Surah Al Burj

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ وَعُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيَوْمُ الْمَوْعُودُ يَوْمُ الْقِيَامَةِ وَالْيَوْمُ الْمَشْهُودُ يَوْمُ عَرَفَةَ وَالشَّاهِدُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَمَا طَلَعَتْ الشَّمْسُ وَلَا غَرَبَتْ عَلَى يَوْمٍ أَفْضَلَ مِنْهُ فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُؤْمِنٌ يَدْعُو اللَّهَ بِخَيْرٍ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ وَلَا يَسْتَعِيذُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا أَعَاذَهُ اللَّهُ مِنْهُ

Abd bin Humaid menceritakan kepada kami, Rauh bin Ubadah dan Ubaidilah bin Musa menceritakan kepada kami, dari Musa bin Ubaidah, dari Ayyub bin Khalid, dari Abdullah bin Rafi'. dari Abu Hurairah, ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda. "Hari yang dijanjikan adalah hari kiamat. hari yang disaksikan adalah han Arafah, dan (hari) yang menjadi saksi adalah hari jum'at Tidaklah matahari terbit dan terbenam untuk suatu han yang lebik utama daripada hari jum'at.

Pada hari tersebut (adaj suatu waktu dimana seorang hamba yang beriman berdo'a kepada Allah dengan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan untuknya, dan memohon perlindungan dari sesuatu (kepada-Nya)

kecuali Allah melindunginya dari sesuatu tersebut. " Hasan: Al Misykah (1362-tahkik kedua), Ash-Shahihah (1502). Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Qurran bin Tammam Al Asadi menceritakan kepada kami, dari Musa bin Ubaidah... dengan sanad seperti ini.

Musa bin Ubaidah Ar-Rubadzi dijuluki Abu Abdul Aziz. Ia dipersoalkan oleh Yahya bin Sa'id Al Qaththan dan yang lainnya dari sisi hapalannya. Namun Syu'bah, Ats-Tsauri dan para imam lainnya menwayatkan (hadits) darinya.

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan gharib. Kami tidak mengetahui hadits ini kecuali dari hadits Musa bin Ubaidah. Sedangkan Musa bin Ubaidah sendiri di-dhaifkm dalam hadits ini: ia di-dhaif-kan oleh Yahya bin Sa'id dan yang lainnya."

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ الْمَعْنَى وَاحِدٌ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الْعَصْرَ هَمَسَ وَالْهَمْسُ فِي قَوْلِ بَعْضِهِمْ تَحَرُّكُ شَفَتَيْهِ كَأَنَّهُ يَتَكَلَّمُ فَقِيلَ لَهُ إِنَّكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا صَلَّيْتَ الْعَصْرَ هَمَسْتَ قَالَ إِنَّ نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ كَانَ أُعْجِبَ بِأُمَّتِهِ فَقَالَ مَنْ يَقُومُ لِهَؤُلَاءِ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنْ خَيِّرْهُمْ بَيْنَ أَنْ أَنْتَقِمَ مِنْهُمْ وَبَيْنَ أَنْ أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَاخْتَارُوا النِّقْمَةَ فَسَلَّطَ عَلَيْهِمْ الْمَوْتَ فَمَاتَ مِنْهُمْ فِي يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفًا

Mahmud bin Ghailan dan Abd bin Humaid menceritakan (hadits) kepada kami —makna hadits yang diceritakan oleh Mahmud bin Ghailan dan Abd bin Humaid adalah satu/sama—, keduanya berkata:

Abdurrazaq menceritakan kepada kami, dari Ma'mar dari Tsabit Al Bunani, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Shuhaib, ia berkata, "Apabila Rasulullah SAW shalat Ashar,

maka beliau ber-hams-hams —menurut pendapat sebagian dari mereka [para perawi] adalah gerak kedua bibir Rasulullah— seolah sedang berbicara. Lalu dikatakan kepada beliau,

'Sesungguhnya engkau ya Rasulullah, apabila sedang menunaikan shalat Ashar. engkau ber-hams?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya (dahuluj ada seorang nabi di antara nabi-nabi Allah yang dikagumi oleh umatnya Nabi itu kemudian bersabda,

