Larangan Memakan Binatang yang Diikat dalam Keadaan Hidup untuk Dijadikan Sasaran Anak Panah

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَفْرِيقِيِّ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْلِ الْمُجَثَّمَةِ وَهِيَ الَّتِي تُصْبَرُ بِالنَّبْلِ

Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abdurrahim bin Sulaiman menceritakan kepada kami dari Abu Ayyub Al Afriqi, dari Shafwan bin Sulaim, dari Sa'id bin Musayyab, dari Abu Darda', ia berkata,

"Rasulullah SAW melarang memakan binatang mujatstsamah, yaitu binatang yang diikat dalam keadaan hidup lalu dijadikan sasaran anak panah." Shahih: Ash-Shahihah (2391).

Abu Isa berkata, "Dalam bab ini ada riwayat lain dari Irbadh bin Sariyah, Anas, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Jabir dan Abu Hurairah". Abu Isa juga berkata, "Hadits Abu Darda ini adalah gharib".

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ وَهْبٍ أَبِي خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي أُمُّ حَبِيبَةَ بِنْتُ الْعِرْبَاضِ وَهُوَ ابْنُ سَارِيَةَ عَنْ أَبِيهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى يَوْمَ خَيْبَرَ عَنْ لُحُومِ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنْ السَّبُعِ وَعَنْ كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِنْ الطَّيْرِ وَعَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ وَعَنْ الْمُجَثَّمَةِ وَعَنْ الْخَلِيسَةِ وَأَنْ تُوطَأَ الْحَبَالَى حَتَّى يَضَعْنَ مَا فِي بُطُونِهِنَّ

Muhammad bin Yahya dan lainnya menceritakan kepada kami, mereka berkata: Abu Ashim menceritakan kepada kami. dari Wahb Abi Khalid, ia berkata, Ummu Habibah binti Irbadh —bin Sariyah— menceritakan kepadaku dari bapaknya: Bahwa pada Perang Khaibar:

Rasulullah SAW melarang —memakan— daging segala binatang yang mempunyai taring. daging segala burung yang mempunyai cakar, daging keledai peliharaan (jinak), daging binatang mujatstsamah,

daging binatang khalisah dan (melarang) melakukan hubungan intim dengan wanita yang hamil sampai mereka melahirkan. Shahih: Ash-Shahihah (4/238-239, 1673, 2358 dan 2391), Al Irwa' (2488) dan Shahih Abu Daud (1884 juga 2507).

Muhammad bin Yahya Al Qutha'i berkata, "Abu Ashim pernah ditanya tentang binatang mujatstsamah. la menjawab, 'Burung atau binatang lain yang diikat lalu dipanah (dijadikan sasaran latihan dan seumpamanya-penj')'."

Ia juga ditanya tentang khalisah, maka ia menjawab, 'Seseorang yang mengambil binatang buruan yang ditangkap oleh srigala atau binatang pemburu lain, namun bintang buruan itu mati di tangannya sebelum sempat disembelih.'"

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ الثَّوْرِيِّ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَّخَذَ شَيْءٌ فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا

Muhammad bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami dari Ats-Tsauri dari Simak dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata,

"Rasulullah SAW melarang menjadikan sesuatu yang mempunyai ruh sebagai sasaran (pada latihan memanah dan seumpamanya-penj)". Shahih: Ibnu Majah (3187) Muslim.

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih". Para ulama mengamalkan hadits ini.