Sebagian Surah An-Nisaa'

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ قَال سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ مَرِضْتُ فَأَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي وَقَدْ أُغْمِيَ عَلَيَّ فَلَمَّا أَفَقْتُ قُلْتُ كَيْفَ أَقْضِي فِي مَالِي فَسَكَتَ عَنِّي حَتَّى نَزَلَتْ { يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ }

Abd bin Humaid menceritakan kepada kami, Yahya bin Adam menceritakan kepada kami, Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Al Munkadir, ia berkata: aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata,

"Aku pernah sakit, lalu Rasulullah SAW menjengukku. Ketika itu aku tidak sadarkan diri (pingsan). Ketika aku sadarkan diri aku bertanya, 'Bagaimana aku membagikan hartaku?'" Beliau tidak menjawab pertanyaanku itu hingga turun firman Allah,

"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka) untuk anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan. " Shahih: Shahih Abu Daud (2728); Muttafaq alaih.

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Lebih dari satu orang meriwayatkan hadits ini dari Muhammad bin Al Munkadir. Al Fadhl bin Ash-Shabah Al Baghdadi menceritakan kepada kami,

Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Al Munkadir, dari Jabir, dan Rasulullah ... dengan hadits yang sama.Pada hadits Al Fadhl bin Ash-Shabah terdapat perkataan yang lebih panjang dari hadits ini.

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَبِي الْخَلِيلِ عَنْ أَبِي عَلْقَمَةَ الْهَاشِمِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ لَمَّا كَانَ يَوْمُ أَوْطَاسٍ أَصَبْنَا نِسَاءً لَهُنَّ أَزْوَاجٌ فِي الْمُشْرِكِينَ فَكَرِهَهُنَّ رِجَالٌ مِنَّا فَأَنْزَلَ اللَّهُ { وَالْمُحْصَنَاتُ مِنْ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ }

Abd bin Humaid menceritakan kepada kami, Habban bin Hilal mengabarkan kepada kami, Hammam bin Yahya menceritakan kepada kami, Qatadah menceritakan kepada kami, dari Abu Al Khalil, dariAbu Alqamah Al Hasyimi,

dari Abu Said Al Khudri, ia berkata, "Para saat perang Authas, kami memboyong kaum wanita yang memiliki suami dari kaum musyrikin. Kaum laki-laki di antara kami tidak menyukai mereka.

Lalu, turunlah firman Allah, 'Dan (diharamkan juga mengawini) wanita yang bersuami kecuali budak-budak yang kamu miliki'. " Shahih: Shahih Abu Daud (1871); Muslim. Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan."

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ الْبَتِّيُّ عَنْ أَبِي الْخَلِيلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ أَصَبْنَا سَبَايَا يَوْمَ أَوْطَاسٍ لَهُنَّ أَزْوَاجٌ فِي قَوْمِهِنَّ فَذَكَرُوا ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ { وَالْمُحْصَنَاتُ مِنْ النِّسَاءِ إِلَّا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ }

Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Husyaim menceritakan kepada kami, Utsman Al Batti mengabarkan kepada kami dari Abul Khalil dari Abu Sa'id Al Khudri RA, ia berkata,

"Kami mendapatkan beberapa tawanan wanita pada perang Authas padahal mereka telah bersuami pada kaum mereka. Lalu hal ini disampaikan kepada Rasulullah SAW.

maka turunlah ayat, 'Dan (diharamkan juga kahan mengawini wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kalian miliki'." (Qs. An-Nisaa [4]: 24) Shahih'. Lihat hadits sebelumnya. Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan."

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ats-Tsauri dari Utsman Al Batti dari Abul Khalil dari Abu Sa'id Al Khudri RA dari Rasulullah SAW, seperti redaksi di atas. Dalam periwayatan hadits ini tidak ada yang dari Abu Alqamah

dan aku tidak mengetahui ada orang yang menyebutkan Abu Alqamah dalam periwayatan hadits ini kecuali Hammam dari Qatadah. Nama Abul Khalil adalah Shalih bin Abu Maryam.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ عَنْ شُعْبَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْكَبَائِرِ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَقَوْلُ الزُّورِ

Muhammad bin Abdul A'la Ash-Shan'ani menceritakan kepada kami, Khalid bin Harits menceritakan kepada kami dari Syu'bah, Ubaidullah bin Abu Bakar bin Anas menceritakan kepada kami dari Anas bin Malik dari Nabi SAW tentang dosa-dosa besar,

beliau bersabda, "Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orangtua, membunuh dan perkataan dusta (saksi palsu). " Shahih'. Ghayah Al Maram dan Muttafaq alaih.

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan gharib shahih." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Rauh bin Ubadah dari Syu'bah dari Abdullah bin Abu Bakar, namun ini tidak shahih.

حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ بَصْرِيٌّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ قَالَ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا قَالَ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَالَ قَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

Humaid bin Mas'adah —orang Bashrah— menceritakan kepada kami, Bisyr bin Mufadhdhal menceritakan kepada kami, Al Jurairi menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari bapaknya, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda, "Maukah kalian kuberitahu tentang dosa-dosa paling besar?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Rasulullah SAW bersabda,

"Menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua orangtua." Perawi berkata, "Saat itu beliau sedang bersandar, lalu beliau duduk dan bersabda, 'Dan kesaksian palsu.'" —Atau beliau bersabda,

"Perkataan bohong."— Beliau terus mengucapkan kata-kata ini hingga kami berkata, "Semoga beliau diam." Shahih: Sama dengan referensi di atas. Muttafaq alaih. Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih gharib."

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ مُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ الْتَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ وَمَا حَلَفَ حَالِفٌ بِاللَّهِ يَمِينَ صَبْرٍ فَأَدْخَلَ فِيهَا مِثْلَ جَنَاحِ بَعُوضَةٍ إِلَّا جُعِلَتْ نُكْتَةً فِي قَلْبِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Yunus bin Muhammad menceritakan kepada kami, Laits bin Sa'ad menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Sa'ad dari Muhammad bin Zaid bin Muhajir bin Qunfudz At-Taimi

dari Abu Umamah Al Anshari RA dari Abdullah bin Unais Al Juhani RA, ia berkata. "Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya di antara dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orangtua dan sumpah palsu.

