Juz 16

Surat Maryam |19:15|

وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

wa salaamun 'alaihi yauma wulida wa yauma yamuutu wa yauma yub'aṡu ḥayyaa

Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.

And peace be upon him the day he was born and the day he dies and the day he is raised alive.

Tafsir
Jalalain

(Kesejahteraan) dari Kami (terlimpahkan kepadanya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali) di saat-saat yang mengerikan yakni hari kiamat.

Pada hari itu belum pernah ada pemandangan yang sengeri itu, maka Nabi Yahya selamat daripadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 15 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Maryam |19:16|

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا

ważkur fil-kitaabi maryam, iżintabażat min ahlihaa makaanan syarqiyyaa

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur´an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis),

And mention, [O Muhammad], in the Book [the story of] Mary, when she withdrew from her family to a place toward the east.

Tafsir
Jalalain

(Dan ceritakanlah di dalam Kitab) yakni Alquran (tentang Maryam) kisahnya (yaitu ketika) (ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah Timur)

Maryam mengasingkan diri di suatu tempat di sebelah Timur rumahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 16 |

Tafsir ayat 16-21

Setelah Allah menceritakan kisah Zakaria a.s., bahwa Allah telah menciptakan bagi Zakaria a.s. —di saat ia telah berusia lanjut dan istrinya mandul— seorang putra yang suci, bersih lagi diberkati. Lalu dalam firman selanjutnya

Allah menceritakan kisah Maryam dan penciptaan putranya (yaitu Isa a.s.) tanpa melalui proses seorang ayah. Kedua kisah tersebut mempunyai kemiripan dan kesamaan. Hal yang sama telah disebutkan pula di dalam surat Ali Imran,

juga surat Al-Anbiya secara beriringan, mengingat kedua kisah mempunyai keanehan yang sama. Hal tersebut dimaksudkan untuk membuktikan kepada hamba-hamba-Nya akan kekuasaan Allah,

kebesaran dan keagungan-Nya, dan bahwa Allah Maha Kuasa untuk menciptakan segala yang dikehendaki-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ}


Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an. (Maryam: 16) Maryam adalah putri Imran, keturunan Daud a.s. Maryam berasal dari keluarga yang bersih lagi baik dikalangan Bani Israil. Allah Swt. telah menceritakan kisah

saat ibunya melahirkan dia di dalam surat Ali Imran. Ibunya bernazar bahwa jika kelak anaknya lahir dengan selamat, maka anak itu akan dijadikan sebagai pelayan Baitul Maqdis; di masa itu mereka biasa melakukan amal taqarrub dengan cara demikian. Di sebutkan oleh firman-Nya


{فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا}


Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik. (Ali Imran: 37) Maryam dibesarkan di kalangan Bani Israil dalam lingkungan yang baik,

sehingga jadilah Maryam seorang wanita ahli ibadah terkenal yang mencurahkan segenap hidupnya untuk ibadah dan tidak kawin. Maryam berada di dalam jaminan suami saudara perempuannya (yaitu Zakaria),

Nabi Bani Israil saat itu dan pemimpin mereka yang menjadi tempat bertanya mereka dalam urusan agamanya. Zakaria menyaksikan pada diri Maryam hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam sebagai karamah (kemuliaan) yang agung untuk Maryam dari Allah, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya:


{كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ}


Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria bertanya, "Hai Maryam, dari manakah kamu memperoleh (makanan) ini?”Maryam menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah.”

Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Ali Imran: 37) Disebutkan bahwa Zakaria menjumpai di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di musim panas, dan buah-buahan musim panas

di musim dingin, seperti yang telah dijelaskan di dalam surat Ali Imran. Ketika Allah berkehendak menciptakan hamba-Nya dari Maryam yang kelak akan menjadi rasul-Nya, yaitu Isa a.s., salah seorang rasul Ulul 'Azmi dari kelima rasul yang besar.


{انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا}


ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Maryam: 16) Yakni Maryam memisahkan diri dari mereka, menjauhi mereka, dan pergi ke arah timur Baitul Maqdis. As-Saddi mengatakan bahwa demikian itu

karena haid yang dialaminya. Menurut pendapat lain, bukan karena itu, melainkan karena hal lainnya. Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus ibnu Zabyan, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya

orang-orang Ahli Kitab telah diwajibkan melakukan salat menghadap ke Baitul Maqdis dan menziarahinya. Tiadalah yang memalingkan mereka dari Baitul Maqdis melainkan firman Tuhanmu yang mengatakan: ia menjauhkan diri

dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. (Maryam: 16) Ibnu Abbas mengatakan bahwa Maryam keluar dari Baitul Maqdis ke suatu tempat di sebelah timur, akhirnya mereka (orang-orang Ahli Kitab) menghadap

ke arah terbitnya matahari dalam salat mereka. Demikianlah menurut yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami

Khalid ibnu Abdullah, dari Daud, dari Amir, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya saya benar-benar orang yang paling mengetahui di antara makhluk Allah tentang mengapa orang-orang Nasrani menjadikan arah timur

sebagai kiblat mereka," yaitu karena ada firman Allah Swt. yang mengatakan: ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. (Maryam: 16) Mereka menjadikan tempat kelahiran Isa sebagai kiblat mereka.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: suatu tempat di sebelah timur. (Maryam: 16) Yaitu tempat yang luas lagi jauh (dari Masjidil Aqsa). Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Maryam pergi dengan membawa

timbanya untuk mengambil air minumnya. Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa Maryam membuat suatu rumah untuk tempat ibadahnya. Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


{فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا}


maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka. (Maryam: 17) Yakni Maryam menutupi dirinya dan bersembunyi dari pandangan mereka. Maka Allah mengutus kepadanya Malaikat Jibril a.s.


{فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا}


maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (Maryam: 17) Maksudnya, malaikat Jibril berganti rupa menjadi manusia yang sempurna. Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Juraij, Wahb ibnu Munabbih,

dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya. (Maryam: 17) Yang dimaksud dengan roh Kami dalam ayat ini adalah Malaikat Jibril a.s.

Pendapat yang diutarakan oleh mereka ini berdasarkan makna lahiriah Al-Qur'an, karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain, yaitu:


{نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ}


dan dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara: 193-194) Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan

dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa sesungguhnya roh Isa a.s. termasuk salah satu dari roh-roh yang telah diambil sumpahnya di masa Adam a.s. Roh itulah yang menjelma

dalam rupa manusia yang sempurna, yakni roh Isa. Maka Maryam yang diajak bicara olehnya mengandung dan ia masuk ke dalam tubuh Maryam melalui mulutnya. Pendapat ini sangat aneh dan tidak rasional, seakan-akan pendapat ini bersumber dari kisah Israiliyat.


{قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا}


Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (Maryam: 18) Setelak Jibril menjelma dalam rupa manusia yang sempurna di hadapan Maryam,

saat itu Maryam berada di suatu tempat yang menyendiri; antara dia dan kaumnya terdapat hijab (dinding) penghalang, Maryam merasa takut kepada Jibril, ia menduga bahwa Jibril hendak berbuat tidak senonoh terhadap dirinya.

Maka Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. (Maryam: 18) Maryam mengatakan, "Jika kamu seorang yang bertakwa," dengan maksud

mengingatkannya akan Allah. Hal inilah yang dianjurkan oleh syariat dalam membela diri, yaitu dengan memakai sarana yang paling mudah terlebih dahulu, kemudian baru dengan cara lainnya secara bertahap. Langkah pertama

yang dilakukan oleh Maryam ialah memperingatkan orang itu akan siksa Allah Swt. jika ia bermaksud jahat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar,

dari Asim yang mengatakan bahwa Abu Wa-il menceritakan kisah Maryam; ia mengatakan bahwa orang yang bertakwa itu adalah orang yang mempunyai "self control" dalam dirinya terhadap perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.

Ketika Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. Ia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku ini hanya seorang utusan Tuhanmu.” (Maryam: 18-19)

Malaikat menjawab untuk melenyapkan rasa curiga dan takut Maryam terhadap dirinya yang menduga bahwa ia mau memperkosanya, "Keadaanku tidaklah seperti yang kamu duga. Sesungguhnya aku ini hanyalah utusan Tuhanmu.

Allah-lah yang mengutusku kepadamu." Menurut suatu riwayat, saat Maryam mengingatkan Jibril kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka Malaikat Jibril gemetar karena takut dan ujudnya kembali berubah seperti rupa aslinya,

lalu berkata: Sesungguhnya aku ini hanya seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. (Maryam: 19) Menurut Abu Amr ibnul Ala, lafaz li-ahaba dibaca liyahaba, artinya Dia akan memberimu

seorang anak laki-laki yang suci. Abu Amr ibnul Ala adalah seorang ahli qiraat yang terkenal. Sedangkan ulama lainnya membacanya seperti berikut: untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. (Maryam: 19)

Yakni dengan bacaan li-ahaba. Masing-masing dari kedua qiraat tersebut mempunyai alasan yang baik dan makna yang benar, juga mempunyai kesimpulan yang sama.


{قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ }


Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki. (Maryam: 20) Maryam merasa heran dengan berita tersebut, maka ia mengatakan, "Bagaimana aku bisa punya anak laki-laki," dengan cara apakah akan terjadi

kelahiran anak laki-laki seperti itu dariku, padahal aku bukanlah wanita yang bersuami, dan mustahil aku berbuat lacur. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Maryam berkata:


{وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا}


sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina. (Maryam: 20) Al-bagyu artinya zina. Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi Saw. melarang (memakan) maskawin pelacuran, yakni imbalan yang diberikan kepada pelacur.


{قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ}


Jibril berkata, "Demikianlah, Tuhanmu berfirman, 'Hal itu mudah bagi-Ku'.” (Maryam: 21) Maka Malaikat itu berkata kepadanya dalam menjawab pertanyaannya, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman, "Sesungguhnya Dia

akan menciptakan darimu seorang anak laki-laki, sekalipun kamu tidak punya suami dan kamu tidak pernah melakukan perbuatan lacur." Karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa terhadap semua apa yang dikehendaki­Nya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ}


dan agar Kami menjadikannya suatu tanda. (Maryam: 21) Yaitu petunjuk dan tanda bagi manusia tentang kekuasaan Pencipta mereka yang meragamkan proses penciptaan makhluk-Nya. Dia menciptakan bapak mereka (Adam)

tanpa melalui ayah dan ibu, dan Dia menciptakan istrinya (Hawa) melalui laki-laki tanpa wanita. Dan Dia menciptakan keturunannya melalui laki-laki dan wanita, kecuali Isa, karena sesungguhnya Dia menciptakan Isa melalui wanita saja,

tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah keempat proses penciptaan ini yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh­Nya; tidak ada Tuhan dan tidak ada Rabb selain Dia. Firman Allah Swt.:


{وَرَحْمَةً مِنَّا}


dan sebagai rahmat dari Kami. (Maryam: 21) Artinya, Kami jadikan anak itu —sebagai rahmat dari Kami— seorang nabi yang menyeru manusia untuk menyembah Allah Swt. dan mengesankan­Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lainnya, yaitu:


{إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلا وَمِنَ الصَّالِحِينَ}


(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kalahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam,

seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh.”

(Ali Imran: 45-46) Yakni dia menyeru manusia untuk menyembah Tuhannya sejak dalam usia buaian dan dalam usia dewasanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Abdur Rahim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Marwan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnul Haris Al-Kufi, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Maryam a.s. berkata, "Apabila aku sendirian, Isa yang masih ada

dalam kandunganku berbicara dan bercerita kepadaku. Apabila aku bersama dengan orang lain, maka ia bertasbih dan bertakbir di dalam perutku." Firman Allah Swt. :


{وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا}


dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam: 21) Kalimat ini dapat ditakwilkan merupakan perkataan Jibril kepada Maryam yang menceritakan kepadanya bahwa penciptaan anak itu merupakan suatu hal

yang telah ditakdirkan di dalam ilmu Allah Swt. dan telah menjadi kehendak-Nya. Dapat ditakwilkan pula bahwa kalimat ini merupakan cerita dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Dan makna yang dimaksud adalah

ungkapan kiasan yang mengandung makna bahwa Jibril melakukan tiupan ke dalam rahim Maryam. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا}


dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami. (At-Tahrim: 12) Dan firman Allah Swt.:


{وَالَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِنْ رُوحِنَا}


Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatan­nya, lalu Kami tiupkan ke dalam rahimnya roh dari Kami. (Al-Anbiya: 91) Muhammad ibrru Ishaq telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. (Maryam: 21) Yakni sesungguhnya Allah telah menetapkan perkara itu dan bahwa perkara itu harus terjadi. Pendapat ini dipilih pula

oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya, tiada seorang pun yang meriwayatkannya kecuali hanya dia. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.

Surat Maryam |19:17|

فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا

fattakhożat min duunihim ḥijaabaa, fa arsalnaaa ilaihaa ruuḥanaa fa tamaṡṡala lahaa basyaron sawiyyaa

lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.

And she took, in seclusion from them, a screen. Then We sent to her Our Angel, and he represented himself to her as a well-proportioned man.

Tafsir
Jalalain

(Maka ia mengadakan tabir yang menutupinya dari mereka) Maryam membuat tabir untuk melindungi dirinya sewaktu ia membuka penutup kepalanya,

atau membuka pakaiannya atau menyucikan dirinya dari haid (lalu Kami mengutus kepadanya roh Kami) yakni malaikat Jibril (maka ia menjelma di hadapannya)

sesudah Maryam memakai pakaiannya (dalam bentuk manusia yang sempurna) manusia sesungguhnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 17 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Maryam |19:18|

قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا

qoolat inniii a'uużu bir-roḥmaani mingka ing kunta taqiyyaa

Dia (Maryam) berkata, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa."

She said, "Indeed, I seek refuge in the Most Merciful from you, [so leave me], if you should be fearing of Allah."

Tafsir
Jalalain

(Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, jika kamu seorang yang bertakwa.") kamu pasti dapat menahan diri daripadaku dengan bacaan Ta'awwudzku ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 18 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Maryam |19:19|

قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا

qoola innamaaa ana rosuulu robbiki li`ahaba laki ghulaaman zakiyyaa

Dia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci."

He said, "I am only the messenger of your Lord to give you [news of] a pure boy."

Tafsir
Jalalain

(Ia berkata, "Sesungguhnya aku ini adalah utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci)" yang kelak menjadi nabi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Maryam |19:20|

قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا

qoolat annaa yakuunu lii ghulaamuw wa lam yamsasnii basyaruw wa lam aku baghiyyaa

Dia (Maryam) berkata, "Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!"

She said, "How can I have a boy while no man has touched me and I have not been unchaste?"

Tafsir
Jalalain

(Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku) yakni mengawiniku (dan aku bukan pula seorang pezina!)" seorang pelacur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 20 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Maryam |19:21|

قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ ۖ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا ۚ وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا

qoola każaalik, qoola robbuki huwa 'alayya hayyin, wa linaj'alahuuu aayatal lin-naasi wa roḥmatam minnaa, wa kaana amrom maqdhiyyaa

Dia (Jibril) berkata, "Demikianlah." Tuhanmu berfirman, "Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan."

He said, "Thus [it will be]; your Lord says, 'It is easy for Me, and We will make him a sign to the people and a mercy from Us. And it is a matter [already] decreed.' "

Tafsir
Jalalain

(Jibril berkata,) perkaranya memang ("Demikianlah.") yaitu akan diciptakan bagimu seorang anak laki-laki tanpa ayah (Rabbmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagi-Ku)

yaitu dengan cara Aku memerintahkan kepada malaikat Jibril supaya meniup dirimu, lalu karena itu kamu mengandung. Mengingat kalimat yang telah disebutkan mengandung makna illat atau kausalita,

maka kalimat berikutnya di'athafkan kepadanya, yaitu (dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia) yang menunjukkan akan kekuasaan-Ku (dan sebagai rahmat dari Kami)

bagi orang-orang yang beriman kepadanya (dan hal itu adalah) penciptaan itu merupakan (suatu perkara yang sudah diputuskan)" di dalam ilmu-Ku,

malaikat Jibril meniupkan nafasnya ke dalam baju kurung Maryam, seketika itu juga Maryam merasakan di dalam kandungannya terdapat seorang bayi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 21 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Maryam |19:22|

فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا

fa ḥamalat-hu fantabażat bihii makaanang qoshiyyaa

Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

So she conceived him, and she withdrew with him to a remote place.

Tafsir
Jalalain

(Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri) menjauhkan diri (dengan membawa kandungannya ke tempat yang jauh) jauh dari keluarganya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 22 |

Tafsir ayat 22-23

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang Maryam, bahwa ketika Jibril telah menyampaikan firman Allah kepadanya, maka Maryam dengan segenap jiwa dan raganya berserah diri kepada takdir Allah Swt.

Banyak ulama yang menceritakan dari ulama terdahulu, bahwa malaikat tersebut adalah Jibril a.s. Saat itu Jibril melakukan tiupan ke dalam baju kurung Maryam, lalu tiupan itu turun kebagian bawah tubuhnya

hingga masuk ke dalam farjinya, maka dengan serta-merta Maryam mengandung anak dengan seizin Allah Swt. Setelah Maryam merasakan dirinya berbadan dua, terasa sempitlah dadanya karena kebingungan,

ia tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya kepada orang-orang. Maryam merasa yakin bahwa orang-orang tidak akan mempercayai ucapannya bila ia ceritakan hal itu kepada mereka. Hanya Maryam menceritakan rahasia dirinya itu

kepada saudara perempuannya yang menjadi istri Zakaria, karena Zakaria a.s. pernah memohon dikaruniai seorang anak kepada Allah, dan Allah memperkenankan permintaannya sehingga istrinya mengandung. Maryam masuk

ke dalam rumah saudara perempuannya. Saudara perempuannya itu bangkit menyambutnya dengan hangat, lalu memeluknya dan berkata, "Hai Maryam, tidakkah engkau merasakan bahwa saya sedang hamil?" Maryam menjawab,

"Apakah engkau tidak merasakan pula bahwa diriku sedang mengandung juga?" Kemudian Maryam menceritakan kepada saudara perempuannya itu tentang kejadian yang dialaminya; keluarga Zakaria adalah keluarga yang beriman

dan percaya kepada kebenaran. Setelah peristiwa itu istri Zakaria apabila berhadapan dengan Maryam merasakan bahwa kandungan yang ada di dalam perutnya bersujud kepada kandungan yang ada di dalam perut Maryam,

yakni mengagungkan dan berendah diri kepada anak yang dikandung oleh Maryam. Karena se­sungguhnya bersujud menurut syariat mereka merupakan hal yang diper­bolehkan saat memberi salam. Sebagaimana telah bersujud

kepada Yusuf, kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Sebagaimana Allah telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s. Akan tetapi, hal seperti itu diharamkan di dalam syariat agama Islam,

demi menyempurnakan pengagungan kepada Allah Swt. Yang Mahaagung. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain yang mengatakan, "Telah dibacakan kepada Al-Haris ibnu Miskin,

sedangkan saya (Ali ibnul Husain) mendengarkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Qasim, bahwa Imam Malik rahimahullah pernah mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadanya bahwa

sesungguhnya Isa putra Maryam dan Yahya ibnu Zakaria a.s. adalah saudara sepupu dari pihak ibu, dan kedua-duanya dikandung dalam masa yang bersamaan."Imam Malik mengatakan, "Telah sampai suatu berita kepadaku bahwa

ibu Yahya berkata kepada Maryam,' Sesungguhnya saya merasakan anak yang ada dalam kandunganku bersujud kepada anak yang ada dalam kandunganmu'."Imam Malik mengatakan bahwa menurut pendapatnya,

demikian itu karena keutamaan yang dimiliki oleh Isa a.s., sebab Allah memberinya keistimewaan dapat menghidupkan orang-orang yang baru mati, dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang berpenyakit supak.

Kemudian para ahli tafsir berbeda pendapat tentang masa kandungan yang dialami oleh Isa a.s. Menurut pendapat yang terkenal dari jumhur ulama, Maryam mengandung Isa selama sembilan bulan. Ikrimah mengatakan delapan bulan,

karena itulah menurutnya bayi yang dilahirkan dalam usia kandungan delapan bulan tidak ada yang dapat bertahan hidup. Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Mugirah ibnu Utbah ibnu Abdullah As-Saqafi

yang mendengar Ibnu Abbas berkata saat ditanya mengenai kandungan Maryam, bahwa begitu Maryam mengandung, langsung melahirkan dalam waktu yang singkat.

