Juz 22

Surat Saba |34:8|

أَفْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَمْ بِهِ جِنَّةٌ ۗ بَلِ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ فِي الْعَذَابِ وَالضَّلَالِ الْبَعِيدِ

aftaroo 'alallohi każiban am bihii jinnah, balillażiina laa yu`minuuna bil-aakhiroti fil-'ażaabi wadh-dholaalil-ba'iid

Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau sakit gila?" (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.

Has he invented about Allah a lie or is there in him madness?" Rather, they who do not believe in the Hereafter will be in the punishment and [are in] extreme error.

Tafsir
Jalalain

(Apakah dia mengada-adakan) lafal Aftaraa pada asalnya adalah A-iftaraa, kemudian Hamzah Washalnya tidak dibutuhkan lagi karena Hamzah Istifham sudah difathahkan, sehingga menjadi Aftaraa

(kebohongan terhadap Allah) dalam hal tersebut (ataukah ada padanya penyakit gila) yakni gangguan pada otaknya hingga ia mengkhayal yang bukan-bukan. Maka, Allah berfirman menyanggah mereka,

("Tidak, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat) yang di dalamnya terdapat hari berbangkit dan azab pembalasan (berada dalam siksaan) di akhirat nanti (dan kesesatan yang jauh.) dari kebenaran dalam kehidupan dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 8 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Saba |34:9|

أَفَلَمْ يَرَوْا إِلَىٰ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ إِنْ نَشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ

a fa lam yarou ilaa maa baina aidiihim wa maa kholfahum minas-samaaa`i wal-ardh, in nasya` nakhsif bihimul-ardho au nusqith 'alaihim kisafam minas-samaaa`, inna fii żaalika la`aayatal likulli 'abdim muniib

Maka apakah mereka tidak memperhatikan langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka kepingan-kepingan dari langit. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).

Then, do they not look at what is before them and what is behind them of the heaven and earth? If We should will, We could cause the earth to swallow them or [could] let fall upon them fragments from the sky. Indeed in that is a sign for every servant turning back [to Allah].

Tafsir
Jalalain

(Maka, apakah mereka tidak melihat) tidak memperhatikan (kepada apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka) maksudnya apa yang ada di atas dan di bawah mereka

(yaitu langit dan bumi Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan) dapat dibaca Kisfan atau Kisafan artinya gumpalan-gumpalan

(dari langit) menurut qiraat yang lain lafal Nasya', Nakhsif, dan Nusqith dibaca Yasya', Yakhsif dan Yusqith. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal-hal yang terlihat itu

(benar-benar terdapat tanda bagi setiap hamba yang kembali.") kepada Rabbnya, yaitu tanda yang menunjukkan akan kekuasaan Allah yang mampu membangkitkan hidup kembali dan menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 9 |

penjelasan ada di ayat 7

Surat Saba |34:10|

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ

wa laqod aatainaa daawuuda minnaa fadhlaa, yaa jibaalu awwibii ma'ahuu wath-thoiir, wa alannaa lahul-ḥadiid

Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman), "Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud," dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

And We certainly gave David from Us bounty. [We said], "O mountains, repeat [Our] praises with him, and the birds [as well]." And We made pliable for him iron,

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami) berupa kenabian dan Kitab Zabur. Dan Kami berfirman, ("Hai gunung-gunung! Lakukanlah berulang-ulang)

yakni ulang-ulanglah (bersama Daud) melakukan tasbih; maksudnya bertasbihlah berulang-ulang bersamanya (dan burung-burung")

dibaca Nashab karena di'athafkan secara Mahall pada lafal Al Jibaalu maksudnya Kami menyeru mereka supaya bertasbih bersamanya (dan Kami telah melunakkan besi untuknya)

sehingga besi di tangan Nabi Daud bagaikan adonan roti lunaknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 10 |

Tafsir ayat 10-11

Allah Swt. menceritakan tentang nikmat yang telah Dia karuniakan kepada hamba dan rasul-Nya Daud a.s., yaitu Dia telah memberinya keutamaan yang jelas, menghimpunkan baginya antara kenabian dan kerajaan yang kokoh,

dan bala tentara yang berperalatan lengkap serta banyak bilangan¬nya, Allah juga telah memberinya suara yang indah apabila ia bertasbih, maka ikut bertasbih pula bersamanya gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya

lagi tinggi-tinggi itu, dan semua burung yang terbang terhenti karenanya, lalu menjawab tasbihnya dengan berbagai bahasa. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. mendengar suara Abu Musa Al-Asy'ari r.a.

di malam hari sedang membaca Al-Qur'an. Maka beliau berhenti dan mendengarkan bacaannya, kemudian bersabda:


" لَقَدْ أُوتِيَ هَذَا مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ"


Sesungguhnya orang ini benar-benar telah dianugrahi sebagian dari suara merdunya keluarga Daud. Abu Usman An-Nahdi mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar suara alat musik apa pun (di masanya) yang lebih indah dan lebih merdu daripada suara Abu Musa Al-Asy'ari r a. Firman Allah Swt:


{أَوِّبِي}


bertasbihlah berulang-ulang. (Saba: 10) Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang artinya ialah bertasbihlah. Abu Maisarah menduga bahwa awwibi berasal dari bahasa Habsyah yang artinya bertasbihlah,

tetapi kebenarannya masih diragukan, karena ta-wib menurut istilah bahasa Arab artinya menjawab, yakni gunung-gunung dan burung-burung diperintahkan untuk menjawab tasbihnya Nabi Daud menurut caranya masing-masing.

Abul Qasim alias Abdur Rahman Ibnu Ishaq Az-Zujaji mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Jumal, Bab "Nida", sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud.

(Saba: 10) Yakni berjalanlah bersamanya di siang hari sepenuhnya, karena makna التَّأْوِيبُ ialah berjalan di siang hari seluruhnya, sedangkan kebalikannya ialah الْإِسْآدُ yang artinya berjalan di malam hari seluruhnya.

Demikianlah teks pendapat Abul Qasim. Tetapi pendapatnya ini aneh sekali, kami tidak menemukannya pada yang lain, sekalipun bila ditinjau dari segi lugah (bahasa) ada alasan yang mendukungnya.

Akan tetapi, jauh dari makna yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat yang benar adalah makna yang pertama tadi, yaitu bertasbihlah bersama Daud. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt:


{وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ}


dan kami telah melunakkan besi untuknya. (Saba: 10) Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya mengatakan bahwa untuk melunakkan besi bagi Nabi Daud tidak perlu memasukkannya ke dalam tungku api,

dan tidak perlu palu untuk membentuknya, tetapi Daud dapat memintalnya dengan tangannya seperti halnya memintal kapas untuk menjadi benang. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ}


buatlah baju besi yang besar-besar. (Saba: 11) Yaitu baju-baju besi yang dianyam lagi besar-besar. Qatadah mengatakan bahwa Daud adalah orang yang mula-mula membuat baju besi dengan dianyam. Dan sesungguhnya sebelum itu

baju besi-hanya berupa lempengan-lempengan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sama'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Damrah,

dari Ibnu Syauzab yang mengatakan bahwa Daud a.s. setiap hari dapat membuat sebuah baju besi, lalu ia menjualnya dengan harga enam ribu dirham; dua ribu untuk dirinya dan keluarganya, sedangkan yang empat ribu dia belikan makanan pokok untuk memberi makan kaum Bani Israil.


{وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ}


dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11) Ini merupakan petunjuk dari Allah Swt. kepada Daud dalam mengajarinya cara membuat baju besi. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11)

Janganlah kamu menjadikan pakunya kecil karena akan membuatnya longgar pada lingkaran. Jangan pula kamu menjadikannya besar karena mengalami keausan, tetapi pakailah paku yang berukuran sedang.

Al-Hakam ibnu Uyaynah mengatakan, bahwa janganlah engkau memakai paku yang besar karena akan aus, jangan pula memakai paku kecil karena longgar. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya

yang bukan hanya seorang. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan as-sard ialah lingkaran besi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa bila dikatakan baju besi yang dianyam,

istilah Arabnya ialah dar'un masrudah. Sebagai dalilnya ialah ucapan seorang penyair yang mengatakan:


وَعَليهما مَسْرُودَتَان قَضَاهُما ... دَاودُ أَوْ صنعَ السَّوابغ تُبّعُ ...


Keduanya memakai baju besi yang dianyam, sebagaimana baju besi buatan Nabi Daud atau baju besi yang biasa dipakai oleh Tubba' (buatan negeri Yaman). Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan dalam biografi Daud a.s.

melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr yang di dalamnya terdapat kisah dari Abul Yas, dari Wahb ibnu Munabbih, yang kesimpulannya seperti berikut: Bahwa Daud a.s. keluar dengan menyamar, lalu ia menanyakan tentang dirinya kepada kafilah-kafilah

yang datang. Maka tidaklah ia menanyai seseorang, melainkah orang tersebut memujinya dalam hal ibadah dan sepak terjangnya. Wahb ibnu Munabbih melanjutkan, bahwa pada akhirnya Allah mengutus malaikat dalam rupa seorang lelaki.

Kemudian lelaki itu dijumpai oleh Daud a.s., lalu Daud menanyakan kepadanya dengan pertanyaan yang biasa ia kemukakan kepada orang lain. Maka malaikat itu menjawab, "Dia adalah seorang yang paling baik buat dirinya sendiri

dan buat orang lain, hanya saja di dalam dirinya terdapat suatu pekerti yang seandainya pekerti itu tidak ada pada dirinya, tentulah dia adalah seorang yang kamil." Daud bertanya, "Pekerti apakah itu?" Malaikat menjawab,

"Dia makan dan menafkahi anak-anaknya dari harta kaum muslim.' yakni baitul mal. Maka pada saat itu juga Nabi Daud a.s. menghadapkan diri kepada Tuhannya seraya berdoa, semoga Dia mengajarkan kepadanya suatu pekerjaan

yang dilakukan tangannya sendiri sehingga menjadi orang yang berkecukupan dan dapat membiayai anak-anak dan keluarganya. Lalu Allah melunakkan besi baginya dan mengajarkan kepadanya cara membuat baju besi.

lalu Daud dikenal sebagai pembuat baju besi; dia adalah orang yang mula-mula membuat baju besi. Allah Swt. telah berfirman: buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya (Saba: 11) Yang dimaksud

dengan sard ialah pakunya lingkaran besi yang dipakai sebagai anyaman baju besi. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Daud bekerja sebagai pembuat baju besi. Apabila telah selesai, maka ia jual; sepertiga dari hasil penjualan itu

dia sedekahkan, sepertiganya lagi ia belikan keperluan hidup untuk mencukupi keluarga dan anak-anaknya, sedangkan yang sepertiganya lagi ia pegang untuk ia sedekahkan setiap harinya, hingga selesai dari membuat baju besi lainnya.

Wahb ibnu Munabbih melanjutkan bahwa sesungguhnya Allah telah memberi sesuatu kepada Daud yang belum pernah Dia berikan kepada orang lain, yaitu berupa suara yang bagus.

Disebutkan bahwa sesungguh¬nya apabila Daud membaca kitab Zabur, maka semua hewan liar berkumpul kepadanya, sehingga Daud dapat memegang lehernya, sedangkan hewan liar itu tidak lari darinya (jinak).

Dan tidaklah setan membuat seruling dan alat musik tiup lainnya, melainkan berdasarkan nada suara yang dikeluarkan oleh Daud a.s. Dan Nabi Daud a.s. adalah seorang yang tekun dan pekerja keras. Dan tersebutlah bahwa

apabila ia membuka kitab Zabur untuk dibacanya, maka suaranya seakan-akan seperti suara buluh perindu. Disebutkan bahwa Daud telah dianugerahi tujuh puluh suara buluh perindu di tenggorokannya. Firman Allah Swt.:


{وَاعْمَلُوا صَالِحًا}


dan kerjakanlah amalan yang saleh. (Saba: 11) Artinya, gunakanlah nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu untuk mengerjakan amal saleh.


{إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}


Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba: 11) Yakni mengawasi kalian dan melihat semua amal perbuatan dan ucapan kalian, tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi Allah Swt.

Surat Saba |34:11|

أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ ۖ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

ani'mal saabighootiw wa qoddir fis-sardi wa'maluu shooliḥaa, innii bimaa ta'maluuna bashiir

(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

[Commanding him], "Make full coats of mail and calculate [precisely] the links, and work [all of you] righteousness. Indeed I, of what you do, am Seeing."

Tafsir
Jalalain

Dan kami berfirman pula, ("Buatlah) dari besi itu (baju besi yang besar-besar) yang menutupi tubuh pemakainya, sehingga terseret ke tanah karena besarnya (dan ukurlah anyamannya)

anyamlah baju besi itu, oleh karenanya pembuat baju besi dinamakan Sarrad. Maksudnya jadikanlah baju besi itu sehingga sesuai dengan ukuran pemakainya (dan kerjakanlah oleh kalian)

oleh keluarga Daud bersama-sama Daud sendiri (amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kalian kerjakan.") maka, Aku akan membalasnya kepada kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 11 |

penjelasan ada di ayat 10

Surat Saba |34:12|

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ ۖ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ

wa lisulaimaanar-riiḥa ghuduwwuhaa syahruw wa rowaaḥuhaa syahr, wa asalnaa lahuu 'ainal-qithr, wa minal-jinni may ya'malu baina yadaihi bi`iżni robbih, wa may yazigh min-hum 'an amrinaa nużiq-hu min 'ażaabis-sa'iir

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.

And to Solomon [We subjected] the wind - its morning [journey was that of] a month - and its afternoon [journey was that of] a month, and We made flow for him a spring of [liquid] copper. And among the jinn were those who worked for him by the permission of his Lord. And whoever deviated among them from Our command - We will make him taste of the punishment of the Blaze.

Tafsir
Jalalain

(Dan) Kami tundukkan (bagi Sulaiman angin) menurut qiraat yang lain lafal Ar Riiha dibaca Ar Riihu yaitu dengan memperkirakan keberadaan lafal Taskhiirun (yang perjalanannya di waktu pagi)

perjalanannya mulai dari pagi hingga waktu tergelincir matahari (sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore hari) yaitu mulai dari tergelincir matahari sampai terbenam

(sama dengan perjalanan sebulan) maksudnya sama dengan perjalanan selama itu (dan Kami alirkan) Kami leburkan (cairan tembaga baginya) sehingga tembaga itu menjadi lebur selama tiga hari tiga malam,

sebagaimana air mengalir dan umat manusia sampai sekarang dapat mengeksploitasinya berkat ilmu yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Sulaiman.

(Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di bawah kekuasaannya dengan izin) yakni berdasarkan perintah (Rabbnya. Dan siapa yang menyimpang) menyeleweng

(di antara mereka dari perintah Kami) yang menyuruhnya untuk taat kepada Nabi Sulaiman (Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala) di akhirat nanti.

Menurut suatu pendapat azab tersebut terjadi di dunia, yaitu malaikat memukulnya dengan cambuk api, yang setiap pukulan dapat membakar dan menghanguskannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 12 |

Tafsir ayat 12-13

Setelah Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada Daud, lalu menyebutkan apa yang telah Dia berikan kepada putra Daud (Sulaiman a.s.), yaitu ditundukkan-Nya angin untuknya hingga angin menerbangkan

hamparan permadaninya. Perjalanannya pagi harinya sama dengan jarak satu bulan, dan perjalanan petang harinya sama dengan jarak satu bulan pula. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Sulaiman a.s. berangkat di pagi hari

dengan mengendarai permadani terbangnya dari Dimasyq, lalu turun di Astakhr dan makan siang padanya, lalu petang harinya ia pergi lagi dari Astakhr menuju Kabil dan menginap padanya.

Jarak antara Dimasyq dan Astakhr dapat ditempuh selama satu bulan bagi orang yang memacu kendaraannya, dan jarak antara Astakhr ke Kabil satu bulan pula. Firman Allah Swt.:


{وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ}


dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. (Saba: 12) Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ikrimah, Ata, Al-Khurasani, Qatadah, As-Saddi dan Malik semuanya telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam

serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa yang dimaksud dengan al-qitr adalah tembaga. Qatadah mengatakan bahwa tembaga itu ada di negeri Yaman, dan semua peralatan yang dibuat oleh manusia berasal dari bahan baku

yang dikeluarkan oleh Allah Swt. untuk Sulaiman a.s. As-Saddi mengatakan, sesungguhnya tembaga itu dicairkan untuknya hanya selama tiga hari. Firman Allah Swt.:


{وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ}


Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. (Saba: 12) Yakni Kami telah menundukkan jin baginya untuk bekerja di hadapannya dengan seizin Tuhannya,

untuk membangun gedung-gedung dan lain-lainnya yang disukai oleh Sulaiman a.s. berkat kekuatan dan kekuasaan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Sulaiman a.s.


{وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا}


Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami (Saba: 12) Yaitu barang siapa yang menyimpang dan memberontak di antara mereka dari ketaatan.


{نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ}


Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (Saba: 12) Yang dimaksud dengan sa'ir ialah yang membakar. Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah menyebutkan sebuah hadis yang garib sekali.


قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَير ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الخُشَنيّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْجِنُّ عَلَى ثَلَاثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلَابٌ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ وَيَظْعُنُونَ".


Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyyah ibnu Saleh, dari Abuz Zahra, dari Jubair ibnu Nafir, dari Abu Sa'labah Al-Khusyani r.a.,

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jin itu ada tiga jenis, satu jenis dari mereka mempunyai sayap yang dapat menerbangkan mereka di angkasa, dan satu jenis lagi berupa ular atau anjing, sedangkan jenis yang terakhir ada yang senang menetap dan ada yang senang bepergian. Predikat marfu' hadis ini garib sekali.


قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا حَرْمَلة، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ مُضَر، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَنْعُمَ أَنَّهُ قَالَ: الْجِنُّ ثَلَاثَةٌ: صِنْفٌ لَهُمُ الثَّوَابُ وَعَلَيْهِمُ الْعِقَابُ، وَصِنْفٌ طَيَّارُونَ فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلَابٌ.


Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Harmalah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Bakr ibnu Mudar, dari Muhammad ibnu Bujair,

dari Ibnu An'am yang mengatakan bahwa jin itu ada tiga jenis, satu jenis ada yang mendapat pahala, ada pula yang mendapat siksa; satu jenis lagi hidupnya terbang di angkasa antara bumi dan langit, dan jenis terakhir berupa ular dan anjing.

Selanjutnya Bakr mengatakan bahwa tidaklah ia tahu melainkan Anas pernah bercerita kepadanya bahwa manusia itu ada tiga macam, sebagian dari mereka ada yang mendapat naungan dari Allah di bawah naungan 'Arasy-Nya pada hari kiamat;

dan sebagian yang lain seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi jalannya; dan sebagian lainnya lagi rupa mereka adalah rupa manusia, tetapi kalbu mereka adalah kalbu setan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada kami Salamah (yakni Ibnul Fadl), dari Ismail,

dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa jin itu adalah anak iblis, dan manusia adalah anak Adam; di antara mereka (jin) ada yang beriman dan di antara mereka (manusia) ada yang beriman, maka mereka bersekutu

dalam memperoleh pahala dan hukuman. Barang siapa dari kalangan jin dan manusia beriman, maka dia adalah kekasih Allah; dan barang siapa dari kalangan jin dan manusia yang kafir, maka dia adalah setan. Firman Allah Swt.:


{يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ}


Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung. (Saba: 13) Yang dimaksud dengan maharib ialah bagian yang paling baik dan paling mewah di dalam rumah (tempat tinggal).

Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan maharib ialah bangunan-bangunan, tetapi bukan berupa istana. Ad-Dahhak mengatakan maharib adalah masjid-masjid. Qatadah mengatakan bahwa maharib ialah gedung-gedung

dan masjid-masjid. Menurut Ibnu Zaid adalah tempat-tempat tinggal. Adapun yang dimaksud dengan tamasil menurut Atiyyah Al-Aufi, Ad-Dahhak, dan As-Saddi artinya patung-patung. Menurut Mujahid patung-patung yang terbuat dari tembaga, sedangkan menurut Qatadah patung-patung yang terbuat dari tanah liat dan kaca. Firman Allah Swt.:


{وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ}


dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungkunya). (Saba: 13) Jawab adalah bentuk jamak dari jabiyah, artinya kolam tempat penampungan air. Sebagaimana pengertian yang diucapkan oleh Maimun ibnu Qais alias Al-A'sya dalam salah satu bait syairnya:


تَرُوحُ عَلَى آلِ المَحَلَّق جَفْنَةٌ ... كَجَابِيَة الشَّيخ العِراقي تَفْهَق


Dikirimkan kepada Ali Al-Muhallaq periuk besar di petang hari, yang besarnya seperti tempat penampungan air milik Syekh Iraqi yang penuh dengan air Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan

dengan makna firman-Nya "Al-jawab "yakni seperti kubangan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah seperti kolam-kolam besarnya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, Al-Hasan,

Qatadah, Ad-Dahhak dan lain-lainnya. Yang dimaksud dengan al-qudurur rasiyat ialah periuk-periuk yang sangat besar sehingga harus tetap berada di atas tungkunya, tidak dipindah-pindahkan karena sangat berat.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, dan selain keduanya Menurut Ikrimah termasuk ke dalam pengertian qudurur rasiyat ialah belanga. Firman Allah Swt.:


{اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا}


Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba: 13) Yakni dan Kami katakan kepada mereka, "Bekerjalah sebagai ungkapan rasa syukur yang telah dilimpahkan Allah kepada kalian untuk kepentingan agama dan dunia kalian."

Syukran adalah bentuk masdar tanpa fi'il, atau menjadi maf'ullah. Berdasarkan kedua hipotesis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa syukur itu adakalanya dengan perbuatan, adakala¬nya pula dengan lisan dan niat, sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang penyair:


أفَادَتْكُمُ النّعْمَاء منِّي ثَلاثةً: ... يدِي، ولَسَاني، وَالضَّمير المُحَجَّبَا ...


Telah kulimpahkan tiga macam nikmat dariku kepada kalian (sebagai rasa terima kasihku), yaitu melalui tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak kelihatan. Abu Abdur Rahman As-Sulami telah mengatakan bahwa salat adalah

ungkapan rasa syukur, puasa juga ungkapan rasa syukur, serta semua amal kebaikan yang engkau kerjakan karena Allah Swt. merupakan ungkapan rasa syukurmu (kepada-Nya). Dan syukur yang paling utama ialah membaca Hamdalah.

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan sebuah asar yang bersumber dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang mengatakan bahwa syukur ialah bertakwa kepada Allah Swt.

dan mengerjakan amal saleh. Hal ini dikatakan terhadap orang yang mengungkapkannya melalui perbuatan. Dan demikianlah keadaan yang dilakukan oleh keluarga Nabi Daud a.s. di masa silam, mereka bersyukur kepada Allah melalui perbuatan

di antara lisan mereka. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit Al-Bannani

yang mengatakan bahwa Daud a.s. telah membagi-bagi tugas salat kepada keluarganya, anak-anaknya, dan istri-istrinya. Dan tersebutlah bahwa tiada suatu saat pun, baik di malam hari atau siang hari, melainkan ada seseorang

dari keluarga Daud a.s. yang sedang berdiri menunaikan salat, sehingga rahmat terlimpahkan kepada mereka melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Al¬lah).

Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba: 13) Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:


"إِنْ أَحَبَّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صلاةُ داودَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا. وَلَا يَفر إِذَا لَاقَى".


Sesungguhnya salat yang paling disukai oleh Allah adalah salatnya Nabi Daud; dia tidur hingga pertengahan malam, lalu berdiri (salat) sepertiganya dan tidur seperenamnya. Dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Nabi Daud;

dia puasa sehari dan berbuka sehari, dan apabila berperang Daud tidak pernah lari dari medan perang.


وَقَدْ رَوَى أَبُو عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ سُنيْد بْنِ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ لِسُلَيْمَانَ: يَا بُنَيَّ، لَا تُكْثِرِ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَإِنَّ كَثْرَةَ النَّوْمِ بِاللَّيْلِ تَتْرُكُ الرَّجُلَ فَقِيرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ".


Abu Abdullah ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Daud. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad ibnul Munkadir, dari ayahnya, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Ibu Nabi Sulaiman ibnu Daud a.s. berkata kepada putranya Sulaiman, "Wahai anakku, janganlah kamu memperbanyak tidur di malam hari, karena sesungguhnya banyak tidur di malam hari membiarkan seseorang (pelakunya)

menjadi orang fakir kelak di hari kiamat.” Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib lagi panjang sekali menceritakan perihal Nabi Daud a.s. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan

kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid Qubaisah ibnu Ishaq Ar-Ruqqi yang mengatakan bahwa Fudail pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba: 13). Bahwa Daud a.s. berkata, "Ya Tuhanku, bagaimanakah saya harus bersyukur kepada Engkau, sedangkan bersyukur itu sendiri adalah merupakan nikmat dari-Mu?"

Maka Allah Swt. menjawabnya melalui firman-Nya, "Sekarang engkau telah bersyukur kepada-Ku karena engkau telah mengetahui bahwa nikmat itu dari-Ku." Firman Allah Swt.:


{وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ}


Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba: 13) Hal ini merupakan berita tentang kenyataannya.

Surat Saba |34:13|

يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

ya'maluuna lahuu maa yasyaaa`u mim maḥaariiba wa tamaaṡiila wa jifaaning kal-jawaabi wa quduurir roosiyaat, i'maluuu aala daawuuda syukroo, wa qoliilum min 'ibaadiyasy-syakuur

Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam, dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.

They made for him what he willed of elevated chambers, statues, bowls like reservoirs, and stationary kettles. [We said], "Work, O family of David, in gratitude." And few of My servants are grateful.

