Larangan Mengambil Kembali Suatu Pemberian
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يُوسُفَ الْأَزْرَقُ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُكَتَّبُ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الَّذِي يُعْطِي الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَالْكَلْبِ أَكَلَ حَتَّى إِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فَرَجَعَ فِي قَيْئِهِ
Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Ishaq bin Yusuf Al Azraq menceritakan kepada kami, Husain Al Mukattab menceritakan kepada kami, dari Amr bin Syu'aib, dari Thawus, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Perumpamaan orang yang memberikan suatu pemberian kemudian mengambilnya (kembali) adalah seperti anjing yang makan, hingga ketika kenyang ia muntah, kemudian memakan kembali muntahannya itu ". Shahih: Al Irwa' (6/36); Muttafaq alaih, secara ringkas.
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini ada riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Abdullah bin Umar."
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ حَدَّثَنِي طَاوُوسٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ يَرْفَعَانِ الْحَدِيثَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ أَنْ يُعْطِيَ عَطِيَّةً ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا إِلَّا الْوَالِدَ فِيمَا يُعْطِي وَلَدَهُ وَمَثَلُ الَّذِي يُعْطِي الْعَطِيَّةَ ثُمَّ يَرْجِعُ فِيهَا كَمَثَلِ الْكَلْبِ أَكَلَ حَتَّى إِذَا شَبِعَ قَاءَ ثُمَّ عَادَ فِي قَيْئِهِ
Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Adi menceritakan kepada kami, dari Husain Al Mu'allim, dari Amr bin Syu'aib, dari Thawus, dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas secara marfu'. Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak halal bagi seseorang untuk memberikan suatu pemberian, kemudian mengambilnya kembali, kecuali pemberian seorang ayah kepada anaknya. Perumpamaan orang yang memberikan suatu pemberian kemudian mengambilnya kembali adalah seperti anjing yang makan,
hingga ketika kenyang ia muntah, kemudia ia memakan kembali muntahannya itu ". Shahih: lihat hadits sebelumnya Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih". Asy-Syafi'i berkata,
"Tidak halal bagi orang yang telah menghibahkan sesuatu untuk mengambilnya kembali, kecuali seorang ayah. Ia boleh mengambil kembali apa yang telah ia berikan kepada anaknya". Imam Syafi'i menjadikan hadits ini sebagai dalil.