(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara rinci. (Hud: 1), hingga akhir ayat.Firman Allah Swt.;


{فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ}


yang Kami telah menjelaskannya atas pengetahuan Kami. (Al-A'raf: 52)Yakni kepada seluruh umat. Dengan kata lain, semua rincian yang ada padanya berdasarkan pengetahuan Kami. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:


{أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ}


Allah menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya. (An-Nisa: 166)Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini merupakan jawaban pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu,

maka jangan­lah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya. (Al-A'raf: 2), hingga akhir ayat. Yang dimaksudkan adalah firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka. (Al-A'raf: 52),

hingga akhir ayat.Akan tetapi, apa yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Karena sesungguhnya jarak pemisah di antara kedua ayat sangat panjang, sedangkan dalil yang menunjuk kearah itu tidak ada.

Tetapi sesungguhnya duduk perkara yang sebenarnya ialah bahwa setelah Allah menceritakan tentang akibat yang mereka alami (yaitu kerugian di akhirat), maka Allah mematahkan alasan mereka di dunia,

yaitu bahwa Dia telah mengutus para rasul-Nya, juga telah menurunkan Kitab-Nya. Pengertiannya sama dengan apa yang terkandung di dalam firman Allah Swt.:


{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا}


Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15)Karena itulah dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا تَأْوِيلَهُ}


Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al-Qur'an itu. (Al-A'raf: 53)Yaitu apa yang telah dijanjikan kepada mereka, berupa azab, pembalas­an, surga, dan neraka. Demikianlah menurut Mujahid

dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sedangkan menurut Imam Malik, makna yang dimaksud dengan takwil dalam ayat ini ialah balasan atau pahalanya.Ar-Rabi' mengatakan bahwa takwil Al-Qur'an masih terus akan berlanjut

hingga hari hisab (perhitungan amal) selesai, ahli surga telah masuk surga, dan ahli neraka telah masuk neraka. Maka pada saat itu sempurnalah takwil Al-Qur'an.Firman Allah Swt.:


{يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ}


Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur’an itu. (Al-A'raf: 53)Yakni pada hari kiamat, menurut pendapat Ibnu Abbas.


{يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ}


berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu. (Al-A'raf: 53)Maksudnya, orang-orang yang tidak mau beramal untuk menyambut hari kiamat dan mereka dengan sengaja melupakannya ketika hidup di dunia.


{قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا}


"Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa perkara yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami. (Al-A'raf: 53)Yakni untuk menyelamatkan kami dari nasib yang menimpa kami sekarang ini.


{أَوْ نُرَدُّ}


atau dapatkah kami dikembalikan. (Al-A'raf: 53) Yaitu ke dalam kehidupan di dunia.


{فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ}


sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?” (Al-A'raf: 53)Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya:


{وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}


Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman,"

(tentulah kamu melihat sesuatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia,

tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 27-28)Sedangkan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan. (Al-A'raf: 53)Artinya, mereka merugikan diri mereka sendiri karena pada akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya.


{وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan. (Al-A'raf: 53)Yakni lenyaplah apa yang dahulu mereka sembah selain Allah; sembah-an-sembahan mereka tidak dapat memberikan syafaat kepada mereka, tidak dapat menolong mereka, dan tidak dapat menyelamatkan mereka dari azab yang mereka alami.

Surat Al-Araf |7:53|

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا تَأْوِيلَهُ ۚ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ

hal yanzhuruuna illaa ta`wiilah, yauma ya`tii ta`wiiluhuu yaquulullażiina nasuuhu ming qoblu qod jaaa`at rusulu robbinaa bil-ḥaqq, fa hal lanaa min syufa'aaa`a fa yasyfa'uu lanaaa au nuroddu fa na'mala ghoirollażii kunnaa na'mal, qod khosiruuu anfusahum wa dholla 'an-hum maa kaanuu yaftaruun

Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur´an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya berkata, "Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka, adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?" Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa yang mereka ada-adakan dahulu telah hilang lenyap dari mereka.

Do they await except its result? The Day its result comes those who had ignored it before will say, "The messengers of our Lord had come with the truth, so are there [now] any intercessors to intercede for us or could we be sent back to do other than we used to do?" They will have lost themselves, and lost from them is what they used to invent.

Tafsir
Jalalain

(Tiadalah mereka menunggu-nunggu) mereka tidak menunggu (kecuali terlaksananya kebenaran Alquran itu) akibat dari apa yang ada di dalamnya. (Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Alquran itu) yaitu hari kiamat

(berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu,) mereka tidak mau beriman kepada Alquran ("Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak,

maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat kepada kami atau) dapatkah (kami dikembalikan) ke dunia (sehingga dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan")

kami akan mentauhidkan Allah dan meninggalkan kemusyrikan. Kemudian dikatakan kepada mereka, "Tidak dapat." Allah swt. berfirman, (Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri) sebab mereka menjadi binasa

(dan lenyaplah) maksudnya hilanglah (dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan) sebagai sekutu Allah yang mereka buat-buat sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 53 |

Penjelasan ada di ayat 52

Surat Al-Araf |7:54|

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

inna robbakumullohullażii kholaqos-samaawaati wal-ardho fii sittati ayyaamin ṡummastawaa 'alal-'arsy, yughsyil-lailan-nahaaro yathlubuhuu ḥaṡiiṡaw wasy-syamsa wal-qomaro wan-nujuuma musakhkhorootim bi`amrihiii alaa lahul-kholqu wal-amr, tabaarokallohu robbul-'aalamiin

Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.

Indeed, your Lord is Allah, who created the heavens and earth in six days and then established Himself above the Throne. He covers the night with the day, [another night] chasing it rapidly; and [He created] the sun, the moon, and the stars, subjected by His command. Unquestionably, His is the creation and the command; blessed is Allah, Lord of the worlds.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa) menurut ukuran hari dunia atau yang sepadan dengannya, sebab pada zaman itu masih belum ada matahari.

Akan tetapi jika Allah menghendakinya niscaya Ia dapat menciptakannya dalam sekejap mata, adapun penyebutan hal ini dimaksud guna mengajari makhluk-Nya agar tekun dan sabar dalam mengerjakan sesuatu

(lalu Dia bersemayam di atas Arsy) Arsy menurut istilah bahasa artinya singgasana raja, yang dimaksud dengan bersemayam ialah yang sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya

(Dia menutupkan malam kepada siang) bisa dibaca takhfif yakni yughsyii dan dibaca tasydid, yakni yughasysyii, artinya: keduanya itu saling menutupi yang lain silih-berganti (yang mengikutinya)

masing-masing di antara keduanya itu mengikuti yang lainnya (dengan cepat) secara cepat (dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang) dengan dibaca nashab diathafkan kepada as-samaawaat,

dan dibaca rafa` sebagai mubtada sedangkan khabarnya ialah (masing-masing tunduk) patuh (kepada perintah-Nya) kepada kekuasaan-Nya (ingatlah, menciptakan itu hanya hak Allah) semuanya

(dan memerintah) kesemuanya adalah hak-Nya pula (Maha Suci) Maha Besar (Allah, Tuhan) Pemelihara (semesta alam).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 54 |

Allah Swt. berfirman bahwa Dialah yang menciptakan seluruh alam semesta ini, termasuk langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari. Hal seperti ini disebutkan di dalam Al-Qur'an melalui bukan hanya satu ayat.

Yang dimaksud dengan enam hari ialah Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat. Pada hari Jumat semua makhluk kelak dihimpunkan, dan pada hari Jumat pula Allah menciptakan Adam a.s.Para ulama berselisih pendapat

mengenai pengertian makna hari-hari tersebut. Dengan kata lain. apakah yang dimaksud dengan hari-hari tersebut sama dengan hari-hari kita sekarang, seperti yang kita pahami dengan mudah. Ataukah yang dimaksud dengan setiap hari

adalah yang lamanya sama dengan seribu tahun, seperti apa yang telah dinaskan oleh Mujahid dan Imam Ahmad ibnu Hambal, yang hal ini diriwayatkan melalui Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas.Adapun mengenai hari Sabtu,

tidak terjadi padanya suatu penciptaan pun, mengingat hari Sabtu adalah hari yang ketujuh. Karena itulah hari ini dinamakan hari Sabtu, yang artinya putus.Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya menyebutkan:


حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْج، أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّة، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ -مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي فَقَالَ: "خَلَقَ اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلْقَ الْجِبَالَ فِيهَا يَوْمَ الْأَحَدِ، وَخَلْقَ الشَّجَرَ فِيهَا يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ بَعْدَ الْعَصْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ آخِرَ الْخَلْقِ، فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ".


telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Umayyah, dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi* maula Ummu Salamah,

dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. memegang tangannya, lalu bersabda: Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu, menciptakan gunung-gunung yang ada di bumi pada hari Ahad,

menciptakan pepohonan yang ada di bumi pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tidak disukai pada hari Selasa, menciptakan nur pada hari Rabu, menebarkan hewan-hewan di bumi pada hari Kamis,

dan menciptakan Adam sesudah asar pada hari Jumat sebagai akhir makhluk yang diciptakan di saat yang terakhir dari saat-saat hari Jumat, tepatnya di antara waktu asar dan malam hari.

Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim ibnu Hajjaj di dalam kitab sahihnya dan juga oleh Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Hajjaj (yaitu Ibnu Muhammad Al-A'war), dari Ibnu Juraij dengan sanad yang sama.

Di dalamnya disebutkan semua hari yang tujuh secara penuh. Padahal Allah Swt. telah menyebutkan dalam Firman-Nya enam hari. Karena itulah maka Imam Bukhari dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan para huffaz

mempermasalahkan hadis ini. Mereka menjadikannya sebagai riwayat dari Abu Hurairah, dari Ka'b Al-Ahbar, yakni bukan hadis marfu’.Mengenai firman Allah Swt. yang mengatakan:


{ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ}


Lalu Dia beristiwa di atas Arasy. (Al-A'raf: 54)Sehubungan dengan makna ayat ini para ulama mempunyai berbagai pendapat yang cukup banyak, rinciannya bukan pada kitab ini. Tetapi sehubungan dengan ini kami hanya meniti

cara yang dipakai oleh mazhab ulama Salaf yang saleh, seperti Malik, Auza'i, As-Sauri, Al-Lais ibnu Sa'd, Asy-Syafii, Ahmad, dan Ishaq ibnu Rahawaih serta lain-lainnya dari kalangan para imam kaum muslim,

baik yang terdahulu maupun yang kemudian. Yaitu menginterpretasikannya seperti apa adanya, tetapi tanpa memberikan gambaran, penyerupaan, juga tanpa mengaburkan pengertiannya. Pada garis besarnya apa yang mudah ditangkap

dari teks ayat oleh orang yang suka menyerupakan merupakan hal yang tidak ada bagi Allah, mengingat Allah Swt. itu tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyerupai-Nya. Allah Swt. telah berfirman:


{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}


Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, (Asy-Syura; 11)Bahkan pengertiannya adalah seperti apa yang dikatakan oleh para imam, antara lain Na'im ibnu Hammad Al-Khuza'i

(guru Imam Bukhari). Ia mengatakan bahwa barang siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, kafirlah dia. Barang siapa yang ingkar kepada apa yang disifatkan oleh Allah terhadap Zat-Nya sendiri, sesungguhnya dia telah kafir.

Semua apa yang digambarkan oleh Allah Swt. mengenai diri­Nya, juga apa yang digambarkan oleh Rasul-Nya bukanlah termasuk ke dalam pengertian penyerupaan. Jelasnya, barang siapa yang meyakini Allah sesuai dengan apa yang disebutkan

oleh ayat-ayat yang jelas dan hadis-hadis yang sahih, kemudian diartikan sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan dari Zat Allah sifat-sifat yang kurang, berarti ia telah menempuh jalan hidayah. Firman Allah Swt.:


{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}


Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54)Yakni menghilangkan kegelapan malam hari dengan cahaya siang hari, dan menghilangkan cahaya siang hari dengan gelapnya malam hari.

Masing-masing dari keduanya mengikuti yang lainnya dengan cepat dan tidak terlambat. Bahkan apabila yang ini datang, maka yang itu pergi; begitu pula sebaliknya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ * وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ * لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ}


Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya.

Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Yasin: 37-40)Firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ}


dan malam pun tidak dapat mendahului siang. (Yasin: 40)Artinya, tidak akan terlambat darinya serta tidak akan ketelatan darinya, bahkan yang satunya datang sesudah yang lainnya secara langsung tanpa ada jarak waktu pemisah di antara keduanya. Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ}


yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A'raf: 54)Di antara ulama ada yang membaca nasab, ada pula yang membaca rafa’

tetapi masing-masing dari kedua bacaan mempunyai makna yang berdekatan. Dengan kata lain, semuanya tunduk di bawah pengaturan­Nya dan tunduk di bawah kehendak-Nya. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:


{أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ}


Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. (Al-A'raf: 54)Yakni hanya Dialah yang berhak menguasai dan mengatur semuanya.


{تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}


Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54) Sama dengan yang disebutkan di dalam firman-Nya:


تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا


Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang. (Al-Furqan: 61), hingga akhir ayat.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا بَقِيِّة بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْغَفَّارِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ الشَّامِيِّ، عَنْ أَبِيهِ -وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ -قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "من لَمْ يَحْمَدِ اللَّهَ عَلَى مَا عَمِلَ مِنْ عَمَلٍ صَالِحٍ، وَحَمِدَ نَفْسَهُ، فَقَدْ كَفَرَ وَحَبِطَ عَمَلُهُ. وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ اللَّهَ جَعَلَ لِلْعِبَادِ مِنَ الْأَمْرِ شَيْئًا، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى أَنْبِيَائِهِ؛ لِقَوْلِهِ: {أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Hisyam Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid,

telah menceritakan kepada kami Abdul Gaffar ibnu Abdul Aziz Al-Ansari, dari Abdul Aziz Asy-Syami, dari ayahnya yang ber­predikat sahabat, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang tidak memuji Allah atas amal

yang dikerja­kannya, yaitu amal yang saleh; dan bahkan dia memuji dirinya sendiri, maka sesungguhnya ia telah ingkar dan amalnya di­hapuskan. Dan barang siapa yang menduga bahwa Allah telah menjadikan bagi hamba-hamba-Nya

sesuatu dari urusan itu, berarti ia telah ingkar terhadap apa yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-nabi-Nya. Dikatakan demikian karena ada firman Allah Swt, yang mengatakan: Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.

Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)Di dalam sebuah doa yang ma’tsur (bersumber) dari Abu Darda dan telah diriwayatkan secara marfu' disebutkan:


"اللَّهُمَّ لَكَ الْمُلْكُ كُلُّهُ، وَلَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ، وَإِلَيْكَ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ، أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ"


Ya Allah, bagi-Mu semua kekuasaan, dan bagi-Mu semua pujian, dan hanya kepada Engkaulah semua urusan dikembalikan. Saya memohon kepada-Mu semua kebaikan, dan saya berlindung kepada-Mu dari semua kejahatan.

Surat Al-Araf |7:55|

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

ud'uu robbakum tadhorru'aw wa khufyah, innahuu laa yuḥibbul-mu'tadiin

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Call upon your Lord in humility and privately; indeed, He does not like transgressors.

Tafsir
Jalalain

(Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri) menjadi hal, yakni merendahkan diri (dan dengan suara yang lembut) secara berbisik-bisik (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas)

di dalam berdoa Seperti banyak berbicara dengan suara yang keras.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 55 |

Tafsir ayat 55-56

Allah Swt. memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya agar mereka berdoa memohon kepada-Nya untuk kebaikan urusan dunia dan akhirat mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً}


Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. (Al-A'raf: 54)Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah mengucapkan doa dengan perasaan yang rendah diri, penuh harap, dan dengan suara yang lemah lembut. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:


وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ


Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu (Al-A'raf: 205), hing­ga akhir ayat.Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Abu Musa Al-Asy'ari yang menceritakan bahwa suara orang-orang terdengar keras saat mengucap­kan doanya. Maka Rasulullah Saw. bersabda:


"أَيُّهَا النَّاسُ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أصمَّ وَلَا غَائِبًا، إِنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ


Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya kalian bukanlah menyeru (Tuhan) yang tuli dan bukan pula (Tuhan) yang gaib, sesungguhnya Tuhan yang kalian seru itu Maha Mendengar lagi Mahadekat.

Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan berendah diri dan suara yang lembut. (Al-A'raf: 55) Yang dimaksud dengan khufyah ialah suara yang pelan.

Ibnu Jarir mengatakan, makna tadarru' ialah berendah diri dan tenang dalam ketaatan kepada-Nya. Yang dimaksud dengan khufyah ialah dengan hati yang khusyuk, penuh keyakinan kepada Keesaan dan Kekuasaan-Nya

terhadap semua yang ada antara kalian dan Dia, bukan dengan suara yang keras untuk pamer.Abdullah ibnul Mubarak meriwayatkan dari Mubarak ibnul Fudalah, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa sesungguhnya

dahulu ada orang yang benar-benar hafal Al-Qur'an seluruhnya, tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Dahulu ada orang yang benar-benar banyak menguasai ilmu fiqih, tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.