Tetapi pendapat ini aneh sekali, seakan-akan pendapat ini tersimpulkan dari makna lahiriah firman Allah Swt. yang mengatakan:


{فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ}


Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma. (Maryam: 22-23)

Sekalipun huruf fa yang ada dalam ayat menunjukkan makna ta'qib (urutan), tetapi pengertiannya disesuaikan dengan tradisi yang berlaku. Seperti halnya pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا}


Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan 'alaqah,

lalu ' alaqah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al-Mu’minun: 12-14) Huruf fa yang ada dalam ayat ini sama bermakna ta'qib (menunjukkan) urutan kejadian),

tetapi jarak tenggang masanya berdasarkan kebiasaan yang berlaku. Telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain, bahwa di antara kedua tahap tersebut jarak masanya empat puluh hari. Dan Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain, yaitu:


{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَتُصْبِحُ الأرْضُ مُخْضَرَّةً}


Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? (Al-Hajj: 63) Menurut pendapat yang terkenal, makna yang dimaksud sesuai dengan makna lahiriah ayat, Allah Mahakuasa

atas segala sesuatu. Maryam mengandung Isa sebagaimana biasanya kaum wanita mengandung anak-anaknya. Karena itulah setelah kelihatan tanda kehamilan pada diri Maryam, sedangkan di dalam masjid tempat ia berada

terdapat seorang lelaki saleh dari kalangan kerabatnya, yang juga ikut berkhidmat mengurusi masjid Baitul Muqaddas; ia dikenal dengan nama Yusuf An-Najjar. Maka ketika Yusuf melihat perut Maryam semakin besar

ia tidak mempercayai hal tersebut karena sepanjang pengetahuannya Maryam adalah wanita yang bersih suci lagi rajin beribadah dan kuat agamanya. Tetapi kejadian yang dialami oleh Maryam selalu menghantui pikirannya,

tanpa dapat ia enyahkan. Akhirnya dengan memberanikan diri ia bertanya kepada Maryam dengan bahasa sindiran, "Hai Maryam, sesungguhnya aku hendak bertanya kepadamu tentang suatu perkara, tetapi janganlah engkau

menyimpulkan hal yang tidak baik terhadap diriku." Maryam berkata, "Apakah yang hendak engkau tanyakan itu?" Yusuf berkata, "Apakah ada pohon tanpa biji, dan apakah ada tanaman tanpa benih, dan apakah ada seorang anak

tanpa ayah?" Maryam menjawab, "Ya." Maryam memahami apa yang dimaksud oleh Yusuf dalam kata sindirannya itu. Maryam melanjutkan perkataannya, "Adapun tentang pertanyaanmu yang mengatakan bahwa

bisakah ada pohon tanpa biji, tanaman tanpa benih? Sesungguhnya Allah menciptakan pepohonan dan tanam-tanaman pada pertama kalinya tanpa biji dan tanpa benih. Dan mengenai pertanyaanmu, bisakah lahir anak tanpa ayah?

Sesungguhnya Allah Swt. telah menciptakan Adam tanpa melalui ayah juga ibu." Akhirnya Yusuf percaya kepada kesucian Maryam dan memaklumi keadaannya.Setelah Maryam merasakan bahwa kaumnya telah menuduh tidak baik

terhadap dirinya, akhirnya ia menjauhkan diri dari mereka ke tempat yang jauh, agar dia tidak melihat mereka dan mereka tidak melihat dirinya.Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Maryam mengandung Isa dan Maryam

telah mengisi penuh wadah airnya, lalu kembali, dia tidak berhaid lagi dan merasakan keadaan seperti yang biasa dirasakan oleh wanita yang sedang mengandung anak; tubuhnya terasa letih, berat badannya bertambah dan pucat,

hingga lisannya terasa berat untuk berbicara. Maka tiada suatu cobaan pun yang seberat apa yang sedang menimpa keluarga Zakaria. Berita kehamilannya telah tersiar di kalangan kaum Bani Israil. Mereka mengatakan bahwa

sesungguhnya yang menghamilinya tiada lain adalah si Yusuf. Mereka mengatakan demikian karena di dalam gereja itu tiada yang bersama dengan Maryam selain Yusuf. Akhirnya Maryam bersembunyi dari orang banyak

dan membuat hijab penghalang bagi dirinya sehingga orang-orang tidak dapat melihatnya dan dia pun tidak dapat melihat mereka. Firman Allah Swt.:


{فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ}


Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma. (Maryam: 23) Yakni rasa sakit yang dialaminya karena akan melahirkan anak memaksanya untuk bersandar pada pangkal pohon kurma

di tempat pengasingannya. Para ulama berbeda pendapat mengenai tempat tersebut, As-Saddi mengatakan bahwa tempat tersebut terletak di sebelah timur mihrabnya yang merupakan tempat ia biasa melakukan ibadahnya di Baitul Maqdis.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Maryam pergi melarikan diri, dan ketika ia berada di antara negeri Syam dan negeri Mesir, ia merasakan sakit akan melahirkan anak.Di dalam riwayat lain dari Wahb ibnu Munabbih disebutkan

bahwa tempat tersebut jauhnya delapan mil dari Baitul Maqdis di sebuah dusun yang dikenal dengan nama Baitul Lahm. Menurut kami, dalam hadis isra melalui riwayat Imam Nasai dari Anas dan riwayat Imam Baihaqi dari Syaddad ibnu Aus

telah disebutkan bahwa hal itu terjadi di Baitul Lahm (tempat penyembelihan hewan alias pejagalan). Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Pendapat inilah yang terkenal dikalangan orang banyak dan diterima oleh mereka.

Kalangan kaum Nasrani pun tidak meragukan bahwa Isa dilahirkan di Baitul Lahm; pendapat ini diterima di kalangan mereka. Adapula sebuah hadis yang menceritakan tentang hal ini, jika hadis tersebut memang berpredikat sahih. Firman Allah Swt. yang menceritakan perkataan Maryam:


{قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا}


dia berkata, "Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan.” (Maryam: 23) Ayat ini mengandung pengertian yang menunjukkan boleh mengharapkan mati di saat tertimpa fitnah;

karena Maryam merasakan bahwa dirinya akan mendapat cobaan dan ujian dengan kelahiran anaknya, yang membuat orang-orang keheranan dan tidak akan mempercayai cerita yang sebenarnya. Sehingga kejadian tersebut membuat

pandangan mereka terhadap dirinya menjadi terbalik; dahulu mereka menganggapnya sebagai wanita ahli ibadah dan bertakwa, kemudian mereka menganggapnya sebagai seorang wanita pelacur, menurut dugaan mereka.

Karena itulah Maryam berkata kepada dirinya sendiri: Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini. (Maryam: 23) Maksudnya, sebelum kejadian dia mengandung. dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan. (Maryam: 23)

Yakni diriku tidak diciptakan dan bukan berupa sesuatu apa pun. Demikianlah menurut Ibnu Abbas. As-Saddi mengatakan bahwa saat Maryam merasa sakit akan melahirkan, ia berkata kepada dirinya sendiri, "Aduhai,

sekiranya aku mati sebelum musibah ini, dan kesedihanku karena melahirkan anak tanpa suami." Ia mengatakan demikian karena malu kepada orang-orang. dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan. (Maryam: 23)

Maksudnya, dilupakan sehingga tidak ada yang mencarinya; perihalnya sama dengan kain pembalut haid bila sudah terpakai, dibuang begitu saja tanpa pikir panjang lagi. Demikian pula halnya segala sesuatu yang dilupakan dan dibiarkan,

ia tidak disebut-sebut lagi. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan. (Maryam: 23) Yakni sesuatu yang tidak dikenal, tidak disebut-sebut,

dan tidak diketahui jati dirinya. Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan. (Maryam: 23) Yaitu menjadi bayi yang mati keguguran.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa Maryam bermaksud seandainya saja dirinya tidak ada sama sekali. Dalam pembahasan terdahulu telah diketengahkan hadis-hadis yang melarang mengharapkan mati kecuali di saat tertimpa fitnah (yang menimpa agama orang yang bersangkutan), yaitu pada firman-Nya:


{تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ}


Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (Yusuf: 101)

Surat Maryam |19:23|

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

fa ajaaa`ahal-makhoodhu ilaa jiż'in-nakhlah, qoolat yaa laitanii mittu qobla haażaa wa kuntu nas-yam mansiyyaa

Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan."

And the pains of childbirth drove her to the trunk of a palm tree. She said, "Oh, I wish I had died before this and was in oblivion, forgotten."

Tafsir
Jalalain

(Maka sewaktu datang kepadanya) ketika ia mengalami (rasa sakit akan melahirkan) yaitu rasa mulas karena akan melahirkan (-terpaksa ia bersandar- pada pangkal pohon kurma)

yakni menyandarkan diri padanya, lalu ia melahirkan. Perlu diketahui bahwa sejak peniupan malaikat Jibril hingga melahirkan hanya memakan waktu sesaat saja

(dia berkata, "Aduhai alangkah baiknya aku) lafal Ya di sini menunjukkan makna Tanbih atau ungkapan kekecewaan (mati sebelum ini) yakni sebelum perkara ini

(dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan)" sebagai sesuatu yang tiada artinya, tidak dikenal dan tidak disebut-sebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 23 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Maryam |19:24|

فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

fa naadaahaa min taḥtihaaa allaa taḥzanii qod ja'ala robbuki taḥtaki sariyyaa

Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, "Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

But he called her from below her, "Do not grieve; your Lord has provided beneath you a stream.

Tafsir
Jalalain

(Maka Jibril menyerunya dari tempat yang lebih rendah,) pada saat itu malaikat Jibril berada di tempat yang lebih rendah dari tempat Maryam

("Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu") yaitu sebuah sungai yang dahulunya kering kini berair kembali, berkat kekuasaan Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 24 |

Tafsir ayat 24-26

Sebagian ulama membaca firman-Nya:


{مَنْ تَحْتَهَا}


dari tempat yang rendah. (Maryam: 24) menjadi man tahtaha, yang artinya orang yang ada di tempat yang lebih rendah daripadanya. Sedangkan ulama lainnya membacanya sesuai dengan apa yang tertera di-dalam mus-haf,

yakni min tahtiha, dengan mengartikan huruf min sebagai huruf jar. Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai orang yang menyeru Maryam, siapakah dia sebenarnya? Al-Aufi dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas

sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah. (Maryam: 24) Bahwa yang menyerunya adalah malaikat Jibril, dan Isa masih belum berbicara sebelum ibunya membawanya kepada kaumnya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Amr ibnu Maimun, As-Saddi, dan Qatadah, bahwa yang menyerunya adalah Malaikat Jibril a.s. Jibril memanggilnya dari lembah yang ada di tempat yang lebih rendah.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah. (Maryam: 24) Bahwa yang menyerunya adalah Isa putra Maryam. Hal yang sama dikatakan oleh Abdur Razzaq,

dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa yang menyerunya adalah putranya (Isa). Pendapat ini bersumber dari salah satu di antara dua riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnu Jubair,

bahwa orang yang menyerunya adalah putranya. Selanjutnya Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tidakkah kamu mendengar firman-Nya yang mengatakan: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya, juga oleh Ibnu Zaid. Firman Allah Swt.:


{أَلا تَحْزَنِي}


Janganlah kamu bersedih hati. (Maryam: 24) Yakni Malaikat Jibril menyerunya seraya mengatakan bahwa janganlah kamu bersedih hati.


{قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا}


sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24) Sufyan As-Sauri dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Barra ibnu Azib, sehubungan dengan firman-Nya: sesungguhnya Tuhanmu

telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24) Bahwa yang dimaksud dengan sariyya ialah anak-anak sungai. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, bahwa as-sariy artinya sungai.

Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Amr ibnu Maimun, bahwa as-sariy artinya sungai airnya dapat diminum. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sungai menurut bahasa Siryani, Said ibnu Jubair mengatakan sungai kecil

dengan bahasa Nabti. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sungai kecil menurut bahasa Siryani. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan sungai kecil. Qatadah mengatakan bahwa as-sariy artinya anak sungai

menurut dialek penduduk Hijaz. Wahb ibnu Munabbih mengatakan, as-sariy artinya sungai kecil yang mengalir. As-Saddi mengatakan sungai. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.Hal ini telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu';


قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو شُعَيْبٍ الحَرَّاني: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ البَابلُتِّي حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ نَهِيك، سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "إِنَّ السَّرِيَّ الَّذِي قَالَ اللَّهُ لِمَرْيَمَ: {قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا} نَهْرٌ أَخْرَجَهُ اللَّهُ لِتَشْرَبَ مِنْهُ"


Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Syu'aib Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah Al-Babili, telah menceritakan kepada kami Ayyub ibnu Nuhaik; ia pernah mendengar Ikrimah maula

(bekas budak) Ibnu Abbas mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya makna as-sariy yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya,

"Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu " (Maryam: 24), adalah sungai yang dikeluarkan oleh Allah untuk minum Maryam.Hadis ini garib sekali bila ditinjau dari jalur periwayatannya;

karena Ayyub ibnu Nuhaik Al-Habli yang ada dalam sanad hadis ini menurut Abu Hatim Ar-Razi orangnya daif. Sedangkan menurut Abu Zar'ah, hadisnya munkar (tidak dapat diterima). Menurut penilaian Abul Fath Al-Azdi,

hadisnya matruk (tidak terpakai). Ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan as-sariy adalah Isa a.s. Hal ini dikatakan oleh Al-Hasan, Ar-Rabi' ibnu Anas, Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far.

Pendapat ini bersumber dari salah satu di antara dua riwayat yang bersumber dari Qatadah, dan pendapat Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Tetapi pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama, karena itulah disebutkan dalam firman selanjutaya:


{وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ}


Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu. (Maryam: 25) Yakni peganglah pangkal pohon kurma itu. Menurut pendapat Ibnu Abbas, pohon kurma itu pada asalnya kering. Menurut pendapat lainnya,

pohon kurma itu berbuah. Mujahid mengatakan bahwa pohon kurma itu tidak berbuah. As-Sauri mengatakan dari Abu DaudNufai' Al-A'ma, bahwa pohon kurma itu sudah mati. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa yang dipegangnya itu

adalah pohon kurma, tetapi di saat sedang tidak berbuah. Demikianlah menurut Wahb ibnu Munabbih. Allah memberikan karunia kepada Maryam dengan menyediakan di dekatnya makanan dan minuman, sebagai imbalan dari usahanya.


{تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا}


niscaya pohon kurma itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah kamu. (Maryam: 25-26)

Yaitu tenanglah dan bersenang hatilah kamu. Amr ibnu Maimun mengatakan, bahwa tidak ada suatu makanan pun yang lebih baik bagi wanita sehabis melahirkan selain kurma muda dan kurma masak.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا شَيْبَان، حَدَّثَنَا مَسْرُورُ بْنُ سَعِيدٍ التَّمِيمِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَمْرٍو الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ عُروة بْنِ رُوَيْم، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَكْرِمُوا عَمَّتَكُمُ النَّخْلَةَ، فَإِنَّهَا خُلِقَتْ مِنَ الطِّينِ الَّذِي خُلِقَ مِنْهُ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَلَيْسَ مِنَ الشَّجَرِ شَيْءٌ يُلَقَّح غَيْرُهَا". وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَطْعِمُوا نِسَاءَكُمُ الولدَ الرطَبَ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ رُطَبٌ فَتَمْرٌ، وَلَيْسَ مِنَ الشَّجَرَةِ شَجَرَةٌ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ مِنْ شَجَرَةٍ نَزَلَتْ تَحْتَهَا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Syaiban, telah menceritakan kepada kami Masrur ibnu Sa'id At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami

Abdur Rahman ibnu Amr Al-Auza'i, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Muliakanlah bibi kalian dengan kurma, karena sesungguhnya kurma diciptakan dari tanah

yang diciptakan darinya Adam a.s. Tiada suatu pohon pun yang dikawinkan selain dari pohon kurma. Rasulullah Saw. pernah bersabda pula: Berilah makan kurma muda kepada wanita kalian yang habis melahirkan,

jika tidak ada maka kurma masak. Tidak ada suatu pohon pun yang paling dimuliakan oleh Allah selain dari pohon kurma yang menjadi tempat berteduh Maryam binti Imran.Hadis ini munkar sekali, tetapi Abu Ya'la telah meriwayatkannya pula

dari Syaiban dengan sanad yang sama.Sebagian ulama qiraat mambaca tussaqit dengan memakai tasydid, sedangkan sebagian ulama lainnya membacanya tusaqit tanpa tasyidid. Adapun Abu Nuhaik membacanya tasqut.

Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Al-Barra, bahwa ia membacanya yusaqit, yakni pangkal pohon kurma itu merunduk. Pada garis besarnya masing-masing dari pendapat tersebut berdekatan maknanya.Firman Allah Swt.:


{فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا}


Jika kamu melihat seorang manusia. (Maryam : 26) Yakni manakala kamu melihat seseorang.


{فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا}


maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Bernur ah; maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam: 26)

Makna yang dimaksud ialah Maryam berisyaratkan kepadanya yang pengertiannya seperti itu, bukan mengucapkannya dengan kata-kata; agar tidak bertentangan dengan firman-Nya:


{فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا}


maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (Maryam: 26) Anas ibnu Malik telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:


{إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا}


Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 26) Yang dimaksud dengan puasa ialah diam atau puasa tidak bicara. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak.

Menurut suatu riwayat dari Anas, disebutkan puasa dan tidak bicara; hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan selain keduanya.Makna yang dimaksud ialah 'mereka apabila melakukan puasa, maka menurut syariat mereka

tidak boleh makan dan berbicara'. Demikianlah menurut apa yang dinaskan oleh As-Saddi, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid. Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Harisah yang mengatakan bahwa ketika ia berada di rumah Ibnu Mas'ud,

datanglah dua orang lelaki kepadanya; salah seorang dari keduanya mengucapkan salam, sedangkan yang lainnya tidak mengucapkan salam. Maka Ibnu Mas'ud bertanya, "Mengapa kamu?". Teman-temannya menjawab,

"Dia telah bersumpah bahwa pada hari ini dia tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun." Maka Abdullah ibnu Mas'ud menjawab, "Berbicaralah kepada orang dan ucapkanlah salam kepada mereka. Karena sesungguhnya

wanita itu (Maryam) merasa yakin bahwa tidak akan ada seorang pun yang percaya kepadanya bahwa dirinya mengandung tanpa suami. Dimaksud­kan puasanya itu sebagai alasan untuk tidak bicara dengan mereka bila ia ditanya mereka.

" Asar ini telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ketika Isa berkata kepada Maryam, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya (menurut tafsir ulama yang mengatakan

bahwa orang yang menyerunya adalah Isa): Janganlah kamu bersedih hati. (Maryam: 24) Maryam menjawab, "Bagaimana saya tidak sedih, sedangkan kamu ada bersama dengan saya tanpa suami, juga bukan sebagai budak wanita

(yang dinikahi tuannya). Maka dengan alasan apakah saya berhujah kepada orang-orang? Aduhai, sekiranya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan." Isa berkata kepadanya,

"Sayalah yang akan menjawab mereka, kamu tidak usah bicara lagi." Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, "Sesungguh­nya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara

dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam: 26) Ini merupakan perkataan Isa kepada ibunya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Wahb.

Surat Maryam |19:25|

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

wa huzziii ilaiki bijiż'in-nakhlati tusaaqith 'alaiki ruthoban janiyyaa

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

And shake toward you the trunk of the palm tree; it will drop upon you ripe, fresh dates.

Tafsir
Jalalain

(Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu) yang pada saat itu kering. Huruf Ba dalam lafal Bijidz'i adalah Zaidah atau tambahan (niscaya pohon itu akan menggugurkan)

asal kata Tusaaqith adalah Tatasaaqath kemudian Ta yang kedua diganti menjadi Sin, selanjutnya diidgamkan pada Sin yang kedua. Menurut qiraat yang lain tetap dibaca seperti lafal asalnya

(buah kurma kepadamu) lafal Ruthaban adalah Tamyiz (yang masak-masak) lafal Janiyyan menjadi sifat dari lafal Ruthaban.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 25 |

Penjelasan ada di ayat 24

Surat Maryam |19:26|

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

fa kulii wasyrobii wa qorrii 'ainaa, fa immaa taroyinna minal-basyari aḥadan fa quuliii innii nażartu lir-roḥmaani shouman fa lan ukallimal-yauma insiyyaa

Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini."

So eat and drink and be contented. And if you see from among humanity anyone, say, 'Indeed, I have vowed to the Most Merciful abstention, so I will not speak today to [any] man.' "

Tafsir
Jalalain

(Maka makanlah) dari buah kurma yang masak itu (dan minumlah) dari air sungai kecil itu (serta bersenang hatilah kamu)

dengan anakmu itu. Lafal 'Ainan berfungsi sebagai Tamyiz yang dipindahkan dari Fa'ilnya, maksudnya selamat bersenang hati dengan anakmu itu.