'Siapa yang akan menuntut balas kepada mereka musuh sang nabi dan utnatnya] ? "Allah kemudian mewahyukan kepada sang nabi agar ia memilihkan untuk umatnya apakah Allah yang akan menuntut balas untuk mereka,

ataukah Allah menguasakan mereka atas musuh-musuh mereka? Mereka kemudian memilih menuntut balas. Maka Allah pun menguasakan kematian kepada mereka, sehingga di antara musuh-musuh mereka meninggal dalam sehari tujuhpuluh ribu orang'. " Shahih: Takhrij Al Kalm Ath-Thayyib (125/83).

Abdurazaq berkata: Apabila Ma'mar menceritakan hadits ini, maka ia pun menceritakan hadits yang lain. Ma'mar berkata, "Dahulu ada seorang raja di antara para raja, dan sang raja mempunyai seorang dukun yang menjadi tempatnya meramal.

Dukun tersebut berkata, "Carilah (oleh kalian) untukku seorang anak lelaki yang mengerti —atau Shuhaib berkata, "Cerdas lagi pintar."— Aku akan mengajarkan kepadanya ilmuku ini. Sesungguhnya aku kawatir akan meninggal dunia,

sehingga ilmu ini akan terputus dari kalian, sementara di antara kalian tidak ada yang akan mengajarkannya. Mereka kemudian mencari (anak lelaki itu) untuknya seperti sifat-sifat yang ia jelaskan.

Mereka kemudian memerintahkan anak itu untuk mendatangi sang dukun, terus-menerus mengunjunginya. Anak itu kemudian mengunjungi dukun tesebut, sementara di dalam perjalanannya (ia bertemu) dengan seorang pendeta yang (menetap) di sebuah tempat pertapaan."

Ma'mar berkata, "Aku kira para penghuni tempat pertapaan pada waktu itu adalah kaum muslimin." Ma'mar berkata, "Anak itu selalu bertanya kepada sang pendeta setiap kali ia bertemu dengannya.

Tidak henti-hentmya (la selalu bertanya) kepadanya, hingga sang pendeta pun memberitahukan kepadanya. Pendeta ltu berkata, 'Sesungguhnya aku hanya menyembah Allah'."

Ma'mar berkata, "Anak itu kemudian menetap di sisi sang pendeta, dan telat mendatangi sang dukun. Maka sang dukun pun mengirim surat kepada saudara si anak, yang bersisi: Sesungguhya ia hampir tidak pernah mendatangiku.'

Anak tersebut kemudian memberitahukan hal itu kepada sang pendeta. Sang pendeta berkata kepadanya, 'Jika sang dukun bertanya kepadamu dimana engkau, maka jawablah (olehmu),

'Di tempat keluargaku.' Apabila keluargamu bertanya kepadamu dimana kamu, maka beritahukanlah (olehmu) kepada mereka, ' Aku berada di tempat dukun'. " Ma'mar berkata, "Ketika anak itu berada dalam kondisi demikian,

tiba-tiba ia berpapasan dengan sekelompok orang dalam jumlah yang banyak, yang tertahan oleh hewan —sebagian di antara mereka (para perawi) berkata, "Hewan tersebut adalah macam"—." Ma'mar berkata,

"Anak itu kemudian mengambil batu, lalu berdo'a, 'Ya Allah, jika apa yang dikatakan oleh pendeta itu benar, maka aku mohon kepadamu agar aku dapat membunuhnya [hewan]'." Ma'mar berkata, "Anak itu kemudian melemparkan (batu tersebut) hingga membunuhnya.

Orang-orang kemudian berkata, 'Siapa yang membunuhnya' Mereka menjawab, 'Seorang anak kecil.' Orang-orang terkejut. Mereka berkata, 'Sesungguhnya anak ini memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain'."

Ma'mar berkata, "(Berita itu) terdengar oleh seorang tuna netra. Maka ia pun berkata kepada si anak, 'Jika engkau dapat mengembalikan penglihatanku, maka engkau akan mendapatkan ini dan ini.' Si anak berkata kepadanya, 'Aku tidak menginginkan ini darimu.