Tidaklah seseorang bersumpah dengan nama Allah dan la bersikukuh dengan sumpah tersebut, lalu ia memasukkan dalam sumpah tersebut kebohongan dan pengkhianatan walau hanya sebesar sayap nyamuk,

kecuali (Allah) jadikan sumpah itu menjadi titik hitam di hatinya hingga hari kiamat'. " Hasan: Al Misykah (no. 3777- Tahqiq kedua).

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan gharib." Abu Umamah Al Anshari adalah putra Tsa'labah, tetapi kami tidak mengetahui nama aslinya. ia banyak meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah SAW.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ فِرَاسٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍوعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَبَائِرُ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ أَوْ قَالَ الْيَمِينُ الْغَمُوسُ شَكَّ شُعْبَةُ

Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Firas dari Asy-Sya'bi dari Abdullah bin Amr RA dari Nabi SAW, beliau bersabda,

"Dosa-dosa besar itu adalah menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua orangtua." —Atau beliau bersabda, "Sumpah palsu "—. Syu'bah ragu dalam riwayat tersebut. Shahih: Al Bukhari Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih."

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا قَالَتْ يَغْزُو الرِّجَالُ وَلَا تَغْزُو النِّسَاءُ وَإِنَّمَا لَنَا نِصْفُ الْمِيرَاثِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى { وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ } قَالَ مُجَاهِدٌ وَأَنْزَلَ فِيهَا { إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ } وَكَانَتْ أُمُّ سَلَمَةَ أَوَّلَ ظَعِينَةٍ قَدِمَتْ الْمَدِينَةَ مُهَاجِرَةً

Ibnu Abu Umar menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Ibnu Abu Najih dari Mujahid dari Ummu Salamah RA bahwa ia berkata,

"Kaum laki-laki diperintahkan untuk berperang sementara kaum perempuan tidak boleh ikut berperang dan kami hanya mendapatkan separo dari harta warisan."

Maka Allah menurunkan ayat, "Dan janganlah kalian iri terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain. " (Qs. An-Nisaa' [4]: 32)

Mujahid berkata, "Allah SWT juga menurunkan ayat, 'Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim. ' (Qs. Al Ahzaab [33]: 35) Ummu Salamah adalah perempuan pertama yang naik sekedup (tenda yang ada di atas punggung unta -penj) menuju Madinah untuk berhijrah." Sanad-nya shahih.

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits mursal." Sebagian perawi meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Abu Najih dari Mujahid —secara mursal— bahwa Ummu Salamah berkata begini begitu (maksudnya seperti di atas -penj).

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ وَلَدِ أُمِّ سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا أَسْمَعُ اللَّهَ ذَكَرَ النِّسَاءَ فِي الْهِجْرَةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ }

Ibnu Abu Umar menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Amr bin Dinar dari seorang putra Ummu Salamah dari Ummu Salamah RA, ia berkata,

"Wahai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan tentang perempuan dalam hijrah." Maka Allah menurunkan ayat, 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang vang beramal di antara kalian.

baik laki-laki maupun perempuan. 'karenaj sebagian kalian adalah turunan sebagian yang lain'." (Qs. Aali Imraan[3]:195) Shahih dengan adanya hadits sebelumnya.

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْهِ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ مِنْ سُورَةِ النِّسَاءِ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا } غَمَزَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَعَيْنَاهُ تَدْمَعَانِ

Hannad menceritakan kepada kami, Abul Ahwash menceritakan kepada kami dari Al A'masy dari Ibrahim dari Alqamah, ia berkata: Abdullah RA berkata, "Rasulullah SAW pernah memintaku membacakan Al Qurian untuk beliau yang saat itu berada di atas Mimbar.

Aku pun segera membaca Al Qur'an, yakni surah An-Nisaa'. Ketika aku sampai pada ayat, 'Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat

dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)' (Qs. An-Nisaa' [4]: 41), beliau mengisyaratkan tangan beliau kepadaku. Ketika itu, aku memandang ke arah beliau dan kulihat kedua mata beliau berlinang air mata." Sanad-nya shahih.

Abu Isa berkata, "Seperti ini pula Abul Ahwash meriwayatkan dari A'masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah, namun sebenarnya adalah dari Ibrahim dari Abidah dari Abdullah."

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ { وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا } قَالَ فَرَأَيْتُ عَيْنَيْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَهْمِلَانِ

Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Mu'awiyah bm Hisyam menceritakan kepada kami, Sufyan Ats-Tsauri menceritakan kepada kami dari Al A'masy dari Ibrahim dari Abidah dan Abdullah RA,

ia berkata, "Rasulullah SAW pernah bersabda kepadaku, 'Bacakanlah Al Qur'an untukku.' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, pantaskah aku membacakannya untuk engkau, sementara kepada engkaulah Al Qur'an itu diturunkan?!'

Rasulullah SAW bersabda, 'Aku senang mendengar Al Quran dari orang lain.' Maka akupun membacakan surah An-Nisaa\ hingga ketika sampai pada ayat, 'Dan Katni mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)',

aku melihat kedua mata Nabi SAW berlinang air mata." Shahih: Muttafaq alaih. Abu Isa berkata, "Ini lebih shahih dari hadits Abu Al Ahwash." Suwaid bin Nashr menceritakan kepada kami, Ibnul Mubarak mengabarkan kepada kami dari Sufyan dari Al A'masy ... seperti hadits riwayat Mu'awiyah bin Hisyam.

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيِّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ صَنَعَ لَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ طَعَامًا فَدَعَانَا وَسَقَانَا مِنْ الْخَمْرِ فَأَخَذَتْ الْخَمْرُ مِنَّا وَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَقَدَّمُونِي فَقَرَأْتُ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَنَحْنُ نَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ قَالَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ }

Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Sa'ad menceritakan kepada kami dari Abu Ja'far Ar-Razi dari Atha" bin Sa'ib dari Abu Abdurrahman As-Sulami dari Ali bin Abu Thalib RA, ia berkata,

"Abdurrahman bin Auf pemah membuat makanan untuk kami, lalu ia mengundang kami. Ia juga menyuguhkan khamer untuk kami, hingga kami mabuk karena meminumnya. Ketika shalat tiba, para sahabat menjadikanku sebagai imam.