Atau dengan kata lain, kamu menjadi tenang dengan adanya anakmu itu sehingga kamu tidak memikirkan hal-hal yang lain. (Jika) lafal Immaa ini pada asalnya

terdiri dari In Syarthiyah dan Ma Zaidah yang kemudian diidgamkan menjadi satu hingga menjadi Immaa (kamu melihat) dan lafal Tarayinna terbuang huruf Lam Fi'il dan 'Ain Fi'ilnya,

kemudian harakat 'Ain Fi'ilnya dipindahkan pada huruf Ra, selanjutnya Ya Dhamir dikasrahkan karena bertemu dua sukun, sehingga jadilah Tarayinna (seorang manusia)

kemudian ia menanyakan kepadamu tentang anakmu itu (maka katakanlah, "Sesungguhnya aku bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pengasih)

dengan menahan diri untuk tidak berbicara, baik mengenai perihal anaknya atau orang-orang lainnya, hal ini terbukti dengan perkataan selanjutnya

(maka aku tidak akan berkata dengan seorang manusia pun pada hari ini)" sesudah kejadian ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 26 |

Penjelasan ada di ayat 24

Surat Maryam |19:27|

فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

fa atat bihii qoumahaa taḥmiluh, qooluu yaa maryamu laqod ji`ti syai`an fariyyaa

Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, "Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.

Then she brought him to her people, carrying him. They said, "O Mary, you have certainly done a thing unprecedented.

Tafsir
Jalalain

(Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya) lafal Tahmiluhu menjadi Hal atau kata keterangan keadaan. Sehingga kaumnya melihat anak itu

(Kaumnya berkata, "Hai Maryam! Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar) suatu dosa yang sangat besar karena kamu memperoleh anak tanpa ayah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 27 |

Tafsir ayat 27-32

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang Maryam ketika diperintahkan puasa pada hari itu, yaitu hendaknya dia tidak berbicara kepada seorang manusia pun; karena dengan puasa, maka keadaan dirinya yang sebenarnya

tidak kelihatan dan puasa menjadi alasan baginya untuk tidak berbicara. Maryam berserah diri kepada perintah Allah Swt. dan pasrah kepada keputusan Allah. Lalu Maryam menggendong putranya dan membawanya kepada kaumnya.

Ketika kaumnya melihat Maryam membawa bayinya, mereka sangat kaget dan mengecamnya dengan kecaman yang berat, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. menyitir kata-kata kaumnya:


{يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا}


Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. (Maryam: 27)Yakni suatu perkara yang besar dosanya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya

yang bukan hanya seorang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Syaiban, telah menceritakan kepada kami

Ja'far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Nauf Al-Bakkali yang mengatakan bahwa kaum Maryam pergi mencari-carinya. Maryam berasal dari keluarga nabi dan keluarga ter­hormat.

Mereka merasa kehilangan Maryam. karenanya mereka mencari-carinya; dan mereka bersua dengan seorang pengembala sapi, lalu mereka bertanya, "Apakah kamu pernah melihat wanita muda yang ciri khasnya anu dan anu?"

Pengembala sapi menjawab, "Tidak, tetapi tadi malam saya melihat sapi saya melakukan perbuatan yang belum pernah saya lihat sebelumnya."Mereka bertanya, "Apakah yang telah dilakukan sapimu?" Pe­ngembala sapi berkata,

"Tadi malam saya melihat sapi saya bersujud ke arah lembah itu." Abdullah ibnu Abu Ziyad mengatakan, ia teringat akan perkataan Syaiban yang mengatakan bahwa pengembala itu menjawab, "Saya melihat cahaya yang terang."

Maka mereka pergi menuju ke arah yang ditunjukkan oleh si pengembala itu, tiba-tiba mereka berpapasan dengan Maryam. Ketika Maryam melihat kaumnya, maka duduklah ia dan menggendong bayinya di pangkuannya. Mereka datang kepadanya dan berdiri di dekatnya.


{قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا}


Mereka berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (Maryam: 27) Yaitu suatu perkara yang sangat berat dosanya.


{يَا أُخْتَ هَارُونَ}


Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Makna yang dimaksud ialah hai wanita yang ibadahnya mirip dengan Harun a.s.


{مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا}


Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorangpezina. (Maryam: 28) Yakni kamu berasal dari keluarga yang baik lagi suci, terkenal dengan kesalehannya, ibadah, dan zuhudnya.

Maka mengapa hal seperti itu kamu lakukan?Ali ibnu AbuTalhah dan As-Saddi mengatakan bahwa dikatakan kepada Maryam:


{يَا أُخْتَ هَارُونَ}


Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Yang dimaksud ialah saudara Musa, dan Maryam adalah keturunan darinya. Perihalnya sama dengan seseorang dari Bani Tamim dipanggil 'hai saudara Tamim', dan dari Bani Mudar dipanggil

'hai saudara Mudar'.Menurut pendapat yang lain, Maryam dinisbatkan kepada seorang lelaki saleh di kalangan mereka yang bernama Harun; Maryam dalam hal ibadah dan zuhud sama dengan lelaki saleh itu.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian di antara mereka, bahwa mereka (Bani Israil) menyerupakan Maryam dengan seorang lelaki pendurhaka yang ada di kalangan mereka bernama Harun; riwayat ini diketengahkan

oleh Ibnu Abu Hatim dari Sa'id ibnu Jubair.Hal yang lebih aneh dari kesemuanya ialah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim berikut ini. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain Al-Hijistani,

telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Mufaddal ibnu Abu Fudalah, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr, dari Al-Qurazi sehubungan dengan makna firman-Nya:

Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Bahwa Maryam adalah saudara perempuan Harun alias juga saudara perempuan Musa yang mengikuti jejak Musa saat Musa dilemparkan ke dalam sungai Nil dalam suatu peti (waktu itu Musa masih bayi).


{فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}


Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedangkan mereka tidak mengetahuinya. (Al-Qashash: 11) Pendapat ini keliru sama sekali, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyebutkan di dalam Kitab-Nya (Al-Qur'an),

bahwa sesudah para rasul Dia mengiringi mereka dengan Isa sesudah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Isa adalah nabi yang akhir, tiada nabi lagi sesudahnya selain Nabi Muhammad Saw. sebagai penutup para nabi.

Karena itulah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِابْنِ مَرْيَمَ؛ إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ"


Aku adalah nabi yang paling berhak terhadap (Isa) putra Maryam, karena sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun antara aku dan dia.Seandainya keadaannya seperti apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi,

tentulah Isa bukan termasuk rasul yang akhir sebelum Muhammad Saw. Dan tentulah Isa berada sebelum Sulaiman dan Daud, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menyebutkan bahwa Daud sesudah Musa, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسِيتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَالَنَا أَلا نُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ}


Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, 'Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami ber­perangai Bawah pimpinannya) di jalan Allah. ” (Al-Baqarah: 246) Dan dalam ayat-ayat selanjutnya disebutkan:


{وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ}


dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut. (Al-Baqarah: 251) hingga akhir ayat. Hal yang mendorong Al-Qurazi berani mengemukakan pendapat ini ialah apa yang tertera di dalam kitab Taurat. Disebutkan bahwa sesudah Musa

dan Bani Israil keluar dari laut (yang dibelahnya) dan Firaun beserta kaumnya ditenggelamkan di dalam laut itu, Maryam binti Imran (saudara perempuan sekandung Musa dan Harun) memukul rebana bersama kaum wanita Bani Israil

seraya bertasbih menyucikan Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kaum Bani Israil.Kemudian Al-Qurazi beranggapan bahwa Maryam yang disebutkan dalam kisah tersebut adalah ibu Isa.

Padahal pendapat tersebut merupakan suatu kekeliruan yang fatal karena pada hakikatnya Maryam ibunya Isa hanya senama dengan Maryam saudara perempuan Musa a.s. Disebutkan bahwa mereka biasa memakai nama para nabi dan orang-orang saleh mereka.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، سَمِعَتْ أَبِي يَذْكُرُهُ عَنْ سِمَاك، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى نَجْرَانَ، فَقَالُوا: أَرَأَيْتَ مَا تَقْرَءُونَ: {يَا أُخْتَ هَارُونَ} ، وَمُوسَى قَبْلَ عِيسَى بِكَذَا وَكَذَا؟ قَالَ: فَرَجَعْتُ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "أَلَا أَخْبَرْتَهُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَتَسَمّون بِالْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ؟ ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Idris; ia pernah mendengar ayahnya menceritakan kisah berikut dari Sammak, dari Alqamah ibnu Wa-il, dari Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah mengutusnya ke negeri Najran. Maka orang-orang Nasrani Najran bertanya kepadanya, "Mengapa kalian (kaum muslim) membaca firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun'. (Maryam: 28)

Padahal Musa sebelum Isa dalam jarak masa yang amat jauh?" Al-Mugirah ibnu Syu'bah tidak dapat menjawab. Ketika ia pulang, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. bersabda:

Mengapa kamu tidak menceritakan kepada mereka bahwa mereka dahulu biasa memakai nama-nama nabi dan orang-orang saleh sebelum mereka? Hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Muslim, Imam Turmuzi dan Imam Nasai

melalui hadis Abdullah ibnu Idris, dari ayahnya, dari Sammak dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan sahih garib, yakni kalau tidak hasan, sahih, atau garib; kami tidak mengenalnya,

melainkan melalui hadis Ibnu Idris. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Sa'id ibnu Abu Sadaqah, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan,

ia pernah mendapat berita bahwa Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai saudara perempuan Harun. (Maryam: 28) Bahwa yang dimaksud bukanlah Harun saudara lelaki Musa a.s. Maka perkataannya itu

dibantah oleh Siti Aisyah, "kamu dusta." Ka'b menjawab, "Wahai Ummul Mu’minin, sesungguhnya Nabi Saw. pernah mengatakan­nya bahwa beliau lebih mengetahui dan lebih teliti. Jika Nabi Saw. tidak mengatakannya,

maka sesungguhnya saya menjumpai jarak masa di antara mereka ada enam ratus tahun." Akhirnya Siti Aisyah terdiam. Akan tetapi, jawaban Ka'b yang mengatakan jarak masa enam ratus tahun masih diragukan kebenarannya.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya. Hai saudara perempuan Harun.

(Maryam: 28) hingga akhir ayat. Bahwa Maryam berasal dari keluarga yang dikenal akan kesalehannya, mereka sama sekali tidak pernah berbuat kebobrokan. Di antara manusia ada orang-orang yang dikenal dengan kesalehannya,

dan keturunan mereka pun berpegang teguh kepada tradisi kesalehan itu. Di antara manusia ada orang-orang yang dikenal dengan keburukannya, dan keturunan mereka terkenal pula dengan keburukan itu.

Harun terkenal saorang yang saleh lagi dicintai dikalangan kabilahnya, tetapi Harun di sini bukanlah Harun saudara lelaki Nabi Musa, melainkan Harun yang lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah diceritakan kepada kami

bahwa saat Harun meninggal dunia, jenazahnya dihantarkan kepemakamannya oleh empat puluh ribu orang Bani Israil yang semuanya bernama Harun. Firman Allah Swt.:


{فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا}


maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih ada dalam ayunan?” (Maryam: 29) Yakni ketika mereka mencurigai keadaan Maryam dan mengingkari kejadian

yang dialaminya, serta mengatakan kepadanya dengan kalimat sindiran yang menuduhnya berbuat tidak senonoh dan melakukan perbuatan zina. Saat itu Maryam sedang puasa dan tidak bicara, maka ia memalingkan jawabannya

dengan menunjuk ke arah anaknya, dengan maksud agar mereka berbicara langsung dengan anaknya yang masih bayi. Maka mereka menjawab dengan nada memperolok-olokkan Maryam meledek dan mempermainkan mereka:

Bagaimanakah kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan? (Maryam: 29) Maimun ibnu Mahran mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29)

dengan maksud bahwa hendaknya mereka berbicara langsung dengan bayinya. Maka mereka merasa terkejut mendapat jawaban demikian seraya mengatakan, "Apakah kamu menyuruh kami berbicara dengan anak yang masih

dalam usia ayunan?" As-saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) Ketika Maryam berlaku demikian, mereka marah dan mengatakan, "Sungguh

ini merupakan ejekan dia terhadap kami, yang lebih parah daripada perbuatan zina yang dilakukannya, karena dia menyuruh kita berbicara dengan bayi ini."


{قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا}


Mereka berkata, "bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Maryam: 29) Yakni anak yang masih dalam usia ayunan lagi masih bayi, mana mungkin dia dapat berbicara.


{إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ}


Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah.” (Maryam: 30) Mula-mula kalimat yang diucapkan Isa ialah menyucikan Zat Tuhannya dan membersihkan-Nya dari sifat beranak, kemudian mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah. Firman Allah Swt.:


{آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا}


Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Kalimat ini dimaksudkan membersihkan nama ibunya dari tuduhan berzina yang dilontarkan oleh kaumnya. Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa

setelah mereka mengucapkan kata-kata tuduhan yang tidak senonoh terhadap ibunya, saat itu ia (Isa) sedang menetek pada ibunya. Maka ia melepaskan payudara ibunya dan memalingkan mukanya ke arah kiri seraya berkata:

Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) sampai dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: selama aku hidup. (Maryam: 31) Hammad ibnu Salamah

telah meriwayatkan dari Sabit Al-Bannani, bahwa Isa mengangkat jari telunjuknya ke atas pundaknya yang sebelah kiri seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil)

dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dia memberiku Al-Kitab (Injil). (Maryam: 30) Artinya Dia telah memutuskan bahwa Dia akan memberiku Al-Kitab

dalam ketetapan-Nya.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id Al-Attar, dari Abdul Aziz ibnu Ziyad,

dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam telah mempelajari kitab Taurat dan menguasainya sejak ia masih berada dalam kandungan ibunya. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya,

menyitir kata-katanya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) Akan tetapi, Yahya ibnu Sa’id Al-Attar orangnya berpredikat matruk yakni hadisnya tidak terpakai. Firman Allah Swt.:


{وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ}


dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada. (Maryam: 31) Mujahid dan Amr ibnu Qais serta As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menjadikan Isa seorang pengajar kebaikan.

Menurut riwayat yang lain dari Mujahid, Isa adalah seorang mujahid yang banyak memberikan manfaat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abdul Jabbar, telah menceritakan kepada kami

Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais Al-Makhzumi; ia pernah mendengar Wuhaib ibnul Ward (bekas budak Bani Makhzum) mengatakan bahwa seorang yang berilmu bersua dengan seorang yang berilmu lagi lebih daripadanya,

lalu orang yang berilmu lebih tinggi itu bertanya kepadanya, "Semoga Allah me­rahmati kamu, apakah yang kelihatan dari amal perbuatanku (menurutmu)?" Ia menjawab, "Memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah perkara mungkar.

Karena sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan agama Allah yang disampaikan oleh para nabi-Nya kepada hamba-hamba-Nya." Ulama fiqih telah sepakat tentang makna firman-Nya: dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati

di mana saja aku berada. (Maryam: 31) Ketika ditanyakan, "Apakah keberkatannya?" yang ditanya menjawab, "Amar ma'ruf dan nahi munkar di mana pun ia berada." Firman Allah Swt.:


{وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا}


dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam: 31) Sama pengertiannya dengan firman Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.:


{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ}


dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr: 99) Abdur Rahman ibnul Qasim telah meriwayatkan dari Malik ibnu Anas sehubungan dengan firman-Nya: dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat

dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Maryam: 31) Isa dalam jawabannya menyebutkan perkara yang dialaminya sejak lahir sampai wafat sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan terhadapnya. Firman Allah Swt.:


{وَبَرًّا بِوَالِدَتِي}


dan berbakti kepada ibuku. (Maryam: 32) Yakni Allah memerintahkan pula kepadaku agar berbakti kepada ibuku. Allah Swt. menyebutkan berbakti kepada orang tua sesudah taat kepada Tuhannya, sebab Allah Swt.

sering menyebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah-Nya dan taat kepada kedua orang tua. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا}


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. (Al-Isra: 23) Dan firman Allah Swt.:


{أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ}


Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا}


dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32) Maksudnya, Allah tidak menjadikan diriku seorang yang angkara murka lagi sombong, tidak mau menyembah dan taat kepada-Nya serta tidak mau berbakti

kepada ibuku, yang akibatnya aku menjadi orang yang celaka. Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa makna al-jabbarusy syaqiyyu ialah orang yang tega membunuh karena marah. Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa

tidak sekali-kali kamu jumpai orang yang menyakiti kedua orang tuanya, melainkan kamu jumpai dia berwatak sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah Swt.: dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku

seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32) tidak sekali-kali kamu jumpai orang yang berperangai buruk, melainkan kamu jumpai dia orang yang angkuh lagi sombong. Kemudian ia membacakan firman-Nya:


{وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا}


dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36) Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa ada seorang wanita

melihat putra Maryam menghidupkan orang-orang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit supak dengan seizin Allah. Maka wanita itu berkata, "Beruntunglah bagi orang yang mengandungmu, beruntunglah

bagi orang yang menyusukanmu." Maka Nabi Isa a.s. berkata menjawabnya, "Beruntunglah bagi orang yang membaca Kitabullah dan mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya, serta bukan menjadi orang yang sombong lagi celaka." Firman Allah Swt.:


{وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا}


Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 33) Hal ini membuktikan akan predikat dirinya sebagai hamba Allah Swt.

dan bahwa Isa adalah seorang makhluk Allah yang hidup dan mati serta dibangkitkan sebagaimana makhluk lainnya. Akan tetapi, Isa diselamatkan dari semua fase tersebut yang merupakan fase-fase yang paling berat dirasakan oleh semua hamba Allah.

Surat Maryam |19:28|

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

yaaa ukhta haaruuna maa kaana abuukimro`a sau`iw wa maa kaanat ummuki baghiyyaa

Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina."

O sister of Aaron, your father was not a man of evil, nor was your mother unchaste."

Tafsir
Jalalain

(Hai saudara perempuan Harun!) dia adalah seorang lelaki yang saleh, hal ini berarti Maryam pun serupa dengannya dalam hal memelihara kehormatan

(Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang buruk) bukan seorang pezina (dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pelacur)" bukan pula seorang pezina, maka dari manakah anak ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 28 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Maryam |19:29|

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا

fa asyaarot ilaiih, qooluu kaifa nukallimu mang kaana fil-mahdi shobiyyaa

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"

So she pointed to him. They said, "How can we speak to one who is in the cradle a child?"

Tafsir
Jalalain

(Maka Maryam mengisyaratkan) kepada kaumnya (-seraya menunjuk- kepada anaknya) maksudnya supaya mereka bertanya kepada anaknya.

(Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak) yang masih (kecil berada dalam ayunan)".

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 29 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Maryam |19:30|

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

qoola innii 'abdulloh, aataaniyal-kitaaba wa ja'alanii nabiyyaa

Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,

[Jesus] said, "Indeed, I am the servant of Allah. He has given me the Scripture and made me a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Isa berkata, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab) yakni kitab Injil (dan Dia menjadikan aku seorang nabi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 30 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Maryam |19:31|

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

wa ja'alanii mubaarokan aina maa kuntu wa aushoonii bish-sholaati waz-zakaati maa dumtu ḥayyaa

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,

And He has made me blessed wherever I am and has enjoined upon me prayer and zakah as long as I remain alive

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada) maksudnya Dia menjadikan diriku orang yang banyak memberi manfaat kepada manusia.

Ungkapan ini merupakan berita tentang kedudukan yang telah dipastikan baginya (dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan sholat dan menunaikan zakat)

Allah memerintahkan kepadaku untuk melakukan kedua hal tersebut (selama aku hidup).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 31 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Maryam |19:32|

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

wa barrom biwaalidatii wa lam yaj'alnii jabbaaron syaqiyyaa

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

And [made me] dutiful to my mother, and He has not made me a wretched tyrant.

Tafsir
Jalalain

(Dan berbakti kepada ibuku) lafal Barran dinashabkan oleh lafal Ja'alani yang keberadaannya diperkirakan, maksudnya, Dia menjadikan aku sebagai orang yang berbakti kepada ibuku

(dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong) orang yang merasa tinggi diri (lagi celaka) yang durhaka kepada Rabbnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 32 |

Penjelasan ada di ayat 27

Surat Maryam |19:33|

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

was-salaamu 'alayya yauma wulittu wa yauma amuutu wa yauma ub'aṡu ḥayyaa

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."