Sesungguhnya dahulu ada orang yang benar-benar gemar melakukan salat yang panjang-panjang di dalam rumahnya, sedangkan di rumahnya banyak terdapat para pengunjung yang bertamu, tetapi mereka tidak mengetahuinya.

Sesungguhnya kita sekarang menjumpai banyak orang yang tiada Suatu amal pun di muka bumi ini mereka mampu mengerjakannya secara tersembunyi, tetapi mereka mengerjakannya dengan terang-terangan.

Padahal sesungguhnya kaum muslim di masa lalu selalu berupaya dengan keras dalam doanya tanpa terdengar suaranya selain hanya bisikan antara mereka dan Tuhannya. Demikian itu karena Allah Swt.

telah berfirman di dalam Kitab-Nya: Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. (Al-A'raf: 55); Dan firman Allah Swt. ketika menceritakan seorang hamba yang saleh yang Dia ridai perbuatannya, yaitu:


{إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا}


yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Maryam: 3)Ibnu Juraij mengatakan bahwa makruh mengeraskan suara, berseru, dan menjerit dalam berdoa; hal yang diperintahkan ialah melakukannya dengan penuh

rasa rendah diri dan hati yang khusyuk. Kemudian Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ata Al-Khurasahi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-A'raf: 55)

Yakni dalam berdoa, juga dalam hal lainnya.Abu Mijlaz mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-A'raf: 55) Maksudnya, janganlah seseorang meminta kepada Allah agar ditempat­kan pada kedudukan para nabi.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِي، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عن زياد ابن مِخْراق، سَمِعْتُ أَبَا نَعَامَةَ (9) عَنْ مَوْلًى لِسَعْدٍ؛ أَنَّ سَعْدًا سَمِعَ ابْنًا لَهُ يَدْعُو وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعِيمَهَا وَإِسْتَبْرَقَهَا وَنَحْوًا مِنْ هَذَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَسَلَاسِلِهَا وَأَغْلَالِهَا. فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَ اللَّهَ خَيْرًا كَثِيرًا، وَتَعَوَّذْتَ بِاللَّهِ مِنْ شَرٍّ كَثِيرٍ، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "إِنَّهُ سَيَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ". وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً [إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ] } وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَقُولَ: "اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Ziad ibnu Mikhraq; ia pernah mendengar Abu Nu'amah meriwayatkan dari seorang maula Sa'd bahwa Sa'd

pernah mendengar salah seorang anak lelakinya mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadamu surga dan semua kenikmatannya dan baju sutranya, serta hal lainnya yang semisal. Saya berlindung kepada-Mu

dari neraka, rantai, dan belenggunya." Maka Sa'd mengatakan, "Engkau telah meminta kepada Allah kebaikan yang banyak dan berlindung kepada Allah dari kejahatan yang banyak. Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Saw.

bersabda: 'Sesungguhnya kelak akan ada suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa'." Menurut lafaz yang lain disebutkan, "Melampaui batas dalam bersuci dan berdoa." Kemudian Sa'd membacakan firman-Nya:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri. (Al-A'raf: 55) Sa'd mengatakan, "Sesungguhnya sudah cukup bagimu jika kamu mengucapkan dalam doamu hal berikut, 'Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau surga

dan semua ucapan atau perbuatan yang mendekatkan diriku kepadanya. Saya berlindung kepada Engkau dari neraka dan dari semua ucapan atau perbuatan yang mendekatkan diriku kepadanya."

Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah, dari Ziyad ibnu Mikhraq, dari Abu Nu'amah, dari maula Sa'd, dari Sa'd, lalu ia menuturkan hadis ini.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عفَّان، حَدَّثَنَا حَمَّاد بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي نَعَامة: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُغَفَّلٍ سَمِعَ ابْنَهُ يَقُولُ: اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الْأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا. فَقَالَ: يَا بُنَيَّ، سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ، وَعُذْ بِهِ مِنَ النَّارِ؛ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "يَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ والطَّهُور".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah men­ceritakan kepada kami Al-Hariri, dari Abu Nu'amah, bahwa Abdullah ibnu Mugaffal pernah mendengar anaknya

mengucapkan doa berikut, "Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau gedung putih yang ada di sebelah kanan surga, jika saya masuk surga." Maka Abdullah berkata kepadanya, "Hai anakku, mintalah surga kepada Allah

dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Karena sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Kelak akan ada suatu kaum yang melampaui batas dalam doa dan bersucinya'."Hal yang sama telah diriwayatkan

oleh Ibnu Majah dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Affan. Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Musa ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sa'id ibnu Iyas Al-Hariri, dari Abu Nu'amah yang nama aslinya ialah Qais ibnu Ubayah Al-Hanafi Al-Basri. Sanad ini dinilai baik dan dapat dipakai. Firman Allah Swt.:


{وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا}


Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. (Al-A'raf: 56)Allah Swt. melarang perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya

sesudah diper­baiki. Karena sesungguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan kelestariannya, kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal tersebut akan membahayakan semua hamba Allah. Maka Allah Swt.

melarang hal tersebut, dan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah-Nya dan berdoa kepada-Nya serta berendah diri dan memohon belas kasihan-Nya. Untuk itulah Allah Swt. berfirman;


{وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا}


dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). (Al-A'raf; 56)Yakni dengan perasaan takut terhadap siksaan yang ada di sisi-Nya dan penuh harap kepada pahala berlimpah yang ada di sisi-Nya. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ}


Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-A'raf: 56)Maksudnya, sesungguhnya rahmat Allah selalu mengincar orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu mereka yang mengikuti perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ


Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 156), hingga akhir ayat.Dalam ayat ini disebutkan qaribun dan tidak disebutkan qaribatun mengingat di dalamnya

(yakni lafaz rahmat) terkandung pengertian pahala; atau karena disandarkan kepada Allah, karena itu disebutkan qaribun minal muhsinin (amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik).

Matar Al-Warraq pernah mengatakan, "Laksanakanlah janji Allah dengan taat kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia telah menetapkan bahwa rahmat-Nya amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."

Surat Al-Araf |7:56|

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

wa laa tufsiduu fil-ardhi ba'da ishlaaḥihaa wad'uuhu khoufaw wa thoma'aa, inna roḥmatallohi qoriibum minal-muḥsiniin

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.

And cause not corruption upon the earth after its reformation. And invoke Him in fear and aspiration. Indeed, the mercy of Allah is near to the doers of good.

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi) dengan melakukan kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan maksiat (sesudah Allah memperbaikinya) dengan cara mengutus rasul-rasul

(dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut) terhadap siksaan-Nya (dan dengan penuh harap) terhadap rahmat-Nya. (Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik)

yakni orang-orang yang taat. Lafal qariib berbentuk mudzakkar padahal menjadi khabar lafal rahmah yang muannats, hal ini karena lafal rahmah dimudhafkan kepada lafal Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 56 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Araf |7:57|

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

wa huwallażii yursilur-riyaaḥa busyrom baina yadai roḥmatih, ḥattaaa iżaaa aqollat saḥaaban ṡiqoolan suqnaahu libaladim mayyitin fa anzalnaa bihil-maaa`a fa akhrojnaa bihii ming kulliṡ-ṡamaroot, każaalika nukhrijul-mautaa la'allakum tażakkaruun

Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

And it is He who sends the winds as good tidings before His mercy until, when they have carried heavy rainclouds, We drive them to a dead land and We send down rain therein and bring forth thereby [some] of all the fruits. Thus will We bring forth the dead; perhaps you may be reminded.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni terpencar-pencar sebelum datangnya hujan.

Menurut suatu qiraat dibaca dengan takhfif, yaitu syin disukunkan; dan menurut qiraat lainnya dengan disukunkan syinnya kemudian memakai nun yang difatahkan sebagai mashdar.

Menurut qiraat lainnya lagi dengan disukunkan syinnya kemudian didamahkan huruf sebelumnya sebagai pengganti dari nun, yakni mubsyiran.

Bentuk tunggal (dari yang pertama ialah nusyuurun seperti lafal rasuulun, sedangkan bentuk tunggal yang kedua ialah basyiirun (sehingga apabila angin itu membawa) maksudnya meniupkan (mendung yang tebal)

yaitu hujan (Kami halau mendung itu) mega yang mengandung air hujan itu. Di dalam lafal ini terkandung makna iltifat `anil ghaibiyyah (ke suatu daerah yang tandus) daerah yang tidak ada tetumbuhannya guna menyuburkannya

(lalu Kami turunkan di daerah itu) di kawasan tersebut (hujan, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah) cara pengeluaran itulah

(Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati) dari kuburan mereka dengan menghidupkan mereka kembali (mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran) kemudian kamu mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 57 |

Tafsir ayat 57-58

Dalam pembahasan di atas disebutkan bahwa Allah-lah yang mencipta­kan langit dan bumi, dan Dialah Yang Mengatur, Yang Memutuskan, Yang Memerintah, dan Yang Menundukkannya. Dia memberikan petunjuk kepada mereka

agar berdoa kepada-Nya karena Dia Mahakuasa atas semua yang dikehendaki-Nya. Kemudian dalam pembahasan ayat ini disebutkan bahwa Allah mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya

bahwa Dialah yang memberi mereka rezeki, dan bahwa kelak Dia akan membangkitkan orang-orang yang telah mati di hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ نشْرًا


Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira. (Al-A'raf: 57)Yakni angin yang bertiup menyebar membawa awan yang mengandung hujan. Di antara ahli qiraat ada yang membacanya dengan bacaan yang semakna dengan apa yang dikandung oleh firman-Nya:


{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ}


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengi­rimkan angin sebagai pembawa berita gembira. (Ar-Rum: 46)Firman Allah Swt.:


{بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ}


sebelum kedatangan rahmat-Nya. (Al-A'raf: 57)Maksudnya, sebelum kedatangan hujan. Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ}


Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (Asy-Syura: 28)


{فَانْظُرْ إِلَى أَثَر رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}


Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ar-Rum: 50)Adapun firman Allah Swt.:


{حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا}


hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. (Al-A'raf: 57)Yakni angin tersebut membawa awan yang mengandung air hujan yang ciri khasnya gelap karena berat, penuh dengan air, dan tidak jauh dari permukaan bumi.Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Zaid ibnu Amr ibnu Nufail dalam bait-bait syairnya, yaitu:


وأسلمتُ وجْهِي لمنْ أسْلَمَتْ ... لَهُ المُزْنُ تَحْمل عَذْبا زُلالا ... وأسلَمْتُ وَجْهي لِمَنْ أسلَمَتْ ... لَهُ الْأَرْضُ تحملُ صَخرًا ثِقَالًا


Saya berserah diri kepada Tuhan yang berserah diri kepada-Nya awan yang mengandung air hujan yang tawar lagi mudah diminum. Dan saya berserah diri kepada Tuhan yang berserah diri kepada-Nya bumi yang membawa batu-batu besar lagi berat. Firman Allah Swt.:


{سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ}


Kami halau ke suatu daerah yang tandus. (Al-A'raf: 57)Yakni ke suatu daerah yang kering dan tandus tidak ada tanam-tanamannya. Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:


وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا


Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi mati, Kami hidupkan bumi itu. (Yasin: 33), hingga akhir ayat.Karena itulah dalam ayat ini —yakni firman selanjutnya— disebutkan:


{فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى}


maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati. (Al-A'raf: 57)Yaitu sebagaimana Kami hidupkan bumi yang telah mati itu sesudah matinya,

demikian pula Kami hidupkan jasad-jasad sesudah tulang belulangnya hancur kelak di hari kiamat. Di hari kiamat nanti Allah menurunkan hujan dari langit, hujan itu menyirami bumi selama empat puluh hari. Maka tumbuhlah dari bumi semua jasad

dari kuburnya masing-masing seperti tumbuhnya bebijian dari dalam tanah. Pengertian seperti ini banyak didapat di dalam Al-Qur'an. Diungkapkan oleh Allah Swt. sebagai perumpamaan kejadian hari kiamat; Allah meng­ungkapkannya dengan contoh Dia menghidupkan bumi yang telah mati. Karena itulah di akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}


mudah-mudahan kalian mengambil pelajaran. (Al-A'raf: 57)Adapun firman Allah Swt.:


{وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ}


Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah. (Al-A'raf: 58)Yakni tanah yang baik mengeluarkan tetumbuhannya dengan cepat dan subur. Seperti yang disebut dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:


{فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا}


dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik. (Ali Imran-37)Adapun firman Allah Swt.:


{وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلا نَكِدًا}


dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. (Al-A'raf: 58)Menurut Mujahid dan lain-lainnya, tanah yang tidak subur ialah seperti tanah yang belum digarap dan belum siap untuk ditanami,

serta tanah lainnya yang tidak dapat ditanami.Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan keadaan orang mukmin dan orang kafir.


قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيد بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ، كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَتْ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ. وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبَ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا. وَأَصَابَ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تَنْبُتُ (3) فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُه فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ، فَعَلم وَعَلَّم، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا. وَلَمْ يَقْبَل هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ".


Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Usamah, dari Yazid ibnu Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Perumpamaan ilmu dan petunjuk yang diutuskan oleh Allah kepadaku (untuk menyampaikannya) adalah seperti hujan deras yang menyirami bumi. Sebagian dari bumi ada yang subur dan menerima air,

maka ia menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan sebagian dari yang lain ada yang tandus, tetapi dapat menampung air, maka Allah memberikan manfaat kepada manusia melaluinya sehingga mereka dapat minum,

dapat pengairan dan bercocok tanam. Dan hujan itu menimpa sebagian yang lain yang hanya merupakan rawa-rawa, tidak dapat menahan air dan tidak (pula) menumbuhkan rerumputan. Maka demikianlah perumpamaan orang yang mengerti

tentang agama Allah dan beroleh manfaat dari apa yang diutuskan oleh Allah kepadaku untuk menyampaikannya, sehingga ia berilmu dan mengamalkannya. Juga sebagai perumpamaan buat orang yang tidak mau memperhatikannya

serta tidak mau menerima petunjuk Allah yang disampaikan olehku.Imam Muslim dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abu Usamah (yaitu Hammad ibnu Usamah) dengan lafaz yang sama.

Surat Al-Araf |7:58|

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

wal-baladuth-thoyyibu yakhruju nabaatuhuu bi`iżni robbih, wallażii khobuṡa laa yakhruju illaa nakidaa, każaalika nushorriful-aayaati liqoumiy yasykuruun

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan, dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

And the good land - its vegetation emerges by permission of its Lord; but that which is bad - nothing emerges except sparsely, with difficulty. Thus do We diversify the signs for a people who are grateful.

Tafsir
Jalalain

(Dan tanah yang baik) yang subur tanahnya (tanaman-tanamannya tumbuh subur) tumbuh dengan baik (dengan seizin Tuhannya) hal ini merupakan perumpamaan bagi orang mukmin yang mau mendengar petuah/nasihat.

kemudian ia mengambil manfaat dari nasihat itu (dan tanah yang tidak subur) jelek tanahnya (tidaklah mengeluarkan) tanamannya (kecuali tumbuh merana) sulit dan susah tumbuhnya.

Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang kafir. (Demikianlah) seperti apa yang telah Kami jelaskan (Kami menjelaskan) menerangkan (ayat-ayat Kami kepada orang-orang yang bersyukur) terhadap Allah,

kemudian mereka mau beriman kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 58 |

Penjelasan ada di ayat 57

Surat Al-Araf |7:59|

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

laqod arsalnaa nuuḥan ilaa qoumihii fa qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, inniii akhoofu 'alaikum 'ażaaba yaumin 'azhiim

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat)."

We had certainly sent Noah to his people, and he said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. Indeed, I fear for you the punishment of a tremendous Day.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya) merupakan jawab dari qasam/sumpah yang mahdzuf/tidak disebutkan. (Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.")

dengan dibaca jar sebagai sifat dari lafal ilaahun, dan dibaca rafa' sebagai badal dari lafal ilaahun (Sesungguhnya aku takut kamu) jika kamu menyembah selain Allah (akan ditimpa azab yang besar) yakni azab pada hari kiamat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 59 |

Tafsir ayat 59-62

Pada permulaan surat ini Allah menceritakan kisah Adam dan semua yang berkaitan dengan itu serta semua hubungannya hingga selesai. Kemudian Allah Swt. menuturkan kisah nabi-nabi lainnya secara ber­urutan. Untuk itu Allah Swt.

memulainya dengan kisah Nabi Nuh a.s. karena sesungguhnya Nuh a.s. adalah rasul Allah yang mula-mula diutus kepada penduduk bumi sesudah Adam a.s.Dia adalah Nuh ibnu Lamek ibnu Mutusyalikh ibnu Akhnukh (yakni Nabi Idris a.s.)

menurut apa yang mereka duga. Idris a.s. adalah orang yang mula-mula menulis pakai pena. Nasab Nabi Nuh selanjutnya ialah Ibnu Burd ibnu Mahlil ibnu Qanin ibnu Yanisy ibnu Syis ibnu Adam; semoga Allah melimpahkan salam-Nya kepada mereka.

