Berbukanya Orang yang Mengerjakan Puasa Sunah
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ ابْنِ أُمِّ هَانِئٍ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَتْ كُنْتُ قَاعِدَةً عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُتِيَ بِشَرَابٍ فَشَرِبَ مِنْهُ ثُمَّ نَاوَلَنِي فَشَرِبْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ إِنِّي أَذْنَبْتُ فَاسْتَغْفِرْ لِي فَقَالَ وَمَا ذَاكِ قَالَتْ كُنْتُ صَائِمَةً فَأَفْطَرْتُ فَقَالَ أَمِنْ قَضَاءٍ كُنْتِ تَقْضِينَهُ قَالَتْ لَا قَالَ فَلَا يَضُرُّكِ
Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Al Ahwash memberitahukan kepada kami dari Simak bin Harb, dari Ibnu Ummu Hani, dari Ummu Hani', ia berkata, "Saat itu aku sedang duduk bersama Rasulullah SAW.
Kami kemudian disuguhi minuman, maka beliau dan aku meminumnya. Aku lalu berkata, "Aku telah berbuat dosa, maka mohonkanlah ampunan untukku." Beliau bertanya, "Dosa apakah itu?" Ummu Hani' menjawab, "Aku berpuasa namun berbuka."
Beliau bertanya, "Apakah kamu mengerjakan puasa untuk mengqadha'?" Ia menjawab. "Tidak." Beliau bersabda, "Tidak apa apa. " Shahih: Takhrij Al Misykah (2079) dan Shahih Abu Daud (2120) Ia berkata, 'Tada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa'id dan Aisyah."
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ كُنْتُ أَسْمَعُ سِمَاكَ بْنَ حَرْبٍ يَقُولُ أَحَدُ ابْنَيْ أُمِّ هَانِئٍ حَدَّثَنِي فَلَقِيتُ أَنَا أَفْضَلَهُمَا وَكَانَ اسْمُهُ جَعْدَةَ وَكَانَتْ أُمُّ هَانِئٍ جَدَّتَهُ فَحَدَّثَنِي عَنْ جَدَّتِهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَدَعَى بِشَرَابٍ فَشَرِبَ ثُمَّ نَاوَلَهَا فَشَرِبَتْ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا إِنِّي كُنْتُ صَائِمَةً فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّائِمُ الْمُتَطَوِّعُ أَمِينُ نَفْسِهِ إِنْ شَاءَ صَامَ وَإِنْ شَاءَ أَفْطَرَ
Mahmud bin Ghalian menceritakan kepada kami, Abu Daud menceritakan kepada kami, Syu'bah memberitahukan kepada kami, ia berkata, "Aku mendengar Simak bin Harb berkata,
Salah seorang keturunan Ummu Hani' menceritakan kepadaku, kemudian aku bertemu dengan orang yang paling utama di antara mereka yang bernama Ja'dah, sedangkan Ummu Hani' adalah neneknya.
Kemudian Ja'dah menceritakan kepadaku dari neneknya: "Rasulullah SAW masuk ke rumah Ummu Hani'. Kemudian beliau meminta minuman, maka beliau meminumnya. Kemudian disodorkan makanan oleh Ummi Hani', maka beliaupun memakannya.
Ia lalu berkata, 'Wahai Rasulullah SAW, sebenarnya tadi aku berpuasa'. Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang mengerjakan puasa sunah adalah pemegang amanat dirinya sendiri, jika ia mau, maka boleh meneruskan puasanya, dan jika mau, maka ia boleh berbuka'." Shahih: Dari sumber yang sama
Syu'bah berkata, "Aku bertanya kepada Ja'dah, 'Apakah kamu mendengar langsung hal itu dari Ummu Hani'?' Ia berkata, Tidak, Abu Shalih memberitahukanku, karena keluarga kami termasuk keluarga Ummu Hani'."
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah dari Simak, dari Harun binti Ummu Hani', dari Ummu Hani'. Riwayat Syu'bah binti Ummu Hani' dari Ummu Hani'. Riwayat Syu'bah ini lebih baik,
yaitu seperti ini, Mahmud bin Ghalian menceritakan kepada kami dari Abu Daud, ia berkata, "adalah pemegang amanat dirinya." Selain Mahmud, ada juga yang menceritakan kepada kami dari Abu Daud, ia mengatakan (pemegang amanat) atau (penguasa terhadap dirinya tersendiri) ia ragu-ragu.
Diceritakan tidak hanya dari satu riwayat dari Syu'bah "penguasa terhadap dirinya" atau "percaya kepada dirinya" dengan ragu-ragu." Ia berkata, "Dalam sanad Ummu Hani' ada seseorang yang diperbincangkan (karena diragukan ke-tsiqah-annya).
Menurut ulama -dari sahabat Nabi SAW dan lainnya- jika orang yang melaksanakan puasa sunah berbuka (sebelum waktunya berbuka) maka ia tidak wajib mengqadhanya, kecuali ia memang suka mengqadhanya. Itulah perkataan Sufyan Ats-Tsauri, Imam Ahmad, Ishak, dan Asy-Syafi'i.