Juz 29

Surat Al-Mulk |67:1|

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

tabaarokallażii biyadihil-mulku wa huwa 'alaa kulli syai`ing qodiir

Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,

Blessed is He in whose hand is dominion, and He is over all things competent -

Tafsir
Jalalain

(Maha Suci Allah) Maha Suci dari sifat-sifat semua makhluk (Yang di tangan kekuasaan-Nyalah) yang berada dalam pengaturan-Nyalah (segala kerajaan) segala kekuasaan dan pengaruh (dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 1 |

Tafsir ayat 1-5

Allah Swt. mengagungkan diri-Nya Yang Mahamulia dan memberitahukan bahwa di tangan kekuasaan-Nyalah semua kerajaan. Yakni Dialah Yang Mengatur semua makhluk menurut apa yang dikehendaki-Nya,

tiada akibat bagi apa yang telah diputuskan-Nya, dan tiada yang menanya tentang apa yang diperbuat-Nya karena keperkasaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan keadilan-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}


dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Mulk: 1) Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:


{الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ}


Yang menjadikan mati dan hidup. (Al-Mulk: 2) Sebagian ulama menyimpulkan dari makna ayat ini bahwa maut itu adalah hal yang konkret, karena ia adalah makhluk (yang diciptakan). Makna ayat ialah bahwa Allah-lah

yang menciptakan makhluk dari tiada menjadi ada untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal perbuatannya, seperti apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:


كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْواتاً فَأَحْياكُمْ


Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu. (Al-Baqarah: 28) Keadaan yang pertama dinamakan mati,

yaitu al- 'adam (ketiadaan), dan pertumbuhan ini dinamakan hidup. Karena itulah dalam firman berikutnya di sebutkan:


{ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ}


kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali. (Al-Baqarah: 28) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami

Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Khulaid, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang menjadikan mati dan hidup. (Al-Mulk: 2) Bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


«إِنَّ اللَّهَ أَذَلَّ بَنِي آدَمَ بِالْمَوْتِ وَجَعَلَ الدُّنْيَا دَارَ حَيَاةٍ ثُمَّ دَارَ مَوْتٍ وَجَعَلَ الْآخِرَةَ دَارَ جَزَاءٍ ثُمَّ دَارَ بَقَاءٍ»


Sesungguhnya Allah menghinakan anak Adam dengan mati, dan menjadikan dunia negeri kehidupan, lalu negeri kematian. Dan Dia menjadikan akhirat sebagai negeri pembalasan, lalu negeri kekekalan. Ma'mar telah meriwayatkan hadis ini dari Qatadah. Firman Allah Swt.:


{لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا}


supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (Al-Mulk: 2) Yakni yang terbaik amalnya, seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ajlan,

bahwa dalam hal ini Allah tidak mengungkapkannya dengan kalimat lebih banyak amalnya. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ}


Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 2) Yaitu Mahaperkasa lagi Mahabesar dan Mahakokoh Zat-Nya, selain itu Dia Maha Pengampun bagi orang yang bertobat dan kembali ke jalan-Nya

sesudah berbuat durhaka terhadap-Nya dan menentang perintah-Nya. Sekalipun Dia Mahaperkasa, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Pemaaf, dan Maha Penyantun. Selanjutnya disebutkan:


{الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا}


Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. (Al-Mulk: 3) Maksudnya, bertingkat-tingkat. Tetapi apakah satu sama lainnya berhubungan langsung, yakni satu sama lainnya berlapis-lapis, tanpa pemisah atau ada pemisah

di antara masing-masing lapisnya? Ada dua pendapat mengenainya, yang paling sahih adalah pendapat yang kedua, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh hadis Isra dan hadis lainnya. Firman Allh Swt:


{مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ}


Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. (Al-Mulk: 3) Yakni bahkan rapi sempurna,

tiada perbedaan, tiada kontradiksi, tiada kekurangan, tiada kelemahan, dan tiada cela. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ}


Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al-Mulk: 3) Artinya, pandanglah langit dan lihatlah baik-baik, apakah engkau melihat padanya suatu cela atau kekurangan atau kelemahan

atau keretakan? Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, As-Sauri, dan lain-lainnya telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al-Mulk: 3)

Misalnya, retak-retak pada langit. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al-Mulk: 3) Yakni lubang-lubang.

Ibnu Abbas dalam suatu riwayat menyebutkan bahwa makna futur ialah celah-celah yang menganga. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al-Mulk: 3) Hai Bani Adam, apakah kamu melihat adanya cela? Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ}


Kemudian pandanglah sekali lagi. (Al-Mulk: 4) Menurut Qatadah, yang dimaksud dengan karratain ialah dua kali, yakni sekali lagi dengan baik-baik.


{يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا}


niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat. (Al-Mulk: 4) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna

yang dimaksud ialah dalam keadaan terhina. Menurut Mujahid dan Qatadah, artinya dalam keadaan merasa kecil.


{وَهُوَ حَسِيرٌ}


dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (Al-Mulk: 4) Ibnu Abbas mengatakan bahwa maknanya ialah kelelahan. Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa al-hasir artinya terputus karena kepayahan.

Makna ayat ialah bahwa sekiranya engkau ulangi pandanganmu berapa kali pun banyaknya, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dalam keadaan:


{خَاسِئًا}


payah. (Al-Mulk: 4) karena tidak menemukan suatu cela atau suatu cacat pun padanya.


{وَهُوَ حَسِيرٌ}


dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (Al-Mulk: 4) Yakni lemah dan terputus karena kelelahan, sebab terlalu banyak bolak-balik, tetapi tidak melihat adanya suatu kekurangan atau cela pun.

Setelah menafikan kekurangan dalam penciptaan langit, lalu dijelaskan kesempurnaannya dan perhiasan yang menambah indahnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ}


Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. (Al-Mulk: 5) Yaitu bintang-bintang yang menghiasi langit, baik yang beredar maupun yang tetap. Firman Allah Swt:


{وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ}


dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan. (Al-Mulk: 5) Damir yang terdapat di dalam lafaz waja'alnaha kembali kepada jenis dari al-masabih, bukan kepada bentuknya.

Karena sesungguhnya bintang-bintang yang ada di langit tidaklah digunakan untuk melempari setan-setan, melainkan yang dipakai ialah nyala api yang lebih kecil daripada bintang-bintang itu sendiri,

atau barangkali nyala api itu bersumber darinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ}


dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5) Artinya, Kami jadikan kehinaan itu untuk setan-setan di dunia,

dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala di negeri akhirat. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:


إِنَّا زَيَّنَّا السَّماءَ الدُّنْيا بِزِينَةٍ الْكَواكِبِ وَحِفْظاً مِنْ كُلِّ شَيْطانٍ مارِدٍ لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جانِبٍ دُحُوراً وَلَهُمْ عَذابٌ واصِبٌ إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهابٌ ثاقِبٌ


Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka, setan-setan itu tidak dapat

mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barang siapa (di antara mereka)

yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 6-10) Qatadah mengatakan bahwa sesungguhnya bintang-bintang ini diciptakan

untuk tiga hal yaitu Allah menciptakannya untuk perhiasan bagi langit, dan sebagai pelempar setan, serta sebagai tanda-tanda untuk dijadikan petunjuk arah.

Maka barang siapa yang mempunyai takwilan lain selain dari yang telah disebutkan, berarti dia mengemukakan pendapatnya sendiri,memasuki bagian yang bukan bagiannya,

keliru dalam berpendapat, serta rnemaksakan dirinya terhadap apa yang tiada pengetahuan baginya tentang hal itu. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.