Tafsir
Jalalain

(Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi) bangunan-bangunan tinggi yang memakai tangga untuk orang yang mau memasukinya

(dan patung-patung) lafal Tamaatsiil adalah bentuk jamak dari lafal Timtsaalun, yaitu segala sesuatu yang dibuat menurut gambaran objek yang dipahatnya. Maksudnya adalah patung-patung yang terbuat dari tembaga,

ada pula yang terbuat dari kaca serta batu pualam. Perlu diketahui bahwa membuat patung atau gambar tidak diharamkan menurut syariat Nabi Sulaiman (dan piring-piring besar)

lafal Jifaanin bentuk jamak dari lafal Jafnah (yang besarnya seperti kolam) lafal Jawaabii bentuk jamak dari lafal Jaabiyah artinya kolam yang besar; piring besar itu

dapat dipakai untuk makan seribu orang (dan periuk yang tetap) berada di atas tungkunya serta tidak bergerak dari tempatnya karena saking besarnya. Periuk tersebut terbuat dari bukit negeri Yaman

dan bagi orang yang memasak harus menaiki tangga, demikian pula bagi orang yang mau mengambil makanan daripadanya. Dan Kami berfirman, ("Bekerjalah kalian) hai (keluarga Daud)

untuk taat kepada Allah (sebagai tanda syukur) kepada-Nya atas apa yang telah Dia limpahkan kepada kalian berupa nikmat-nikmat. (Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.")

yang mau bekerja untuk taat kepada-Ku sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada-Ku atas nikmat-nikmat yang telah Kuberikan kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 13 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Saba |34:14|

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

fa lammaa qodhoinaa 'alaihil-mauta maa dallahum 'alaa mautihiii illaa daaabbatul-ardhi ta`kulu minsa`atah, fa lammaa khorro tabayyanatil-jinnu al lau kaanuu ya'lamuunal-ghoiba maa labiṡuu fil-'ażaabil-muhiin

Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.

And when We decreed for Solomon death, nothing indicated to the jinn his death except a creature of the earth eating his staff. But when he fell, it became clear to the jinn that if they had known the unseen, they would not have remained in humiliating punishment.

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala Kami telah menetapkan terhadapnya) terhadap Sulaiman (kematian) ia mati dalam keadaan diam berdiri bertopang pada tongkatnya selama setahun penuh.

Para jin masih tetap melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat sebagaimana biasanya, karena mereka tidak menduga bahwa Nabi Sulaiman telah mati. Ketika rayap menggerogoti tongkatnya lalu tongkat itu patah,

kemudian Nabi Sulaiman jatuh terjungkal maka menjadi nyatalah kematiannya di mata para jin itu (tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap)

lafal Al Ardhu adalah bentuk Mashdar dari lafal Uridhatul Khasyabatu, artinya kayu itu digerogoti oleh rayap (yang memakan tongkatnya) lafal Minsa-atahuu dapat pula dibaca Minsaatahuu, yakni tongkatnya,

dinamakan demikian karena tongkat itu dipakai untuk mengusir dan menghardik. (Maka, tatkala ia telah tersungkur) dalam keadaan telah mati (tahulah jin itu) yakni jelaslah bagi mereka

(bahwa) "an" berasal dari Anna yang kemudian ditakhfifkan, asalnya Annahum (kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib) antara lain ialah apa yang gaib di mata mereka tentang kematian Nabi Sulaiman

(tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan) kerja berat yang selama ini mereka lakukan, karena mereka menduga bahwa Nabi Sulaiman masih tetap hidup, berbeda halnya jika mereka mengetahui ilmu gaib.

Mereka baru mengetahui kematiannya setelah satu tahun berdasarkan perhitungan masa yang diperkirakan jika sebuah tongkat dimakan rayap, sejak sehari semalam sesudah kematiannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 14 |

Allah Swt. menceritakan perihal kematian Sulaiman a.s. dan bagaimana Allah Swt. menyembunyikan kematiannya terhadap makhluk jin yang telah Dia tundukkan baginya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat.

Dan sesungguhnya Sulaiman saat kematiannya dalam keadaan sedang bertopang pada tongkatnya, berdiri tegak. Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Al-Hasan dan Qatadah serta yang lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah menyebutkan

bahwa Nabi Sulaiman dalam keadaan begitu selama kurang lebih satu tahun. Ketika tongkatnya dimakan oleh rayap tanah, maka tongkat penopangnya rapuh dan akhirnya jasad Nabi Sulaiman jatuh. Pada saat itu barulah diketahui

bahwa ia telah meninggal dunia, dan sebelum itu dalam waktu yang cukup lama tidak diketahui kematiannya. Dengan demikian, maka diketahui pulalah bahwa makhluk jin itu tidak mengetahui perkara yang gaib,

tidak seperti apa yang didugakan dan disangkakan-oleh manusia selama itu. Sehubungan dengan hal itu ada sebuah hadis marfu' yang menceritakannya, tetapi kesahihannya masih diragukan.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَسْعُودٍ أَبُو حُذَيْفَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَان، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كَانَ سُلَيْمَانُ نَبِيُّ اللَّهِ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، إِذَا صَلَّى رَأَى شَجَرَةً نَابِتَةً بَيْنَ يَدَيْهِ فَيَقُولُ لَهَا: مَا اسْمُكِ؟ فَتَقُولُ: كَذَا. فَيَقُولُ: لِأَيِّ شَيْءٍ أَنْتِ؟ فَإِنْ كَانَتْ لِغَرْسٍ غُرِسَتْ، وَإِنْ كَانَتْ لِدَوَاءٍ كُتِبَتْ. فَبَيْنَمَا هُوَ يُصَلِّي ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ رَأَى شَجَرَةً بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ لَهَا: مَا اسْمُكِ؟ قَالَتْ: الْخَرُّوبُ. قَالَ: لِأَيِّ شَيْءٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: لِخَرَابِ هَذَا الْبَيْتِ. فَقَالَ سُلَيْمَانُ: اللَّهُمَّ، عَمّ عَلَى الْجِنِّ مَوْتَتِي حَتَّى يَعْلَمَ الْإِنْسُ أَنَّ الْجِنَّ لَا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ. فَنَحَتَهَا عَصًا، فَتَوَكَّأَ عَلَيْهَا حَوْلًا مَيِّتًا، وَالْجِنُّ تَعْمَلُ. فَأَكَلَتْهَا الْأَرَضَةُ، فَتَبَيَّنَتِ الْإِنْسُ أَنَّ الْجِنَّ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا [حَوْلًا] فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ". قَالَ: وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقْرَؤُهَا كَذَلِكَ قَالَ: "فَشَكَرَتِ الْجِنُّ الْأَرَضَةَ ، فَكَانَتْ تَأْتِيهَا بِالْمَاءِ"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tahman,

dari Ata, dari As-Sa-ib ibnu Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw. yang menceritakan bahwa: Nabi Sulaiman apabila salat selalu melihat pohon yang tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya kepada pohon itu,

"Siapakah namamu?" Maka pohon itu menjawab dengan bahasanya sendiri, "Namaku anu." Ia bertanya lagi, "Apakah kegunaanmu?" Jika pohon itu untuk ditanam, maka ia ditanam; dan jika untuk obat, maka dicatat. Ketika Nabi Sulaiman

sedang salat di suatu hari, tiba-tiba ia melihat sebuah pohon ada di hadapannya, maka Sulaiman bertanya, "Apakah namamu?" Pohon itu menjawab bahwa namanya adalah Al-Kharub. Sulaiman bertanya, "Apakah kegunaanmu?"

Pohon itu menjawab, "Untuk merusak Bait ini (Baitul Maqdis)." Maka Nabi Sulaiman a.s. berdoa, "Ya Allah, butakanlah jin dari kematianku, sehingga manusia mengetahui bahwa jin itu tidak mengetahui hal yang gaib." Lalu Nabi Sulaiman

mengukir pohon tersebut menjadi sebuah tongkat, kemudian ia berdiri seraya bersandar pada tongkat itu selama satu tahun dalam keadaan telah wafat, sedangkan jin selama itu tetap bekerja seperti biasanya.

Pada akhirnya tongkat itu dimakan oleh rayap (dan robohlah Sulaiman a.s. ke tanah). Maka jelaslah bagi manusia saat itu bahwa seandainya jin itu mengetahui perkara yang gaib, tentulah mereka tidak akan tinggal selama satu tahun

dalam siksaan kerja paksa yang menghinakan. Perawi mengatakan bahwa Ibnu Abbas membaca ayat ini dengan bacaan tafsirnya memakai kata haulan. Lalu jin berterima kasih kepada rayap, lalu jin dengan sukarela mendatangkan air

kepada rayap. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim melalui hadis Ibrahim ibnu Tuhman dengan sanad yang sama, tetapi predikat marfu '-nya masih diragukan, karena garib dan munkar.

Hal yang benar bila dikatakan sebagai hadis mauquf karena Ata ibnu Abu Muslim Al-Khurrasani mempunyai banyak hadis yang garib dan pada sebagian hadisnya terdapat hal-hal yang diingkari. Menurut As-Saddi, di dalam hadisnya

terdapat hal-hal yang diingkari. As-Saddi telah mengetengahkan sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas'ud r.a. dari seorang sahabat Rasulullah Saw.

yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman sering beribadah di dalam Baitul Muqaddas selama satu atau dua tahun, atau sebulan atau dua bulan; adakalanya kurang dari itu dan adakalanya lebih.

Jika ia masuk ke dalam Baitullah untuk beribadah, maka ia membawa serta pula makanan dan minumannya. Akhirnya masuklah ia ke dalam Baitul Maqdis di suatu hari yang dia wafat padanya. Sejak semula tiada suatu pagi hari pun

bila Sulaiman a.s. berada di dalam Baitul Maqdis melainkan Allah menumbuhkan sebuah pohon di dalamnya, lalu Sulaiman mendatanginya dan menanyai namanya. Lalu dijawab oleh pohon itu bahwa namanya adalah anu dan anu.

Jika pohon itu untuk ditanam, maka Sulaiman menanamnya; dan jika untuk obat, maka dijadikan untuk obat. Hingga pada akhirnya tumbuhlah sebuah pohon yang dikenal dengan nama Kharubah, lalu Sulaiman menanyainya, "Siapakah namamu?"

Pohon itu menjawab, "Aku adalah Kharubah" Sulaiman bertanya, "Untuk apakah kegunaanmu?" Pohon itu menjawab, "Aku adalah tumbuh-tumbuhan yang ditumbuhkan untuk merusak masjid ini."

Maka Sulaiman berkata,, "Allah tidak sekal-kali akan merusak masjid ini, sedangkan saya masih hidup. Jadi, engkaulah pertanda sudah dekat masa kematianku dan hancurnya Baitul Maqdis ini."

Lalu Nabi Sulaiman mencabutnya dan menanamnya di salah satu kebun miliknya. Kemudian ia masuk ke dalam mihrab dan berdiri melakukan salat seraya bertopang pada tongkatnya, di saat itulah ia meninggal dunia.

Setan-setan tidak ada yang mengetahui kematiannya. Mereka mengira bahwa Sulaiman masih hidup dan mereka takut kepadanya. Karena itu, mereka terus bekerja untuknya. Mereka tidak berani membangkang karena takut bila Sulaiman a.s.

mendatangi mereka dan menghukum mereka. Setan-setan bekerja di sekitar mihrab, dan mihrab Sulaiman mempunyai lubang yang terletak di hadapan dan di belakangnya. Dan tersebutlah bahwa ada setan yang hendak kabur berkata,

"Bukankah aku ini sakti? Jika aku ingin, dapat saja menembus tembok ini dan keluar dari sebelah lainnya." Lalu ia menembus tembok itu dan keluar dari sisi lain. Ternyata tidak terjadi sesuatu pun padanya. Sebelum itu tidak ada satu setan pun

yang berani memandang Nabi Sulaiman a.s. yang sedang berada di mihrabnya karena ia pasti akan terbakar. Kemudian salah satu dari setan itu menembus tembok itu dan kembali, ternyata ketika di dalam ia tidak mendengar suara

Nabi Sulaiman. Lalu ia penasaran dan masuk lagi, kemudian kembali dalam keadaan tidak terbakar. Lalu ia kembali lagi masuk ke dalam Baitul Maqdis, dan ternyata dirinya tidak terbakar, dan ia melihat Sulaiman terjatuh dalam keadaan

tidak bernyawa lagi. Kemudian setan itu keluar dan memberitahukan kepada manusia bahwa Sulaiman telah meninggal dunia, lalu mereka mengeluarkannya. Ternyata mereka menjumpai tongkat Nabi Sulaiman yang dijadikan sandaran olehnya

telah dimakan oleh rayap. Mereka tidak mengetahui sejak kapan Nabi Sulaiman meninggal dunia, akhirnya mereka letakkan rayap itu di atas tongkat dan mereka biarkan rayap itu memakannya hari demi hari dengan menahannya

tetap dalam keadaan demikian. Akhirnya mereka menyimpulkan setelah berlalu masa satu tahun, bahwa Nabi Sulaiman telah wafat sejak setahun yang silam. Karena itulah di dalam qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan

ma labisu haulan fil 'adzabil muhin, dengan memakai kata haulan. Lalu orang-orang tinggal selama satu tahun penuh sesudah kepergian Nabi Sulaiman seraya merasa berutang jasa kepadanya.

Dan sejak saat itulah manusia mengetahui bahwa sebelumnya jin adalah tukang berdusta kepada mereka; dan seandainya jin mengetahui perkara gaib, tentulah jin mengetahui kematian Nabi Sulaiman, dan tentulah mereka

tidak tinggal dalam siksaan selama satu tahun dalam kerja paksa untuknya. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya.

Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib, tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba: 14)

Maka jelaslah perkara jin itu bagi manusia bahwa mereka dahulu selalu membohongi manusia. Kemudian setan berkata kepada rayap, "Seandainya kamu pemakan makanan, niscaya akan kudatangkan kepadamu

makanan yang paling enak; dan jika kamu minum, niscaya aku datangkan kepadamu minuman yang terbaik. Tetapi mengingat keadaanmu, maka aku akan mendatangkan air dan tanah kepadamu." Maka setan-setan itulah yang menyuplai air

kepada rayap di mana pun rayap-rayap berada. Jika kamu lihat tanah yang ada di dalam kayu, maka tanah itulah yang didatangkan oleh setan-setan untuk rayap yang ada di dalamnya sebagai rasa terima kasih mereka kepadanya.

Asar ini hanya Allah Yang Maha Mengetahui, tiada lain termasuk hal-hal yang dinukil dari ulama Ahli Kitab. Maka sikap kita terhadapnya abstain, tidaklah kita membenarkannya kecuali jika sesuai dengan kebenaran, dan tidaklah

kita mendustakannya kecuali terhadap apa yang bertentangan dengan kebenaran. Sedangkan terhadap sisanya kita tidak boleh membenarkannya, tidak boleh pula mendustakannya.

Ibnu Wahb dan Asbag Ibnul Faraj telah menceritakan dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap

yang memakan tongkatnya. (Saba: 14) Sulaiman pernah berkata kepada malaikat maut, "Jika engkau diperintahkan untuk mencabut nyawaku, maka beritahukanlah terlebih dahulu kepadaku."

Maka malaikat maut datang kepadanya dan mengatakan, "Hai Sulaiman, sesungguhnya aku telah diperintahkan untuk mencabut nyawamu, dan engkau masih punya kesempatan kurang dari sesaat."

Lalu Sulaiman a.s. memanggil setan-setan dan memerintahkan kepada mereka untuk membangun menara kaca untuknya yang tidak ada pintunya. Lalu Sulaiman a.s. berdiri mengerjakan salatnya seraya bersandar pada tongkatnya.

Malaikat maut masuk ke dalam menara kaca itu dan menemuinya, lalu mencabut nyawanya, sedangkan ia (Sulaiman a.s.) dalam keadaan bertopang pada tongkatnya. Sulaiman a.s. melakukan demikian bukan karena lari dari maut.

Dan jin terus bekerja di hadapannya seraya memandang ke arahnya dengan dugaan bahwa Sulaiman masih tetap hidup. Lalu Allah Swt. mengirimkan rayap —rayap adalah pemakan kayu—, lalu rayap masuk ke dalam tongkatnya dan memakannya.

Setelah rayap memakan bagian dalam tongkat itu, maka rapuhlah tongkat itu dan tidak kuat menyangga tubuh Nabi Sulaiman, akhirnya jasad Nabi Sulaiman ambruk ke tanah. Ketika jin melihat peristiwa tersebut, maka mereka bubar dan pergi.

Hal inilah yang dimaksud di dalam firman-Nya: tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. (Saba: 14) Asbag mengatakan bahwa telah sampai suatu riwayat kepadanya

dari orang lain yang mengatakan bahwa rayap itu tinggal di dalam tongkat tersebut dan memakaninya selama satu tahun, sebelum Sulaiman a.s. jatuh tersungkur. Dan ulama Salaf yang bukan hanya seorang menyebut¬kan hal yang semisal, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui

Surat Saba |34:15|

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

laqod kaana lisaba`in fii maskanihim aayah, jannataani 'ay yamiiniw wa syimaal, kuluu mir rizqi robbikum wasykuruu lah, baldatun thoyyibatuw wa robbun ghofuur

Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun."

There was for [the tribe of] Saba' in their dwelling place a sign: two [fields of] gardens on the right and on the left. [They were told], "Eat from the provisions of your Lord and be grateful to Him. A good land [have you], and a forgiving Lord."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya bagi kaum Saba) lafal Saba dapat dibaca dengan memakai harakat Tanwin pada akhirnya atau bisa juga tidak. Saba adalah nama suatu kabilah bangsa Arab

yang diambil dari nenek moyang mereka (di tempat kediaman mereka) di negeri Yaman (ada tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt.

(yaitu dua buah kebun) lafal Jannataani ini menjadi Badal dari lafal Aayatun (di sebelah kanan dan di sebelah kiri) lembah tempat mereka tinggal. Dan dikatakan kepada mereka,

("Makanlah oleh kalian dari rezeki Rabb kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya.") atas apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kalian berupa nikmat-nikmat yang ada di negeri Saba.

(Negeri kalian, adalah negeri yang baik) tidak ada tanah yang tandus, tidak ada nyamuk, tidak ada lalat, tidak ada lalat pengisap darah, tidak ada kalajengking dan tidak ada ular.

Seandainya ada orang asing lewat ke negeri itu dan pada bajunya terdapat kutu, maka kutu itu otomatis akan mati karena harum dan bersihnya udara negeri Saba. (Dan) Allah (Rabb Yang Maha Pengampun.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 15 |

Tafsir ayat 15-17

Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan Tababi'ah (jamak Tubba' nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.)

termasuk salah seorang dari raja-raja negeri Yaman. Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan kenikmatan dan kesenangan di negeri mereka; kehidupan mereka sangat menyenangkan, dan rezeki mereka berlimpah,

begitu pula tanam-tanaman dan buah-buahannya. Kemudian Allah Swt. mengutus kepada mereka rasul-rasul yang memerintahkan kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan cara mengesakan

dan menyembah-Nya; mereka tetap diseru oleh para rasul selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Tetapi mereka berpaling dari apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka. Akhirnya mereka diazab

dengan didatangkan kepada mereka banjir besar yangmemporak-porandakan seluruh negeri, sebagaimana yang akan diceritakan kisahnya secara rinci dalam pembahasan berikut ini, insya Allah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُبَيْرة، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ وَعْلة قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ: أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ رَجُلٌ أَمِ امْرَأَةٌ أَمْ أَرْضٌ؟ قَالَ: "بَلْ هُوَ رَجُلٌ، وَلَدَ عَشَرة ، فَسَكَنَ الْيَمَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَبِالشَّامِ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا الْيَمَانِيُّونَ: فَمَذْحِجُ، وكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارٌ، وَحِمْيَرُ. وَأَمَّا الشَّامِيَّةُ فَلَخْمُ، وَجُذَامُ، وَعَامِلَةُ، وَغَسَّانُ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu Wa'lah yang menceritakan bahwa ia pernah

mendengar Ibnu Abbas mengatakan, pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Saba, apakah itu nama seorang laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama negeri.

Maka Rasulullah Saw. menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak; enam di antara mereka tinggal di negeri Yaman, sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam.

Ada pun yang tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd, orang-orang Asy'ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.

Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abdu, dari Al-Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama; sanad riwayat ini hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.

Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr telah meriwayatkannya di dalam kitabnya yang berjudul Al-Qasdu wal Umam Bima 'rifati Usul Ansabil 'Arab wal 'Ajam, melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Alqamah ibnu Wa'lah, dari Ibnu Abbas,

lalu disebutkan hal semisal. Ia pun telah meriwayatkannya melalui jalur lain dengan lafaz yang semisal.


قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة الْكَلْبِيُّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ هَانِئِ بْنِ عُرْوَة، عَنْ فَرْوَةَ بْنِ مُسيَك قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَلَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُقَاتِلُ بِمُقْبِلِ قَوْمِي مُدْبِرَهُمْ؟ قَالَ: "نَعَمْ، فَقَاتِلْ بِمُقْبِلِ قَوْمِكَ مُدْبِرَهُمْ". فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي فَقَالَ: "لَا تُقَاتِلْهُمْ حَتَّى تَدْعُوَهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ". فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ سَبَأً؛ أَوَادٍ هُوَ، أَوْ رَجُلٌ ، أَوْ مَا هُوَ؟ قَالَ: " [لَا] ، بَلْ رَجُلٌ مِنَ الْعَرَبِ، وُلِدَ لَهُ عَشْرَةٌ فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ، تَيَامَنَ الْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَحِمْيَرُ، وَكِنْدَةُ، وَمَذْحِجُ، وَأَنْمَارُ الَّذِينَ يُقَالُ لَهُمْ: بَجِيلَةُ وَخَثْعَمُ. وَتَشَاءَمَ لَخْمٌ، وَجُذَامٌ، وَعَامِلَةُ، وغسَّان".


Imam Ahmad mengatakan pula, juga Abd ibnu Humaid dan Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Abu Janab alias Yahya ibnu Abu Hayyah Al-Kalabi, dari Ibnu Harun, dari Urwah, dari Farwah ibnu Masik r.a.

yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, saya akan berperang di depan kaum saya dan di belakang mereka."

Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, berperanglah di depan kaummu dan di belakang mereka". Setelah aku berpaling, beliau memanggilku, lalu bersabda: Janganlah kamu perangi mereka sebelum kamu seru mereka masuk Islam.

Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang Saba, apakah nama sebuah lembah ataukah sebuah gunung ataukah nama apa?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, bahkan Saba adalah dari keturunan bangsa Arab,

dia mempunyai sepuluh orang anak; enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, sedangkan yang empat orang lainnya tinggal di negeri Syam. Yang tinggal di negeri Yaman adalah Al-Azd, Asy'ariyyun, Himyar, Kindah, Muzhaj,

dan Anmar yang dikenal dengan sebutan Bajilah dan Khas'am. Sedangkan yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan. Sanad hadis ini pun hasan, sekalipun di dalamnya terdapat Abu Janab Al-Kalbi

yang dinilai daif oleh ulama hadis. Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Al-Anqari, dari Asbat ibnu Nasr, dari Yahya ibnu Hani' Al-Muradi, dari pamannya atau dari ayahnya —Asbat ragu— yang telah mengatakan

bahwa Farwah ibnu Masik r.a. datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu disebutkan hadis yang semisal. Jalur lain dari hadis ini.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عبد الأعلى، حدثنا ابن وَهْبٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ تَوْبَةَ بْنِ نَمر، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ يَحْيَى أَنَّهُ أخبره قال: كنا عند عبيدة بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بِأَفْرِيقِيَّةَ فَقَالَ يَوْمًا: مَا أَظُنُّ قَوْمًا بِأَرْضٍ إِلَّا وَهُمْ مِنْ أَهْلِهَا. فَقَالَ عَلِيُّ بْنُ رَبَاحٍ: كَلَّا قَدْ حَدَّثَنِي فُلَانٌ أَنَّ فَرْوَةَ بْنَ مُسَيك الغُطَيفي قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ سَبَأً قَوْمٌ كَانَ لَهُمْ عِزٌّ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَرْتَدُّوا عَنِ الْإِسْلَامِ، أَفَأُقَاتِلُهُمْ؟ فَقَالَ: "مَا أُمِرْتُ فِيهِمْ بِشَيْءٍ بَعْدُ". فَأُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ} الْآيَاتِ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا سَبَأٌ؟ فَذَكَرَ مِثْلَ هَذَا الْحَدِيثِ الَّذِي قَبْلَهُ: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سُئل عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَبْلَدٌ، أَمْ رَجُلٌ، أَمِ امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "بَلْ رَجُلٌ، وَلَد لَهُ عَشَرَة فَسَكَنَ الْيَمَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَالشَّامَ أَرْبَعَةٌ، أَمَّا الْيَمَانِيُّونَ: فَمُذْحِجُ، وَكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارُ، وَحِمْيَرُ غَيْرُ مَا حَلَّهَا. وَأَمَّا الشَّامُ: فَلَخْمُ، وَجُذَامُ، وَغَسَّانُ، وَعَامِلَةُ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, dari Taubah ibnu Namir, dari Abdul Aziz ibnu Yahya

yang menceritakan kepadanya bahwa ketika ia berada di tempat Ubaidah ibnu Abdur Rahman di Afrika, maka pada suatu hari Ubaidah mengatakan, "Saya merasa yakin bahwa tiada suatu kaum pun yang tinggal di bumi ini melainkan

berasal dari Saba." Maka Ali ibnu Abu Rabah membantahnya, bahwa tidaklah demikian karena si Fulan pernah bercerita kepadanya bahwa Farwah ibnu Masih Al-Gutaifi r.a pernah datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya,

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Saba adalah suatu kaum yang pernah mencapai puncak kejayaannya di masa Jahiliah, dan sesungguhnya saya merasa khawatir bila mereka murtad dari Islam, bolehkan saya memerangi mereka?"

Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Aku belum diperintahkan untuk melakukan suatu tindakan apa pun terhadap mereka." Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan)

di tempat kediaman mereka. (Saba: 15), hingga beberapa ayat berikutnya. Lalu seorang lelaki bertanya, "Apakah Saba itu, ya Rasulullah?" -Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang sebelumnya yang menyebutkan

bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Saba, apakah Saba itu nama negeri atau nama lelaki ataukah nama perempuan. - Maka beliau Saw. menjawab: Tidak, bahkan ia adalah nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang putra;

enam orang di antaranya menetap di negeri Yaman, dan empat orang di antaranya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Yaman adalah Muzhaj, Kindah, Al-Azd, Asy'ariyyin, Anmar, dan Himyar yang tidak menetap padanya.

