Wakaf

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَنْبَأَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ ابْنِ عَوْنٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَصَابَ عُمَرُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَبْتُ مَالًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالًا قَطُّ أَنْفَسَ عِنْدِي مِنْهُ فَمَا تَأْمُرُنِي قَالَ إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا وَتَصَدَّقْتَ بِهَا فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ أَنَّهَا لَا يُبَاعُ أَصْلُهَا وَلَا يُوهَبُ وَلَا يُورَثُ تَصَدَّقَ بِهَا فِي الْفُقَرَاءِ وَالْقُرْبَى وَالرِّقَابِ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَالضَّيْفِ لَا جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ أَوْ يُطْعِمَ صَدِيقًا غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ فِيهِ

Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ibrahim memberitahukan kepada kami dari Ibnu Aun, dari Nafi', dari Ibnu Umar, ia berkata, "Umar mendapatkan sebidang tanah perkebunan di Khaibar,

lalu ia berkata kepada Rasulullah SAW, 'Wahai Rasulullah! aku mendapatkan sebidang tanah perkebunan di Khaibar. Aku tidak pernah mendapatkan barang yang lebih berharga bagiku darinya.

Maka apa yang engkau perintahkan —terhadapku dengan sebidang tanah tersebut—?' Rasulullah SAW bersabda, 'Jika kamu bersedia, tahan pokoknya (tanah perkebunan itu) dan sedekahkan (hasilnya).'

Maka Umar menyedekahkan tanah perkebunan itu dengan segenap hasilnya. Dia menyatakan bahwa tanah dan hasilnya tidak dijual, tidak dihadiahkan kepada seseorang dan tidak diwariskan.

Tanah dan segenap hasilnya adalah sedekah bagi orang-orang fakir, kerabat, budak, pejuang di jalan Allah, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan) dan tamu.

Tidak mengapa orang yang mengelolanya untuk memakan darinya dengan cara yang patut atau untuk disuguhkan kepada teman, tanpa bermaksud menyimpannya". Shahih: Ibnu Majah (2396) Muttafaq alaih.

Ibnu Aun berpendapat, "Seseorang telah menceritakan kepadaku, bahwa ia membaca hal itu pada potongan kulit yang telah disamak, "Bukan bertujuan untuk mengumpulkan harta''. Isma'il berkata,

"Saya melihatnya di tangan Ibnu Ubaidillah bin Umar, di dalamnya ada kalimat, "Bukan bertujuan untuk mengumpulkan harta". Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih."

Para ulama dari kalangan sahabat dan iainnya mengamalkan hadits ini; Kami tidak pernah mendengar dari ulama sebelumnya adanya perselisihan tentang pembolehan wakaf tanah dan lain-lain.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ

Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja'far mengabarkan kepada kami dari Al Ala' bin Abdurrahman, dari bapaknya, dari Abu Hurairah bahwa Rasuluilah SAW bersabda,

"Apabila seorang meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendoakan untuknya ". Shahih: Ahkam Al Janaiz (176), Al Irwa' (1980) Muslim. Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih''.