Wali/Ahli Waris Korban Pembunuhan Boleh Memilih Antara Qishash Atau Memaafkan
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ وَيَحْيَى بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مَكَّةَ قَامَ فِي النَّاسِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ وَمَنْ قُتِلَ لَهُ قَتِيلٌ فَهُوَ بِخَيْرِ النَّظَرَيْنِ إِمَّا أَنْ يَعْفُوَ وَإِمَّا أَنْ يَقْتُلَ
Mahmud bin Ghailan dan Yahya bin Musa menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, Al Auza'i menceritakan kepada kami, Yahya bin Abu Katsir menceritakan kepadaku,
Abu Salamah menceritakan kepadaku, Abu Hurairah menceritakan kepadaku, ia berkata, "Ketika Allah membebaskan kota Makkah untuk Rasul-Nya, beliau berdiri di hadapan manusia. Setelah mengucap pujian kepada Allah,
beliau bersabda, 'Barangsiapa yang keluarganya dibunuh -tanpa alasan yang dibenarkan-, maka walinya boleh memilih antara dua hal: memaafkan atau membunuh ". Shahih: lbnu Majah (2624) Muttafaq alaih.
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini ada riwayat lain dari Wail bin Hujr, Anas, Abu Syuraih Khuwailid bin Amr".
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَلَمْ يُحَرِّمْهَا النَّاسُ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَسْفِكَنَّ فِيهَا دَمًا وَلَا يَعْضِدَنَّ فِيهَا شَجَرًا فَإِنْ تَرَخَّصَ مُتَرَخِّصٌ فَقَالَ أُحِلَّتْ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ اللَّهَ أَحَلَّهَا لِي وَلَمْ يُحِلَّهَا لِلنَّاسِ وَإِنَّمَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ هِيَ حَرَامٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِنَّكُمْ مَعْشَرَ خُزَاعَةَ قَتَلْتُمْ هَذَا الرَّجُلَ مِنْ هُذَيْلٍ وَإِنِّي عَاقِلُهُ فَمَنْ قُتِلَ لَهُ قَتِيلٌ بَعْدَ الْيَوْمِ فَأَهْلُهُ بَيْنَ خِيرَتَيْنِ إِمَّا أَنْ يَقْتُلُوا أَوْ يَأْخُذُوا الْعَقْلَ
Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Dzi'b menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi menceritakan kepadaku dari Abu Syuraih Al Ka'bi, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah mengharamkan Makkah, bukan manusia yang mengharamkannya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menumpahkan darah (membunuh) di dalamnya dan janganlah ia mencabut tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya,
sekalipun ada yang mempersilakannya." Ia berkata, hal itu pernah dihalalkan untuk Rasulullah SAW; "Allah pernah menghalalkannya, namun hanya untukku dan tidak dihalalkan untuk manusia lain, itupun dihalalkan hanya sesaat waktu siang, kemudian ia menjadi haram sampai hari Kiamat.
Kalian wahai Kabilah Khuza 'ah. telah membunuh laki-laki dari Kabilah Hudzail ini. Kali ini aku yang akan membayar diyatnya. Setelah hari ini, siapa saja yang terbunuh, maka walinya (ahli warisnya) boleh memilih antara dua: membunuh atau mengambil diyat". Shahih: Al Irwa (2220).
Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih". Hadits Abu Hurairah di atas juga hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Syaiban —juga—; dari Yahya bin Abu Katsir... seperti hadits yang tersebut.
Diriwayatkan dari Abu Syuraih Al Khuza'i dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Barangsiapa yang terbunuh, maka walinya (ahli warisnya) boleh memilih: menuntut hukum bunuh, memaafkan atau mengambil diyat". Seperti inilah pendapat sebagian ulama. Yang demikan juga menjadi pendapat Ahmad dan Ishaq.
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قُتِلَ رَجُلٌ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدُفِعَ الْقَاتِلُ إِلَى وَلِيِّهِ فَقَالَ الْقَاتِلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا أَرَدْتُ قَتْلَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا إِنَّهُ إِنْ كَانَ قَوْلُهُ صَادِقًا فَقَتَلْتَهُ دَخَلْتَ النَّارَ فَخَلَّى عَنْهُ الرَّجُلُ قَالَ وَكَانَ مَكْتُوفًا بِنِسْعَةٍ قَالَ فَخَرَجَ يَجُرُّ نِسْعَتَهُ قَالَ فَكَانَ يُسَمَّى ذَا النِّسْعَةِ
Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah menceritakan kepada kami dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, ia berkata, "Ada seorang laki-laki terbunuh pada masa Rasulullah SAW.
Lalu, pembunuhnya dihadapkan kepada walinya, lalu ia berkata, 'Wahai Rasulullah, demi Allah aku tidak bermaksud membunuhnya.' Maka Rasulullah SAW bersabda kepada keluarga korban,
'Sesungguhnya, jika pembunuhnya ini jujur dengan perkataannya, dan kamu tetap membunuhnya —tetap menuntut hukum qishash dijatuhkan atasnya— maka kamu akan masuk neraka.'
Lalu lelaki itu dibiarkan berlalu darinya. Abu Hurairah berkata, "Kedua tangannya masih terikat ke belakang, ia pergi dengan menyeret tali yang mengikat kedua tangannya.
Lalu —setelah itu— lelaki tersebut dikenal dengan sebutan Dzu An-Nis'ah." Shahih: Ibnu Majah (2690). Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih".