Juz 17

Surat Al-Anbiya |21:1|

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ

iqtaroba lin-naasi ḥisaabuhum wa hum fii ghoflatim mu'ridhuun

Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).

[The time of] their account has approached for the people, while they are in heedlessness turning away.

Tafsir
Jalalain

(Telah dekat kepada manusia) kepada penduduk Mekah yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit (hari penghisaban mereka) yaitu hari kiamat

(sedang mereka berada dalam kelalaian) daripadanya (lagi berpaling) tidak bersiap-siap untuk menghadapinya, yaitu dengan bekal iman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 1 |

Tafsir ayat 1-6

Hal ini merupakan suatu peringatan dari Allah Swt. yang menyatakan dekatnya hari kiamat dan bahwa manusia dalam keadaan lalai terhadap keberadaannya, yakni mereka tidak mau beramal dan tidak mau membuat bekal

untuk menyambutnya. Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Abdul Malik Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,

telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada

dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Bahwa mereka di dunia lalai terhadap hari kiamat. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ}


Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang). (An-Nahl: 1)


{اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ * وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ}


Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling. (Al-Qamar: 1-2), hingga akhir ayat.

Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam biografi Al-Hasan Ibnu Hani' alias Abu Nuwas si penyair, bahwa penyair yang paling hebat ialah Syekh Tahir Abul Atahiyah, karena ia mengatakan dalam bait syairnya:


النَّاس فِي غَفَلاتِهِمْ ... وَرَحا المِنيَّة تَطْحَنُ ...


Manusia tenggelam dalam kelalaiannya, padahal penggilingan maut terus berputar. Ketika ditanyakan kepadanya, "Dari manakah engkau menyimpulkan kalimat ini?" Abul Atahiyah menjawab bahwa ia menyimpulkannya dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ}


Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1) Ibnu Asakir meriwayatkan pula di dalam biografi Amir ibnu Rabi'ah melalui

jalur Musa ibnu Ubaid Al-Amadi, dari Abdur Rahman ibnu Za’d bin Aslam, dari ayahnya, dari Amir ibnu Rabi'ah, bahwa ia kedatangan seorang tamu dari kalangan orang Badui. Amir memuliakan kedatangannya dan menghormatinya.

Sebelumnya Rasulullah SAW telah berbincang-bincang di rumah Amir, tidak lama kemudian lelaki Badui, itu datang. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah memperoleh sebuah lembah di daerah pedalaman dari Rasulullah Saw.

Aku bermaksud memberikan sebagian darinya kepadamu. Kelak lahan itu buat kamu dan keturunanmu sesudah kamu tiada." Maka Amir menjawab, "Saya tidak memerlukan bagian tanahmu itu, karena pada hari ini telah diturunkan

sebuah surat yang membuat kami merasa ngeri terhadap duniawi," yaitu firman-Nya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)

Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa mereka tidak mau mendengarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya. Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy dan orang-orang yang kafirnya sama dengan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ}


Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur’an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka. (Al-Anbiya: 2) Yakni ayat Tuhan yang baru diturunkan.


{إِلا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ}


melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main. (Al-Anbiya: 2) Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, "Mengapa kalian menanyakan kepada Ahli Kitab tentang kitab yang dipegang oleh mereka,

padahal mereka telah membakarnya dan menggantikannya serta melakukan penambahan dan pengurangan padanya? Inilah kitab kalian, Kitabullah yang baru diturunkan; kalian membacanya masih dalam keadaan hangat

dan murni isinya, tidak ada campurannya." Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal. Firman Allah Swt.:


{وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا}


Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka. (Al-Anbiya: 3) seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi.


{هَلْ هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ}


Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu. (Al-Anbiya: 3) Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah Saw. Mereka tidak percaya beliau menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama

dengan mereka; mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam firman-Nya:


{أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ}


maka apakah kalian menerima sihir, padahal kalian menyaksikannya? (Al-Anbiya: 3) Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa

apa yang dilakukannya itu adalah ilmu sihir.Allah Swt. menjawab mereka yang membuat-buat berita bohong dan kedustaan itu melalui firman-Nya:


{قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ}


Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi.” (Al-Anbiya: 4) Yaitu Tuhan yang mengetahui hal tersebut, tiada sesuatu pun yang ter­sembunyi luput dari liputan pengetahuan-Nya.

Dialah Yang menurunkan Al-Qur'an ini, yang di dalamnya terkandung kisah orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian. Al-Qur'an ini tiada seorang pun yang mampu mendatangkan hal yang semisal dengannya,

kecuali hanya Tuhan yang mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi di langit dan di bumi. Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}


dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anbiya: 4) Artinya, Dia Maha Mendengar semua ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui semua keadaan kalian. Di dalam kalimat ini terkandung peringatan dan ancaman terhadap mereka. Firman Allah Swt. mengatakan:


{بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ}


Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya" (Al-Anbiya: 5) Ayat ini menceritakan tentang pembangkangan orang-orang kafir, keingkaran dan penentangan mereka

terhadap materi yang dikandung oleh Al-Qur'an, juga tentang kebimbangan dan kesesatan mereka terhadapnya. Kadang kala mereka menganggap Al-Qur'an sebagai perbuatan sihir, adakalanya mereka mengatakannya sebagai

syair gubahan, adakala menganggapnya sebagai mimpi-mimpi yang kalut, adakalanya pula menganggapnya sebagai buat-buatan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain, yaitu:


{انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا}


Lihatlah, bagaimana mereka membuatperumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al-Isra: 48) Adapun firman Allah Swt.:


{فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ}


maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus. (Al-Anbiya: 5) Mereka bermaksud bahwa mukjizat itu seperti unta Nabi Saleh, mukjizatnya Musa dan Isa. Allah Swt. telah berfirman sehubungan dengan hal ini:


{وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالآيَاتِ إِلا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الأوَّلُونَ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا}


Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ}


Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman? (Al-Anbiya: 6) Tiada suatu penduduk negeri pun yang diutus rasul-rasul kepada mereka

dengan membawa mukjizat, lalu mereka beriman, melainkan mereka mendustakannya; maka Kami binasakan mereka. Apakah mereka akan beriman sekiranya melihat mukjizat-mukjizat itu? Tidak, bahkan:


{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}


Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. ( Yunus: 96-97 )

Sesungguhnya mereka pun telah menyaksikan ayat-ayat yang jelas dan hujah-hujah yang pasti serta keterangan-keterangan yang jelas dari Rasulullah Saw. Padahal apa yang ditampakkan oleh Rasulullah Saw. adalah jauh lebih jelas,

lebih terang, lebih menakjubkan, dan lebih mematahkan alasan mereka ketimbang apa yang ditampakkan oleh nabi-nabi lainnya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: ذُكِرَ عَنْ زَيْدِ بْنِ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ زَيْدٍ الْحَضْرَمِيُّ، عَنْ عُلَيِّ بْنِ رَبَاحٍ اللَّخْمِيِّ، حَدَّثَنِي مَنْ شَهِدَ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ، يَقُولُ: كُنَّا فِي الْمَسْجِدِ وَمَعَنَا أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يُقْرِئُ بَعْضُنَا بَعْضًا الْقُرْآنَ، فَجَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بن أبي بن سَلُولَ، وَمَعَهُ نُمْرُقة وزِرْبِيّة، فَوَضَعَ وَاتَّكَأَ، وَكَانَ صَبِيحًا فَصِيحًا جَدِلًا فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، قُلْ لِمُحَمَّدٍ يَأْتِينَا بِآيَةٍ كَمَا جَاءَ الْأَوَّلُونَ؟ جَاءَ مُوسَى بِالْأَلْوَاحِ، وَجَاءَ دَاوُدُ بِالزَّبُورِ، وَجَاءَ صَالِحٌ بِالنَّاقَةِ، وَجَاءَ عِيسَى بِالْإِنْجِيلِ وَبِالْمَائِدَةِ. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُومُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَسْتَغِيثُ بِهِ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ لَا يُقَامُ لِي، إِنَّمَا يُقَامُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا لَقِينَا مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ. فَقَالَ:"إِنَّ جِبْرِيلَ قَالَ لِي: اخْرُجْ فَأَخْبِرْ بِنِعَمِ اللَّهِ الَّتِي أَنْعَمَ بِهَا عَلَيْكَ، وَفَضِيلَتِهِ الَّتِي فُضِّلت بِهَا، فَبَشَّرَنِي أَنِّي بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَأَمَرَنِي أَنْ أُنْذِرَ الْجِنَّ، وَآتَانِي كِتَابَهُ وَأَنَا أُمِّيٌّ، وَغَفَرَ ذَنْبِي مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ، وَذَكَرَ اسْمِي فِي الْأَذَانِ وَأَيَّدَنِي بِالْمَلَائِكَةِ، وَآتَانِي النَّصْرَ، وَجَعَلَ الرُّعْبَ أَمَامِي، وَآتَانِي الْكَوْثَرَ، وَجَعَلَ حَوْضِي مِنْ أَعْظَمِ الْحِيَاضِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَوَعَدَنِي الْمَقَامَ الْمَحْمُودَ وَالنَّاسُ مُهْطِعُونَ مُقْنِعُو رُءُوسِهِمْ، وَجَعَلَنِي فِي أَوَّلِ زُمْرَةٍ تَخْرُجُ مِنَ النَّاسِ، وَأَدْخَلَ فِي شَفَاعَتِي سَبْعِينَ أَلْفًا مِنْ أُمَّتِي الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَآتَانِي السُّلْطَانَ وَالْمُلْكَ، وَجَعَلَنِي فِي أَعْلَى غُرْفَةٍ فِي الْجَنَّةِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ، فَلَيْسَ فَوْقِي أَحَدٌ إِلَّا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ، وَأَحَلَّ لِيَ الْغَنَائِمَ، وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلَنَا".


Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabah Al-Lakhami, telah menceritakan kepadaku seseorang

yang pernah menghadiri majelis Ubadah ibnus-Samit, Ubadah mengatakan, "Ketika kami (para sahabat) berada di dalam masjid, saat itu Abu Bakar ada bersama kami sedang membaca sebagian dari Al-Qur'an. Kemudian datanglah

Abdullah ibnu Ubay ibnu SaluI yang saat itu membawa bantal dan permadani, lalu meletakkan bawaannya dan duduk bersandar padanya." Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah seorang yang berwajah cerah, fasih tutur katanya,

tetapi suka berdebat. Ia berkata, "Hai Abu Bakar, katakanlah kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu mukjizat kepada kami (orang-orang Yahudi) sebagaimana yang pernah didatangkan oleh para utusan terdahulu.

Musa datang dengan membawa luh-luh, Daud datang dengan membawa kitab Zabur, Saleh datang membawa mukjizat unta betina, Isa datang membawa kitab Injil dan hidangan dari langit." Abu Bakar r.a. menangis dan Rasulullah Saw.

keluar, lalu Abu Bakar berkata, "Marilah kita bangkit menemui Rasulullah Saw. untuk meminta pertolongan dalam menghadapi si munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya tidaklah layak aku dihormati dengan sambutan berdiri,

melainkan hanya Allah-lah yang pantas mendapat perlakuan seperti itu." Kami berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendapat tantangan dari orang munafik ini." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa sesungguhnya

Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Keluarlah kamu, dan ceritakanlah kepada(nya) tentang nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu oleh Allah dan keutamaan-keutamaan yang diberikan kepadamu." Rasulullah Saw.

melanjutkan sabdanya, "Jibril telah menyampaikan berita gembira kepadaku , bahwa aku diutus untuk orang yang berkulit merah dan berkulit hitam (semua bangsa), dan Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan peringatan

kepada jin. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadaku, sedangkan aku dalam keadaan ummi. Dia telah mengampuni semua dosaku yang terdahulu dan yang terkemudian, dan namaku disebut di dalam azan. Dia telah memberikan

bantuan para malaikat kepadaku, dan kemenangan datang kepadaku, rasa gentar yang mencekam hati musuh berada di hadapanku. Allah telah memberiku Telaga Kausar, dan menjadikan telagaku adalah telaga yang paling besar

di hari kiamat. Allah menjanjikan kepadaku kedudukan yang terpuji, sedangkan manusia saat itu menundukkan kepalanya dalam keadaan terhina. Allah menjadikan diriku termasuk orang-orang yang mula-mula dibangkitkan,

dan dimasukkan ke dalam syafaatku sejumlah tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku; semuanya masuk surga tanpa hisab. Allah telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan kerajaan, dan aku ditempatkan di istana

yang paling tinggi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Tiada seorang pun yang ada di atasnya kecuali hanya para malaikat penyangga' Arasy. Dihalalkan bagiku —juga bagi umatku— ganimah, yang sebelum itu tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun."Hadist ini berpredikat garib sekali.

Surat Al-Anbiya |21:2|

مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ

maa ya`tiihim min żikrim mir robbihim muḥdaṡin illastama'uuhu wa hum yal'abuun

Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil bermain-main.

No mention comes to them anew from their Lord except that they listen to it while they are at play

Tafsir
Jalalain

(Tidak datang kepada mereka suatu ayat Alquran pun yang baru diturunkan dari Rabb mereka) secara berangsur-angsur, yakni lafal Alquran

(melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main) mereka memperolok-oloknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 2 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Anbiya |21:3|

لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ ۗ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ۖ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ

laahiyatang quluubuhum, wa asarrun-najwallażiina zholamuu hal haażaaa illaa basyarum miṡlukum, a fa ta`tuunas-siḥro wa antum tubshiruun

hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-orang yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka, "(Orang) ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerimanya (sihir itu) padahal kamu menyaksikannya?"