Adapun mereka yang tinggal di negeri Syam ialah Lakham, Juzam, Gassan dan Amilah. Di dalam hadis ini terdapat keanehan karena disebutkan turunnya ayat tersebut di Madinah, padahal surat ini adalah Makkiyyah seluruhnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Jalur lain,


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا أَبُو سَبْرَة النَّخَعِي، عَنْ فَرْوَة بْنِ مُسَيْك الغُطَيْفي قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَرْضٌ، أَمِ امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلَا امْرَأَةٍ، وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْوَلَدِ، فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ تَشَاءَمُوا: فَلَخْمٌ وَجُذَامٌ وَعَامِلَةُ وَغَسَّانُ، وَأَمَّا الَّذِينَ تَيَامَنُوا: فَكِنْدَةُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَالْأَزْدُ، وَمُذْحِجُ، وَحِمْيَرُ، وَأَنْمَارُ". فَقَالَ رَجُلٌ: مَا أَنْمَارُ؟ قَالَ: "الَّذِينَ مِنْهُمْ خَثْعَمُ وَبَجِيلَةُ".


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Umamah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnul Hakam, telah menceritakan kepada kami Abu Sabrah An-Nakha'i

alias Farwah ibnu Masik Al-Gutaifi r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang Saba, apakah ia nama negeri ataukah nama wanita?"

Rasulullah Saw. menjawab: Bukan nama negeri, bukan pula nama wanita, melainkan nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak: maka enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lainnya

tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, Amilah, dan Gassan. Dan mereka yang tinggal di negeri Yaman ialah Kindah, Asy 'ariyyin, Al-Azd, Muzhaj, Himyar, dan Anmar.

Lelaki itu bertanya lagi, "Siapa sajakah yang termasuk Anmar itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Khas'am dan Bajilah berasal dari mereka. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Jami '-nya melalui Abu Kuraib dan Abdu ibnu Humaid.

Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, lalu disebutkan hadis yang lebih singkat daripada hadis di atas, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.

Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Qasim ibnu Asbag, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair,

telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Ibnu Kasir alias Usman ibnu Kasir, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Musa ibnu Ali, dari Yazid ibnu Husain, dari Tamim Ad-Dari r.a.

yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu menanyakan kepadanya tentang Saba. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang di atas, riwayat ini membuat hadis ini

menjadi kuat dan hasan. Ulama ahli nasab —antara lain Muhammad ibnu Ishaq— telah mengatakan bahwa nama asli Saba ialah Abdu Syams ibnu Yasyjub ibnu Ya'rib ibnu Qahtan.

Ia diberi julukan Saba karena dialah orang yang mula-mula ber-saba di kalangan orang-orang Arab. Ia dikenal pula dengan julukan Ar-Ra-isy karena dialah orang yang mula-mula mengambil harta jarahan perang seusai peperangan,

lalu ia bagi-bagikan kepada kaumnya. Orang-orang Arab menamakan harta dengan istilah risyan atau riyasy. Mereka menyebutkan bahwa Abdu Syams ibnu Yasyjub di masa silam telah memberitakan kabar gembira

akan kedatangan Rasulullah Saw., lalu ia mengukirnya ke dalam bait-bait syairnya yang abadi, yaitu:


سَيَمْلِكُ بَعْدَنَا مُلْكًا عَظيمًا ... نَبيّ لَا يُرَخِّصُ في الحَرَام ... وَيَملك بَعْدَه منْهُم مُلُوك ... يدينوه العبادَ بغَير ذَامٍ ... ويَملك بَعدهم مِنَّا مُلُوك ... يَصير المُلك فينَا باقْتسَام ... وَيَمْلك بَعْد قَحْطَان نَبي ... تَقي خَبْتَة خُيْرُ الْأَنَامِ ... وسُميَ أحْمَدًا يَا لَيْتَ أَنِّي ... أُعَمَّرُ بَعْد مَبْعَثه بِعَامٍ ... فأعضُده وأَحْبوه بنَصْري ... بكُل مُدَجّج وبكُل رَامٍ ... مَتَى يَظْهَرْ فَكُونُوا نَاصريه ... وَمَنْ يَلْقَاهُ يُبْلغه سَلامي ...


Kelak akan berkuasa sesudah kami seorang raja yang besar, yaitu seorang nabi, yang tidak mau kompromi dengan perkara yang haram. Dan sesudahnya akan berkuasa raja-raja dari kalangan mereka yang menegakkan hukuman had (mati)

bagi setiap pembunuh. Sesudah mereka akan muncul raja-raja dari kalangan kami, sehingga kerajaan mencapai keemasannya. Dan sesudahnya Qahtan akan dikuasai oleh seorang nabi yang bertakwa lagi ahli ibadah, sebaik-baik makhluk,

bernama Ahmad. Aduhai, seandainya aku diberi usia panjang setahun saja sesudah dia diangkat menjadi rasul. Maka aku akan mendukungnya dan kucurahkan segenap kekuatanku untuk menolongnya, dengan semua senjata

dan semua anak panah. Manakala dia muncul, maka jadilah kalian sebagai para penolongnya; dan barang siapa yang bersua dengannya (dari kalian), sampaikanlah salamku kepadanya.

Hal ini disebutkan oleh Al-Hamzani di dalam kitab Al-Iklil. Mereka berselisih pendapat tentang Qahtan; ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya. Pertama, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Iram ibnu Sam ibnu Nuh.

Dan mereka berselisih pendapat tentang kaitan nasabnya dengan Iram, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya. Kedua, menyebutkan bahwa Qahtan berasal dari keturunan Abir, yakni Nabi Hud a.s.

Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilah nasabnya sampai pada Hud a.s. Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya. Ketiga, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Ismail ibnu Ibrahim Al-Khalil a.s.

Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilahnya sampai kepada Ismail a.s. ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya Hal ini disebutkan dengan rinci oleh Imam Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Bar An-Namiri di dalam kitabnya yang berjudul Al-Anbah 'Ala Zikri Usulil Qabdilir Ruwwah. Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:


"كَانَ رَجُلًا مِنَ الْعَرَبِ"


Dia adalah seorang lelaki keturunan Arab. Yang dimaksud dengan 'Arabul 'Aribah yang telah ada sebelum masa Nabi ibrahim a.s. keturunan dari Sam ibnu Nuh. Berdasarkan pendapat yang ketiga yang mengatakan bahwa mereka

adalah keturunan dari Nabi Ibrahim a.s., pendapat ini tidak terkenal di kalangan mereka, hanya Allah¬lah Yang Maha Mengetahui. Tetapi di dalam kitab Sahih Imam Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah Saw.

bersua dengan sekelompok orang-orang Aslam yang sedang berlomba memanah, lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:


"ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا"


Berpanahanlah, hai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya kakek moyang kalian adalah seorang pemanah. Aslam adalah suatu kabilah dari kalangan Ansar, dan semua orang Ansar —baik Khazrajnya maupun Ausnya— berasal dari Gassan

keturunan Arab negeri Yaman dari Saba. Mereka tinggal di Yasrib setelah Saba runtuh akibat banjir besar yang menimpa negerinya, sedangkan segolongan dari mereka tinggal di negeri Syam. Sesungguhnya mereka dinamakan Gassan

karena mereka sewaktu di Yaman tinggal di dekat sebuah mata air yang dinamai Gassan. Menurut suatu riwayat, mata air Gassan ini berada di dekat Al-Musyallal. Hasan ibnu Sabit r.a. mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


إمَّا سَألت فَإنَّا مَعْشَرٌ نُجُبٌ ... الأزْدُ نِسْبَتُنَا، وَالْمَاءُ غَسَّانُ


Jika engkau bertanya (tentang kami), maka kami adalah golongan keturunan kabilah Azd, yang kakek moyang kami bertempat di dekat mata air Gassan Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:


"وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْعَرَبِ"


Dia melahirkan sepuluh orang anak dari kalangan Arab. Yakni di antara keturunannya adalah mereka yang sepuluh orang itu, yang menjadi kakek moyang kabilah-kabilah Arab negeri Yaman, bukan berarti bahwa dia melahirkan

sepuluh orang anak dari sulbinya, melainkan ada yang antara mereka dan dia dua atau tiga tingkatan nasab, ada yang kurang dari itu, dan ada yang lebih banyak, seperti yang telah dijelaskan di kitab-kitab nasab yang membahasnya.

Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:


"فَتَيَامَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَتَشَاءَمَ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ"


Maka enam orang di antara mereka tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lainnya tinggal di negeri Syam. Hal ini terjadi setelah Allah mengirimkan banjir besar kepada mereka. Di antara mereka ada yang tetap menetap di negeri asalnya,

dan ada yang hijrah ke negeri lain. Negeri Saba subur berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma'rib, yang pada mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di antara kedua bukit, lalu berkumpul di lembah

dan bercampur dengan air hujan yang turun kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Lalu raja-raja mereka dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air tersebut, maka mereka membangun sebuah dam yang besar

lagi kokoh guna membendung air tersebut. Akhirnya permukaan air naik dan memenuhi lembah yang ada di antara kedua bukit tersebut. Kemudian mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam, serta menghasilkan buah-buahan

yang sangat banyak dan bermutu baik. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh bukan seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Qatadah. Disebutkan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah pepohonan

dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjang¬nya tanpa susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.

Bendungan tersebut terletak di Ma'rib, nama sebuah tempat yang jauhnya tiga marhalah dari kota San'a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma 'rib (bendungan Ma'rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri mereka

tidak terdapat seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat serangga lainnya yang mengganggu. Demikian itu karena iklim negeri itu sedang dan berkat pertolongan dari Allah Swt. agar mereka mengesakan dan menyembah-Nya,

sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.:


{لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ}


Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba: 15) Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya yang menyebutkan:


{جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ}


yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Saba: 15) Yakni terdapat di kedua sisi bukit tersebut, sedangkan negeri tempat tinggal mereka di tengah-tengahnya.


{كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ}


(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Saba: 15) Yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakan-Nya. Firman Allah Swt.:


{فَأَعْرَضُوا}


Tetapi mereka berpaling. (Saba: 16) Yakni dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Sebaliknya mereka menyembah matahari,

bukannya menyembah Allah. Sebagaimana yang dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s. Hal ini menceritakan oleh firman-Nya:


{وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ. إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ. وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ}


dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk

(An-Naml: 22-24) Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. telah mengirimkan kepada mereka tiga belas orang nabi sebagai utusan-utusan Allah.

As-Saddi mengatakan Allah Swt. Telah mengutus kepada mereka dua belas ribu orang nabi; hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ}


maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar (Saba: 16) Yang dimaksud dengan al-arim ialah air, menurut pendapat lain adalah lembah. Menurut pendapat yang lainnya hama tikus, dan menurut pendapat yang lainnya lagi

adalah air bah. Dengan demikian, berarti penamaan Sailul 'Arim ini termasuk ke dalam Bab "Idafatul Ismi Ila Sifatihi" (Menyandarkan Nama Kepada Sifatnya), seperti Masjid Jami' dan Sa'id Kurz.

Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh As-Suhaili. Ibnu Abbas, Wahb ibnu Munabbih, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah menyebutkan bahwa ketika Allah Swt. hendak menghukum mereka

dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka terlebih dahulu Allah mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke bendungan mereka, lalu tikus-tikus itu menggerogotinya.

Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka menjumpai dalam kitab-kitab mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya bendungan tersebut adalah karena ulah tikus.

Dalam suatu periode mereka (orang-orang Saba) menjaga bendungannya dengan kucing-kucing liar, tetapi setelah takdir tiba tikus-tikus itu dapat mengalahkan kucing-kucing penjaga bendungan tersebut.

Akhirnya tikus-tikus itu masuk ke daerah bendungan dan melubanginya sehingga bendungan mereka ambruk dan banjir menimpa mereka. Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi fondasi bendungan tersebut

hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari lembah

dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut,

hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ}


dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit. (Saba: 16) Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi, yang dimaksud

adalah pohon arok dan rerumputan yang berduri. Firman Allah Swt., " أَثْل", menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan pohon tarfa, dan menurut pendapat

yang lainnya menyebutkan pohon samur, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui Firman Allah Swt.:


{وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ}


dan sedikit dari pohon sidr. (Saba: 16)

Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Demikian nasib kedua kebun yang indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah dipandang mata,

rimbun, dan airnya mengalir; kemudian diganti dengan pohon arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya. Demikian itu karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara yang hak, lalu memilih jalan yang batil. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ}


Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba: 17)

Yakni Kami hukum mereka disebabkan kekafiran mereka. Mujahid mengatakan bahwa tidaklah disiksa melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Mahabenar Allah Yang Mahabesar,

tidaklah Dia menghukum dengan hukuman yang setimpal kecuali hanyalah orang-orang yang sangat kafir. Tawus mengatakan, tidaklah diberi pelajaran kecuali hanya orang-orang yang sangat kafir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Umar ibnun Nahas Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami

Abul Baida, dari Hisyam ibnu Saleh At-Taglabi, dari Ibnu Khairah (salah seorang pengikut sahabat Ali r.a.) yang mengatakan bahwa balasan bagi pendurhaka ialah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, dan sulit mendapat kesenangan.

Ketika ditanyakan kepadanya tentang makna yang dimaksud 'sulit mendapat kesenangan', Ibnu Khairah menjawab, "Tidaklah ia menjumpai kesenangan yang halal melainkan datang orang lain yang merebutnya dari tangannya."

Surat Saba |34:16|

فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ

fa a'rodhuu fa arsalnaa 'alaihim sailal-'arimi wa baddalnaahum bijannataihim jannataini żawaatai ukulin khomthiw wa aṡliw wa syai`im min sidring qoliil

Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr.

But they turned away [refusing], so We sent upon them the flood of the dam, and We replaced their two [fields of] gardens with gardens of bitter fruit, tamarisks and something of sparse lote trees.

Tafsir
Jalalain

(Tetapi mereka berpaling) tidak mau bersyukur kepada-Nya dan bahkan mereka kafir kepada-Nya (maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar)

lafal Al 'Arim adalah bentuk jamak dari lafal 'Urmah yang artinya adalah bendungan yang menampung air sampai waktu yang dibutuhkan.

Maksudnya dam yang membendung kebutuhan air mereka pecah sehingga menenggelamkan kebun-kebun dan harta benda mereka (dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi)

lafal Dzawaatai merupakan bentuk Tatsniyah dari lafal Dzawaatun yang Mufrad (pohon-pohon yang berbuah pahit) yang sangat pahit buahnya lagi tidak enak rasanya;

dapat dibaca Ukuli Khamthin yaitu dengan di-mudhaf-kan, lafal Ukulin ini bermakna Maakuulin yaitu yang dimakan sebagaimana dapat pula dibaca Ukulin Khamthin, lalu dibaca Ukulin Wa Khamtin (pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 16 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Saba |34:17|

ذَٰلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا ۖ وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ

żaalika jazainaahum bimaa kafaruu, wa hal nujaaziii illal-kafuur

Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.

[By] that We repaid them because they disbelieved. And do We [thus] repay except the ungrateful?

Tafsir
Jalalain

(Demikianlah) penggantian itu (Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka) sebab kekafiran mereka. (Dan Kami tidak menjatuhkan pembalasan melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir)

lafal Nujaazii dapat pula dibaca Yujaazii, artinya tidaklah diberi balasan azab melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 17 |

penjelasan ada di ayat 15

Surat Saba |34:18|

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ ۖ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ

wa ja'alnaa bainahum wa bainal-qurollatii baaroknaa fiihaa quron zhoohirotaw wa qoddarnaa fiihas-saiir, siiruu fiihaa layaaliya wa ayyaaman aaminiin

Dan Kami jadikan antara mereka (penduduk Saba') dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam), beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman.

And We placed between them and the cities which We had blessed [many] visible cities. And We determined between them the [distances of] journey, [saying], "Travel between them by night or day in safety."

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami jadikan antara mereka) yakni penduduk negeri Saba yang berada di Yaman (dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya)

dengan melimpahnya air dan banyaknya pohon-pohonan, yang dimaksud adalah kampung-kampung negeri Syam tempat lalu mereka untuk tujuan berdagang

(beberapa negeri yang berdekatan) mulai dari Yaman sampai ke Syam (dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu jarak-jarak perjalanan) hingga mereka dapat beristirahat pada suatu tempat,

kemudian menginap pada tempat lainnya sampai pada akhir perjalanan mereka. Di dalam perjalanan, mereka tak perlu lagi membawa bekal dan air. Kami katakan,

("Berjalanlah kalian di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman") tanpa merasa takut lagi, baik kalian melakukan perjalanan pada malam hari maupun pada siang hari.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 18 |

Tafsir ayat 18-19

Allah Swt. menceritakan apa yang diperoleh mereka berupa kenikmatan, kemewahan hidup, kesenangan, negeri yang makmur, tempat-tempat yang aman, dan kota-kota yang saling berdekatan satu sama lainnya yang dipenuhi oleh pepohonan,

tanam-tanaman, dan hasil buah-buahan yang melimpah ruah. Sehingga orang yang mengadakan perjalanan di antara mereka tidak perlu membawa bekal makanan dan air minum, bahkan di mana pun ia turun istirahat pasti ia menjumpai air

dan buah-buahan. Ia dapat pula beristirahat siang hari di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya menurut kondisi dan keadaan yang diperlukan dalam perjalanan. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:


{وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا}


Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya. (Saba: 18) Wahb ibnu Munabbih mengatakan, yang dimaksud adalah kampung-kampung yang ada di San'a; hal yang sama telah dikatakan

oleh Abu Malik. Mujahid, Al-Hasan, Sa'id ibnu Jubair, Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, dari Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya, bahwa yang dimaksud adalah kota-kota yang ada di negeri Syam.

Dengan kata lain, mereka berjalan dari Yaman menuju ke negeri Syam melalui banyak kota yang satu sama lainnya berdekatan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa negeri-negeri yang Kami berkati adalah Baitul Maqdis.

Al-Aufi mengatakan pula bahwa makna yang dimaksud adalah kota-kota Arab yang ada di antara Madinah dan negeri Syam.


{قُرًى ظَاهِرَةً}


beberapa negeri yang berdekatan (Saba: 18) Yakni jelas dan gamblang dikenal oleh semua musafir; mereka dapat beristirahat siang di suatu kota, lalu menginap di kota lainnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ}


dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. (Saba: 18) Artinya, Kami menjadikan letak kota-kota tersebut sesuai dengan jarak tempuh yang diperlukan oleh orang-orang musafir, antara yang satu dengan yang lainnya.


{سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ}


Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman. (Saba: 18) Yakni dalam waktu kapan pun, baik siang maupun malam, perjalanan mereka akan aman.


{فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ}


Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami.” dan mereka menganiaya diri mereka sendiri. (Saba: 19) Sedangkan ulama lain membaca ayat ini dengan bacaan baid baina asfarina; demikian itu karena mereka

menjadi congkak karena nikmat tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa justru mereka lebih menyukai menempuh jalan padang sahara dan daerah-daerah

yang tidak berpenghuni, yang untuk menempuhnya diperlukan membawa bekal dan unta kendaraan, serta berjalan di terik matahari dan tempat-tempat yang menakutkan. Perihal mereka sama dengan apa yang diminta oleh kaum Bani Israil

dari Musa a.s., yaitu hendaknya Musa memohon kepada Allah agar menumbuhkan tumbuhan bumi buat mereka yang hasilnya berupa sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya.

Padahal mereka saat itu berada dalam kehidupan yang makmur berkat Manna dan Salwa yang diturunkan buat mereka. Kehidupan mereka juga mewah, baik makanan, minuman, maupun pakaiannya. Karena itulah maka Musa berkata kepada mereka, yang disitir oleh firman-Nya:


{أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ}


Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta.” Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka

mendapat kemurkaan dari Allah. (Al-Baqarah: 61) Juga semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا}


Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupan¬nya. (Al-Qasas: 58)


{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ}


Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah;

karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (An-Nahl: 112). Dan firman Allah Swt. menceritakan tentang mereka, yang kisahnya disebutkan dalam surat ini,

yaitu: Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami, " dan mereka menganiaya diri mereka sendiri. (Saba: 19) dikarenakan kekafiran mereka.


{فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ}


maka Kami jadikan mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Saba: 19) Artinya, Kami jadikan mereka sebagai buah tutur manusia yang menceritakan kisah-kisah mereka, bagaimana Allah menimpakan azab¬Nya

kepada mereka dan mencerai-beraikan persatuan mereka sesudah bersatu dalam naungan kehidupan yang makmur; mereka menyebar kemana-mana, tidak lagi tinggal di negerinya.

Karena itulah ada pepatah Arab yang berbunyi, "Bercerai-berai seperti tercerai-berainya kaum Saba, dan hancur berantakan seperti hancurnya hasil karya kaum Saba, dan menyebar sebagaimana menyebarnya kaum Saba."

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Habib ibnusy Syahid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya

mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ikrimah menceritakan suatu kisah tentang penduduk Saba dengan mengutip firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaaan Tuhan) di tempat kediaman mereka,

yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri. (Saba: 15) sampai dengan firman-Nya: maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar. (Saba: 16). Tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat banyak tukang tenung,

dan setan-setan mencuri-curi dengar dari berita di langit, lalu tukang-tukang tenung itu menceritakan sebagian dari berita langit (yang mereka terima dari setan-setan pencuri berita itu).

Dan tersebutlah bahwa di kalangan mereka terdapat seorang lelaki tukang tenung yang terpandang lagi banyak harta, Ia memberitakan bahwa runtuhnya masa kejayaan mereka sudah dekat, dan azab akan menimpa mereka,

sedangkan ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya karena dia adalah seorang yang banyak memiliki harta dari tanah-tanah yang dimilikinya. Lalu ia berkata kepada salah seorang anak lelakinya yang mempunyai paman-paman

yang terhormat dari pihak ibunya, "Hai anakku, apabila besok hari tiba dan aku perintahkan kepadamu untuk melakukan sesuatu, maka janganlah kamu lakukan.

Dan apabila aku menghardikmu, maka balas hardiklah diriku. Dan apabila aku menempelengmu, maka balas tempelenglah aku." Anak itu berkata; "Ayah, jangan engkau lakukan hal itu. Sesungguhnya perbuatan itu dosa besar dan berat dilakukan".

Lelaki itu berkata, "Hai anakku, telah terjadi suatu perkara yang tidak dapat dielakkan lagi," dan lelaki itu terus-menerus mendesaknya. Akhirnya si anak terpaksa menyetujuinya.

Pada pagi harinya ketika orang-orang telah berkumpul, lelaki itu berkata, "Hai anakku, lakukanlah anu dan anu," maka si anak tidak menurut, lalu si ayah menghardiknya dan si anak itu balas menghardiknya.

Keduanya terus-menerus bersengketa hingga pada akhirnya si ayah menempeleng anaknya, maka si anak balas menempeleng ayahnya. Lalu si ayah berkata, "Anakku berani menempelengku, kemarikanlah pisauku."

Mereka bertanya, "Untuk apa kamu meminta pisau?" Ia menjawab, "Aku akan menyembelihnya". Mereka bertanya, "Apakah kamu akan menyembelih anakmu sendiri?" Tempelenglah lagi dia atau lakukanlah hal lainnya

yang kamu ingini terhadapnya." Si ayah menolak dan bersikeras akan menyembelih anak lelakinya itu. Maka mereka mengirimkan utusan untuk memanggil paman-paman anak itu dan menyampaikan kepada mereka berita tersebut.

Akhirnya mereka datang dan mengatakan kepada ayah si anak, "Ambillah dari kami apa yang kamu sukai," tetapi si lelaki itu menolak dan bersikeras untuk menyembelih anaknya. Mereka berkata, "Sebelum kamu menyebelihnya,

maka kamu dahulu yang akan mati." Lelaki itu berkata, "Kalau memang demikian, maka sesungguhnya aku tidak ingin lagi tinggal di negeri yang penduduknya menghalang-halangi antara aku dan anakku.

Sekarang belilah oleh kalian semua rumahku dan semua tanahku." Lelaki itu kemudian menjual rumah, lahan dan tanahnya. Setelah semua uang hasil penjualan berada di tangannya, ia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya azab

akan menimpa kalian dan kejayaan kalian akan sirna, hal ini sudah dekat. Maka barang siapa di antara kalian yang menginginkan rumah baru, tempat perlindungan yang kuat, serta perjalanan yang jauh, hendaklah pergi ke kota Amman. Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan khamr, ragi, dan perasan buah, dan lain-lainnya —Ibrahim perawi lupa— hendaklah pergi ke negeri Basra.

Dan barang siapa yang menginginkan berlepotan dengan lumpur, mendapat makanan di negeri sendiri, dan sibuk dengan pertanian, hendaklah ia pergi ke kota Yasrib yang banyak pohon kurmanya.

Maka kaumnya menaati ucapannya itu, lalu orang-orang yang ingin tinggal di Amman pergi ke Amman, dan orang-orang Gassan pergi ke Basra, sedangkan Aus dan Khazraj serta Bani Usman pergi ke negeri Yasrib yang banyak pohon kurmanya.

Disebutkan bahwa dalam perjalanannya mereka sampai di Lembah Mur, lalu Bani Usman berkata, "Inilah tempat yang kami dambakan dan kami tidak mau menggantinya dengan tempat yang lain." Lalu mereka tinggal di Lembah Mur itu.

Maka tempat itu dinamakan Khuza'ah karena mereka memisahkan diri dari teman-temannya. Kabilah Aus dan Khazraj meneruskan perjalanannya sampai tiba di Madinah, lalu tinggal di Madinah. Sedangkan orang-orang

yang ingin tinggal di Amman (Yordan) meneruskan perjalanannya sampai di Amman, dan orang-orang Gassan pergi menuju ke Basrah. Asar ini garib lagi aneh. Nama tukang tenung tersebut adalah Amr ibnu Amir, salah seorang pemimpin

negeri Yaman dan pembesar Saba serta ahli tenung mereka. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengatakan di permulaan kitab Sirah-nya kisah tentang Amr ibnu Amir ini, bahwa dialah orang yang mula-mula keluar dari negeri Yaman

karena ia mendapat berita yang mengatakan bahwa banjir besar akan menimpa mereka. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar melanjutkan, bahwa penyebab yang mendorong Amr ibnu Amir keluar dari negeri Yaman menurut kisah

yang dikemukakan oleh Abu Zaid Al-Ansari kepadanya, Amr ibnu Amir bermimpi melihat tempat yang dipakai untuk menampung air di bendungan Ma'rib digali (yakni tanggulnya), lalu airnya dialirkan oleh para penggalinya keluar dari bendungan menurut apa yang mereka sukai.

