Larangan Jual-Beli Gharar

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ أَنْبَأَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ وَبَيْعِ الْحَصَاةِ

Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Salamah mengabarkan kepada kami, dari Ubaidillah bin Umar, dari Abu Zinad, dari A'raj dari Abu Hurairah RA, ia berkata, "RasuluIIah SAW melarang jual-beli gharar dan hashaat." Shahih: Ibnu Majah (2194) Muslim

Ia berkata, "Pada bab ini ada riwayat lain dari Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Sa'id dan Anas." Abu Isa berkata, "Status hadits Abu Hurairah ini adalah hasan shahih." Ulama mengamalkan hadits ini;

mereka memakruhkan jual-beli gharar. Asy-Syafi'i berpendapat, "Di antara bentuk jual-beli gharar adalah menjual ikan di dalam air, menjual budak yang sudah lari, menjual burung di angkasa dan yang semisalnya."

Sedangkan maksud jual-beli hashat, misalnya penjual berkata kepada pembeli, "Jika lemparanku tepat sasaran, maka transaksi jual-beli harus dilaksanakan." Jual-beli ini mirip dengan jual-beli munabadzah

(jual-beli dua barang dengan cara masing-masing melemparkan barang dagangannya kepada yang lain tanpa memperhatikan dan menelitinya) yang mana keduanya termasuk di antara bentuk jual-beli Jahiliyah.