With their hearts distracted. And those who do wrong conceal their private conversation, [saying], "Is this [Prophet] except a human being like you? So would you approach magic while you are aware [of it]?"

Tafsir
Jalalain

(Lagi dalam keadaan lalai) yakni kosong (hati mereka) untuk merenungkan makna-maknanya. (Dan mereka berbisik-bisik) mereka merahasiakan pembicaraan mereka

(yakni orang-orang yang zalim itu) lafal ayat ini merupakan Badal daripada Dhamir Wawu yang terdapat di dalam lafal Wa Asarrun Najwa ("Orang ini tidak lain) yakni Nabi Muhammad

(hanyalah seorang manusia seperti kalian) dan yang disampaikannya itu adalah sihir belaka (maka apakah kalian menerima sihir itu) yakni apakah kalian mau mengikutinya

(padahal kalian menyaksikannya") sedangkan kalian telah mengetahui, bahwa yang disampaikan itu adalah sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 3 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Anbiya |21:4|

قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

qoola robbii ya'lamul-qoula fis-samaaa`i wal-ardhi wa huwas-samii'ul-'aliim

Dia (Muhammad) berkata, "Tuhanku mengetahui (semua) perkataan di langit dan di bumi, dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui!"

The Prophet said, "My Lord knows whatever is said throughout the heaven and earth, and He is the Hearing, the Knowing."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah Muhammad) kepada mereka, ("Rabbku mengetahui semua perkataan) yang ada (di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar)

semua apa yang mereka rahasiakan di dalam pembicaraannya (lagi Maha Mengetahui") apa yang mereka rahasiakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 4 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Anbiya |21:5|

بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ

bal qooluuu adhghooṡu aḥlaam, baliftaroohu bal huwa syaa'ir, falya`tinaa bi`aayating kamaaa ursilal-awwaluun

Bahkan mereka mengatakan, "(Al-Qur´an itu buah) mimpi-mimpi yang kacau, atau hasil rekayasanya (Muhammad), atau bahkan dia hanya seorang penyair, cobalah dia datangkan kepada kita suatu tanda (bukti), seperti halnya rasul-rasul yang diutus terdahulu."

But they say, "[The revelation is but] a mixture of false dreams; rather, he has invented it; rather, he is a poet. So let him bring us a sign just as the previous [messengers] were sent [with miracles]."

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) lafal Bal menunjukkan makna Intiqal atau memindahkan suatu pembicaraan kepada pembicaraan yang lain. Hal ini bersifat tetap di dalam ketiga tempat I'rab

(mereka berkata pula:) dalam menanggapi Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, bahwa Alquran itu adalah ("Mimpi-mimpi yang kalut)

mimpi yang tidak menentu yang dilihat dalam tidurnya (malah diada-adakannya) dialah yang membuat-buatnya (bahkan dia sendiri seorang penyair) maka jelas yang disampaikannya itu adalah syair

(maka hendaklah ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana Rasul-rasul yang telah lalu diutus") yaitu semacam mukjizat unta Nabi Shaleh, tongkat dan tangan Nabi Musa, maka Allah swt. berfirman:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 5 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Anbiya |21:6|

مَا آمَنَتْ قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا ۖ أَفَهُمْ يُؤْمِنُونَ

maaa aamanat qoblahum ming qoryatin ahlaknaahaa, a fa hum yu`minuun

Penduduk suatu negeri sebelum mereka, yang telah Kami binasakan, mereka itu tidak beriman (padahal telah Kami kirimkan bukti). Apakah mereka akan beriman?

Not a [single] city which We destroyed believed before them, so will they believe?

Tafsir
Jalalain

(Tidak ada suatu negeri pun yang beriman sebelum mereka) yakni penduduknya (yang Kami telah binasakan) disebabkan kedustaan mereka terhadap mukjizat-mukjizat

yang didatangkan oleh Rasulnya (maka apakah mereka akan beriman) tentu saja tidak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 6 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Anbiya |21:7|

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

wa maaa arsalnaa qoblaka illaa rijaalan nuuḥiii ilaihim fas`aluuu ahlaż-żikri ing kuntum laa ta'lamuun

Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.

And We sent not before you, [O Muhammad], except men to whom We revealed [the message], so ask the people of the message if you do not know.

Tafsir
Jalalain

(Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu) menurut qiraat yang lain lafal Nuuhii dibaca Yuuhaa

(kepada mereka) mereka bukanlah malaikat (maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu) yakni ulama yang mengetahui kitab Taurat dan kitab Injil

(jika kalian tidak mengetahui) hal tersebut, sesungguhnya mereka mengetahuinya, mengingat kepercayaan kalian kepada ulama kitab Taurat dan Injil lebih kuat daripada kepercayaan kaum Mukminin kepada Muhammad.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 7 |

Tafsir ayat 7-9

Allah Swt. berfirman menjawab orang-orang yang mengingkari rasul dari kalangan manusia:


{وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلا رِجَالا يُوحَى إِلَيْهِمْ}


Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. (Al-Anbiya: 7) Yakni semua rasul yang terdahulu terdiri atas manusia laki-laki,

tiada seorang pun di antara mereka dari kalangan malaikat. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا يُوحَى إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى}


Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan seorang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109)


{قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ}


Katakanlah : "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Al-Ahqaf: 9) Dan firman Alah Swt. menceritakan perihal umat-umat terdahulu yang mengingkari hal ini melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا}


Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami? (At-Taghabun: 6) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}


maka tanyakanlah oleh kalian kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 7) Maksudnya, tanyakanlah kepada ahlul ilmi dari kalangan umat-umat terdahulu —seperti kaum Yahudi dan kaum Nasrani

dan semua pemeluk agama terdahulu— apakah rasul-rasul yang datang kepada mereka itu manusia atau malaikat? Jawaban mereka tentu saja tiada lain adalah manusia. Hal ini merupakan nikmat Allah Swt.

yang sempurna kepada makhluk-Nya, karena Dia mengutus rasul-rasul-Nya kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, sehingga para rasul itu dapat menyampaikan kepada mereka dan mereka dapat menerima dari para rasul. Firman Allah Swt.:


{وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ}


Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan. (Al-Anbiya: 8) Yaitu sesungguhnya para rasul itu memiliki jasad sebagaimana manusia biasa dan makan sebagaimana manusia makan. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ}


Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 20) Sesungguhnya para rasul itu adalah manusia biasa, mereka makan dan minum

seperti lazimnya manusia, memasuki pasar-pasar untuk mencari mata pencaharian dan berdagang. Hal tersebut tidaklah membahayakan mereka dan tidak pula mengurangi sedikit pun martabat mereka seperti yang didugakan oleh orang-orang musyrik dalam ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:


{مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا}


Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) diturunkan

kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari (hasil) nya? (Al-Furqan: 7-8) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ}


dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. (Al-Anbiya: 8) di dunia ini; bahkan mereka hidup, lalu mati sebagaimana manusia biasa. Ucapan mereka dijawab oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang Khitab­nya ditujukan kepada Nabi Saw., yaitu:


{وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ}


Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu. (Al-Anbiya: 34) Keistimewaan para rasul itu ialah mereka diberi wahyu oleh Allah Swt. Para malaikat turun kepada mereka

membawa wahyu dari Allah yang berisikan hukum-hukum buat makhluk-Nya, menyangkut perintah dan larangan-Nya.Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ}


Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan). (Al-Anbiya: 9) Yakni janji yang telah diberikan oleh Tuhan mereka, bahwa sesungguhnya Dia akan membinasakan orang-orang yang zalim.

Allah memenuhi janj i-Nya kepada para rasul dan terlaksanalah janj i-Nya itu. Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:


{فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ}


Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki. (Al-Anbiya: 9) Yaitu para pengikut mereka dari kalangan orang-orang yang beriman.


{وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ}


dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. (Al-Anbiya: 9) Yakni orang-orang yang mendustakan apa yang disampaikan oleh para rasul.

Surat Al-Anbiya |21:8|

وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

wa maa ja'alnaahum jasadal laa ya`kuluunath-tho'aama wa maa kaanuu khoolidiin

Dan Kami tidak menjadikan mereka (rasul-rasul) suatu tubuh yang tidak memakan makanan, dan mereka tidak (pula) hidup kekal.

And We did not make the prophets forms not eating food, nor were they immortal [on earth].

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah Kami jadikan mereka) para rasul itu (tubuh-tubuh) lafal Jasadun sekalipun kata tunggal tetapi maknanya jamak (yang tiada memakan makanan)

tetapi justru mereka memakannya (dan tidak pula mereka itu orang-orang yang kekal) hidup di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 8 |

Penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Anbiya |21:9|

ثُمَّ صَدَقْنَاهُمُ الْوَعْدَ فَأَنْجَيْنَاهُمْ وَمَنْ نَشَاءُ وَأَهْلَكْنَا الْمُسْرِفِينَ

ṡumma shodaqnaahumul-wa'da fa anjainaahum wa man nasyaaa`u wa ahlaknal-musrifiin

Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas.

Then We fulfilled for them the promise, and We saved them and whom We willed and destroyed the transgressors.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami tepati janji kepada mereka) yaitu untuk menyelamatkan mereka (maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki)

yakni orang-orang yang beriman kepada para rasul itu (dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas) yaitu orang-orang yang mendustakan para rasul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 9 |

Penjelasan ada di ayat 7

Surat Al-Anbiya |21:10|

لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

laqod anzalnaaa ilaikum kitaaban fiihi żikrukum, a fa laa ta'qiluun

Sungguh, telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur´an) yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu. Maka apakah kamu tidak mengerti?

We have certainly sent down to you a Book in which is your mention. Then will you not reason?

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kalian) hai orang-orang Quraisy (sebuah Kitab yang di dalamnya disebutkan diri kalian)

disebabkan ia memakai bahasa kalian sendiri. (Maka apakah kalian tiada memahaminya) lalu beriman kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 10 |

Tafsir ayat 10-15

Allah Swt. mengingatkan kemuliaan Al-Qur'an seraya menganjurkan kepada mereka untuk mengetahui kedudukannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ}


Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagi kalian. (Al-Anbiya: 10) Ibnu Abbas mengatakan, makna Zikrukum ialah sebab-sebab kemuliaan bagi kalian.

Menurut Mujahid, maknanya ialah sebab-sebab yang membuat kalian terkenal. Sedangkan Al-Hasan mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah agama kalian.


أَفَلا تَعْقِلُونَ


Maka apakah kalian tiada memahaminya? (Al-Anbiya: 10) Maksudnya, memahami nikmat ini dan sebagai terima kasih kalian ialah kalian menerimanya dengan penerimaan yang baik. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ}


Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 44) Adapun firman Allah Swt:


{وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً}


Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri-negeri yang zalim yang telah Kami binasakan. (Al-Anbiya: 11) Lafaz "kam" mengandung makna banyak. Seperti makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ}


Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17)


{فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ}


Berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya. (Al-Hajj: 45), hingga akhir ayat. Firman Allah Swt.:


{وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ}


dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain. (Al-Anbiya: 11) Artinya, Kami gantikan mereka dengan kaum yang lain sesudah mereka binasa.


{فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا}


Maka tatkala mereka merasakan azab Kami. (Al-Anbiya: 12) Yakni mereka merasa yakin bahwa azab bakal menimpa mereka sebagai suatu kepastian sesuai dengan apa yang diancamkan oleh nabi mereka.


{إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ}


tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya. (Al-Anbiya: 12) Maksudnya, mereka melarikan diri dari azab itu.


{لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ}


Janganlah kamu lari tergesa-gesa, kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediaman kalian (yang baik). (Al-Anbiya: 13) Ungkapan ini mengandung nada memperolok-olokkan mereka.

Yakni dikatakan kepada mereka dengan nada meremehkan, "Janganlah kalian lari terbirit-birit karena turunnya azab, kembalilah kalian kepada kenikmatan yang kalian bergelimang di dalamnya dan kepada kehidupan

serta tempat-tempat tinggal kalian yang baik-baik itu." Menurut Qatadah, ungkapan ini mengandung nada ejekan terhadap mereka.


{لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ}


supaya kalian ditanya. (Al-Anbiya: 13) Yaitu dimintai pertanggungjawaban tentang perbuatan kalian, apakah kalian telah mensyukuri nikmat-nikmat yang kalian peroleh?


{قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ}


Mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”(Al-Anbiya: 14) Mereka mengakui dosa-dosa mereka (saat azab akan menimpa mereka), tetapi nasi sudah menjadi bubur, hal itu tiada bermanfaat bagi mereka.


{فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّى جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا خَامِدِينَ}


Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (Al-Anbiya: 15) Yakni alasan itulah yang terus menerus mereka ucapkan hingga Kami tuai mereka sehabis-habisnya, dan binasalah mereka tanpa bisa bergerak dan bersuara lagi.

Surat Al-Anbiya |21:11|

وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ

wa kam qoshomnaa ming qoryating kaanat zhoolimataw wa ansya`naa ba'dahaa qouman aakhoriin

Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang zalim yang telah Kami binasakan dan Kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya).

And how many a city which was unjust have We shattered and produced after it another people.

Tafsir
Jalalain

(Dan berapa banyaknya Kami telah binasakan) kami hancurkan (beberapa negeri) yakni penduduk-penduduknya (yang penduduknya zalim) berbuat kekafiran (dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 11 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Anbiya |21:12|

فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ

fa lammaaa aḥassuu ba`sanaaa iżaa hum min-haa yarkudhuun

Maka ketika mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari (negerinya) itu.