Surat Al-Mulk |67:2|

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

allażii kholaqol-mauta wal-ḥayaata liyabluwakum ayyukum aḥsanu 'amalaa, wa huwal-'aziizul-ghofuur

yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,

[He] who created death and life to test you [as to] which of you is best in deed - and He is the Exalted in Might, the Forgiving -

Tafsir
Jalalain

(Yang menjadikan mati) di dunia (dan hidup) di akhirat, atau yang menjadikan mati dan hidup di dunia. Nuthfah pada asalnya sebagai barang mati, kemudian jadilah ia hidup;

pengertian hidup ialah karena ia mempunyai perasaan. Pengertian mati adalah kebalikannya. Pengertian lafal al-khalqu berdasarkan makna yang kedua ini berarti memastikan (supaya Dia menguji kalian)

atau mencoba kalian di dalam kehidupan ini (siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya) maksudnya yang paling taat kepada Allah. (Dan Dia Maha Perkasa)

di dalam melakukan pembalasan terhadap orang yang durhaka kepada-Nya (lagi Maha Pengampun) kepada orang yang bertobat kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mulk |67:3|

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ

allażii kholaqo sab'a samaawaatin thibaaqoo, maa taroo fii kholqir-roḥmaani min tafaawut, farji'il-bashoro hal taroo min futhuur

yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?

[And] who created seven heavens in layers. You do not see in the creation of the Most Merciful any inconsistency. So return [your] vision [to the sky]; do you see any breaks?

Tafsir
Jalalain

(Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis) yakni sebagian di antaranya berada di atas sebagian yang lain tanpa bersentuhan. (Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Yang Maha Pengasih)

pada tujuh langit yang berlapis-lapis itu atau pada makhluk yang lain (sesuatu yang tidak seimbang) yang berbeda dan tidak seimbang.

(Maka lihatlah berulang-ulang) artinya lihatlah kembali ke langit (adakah kamu lihat) padanya (keretakan) maksudnya retak dan berbelah-belah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mulk |67:4|

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ

ṡummarji'il-bashoro karrotaini yangqolib ilaikal-bashoru khoosi`aw wa huwa ḥasiir

Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.

Then return [your] vision twice again. [Your] vision will return to you humbled while it is fatigued.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian pandanglah sekali lagi) ulangilah kembali penglihatanmu berkali-kali (niscaya akan berbalik) akan kembali (penglihatanmu itu kepadamu dalam keadaan hina)

karena tidak menemukan sesuatu cacat (dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah) yakni tidak melihat sama sekali adanya cacat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mulk |67:5|

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

wa laqod zayyannas-samaaa`ad-dun-yaa bimashoobiiḥa wa ja'alnaahaa rujuumal lisy-syayaathiini wa a'tadnaa lahum 'ażaabas-sa'iir

Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami menjadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala.

And We have certainly beautified the nearest heaven with stars and have made [from] them what is thrown at the devils and have prepared for them the punishment of the Blaze.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat) yang dekat dengan bumi (dengan lampu-lampu) dengan bintang-bintang (dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar)

alat untuk melempar dan merajam (setan-setan) bilamana mereka mencuri pembicaraan para malaikat dengan telinga mereka; umpamanya terpisah batu meteor

dari bintang-bintang itu yang bentuknya bagaikan segumpal api, lalu mengejar setan dan membunuhnya atau membuatnya cacat. Pengertian ini bukan berarti bahwa bintang-bintang itu lenyap dari tempatnya

(dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala) yang besar apinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Mulk |67:6|

وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

wa lillażiina kafaruu birobbihim 'ażaabu jahannam, wa bi`sal-mashiir

Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, akan mendapat azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.

And for those who disbelieved in their Lord is the punishment of Hell, and wretched is the destination.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang kafir kepada Rabb mereka, memperoleh azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali) yakni neraka Jahanam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 6 |

Tafsir ayat 6-11

Firman Allah Swt.:


{وَ}


Dan. (Al-Mulk: 6) Kami sediakan.


{لِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ}


bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Al-Mulk: 6) Yakni Jahanam itu adalah tempat kembali yang paling buruk.


{إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا}


Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan. (Al-Mulk: 7) Menurut Ibnu Jarir, makna yang dimaksud ialah suara jeritan.


{وَهِيَ تَفُورُ}


sedangkan neraka itu menggelegak. (Al-Mulk: 7) As-Sauri mengatakan bahwa neraka itu mendidih membakar mereka, sebagaimana sedikit biji-bijian yang digodok di dalam air yang banyak. Firman Allah Swt.:


{تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ}


hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. (Al-Mulk: 8) Yakni hampir-hampir neraka itu sebagian darinya terpisah dengan

sebagian lainnya karena kemarahan dan dendamnya yang sangat terhadap orang-orang kafir.


{كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نزلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا فِي ضَلالٍ كَبِيرٍ}


Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang , pemberi peringatan?"

Mereka menjawab, "Benar ada," sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun;

kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.” (Al-Mulk: 8-9) Allah Swt. menyebutkan tentang keadilan yang Dia terapkan terhadap makhluk-Nya,

bahwa Dia tidak mengazab seseorang melainkan sesudah menegakkan alasan terhadapnya dan setelah mengutus seorang rasul kepadanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


وَما كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا


dan Kami tidak mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15) Dan firman-Nya:


حَتَّى إِذا جاؤُها فُتِحَتْ أَبْوابُها وَقالَ لَهُمْ خَزَنَتُها أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آياتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قالُوا بَلى وَلكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذابِ عَلَى الْكافِرِينَ


Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakan pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu

ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab, "Benar (telah datang).” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 71)

Demikian pula mereka menyalahkan diri mereka sendiri dan menyesali perbuatannya, di saat tiada gunanya lagi penyesalan bagi mereka. Mereka mengatakan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ}


Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 10)

Yaitu sekiranya dahulu kami menggunakan akal kami dengan sebenarnya atau mendengarkan kebenaran yang diturunkan oleh Allah, niscaya kami tidak akan terjerumus ke dalam kekafiran kepada Allah

dan tidak teperdaya oleh kekafiran.Akan tetapi, ternyata dahulu kami tidak menggunakan pemahaman kami untuk menyadari apa yang disampaikan oleh para rasul,

dan tidak pula kami menggunakan akal kami yang dapat memberi petunjuk kepada kami untuk mengikuti para rasul. Maka Allah Swt. berfirman:


{فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لأصْحَابِ السَّعِيرِ}


Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ أَبِي البَخْتَريّ الطَّائِيِّ قَالَ: أَخْبَرَنِي مَنْ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "لَنْ يَهْلِكَ النَّاسُ حَتَّى يُعذِروا مِنْ أَنْفُسِهِمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul Buhturi At-Ta-i yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku

seseorang yang telah mendengarkan hadis berikut dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Manusia tidak akan binasa sebelum mereka menyadari akan kesalahan diri mereka sendiri. Di dalam hadis yang lain disebutkan:


"لَا يَدْخُلُ أَحَدٌ النَّارَ، إِلَّا وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ النَّارَ أَوْلَى بِهِ مِنَ الْجَنَّةِ"


Tidaklah seseorang masuk neraka melainkan dia menyadari bahwa neraka adalah tempat yang lebih layak baginya daripada surga.

Surat Al-Mulk |67:7|

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ

iżaaa ulquu fiihaa sami'uu lahaa syahiiqow wa hiya tafuur

Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu membara,

When they are thrown into it, they hear from it a [dreadful] inhaling while it boils up.

Tafsir
Jalalain

(Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan) yaitu suara yang tidak enak didengar sebagaimana suara keledai (sedang neraka itu menggelegar) yakni mendidih.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 7 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Mulk |67:8|

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ ۖ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ

takaadu tamayyazu minal-ghoiizh, kullamaaa ulqiya fiihaa faujun sa`alahum khozanatuhaaa a lam ya`tikum nażiir

hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan kedalamnya, penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu (di dunia)?"

It almost bursts with rage. Every time a company is thrown into it, its keepers ask them, "Did there not come to you a warner?"

