Orang yang Haid Wajib Mengqadha' Puasa, Tetapi Tidak Wajib Mengqadha' Shalat
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصِّيَامِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ali bin Mushir memberitahukan kepada kami dari Ubadah, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari Aisyah, ia berkata, "Kami pernah haid pada masa Rasuiullah. Setelah kami suci (selesai haid),
beliau menyuruh kami untuk mengqadha' puasa tetapi tidak menyuruh kami untuk mengqadha' shalat." Shahih: Ibnu Majah (631), Muttafaq 'alaih, dan Shahih Bukhari (tidak ada lafazh shalat).
Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan." Hadits ini diriwayatkan pula oleh Mu'adzah dari Aisyah. Ulama sepakat mengamalkan hadits ini. Kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat di antara mereka tentang orang yang haid wajib mengqadha puasa
tetapi tidak wajib mengqadha shalat Abu Isa berkata, "Ubaidah adalah Ibnu Mu'attib Adh-Dhabbi Al Kufi, dan dijuluki Abu Abdul Karim. "