And when its inhabitants perceived Our punishment, at once they fled from it.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala mereka merasakan azab Kami) penduduk negeri-negeri tersebut merasakan kebinasaannya telah dekat (tiba-tiba mereka lari tergesa-gesa daripadanya) mereka berupaya melarikan diri secepatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 12 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Anbiya |21:13|

لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَىٰ مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ

laa tarkudhuu warji'uuu ilaa maaa utriftum fiihi wa masaakinikum la'allakum tus`aluun

Janganlah kamu lari tergesa-gesa, kembalilah kamu kepada kesenangan hidupmu dan tempat-tempat kediamanmu (yang baik) agar kamu dapat ditanya.

[Some angels said], "Do not flee but return to where you were given luxury and to your homes - perhaps you will be questioned."

Tafsir
Jalalain

Kemudian berkatalah para Malaikat pembawa azab kepada mereka dengan nada mengejek, ("Janganlah kalian lari tergesa-gesa, kembalilah kalian kepada kemewahan yang telah kalian rasakan)

kepada nikmat yang telah diberikan kepada kalian (dan kepada tempat-tempat kediaman kalian, supaya kalian ditanya") tentang sesuatu dari keduniaan milik kalian, sebagaimana biasanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 13 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Anbiya |21:14|

قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ

qooluu yaa wailanaaa innaa kunnaa zhoolimiin

Mereka berkata, "Betapa celaka kami, sungguh, kami orang-orang yang zalim."

They said, "O woe to us! Indeed, we were wrongdoers."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Aduhai) huruf Ya di sini menunjukkan makna penyesalan (celakalah kami) binasalah kami (sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim") disebabkan kami kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 14 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Anbiya |21:15|

فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّىٰ جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا خَامِدِينَ

fa maa zaalat tilka da'waahum ḥattaa ja'alnaahum ḥashiidan khoomidiin

Maka demikianlah keluhan mereka berkepanjangan sehingga mereka Kami jadikan sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.

And that declaration of theirs did not cease until We made them [as] a harvest [mowed down], extinguished [like a fire].

Tafsir
Jalalain

(Maka tetaplah demikian) kalimat-kalimat itu sebagai (keluhan mereka) yang mereka serukan dan mereka ulang-ulang (sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai)

bagaikan tanaman yang dipanen dengan sabit; seumpamanya mereka dibunuh dengan memakai pedang (yang tidak dapat hidup lagi) mereka mati bagaikan padamnya nyala api bila dimatikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 15 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Al-Anbiya |21:16|

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ

wa maa kholaqnas-samaaa`a wal-ardho wa maa bainahumaa laa'ibiin

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main.

And We did not create the heaven and earth and that between them in play.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main) tiada gunanya, tetapi justru hal ini menjadi bukti

yang menunjukkan kekuasaan Kami dan sekaligus sebagai manfaat buat hamba-hamba Kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 16 |

Tafsir ayat 16-20

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya, yakni dengan adil dan pertengahan (seimbang).


{لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى}


supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Al-Najm: 31)

Dia tidak menciptakan semuanya itu secara sia-sia dan main-main. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:


{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ}


Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27) Adapun firman Allah Swt.:


{لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ}


Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian (tentulah Kami telah melakukannya). (Al-Anbiya: 17) Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan

dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. (Al-Anbiya: 17) Makna lafaz ladunna sama dengan 'indina yang artinya dari sisi Kami.

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa 'jika demikian keadaannya, maka Kami tidak perlu menciptakan surga, neraka, kematian, kebangkitan, dan hisab amal perbuatan'. Al-Hasan dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan. (Al-Anbiya: 17) Bahwa al-lahwu artinya wanita menurut bahasa orang-orang Yaman, Ibrahim An-Nakha'i mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: tentulah Kami membuatnya. (Al-Anbiya: 17) Yakni dari kalangan bidadari yang bermata jelita. Ikrimah dan As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-lahwu dalam ayat ini ialah anak.

Pendapat yang sebelumnya berkaitan erat dengan pendapat ini. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لاصْطَفَى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ سُبْحَانَهُ}


Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya, Mahasuci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az-Zumar: 4)

Allah Swt. menyucikan diri-Nya dari memungut anak secara mutlak, terlebih lagi dari tuduhan dusta lagi batil yang dilancarkan oleh mereka, bahwa Dia mengambil Isa, atau Uzair, atau malaikat sebagai anak-Nya.


{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا}


Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al-Isra: 43) Firman Allah Swt.:


{إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ}


Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). (Al-Anbiya: 17) Qatadah, As-Saddi, Ibrahim An-Nakha'i, dan Mugirah ibnu Miqsam mengatakan bahwa makna ayat ini ialah 'Kami tidak akan melakukan hal itu'.

Mujahid mengatakan bahwa semua lafaz in yang ada di dalam Al-Qur'an mengandung makna ingkar atau bantahan. Firman Allah Swt.:


{بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ}


Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil. (Al-Anbiya: 18) Maksudnya, Kami menjelaskan perkara hak untuk mengalahkan perkara yang batil. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ}


lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiya: 18) Yakni surut dan lenyap.


{وَلَكُمُ الْوَيْلُ}


Dan kecelakaanlah bagi kalian. (Al-Anbiya: 18) hai orang-orang yang mengatakan bahwa Allah beranak.


{مِمَّا تَصِفُونَ}


disebabkan kalian menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (Al-Anbiya: 18) Yaitu dikarenakan perkataan dan kedustaan kalian itu. Kemudian Allah Swt. menyebutkan sifat para malaikat,

bahwa mereka adalah hamba-hamba-Nya dan kebiasaan mereka adalah melakukan ketaatan kepada­Nya sepanjang siang dan malam hari, tiada henti-hentinya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:/pr>

{وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ}


Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikai-malaikat yang di sisi-Nya. (Al-Anbiya: 19) Yang dimaksud ialah para malaikat yang ada di sisi-Nya.


{لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ}


mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya. (Al-Anbiya: 19) Artinya, para malaikat itu tiada hentinya melakukan penyembahan kepada­Nya secara terus-menerus. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلا الْمَلائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا}


Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. (An-Nisa: 172) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلا يَسْتَحْسِرُونَ}


dan tiada (pula) merasa letih. (Al-Anbiya: 19) Yaitu, mereka tidak pernah merasa lelah, tidak pula merasa jenuh untuk menyembah-Nya.


{يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ}


Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (Al-Anbiya: 20) Mereka terus-menerus bekerja sepanjang malam dan siang dengan penuh ketaatan, tulus ikhlas, serta mampu melakukannya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ}


mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan­Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي دُلامة الْبَغْدَادِيِّ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ صَفْوَانِ بْنِ مُحرِز، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَام قَالَ: بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَصْحَابِهِ، إِذْ قَالَ لَهُمْ: "هَلْ تَسْمَعُونَ مَا أَسْمَعُ؟ " قَالُوا: مَا نَسْمَعُ مِنْ شَيْءٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي لَأَسْمَعُ أَطِيطَ السَّمَاءِ، وَمَا تُلَامُ أَنْ تَئِطَّ، وَمَا فِيهَا مَوْضِعِ شِبْر إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Dilamah Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz,

dari Hakim ibnu Hizam yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di antara para sahabatnya, tiba-tiba beliau bersabda kepada mereka, "Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?" Mereka menjawab,

"Kami tidak mendengar sesuatu pun." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku mendengar suara gemuruh di langit, dan tidaklah dicela bila langit mengeluarkan suara bergemuruh; karena tiada sejengkal tempat pun darinya,

melainkan terdapat seorang malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri (menyembah Allah Swt.).Hadis berpredikat garib, kebanyakan ulama hadis tidak ada yang mengetengahkannya. Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula

melalui jalur Yazid ibnu Abu Zurai', dari Sa'id, dari Qatadah secara mursal. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hisan ibnu Mukhariq dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal yang mengatakan bahwa ia pernah duduk di majelis

Ka'bul Ahbar saat masih kecil. Lalu ia bertanya kepadanya bagaimanakah pendapatmu mengenai firman Allah Swt. kepada para malaikat yang menyatakan: Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (Al-Anbiya: 20)

"Apakah tidak mengganggu tasbih mereka Kalam Allah, risalah dan apa yang ditugaskan kepada mereka." Ka'bul Ahbar bertanya, "Siapakah anak ini?" Mereka menjawab, "Dia dari kalangan Bani Abdul Muttalib." Maka Ka'bul Ahbar

mencium kepalanya dan berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya tasbih telah dijadikan bagi mereka sebagaimana dijadikan napas bagi kalian. Bukankah kamu berbicara sambil bernapas, dan berjalan sambil bernapas? (Itulah keadaan tasbih mereka)."

Surat Al-Anbiya |21:17|

لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لَاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ

lau arodnaaa an nattakhiża lahwal lattakhożnaahu mil ladunnaaa ing kunnaa faa'iliin

Seandainya Kami hendak membuat suatu permainan (istri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat demikian.

Had We intended to take a diversion, We could have taken it from [what is] with Us - if [indeed] We were to do so.

Tafsir
Jalalain

(Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan) hal-hal yang dapat dijadikan hiburan seperti istri dan anak (tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami)

para bidadari dan para Malaikat. (Jika Kami menghendaki berbuat) demikian, tetapi Kami tidak akan memperbuatnya dan tidak menghendakinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 17 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Anbiya |21:18|

بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ ۚ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ

bal naqżifu bil-ḥaqqi 'alal-baathili fa yadmaghuhuu fa iżaa huwa zaahiq, wa lakumul-wailu mimmaa tashifuun

Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. Dan celaka kamu karena kamu menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya).

Rather, We dash the truth upon falsehood, and it destroys it, and thereupon it departs. And for you is destruction from that which you describe.

Tafsir
Jalalain

(Sebenarnya Kami melontarkan) yakni melemparkan (yang hak) iman (kepada yang batil) yakni kekafiran (lalu yang hak itu menghancurkannya)

yakni melenyapkan yang batil (maka dengan serta merta yang batil itu lenyap) hilang. Asal makna lafal Damaghahu adalah menimpakan pukulan pada otak,

yaitu tempat yang mematikan. (Dan bagi kalian) hai orang-orang kafir Mekah (kecelakaan) azab yang keras (disebabkan apa yang kalian sifatkan itu) bahwa Allah mempunyai istri atau anak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 18 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Anbiya |21:19|

وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ

wa lahuu man fis-samaawaati wal-ardh, wa man 'indahuu laa yastakbiruuna 'an 'ibaadatihii wa laa yastaḥsiruun

Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.

To Him belongs whoever is in the heavens and the earth. And those near Him are not prevented by arrogance from His worship, nor do they tire.

Tafsir
Jalalain

(Dan kepunyaan-Nyalah) kepunyaan Allahlah (segala yang di langit dan di bumi) sebagai milik-Nya (dan makhluk yang di sisi-Nya) yakni para malaikat.

Jumlah kalimat ayat ini menjadi Mubtada, sedangkan Khabarnya ialah (mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada pula merasa letih) tiada merasa payah dalam menyembah-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Anbiya |21:20|

يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ

yusabbiḥuunal-laila wan-nahaaro laa yafturuun

Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.

They exalt [Him] night and day [and] do not slacken.

Tafsir
Jalalain

(Mereka selalu bertasbih malam dan siang dengan tiada henti-hentinya) bertasbih bagi mereka bagaikan nafas dalam diri kita; tiada sesuatu pun yang mengganggunya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 20 |

Penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Anbiya |21:21|

أَمِ اتَّخَذُوا آلِهَةً مِنَ الْأَرْضِ هُمْ يُنْشِرُونَ

amittakhożuuu aalihatam minal-ardhi hum yunsyiruun

Apakah mereka mengambil Tuhan-Tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)?

Or have men taken for themselves gods from the earth who resurrect [the dead]?

Tafsir
Jalalain

(Apakah) makna lafal Am di sini sama dengan lafal Bal, artinya akan tetapi. Sedangkan Hamzah Istifhamnya menunjukkan makna ingkar (mereka mengambil tuhan-tuhan)

yang diadakan (dari bumi) seperti dari batu, emas dan perak (yang mereka) yakni tuhan-tuhan itu (dapat menghidupkan) orang-orang yang telah mati Tentu saja tidak dapat;

bukanlah Tuhan melainkan yang dapat menghidupkan orang-orang yang mati.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 21 |

Tafsir ayat 21-23

Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang yang menjadikan tuhan-tuhan selain-Nya sebagai sesembahan mereka:


{اتَّخَذُوا آلِهَةً مِنَ الأرْضِ هُمْ يُنْشِرُونَ}


Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? (Al-Anbiya: 21) Yakni apakah tuhan-tuhan sembahan mereka itu dapat menghidupkan orang-orang mati dan membangkitkan mereka

dari tanah? Tentu saja mereka tidak akan mampu melakukan sesuatu pun dari itu. Maka mengapa mereka menjadikannya sebagai tandingan Allah yang mereka sembah-sembah di samping-Nya.

Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa seandainya ada tuhan-tuhan lain selain Allah, tentulah langit dan bumi ini akan rusak. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ لَفَسَدَتَا}


Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. (Al-Anbiya: 22) Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ}


Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu

akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. (Al-Mu’minun: 91) Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ}


Maka Mahasuci Allah yang mempunyai 'Arasy daripada apa yang mereka sifatkan. (Al-Anbiya: 22)Yaitu Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan, bahwa Allah beranak atau bersekutu.

Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari apa yang dibuat-buat oleh mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Firman Allah Swt.:


{لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ}


Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23) Yakni Dialah Yang memutuskan, tiada yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya dan tiada seorang pun yang dapat menolak keputusan­Nya karena keagungan, kebesaran, ilmu, hikmah, keadilan, dan belas kasihan-Nya.