And peace is on me the day I was born and the day I will die and the day I am raised alive."

Tafsir
Jalalain

(Dan kesejahteraan) dari Allah (semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali)"

hal ini telah dikatakan pada kisah yang lalu, yaitu dalam doa Nabi Yahya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 33 |

Tafsir ayat 33-37

Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad, Rasul-Nya, bahwa kisah yang Kami ceritakan kepadamu merupakan sebagian dari kisah tentang Isa a.s.


{قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ}


adalah kisah yang sebenarnya, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Yakni orang-orang yang batil dan orang-orang yang hak dari kalangan orang-orang yang beriman kepadanya

dan orang-orang yang kafir kepada­Nya, berbantah-bantahan mengenai kebenarannya. Karena itulah sebagian besar ulama membacanya qaulul haq dengan di-raya'-kan. Tetapi Asim dan Abdullah ibnu Amir membacanya qaulul haqqi.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa dia membacanya dengan bacaan 'isabna maryama. Penulis mengatakan Irab yang lebih jelas adalah bacaan rafa' yang diperkuat oleh firman Allah Swt. yang berbunyi:


الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ


Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah: 147) Setelah Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan Isa sebagai hamba dan nabi-Nya, lalu Allah Swt. membersihkan dari-Nya Yang Maha suci melalui firman-Nya.


{مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ}


Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. (Maryam: 35) Artinya, Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh lagi zalim dan melampaui batas itu dengan kesucian yang sebesar-besarnya.


{إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}


Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Maryam: 35) Dengan kata lain, apabila Allah menghendaki sesuatu, sesungguhnya Dia hanya berkata

kepadanya; maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu sesuai dengan keinginan-Nya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ}


Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah " (seorang manusia), maka jadilah dia.

(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-60) Adapun firman Allah Swt.:


{وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}


Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sem­bahlah Dia oleh kalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam : 36) Yaitu di antara perintah yang dianjurkan oleh Isa kepada kaumnya saat ia masih dalam ayunan

ialah memberitahukan kepada mereka bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan mereka. Lalu Isa memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah Swt. Untuk itu ia berkata:


{فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}


maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Yakni agama yang aku sampaikan kepada kalian dari Allah merupakan jalan yang lurus; Barang siapa yang mengikutinya, dibenarkan dan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang menentangnya, disalahkan dan tersesat. Firman Allah Swt.:


{فَاخْتَلَفَ الأحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ}


Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Yaitu Ahli Kitab berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya

yang diciptakan melalui perintah-Nya yang ditujukan kepada Maryam, dan diciptakan melalui roh ciptaan-Nya. Sebagian dari mereka yang terdiri atas orang-orang Yahudi telah sepakat mengatakannya sebagai anak zina; semoga laknat Allah

menimpa mereka. Mereka mengatakan pula bahwa perkataan Isa yang masih ada dalam usia ayunan itu adalah sihir. Segolongan lainnya dari kalangan mereka mengatakan, sesungguhnya yang berbicara itu adalah Tuhan.

Segolongan lainnya lagi mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Golongan lainnya lagi mengatakan, Isa adalah salah satu dari ketiga Tuhan. Dan golongan yang lainnya mengatakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya.

Pendapat yang terakhir ini adalah pendapat yang benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Kisah yang semisal telah diriwayatkan melalui Amr ibnu Maimun, Ibnu Juraij,

dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, baik dari kalangan ulama Salaf maupun dari kalangan ujama Khalaf. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna

firman-Nya: Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Bahwa kaum Bani Israil mengadakan pertemuan, lalu mereka mengemukakan

empat orang yang paling alim di antara mereka sebagai juru bicara dari masing-masing kelompoknya, kemudian mereka berdebat tentang Isa ketika Isa dinaikkan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang turun ke bumi,

lalu menghidupkan orang-orang yang dihidupkannya dan mematikan orang-orang yang dimatikannya, setelah itu Isa naik ke langit. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Ya'qubiyah. Pendapat tersebut ditolak

oleh ke tiga orang lainnya karena di anggap dusta dan tidak benar. Kemudian orang yang kedua dari mereka berkata kepada orang yang ketiga, "Bagaimanakah pendapatmu? Kemukakanlah." Orang yang ketiga berkata bahwa Isa adalah

anak Allah. Mereka yang mengatakan demikian adalah golongan Nusturiyah. Orang yang kedua menyangkal seraya mengatakan, "Kamu dusta." Kemudian salah seorang dari dua orang lainnya berkata kepada yang lainnya, "Kemukakanlah

pendapatmu tentang dia." Ia berkata bahwa Isa adalah salah satu dari tiga tuhan; Allah Tuhan yang pertama, dia tuhan kedua, dan ibunya tuhan ketiga. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Israili, raja-raja nasrani,

semoga laknat Allah menimpa mereka semua. Orang yang keempat berkata, "Kamu dusta, bahkan Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh yang diciptakan oleh-Nya dan diciptakan melalui firman-Nya." Mereka yang berpendapat demikian

adalah orang-orang muslim. Disebutkan bahwa masing-masing dari keempat orang itu mempunyai pengikutnya sendiri-sendiri yang mendukung pendapatnya. Akhirnya mereka berperang di antara sesama mereka dan mereka

beroleh kemenangan atas orang-orang muslim yang beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah Swt. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:


{وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ}


dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. (Ali Imran: 21) Qatadah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada)

di antara mereka. (Maryam: 37) Mereka berselisih pendapat tentang Isa, akhirnya terpecahlah mereka menjadi beberapa golongan. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Urwah Ibnuz Zubair melalui sebagian ahlul 'ilmi

suatu kisah yang isinya hampir sama dengan riwayat di atas. Ahli sejarah dari kalangan Ahli Kitab dan lain-lainnya telah menyebutkan bahwa Kaisar Konstantinopel pernah mempertemukan kaum Ahli Kitab dalam suatu pertemuan besar

di ketiga tempat perkumpulan mereka yang terkenal di kalangan mereka. Golongan uskup dari kalangan mereka terdiri atas dua ribu seratus tujuh puluh orang, lalu mereka berselisih pendapat tentang Isa putra Maryam dengan perselisihan

yang tajam sekali. Masing-masing golongan mempunyai pendapat sendiri. Seratus orang mempunyai pendapat sendiri; begitu pula tujuh puluh orang dari mereka; lima puluh orang berpendapat berbeda dengan lainnya,

dan seratus enam puluh orang mempunyai pendapat sendiri pula. Tiada suatu pendapat pun yang disepakati oleh lebih dari tiga ratus delapan orang. Di antara mereka ada sejumlah uskup yang sepakat memegang suatu pendapat

dan mempertahankannya mati-matian; pendapat ini disetujui oleh Kaisar. Kaisar adalah seorang ahli filsafat, maka golongan tersebut dijadikan sebagai pemuka agama dan didukungnya, serta mengusir golongan lainnya. Maka para uskup

yang didukungnya memberikan kepada Kaisar amanat yang besar yang lebih layak disebut sebagai pengkhianatan terbesar. Kemudian para uskup yang didukung oleh Kaisar ini membuatkan untuk Kaisar kitab undang-undang

dan menetapkan baginya hukum-hukum syariat serta membuat banyak bid'ah dan penyimpangan di dalam agama Al-Masih; mereka telah merubahnya dari aslinya. Sebagai imbalannya Kaisar Konstantinopel membangunkan buat mereka

gereja-gereja yang besar di wilayah kekaisarannya; semuanya tersebar di negeri Syam, Jazirah Arabia, dan Romawi sehingga jumlah gereja di masa pemerintahannya kurang lebih dua belas ribu gereja. Sedangkan ibu kaisar membangun

tempat pembuangan sampah di tempat penyaliban yang diduga oleh orang-orang Yahudi bahwa yang disalib itu adalah Al-Masih. Mereka dusta, bahkan Allah-lah yang menaikannya ke langit. Firman Allah Swt.:


{فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ}


Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksi­kan hari yang besar. (Maryam: 37) Ayat ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap orang-orang yang mendustakan Allah dan melakukan tuduhan keji

serta menganggap bahwa Allah beranak. Akan tetapi, Allah menangguhkan mereka sampai hari kiamat dan membiarkan mereka berkat sifat Penyantun-Nya dan kekuasaan-Nya untuk menyiksa mereka. Sesungguh­nya

Dia tidak menyegerakan orang-orang yang berbuat durhaka terhadap­Nya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya:


"إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي ِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ" ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}


Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan tangguh kepada orang yang zalim; tetapi apabila Dia menyiksanya, pastilah orang yang zalim itu tidak akan luput dari siksa-Nya. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya:

Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud : 102) Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ"


Tiada seorang pun yang lebih sabar terhadap berita yang menyakitkan hatinya selain dari Allah. Sesungguhnya mereka menganggap bahwa Allah beranak, padahal Allah-lah yang memberi mereka rezeki dan kesehatan. Allah Swt. telah berfirman:


{وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ}


Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj : 48)


{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ}


Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42) Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ}


Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksi­kan hari yang besar. (Maryam: 37) Yakni hari kiamat. Di dalam hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya diriwayatkan melalui Ubadah ibnus Samit r.a disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ [وَرَسُولُهُ] وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حُقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ"


Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah, rasul­nya, yang diciptakan melalui kalimat-Ny

ayang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya, dan bahwa surga itu hak dan neraka itu hak (benar ada), niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakannya.

Surat Maryam |19:34|

ذَٰلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ

żaalika 'iisabnu maryam, qoulal-ḥaqqillażii fiihi yamtaruun

Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.

That is Jesus, the son of Mary - the word of truth about which they are in dispute.

Tafsir
Jalalain

(Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar) jika lafal Alqaul dibaca Rafa', berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, maksudnya,

perkataan Isa bin Maryam adalah perkataan yang benar. Kalau dibaca Nashab berarti ada lafal Qultu yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya,

maksudnya Aku mengatakan perkataan yang benar (yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya) lafal Yamtaruuna berasal dari kata Al Miryah; mereka meragukan kebenarannya,

mereka adalah orang-orang Nasrani; mereka mengatakan perkataan yang dusta, yaitu, "Sesungguhnya Isa itu adalah anak Allah".

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 34 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Maryam |19:35|

مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ ۖ سُبْحَانَهُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

maa kaana lillaahi ay yattakhiża miw waladin sub-ḥaanah, iżaa qodhooo amron fa innamaa yaquulu lahuu kun fa yakuun

Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.

It is not [befitting] for Allah to take a son; exalted is He! When He decrees an affair, He only says to it, "Be," and it is.

Tafsir
Jalalain

(Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia) dari hal tersebut. (Apabila Dia telah menetapkan sesuatu) yakni, Dia berkehendak untuk menciptakannya

(maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah" maka jadilah dia) kalau dibaca Rafa' yaitu Yakuunu berarti ada lafal Huwa atau dia yang diperkirakan keberadaannya,

kalau dibaca Nashab yaitu berarti dengan memperkirakan lafal An sebelumnya. Oleh sebab itu maka Nabi Isa diciptakan tanpa ayah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 35 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Maryam |19:36|

وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

wa innalloha robbii wa robbukum fa'buduuh, haażaa shiroothum mustaqiim

(Isa berkata), "Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus."

[Jesus said], "And indeed, Allah is my Lord and your Lord, so worship Him. That is a straight path."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia) jika dibaca Anna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Udzkur, maksudnya: Ingatlah

, sesungguhnya Allah dan seterusnya. Jika dibaca Kasrah yaitu Inna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Qul sebelumnya, maksudnya: Katakanlah,

sesungguhnya Allah; hal ini dibuktikan oleh firman lainnya, yaitu: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu,

"Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabb kalian." (Q.S. Al-Maidah, 117). (ini) hal yang telah disebutkan tadi (adalah jalan) penuntun (yang lurus) yang dapat mengantarkan ke surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 36 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Maryam |19:37|

فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

fakhtalafal-aḥzaabu mim bainihim, fa wailul lillażiina kafaruu mim masy-hadi yaumin 'azhiim

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka (Yahudi dan Nasrani). Maka celakalah orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang agung!

Then the factions differed [concerning Jesus] from among them, so woe to those who disbelieved - from the scene of a tremendous Day.

Tafsir
Jalalain

(Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka) yakni orang-orang Nasrani, yaitu sehubungan dengan perihal Isa, apakah dia anak Allah,

atau tuhan di samping Allah, ataukah tuhan yang ketiga. (Maka kecelakaanlah) azab yang sangat keras (bagi orang-orang kafir) disebabkan apa yang telah disebutkan tadi dan hal-hal lainnya

(pada waktu menyaksikan hari yang besar) yakni kehadiran mereka di hari kiamat dan kengerian-kengerian yang terjadi pada waktu itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 37 |

Penjelasan ada di ayat 33

Surat Maryam |19:38|

أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا ۖ لَٰكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

asmi' bihim wa abshir yauma ya`tuunanaa laakinizh-zhoolimuunal-yauma fii dholaalim mubiin

Alangkah tajam pendengaran mereka dan alangkah terang penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.

How [clearly] they will hear and see the Day they come to Us, but the wrongdoers today are in clear error.

Tafsir
Jalalain

(Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka) kedua lafal ini merupakan Shighat atau ungkapan rasa takjub,

maknanya sama dengan lafal Ma Asma'ahum dan Ma Absharahum (pada hari mereka datang kepada Kami) di akhirat kelak. (Tetapi orang-orang yang zalim)

menurut ungkapan meletakkan isim Zhahir pada tempat isim Mudhmar' (pada hari ini) yakni di dunia (berada dalam kesesatan yang nyata) nyata kesesatannya,

disebabkan mereka tuli tidak mau mendengarkan perkara yang hak, dan mereka buta tidak mau melihat yang benar. Maksudnya, hai orang yang diajak bicara sepatutnya

kamu merasa takjub dan heran terhadap pendengaran dan penglihatan mereka di akhirat, sesudah di dunia mereka tuli dan buta.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 38 |

Tafsir ayat 38-40

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal orang-orang kafir kelak di hari kiamat, bahwa sesungguhnya mereka mempunyai pendengaran yang sangat terang dan penglihatan yang sangat tajam. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:


{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}


Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar.” (As-Sajdah: 12),

hingga akhir ayat. Dengan kata lain, mereka mengatakan hal tersebut di saat tiada sesuatu pun yang dapat memberikan manfaat kepada mereka dan tiada sesuatu pun yang dapat menolong mereka.

Seandainya peristiwa yang disebutkan dalam ayat ini terjadi sebelum mereka menyaksikan azab, tentulah hal tersebut dapat memberi manfaat kepada mereka dan dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ}


Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka. (Maryam: 38) Ungkapan ini merupakan ungkapan ta'ajjub yang menunjukkan makna keluarbiasaan, yakni betapa terangnya pendengaran mereka dan betapa tajamnya penglihatan mereka saat itu.’


{يَوْمَ يَأْتُونَنَا}


pada hari mereka datang kepada Kami. (Maryam: 38) Yaitu pada hari kiamat


{لَكِنِ الظَّالِمُونَ الْيَوْمَ}


Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini. (Maryam: 38) Yakni dalam kehidupan dunia.


{فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


berada dalam kesesatan yang nyata. (Maryam: 38) Maksudnya, tidak dapat mendengar dan tidak dapat melihat serta tidak dapat berpikir; yaitu di saat hidayah datang kepada mereka, mereka tidak mau menerimanya,

tidak mau pula menaatinya. Dengan kata lain, mereka tidak memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan akal mereka untuk menerima hidayah. Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ}


Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39) Artinya berilah peringatan kepada makhluk akan hari penyesalan.


{إِذْ قُضِيَ الأمْرُ}


yaitu ketika segala perkara telah diputuskan. (Maryam: 39) Yakni ahli surga dan ahli neraka telah dipisahkan, dan masing-masing dimasukkan ke dalam tempat tinggalnya untuk selama-lamanya.


{وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ}


Dan mereka dalam keadaan lalai. (Maryam: 39) Yaitu dalam kehidupan dunia mereka lalai terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, yakni hal yang bakal menimpa mereka kelak di hari penyesalan dan kekecewaan.


{وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}


dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39) Maksudnya tidak percaya kepada hari penyesalan itu.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ [الْخُدْرِيِّ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، يُجَاءُ بِالْمَوْتِ كَأَنَّهُ كَبْشٌ أَمْلَحُ، فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ قَالَ: "فَيَشْرَئِبُّونَ [فَيَنْظُرُونَ] وَيَقُولُونَ: نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ". قَالَ: "فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ النَّارِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ قَالَ: فَيَشْرَئِبُّونَ فَيَنْظُرُونَ وَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا الْمَوْتُ" قَالَ: "فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُذْبَحُ" قَالَ: "وَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ، وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ وَلَا مَوْتَ" قَالَ: ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ} وَأَشَارَ بِيَدِهِ قَالَ: "أَهْلُ الدُّنْيَا فِي غَفْلَةِ الدُّنْيَا".


Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa’id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Apabila ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka didatangkanlah maut yang rupanya seakan-akan seperti domba yang berbulu putih, lalu dihentikan di antara surga dan neraka.

Maka dikatakan, "Hai ahli surga, apakah kalian mengenal ini?” Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah domba itu dan menelitinya, lalu mereka berkata, "Ya, ini adalah maut.” Kemudian dikatakan, "Hai ahli neraka,

apakah kalian mengenal ini?” Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah maut dan menelitinya, kemudian mereka berkata, "Ya, inilah maut.” Lalu diperintahkan agar domba itu disembelih, maka disembelihlah domba itu,

lalu dikatakan, "Hai ahli surga, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi. Hai ahli neraka, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi.” Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan,

(yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39) Seraya berisyarat dengan tangannya, kemudian bersabda: "Ahli dunia berada dalam kelalaian (tentang itu)

saat hidup di dunia." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama dan dengan lafaz

yang pengertiannya mirip dengan hadis ini. Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Al-Hasan ibnu Arafah. Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asbat ibnu Muhammad, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah

secara marfu’ dengan lafaz yang semisal. Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal. Di dalam kitab Sahihain

disebutkan hadis yang sama melalui Ibnu Umar. Ibnu Juraij telah meriwayatkan hadis ini, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, lalu disebutkan hadis yang semisal, hanya hadis ini diucapkan oleh Ibnu Abbas. Dan Ibnu Juraij

telah meriwayatkan pula dari ayahnya; ia pernah mendengar Ubaid ibnu Umair mengatakan dalam kitab Qisas-nya bahwa maut di datangkan seakan-akan berupa hewan, lalu disembelih, sedangkan orang-orang memandangnya.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, bahwa telah menceritakan kepada kami Abuz Zar ra, dari Abdullah ibnu Mas'ud dalam kisah yang diketengahkannya, bahwa tiada suatu orang pun melainkan melihat rumah-rumah

yang ada di surga dan rumah-rumah yang ada di neraka; hal ini terjadi pada hari penyesalan. Ahli neraka melihat rumah yang ada di dalam surga, lalu dikatakan kepada mereka, "Sekiranya kalian beramal kebaikan."

Maka mereka merasa menyesali perbuatannya. Dan ahli surga melihat rumah yang ada di dalam neraka, lalu dikatakan kepada mereka, "Seandainya saja Allah tidak memberikan karunia-Nya kepada kalian (tentulah kalian masuk neraka)."

As-Saddi telah meriwayatkan dari Ziyad, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39)

Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka didatangkanlah maut dalam bentuk domba yang berbulu putih dengan berbelang hitam, lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Kemudian terdengarlah

suara seruan yang mengatakan, "Hai ahli surga, inilah maut yang mematikan manusia di dunia." Maka tiada seorang pun dari kalangan ahli surga —baik surga yang tertinggi maupun surga yang terendah— melainkan memandang

ke arah maut yang diserupakan dengan domba itu. Kemudian suara itu menyeru lagi dan mengatakan, "Hai ahli neraka, inilah maut yang telah mematikan manusia di dunia." Maka tidak ada seorang pun dari kalangan penghuni neraka

—baik yang ada di bagian atas maupun yang ada di dasarnya— melainkan memandang ke arahnya. Kemudian maut disembelih di tempat yang terletak di antara surga dan neraka. Lalu terdengar suara menyeru, "Hai ahli surga,

inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya. Hai ahli neraka, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya." Maka ahli surga meluap-luap kegembiraannya. Seandainya ada orang yang mati karena kegembiraan,

tentulah mereka mati karena kegembiraan yang sangat. Lain halnya dengan ahli neraka, mereka sangat menyesal luar biasa. Seandainya ada orang yang dapat mati karena menyesal, tentulah mereka semua mati karena menyesal.

Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Yaitu bilamana maut disembelih. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim

di dalam kitab tafsirnya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam:39) Al-Hasrah merupakan salah satu dari nama hari kiamat

yang dibesarkan oleh Allah Swt. untuk memperingatkan hamba-hamba-Nya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39)

Bahwa yang dimaksud dengan 'hari penyesalan' ialah hari kiamat. Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membaca firman-Nya:


{أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ}


supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. (Az-Zumar: 56) Adapun firman Allah Swt.:


{إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الأرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ}


Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan. (Maryam: 40) Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Yang Menciptakan makhluk,

Raja Yang Mengatur segalanya, semua makhluk akan binasa, dan yang kekal hanyalah Dia Yang Mahatinggi lagi Mahasuci. Tiada seorang pun yang disebut raja, tidak pula ada yang dapat mengatur, bahkan Dia sendiri­lah

Yang Mewarisi semua makhluk-Nya, Yang Mahakekal sesudah mereka lagi Maha Memutuskan di antara mereka. Maka tiada seorang pun yang dianiaya barang sedikit pun, bahkan mereka tidak dianiaya dalam hal yang sekecil nyamuk pun,

tidak pula dalam hal yang lebih kecil daripada itu. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Hudbah ibnu Khalid Al-Qaisi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hazm ibnu Abu Hazm Al-Qat'i, bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz

pernah berkirim surat kepada Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman (Gubernur Kufah) yang isinya sebagai berikut: "Amma ba'du (sesudah membaca hamdalah, salawat, dan salam), sesungguhnya Allah telah memastikan atas makhluk-Nya

saat Dia menciptakan mereka, bahwa mereka harus mati. lalu Dia menjadikan mereka kembali kepada-Nya. Dan Dia telah berfirman di dalam wahyu yang diturunkan-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an yang benar —yang Dia pelihara

dengan seizin-Nya— serta menyuruh para malaikat­Nya untuk menyaksikannya, bahwa Dia memelihara Kitab-Nya, bahwa sesungguhnya Dia mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya, dan hanya pada-Nyalah mereka dikembalikan."

Surat Maryam |19:39|

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

wa anżir-hum yaumal-ḥasroti iż qudhiyal-amr, wa hum fii ghoflatiw wa hum laa yu`minuun

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus, sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman.

And warn them, [O Muhammad], of the Day of Regret, when the matter will be concluded; and [yet], they are in [a state of] heedlessness, and they do not believe.

Tafsir
Jalalain

(Dan berilah mereka peringatan) takut-takutilah hai Muhammad, orang-orang kafir Mekah itu (tentang hari penyesalan) yaitu hari kiamat sewaktu orang yang berbuat jahat

merasa menyesal sekali karena tidak mau berbuat kebaikan di dunia (yaitu ketika segala perkara telah diputus) bagi mereka di hari kiamat, yaitu mereka harus menerima azab

(Dan mereka) di dunia (dalam kelalaian) tentang hari penyesalan itu (dan mereka tidak pula beriman) kepada adanya hari penyesalan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Maryam |19:40|

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ

innaa naḥnu nariṡul-ardho wa man 'alaihaa wa ilainaa yurja'uun

Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami mereka dikembalikan.

Indeed, it is We who will inherit the earth and whoever is on it, and to Us they will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi sebagai Taukid atau kata pengukuh (mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di dalamnya)

baik yang berakal maupun yang lainnya, yaitu dengan membinasakan mereka (dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan) pada hari kiamat untuk menerima pembalasan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 40 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Maryam |19:41|

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

ważkur fil-kitaabi ibroohiim, innahuu kaana shiddiiqon nabiyyaa

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur´an), sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran, dan seorang nabi.

And mention in the Book [the story of] Abraham. Indeed, he was a man of truth and a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Dan ceritakanlah) kepada mereka (tentang Ibrahim di dalam Al-Kitab ini) Alquran, yaitu tentang kisahnya. (Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan

) seorang yang sangat jujur dalam keimanannya (lagi seorang nabi) hal ini dijelaskan dalam ayat selanjutnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 41 |

Tafsir ayat 41-45

Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw., bahwa ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab dan bacakanlah kisah ini kepada kaummu yang menyembah berhala. Dan ceritakanlah kepada mereka sebagian dari kisah Ibrahim,

kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, yang merupakan bapak moyang bangsa Arab, dan mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam agamanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi,

ia hidup bersama ayahnya dan melarang ayahnya menyembah berhala. Untuk itu Ibrahim mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا}


Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? (Maryam: 42) Yakni sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat kepadamu, tidak pula dapat menolak suatu mudarat pun darimu.


{يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ}


Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. (Maryam: 43) Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika aku berasal dari sulbimu (keturunanmu)

dan kamu pandang diriku lebih kecil daripadamu karena aku adalah anakmu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya aku telah dianugerahi ilmu dari sisi Allah yang tidak diketahui olehmu dan kamu tidak memilikinya sama sekali.


{فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا}


maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Maryam: 43) Yaitu jalan yang lurus yang dapat mengantarkan seseorang untuk meraih cita-cita yang didambakan dan menyelamatkannya dari hal yang menakutkan.


{يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ}


Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. (Maryam: 44) Maksudnya, janganlah kamu menaatinya dengan menyembah berhala-berhala ini, karena sesungguhnya setanlah yang mendorongmu untuk menyembahnya

dan setan suka dengan perbuatanmu. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ}


Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. (Yasin: 60)


{إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا}


Yang mereka sembah selain dari Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain menyembah setan yang durhaka. (An-Nisa: 117) Adapun firman Allah Swt.:


{إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا}


Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44) Yakni penentang lagi sombong, tidak mau taat kepada Tuhannya; maka Tuhan mengusir dan menjauhkannya. Karena itu, janganlah kamu mengikuti setan, sebab akibatnya kamu menjadi seperti dia.


{يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ}


Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 45) Karena kemusyrikan dan kedurhakaanmu terhadap apa yang diperintahkan kepadamu (yaitu menyembah Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan­Nya dengan sesuatu pun)


{فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا}


maka kamu menjadi kawan bagi setan. (Maryam: 45) Yaitu maka kamu tidak mempunyai pelindung dan tidak pula penolong, serta tidak penjamin selain iblis. Padahal iblis tidak dapat melakukannya, juga yang lainnya;

bahkan ketaatanmu terhadapnyalah yang mengakibat­kan kamu tertimpa azab. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}


Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. (An-Nahl: 63)

Surat Maryam |19:42|

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

iż qoola li`abiihi yaaa abati lima ta'budu maa laa yasma'u wa laa yubshiru wa laa yughnii 'angka syai`aa

(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?

[Mention] when he said to his father, "O my father, why do you worship that which does not hear and does not see and will not benefit you at all?

Tafsir
Jalalain

(Yaitu ketika ia berkata kepada bapaknya) yang bernama Azar, ("Wahai bapakku!) huruf Ta pada lafal Abati ganti dari Ya Idhafah, karena keduanya tidak dapat dikumpulkan menjadi satu.

Azar adalah penyembah berhala (Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu) tidak dapat mencukupimu (sedikit pun) baik berupa manfaat maupun bahaya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Maryam |19:43|

يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

yaaa abati innii qod jaaa`anii minal-'ilmi maa lam ya`tika fattabi'niii ahdika shiroothon sawiyyaa

Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

O my father, indeed there has come to me of knowledge that which has not come to you, so follow me; I will guide you to an even path.

Tafsir
Jalalain

(Wahai bapakku! Sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku,

niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan) penuntun (yang lurus) tidak menyimpang dari kebenaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Maryam |19:44|

يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا

yaaa abati laa ta'budisy-syaithoon, innasy-syaithoona kaana lir-roḥmaani 'ashiyyaa

Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

O my father, do not worship Satan. Indeed Satan has ever been, to the Most Merciful, disobedient.

Tafsir
Jalalain

(Wahai bapakku! Janganlah kamu menyembah setan) dengan ketaatanmu kepadanya, yaitu menyembah berhala. (Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih) yang banyak durhakanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 44 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Maryam |19:45|

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا

yaaa abati inniii akhoofu ay yamassaka 'ażaabum minar-roḥmaani fa takuuna lisy-syaithooni waliyyaa

Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan."

O my father, indeed I fear that there will touch you a punishment from the Most Merciful so you would be to Satan a companion [in Hellfire]."

Tafsir
Jalalain

(Wahai bapakku! Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih) jika kamu tidak bertobat (maka kamu menjadi kawan bagi setan)" yaitu menjadi penolong dan temannya di neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 45 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Maryam |19:46|

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

qoola a rooghibun anta 'an aalihatii yaaa ibroohiim, la`il lam tantahi la`arjumannaka wahjurnii maliyyaa

Dia (ayahnya) berkata, "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."

[His father] said, "Have you no desire for my gods, O Abraham? If you do not desist, I will surely stone you, so avoid me a prolonged time."

Tafsir
Jalalain

(Bapaknya berkata, "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim) maka sebab itu kamu mencelanya. (Jika kamu tidak berhenti) mencaci makinya (maka niscaya kamu akan kurajam)

dengan batu, atau dengan perkataan yang jelek, maka hati-hatilah kamu terhadapku (dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama)" yakni dalam masa yang lama.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 46 |

Tafsir ayat 46-48

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang jawaban ayah Nabi Ibrahim saat Nabi Ibrahim menyerunya untuk menyembah Allah. Disebutkan bahwa ayah Nabi Ibrahim mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ}


"Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?” (Maryam: 46) Maksudnya, jika kamu tidak ingin menyembahnya dan tidak pula menyukainya, maka hentikanlah cacianmu dan penghinaan serta serapahmu terhadapnya.

Jika kamu tidak mau menghentikan itu semua, niscaya aku akan menghukummu dan berbalik akan mencaci dan menghinamu. Yang demikian itu adalah yang dimaksudkan oleh apa yang disebutkan firman-Nya:


{لأرْجُمَنَّكَ}


niscaya kamu akan kurajam. (Maryam: 46) Demikianlah menurut penafsiran Ibnu Abbas, As-Saddi, Ibnu Juraij, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Firman Allah Swt.:


{وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا}


dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” (Maryam: 46) Menurut Mujahid, Ikrimah, Sa"id ibnu Jubair, dan Muhammad ibnu Ishaq, yang dimaksud dengan maliyyan ialah dahran, artinya satu tahun. Menurut Al-Hasan Al-Basri,

artinya masa yang lama. As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama. (Maryam: 46) Bahwa artinya selama-lamanya. Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama. (Maryam: 46) Bahwa yang dimaksud dengan maliyyan ialah sawiyyan, yakni dalam keadaan utuh dan selamat sebelum kamu

tertimpa siksaan dariku. Hal yang sama telafudikatakan oleh Ad-Dahhak, Qatadah, Atiyyah Al-Jadali, dan Abu Malik serta lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Pada saat itu juga Ibrahim berkata kepada ayahnya:


{سَلامٌ عَلَيْكَ}


Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. (Maryam: 47) Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam menceritakan sifat kaum mukmin melalui firman-Nya:


{وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا}


dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucap­kan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Al-Furqan: 63) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ}


Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya dan mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, kesejahteraan atas diri kalian, kami tidak ingin bergaul

dengan orang-orang jahil.” (Al-Qashash: 55) Makna ucapan Nabi Ibrahim a.s. yang mengatakan: Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. (Maryam: 47) Yakni adapun diriku, maka aku tidak akan menimpakan hal

yang tidak kamu sukai terhadap dirimu, tidak pula hal yang menyakitkan dirimu, karena aku menghormatimu sebagai ayahku.


{سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي}


aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. (Maryam: 47) Yaitu tetapi sebaliknya aku akan memohonkan kepada Allah semoga Allah memberimu hidayah dan ampuni dosa-dosamu.


{إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا}


Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Maryam: 47) Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna hafiyyan ialah latifan, yakni baik atau penyayang. Karena itulah aku mendapat petunjuk untuk menyembah-Nya

dan berikhlas kepada-Nya. Qatadah dan Mujahid serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (Maryam: 47) Yakni biasa memperkenankan permintaannya,

As-Saddi mengatakan, makna hafiyyan ialah yang selalu memperhatikan urusannya. Ibrahim a.s. telah memintakan ampun buat ayahnya dalam waktu yang cukup lama, bahkan sesudah ia hijrah ke negeri Syam

dan membangun Masjidil Haram, dan sesudah mempunyai anak (yaitu Ismail dan Ishaq). Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ}


Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (Ibrahim: 41) Kaum muslim dalam masa permulaan Islam pernah memintakan ampun buat kerabat

dan keluarga mereka yang masih musyrik, karena mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. yang pernah melakukannya, hingga Allah Swt. menurunkan firman-Nya:


{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ}


Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. (Al-Mumtahanah: 4)Sampai dengan firman-Nya:


إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ


Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.”(Al-Mumtahanah: 4), hingga akhir ayat.

Yakni kecuali perkataan Nabi Ibrahim yang memohonkan ampun kepada Tuhannya buat ayahnya, "Janganlah kalian mengikutinya." Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa Ibrahim menghentikan permohonan ampun buat ayahnya dan tidak lagi melakukannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ }


Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik. (At-Taubah: 113) Sampai dengan firman-Nya:


وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ


Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah,

maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (At-Taubah: 114) Adapun firman Allah Swt.:


{وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي}


Dan aku akan menjauhkan diri dari kalian dan dari apa yang kalian seru selain dari Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48) Maksudnya, aku akan menjauhi kalian, berlepas diri dari kalian dan sembahan-sembahan yang kalian sembah selain dari Allah.


{وَأَدْعُو رَبِّي}


dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48) Yakni aku akan menyembah Tuhanku semata, tiada sekutu bagi-Nya.


{عَسَى أَلا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا}


Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku. (Maryam: 48) Maksudnya, mudah-mudahan doaku diperkenankan dengan pasti. Doa Nabi Ibrahim pasti diterima, karena sesungguhnya dia adalah penghulu para nabi sesudah Nabi Muhammad Saw.

Surat Maryam |19:47|

قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

qoola salaamun 'alaiik, sa`astaghfiru laka robbii, innahuu kaana bii ḥafiyyaa

Dia (Ibrahim) berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

[Abraham] said, "Peace will be upon you. I will ask forgiveness for you of my Lord. Indeed, He is ever gracious to me.

Tafsir
Jalalain

(Ibrahim berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu) dariku, maksudnya aku tidak akan lagi menimpakan hal-hal yang tidak diinginkan kepadamu

(aku akan memintakan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku") lafal Hafiyyan berasal dari lafal Hafaa, yang artinya sangat baik hingga Dia selalu memperkenankan doaku.

Kemudian Nabi Ibrahim memenuhi janjinya itu, sebagaimana disebutkan di dalam surah Asy-Syu'ara, yaitu, "..dan ampunilah bapakku..." (Q.S. Asy-Syu'ara, 86).

Hal ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebelum jelas baginya bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surah At-Taubah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Maryam |19:48|

وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَىٰ أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا

wa a'tazilukum wa maa tad'uuna min duunillaahi wa ad'uu robbii 'asaaa allaaa akuuna bidu'aaa`i robbii syaqiyyaa

Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku."

And I will leave you and those you invoke other than Allah and will invoke my Lord. I expect that I will not be in invocation to my Lord unhappy."

Tafsir
Jalalain

(Dan aku akan menjauhkan diri daripada kalian dan daripada apa yang kalian seru) yang kalian sembah (selain Allah, dan aku akan berdoa) yakni aku akan menyembah (kepada Rabbku,

mudah-mudahan aku dengan berdoa kepada Rabbku) dengan beribadah kepada-Nya (tidak akan kecewa)" sebagaimana kalian kecewa karena menyembah berhala-berhala itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 48 |

Penjelasan ada di ayat 46

Surat Maryam |19:49|

فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا

fa lamma'tazalahum wa maa ya'buduuna min duunillaahi wahabnaa lahuuu is-ḥaaqo wa ya'quub, wa kullan ja'alnaa nabiyyaa

Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yaqub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi.

So when he had left them and those they worshipped other than Allah, We gave him Isaac and Jacob, and each [of them] We made a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah) dia pergi ke tanah suci (Kami anugerahkan kepadanya)

dua orang putra yang menjadi penghibur hatinya (Ishak dan Yakub. Dan masing-masingnya) di antara keduanya (Kami angkat menjadi nabi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 49 |

Tafsir ayat 49-50

Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Nabi Ibrahim menjauh dari ayahnya dan kaumnya demi karena Allah, maka Allah menggantikan baginya orang-orang yang lebih baik daripada mereka

dan Allah menganugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'qub, yakni seorang putra dan cucu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً}


dan Ya’qub sebagai suatu anugerah (dari Kami). (Al-Anbiya: 72) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}


dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya’qub. (Hud: 71) Tidak diperselisihkan lagi bahwa Ishaq adalah orang tua Ya'qub, dan hal ini disebutkan secara jelas oleh nas Al-Qur'an di dalam surat Al-Baqarah, yaitu firman-Nya:


{أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ}


Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apakah yang kalian sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,

Ibrahim, Ismail, dan Ishaq.” (Al-Baqarah: 133) Karena itulah disebutkan dalam ayat ini Ishaq dan Ya'qub. Dengan kata lain, Allah berfirman bahwa Kami jadikan bagi Ibrahim anak dan keturunannya yang kelak menjadi nabi-nabi.

Hal ini dimaksudkan untuk menyenangkan hati Nabi Ibrahim semasa hidupnya, karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكُلا جَعَلْنَا نَبِيًّا}


Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (Maryam: 49) Seandainya Ya'qub tidak diberitakan menjadi nabi semasa Nabi Ibrahim masih hidup, tentulah dia tidak akan disebutkan, dan yang disebutkan tentulah cucunya (yaitu Yusuf)

karena sesungguhnya dia pun adalah seorang nabi. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis yang telah disepakati kesahihannya, yaitu di saat beliau ditanya mengenai orang yang paling baik, maka Rasul Saw.

menjawab dengan nada yang penuh rendah diri (karena kenyataannya hanya beliaulah makhluk Allah yang paling baik secara mutlak, pent.):


"يُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ، ابْنُ يَعْقُوبَ نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ إِسْحَاقَ نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ اللَّهِ"


Yusuf Nabi Allah putra Ya’qub nabi Allah putra Ishaq nabi Allah putra Ibrahim kekasih Allah. Menurut lafaz yang lain disebutkan sebagai berikut:


"إِنَّ الْكَرِيمَ ابْنَ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ: يوسفُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ"


Sesungguhnya orang yang mulia, putra orang yang mulia putra orang yang mulia putra orang yang mulia ialah Yusuf ibnu Ya’qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim. Firman Allah Swt.:


{وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا}


Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi. (Maryam: 50) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini,

bahwa makna yang dimaksud ialah buah tutur yang baik. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi dan Malik ibnu Anas. Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan 'Aliyyan tiada lain karena semua agama dan millah menyebutkan Ibrahim dengan sebutan dan pujian yang baik.

Surat Maryam |19:50|

وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا

wa wahabnaa lahum mir roḥmatinaa wa ja'alnaa lahum lisaana shidqin 'aliyyaa

Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.

And We gave them of Our mercy, and we made for them a reputation of high honor.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami anugerahkan kepada mereka) bertiga Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, dan Nabi Yakub (sebagian dari rahmat Kami,) berupa harta benda dan anak-anak

(dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi) mereka selalu menjadi pujian dan sanjungan semua pemeluk agama.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 50 |

Penjelasan ada di ayat 49

Surat Maryam |19:51|

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَىٰ ۚ إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا

ważkur fil-kitaabi muusaaa innahuu kaana mukhlashow wa kaana rosuulan nabiyyaa

Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Musa di dalam Kitab (Al-Qur´an). Dia benar-benar orang yang terpilih, seorang rasul dan nabi.

And mention in the Book, Moses. Indeed, he was chosen, and he was a messenger and a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Dan ceritakanlah kisah Musa di dalam Alquran ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang mukhlis) dapat dibaca Mukhlishan dan Mukhlashan,

artinya seorang yang ikhlas di dalam beribadah dan Allah membersihkan dirinya dari hal-hal yang kotor (di samping ia adalah seorang rasul dan nabi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 51 |

Tafsir ayat 51-53

Setelah disebutkan kisah mengenai Ibrahim dan pujian kepadanya, lalu disebutkan pula mengiringinya kisah tentang orang yang telah diajak berbicara langsung oleh Allah Swt., yaitu Nabi Musa. Untuk itu Allah berfirman:


{وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَى إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا}


Dan ceritakanlah kisah Musa di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih. (Maryam: 5 l) Sebagian ulama membacanya mukhlisan, berasal dari kata ikhlas, yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abu Lubabah yang mengatakan bahwa kaum Hawariyyin pernah bertanya kepada Isa, "Wahai Ruhullah, ceritakanlah kepada kami siapakah orang yang ikhlas kepada Allah itu?"