Dalam shalat itu aku membaca, 'Katakanlah, Hai orang-orang yang kajir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah.' Dan kami menyembah apa yang kalian sembah. —Ali berkata—,

Maka Allah SWT menurunkan ayat, 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian shalat, sedangkan kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan'." Shahih. Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan gharib shahih."

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ فِي شِرَاجِ الْحَرَّةِ الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ فَقَالَ الْأَنْصَارِيُّ سَرِّحْ الْمَاءَ يَمُرُّ فَأَبَى عَلَيْهِ فَاخْتَصَمُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ اسْقِ يَا زُبَيْرُ وَأَرْسِلْ الْمَاءَ إِلَى جَارِكَ فَغَضِبَ الْأَنْصَارِيُّ وَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ فَتَغَيَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا زُبَيْرُ اسْقِ وَاحْبِسْ الْمَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الْجُدُرِ فَقَالَ الزُّبَيْرُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ فِي ذَلِكَ { فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ } الْآيَةَ

Qutaibah menceritakan kepada kami, Laits menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Urwah yang menceritakan bahwa Abdullah bin Zubair RA pernah bercerita kepadanya bahwa ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang mengadukan Zubair kepada Rasulullah SAW

menyangkut tempat aliran air Harrah yang darinya mereka mengairi kebun kurma mereka. Waktu itu, laki-laki dari kaum Anshar itu berkata, "Biarkan air itu mengalir." Namun Zubair tidak mau mengalirkannya.

Karena tidak ada penyelesaian, maka merekapun mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada Zubair, "Airi dahulu kebunmu, hai Zubair, setelah itu baru kamu alirkan airnya ke kebun tetanggamu."

Mendengar jawaban itu, laki-laki Anshar itu marah dan berkata, "Wahai Rasulullah, engkau memutuskan seperti ini karena ia adalah sepupumu, bukan?!" Rasulullah SAW tidak menjawab, namun beliau memalingkan wajah dan berkata kepada Zubair,

"Airi dahulu kebunmu, kemudian tutuplah aliran air yang menuju kebunmu hingga air itu mengalir ke dalam bendungan asalnya." Zubair berkata, "Demi Allah, aku yakin ayat ini turun karena masalah ini. Allah SWT berfirman,

'Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan'." (Qs. An-Nisaa' [4]: 65) Shahih: Muttafaq alaih

Abu Isa berkata, "Aku pernah mendengar Muhammad berkata, 'Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Wahb dari Laits bin Sa'ad dan Yunus dari Az-Zuhri dari Urwah dari Abdullah bin Zubair RA, seperti kontek di atas."

Sementara itu, Syu'aib bin Abu Hamzah meriwayatkaLn hadits ini dari Az-Zuhri dari Urwah dari Zubair RA, yakru tidak menyebutkan Abdullah bin Zubair.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ يَزِيدَ يُحَدِّثُ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ فِي هَذِهِ الْآيَةِ { فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ } قَالَ رَجَعَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ فَكَانَ النَّاسُ فِيهِمْ فَرِيقَيْنِ فَرِيقٌ يَقُولُ اقْتُلْهُمْ وَفَرِيقٌ يَقُولُ لَا فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ { فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ } وَقَالَ إِنَّهَا طِيبَةُ وَقَالَ إِنَّهَا تَنْفِي الْخَبَثَ كَمَا تَنْفِي النَّارُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Adi bin Tsabit, ia berkata:

Aku pernah mendengar Abdullah bin Yazid RA menceritakan dari Zaid bin Tsabit RA tentang ayat, "Maka mengapa kalian (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik." (Qs. An-Nisaa' [4]: 88) Zaid bin Tsabit RA berkata,

"Saat kembali dari perang Uhud, para sahabat Rasulullah SAW terbagi menjadi dua golongan. Satu golongan berkata, "Bunuh saja mereka (orang-orang munafik)." Sementara golongan yang lain berkata,

"Jangan." Maka turunlah ayat, "Maka mengapa kalian (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik." Zaid bin Tsabit RA juga berkata, "Madinah adalah Thibah (suci)."

Lalu ia berkata lagi, "Madinah dapat menghilangkan kotoran seperti api yang dapat menghilangkan kotoran dari besi." Shahih: Muttafaq alaih

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih" Abdullah bin Yazid RA termasuk kaum Anshar dari kabilah Al Khathmi dan termasuk salah seorang sahabat Rasulullah SAW.

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الزَّعْفَرَانِيُّ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنَا وَرْقَاءُ بْنُ عُمَرَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَجِيءُ الْمَقْتُولُ بِالْقَاتِلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا يَقُولُ يَا رَبِّ هَذَا قَتَلَنِي حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنْ الْعَرْشِ قَالَ فَذَكَرُوا لِابْنِ عَبَّاسٍ التَّوْبَةَ فَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ { وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ } قَالَ مَا نُسِخَتْ هَذِهِ الْآيَةُ وَلَا بُدِّلَتْ وَأَنَّى لَهُ التَّوْبَةُ

Hasan bin Muhammad Az-Za'farani menceritakan kepada kami, Syababah menceritakan kepada kami, Warqa' bin Umar menceritakan kepada kami dari Amr bin Dinar dari Ibnu Abbas RA dari Nabi SAW, beliau bersabda,

"Orang yang dibunuh (korban) akan membawa orang yang membunuh (pembunuh) pada hari kiamat nanti. Ubun-ubun dan kepala pembunuh itu di tangan korban, sementara urat lehernya masih mengalirkan darah.

Korban berkata, 'Wahai Tuhanku, orang ini telah membunuhku', —dia terus mengucapkan kata-kata itu— hingga mendekatkannya ke arasy. " Amr bin Dinar berkata, "Lalu orang-orang yang saat itu berada bersama Ibnu Abbas RA bertanya tentang taubat —seorang pembunuh—.