{وَهُمْ يُسْأَلُونَ}


dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23) Maksudnya, Dialah yang akan menanyai makhluk-Nya tentang apa yang telah mereka perbuat. Semakna dengan firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:


{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Sama pula dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ}


sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya. (Al-Mu’minun: 88)

Surat Al-Anbiya |21:22|

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

lau kaana fiihimaaa aalihatun illallohu lafasadataa, fa sub-ḥaanallohi robbil-'arsyi 'ammaa yashifuun

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang memiliki 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.

Had there been within the heavens and earth gods besides Allah, they both would have been ruined. So exalted is Allah, Lord of the Throne, above what they describe.

Tafsir
Jalalain

Sekiranya ada pada keduanya) di langit dan di bumi (tuhan-tuhan selain Allah tentulah keduanya itu telah rusak binasa) maksudnya akan menyimpang daripada tatanan biasanya

sebagaimana yang kita saksikan sekarang, hal itu disebabkan adanya persaingan di antara dua kekuasaan yang satu sama lain tiada bersesuaian, yang satu mempunyai ketentuan sendiri

dan yang lainnya demikian pula. (Maka Maha Suci) yakni sucilah (Allah Rabb) Pencipta (Arasy) yakni singgasana atau Al Kursi (daripada apa yang mereka sifatkan)

dari apa yang disifatkan oleh orang-orang kafir terhadap Allah swt. seperti mempunyai sekutu dan lain sebagainya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 22 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Anbiya |21:23|

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

laa yus`alu 'ammaa yaf'alu wa hum yus`aluun

Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.

He is not questioned about what He does, but they will be questioned.

Tafsir
Jalalain

(Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai) tentang perbuatan-perbuatan mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 23 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Anbiya |21:24|

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً ۖ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ ۖ هَٰذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي ۗ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ ۖ فَهُمْ مُعْرِضُونَ

amittakhożuu min duunihiii aalihah, qul haatuu bur-haanakum, haażaa żikru mam ma'iya wa żikru mang qoblii, bal akṡaruhum laa ya'lamuunal-ḥaqqo fa hum mu'ridhuun

Atau apakah mereka mengambil Tuhan-Tuhan selain Dia? Katakanlah (Muhammad), "Kemukakanlah alasan-alasanmu! (Al-Qur´an) ini adalah peringatan bagi orang yang bersamaku dan peringatan bagi orang sebelumku." Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak (kebenaran), karena itu mereka berpaling.

Or have they taken gods besides Him? Say, [O Muhammad], "Produce your proof. This [Qur'an] is the message for those with me and the message of those before me." But most of them do not know the truth, so they are turning away.

Tafsir
Jalalain

(Apakah mereka mengambil selain daripada-Nya) selain dari Allah (sebagai tuhan-tuhan) kata tanya atau Istifham di sini mengandung makna ejekan

' (Katakanlah, "Unjukkanlah bukti kalian!") yang menunjukkan kebenaran dugaan kalian itu. Dan sekali-kali kalian tidak akan dapat melakukannya.

(Ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku) yakni umatku; yang dimaksud "ini" adalah Alquran, (dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku)

umat-umat sebelumku, yang dimaksud adalah kitab Taurat, Injil dan kitab-kitab Allah yang lainnya: Tidak ada satu pun kitab-kitab itu yang mengatakan, bahwa ada Tuhan di samping Allah,

sebagaimana yang dikatakan mereka; Maha Suci Allah dari hal tersebut. (Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak) tidak mengetahui keesaan Allah

(karena itu mereka berpaling) dari memikirkan hal-hal yang dapat mengantarkan mereka kepada ajaran tauhid.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 24 |

Tafsir ayat 24-25

Firman Allah Swt.:


{اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً قُلْ}


Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya. Katakanlah. (Al-Anbiya: 24) hai Muhammad.


{هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ}


Unjukkanlah hujah kalian! (Al-Anbiya: 24) Yakni dalil yang dijadikan pegangan bagi ucapan kalian itu.


{هَذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ}


ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku. (Al-Anbiya: 24) yakni Al-Qur'an


{وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي}


dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku. (Al-Anbiya: 24) Yaitu kitab-kitab terdahulu, semuanya berbeda dengan apa yang kalian katakan dan kalian dugakan. Karena semua kitab yang diturunkan kepada semua nabi

yang diangkat menjadi utusan mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Akan tetapi, kalian —hai orang-orang musyrik— tidak mengetahui perkara yang hak, dan kalian selalu berpaling darinya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا يُوحَى إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku!" (Al-Anbiya: 25) Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya yang mengatakan:


{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}


Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Tagut itu.”(An-Nahl:36) Setiap nabi yang diutus oleh Allah menyeru manusia untuk menyembah Allah semata,

tiada sekutu bagi-Nya, dan fitrah manusia membenarkan hal ini. Orang-orang musyrik tidak mempunyai bukti dan hujah buat alasan mereka di hadapan Tuhannya kelak di hari kemudian, dan bagi mereka murka Allah dan azab yang pedih.

Surat Al-Anbiya |21:25|

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

wa maaa arsalnaa ming qoblika mir rosuulin illaa nuuḥiii ilaihi annahuu laaa ilaaha illaaa ana fa'buduun

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku maka sembahlah Aku.

And We sent not before you any messenger except that We revealed to him that, "There is no deity except Me, so worship Me."

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan) dalam satu qiraat lafal Nuuhii dibaca Yuuhaa

(kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian") artinya tauhidkanlah atau esakanlah Aku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 25 |

Penjelasan ada di ayat 24

Surat Al-Anbiya |21:26|

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۚ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ

wa qooluttakhożar-roḥmaanu waladan sub-ḥaanah, bal 'ibaadum mukromuun

Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak." Maha Suci Dia. Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan,

And they say, "The Most Merciful has taken a son." Exalted is He! Rather, they are [but] honored servants.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pengasih telah mengambil anak") berupa Malaikat-malaikat (Maha Suci Allah. Sebenarnya) para malaikat itu

(adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan) di sisi-Nya; dan pengertian kehambaan ini jelas bertentangan dengan pengertian keanakan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 26 |

Tafsir ayat 26-29

Allah Swt. menjawab orang yang menduga bahwa Allah Swt. Yang Mahatinggi lagi Mahasuci mempunyai anak dari kalangan malaikat, seperti yang dikatakan oleh sebagian orang-orang Arab di masa lalu.

Mereka mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. Maka Allah Swt. menjawab mereka melalui firman-Nya:


{سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ}


Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26) Yakni para malaikat itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan di sisi-Nya pada kedudukan dan derajat yang tinggi, dan mereka sangat taat kepada-Nya, baik secara ucapan maupun perbuatan.


{لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ}


mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al-Anbiya: 27) Maksudnya, mereka tidak pernah mengucapkan kata-kata di hadapan­Nya dan mereka tidak pernah menentang

apa yang diperintahkan kepada mereka, bahkan mereka bersegera mengerjakannya. Dan pengetahuan Allah meliputi mereka, tiada sesuatu pun dari mereka yang tersembunyi oleh pengetahuan-Nya.


{يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ}


Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka. (Al-Anbiya: 28) Firman Allah Swt.:


{وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى}


dan mereka tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridai Allah. (Al-Anbiya: 28) Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:


{مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}


Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? (Al-Baqarah: 255) Dan firman-Nya dalam ayat lain.


{وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}


Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu. (Saba: 23) Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang semakna.


{وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ}


dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (Al-Anbiya: 28) Yaitu karena takut dan gentar kepada kebesaran-Nya.


{مُشْفِقُونَ وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ}


Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah.” (Al-Anbiya: 29) Yakni seseorang dari mereka yang mengakui dirinya sebagai tuhan di samping Allah.


{فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ}


maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya: 29) Yaitu setiap orang yang mengatakan demikian. Makna ayat ini mengandung arti syarat,

dan syarat itu bukan berarti pasti terjadi; sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ}


Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula menyembah (anak itu). (Az-Zukhruf: 81) Dan firman Allah Swt.:


{لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ}


Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amal­mu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 65)

Surat Al-Anbiya |21:27|

لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ

laa yasbiquunahuu bil-qouli wa hum bi`amrihii ya'maluun

mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.

They cannot precede Him in word, and they act by His command.

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan) mereka sama sekali tidak pernah berkata melainkan setelah ada firman-Nya (dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya) yakni setelah diperintahkan oleh-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 27 |

Penjelasan ada di ayat 26

Surat Al-Anbiya |21:28|

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ

ya'lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum wa laa yasyfa'uuna illaa limanirtadhoo wa hum min khosy-yatihii musyfiquun

Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.

He knows what is [presently] before them and what will be after them, and they cannot intercede except on behalf of one whom He approves. And they, from fear of Him, are apprehensive.

Tafsir
Jalalain

(Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka) apa yang telah mereka kerjakan dan yang sedang mereka kerjakan

(dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai) oleh Allah swt. untuk mendapatkannya (dan mereka karena takut kepada-Nya) kepada Allah swt. (selalu berhati-hati) selalu takut kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 28 |

Penjelasan ada di ayat 26

Surat Al-Anbiya |21:29|

وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَٰهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَٰلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ

wa may yaqul min-hum inniii ilaahum min duunihii fa żaalika najziihi jahannam, każaalika najzizh-zhoolimiin

Dan barang siapa di antara mereka berkata, "Sungguh, aku adalah Tuhan selain Allah," maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang zalim.

And whoever of them should say, "Indeed, I am a god besides Him"- that one We would recompense with Hell. Thus do We recompense the wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada-Nya") selain daripada Allah swt.,

dia adalah iblis yang menganjurkan manusia untuk menyembah dan taat kepada perintahnya (maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikianlah)

sebagaimana Kami memberikan balasan kepada iblis (Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang musyrik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 29 |

Penjelasan ada di ayat 26

Surat Al-Anbiya |21:30|

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

a wa lam yarollażiina kafaruuu annas-samaawaati wal-ardho kaanataa rotqon fa fataqnaahumaa, wa ja'alnaa minal-maaa`i kulla syai`in ḥayy, a fa laa yu`minuun

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?

Have those who disbelieved not considered that the heavens and the earth were a joined entity, and We separated them and made from water every living thing? Then will they not believe?

Tafsir
Jalalain

(Apakah tidak) dapat dibaca Awalam atau Alam (melihat) mengetahui (orang-orang yang kafir itu, bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu merupakan suatu yang padu)

bersatu (kemudian Kami pisahkan) Kami jadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang sebelumnya

tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan, yang sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya.

(Dan daripada air Kami jadikan) air yang turun dari langit dan yang keluar dari mata air di bumi (segala sesuatu yang hidup) tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya,

maksudnya airlah penyebab bagi kehidupannya. (Maka mengapakah mereka tiada juga beriman) kepada keesaan-Ku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 30 |

Tafsir ayat 30-33

Allah Swt. berfirman seraya mengingatkan (manusia) akan kekuasaan­Nya Yang Mahasempurna lagi Mahabesar dalam menciptakan segala sesuatu dan semua makhluk tunduk kepada Keperkasaan-Nya. Untuk itu disebutkan dalam ayat berikut:


{أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا}


Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui. (Al-Anbiya: 30) Yakni orang-orang yang mengingkari ketuhanan-Nya lagi menyembah yang lain bersama Dia. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah,

Dialah Yang Maha Menyendiri dalam menciptakan makhluk-Nya, lagi Mahakuasa dalam mengatur makhluk-Nya. Maka apakah pantas bila Dia disembah bersama dengan yang selain-Nya, atau mempersekutukan-Nya dengan yang lain?

Tidakkah mereka perhatikan bahwa langit dan bumi itu pada asalnya menyatu. Dengan kata lain, satu sama lainnya menyatu dan bertumpuk-tumpuk pada mulanya. Lalu keduanya dipisahkan dari yang lain,

maka langit dijadikan-Nya tujuh lapis, bumi dijadikan-Nya tujuh lapis pula. Dia memisahkan antara langit yang terdekat dan bumi dengan udara, sehingga langit dapat menurunkan hujannya dan dapat membuat tanah (bumi) menjadi subur karenanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ}


Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Al-Anbiya: 30) Padahal mereka menyaksikan semua makhluk tumbuh sedikit demi sedikit dengan jelas dan gamblang.

Semuanya itu menunjukkan adanya Pencipta, Yang Membuat semuanya, Berkehendak Memilih, dan Mahakuasa atas segala sesuatu.


فَفِي كُلّ شَيْءٍ لَهُ آيَة ... تَدُلّ علَى أنَّه وَاحد ...


Pada segala sesuatu terdapat tanda (yang menunjukkan kekuasaan)-Nya, bahwa Dia adalah Maha Esa. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ikrimah, bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya,

"Apakah pada permulaannya penciptaan malam lebih dahulu, ataukah siang lebih dahulu?" Ibnu Abbas menjawab, "Bagaimanakah menurut kalian, langit dan bumi saat keduanya masih menjadi satu, tentu di antara keduanya

tiada lain kecuali hanya kegelapan. Demikian itu agar kalian mengetahui bahwa malam itu terjadi sebelum siang." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Ibrahim ibnu Abu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Hatim dari Hamzah ibnu Abu Muhammad, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya menanyakan langit dan bumi

yang dahulunya suatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya. Ibnu Umar berkata, " Pergilah kepada syekh itu, lalu tanyakanlah kepadanya, kemudian datanglah kamu kemari dan ceritakanlah kepadaku apa yang telah dikatakannya."

