Memakai Wewangian Sesudah Tahallul Sebelum Thawaf Ziarah (Ifadhah)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا مَنْصُورٌ يَعْنِي ابْنَ زَاذَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ طَيَّبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ يُحْرِمَ وَيَوْمَ النَّحْرِ قَبْلَ أَنْ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ بِطِيبٍ فِيهِ مِسْكٌ

Ahmad bin Mani menceritakan kepada kami, Husyaim memberitahukan kepada kami -yakni Manshur bin Zadzan- dari Abdurrahman Al Qasim, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata,

"Aku memberi Rasulullah SAW wewangian sebelum beliau berihram, dan pada hari Nahar (tanggal 10 Dzulhijjah) sebelum beliau mengerjakan thawafdi Baitullah dengan wewangian yang mengandung kesturi." Shahih: Ibnu Majah (2926) dan Muttafaq 'alaih

Di dalam bab ini terdapat hadits dari Ibnu Abbas. Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah itu adalah hadits hasan shahih." Mayoritas ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain mengamalkan hadist ini.

Mereka berpendapat bahwa apabila orang yang berihram telah melempar jumrah Aqabah pada hari Nahar dan telah menyembelih dan bercukur atau memotong rambut, maka halal baginya segala sesuatu yang diharamkan baginya kecuali (berhubungan badan dengan) istri.

Demikianlah pendapat Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab, ia berkata, "Segala sesuatu halal baginya, kecuali istri dan wewangian." Sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain mendukung pendapat ini. Demikianlah pendapat ulama Kufah.