Demikianlah menurut nasab yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu lshaq dan lain-lainnya dari kalangan ulama ahli nasab.Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, tidak ada seorang nabi pun yang mengalami gangguan dari kaumnya

yang lebih parah daripada Nabi Nuh a.s. kecuali nabi yang dibunuh oleh kaumnya.Yazid Ar-Raqqasyi mengatakan, sesungguhnya Nuh diberi nama seperti itu karena ia banyak menangisi dirinya. Jarak waktu antara Adam a.s.

sampai kepada Nuh a.s. adalah sepuluh abad (yakni sepuluh generasi), semuanya memeluk agama Islam.Abdullah ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama tafsir mengatakan bahwa pada mulanya

berhala-berhala disembah ialah karena di masa lalu ada suatu kaum yang saleh meninggal dunia. Kemudian kaum mereka membangun masjid-masjid di atas kuburan mereka dan membuat gambar-gambar mereka di dalamnya

untuk mengingatkan orang-orang akan tingkah laku dan ibadah mereka, dengan tujuan agar kaum mereka meniru jejak mereka.Tetapi setelah zaman berlalu cukup lama, mereka (kaumnya) mem­buat patung-patung

dalam bentuk gambar-gambar tersebut. Setelah berlalunya masa yang cukup lama lagi, maka mereka mulai menyembah patung-patung tersebut dan menamakannya dengan nama orang-orang saleh itu, seperti Wad, Suwa’, Yagus,

Ya’uq, dan Nasr. Setelah hal ter­sebut kian parah, Allah Swt. mengutus Nabi Nuh a.s. Nabi Nuh a.s. memerintahkan kepada mereka agar menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Untuk itu disebutkan oleh firman-Nya:


{يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}


Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kalian tidak menyembah Allah), aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar

(kiamat). (Al-A'raf: 59)Yaitu azab hari kiamat apabila kalian dihadapkan kepada Allah, sedangkan kalian dalam keadaan musyrik (mempersekutukan-Nya).


{قَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِهِ}


Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 60)Yang dimaksud dengan istilah mala' ialah para pemimpin dan para pembesar dari kalangan mereka.


{إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. (Al-A'raf: 60)Yakni ajakan dan seruanmu yang ditujukan kepada kami agar kami meninggalkan penyembahan berhala-berhala ini yang kami jumpai nenek moyang kami

melakukannya.Memang demikianlah keadaan orang-orang yang durhaka. Sesung­guhnya mereka memandang orang-orang yang bertakwa hanya berada dalam kesesatan. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلاءِ لَضَالُّونَ}


Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat." (Al-Muthaffifin: 32)


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ}


Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya dia (Al-Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya.

Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya, maka mereka akan berkata, "Ini adalah dusta yang lama.” (Al-Ahqaf: 11)Masih banyak ayat-ayat lainnya yang bermakna senada.Firman Allah Swt.:


{قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلالَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Nuh menjawab, "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam." (Al-A'raf: 61)Artinya, saya bukanlah orang yang sesat, melainkan utusan Tuhan segala sesuatu dan yang memiliki kesemuanya.


{أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}


Aku sampaikan kepada kalian amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepada kalian, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian ketahui. (Al-A' raf: 62)Memang demikianlah tugas yang diemban oleh seorang rasul,

yaitu dia menyampaikan risalah Allah dengan bahasa yang fasih, menasihati kaumnya, dan dia mengetahui Allah. Tiada seorang pun dari makhluk Allah yang mempunyai sifat-sifat seperti itu selain para rasul.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw. ketika di Arafah bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang jumlahnya saat itu sangat banyak dan hampir semuanya berkumpul, yaitu:


"أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ " قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ، فَجَعَلَ يَرْفَعُ إِصْبَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ وينكتُها عَلَيْهِمْ وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ اشْهَدْ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ


"Hai manusia, sesungguhnya kalian kelak akan ditanyai mengenai diriku, lalu apakah yang bakal kalian jawab?” Mereka (para saha­bat) menjawab.”Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanat

serta menasihati umat." Lalu Rasulullah Saw. mengangkat telunjuknya ke langit dan menudingkannya ke arah mereka seraya bersabda, "Ya Allah, saksikanlah. Ya Allah, saksikanlah."

Surat Al-Araf |7:60|

قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

qoolal-mala`u ming qoumihiii innaa lanarooka fii dholaalim mubiin

Pemuka-pemuka kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata."

Said the eminent among his people, "Indeed, we see you in clear error."

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka) orang-orang terhormat (dari kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.") yang jelas.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 60 |

Penjelasan ada di ayat 59

Surat Al-Araf |7:61|

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلَالَةٌ وَلَٰكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

qoola yaa qoumi laisa bii dholaalatuw wa laakinnii rosuulum mir robbil-'aalamiin

Dia (Nuh) menjawab, "Wahai kaumku! Aku tidak sesat, tetapi aku ini seorang rasul dari Tuhan seluruh alam.

[Noah] said, "O my people, there is not error in me, but I am a messenger from the Lord of the worlds."

Tafsir
Jalalain

(Nuh menjawab, "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun) lafal dhalaalah lebih umum pengertiannya daripada lafal adh-dhalaal dengan demikian maka penolakannya pun lebih kuat (tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 61 |

Penjelasan ada di ayat 59

Surat Al-Araf |7:62|

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

uballighukum risaalaati robbii wa anshoḥu lakum wa a'lamu minallohi maa laa ta'lamuun

Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui."

I convey to you the messages of my Lord and advise you; and I know from Allah what you do not know.

Tafsir
Jalalain

("Aku sampaikan kepadamu) dengan dibaca takhfif dan tasydid (amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat) maksudnya, aku menghendaki kebaikan (kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 59

Surat Al-Araf |7:63|

أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

a wa 'ajibtum an jaaa`akum żikrum mir robbikum 'alaa rojulim mingkum liyunżirokum wa litattaquu wa la'allakum tur-ḥamuun

Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat?

Then do you wonder that there has come to you a reminder from your Lord through a man from among you, that he may warn you and that you may fear Allah so you might receive mercy."

Tafsir
Jalalain

(Apakah) kamu tidak percaya (dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan) yakni pelajaran (dari Tuhanmu dengan perantaraan) lisan (seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu)

tentang siksaan jika kamu tidak mau beriman (dan mudah-mudahan kamu bertakwa) kepada Allah (dan supaya kamu mendapat rahmat) oleh sebab pelajaran itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 63 |

Tafsir ayat 63-64

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Nuh a.s., bahwa Nuh berkata kepada kaumnya:


أَوَعَجِبْتُمْ


Dan apakah kalian (tidak percaya) dan heran. (Al-A'raf: 63), hingga akhir ayat.Maksudnya, janganlah kalian heran akan hal ini karena bukanlah hal yang mengherankan bilamana Allah menurunkan wahyu kepada seorang lelaki diantara kalian.

Hal itu justru merupakan rahmat bagi kalian, belas kasihan dari Allah, dan kebaikan-Nya kepada kalian. Utusan itu ditugaskan-Nya agar memberikan peringatan kepada kalian supaya kalian takut kepada pembalasan Allah dan supaya kalian tidak mempersekutukan-Nya.


{وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}


dan supaya kalian mendapat rahmat. (Al-A'raf: 63)Ayat berikutnya diceritakan oleh Allah Swt.:


{فَكَذَّبُوهُ}


Maka mereka mendustakan Nuh. (Al-A'raf: 64)Yakni mereka berlarut-larut dalam mendustakan Nuh dan menentang­nya, dan tidak ada yang beriman dari kalangan kaumnya kecuali hanya sedikit orang. Sebagaimana yang disebutkan di bagian lain dari Al-Qur'an.Firman Allah Swt.:


{فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ}


kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera. (Al-A'raf: 64)At-fulk artinya kapal laut atau bahtera. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:


{فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ}


Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu. (Al-Ankabut: 15)Adapun firman Allah Swt.:


{وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا}


dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. (Al-A'raf: 64)Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:


{مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا}


Disebabkan kesalahan-kesalahati mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (Nuh: 25)Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ}


Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (Al-A’raf: 64)Yakni buta terhadap perkara yang hak, mereka tidak dapat melihatnya dan tidak dapat beroleh petunjuk ke arahnya. Dalam kisah ini Allah menjelaskan bahwa Dia

akan membela kekasih-kekasih-Nya dari musuh-musuh mereka, menyelamatkan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman, dan membinasakan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا


Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami. (Al-Mu’min: 51), hingga akhir ayat.Demikianlah Sunnatullah untuk hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat, yaitu bahwa pada akhirnya akibat yang terpuji hanyalah diraih oleh orang-orang

yang bertakwa, dan keberuntungan serta kemenangan hanya diperoleh mereka. Allah Swt. telah membinasakan kaum Nuh a.s. dengan menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nuh beserta sahabat-sahabatnya yang beriman.

Malik meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam bahwa kaum Nabi Nuh karena banyaknya sehingga jumlah mereka memenuhi lembah-lembah dan dataran-dataran tinggi.Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Tidaklah Allah mengazab

kaum Nabi Nuh melainkan di saat bumi penuh dengan mereka, dan tidak ada suatu daerah pun dari bumi melainkan padanya terdapat seorang raja dan pendurhaka."Ibnu Wahb mengatakan, "Telah sampai kepadaku berita dari Ibnu Abbas

yang mengatakan bahwa orang-orang yang selamat bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahtera adalah delapan puluh laki-laki, salah seorang dari mereka adalah bangsa Jurhum yang berbicara memakai bahasa Arab."

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Dari jalur lain Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula secara muttasil sampai kepada Ibnu Abbas r.a.

Surat Al-Araf |7:64|

فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ

fa każżabuuhu fa anjainaahu wallażiina ma'ahuu fil-fulki wa aghroqnallażiina każżabuu bi`aayaatinaa, innahum kaanuu qouman 'amiin

Maka, mereka mendustakannya (Nuh). Lalu Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).

But they denied him, so We saved him and those who were with him in the ship. And We drowned those who denied Our signs. Indeed, they were a blind people.

Tafsir
Jalalain

(Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya) dari tenggelam (di dalam bahtera) perahu (dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami)

dengan banjir besar. (Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta) mata hatinya dari kebenaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 64 |

Penjelasan ada di ayat 63

Surat Al-Araf |7:65|

وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ

wa ilaa 'aadin akhoohum huudaa, qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, a fa laa tattaquun

Dan kepada kaum ´Aad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa?"

And to the 'Aad [We sent] their brother Hud. He said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. Then will you not fear Him?"

Tafsir
Jalalain

(Dan) Kami telah mengutus (kepada kaum Ad) yang pertama (saudara mereka yaitu Hud. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah) tauhidkanlah Allah (sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya.

Maka mengapa kamu tidak bertakwa") kamu tidak takut kepada-Nya sehingga kamu mau mengimani-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 65 |

Tafsir ayat 65-69

Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami utuskan Nuh kepada kaumnya, maka Kami pun mengutus kepada kaum 'Ad saudara mereka, yaitu Hud." Menurut Muhammad ibnu Ishaq, kaum Nabi Hud berasal dari

‘Ad ibnu Iram ibnu Iwad ibnu Sam ibnu Nuh a.s. Menurut kami, mereka adalah kaum 'Ad pertama yang disebut oleh Allah dalam Kitab­Nya. Mereka adalah keturunan dari 'Ad ibnu Iram yang bertempat tinggal

di gedung-gedung yang tinggi tiang-tiangnya di daerah pedalaman. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ * إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ * الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ}


Apakah kamu belum memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota)

seperti itu di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 6-8)Demikian itu karena besarnya tubuh mereka dan dahsyatnya kekuatan mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang lain:


{فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ}


Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata.”Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa

Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (Fushshilat: 15)Tempat tinggal mereka di negeri Yaman adalah di Ahqaf,

yakni suatu daerah yang semuanya terdiri atas bukit-bukit pasir.Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abu Sa’id Al-Khuza'i, dari Abut Tufail (yaitu Amir ibnu Wasilah) bahwa ia pernah mendengar

Ali berkata kepada seorang lelaki dari Hadramaut, "Apakah engkau pernah melihat gundukan pasir merah yang dicampuri dengan tanah liat keras yang merah, dan dipenuhi dengan pohon arak dan pohon siar,

tepatnya terletak di bagian anu dari kawasan Hadramaut?" Lelaki itu menjawab, "Ya saya pernah melihatnya, hai Amirul Mu’minin. Demi Allah, engkau benar-benar menggambar­kannya seperti orang yang pernah melihatnya." Ali r.a. berkata,

"Tidak, tetapi saya pernah diberi tahu oleh hadis tentangnya." Lelaki dari Hadramaut itu bertanya lagi, "Mengapa engkau tanyakan tempat ter­sebut, wahai Amirul Mu’minin?" Ali r.a. menjawab, "Padanya terdapat kuburan Hud a.s."

Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Di dalamnya terkandung informasi yang menyatakan bahwa tempat tinggal kaum Nabi Hud adalah negeri Yaman karena Nabi Hud sendiri dimakamkan di tempat tersebut.

Nabi Hud adalah seorang yang paling mulia keturunannya di antara kaumnya. Karena sesungguhnya semua rasul diutus oleh Allah Swt. dari kalangan kabilah yang paling utama dan paling dihormati di kalangan kaumnya. Tetapi kaum Nabi Hud

—sebagaimana tubuh mereka yang besar lagi perkasa, begitu pula hati mereka sangat keras— mereka adalah suatu umat yang paling mendustakan perkara hak.Karena itulah Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, taat kepada-Nya, dan bertakwa kepada-Nya.


{قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ}


Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata. (Al-A'raf: 66) Al-Mala’, pembesar dan pemuka dari kalangan suatu kaum.


{إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ}


"Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (Al-A'raf: 66)Maksudnya, kalian berada dalam kesesatan;

karena kamu menyeru kami untuk meninggalkan berhala-berhala kami, dan menyeru kami untuk menyembah Allah semata. Perihal mereka sama dengan apa yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Quraisy

terhadap seruan yang disampaikan oleh Nabi Saw. yang mengajak mereka kepada menyembah Allah semata. Seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:


أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا


Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Maha Esa? (Shad: 5), hingga akhir ayat.Firman Allah Swt.:


{قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Hud berkata, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 67)Yakni saya tidaklah seperti apa yang kalian dugakan, bahkan saya datang kepada kalian

untuk menyampaikan perkara yang hak dari Allah Yang Menciptakan segala sesuatu, Dia adalah Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya.


{أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ}


Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian, dan aku hanyalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya bagi kalian. (Al-A'raf: 68)Hal yang disebutkan dalam ayat ini merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh semua rasul, yaitu menyampaikan risalah Allah, memberi nasihat, dan dipercaya.


{أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ}


Apakah kalian (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kalian peringatan dari Tuhan kalian yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara kalian untuk memberi peringatan kepada kalian. (Al-A'raf: 69)

Artinya, janganlah kalian heran bila Allah mengirimkan kepada kalian seorang utusan dari kalangan kalian untuk memberi peringatan kepada kalian akan hari-hari Allah yang pada hari itu kalian menghadap kepada-Nya. Mengapa kalian tidak bersyukur kepada Allah atas karunia ini?


{وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ}


Dan ingatlah oleh kalian di waktu Allah menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh. (Al-A'raf: 69)Yaitu ingatlah oleh kalian akan nikmat Allah kepada kalian karena Dia telah menjadikan

dari keturunan Nuh yang berkat doanya Allah membinasakan seluruh penduduk bumi, sebab mereka menentangnya dan mendustakannya.


{وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً}


dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakan kalian (daripada kaum Nuh itu). (Al-A'raf: 69)Yakni Dia menjadikan tinggi perawakan kalian dan kekuatan kalian lebih daripada manusia sejenis kalian. Dengan kata lain,

Allah men­jadikan tubuh mereka sangat tinggi dan sangat kuat perawakannya. Pengertian ini sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang mengisahkan perihal Talut, yaitu:


{وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ}


dan menambahinya dengan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. (Al-Baqarah: 247)


{فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ}


Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah. (Al-A'raf: 69)Yang dimaksud dengan ala ialah nikmat-nikmat Allah dan karunia-Nya kepada kalian.


{لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ}


supaya kalian mendapat keberuntungan. (Al-A'raf: 69)Lafaz ala adalah bentuk jamak dari Ila, tetapi menurut pendapat yang lain ia adalah bentuk jamak dari ala.

Surat Al-Araf |7:66|

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

qoolal-mala`ullażiina kafaruu ming qoumihiii innaa lanarooka fii safaahatiw wa innaa lanazhunnuka minal-kaażibiin

Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta."

