Melakukan Shalat Tanpa Menghadap Kiblat Ketika Mendung
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَشْعَثُ بْنُ سَعِيدٍ السَّمَّانُ عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فِي لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ فَلَمْ نَدْرِ أَيْنَ الْقِبْلَةُ فَصَلَّى كُلُّ رَجُلٍ مِنَّا عَلَى حِيَالِهِ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا ذَكَرْنَا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَ { فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ }
Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami, Asy'ats bin Sa'id As-Saman memberitahukan kepada kami dari Ashim bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amir,
dari Rabiah, dari ayahnya, dia berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan malam yang gelap gulita. Kami tidak mengerti arah kiblat, sehingga setiap orang dari kami melakukan shalat menurut usahanya.
Kemudian pada pagi harinya kami sampaikan hal itu kepada Rasulullah SAW, lalu turun ayat, 'Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.' (Qs. Al Baqarah(2): 115) Hasan: Ibnu Majah (1020)
Abu Isa berkata, "Hadits ini mempunyai sanad yang tidak kuat. Kami tidak mengetahui selain dari hadits Asy'ats bin Sa'id, dari Rabi' As-Saman. Asy-Ats bin Sa'id dari Rabi' As-Saman dianggap lemah dalam meriwayatkan hadits."
Kebanyakan ulama berpegang pada hadits ini, mereka berkata, "Apabila seseorang melakukan shalat pada waktu mendung dan ia tidak menghadap kiblat,
kemudian jelas baginya setelah selesai shalat bahwa dia shalat tidak menghadap kiblat, maka shalatnya sah." Pendapat ini diikuti oleh Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, Ahmad, dan Ishaq.