Tafsir
Jalalain

(Hampir-hampir neraka itu terpecah-pecah) menurut suatu qiraat lafal tamayyazu dibaca tatamayyazu sesuai dengan asalnya, artinya terbelah-belah (lantaran marah)

karena murka kepada orang kafir. (Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan orang) segolongan di antara orang-orang kafir (penjaga-penjaga neraka itu bertanya kepada mereka)

dengan pertanyaan yang mengandung nada celaan, ("Apakah belum pernah datang kepada kalian seorang pemberi peringatan") maksudnya seorang rasul yang memberikan peringatan kepada kalian akan azab Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 8 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Mulk |67:9|

قَالُوا بَلَىٰ قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ

qooluu balaa qod jaaa`anaa nażiirun fa każżabnaa wa qulnaa maa nazzalallohu min syai`in in antum illaa fii dholaaling kabiir

Mereka menjawab, "Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar."

They will say," Yes, a warner had come to us, but we denied and said, 'Allah has not sent down anything. You are not but in great error.'"

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab, "Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakannya dan kami katakan, Allah tidak menurunkan sesuatu pun; tidak lain)

tiadalah (kamu hanyalah di dalam kesesatan yang besar.") Kalimat in antum illaa fii dhalaalin kabiir dapat dianggap sebagai perkataan para malaikat penjaga neraka kepada orang-orang kafir

sewaktu mereka dijelaskan sebagai orang-orang yang mendustakan rasul-rasul. Kalimat ini pun dapat pula dianggap sebagai perkataan orang-orang kafir sebagai alasan mereka tidak percaya kepada rasul-rasul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 9 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Mulk |67:10|

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

wa qooluu lau kunnaa nasma'u au na'qilu maa kunnaa fiii ash-ḥaabis-sa'iir

Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala."

And they will say, "If only we had been listening or reasoning, we would not be among the companions of the Blaze."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengarkan) maksudnya mendengar yang disertai pemahaman (atau memikirkan) memikirkan apa yang didengarnya,

yaitu peringatan rasul-rasul kepada mereka (niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 10 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Mulk |67:11|

فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ

fa'tarofuu biżambihim, fa suḥqol li`ash-ḥaabis-sa'iir

Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu.

And they will admit their sin, so [it is] alienation for the companions of the Blaze.

Tafsir
Jalalain

(Mereka mengakui) orang-orang kafir itu mengaku di saat tiada gunanya lagi pengakuan (dosa mereka) yaitu dosa mendustakan peringatan-peringatan. (Maka kebinasaanlah)

dapat dibaca fasuhqan dan fasuhuqan (bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala) mereka dijauhkan dari rahmat Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 11 |

penjelasan ada di ayat 6

Surat Al-Mulk |67:12|

إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

innallażiina yakhsyauna robbahum bil-ghoibi lahum maghfirotuw wa ajrung kabiir

Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

Indeed, those who fear their Lord unseen will have forgiveness and great reward.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya) mereka yang takut kepada-Nya (dalam sendirian) sewaktu mereka tidak kelihatan oleh orang lain, mereka tetap taat kepada-Nya.

Dengan demikian berarti bila mereka berada secara terang-terangan maka lebih takut lagi (mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar) yang dimaksud adalah surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 12 |

Tafsir ayat 12-15

Allah Swt. menceritakan perihal orang yang takut kepada kedudukan Tuhannya terhadap apa yang ada antara dia dan Tuhannya; bilamana ia dalam kesendiriannya tanpa pengetahuan orang lain,

maka ia mencegah dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, dan sebaliknya mengerjakan amal-amal ketaatan, meskipun tiada orang lain yang melihatnya. Karena ia menyadari bahwa Allah melihatnya dan bahwa Allah akan

memberinya ampunan dan pahala yang besar. Yakni Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan membalasnya dengan pahala yang berlimpah. Di dalam sebuah hadis yang terdapat di dalam kitab Sahihain telah disebutkan:


«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّهِ»


Ada tujuh macam orang yang mendapat naungan Allah Swt. di bawah naungan 'Arasy-Nya di hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya. yang antara lain dari mereka ialah:


"رَجُلًا دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجِمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلًا تَصَدَّقُ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا، حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ"


seorang lelaki yang diajak (melakukan zina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu ia menjawab, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”

Dan seorang lelaki yang mengeluarkan suatu sedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا طَالُوتُ بْنُ عَبَّادٍ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُبَيْدٍ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّا نَكُونُ عِنْدَكَ عَلَى حَالٍ، فَإِذَا فَارَقْنَاكَ كُنَّا عَلَى غَيْرِهِ؟ قَالَ: "كَيْفَ أَنْتُمْ وَرَبُّكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ رَبُّنَا فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ. قَالَ: "لَيْسَ ذَلِكُمُ النِّفَاقُ"


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Talut ibnu Abbad, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Ubaid, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa

para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bila berada di hadapanmu dalam keadaan tertentu. Dan apabila kami berpisah dari engkau, maka kami berada dalam keadaan yang lain." Rasulullah Saw. balik bertanya,

"Bagaimanakah kalian dengan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Allah Tuhan kami, baik dalam kesendirian kami maupun dalam terang-terangan kami,." Rasulullah Saw. bersabda: Sikap kalian yang demikian itu bukan munafik.

Tiada yang meriwayatkan hadis ini dari Sabit selain Al-Haris ibnu Ubaid menurut pengetahuan kami.Kemudian Allah Swt. mengingatkan (manusia) bahwa Dia Maha Melihat semua isi hati dan rahasia:


{وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}


Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (Al-Mulk: 13) Yakni segala sesuatu yang terdetik dan disimpan dalam hati.


{أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ}


Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui? (Al-Mulk: 14) Yaitu apakah Tuhan Yang Maha Pencipta itu tidak mengetahui? Menurut pendapat lain, apakah Allah tidak mengetahui makhluk-Nya? Makna pertamalah yang lebih utama, karena dalam firman berikutnya disebutkan:


{وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ}


dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Al-Mulk: 14) Kemudian Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, melalui bumi yang telah Dia tundukkan dan dimudalikan untuk mereka

dengan menjadikannya tenang dan stabil, tidak berguncang dan tidak miring, berkat gunung-gunung yang telah Dia pancangkan padanya. Allah telah mengalirkan dari dalamnya mata air-mata air,

dan menyediakan padanya jalan-jalan untuk ditempuh, serta menyediakan padanya berbagai manfaat dan tempat-tempat untuk ditanami guna keperluan pertanian. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا}


Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya. (Al-Mulk: 15) Maksudnya, berjalanlah kalian ke mana pun yang kamu

kehendaki di berbagai kawasannya, serta lakukanlah perjalanan mengelilingi semua daerah dan kawasannya untuk keperluan mata pencaharian dan perniagaan.

Dan ketahuilah bahwa upaya kalian tidak dapat memberi manfaat sesuatu pun bagi kalian kecuali bila Allah memudahkannya bagi kalian.Allah Swt. berfirman:


{وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ}


dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. (Al-Mulk: 15) Maka berupaya dengan menempuh sarananya tidaklah bertentangan dengan citra tawakal kepada Allah.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا حَيْوَة، أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو، أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هُبَيْرة يَقُولُ: إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الجَيشاني يَقُولُ: إِنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وتَرُوح بِطَانًا"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepadaku Bakar ibnu Amr; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Hubairah mengatakan

bahwa ia pernah mendengar Abus Sahm Al-Habsyani mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya kalian bertawakal kepada Allah

dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberimu rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; burung pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di petang hari

dalam keadaan perut kenyang. Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Hubairah; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.Maka di dalam hadis ini dikukuhkan

adanya keberangkatan di petang dan pagi hari untuk mencari rezeki disertai dengan rasa tawakalnya kepada Allah Swt. karena Dialah Yang Menundukkan, Yang Memperjalankan, dan Yang Menjadikan penyebab adanya rezeki itu.


{وَإِلَيْهِ النُّشُورُ}


Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al-Mulk: 15) Yakni dikembalikan kelak di hari kiamat. Ibnu Abbas, Mujahid, As-Saddi, dan Qatadah mengatakan bahwa manakibuha artinya daerah-daerah yang jauh,

daerah-daerah pedalamannya, dan seluruh kawasannya. Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan pula bahwa manakibuha artinya gunung-gunungnya.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku,

telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hakkam Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Yunus ibnu Jubair, dari Basyir ibnu Ka'b, bahwa ia membaca ayat ini, yaitu firman-Nya:

maka berjalanlah di segala penjurunya. (Al-Mulk: 15) Lalu ia berkata kepada budak perempuan yang telah melahirkan anak darinya, "Jika engkau mengetahui makna manakibuha, berarti engkau merdeka."