Nabi Isa menjawab," Orang yang beramal karena Allah, tidak suka manusia memujinya." Sebagian ulama lain membacanya dengan mukhlasan yang artinya orang yang terpilih, sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ}


sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain (di masamu). (Al-A'raf: 144)


{وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا}


dan seorang rasul dan nabi. (Maryam: 51) Allah Swt. menghimpunkan dua sifat bagi Musa a.s. Musa termasuk salah seorang rasul yang besar dan termasuk salah seorang dari ulul 'azmi dari kalangan para rasul yang jumlahnya

ada lima orang, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad; semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semua, dan kepada semua nabi. Firman Allah Swt.:


{وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ}


Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan Gunung Tur. (Maryam: 52) Yakni yang ada di sebelah kanan Musa saat ia pergi mencari nyala api dari api yang dilihatnya itu. Ia melihat adanya nyala api, maka ia pergi mencarinya.

Maka ia menjumpai nyala api itu berada di sebelah kanan Gunung Tur, yakni di sebelah baratnya, di tepi lembah. Lalu Allah mengajak bicara langsung dengannya dan menyerunya serta mendekat­kannya, maka Musa bermunajat kepada-Nya.

Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Qattan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ata ibnu Yasar, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan

dengan firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami diwaktu dia bermunajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Nabi Musa didekatkan kepada-Nya hingga ia dapat mendengar guratan suara qalam. Hal yang sama telah dikatakan

oleh Mujahid, Abul Aliyah serta lain-lainnya, yang pada garis besarnya mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah guratan qalam yang sedang menulis kitab Taurat.As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Musa dimasukkan ke langit, lalu diajak bicara secara langsung oleh Allah. Disebutkan dari Mujahid hal yang semisal.Abdur Razzaq

telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Musa diselamatkan karena berkat kejujurannya.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abdul Jabbar ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah Al-Harrani, dari Abu Wasil, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Amr ibnu Ma'di Kariba

yang mengatakan bahwa ketika Musa didekatkan kepada Allah untuk bermunajat kepada-Nya di Bukit Tur yang terletak di semenanjung Sinai, Allah berfirman, "Hai Musa, apabila Aku ciptakan buatmu hati yang bersyukur,

lisan yang selalu berzikir menyebut-Ku dan istri yang membantumu dalam kebaikan, berarti Aku tidak menyimpan sesuatu kebaikan pun darimu. Karena barang siapa yang Aku sembunyikan hal tersebut darinya, berarti Aku tidak membukakan suatu kebaikan pun baginya."Firman Allah Swt.:


{وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا}


Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Dan Kami perkenankan permintaan dan syafaatnya buat saudaranya, maka Kami jadikan saudaranya itu seorang nabi. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ}


"Dan saudaraku Harun, dia lebih petah lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan aku.”(Al-Qashash: 34)


{قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى}


Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Thaha: 36) Dan firman Allah Swt.:


{فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ. وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ}


maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara: 13-14) Karena itulah maka ada sebagian ulama Salaf yang mengatakan bahwa

tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat di dunia buat seseorang dengan syafaat yang lebih besar daripada syafaat Musa buat Harun, Musa memohonkannya menjadi seorang nabi. Allah Swt. telah berfirman :


{وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا}


Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ailah,

dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun-

menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Bahwa Harun lebih tua daripada Musa, karenanya Musa menghendaki agar Harun pun dijadikan seorang nabi (Musa rela memberikan kenabiannya kepada saudaranya itu).

Hal yang sama disebutkan secara ta'liq (komentar) oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ya'qub ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi dengan sanad yang sama.

Surat Maryam |19:52|

وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا

wa naadainaahu min jaanibith-thuuril-aimani wa qorrobnaahu najiyyaa

Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan Gunung (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bercakap-cakap.

And We called him from the side of the mount at [his] right and brought him near, confiding [to him].

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami telah memanggilnya) melalui firman-Nya, "Hai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah..." (Q.S. Al-Qashash, 30). (dari arah Thur) nama sebuah bukit (sebelah kanan)

yakni dari sebelah kanan Nabi Musa ketika ia baru datang dari negeri Madyan (dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami waktu dia munajat) bermunajat, yaitu Allah memperdengarkan Kalam-Nya kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 51

Surat Maryam |19:53|

وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا

wa wahabnaa lahuu mir roḥmatinaaa akhoohu haaruuna nabiyyaa

Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat Kami kepadanya, yaitu (bahwa) saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi.

And We gave him out of Our mercy his brother Aaron as a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami) sebagian dari nikmat Kami (yaitu saudaranya, Harun) Lafal Haruna menjadi Badal atau Athaf Bayan

(menjadi seorang nabi) lafal Nabiyyan ini menjadi Hal atau kata keterangan yang dimaksud daripada pemberian itu; hal ini merupakan pengabulan dari doa Nabi Musa

sendiri yang meminta kepada Allah, supaya Dia mengangkat saudara tuanya menjadi rasul pula.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 53 |

Penjelasan ada di ayat 51

Surat Maryam |19:54|

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا

ważkur fil-kitaabi ismaa'iila innahuu kaana shoodiqol-wa'di wa kaana rosuulan nabiyyaa

Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur´an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.

And mention in the Book, Ishmael. Indeed, he was true to his promise, and he was a messenger and a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya) sekali-kali ia tidak menjanjikan sesuatu melainkan ia memenuhinya.

Disebutkan bahwa ia pernah menunggu seseorang yang telah berjanji kepadanya, selama tiga hari atau satu tahun, sehingga orang yang berjanji itu datang kepadanya di tempat yang dijanjikan itu,

dan ternyata Nabi Ismail masih menunggu di tempat itu (dan dia adalah seorang rasul) untuk kabilah Jurhum (dan nabi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 54 |

Tafsir ayat 54-55

Melalui ayat ini Allah memuji Ismail ibnu Ibrahim a.s. Ismail adalah bapak moyang orang-orang Arab Hijaz, bahwa dia adalah seorang yang benar janjinya. Ibnu Juraij mengatakan bahwa tidak sekali-kali Ismail berjanji kepada Tuhannya

sesuatu hal, melainkan dia melaksanakannya. Dengan kata lain, tidak sekali-kali dia menetapkan suatu nazar akan mengerjakan suatu ibadah kepada Tuhannya, melainkan ia pasti menunaikannya dan mengerjakannya dengan sempurna.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Haris. bahwa Sahl ibnu Aqil pernah bercerita kepadanya bahwa Ismail a.s.

pernah menjanjikan kepada seseorang akan bertemu dengannya di suatu tempat. Maka Ismail a.s. datang ke tempat itu, sedangkan lelaki yang berjanji dengannya tadi lupa kepada janji Ismail. Maka Ismail tetap berada di tempat itu

dan menginap hingga keesokan harinya. Maka pada keesokan harinya lelaki itu datang dan berkata kepadanya, "Tidakkah engkau tinggalkan tempat ini?" Ismail menjawab,"Tidak." Lelaki itu berkata 'Sesungguhnya saya lupa kepada janjimu."

Ismail berkata,"Saya tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kamu datang kepadaku." Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:


{كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ}


ia adalah seorang yang benar janjinya. (Maryam: 54) Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail menunggu di tempat itu selama satu tahun penuh, hingga lelaki tersebut datang kepadanya.

Ibnu Syauzab mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail a.s. membuat rumah di tempat tersebut (selama menunggu lelaki yang berjanji dengannya).Abu Daud di dalam kitab sunannya

dan Abu Bakar Muhammad ibnu Ja'far Al-Kharaiti di dalam kitabnya Makarimul Akhlak telah meriwayatkan melalui jalur Ibrahim Ibnu Tahman, dari Abdullah ibnu Maisarah, dari Abdul Karim ibnu Abdullah ibnu Syaqiq, dari ayahnya,

dari Abdullah ibnu Abul Hamsa yang mengatakan bahwa ia pernah melakukan suatu transaksi jual beli dengan Rasulullah Saw.; sebelum beliau diangkat menjadi utusan. Kemudian masih tersisa lagi sebagian dari piutangnya padaku,

maka aku berjanji akan datang kepadanya guna melunasi utangku di tempat tersebut. Akan tetapi, aku lupa akan janjiku hari itu dan keesokan harinya lagi. Pada hari yang ketiga aku teringat dan datang ke tempat tersebut, ternyata beliau masih ada di tempat itu dan bersabda kepadaku:


"يَا فَتَى، لَقَدْ شَقَقْتَ عَلَيَّ، أَنَا هَاهُنَا مُنْذُ ثَلَاثٍ أَنْتَظِرُكَ"


Hai orang muda, sesungguhnya engkau telah memberatkan diriku, saya tetap menunggumu di tempat ini sejak tiga hari yang lalu. Lafaz hadis ini menurut Al-Khara'iti, lalu ia mengetengahkan beberapa asar yang baik mengenai masalah ini.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Mandah Abu Abdullah di dalam kitab Ma'rifatus Sahabah dengan sanadnya dari Ibrahim Ibnu Tahman, dari Badil ijbnu Maisarah, dari Abdul Karim dengan sanad yang sama.Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{صَادِقَ الْوَعْدِ}


orang yang benar janjinya. (Maryam: 54) Karena Nabi Ismail pernah berkata kepada ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim:


{سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ}


insya Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar. (Ash-Shaffat: 102) Ismail a.s. membenarkan apa yang diucapkan itu. Memenuhi janji merupakan sifat yang terpuji, sebagaimana mengingkari janji merupakan sifat yang tercela. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ}


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2-3) Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ"


Pertanda orang munafik ada tiga, (yaitu): Apabila bicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila dipercaya, khianat. Mengingat apa yang disebutkan di dalam hadis merupakan sifat-sifat orang munafik,

maka orang yang menyandang kebalikan dari sifat-sifat tersebut adalah orang yang beriman. Karena itulah maka Allah Swt. memuji hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi Ismail), bahwa dia adalah orang yang benar janjinya.

Demikian pula halnya Rasulullah Saw., beliau adalah orang yang benar janjinya; tidak sekali-kali beliau menjanjikan sesuatu kepada seseorang, melainkan beliau menunaikannya kepada orang itu.Nabi Saw. memuji sikap Abul Ash ibnur Rabi' (suami putrinya) melalui sabdanya:


"حَدَّثَنِي فَصَدَقَنِي، وَوَعَدَنِي فَوَفَى لِي"


Dia berbicara kepadaku dan membenarkanku, dan dia berjanji kepadaku dan dia memenuhinya terhadapku. Setelah Nabi Saw. wafat, Khalifah Abu Bakar As-Siddiq berkata, bahwa barang siapa yang mempunyai suatu janji dari Rasulullah Saw.

atau suatu piutang baginya, hendaklah ia datang kepadaku, maka aku akan menunaikannya. Maka datanglah Jabir ibnu Abdullah dan mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah berkata kepadanya,

"Seandainya telah datang harta dari Bahrain, maka aku akan memberimu sebanyak anu dan anu," yakni sepenuh kedua telapak tangannya dalam bentuk uang logam. Ketika harta dari Bahrain tiba, maka Khalifah Abu Bakar

memerintahkan kepada Jabir untuk mengambilnya. Lalu Jabir meraupkan kedua telapak tangannya, mengambil dari tumpukan harta tersebut. Kemudian Jabir menghitungnya, ternyata berjumlah lima ratus Dirham. Selanjurnya Khalifah Abu Bakar memberinya lagi dua kali lipatnya. Firman Allah Swt.:


{وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا}


dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (Maryam: 54) Makna ayat ini menunjukkan kemuliaan yang dimiliki oleh Ismail melebihi saudaranya Ishaq, karena Ishaq hanya diberi sifat (predikat) sebagai seorang nabi saja,

sedangkan Ismail berpredikat sebagai nabi dan rasul. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ إِسْمَاعِيلَ ... " وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ


Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari anak Ibrahim (Sebagai orang pilihan-Nya) Hadis ini menunjukkan kebenaran dari pendapat yang kami kemukakan. Firman Allah Swt.:


{وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا}


Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 55) Makna ayat ini pun mengandung pujian yang baik dan menggambarkan sifat yang terpuji,

serta pekerti yang benar, mengingat Nabi Ismail adalah orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Tuhannya dan juga memerintahkan kepada keluarganya untuk mengerjakan ketaatan kepada Tuhannya. Perihalnya sama dengan apa yang difirmankan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw.:


{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا}


Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ} الْآيَةَ


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6) Dengan kata lain, perintahkanlah keluarga kalian untuk mengerjakan kebajikan dan cegahlah mereka

dari kemungkaran, dan janganlah kalian biarkan mereka tersia-sia yang akibatnya mereka akan dimakan oleh api neraka kelak pada hari kiamat. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَح فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ"


Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di malam hari, lalu salat, dan membangunkan istrinya (untuk salat bersamanya); jika istrinya menolak, maka ia mencipratkan air ke muka istrinya (agar bangun).

Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di tengah malam, lalu salat, dan membangun­kan suaminya (untuk salat); jika suaminya menolak, maka ia mencipratkan air ke mukanya (agar bangun).

Hadis diketengahkan oleh Imam Abu Daud dan Ibnu Majah.Diriwayatkan dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:


"إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ، كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ"


Apabila seorang lelaki bangun di tengah malam, lalu ia membangunkan istrinya, kemudian keduanya salat dua rakaat, maka dicatatkan bagi keduanya (di dalam buku catatan amalnya) termasuk laki-laki dan wanita

yang banyak berzikir kepada Allah. Hadis yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah, sedangkan lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Majah.

Surat Maryam |19:55|

وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا

wa kaana ya`muru ahlahuu bish-sholaati waz-zakaati wa kaana 'inda robbihii mardhiyyaa

Dan dia menyuruh keluarganya untuk (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat, dan dia seorang yang diridai di sisi Tuhannya.

And he used to enjoin on his people prayer and zakah and was to his Lord pleasing.

Tafsir
Jalalain

(Dan ia menyuruh ahlinya) yakni kaumnya (untuk sholat dan menunaikan zakat dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Rabbnya) lafal Mardhiyyan asalnya Mardhuwwun,

kedua huruf Wawunya diganti menjadi Ya. Selanjutnya harakat Dhammah Dhadhnya diganti menjadi Kasrah, akhirnya jadi Mardhiyyun, oleh karena kedudukannya menjadi Khabar Kaana maka bacaannya menjadi Mardhiyyan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 55 |

Penjelasan ada di ayat 54

Surat Maryam |19:56|

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

ważkur fil-kitaabi idriisa innahuu kaana shiddiiqon nabiyyaa

Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur´an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi,

And mention in the Book, Idrees. Indeed, he was a man of truth and a prophet.

Tafsir
Jalalain

(Dan ceritakanlah kisah Idris di dalam Alquran) Nabi Idris adalah buyut Nabi Ibrahim atau ayah kakek Nabi Nuh (Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 56 |

Tafsir ayat 56-57

Allah Swt. menyebutkan tentang Idris dengan sebutan yang baik, bahwa ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan bahwa Allah Swt. mengangkatnya ke tempat yang tinggi.

Di dalam kitab sahih telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersua dengannya pada malam beliau menjalani isra, sedangkan Nabi Idris berada di langit yang keempat. Hadis ini telah kami kemukakan .dalam Bab "Isra".

Dalam pembahasan ini Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah asar yang garib lagi mengherankan. Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb,

telah menceritakan kepadaku Jarir ibnu Hazim, dari Sulaiman Al-A'masy, dari Syamir ibnu Atiyyah, dari Hilal ibnu Yasaf yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Ka'b, sedangkan ia (Hilal ibnu Yasaf) hadir di majelis itu.

Ibnu Abbas berkata kepadanya bahwa apakah yang dimaksud oleh firman Allah Swt. Tentang Idris: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57) Ka'b menjawab bahwa mengenai Idris, sesungguhnya

Allah mewahyukan kepadanya, "Sesungguhnya Aku akan mengangkat bagimu setiap harinya amal perbuatan yang semisal dengan semua amal perbuatan anak-anak Adam (Seluruh manusia)." Maka Idris menginginkan agar amalnya

terus bertambah. Kemudian datanglah seorang malaikat yang terdekat dengannya. Idris berkata kepada malaikat itu, "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan anu dan anu kepadaku, maka bicaralah kamu kepada malaikat maut

agar sudilah ia menangguhkan ajalku supaya amalku makin bertambah." Malaikat itu akhirnya mambawa Idris di antara kedua sayapnya, lalu naik ke langit. Ketika sampai di langit keempat, malaikat maut yang sedang turun bersua dengannya.

Maka malaikat yang membawanya mengemuka­kan apa yang dimaksudkan oleh Idris. Malaikat maut bertanya, "Sekarang Idris ada di mana?" Malaikat itu menjawab,"Dia sekarang ada di pundakku." Malaikat maut berkata,"Aku heran,

mengapa aku diperintahkan untuk mencabut roh Idris di langit keempat. Pada mulanya aku bertanya, 'mengapa aku mencabut roh Idris di langit keempat, sedangkan ia berada di bumi?' Akhirnya roh Nabi Idris dicabut di langit yang keempat.

" Yang demikian itu adalah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57) Hal ini merupakan salah satu dari cerita Ka'bul Ahbar yang dikutipnya dari kisah-kisah Israiliyat,

di dalam sebagiannya terkandung hal yang tidak dapat diterima. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.Tetapi Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui jalur lain dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah bertanya kepada Ka'b,

lalu disebutkan hal yang semisal dengan kisah di atas. Hanya dalam riwayat ini disebutkan bahwa Idris berkata kepada malaikat yang terdekat dengannya, "maukah engkau menanyakan hal itu kepada malaikat maut?" Yakni

berapa lama lagi masa yang tersisa dari ajalnya, dengan maksud Idris akan manambah amalnya.Di dalam riwayat ini disebutkan pula bahwa malaikat yang terdekat dengan Idris ketika menanyakan kepada malaikat maut tentang ajal

yang masih tersisa bagi Idris, malaikat maut menjawab.”Saya tidak tahu, nanti saya akan lihat dahulu." Malaikat maut melihat buku catatannya, kemudian berkata, "Sesungguhnya kamu menanyakan kepadaku tentang seorang lelaki

yang tiada tersisa bagi ajalnya selain dari sekejap mata." Lalu malaikat maut memandang ke arah bawah kedua sayapnya, tiba-tiba ia melihat Idris telah dicabut nyawanya, sedangkan malaikat maut itu tidak menyadari bahwa

dirinya telah mencabutnya. Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pula dari jalur yang lainnya lagi dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Idris adalah seorang tukang jahit; tidak sekali-kali ia menusukkan jarumnya, melainkan ia membaca Subhdnallah

(Mahasuci Allah). Dan Idris setiap harinya tiada seorang pun di muka bumi saat itu yang beramal lebih baik dan lebih utama daripadanya. Ibnu Abu Hatim menuturkan hadis selanjutnya dengan teks yang semakna dengan hadis di atas.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan melalui Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57) Bahwa Nabi Idris diangkat ke langit dan tidak mati,

perihalnya sama dengan pengangkatan Nabi Isa.Sufyan telah meriwayatkan dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57)

Bahwa tempat yang tinggi itu adalah langit yang keempat.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57)

Bahwa Idris diangkat ke langit yang keenam dan wafat di tempat itu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim. Al-Hasan dan lain-lainnya telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Maryam: 57) Bahwa yang dimaksud dengan martabat yang tinggi ialah surga.

Surat Maryam |19:57|

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

wa rofa'naahu makaanan 'aliyyaa

dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.

And We raised him to a high station.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi) ia masih tetap hidup sampai sekarang bertempat di langit keempat atau keenam, atau ketujuh atau berada di dalam surga.

Ia dimasukkan ke dalam surga setelah terlebih dahulu mencicipi rasanya mati lalu dihidupkan kembali, setelah itu ia tidak mau keluar lagi dari dalam surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 57 |

Penjelasan ada di ayat 56

Surat Maryam |19:58|

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩

ulaaa`ikallażiina an'amallohu 'alaihim minan-nabiyyiina min żurriyyati aadama wa mim man ḥamalnaa ma'a nuuḥiw wa min żurriyyati ibroohiima wa isrooo`iila wa mim man hadainaa wajtabainaa, iżaa tutlaa 'alaihim aayaatur-roḥmaani khorruu sujjadaw wa bukiyyaa

Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yaqub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.

Those were the ones upon whom Allah bestowed favor from among the prophets of the descendants of Adam and of those We carried [in the ship] with Noah, and of the descendants of Abraham and Israel, and of those whom We guided and chose. When the verses of the Most Merciful were recited to them, they fell in prostration and weeping.