Maka Amr ibnu Amir mengerti bahwa bendungan Ma'rib tidak akan lama lagi usianya, lalu ia bertekad untuk pindah dari negeri Yaman. Untuk melaksanakan niatnya ini terlebih dahulu ia membuat tipu muslihat terhadap kaumnya.

Kemudian ia memerintahkan kepada anaknya yang paling muda, bahwa apabila ia ditempeleng dan dikerasi olehnya, hendaklah ia membalasnya. Lalu si anak melakukan apa yang diperintahkan oleh ayahya; ketika ayahnya memaki-maki dia

dan menempelengnya, maka ia membalasnya. Akhirnya Amr ibnu Amir berkata, "Aku tidak akan tinggal lagi di negeri yang menjadi peneyebab anakku yang termuda berani menempeleng wajahku." Lalu ia menawarkan hartanya (untuk dijual).

Maka orang-orang yang terpandang dari penduduk Yaman mengatakan, "Ambillah kesempatan yang baik ini untuk membeli harta Amr," lalu mereka membelinya. Amr menjual semua harta miliknya, kemudian dia dan semua anak cucunya

pindah meninggalkan negeri Yaman. Kabilah Asad berkata,"Kami tidak akan membiarkan Amr pergi sendirian," lalu mereka pun menjual semua hartanya dan ikut keluar bersama-sama rombongan Amr.

Mereka melakukan perjalanan yang cukup jauh. Akhirnya mereka turun beristirahat di negeri Ak, lalu berkeliling di sekitar negeri Ak. Tetapi orang-orang Ak memeranginya, maka terjadilah pertempuran di antara mereka.

Adakalanya Amr menang, dan adakalanya orang-orang Ak beroleh kemenangan. Sehubungan dengan peristiwa ini Abbas ibnu Muradis As-Sulami r.a. telah mengatakan dalam bait syairnya mengenang peristiwa tersebut:

Ak ibnu Adnan yang menyalakan api peperangan di Gassan sehingga mereka terusir sejauh-jauhnya Bait syair ini merupakan petikan dari kasidahnya. Kemudian Amr ibnu Amir dan kawan-kawannya pergi meninggalkan tanah orang-orang Ak

dan menyebar ke seluruh negeri. Keluarga Jafnah ibnu Amr ibnu Amir tinggal di negeri Syam. Aus dan khazraj tinggal di Yasrib; Khuza'ah tinggal di Mur; Azdus Surah tinggal di As-Surah, dan Azd Amman tinggal di Amman.

Kemudian Allah Swt. mengirimkan banjir besar yang melanda bendungan Ma'rib hingga bobol dan hancur. Peristiwa inilah yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui ayat-ayatnya di atas.

As-Saddi telah menyebutkan kisah Amr ibnu Amir dengan kisah yang semisal dengan apa yang telah disebutkan oleh Muhammad ibnu Ishaq. Hanya dalam riwayat As-Saddi disebutkan bahwa lalu Amr ibnu Amir memerintahkan

kepada keponakannya, bukan anaknya. Akhirnya ia menjual seluruh hartanya, lalu pergi bersama keluarganya meninggalkan Saba, dan selanjutnya mereka bercerai-berai. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Ibnu Ishaq yang menceritakan bahwa mereka mengira Amr ibnu Amir adalah paman dari kaumnya; dia adalah

seorang tukang ramal, lalu dalam peramalannya ia melihat bahwa kaumnya kelak akan dicerai-beraikan dan perjalanan mereka akan dijauhkan. Lalu ia berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya aku telah diberi tahu bahwa kelak kalian

akan dicerai-beraikan. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu melakukan perjalanan jauh, penuh dengan penderitaan yang keras dan kesabaran yang tinggi, hendaklah ia pergi ke Ka's atau Kurud."

Maka yang melakukannya adalah Wada'ah ibnu Amr. Kemudian Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menyukai daerah perkotaan dan urusan yang mudah, hendaklah ia pergi ke Syam."

Yang melakukannya adalah Auf ibnu Amr, dan merekalah yang dikenal dengan nama Bariq. Amr ibnu Amir berkata lagi, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan penghidupan yang tenang dan tanah haram yang aman,

hendaklah ia pergi ke Arzin." dan yang melakukannya adalah Khuza'ah. Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan hidup berlepotan dengan lumpur dan pertanian, hendaklah ia pergi ke Yasrib

yang banyak pohon kurmanya," maka yang melakukan¬nya adalah Aus dan Khazraj; kedua kabilah inilah yang akan menjadi orang-orang Ansar. Amr ibnu Amir berkata, "Dan barang siapa di antara kalian yang menginginkan khamr, ragi, emas,

kain sutra serta kerajaan dan kekuasaan, hendaklah ia pergi ke Kausa dan Basra." Maka yang melakukannya adalah Gassan alias Bani Jafnah yang kelak menjadi raja-raja di negeri Syam dan sebagian dari kalangan mereka yang tinggal di Irak.

Ibnu Ishaq mengatakan, ia pernah mendengar salah seorang ahlul 'ilmi mengatakan bahwa sesungguhnya yang mengucapkan kata-kata tersebut adalah Tarifah istri Amr ibnu Amir, dia adalah seorang tukang ramal perempuan.

Dalam peramalannya ia melihat hal tersebut; maka hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui yang benar di antara kedua pendapat itu. Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Asy-Sya'bi, bahwa Gassan pergi ke negeri Amman,

lalu Allah mencerai-beraikan mereka dengan separah-parahnya di negeri Syam. Dan orang-orang Ansar pergi ke negeri Yasrib, Khuza'ah pergi ke Tihamah, dan Azd pergi ke negeri Amman, lalu Allah mencerai-beraikan mereka

dengan sebenar-benarnya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Selanjutnya Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Ubaidah, bahwa Al-Asya alias

A'syanya Bani Qais ibnu Sa'labah yang nama aslinya Maimun ibnu Qais telah mengatakan: Dalam hal tersebut terdapat suri teladan bagi orang yang merenungkannya, yaitu Ma-rib setelah terlanda oleh banjir besar. Ma-rib adalah bendungan

yang dibangunkan bagi mereka oleh Himyar, untuk menampung air yang datang kepada mereka, sehingga mereka dapat mengairi lahan-lahan dan kebun anggur mereka dengan suburnya. Kemudian mereka menjadi bercerai-berai, tidak mampu lagi untuk memberi minum anak kecil yang baru disapih. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Saba: 19) Yakni sesungguhnya pada peristiwa yang telah menimpa mereka —berupa pembalasan Allah

dan azab-Nya, diubah-Nya nikmat, dan dilenyapkan¬Nya kemakmuran sebagai siksaan akibat kekufuran dan dosa-dosa yang dilakukan mereka— benar-benar terdapat pelajaran dan petunjuk bagi setiap orang yang bersabar dalam menghadapi musibah, lagi bersyukur atas nikmat-nikmat yang diperolehnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَعَبْدُ الرَّزَّاقِ الْمَعْنِيُّ، قَالَا أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ العَيْزَار بْنِ حُرَيث عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ -هُوَ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَجِبْتُ مِنْ قَضَاءِ اللَّهِ تَعَالَى لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمدَ رَبَّه وَشَكَرَ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ حَمِد رَبَّهُ وصَبَر، يُؤْجَرُ الْمُؤْمِنُ فِي كُلِّ شَيْءٍ، حَتَّى فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman dan Abdur Razzaq. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Al-Aizar ibnu Hurayyis, dari Umar ibnu Sa'd, dari ayahnya

(yaitu Sa'd ibnu Abu Waqqas r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Saya kagum dengan orang mukmin dalam menghadapi takdir Allah Swt. Jika Allah memberikan kebaikan kepadanya, maka ia memuji Tuhannya

dan bersyukur. Dan jika ia tertimpa musibah, ia tetap memuji Tuhannya dan bersabar. Orang mukmin diberi pahala dalam segala sesuatu, sehingga suapan yang ia masukkan ke dalam mulut istrinya. Imam Nasai telah meriwayatkan

di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui hadis Abu Ishaq As-Subai'i dengan sanad yang sama. Hadis ini merupakan hadis yang sanadnya jarang ada karena melalui riwayat Umar ibnu Sa'd dari ayahnya. Akan tetapi, hadis ini mempunyai saksi

yang menguatkannya di dalam kitab Sahihain melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah menyebutkan:


"عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ".


Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin itu, tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu takdir baginya melainkan hal itu baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya.

Dan jika tertimpa musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Sikap seperti ini tidak terdapat pada seorang pun kecuali pada diri orang mukmin. Abdu mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Sufyan,

dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (Saba: 19)

Mutarrif mengatakan bahwa sebaik-baik hamba adalah orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur, yaitu apabila diberi bersyukur dan apabila diuji bersabar.

Surat Saba |34:19|

فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

fa qooluu robbanaa baa'id baina asfaarinaa wa zholamuuu anfusahum fa ja'alnaahum aḥaadiiṡa wa mazzaqnaahum kulla mumazzaq, inna fii żaalika la`aayaatil likulli shobbaarin syakuur

Maka mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami," dan (berarti mereka) menzalimi diri mereka sendiri, maka Kami jadikan mereka bahan pembicaraan dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur.

But [insolently] they said, "Our Lord, lengthen the distance between our journeys," and wronged themselves, so We made them narrations and dispersed them in total dispersion. Indeed in that are signs for everyone patient and grateful.

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Ya Rabb kami! Jauhkanlah) menurut suatu qiraat huruf 'Ain-nya di-tasydid-kan (jarak perjalanan kami") ke negeri Syam, maksudnya jadikanlah tempat-tempat yang dilalui itu menjadi padang sahara,

supaya jarak perjalanan itu dianggap sangat jauh bagi orang-orang yang miskin, yaitu karena membutuhkan bekal-bekal yang banyak dan persediaan air yang cukup.

Maka mereka mengingkari nikmat tersebut (dan mereka menganiaya diri mereka sendiri) dengan melakukan kekafiran (maka Kami jadikan mereka buah mulut)

bagi orang-orang yang sesudah mereka dalam hal itu (dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya) Kami cerai-beraikan mereka dari negeri tempat tinggal mereka.

(Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada yang telah disebutkan itu (benar-benar terdapat tanda-tanda) yakni pelajaran (bagi setiap orang yang sabar) menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat (lagi bersyukur) atas nikmat-nikmat-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 19 |

penjelasan ada di ayat 18

Surat Saba |34:20|

وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

wa laqod shoddaqo 'alaihim ibliisu zhonnahuu fattaba'uuhu illaa fariiqom minal-mu`miniin

Dan sungguh, Iblis telah dapat meyakinkan terhadap mereka kebenaran sangkaannya, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian dari orang-orang mukmin.

And Iblees had already confirmed through them his assumption, so they followed him, except for a party of believers.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah membuktikan kebenaran) dapat dibaca Shadaqa atau Shaddaqa (terhadap mereka) terhadap orang-orang kafir, antara lain adalah penduduk negeri Saba

(iblis akan kebenaran sangkaannya) bahwasanya apabila ia menggoda mereka, maka niscaya mereka akan mengikutinya (lalu mereka mengikutinya)

maka benarlah dugaan iblis itu atau nyata benarlah apa yang diduga oleh iblis itu (kecuali) tetapi (sebagian dari orang-orang yang beriman) yang benar-benar beriman, tidak mau mengikuti iblis.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 20 |

Tafsir ayat 20-21

Setelah menceritakan perihal negeri Saba dan akibat yang diterima mereka karena mengikuti hawa nafsu dan setan, lalu Allah menceritakan perihal orang-orang yang semisal dengan mereka dari kalangan orang-orang yang mengikuti iblis, hawa nafsu, dan menentang kebenaran serta jalan petunjuk. Untuk itu Allah Swt.menyebutkan dalam firman-Nya:


{وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ}


Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka. (Saba: 20) Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainya mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa makna ayat ini sama dengan kisah Allah

tentang iblis ketika membangkang tidak mau sujud kepada Adam a.s., padahal Dia telah memerintahkan kepadanya untuk melakukan hal itu. Kemudian iblis berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا}


Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil (Al-Isra: 62)

Dan firman-Nya:


{ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ}


kemudian saya akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau-tidak akan mendapatkan sebagian besar dari mereka bersyukur (taat). (Al-A'raf: 17)

Ayat-ayat yang menceritakan hal ini cukup banyak. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa ketika Allah menurunkan Adam a.s. dari surga disertai dengan Hawa, iblis merasa gembira dengan musibah yang menimpa keduanya.

Lalu iblis berkata, "jika kedua orang tua itu dapat saya goda, maka terlebih lagi keturunannya, pasti lebih lemah." Hal ini adalah dugaan sepihak dari iblis. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan

kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. (Saba: 20). Saat itu juga iblis berkata, "Aku tidak akan berpisah dari anak Adam selama di dalam tubuhnya masih terdapat roh.

Aku akan mengumbar janji dan memberikan angan-angan kepadanya dan akan kutipu dia." Maka Allah Swt. menjawab, "Demi Keagungan dan Kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menutup pintu tobat-Ku darinya selama nyawanya

masih belum meregang, dan tidak sekali-kali dia berdoa kepada-Ku melainkan Aku mencintainya, dan tidak sekali-kali dia meminta kepada-Ku melainkan Aku memberinya, dan tidak sekali-kali dia meminta ampun kepada-Ku

melainkan Kuberikan ampunan baginya." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Firman Allah Swt.:


{وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ}


Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka. (Saba: 21) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna sultan ialah hujah. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, iblis tidak memukul mereka dengan tongkat

dan tidak pula memaksa mereka untuk mengerjakan sesuatu, tiada yang dilakukan oleh iblis kecuali tipuan, dan melalui angan-angan yang diembuskannya kepada mereka untuk mengerjakannya, lalu mereka mengikutinya." Firman Allah Swt.:


{إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ}


melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu. (Saba: 21) Sesungguhnya Kami membiarkan iblis menggoda mereka tiada lain agar tampak nyata

perkara mereka, siapakah yang beriman kepada hari kemudian, adanya hari kiamat, dan hisab serta pembalasan. Yang karena itu ia menyembah Tuhannya dengan baik di dunia, dan siapakah yang meragukan hal tersebut di antara mereka. Firman Allah Swt.:


{وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ}


Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (Saba: 21) Yakni sekalipun Dia telah memelihara, tetapi masih ada juga yang sesat, yaitu orang-orang yang mengikuti jejak iblis.

Dan berkat pemeliharaan¬Nya, maka selamatlah orang-orang mukmin yang ditakdirkan selamat, yaitu mereka yang mengikuti jejak rasul-rasul-Nya.

Surat Saba |34:21|

وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ ۗ وَرَبُّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ

wa maa kaana lahuu 'alaihim min sulthoonin illaa lina'lama may yu`minu bil-aakhiroti mim man huwa min-haa fii syakk, wa robbuka 'alaa kulli syai`in ḥafiizh

Dan tidak ada kekuasaan (Iblis) terhadap mereka, melainkan hanya agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya akhirat dan siapa yang masih ragu-ragu tentang (akhirat) itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.

And he had over them no authority except [it was decreed] that We might make evident who believes in the Hereafter from who is thereof in doubt. And your Lord, over all things, is Guardian.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidak ada kekuasaan iblis terhadap mereka) maksudnya iblis tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap mereka (melainkan hanyalah agar Kami dapat mengetahui)

yakni menyatakan (siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu tentang itu) maka kelak Kami akan membalasnya kepada masing-masing. (Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu) yakni Maha Mengawasi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 21 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Saba |34:22|

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ

qulid'ullażiina za'amtum min duunillaah, laa yamlikuuna miṡqoola żarrotin fis-samaawaati wa laa fil-ardhi wa maa lahum fiihimaa min syirkiw wa maa lahuu min-hum min zhohiir

Katakanlah (Muhammad), "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya."

Say, [O Muhammad], "Invoke those you claim [as deities] besides Allah." They do not possess an atom's weight [of ability] in the heavens or on the earth, and they do not have therein any partnership [with Him], nor is there for Him from among them any assistant.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) hai Muhammad kepada orang-orang kafir Mekah, ("Serulah mereka yang kalian anggap) sebagai tuhan-tuhan (selain Allah)

untuk memberi manfaat kepada diri kalian sesuai dengan dugaan dan sangkaan kalian. Maka Allah berfirman mengenai yang dipertuhankan mereka itu (mereka tidak memiliki seberat)

walau hanya seberat (zarah) kebaikan atau keburukan (di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam penciptaan langit dan bumi) tidak ikut andil (dan tidak ada bagi-Nya)

yakni bagi Allah swt. (dari mereka) yang dianggap sebagai tuhan-tuhan itu (seorang pembantu pun") yaitu yang membantu-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 22 |

Tafsir ayat 22-23

Allah Swt. menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada yang menandingi-Nya, dan tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan Dia mengatur sendirian tanpa ada yang menyekutui-Nya

dan tanpa ada yang menentang atau yang menyaingi-Nya dalam urusan-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ}


Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah.” (Saba: 22) Yakni semua tuhan yang disembah selain Allah.


{لا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}


mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi. (Saba: 22) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ}


Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa, walaupun setipis kulit ari. (Fathir: 13) Adapun firman Allah Swt.:


{وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ}


dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi. (Saba: 22) Maksudnya, mereka tidak memiliki sesuatu apa pun secara menyendiri dan tidak pula secara persekutuan.


{وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ}


dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba: 22) Allah tidak memerlukan bantuan dan andil apa pun dari sekutu-sekutu itu dalam semua urusan-Nya, bahkan semua makhluk berhajat kepada-Nya

dan merupakan hamba-hamba-Nya. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba: 22) Yakni penolong yang membantu-Nya dalam sesuatu urusan. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}


Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu. (Saba: 23) Yakni karena kebesaran, kemuliaan, dan keagungan-Nya, tiada seorang pun yang berani memberikan syafaat

di sisi-Nya terhadap sesuatu kecuali dengan seizin-Nya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}


Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan seizin-Nya. (Al-Baqarah: 255)


{وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى }


Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-(Nya.). (An-Najm: 26) Dan firman Allah Swt.:


{وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ}


dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. (Al-Anbiya: 28) Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan melalui

berbagai jalur dari Rasulullah Saw., penghulu anak Adam dan pemberi syafaat yang terbesar di sisi Allah, bahwa ketika beliau berdiri di kedudukan yang terpuji untuk memohon syafaat buat semua makhluk, hendaknyalah

Tuhan segera tiba menemui mereka guna memutuskan peradilan di antara mereka, lalu beliau menceritakan melalui sabdanya:


"فَأَسْجُدُ لِلَّهِ فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي، وَيَفْتَحَ عَلَيَّ بِمَحَامِدَ لَا أُحْصِيهَا الْآنَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ، ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسمع ، وَسَلْ تُعْطَه وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ" الْحَدِيثَ بِتَمَامِهِ.


Maka aku bersujud kepada Allah Swt. dan Dia membiarkan diriku selama apa yang dikehendaki-Nya, sedangkan saya dalam keadaan bersujud. Lalu Dia memujiku dengan pujian-pujian yang sekarang aku tidak dapat mengungkapkannya.

Kemudian Dia berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, dan katakanlah engkau didengar, dan mintalah engkau akan diberi, dan mintalah syafaat, engkau diberi izin untuk memberi syafaat, " hingga akhir hadis. Firman Allah Swt.:


{حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ}


sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan¬mu?" Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar," (Saba: 23) Ayat ini menceritakan tentang kedudukan

Yang Mahabesar lagi Maha tinggi bagi Allah Swt., yaitu apabila Dia berfirman, maka semua penduduk langit mendengar firman-Nya, lalu mereka bergetar karena ketakutan sehingga keadaan mereka sama dengan orang yang pingsan

karena ketakutan yang sangat terhadap Kebesaran dan Keagungan Allah Swt.Demikianlah menurut apa yang diutarakan oleh Ibnu Mas'ud r.a., Masruq r.a., dan lain-lainnya.


{حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِم}


sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Yakni rasa takut yang mencekam mereka hilang. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Asy-Sya'bi, Ibrahim An-Nakha'i,

Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan¬mu?" Mereka menjawab, "(Perkataan)

yang benar.” (Saba: 23) Bahwa ketakutan dihilangkan dari hati mereka, karenanya mereka baru bisa angkat bicara. Qiraat yang lain ada yang membacanya furiga memakai gin yang diriwayatkan melalui hadis yang marfu',

tetapi maknanya sama dengan qiraat pertama. Dengan kata lain, apabila ketakutan telah dihilangkan dari hati mereka, maka sebagian dari mereka bertanya kepada sebagian yang lain, bahwa apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?

Maka para malaikat penyangga Arasy yang ada di sisi Tuhan menyampaikan berita itu kepada para malaikat yang ada di bawah mereka, lalu disampaikan lagi kepada para malaikat yang ada di bawahnya, demikianlah seterusnya

hingga sampailah berita itu kepada para malaikat yang ada di langit yang terdekat dengan dunia. Karena itulah disebutkan: Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar.” (Saba: 23)

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sampaikanlah apa yang telah difirmankan-Nya tanpa ditambah-tambahi dan tanpa dikurang-kurangi, yakni secara apa adanya.


{وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ}


dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Menurut ulama lain, sebenarnya makna yang dimaksud oleh firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23)

Yaitu menceritakan keadaan orang-orang musyrik saat meregang nyawa dan pada hari kiamat nanti di saat mereka dibangkitkan dalam keadaan menyadari semua kelalaian mereka sewaktu di dunia dan akal sehat mereka kembali,

lalu mereka bertanya, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Maka dikatakan kepada mereka, "Perkataan yang benar," lalu diceritakan kepada mereka semua hal yang telah dilalaikan oleh mereka ketika di dunia.

Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Yakni penutup telah dibukakan bagi mereka di hari kiamat.

Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Maksudnya, semua keraguan dan kedustaan.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23)

Yaitu semua keraguan yang ada dalam hati mereka. Bahwa setan keluar dari hati mereka dan meninggalkan mereka, tidak lagi memberikan angan-angan kepada mereka dan tidak lagi menyesatkan mereka, hingga mereka sadar.


{قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ}


Mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan¬mu?” Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar, " dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23) Hal ini menceritakan keadaan anak Adam di saat meregang nyawa.

Saat itu mereka mulai mengakui kebenaran, akan tetapi sayang pintu tobat telah tertutup dan nasi sudah menjadi bubur. Ibnu Jarir memilih pendapat pertama yang mengatakan bahwa damir yang ada dalam ayat ini kembali kepada

para malaikat. Dan memang pendapat inilah yang benar dan tidak mengandung keraguan karena didukung oleh sejumlah hadis dan asar yang sahih yang menjelaskannya.

Untuk itu berikut ini kami kemukakan sebagian darinya yang di dalamnya terkandung isyarat yang menunjukkan pengertian yang berbeda dengan pendapat yang pertama.


قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو، سَمِعْتُ عِكْرِمة، سَمِعْتُ أَبَا هُرَيرة يَقُولُ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا قَضَى اللَّهُ الأمرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضعانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صفوانَ، فَإِذَا فُزِّع عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قالوا للذي قال: الحق، وهو العلي الكبير فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرق السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ -هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ-وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ-فَحَرّفها وبَدّد بَيْنَ أَصَابِعِهِ-فَيسمع الْكَلِمَةَ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يلقيَها عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الْكَاهِنِ، فَربما أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَة، فيقال: أليس قد قال لنا يومَ كذا وكذا: كذا وكذا؟ فيصدق بتلك الكلمة الَّتِي سُمعت مِنَ السَّمَاءِ.


Imam Bukhari dalam kitab sahihnya sehubungan dengan tafsir ayat ini menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, ia pernah mendengar Ikrimah

mengatakan bahwa Ikrimah pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah memutuskan suatu urusan di langit, maka para malaikat bergetar mengepak-ngepakkan

sayapnya karena ketakutan terhadap firman-Nya, (dari sayap mereka keluar bunyi) seperti rantai (yang dijatuhkan) di atas batu licin Dan apabila ketakutan telah dihilangkan dari hati mereka, maka (sebagian dari) mereka bertanya

(kepada sebagian yang lain), "Apakah yang difirmankan oleh Tuhan kalian?” Maka mereka (yang ditanya) menjawab kepada yang bertanya, "(Perkataan) yang benar, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Lalu pembicaraan itu dicuri dengar oleh setan-setan yang mencuri-curi dengar berita dari langit. Setan-setan itu sebagian berada di atas sebagian yang lainnya. Sufyan (perawi) memperagakan hal itu dengan membuka semua jari tangannya

dan menyusunnya. Lalu setan itu mendengarkan pembicaraan tersebut, maka ia menyampaikannya kepada temannya yang ada di bawahnya, lalu si penerima berita menyampaikannya lagi kepada temannya yang ada di bawahnya.

Demikianlah seterusnya hingga sampai pada setan yang paling bawah, lalu berita tersebut disampaikannya kepada penyihir dan tukang tenung. Dan barangkali setan yang ada di paling atas keburu tertembak oleh bintang yang menyala-nyala

sebelum ia sempat menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya. Barangkali pula setan itu sempat menyampaikannya sebelum terkena lemparan bintang menyala, maka ia mencampuri berita itu dengan seratus kedustaan darinya.

Dan setan itu berkata, "Bukankah telah disampaikan kepada kita bahwa hari anu akan terjadi anu dan anu," dan secara kebetulan bersesuaian dengan kalimat yang didengar dari langit."

Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Bukhari tanpa Imam Muslim melalui jalur ini. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hadis lain,


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَعَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، أَخْبَرَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [جَالِسًا] فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ -قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: "مِنَ الْأَنْصَارِ"-فَرُميَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ، [قَالَ]: " مَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ إِذَا كَانَ مثلُ هَذَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ؟ " قَالُوا: كُنَّا نَقُولُ يُولَد عَظِيمٌ، أَوْ يَمُوتُ عَظِيمٌ -قُلْتُ لِلزُّهْرِيِّ: أَكَانَ يُرْمَى بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَلَكِنْ غُلّظت حِينَ بُعِثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ رَبَّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، إِذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ حَمَلةُ الْعَرْشِ [ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحَ هَذِهِ الدُّنْيَا، ثُمَّ يَسْتَخْبِرُ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ، فَيَقُولُ الَّذِينَ يَلُونُ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ]: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ فَيُخْبِرُونَهُمْ، وَيُخْبِرُ أَهْلُ كُلِّ سَمَاءٍ سَمَاءً؛ حَتَّى يَنْتَهِيَ الْخَبَرُ إِلَى هَذِهِ السَّمَاءِ، وَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيُرْمَوْنَ، فما جاؤوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ، وَلَكِنَّهُمْ يَفْرِقُونَ فِيهِ وَيَزِيدُونَ.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far dan Abdur Razzaq. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain,

dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. duduk bersama sejumlah orang sahabatnya, yang menurut Abdur Razzaq dari kalangan Ansar. Lalu ada bintang meteor yang terlempar mengeluarkan sinar yang terang.

Maka Nabi Saw. bertanya, "Apakah yang akan kalian katakan bila melihat bintang seperti itu di masa Jahiliah?" Kami menjawab, "Kami katakan bahwa akan dilahirkan seorang yang besar atau akan mati seorang yang besar."

Saya bertanya kepada Az-Zuhri, "Apakah di masa Jahiliah pun langit itu sudah dijaga dengan bintang-bintang tersebut?" Az-Zuhri menjawab, "Ya, tetapi di masa Nabi Saw. lebih diperketat." Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya

bintang-bintang itu dilemparkan bukan karena matinya seseorang atau lahirnya seseorang, tetapi manakala Tuhan kita menetapkan suatu urusan (perintah), maka bertasbihlah para malaikat pemikul 'Arasy kemudian bertasbih pula

penduduk langit (para malaikat) yang ada di bawah mereka, sehingga tasbih sampai kepada penduduk langit yang terdekat. Kemudian penduduk langit yang ada di bawah para malaikat pemikul 'Arasy bertanya, dan mereka mengatakan

kepada para malaikat pemikul Arasy, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?” Lalu malaikat pemikul Arasy menceritakannya kepada mereka, selanjutnya para malaikat penerima berita itu menyampaikannya kepada penduduk langit

yang ada di bawah mereka, sehingga berita itu sampai kepada para malaikat yang ada di langit yang terdekat ini. Dan jin mencuri dengar berita itu, lalu mereka dilempari (dengan bintang tersebut).

Maka apa yang disampaikan oleh para jin itu dengan apa adanya adalah benar, tetapi para jin itu selalu mencampuradukkannya dengan tambahan-tambahan dari mereka sendiri.

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Saleh ibnu Kaisan, Auza'i, Yunus, dan Ma'qal ibnu Ubaidillah; mereka menerimanya dari Az-Zuhri,

dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas r.a., dari seorang lelaki Ansar dengan sanad yang sama. Imam Muslim mengatakan pula bahwa Yunus menerimanya dari beberapa orang lelaki Ansar. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai

di dalam kitab tafsir melalui hadis Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula, yang di dalamnya disebutkan dari Al-Husain ibnu Hurayyis, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i,

dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah, dari Ibnu Abbas r.a. dari seorang lelaki Ansar. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hadis lain,


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ وَأَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورِ بْنِ سَيَّارٍ الرَّمَادِيُّ -وَالسِّيَاقُ لِمُحَمَّدِ بْنِ عَوْفٍ-قَالَا حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ -هُوَ ابْنُ مُسْلِمٍ-عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي زَكَرِيَّاءَ، عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعان قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُوحِيَ بِأَمْرِهِ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ، فَإِذَا تكلم أخذت السموات مِنْهُ رَجْفَةٌ -أَوْ قَالَ: رِعْدَةٌ-شَدِيدَةٌ؛ مِنْ خوف الله، فإذا سمع بذلك أهل السموات صَعِقُوا وَخَرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا، فَيَكُونُ أَوَّلُ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيلُ فَيُكَلِّمُهُ اللَّهُ مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ، فَيَمْضِي بِهِ جِبْرِيلُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ، كُلَّمَا مَرّ بِسَمَاءٍ سَمَاءٍ سَأَلَهُ مَلَائِكَتُهَا: مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيلُ؟ فَيَقُولُ: قَالَ: الْحَقُّ، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ جِبْرِيلُ، فَيَنْتَهِي جِبْرِيلُ بِالْوَحْيِ حَيْثُ أَمَرَهُ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf dan Ahmad ibnu Mansur ibnu Sayyar Ar-Ramadi, sedangkan teks hadis dari Muhammad ibnu Auf.

Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Abdullah ibnu Abu Zakaria, dari Raja Ibnu Haiwah,

dari An-Nawwas ibnu Sam'an r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah Swt. hendak memutuskan suatu perintah, maka Allah berfirman mengutarakannya; dan apabila Allah berfirman,

maka semua langit bergetar atau berguncang keras karena takut kepada Allah Swt. Dan apabila penduduk langit mendengar firman itu, maka mereka pingsan dan bersujud kepada Allah. Dan mula-mula malaikat yang mengangkat kepalanya

adalah Jibril a.s. Lalu Allah berfirman kepada Jibril mengutarakan perintah yang dikehendaki-Nya. Lalu Jibril a.s. turun menjumpai para malaikat; setiap kali ia melewati suatu langit, maka para penduduknya menanyainya, "Hai Jibril,

apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kita?” Maka Jibril a.s. menjawab, "Kebenaran belaka, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” Dan mereka mengucapkan hal yang sama seperti apa yang disampaikan oleh Jibril.

Lalu Jibril dalam membawa wahyu itu sampai ke tempat yang diperintahkan oleh Allah, baik di langit atau di bumi. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Khuzaimah, dari Zakaria ibnu Aban Al-Masri,

dari Na'im ibnu Hammad dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, "Ayahku pernah mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan melalui jalur Al-Walid ibnu Muslim rahimahullah tidak lengkap."

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. dan dari Qatadah, bahwa keduanya menafsirkan makna ayat ini sebagai permulaan wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

sesudah terputus dalam jarak masa antara beliau Saw. dengan Nabi Isa a.s. Tidak diragukan lagi bahwa pengertian inilah yang paling utama sebagai takwil dari makna ayat di atas.

Surat Saba |34:23|

وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ ۚ حَتَّىٰ إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا الْحَقَّ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

wa laa tanfa'usy-syafaa'atu 'indahuuu illaa liman ażina lah, ḥattaaa iżaa fuzzi'a 'ang quluubihim qooluu maażaa qoola robbukum, qoolul-ḥaqq, wa huwal-'aliyyul-kabiir

Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar," dan Dialah Yang Maha Tinggi, Maha Besar.

And intercession does not benefit with Him except for one whom He permits. [And those wait] until, when terror is removed from their hearts, they will say [to one another], "What has your Lord said?" They will say, "The truth." And He is the Most High, the Grand.

Tafsir
Jalalain

(Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah) Maha Tinggi Allah, ayat ini merupakan sanggahan terhadap perkataan mereka, bahwa sesungguhnya tuhan-tuhan sesembahan mereka

akan dapat memberikan syafaat kepada mereka di sisi-Nya (melainkan bagi orang yang telah diizinkan) dapat dibaca Adzina atau Udzina (baginya) untuk memberi syafaat itu

(sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan) dapat dibaca Fazza'a atau Fuzzi'a (dari hati mereka) karena ada orang yang diizinkan untuk memberi syafaat (mereka berkata)

sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain karena mendapat berita gembira itu, ("Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian") mengenai syafaat itu. (Mereka menjawab)

"Perkataan (yang benar") yakni Dia telah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat (dan Dialah Yang Maha Tinggi) di atas semua makhluk-Nya dengan mengalahkan mereka semuanya (lagi Maha Besar) yakni Maha Agung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 23 |

penjelasan ada di ayat 22

Surat Saba |34:24|

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

qul may yarzuqukum minas-samaawaati wal-ardh, qulillaahu wa innaaa au iyyaakum la'alaa hudan au fii dholaalim mubiin

Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah, "Allah," dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

Say, "Who provides for you from the heavens and the earth?" Say, "Allah. And indeed, we or you are either upon guidance or in clear error."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Siapakah yang memberi rezeki kepada kalian dari langit) melalui hujan (dan dari bumi") melalui tumbuh-tumbuhan (Katakanlah! "Allah") jika mereka tidak mengatakan demikian,

maka tidak akan ada jawaban lain yang benar (dan sesungguhnya kami atau kalian) yakni salah satu di antara kedua golongan (pasti berada dalam petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata) nyata sesatnya,

apakah kami atau kalian orang-orang kafir. Dikatakan dengan ungkapan yang samar demi untuk melunakkan hati orang yang kafir, dengan maksud menyeru mereka kepada iman, yaitu apabila mereka sesuai dengan Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 24 |

Tafsir ayat 24-27

Allah Swt. menetapkan keesaan-Nya dalam hal penciptaan dan memberi rezeki, juga keesaan-Nya sebagai Tuhan yang wajib disembah. Sebagaimana mereka mengakui bahwa tidak ada yang memberi mereka rezeki dari langit dan dari bumi

melalui hujan yang diturunkan dan tanam-tanaman yang ditumbuhkan, selain dari Allah Swt., maka hendaklah mereka mengetahui pula bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Saba: 24) Ungkapan ini termasuk ke dalam Bab "Sindiran". Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa salah satu

pihak pasti ada yang batil, dan pihak yang lain benar. Tidak mungkin dikatakan bahwa antara kalian dan kami berada dalam jalan petunjuk atau berada dalam kesesatan, tetapi salah satu dari kita sajalah yang benar.

Dan sebagaimana yang telah kalian ketahui (hai orang-orang musyrik), kami telah mengemukakan bukti yang membenarkan keesaan Tuhan. Hal ini merupakan bukti yang jelas yang membuktikan kebatilan akidah kalian

yang mempersekutukan Allah Swt. dengan sesuatu.Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Saba: 24)

Qatadah mengatakan bahwa sesungguhnya yang mengatakan demikian adalah sahabat Nabi Muhammad Saw. kepada orang-orang musyrik, yaitu: "Demi Allah, tiadalah kami dan kalian berada dalam satu jalan, dan sesungguhnya

salah satu dari kita benar-benar berada dalam jalan petunjuk." Ikrimah dan Ziad ibnu Abu Maryam mengatakan, makna yang dimaksud ialah, "Sesungguhnya kami benar-benar berada pada jalan petunjuk, dan sesungguhnya kalian benar-benar berada dalam kesesatan yang jelas." Firman Allah Swt.:


{قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ}


Katakanlah, "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat.” (Saba: 25) Makna yang dimaksud ayat ini ialah pernyataan berlepas diri

dari apa yang dilakukan oleh mereka (orang-orang musyrik). Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kalian bukanlah termasuk golongan kami, sebagaimana kami pun bukan termasuk golongan kalian, bahkan kami menyeru kalian

untuk menyembah Allah semata dan mengesakan-Nya. Maka jika kalian memenuhi seruan kami, berarti kalian termasuk golongan kami dan kami termasuk golongan kalian. Tetapi jika kalian mendustakan seruan kami,

maka kami berlepas diri dari kalian sebagaimana kalian pun berlepas diri dari kami. Makna ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ}


Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Yunus: 41) Dan firman Allah Swt.:


{قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ. وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ. وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ}


Katakanlah, "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.” (Al-Kafirun: 1-6) Adapun firman Allah Swt.:


{قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا}


Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua.” (Saba: 26) Yakni pada hari kiamat Dia akan mengumpulkan semua makhluk di suatu tempat yang lapang.


ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ


kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. (Saba:26) Dia akan memutuskan perkara di antara kita secara adil, maka Dia membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik;

dan jika amalnya jahat, maka balasannya jahat pula. Pada hari itu kelak pasti kalian akan mengetahui bagi siapakah kemuliaan, pertolongan, dan kebahagiaan yang abadi? Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَتَفَرَّقُونَ. فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَهُمْ فِي رَوْضَةٍ يُحْبَرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ الآخِرَةِ فَأُولَئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ}


Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al-Qur'an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (Ar-Rum: 14-16) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ}


Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui (Saba: 26) Yaitu Hakim Yang Maha Mengetahui hakikat semua perkara. Firman Allah Swt.:


{قُلْ أَرُونِيَ الَّذِينَ أَلْحَقْتُمْ بِهِ شُرَكَاءَ}


Katakanlah, "Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu (Nya)." (Saba: 27)

Maksudnya, perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kalian jadikan sebagai tandingan-tandingan Allah dan kalian mengangkatnya sebagai saingan-Nya.


{كَلا}


sekali-kali tidak mungkin. (Saba: 27) Yakni tiada tandingan bagi-Nya, tiada saingan, tiada sekutu, dan tiada padanan bagi-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{بَلْ هُوَ اللَّهُ}


Sebenarnya Dialah Allah. (Saba: 27) Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya.


{الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}


Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Saba: 27) Yakni Tuhan Yang Mahaperkasa, yang dengan Keperkasaan-Nya Dia menaklukkan segala sesuatu dan mengalahkan segala sesuatu.

Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dari apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

Surat Saba |34:25|

قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ

qul laa tus`aluuna 'ammaaa ajromnaa wa laa nus`alu 'ammaa ta'maluun

Katakanlah, "Kamu tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kami kerjakan dan kami juga tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kamu kerjakan."

Say, "You will not be asked about what we committed, and we will not be asked about what you do."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Kalian tidak akan ditanya tentang dosa yang kami perbuat) tentang dosa-dosa kami (dan kami tidak akan ditanya pula tentang apa yang kalian perbuat") karena sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 25 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Saba |34:26|

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ

qul yajma'u bainanaa robbunaa ṡumma yaftaḥu bainanaa bil-ḥaqq, wa huwal-fattaaḥul-'aliim

Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui."

Say, "Our Lord will bring us together; then He will judge between us in truth. And He is the Knowing Judge."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Rabb kita akan mengumpulkan kita semua) kelak di hari kiamat (kemudian Dia memberi keputusan) memutuskan (antara kita dengan benar

) maka orang-orang yang benar akan dimasukkan-Nya ke dalam surga, dan orang-orang yang salah akan dimasukkan-Nya ke dalam neraka. (Dan Dialah Maha Pemberi keputusan)

Yang menghukumi (lagi Maha Mengetahui") tentang keputusan hukum yang diambil-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 26 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Saba |34:27|

قُلْ أَرُونِيَ الَّذِينَ أَلْحَقْتُمْ بِهِ شُرَكَاءَ ۖ كَلَّا ۚ بَلْ هُوَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

qul aruuniyallażiina alḥaqtum bihii syurokaaa`a kallaa, bal huwallohul-'aziizul-ḥakiim

Katakanlah, "Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

Say, "Show me those whom you have attached to Him as partners. No! Rather, He [alone] is Allah, the Exalted in Might, the Wise."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Perlihatkanlah kepadaku) maksudnya beritahukanlah kepadaku (sesembahan-sesembahan yang kalian hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu-Nya)

untuk kalian sembah (sekali-kali tidak mungkin! Dialah Allah Yang Maha Perkasa) yakni Maha Menang atas semua perkara-Nya (lagi Maha Bijaksana") di dalam mengatur makhluk-Nya, maka tiadalah bagi-Nya sekutu dalam kerajaan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 27 |

penjelasan ada di ayat 24

Surat Saba |34:28|

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

wa maaa arsalnaaka illaa kaaaffatal lin-naasi basyiirow wa nażiirow wa laakinna akṡaron-naasi laa ya'lamuun

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

And We have not sent you except comprehensively to mankind as a bringer of good tidings and a warner. But most of the people do not know.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk semua) lafal Kaaffatan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal An Naas yang sesudahnya,

\ didahulukan mengingat kedudukannya yang sangat penting (manusia sebagai pembawa berita gembira) kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka akan masuk surga

(dan sebagai pemberi peringatan) kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui hal ini).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 28 |

Tafsir ayat 28-30

Allah Swt. berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad Saw.:


{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ}


Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28)

Yakni kepada semua makhluk yang dikenai taklif, sebagaimana pengertian yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}


Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu sekalian." (Al-Araf: 158) Dan firman Allah Swt.:


{تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا}


Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan: 1) Adapun firman Allah Swt.:


{بَشِيرًا وَنَذِيرًا}


sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (Saba: 28) Artinya, kamu menyampaikan berita gembira masuk surga bagi orang-orang yang taat kepadamu, dan kamu memberikan peringatan masuk neraka bagi orang-orang yang durhaka kepadamu.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 28) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}


Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103) Dan firman Allah Swt.:


{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}


Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'am: 116)

Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan Kami tidak mengutusmu melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Yakni kepada segenap umat manusia.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. mengutus Muhammad Saw. kepada bangsa Arab dan non-Arab, maka orang yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling bertakwa kepada Allah Swt.

dan taat kepada-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zarani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban,

dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah mengutamakan Muhammad Saw. di atas semua penduduk langit dan semua para nabi.

Murid-murid Ibnu Abbas bertanya, "Wahai Ibnu Abbas, apakah keutamaan Nabi Muhammad Saw. atas semua para nabi?" Ibnu Abbas menjawab bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Kami tidak mengutus seorang rasul pun,

melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (Ibrahim: 4) Sedangkan sehubungan dengan Nabi Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman: Dan Kami tidak mengutus kamu,

melainkan kepada umat manusia seluruhnya. (Saba: 28) Maka Allah mengutusnya kepada umat manusia dan umat jin. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ini mempunyai bukti yang menguatkannya disebutkan di dalam kitab Sahihain

yang di-marfu '-kan oleh sahabat Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ. وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، فَأَيُّمَا رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ. وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي. وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ. وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً".


Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah dianugerahkan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan dengan rasa gentar yang mencekam hati musuh sejauh perjalanan satu bulan; bumi ini dijadikan bagiku

sebagai masjid dan suci lagi menyucikan, maka barang siapa dari kalangan umatku yang memasuki waktu salat hendaklah ia salat (di mana pun berada); dan dihalalkan bagiku ganimah, padahal ganimah belum pernah dihalalkan

kepada seorang pun sebelumku; aku diberi izin untuk memberikan syafaat; dan dahulu seorang nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia. Di dalam kitab sahih disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"بُعِثْتُ إِلَى الْأَسْوَدِ وَالْأَحْمَرِ"


Aku diutus untuk kulit hitam dan kulit merah. Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah jin dan manusia seluruhnya. Selain Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang Arab dan orang non-Arab.

Semua pendapat tersebut benar. Kemudian Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang kafir yang menganggap mustahil hari kiamat terjadi, melalui firman-Nya:


{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Saba: 29) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ} الْآيَةَ


Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). (Asy-Syura: 18), hingga akhir ayat. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{قُلْ لَكُمْ مِيعَادُ يَوْمٍ لَا تَسْتَأْخِرُونَ عَنْهُ سَاعَةً وَلا تَسْتَقْدِمُونَ}


Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur darinya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan." (Saba: 30)

Artinya, bagi kalian telah ada hari yang ditentukan, yang bilangannya telah dicatat, tidak dapat ditambah-tambahi dan tidak dapat pula dikurangi. Apabila hari itu telah tiba, maka tidak dapat ditanggguhkan barang sesaat pun

dan tidak dapat pula diajukan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ}


Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan. (Nuh: 4) Dan firman Allah Swt.:


{وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ. يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ}


Dan kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 104¬-105)

Surat Saba |34:29|

وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

wa yaquuluuna mataa haażal-wa'du ing kuntum shoodiqiin

Dan mereka berkata, "Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu orang yang benar?"

And they say, "When is this promise, if you should be truthful?"

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Kapankah datangnya janji ini) yakni azab yang kamu janjikan itu (jika kamu adalah orang-orang yang benar") dalam janjimu itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 29 |

penjelasan ada di ayat 28

Surat Saba |34:30|

قُلْ لَكُمْ مِيعَادُ يَوْمٍ لَا تَسْتَأْخِرُونَ عَنْهُ سَاعَةً وَلَا تَسْتَقْدِمُونَ

qul lakum mii'aadu yaumil laa tasta`khiruuna 'an-hu saa'ataw wa laa tastaqdimuun

Katakanlah, "Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari Kiamat), kamu tidak dapat meminta penundaan atau percepatannya sesaat pun."

Say, "For you is the appointment of a Day [when] you will not remain thereafter an hour, nor will you precede [it]."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Bagi kalian ada hari yang telah dijanjikan yang tiada dapat kalian minta mundur daripadanya barang sesaat pun dan tidak pula kalian dapat meminta supaya diajukan") daripadanya, hari yang dimaksud adalah hari kiamat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 30 |

penjelasan ada di ayat 28

Surat Saba |34:31|

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَلَا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ ۗ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلَا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ

wa qoolallażiina kafaruu lan nu`mina bihaażal-qur`aani wa laa billażii baina yadaiih, walau tarooo iżizh-zhoolimuuna mauquufuuna 'inda robbihim yarji'u ba'dhuhum ilaa ba'dhinil-qouul, yaquulullażiinastudh'ifuu lillażiinastakbaruu lau laaa antum lakunnaa mu`miniin

Dan orang-orang kafir berkata, "Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur´an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya." Dan (alangkah mengerikan) kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain, orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang mukmin."

And those who disbelieve say, "We will never believe in this Qur'an nor in that before it." But if you could see when the wrongdoers are made to stand before their Lord, refuting each other's words... Those who were oppressed will say to those who were arrogant, "If not for you, we would have been believers."

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang kafir berkata) yakni sebagian dari penduduk Mekah ("Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Alquran ini dan tidak pula kepada kitab sebelumnya")

kitab-kitab yang telah mendahuluinya, seperti kitab Taurat dan Injil yang di dalam kedua kitab tersebut disebutkan tentang adanya hari berbangkit, demikian itu karena mereka ingkar kepada Alquran.

Lalu Allah berfirman mengenai mereka itu, ("Dan kalau kamu lihat) hai Muhammad ketika orang-orang yang lalim itu) yakni orang-orang yang kafir (dihadapkan kepada Rabbnya,

sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah berkata) yaitu para pengikut dari mereka (kepada orang-orang yang menyombongkan diri)

yakni para pemimpinnya, ('Kalau tidak karena kalian) maksudnya seandainya kalian tidak menghalang-halangi kami untuk beriman (tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman') kepada Nabi saw.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 31 |

Tafsir ayat 31-33

Allah Swt. menceritakan perihal keterlaluan orang-orang kafir dalam sikap mereka yang kelewat batas dan keingkaran mereka serta ketidak¬percayaan mereka kepada Al-Qur'an dan apa yang diberitakan oleh Al-Qur'an menyangkut hari kiamat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْآنِ وَلا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ}


Dan orang-orang kafir berkata, "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur'an dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya." (Saba: 31) Kemudian Allah Swt. berfirman, memperingatkan dan mengancam mereka

serta memberitakan tentang kedudukan mereka yang hina di hadapan-Nya kelak di hari kiamat, saat mereka saling berdebat dan adu argumentasi dengan sesamanya. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا}


sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah (para pengikut) berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri. (Saba: 31) Pada hari itu orang-orang yang lemah berkata kepada pemimpin dan tetua mereka.


{لَوْلا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ}


Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman. (Saba: 31) Seandainya kalian tidak menghalang-halangi kami, tentulah kami mengikuti para rasul dan beriman kepada apa yang disampaikan oleh mereka kepada kami.

Lalu para pemimpin dan tetua mereka —yaitu orang-orang yang menyombongkan dirinya— berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ}


Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Saba: 32) Yakni kami tidak melakukan terhadap kalian lebih dari menyeru kalian untuk mengikuti kami, kemudian kalian mau mengikuti kami

tanpa berpikir panjang dan tanpa meneliti terlebih dahulu ajakan kami. Dan kalian menentang dalil-dalil, bukti-bukti, serta hujah-hujah yang disampaikan oleh para rasul, karena keinginan nafsu kalian yang lebih suka memilihnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ. وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَار}


(Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.”Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang

(yang menghalangi kami).”(Saba: 32-33) Tidak seperti yang kamu akui, bahkan kalian melancarkan tipuan terhadap kami di waktu malam dan siang hari, dan tiada henti-hentinya kalian membujuk kami dan memberikan janji-janji kosong

serta meyakinkan kami bahwa kalian berada dalam jalan petunjuk; dan jika kami mengikuti kalian, berarti kami berada pada jalan petunjuk. Akan tetapi, sekarang ternyata semuanya itu batil dan dusta yang jelas.

Qatadah dan ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: (Tidak), sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami). (Saba: 33) Yakni tidak, bahkan tipu daya kalian di malam dan siang hari

yang menghalang-halangi kami. Hal yang sama dikatakan oleh Malik dari Zaid ibnu Aslam, yakni tipu daya kalian di malam dan siang hari.


{إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا}


ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya. (Saba: 33) Yaitu tandingan-tandingan dan tuhan-tuhan lain bersama-Nya, dan kalian tegakkan kepada kami slogan-slogan palsu dan hal-hal mustahil lainnya untuk menyesatkan kami.


{وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ}


Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab (Saba: 33) Yakni para pemimpin dan para pengikut, masing-masing menyesali apa yang telah dilakukannya semasa di dunia.


{وَجَعَلْنَا الأغْلالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا}


Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir. (Saba: 33) Maksudnya, rantai-rantai yang menyatukan tangan-tangan dan leher-leher mereka dalam satu ikatan.


{هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba: 33) Sesungguhnya Kami hanya membalas amal perbuatan kalian, masing-masing orang mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya;

para pemimpin kekafiran mendapat balasannya sendiri, begitu pula para pengikutnya mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka. Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:


{قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ}


Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui." (Al-A'raf: 38)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَة بْنُ أَبِي الْمِغْرَاءِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الْأَصْبَهَانِيِّ، عَنْ أَبِي سِنَانٍ ضِرَارِ بْنِ صُرَد، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الهُذَيل ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ جَهَنَّمَ لَمَّا سِيقَ إِلَيْهَا أَهْلُهَا تَلَقَّاهم لَهَبُهَا، ثُمَّ لَفَحَتْهُم لَفْحَةً فَلَمْ يَبْقَ لَحْمٌ إِلَّا سَقَطَ عَلَى الْعُرْقُوبِ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman ibnul Asbahani, dari Abu Sinan alias Darrar ibnu Surad,

dari Abdullah ibnu Abul Huzail, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya neraka Jahanam itu ketika orang-orang yang menjadi penghuninya digiring ke sana, ia menyambut mereka

dengan luapan apinya, kemudian menjilat mereka sekali jilat. Maka tiada suatu daging pun dari mereka melainkan ber¬guguran sampai ke bagian belakang telapak kakinya. Telah menceritakan pula kepada kami ayahku,

telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami At-Tayyib Abul Hasan, dari Al-Hasan ibnu Yahya Al-Khusyani yang mengatakan bahwa tiada sesuatu pun di dalam neraka Jahanam —baik berupa rumah,

gua, belenggu, ikatan, dan rantai— melainkan tercatat padanya nama-nama pemiliknya (penghuninya). Perawi mengatakan bahwa lalu ia menceritakan riwayat ini kepada Abu Sulaiman Ad-Darani rahimahullah. Maka ia menangis,

kemudian berkata, "Alangkah ngerinya seandainya semua itu dihimpunkan pada diri seseorang, kedua kakinya diikat, kedua tangannya dibelenggu dan lehernya dirantai, kemudian dimasukkan ke dalam neraka dan dimasukkan ke dalam penjara yang ada di neraka. Ya Allah, selamatkan diriku dari siksa neraka."

Surat Saba |34:32|

قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَىٰ بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ ۖ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ

qoolallażiinastakbaruu lillażiinastudh'ifuuu a naḥnu shodadnaakum 'anil-hudaa ba'da iż jaaa`akum bal kuntum mujrimiin

Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, "Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak!) Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa."

Those who were arrogant will say to those who were oppressed, "Did we avert you from guidance after it had come to you? Rather, you were criminals."

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, 'Kamikah yang telah menghalang-halangi kalian dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepada kalian)

Tidak, (sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa') terhadap diri kalian sendiri.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 32 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Saba |34:33|

وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا ۚ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الْأَغْلَالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

wa qoolallażiinastudh'ifuu lillażiinastakbaruu bal makrul-laili wan-nahaari iż ta`muruunanaaa an nakfuro billaahi wa naj'ala lahuuu andaadaa, wa asarrun-nadaamata lammaa ro`awul-'ażaab, wa ja'alnal-aghlaala fiii a'naaqillażiina kafaruu, hal yujzauna illaa maa kaanuu ya'maluun

Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak!) Sebenarnya tipu daya(mu) pada waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami agar kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya." Mereka menyatakan penyesalan ketika mereka melihat azab. Dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Those who were oppressed will say to those who were arrogant, "Rather, [it was your] conspiracy of night and day when you were ordering us to disbelieve in Allah and attribute to Him equals." But they will [all] confide regret when they see the punishment; and We will put shackles on the necks of those who disbelieved. Will they be recompensed except for what they used to do?

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, 'Sebenarnya tipu daya di waktu malam hari dan siang hari)

yaitu tipu daya kalian terhadap kami yang kalian lakukan malam dan siang hari (ketika kalian menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.')

(Mereka menyembunyikan) kedua golongan itu, yaitu mereka yang menjadi pengikut kesesatan dan yang menjadi pemimpin kesesatan (penyesalannya) karena tidak mau beriman kepada Nabi saw.

(tatkala mereka melihat azab.") masing-masing golongan menyembunyikan penyesalannya karena takut dicela. (Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir) di dalam neraka. (Tiadalah)

(mereka dibalas melainkan) dengan pembalasan (apa yang telah mereka kerjakan) di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 33 |

penjelasan ada di ayat 31

Surat Saba |34:34|

وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

wa maaa arsalnaa fii qoryatim min nażiirin illaa qoola mutrofuuhaaa innaa bimaaa ursiltum bihii kaafiruun

Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, "Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan."

And We did not send into a city any warner except that its affluent said, "Indeed we, in that with which you were sent, are disbelievers."

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata)

yakni para pemimpinnya hidup bergelimang dengan kemewahan, ("Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 34 |

Tafsir ayat 34-39

Allah Swt. menghibur Nabi-Nya seraya memerintahkan kepadanya agar mengambil pelajaran dari para rasul yang telah mendahuluinya, dan Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak sekali-sekali Dia mengutus seorang nabi

ke suatu penduduk negeri, melainkan penduduk negeri itu mendustakannya. Pelaku pertamanya adalah orang-orang hartawan mereka, kemudian diikuti oleh kaum lemah mereka, seperti apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh a.s.:


{أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ}


Mereka berkata, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” (Asy-Syu'ara: 111) Dan firman Allah Swt.:


{وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ}


Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27) Dan orang-orang besar dari kalangan kaum Nabi Saleh mengatakan:


{لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُرْسَلٌ مِنْ رَبِّهِ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}


kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, "Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?.” Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu,

yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani.” (Al-A'raf: 75-76) Dan firman Allah Swt.:


{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}


Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata,

"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya) " (Al-An'am: 53)


{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا}


Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. (Al-An'am: 123)


{وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا [فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ] }


Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu.

Maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al-Isra: 16) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ}


Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun. (Saba: 34) Yakni seorang nabi atau seorang rasul.


{إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا}


melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata. (Saba: 34) Mereka adalah orang-orang yang hidup senang, terpandang, hartawan, dan memegang kendali kepemimpinan. Menurut Qatadah, mereka adalah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang di kalangan mereka, yang juga pemimpin mereka dalam kejahatan.


{إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}


Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. (Saba: 34) Yakni kami tidak akan beriman dan tidak akan mengikutinya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الحسين، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي رَزِين قَالَ: كَانَ رَجُلَانِ شَرِيكَانِ خَرَجَ أَحَدُهُمَا إِلَى السَّاحِلِ وَبَقِيَ الْآخَرُ، فَلَمَّا بُعِثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى صَاحِبِهِ يَسْأَلُهُ: مَا فَعَلَ؟ فَكَتَبَ إِلَيْهِ أَنَّهُ لَمْ يَتْبَعْهُ أَحَدٌ مِنْ قُرَيْشٍ، إِنَّمَا اتَّبَعَهُ أَرَاذِلُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ. قَالَ: فَتَرَكَ تِجَارَتَهُ ثُمَّ أَتَى صَاحِبَهُ فَقَالَ: دُلَّنِي عَلَيْهِ -قَالَ: وَكَانَ يَقْرَأُ الْكُتُبَ، أَوْ بَعْضَ الْكُتُبِ-قَالَ: فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِلَامَ تَدْعُو؟ قَالَ: "إِلَى كَذَا وَكَذَا". قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ. قَالَ: "وَمَا عِلْمُكَ بِذَلِكَ؟ " قَالَ: إِنَّهُ لَمْ يُبْعَثْ نَبِيٌّ إِلَّا اتَّبَعَهُ رُذَالة النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ. قَالَ: فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ} ] الْآيَاتِ] ، قَالَ: فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَنْزَلَ تَصْدِيقَ مَا قُلْتَ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab, dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Rajin

yang menceritakan bahwa pernah ada dua orang yang berteman, salah seorang dari keduanya keluar menuju ke pantai, sedangkan yang lain tinggal di rumahnya. Ketika Nabi Saw. diutus, maka teman yang ada di pantai berkirim surat

kepada temannya yang ada di tempat menanyakan perihal Nabi Saw. Lalu temannya yang ada di tempat membalas suratnya dengan mengatakan bahwa Muhammad itu tidak ada seorang pun dari kalangan Quraisy yang mengikutinya,

sesungguhnya yang mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah dan kaum fakir miskin. Kemudian temannya yang sedang mengembara itu meninggalkan perniagaannya, lalu mendatangi temannya dan berkata kepadanya,

"Tunjukkanlah aku kepada Muhammad." Ternyata si pengembara itu sering membaca kitab atau sebagian dari kitab-kitab terdahulu. Ketika sampai kepada Nabi Saw. ia bertanya, "Engkau menyeru kepada apa?" Nabi Saw. menjawabnya,

bahwa beliau menyeru manusia untuk berbuat anu dan anu (kebenaran). Maka si pengembara itu langsung berkata, "Aku bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah." Nabi Saw. bertanya, "Mengapa engkau mengetahui sampai sejauh itu?"

Pengembara itu menjawab, bahwa sesungguhnya tidak sekali-sekali seorang nabi diutus melainkan yang menjadi pengikutnya adalah orang-orang yang lemah dan orang-orang miskin dari kalangan kaumnya.

Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari

apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya.” (Saba: 34) Lalu Nabi Saw. mengirimkan utusan kepada si pengembara untuk menyampaikan sabdanya: sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan wahyu yang membenarkan ucapanmu.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Heraklius kepada Abu Sufyan, ketika Heraklius menanyainya tentang perihal Nabi Saw. Heraklius antara lain mengatakan, Dan aku bertanya kepadamu, "Apakah hanya orang-orang yang lemah

yang menjadi pengikutnya, ataukah orang-orang terhormat mereka?" Lalu kami jawab, "Memang sebenarnya hanya orang-orang yang lemah sajalah pengikut para rasul itu." Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang hidup mewah lagi mendustakan para rasul:


{وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ}


Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.” (Saba: 35) Mereka membanggakan dirinya dengan harta mereka yang banyak dan mereka memiliki anak-anak

yang banyak. Mereka menduga bahwa hal itu menunjukkan akan kecintaan Allah Swt. kepada mereka dan besarnya perhatian Allah kepada mereka. Tidaklah Allah memberi mereka semuanya itu di dunia ini, kemudian pada Akhirnya Allah

akan mengazab mereka di akhirat, itu jauh dari kemungkinan. Maka Allah menyanggah anggapan mereka itu melalui firman-Nya:


{أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ. نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ}


Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu'minun: 55-56)


{فَلا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ}


Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedangkan mereka dalam keadaan kafir. (At-Taubah: 55)


{ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا. وَجَعَلْتُ لَهُ مَالا مَمْدُودًا. وَبَنِينَ شُهُودًا. وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا. ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ. كَلا إِنَّهُ كَانَ لآيَاتِنَا عَنِيدًا. سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا.}


Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Kulapangkan baginya (rezeki, dan kekuasaan)

dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian

yang memayahkan. (Al-Muddassir: 11-17) Dan Allah Swt. telah menceritakan perihal pemilik dua buah kebun, bahwa dia adalah seorang hartawan, memiliki hasil buah-buahan yang banyak dan banyak anaknya.

Kemudian semuanya itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepadanya, bahkan semuanya itu dicabut oleh Allah Swt. semasa masih di dunia dan belum lagi menginjak akhirat. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ}


Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikendaki-Nya). (Saba: 36) Allah memberikan harta kepada orang yang dicintai-Nya

dan orang yang tidak dicintai-Nya, dan Dia mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan memberikan kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya bagi-Nyalah hikmah yang sempurna, hujah yang pasti dan mengalahkan semua hujah.


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}


tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 36) Firman Allah Swt.:


{وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى}


Dan sekali-sekali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun. (Saba: 37) Yakni semuanya itu bukan merupakan bukti yang menunjukkan kecintaan Kami kepada kalian, bukan pula menunjukkan perhatian Kami kepada kalian.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا كَثير، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ الْأَصَمِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إن اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ".


Imam Ahmad. mengatakan, telah menceritakan kepada kami Kasir, telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi sesungguhnya Dia hanya memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian. Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya

melalui hadis Kasir ibnu Hisyam, dari Ja'far ibnu Jabarqan dengan sanad yang sama. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}


tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Saba: 37) Yakni sesungguhnya yang mendekatkan kalian kepada Kami hanyalah iman dan amal saleh yang kalian kerjakan.


{فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا}


mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba: 37) Maksudnya, amal kebaikan mereka dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat.


{وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ}


dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (Saba: 37) Yaitu di tempat-tempat yang tertinggi di dalam surga dalam keadaan aman dari semua siksaan, aman dari rasa takut, dan aman dari gangguan semua kejahatan yang mengerikan.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَة بْنُ أَبِي الْمِغْرَاءِ الْكِنْدِيُّ، حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ وَعَلِيُّ بْنُ مُسْهِر، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَغرفا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا، وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا". فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: لِمَنْ هِيَ؟ قَالَ: "لِمَنْ طَيَّبَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، [وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسِ نِيَامٌ] "


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim dan Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu lshaq,

dari An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat tempat-tempat yang tinggi, bagian luarnya terlihat dari bagian dalamnya

dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya. Ketika ada seorang Badui bertanya, "Untuk siapakah tempat-tempat itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Bagi orang yang bertutur kata baik, memberi makan

(orang-orang fakir miskin), rajin berpuasa, dan gemar salat di malam hari ketika manusia sedang tidur. Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ يَسْعَوْنَ فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ}


Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melepaskan diri dari azab Kami. (Saba: 38) Yakni berusaha menghalang-halangi jalan Allah dan tidak mau mengikuti rasul-rasul-Nya dan tidak percaya kepada ayat-ayat-Nya.


{أُولَئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ}


mereka itu dimasukkan ke dalam azab. (Saba: 38) Mereka semuanya akan mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka masing-masing. Firman Allah Swt.:


{قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ}


Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” (Saba: 39)

Yaitu berdasarkan hikmah-Nya Dia melapangkan rezeki kepada seseorang dan memberinya harta yang banyak, dan menyempitkan rezeki yang lainnya hingga hidupnya sangat miskin, karena ada hikmah

yang terkandung di baliknya dan hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}


Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (Al-Isra': 21)

Yakni sebagaimana mereka berbeda-beda taraf kehidupannya semasa di dunia, yang ini fakir lagi miskin, dan yang itu kaya lagi lapang rezekinya. Maka demikian pula keadaan mereka di akhirat,

yang ini berada di dalam kedudukan yang tertinggi di surga, dan yang itu berada di dalam siksaan di dasar neraka yang terbawah. Dan sebaik-baik orang di dunia adalah orang yang diungkapkan oleh Rasulullah Saw. melalui sabdanya:


"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ".


Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki secukupnya, dan menerima apa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Umar r.a.: Firman Allah Swt.:


{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ}


Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. (Saba: 39) Artinya, berapa pun kamu belanjakan hartamu kepada apa yang diperintahkan oleh Allah kepada kalian dan Allah menghalalkannya,

Dia pasti akan menggantinya kepada kalian di dunia di samping pahala di akhirat yang akan kamu terima sebagai penggantinya. Di dalam sebuah hadis disebutkan:


يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أنْفق أنْفق عَلَيْكَ"


Allah Swt. berfirman, "Berinfaklah kamu, maka Aku akan menggantinya kepadamu.” Di dalam hadis lain disebutkan:


أَنَّ مَلِكَيْنِ يَصيحان كُلَّ يَوْمٍ، يَقُولُ أَحَدُهُمَا: "اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكا تَلَفًا"، وَيَقُولُ الْآخَرُ: "اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا"


bahwa setiap pagi hari ada dua malaikat yang salah satunya berdoa, "Ya Allah, berikanlah kerusakan kepada orang yang kikir," sedangkan yang lain mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak." Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"أَنْفِقْ بِلَالًا وَلَا تَخْشَ مِنْ ذِي الْعَرْشِ إِقْلَالَا"


Infakkanlah terus, hai Bilal, janganlah kamu takut kebangkrutan karena Tuhan yang mempunyai Arasy.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ الطَّلَّاسِ، حَدَّثَنَا هُشَيْم عَنِ الْكَوْثَرِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: بَلَغَنِي عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أَلَا إِنَّ بَعْدَكُمْ زَمَانٌ عَضُوضٌ، يَعَضُّ الْمُوسِرُ عَلَى مَا فِي يَدِهِ حَذَارَ الْإِنْفَاقِ". ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: {وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid ibnu Abdul Aziz Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan, bahwa telah sampai kepadaku

suatu berita dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ingatlah, sesungguhnya sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam erta-erat harta yang ada di tangannya

karena takut berinfak. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39)


قَالَ (الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا هُشَيم، عَنِ الْكَوْثَرِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ: بَلَغَنِي عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "أَلَا إِنَّ بَعْدَ زَمَانِكُمْ هَذَا زَمَانٌ عَضُوضٌ، يَعَضُّ الْمُوسِرُ عَلَى مَا فِي يَدَيْهِ حَذَارَ الْإِنْفَاقِ"


Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakah, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadaku

dari Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ingatlah, sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam erat-erat harta yang ada di tangannya karena takut berinfak.

Yakni menyembunyikan kekayaannya karena takut diminta untuk berinfak, Allah Swt. telah berfirman:


{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}


Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39) Di dalam sebuah hadis disebutkan:


«شرار الناس يُبَايِعُونَ كُلَّ مُضْطَرٍّ أَلَا إِنَّ بِيعَ الْمُضْطَرِّينَ حَرَامٌ، أَلَا إِنَّ بَيْعَ الْمُضْطَرِّينَ حَرَامٌ، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ إِنْ كَانَ عِنْدَكَ مَعْرُوفٌ فَعُدْ بِهِ عَلَى أَخِيكَ، وَإِلَّا فَلَا تَزِدْهُ هَلَاكًا إِلَى هَلَاكِهِ»


Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang yang terdesak. Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan orang-orang yang terpaksa itu haram. Ingatlah, sesungguhnya jual beli

dengan orang-orang yang terpaksa itu haram. Orang muslim adalah saudara orang muslim lainnya; ia tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh pula menghinanya. Jika kamu memiliki kebaikan, maka gunakanlah itu untuk menolong saudaramu.

Dan jika kamu tidak mempunyainya, maka janganlah kamu menambahkan kepadanya kehancuran di atas kehancuran. Bila ditinjau dari segi jalurnya, hadis ini berpredikat garib karena di dalam sanadnya terdapat kelemahan.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Yunus alias Al-Hasan ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Mujahid telah mengatakan, "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian menakwilkan ayat berikut, yaitu firman-Nya:

'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.' (Saba: 39) dengan pengertian bahwa apabila seseorang di antara kalian memiliki apa yang menjadi kecukupannya, hendaklah ia bersikap irit (ekonomis) karena sesungguhnya rezeki itu telah dibagi-bagi.

Surat Saba |34:35|

وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ

wa qooluu naḥnu akṡaru amwaalaw wa aulaadaw wa maa naḥnu bimu'ażżabiin

Dan mereka berkata, "Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (dari kamu) dan kami tidak akan diazab."

And they said, "We are more [than the believers] in wealth and children, and we are not to be punished."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak) daripada orang-orang yang beriman (dan kami sekali-kali tidak akan diazab.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 35 |

penjelasan ada di ayat 34

Surat Saba |34:36|

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

qul inna robbii yabsuthur-rizqo limay yasyaaa`u wa yaqdiru wa laakinna akṡaron-naasi laa ya'lamuun

Katakanlah, "Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Say, "Indeed, my Lord extends provision for whom He wills and restricts [it], but most of the people do not know."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki) meluaskannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya) sebagai ujian (dan membatasinya)

menyempitkannya bagi siapa yang dikehendakinya sebagai cobaan baginya (akan tetapi kebanyakan manusia) orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui") hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 36 |

penjelasan ada di ayat 34

Surat Saba |34:37|

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَىٰ إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ

wa maaa amwaalukum wa laaa aulaadukum billatii tuqorribukum 'indanaa zulfaaa illaa man aamana wa 'amila shooliḥan fa ulaaa`ika lahum jazaaa`udh-dhi'fi bimaa 'amiluu wa hum fil-ghurufaati aaminuun

Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami, melainkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda atas apa yang telah mereka kerjakan, dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).

And it is not your wealth or your children that bring you nearer to Us in position, but it is [by being] one who has believed and done righteousness. For them there will be the double reward for what they did, and they will be in the upper chambers [of Paradise], safe [and secure].

Tafsir
Jalalain

(Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan pula anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikit pun) yang dapat mendekatkan diri kalian kepada Kami (tetapi)

(orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan;)

yakni sebagai balasan amalnya, yaitu satu amal kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat dan lebih banyak lagi dari itu (dan mereka di tempat-tempat yang tinggi) di dalam surga (hidup aman sentosa)

tidak akan mati dan tidak akan tertimpa penyakit dan lain sebagainya. Menurut qiraat yang lain lafal Ghurufaati dibaca Ghurfah dalam bentuk Mufrad tetapi maknanya jamak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 37 |

penjelasan ada di ayat 34

Surat Saba |34:38|

وَالَّذِينَ يَسْعَوْنَ فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ أُولَٰئِكَ فِي الْعَذَابِ مُحْضَرُونَ

wallażiina yas'auna fiii aayaatinaa mu'aajiziina ulaaa`ika fil-'ażaabi muḥdhoruun

Dan orang-orang yang berusaha menentang ayat-ayat Kami untuk melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu dimasukkan ke dalam azab.

And the ones who strive against Our verses to cause [them] failure - those will be brought into the punishment [to remain].

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang berusaha menentang ayat-ayat Kami) yakni membatalkan Alquran (dengan anggapan untuk dapat melepaskan diri dari azab Kami)

yakni mereka menganggap Kami tidak mampu mengazab mereka dan mereka dapat meloloskan diri dari azab Kami (mereka itu dimasukkan ke dalam azab.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 38 |

penjelasan ada di ayat 34

Surat Saba |34:39|

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

qul inna robbii yabsuthur-rizqo limay yasyaaa`u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, wa maaa anfaqtum min syai`in fa huwa yukhlifuh, wa huwa khoirur-rooziqiin

Katakanlah, "Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya." Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.

Say, "Indeed, my Lord extends provision for whom He wills of His servants and restricts [it] for him. But whatever thing you spend [in His cause] - He will compensate it; and He is the best of providers."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki) meluaskannya (bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya) sebagai ujian buatnya (dan membatasinya)

menyempitkannya (baginya) sesudah Dia melapangkannya, atau Dia menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya sebagai cobaan buatnya. (Dan barang apa saja yang kalian nafkahkan)

dalam hal kebaikan (maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.") dikatakan, setiap orang memberi rezeki kepada keluarganya, yakni dari rezeki Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 39 |

penjelasan ada di ayat 34

Surat Saba |34:40|

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَٰؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ

wa yauma yaḥsyuruhum jamii'an ṡumma yaquulu lil-malaaa`ikati a haaa`ulaaa`i iyyaakum kaanuu ya'buduun

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Dia berfirman kepada para malaikat, "Apakah kepadamu mereka ini dahulu menyembah?"

And [mention] the Day when He will gather them all and then say to the angels, "Did these [people] used to worship you?"

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (hari ,yang di waktu itu, Allah mengumpulkan mereka semuanya) yakni orang-orang musyrik (kemudian Allah berfirman kepada malaikat, "Apakah mereka ini) dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (dahulu menyembah kalian")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 40 |

Tafsir ayat 40-42

Allah Swt. menceritakan bahwa kelak di hari kiamat Dia mengecam kaum musyrik di hadapan semua makhluk. Untuk itu Allah menanyai para malaikat yang dahulunya dijadikan oleh orang-orang musyrik sebagai sembahan-sembahan mereka,

yang dianggap oleh kaum musyrik bahwa para malaikat itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah Swt. dan sebagai sekutu-sekutu Allah. Maka Allah Swt. berfirman kepada para malaikat:


{أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ}


Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? (Saba: 40) Maksudnya, kaliankah yang memerintahkan mereka untuk menyembah kalian, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Furqan melalui firman-Nya:


{أَأَنْتُمْ أَضْلَلْتُمْ عِبَادِي هَؤُلاءِ أَمْ هُمْ ضَلُّوا السَّبِيلَ}


Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendiri yang sesat dari jalan (yang benar)? (Al-Furqan: 17) Dan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. kepada Nabi Isa a.s.:


{أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ}


"Apakah kamu pernah mengatakan kepada manusia, "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya)" (Al-Maidah: 116) Hal yang sama dikatakan oleh jawaban para malaikat dalam surat ini, yaitu:


{سُبْحَانَكَ}


Mahasuci Engkau. (Saba: 41) Yakni Mahatinggi lagi Mahasuci Engkau, bila dikatakan ada tuhan lain selain Engkau.


{أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ}


Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka. (Saba: 41) Artinya, kami adalah hamba-hamba-Mu dan berlepas diri kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh mereka.


{بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ}


bahkan mereka telah menyembah jin. (Saba: 41) Yakni menyembah setan-setan, karena setan-setanlah yang membujuk mereka untuk menyembah berhala-berhala sebagai perbuatan yang baik, dan setan-setanlah yang telah menyesatkan mereka.


{أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ}


kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (Saba: 41) Semakna dengan apa yang telah disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلا شَيْطَانًا مَرِيدًا. لَعَنَهُ اللَّهُ}


Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah. (An-Nisa: 117-118) Adapun firman Allah Swt.:


{فَالْيَوْمَ لَا يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ نَفْعًا وَلا ضَرًّا}


Maka pada hari ini sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudaratan kepada sebagian yang lain. (Saba: 42) Yakni kalian tidak akan memperoleh manfaat dari berhala-berhala

yang kalian harap-harapkan dan kalian seru mereka di saat kalian mendapat musibah, sebagaimana kalian menyeru Tuhan kalian yang sebenarnya. Pada hari ini mereka tidak dapat memiliki manfaat atau mudarat bagi kalian.


{وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا} -وَهُمُ الْمُشْرِكُونَ- {ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ}


Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim (kaum musyrik), "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu.” (Saba: 42) Hal ini dikatakan kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan

Surat Saba |34:41|

قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ ۖ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ ۖ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ

qooluu sub-ḥaanaka anta waliyyunaa min duunihim, bal kaanuu ya'buduunal-jinna akṡaruhum bihim mu`minuun

Para malaikat itu menjawab, "Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu."

They will say, "Exalted are You! You, [O Allah], are our benefactor not them. Rather, they used to worship the jinn; most of them were believers in them."