Tapi, apa pendapatmu jika aku dapat mengembalikan penglihatanmu. Apakah engkau akan beriman kepada Dzat yang telah mengembalikan penglihatan itu kepadamu?' Orang itu menjawab, 'Ya'."

Ma'mar berkata, "Anak itu kemudian berdo'a kepada Allah, dan Allah pun mengembalikan penglihatan orang itu kepadanya, sehingga orang itu pun beriman. Berita tentang mereka itu kemudian terdengar orang sang raja. Maka. ia pun mengirim utusan untuk menjemput mereka.

Raja berkata, "Aku akan benar-benar membunuh masing-masing dari kalian dengan pembunuhan yang tidak akan aku lakukan kepada sahabatnya." Raja kemudian memenntahkan untuk membawa sang pendeta dan orang yang pernah buta itu.

Ia kemudian meletakkan sebuah gerjaji di tempat sigaran rambut salah seorang di antara mereka, hingga ia pun membunuhnya. Ia kemudian membunuh yang lain dengan pembunuhan yang berbeda.

Ia kemudian memerintahkan agar anak kecil itu dibawa. Ia berkata, "Pergilah kalian dengan membawa anak kecil itu ke gunung ini dan ini. Lalu, lemparkanlah ia dari puncaknya." Mereka kemudian membawa anak itu ke gunung tersebut.

Ketika mereka sampai di tempat yang mereka kehendaki untuk melemparkannya, mereka tergelincir dari gunung tersebut dan kembali ke belakang, hingga tidak tersisa (seorang pun) dari mereka selain anak kecil itu.'

Ma'mar berkata, "Anak kecil itu kemudian kembali. Raja kemudian memerintahkan agar mereka membawanya ke lautan untuk ditenggelamkan di sana. Anak kecil itu kemudian dibawa ke laut.

Maka, Allah menenggelamkan orang-orang yang ikut bersamanya, dan Allah pun menyelamatkannya. Anak kecial itu berkata kepada sang raja, 'Sesungguhnya engkau tidak akan dapat membunuhku hingga engkau menyalibku dan memanahku,

dan mengatakan saat memanahku, 'Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak kecil ini'. " Ma'mar berkata, "Raja kemudian memerintahkan agar anak kecil itu disalib, kemudian dipanah. Ia berkata,

'Dengan menyebut nama Tuhan anak kecil ini'. " Ma'mar berkata, "Anak kecil itu meletakan tangannya di pelipisnya ketika akan dipanah. Ia kemudian mati. Orang-orang kemudian berkata,

'Sesungguhnya anak kecil ini telah mengetahui sebuah pengetahuan yang tidak diketahui oleh seorangpu. (Oleh karena itu), kami beriman kepada Tuhan anak kecil ini'." Ma'mar berkata,

"Dikatakan kepada sang Raja. 'Apakah engkau resah bila ketiga orang itu membelot darimu? Seluruh dunia , telah membelot darimu'." Ma'mar berkata, 'Sang raja kemudian membua: rari:.

iaia melemparkan kayu bakar dan api ke dalamnya. ia hemudiar. mengumpulkan orang-orang. Ia berkata, "Barang siapa ;. ar.g kembali dari agamanya, kami akan membiarkannya irudupt Barang siapa yang tidak kembali (dari agamanya).

maka kami akar. meiemparkannya ke dalam api ini.' Ia kemudian melemparkan orang-orang ke dalam parit (yang berisi api itu)." Ma'mar berkata, "Allah —Tabaraka wa Ta'ala— berfirman tentang hal itu,

'Binasa dan terlaknatljh orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengam kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.

Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji'. " (Qs. Al Buruuj [85]: 4-8) Ma'mar berkata,

"Adapun anak kecil itu, sesungguhnya ia telah dimakamkan." Diceritakan bahwa anak kecil itu dikeluarkan pada masa (kekhalifahan) Umar bin Khaththab,

sementara jari-jarinya menempel di pelipisnya, sebagaimana ia meletakkanya ketika dibunuh. Shahih: Muslim (8/229-231), tanpa ucapannya, "Ia berkata, 'Allah'." Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan gharib."