Said the eminent ones who disbelieved among his people, "Indeed, we see you in foolishness, and indeed, we think you are of the liars."

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal) yaitu bodoh

(dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.") di dalam kerasulanmu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 66 |

Penjelasan ada di ayat 65

Surat Al-Araf |7:67|

قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَٰكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

qoola yaa qoumi laisa bii safaahatuw wa laakinnii rosuulum mir robbil-'aalamiin

Dia (Hud) menjawab, "Wahai kaumku! Bukan aku kurang waras, tetapi aku ini adalah rasul dari Tuhan seluruh alam.

[Hud] said, "O my people, there is not foolishness in me, but I am a messenger from the Lord of the worlds."

Tafsir
Jalalain

(Hud berkata, "Hai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 67 |

Penjelasan ada di ayat 65

Surat Al-Araf |7:68|

أُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ

uballighukum risaalaati robbii wa ana lakum naashiḥun amiin

Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan pemberi nasihat yang terpercaya kepada kamu.

I convey to you the messages of my Lord, and I am to you a trustworthy adviser.

Tafsir
Jalalain

(Aku menyampaikan amanat-amanah Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu") yakni orang yang dipercaya untuk mengemban risalah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 68 |

Penjelasan ada di ayat 65

Surat Al-Araf |7:69|

أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَىٰ رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ ۚ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً ۖ فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

a wa 'ajibtum an jaaa`akum żikrum mir robbikum 'alaa rojulim mingkum liyunżirokum, ważkuruuu iż ja'alakum khulafaaa`a mim ba'di qoumi nuuḥiw wa zaadakum fil-kholqi bashthoh, fażkuruuu aalaaa`allohi la'allakum tufliḥuun

Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakan. Maka, ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung."

Then do you wonder that there has come to you a reminder from your Lord through a man from among you, that he may warn you? And remember when He made you successors after the people of Noah and increased you in stature extensively. So remember the favors of Allah that you might succeed.

Tafsir
Jalalain

(Apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh) lisan (seorang laki-laki di antara kamu untuk memberi peringatan kepadamu,

Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti yang berkuasa) di muka bumi (sesudah lenyapnya kaum Nuh dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu)

memberi kekuatan dan tinggi tubuh; tersebutlah bahwa orang yang paling tinggi di antara mereka adalah seratus hasta, sedangkan yang paling pendek enam puluh hasta (Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah).

yaitu karunia-karunia-Nya (supaya kamu mendapat keberuntungan) supaya kamu memperoleh keberhasilan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 69 |

Penjelasan ada di ayat 65

Surat Al-Araf |7:70|

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا ۖ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

qooluuu a ji`tanaa lina'budalloha waḥdahuu wa nażaro maa kaana ya'budu aabaaa`unaa, fa`tinaa bimaa ta'idunaaa ing kunta minash-shoodiqiin

Mereka berkata, "Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!"

They said, "Have you come to us that we should worship Allah alone and leave what our fathers have worshipped? Then bring us what you promise us, if you should be of the truthful."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan) artinya membiarkan

(apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami Maka datangkanlah apa yang kamu ancamkan kepada kami) berupa azab (jika kamu termasuk orang-orang yang benar") di dalam pengakuanmu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 70 |

Tafsir ayat 70-72

Allah Swt. menceritakan perihal pembangkangan, ketidakpercayaan, dan keingkaran mereka terhadap Nabi Hud a.s.


قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ


Mereka berkata, "Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah Allah saja?” (Al-A'raf: 70), hingga akhir ayat.Ayat ini semakna dengan apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy, yaitu seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ}


Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (Al-Anfal: 32)Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya menceritakan

bahwa kaum Nabi Hud adalah kaum penyembah berhala-berhala. Di antaranya ada berhala yang diberi nama Samad, ada yang diberi nama Sumud, dan yang lainnya lagi diberi nama Al-Hana. Karena itulah Nabi Hud a.s. bersabda kepada mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ}


Sungguh telah pasti kalian akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhan kalian. (Al-A'raf: 71)Dengan kata lain, azab dari Tuhan kalian telah pasti akan menimpa kepada kalian disebabkan ucapan kalian itu. Menurut suatu pendapat,

lafaz rijsun merupakan bentuk maqlub dari lafaz rijzun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa maknanya ialah kemurkaan dan kemarahan.


{أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ}


Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang kalian beserta nenek moyang kalian menamakannya? (Al-A’raf:71)Yakni apakah kalian membantahku sehubungan dengan kebatilan berhala-berhala

yang diberi nama oleh kalian dan nenek moyang kalian sebagai tuhan-tuhan yang kalian sembah. Padahal berhala-berhala itu tidak dapat menimpakan bahaya, tidak pula memberikan manfaat,

dan Allah tidak pernah menjadikan dalil atau hujah bagi kalian untuk menyembah berhala-berhala itu. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{مَا نزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ}


padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kalian. (Al-A'raf: 71)

Di dalam ayat ini terkandung makna ancaman dan peringatan keras dari seorang rasul kepada kaumnya. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ}


Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman. (Al-A'raf: 72)

Allah Swt telah menyebutkan gambaran tentang pembinasaan mereka di berbagai ayat dari Al-Qur'an, yang intinya menyebutkan bahwa Allah mengirimkan kepada mereka angin besar yang sangat dingin. Tidak ada sesuatu pun

yang diterjang angin ini, melainkan pasti hancur berserakan, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ * سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ * فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ}


Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad

pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. (Al-Haqqah: 6-8)

Setelah mereka membangkang dan durhaka kepada Nabi-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan angin yang sangat dingin. Angin tersebut dapat menerbangkan seseorang dari mereka,

lalu menjatuhkan­nya dengan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur dan terpisah dari tubuhnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ}


seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka mendiami negeri Yaman, tepatnya di suatu daerah yang terletak di antara Amman dan Hadramaut.

Tetapi sekalipun demikian, mereka berhasil menyebar ke seluruh penjuru bumi dan dapat mengalahkan penduduknya berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang menyembah berhala,

bukan menyembah Allah. Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang nasabnya berasal dari kalangan menengah mereka dan berkedudukan' terhormat di kalangan mereka.

Maka Nabi Hud a.s. memerintahkan kepada mereka agar mengesa­kan Allah, jangan menjadikan bersama-Nya tuhan-tuhan selain Dia, dan jangan menganiaya manusia lagi. Tetapi mereka menolak seruannya,

bahkan mendustakannya. Mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat dari kami?'Tetapi ada segolongan orang dari mereka yang mengikuti Nabi Hud a.s., hanya jumlahnya sedikit dan mereka menyembunyikan keimanannya.

Setelah kaum ‘Ad bertambah durhaka terhadap Allah dan mendustakan Nabi-Nya serta banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi, dengan berlaku sewenang-wenang padanya dan meninggalkan jejak-jejak mereka

di setiap tanah tinggi tempat-tempat bermainnya tanpa ada gunanya, maka Nabi Hud a.s. berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ * وَتَتَّخِذُونَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُونَ * وَإِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِينَ * فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}


Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa

sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara: 128-131)Tetapi mereka menjawab, seperti yang disebutkan di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu firman-Nya:


{قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ. إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ}


Kaum 'Ad berkata "Hai Hud. kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.

Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan keburukan kepadamu.” (Hud: 53-54)Yang dimaksud dengan su' atau keburukan ialah penyakit gila.


{قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ * مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ * إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya kalian semuanya

terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya.

Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah mereka membang­kang, tidak mau beriman dan hanya tetap kepada kekufurannya,

maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun —menurut apa yang didugakan oleh mereka (para perawinya)— sehingga keadaan tersebut membuat mereka benar-benar parah. Konon di zaman itu

apabila orang-orang mengalami musim paceklik yang parah, dan mereka me­mohon kepada Allah agar dibebaskan dari paceklik, maka sesungguhnya mereka hanya mendoa kepada-Nya di tempat suci-Nya, yaitu di tempat bait-Nya.

Tempat tersebut di masa itu telah dikenal, sedangkan di tempat itu terdapat para penghuninya dari golongan amatiq (raksasa). Mereka adalah keturunan dari ‘Amliq Ibnu Lawuz ibnu Sam ibnu Nuh. Pemimpin mereka saat itu adalah

seorang lelaki yang bernama Mu'awiyah ibnu Bakar. Sedangkan ibunya berasal dari kaum ‘Ad yang dikenal dengan nama Jahlazah, anak perempuan Al-Khubairi.Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kaum 'Ad mengirim­kan suatu delegasi

yang jumlahnya kurang lebih tujuh puluh orang menuju tanah suci, untuk meminta istisqa (hujan) di tanah suci buat kaumnya.Mereka bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar di luar kota Mekah, lalu mereka tinggal di rumahnya selama satu bulan.

Selama itu mereka mabuk-mabukan dan mendengarkan nyanyian yang didendangkan oleh dua orang penyanyi wanita Mu'awiyah.Walaupun telah cukup lama mereka tinggal di tempat Mu'awiyah, tetapi ternyata mereka tidak beranjak juga

dari rumahnya, sedangkan Mu'awiyah merasa kasihan kepada kaumnya (yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka); sementara itu Mu'awiyah sendiri merasa malu untuk mengusir mereka pergi dari rumahnya.

Maka ia membuat syair yang menyindir mereka untuk pergi, lalu memerintahkan kepada biduannya untuk mendendangkan syair itu kepada mereka. Isi syair tersebut adalah seperti berikut:


أَلَا يَا قَيْلُ وَيْحَكَ قُْم فَهَيْنم ... لَعَلَّ اللَّهَ يُصْبحُنَا غَمَاما ... فَيَسْقي أرضَ عادٍ إِنَّ عَادًا ... قَد امْسَوا لَا يُبِينُونَ الكَلاما ... مِنَ الْعَطَشِ الشَّدِيدِ فَلَيْسَ نَرجُو ... بِهِ الشيخَ الكبيرَ وَلَا الغُلاما ... وَقَد كانَت نساؤهُم بخيرٍ ... فَقَدْ أَمْسَتْ نِسَاؤهم عَيَامى وَإِنَّ الوحشَ تأتيهمْ جِهارا ... وَلَا تَخْشَى لعاديَ سِهَاما ... وَأَنْتُمْ هاهُنَا فِيمَا اشتَهَيْتُمْ ... نهارَكُمُ وَلَيْلَكُمُ التَّمَامَا ... فقُبّحَ وَفُْدكم مِنْ وَفْدِ قَوْمٍ ... ولا لُقُّوا التحيَّةَ والسَّلاما ...


Ingatlah, hai Qil, celakalah engkau, bangunlah dan sadarlah engkau, mudah-mudahan Allah memberikan hujan di pagi hari. Karenanya maka tanah kaum 'Ad menjadi tersirami hujan. Sesungguhnya kaum Ad sekarang menjadi orang-orang

yang tidak mengerti perkataan karena rasa haus berat yang menimpa mereka. Kami tujukan kata-kata ini bukan kepada orang yang sudah pikun, bukan pula kepada anak-anak Dahulu kaum wanita mereka dalam keadaan baik-baik,

tetapi sekarang kaum wanita mereka dalam kesedihan dan kemurungan. Dan sesungguhnya binatang-binatang liar berani datang kepada mereka secara terang-terangan, tanpa rasa takut sedikit pun kepada anak panah pemburu.

Sedangkan kalian di sini tenggelam ke dalam hura-hura sepanjang siang dan malam hari. Maka seburuk-buruk delegasi dari suatu kaum adalah delegasi kalian. Mereka tidak mendapat kehormatan, tidak pula mendapat salam (kesejahteraan).

Setelah syair tersebut dikemukakan kepada mereka, barulah mereka sadar akan tugas kedatangannya ke tanah suci itu. Lalu mereka bangkit menuju tanah suci dan berdoa untuk kaumnya. Mereka berdoa dipimpin oleh ketua mereka

yang dikenal dengan nama Qil ibnu Anaz.Maka Allah memunculkan tiga jenis awan, ada yang putih, ada yang hitam, dan ada yang merah. Lalu Qil mendengar suara dari langit yang mengatakan, "Pilihlah untukmu atau untuk kaummu

dari awan-awan ini!"Qil berkata, "Saya memilih awan yang hitam ini, karena sesungguh­nya awan hitam ini banyak mengandung air." Maka dijawablah oleh seruan itu, "Ternyata kamu memilih awan yang mengandung debu yang membinasakan."

Maka tidak ada seorang pun dan tidak ada seorang tua pun dari kaum 'Ad serta tidak ada seorang anak pun dari mereka melain­kan binasa saat itu, kecuali Bani Wuzyah Al-Muhannada. Menurut Ibnu Ishaq, Banil Wuzyah adalah suatu kabilah

dari kaum 'Ad yang tinggal di Mekah, maka mereka tidak tertimpa azab yang menimpa kaumnya.Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Banil Wuzyah adalah orang-orang yang tersisa dari keturunan kaum 'Ad karena selamat dari azab itu;

mereka disebut generasi terakhir dari kaum 'Ad.Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa Allah lalu mengarak awan hitam itu —menurut kisah mereka— yaitu awan yang dipilih oleh Qil ibnu Anaz. Di dalam awan itu terkandung azab

yang akan membinasakan kaum 'Ad. Awan itu muncul dari suatu lembah di tempat mereka yang dikenal dengan nama Lembah Mugis. Ketika mereka (kaum 'Ad) melihat awan hitam itu datang bergulung-gulung, mereka merasa gembira dan mengatakan, "Inilah awan yang akan membawa hujan kepada kita." Tetapi dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ * تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا}


Bukan, bahkan itulah azab yang kalian minta supaya disegerakan. yaitu angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancur­kan segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 24-25)Yakni yang membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya.

Disebutkan bahwa orang yang mula-mula melihatnya dan mengenal bahwa apa yang dikandungnya itu merupakan angin puting beliung, menurut yang dikisahkan para perawinya, ialah seorang wanita 'Ad yang dikenal dengan sebutan Mumid.

Setelah Mumid melihat dengan jelas apa yang terkandung di dalam awan tersebut, ia menjerit dan pingsan. Ketika ia sadar, kaumnya ber­tanya, "Hai Mumid, apakah yang telah engkau lihat?" Mumid menjawab,

"Saya melihat angin yang di dalamnya terdapat semisal api digiring oleh banyak kaum laki-laki yang menuntunnya dari depan."Maka Allah menimpakan angin itu kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: selama tujuh malam

dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah: 7)Al-husumah artinya terus-menerus, tiada henti-hentinya. Maka tidak ada seorang pun dari kaum 'Ad melainkan binasa. Sedangkan Nabi Hud a.s. menurut kisah yang sampai kepadaku

(Ibnu Ishaq) bersama orang-orang yang beriman berlindung di dalam sebuah tempat perlindungan; tidak ada sesuatu pun yang menimpa dia bersama para pengikutnya, melainkan hal-hal yang menyegarkan dan mengenakkan.

Sesungguhnya angin puting beliung itu menimpa perkampungan kaum 'Ad, lalu mener­bangkannya di antara langit dan bumi, kemudian menghancurkan mereka ke daerah berbatuan.

Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya ini secara panjang lebar hingga selesai, tetapi konteks yang diketengahkannya garib, hanya di dalamnya terkandung banyak faedah yang dapat disimpulkan darinya. Allah Swt. telah berfirman:


{وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ}


Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. (Hud: 58)

Memang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya hal yang berdekatan pengertiannya dengan kisah yang diutarakan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar tadi.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي أَبُو الْمُنْذِرِ سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ الْحَارِثِ الْبَكْرِيِّ قَالَ: خَرَجْتُ أَشْكُو الْعَلَاءَ بْنَ الْحَضْرَمِيِّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرَرْتُ بِالرَّبَذَةِ فَإِذَا عَجُوزٌ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ مُنْقَطِعٌ بِهَا، فَقَالَتْ لِي: يَا عَبْدَ اللَّهِ، إِنَّ لِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَةً، فَهَلْ أَنْتَ مُبَلِّغِي إِلَيْهِ؟ قَالَ: فَحَمَلْتُهَا فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ، فَإِذَا الْمَسْجِدُ غَاصٌّ بِأَهْلِهِ، وَإِذَا رَايَةٌ سَوْدَاءُ تَخْفِقُ، وَإِذَا بِلَالٌ مُتَقَلِّدٌ بِسَيْفٍ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ؟ فَقَالُوا: يُرِيدُ أَنْ يَبْعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَجْهًا. قَالَ: فَجَلَسْتُ، فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ -أَوْ قَالَ: رَحْلَهُ فَاسْتَأْذَنْتُ عَلَيْهِ، فَأَذِنَ لِي، فَدَخَلْتُ فَسَلَّمْتُ، قَالَ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ تَمِيمٍ شَيْءٌ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، وَكَانَتْ لَنَا الدّبَرة عَلَيْهِمْ، وَمَرَرْتُ بِعَجُوزٍ مِنْ بَنِي تَمِيمٍ مُنْقَطِعٍ بِهَا، فَسَأَلَتْنِي أَنْ أَحْمِلَهَا إِلَيْكَ، وَهَا هِيَ بِالْبَابِ. فَأَذِنَ لَهَا، فَدَخَلَتْ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ رَأَيْتَ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ تَمِيمٍ حَاجِزًا، فَاجْعَلِ الدَّهْنَاءَ. فَحَمِيَتِ الْعَجُوزُ وَاسْتَوْفَزَتْ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِلَى أَيْنَ يُضْطَرُّ مُضطَرُك ؟ قَالَ: قُلْتُ: إِنَّ مَثَلِي مَثَلُ مَا قَالَ الْأَوَّلُ: "معْزَى حَمَلت حَتْفَهَا"، حَمَلْتُ هَذِهِ وَلَا أَشْعُرُ أَنَّهَا كَانَتْ لِي خَصْمًا، أُعُوذُ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ أَنْ أَكُونَ كَوَافِدِ عَادٍ! قَالَ: هِيهْ، وَمَا وَافِدُ عَادٍ؟ -وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْحَدِيثِ مِنْهُ، وَلَكِنْ يَسْتَطْعِمُهُ -قُلْتُ: إِنْ عَادًا قُحطوا فَبَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ يُقَالُ لَهُ: "قَيْلُ"، فَمَرَّ بِمُعَاوِيَةَ بْنِ بَكْرٍ، فَأَقَامَ عِنْدَهُ شَهْرًا يَسْقِيهِ الْخَمْرَ وَتُغَنِّيهِ جَارِيَتَانِ، يُقَالُ لَهُمَا: "الْجَرَادَتَانِ"، فَلَمَّا مَضَى الشَّهْرُ خَرَجَ إِلَى جِبَالِ مَهْرة، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّي لَمْ أَجِئْ إِلَى مَرِيضٍ فَأُدَاوِيهِ، وَلَا إِلَى أَسِيرٍ فَأُفَادِيهِ. اللَّهُمَّ اسْقِ عَادًا مَا كُنْتَ تَسْقِيهِ، فَمَرَّتْ بِهِ سَحَّابَاتٌ سُودُ، فَنُودِيَ: مِنْهَا "اخْتَرْ". فَأَوْمَأَ إِلَى سَحَابَةٍ مِنْهَا سَوْدَاءَ، فَنُودِيَ مِنْهَا: "خُذْهَا رَمَادًا رِمْدِدا، لَا تُبْقِي مِنْ عَادٍ أَحَدًا". قَالَ: فَمَا بَلَغَنِي أَنَّهُ بُعث عَلَيْهِمْ مِنَ الرِّيحِ إِلَّا قَدْرُ مَا يَجْرِي فِي خَاتَمِي هَذَا، حَتَّى، هَلَكُوا -قَالَ أَبُو وَائِلٍ: وَصَدَقَ -قَالَ: وَكَانَتِ الْمَرْأَةُ وَالرَّجُلُ إِذَا بَعَثُوا وَافِدًا لَهُمْ قَالُوا: "لَا تَكُنْ كَوَافِدِ عَادٍ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepadaku Abul Munzir Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wail, dari Al-HariS Al-Bakri

yang menceritakan bahwa ia berangkat untuk mengadukan perkara kepada Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Aku (Al-Haris) melewati Rabzah, ternyata aku bersua dengan seorang nenek tua dari Bani Tamim yang tidak dapat

melanjutkan perjalanannya. Nenek itu berkata, "Hai hamba Allah, sesungguhnya saya mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah, maka sudilah kiranya engkau membawa saya menghadap kepadanya." Saya membawa nenek itu

sampai di Madinah, dan saya menjumpai masjid penuh sesak, lalu saya melihat bendera hitam berkibar dan sahabat Bilal menyandang pedangnya berdiri di hadapan Rasulullah Saw. Saya bertanya, "Apakah gerangan yang terjadi

dengan orang banyak ini?" Mereka (yang ditanya) menjawab, "Beliau Saw. hendak mengirimkan Amr ibnul As (bersama pasukannya) ke suatu daerah." Maka saya duduk, lalu masuk ke dalam rumahnya atau ke dalam kemahnya dan meminta izin

agar diperkenankan masuk, kemudian saya diberi izin untuk masuk menemuinya. Saya masuk dan mengucapkan salam penghormatan, lalu beliau Saw. bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim terdapat suatu masalah?" Saya menjawab,

"Ya, dan saya beroleh kemenangan atas mereka. Kemudian saya bersua dengan seorang nenek tua dari kalangan Bani Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu meminta kepada saya untuk membawanya sampai ke hadapanmu,

sekarang dia berada di pintu." Nenek tua itu pun diizinkan masuk. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika engkau setuju membuat batas antara kami dan Bani Tamim, jadikanlah Dahna sebagai batasannya.

" Dengan serta merta si nenek tua itu menjadi panas dan bergejolak, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang meminta kepadamu dengan paksa ini?" Saya berkata, "Sesungguhnya perumpamaanku

sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahulu, 'Orang yang meminta belasungkawa kepadaku ternyata membawa sendiri kematiannya.' Saya telah membawa nenek ini tanpa menyadari bahwa dia mempunyai rasa permusuhan

terhadap diri saya. Saya berlindung kepada Allah bila diri saya ini seperti delegasi kaum 'Ad." Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Apakah yang dimaksud dengan delegasi kaum 'Ad?" Padahal Rasulullah Saw. lebih mengetahui­nya,

tetapi hanya meminta ketegasan dariku. Saya bercerita, bahwa sesungguhnya dahulu kaum 'Ad mengalami musim paceklik yang sangat parah. Lalu mereka mengirimkan suatu delegasinya yang dipimpin oleh seseorang dari mereka

yang dikenal dengan nama Qil. Qil bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu ia tinggal padanya selama satu bulan, ia menghabiskan hari-harinya dengan minum khamr dan mendengar nyanyian dari dua orang penyanyi. Setelah satu bulan tinggal,

maka Qil berangkat ke Bukit Mahrah, lalu ia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya bukan datang kepada yang sakit, lalu saya mengobatinya; juga bukan kepada tawanan, lalu saya menebusnya. Ya Allah,

siramilahkaum 'Ad selagi Engkau masih memberi mereka air." Maka lewatlah kepadanya berbagai kumpulan awan hitam, lalu diserukan kepadanya, "Pilihlah mana yang kamu suka!" Maka Qil mengisyaratkan kepada awan yang paling hitam,

lalu diserukan kepadanya, "Ambillah awan yang mengandung debu ini yang tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum 'Ad." Al-Haris mengatakan, "Tidak ada yang sampai kepadaku berita yang menyatakan bahwa Allah mengirimkan angin

kepada mereka kecuali sekadar apa yang dimasukkan ke dalam cincinku ini (yakni tidak banyak) hingga mereka binasa." Abu Wail mengatakan bahwa Al-Haris benar. Sesudah peristiwa itu istilah "Janganlah kamu seperti delegasi kaum ‘Ad"

menjadi tenar. Tersebutlah bahwa lelaki dan wanita itu apabila mengirimkan utusannya (delegasinya) selalu berpesan kepada mereka, "Janganlah kamu seperti delegasi kaum "Ad."

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Zaid ibnul Hubab dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.

Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Salam ibnu Abul Munzir, dari Asim (yaitu Ibnu Bandalah). Melalui jalur ini pula Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Wail, dari Al-Haris ibnu Hisan Al-Bakri dengan lafaz yang semisal.

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraih, dari Zaid ibnu Hubab, tetapi di dalam sanadnya disebutkan dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Bakri, lalu ia menceritakannya. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy,

dari Asim Al-Haris ibnu Hisan, kemudian iamengetengahkannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa dia tidak melihat nama Abu Wail dalam salinannya.

Surat Al-Araf |7:71|

قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ ۖ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نَزَّلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ

qoola qod waqo'a 'alaikum mir robbikum rijsuw wa ghodhob, a tujaadiluunanii fiii asmaaa`in sammaitumuuhaaa antum wa aabaaa`ukum maa nazzalallohu bihaa min sulthoon, fantazhiruuu innii ma'akum minal-muntazhiriin

Dia (Hud) menjawab, "Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu? Jika demikian, tunggulah! Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu."

[Hud] said, "Already have defilement and anger fallen upon you from your Lord. Do you dispute with me concerning [mere] names you have named them, you and your fathers, for which Allah has not sent down any authority? Then wait; indeed, I am with you among those who wait."

Tafsir
Jalalain

(Ia berkata, "Sungguh sudah pasti) telah wajib (kamu akan ditimpa azab Tuhanmu) yakni siksaan-Nya (dan kemarahan-Nya. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama yang telah kamu menamakannya)

artinya yang telah diberi nama oleh kamu (kamu beserta nenek-moyangmu) yang dimaksud ialah berhala-berhala yang biasa mereka sembah (padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan untuk itu) untuk menyembahnya

(suatu hujah pun) bukti argumentasi. (Maka tunggulah olehmu) azab itu (sesungguhnya aku juga termasuk orang-orang yang menunggu bersama kamu.") menanti azab itu disebabkan kedustaanmu kepadaku.

Kemudian dikirimkan kepada mereka angin yang panas sekali. Maksudnya, Allah menimpakan azab-Nya atas mereka dengan angin yang amat panas.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 71 |

Penjelasan ada di ayat 70

Surat Al-Araf |7:72|

فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۖ وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ

fa anjainaahu wallażiina ma'ahuu biroḥmatim minnaa wa qotho'naa daabirollażiina każżabuu bi`aayaatinaa wa maa kaanuu mu`miniin

Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman.

So We saved him and those with him by mercy from Us. And We eliminated those who denied Our signs, and they were not [at all] believers.

Tafsir
Jalalain

(Maka Kami selamatkan dia) Hud (beserta orang-orang yang bersamanya) dari kalangan orang-orang yang beriman (dengan rahmat yang besar dari Kami dan Kami tumpas) kaumnya itu

(orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami) Kami habiskan mereka dengan akar-akarnya (dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman) diathafkan kepada lafal kadzdzabuu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 72 |

Penjelasan ada di ayat 70

Surat Al-Araf |7:73|

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

wa ilaa ṡamuuda akhoohum shooliḥaa, qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, qod jaaa`atkum bayyinatum mir robbikum, haażihii naaqotullohi lakum aayatan fa żaruuhaa ta`kul fiii ardhillaahi wa laa tamassuuhaa bisuuu`in fa ya`khużakum 'ażaabun aliim

Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di Bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih."

And to the Thamud [We sent] their brother Salih. He said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. There has come to you clear evidence from your Lord. This is the she-camel of Allah [sent] to you as a sign. So leave her to eat within Allah 's land and do not touch her with harm, lest there seize you a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dan) Kami telah mengutus (kepada kaum Tsamud) tanpa tanwin, yang dimaksud adalah kabilahnya (saudara mereka Saleh. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.

Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata) yakni mukjizat (dari Tuhanmu) yang membenarkan kerasulanku. (Unta betina ini menjadi tanda bagimu) menjadi hal sedangkan amilnya adalah makna yang terkandung dalam isyarah.

Sebelumnya kaum Nabi Saleh itu meminta kepadanya agar ia mengeluarkan unta betina tersebut dari sebuah batu besar yang telah mereka tentukan sendiri

(maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun) menyembelihnya atau memukulnya (maka kamu ditimpa siksaan yang pedih.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 73 |

Tafsir ayat 73-78

Ulama tafsir mengatakan bahwa nasab kaum Samud ialah Samud ibnu Asir ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh. Dia adalah saudara lelaki Jadis ibnu Asir, demikian pula kabilah Tasm. Mereka semuanya adalah kabilah-kabilah dari kalangan bangsa

Arabul Aribah sebelum Nabi Ibrahim a.s. Kaum Samud ada sesudah kaum 'Ad, tempat tinggal mereka terkenal, yaitu terletak di antara Hijaz dan negeri Syam serta Wadil Qura dan daerah sekitarnya.

Rasulullah Saw. pernah melalui bekas tempat tinggal mereka ketika dalam perjalanannya menuju medan Tabuk, yaitu pada tahun sembilan Hijriah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا صَخْر بْنُ جُوَيرية، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لَمَّا نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ عَلَى تَبُوكَ، نَزَلَ بِهِمُ الْحِجْرَ عِنْدَ بُيُوتِ ثَمُودَ، فَاسْتَسْقَى النَّاسُ مِنَ الْآبَارِ الَّتِي كَانَتْ تَشْرَبُ مِنْهَا ثَمُودُ، فَعَجَنُوا مِنْهَا وَنَصَبُوا مِنْهَا الْقُدُورَ. فَأَمَرَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَهْرَقُوا الْقُدُورَ، وَعَلَفُوا العجينَ الإبلَ، ثُمَّ ارْتَحَلَ بِهِمْ حَتَّى نَزَلَ بِهِمْ عَلَى الْبِئْرِ الَّتِي كَانَتْ تَشْرَبُ مِنْهَا النَّاقَةُ، وَنَهَاهُمْ أَنْ يَدْخُلُوا عَلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ عُذِّبُوا وَقَالَ: "إِنِّي أَخْشَى أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَهُمْ، فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad. telah menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwairiyah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dalam perjalanannya menuju medan Tabuk

memerintahkan orang-orang beristirahat di daerah Al-Hajar, yaitu di bekas tempat tinggal kaum Samud. Kemudian orang-orang (para sahabat) mengambil air dari sumur-sumur yang dahulu dipakai untuk minum oleh kaum Samud.

Mereka membuat adonan roti dengan air sumur-sumur itu dan menem­patkannya di panci-panci besar. Tetapi Nabi Saw. memerintahkan kepada mereka agar menumpahkan air yang ada di panci-panci itu dan mem­berikan adonan mereka

kepada unta-unta mereka sebagai makanannya. Kemudian Nabi Saw. membawa mereka berangkat hingga turun istirahat bersama mereka di sebuah sumur yang pernah dijadikan sebagai tempat minum unta tersebut (unta Nabi Saleh). Nabi Saw.

melarang mereka memasuki bekas daerah kaum yang pernah diazab, dan Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya saya merasa khawatir bila kalian akan ditimpa oleh azab seperti yang menimpa mereka, maka janganlah kalian memasuki bekas tempat tinggal mereka.


وَقَالَ[الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِالْحِجْرِ: "لَا تَدْخُلُوا عَلَى هَؤُلَاءِ المعذَّبين إِلَّا أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ، فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا بَاكِينَ، فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِمْ أَنْ يُصِيبَكُمْ مثلُ مَا أَصَابَهُمْ"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Abdullah ibnu Umar yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. ketika di Al-Hajar pernah bersabda: Janganlah kalian memasuki daerah mereka yang pernah diazab itu kecuali bila kalian sambil menangis. Dan jika kalian tidak dapat menangis, janganlah kalian memasukinya,

(sebab) dikhawatirkan kalian akan ditimpa azab seperti yang pernah menimpa mereka.Pokok hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui berbagai jalur.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الْمَسْعُودِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَوْسَطَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي كَبْشَة الْأَنْمَارِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، تَسَارَعَ النَّاسُ إِلَى أَهْلِ الْحِجْرِ، يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَادَى فِي النَّاسِ: "الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ". قَالَ: فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهو مُمْسِكٌ بِعِيرَهُ وَهُوَ يَقُولُ: "مَا تَدْخُلُونَ عَلَى قَوْمٍ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ". فَنَادَاهُ رَجُلٌ مِنْهُمْ: نعجبُ مِنْهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "أَفَلَا أُنْبِئُكُمْ بِأَعْجَبَ مِنْ ذَلِكَ: رَجُلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كَانَ قَبْلَكُمْ، وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكُمْ، فَاسْتَقِيمُوا وسَدِّدوا، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَعْبَأُ بِعَذَابِكُمْ شَيْئًا، وَسَيَأْتِي قَوْمٌ لَا يَدْفَعُونَ عَنْ أَنْفُسِهِمْ شَيْئًا"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun Al-Mas'udi, dari Ismail ibnu Wasit, dari Muhammad ibnu Abu Kabsyah Al-Anmari, dari ayahnya yang mengatakan bahwa dalam masa Perang Tabuk

orang-orang bergegas memasuki daerah Al-Hajar. Ketika Rasulullah Saw. mendengar berita itu, maka beliau menyerukan kepada orang-orang, "Salat berjamaah didirikan!" Lalu saya (perawi) datang menghadap Rasulullah Saw.

yang saat itu sedang memegang tombak kecil seraya bersabda, "Apakah yang mendorong kalian hingga berani memasuki daerah kaum yang dimurkai oleh Allah Swt.?" Maka ada seorang lelaki dari kalangan mereka yang menjawab

dengan suara yang keras, "Kami kagum kepada mereka, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab, "Maukah kalian aku ceritakan tentang hal yang lebih mengagumkan daripada itu? Yaitu seorang lelaki dari kalangan kalian sendiri

akan menceritakan kepada kami apa yang telah terjadi sebelum kalian dan apa yang akan terjadi sesudah kalian. Maka luruslah kalian dan luruskanlah diri kalian, karena sesungguhnya Allah tidak mempedulikan sesuatu pun bila mengazab kalian.