Tafsir
Jalalain

(Malaikat-malaikat itu menjawab, "Maha Suci Engkau) dari semua sekutu (Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka") maksudnya tidak ada saling lindung-melindungi antara kami dan mereka dari pihak kami

(bahkan) lafal Bal di sini menunjukkan makna Intiqal, yakni sebenarnya (mereka telah menyembah jin) setan-setan, yaitu mereka menaati setan-setan yang menyuruh mereka untuk menyembah kami

(kebanyakan mereka beriman kepada jin) yakni mereka selalu mempercayai apa yang dikatakan oleh jin kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 41 |

penjelasan ada di ayat 40

Surat Saba |34:42|

فَالْيَوْمَ لَا يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ

fal-yauma laa yamliku ba'dhukum liba'dhin naf'aw wa laa dhorroo, wa naquulu lillażiina zholamuu żuuquu 'ażaaban-naarillatii kuntum bihaa tukażżibuun

Maka pada hari ini sebagian kamu tidak kuasa (mendatangkan) manfaat maupun (menolak) mudarat kepada sebagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, "Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulu kamu dustakan."

But today you do not hold for one another [the power of] benefit or harm, and We will say to those who wronged, "Taste the punishment of the Fire, which you used to deny."

Tafsir
Jalalain

Allah swt. berfirman, ("Maka pada hari ini sebagian kalian terhadap sebagian yang lain tidak memiliki) yakni orang-orang yang disembah terhadap orang-orang yang menyembahnya tidak memiliki (kemanfaatan)

yaitu syafaat (dan tidak pula kemudaratan") yaitu hak mengazab. (Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim) yakni kepada orang-orang kafir, ("Rasakanlah oleh kalian azab neraka yang dahulunya kalian dustakan.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 42 |

penjelasan ada di ayat 40

Surat Saba |34:43|

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا رَجُلٌ يُرِيدُ أَنْ يَصُدَّكُمْ عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُكُمْ وَقَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ مُفْتَرًى ۚ وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ

wa iżaa tutlaa 'alaihim aayaatunaa bayyinaating qooluu maa haażaaa illaa rojuluy yuriidu ay yashuddakum 'ammaa kaana ya'budu aabaaa`ukum, wa qooluu maa haażaaa illaaa ifkum muftaroo, wa qoolallażiina kafaruu lil-ḥaqqi lammaa jaaa`ahum in haażaaa illaa siḥrum mubiin

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata, "Orang ini tidak lain hanya ingin menghalang-halangi kamu dari apa yang disembah oleh nenek moyangmu," dan mereka berkata, "(Al-Qur´an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja." Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran ketika kebenaran (Al-Qur´an) itu datang kepada mereka, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."

And when our verses are recited to them as clear evidences, they say, "This is not but a man who wishes to avert you from that which your fathers were worshipping." And they say, "This is not except a lie invented." And those who disbelieve say of the truth when it has come to them, "This is not but obvious magic."

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami) yakni Alquran (yang terang) yang jelas melalui lisan nabi Kami, yaitu Muhammad saw.

(mereka berkata, "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kalian dari apa yang disembah oleh bapak-bapak kalian") yaitu berupa berhala-berhala

(dan mereka berkata, "Tidak lain ini) yakni Alquran ini (hanyalah kebohongan) (yang diada-adakan saja") atas nama Allah. (Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran)

yakni Alquran (tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, "Tidak lain) (ini hanyalah sihir yang nyata") sihir yang jelas.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 43 |

Tafsir ayat 43-45

Allah Swt. menyebutkan perihal orang-orang kafir, bahwa mereka berhak mendapat siksaan dan azab yang pedih dari-Nya, disebabkan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya yang jelas yang mereka dengar dari Rasulullah Saw. yang menerimanya masih hangat lagi segar,


{قَالُوا مَا هَذَا إِلا رَجُلٌ يُرِيدُ أَنْ يَصُدَّكُمْ عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُكُمْ}


mereka berkata, "Orang ini tiada lain hanyalah seorang laki-laki yang ingin menghalangi kamu dari apa yang di sembah oleh bapak-bapakmu.” (Saba: 43) Mereka berkeyakinan bahwa agama nenek moyang merekalah yang benar,

dan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. menurut mereka dianggap batil. Semoga mereka dan nenek moyang mereka dilaknat oleh Allah.


{وَقَالُوا مَا هَذَا إِلا إِفْكٌ مُفْتَرًى}


dan mereka berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja.” (Saba: 43) Yang mereka maksudkan adalah Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an itu adalah buat-buatan Muhammad sendiri.


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}


Dan orang-orang kafir berkata terhadap kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (Saba: 43) Firman Allah Swt.:


{وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ}


Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun." (Saba: 44)

Yakni Allah Swt. belum pernah menurunkan suatu kitab pun kepada bangsa Arab sebelum Al-Qur'an, belum pernah pula mengutus seorang nabi kepada mereka sebelum Nabi Muhammad Saw.

Dan sebelum itu mereka selalu mengharapkannya dan mereka mengatakan, "Seandainya datang kepada kami seorang pemberi peringatan atau diturunkan kepada kami sebuah kitab, tentulah kami menjadi orang-orang

yang lebih mendapat petunjuk daripada selain kami." Tetapi setelah Allah menganugerahkan hal itu yang mereka harapkan, ternyata mereka mendustakannya, mengingkarinya, dan menentangnya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَكَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَمَا بَلَغُوا مِعْشَارَ مَا آتَيْنَاهُمْ}


Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan, sedangkan orang-orang kafir Mekah itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orang-orang dahulu itu. (Saba: 45)

Ibnu Abbas r.a. mengatakan, yang dimaksud ialah kekuatan di dunia. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah, As.-Saddi, dan Ibnu Zaid, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلا أَبْصَارُهُمْ وَلا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati;

tetapi pen¬dengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. (Al-Ahqaf: 26) Dan firman Allah Swt.:


{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً}


Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih banyak (bilangannya)

dan lebih hebat kekuatannya. (Al-Mu-min: 82) Yakni sekalipun demikian, hal tersebut tidak dapat menghindarkan diri mereka dari azab Allah dan tidak pula dapat menolaknya, bahkan Allah menghancurkan mereka setelah mereka mendustakan rasul-rasul-Nya. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:


{فَكَذَّبُوا رُسُلِي فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ}


lalu mereka mendustakan rasul-rasul-Ku. Maka alangkah hebatnya akibat kemurkaan-Ku. (Saba: 45) Yakni betapa hebatnya siksaan-Ku, pembalasan-Ku, dan pertolongan¬Ku kepada rasul-rasul-Ku.

Surat Saba |34:44|

وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا ۖ وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ

wa maaa aatainaahum ming kutubiy yadrusuunahaa wa maaa arsalnaaa ilaihim qoblaka min nażiir

Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka Kitab-Kitab yang mereka baca dan Kami tidak pernah mengutus seorang pemberi peringatan kepada mereka sebelum engkau (Muhammad).

And We had not given them any scriptures which they could study, and We had not sent to them before you, [O Muhammad], any warner.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka Kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah pula mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun) maka berdasarkan alasan apakah mereka mendustakanmu

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 44 |

penjelasan ada di ayat 43

Surat Saba |34:45|

وَكَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَمَا بَلَغُوا مِعْشَارَ مَا آتَيْنَاهُمْ فَكَذَّبُوا رُسُلِي ۖ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

wa każżaballażiina ming qoblihim wa maa balaghuu mi'syaaro maaa aatainaahum fa każżabuu rusulii, fa kaifa kaana nakiir

Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sedang orang-orang (kafir Mekah) itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orang-orang terdahulu itu namun mereka mendustakan para rasul-Ku. Maka (lihatlah) bagaimana dahsyatnya akibat kemurkaan-Ku.

And those before them denied, and the people of Makkah have not attained a tenth of what We had given them. But the former peoples denied My messengers, so how [terrible] was My reproach.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan sedangkan orang-orang kafir itu belum sampai menerima) yakni orang-orang kafir Mekah

(sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orang-orang dahulu itu) yaitu berupa kekuatan, usia yang panjang dan banyaknya harta (lalu mereka mendustakan rasul-rasul-Ku)

yang Aku utus kepada mereka. (Maka alangkah hebatnya akibat kemurkaan-Ku) yaitu hukuman dan pembinasaan-Ku terhadap mereka, kemurkaan-Ku itu benar-benar pada tempatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 45 |

penjelasan ada di ayat 43

Surat Saba |34:46|

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ ۖ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا ۚ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ

qul innamaaa a'izhukum biwaaḥidah, an taquumuu lillaahi maṡnaa wa furoodaa ṡumma tatafakkaruu, maa bishooḥibikum min jinnah, in huwa illaa nażiirul lakum baina yadai 'ażaabin syadiid

Katakanlah, "Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu mencari kebenaran karena Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras."

Say, "I only advise you of one [thing] - that you stand for Allah, [seeking truth] in pairs and individually, and then give thought." There is not in your companion any madness. He is only a warner to you before a severe punishment.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepada kalian suatu hal saja) yaitu (supaya kalian menghadap Allah) dengan ikhlas hanya karena-Nya (dua-dua)

yakni berduaan (atau sendiri-sendiri) satu persatu (kemudian kalian pikirkan tentang -Muhammad-) sehingga kalian mengetahui (tidak ada pada diri kawan kalian ini) yakni Nabi Muhammad

(penyakit gila sedikit pun) yakni kegilaan (tidak lain dia hanyalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum) kalian menghadapi (azab yang keras.") di akhirat nanti jika kalian mendurhakainya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 46 |

Firman Allah Swt.:


قُلْ

Katakanlah. (Saba: 46) Hai Muhammad, kepada orang-orang kafir itu yang mengiramu sebagai orang gila,


{إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ}


Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja. (Saba: 46) Sesungguhnya aku hanya memperingatkan kalian suatu hal saja, yaitu:


{أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ}


supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46) Hendaknya kamu bersatu dan membulatkan niat

secara tulus karena Allah tanpa dipengaruhi oleh kecenderungan dan juga tanpa fanatisme. Lalu sebagian kamu menanyakan kepada sebagian yang lain, "Apakah Muhammad mempunyai penyakit gila?" kemudian sebagian kamu menjawab sebagian lain dengan tulus.


{ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا}


Kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad). (Saba: 46) Yakni hendaklah seseorang merenungkan perihal Nabi Muhammad dan menanyakannya kepada orang lain tentang perihalnya jika ia sulit untuk menilainya. Hendaknya pula ia memandang kepada dirinya sendiri. Karena itu, disebutkan oleh firman Allah Swt.:


{أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ}


yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46)

Demikianlah menurut apa yang tersimpulkan dari pendapat yang dikemukakan oleh Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, As-Saddi. Qatadah, dan lain-lainnya. Dan inilah yang dimaksud oleh ayat.

Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu bahwa:


حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامِ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي الْعَاتِكَةِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "أُعْطِيتُ ثَلَاثًا لَمْ يُعْطَهُنَّ مَن قَبْلِي وَلَا فَخْرٌ: أُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لِمَنْ قَبْلِي، كَانُوا قَبْلِي يَجْمَعُونَ غَنَائِمَهُمْ فَيَحْرُقُونَهَا. وبُعثت إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ، وَكَانَ كُلُّ نَبِيٍّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، أَتَيَمَّمُ بِالصَّعِيدِ، وَأُصَلِّي حَيْثُ أَدْرَكَتْنِي الصَّلَاةُ، قَالَ اللَّهُ: {أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى} وَأُعِنْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ بَيْنَ يَدَيَّ"


telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abul Atikah, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim,

dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku dianugerahi tiga perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku, bukan karena sombong.

Yaitu dihalalkan bagiku ganimah, padahal ia belum pernah dihalal¬kan bagi orang-orang sebelumku; mereka dahulu sebelumku mengumpulkan ganimah itu, lalu mereka bakar; dan aku diutus untuk semua makhluk yang berkulit merah

dan yang berkulit hitam (yakni jin dan manusia), sedangkan dahulu setiap nabi diutus hanya khusus untuk kaumnya; dan bumi ini dijadikan bagiku masjid lagi suci dan menyucikan, aku dapat bertayamum memakai debu dan salat di mana saja

bila waktu salat telah masuk. Allah Swt. telah berfirman, "Supaya kalian berdiri menghadap Allah berdua-dua atau sendiri-sendiri, " dan aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam musuhku) dalam jarak perjalanan satu bulan

di hadapanku. Hadis ini daif sanadnya, dan mengenai tafsir ayat yang ditakwilkan dengan pengertian berdiri dalam salat—baik jamaah maupun sendiri-sendiri— jauh dari kebenaran. Barangkali kalimat ini disisipkan oleh sebagian perawi

ke dalam hadis, karena sesungguhnya asal hadis ini telah termaktub di dalam kitab-kitab sahih dan lainnya (tanpa memakai tafsir ayat tersebut); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ}


Dan tidak lain dia hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46)


قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَهَا: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازم، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مرَّة، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: صَعدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّفَا ذَاتَ يَوْمٍ، فَقَالَ: "يَا صَبَاحَاهُ". فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ، فَقَالُوا: مَا لَكَ؟ فَقَالَ: "أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ يُصَبّحكم أَوْ يُمَسّيكم، أَمَا كُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي؟ " قَالُوا: بَلَى. قَالَ: "فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ". فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ! أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ}


Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah,

dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi Saw. mendaki bukit Safa, lalu berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini, berkumpullah!" Maka orang-orang Quraisy datang berkumpul

kepadanya, lalu mereka bertanya, "Mengapa kamu?" Nabi Saw. bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian seandainya aku beritakan kepada kalian bahwa musuh akan datang menyerang kalian di pagi hari atau di petang hari ini,

apakah kalian percaya kepadaku?” Mereka menjawab, "Tentu percaya.” Nabi Saw. bersabda, "Maka sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum (menghadapi) azab yang keras.”

Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu, apakah hanya untuk itu engkau mengumpulkan kami?" Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (Al-Lahab: 1) Hal ini telah dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:


{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ}


Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا بَشِيرُ بْنُ الْمُهَاجِرِ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَنَادَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ: "أَيُّهَا النَّاسُ، أَتُدْرُونَ مَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ مثلُ قَوْمٍ خَافُوا عَدُوًّا يَأْتِيهِمْ، فَبَعَثُوا رَجُلًا يَتَرَاءَى لَهُمْ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ أَبْصَرَ الْعَدُوَّ، فَأَقْبَلَ لِيُنْذِرَهُمْ وَخَشِيَ أَنْ يُدْرِكَهُ الْعَدُوُّ قَبْلَ أَنْ يُنْذِرَ قَوْمَهُ، فَأَهْوَى بِثَوْبِهِ: أَيُّهَا النَّاسُ، أُوتِيتُمْ. أَيُّهَا النَّاسُ، أُوتِيتُمْ -ثَلَاثَ مَرَّاتٍ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Basyir ibnul Muhajir, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

keluar menemui kami di suatu hari, lalu beliau berseru sebanyak tiga kali dan bersabda, "Tahukah kalian, seperti apakah perumpamaan antara aku dan kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."

Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya perumpamaan aku dan kalian bagaikan suatu kaum yang merasa khawatir akan kedatangan musuh yang menyerang mereka. Lalu mereka mengirim seorang lelaki untuk memata-matai

kedatangan musuh. Ketika ia telah berada di posisinya, tiba-tiba ia melihat musuh datang. Maka segera ia kembali untuk memperingatkan mereka dengan penuh kekhawatiran akan tersusul oleh musuh sebelum ia menyampai¬kan peringatan

dini kepada kaumnya, untuk itu ia melepaskan bajunya dan mengibar-ngibarkannya seraya berseru, "Hai kaumku, kalian akan diserang. Hai kaumku, kalian akan diserang, " sebanyak tiga kali. Masih dalam sanad yang sama disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ جَمِيعًا، إِنْ كَادَتْ لَتَسْبِقُنِي".


Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dengan hari kiamat berbarengan, hampir saja hari kiamat benar-benar mendahuluiku. Hadis diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya.

Surat Saba |34:47|

قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

qul maa sa`altukum min ajrin fa huwa lakum, in ajriya illaa 'alalloh, wa huwa 'alaa kulli syai`in syahiid

Katakanlah (Muhammad), "Imbalan apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Imbalanku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."

Say, "Whatever payment I might have asked of you - it is yours. My payment is only from Allah, and He is, over all things, Witness."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah) kepada mereka! ("Upah apa pun yang aku minta kepada kalian) atas menyampaikan peringatan dan menyampaikan risalah Rabbku (maka upah itu untuk kalian)

maksudnya aku tidak meminta upah apa pun atas hal ini. (Upahku tiada lain) tidak lain upahku (hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu") Maha Menyaksikan dan Maha Mengetahui tentang kebenaranku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 47 |

Tafsir ayat 47-50

Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik:


{مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ}


Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. (Saba: 47) Maksudnya, aku tidak menginginkan dari kalian upah dan pemberian apapun sebagai imbalan dari penyampaian risalah Allah Swt. ini kepada kalian, tidak (pula) untuk peringatanku kepada kalian dan perintahku kepada kalian untuk menyembah Allah.


{إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ}


Upahku hanyalah dari Allah. (Saba: 47) Yakni sesungguhnya aku hanya memohon pahala hal tersebut dari sisi Allah


{وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ}


dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Saba: 47) Dia mengetahui semua urusan yang sedang kulakukan dalam menjalankan tugas risalah dari-Nya untuk kusampaikan kepada kalian, dan Dia mengetahui pula apa yang sedang kalian kerjakan. Firman Allah Swt.:


قُلْ إِنَّ رَبِّي يَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلامُ الْغُيُوبِ


Katakanlah, Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib.” (Saba: 48) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}


Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. (Al-Mu-min: 15) Allah Swt. mengutus malaikat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya

yang ada di bumi, dan Dia Maha Mengetahui yang gaib. Maka tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Firman Allah Swt.:


{قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ}


Katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (Saba: 49) Yaitu telah datang perkara hak dari Allah dan syariat yang besar. Maka pastilah kebatilan itu akan pudar,

surut dan menghilang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ [فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ ] }


Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiya: 18) Karena itulah ketika Rasulullah Saw. memasuki Masjidil Haram pada hari

jatuhnya kota Mekah, dan beliau melihat banyak berhala yang dipasang di sekeliling Ka'bah, lalu beliau mendorong sebagian dari berhala itu dengan busurnya seraya membaca firman-Nya:


{وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا}


Dan katakanlah, "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Al-Isra: 81)


{قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ}


Katakanlah, "Kebenaran lelah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (Saba: 49) Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai

sehubungan dengan tafsir ayat ini; mereka semuanya meriwayatkannya melalui hadis As-Sauri, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar alias Abdullah ibnu Sahlrah, dari Ibnu Mas'ud r.a.

Makna yang dimaksud ialah kebatilan itu pasti akan lenyap, tidak akan kembali lagi, serta tidak mempunyai kepemimpinan lagi, sesudah datangnya perkara hak. Qatadah dan As-Saddi menduga bahwa makna yang dimaksud dengan batil

dalam ayat ini adalah iblis. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa iblis itu tidak dapat menciptakan satu orang pun dan tidak dapat menghidupkannya kembali, serta tidak akan mampu melakukan semuanya itu.

Sekalipun artinya benar, tetapi bukan makna yang dimaksud dalam ayat ini; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَى نَفْسِي وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي}


Katakanlah, "Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri. Dan jika aku mendapat petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Saba: 50)

Yakni kebaikan itu semuanya dari sisi Allah melalui apa yang diturunkan oleh-Nya berupa wahyu dan kebenaran yang jelas yang di dalamnya terkandung petunjuk, penjelasan, dan bimbingan.

Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kemudaratan kesesatannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri karena ulahnya sendiri. Abdullah ibnu Mas'ud r.a. ketika ditanya tentang suatu masalah yang berkaitan

dengan Mufawwidah mengatakan, "Aku akan menjawab menurut pendapatku sendiri. Jika benar, berarti dari sisi Allah. Dan jika keliru, maka dari sisiku dan dari setan, sedangkan Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari pendapatku yang keliru itu." , Firman Allah Swt.:


{إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ}


Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. (Saba: 50) Allah Maha mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Mahadekat yang karenanya Dia memperkenankan doa orang yang memohon kepada-Nya.

Sehubungan dengan hal ini Imam Nasai telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Musa r.a. yang terdapat di dalam kitab Sahihain pula, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda (kepada para sahabatnya yang berzikir terlalu keras):


"إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا، إِنَّمَا تَدْعُونَ سميعا قريبا مجيبا".


Sesungguhnya kalian berseru (berdoa) bukan kepada Tuhan yang tuli dan bukan pula kepada Tuhan yang gaib, sesungguhnya kalian sedang berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar, Mahadekat, lagi Maha Memperkenankan (doa).

Surat Saba |34:48|

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَّامُ الْغُيُوبِ

qul inna robbii yaqżifu bil-ḥaqq, 'allaamul-ghuyuub

Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib."

Say, "Indeed, my Lord projects the truth. Knower of the unseen."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Sesungguhnya Rabbku mewahyukan kebenaran) yakni menyampaikannya kepada nabi-nabi-Nya (Dia Maha Mengetahui segala yang gaib") semua apa yang gaib dari makhluk-Nya baik yang di langit maupun yang di bumi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 48 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Saba |34:49|

قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ

qul jaaa`al-ḥaqqu wa maa yubdi`ul-baathilu wa maa yu'iid

Katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi."

Say, "The truth has come, and falsehood can neither begin [anything] nor repeat [it]."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Kebenaran telah datang) yakni agama Islam (dan yang batil itu tidak akan memulai) kekafiran itu tidak akan memulai (dan tidak pula akan mengulangi") tidak akan ada bekasnya lagi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 49 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Saba |34:50|

قُلْ إِنْ ضَلَلْتُ فَإِنَّمَا أَضِلُّ عَلَىٰ نَفْسِي ۖ وَإِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوحِي إِلَيَّ رَبِّي ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ

qul in dholaltu fa innamaaa adhillu 'alaa nafsii, wa inihtadaitu fa bimaa yuuḥiii ilayya robbii, innahuu samii'ung qoriib

Katakanlah, "Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat untuk diriku sendiri, dan jika aku mendapat petunjuk maka itu disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Dekat."

Say, "If I should err, I would only err against myself. But if I am guided, it is by what my Lord reveals to me. Indeed, He is Hearing and near."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Jika aku sesat) dari kebenaran (maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri) yakni dosa kesesatanku ditanggung oleh diriku

(dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Rabbku kepadaku) berupa Alquran dan Hadis Hikmah. (Sesungguhnya Dia Maha Mendengar) Maha mengabulkan doa (lagi Maha Dekat.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 50 |

penjelasan ada di ayat 47

Surat Saba |34:51|

وَلَوْ تَرَىٰ إِذْ فَزِعُوا فَلَا فَوْتَ وَأُخِذُوا مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ

walau tarooo iż fazi'uu fa laa fauta wa ukhiżuu mim makaaning qoriib

Dan (alangkah mengerikan) sekiranya engkau melihat mereka (orang-orang kafir) ketika terperanjat ketakutan (pada hari Kiamat), lalu mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka),

And if you could see when they are terrified but there is no escape, and they will be seized from a place nearby.

Tafsir
Jalalain

(Dan jika kamu melihat) hai Muhammad (ketika mereka terperanjat ketakutan) sewaktu mereka dibangkitkan, niscaya kamu akan melihat perkara yang hebat (maka mereka tidak dapat melepaskan diri)

dari kekuasaan Kami yang dimaksud adalah dari azab Kami (dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat) yaitu dari kubur mereka secara langsung.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 51 |

Tafsir ayat 51-54

Allah Swt. berfirman, bahwa sekiranya engkau, hai Muhammad, menyaksikan orang-orang yang mendustakan adanya hari kiamat itu dalam keadaan ngeri karena ketakutan pada hari kiamat nanti.


{فَلا فَوْتَ}


maka mereka tidak dapat melepaskan diri. (Saba: 51) Yakni mereka tidak mempunyai tempat menetap dan tidak pula ada yang menolong atau melindungi mereka.


وَأُخِذُوا مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ}


dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka) (Saba: 51) Maksudnya, mereka tidak diberi kesempatan untuk melarikan diri, bahkan mereka langsung ditangkap sejak semula (mereka dibangkitkan).

Menurut Al-Hasan Al-Basri, saat mereka dibangkitkan dari kuburnya. Mujahid, Atiyyah Al-Aufi, dan Qatadah mengatakan dari bawah telapak kaki mereka, mereka diambil.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. dan Ad-Dahhak, bahwa makna yang dimaksud adalah siksaan mereka di dunia. Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan, makna yang dimaksud ialah terbunuhnya sebagian dari mereka dalam Perang Badar.

Pendapat yang sahih menyebutkan bahwa makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah kejadiannya terjadi pada hari kiamat, sekalipun apa yang telah disebutkan sebelumnya berkaitan erat dengan makna ayat ini.

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian mereka, bahwa makna yang dimaksud ialah suatu pasukan yang dilenyapkan di antara kota Mekah dan Madinah dalam masa pemerintahan Banil Abbas.

Kemudian Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis berkenaan dengan pendapatnya ini, tetapi hadisnya maudu' dan tidak usah disebut lagi di sini; pendapat ini sangat aneh dari Ibnu Jarir. Firman Allah Swt.:


{وَقَالُوا آمَنَّا بِهِ}


dan (di waktu itu) mereka berkata, "Kami beriman kepada Allah.” (Saba: 52) Yakni pada hari kiamat mereka mengatakan, "Kami beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya." Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُؤوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}


Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar,

maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (As-Sajdah: 12) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَأَنَّى لَهُمُ التَّنَاوُشُ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}


bagaimana mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu. (Saba: 52) Artinya, mana mungkin mereka dapat beriman, sedangkan mereka telah dijauhkan dari tempat yang padanya iman dapat diterima dari mereka;

dan kini mereka telah berada di kampung akhirat, yaitu negeri pembalasan, bukan lagi negeri ujian. Seandainya mereka dahulu sewaktu di dunia beriman, tentulah hal itu bermanfaat bagi mereka. Tetapi sesudah mereka berada di negeri akhirat,

maka tiada jalan lagi bagi mereka untuk dapat diterima imannya, sebagaimana halnya tiada jalan untuk meraih sesuatu yang dijangkau dari tempat yang jauh di luar jangkauannya. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

bagaimana mereka dapat mencapai (keimanan) (Saba: 52) Yakni mustahil bagi mereka dapat meraihnya. Az-Zuhri mengatakan bahwa tanawusy artinya upaya mereka meraih keimanan, padahal mereka telah berada di akhirat

dan telah terputus dari dunia. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, sesungguhnya mereka mengejar sesuatu yang di luar jangkauannya. Begitulah keadaan mereka, mereka meraih keimanan dari tempat yang jauh.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa mereka meminta agar dapat dikembalikan ke dunia untuk melakukan tobat dari perbuatannya itu, padahal tidak ada masa lagi untuk kembali dan tidak pula untuk bertobat. Hal yang telah dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi rahimahullah. ' Firman Allah Swt.:


{وَقَدْ كَفَرُوا بِهِ مِنْ قَبْلُ}


Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu. (Saba: 53) Yaitu mana mungkin iman berhasil mereka raih di negeri akhirat, karena sebelum itu sewaktu di dunia mereka telah ingkar terhadap perkara yang hak dan mendustakan rasul-rasul Allah.