Lelaki itu pergi menemui Ibnu Abbas dan menanyakan masalah itu kepadanya. Ibnu Abbas menjawab, "Ya, memang dahulunya langit itu terpadu, tidak dapat menurunkan hujan; dan bumi terpadu (dengannya) sehingga tidak dapat

menumbuhkan tetumbuhan. Setelah Allah menciptakan bagi bumi orang yang menghuninya, maka Dia memisahkan langit dari bumi dengan menurunkan hujan, dan memisahkan bumi dari langit dengan menumbuhkan tetumbuhan.

" Lelaki itu kembali kepada Ibnu Umar dan menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas. Maka Ibnu Umar berkata, "Sekarang aku mengetahui bahwa Ibnu Abbas telah dianugerahi ilmu tentang Al-Qur'an. Dia benar,

memang demikianlah pada asal mulanya." Ibnu Umar mengatakan, "Sebelumnya aku sering mengatakan bahwa betapa beraninya Ibnu Abbas dalam menafsirkan Al-Qur'an, sekarang aku mengetahui bahwa dia benar-benar

telah dianugerahi ilmu takwil Al-Our'an." Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa langit ini dahulunya merupakan sesuatu yang terpadu, tidak dapat menurunkan hujan, lalu menurunkan hujan. Bumi ini juga dahulunya merupakan sesuatu

yang terpadu tidak dapat menumbuhkan tetumbuhan, lalu dijadikan dapat menumbuhkan tetumbuhan. Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Saleh Al-Hanafi tentang makna firman-Nya:

bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang terpadu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al-Anbiya: 30) Bahwa langit dahulunya menyatu, lalu dipisahkan menjadi tujuh lapis langit;

dan bumi dahulunya menyatu, lalu dipisah-pisahkan menjadi tujuh lapis. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, hanya ditambahkan dalam riwayatnya bahwa langit dan bumi menjadi tidak saling berkaitan.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, bahkan langit dan bumi pada mulanya saling melekat; setelah langit ditinggikan dan ditampakkan darinya bumi ini, maka kejadian inilah yang disebutkan 'pemisahan' dalam Al-Qur'an.

Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa langit dan bumi merupakan suatu yang terpadu, lalu dipisahkan di antara keduanya oleh udara ini. Firman Allah Swt.:


{وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ}


Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Al-Anbiya: 30) Yakni air merupakan asal mula dari semua makhluk hidup.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو الْجَمَاهِرِ ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنِ أَبِي مَيْمُونَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِذَا رَأَيْتُكَ قَرَّتْ عَيْنِي، وَطَابَتْ نَفْسِي، فَأَخْبِرْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ، قَالَ: "كُلُّ شَيْءٍ خُلِقَ مِنْ مَاءٍ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Jamahir, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Abu Maimunah,

dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah berkata kepada Nabi Saw., "Wahai Nabiyullah, apabila aku melihatmu pandanganku menjadi tenang dan hatiku senang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu." Rasulullah Saw. bersabda: Segala sesuatu diciptakan dari air.


وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، عَنِ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي إِذَا رَأَيْتُكَ طَابَتْ نَفْسِي، وَقَرَّتْ عَيْنِي، فَأَنْبِئْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ. قَالَ: "كُلُّ شَيْءٍ خُلِقَ مِنْ مَاءٍ" قَالَ: قُلْتُ: أَنْبِئْنِي عَنِ أَمْرٍ إِذَا عملتُ بِهِ دَخَلَتُ الْجَنَّةَ. قَالَ: "أفْش السَّلَامَ، وَأَطْعِمِ الطَّعَامَ، وصِل الْأَرْحَامَ، وَقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، ثُمَّ ادْخُلِ الجنَّة بِسَلَامٍ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ia pernah mengatakan kepada Rasulullah Saw.,

"Wahai Rasulullah, apabila aku melihatmu, jiwaku merasa senang dan pandangan mataku merasa tenang. Maka ceritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu." Rasulullah Saw. bersabda: Segala sesuatu diciptakan dari air. Aku berkata lagi,

"Ceritakanlah kepadaku tentang suatu amalan yang bila kukerjakan dapat mengantarkan diriku untuk masuk surga." Rasulullah Saw. bersabda: Sebarkanlah salam, berilah makan, bersilaturahmilah, dan salatlah di malam hari

di saat manusia sedang tidur, maka kamu dapat masuk surga dengan selamat. Abdus Samad dan Affan serta Bahz telah meriwayatkan hadis ini dari Hammam. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid, sanadnya sesuai

dengan syarat Sahihain, hanya Abu Maimunah adalah salah seorang perawi kitab sunan, nama aslinya Sulaim. Imam Turmuzi menilainya sahih. Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan hadis ini secara mursal dari Qatadah. Firman Allah Swt.:


{وَجَعَلْنَا فِي الأرْضِ رَوَاسِيَ}


Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung. (Al-Anbiya: 31)Yaitu gunung-gunung yang dipancangkan di bumi agar bumi stabil dan tetap, supaya tidak guncang bersama manusia. Yakni agar bumi tidak bergoyang

dan terjadi gempa yang akan membuat manusia hidup tidak tenang di permukaannya. Bumi itu tenggelam di dalam air kecuali hanya seperempatnya saja yang menonjol di atas permukaan air untuk mendapat udara dan sinar matahari,

agar penduduknya dapat melihat langit dan segala sesuatu yang ada padanya berupa tanda-tanda yang memukaukan dan hikmah-hikmah serta dalil-dalil yang menunjukkan akan kekuasaan­Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ}


supaya bumi itu (tidak) guncang bersama mereka. (Al-Anbiya: 31) Maksudnya, agar bumi tidak mengguncangkan mereka.


{وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلا}


dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas. (Al-Anbiya: 31) Yakni celah-celah di gunung-gunung itu yang dapat mereka jadikan sebagai jalan-jalan dari suatu daerah ke daerah yang lain dan dari suatu kawasan

ke kawasan yang lain. Seperti halnya yang kita saksikan, bahwa gunung itu menjadi pembatas alam antara satu negeri dengan negeri yang lain. Maka Allah menjadikan padanya celah-celah dan lereng-lereng agar manusia

dapat menempuhnya dari suatu negeri ke negeri lainnya dengan melaluinya. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:


{لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ}


agar mereka mendapat petunjuk. (Al-Anbiya: 31) Adapun firman Allah Swt.:


{وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا}


Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara. (Al-Anbiya: 32) Yakni di atas bumi, langit bagaikan kubah (atap)nya. Seperti halnya yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ}


Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Adz-Dzariyat: 47) Dan Allah Swt. berfirman:


{وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا}


dan langit serta pembinaannya. (Asy-Syams: 5) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ}


Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikan dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6) Al-bina artinya pilar kubah, seperti pengertian yang terdapat di dalam sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:


"بُنِي الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ"


Islam dibangun di atas lima pilar.Maksudnya, lima buah pilar penyangga. Hal ini tiada lain menurut kebiasaan orang-orang Arab disebutkan untuk bangunan kemah.Mahfuzan, artinya yang terpelihara; yakni tinggi dan terjaga agar tidak dapat dicapai. Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ditinggikan.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّشْتَكي، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنِ أَبِيهِ، عَنِ أَشْعَثَ -يَعْنِي ابْنَ إسحاق القُمِّي-عَنْ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هَذِهِ السَّمَاءُ، قَالَ: "مَوْجٌ مَكْفُوفٌ عَنْكُمْ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Ad-Dusytuki, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as

(yakni Ibnu Ishaq Al-Qummi), dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan, bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah langit ini?" Rasulullah Saw.

menjawab, "Gelombang yang dicegah dari kalian (agar tidak runtuh menimpa kalian)." Sanad hadis berpredikat garib. Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ}


sedangkan mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (Al-Anbiya: 32) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:


{وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ}


Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka berpaling dari padanya. (Yusuf: 105) Yakni mereka tidak mau memikirkan tentang apa yang telah diciptakan

oleh Allah padanya (langit), seperti luasnya yang sangat besar dan ketinggiannya yang tak terperikan, bintang-bintang yang menghiasinya —baik yang tetap maupun yang beredar— yang tampak di malam dan siang harinya

dari matahari ini yang menempuh cakrawala langit seluruhnya dalam waktu sehari semalam, maka matahari beredar dengan kecepatan yang tiada seorang pun mengetahuinya selain dari Allah yang telah mengadakannya,

menundukkannya dan memperjalankannya, begitu pula dengan matahari dan rembulannya. Ibnu Abud Dunia telah menuturkan sebuah kisah di dalam kitabnya yang berjudul At-Tafakkur wal I'tibar, bahwa sejumlah ahli ibadah Bani Israil

melakukan tana brata selama tiga puluh tahun. Seseorang dari mereka bila melakukan ibadah selama tiga puluh tahun, pasti ia dinaungi oleh awan. Tetapi ada seseorang dari mereka yang sudah menjalani ibadahnya selama tiga puluh tahun,

namun masih juga tidak ada awan yang menaunginya, tidak seperti yang terjadi pada teman-temannya. Lalu lelaki itu mengadu kepada ibunya tentang apa yang dialaminya. Maka ibunya menjawab, "Hai anakku, barangkali engkau

berbuat dosa dalam masa ibadahmu itu?" Ia menjawab, "Tidak. Demi Allah, saya tidak pernah melakukan suatu dosa pun." Ibunya berkata lagi, "Barangkali kamu berniat akan melakukan dosa." Ia menjawab, "Tidak,

saya tidak pernah berniat seperti itu." Ibunya berkata lagi, "Barangkali kamu sering mengangkat kepalamu ke arah langit, lalu menundukkannya tanpa merenungkannya?" Ia menjawab, "Ya, saya sering melakukan hal itu." Ibunya berkata,

"Itulah kesalahan yang kamu lakukan." Kemudian Ibnu Abud Dunia membacakan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ}


Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang. (Al-Anbiya: 33) Yakni malam hari dengan kegelapan dan ketenangannya, dan siang hari dengan cahaya dan keramaiannya. Terkadang waktu yang satu lebih panjang, dan yang lainnya lebih pendek. Begitu pula sebaliknya.


{وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ}


matahari dan bulan. (Al-Anbiya: 33) Matahari mempunyai cahaya tersendiri begitu pula garis edarnya. Bulan kelihatan mempunyai cahaya yang berbeda serta garis edar yang berbeda pula. Masing-masing menunjukkan waktu yang berbeda.


كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ


Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. (Al-Anbiya: 33) Yaitu beredar. Ibnu Abbas mengatakan bahwa matahari dan bulan masing-masing beredar pada garis edarnya, sebagaimana alat tenun dalam operasinya

berputar pada falkah (bandul)nya. Mujahid mengatakan bahwa alat tenun tidaklah berputar kecuali bila bandulnya berputar; begitu pula bandul alat tenun, ia tidak berputar kecuali bila alat tenunnya berputar. Demikian pula bintang-bintang,

matahari dan bulan, semuanya beredar pada garis edarnya masing-masing dengan teratur dan rapi (sehingga tidak terjadi tabrakan). Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَالِقُ الإصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}


Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am:96)

Surat Al-Anbiya |21:31|

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

wa ja'alnaa fil-ardhi rowaasiya an tamiida bihim wa ja'alnaa fiihaa fijaajan subulal la'allahum yahtaduun

Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kukuh agar dia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

And We placed within the earth firmly set mountains, lest it should shift with them, and We made therein [mountain] passes [as] roads that they might be guided.

Tafsir
Jalalain

(Dan telah Kami jadikan di bumi ini berpatok-patok) yakni gunung-gunung yang kokoh (supaya) tidak (goncang ia) yakni, bumi

(bersama mereka dan telah Kami jadikan pula padanya) di gunung-gunung itu (celah-celah) yang dapat ditempuh (sebagai jalan-jalan)

lafal Subulan ini menjadi Badal dari lafal Fijaajan, artinya jalan-jalan yang luas dan dapat ditempuh (agar mereka mendapat petunjuk) untuk sampai pada tujuan-tujuan mereka dalam bepergian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 31 |

Penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Anbiya |21:32|

وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا ۖ وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ

wa ja'alnas-samaaa`a saqfam maḥfuuzhoo, wa hum 'an aayaatihaa mu'ridhuun

Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain).

And We made the sky a protected ceiling, but they, from its signs, are turning away.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap) bagi bumi, sebagaimana atap yang menaungi rumah (yang terpelihara) tidak sampai ambruk

(sedang mereka dari segala tanda-tanda yang ada padanya) berupa matahari, bulan dan bintang-bintang (berpaling) mereka yakni orang kafir tidak mau memikirkan hal itu

hingga mereka mengetahui, bahwa pencipta kesemuanya itu tiada sekutu bagi-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 32 |

Penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Anbiya |21:33|

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

wa huwallażii kholaqol-laila wan-nahaaro wasy-syamsa wal-qomar, kullun fii falakiy yasbaḥuun

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

And it is He who created the night and the day and the sun and the moon; all [heavenly bodies] in an orbit are swimming.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari semua itu) lafal Kullun ini tanwinnya merupakan pergantian daripada Mudhaf ilaih,

maksudnya masing-masing daripada matahari, bulan dan bintang-bintang lainnya (di dalam garis edarnya) pada garis edarnya yang bulat di angkasa bagaikan bundaran batu penggilingan gandum

(beredar) maksudnya semua berjalan dengan cepat sebagaimana berenang di atas air. Disebabkan ungkapan ini memakai Tasybih, maka didatangkanlah Dhamir bagi orang-orang yang berakal;

yakni keadaan semua yang beredar pada garis edarnya itu bagaikan orang-orang yang berenang di dalam air.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 33 |

Penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Anbiya |21:34|

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ ۖ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

wa maa ja'alnaa libasyarim ming qoblikal-khuld, a faa im mitta fa humul-khooliduun

Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad), maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?