Lalu budak perempuannya itu menjawab, "Manakibuha artinya pegunungannya." Lalu Basyir ibnu Ka'b bertanya kepada Abu Darda mengenai maknanya, maka Abu Darda menjawab, "Manakibuha artinya daerah pegunungannya."

Surat Al-Mulk |67:13|

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ ۖ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

wa asirruu qoulakum awij-haruu bih, innahuu 'aliimum biżaatish-shuduur

Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

And conceal your speech or publicize it; indeed, He is Knowing of that within the breasts.

Tafsir
Jalalain

(Dan rahasiakanlah) hai manusia (perkataan kalian atau lahirkanlah ia; sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. (Maha Mengetahui segala isi hati) Maha Mengetahui apa yang tersimpan di dalam kalbu

dan apa yang kalian ucapkan. Asbabun nuzul ayat ini ialah karena orang-orang musyrik mengatakan, sebagian di antara mereka kepada sebagian yang lain, "Rahasiakanlah pembicaraan kalian,

niscaya Tuhannya Muhammad tidak akan dapat mendengarkannya."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 13 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Mulk |67:14|

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

alaa ya'lamu man kholaq, wa huwal-lathiiful-khobiir

Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus, Maha Mengetahui.

Does He who created not know, while He is the Subtle, the Acquainted?

Tafsir
Jalalain

(Apakah Tuhan yang telah menciptakan tidak mengetahui) apa yang kalian rahasiakan itu, yakni apakah ilmu-Nya tidak dapat menjangkau hal tersebut (sedangkan Dia Maha Halus) ilmu-Nya (lagi Maha Waspada).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 14 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Mulk |67:15|

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

huwallażii ja'ala lakumul-ardho żaluulan famsyuu fii manaakibihaa wa kuluu mir rizqih, wa ilaihin-nusyuur

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

It is He who made the earth tame for you - so walk among its slopes and eat of His provision - and to Him is the resurrection.

Tafsir
Jalalain

(Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kalian) mudah untuk dipakai berjalan di atas permukaannya (maka berjalanlah di segala penjurunya) pada semua arahnya

(dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya) yang sengaja diciptakan buat kalian. (Dan hanya kepada-Nyalah kalian dibangkitkan) dari kubur untuk mendapatkan pembalasan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 15 |

penjelasan ada di ayat 12

Surat Al-Mulk |67:16|

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ

a amintum man fis-samaaa`i ay yakhsifa bikumul-ardho fa iżaa hiya tamuur

Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?

Do you feel secure that He who [holds authority] in the heaven would not cause the earth to swallow you and suddenly it would sway?

Tafsir
Jalalain

(Apakah kalian merasa aman) dapat dibaca secara tahqiq dan dapat pula dibaca secara tashil (terhadap kekuasaan Allah yang di langit) yakni pengaruh dan kekuasaan-Nya yang di langit

(bahwa Dia akan menjungkir balikkan) berkedudukan menjadi badal dari lafal man (bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang) menjadi gempa dan menindih kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 16 |

Tafsir ayat 16-19

Ini pun termasuk di antara kasih sayang dan rahmat Allah kepada makhluk-Nya, padahal Dia mampu mengazab mereka disebabkan kekafiran sebagian dari mereka kepada-Nya karena mereka menyembah selain-Nya di samping Dia.

Tetapi sekalipun demikian, Dia penyantun terhadap mereka dan memberi tangguh kepada mereka serta tidak menyegerakan azab-Nya terhadap mereka, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَلَوْ يُؤاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِما كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلى ظَهْرِها مِنْ دَابَّةٍ وَلكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذا جاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كانَ بِعِبادِهِ بَصِيراً


Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)nya,

sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (Fathir: 45) Dalam surat ini disebutkan pula oleh firman-Nya:


{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ}


Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? (Al-Mulk: 16) Yakni berguncang dengan hebatnya dan bergetar.


{أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا}


Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. (Al-Mulk: 17) Yaitu angin yang

menerbangkan batu-batu yang menghantam kalian, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حاصِباً ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلًا


Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkirbalikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?

Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun bagi kamu. (Al-Isra: 68) Maka demikian pula dalam surat ini Allah mengancam mereka melalui firman-Nya:


{فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ}


Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (Al-Mulk: 17) Yakni bagaimana keadaan peringatanku dan akibat yang menimpa orang yang menentang dan mendustakannya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ}


Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). (Al-Mulk: 18) Yakni umat-umat sebelum mereka dan generasi-generasi yang silam.


{فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ}


Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (Al-Mulk: 18) Maksudnya, keingkaran dan hukuman-Ku besar lagi memedihkan terhadap mereka. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ}


Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? (Al-Mulk: 19)

Maksudnya, adakalanya burung itu mengembangkan sayapnya di udara dan adakalanya mengatupkannya.


{مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا الرَّحْمَنُ}


Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Mulk: 19) Yaitu melalui apa yang telah Dia tundukkan di udara bagi burung sebagai rahmat dan kelembutan-Nya.


{إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ}


Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (Al-Mulk: 19) Yakni hal-hal yang bermaslahat bagi segala sesuatu dari makhluk-makhluk-Nya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّراتٍ فِي جَوِّ السَّماءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ


Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain dari Allah.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl: 79)

Surat Al-Mulk |67:17|

أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

am amintum man fis-samaaa`i ay yursila 'alaikum ḥaashibaa, fa sata'lamuuna kaifa nażiir

Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.

Or do you feel secure that He who [holds authority] in the heaven would not send against you a storm of stones? Then you would know how [severe] was My warning.

Tafsir
Jalalain

(Atau apakah kalian merasa aman terhadap kekuasaan Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan) lafal an yursila menjadi badal dari lafal man (kepada kalian badai yang berbatu)

yakni angin dahsyat yang menghujani kalian dengan batu. (Maka kelak kalian akan mengetahui) di saat kalian menyaksikan azab-Nya (bagaimana peringatan-Ku) yakni azab-Ku; maksudnya bahwa azab-Ku itu adalah benar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 17 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Mulk |67:18|

وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

wa laqod każżaballażiina ming qoblihim fa kaifa kaana nakiir

Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (para rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku!

And already had those before them denied, and how [terrible] was My reproach.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya orang-orang sebelum mereka telah mendustakan) umat-umat sebelum mereka. (Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku)

keingkaran-Ku terhadap mereka disebabkan kedustaan mereka, yaitu sewaktu mereka dibinasakan, bahwasanya pembinasaan-Ku itu adalah benar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 18 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Mulk |67:19|

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ

a wa lam yarou ilath-thoiri fauqohum shoooffaatiw wa yaqbidhn, maa yumsikuhunna illar-roḥmaan, innahuu bikulli syai`im bashiir

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu.

Do they not see the birds above them with wings outspread and [sometimes] folded in? None holds them [aloft] except the Most Merciful. Indeed He is, of all things, Seeing.

Tafsir
Jalalain

(Apakah mereka tidak melihat) tidak memperhatikan (burung-burung yang berada di atas mereka) yakni di udara (yang mengembangkan sayapnya) melebarkan sayapnya (dan mengatupkannya)

menutupkannya sesudah dikembangkan. (Tidak ada yang menahan mereka) agar jangan jatuh ke bumi sewaktu mengembangkan dan mengatupkan sayapnya (selain Yang Maha Penyayang)

yakni dengan kekuasaan-Nya. (Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu) makna yang dimaksud, apakah mereka tidak menyimpulkan dengan tetapnya burung-burung di udara tentang kekuasaan Kami,

bahwa Kami dapat menimpakan kepada mereka azab yang telah disebutkan di atas tadi dan azab lainnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 19 |

penjelasan ada di ayat 16

Surat Al-Mulk |67:20|

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَٰنِ ۚ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ

am man haażallażii huwa jundul lakum yanshurukum min duunir-roḥmaan, inil-kaafiruuna illaa fii ghuruur

Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu.