Kelak akan datang suatu kaum yang tidak dapat berbuat sesuatu pun untuk membela dirinya."Tidak ada seorang pun dari kalangan pemilik kitab sunnah yang mengetengahkan hadis ini. Abu Kabsyah nama aslinya adalah Umar ibnu Sa'd, menurut pendapat yang lain bernama Amir ibnu Sa'd.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ: حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْم، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: لَمَّا مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحِجْرِ قَالَ: "لَا تَسْأَلُوا الْآيَاتِ، فَقَدْ سَأَلَهَا قَوْمُ صَالِحٍ فَكَانَتْ -يَعْنِي النَّاقَةَ -تَرِدُ مِنْ هَذَا الفَجّ، وتَصْدُر مِنْ هَذَا الْفَجِّ، فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ فَعَقَرُوهَا، وَكَانَتْ تَشْرَبُ مَاءَهُمْ يَوْمًا وَيَشْرَبُونَ لَبَنَهَا يَوْمًا، فَعَقَرُوهَا، فَأَخَذَتْهُمْ صَيْحَةٌ، أهمد الله مَنْ تحت أَدِيمِ السَّمَاءِ مِنْهُمْ، إِلَّا رَجُلًا وَاحِدًا كَانَ فِي حَرَمِ اللَّهِ". فَقَالُوا: مَنْ هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أَبُو رِغال. فَلَمَّا خَرَجَ مِنَ الْحَرَمِ أَصَابَهُ مَا أَصَابَ قَوْمَهُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw,

melewati daerah Al-Hajar, beliau bersabda: Janganlah kalian meminta mukjizat, karena sesungguhnya kaum Nabi Saleh pernah memintanya. Dan unta itu datang dari lembah ini dan keluar dari lembah itu Tetapi mereka (kaum Saleh)

durhaka terhadap perintah Tuhan mereka, lalu mereka menyembelihnya. Pada mulanya unta itu meminum bagian air mereka selama satu hari, sedangkan pada hari yang lain mereka minum dari air susu unta itu.

Akhirnya mereka menyembelih unta itu, maka mereka diazab oleh suatu teriakan yang dengan teriakan itu Allah membinasakan semua manusia di kolong langit ini dari kalangan mereka, kecuali seorang lelaki (dari mereka)

yang sedang berada di tanah suci Allah. Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah lelaki itu?" Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Dia adalah Abu Rigal; tetapi ketika ia keluar dari tanah suci,

maka ia pun tertimpa azab seperti apa yang menimpa kaumnya.Hadis ini tidak terdapat di dalam suatu kitab pun dari kitab Sittah, dan dinilai sahih dengan syarat Imam Muslim.Firman Allah Swt.:


{وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا}


Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Samud. (Al-A'raf: 73)Yaitu sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kabilah Samud saudara mereka, Saleh.


{قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ}


Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya.” (Al-A'raf: 73)Pada garis besarnya semua utusan Allah menyerukan untuk menyembah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kamu sekalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25)


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu." (An-Nahl: 36)Adapun firman Allah Swt.:


{قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً}


Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepada kalian dari Tuhan kalian. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagi kalian. (Al-A'raf: 73)Artinya, telah datang hujah Allah kepada kalian yang membenarkan apa yang aku sampaikan kepada kalian.

Sebelum itu mereka selalu meminta Suatu tanda dari Allah (mukjizat) kepada Nabi Saleh. Mereka meminta agar Saleh mengeluarkan dari sebuah batu besar seekor unta untuk mereka yang hal itu disaksikan oleh mata kepala mereka sendiri.

Batu besar itu memang lain dari yang lain, terdapat di suatu bagian dari daerah Al-Hajar; batu itu dinamakan Al-Katibah.Mereka meminta kepada Nabi Saleh untuk mengeluarkan se­ekor unta betina yang unggul dari batu besar itu buat mereka.

Maka Nabi Saleh membuat perjanjian dan ikrar terhadap mereka: Jika Allah mengabulkan permintaan mereka, maka mereka mau beriman kepada Nabi Saleh dan benar-benar akan mengikutinya. Setelah mereka bersedia dan memberikan janji

dan ikrar mereka kepadanya, maka Nabi Saleh a.s. bangkit menuju ke tempat salatnya dan berdoa memohon kepada Allah Swt. Maka batu besar itu mendadak bergerak dan terbelah, kemudian keluarlah darinya seekor unta betina yang janinnya

bergerak pada kedua sisi lambungnya (yakni sedang mengandung kembar), persis seperti apa yang mereka minta.Pada saat itu juga berimanlah kepada Nabi Saleh pemimpin mereka (yaitu Junda: ibnu Amr) bersama para pengikutnya yang taat

kepada perintahnya. Ketika orang-orang terhormat lainnya dari kalangan kabilah Samud hendak beriman, mereka dihalang-halangi oleh Zu-ab ibnu Amr ibnu Labid dan Al-Hubab, pengurus berhala mereka; juga dihalang-halangi

oleh Rabab ibnu Sa'r ibnu Jahlas.Junda’ ibnu Amr mempunyai saudara sepupu yang dikenal dengan nama Syihab ibnu Khalifah ibnu Mihlah ibnu Labid ibnu Hiras, dia adalah orang yang terhormat dan terkemuka di kalangan kabilah Samud.

Ketika dia mau masuk Islam, ia dihalang-halangi oleh orang-orang tadi, akhirnya dia menuruti kemauan mereka.Sehubungan dengan peristiwa itu seorang lelaki dari kalangan orang-orang yang beriman dari kaum Samud yang dikenal dengan nama Muhawwisy ibnu Asamah ibnud Damil mengatakan melalui bait-bait syairnya:


وَكَانَتْ عُصْبةٌ مِنْ آلِ عَمْرو ... إِلَى دِينِ النَّبِيِّ دَعَوا شِهَابا ... عَزيزَ ثَمُودَ كُلَّهمُ جَمِيعًا ... فَهَمّ بِأَنْ يُجِيبَ فَلَوْ أَجَابَا ... لأصبحَ صالحٌ فِينَا عَزيزًا ... وَمَا عَدَلوا بِصَاحِبِهِمْ ذُؤابا ... وَلَكِنَّ الغُوَاة مِنْ آلِ حُجْرٍ ... تَوَلَّوْا بَعْدَ رُشْدهم ذِئَابَا ...


Segolongan orang dari keluarga Amr yang dipimpin oleh Syihab diajak untuk memeluk agama Nabi (Saleh). Dia adalah pemuka seluruh kaum Samud. Maka ia berniat memenuhi seruan Nabi itu Seandainya dia memenuhi seruannya,

niscaya Saleh hidup di kalangan kami menjadi orang kuat. Dan mereka tidak rela bila pemimpin mereka menjadi mengekor. Orang-orang yang sesat dari kalangan penduduk Hajar berpaling murtad sesudah mendapat petunjuk.

Unta betina itu beserta anaknya sesudah ia melahirkannya tinggal bersama mereka dalam suatu masa. Unta itu minum dari air sumur mereka sehari, dan hari yang lainnya air sumur itu merupakan bagian untuk minum mereka.

Pada hari minum unta itu mereka dapat minum dari air susu unta itu yang mereka perah. Air susunya dapat memenuhi semua wadah dan panci besar mereka menurut sekehendak mereka. Hal ini dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ الْمَاءَ قِسْمَةٌ بَيْنَهُمْ كُلُّ شِرْبٍ مُحْتَضَرٌ}


Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). (Al-Qamar: 28)Dan firman Allah Swt. lainnya yang mengatakan:


{هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ}


Saleh menjawab, "Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.” (Asy-Syu'ara: 155)Tersebutlah bahwa unta betina itu hidup bebas

di lembah-lembah tempat mereka tinggal, datang dari suatu lembah dan keluar menuju lembah yang lain mencari kebebasan. Unta tersebut konon hidup dari air, dan menurut kisahnya unta betina itu sangat besar tubuhnya

dan mempunyai penampilan yang sangat cantik. Apabila unta betina itu melewati ternak milik mereka, maka semua ternak mereka memisahkan diri darinya karena ketakutan.Setelah hal tersebut berlangsung cukup lama di kalangan mereka,

dan mereka makin gencar dalam mendustakan Nabi Saleh a.s., maka mereka bertekad membunuh unta betina itu dengan tujuan agar bagian airnya dapat mereka peroleh setiap harinya.Menurut suatu pendapat, mereka semuanya sepakat

untuk mem­bunuh unta betina itu. Qatadah mengatakan, telah sampai kepadaku suatu kisah yang mengatakan bahwa lelaki yang membunuh unta itu terlebih dahulu berkeliling menemui semua kaumnya untuk memperoleh persetujuan

dalam membunuhnya; yang dimintai persetujuan termasuk kaum wanita yang berada di dalam kemah-kemah pingitannya, juga anak-anak.Menurut kami, memang demikianlah pengertian lahiriahnya karena berdasarkan kepada firman Allah Swt. yang mengatakan:


{فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْبِهِمْ فَسَوَّاهَا}


Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan tanah). (Asy-Syams: 14)


{وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}


Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 59)Adapun firman Allah Swt.:


{فَعَقَرُوا النَّاقَةَ}


Kemudian mereka sembelih unta betina itu. (Al-A'raf: 77)Perbuatan membunuh unta itu disandarkan kepada keseluruhan kabilah, maka hal ini menunjukkan bahwa mereka semuanya setuju dengan perbuatannya.Imam Abu Ja'far ibnu Jarir

dan lain-lainnya dari kalangan ulama tafsir mengatakan bahwa penyebab terbunuhnya unta betina itu ialah karena ulah seorang wanita dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Unaizah binti Ganam ibnu Mijlaz yang dijuluki

dengan sebutan Ummu Usman. Dia adalah seorang nenek-nenek yang kafir, juga seorang yang sangat sengit dalam memusuhi Nabi Saleh a.s. Dia seorang wanita yang berharta dan mempunyai banyak anak perempuan yang semuanya cantik.

Suaminya bernama Zuab ibnu Amr, salah seorang pemuka kaum Samud.Juga karena ulah seorang wanita lainnya yang dikenal dengan nama Sadaqah binti Al-Muhayya ibnu Zuhair ibnul Mukhtar, seorang wanita yang mempunyai kedudukan tinggi,

berharta, lagi cantik. Pada asalnya ia menjadi istri seorang lelaki muslim dari kaum Samud, tetapi suaminya telah menceraikannya.Kedua wanita itulah biang keladi yang menyebabkan terbunuhnya unta betina tersebut,

dan keduanya menyediakan hadiah buat orang yang mau membunuhnya.Sadaqah memanggil seorang lelaki yang dikenal dengan nama Al-Hubab, lalu Sadaqah menawarkan dirinya kepada Al-Hubab jika Al-Hubab berhasil menyembelih unta betina itu.

Tetapi Al-Hubab menolak­nya. Kemudian Sadaqah memanggil sepupunya yang dikenal dengan nama Musadda' ibnu Muharrij ibnul Muhayya, dan ternyata saudara sepupunya ini mau menerima tawarannya.Sedangkan Unaizah binti Ganam

memanggil Qaddar ibnu Salif ibnu Jadza', seorang lelaki berkulit merah, bermata biru, dan bertubuh pendek. Mereka menduga bahwa Qaddar adalah anak zina, bukan anak orang yang ia dinisbatkan kepadanya, yaitu Salif. Sesungguhnya

dia adalah hasil hubungan gelap antara ibunya dengan seorang laki-laki berna­ma Sahyad, tetapi ia dilahirkan di dalam ikatan perkawinan Salif. Unaizah berkata kepadanya, "Aku akan memberikan anak perempuanku yang kamu sukai

jika kamu berhasil membunuh unta betina itu."Maka pada saat itu berangkatlah Qaddar ibnu Salif bersama Musadda' ibnu Muharrjj, lalu mereka membujuk orang-orang yang sesat dari kalangan kaum Samud. Akhirnya mereka berdua dapat

membawa tujuh orang lagi untuk mengikuti mereka, sehingga mereka semuanya berjumlah sembilan orang. Mereka disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ}


Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan, (An-Naml: 48)Mereka yang sembilan orang itu merupakan pemimpin-pemimpin pada kaumnya masing-masing.

Akhirnya mereka beroleh dukungan dari semua kabilah Samud yang kafir dan setuju dilakukannya perbuatan tersebut. Mereka berangkat dan mengintai unta itu di saat unta itu keluar dari tempat air. Qaddar memasang perangkap

yang dipancangkan pada sebuah batu besar di jalan yang biasa dilaluinya, sedangkan Musadda' memasang perangkap pula pada bagian lainnya.Ketika unta betina itu melewati perangkap Musadda', ia membidik­kan anak panahnya

dan mengenai bagian betisnya. Lalu anak perempuan Ganam yang bernama Unaizah memerintahkan kepada anak perempuan­nya yang memiliki paras paling cantik untuk membukakan penutup wajahnya di hadapan Qaddar dan teman-temannya.

Dengan serta merta Qaddar menebaskan pedangnya ke bagian belakang teracaknya, maka unta betina itu terjungkal ke tanah, mengeluarkan rintihan sekali rintih, memperingatkan kepada anaknya agar melarikan diri.

Kemudian Qaddar menusuk bagian tenggorokannya dan langsung menyembelihnya.Sedangkan anak unta betina itu lari menuju sebuah bukit yang kokoh dan menaiki sebuah batu besar yang ada padanya.Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar,

dari orang yang pernah mendengar dari Al-Hasan Al-Basri, yang telah menceritakan bahwa anak unta betina itu berkata, "Hai Tuhanku, di manakah ibuku?" Menurut suatu pendapat, anak unta itu merintih sebanyak tiga kali,

lalu ia masuk ke dalam batu besar itu dan lenyap dari pandangan mata. Menurut pendapat yang lain, mereka dapat mengejarnya dan menyembelihnya seperti nasib yang dialami induknya.

Setelah mereka melakukan hal tersebut dan penyembelihan unta betina itu telah selesai mereka kerjakan, beritanya terdengar oleh Nabi Saleh a.s. Maka Nabi Saleh mendatangi mereka di saat mereka sedang berkumpul.

Ketika Nabi Saleh melihat bahwa unta betina itu telah disembelih, ia menangis dan berkata, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya:


تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ


Bersuku rialah kalian di rumah kalian selama tiga hari. (Hud: 65), hingga akhir ayat.Pembunuhan unta tersebut terjadi pada hari Rabu. Pada petang harinya kesembilan orang lelaki itu bertekad akan membunuh Nabi Saleh.

Mereka mengatakan, "Jika dia benar, maka berarti kita mendahuluinya mati sebelum kita mati (karena azab). Jika dia dusta,~maka kita timpakan kepadanya nasib yang sama seperti yang dialami untanya itu."


{قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ. وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ * فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ * فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا}


Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian

keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar.” Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh, dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari.

Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu. (An-Naml: 49-51), hingga akhir ayat.Ketika mereka bertekad melaksanakan niatnya dan telah sepakat, maka mereka datang di malam hari untuk membunuh

Nabi Saleh secara mengejutkan. Tetapi Allah mengirimkan batu-batuan yang membendung mereka sampai kepada Nabi Saleh.Pada pagi hari Kamis (yaitu hari pertama penangguhan tersebut) wajah mereka berubah warnanya menjadi kuning,

persis seperti apa yang dijanjikan oleh Nabi Saleh kepada mereka. Selanjutnya pada hari keduanya dari hari-hari tersebut (yakni hari Jumat) wajah mereka berubah menjadi merah. Pada hari ketiganya (yaitu hari Sabtu)

wajah mereka berubah menjadi hitam. Dan pada pagi hari Ahadnya mereka dalam keadaan kaku dan duduk seraya memandang kepada azab Allah dan siksa-Nya yang menimpa mereka; semoga Allah melindungi kita dari hal seperti itu.

Mereka tidak mengetahui apakah yang harus mereka lakukan dan tidak mengerti pula bagaimanakah azab itu dapat datang menimpa mereka.Matahari terbit dengan cerahnya, dan datanglah kepada mereka suatu teriakan dari langit

dan gempa yang dahsyat dari bagian bawah mereka. Maka semua roh mereka sekaligus tercabut dalam masa yang sama saat itu juga.


{فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}


Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumahnya. (Al-A'raf: 78)Yakni mereka mati tidak bernyawa lagi; tiada seorang pun yang luput dari azab itu, baik anak kecil, orang dewasa, laki-laki, maupun perempuan.