Tafsir
Jalalain

(Mereka itu) kalimat ini menjadi Mubtada (adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah) menjadi sifat daripada lafal Ulaaika (yaitu para nabi)

menjadi Bayan atau keterangan dari lafal Ulaaika yang kedudukannya sama dengan sifat. Lafal-lafal yang sesudahnya sampai kepada Jumlah Syarat menjadi sifat dari lafal Nabiyyiin.

Maka firman-Nya (dari keturunan Adam) yakni Nabi Idris (dan dari orang-orang yang Kami muatkan bersama Nuh) di dalam bahteranya, maksudnya adalah Nabi Ibrahim

yaitu cucu daripada anak Nabi Nuh yang bernama Sam (dan dari keturunan Ibrahim) yakni Nabi Ismail dan Nabi Ishaq serta Nabi Yakub, (dan) dari keturunan (Israel)

yang dimaksud adalah Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan Nabi Isa (dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih)

daripada mereka. Khabar dari lafal Ulaaika yang di permulaan ayat tadi ialah ("Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih,

maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis"). Lafal Sujjadan dan Bukiyyan adalah bentuk jamak dari lafal Saajidun dan Baakin. Maksudnya jadilah kalian orang-orang seperti mereka.

Asal kata Bukiyyun adalah Bukiwyun, kemudian huruf Wawunya diganti menjadi Ya dan harakat Dhammahnya diganti pula dengan Kasrah, sehingga menjadi Buhiyyun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 58 |

Allah Swt. menyebutkan bahwa para nabi itu tidak terbatas hanya nabi-nabi yang disebutkan dalam surat ini saja, melainkan semua nabi. Hal ini merupakan kebiasaan dalam bahasa Arab dengan menyebutkan beberapa orang, sedangkan makna yang dimaksud ialah predikatnya. Bahwa mereka itu:


{الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ}


adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam. (Maryam: 58), hingga akhir ayat. As-Saddi mengatakan —juga Ibnu Jarir— bahwa yang dimaksud dengan keturunan Adam ialah Nabi Idris.

Yang dimaksud dengan keturunan orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh adalah Nabi Ibrahim. Dan yang dimaksud dengan keturunan Ibrahim ialah Ishaq, Ya'qub, dan Ismail. Sedangkan yang dimaksud dengan keturunan Israil (Ya'qub)

ialah Musa, Harun, Zakaria, Yahya, dan Isa putra Maryam. Ibnu Jarir mengatakan bahwa karena itulah maka nasab mereka dibedakan, sekalipun pada garis besarnya nasab mereka terhimpun pada Adam a.s. Karena di antara mereka

terdapat orang-orang yang bukan termasuk dari keturunan orang-orang yang diangkat bersama Nuh dalam bahteranya, yaitu Idris; karena sesungguhnya Idris adalah kakek dari Nabi Nuh.Menurut kami, pendapat yang dikemukakan

oleh Ibnu Abu Hatim ada benarnya dan merupakan pendapat yang terkuat, sebab Nabi Idris merupakan puncak dari nasab Nabi Nuh a.s.Dapat dikatakan pula bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan keturunan Israil ialah nabi-nabi

dari keturunan Bani Israil. Hal ini tersimpul dari hadis isra yang menyebutkan bahwa Musa dalam salamnya kepada Nabi Saw. mengucapkan, "Selamat datang dengan nabi yang saleh, saudara yang saleh." Ia tidak mengatakan anak yang saleh

seperti yang dikatakan oleh Adam dan Ibrahim a.s. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Luhai'ah, dari Yazid ibnu Abu Habib,

dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Nabi Idris lebih dahulu daripada Nabi Nuh. Allah mengutusnya kepada kaumnya. Maka Idris memerintahkan kepada mereka agar mengucapkan kalimat tauhid, yaitu: "Tidak ada Tuhan selain Allah." Akan tetapi,

kaumnya berbuat semau mereka dan tidak mau menuruti perintah Nabi Idris, akhirnya Allah membinasakan mereka. Di antara dalil yang memperkuat bahwa makna yang dimaksud oleh ayat ini adalah jenis nabi, ialah bahwa ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. di dalam surat Al-An'am, yaitu:


{وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ * وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلا هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ * وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعِيسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِينَ * وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا وَكُلا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ * وَمِنْ آبَائِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَإِخْوَانِهِمْ وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk, dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh),

yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Alyasa',

Yunus, dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka.

Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-An'am: 83-87) Sampai dengan firman-Nya:


{أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ}


Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An'am: 90) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ }


di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (Al-Mu’min: 78) Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Mujahid, ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas,

"Apakah di dalam surat Shad terdapat ayat Sajdah?" Maka Ibnu Abbas menjawab, "Ya." Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.

(Al-An'am: 90) Ibnu Abbas selanjutnya mengatakan, "Nabi kalian adalah termasuk orang yang diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka." Ibnu Abbas mengatakan bahwa termasuk di antara mereka ialah Nabi Daud. Di dalam ayat surat ini Allah Swt. berfirman:


{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا}


Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Maryam: 58) Yakni apabila mereka mendengar Kalamullah yang mengandung hujah-hujah-Nya,

dalil-dalil-Nya, dan bukti-bukti-Nya, maka mereka bersujud kepada Tuhannya dengan penuh rendah diri dan ketenangan sebagai ungkapan puji syukur mereka atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan­Nya kepada mereka.

Bukiyyun adalah bentuk jamak dari bakin, yakni menangis. Para ulama sepakat menetapkan dianjurkannya melakukan sujud setelah membaca ayat ini karena mengikuti jejak mereka dan menelusuri pekerti mereka yang disebutkan dalam ayat ini.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. membaca surat Maryam, (dan ketika sampai pada ayat ini) lalu ia bersujud, dan ia mengatakan, "Inilah sujud,

tetapi susah melakukan tangisannya." Dia bermaksud bahwa sulit melakukan tangisan (barangkali karena tidak adanya munasabah menangis pada ayat).Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan asar ini,

tetapi dalam riwayat Ibnu Jarir tidak disebutkan Abu Ma'mar menurut penglihatan kamr (penulis), hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.

Surat Maryam |19:59|

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

fa kholafa mim ba'dihim kholfun adhoo'ush-sholaata wattaba'usy-syahawaati fa saufa yalqouna ghoyyaa

Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan sholat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat,

But there came after them successors who neglected prayer and pursued desires; so they are going to meet evil -

Tafsir
Jalalain

(Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan sholat) dengan cara meninggalkannya seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani

(dan memperturutkan hawa nafsunya) gemar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat (maka mereka kelak akan menemui kesesatan)

ghayya adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam, mereka akan dijerumuskan ke dalamnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 59 |

Tafsir ayat 59-60

Setelah menyebutkan tentang golongan orang-orang yang berbahagia, yaitu para nabi dan para pengikutnya yang mengikuti jejak mereka dan menegakkan batasan-batasan Allah lagi menunaikan perintah-perintah­Nya

serta mengerjakan semua yang difardukan-Nya dan meninggalkan semua yang dilarang oleh-Nya, lalu Allah menyebutkan dalam firman selanjutnya:


{خَلَفَ مِنْ بَعْدِهم خَلْفٌ}


Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek). (Maryam: 59) Yakni generasi yang buruk sesudah mereka.


{أَضَاعُوا الصَّلاةَ}


yang menyia-nyiakan salat. (Maryam: 59) Apabila mereka menyia-nyiakan salat, berarti terhadap kewajiban-kewajiban lainnya lebih menelantarkan lagi; karena salat adalah tiang agama dan pilar penyanggahnya serta amal yang paling baik.

Akibatnya mereka menjadi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan memburu kesenangan serta rela dengan kehidupan dunia; mereka merasa tenang dengan kehidupan dunia. Orang-orang yang berperangai demikian

kelak akan menemui kesesatan, yakni kerugian di hari kiamat.Para ulama berbeda pendapat sehubungan dengan pengertian menyia-nyiakan salat dalam ayat ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa yang dimaksud

dengan menyia-nyiakan salat ialah meninggalkannya sama sekali, yakni tidak pernah mengerjakannya sama sekali. Demikianlah menurut pendapat Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Ibnu Zaid ibnu Aslam, serta As-Saddi;

dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah ada sebagian ulama Salaf dan Khalaf serta para Imam Mujtahid seperti yang dikatakan oleh pendapat yang terkenal dari Imam Ahmad, dan menurut suatu pendapat yang bersumber

dari Imam Syafii. Mereka mengatakan bahwa orang yang meninggalkan salat hukumnya kafir. Pendapat mereka berlandaskan kepada sebuah hadis yang mengatakan:


" بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ تَركُ الصَّلَاةِ"


Di antara seorang hamba dan syirik adalah meninggalkan salat. Dan hadis lainnya yang mengatakan:


"الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ"


Perjanjian di antara kami dan mereka adalah mengerjakan salat, maka barang siapa yang meninggalkan salat, sungguh ia telah kafir.Kami tidak akan membahas lebih lanjut masalah ini, karenanya kami cukupkan hingga di sini.

Al-Auza'i telah meriwayatkan dari Musa ibnu Sulaiman, dari Al-Qasim ibnu Mukhaimirah sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat. (Maryam: 59)

Makna yang dimaksud ialah sesungguhnya mereka hanya menyia-nyiakan waktu-waktu salat; karena seandainya mereka menyia-nyiakan salat, tentulah perbuatan itu merupakan perbuatan orang kafir.Waki' telah meriwayatkan

dari Al-Mas'udi, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman dan Al-Hasan ibnu Sa'id, dari Ibnu Mas'ud, bahwa pernah dikatakan kepadanya mengapa Allah banyak menyebut masalah salat di dalam Al-Qur'an yang antara lain ialah firman-Nya:


{الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ}


(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (Al-Ma'un: 5)


{عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ}


yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. (Al-Ma'arij : 23) dan firman Allah Swt. lainnya, yaitu:


{عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ}


Dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al-Ma'arij: 34) Maka Ibnu Mas'ud menjawab bahwa yang dimaksudkan dengan memelihara ialah memelihara waktu-waktunya, yakni mengerjakannya pada waktunya masing-masing.

Mereka yang bertanya mengatakan, "Menurut kami, makna yang dimaksud tiada lain meninggalkan salat." Ibnu Mas'ud menjawab, "Yang demikian itu adalah perbuatan kafir." Masruq mengatakan bahwa seseorang yang tidak memelihara

salat lima waktunya, maka ia dicatat termasuk orang-orang yang lalai. Menelantarkan salat lima waktu menyebabkan kebinasaan, dan menelantarkannya berarti menyia-nyiakan dari waktunya masing-masing.Al-Auza'i telah meriwayatkan

dari Ibrahim, dari Yazid, bahwa Umar ibnu Abdul Aziz membaca firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui

kesesatan. (Maryam: 59) Kemudian Umar ibnu Abdul Aziz mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menyia-nyiakannya bukanlah meninggalkannya, melainkan menyia-nyiakannya dari waktu-waktunya.Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan

dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya. (Maryam: 59) Bahwa hal ini terjadi di saat menjelang hari kiamat

dan lenyapnya orang-orang saleh dari umat Nabi Muhammad; maka sebagian dari mereka menerkam sebagian lainnya di jalan-jalan (seperti layaknya hewan liar). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Mujahid.

Jabir Al-Ju'fi telah meriwayatkan dari Mujahid dan Ikrimah serta Ata ibnu Abu Rabaah, bahwa mereka adalah dari kalangan umat ini, tetapi mereka berada di akhir zaman.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris,

telah menceritakan kepada kami Al-Hasan Al-Asy-yab, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek)

yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya. (Maryam: 59) Bahwa mereka yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang-orang dari kalangan umat Nabi Muhammad (di akhir zaman). Mereka saling menaiki

di antara sesamanya, sebagaimana layaknya hewan ternak dan unta di jalan-jalan, tanpa rasa takut kepada Allah di langit dan tidak malu kepada manusia di bumi.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سِنَانٍ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ، حَدَّثَنَا بَشِيرُ بْنُ أَبِي عَمْرٍو الْخَوْلَانِيُّ: أَنَّ الْوَلِيدَ بْنَ قَيْسٍ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَكُونُ خَلْفٌ بَعْدَ سِتِّينَ سَنَةً، أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ، فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا. ثُمَّ يَكُونُ خَلْفٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ. وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ ثَلَاثَةٌ: مُؤْمِنٌ، وَمُنَافِقٌ، وَفَاجِرٌ". قَالَ بَشِيرٌ: قُلْتُ لِلْوَلِيدِ: مَا هَؤُلَاءِ الثَّلَاثَةُ؟ قَالَ: الْمُؤْمِنُ مُؤْمِنٌ بِهِ، وَالْمُنَافِقُ كَافِرٌ بِهِ، وَالْفَاجِرُ يَأْكُلُ بِهِ.


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami

Basyir ibnu Abu Amr Al-Khaulani; Al-Walid ibnu Qais pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Sa'id Al-Khudri mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kelak akan ada generasi pengganti

sesudah enam puluh tahun; mereka menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kemudian akan muncul pula pengganti lainnya yang pandai membaca Al-Qur’an,

tetapi tidak sampai meresap ke dalam hati mereka. Saat itu yang membaca Al-Qur’an ada tiga macam orang, yaitu orang mukmin, orang munafik, dan orang durhaka. Basyir mengatakan bahwa ia bertanya kepada Al-Walid tentang pengertian

dari ketiga macam orang tersebut, "Siapa sajakah mereka itu?" Maka Al-Walid menjawab, "Orang mukmin adalah orang yang beriman kepada Al-Qur'an; orang munafik adalah orang yang kafir kepada Al-Qur'an; sedangkan orang yang durhaka

ialah orang yang mencari makan (nafkah) dengannya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ahmad, dari Abu Abdur Rahman Al-Muqri.Ibnu Abu Hatim telah mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan

kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, dari Malik, dari Abur Rijal, bahwa Aisyah mengirimkan sedekah berupa sesuatu

makanan kepada ahli suffah (orang-orang miskin yang tinggal di teras masjid). Lalu Siti Aisyah mengatakan, "Janganlah kalian berikan sedekah ini kepada orang Barbar laki-laki dan perempuan, karena sesungguhnya ia pernah mendengar

Rasulullah Saw. bersabda bahwa merekalah pengganti yang jelek yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: 'Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat' (Maryam: 59)

hadis ini berpredikat garib. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Dahhak, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Jarir, dari seorang syekh (guru)

dari kalangan ulama Madinah, bahwa ia pernah mendengar Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek). (Maryam: 59), hingga akhir ayat.

Bahwa mereka adalah orang-orang barat (Magrib) yang menjadi raja. Mereka adalah raja-raja yang jahat.Ka'bul Ahbar mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar menjumpai sifat orang-orang munafik di dalam Kitabullah,

bahwa mereka adalah orang-orang yang suka minum kopi, suka meninggalkan salat lima waktu, suka main dadu, suka tidur meninggalkan salat isya, suka menyia-nyiakan salat subuh, dan suka meninggalkan salat berjamaah.

" Kemudian ia membacakan firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Maryam: 59)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka menelantarkan masjid-masjid dan menetapi perbuatan yang sia-sia.Abul Asyhab Al-Ataridi mengatakan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Daud a.s., "Hai Daud, berilah peringatan

dan larangan kepada teman-temanmu terhadap perbuatan memperturutkan hawa nafsu, karena sesungguhnya hati yang menggandrungi syahwat dunia, akal mereka terhalang dari-Ku. Dan sesungguhnya hal yang paling mudah

yang akan Kulakukan terhadap seseorang dari hamba-hamba-Ku bila ia memperturut­kan salah satu dari nafsu syahwatnya, ialah Aku haramkan dia taat kepada­Ku."


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا أَبُو [السَّمْحِ] التَّمِيمِيُّ، عَنْ أَبِي قَبِيلٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي اثْنَتَيْنِ: الْقُرْآنَ وَاللَّبَنَ


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid At-Tamimi, dari Abu Qabil; ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

telah bersabda: Sesungguhnya aku mengkhawatirkan dua perkara atas umatku, yaitu Al-Qur’an dan Al-laban (air susu).Al-Laban menurut salinan Makkiyyah, sedangkan menurut salinan Al-Amiriyah disebutkan Al-Kuna, bukan Al-Laban.

Yang dimaksudkan dengan Al-Laban ialah mereka mengikuti hal yang batil, memperturutkan hawa nafsunya, dan meninggalkan salat. Adapun yang dimaksud dengan Al-Qur'an ialah orang-orang munafik mempelajarinya,

lalu mereka jadikan sebagai senjata untuk mendebat orang-orang mukmin. Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Luhai'ah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Qabil,

dari Uqbah dengan sanad yang sama secara marfu' dan lafaz yang semisal, hanya Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid. Firman Allah Swt.:


{فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا}


maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Maryam: 59) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Maryam: 59)

Bahwa yang dimaksud dengan gayyan ialah kerugian. Sedangkan menurut Qatadah yang dimaksud gayyan ialah keburukan. Sufyan As-Sauri, Syu'bah, dan Muhammad ibnu Ishaq telah me­riwayatkan dari Abu Ishaq As-Subai'i,

dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Maryam: 59) Gayyan adalah nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam, letaknya sangat

dalam dan baunya sangat busuk. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ziyad, dari Abu Iyad sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Maryam: 59) Gayyan adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam yang berisikan nanah dan darah.


قَالَ الْإِمَامُ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عَبَّاسُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادِ بْنِ زَيَّانَ، حَدَّثَنَا شَرْقِيُّ بْنُ قَطَامِيِّ، عَنْ لُقْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الْخُزَاعِيِّ قَالَ: جِئْتُ أَبَا أُمَامَةَ صُدَيّ بْنَ عَجْلان الْبَاهِلِيَّ فَقُلْتُ: حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَدَعَا بِطَعَامٍ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ أَنَّ صَخْرَةً زِنَةَ عَشْرِ أَوَاقٍ قُذِفَ بِهَا مِنْ شَفِيرِ جَهَنَّمَ، ما بلغت قعرها خمسين خريفًا، ثُمَّ تَنْتَهِي إِلَى غَيٍّ وَآثَامٍ". قَالَ: قُلْتُ: وَمَا غَيٌّ وَآثَامٌ؟ قَالَ: "بِئْرَانِ فِي أَسْفَلِ جَهَنَّمَ، يَسِيلُ فِيهِمَا صَدِيدُ أَهْلِ النَّارِ، وَهُمَا اللَّتَانِ ذَكَرَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا} وَقَوْلُهُ فِي الْفُرْقَانِ: {وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا}


Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abbas ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Syarqi ibnu Qutami, dari Luqman ibnu Amir Al-Khuza'i

yang mengatakan bahwa ia datang kepada Abu Umamah (yaitu Sada ibnu Ajlan Al-Bahili), lalu ia berkata,"Ceritakanlah kepada kami sebuah hadis yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Saw." Maka Abu Umamah memerintahkan

kepada pelayannya agar menghidangkan jamuan, setelah itu ia berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seandainya sebuah batu seberat sepuluh auqiyah dilemparkan ke dalam neraka Jahanam dari pinggirnya,

tentulah batu itu masih belum sampai ke dasarnya selama lima puluh tahun, kemudian batu itu akan sampai di Gay dan Asam. Abu Umamah bertanya, "Apakah yang dinamakan Gay dan Asam itu?" Rasulullah Saw. menjawab:

Dua buah sumur yang berada di dasar neraka Jahanam, mengalir ke dalamnya keringat (nanah) ahli neraka. Kedua sumur itulah yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan

hawa nafsunya, maka mereka akan menemui gay (kesesatan). (Maryam: 59) Dan firman Allah Swt. di dalam surat Al-Furqan, yaitu: dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).