Maka beliau membaca firman Allah SWT, "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah jahanam. " (Qs. An-Nisaa' [4]: 93) Selanjutnya Ibnu Abbas RA berkata,

"Ayat ini tidak di-nasakh dan tidak pula diganti, lantas bagaimana lagi taubatnya —selain dengan cara ini—?!" Shahih: Al Misykaah (3465 —Tahqiq kedua—) dan At-Ta'liq ar-Raghib (3/203).

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan" Sebagian perawi meriwayatkan hadits ini dari Amr bin Dinar dari Ibnu Abbas RA, seperti redaksi di atas. Artinya mereka tidak me-marfu '-kannya.

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي رِزْمَةَ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ عَلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ غَنَمٌ لَهُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ قَالُوا مَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا لِيَتَعَوَّذَ مِنْكُمْ فَقَامُوا فَقَتَلُوهُ وَأَخَذُوا غَنَمَهُ فَأَتَوْا بِهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمْ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا }

Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Abu Rizmah menceritakan kepada kami dari Israil dari Simak bin Harb dari Ikrimah dari Ibnu Abbas RA, ia berkata,

"Ada seorang laki-laki dari Bani Sulaim yang membawa kambing gembalaannya lewat di hadapan sekelompok sahabat Rasulullah SAW, lalu laki-laki tersebut memberi salam kepada mereka.

Di antara sahabat ada yang berkata, 'Tidaklah ia memberi salam kecuali agar terpelihara dari kalian.' Maka merekapun segera mengejar dan membunuh laki-laki tersebut.

Setelah kejadian ini, merekapun menemui Rasulullah SAW dan memberitahukannya kepada beliau. Maka tak lama kemudian, Allah SWT menurunkan ayat, 'Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian pergi (berperang)

dijalan Allah maka telitilah dan janganlah kalian mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kalian, "Kamu bukan seorang mukmin'. " (Qs. An-Nisaa" [4]: 94) Hasan shahih: At-Ta'liq 'alaAl Ihsan (7/122) dan Muttafaq alaih.

Abu lsa berkata, "Ini adalah hadits hasan." Dalam bab ini ada riwayat lain dari Usamah bin Zaid.

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ } الْآيَةَ جَاءَ عَمْرُو ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكَانَ ضَرِيرَ الْبَصَرِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا تَأْمُرُنِي إِنِّي ضَرِيرُ الْبَصَرِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ { غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ } الْآيَةَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيْتُونِي بِالْكَتِفِ وَالدَّوَاةِ أَوْ اللَّوْحِ وَالدَّوَاةِ

Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq dari Al Barra' bin Azib RA, ia berkata, "Ketika turun ayat, 'Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (tidak ikut berperang)...' (Qs. An-Nisaa' [4]: 95)

Amr bin Ummi Maktum datang menemui Rasulullah SAW dan berkata —ia adalah seorang yang buta—, "Wahai Rasulullah, apa yang harus kulakukan, sementara aku adalah orang yang buta?' Maka Allah SWT menurunkan ayat ini —sambungan ayat di atas—,

'Yang tidak mempunyai uzur...' Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda, 'Tolong ambilkan aku tulang dan tinta —atau lembaran dan tinta—'." Shahih: Muttafaq alaih. Lihat hadits sebelumnya (1670).

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih." Ada yang mengatakan Amr bin Ummi Maktum dan ada pula yang mengatakan Abdullah bin Ummi Maktum. Nama Ummu Maktum adalah Za'idah. Ummu Maktum adalah ibu kandungnya.

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الزَّعْفَرَانِيُّ حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْكَرِيمِ سَمِعَ مِقْسَمًا مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ } عَنْ بَدْرٍ وَالْخَارِجُونَ إِلَى بَدْرٍ لَمَّا نَزَلَتْ غَزْوَةُ بَدْرٍ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَحْشِ وَابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ إِنَّا أَعْمَيَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَهَلْ لَنَا رُخْصَةٌ فَنَزَلَتْ { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ } وَ { فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ } { عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً } فَهَؤُلَاءِ الْقَاعِدُونَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ { وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا } دَرَجَاتٍ مِنْهُ عَلَى الْقَاعِدِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرِ أُولِي الضَّرَرِ

Al Hasan bin Muhammad Az-Za'farani menceritakan kepada kami, Al Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, Abdul Karim mengabarkan kepadaku bahwa ia pernah mendengar Miqsam Maula Abdullah bin Harits menceritakan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata,

"Firman Allah SWT, 'Tidak sama antara mukmin yang duduk (tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur...', turun pada peristiwa perang Badar dan tentang orang-orang yang ikut dalam perang tersebut.

Ketika terjadi perang Badar, Abdullah bin Jahsy dan Ibnu Ummi Maktum berkata, 'Sesungguhnya kami adalah orang yang buta, wahai Rasulullah, apakah kami mendapatkan keringanan?' Maka turunlah ayat ini,

'Tidak sama antara mukmin yang duduk (tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur', 'Allah melebihkan orang-orang yang berjihad' dan 'Atas orang-orang yang duduk, satu derajat.'

Maksudnya adalah atas orang-orang yang duduk dan tidak mempunyai uzur. 'Dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.' Maksudnya adalah atas orang-orang yang duduk dari kaum mukminin yang tidak mempunyai udzur apapun." Shahih: AI Bukhari (4595).

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan gharib dari jalur ini." Ada yang mengatakan bahwa Miqsam adalah Maula Abdullah bin Harits dan ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah Maula Ibnu Abbas. Sedangkan gelarnya adalah Abul Qasim.