Or who is it that could be an army for you to aid you other than the Most Merciful? The disbelievers are not but in delusion.

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah) berkedudukan menjadi mubtada (dia) menjadi khabar dari mubtada (yang) menjadi badal dari lafal haadza (menjadi tentara) yakni penolong-penolong (kalian)

berkedudukan menjadi shilah dari lafal alladzii (yang akan menolong kalian) menjadi sifat dari lafal jundun (selain daripada Allah Yang Maha Penyayang)

yang dapat menolak datangnya azab bagi kalian; yakni tiada seseorang pun yang dapat menolong kalian (tidak lain) tiadalah (orang-orang kafir itu hanyalah dalam keadaan tertipu)

mereka tertipu oleh setan, bahwasanya azab tidak akan turun atas mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 20 |

Tafsir ayat 20-27

Allah Swt. berfirman kepada orang-orang musyrik yang menyembah Dia bersama dengan yang lain-Nya, yang mereka mintai pertolongan dan rezekinya seraya mengingkari keyakinan mereka yang demikian itu,

dan memberitahukan kepada mereka bahwa apa yang mereka angan-angankan dari selain Allah itu tidak akan mereka dapatkan. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{أَمَّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ}


Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain dari Allah Yang Maha Pemurah? (Al-Mulk: 20) Artinya, tiada bagi kalian selain dari-Nya

seorang penolong pun dan tiada pula seorang pelindung pun dan tiada pula seorang pembela pun bagi kalian selain Allah Swt. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{إِنِ الْكَافِرُونَ إِلا فِي غُرُورٍ}


Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. (Al-Mulk: 20) Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:


{أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ}


Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? (Al-Mulk: 21) Yaitu siapakah orangnya yang dapat memberimu rezeki selain dari Allah,

apabila Dia memutuskannya darimu. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat memberi, mencegah, menciptakan, memberi rezeki, dan yang menolong selain dari Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya.

Mereka mengetahui hal ini, tetapi mereka menyembah selain-Nya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


{بَلْ لَجُّوا}


Sebenarnya mereka terus-menerus. (Al-Mulk: 21) Yakni bahkan mereka tetap berkesinambungan dalam sikap mereka yang melampaui batas, tenggelam ke dalam kedustaan dan kesesatannya.


{فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ}


dalam kesombongan dan menjauhkan diri. (Al-Mulk: 21) Yaitu dalam keingkaran, keangkuhan, dan anti pati mereka terhadap perkara yang hak;

mereka tidak mau mendengarkannnya dan tidak mau pula mengikutinya. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:


{أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22)

Ini merupakan perumpamaan yang menggambarkan tentang keadaan orang mukmin dan orang kafir. Perumpamaan orang kafir dalam kesesatannya sama dengan seseorang yang berjalan

dengan kepala terjungkir ke bawah dalam keadaan tubuh yang terbalik. Yakni dia pasti tidak dapat mengetahui ke mana jalan yang ditempuhnya dan bagaimana ia harus melangkah maju,

bahkan dia dalam keadaan sesat dan kebingungan. Lalu apakah orang yang keadaannya demikian lebih mendapat petunjuk.


{أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا}


ataukah orang yang berjalan tegap. (Al-Mulk: 22) Maksudnya, jalan dengan tegak, tidak terjungkal.


{عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}


di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22) Yaitu di jalan yang jelas lagi terang, sedangkan dia sendiri dalam keadaan tegak dan jalan yang ditempuhnya lurus. Demikianlah perumpamaan mereka (orang-orang mukmin)

dalam kehidupan di dunia dan demikian pula keadaan mereka di akhirat nanti. Orang mukmin digiring dengan berjalan secara tegap di atas sirat yang akan mengantarkannya ke surga yang mahaluas.

Adapun orang kafir, maka ia digiring dengan terjungkal alias kepala di bawah menuju ke neraka Jahanam. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْواجَهُمْ وَما كانُوا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلى صِراطِ الْجَحِيمِ


(kepada para malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah;

maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka." (Ash-Shaffat: 22-23) Yang dimaksud dengan istilah azwaj dalam ayat ini ialah orang-orang yang serupa dengan mereka.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَير، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ نُفَيع قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى وُجُوهِهِمْ؟ فَقَالَ: "أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُمْ عَلَى أَرْجُلِهِمْ قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُمْ عَلَى وُجُوهِهِمْ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Nafi' yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik menceritakan bahwa

pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, bagaimanakah ada orang-orang yang digiring dengan muka di bawah?" Rasulullah Saw. menjawab: Tuhan yang membuat mereka dapat berjalan

dengan kaki mereka mampu membuat mereka berjalan dengan muka di bawah. Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui satu jalur periwayatan.Firman Allah Swt:


{قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ}


Katakanlah, "Dialah Yang Menciptakan kamu.” (Al-Mulk: 23) Yaitu Yang Menciptakan kamu dari permulaan yang pada sebelumnya kamu bukanlah apa-apa, yakni tiada.


{وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ}


dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagi kamu. (Al-Mulk: 23) Yang dimaksud dengan absar ialah akal, dan yang dimaksud dengan af-idah ialah pemahaman.


{قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ}


(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Al-Mulk: 23) Yakni sedikit sekali kamu gunakan kemampuan dan kekuatan yang telah dianugerahkan oleh Allah

kepada kalian untuk ketaatan kepada-Nya dan untuk mengerjakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.


{قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الأرْضِ}


Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi.” (Al-Mulk: 24) Yaitu menyebarkan dan mengembangbiakkan kalian

di berbagai kawasan muka bumi dengan berbagai macam bahasa, dialek, warna kulit, perhiasan, penampilan, dan bentuk yang beraneka ragam.


{وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ}


dan hanya kepada-Nyalah kamu kelak dikumpulkan. (Al-Mulk: 24) Yakni dihimpunkan sesudah kamu bercerai-berai dan terpisah-pisah. Dia akan mengumpulkan kamu kembali sebagaimana

Dia telah mencerai-beraikan kamu, dan Dia akan mengembalikan kamu menjadi hidup kembali sebagaimana Dia menciptakan kamu pada yang pertama kali.

Kemudian Allah Swt. menceritakan sikap orang-orang kafir yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit dan menganggap mustahil kejadiannya.


{وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Dan mereka berkata, "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?" (Al-Mulk: 25) Artinya,

bilakah terjadinya apa yang engkau beritakan kepada kami, bahwa Allah akan menghimpunkan kami kembali sesudah kami bercerai-berai?


{قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ}


Katakanlah, "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. (Al-Mulk: 26) Yaitu tiada seorang pun yang mengetahui waktunya dengan tepat selain dari Allah Swt.

Tetapi Dia memerintahkan kepadaku untuk memberitahukan kepada kalian bahwa hari kiamat itu pasti akan terjadi, maka berhati-hatilah kalian terhadapnya.


{وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ}


Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. (Al-Mulk: 26) Yakni sesungguhnya tugasku

hanyalah menyampaikannya kepada kalian dan sekarang aku telah menyampaikannya kepada kalian. Firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا}


Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. (Al-Mulk: 27) Yaitu ketika hari kiamat terjadi dan orang-orang kafir menyaksikannya,

serta mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa hari kiamat sudah dekat di depan matanya. Dalam ayat ini diungkapkan dengan istilah dekat karena setiap perkara yang pasti terjadi dapat diungkapkan dengan

ungkapan kepastian, sekalipun jarak masanya cukup lama. Dan ketika terjadi apa yang mereka dustakan itu, bermuram durjalah muka mereka karena mereka mengetahui keburukan yang telah mereka kerjakan

di masa sebelumnya Yakni di saat keburukan meliputi diri mereka, maka datanglah hari kiamat menimpa mereka yang sebelumnya mereka tidak menyadari dan memperhitungkannya.