And We did not grant to any man before you eternity [on earth]; so if you die - would they be eternal?

Tafsir
Jalalain

Ayat ini diturunkan ketika orang-orang kafir berkata, bahwa sesungguhnya Muhammad itu pasti akan mati (Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusia pun sebelum kamu)

hidup abadi di dunia (maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal) di dunia Tentu saja tidak. Jumlah kalimat yang terakhir inilah yang mengandung pengertian ingkar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 34 |

Tafsir ayat 34-35

Allah Swt. berfirman:


{وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ}


Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad). (Al-Anbiya: 34) Yaitu di dunia ini, bahkan:


{كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ}


Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-Rahman: 26-27)' Sebagian ulama menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa Khidir a.s. telah wafat dan tidak hidup

sampai sekarang, karena dia adalah seorang manusia, baik ia sebagai seorang wali, atau seorang nabi atau seorang rasul, sebab Allah Swt. telah berfirman: Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad). (Al-Anbiya: 34) Adapun firman Allah Swt.:


{أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ}


maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (Al-Anbiya: 34) Yakni mereka berharap dapat hidup sesudah kamu. Tidak akan terjadi hal seperti ini, melainkan semuanya pasti mati. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ}


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Al-Anbiya: 35) Telah diriwayatkan dari Imam Syafii, bahwa beliau mengemukakan dua bait syair berikut yang semakna dengan ayat ini, yaitu:


تَمَنَّى رِجَالٌ أَنْ أَمُوتَ وَإِنْ أَمُتْ فَتلْكَ سَبيل لَسْت فيهَا بأوْحد فقُلْ للَّذي يَبْغي خِلَافَ الَّذِي مَضَى: تَهَيَّأ لأخْرى مثْلها فكَأن قَدِ


Banyak kalangan lelaki yang mengharapkan aku mati cepat, dan memang mati itu merupakan suatu akhir yang saya tidak menyendiri di dalamnya. Maka katakanlah kepada orang yang menginginkan hal yang berbeda

dengan pendahulunya, bersiap-siaplah untuk menghadapi masa hidupnya yang baru, kematian akan tetap menjadi suatu kepastian baginya. Firman Allah Swt:


{وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً}


Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (Al-Anbiya: 35) Artinya, Kami benar-benar akan menguji kalian —adakalanya dengan musibah dan adakalanya dengan nikmat

— agar Kami dapat melihat siapakah yang bersyukur dan siapakah yang ingkar, siapakah yang bersabar serta siapakah yang berputus asa (di antara kalian). Seperti yang telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah,

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami akan menguji kalian. (Al-Anbiya: 35) Yakni memberikan cobaan kepada kalian. dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).

(Al-Anbiya: 35) Yaitu dengan kesengsaraan dan kemakmuran, dengan sehat dan sakit, dengan kaya dan miskin, dengan halal dan haram, dengan taat dan durhaka, serta dengan petunjuk dan kesesatan. Firman Allah Swt.:


{وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ}


Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (Al-Anbiya: 35) Maka Kami akan memberikan balasan kepada kalian sesuai dengan amal perbuatan kalian.

Surat Al-Anbiya |21:35|

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

kullu nafsin żaaa`iqotul-mauut, wa nabluukum bisy-syarri wal-khoiri fitnah, wa ilainaa turja'uun

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

Every soul will taste death. And We test you with evil and with good as trial; and to Us you will be returned.

Tafsir
Jalalain

(Tiap-tiap yang berjiwa itu akan merasakan mati) di dunia (dan Kami akan menguji kalian) mencoba kalian (dengan keburukan dan kebaikan) seperti miskin,

kaya, sakit dan sehat (sebagai cobaan) kalimat ini menjadi Maf'ul Lah, maksudnya supaya Kami melihat, apakah mereka bersabar dan bersyukur ataukah tidak.

(Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan) kemudian Kami akan membalas kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 35 |

Penjelasan ada di ayat 34

Surat Al-Anbiya |21:36|

وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَٰذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ هُمْ كَافِرُونَ

wa iżaa ro`aakallażiina kafaruuu iy yattakhiżuunaka illaa huzuwaa, a haażallażii yażkuru aalihatakum, wa hum biżikrir-roḥmaani hum kaafiruun

Dan apabila orang-orang kafir itu melihat engkau (Muhammad), mereka hanya memperlakukan engkau menjadi bahan ejekan. (Mereka mengatakan), "Apakah ini orang yang mencela Tuhan-Tuhanmu?" Padahal, mereka orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pengasih. [...]

And when those who disbelieve see you, [O Muhammad], they take you not except in ridicule, [saying], "Is this the one who insults your gods?" And they are, at the mention of the Most Merciful, disbelievers.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu tidaklah mereka menjadikanmu melainkan hanyalah sebagai bahan perolokan) yakni mereka memperolok-olok kamu seraya mengatakan,

("Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan kalian") orang yang mencaci maki tuhan-tuhan kalian. (Dan mereka adalah orang-orang yang bila disebutkan nama Tuhan Yang Maha Pengasih)

kepada mereka (maka mereka) lafal ini berfungsi menjadi taukid (ingkar) kepada-Nya, karena mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui-Nya."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 36 |

Tafsir ayat 36-37

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya:


{وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا}


Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu. (Al-Anbiya: 36) Yakni orang-orang kafir Quraisy, seperti Abu Jahal dan lain-lainnya.


{إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا}


mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Al-Anbiya: 36) Maksudnya, mereka menjadikan dirimu bahan olok-olok mereka, dan mendiskreditkan kamu seraya berkata:


{أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ}


Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan kalian? (Al-Anbiya: 36) Mereka bermaksud bahwa apakah ini orang yang mencaci maki tuhan-tuhan kalian dan yang membodoh-bodohkan orang-orang terkemuka kalian? Firman Allah Swt.:


{وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمَنِ هُمْ كَافِرُونَ}


padahal mereka adalah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah. (Al-Anbiya: 36) Yakni mereka kafir kepada Allah, selain itu mereka memperolok-olok Rasul-Nya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولا. إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا}


Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita

dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya.” Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (Al-Al-Furqan: 41-42) Adapun firman Allah Swt.:


{خُلِقَ الإنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ}


Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. (Al-Anbiya: 37) Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lainnya, yaitu:


{وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا}


Dan adalah manusia itu bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra: 11) Yaitu dalam segala urusannya. Mujahid mengatakan bahwa Allah menciptakan Adam setelah Dia menciptakan segala sesuatu, yaitu di penghujung siang hari

Dia menciptakan semua makhluk lainnya. Setelah roh menghidupkan kedua matanya, lisannya, dan kepalanya, tetapi roh masih belum sampai ke anggota bagian bawahnya, Adam berkata, "Ya Tuhanku, segerakanlah penciptaanku sebelum matahari tenggelam."


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سِنَان، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيُّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَيْرُ يَوْمٍ طلعت فيه الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيهِ أُهْبِطَ مِنْهَا، وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ، وَفِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا مُؤْمِنٌ يُصَلِّي -وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ قَلَّلَها -فَسَأَلَ اللَّهَ خَيْرًا، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ". قَالَ أَبُو سَلَمَةَ: فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ: قَدْ عَرَفْتُ تِلْكَ السَّاعَةَ، وَهِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، وَهِيَ الَّتِي خَلَقَ اللَّهُ فِيهَا آدَمَ،


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Alqamah ibnu Waqqas Al-Laisi, dari Abu Salamah,

dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat; pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari yang sama Adam dimasukkan ke dalam surga,

dan pada hari itu juga Adam diturunkan dari surga (ke bumi), dan pada hari itu pula kiamat akan terjadi. Di dalam hari Jumat terdapat suatu saat yang tidak sekali-kali seseorang hamba yang beriman menjumpainya dalam keadaan salat

—Rasulullah Saw. mengatakan demikian seraya menggenggamkan jari jemarinya mengisyaratkan bahwa waktu itu cuma sebentar—lalu ia meminta suatu kebaikan kepada Allah, melainkan Allah memberinya apa yang dimintanya itu.

Abu Salamah mengatakan, Abdullah ibnu Salam pernah berkata bahwa ia telah mengetahui waktu ijabah itu, yaitu di penghujung siang hari Jumat. Pada waktu itulah Allah menciptakan Adam. Firman Allah Swt.:


{خُلِقَ الإنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلا تَسْتَعْجِلُونِ}


Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepada kalian tanda-tanda (azab)-Ku. Maka janganlah kalian minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera, (Al-Anbiya: 37)

Hikmah dalam penyebutan bahwa manusia itu berwatak tergesa-gesa ialah bahwa setelah Allah menyebutkan tentang orang-orang yang memperolok-olok Rasulullah Saw., maka timbullah dalam hati kita adanya suatu hipotesis

yang mengatakan bahwa dengan perbuatannya itu seakan-akan mereka meminta segera didatangkan azab menimpa mereka. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.

(Al-Anbiya: 37) Karena sesungguhnya Allah telah memberikan masa tangguh kepada orang yang berbuat aniaya; hingga manakala Allah mengazab-Nya, maka ia tidak dapat selamat dari azab-Nya. Allah memberikan masa tangguh,

kemudian bila telah tiba saatnya, maka didatangkan-Nyalah azab itu dengan segera tanpa terlambat barang sedikit waktu pun. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{سَأُوْرِيكُمْ آيَاتِي}

Kelak akan Aku perlihatkan kepada kalian tanda-tanda-Ku (Al-Anbiya: 37) Yakni pembalasan-Ku, hukum-Ku, dan kekuasaan-Ku terhadap orang-orang yang durhaka terhadap-Ku.


{فَلا تَسْتَعْجِلُونِ}


Maka janganlah kalian minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (Al-Anbiya: 37)

Surat Al-Anbiya |21:37|

خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ ۚ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ

khuliqol-insaanu min 'ajal, sa`uriikum aayaatii fa laa tasta'jiluun

Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya.

Man was created of haste. I will show you My signs, so do not impatiently urge Me.

Tafsir
Jalalain

Ayat ini diturunkan sewaktu mereka meminta disegerakan turunnya azab atas mereka. (Manusia telah dijadikan dari tergesa-gesa)

disebabkan manusia itu bertabiat tergesa-gesa di dalam semua tindakannya, maka seolah-olah ia diciptakan daripadanya. (Kelak Aku akan perlihatkan kepada kalian tanda-tanda azab-Ku)

yakni ketentuan waktu bagi azab-Ku (maka janganlah kalian minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera)

kemudian Allah memperlihatkan kepada mereka turunnya azab itu, yaitu dengan dibunuhnya mereka dalam perang Badar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 37 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Al-Anbiya |21:38|

وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

wa yaquuluuna mataa haażal-wa'du ing kuntum shoodiqiin

Dan mereka berkata, "Kapankah janji itu (akan datang) jika kamu orang yang benar?"

And they say, "When is this promise, if you should be truthful?"

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Kapankah janji itu akan datang) yang dimaksud kiamat itu (jika kamu sekalian adalah orang-orang yang benar") tentang adanya janji itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 38 |

Tafsir ayat 38-40

Allah Swt. menceritakan tentang kaum musyrik, bahwa mereka meminta agar azab didatangkan dengan segera kepada diri mereka, yang hal itu timbul dari ketidakpercayaan mereka dengan adanya azab tersebut.

Mereka mengingkarinya, mendustakannya, dan menganggap bahwa mustahil azab itu akan datang. Karena itulah mereka mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Mereka berkata, “Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekalian adalah orang-orang yang benar?” (Al-Anbiya: 38) Adapun firman Allah Swt.:


{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ}


Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya: 39) Yaitu seandainya mereka meyakini bahwa azab itu

pasti menimpa mereka, tentulah mereka tidak akan meminta agar azab disegerakan, yakni disaat mereka mengetahui bahwa azab meliputi mereka dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.


{لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ}


Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api). (Az-Zumar: 16)


{لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ}


Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). (Al-A'raf: 41) Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ}


waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya: 39) Dalam ayat lainnya disebutkan oleh firman-Nya:


{سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ}


Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutupi oleh api neraka. (Ibrahim: 50) Kesimpulannya, azab meliputi diri mereka dari semua arah.


{وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ}


sedangkan mereka (tidak pula) mendapat pertolongan. (Al-Anbiya: 39) Artinya, tiada seorang pun yang menolong mereka. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ}


dan tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah. (Ar-Ra'd: 34) Adapun firman Allah Swt.:


{بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً}


Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong. (Al-Anbiya: 40) Maksudnya, siksaan itu pasti akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba.


{فَتَبْهَتُهُمْ}


lalu membuat mereka menjadi panik. (Al-Anbiya: 40) Yakni mereka menjadi terkejut oleh azab itu, akhirnya mereka menjadi panik, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.


{فَلا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا}


maka mereka tidak sanggup menolaknya. (Al-Anbiya: 40) Yaitu mereka tidak dapat berkelit mengelakkan diri dari azab itu.


{وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}


dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. (Al-Anbiya; 40) Artinya, azab itu tiada ditangguhkan barang sedikit waktu pun dari mereka.

Surat Al-Anbiya |21:39|

لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلَا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ

lau ya'lamullażiina kafaruu ḥiina laa yakuffuuna 'aw wujuuhihimun-naaro wa laa 'an zhuhuurihim wa laa hum yunshoruun

Seandainya orang kafir itu mengetahui ketika mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari wajah dan punggung mereka, sedang mereka tidak mendapat pertolongan (tentulah mereka tidak meminta disegerakan).