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي سَهْلُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ رَأَيْتُ مَرْوَانَ بْنَ الْحَكَمِ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فَأَقْبَلْتُ حَتَّى جَلَسْتُ إِلَى جَنْبِهِ فَأَخْبَرَنَا أَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْلَى عَلَيْهِ { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ } { وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ } قَالَ فَجَاءَهُ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ وَهُوَ يُمْلِيهَا عَلَيَّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ لَوْ أَسْتَطِيعُ الْجِهَادَ لَجَاهَدْتُ وَكَانَ رَجُلًا أَعْمَى فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفَخِذُهُ عَلَى فَخِذِي فَثَقُلَتْ حَتَّى هَمَّتْ تَرُضُّ فَخِذِي ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ { غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ }

Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami. Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'ad menceritakan kepada kami dan bapaknya dari Shalih bin Kaisan dari Ibnu Syihab, Sahl bin Sa'ad menceritakan kepadaku, ia berkata,

"Aku pernah melihat Marwan bin Hakam sedang duduk di dalam masjid. Aku segera menghampirinya dan duduk di sampingnya. Ia mengabarkan kepada kami (aku dan jamaah yang hadir -penj) bahwa Zaid bin Tsabit pernah mengabarkan kepadanya bahwa Nabi SAW telah mengimlakkan kepadanya ayat,

'Tidak sama antara mukmin yang duduk' dan 'Dan orang-orangyang berjihad dijalan Allah.' Zaid bin Tsabit berkata, "Saat beliau mengimlakkan ayat itu, Ibnu Ummi Maktum datang dan berkata,

'Wahai Rasulullah, demi Allah, seandainya aku mampu (tidak buta -penj) pasti aku akan pergi berjihad.' Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepada beliau, dan saat itu paha beliau berada di atas pahaku.

Aku merasa paha beliau sangat berat, seakan-akan pahaku akan patah karenanya. Allah mewahyukan kepada beliau ayat ini, 'Yang tidak mempunyai udzur'. " Shahih: Al Bukhari (4592).

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih." Beberapa perawi juga meriwayatkan hadits ini dari Az-Zuhri dari Sahl bin Sa'ad, seperti referensi di atas. Sementara itu, Ma'mar meriwayatkannya dari Az-Zuhri dari Qabishah bin Dzu'aib dari Zaid bin Tsabit RA.

Dalam periwayatan hadits ini terdapat bentuk riwayat seorang sahabat dari seorang tabi'in. Sahl bin Sa'ad Al Anshan RA. seorang sahabat Rasulullah SAW menwayatkan hadits mi dan Marwan bin Hakam. Hakam ini tidak pemah mendengar langsung dan Rasulullah SAW, artinya ia adalah seorang tabi'in.

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي عَمَّارٍ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَابَاهُ عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ قَالَ قُلْتُ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ إِنَّمَا قَالَ اللَّهُ { أَنْ تَقْصُرُوا مِنْ الصَّلَاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمْ } وَقَدْ أَمِنَ النَّاسُ فَقَالَ عُمَرُ عَجِبْتُ مِمَّا عَجِبْتَ مِنْهُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ اللَّهُ بِهَا عَلَيْكُمْ فَاقْبَلُوا صَدَقَتَهُ

Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami, Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami bahwa Abdurrahman bin Abdullah bin Abu Ammar menceritakan dari Abdullah bin Babah dari Ya'la bin Umaiyah, ia berkata,

"Aku pernah berkata kepada Umar bin Khaththab RA, 'Allah SWT berfirman, 'Maka tidaklah mengapa kalian mengqashar sembahyang, jika kalian takut....' (Qs. An-Nisaa' [4]: 101), namun sekarang masyarakat sudah aman!' Umar berkata,

'Akupun pernah merasa heran sepertimu, lalu hal itu aku ceritakan kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, 'Itu adalah sedekah yang diberikan Allah kepada kalian, oleh karena itu terimalah sedekah-Nya'." Shahih: Ibnu Majah (1065); Muslim. Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih."

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْهُنَائِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَقِيقٍ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ بَيْنَ ضَجْنَانَ وَعُسْفَانَ فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ إِنَّ لِهَؤُلَاءِ صَلَاةً هِيَ أَحَبُّ إِلَيْهِمْ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَبْنَائِهِمْ هِيَ الْعَصْرُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ فَمِيلُوا عَلَيْهِمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً وَأَنَّ جِبْرِيلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهُ أَنْ يَقْسِمَ أَصْحَابَهُ شَطْرَيْنِ فَيُصَلِّيَ بِهِمْ وَتَقُومُ طَائِفَةٌ أُخْرَى وَرَاءَهُمْ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ ثُمَّ يَأْتِي الْآخَرُونَ وَيُصَلُّونَ مَعَهُ رَكْعَةً وَاحِدَةً ثُمَّ يَأْخُذُ هَؤُلَاءِ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ فَتَكُونُ لَهُمْ رَكْعَةٌ رَكْعَةٌ وَلِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَانِ

Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Abdush-shamad bin Abdul Harits menceritakan kepada kami, Sa'id bin Ubaid Al Huna'i menceritakan kepada kami, Abdullah bin Syaqiq menceritakan kepada kami,

Abu Hurairah RA menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah SAW (bersama para sahabat -penj) pernah beristirahat di antara Dhujnan dan Usfan. Orang-orang musyrik (yang mengetahui hal itu -penj) berkata,

"Sesungguhnya orang-orang akan melakukan shalat yang lebih mereka cintai daripada orangtua dan anak-anak mereka, yaitu shalat Ashar. Oleh karena itu, bersiap-siaplah kalian dan seranglah mereka pada saat itu secara serempak."

Saat itu Jibril datang menemui Rasulullah SAW dan menyuruh beliau untuk membagi para sahabat menjadi dua bagian. Beliau shalat lebih dahulu bersama sebagian, sementara sebagian lainnya berdiri di belakang mereka. —Jibril juga berkata—,

"Dan hendaklah mereka bersiap siaga juga menyandang senjata mereka." Kemudian bagian kedua ini maju dan shalat satu rakaat bersama beliau —setelah bagian pertama melaksanakan satu rakaat— dan —Jibril juga berkata—,

"Hendaklah mereka juga bersiap siaga dan menyandang senjata mereka." Dengan demikian, masing-masing bagian shalat satu rakaat, sementara Rasulullah SAW shalat dua rakaat. Sanad hadits ini shahih.

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits shahih gharib dari sanad ini, yakni sanad Abdullah bin Syaqiq dari Abu Hurairah RA." Dalam bab ini ada riwayat lain dari Abdullah bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Jabir, Abu Ayyasy Az-Zuraqi, Ibnu Umar,

Hudzaifah, Abu Bakrah dan Sahl bin Abu Hatsmah. Nama Abu Ayyasy Az-Zuraqi adalah Zaid bin Shamit.

