Penangguhan Orang Kaya dalam Melunasi Utang adalah Termasuk Tindakan Zhalim

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيٍّ فَلْيَتْبَعْ

Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abdullah bin Mahdi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah. dari Nabi SAW,

beliau bersabda, "Penundaan pelunasan utang oleh orang kaya adalah tindakan zhalim. Apabila seorang di antara kalian dipindahkan utang piutangnya kepada orang yang mampu, hendaklah ia mengikutinya". Shahih: Ibnu Majah (2403) Muttafaq alaih.

Ia berkata, "Dalam bab ini ada riwayat lain dari Ibnu Umar dan Syarid bin Suwaid Ats-Tsaqafi."

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْهَرَوِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُحِلْتَ عَلَى مَلِيءٍ فَاتْبَعْهُ وَلَا تَبِعْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ

Ibrahim bin Abdullah Al Harawi menceritakan kepada kami, ia berkata: Husyaim meneritakan kepada kami, ia berkata: Yunus bin Ubaid menceritakan kepada kami, dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi SAW,

beliau bersabda, "Penangguhan utang oleh orang kaya adalah kedzaliman, dan apabila piutangmu dipindahkan kepada orang yang kaya, maka ikutilah. Dan, janganlah kamu menjual dua macam penjualan dengan satu akad jual-beli" Shahih: Al Ahadits Al Buyu'

Abu Isya berkata, "Status hadits Abu Hurairah adalah hasan shahih ". Sebagian ulama mengamalkan hadits ini; Jika utang seseorang dipindahkan kepada orang yang mampu, lalu ia mengikutinya (menyetujuinya) maka ia terlepas dari hutang.

Dan orang yang memberi utang tidak boleh lagi meminta kepada orang yang berutang. Ini adalah pendapat Asy-Syafi'i, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ulama berpendapat,

"Ketika harta orang yang menanggung itu habis karena bangkrut, maka ia harus meminta kepada orang yang pertama. Hal ini berdasarkan pada pendapat Utsman dan lainnya ketika mereka berkata, "Harta seorang muslim tidak hancur".

Ishaq berkata. "'Makna hadits 'Harta seorang muslim tidak hancur adalah jika sesorang memindahkan utang kepada orang lain yang diketahui kaya, dan ternyata ia adalah orang yang tidak punya, maka dalam hal ini harta seorang muslim tidak hancur".