وَبَدا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ وَبَدا لَهُمْ سَيِّئاتُ مَا كَسَبُوا وَحاقَ بِهِمْ ما كانُوا بِهِ يَسْتَهْزِؤُنَ


Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat

dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya. (Az-Zumar: 47-48) Karena itulah maka dikatakan kepada mereka dengan nada kecaman dan celaan:


{هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ}


inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya. (Al-Mulk: 27) Yakni kalian meminta agar segera didatangkan.

Surat Al-Mulk |67:21|

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ ۚ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ

am man haażallażii yarzuqukum in amsaka rizqoh, bal lajjuu fii 'utuwwiw wa nufuur

Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).

Or who is it that could provide for you if He withheld His provision? But they have persisted in insolence and aversion.

Tafsir
Jalalain

(Atau siapakah dia yang memberi kalian rezeki jika Dia menahan) yakni Allah Yang Maha Penyayang menahan (rezeki-Nya) yakni hujan-Nya terhadap kalian.

Jawab syaratnya tidak disebutkan, karena dapat disimpulkan dari kalimat sebelumnya. Lengkapnya, siapakah yang dapat memberi kalian rezeki Tentu tiada seorang pun yang dapat memberikan rezeki kepada kalian selain-Nya.

(Tetapi mereka terus-menerus) berkelanjutan (di dalam kesombongan) dalam kesombongannya (dan menjauhkan diri) dari kebenaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 21 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:22|

أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

a fa may yamsyii mukibban 'alaa waj-hihiii ahdaaa am may yamsyii sawiyyan 'alaa shiroothim mustaqiim

Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?

Then is one who walks fallen on his face better guided or one who walks erect on a straight path?

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah orang yang berjalan terjungkal) yakni terbalik (di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk, ataukah orang yang berjalan tegap)

yakni secara wajar dengan kakinya (di atas jalan) tuntunan (yang lurus) khabar dari mubtada yang kedua tidak disebutkan karena cukup hanya ditunjukkan oleh makna yang terkandung di dalam khabar yang pertama,

yakni lebih banyak mendapat petunjuk. Perumpamaan ini menggambarkan tentang keadaan orang yang kafir pada permintaan yang pertama, dan orang yang beriman pada perumpamaan yang kedua,

yakni manakah di antara keduanya yang lebih banyak mendapat petunjuk

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 22 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:23|

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

qul huwallażiii ansya`akum wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abshooro wal-af`idah, qoliilam maa tasykuruun

Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."

Say, "It is He who has produced you and made for you hearing and vision and hearts; little are you grateful."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Dialah Yang menjadikan kalian) yakni yang telah menciptakan kalian (dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati") atau kalbu. (Tetapi amat sedikit kalian bersyukur)

huruf maa adalah huruf zaidah, dan jumlah kalimat ini merupakan jumlah isti'naf atau kalimat baru yang memberitakan tentang syukur mereka yang amat sedikit terhadap nikmat-nikmat tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 23 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:24|

قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

qul huwallażii żaro`akum fil-ardhi wa ilaihi tuḥsyaruun

Katakanlah, "Dialah yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan."

Say, "It is He who has multiplied you throughout the earth, and to Him you will be gathered."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Dialah Yang menjadikan kalian berkembang biak) artinya menciptakan kalian dapat berkembang biak (di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kalian kelak dikumpulkan") untuk menjalani hisab.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 24 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:25|

وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

wa yaquuluuna mataa haażal-wa'du ing kuntum shoodiqiin

Dan mereka berkata, "Kapan (datangnya) ancaman itu jika kamu orang yang benar?"

And they say, "When is this promise, if you should be truthful?"

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata) kepada orang-orang yang beriman, ("Kapankah datangnya Janji itu) yakni janji datangnya hari semua makhluk dihimpun (jika kalian adalah orang-orang yang benar") dalam hal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 25 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:26|

قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ

qul innamal-'ilmu 'indallohi wa innamaaa ana nażiirum mubiin

Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Dan aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."

Say, "The knowledge is only with Allah, and I am only a clear warner."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah!, "Sesungguhnya ilmu) tentang kedatangan hari tersebut (hanya pada sisi Allah, dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.") Yakni yang jelas peringatannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 26 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:27|

فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَٰذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ

fa lammaa ro`auhu zulfatan siii`at wujuuhullażiina kafaruu wa qiila haażallażii kuntum bihii tadda'uun

Maka ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka), "Inilah (azab) yang dahulu kamu memintanya."

But when they see it approaching, the faces of those who disbelieve will be distressed, and it will be said, "This is that for which you used to call."

Tafsir
Jalalain

(Ketika mereka melihat azab itu) sesudah mereka dihimpunkan (sudah dekat) artinya, dekat sekali (menjadi muramlah) menjadi hitam muramlah (muka orang-orang kafir itu. Dan dikatakan)

kepada mereka, yakni para malaikat penjaga neraka berkata kepada mereka ("Inilah) azab (yang dahulu kalian terhadapnya) yakni sewaktu kalian diancam dengan azab ini

(selalu menganggapnya sebagai yang diada-adakan.") Yakni kalian menduga, bahwasanya kalian tidak akan dibangkitkan menjadi hidup kembali.

Hal ini menceritakan keadaan di masa mendatang, akan tetapi ungkapannya memberikan pengertian sudah terjadi. Ini tiada lain karena subjeknya pasti benar-benar terjadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 27 |

penjelasan ada di ayat 20

Surat Al-Mulk |67:28|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللَّهُ وَمَنْ مَعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَنْ يُجِيرُ الْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

qul aro`aitum in ahlakaniyallohu wa mam ma'iya au roḥimanaa fa may yujiirul-kaafiriina min 'ażaabin aliim

Katakanlah (Muhammad), "Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?"

Say, [O Muhammad], "Have you considered: whether Allah should cause my death and those with me or have mercy upon us, who can protect the disbelievers from a painful punishment?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah!, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku) yakni orang-orang mukmin, kami binasa karena azab-Nya,

sebagaimana yang kalian maksudkan (atau memberi rahmat kepada kami) maksudnya, Dia tidak mengazab kami (tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih")

Tentu saja tiada seorang pun yang dapat melindungi mereka dari azab-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 28 |

Tafsir ayat 28-30

Allah Swt. berfirman:


{قُلْ}


Katakanlah. (Al-Mulk: 28) hai Muhammad, kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah lagi ingkar kepada nikmat-nikmat-Nya.


{أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللَّهُ وَمَنْ مَعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَنْ يُجِيرُ الْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ}


Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga),

tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari azab yang pedih? (Al-Mulk: 28) Artinya, selamatkanlah diri kalian, karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah

selain dari tobat dan kembali ke jalan agama-Nya. Dan tiada gunanya lagi bagi kalian apa yang kalian khayalkan bahwa azab dan pembalasan akan menimpa kami.

Maka sama saja apakah Allah mengazab kami atau merahmati kami, tidak akan mengubah nasib kalian yang pasti akan tertimpa pembalasan dan azab-Nya yang pedih. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:


{قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}


Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. (Al-Mulk: 29) Yakni kami beriman kepada Tuhan semesta alam

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dan kepada-Nyalah kami bertawakal dalam semua urusan kami. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ


maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123) Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}


Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Mulk: 29) Yaitu apakah kami atau kalian, dan bagi siapakah

kesudahan yang baik di dunia dan di akhirat nanti? Kemudian Allah Swt. berfirman, menampakkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya:


{قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا}


Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering.” (Al-Mulk: 30) Yakni meresap jauh ke dalam lapisan yang sangat dalam di bumi, sehingga tidak dapat dicapai dengan cangkul dan alat besi,

tidak pula dapat diraih dengan tangan-tangan yang kuat. Lafaz al-gair adalah lawan kata dari an-nabi', yakni kering lawan kata dari menyemburkan. Maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ}


maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu? (Al-Mulk: 30) Maksudnya, air yang memancar dan mengalir di permukaan bumi. Makna yang dimaksud ialah tiada yang dapat melakukannya selain dari Allah Swt.