Mereka mengatakan bahwa kecuali seorang wanita muda yang lumpuh, namanya Kalbah binti Salaq, tetapi nama panggilannya adalah Zari'ah. Dia sangat kafir dan paling sengit dalam memusuhi Nabi Saleh a.s.Ketika ia menyaksikan

pemandangan azab yang menimpa kaumnya itu, dengan serta merta kakinya yang lumpuh tadi dapat bergerak dan ia dapat berlari, lalu ia melarikan diri dengan sangat cepatnya. Ia men­datangi suatu kabilah dari kalangan kabilah lainnya,

kemudian men­ceritakan kepada mereka apa yang telah dilihatnya dan azab yang menimpa kaumnya. Lalu ia meminta minum; dan setelah diberi air minum, ia langsung mati.Ulama tafsir mengatakan bahwa tidak ada seorang pun

yang tersisa dari keturunan kaum Samud selain Nabi Saleh a.s. beserta orang-orang yang mengikutinya, dan seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama panggilan Abu Rigal. Ketika azab menimpa kaumnya,

ia sedang bermukim di tanah suci selama beberapa waktu, sehingga ia selamat dari azab itu dan tidak ada sesuatu pun yang menimpanya.Tetapi ketika di suatu hari ia keluar dari tanah suci menuju ke tanah lainnya yang tidak suci,

maka datanglah batu dari langit dan menimpa dirinya, lalu ia mati seketika itu juga. Hadis yang menceritakan hal ini telah disebut pada permulaan kisah ini melalui hadis Jabir ibnu Abdullah.Mereka menyebutkan bahwa Abu Rigal ini adalah orang tua dari Bani Saqif yang bertempat tinggal di Taif.


قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: قَالَ مَعْمَر: أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَبْرِ أَبِي رِغَالٍ فَقَالَ: "أَتُدْرُونَ مَنْ هَذَا؟ " فَقَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "هَذَا قَبْرُ أَبِي رِغَالٍ، رَجُلٍ مِنْ ثَمُودَ، كَانَ فِي حَرَمِ اللَّهِ، فَمَنَعَهُ حرمُ اللَّهِ عَذَابَ اللَّهِ. فَلَمَّا خَرَجَ أَصَابَهُ مَا أَصَابَ قَوْمَهُ، فَدُفِنَ هَاهُنَا، وَدُفِنَ مَعَهُ غُصْنٌ مِنْ ذَهَبٍ، فَنَزَلَ الْقَوْمُ فَابْتَدَرُوهُ بِأَسْيَافِهِمْ، فَبَحَثُوا عَنْهُ، فَاسْتَخْرَجُوا الْغُصْنَ".


Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, telah menceritakan kepadanya Ismail ibnu Umayyah, bahwa Nabi Saw. lewat di kuburan Abu Rigal, lalu beliau bersabda, "Tahukah kalian kuburan siapakah ini?" Mereka menjawab,

"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda: Ini adalah kuburan Abu Rigal, seorang lelaki dari kaum Samud Dia tinggal di tanah suci Allah, maka kesucian tanah-Nya menghindarkan dia dari azab-Nya.

Tetapi setelah dia keluar darinya, maka dia pun tertimpa azab yang telah menimpa kaumnya, kemudian ia dikuburkan di tempat ini dan dimakamkan bersamanya sebatang emas. Maka orang-orang yang ada saat itu segera menggali kuburan itu

dengan pedang mereka untuk mencari emas tersebut, lalu mereka mengeluarkan emas itu.Abdur Razzaq mengatakan bahwa Ma'mar mengatakan, Az-Zuhri pernah mengatakan bahwa Abu Rigal adalah bapak moyangnya orang-orang Saqif.

Riwayat ini berpredikat mursal bila ditinjau dari segi sanadnya. Diriwayatkan pula melalui jalur lain secara muttasil, seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu lshaq, dari Ismail ibnu Umayyah, dari Bujair ibnu Abu Bujair yang mengatakan,

ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda di saat para sahabat berangkat bersamanya menuju Taif dan di tengah jalan menjumpai sebuah kuburan, lalu beliau Saw. bersabda:


"هَذَا قَبْرُ أَبِي رِغَالٍ، وَهُوَ أَبُو ثَقِيفٍ، وَكَانَ مِنْ ثَمُودَ، وَكَانَ بِهَذَا الْحَرَمِ فَدَفَعَ عَنْهُ، فَلَمَّا خَرَجَ [مِنْهُ] أَصَابَتْهُ النِّقْمَةُ الَّتِي أَصَابَتْ قَوْمَهُ بِهَذَا الْمَكَانِ، فَدُفِنَ فِيهِ. وَآيَةُ ذَلِكَ أَنَّهُ دُفِنَ مَعَهُ غصن من ذهب، إن أنتم نبشم عَنْهُ أَصَبْتُمُوهُ [مَعَهُ] فَابْتَدَرَهُ النَّاسُ فَاسْتَخْرَجُوا مِنْهُ الْغُصْنَ".


Ini adalah kuburan Abu Rigal, bapak moyangnya orang-orang Saqif. dia berasal dari kabilah Samud. Dia tinggal di tanah suci ini sehingga ia beroleh perlindungan. Tetapi ketika ia keluar darinya, maka ia pun tertimpa azab

yang telah menimpa kaumnya di tempat ini, lalu ia dikuburkan di tempat ini. Sebagai tandanya ialah ia dikuburkan bersama sebatang emas. Jika kalian menggalinya, niscaya kalian akan memperolehnya.

Maka orang-orang segera menggali kuburan itu dan mengeluarkan batang emas darinya.Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Yahya ibnu Mu'in, dari Wahb ibnu Jarir ibnu Hazim, dari ayahnya, dari Ibnu Ishaq dengan sanad

yang sama. Menurut guru kami (yaitu Abul Hajjaj Al-Mazi), hadis ini hasan 'aziz.Menurut kami, predikat mausul-nya diriwayatkan secara munfarid oleh Bujair ibnu Abu Bujair. Bujair ini adalah seorang guru yang tidak dikenal kecuali melalui hadis ini.

Yahya ibnu Mu'in mengatakan bahwa ia belum pernah mengetahui ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ismail ibnu Umayyah.Menurut kami, berdasarkan pertimbangan ini dikhawatirkan predikat marfu' hadis ini hanyalah ilusi semata.

Sesungguhnya hal yang tidak meragukan ialah bila dianggap sebagai perkataan Abdullah ibnu Amr sendiri yang ia kutip dari kedua temannya. Guru kami mengatakan, "Abul Hajjaj setelah saya ketengahkan hadis ini kepadanya mengatakan bahwa pendapat tersebut barangkali ada benarnya."

Surat Al-Araf |7:74|

وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِنْ سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا ۖ فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

ważkuruuu iż ja'alakum khulafaaa`a mim ba'di 'aadiw wa bawwa`akum fil-ardhi tattakhiżuuna min suhuulihaa qushuurow wa tan-ḥituunal-jibaala buyuutaa, fażkuruuu aalaaa`allohi wa laa ta'ṡau fil-ardhi mufsidiin

Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ´Aad dan menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi.

And remember when He made you successors after the 'Aad and settled you in the land, [and] you take for yourselves palaces from its plains and carve from the mountains, homes. Then remember the favors of Allah and do not commit abuse on the earth, spreading corruption."

Tafsir
Jalalain

(Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti) di bumi ini (sesudah kaum Ad dan memberikan tempat bagimu)

yakni menempatkan kamu (di bumi. Kamu dirikan istana-istana di atas tanah-tanah yang datar) sebagai tempat tinggalmu di musim panas

(dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah) yang kamu tempati di musim dingin, dinashabkannya lafal buyuutan menjadi hal dari lafal yang tersimpan

(maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 74 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Al-Araf |7:75|

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ ۚ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ

qoolal-mala`ullażiinastakbaruu ming qoumihii lillażiinastudh'ifuu liman aamana min-hum a ta'lamuuna anna shooliḥam mursalum mir robbih, qooluuu innaa bimaaa ursila bihii mu`minuun

Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman di antara kaumnya, "Tahukah kamu bahwa Saleh adalah seorang rasul dari Tuhannya?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami percaya kepada apa yang disampaikannya."

Said the eminent ones who were arrogant among his people to those who were oppressed - to those who believed among them, "Do you [actually] know that Salih is sent from his Lord?" They said, "Indeed we, in that with which he was sent, are believers."

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata) maksudnya mereka yang sombong tidak mau beriman kepada Saleh (kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka,)

di antara kaumnya, menjadi badal dari lafal yang sebelumnya dengan mengulangi huruf jar ("Tahukah kamu bahwa Saleh diutus menjadi rasul oleh Tuhannya) kepadamu (Mereka menjawab,) 'Ya, betul.'

(Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 75 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Al-Araf |7:76|

قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

qoolallażiinastakbaruuu innaa billażiii aamantum bihii kaafiruun

Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu percayai."

Said those who were arrogant, "Indeed we, in that which you have believed, are disbelievers."

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 76 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Al-Araf |7:77|

فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

fa 'aqorun-naaqota wa 'atau 'an amri robbihim wa qooluu yaa shooliḥu`tinaa bimaa ta'idunaaa ing kunta minal-mursaliin

Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, "Wahai Saleh! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul."

So they hamstrung the she-camel and were insolent toward the command of their Lord and said, "O Salih, bring us what you promise us, if you should be of the messengers."

Tafsir
Jalalain

Tersebutlah bahwa bagi unta betina itu satu hari minum, dan untuk mereka satu hari lainnya, akhirnya mereka bosan dengan ketentuan itu.

(Kemudian mereka sembelih unta betina itu) yang melakukannya adalah orang yang terkuat berdasarkan perintah dari mereka, yaitu ia diperintahkan agar menyembelihnya dengan pedangnya

(dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, "Hai Saleh! Datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami) yakni azab sebagai balasan atas pembunuhan unta itu

(jika betul kamu termasuk orang yang diutus Allah.").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 77 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Al-Araf |7:78|

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ

fa akhożat-humur-rojfatu fa ashbaḥuu fii daarihim jaaṡimiin

Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.

So the earthquake seized them, and they became within their home [corpses] fallen prone.

Tafsir
Jalalain

(Karena itu mereka ditimpa gempa) gempa bumi yang keras beserta suara gemuruh dari langit (maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka) mereka mati dalam keadaan bertekuk-lutut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 78 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Al-Araf |7:79|

فَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَٰكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ

fa tawallaa 'an-hum wa qoola yaa qoumi laqod ablaghtukum risaalata robbii wa nashoḥtu lakum wa laakil laa tuḥibbuunan-naashiḥiin

Kemudian dia (Saleh) pergi meninggalkan mereka sambil berkata, "Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat."

And he turned away from them and said, "O my people, I had certainly conveyed to you the message of my Lord and advised you, but you do not like advisors."

Tafsir
Jalalain

(Maka Saleh berpaling) ia meninggalkan (mereka seraya berkata, "Hai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu

, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 79 |

Ungkapan ini merupakan kecaman dari Nabi Saleh a.s. terhadap kaumnya setelah Allah memusnahkan mereka karena menentangnya, membangkang terhadap perintah Allah, serta takabur tidak mau menerima kebenaran,

dan berpaling dari petunjuk menuju kepada kebutaan.Nabi Saleh mengatakan demikian kepada mereka setelah mereka dibinasakan sebagai kecaman dan cemoohan, karena mereka memang mendengarnya.

Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa ketika Rasulullah Saw. beroleh kemenangan dalam Perang Badar, maka beliau tinggal di Badar selama tiga hari. Setelah itu beliau memerintah­kan agar unta kendaraannya

dipersiapkan untuk berangkat; hal ini terjadi setelah tiga malam berlangsung, yaitu pada penghujungnya. Rasulullah Saw. menaiki unta kendaraannya dan berjalan sampai di sumur Qulaib, lalu berhenti di dekatnya dan bersabda:


"يَا أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، يَا عُتْبَةُ بْنَ رَبِيعَةَ، يَا شَيْبَةُ بْنَ رَبِيعَةَ، وَيَا فُلَانُ بْنَ فُلَانٍ: هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَإِنِّي وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي رَبِّي حَقًّا". فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا تُكَلّم مِنْ أَقْوَامٍ قَدْ جُيِّفُوا؟ فَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ بِأَسْمَعَ لِمَا أَقُولُ مِنْهُمْ، وَلَكِنْ لَا يُجِيبُونَ".


Hai Abu Jahal ibnu Hisyam, hai Atabah ibnu Rabi'ah, haiSyaibah ibnu Rabi'ah, dan hai Fulan bin Fulan, bukankah kalian sekarang telah menjumpai apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian sebagai suatu kenyataan.

Karena sesungguhnya aku pun telah menjumpai apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku kepadaku secara nyata. Maka Umar bertanya kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah, mengapa engkau berbicara kepada orang-orang

yang telah menjadi bangkai?" Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­Nya, kalian sekali-kali bukanlah orang-orang yang lebih mendengar perkataanku daripada mereka,

tetapi mereka tidak dapat menjawab.Di dalam kitab Sirah disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda kepada mereka (orang-orang musyrik Mekah yang terbunuh dalam Perang Badar):


"بِئْسَ عَشِيرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ لِنَبِيِّكُمْ، كَذَّبْتُمُونِي وَصَدَقَنِي النَّاسُ، وَأَخْرَجْتُمُونِي وَآوَانِي النَّاسُ، وَقَاتَلْتُمُونِي وَنَصَرَنِي النَّاسُ، فَبِئْسَ عَشِيرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ لِنَبِيِّكُمْ".


Kalian adalah keluarga seorang nabi yang paling buruk terhadap nabinya. Kalian telah mendustakan aku, sedangkan orang-orang lain membenarkan aku. Kalian mengusir aku, sedangkan orang lain memberikan perlindungannya kepadaku.

Kalian memerangi aku, sedangkan orang lain menolongku. Maka kalian adalah seburuk-buruk keluarga nabi terhadap nabinya.Demikian pula yang dikatakan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ}


Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kalian. (Al-A'raf: 79)Maksudnya, kalian tidak mau mengambil manfaat

apa yang telah aku sampaikan kepada kalian, karena memang kalian tidak menyukai perkara yang hak dan tidak mau menuruti nasihat.Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَلَكِنْ لَا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ}


tetapi kalian tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat. (Al-A'raf: 79)Menurut sebagian ahli tafsir, setiap nabi yang umatnya dibinasakan, nabinya pergi dari tempat kaumnya, lalu bermukim di tanah suci Mekah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا زَمْعَة بْنُ صَالِحٍ، عَنِ سَلَمَةَ بْنِ وَهْرَامَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَادِي عُسْفان حِينَ حَجّ قال: "يا أبا بكر، أيّ وادي هَذَا؟ " قَالَ: هَذَا وَادِي عُسْفَان. قَالَ: "لَقَدْ مَرَّ بِهِ هُودٌ وَصَالِحٌ، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، عَلَى بَكَرات حُمْر خُطُمها اللِّيفُ، أزُرُهم العبَاء، وَأَرْدِيَتُهُمُ النِّمَارُ، يُلَبُّونَ يَحُجُّونَ الْبَيْتَ الْعَتِيقَ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Zam'ah ibnu Saleh, dari Salamah ibnu Wahram, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw.

melewati Lembah Asfan dalam tujuan hajinya, beliau bertanya, "Hai Abu Bakar, lembah apakah ini?" Abu Bakar menjawab, "Ini Lembah Asfan." Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Nabi Hud a.s. dan Nabi Saleh a.s. pernah lewat daerah ini

dengan mengendarai untanya yang tali kendalinya dari tambang, kain sarungnya adalah kain abaya. dan selendangnya adalah kain nimar, mereka mengucapkan talbiyahnya berhaji ke Baitullah yang Atiq.Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya, tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengetengahkannya.

Surat Al-Araf |7:80|

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ

wa luuthon iż qoola liqoumihiii a ta`tuunal-faaḥisyata maa sabaqokum bihaa min aḥadim minal-'aalamiin

Dan (Kami juga telah mengutus) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini).

And [We had sent] Lot when he said to his people, "Do you commit such immorality as no one has preceded you with from among the worlds?

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (Luth) kemudian disebutkan badalnya yaitu, (tatkala dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu) yakni mendatangi dubur/anus laki-laki

(yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun di dunia ini sebelummu") dari kalangan manusia dan jin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 80 |

Tafsir ayat 80-81

Firman Allah Swt.:


{وَ لُوطًا}


Dan Lut. (Al-A'raf: 80)Bentuk lengkapnya ialah: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Lut. Atau dan ingatlah Lut, ketika ia berkata kepada kaumnya.Lut adalah Ibnu Haran ibnu Azar, yaitu anak saudara lelaki Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s.