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي شُعَيْبٍ أَبُو مُسْلِمٍ الْحَرَّانِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْحَرَّانِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَتَادَةَ بْنِ النُّعْمَانِ قَالَ كَانَ أَهْلُ بَيْتٍ مِنَّا يُقَالُ لَهُمْ بَنُو أُبَيْرِقٍ بِشْرٌ وَبُشَيْرٌ وَمُبَشِّرٌ وَكَانَ بُشَيْرٌ رَجُلًا مُنَافِقًا يَقُولُ الشِّعْرَ يَهْجُو بِهِ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَنْحَلُهُ بَعْضَ الْعَرَبِ ثُمَّ يَقُولُ قَالَ فُلَانٌ كَذَا وَكَذَا قَالَ فُلَانٌ كَذَا وَكَذَا فَإِذَا سَمِعَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ الشِّعْرَ قَالُوا وَاللَّهِ مَا يَقُولُ هَذَا الشِّعْرَ إِلَّا هَذَا الْخَبِيثُ أَوْ كَمَا قَالَ الرَّجُلُ وَقَالُوا ابْنُ الْأُبَيْرِقِ قَالَهَا قَالَ وَكَانُوا أَهْلَ بَيْتِ حَاجَةٍ وَفَاقَةٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَالْإِسْلَامِ وَكَانَ النَّاسُ إِنَّمَا طَعَامُهُمْ بِالْمَدِينَةِ التَّمْرُ وَالشَّعِيرُ وَكَانَ الرَّجُلُ إِذَا كَانَ لَهُ يَسَارٌ فَقَدِمَتْ ضَافِطَةٌ مِنْ الشَّامِ مِنْ الدَّرْمَكِ ابْتَاعَ الرَّجُلُ مِنْهَا فَخَصَّ بِهَا نَفْسَهُ وَأَمَّا الْعِيَالُ فَإِنَّمَا طَعَامُهُمْ التَّمْرُ وَالشَّعِيرُ فَقَدِمَتْ ضَافِطَةٌ مِنْ الشَّامِ فَابْتَاعَ عَمِّي رِفَاعَةُ بْنُ زَيْدٍ حِمْلًا مِنْ الدَّرْمَكِ فَجَعَلَهُ فِي مَشْرَبَةٍ لَهُ وَفِي الْمَشْرَبَةِ سِلَاحٌ وَدِرْعٌ وَسَيْفٌ فَعُدِيَ عَلَيْهِ مِنْ تَحْتِ الْبَيْتِ فَنُقِبَتْ الْمَشْرَبَةُ وَأُخِذَ الطَّعَامُ وَالسِّلَاحُ فَلَمَّا أَصْبَحَ أَتَانِي عَمِّي رِفَاعَةُ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي إِنَّهُ قَدْ عُدِيَ عَلَيْنَا فِي لَيْلَتِنَا هَذِهِ فَنُقِبَتْ مَشْرَبَتُنَا وَذُهِبَ بِطَعَامِنَا وَسِلَاحِنَا قَالَ فَتَحَسَّسْنَا فِي الدَّارِ وَسَأَلْنَا فَقِيلَ لَنَا قَدْ رَأَيْنَا بَنِي أُبَيْرِقٍ اسْتَوْقَدُوا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَلَا نَرَى فِيمَا نَرَى إِلَّا عَلَى بَعْضِ طَعَامِكُمْ قَالَ وَكَانَ بَنُو أُبَيْرِقٍ قَالُوا وَنَحْنُ نَسْأَلُ فِي الدَّارِ وَاللَّهِ مَا نُرَى صَاحِبَكُمْ إِلَّا لَبِيدَ بْنَ سَهْلٍ رَجُلٌ مِنَّا لَهُ صَلَاحٌ وَإِسْلَامٌ فَلَمَّا سَمِعَ لَبِيدٌ اخْتَرَطَ سَيْفَهُ وَقَالَ أَنَا أَسْرِقُ فَوَاللَّهِ لَيُخَالِطَنَّكُمْ هَذَا السَّيْفُ أَوْ لَتُبَيِّنُنَّ هَذِهِ السَّرِقَةَ قَالُوا إِلَيْكَ عَنْهَا أَيُّهَا الرَّجُلُ فَمَا أَنْتَ بِصَاحِبِهَا فَسَأَلْنَا فِي الدَّارِ حَتَّى لَمْ نَشُكَّ أَنَّهُمْ أَصْحَابُهَا فَقَالَ لِي عَمِّي يَا ابْنَ أَخِي لَوْ أَتَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتَ ذَلِكَ لَهُ قَالَ قَتَادَةُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ إِنَّ أَهْلَ بَيْتٍ مِنَّا أَهْلَ جَفَاءٍ عَمَدُوا إِلَى عَمِّي رِفَاعَةَ بْنِ زَيْدٍ فَنَقَبُوا مَشْرَبَةً لَهُ وَأَخَذُوا سِلَاحَهُ وَطَعَامَهُ فَلْيَرُدُّوا عَلَيْنَا سِلَاحَنَا فَأَمَّا الطَّعَامُ فَلَا حَاجَةَ لَنَا فِيهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَآمُرُ فِي ذَلِكَ فَلَمَّا سَمِعَ بَنُو أُبَيْرِقٍ أَتَوْا رَجُلًا مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ أُسَيْرُ بْنُ عُرْوَةَ فَكَلَّمُوهُ فِي ذَلِكَ فَاجْتَمَعَ فِي ذَلِكَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الدَّارِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ قَتَادَةَ بْنَ النُّعْمَانِ وَعَمَّهُ عَمَدَا إِلَى أَهْلِ بَيْتٍ مِنَّا أَهْلِ إِسْلَامٍ وَصَلَاحٍ يَرْمُونَهُمْ بِالسَّرِقَةِ مِنْ غَيْرِ بَيِّنَةٍ وَلَا ثَبَتٍ قَالَ قَتَادَةُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمْتُهُ فَقَالَ عَمَدْتَ إِلَى أَهْلِ بَيْتٍ ذُكِرَ مِنْهُمْ إِسْلَامٌ وَصَلَاحٌ تَرْمِهِمْ بِالسَّرِقَةِ عَلَى غَيْرِ ثَبَتٍ وَلَا بَيِّنَةٍ قَالَ فَرَجَعْتُ وَلَوَدِدْتُ أَنِّي خَرَجْتُ مِنْ بَعْضِ مَالِي وَلَمْ أُكَلِّمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ذَلِكَ فَأَتَانِي عَمِّي رِفَاعَةُ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي مَا صَنَعْتَ فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اللَّهُ الْمُسْتَعَانُ فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ نَزَلَ الْقُرْآنُ { إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا } بَنِي أُبَيْرِقٍ { وَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ } أَيْ مِمَّا قُلْتَ لِقَتَادَةَ { إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا وَلَا تُجَادِلْ عَنْ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا يَسْتَخْفُونَ مِنْ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنْ اللَّهِ إِلَى قَوْلِهِ غَفُورًا رَحِيمًا } أَيْ لَوْ اسْتَغْفَرُوا اللَّهَ لَغَفَرَ لَهُمْ { وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَى نَفْسِهِ إِلَى قَوْلِهِ إِثْمًا مُبِينًا } قَوْلَهُ لِلَبِيدٍ { وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ إِلَى قَوْلِهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا } فَلَمَّا نَزَلَ الْقُرْآنُ أَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالسِّلَاحِ فَرَدَّهُ إِلَى رِفَاعَةَ فَقَالَ قَتَادَةُ لَمَّا أَتَيْتُ عَمِّي بِالسِّلَاحِ وَكَانَ شَيْخًا قَدْ عَشَا أَوْ عَسَى فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكُنْتُ أُرَى إِسْلَامُهُ مَدْخُولًا فَلَمَّا أَتَيْتُهُ بِالسِّلَاحِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي هُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَعَرَفْتُ أَنَّ إِسْلَامَهُ كَانَ صَحِيحًا فَلَمَّا نَزَلَ الْقُرْآنُ لَحِقَ بُشَيْرٌ بِالْمُشْرِكِينَ فَنَزَلَ عَلَى سُلَافَةَ بِنْتِ سَعْدِ ابْنِ سُمَيَّةَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ { وَمَنْ يُشَاقِقْ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا } فَلَمَّا نَزَلَ عَلَى سُلَافَةَ رَمَاهَا حَسَّانُ بْنُ ثَابِتٍ بِأَبْيَاتٍ مِنْ شِعْرِهِ فَأَخَذَتْ رَحْلَهُ فَوَضَعَتْهُ عَلَى رَأْسِهَا ثُمَّ خَرَجَتْ بِهِ فَرَمَتْ بِهِ فِي الْأَبْطَحِ ثُمَّ قَالَتْ أَهْدَيْتَ لِي شِعْرَ حَسَّانَ مَا كُنْتَ تَأْتِينِي بِخَيْرٍ

