Upah Tukang Bekam
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ مُحَيِّصَةَ أَخَا بَنِي حَارِثَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي إِجَارَةِ الْحَجَّامِ فَنَهَاهُ عَنْهَا فَلَمْ يَزَلْ يَسْأَلُهُ وَيَسْتَأْذِنُهُ حَتَّى قَالَ اعْلِفْهُ نَاضِحَكَ وَأَطْعِمْهُ رَقِيقَكَ
Qutaibah menceritakan kepada kami, dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, dari Ibnu Muhayyishah —saudara bani Haritsah— dari bapaknya: Bahwa ia pernah meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk mengupah tukang bekam. Beliau melarang hal itu.
Namun. ia terus meminta izin untuk itu hingga akhirnya beliau bersabda. "Kenyangkan untamu dan beri makan budakmu." Shahih: Ibnu Majah (2166) dan Ahadits Al Buyu'.
Ia berkata, "Pada bab ini ada riwayat lain dari Rafi' bin Khadij, Abu Juhaifah, Jabir dan Sa'ib bin Yazid". Abu lsa berkata, "Hadits Muhayyishah adalah hasan shahih."
Ulama mengamalkan hadits ini. Ahmad berkata, "Jika seorang tukang bekam meminta upah kepadaku, aku pasti tidak akan memberikannya dan aku akan mengambil hadits ini sebagai dalil."