Dia telah beriman bersama Nabi Ibrahim a.s. dan hijrah ke tanah Syam bersamanya. Kemudian Allah mengutus Nabi Lut kepada kaum Sodom dan daerah-daerah sekitarnya untuk menyeru mereka agar menyembah Allah Swt.,

memerintahkan mengerjakan kebajikan, dan melarang mereka melakukan perbuatan mungkar. Saat itu kaum Sodom tenggelam di dalam perbuatan-perbuatan yang berdosa, hal-hal yang diharamkan, serta perbuatan fahisyah yang mereka

adakan sendiri dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan Bani Adam dan juga oleh lainnya; yaitu mendatangi jenis laki-laki, bukannya jenis perempuan (homoseks). Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah

dilakukan oleh Bani Adam, belum dikenal dan belum pernah terbetik dalam hati mereka untuk melakukannya selain penduduk Sodom; semoga laknat Allah tetap menimpa mereka.Amr ibnu Dinar telah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? (Al-A'raf: 80) Amr ibnu Dinar berkata, "Tidak ada seorang lelaki pun yang menyetubuhi lelaki lain kecuali kaum Nabi Lut

yang pertama-tama melaku­kannya."Al-Walid ibnu Abdul Malik —Khalifah Umawiyah, pendiri masjid Dimasyq (Damaskus)— mengatakan, "Sekiranya Allah Swt. tidak menceritakan kepada kita mengenai berita kaum Nabi Lut,

niscaya saya tidak percaya bahwa ada lelaki menaiki lelaki lainnya." Karena itulah maka Nabi Lut mengatakan kepada kaumnya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.:


{أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ * إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ}


Mengapa kalian mengerjakan perbuatan Jahisyah ituyang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelum kalian? Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka),

bukan kepada wanita. (Al-A'raf: 80-81)Yakni mengapa kalian enggan terhadap kaum wanita yang telah diciptakan oleh Allah buat kalian, lalu kalian beralih menyukai laki-laki. Hal ini merupakan perbuatan kalian yang melampaui batas

dan suatu kebodohan kalian sendiri, karena perbuatan seperti itu berarti menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Karena itulah dalam ayat yang lain disebutkan bahwa Nabi Lut berkata kepada kaumnya:


{ [قَالَ] هَؤُلاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ}


Inilah putri-putriku (kawinilah mereka), jika kalian hendak berbuat (secara halal). (Al-Hijr: 71)Nabi Lut memberikan petunjuk kepada mereka untuk mengawini putri-putrinya. Tetapi mereka merasa keberatan dan beralasan tidak meng­inginkannya.


{قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ}


Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.”(Hud: 79)

Yaitu sesungguhnya engkau telah mengetahui bahwa kami tidak berselera terhadap putri-putrimu, tidak pula mempunyai kehendak kepada mereka. Sesungguhnya engkau pun mengetahui apa yang kami maksudkan terhadap tamu-tamumu itu.

Para ahli tafsir mengatakan bahwa kaum lelaki mereka melampias­kan nafsunya kepada lelaki lain, sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Demikian pula kaum wanitanya, sebagian dari mereka merasa puas dengan sebagian yang lainnya.

Surat Al-Araf |7:81|

إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

innakum lata`tuunar-rijaala syahwatam min duunin-nisaaa`, bal antum qoumum musrifuun

Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas."

Indeed, you approach men with desire, instead of women. Rather, you are a transgressing people."

Tafsir
Jalalain

(Tiada lain kamu itu) dengan menetapkan dua hamzah yang ditashilkan nomor duanya serta memasukkan alif di antara keduanya, menurut dua bacaan

(mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu kepada mereka bukan kepada wanita, melainkan kamu itu adalah orang-orang yang melampaui batas) melewati batas kehalalan menuju kepada keharaman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 81 |

Penjelasan ada di ayat 80

Surat Al-Araf |7:82|

وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ

wa maa kaana jawaaba qoumihiii illaaa ang qooluuu akhrijuuhum ming qoryatikum, innahum unaasuy yatathohharuun

Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, "Usirlah mereka (Lut dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci."

But the answer of his people was only that they said, "Evict them from your city! Indeed, they are men who keep themselves pure."

Tafsir
Jalalain

(Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan, "Usirlah mereka) Luth dan pengikut-pengikutnya (dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.") dari mendatangi dubur laki-laki/homosek.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 82 |

Mereka tidak menjawab tawaran Nabi Lut, melainkan sebaliknya berniat mengusir Lut a.s. dan membuangnya bersama-sama para pengikutnya dari kota mereka. Maka Allah mengeluarkan mereka dalam keadaan selamat dan membinasakan kaumnya di negerinya sendiri dalam keadaan terhina lagi tercela.Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ}


Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. (Al-A'raf: 82)Menurut Qatadah, mereka mencela Nabi Lut dan para pengikutnya tanpa alasan yang dibenarkan. Mujahid mengatakan,

sesungguhnya Lut a.s. dan para pengikutnya adalah orang-orang yang berpura-pura suci dari liang anus lelaki dan liang anus perempuan. Hal yang sama diriwayatkan dari Ibnu Abbas.

Surat Al-Araf |7:83|

فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ

fa anjainaahu wa ahlahuuu illamro`atahuu kaanat minal-ghoobiriin

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal.

So We saved him and his family, except for his wife; she was of those who remained [with the evildoers].

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal) yang ikut binasa oleh azab Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 83 |

Tafsir ayat 83-84

Allah Swt. berfirman, "Kami selamatkan Lut bersama keluarganya dan tidak ada seorang pun dari kaumnya yang beriman selain keluarga dan ahli baitnya sendiri," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَأَخْرَجْنَا مَنْ كَانَ فِيهَا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ * فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ}


Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Lut itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. (ADz-Dzariyat: 35-36)


Kecuali istri Nabi Lut sendiri, karena sesungguhnya dia tidak beriman kepadanya, bahkan dia tetap berpegang kepada agama kaumnya. Dialah yang memberikan informasi dan memberitahukan kepada kaumnya

perihal tamu-tamu yang datang kepada Nabi Lut dengan bahasa isyarat yang hanya dimengerti oleh mereka.Karena itu, ketika Nabi Lut diperintahkan agar memberangkatkan keluarganya di malam hari.

Allah memberitahukan kepadanya bahwa janganlah Lut memberitahukan keberangkatannya kepada istrinya dan janganlah membawa serta istrinya keluar dari negeri itu.

Di antara ulama tafsir ada yang mengatakan bahwa bahkan istri Nabi Lut mengikuti Nabi Lut dan orang-orang yang bersamanya; tetapi ketika azab turun, istri Nabi Lut menoleh ke belakang,

maka ia tertimpa azab yang menimpa kaumnya.Tetapi menurut pendapat yang kuat. istri Lut a.s. tidak ikut keluar dari negerinya dan Lut a.s. tidak memberitahukan kepadanya perihal keberangkatannya, bahkan istrinya tetap tinggal bersama kaumnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:


{إِلا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ}


kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (Al-A'rlf: 83)Yakni tetap tinggal bersama kaumnya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah termasuk orang-orang yang dibinasakan. Penafsiran ini merupakan penafsiran berdasarkan kesimpulan. Firman Allah Swt.:


{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا}


Dan Kami turunkan kepada mereka hujan. (Al-A'raf: 84) Ayat ini ditafsirkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:


{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ}


dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhan kalian dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud: 82-83) Karena itulah maka dalam firman selanjutnya dari surat ini disebutkan:


{فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ}


maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Al-A'raf: 84)Dengan kata lain, lihatlah hai Muhammad, bagaimana akibat yang dialami oleh orang-orang yang berani berbuat durhaka terhadap Allah Swt.

dan mendustakan rasul-rasul-Nya.Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa orang yang melakukan homoseks hukumannya ialah dilemparkan dari ketinggian, kemudian disusul dengan lemparan-lemparan batu,

seperti yang dilakukan terhadap kaum Lut a.s.Ulama lainnya berpendapat bahwa pelaku homoseks dikenai hukuman rajam, baik dia telah muhsan ataupun belum. Pendapat ini merupakan salah satu qaul dari Imam Syafii.

Hujahnya berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah melalui hadis Darawardi, dari Amr ibnu Abu Umar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعَمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ"


Barang siapa yang kalian jumpai sedang melakukan perbuatan kaum Lut, maka bunuhlah pelaku dan yang dikerjainya.Sedangkan menurut ulama yang lain, pelakunya dikenai hukuman yang sama seperti hukuman berbuat zina.

Dengan kata lain, jika dia seorang yang telah muhsan, maka dikenai hukuman rajam; dan jika dia adalah orang yang belum muhsan. maka dikenai hukuman seratus kali dera. Pendapat ini merupakan qaul (pendapat) yang lain dari Imam Syafii.

Adapun mengenai perbuatan mendatangi wanita pada liang anusnya dinamakan lutiyatus sugra (perbuatan kaum Lut yang kecil), hukumnya haram menurut ijmak ulama. Kecuali menurut pendapat yang syaz dari sebagian ulama Salaf

(seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, pent.).Larangan melakukan perbuatan tersebut telah banyak diungkapkan oleh hadis-hadis dari Rasulullah Saw. Pembahasan mengenainya telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah.

Surat Al-Araf |7:84|

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

wa amthornaa 'alaihim mathoroo, fanzhur kaifa kaana 'aaqibatul-mujrimiin

Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka, perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu.

And We rained upon them a rain [of stones]. Then see how was the end of the criminals.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami turunkan kepada mereka hujan) yakni hujan batu dari neraka Sijjiil kemudian membinasakan mereka (maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 84 |

Penjelasan ada di ayat 83

Surat Al-Araf |7:85|

وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

wa ilaa madyana akhoohum syu'aibaa, qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, qod jaaa`atkum bayyinatum mir robbikum fa auful-kaila wal miizaana wa laa tabkhosun-naasa asy-yaaa`ahum wa laa tufsiduu fil-ardhi ba'da ishlaaḥihaa, żaalikum khoirul lakum ing kuntum mu`miniin aaa...]

Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syu´aib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di Bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman."

And to [the people of] Madyan [We sent] their brother Shu'ayb. He said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. There has come to you clear evidence from your Lord. So fulfill the measure and weight and do not deprive people of their due and cause not corruption upon the earth after its reformation. That is better for you, if you should be believers.

Tafsir
Jalalain

(Dan) Kami telah mengutus (kepada penduduk Madyan saudara mereka Syuaib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata)

yakni mukjizat (dari Tuhanmu) yang membenarkan kerasulanku (Maka sempurnakanlah) genapkanlah (takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan) maksudnya menekorkan

(bagi manusia barang-barang takaran dan timbangan mereka dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi) dengan kekafiran dan maksiat-maksiat (sesudah Tuhan memperbaikinya) dengan mengutus rasul-rasul-Nya

(Yang demikian itu) yang telah disebutkan itu (lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman) yang menghendaki keimanan, maka bersegeralah kamu kepada keimanan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 85 |

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim. Syu'aib adalah Ibnu Maikil ibnu Yasyjur, nama aslinya menurut bahasa Siryani ialah Yasrun.Menurut kami,

Madyan adalah nama kabilah, dapat pula diartikan nama kota. Kalau yang dimaksud dengan kota, terletak di dekat Ma'an bila dari jalur Hijaz. Allah Swt. telah berfirman:


{وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ}


Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23)Mereka adalah orang-orang yang memiliki sumur Aikah, seperti yang akan kami jelaskan nanti —insya Allah— pada tempatnya.


{قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ}


Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain-Nya.” (Al-A'raf: 85)Itulah seruan yang dikemukakan oleh semua rasul.


قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ}


Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian. (Al-A'raf: 85)Maksudnya, Allah telah menegakkan hujah-hujah dan bukti-bukti bagi kebenaran dari apa yang saya sampaikan kepada kalian ini.

Kemudian Nabi Syu'aib menasihati mereka agar dalam muamalah mereka dengan orang lain, hendaknya mereka berlaku adil dalam menakar dan menimbang barang-barangnya, dan janganlah sedikit pun mengurangi barang milik orang lain.

Dengan kata lain, janganlah mereka berlaku khianat terhadap orang lain dalam harta bendanya, lalu mengambilnya dengan cara yang licik, yaitu dengan mengurangi takaran dan timbangannya secara sembunyi-sembunyi dan pemalsuan. Dalam ayat yang lain Allah Swt. telah berfirman, mengancam para pelakunya:


وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ


Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Al-Muthaffifin: 1)sampai dengan firman-Nya:


لِرَبِّ الْعَالَمِينَ


menghadap Tuhan semesta alam. (Al-Muthaffifin: 6)Di dalam ungkapan ayat-ayat ini terkandung pengertian ancaman yang keras dan peringatan yang pasti; semoga Allah menyelamatkan kita dari perbuatan tersebut.

Kemudian Allah Swt. memberitakan perihal Nabi Syu'aib yang dijuluki sebagai "ahli pidato para nabi" mengingat kefasih­an ungkapannya dan kemurahan nasihatnya.

Surat Al-Araf |7:86|

وَلَا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلًا فَكَثَّرَكُمْ ۖ وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

wa laa taq'uduu bikulli shiroothin tuu'iduuna wa tashudduuna 'an sabiilillaahi man aamana bihii wa tabghuunahaa 'iwajaa, ważkuruuu iż kuntum qoliilan fa kaṡṡarokum wanzhuruu kaifa kaana 'aaqibatul-mufsidiin

Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.

And do not sit on every path, threatening and averting from the way of Allah those who believe in Him, seeking to make it [seem] deviant. And remember when you were few and He increased you. And see how was the end of the corrupters.

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan) yakni tempat orang berlalu lintas (dengan menakut-nakuti) membuat orang-orang takut untuk melewatinya karena takut pakaian mereka diambil atau dikenakan pajak

(dan menghalang-halangi) menghambat (dari jalan Allah) agama-Nya (terhadap orang yang beriman kepada-Nya) dengan cara kamu mengancam akan membunuhnya (dan kamu menginginkan agar jalan Allah itu)

kamu menghendaki agar jalan itu (menjadi bengkok) tidak lurus (Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, kemudian Allah membuat kamu menjadi banyak,

lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan") sebelum kamu, oleh karena mereka mendustakan rasul-rasul mereka; yakni akhir dari perkara mereka ialah kebinasaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 86 |

Tafsir ayat 86-87

Nabi Syu'aib a.s. melarang mereka melakukan pembegalan di jalan, baik secara fisik maupun secara mental, yaitu melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ}


Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti. (Al-A'raf: 86)Yaitu menakut-nakuti akan membunuhnya bila ia tidak memberikan hartanya kepada kalian. As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka

adalah para pemungut liar (pemeras). Tetapi diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan janganlah kalian duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti.

(Al-A'raf: 86) Yakni kalian menakut-nakuti orang-orang mukmin yang datang kepada Nabi Syu'aib untuk mengikutinya. Tetapi pendapat yang pertama lebih kuat, karena lafaz as-sirat artinya jalan. Yang kedua disebutkan oleh firman-Nya:


{وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا}


dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. (Al-A'raf: 86)Maksudnya, kalian menghendaki agar jalan Allah bengkok dan menyimpang.


{وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلا فَكَثَّرَكُمْ}


Dan ingatlah di waktu dahulunya kalian berjumlah sedikit, kemudian Allah menjadikan kalian berjumlah banyak. (Al-A'raf: 86)Yaitu pada asal mulanya kalian lemah karena bilangan kalian yang sedikit (minoritas),

kemudian menjadi kuat karena bilangan kalian telah banyak (mayoritas). Maka ingatlah kalian akan nikmat Allah kepada kalian dalam hal tersebut.


{وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}


lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-A'raf: 86)Yakni nasib yang dialami oleh umat-umat terdahulu dan generasi-generasi di masa silam,

serta azab dan pembalasan Allah yang menimpa mereka karena mereka berani berbuat durhaka terhadap Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya. Firman Allah Swt.:


{وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا}


Jika ada segolongan dari kalian beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman. (Al-A'raf: 87)Yaitu kalian berselisih pendapat tentang Aku.


{فَاصْبِرُوا}


maka bersabarlah kalian. (Al-A'raf: 87) Artinya, tunggulah oleh kalian.


{حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا}


hingga Allah menetapkan hukum-Nya di antara kita. (Al-A'raf: 87)Maksudnya, antara kalian dan kami. yakni Allah akan memutuskannya.


{وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ}


dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 87)Karena sesungguhnya Dia akan menjadikan kesudahan yang terpuji bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan orang-orang kafir mendapat kehancuran dan kebinasaan.

Surat Al-Araf |7:87|

وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا ۚ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

wa ing kaana thooo`ifatum mingkum aamanuu billażiii ursiltu bihii wa thooo`ifatul lam yu`minuu fashbiruu ḥattaa yaḥkumallohu bainanaa, wa huwa khoirul-ḥaakimiin

Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dialah Hakim yang terbaik.

And if there should be a group among you who has believed in that with which I have been sent and a group that has not believed, then be patient until Allah judges between us. And He is the best of judges."

Tafsir
Jalalain

(Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya, dan ada pula segolongan yang tidak beriman) terhadapnya (maka bersabarlah kamu) artinya kamu harap menunggu

(hingga Allah menetapkan hukum-Nya di antara kita) antara kami dan kamu, dengan menyelamatkan yang hak dan menghancurkan yang batil (dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya) yang paling adil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 87 |

Penjelasan ada di ayat 86