Al Hasan bin Ahmad bin Abu Syu'aib Abu Muslim Al Harrafi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Salamah Al Harrani menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishak menceritakan kepada kami dari Ashim bin Umar bin Qatadah dari bapaknya dari kakeknya Qatadah bin Nu'man.

ia berkata, "Ada sebuah keluarga —ada yang mengatakan bahwa mereka adalah Bani Ubairiq: Bisyr, Busyair, Mubasysyar— yang salah seorang anggota dari keluarga itu bernama Busyair.

Ia adalah seorang laki-laki munafik yang sering melantunkan syair-syair mencela para sahabat Rasulullah SAW. Sebelum mengucapkan syair-syair celaan, ia selalu mengatakan bahwa syair-syair itu dari sebagian orang Arab,

ia berkata, 'Fulan mengatakan ini dan itu', 'Fulan mengatakan ini dan itu.' Namun ketika para sahabat Rasulullah SAW mendengar syair itu, mereka sudah mengetahui bahwa syair itu pasti dari Busyair. Mereka berkata,

'Demi Allah, tidak ada seorangpun yang mengucapkan syair ini kecuali orang bejat ini atau meniru apa yang dikatakannya.' Mereka juga berkata, 'Ibnul Ubairiq-lah yang pasti mengucapkannya.' —Qatadah berkata— mereka (Banu Ubairiq)

adalah keluarga yang susah dan fakir baik pada masa jahiliah maupun pada masa Islam. Walaupun begitu, sekalipun makanan pokok masyarakat Madinah adalah gandum dan kurma, namun laki-laki itu (Busyair),

apabila ia mempunyai kelapangan (uang) dan ketika itu datang bahan makanan; berupa tepung gandum dari Syam, ia pasti membeli dan menyimpannya. Adapun keluargaku, makanan pokok kami juga gandum dan kurma.

Suatu hari, bahan makanan tersebut datang dari Syam, lalu pamanku Rifa'ah bin Zaid membelinya sebanyak satu pikul dan ia simpan di dalam gudang yang juga merupakan tempat penyimpanan senjata serta baju besi.

Tetapi pada suatu malam, bahan makanan dan sejata tersebut dicuri orang, dengan cara membongkar dinding gudang. Keesokan harinya, pamanku Rifa'ah datang menemuiku dan berkata, 'Hai anak saudaraku, tadi malam kita kecurian.

Dinding gudang kita dibongkar lalu makanan dan senjata dibawa kabur.' —Qatadah berkata— Kami segera melakukan penyelidikan dan mencari informasi di sekitar tempat tinggal. Lalu ada seseorang berkata kepada kami.

'Kami melihat Bani Ubairiq menyalakan api dan kami melihat di sana ada sebagian makanan kalian.' Ketika kami tanyakan tentang hal itu, Bani Ubairiq berkata, 'Kamipun sudah mencari-cari keterangan (tentang makanan dan senjata milik kalian -penj)

di sekitar tempat tinggal. Demi Allah, kami kira pencuri itu tidak lain adalah Labid bin Sahl.' —Labid adalah seorang laki-laki dari keluarga kami yang terkenal saleh dan kuat keislamannya—. Ketika Labid mendengar hal itu, ia langsung menghunus pedang dan berkata,

'Aku mencuri?! Demi Allah, aku akan lumuri pedang ini dengan —darah— kalian atau kalian harus memecahkan kasus pencurian ini.' Mereka (Qatadah dan keluarganya) berkata, 'Tenanglah, bukan kamu pencurinya.

