Apakah Istri Menanggung Diyat Suami —Bila Suami Meninggal Dunia-?
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَأَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ وَأَبُو عَمَّارٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ الدِّيَةُ عَلَى الْعَاقِلَةِ وَلَا تَرِثُ الْمَرْأَةُ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا شَيْئًا حَتَّى أَخْبَرَهُ الضَّحَّاكُ بْنُ سُفْيَانَ الْكِلَابِيُّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَيْهِ أَنْ وَرِّثْ امْرَأَةَ أَشْيَمَ الضِّبَابِيِّ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا
Qutaibah, Ahmad bin Mani', Abu Ammar dan selain mereka menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainah dan perawi lainnya menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Sa'id bin Musayyab, bahwa Umar berkata,
"Diyat wajib dibayar kerabat pembunuh dan istri tidak menanggung diyat suami sedikitpun." Hingga Adh-Dhahhak bin Sufyan Al Kilabi memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah SAW pernah menulis surat untuknya, —yang isinya—,
'Suruh istri Asyyam Adh-Dhababi untuk menanggung —pembayaran— diyat suaminya'.'" Shahih: Ibnu Majah (2642). Abu Isa berkata. "Hadits ini adalah hasan shahih". Para ulama mengamalkan hadits ini.