Maka termasuk dari kemurahan dan karunia-Nya, Allah menyemburkan air bagi kalian dan menjadikannya mengalir di berbagai kawasan di bumi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya

di masing-masing kawasan, ada yang memerlukan secukupnya dan ada pula yang memerlukan banyak. Maka segala puji dan karunia hanyalah bagi Allah Swt.

Surat Al-Mulk |67:29|

قُلْ هُوَ الرَّحْمَٰنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

qul huwar-roḥmaanu aamannaa bihii wa 'alaihi tawakkalnaa, fa sata'lamuuna man huwa fii dholaalim mubiin

Katakanlah, "Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata."

Say, "He is the Most Merciful; we have believed in Him, and upon Him we have relied. And you will [come to] know who it is that is in clear error."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah!, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. Kelak kalian akan mengetahui) bilamana mereka menyaksikan azab itu.

Lafal fasata`lamuuna dapat pula dibaca fasaya`lamuuna, artinya kelak mereka akan mengetahui di saat mereka menyaksikan azab (siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata.") Kami-kah atau mereka

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 29 |

penjelasan ada di ayat 28

Surat Al-Mulk |67:30|

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ

qul aro`aitum in ashbaḥa maaa`ukum ghouron fa may ya`tiikum bimaaa`im ma'iin

Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?"

Say, "Have you considered: if your water was to become sunken [into the earth], then who could bring you flowing water?"

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering;) yakni airnya masuk jauh ke dalam bumi (maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian")

Sehingga air itu menyumber dan dapat dicapai oleh tangan atau oleh timba-timba, sebagaimana air yang kalian miliki sekarang Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya selain Allah swt.

Maka, mengapa kalian mengingkari adanya hari berbangkit, yaitu hari di mana Dia membangkitkan kalian menjadi hidup kembali. Disunahkan bagi pembaca surah ini,

bila bacaannya sampai kepada lafal ma`iin, hendaknya ia mengucapkan kalimat jawabannya, yaitu "allaahu rabbul 'aalamiina/Allah Rabb semesta alam yang dapat mengeluarkannya.

Demikianlah menurut keterangan yang dikemukakan di dalam hadis. Dan ayat ini dibacakan terhadap sebagian orang-orang yang bersifat angkara murka, maka menurut perawinya,

bahwa cangkul dan sekop penggali tanah terus menghunjam ke tanah, akan tetapi sumber air tidak muncul-muncul juga; ia telah pergi jauh meresap ke dalam bumi yang tidak dapat dicapainya.

Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan berani melawan Allah dan ayat-ayat-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Mulk | 67 : 30 |

penjelasan ada di ayat 28

Surat Al-Qalam |68:1|

ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ

nuuun, wal-qolami wa maa yasthuruun

Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,

Nun. By the pen and what they inscribe,

Tafsir
Jalalain

(Nun) adalah salah satu dari huruf hijaiah, hanya Allahlah yang mengetahui arti dan maksudnya (demi qalam) yang dipakai untuk menulis nasib semua makhluk di Lohmahfuz

(dan apa yang mereka tulis) apa yang ditulis oleh para malaikat berupa kebaikan dan kesalehan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 1 |

Tafsir ayat 1-7

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan keterangan tentang huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an, yaitu dalam tafsir surat Al-Baqarah, dan bahwa firman Allah Swt., "Nun, " sama dengan Shad.

Qaf, dan lain sebagainya dari huruf-huruf terpisah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an. Dan mengenai penjelasan tentang hal ini sudah cukup dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah, hingga tidak perlu diulangi lagi.

Menurut suatu pendapat, nun adalah nama seekor ikan yang amat besar berada di atas lautan air yang sangat luas, dialah yang menyangga tujuh lapis bumi, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Abu Ja'far ibnu Jarir

yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Sulaiman alias Al-A'masy

dari Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam. Allah berfirman, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apakah yang harus aku tulis?"

Allah Swt. berfirman, "Tulislah takdir." Maka Qalam mencatat semua yang akan terjadi sejak hari itu sampai hari kiamat..Kemudian Allah menciptakan nun dan menaikkan uap air; maka terciptalah darinya langit,

dan terhamparlah bumi di atas nun. Lalu nun bergetar, maka bumi pun terhampar dengan luasnya, lalu dikukuhkan dengan gunung-gunung. Sesungguhnya nun itu benar-benar merasa bangga terhadap bumi.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ahmad ibnu Sinan, dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah, Muhammad ibnu Fudail dan Waki',

dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Dan Syu'bah dalam salah satu riwayatnya menambahkan bahwa lalu Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1)

Syarik telah meriwayatkannya dari Al-A'masy ibnu Abu Zabyan atau Mujahid, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal. Ma'mar meriwayatkannya dari Al-A'masy, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakannya,

kemudian ia membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1)Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata,

dari AbudDuha, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya sesuatu yang mula-mula diciptakan oleh Tuhanku adalah Al-Qalam. Kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Tulislah"

Maka qalam menulis segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari kiamat. Kemudian Allah menciptakan nun di atas air, lalu meletakkan bumi di atasnya.Imam Tabrani telah meriwayatkan hal ini secara marfu'. Untuk itu ia mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبُو حَبِيبٍ زَيْدُ بْنُ الْمُهْتَدِي الْمَرُّوذِيُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَعْقُوبَ الطَّالَقَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُؤَمَّل بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي الضُّحَى مُسْلِمِ بْنِ صَبِيح، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمُ وَالْحُوتُ، قَالَ لِلْقَلَمِ: اكْتُبْ، قَالَ: مَا أَكْتُبُ، قَالَ: كُلَّ شَيْءٍ كَائِنٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ". ثُمَّ قَرَأَ: {ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ} فَالنُّونُ: الْحُوتُ. وَالْقَلَمُ: الْقَلَمُ


telah menceritakan kepada kami Abu Habib alias Zaid ibnul Mahdi Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Ya'qub At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ismail,

telah menceritakan kepada kaini Hammad ibnu Zaid, dari Ata ibnus Sa-ib, dari AbudDuha alias Muslim ibnu Sabih, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya makhluk yang

mula-mula diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam dan al-hut (ikan yang sangat besar). Allah berfirman kepada qalam, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apakah yang harus aku tulis?” Allah berfirman,

"Segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari kiamat.” Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam; 1) Nun adalah ikan yang sangat besar,

sedangkan al-qalam adalah qalam (pena).Hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, dari Abu Abdullah maula Bani Umayyah, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah mendenaar Rasulullah Saw. bersabda:


"إِنَّ أَوَّلَ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللَّهُ الْقَلَمُ، ثُمَّ خَلَقَ "النُّونَ" وَهِيَ: الدَّوَاةُ. ثُمَّ قَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ وَمَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَا يَكُونُ -أَوْ: مَا هُوَ كَائِنٌ-مِنْ عَمَلٍ أَوْ رِزْقٍ أَوْ أَثَرٍ أَوْ أَجَلٍ. فَكَتَبَ ذَلِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ} ثُمَّ خَتَمَ عَلَى الْقَلَمِ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ خَلَقَ الْعَقْلَ وَقَالَ: وَعِزَّتِي لَأُكَمِّلَنَّكَ فِيمَنْ أَحْبَبْتُ، وَلَأَنْقُصَنَّكَ مِمَّنْ أَبْغَضْتُ"


Sesungguhnya sesuatu yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah al-qalam, kemudian Allah menciptakan nun yaitu tinta, lalu Allah berfirman kepada al-qalam, "Tulislah!" Al-qalam bertanya, "Apa yang harus aku tulis?"

Allah berfirman, "Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi, atau segala sesuatu yang akan ada, dari amal perbuatan, atau rezeki atau jejak atau ajal.” Maka al-qalam menulis semuanya itu sampai hari kiamat.