If those who disbelieved but knew the time when they will not avert the Fire from their faces or from their backs and they will not be aided...

Tafsir
Jalalain

Allah berfirman (Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui waktu mereka tidak dapat mengelakkan) di waktu mereka tidak mampu menolak

(api neraka dari muka mereka dan tidak pula dari punggung mereka sedangkan mereka tidak pula mendapat pertolongan) yang dapat mencegah diri mereka daripada api neraka itu,

di hari kiamat nanti. Jawab dari pada lafal Lau tidak disebutkan, yaitu, niscaya mereka tidak akan mengeluarkan perkataan tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Anbiya |21:40|

بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ

bal ta`tiihim baghtatan fa tab-hatuhum fa laa yastathii'uuna roddahaa wa laa hum yunzhoruun

Sebenarnya (hari Kiamat) itu akan datang kepada mereka secara tiba-tiba lalu mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak (pula) diberi penangguhan (waktu).

Rather, it will come to them unexpectedly and bewilder them, and they will not be able to repel it, nor will they be reprieved.

Tafsir
Jalalain

(Sebenarnya akan mendatangi mereka) hari kiamat itu (dengan sekonyong-konyong lalu membuat mereka menjadi panik) menjadi bingung dan panik

(maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula mereka diberi tangguh) ditangguhkan untuk bertobat atau meminta ampunan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 40 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Al-Anbiya |21:41|

وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

wa laqodistuhzi`a birusulim ming qoblika fa ḥaaqo billażiina sakhiruu min-hum maa kaanuu bihii yastahzi`uun

Dan sungguh, rasul-rasul sebelum engkau (Muhammad) pun telah diperolok-olokkan, maka turunlah (siksaan) kepada orang-orang yang mencemoohkan apa (rasul-rasul) yang selalu mereka perolok-olokkan.

And already were messengers ridiculed before you, but those who mocked them were enveloped by what they used to ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Dan sungguh telah diperolok-olok beberapa orang rasul sebelum kamu) ayat ini mengandung hiburan yang ditujukan kepada Nabi saw. (maka turunlah)

yakni menimpa (kepada orang-orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu apa yang selalu mereka perolok-olokkan) yaitu berupa azab;

demikian pula orang-orang yang memperolok-olokkan dirimu akan tertimpa azab yang sama seperti mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 41 |

Tafsir ayat 41-43

Allah Swt. menghibur hati Rasul-Nya yang sedang menghadapi gangguan yang menyakitkan dari kaum musyrik yang mengejek dan mendustakannya.


وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang dahulu selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya: 41)

Yakni azab yang dahulunya mereka anggap mustahil akan terjadi. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ}


Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka.

Tak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu. (Al-An'am: 34) Dalam ayat selanjutnya Allah menyebutkan tentang semua nikmat

yang telah diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia memelihara mereka sepanjang malam dan siang hari melalui penjagaan-Nya yang tidak pernah tidur barang sekejap pun. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{قُلْ مَنْ يَكْلَؤُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمَنِ}


Katakanlah, "Siapakah yang dapat memelihara kalian di waktu malam dan siang hari dari (azab Allah) Yang Maha Pemurah?” (Al-Anbiya: 42) Maksudnya, siapakah yang mengganti menjaga kalian

selain dari Tuhan Yang Maha Pemurah? Pengertian min bermakna badal (pengganti) ini sama dengan apa yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:


جَارية لَمْ تَلْبَس المُرقَّقا ... وَلَم تَذق منَ البُقول الفُسْتُقا ...


Dia adalah seorang budak perempuan yang tidak pernah memakai pakaian yang lembut, dan tidak pernah merasakan enaknya kacang fustuk sebagai pengganti kacang biasa. Yaitu dia tidak pernah mencicipi rasanya fustuk sebagai ganti dari kacang yang biasa dimakannya. Firman Allah Swt.:


{بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُعْرِضُونَ}


Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka. (Al-Anbiya: 42) Maksudnya, mereka tidak mengakui nikmat dan kebaikan Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka,

bahkan mereka berpaling dari ayat-ayat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أَمْ لَهُمْ آلِهَةٌ تَمْنَعُهُمْ مِنْ دُونِنَا}


Atau apakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami. (Al-Anbiya: 43) Istifham atau kata tanya dalam ayat ini mengandung makna ingkar, peringatan, dan celaan. Dengan kata lain,

apakah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat mencegah mereka dan memelihara mereka dari azab Kami selain Kami sendiri? Duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang mereka ilusikan, tidak pula seperti apa yang mereka dugakan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya;


{لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنْفُسِهِمْ}


Tuhan-tuhan itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri. (Al-Anbiya: 43) Yakni tuhan-tuhan yang diandalkan oleh mereka selain Allah, sama sekali tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Firman Allah Swt.:


{وَلا هُمْ مِنَّا يُصْحَبُونَ}


dan tidak (pula) mereka dilindungi dari (azab) Kami itu? (Al-Anbiya: 43) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tuhan-tuhan mereka itu tidak dilindungi dari azab Kami. Qatadah mengatakan, mereka tidak memperoleh

suatu kebaikan pun dari Allah. Sedangkan menurut lainnya mengatakan: dan tidak (pula) mereka dilindungi dari (azab) Kami itu? (Al-Anbiya: 43) Bahwa mereka tidak dapat mencegah diri mereka dari azab Allah.

Surat Al-Anbiya |21:42|

قُلْ مَنْ يَكْلَؤُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مِنَ الرَّحْمَٰنِ ۗ بَلْ هُمْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِمْ مُعْرِضُونَ

qul may yakla`ukum bil-laili wan-nahaari minar-roḥmaan, bal hum 'an żikri robbihim mu'ridhuun

Katakanlah, "Siapakah yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari (siksaan) Allah Yang Maha Pengasih?" Tetapi mereka enggan mengingat Tuhan mereka.

Say, "Who can protect you at night or by day from the Most Merciful?" But they are, from the remembrance of their Lord, turning away.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka, ("Siapakah yang dapat memelihara kalian) yang dapat menjaga diri kalian (di waktu malam dan siang hari daripada Tuhan Yang Maha Pengasih")

daripada azab-Nya, jika azab itu turun kepada kalian. Maksudnya, tentu saja tidak ada seorang pun yang dapat melakukan hal itu. Orang-orang yang diajak bicara oleh ayat ini

tidak merasa takut kepada azab Allah, disebabkan mereka ingkar kepada-Nya atau tidak percaya kepada adanya azab itu. (Sebenarnya mereka terhadap peringatan Rabb mereka)

yakni Alquran (adalah orang-orang yang berpaling) tidak mau memikirkan tentangnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Anbiya |21:43|

أَمْ لَهُمْ آلِهَةٌ تَمْنَعُهُمْ مِنْ دُونِنَا ۚ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَ أَنْفُسِهِمْ وَلَا هُمْ مِنَّا يُصْحَبُونَ

am lahum aalihatun tamna'uhum min duuninaa, laa yastathii'uuna nashro anfusihim wa laa hum minnaa yush-ḥabuun

Ataukah mereka mempunyai Tuhan-Tuhan yang dapat memelihara mereka dari (azab) Kami? Tuhan-Tuhan mereka itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka dilindungi dari (azab) Kami.

Or do they have gods to defend them other than Us? They are unable [even] to help themselves, nor can they be protected from Us.

Tafsir
Jalalain

(Atau) di dalam kalimat ini terkandung makna ingkar, maksudnya, apakah (mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara diri mereka)

dari apa-apa yang mencelakakan diri mereka (selain dari Kami) maksudnya apakah mereka mempunyai tuhan-tuhan selain Kami yang dapat mencegah diri mereka dari azab Allah

Tentu saja tidak (mereka pasti tidak akan sanggup) yakni tuhan-tuhan itu (menolong diri mereka sendiri) maka mereka tidak dapat menolongnya (dan tidak pula mereka)

orang-orang kafir itu (dari Kami) yakni dari azab Kami (dilindungi) mendapat perlindungan. Asal katanya ialah dari kalimat Shahabakallaahu artinya mudah-mudahan Allah memelihara dan melindungimu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Anbiya |21:44|

بَلْ مَتَّعْنَا هَٰؤُلَاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّىٰ طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ ۗ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا ۚ أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ

bal matta'naa haaa`ulaaa`i wa aabaaa`ahum ḥattaa thoola 'alaihimul-'umur, a fa laa yarouna annaa na`til-ardho nangqushuhaa min athroofihaa, a fa humul-ghoolibuun

Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjang usia mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi negeri (yang berada di bawah kekuasaan orang kafir) lalu Kami kurangi luasnya dari ujung-ujung negeri. Apakah mereka yang menang?

But, [on the contrary], We have provided good things for these [disbelievers] and their fathers until life was prolonged for them. Then do they not see that We set upon the land, reducing it from its borders? So it is they who will overcome?

Tafsir
Jalalain

(Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan) melalui yang Kami anugerahkan kepada mereka (sehingga panjanglah umur mereka)

oleh karenanya mereka menjadi lupa daratan. (Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri) mereka, yakni Kami menuju ke negeri orang-orang kafir

(lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya) melalui penaklukkan yang dilakukan oleh Nabi saw. (Maka apakah mereka yang menang) tentu saja tidak, tetapi Nabi dan sahabat-sahabatnyalah yang menang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 44 |

Tafsir ayat 44-47

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik; sesungguhnya yang mendorong dan menjerumuskan mereka ke dalam lembah kesesatan ialah karena mereka diberi kenikmatan kehidupan dunia dan mereka tenggelam

ke dalam kesenangannya. Umur mereka dipanjangkan dalam kesesatannya sehingga mereka menduga bahwa diri mereka mempunyai sesuatu pegangan hidup. Kemudian Allah berfirman menasihati mereka:


{أَفَلا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا}


Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. (Al-Anbiya: 44)Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini.

Dalam tafsir surat Ar-Ra'd telah kami sebutkan bahwa tafsir yang paling baik sehubungan dengan makna ayat ini ialah dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}


Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian dan Kami telah datangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). (Al-Ahqaf: 27) Al-Hasan Al-Basri mengatakan

bahwa makna yang dimaksud ialah suatu berita gembira akan menangnya Islam atas kekufuran. Dengan kata lain, tidakkah mereka mengambil pelajaran dari pertolongan Allah kepada kekasih-kekasih-Nya atas musuh-musuh-Nya,

dan Allah telah membinasa­kan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya dari kalangan penduduk negeri-negeri yang aniaya, dan Dia menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang beriman? Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:


{أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ}


Maka apakah mereka yang menang? (Al-Anbiya: 44) Yakni bahkan merekalah yang dikalahkan, direndahkan, dirugikan lagi terhina.Firman Allah Swt.:


{قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ}


Katakanlah (hai Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu.” (Al-Anbiya: 45) Yaitu sesungguhnya aku hanya menyampaikan dari Allah apa yang aku peringatkan kepada kalian,

yaitu pembalasan dan azab-Nya, melalui wahyu yang diturunkan-Nya kepadaku. Akan tetapi, peringatan ini tiada gunanya lagi bagi orang-orang yang pandangan hatinya dibutakan oleh Allah dan pendengaran serta hatinya telah dikunci mati oleh-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:


{وَلا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ}


dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan. (Al-Anbiya: 45) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَئِنْ مَسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ}


Dan sesungguhnya jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Tuhan­mu, pastilah mereka berkata, "Aduhai, celakalah kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri.” (Al-Anbiya: 46) Maksudnya, bilamana mereka

yang mendustakan rasul-rasuI-Nya itu tertimpa oleh sedikit dari azab Allah, tentulah mereka mengakui dosa-dosanya dan bahwa mereka adalah orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri di dunia ini. Firman Allah Swt.:


{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا}


Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. (Al-Anbiya: 47) Yakni Kami akan meletakkan timbangan (neraca) yang tepat kelak di hari kiamat

bagi amal perbuatan mereka. Menurut pendapat kebanyakan ulama, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah sebuah neraca, dan sesungguhnya diungkapkan dalam ayat ini dalam bentuk jamak hanyalah karena me­mandang dari segi banyaknya amal perbuatan yang ditimbang dengannya. Firman Allah Swt.:


{فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}


maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)wya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47) Semakna dengan apa yang disebutkan Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا}


Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun. (Al-Kahfi: 49)


{إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا}


Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa: 40) Dan firman Allah Swt., menyitir kata-kata Luqman kepada anak-anaknya:


{يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ}


Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya

Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Luqman: 16) Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ"


Ada dua kalimat yang ringan dibaca lisan, tetapi berat di dalam timbangan lagi disukai oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu Subhanallah (Mahasuci Allah) Wabihamdihi (dan dengan memuji kepada-Nya) Subhanallahil 'Azim (Mahasuci Allah lagi Mahabesar).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الطَّالَقَاني، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ لَيْثِ بْنِ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ يَحْيَى، عَنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن الله عَزَّ وَجَلَّ يَسْتَخْلِصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مَدُّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يقول أتنكر من هذا شيئًا؟ أَظْلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ قَالَ: لَا يَا رَبِّ، قَالَ: أَفَلَكَ عُذْرٌ، أَوْ حَسَنَةٌ؟ " قَالَ: فَيُبْهَتُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ: لَا يَا رَبِّ. فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً وَاحِدَةً، لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ. فَيُخْرِجُ لَهُ بِطَاقَةً فِيهَا: "أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ" فَيَقُولُ: أَحْضِرُوهُ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ، قَالَ: "فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ [وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ] "، قَالَ: "فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ" قَالَ: "وَلَا يَثْقُلُ شَيْءٌ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Lais ibnu Sa'd, dari Amir ibnu Yahya, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli yang mengatakan

bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul 'As menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. memanggil seorang lelaki dari kalangan umatku di antara para makhluk kelak di hari kiamat.

Lalu dibeberkan di hadapan lelaki itu sembilan puluh sembilan catatan, setiap catatan selebar sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman, "Apakah engkau mengingkari sesuatu dari catatan ini? Dan apakah para malaikat pencatat

amal-Ku berbuat aniaya kepadamu?” Lelaki itu menjawab, "Tidak, ya Tuhanku.” Allah berfirman, "Apakah kamu punya alasan atau suatu kebaikan?” Lelaki itu terdiam, lalu menjawab, "Tidak punya, ya Tuhanku.” Allah berfirman,

"Tidak demikian, kamu punya suatu amal kebaikan di sisi Kami, pada hari ini kamu tidak akan dianiaya.” Lalu dikeluarkanlah sebuah kartu yang padanya tercatat kalimat, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi

bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.'' Maka Allah berfirman, "Datangkanlah ia.” Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah kartu ini dan semua lembaran catatan ini?” Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu tidak dianiaya.”

Maka diletakkan­lah lembaran catatan pada salah satu dari kedua sisi neraca itu, sedangkan di sisi lainnya diletakkan kartu tersebut. Ternyata timbangan lembaran catatan amal perbuatan ringan, sedangkan timbangan kartu itu berat.

Rasul Saw. bersabda, "Tiada sesuatu pun yang lebih berat daripada Bismillahir Rahmanir Rahim.”Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini —juga Ibnu Majah melalui hadis— Al-Lais ibnu Sa'd; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan garib.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "تُوضَعُ الْمَوَازِينُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُؤْتَى بِالرَّجُلِ، فَيُوضَعُ في كفة، فيوضع ما أحصى عليه، فتايل بِهِ الْمِيزَانُ" قَالَ: "فَيُبْعَثُ بِهِ إِلَى النَّارِ" قَالَ: فَإِذَا أَدْبَرَ بِهِ إِذَا صَائِحٌ مِنْ عِنْدِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ: [لَا تَعْجَلُوا] ، فَإِنَّهُ قَدْ بَقِيَ لَهُ، فَيُؤْتَى بِبِطَاقَةٍ فِيهَا "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" فَتُوضَعُ مَعَ الرَّجُلِ فِي كِفَّةٍ حَتَّى يَمِيلَ بِهِ الْمِيزَانُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Amr ibnu Yahya, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat neraca akan diletakkan, lalu dihadapkan seorang lelaki (yang akan ditimbang), maka ia diletakkan di salah satu dari kedua sisi neraca itu, sedangkan di sisi lainnya

di letakkan catatan amal perbuatannya, dan ternyata catatan amal perbuatannya lebih berat. Kemudian lelaki itu dikirimkan ke neraka. Tetapi ketika lelaki itu dibawa ke neraka, tiba-tiba terdengarlah suara seruan dari sisi Tuhan

Yang Maha Pemurah seraya mengatakan, "Janganlah kalian (para malaikat) tergesa-gesa, karena sesungguhnya ia masih mempunyai suatu amal lagi.” Lalu didatangkanlah sebuah kartu yang padanya tertulis kalimat

"Tidak ada Tuhan selain Allah.” Dan kartu itu diletakkan di timbangannya, sehingga timbangannya jauh lebih berat dari catatan perbuatannya).


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو نُوحٍ قُرَادٌ أَنْبَأَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جَلَسَ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي مَمْلُوكِينَ، يَكْذِبُونَنِي، وَيَخُونُونَنِي، وَيَعْصُونَنِي، وَأَضْرِبُهُمْ وَأَشْتُمُهُمْ، فَكَيْفَ أَنَا مِنْهُمْ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُحْسَبُ مَا خَانُوكَ وَعَصَوْكَ وَكَذَّبُوكَ وَعِقَابُكَ إِيَّاهُمْ، إِنْ كَانَ عِقَابُكَ إِيَّاهُمْ دُونَ ذُنُوبِهِمْ، كَانَ فَضْلًا لَكَ [عَلَيْهِمْ] وَإِنْ كَانَ عِقَابُكَ إِيَّاهُمْ بِقَدْرِ ذُنُوبِهِمْ، كَانَ كَفَافًا لَا لَكَ وَلَا عَلَيْكَ، وَإِنْ كَانَ عِقَابُكَ إِيَّاهُمْ فَوْقَ ذُنُوبِهِمْ، اقْتُصَّ لَهُمْ مِنْكَ الْفَضْلُ الَّذِي يَبْقَى قِبَلَكَ". فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَبْكِي بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَيَهْتِفُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ما لَهُ أَمَا يَقْرَأُ كِتَابَ اللَّهِ؟: {وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ} فَقَالَ الرَّجُلُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَجِدُ شَيْئًا خَيْرًا مِنْ فِرَاقِ هَؤُلَاءِ -يَعْنِي عَبِيدَهُ-إِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّهُمْ أحرار كلهم


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Nuh, telah menceritakan kepada kami Laioe ibnu Sa'd, dari Malik ibnu Anas, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Siti Absyah, bahwa seorang lelaki

dari kalangan sahabat Rasulullah Saw. duduk di hadapan beliau, lalu lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya memiliki budak-budak yang pernah berdusta, berkhianat dan menentang perlakuan terhadap caci maki mereka.

Bagaimanakah tentang perlakuanku terhadap mereka itu? Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Kelak akan diperhitungkan kadar khianat, durhaka, dan dusta mereka kepadamu, dan hukuman yang kamu jatuhkan kepada mereka.

Jika hukumanmu kepada mereka sesuai dengan kadar pelanggaran mereka, maka hal itu impas, tidak membawa manfaat kepadamu dan tidak pula menimpakan mudarat kepadamu. Jika hukumanmu kepada mereka masih di bawah kadar

pelanggaran mereka, maka hal itu merupakan suatu keutamaan bagimu. Dan jika hukumanmu kepada mereka lebih dari kadar pelanggaran mereka, maka mereka akan menuntut balas darimu kelebihan hukuman yang kamu jatuhkan

kepada mereka. Kemudian lelaki itu menangis di hadapan Rasulullah Saw. seraya bergumam. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Mengapa dia tidak membaca firman Allah Swt. yang mengatakan: Kami akan memasang timbangan

yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan sesesorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya sebesar biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat Perhitungan' (Al-Anbiya: 47).

" Maka lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah, tiadajalan lain yang lebih baik bagiku selain berpisah dari mereka —yakni budak-budaknya—. Sesungguhnya aku bersaksi kepadamu bahwa mereka semuanya merdeka."

Surat Al-Anbiya |21:45|

قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ ۚ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ

qul innamaaa unżirukum bil-waḥyi wa laa yasma'ush-shummud-du'aaa`a iżaa maa yunżaruun

Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya aku hanya memberimu peringatan sesuai dengan wahyu." Tetapi orang tuli tidak mendengar seruan apabila mereka diberi peringatan.

Say, "I only warn you by revelation." But the deaf do not hear the call when they are warned.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka, ("Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu) dari Allah swt. bukannya dari diriku sendiri

(dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila) dapat dibaca dengan menyatakan kedua Hamzahnya dan dengan meringankan bacaan Hamzah yang kedua,

yaitu antara ucapan Hamzah dan Ya (mereka diberi peringatan") disebabkan mereka tidak mau mengamalkan apa yang telah mereka dengar dari peringatan-peringatan, sehingga mereka disamakan dengan orang-orang yang tuli.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 45 |

Penjelasan ada di ayat 44

Surat Al-Anbiya |21:46|

وَلَئِنْ مَسَّتْهُمْ نَفْحَةٌ مِنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ

wa la`im massat-hum naf-ḥatum min 'ażaabi robbika layaquulunna yaa wailanaaa innaa kunnaa zhoolimiin

Dan jika mereka ditimpa sedikit saja azab Tuhanmu, pastilah mereka berkata, "Celakalah kami! Sesungguhnya kami termasuk orang yang selalu menzalimi (diri sendiri)."

And if [as much as] a whiff of the punishment of your Lord should touch them, they would surely say, "O woe to us! Indeed, we have been wrongdoers."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya jika mereka ditimpa sedikit saja) barang sedikit (dari azab Rabbmu, pastilah mereka berkata, "Aduhai) menunjukkan makna penyesalan

(celakalah kami) binasalah kami (bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri") disebabkan kami musyrik dan mendustakan Muhammad.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 46 |

Penjelasan ada di ayat 44

Surat Al-Anbiya |21:47|

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ

wa nadho'ul-mawaaziinal-qistho liyaumil-qiyaamati fa laa tuzhlamu nafsun syai`aa, wa ing kaana miṡqoola ḥabbatim min khordalin atainaa bihaa, wa kafaa binaa ḥaasibiin

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit, sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.

And We place the scales of justice for the Day of Resurrection, so no soul will be treated unjustly at all. And if there is [even] the weight of a mustard seed, We will bring it forth. And sufficient are We as accountant.

Tafsir
Jalalain

(Kami akan memasang timbangan yang tepat) timbangan yang adil (pada hari kiamat) pada hari itu (maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun)

dengan dikurangi pahala kebaikannya atau ditambahkan dosa keburukannya. (Dan jika) amalan itu (hanya seberat) sama beratnya dengan (biji sawi Kami mendatangkannya) yakni pahalanya.

(Dan cukuplah Kami menjadi penghisab) segala sesuatu, yakni yang menghitungnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 44

Surat Al-Anbiya |21:48|

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَىٰ وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً وَذِكْرًا لِلْمُتَّقِينَ

wa laqod aatainaa muusaa wa haaruunal-furqoona wa dhiyaaa`aw wa żikrol lil-muttaqiin

Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada Musa dan Harun, Al-Furqan (Kitab Taurat) dan penerangan serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa,

And We had already given Moses and Aaron the criterion and a light and a reminder for the righteous

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa dan Harun kitab Taurat) kitab yang memisahkan antara perkara yang hak dan perkara yang batil dan antara perkara yang halal

dan perkara yang haram (dan penerangan) sebagai penerang (serta pengajaran) sebagai pengajaran (bagi semua orang yang bertakwa).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 48 |

Tafsir ayat 48-50

Dalam pembahasan yang terdahulu telah kami peringatkan bahwa Allah Swt. sering membarengkan sebutan Musa dengan Muhammad Saw. beserta kitabnya masing-masing. Maka dalam ayat ini pun disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ}


Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun kitab Taurat. (Al-Anbiya: 48) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Furqdn dalam ayat ini ialah Kitab. Abu Saleh mengatakan, makna yang dimaksud ialah

kitab Taurat. Menurut Qatadah yaitu kitab Taurat yang di dalamnya diterangkan halal dan haram, serta dibedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil. Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pertolongan.

Kesimpulan dari semua pendapat mengenai hal ini ialah bahwa semua Kitab samawi di dalamnya terkandung pemisah antara perkara yang hak dan perkara yang batil, jalan hidayah dan jalan sesat, kekeliruan dan kebenaran,

halal dan haram. Sebagaimana kitab samawi pun mengandung cahaya penerang bagi hati, hidayah, membangkitkan rasa takut, dan berserah diri kepada Allah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً وَذِكْرًا لِلْمُتَّقِينَ}


kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Anbiya: 48) Yakni sebagai peringatan dan pengajaran buat mereka. Kemudian Allah menyifati mereka yang bertakwa melalui firman-Nya, yaitu:


{الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ}


orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedangkan mereka tidak melihat-Nya. (Al-Anbiya: 49) Sama halnya dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ}


(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat. (Qaf: 33)


{إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ}


Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (Al-Mulk: 12) Adapun firman Allah Swt.:


{وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ}


dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (Al-Anbiya: 49) Maksudnya, takut dan gentar terhadapnya. Firman Allah Swt.:


{وَهَذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنزلْنَاهُ}


Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. (Al-Anbiya: 50) Yaitu Al-Qur'an yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji.


{أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ}


Maka mengapakah kalian mengingkarinya? (Al-Anbiya: 50) Yakni apakah kalian mengingkari kebenaran Al-Qur'an, padahal Al-Qur'an begitu jelas dan gamblang?

Surat Al-Anbiya |21:49|

الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُمْ مِنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُونَ

allażiina yakhsyauna robbahum bil-ghoibi wa hum minas-saa'ati musyfiquun

(yaitu) orang-orang yang takut (azab) Tuhannya, sekalipun mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari Kiamat.

Who fear their Lord unseen, while they are of the Hour apprehensive.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang takut kepada Rabb mereka sekalipun mereka menyendiri) jauh dari khalayak ramai, (dan mereka terhadap hari kiamat) yakni kengerian-kengeriannya (merasa takut) mereka merasa khawatir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 49 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Al-Anbiya |21:50|

وَهَٰذَا ذِكْرٌ مُبَارَكٌ أَنْزَلْنَاهُ ۚ أَفَأَنْتُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ

wa haażaa żikrum mubaarokun anzalnaah, a fa antum lahuu mungkiruun

Dan ini (Al-Qur´an) adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka apakah kamu mengingkarinya?

And this [Qur'an] is a blessed message which We have sent down. Then are you with it unacquainted?

Tafsir
Jalalain

(Dan ini) yakni Alquran ini (adalah suatu kitab peringatan yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapa kalian mengingkarinya) Istifham atau kata tanya di sini mengandung pengertian mencemoohkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Anbiya | 21 : 50 |

Penjelasan ada di ayat 48