Jummah (Rambut Sampai ke Bahu) dan Memakai Wig

حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَبْعَةً لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلَا بِالْقَصِيرِ حَسَنَ الْجِسْمِ أَسْمَرَ اللَّوْنِ وَكَانَ شَعْرُهُ لَيْسَ بِجَعْدٍ وَلَا سَبْطٍ إِذَا مَشَى يَتَوَكَّأُ

Humaid bin Mas'adah menceritakan kepada kami, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, dari Humaid, dari Anas, ia berkata, "Rasulullah adaiah seorang yang —berperawakan— sedang, tidak tinggi dan tidak pula pendek, bagus tubuhnya, kecokelatan (warna) kulit(nya),

rambutnya tidak terlalu keriting dan tidak (pula) lurus, dan jika ia berjalan maka beliau condong ke depan". Shahih: Mukhtashar Asy-Syama'il (1 dan 2) Muttafaq alaih.

Ia berkata, "Dalam bab ini ada riwayat lain dari Aisyah, Al Bara', Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Sa'id, Jabir, Wa'il bin Hujr, dan Ummu Hani". Abu Isa berkata, "Hadits yang diriwayatkan dari Anas ini adalah hadits hasan shahih gharib dari jalur ini, yaitu dari jalur Humaid'.

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَكَانَ لَهُ شَعْرٌ فَوْقَ الْجُمَّةِ وَدُونَ الْوَفْرَةِ

Hannad menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, dari Aisyah, ia berkata,

"Aku dan Rasulullah SAW pernah mandi dari satu bejana dan beliau memiliki rambut di atas jummah (kedua bahu) dan di bawah wafrah (daun telinga)". Shahih: Ibnu Majah (604 dan 3635)

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih gharib dari jalur ini". Hadits ini diriwayatkan dari jalur lain; dari Aisyah. ia berkata, "Aku dan Rasulullah pernah mandi dari satu bejana."

Namun para perawi hadits dari jalur yang lain tidak menyebutkan redaksi: 'Beliau memiliki rambut di atas jummah (kedua bahu) dan di bahwa wafrah (daun telinga)'.

Abdurrahman bin Az-Zinad adalah perawi yang tsiqqah. Demikian menurut Anas bin Malik, bahkan dia memerintahkan untuk menulis hadits yang bersumber darinya.