{وَيَقْذِفُونَ بِالْغَيْبِ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}


dan mereka menduga-duga tentang yang gaib dari tempat yang jauh. (Saba: 53) Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka menduga-duga tentang yang gaib (Saba: 53)

Bahwa makna yang dimaksud adalah menebak-nebak dengan dugaan. Menurut hemat kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{رَجْمًا بِالْغَيْبِ}


sebagai terkaan terhadap barang yang gaib. (Al-Kahfi: 22) Adakalanya mereka menyebut Nabi Saw. sebagai seorang penyair, dan adakalanya menamainya sebagai tukang ramal, adakalanya menyebutnya sebagai tukang sihir,

adakalanya pula mengatakannya sebagai orang gila, dan masih banyak lagi perkataan-perkataan yang batil dari mereka ditujukan kepada Nabi Saw. Mereka mendustakan adanya hari berbangkit dan alam akhirat.


{إِنْ نَظُنُّ إِلا ظَنًّا وَمَا نَحْنُ بِمُسْتَيْقِنِينَ}


kami sekali-sekali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-sekali tidak meyakininya. (Al-Jasiyah: 32) Qatadah dan Mujahid mengatakan bahwa mereka mengira tidak ada hari berbangkit, tidak ada surga, dan tidak ada pula neraka. Firman Allah Swt.:


{وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ}


Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini. (Saba: 54) Al-Hasan Al-Basri Ad-Dahhak, dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah iman. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini. (Saba: 54) Yakni tobat. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan dihalangi antara mereka

dengan apa yang mereka ingini. (Saba: 54) Yakni dari dunia ini berupa harta benda, perhiasan duniawi, dan keluarga (anak-anak). Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ar-Rabi, ibnu Anas r.a. Pendapat inilah

yang dipegang oleh Imam Bukhari dan Jamaah. Sebenarnya tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena sesungguhnya adakalanya dihalangi antara mereka dengan apa yang diingini oleh mereka di dunia ini,

juga antara mereka dengan apa yang dicari mereka di akhirat, mereka tidak mendapatkannya. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib lagi aneh sekali, ia mengetengahkannya

secara panjang lebar seperti berikut: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Hajar Asy-Syami, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mansur Al-Anbari, dari Ar-Ruqqi Ibnu Qattami,

dari Sa'id ibnu Tarif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini. (Saba: 54), hingga akhir ayat.

Ibnu Abbas bercerita bahwa dahulu ada seorang lelaki dari kaum Bani Israil yang banyak mempunyai harta berupa tanah yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya dari hasil perjuangannya di jalan Allah.

Lalu ia meninggal dunia, dan hartanya diwarisi oleh anak lelaki tunggalnya yang pendurhaka. Dia menggunakan harta Allah untuk perbuatan-perbuatan yang durhaka.

Ketika saudara-saudara ayahnya menyaksikan dia berbuat demikian, maka mereka mendatanginya, lalu mencela apa yang dilakukannya. Si anak merasa terganggu, lalu diam-diam ia menjual semua tanah hasil warisannya.

Kemudian pemuda itu (si anak tersebut) pergi dan datang ke sebuah mata air yang berlimpah airnya, maka ia melepaskan hewan ternaknya di tempat itu dan membangun sebuah gedung.

Di suatu hari ketika ia sedang duduk, tiba-tiba angin bertiup mengenduskan kepadanya bau seorang wanita yang sangat cantik lagi sangat harum baunya.

Wanita itu menemuinya dan bertanya kepadanya, "Wahai hamba Allah, siapakah Anda?" Pemuda itu menjawab, "Saya adalah seorang Bani Israil." Wanita itu bertanya, "Apakah gedung dan harta ini kepunyaanmu?"

Pemuda menjawab, "Ya." Wanita bertanya, "Apakah engkau mempunyai istri?" Pemuda menjawab, "Tidak." Wanita bertanya, "Bagaimana kamu hidup senang tanpa istri?" Pemuda menjawab, "Memang itulah apa adanya tentang diriku."

Pemuda itu balik bertanya, "Apakah engkau mempunyai suami?" Wanita itu menjawab, "Tidak." Pemuda itu bertanya, "Bolehkah jika aku mengambilmu sebagai istriku?" Wanita menjawab, "Sesungguhnya aku adalah seorang wanita

yang tinggal sejauh perjalanan sehari dari tempatmu ini. Untuk itu apabila esok tiba, ambillah bekal yang cukup untuk sehari, lalu datanglah kepadaku. Dan jika engkau melihat hal-hal yang menakutkan dalam perjalananmu, janganlah sekali-kali kamu merasa takut."

Pada keesokan harinya pemuda itu membawa bekal sehari, lalu berangkat, hingga sampailah di sebuah gedung. Ia mengetuk pintunya, lalu keluarlah seorang pemuda yang sangat tampan lagi sangat harum baunya menyambutnya seraya bertanya, "Siapakah Anda, hai hamba Allah?"

Pemuda itu menjawab, "Saya adalah seorang Israil." Penjaga pintu bertanya, "Apakah keperluanmu datang ke sini?" Pemuda itu menjawab, "Pemilik gedung ini telah mengundangku untuk menemuinya." Penjaga pintu berkata, "Kamu benar."

Penjaga pintu bertanya, "Apakah di perjalanan kamu melihat hal-hal yang menakutkan?" Pemuda ini menjawab, "Benar, seandainya tidak ada nasihat dari dia yang mengatakan agar aku jangan takut, tentulah aku akan ketakutan melihatnya." Penjaga pintu bertanya, "Apa sajakah yang kamu lihat?"

Si pemuda menjawab, "Saya berangkat. Dan ketika sampai di jalan yang terbuka, tiba-tiba saya bersua dengan seekor anjing betina yang mengangakan mulutnya. Maka saya terkejut, lalu melarikan diri.

Tetapi tiba-tiba anjing betina itu telah berada di hadapanku dan aku berada di belakangnya. Dan tiba-tiba anak-anaknya yang masih ada di dalam perutnya menggonggong." Penjaga pintu itu berkata kepadanya menjelaskan,

"Sebenarnya tidak seperti yang kamu lihat, itu adalah gambaran tentang apa yang akan terjadi di akhir zaman. Seorang pemuda duduk di tempat duduk seorang syekh dalam suatu majelis, dan ia dengan bicaranya membuat mereka senang."

Si pemuda melanjutkan ceritanya, bahwa ia melanjutkan per¬jalanannya. Ketika sampai di jalan yang lebar, tiba-tiba ia bersua dengan seratus ekor kambing yang besar-besar teteknya, dan tiba-tiba terdapat anak kambing yang sedang menyusu.

Apabila anak kambing itu telah menyusu kepada semua kambing betina tersebut hingga tiada air susu lagi yang tersisa, maka ia membukakan mulutnya mencari tambahan menyusu.

Penjaga pintu itu berkata, "Pada hakikatnya tidaklah seperti yang kamu lihat. Itu adalah tamsil yang menggambarkan keadaan nanti di akhir zaman, akan ada raja yang menghimpun semua orang yang pendiam.

Setelah ia menduga bahwa tiada sesuatu pun yang tersisa, maka ia membukakan mulutnya mencari tambahan lagi." Pemuda itu melanjutkan kisahnya, bahwa ia melanjutkan perjalanannya hingga sampai di suatu jalan yang lebar.

Tiba-tiba ia menjumpai pohon-pohon yang salah satunya membuat ia tertarik karena warnanya yang hijau segar, lalu ia hendak memetiknya, Tiba-tiba ada pohon lain yang berseru kepadanya, "Hai hamba Allah, ambillah dariku,"

sehingga semua pohon menyeru demikian kepadanya untuk mengambil darinya. Penjaga pintu itu menjawab, "Pada hakikatnya tidaklah seperti yang kamu saksikan. Itu merupakan gambaran di akhir zaman, yaitu kaum lelaki berkurang,

sedangkan kaum wanita banyak; sehingga seorang lelaki melamar seorang wanita, tetapi ada sepuluh orang atau dua puluh orang wanita yang menyerunya untuk kawin dengan mereka."

Pemuda itu melanjutkan kisahnya, bahwa ia melanjutkan perjalanannya. Ketika sampai di jalan yang lebar, tiba-tiba bersua dengan seorang lelaki yang berdiri di pinggir sebuah sumur menimbakan air buat orang-orang.

Dan apabila orang-orang telah bubar darinya, maka ia menuangkan air yang ada dalam gentongnya sehingga tiada setetes air pun yang tersisa pada gentongnya. Penjaga pintu itu berkata, "Pada hakikatnya tidaklah seperti yang kamu lihat.

Itu merupakan gambaran yang akan terjadi di akhir zaman. Seorang pendongeng memberikan pelajaran ilmu kepada orang-orang lain, kemudian ia sendiri bersikap berbeda dengan mereka dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat."

Pemuda itu melanjutkan kisahnya, bahwa ia melanjutkan perjalanannya. Ketika sampai di jalan yang lebar, tiba-tiba ia menjumpai sekumpulan kambing betina, dan tiba-tiba ada suatu kaum yang mengambil kakinya, ada seorang lelaki

yang mengambil tanduknya, ada seorang lelaki yang mengambil ekornya, ada pula yang menungganginya. Dan tiba-tiba ada seorang lelaki yang memerah air susunya. Penjaga pintu itu berkata, "Adapun kambing betina itu merupakan tamsil

dari dunia, orang-orang yang mengambil kakinya adalah mereka yang taraf hidupnya rendah, dan mereka yang memegang kedua tanduknya adalah orang yang dalam kehidupannya mengalami kesempitan.

Adapun orang yang memegang ekornya menggambarkan bahwa dunia berpaling darinya. Dan orang yang menungganginya adalah orang yang meninggalkan duniawi, sedangkan orang yang memerahnya adalah orang yang mengambil dunia itu."

Pemuda itu melanjutkan, bahwa ia melanjutkan perjalanannya hingga sampai di jalan yang lebar. Tiba-tiba ia bersua dengan seorang lelaki yang sedang menimba air di suatu sumur; setiap kali dia mengeluarkan timbanya dari dalam sumur,

maka ia tumpahkan lagi airnya ke dalam sumur itu. Penjaga pintu itu berkata, bahwa itu merupakan gambaran seseorang yang Allah menolak amal salehnya dan tidak menerimanya. Pemuda itu melanjutkan kisahnya, bahwa ia melanjutkan

perjalanannya hingga sampai di jalan yang lebar. Tiba-tiba ia menjumpai seorang laki-laki yang sedang menyemaikan benihnya, lalu ia langsung menuai hasilnya yang berupa gandum yang bermutu tinggi lagi baik;

Penjaga pintu itu berkata, "Itu merupakan gambaran tentang seorang laki-laki yang amal salehnya diterima dan dikembangkan pahalanya baginya." Pemuda itu melanjutkan kisahnya, bahwa ia melanjutkan perjalanannya hingga sampai di jalan

yang lebar. Tiba-tiba ia bersua dengan seorang lelaki yang sedang terlentang, lalu lelaki itu berkata, "Hai hamba Allah, mendekatlah kepadaku, peganglah tanganku, dan dudukkanlah aku. Demi Allah, aku belum pernah duduk

sejak diciptakan oleh Allah." Maka aku (pemuda itu) memegang tangannya dan ia pun berdiri, lalu lari hingga hilang dari pandangan mataku. Penjaga pintu itu berkata kepadanya, "Ini adalah usia orang yang dijauhkan yang telah habis.

Aku adalah malaikat maut, dan aku jualah wanita yang datang kepadamu itu. Allah telah memerintahkan kepadaku agar mencabut nyawa orang yang dijauhkan di tempat ini, kemudian aku masukkan dia ke dalam neraka Jahannam."

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa berkenaan dengan kisah yang semisal ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini. (Saba: 54)

Asar ini garib, dan mengenai kesahihannya masih sangat diragukan. Barangkali yang dimaksud oleh Ibnu Abbas sehubungan dengan kisah ini ialah bahwa orang-orang kafir itu semuanya bila dimatikan, arwah mereka

dalam keadaan bergantung kepada kehidupan dunia (yaitu mencintainya). Sebagaimana yang terjadi dengan pemuda yang teperdaya ini lagi terfitnah dengan kekayaannya. Dia pergi untuk mencari apa yang didambakannya,

tetapi tiba-tiba malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya sekonyong-konyong, sehingga terhalanglah dia dari apa yang diingininya. Firman Allah Swt.:


{كَمَا فُعِلَ بِأَشْيَاعِهِمْ مِنْ قَبْلُ}


sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. (Saba: 54) Yakni sebagaimana yang telah dilakukan terhadap umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul;

ketika azab Allah datang menimpa mereka, maka mereka berangan-angan seandainya saja mereka dahulu beriman. Tetapi nasi telah menjadi bubur, iman mereka saat itu tidak dapat diterima. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ. فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ}


Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan(nya) dengan Allah.” Maka iman mereka

tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksaan Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. (Al-Mu-min: 84-85) Adapun firman Allah Swt.:


{إِنَّهُمْ كَانُوا فِي شَكٍّ مُرِيبٍ}


Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam. (Saba: 54) Yakni mereka dahulu sewaktu di dunia selalu berada dalam keraguan dan kebimbangan, karena itulah iman mereka tidak diterima saat mereka

menyaksikan azab Allah. Qatadah pernah mengatakan, "Janganlah kamu ragu dan bimbang. Karena sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan bimbang dan ragu, maka ia dibangkitkan dalam keadaan seperti waktu ia mati. Dan barang siapa yang mati dalam keadaan yakin, maka ia akan dibangkitkan dalam keadaan yakni pula.

Surat Saba |34:52|

وَقَالُوا آمَنَّا بِهِ وَأَنَّىٰ لَهُمُ التَّنَاوُشُ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

wa qooluuu aamannaa bih, wa annaa lahumut-tanaawusyu mim makaanim ba'iid

dan (ketika) mereka berkata, "Kami beriman kepada-Nya." Namun bagaimana mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh?

And they will [then] say, "We believe in it!" But how for them will be the taking [of faith] from a place far away?

Tafsir
Jalalain

(Dan di waktu itu mereka berkata, "Kami beriman kepada-Nya) yakni kepada Nabi Muhammad, atau kepada Alquran (bagaimanakah mereka dapat mencapai)

meraih keimanan; dapat dibaca Tanaawusy atau huruf Wau diganti menjadi Hamzah, sehingga bacaannya menjadi Tanaa-usy maksudnya amat mustahillah mereka dapat mencapai keimanan

(dari tempat yang jauh itu") dari tempatnya yang sekarang, karena mereka sekarang berada di alam akhirat dan tempat keimanan itu ada di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 52 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Saba |34:53|

وَقَدْ كَفَرُوا بِهِ مِنْ قَبْلُ ۖ وَيَقْذِفُونَ بِالْغَيْبِ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

wa qod kafaruu bihii ming qobl, wa yaqżifuuna bil-ghoibi mim makaanim ba'iid

Dan sungguh, mereka telah mengingkari Allah sebelum itu, dan mereka mendustakan tentang yang gaib dari tempat yang jauh.

And they had already disbelieved in it before and would assault the unseen from a place far away.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu) sewaktu mereka hidup di dunia (dan mereka menduga-duga) meramal-ramal

(tentang yang gaib dari tempat yang jauh) yaitu terhadap hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan mereka, karena mereka sewaktu di dunia mengatakan terhadap Nabi, bahwa Dia adalah penyihir,

tukang syair dan tukang ramal. Mereka mengatakan tentang Alquran, bahwa itu adalah sihir, syair, dan ramalan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 53 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Saba |34:54|

وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ كَمَا فُعِلَ بِأَشْيَاعِهِمْ مِنْ قَبْلُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا فِي شَكٍّ مُرِيبٍ

wa hiila bainahum wa baina maa yasytahuuna kamaa fu'ila bi`asy-yaa'ihim ming qobl, innahum kaanuu fii syakkim muriib

Dan diberi penghalang antara mereka dengan apa yang mereka inginkan sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang sekelompok dengan mereka yang terdahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam.

And prevention will be placed between them and what they desire, as was done with their kind before. Indeed, they were in disquieting denial.

Tafsir
Jalalain

(Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini) yakni ingin beriman, maksudnya iman mereka tidak diterima lagi, karena waktunya sudah habis

(sebagaimana dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka) yakni golongan-golongan mereka dalam hal kekafiran (pada masa dahulu) sebelum mereka.

(Sesungguhnya mereka dahulu di dunia dalam keraguan yang mendalam) tentang hal-hal yang sekarang mereka imani; disebabkan sewaktu di dunia mereka tidak mau menganggap dalil-dalil yang menunjuk ke arahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Saba | 34 : 54 |

penjelasan ada di ayat 51

Surat Fatir |35:1|

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

al-ḥamdu lillaahi faathiris-samaawaati wal-ardhi jaa'ilil-malaaa`ikati rusulan uliii ajniḥatim maṡnaa wa ṡulaaṡa wa rubaa', yaziidu fil-kholqi maa yasyaaa`, innalloha 'alaa kulli syai`ing qodiir

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan Bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[All] praise is [due] to Allah, Creator of the heavens and the earth, [who] made the angels messengers having wings, two or three or four. He increases in creation what He wills. Indeed, Allah is over all things competent.

Tafsir
Jalalain

(Segala puji bagi Allah) Allah memuji diri-Nya dengan kalimat tersebut, sebagaimana keterangan yang telah disebutkan dalam awal surah As-Saba (Pencipta langit dan bumi)

yang menciptakan keduanya tanpa konsep terlebih dahulu (Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan) kepada para nabi (yang mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga dan empat.

Allah menambahkan pada ciptaan-Nya) yakni menciptakan malaikat dan lain-lainnya (apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fatir | 35 : 1 |

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Ibrahin ibnu Muhajir, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ia masih belum mengerti makna Fathirus samawati wal ardi sebelum ada dua orang Badui

yang datang kepadanya mempersengketakan sebuah sumur. Maka salah seorangnya berkata kepada yang lain (seterunya), "Akulah yang mulai membuatnya," dengan ungkapan 'ana fatartuha.' Ibnu Abbas mengatakan pula

sehubungan dengan makna firman-Nya: Pencipta langit dan bumi. (Fathir: 1) Yakni Yang menciptakan langit dan bumi. Ad-Dahhak mengatakan bahwa semua lafaz Fathir yang ada di dalam Al-Qur'an bermakna menciptakan. Firman Allah Swt.:


{جَاعِلِ الْمَلائِكَةِ رُسُلا}


Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan. (Fathir: 1) yang antara Dia dan nabi-nabi-Nya.


{أُولِي أَجْنِحَةٍ}


yang mempunyai sayap. (Fathir: 1) yang dengan sayap itu mereka terbang untuk mencapai tempat yang diperintahkan kepada mereka untuk sampai kepadanya dengan cepat.


{مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ}


masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. (Fathir: 1) Yakni di antara mereka ada yang mempunyai dua buah sayap, ada yang mempunyai tiga buah sayap, dan ada yang mempunyai empat buah sayap,

ada pula yang mempunyai sayap lebih banyak dari itu. Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. melihat Malaikat Jibril a.s. di malam Isra dalam rupa aslinya dengan enam ratus sayap,

lebar antara kedua sayapnya sama dengan jarak antara timur dan barat. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}


Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (Fathir: 1) As-Saddi mengatakan bahwa Allah Swt. menambahkan sayap para malaikat-Nya

dan menciptakan mereka menurut apa yang dikehendaki-Nya. Az-Zuhri dan Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. (Fathir: 1)

Yakni keindahan suara. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Kitabul Adab dan Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya melalui Az-Zuhri. Menurut qiraat yang syaz disebutkan dengan bacaan fil halqi

dengan memakai ha (yang artinya menambah jangkauan terbangnya, pent.); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Surat Fatir |35:2|

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

maa yaftaḥillaahu lin-naasi mir roḥmatin fa laa mumsika lahaa, wa maa yumsik fa laa mursila lahuu mim ba'dih, wa huwal-'aziizul-ḥakiim

Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya, dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Whatever Allah grants to people of mercy - none can withhold it; and whatever He withholds - none can release it thereafter. And He is the Exalted in Might, the Wise.

Tafsir
Jalalain

(Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat) seperti rezeki dan hujan (maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah)

dari hal-hal tersebut (maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu) sesudah Allah menahannya. (Dan Dialah Yang Maha Perkasa) Maha Menang atas perkara-Nya (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fatir | 35 : 2 |

Allah Swt. menyebutkan bahwa apa saja yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak ada. Tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang Dia berikan, dan tiada seorang pun yang dapat memberi apa yang Dia cegah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ، أَخْبَرَنَا عَامِرٌ، عَنْ ورَّاد -مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ-قَالَ: كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ: اكْتُبْ لِي بِمَا سمعتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَدَعَانِي الْمُغِيْرَةُ فَكَتَبْتُ إِلَيْهِ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ من الصلاة قال: "لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الجَدّ مِنْكَ الجَدّ"، وَسَمِعْتُهُ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ، وَعَنْ وَأْدِ الْبَنَاتِ، وَعُقُوقِ الْأُمَّهَاتِ، ومَنْع وهَات.


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Mugirah, telah menceritakan kepada kami Amir, dari Warid maula Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang mengatakan, bahwa sesungguhnya

Mu'awiyah pernah berkirim surat kepada Al-Mugirah ibnu Syu'bah r.a. yang isinya menyebutkan, "Tuliskanlah buatku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Saw.”

Maka Al-Mugirah berdoa untukku, lalu aku berkirim surat dengan menuliskan, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. apabila telah selesai dari salat mengucapkan doa berikut: '

Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya Kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan,

dan tiada seorang pun yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau cegah, dan tiada seorang pun yang dapat memberikan suatu manfaat tanpa seizin dari-Mu betapapun besarnya dia.'

Dan aku pernah mendengar beliau Saw. melarang banyak bicara, banyak bertanya, menghambur-hamburkan harta, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menyakiti ibu, bersifat kikir, serta suka meminta-minta.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari orang yang menyampaikannya. Disebutkan pula di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. apabila mengangkat kepalanya dari rukuk mengucapkan doa berikut:


"سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمْدُهُ، اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، مَلْءَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَمَلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ. اللَّهُمَّ، أهلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ. أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ. اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الجَدّ مِنْكَ الْجَدُّ"


Allah Maha Mendengar terhadap orang yang memuji-Nya, Ya Allah, Tuhan kami, bagi-Mulah segala puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki dari sesuatu sesudahnya. Ya Allah, Pemilik segala pujian

dan keagungan, sebagai perkataan yang paling berhak diucapkan oleh seorang hamba, dan kami semua adalah hamba-Mu. Ya Allah, tiada seorang pun yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, dan tiada seorang pun

yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak dapat memberi manfaat apa pun keagungan seseorang di hadapan keagungan-Mu. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:


وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Al-An'am: 17)

Ayat yang semakna masih banyak. Dan Imam Malik rahimahullah telah mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengatakan bahwa dahulu apabila diberi hujan, mereka mengatakan, 'Kita diberi hujan oleh bintang Fat-h

(yakni munculnya bintang itu sebelumnya)," lalu Abu Hurairah membacakan firman-Nya: Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya;

dan apa saja yang ditahan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Fathir: 2) Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Abu Hurairah r.a.:

Surat Fatir |35:3|

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

yaaa ayyuhan-naasużkuruu ni'matallohi 'alaikum, hal min khooliqin ghoirullohi yarzuqukum minas-samaaa`i wal-ardh, laaa ilaaha illaa huwa fa annaa tu`fakuun

Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan Bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan)?

O mankind, remember the favor of Allah upon you. Is there any creator other than Allah who provides for you from the heaven and earth? There is no deity except Him, so how are you deluded?

Tafsir
Jalalain

(Hai manusia!) penduduk Mekah (Ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian) yang telah menempatkan kalian di tanah suci dan yang mencegah serangan-serangan dari luar terhadap kalian.

(Adakah sesuatu pencipta) huruf Min di sini adalah Zaidah atau tambahan, lafal Khaaliqin sebagai Mubtada (selain Allah) kalau dibaca Ghairu berarti menjadi Na'at atau sifat secara Mahall dari lafal Khaaliqin,

kalau dibaca Ghairi berarti di'athafkan kepada lafal Khaaliqin secara Lafzhan, dan Khabar Mubtadanya adalah (yang dapat memberikan rezeki kepada kalian dari langit) yakni berupa hujan (dan)

dari (bumi) berupa tumbuh-tumbuhan. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir, yakni tidak ada pencipta dan tidak ada pemberi rezeki selain Allah.

(Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kalian berpaling) dari mentauhidkan-Nya Padahal kalian telah mengakui, bahwa Dia adalah Yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi rezeki.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Fatir | 35 : 3 |

Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya dan memberi mereka petunjuk kepada hal-hal yang mengarahkan mereka untuk mengakui keesaan Allah dan menyembah hanya kepada-Nya. Sebagaimana Allah sendirilah Yang menciptakan

dan Yang memberi rezeki, maka sudah sepantasnya bila Allah sematalah yang disembah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, seperti dengan berhala-berhala, tandingan-tandingan, dan sesembahan-sesembahan lainnya yang batil. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ}


Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (Fathir: 3) Yakni mengapa kalian berpaling dari mengesakan Allah sesudah adanya penjelasan dan bukti-bukti yang terang ini, lalu kalian menyembah sesudah itu tandingan-tandingan dan berhala-berhala; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.