(Al-Furqan: 68) Yang dimaksud dengan pembalasan dosanya ialah Asam, salah satu dari kedua sumur itu. Hadis ini berpredikat garib dan sehubungan dengan predikat marfu'-nya masih belum dapat diterima. Firman Allah Swt.:


{إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا}


kecuali orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. (Maryam: 60) Yakni kecuali orang yang bertobat, tidak meninggalkan salat lagi, dan tidak lagi memperturutkan hawa nafsunya; maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya

dan menjadikan baginya akhir yang baik, serta menjadikannya sebagai salah seorang yang berhak menghuni surga yang penuh dengan kenikmatan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ شَيْئًا}


maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun. (Maryam: 60) Dikatakan demikian karena tobat itu menghapuskan dosa-dosa yang sebelumnya. Di dalam hadis yang lain disebutkan:


"التَّائِبَ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ"


Orang yang bertobat dari dosa, sama halnya dengan orang yang tidak punya dosa. Karena itulah mereka yang bertobat tidak dikurangi dari amal kebajikan mereka barang sedikit pun, tidak pula dibandingkan dengan dosa yang sebelumnya

yang menyebabkan amal perbuatan sesudahnya dikurangi. Demikian itu karena dosa yang telah dilakukannya dianggap sia-sia dan dilupakan serta dihapuskan sama sekali, sebagai karunia dari Allah Yang Mahamulia lagi Maha Penyantun

terhadap hamba-hamba-Nya yang bertobat. Pengecualian ini sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Furqan melalui firman-Nya:


{وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ}


Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar.(Al-Furqan: 68) Sampai dengan firman-Nya:


وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا


Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 70)

Surat Maryam |19:60|

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا

illaa man taaba wa aamana wa 'amila shooliḥan fa ulaaa`ika yadkhuluunal-jannata wa laa yuzhlamuuna syai`aa

kecuali orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizalimi (dirugikan) sedikit pun,

Except those who repent, believe and do righteousness; for those will enter Paradise and will not be wronged at all.

Tafsir
Jalalain

(Kecuali) yakni berbeda halnya dengan (orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dianiaya) tidak dirugikan (barang sedikit pun) dari pahala mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 60 |

Penjelasan ada di ayat 59

Surat Maryam |19:61|

جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَٰنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا

jannaati 'adninillatii wa'adar-roḥmaanu 'ibaadahuu bil-ghoiib, innahuu kaana wa'duhuu ma`tiyyaa

yaitu surga ´Aadn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sungguh, (janji Allah) itu pasti ditepati.

[Therein are] gardens of perpetual residence which the Most Merciful has promised His servants in the unseen. Indeed, His promise has ever been coming.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu surga Adn) menjadi tempat tinggal mereka. Lafaz 'Adn menjadi Badal daripada lafal Jannatin (yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya,

sekalipun surga itu tidak tampak). Lafal Bil Ghaibi menjadi Hal, maksudnya walaupun surga itu tidak kelihatan oleh mereka. (Sesungguhnya janji Allah itu)

yakni apa yang telah dijanjikan oleh-Nya (pasti akan ditepati). Lafal Ma'tiyyan maknanya Aatiyan; asalnya adalah Ma'tiwyun.

Yang dimaksud dengan janji-Nya adalah surga yang akan ditempati oleh orang-orang yang berhak memasukinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 61 |

Tafsir ayat 61-63

Allah Swt. menyebutkan bahwa surga yang kelak akan dimasuki oleh orang-orang yang bertobat dari dosa-dosanya adalah surga 'Adn, yakni sebagai tempat tinggal mereka yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah

kepada hamba-hamba-Nya secara gaib. Bahwa surga itu termasuk perkara gaib yang diimani oleh mereka keberadaannya, sekalipun mereka tidak melihatnya. Demikian itu karena kuatnya keyakinan dan iman mereka yang telah berakar di dalam kalbu mereka. Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا}


Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati. (Maryam: 61) Kalimat ayat ini menguatkan pengertian kalimat sebelumnya, bahwa hal itu pasti terjadi dan telah ditetapkan; karena sesungguhnya

Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, tidak akan pula menggantinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:


{كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولا}


Adalah janji Allah itu pasti terlaksana. (Al-Muzzammil: 18) Yakni pasti terjadi Yang dimaksud dengan makna firman-Nya, "Ma'tiyyan" (pasti akan ditepati) ialah bahwa semua hamba akan kembali kepada-Nya

dan pasti menghadap kepada-Nya. Sebagian lainnya mengartikannya sama dengan lafaz atiyan yang artinya datang (sedangkan kalau ma'tiyyan artinya didatangkan). Dikatakan demikian karena sesuatu hal yang menimpamu

berarti datang kepadamu. Sama halnya dengan kata-kata orang-orang Arab, "Atat 'alayya khamsima sematan, " dan 'Ataitu 'ala khamsina sanatan, " artinya sama saja, yakni saya telah berusia lima puluh tahun. Firman Allah Swt.:


{لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا}


Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga. (Maryam: 62) Yakni di dalam surga tidak terdapat kata-kata yang kotor, tak berguna, lagi omong kosong, seperti yang banyak didapat di dunia. Firman Allah Swt.:


{إِلا سَلامًا}


kecuali ucapan salam. (Maryam: 62) Istisna atau pengecualian ini bersifat munqati'. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا}


Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 25-26) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا}


Bagi mereka rezekinya di surga tiap-tiap pagi dan petang. (Maryam: 62) Yaitu semisal dengan waktu pagi dan waktu petang. Hal ini bukan berarti bahwa di surga ada siang dan ada malam, tetapi mereka berada dalam waktu-waktu

yang silih berganti, mereka mengetahuinya melalui sinar dan cahaya yang beraneka ragam, (yakni mereka berada dalam alam yang selalu bercahaya dan terang-benderang oleh nur).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا معْمَر، عَنْ هَمَّام، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَوَّلُ زُمْرَة تَلِجُ الْجَنَّةَ صُورهم عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، لَا يبصُقون فِيهَا، وَلَا يَتَمَخَّطُونَ فِيهَا، وَلَا يَتَغَوّطون، آنِيَتُهُمْ وَأَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ، وَمُجَامِرُهُمُ الألْوّة، ورَشْحُهم الْمِسْكُ، وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يَرَى مُخّ سَاقَيْهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ؛ مِنَ الْحُسْنِ، لَا اخْتِلَافَ بَيْنِهِمْ وَلَا تَبَاغُضَ، قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبٍ وَاحِدٍ، يُسَبِّحُونَ اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Gelombang pertama yang masuk surga, rupa mereka bagaikan rembulan di malam purnama; mereka tidak pernah meludah di dalamnya dan tidak pernah ingusan serta tidak pernah buang air di dalamnya. Perabotan mereka dan sisir mereka

terbuat dari emas dan perak, dan tempat dupa mereka penuh dengan kemenyan, keringat mereka adalah minyak kesturi. Setiap orang dari mereka mempunyai dua orang istri, yang sumsum kedua betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya

karena keindahannya. Tidak ada perselisihan dan tidak ada pertengkaran di antara mereka. Hati mereka sama dengan hati seorang lelaki; mereka bertasbih menyucikan Allah setiap pagi dan petangnya.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Ma'mar dengan sanad yang sama.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنِي الْحَارِثُ بْنُ فُضَيْلٍ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ، فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ، يَخْرُجُ عَلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَعَشِيًّا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Fudail Al-Ansari, dari Mahmud ibnu Labid Al-Ansari,

dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Para syuhada berada di pinggir sungai di dekat pintu surga di dalam sebuah kemah hijau; dikirimkan kepada mereka rezeki mereka dari dalam surga

setiap pagi dan petangnya. Imam Ahmad dari jalur ini telah meriwayatkannya secara munfarid. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka rezekinya di surga tiap-tiap pagi dan petang.

(Maryam: 62) Bahwa yang dimaksud dengan pagi dan petang adalah perkiraan malam dan siang hari. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim

yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Zuhair ibnu Muhammad tentang makna firman-Nya: Bagi mereka rezekinya di surga tiap-tiap pagi dan petang. (Maryam: 62) Maka ia menjawab, "Di surga tidak ada malam hari,

para penghuninya selalu berada dalam cahaya selama-lamanya, tetapi mereka mempunyai perkiraan malam dan siang hari. Hal tersebut diketahui melalui tertutupnya tirai-tirai dan pintu-pintu rumah-rumah mereka. Pertanda siang hari

diketahui dengan diangkatnya semua tirai dan dibukanya semua pintu rumah mereka." Masih dalam sanad yang sama telah disebutkan dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Khulayyid, dari Al-Hasan Al-Basri yang menceritakan

tentang pintu-pintu surga. Ia mengatakan bahwa pintu-pintu surga bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya. Bila diajak bicara, maka pintu-pintu itu dapat menjawab dan mengerti; bila dikatakan kepadanya, "Terbukalah

atau tertutuplah," maka pintu-pintu itu membuka dan menutup dengan sendirinya. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka rezekinya di surga tiap-tiap pagi dan petang. (Maryam: 62)

Di dalam surga ada dua saat, yaitu saat pagi dan saat sore; tetapi bukan seperti siang dan malam hari di dunia ini, sebab sesungguhnya yang ada di dalam surga hanyalah sinar dan cahaya, tidak ada kegelapan.Mujahid mengatakan,

yang dimaksud bukan pagi dan petang, melain­kan mereka diberi hidangan sesuai dengan kesukaan mereka ketika di dunia.Al-Hasan dan Qatadah serta lain-lainnya mengatakan bahwa dahulu ada segolongan orang Arab yang hidup

serba mewah, biasa makan pagi dan makan malam. Maka turunlah Al-Qur'an sesuai dengan kemewahan yang dialami oleh mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Bagi mereka rezekinya di surga tiap-tiap pagi dan petang. (Maryam: 62)

Ibnu Mahdi telah meriwayatkan dari Hammad ibnu Zaid, dari Hisyam, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bagi mereka rezekinya di surga tiap-tiap pagi dan petang. (Maryam: .62) Yaitu setiap pagi sampai sore dan setiap sore sampai pagi, tetapi tidak ada malam harinya di dalam surga.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا سَلِيمُ بْنُ مَنْصُورِ بْنِ عَمَّارٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ قَاضِي أَهْلِ شَمْشَاط عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ غَدَاةٍ مِنْ غَدَوَاتِ الْجَنَّةِ، وَكُلُّ الْجَنَّةِ غَدَوَاتٌ، إِلَّا أَنَّهُ يُزَفُّ إِلَى وَلِيِّ اللَّهِ فِيهَا زَوْجَةٌ مِنَ الْحَوَرِ الْعَيْنِ، أَدْنَاهُنَّ الَّتِي خُلِقَتْ مِنَ الزَّعْفَرَانِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Mansur ibnu Ammar, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku

Muhammad ibnu Ziyad (kadi penduduk Syammat), dari Abdullah ibnu Hadir, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tiada suatu pagi hari pun dari hari-hari surga yang semuanya

adalah bagaikan pagi hari (keindahannya), melainkan disuguhkan kepada seorang kekasih Allah di dalam surga pengantin wanita berupa bidadari yang bermata jeli, yang paling rendahnya di antara para bidadari itu terciptakan dari za'faran

(minyak wangi yang semerbak baunya). Abu Muhammad mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib lagi munkar. Firman Allah Swt.:


{تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا}


Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (Maryam: 63) Artinya, surga yang telah Kami sebutkan gambarannya dengan gambaran yang agung itu akan Kami anugerahkan

kepada hamba-hamba Kami yang bertakwa. Mereka adalah orang-orang yang taat kepada Allah Swt. dalam suka dan duka, lagi mampu meredam amarahnya serta suka memaafkan orang lain. Dan seperti apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam surat Al-Mu’minun, melalui firman-Nya:


{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ}


Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (Al-Mu’minun: 1-2) Sampai dengan firman-Nya:


{أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}


Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi (yaitu) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu’minun: 10-11)

Surat Maryam |19:62|

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا إِلَّا سَلَامًا ۖ وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا

laa yasma'uuna fiihaa laghwan illaa salaamaa, wa lahum rizquhum fiihaa bukrotaw wa 'asyiyyaa

Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berguna, kecuali (ucapan) salam. Dan di dalamnya bagi mereka ada rezeki pagi dan petang.

They will not hear therein any ill speech - only [greetings of] peace - and they will have their provision therein, morning and afternoon.

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berguna di dalam surga) pembicaraan yang tak berarti (kecuali) mereka hanya mendengar (ucapan Salam)

dari para Malaikat buat mereka, atau dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. (Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang)

dalam perkiraan kedua waktu tersebut menurut perhitungan waktu di dunia, karena sesungguhnya di dalam surga itu tidak ada siang dan malam tetapi yang ada hanyalah cahaya dan nur yang abadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 61

Surat Maryam |19:63|

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا

tilkal-jannatullatii nuuriṡu min 'ibaadinaa mang kaana taqiyyaa

Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.

That is Paradise, which We give as inheritance to those of Our servants who were fearing of Allah.

Tafsir
Jalalain

(Itulah surga yang akan Kami wariskan) Kami anugerahkan dan Kami tempatkan di dalamnya (kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa)

yang berlaku taat kepada-Nya. Ayat berikut diturunkan ketika wahyu datang sangat terlambat selama beberapa hari, kemudian Nabi saw.

berkata kepada malaikat Jibril ketika datang kepadanya, "Apakah gerangan yang menyebabkan engkau tidak menziarahi aku selama ini".

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 63 |

Penjelasan ada di ayat 61

Surat Maryam |19:64|

وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا

wa maa natanazzalu illaa bi`amri robbik, lahuu maa baina aidiinaa wa maa kholfanaa wa maa baina żaalika wa maa kaana robbuka nasiyyaa

Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan Tuhanmu tidak lupa.

[Gabriel said], "And we [angels] descend not except by the order of your Lord. To Him belongs that before us and that behind us and what is in between. And never is your Lord forgetful -

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah kami turun melainkan dengan perintah Rabbmu, kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan kita) yakni berupa semua perkara akhirat

(apa-apa yang ada di belakang kita) berupa semua perkara duniawi (dan apa-apa yang ada di antara keduanya) apa yang ada dalam waktu sekarang sampai dengan datangnya hari kiamat.

Yang dimaksud ialah bahwa pengetahuan mengenai kesemuanya itu berada pada-Nya (dan tidaklah Rabbmu lupa) lafal Nasiyyan bermakna Naasiyan, maksudnya,

Allah tidak akan meninggalkanmu disebabkan wahyu yang terlambat datang kepadamu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 64 |

Tafsir ayat 64-65

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la dan waki'. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Zar, dari ayahnya, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Malaikat Jibril, "Apakah gerangan yang mencegahmu untuk tidak mengunjungiku lebih banyak lagi dari biasanya?" Maka turunlah firman-Nya: Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali

dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Imam Bukhari mengetengahkannya secara munfarid. Di dalam kitab tafsirnya ia meriwayatkan sehubungan dengan makna ayat ini melalui Abu Na'im, dari Umar ibnu Zar

dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Umar ibnu Zar dengan sanad yang sama, tetapi menurut riwayat keduanya di akhir hadis terdapat tambahan, yaitu bahwa jawaban tersebut

ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Malaikat Jibril tidak turun kepada Rasulullah Saw. dalam waktu yang cukup lama. Maka Rasulullah Saw. dirundung rasa sedih dan duka karenanya.

Kemudian Malaikat Jibril datang dan mengatakan, "Hai Muhammad: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Mujahid mengatakan bahwa Jibril tidak turun kepada Muhammad Saw.

selama dua belas malam atau kurang dari itu. Ketika Jibril turun, Nabi Saw. berkata kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya kamu membuat saya sedih, sehingga kaum musyrik mempunyai dugaan yang tidak-tidak kepada saya."

Maka turunlah firman-Nya: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat.Mujahid mengatakan bahwa ayat ini sama maknanya dengan ayat yang terdapat di dalam surat Adh-Dhuha.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan tertahannya Malaikat Jibril.

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Jibril lama tidak turun kepada Nabi Saw. dalam waktu empat puluh hari. Kemudian Jibril turun di suatu hari. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya,

"Mengapa kamu lama tidak furun kepadaku, sehingga aku rindu kepadamu." Jibril menjawab, "Bahkan aku selalu rindu kepadamu, tetapi aku menunggu perintah, lalu Allah mewahyukan kepadaku agar aku menyampaikan kepadamu

firman Allah Swt. sebagai berikut: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, hadis ini berpredikat garib. Ibnu Abu Hatim mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Mujahid yang mengatakan bahwa utusan Allah datang lambat kepada Nabi Saw.

Kemudian Jibril datang, maka Nabi Saw. bertanya, "Apakah gerangan yang menahanmu, hai Jibril?" Maka Jibril berkata, "Bagaimana saya datang kepada kalian, sedangkan kalian tidak memotong kuku kalian, tidak membersihkan

sela-sela jari-jemari tangan dan kaki kalian, tidak mencukur kumis kalian, serta tidak bersiwak lagi?" Kemudian Jibril membacakan firman-Nya: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat.

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim As-Suri, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman Ad-Dimasyqi,

telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepadaku Sa'labah ibnu Muslim, dari Ubay ibnu Ka'b maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda bahwa Malaikat Jibril lama tidak turun

kepadanya. Ketika Nabi Saw. mengatakan hal tersebut kepada Jibril, maka Jibril menjawab: Bagaimana saya turun, sedangkan kalian tidak lagi bersiwak, tidak memotong kuku, tidak mencukur kumis, dan tidak membersihkan

sela-sela jari-jemari tangan dan kaki kalian? Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abul Yaman, dari Ismail ibnu Ayyasy, dari Ibnu Abbas dengan lafaz yang semisal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَيَّار، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ حَبِيبٍ -[خَتَنُ] مَالِكِ بْنِ دِينَارٍ-حَدَّثَنِي شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَصْلِحِي لَنَا الْمَجْلِسَ، فَإِنَّهُ يَنْزِلُ مَلَكٌ إِلَى الْأَرْضِ، لَمْ يَنْزِلْ إِلَيْهَا قَطُّ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman Al-Mugirah ibnu Habib, dari Malik ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku seorang syekh dari kalangan ulama Madinah,

dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Benahilah majelis ini untuk kami, karena sesungguhnya akan turun ke bumi seorang malaikat yang belum pernah turun sama sekali ke bumi ini.


{لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا}


Kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan dan apa-apa yang ada di belakang kita. (Maryam: 64) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksudkan dengan apa-apa yang ada di hadapan kita ialah perkara dunia; sedangkan apa-apa yang ada di belakang kita ialah perkara akhirat.


{وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ}


dan apa-apa yang ada di antara keduanya. (Maryam: 64) Yakni apa-apa yang ada di antara dua tiupan sangkakala. Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah, Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah menurut suatu riwayat

yang bersumber dari keduanya, juga menurut As-Saddi serta Ar-Rabi' ibnu Anas. Menurut pendapat yang lain, makna mabaina aidina ialah apa-apa yang bakal terjadi menyangkut urusan akhirat, sedangkan wama khalfana artinya

apa-apa yang telah lalu menyangkut urusan dunia. Dan makna wama baina zalika artinya apa yang ada di antara dunia dan akhirat. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Juraij,

dan As-Sauri. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir; hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


{وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا}


dan tidaklah Tuhanmu lupa. (Maryam: 64) Mujahid dan As-Saddi mengatakan makna yang dimaksud ialah Tuhanmu tidak akan melupakanmu. Dalam keterangan yang terdahulu telah disebutkan bahwa makna ayat ini sama dengan firman-Nya:


{وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى}


Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkanmu dan tiada (pula) benci kepadamu. (Adh-Dhuha: 1-3)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الصَّمَدِ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ -يَعْنِي أَبَا الْجُمَاهِرِ -حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَرْفَعُهُ قَالَ: "مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ حَلَالٌ وَمَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ وَمَا سَكَتَ [عَنْهُ] فَهُوَ عَافِيَةٌ، فَاقْبَلُوا مِنَ اللَّهِ عَافِيَتَهُ، فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُنْ لِيَنْسَى شَيْئًا" ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا}


Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Muhammad ibnu AbdusSamad Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman (yakni Abul Jamahir), telah menceritakan kepada kami

Ismail ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Raja ibnu Haiwah, dari ayahnya, dari Abu Darda yang me-rafa'-kan hadis ini: Apa saja yang dihalalkan Allah di dalam Kitab-Nya, maka hal itu halal;

dan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka hal itu haram; dan apa saja yang Allah diam terhadapnya, maka hal itu dimaafkan. Maka terimalah kemurahan dari-Nya, karena sesungguhnya Allah tidak pernah melupakan sesuatu pun.

Kemudian Abu Darda membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: dan tidaklah Tuhanmu lupa. (Maryam: 64) Adapun firman Allah Swt.:


{رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا}


Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi. (Maryam: 65) Yakni Yang Menciptakannya, Yang Mengaturnya, Yang Menguasainya, dan Yang Mengurusnya, tiada yang mempertanyakan apa yang di-putuskan-Nya.


{فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا}


maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah). (Maryam: 65) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,

bahwa makna ayat ialah,'apakah kamu mengetahui misal atau yang serupa dengan Tuhan (mu)?'. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan Ibnu Juraij serta lain-lainnya.

Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tiada seorang pun yang bernama Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) selain Allah Swt. sendiri Yang Mahasuci lagi Mahatinggi serta Maha suci nama-Nya.