Kami sudah menanyakan di sekitar tempat tinggal, hingga kami yakin bahwa merekalah (Bani Ubairiq) pencurinya.' Kemudian pamanku berkata kepadaku, 'Hai anak pamanku, bagaimana jika kamu menemui Rasulullah SAW dan menceritakan kejadian ini.'

Akupun segera menemui Rasulullah SAW dan berkata, 'Sesungguhnya ada sebuah keluarga yang datang ke rumah pamanku dan membongkar gudang miliknya, lalu mereka mengambil senjata juga makanan miliknya.

Kami berharap mereka mau mengembalikan senjata kami, sedangkan makanan, kami tidak membutuhkannya.' Rasulullah SAW bersabda, 'Baiklah akan aku tangani hal itu.' Ternyata, Bani Ubairiq telah mendengar prihal kedatangan Qatadah menemui Rasulullah SAW.

Mereka segera menemui seseorang —ada yang mengatakan nama orang tersebut adalah Usair bin Urwah—, lalu mereka berbicara dengannya. Alhasil, Usair bersedia mengumpulkan beberapa orang di sekitar tempat tinggalnya dan berangkat menemui Rasulullah SAW.

Sesampainya di hadapan beliau, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Qatadah bin Nu'man dan pamannya menuduh sebuah keluarga dari kami, sebuah keluarga yang teguh keislamanya dan saleh, telah melakukan pencurian tanpa saksi dan bukti.'

Tak lama setelah itu, aku kembali menemui Rasulullah SAW dan berbicara dengan beliau, namun beliau bersabda kepadaku, 'Kamu telah menuduh sebuah keluarga yang dikenal teguh keislamannya dan saleh, telah melakukan pencurian tanpa bukti dan saksi?!'

Saat itu juga, aku pulang dan aku berharap yang hilang itu adalah hartaku, hingga aku tidak perlu mengadukan kejadian pencurian ini kepada Rasulullah SAW. Aku menemui pamanku Rifa'ah dan ketika melihatku, ia segera berkata, 'Apa yang terjadi?'

Akupun mencentakan apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. Ketika itu diapun berkata. 'Hanya Allah tempat meminta pertolongan.' Tak lama kemudian, turunlah ayat Al Qur'an. 'Sesungguhnya Kami lelah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,

mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.' Maksudnya,

Bani Ubairiq. 'Dan mohonlah ampun kepada Allah.' Maksudnya, dari apa yang kamu katakan kepada Qatadah. 'Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa. Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah', sampai firman Allah, 'Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' (Qs. An-Nisaa' [4]: 105-111)

Maksudnya, seandainya mereka meminta ampun .kepada Allah, niscaya Allah mengampuni mereka. 'Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri', sampai firman-Nya, 'Dosa yang nyata.' (Qs. An-Nisaa' [4]: 112)

—Firman Allah SWT tentang Labid—, 'Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya', sampai firman-Nya, 'Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.' (Qs. An-Nisaa" [4]: 113-114), Setelah ayat Al Quran ini turun,

Rasulullah SAW segera mengambil senjata dan mengembalikannya kepada Rifa'ah. —Qatadah berkata— Ketika aku menemui panamku dengan membawa senjata. saat itu ia adalah seorang rua yang ingm kembali pada kejahiliahan dan kukira keislamannya sudah lemah.

—ker.ka aku menemuinya dengan membawa senjata tersebut—, ia berkata. "Wahai anak saudaraku, senjata itu adalah (wakaf) di jalan Allah.' Maka akupun yakin bahwa keislamannya tetap benar. Setelah ayat Al Qur'an ini turun, Busyair segera menemui orang-orang musyrik.

ia menemui Sulafah binti Sa'ad bin Sumaiyah, maka Allah menurunkan ayat tentangnya, 'Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukanjalan orang-orang mukmin,

Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam jahanam dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan ia dan ia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.' (Qs. An-Nisaa' [4]: 115-116) Saat Busyair berada di rumah Sulafah, Hassan bin Tsabit RA mencelanya dengan beberapa bait syairnya.

Ketika itu juga, Sulafah mengambil barang bawaan Busyair dan meletakkannya di atas kepala, kemudian ia keluar dan melemparkanya di Abthah. Lalu ia berkata, 'Kamu (maksudnya adalah Busyair -penj) hadiahkan kepadaku syair-syair Hasan. Sungguh kamu tidak pemah mendatangkan kebaikan untukku'." Hasan.

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits gharib. Kami tidak mengetahui ada orang lain yang menyebutkannya kecuali Muhammad bin Salamah Al Harrani." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Yunus bin Bukair dan lainnya dari Muhammad bin Ishaq dari Ashim bin Umar bin Qatadah —secara mursal—,

namun mereka tidak menyebutkan "Dari bapaknya dari kakeknya." Qatadah bin Nu'man RA adalah saudara seibu Abu Sa'id Al Khudri RA. Nama Abu Sa'id adalah Sa'ad bin Malik bin Sinan RA.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ الْمَعْنَى وَاحِدٌ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ مُحَيْصِنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسِ بْنِ مَخْرَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا نَزَلَ { مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ } شَقَّ ذَلِكَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ فَشَكَوْا ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا وَفِي كُلِّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ كَفَّارَةٌ حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكُهَا أَوْ النَّكْبَةَ يُنْكَبُهَا

Muhammad bin Yahya bin Abu Umar dan Abdullah bin Abu Ziyad —makna hadits sama— menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami dari Ibnu Muhaishin dari Muhammad bin Qais bin Makhramah dari Abu Hurairah RA,

ia berkata, "Ketika turun ayat, 'Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu' (Qs. An-Nisaa' [4]: 123), kaum muslimin merasa berat dengan turunnya ayat tersebut.

Merekapun mengaduk