Larangan Nikah Syighar
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي الشَّوَارِبِ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ وَهُوَ الطَّوِيلُ قَالَ حَدَّثَ الْحَسَنُ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا جَلَبَ وَلَا جَنَبَ وَلَا شِغَارَ فِي الْإِسْلَامِ وَمَنْ انْتَهَبَ نُهْبَةً فَلَيْسَ مِنَّا
Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Syawarib menceritakan kepada kami, Bisyr bin Al Mufadhdhal memberitahukan kepada kami, Humaid memberitahukan kepada kami -ia adalah Ath-Thawil- ia berkata,
"Al Hasan bercerita dari Imran bin Hushain, dari Nabi SAW, beliau bersabda, 'Tidak adajalab (membawa harta kepada orangyang mengumpulkan zakat untuk diambil zakatnya), janab (orang yang memiliki harta menjauhkan hartanya untuk mempersulit orang yang mengambil zakat),
dan syighar (menikahi perempuan tanpa mahar) di dalam agama Islam. Barangsiapa merampas harta dengan paksa, maka ia tidak termasuk golonganku'." Shahih: AlMisykah (2947; tahqiq kedua) dan Shahih Abu Daud (2324)
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Ia berkata, "Didalam bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Anas, Abu Raihanah, Ibnu Umar, Jabir, Muawiyah, Abu Hurairah, dan Wail bin Hujr."
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا مَعْنٌ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الشِّغَارِ
Ishak bin Musa Al Anshari menceritakan kepada kami, Ma'n memberitahukan kepada kami, Malik memberitahukan kepada kami dari Nafi, dari Ibnu Umar, ia berkata, "Nabi SAW melarang nikah syighar. " Shahih: Ibnu Majah (1883) dan Muttafaq 'alaih
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Pada umumnya para ulama tidak membolehkan nikah syighar. Nikah syighar adalah: seorang lelaki menikahkan anaknya dengan lelaki lain dengan syarat lelaki itu menikahkan anaknya atau adik perempuannya dengannya, tanpa mahar antara keduanya.
Sebagian ulama berkata, "Nikah syighar sudah dihapuskan dan tidak dihalalkan, meskipun keduanya membayar maskawin." Itu pendapat Syafi'i, Ahmad, dan Ishak. Diriwayatkan dari Atha' bin Abu Rabah, ia berkata,
"Ditetapkan nikah keduanya, dan hendaknya ada mahar mitsl (yang sepadan) diantara keduanya." Itu pendapat orang-orang Kufah.