Itulah yang dimaksud oleh firman Allah Swt., "Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis, (Al-Qalam: 1)." Kemudian al-qalam dikunci, maka ia tidak berbicara sampai hari kiamat. Kemudian Allah menciptakan akal,

lalu Allah berfirman, "Demi keagungan-Ku, sungguh Aku benar-benar akan menyempurnakanmu terhadap orang yang Aku sukai, dan sungguh Aku benar-benar akan mengurangimu terhadap orang yang Aku murkai.”

Ibnu Abu Najih telah mengatakan bahwa sesungguhnya Ibrahim ibnu Abu Bakar pernah menceritakan kepadanya dari .Mujahid yang telah mengatakan bahwa nun pernah disebutkan bahwa ia adalah ikan yang amat besar

yang berada di bawah lapisan bumi yang ketujuh. Al-Bagawi dan sejumlah ulama tafsir telah menyebutkan bahwa di atas punggung ikan yang besar ini terdapat sebuah batu besar

yang ketebalannya sama dengan jarak antara langit dan bumi. Dan di atas batu besar itu terdapat seekor banteng yang memiliki empat puluh ribu tanduk, sedangkan di atas punggung banteng ini

terdapat bumi yang berlapis tujuh dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya dan segala sesuatu yang ada di antara tiap lapisnya.Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Tetapi herannya ada sebagian ulama yang menakwilkan dengan makna ini hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan:


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا حُمَيد، عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَامٍ بَلَغه مَقْدَم رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَأَتَاهُ فَسَأَلَهُ عَنْ أَشْيَاءَ، قَالَ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ أَشْيَاءَ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا نَبِيٌّ، قَالَ: مَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ؟ وَمَا أَوَّلُ طَعَامِ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ وَمَا بَالُ الْوَلَدِ يَنْزِعُ إِلَى أَبِيهِ؟ وَالْوَلَدُ يَنْزِعُ إِلَى أُمِّهِ؟ قَالَ: "أَخْبَرَنِي بِهِنَّ جِبْرِيلُ آنِفًا". قَالَ ابْنُ سَلَامٍ: فَذَاكَ عَدُوُّ الْيَهُودِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ. قَالَ: "أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ فَنَارٌ تَحشرهم (8) مِنَ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ. وَأَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ زيادةُ كَبِدِ حُوتٍ. وَأَمَّا الْوَلَدُ فَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ نَزَعَ الْوَلَدُ، وَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الْمَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ نَزَعَتْ".


telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas, bahwa Abdullah ibnu Salam ketika mendengar berita kedatangan Rasulullah Saw. di Madinah, ia datang menemuinya

dan bertanya kepadanya tentang berbagai hal. Ia mengatakan, "Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang berbagai hal yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali seorang nabi."

Abdullah ibnu Salam bertanya, "Apakah pertanda awal hari kiamat. Dan makanan apakah yang disajikan kepada ahli surga sebagai suguhan pertamanya. Dan sebutkan mengapa seorang anak mirip dengan ayahnya,

dan mengapa seorang anak mirip ibunya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Jibril baru saja memberitahukannya kepadaku." Abdullah ibnu Salam berkata, "Dia adalah malaikat yang dibenci oleh orang-orang Yahudi."

Nabi Saw. melanjutkan jawabannya: Pertanda yang mengawali hari kiamat ialah munculnya api yang menggiring manusia dari masyriq ke magrib. Dan makanan yang mula-mula disajikan kepada penghuni surga

ialah lebihan hatinya ikan paus. Adapun mengenai anak, maka apabila air mani lelaki mendahului air mani perempuan, maka anaknya mirip dengan ayahnya. Dan apabila air mani perempuan mendahului air mani laki-laki,

maka anaknya mirip dengan ibunya. Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Humaid, dan Imam Muslim serta Imam Bukliari telah rneriwayatkannya pula melalui hadis Sauban maula Rasulullah Saw.

dengan lafaz yang semisal. Dan disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui hadis Abu Asma Ar-Rahbi, dari Sauban, bahwa seorang rahib pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.

tentang berbagai masalah. antara lain disebutkan bahwa apakah sajian pertama bagi ahli surga saat mereka masuk surga, maka Rasulullah Saw. menjawab:


"زِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ". قَالَ: فَمَا غِذَاؤُهُمْ عَلَى أَثَرِهَا؟ قَالَ: "يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا". قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: "مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا "


Lebihan hatinya ikan paus. Rahib itu bertanya lagi, "Lalu makanan apakah yang disuguhkan kepada mereka sesudahnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Disembelihkan untuk mereka seekor banteng surga

yang makan dari pinggiran taman-taman surga. Rahib itu bertanya lagi, "Lalu apakah suguhan minuman mereka sehabis menyantap makanan itu?"

Rasulullah Saw. menjawab: Dari mata air yang ada di dalam surga yang dikenal dengan nama Salsabila. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan nun adalah lauh (lembaran) dari nur (cahaya).


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ شَبِيبٍ الْمُكْتِبُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ الْجَزَرِيُّ، عَنْ فُرَاتِ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرّة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " {ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ} لَوْحٌ مِنْ نُورٍ، وَقَلَمٌ مِنْ نُورٍ، يَجْرِي بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Syabib Al-Maktab, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ziad Al-Jazari, dari Furat ibnu Abul Furat, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah,

dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1) Bahwa al-qalam adalah lembaran dari cahaya dan pena dari cahaya yang bergerak

mencatat segala sesuatu yang akan ada sampai hari kiamat. Hadis ini berpredikat mursal lagi garib.Ibnu Juraij mengatakan bahwa ia pernah mendapat berita bahwa qalam tersebut dari nur yang panjangnya sama dengan jarak

perjalanan seratus tahun.Menurut pendapat yang lainnya lagi, yang dimaksud dengan nun adalah tinta, dan yang dimaksud dengan qalam adalah pena. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la,

telah menceritakan kepada kami Abu Saur, dari Ma'mar, dari Al-Hasan dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya, "Nun.” keduanya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nun ialah tinta.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dalam hadis marfu', tetapi predikatnya garib sekali. Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى بَنِي أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "خَلَقَ اللَّهُ النُّونَ، وَهِيَ الدَّوَاةُ"


telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah mania Bani Umayyah

dari Abu Saleh, dan Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah telah menciptakan nun, yaitu tinta.ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid.

telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami saudara lelakinya yang bernama Isa ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sabit As-Samali, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa

sesungguhnya Allah menciptakan nun yaitu tinta dan menciptakan al-qalam. Lalu Allah berfirman, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apa yang harus kutulis?" Allah Swt. berfirman, "Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi sampai

hari kiamat, berupa amal perbuatan yang dikerjakan, baik amal ketaatan atau amal kedurhakaan, baik rezeki halal yang diberikan atau rezeki haram." Kemudian ditetapkan pula segala sesuatu dari hal tersebut menyangkut nasibnya,

yaitu masuknya ke dunia, dan masa tinggalnya di dunia, dan usia berapa saat keluarnya dari dunia dan bagaimana cara matinya. Kemudian Allah Swt. menugaskan para malaikat penjaga untuk menjaga hamba-hamba-Nya

dan para malaikat pencatat amal perbuatan untuk menghimpun catatan amal perbuatan mereka. Para malaikat penjaga setiap harinya menyalin dari para malaikat pencatat amal perbuatan, amal perbuatan yang dikerjakan

setiap harinya. Apabila rezeki seseorang telah habis, dan jejak langkahnya telah berakhir serta ajalnya telah tiba, maka malaikat penjaga datang menjumpai malaikat pencatat amal perbuatan untuk meminta arsip

catatan amal yang dikerjakan di hari itu. Maka malaikat pencatat amal berkata kepada malaikat penjaga, "Kami tidak menjumpai amal apa pun bagi teman kamu ini." Lalu malaikat penjaga kembali dan menjumpai orang yang

dijaganya telah meninggai dunia. Lalu Ibnu Abbas mengatakan bahwa bukankah kalian adalah orang-orang Arab, tentunya kalian pernah mendengar ucapan para malaikat pencatat amal perbuatan yang disitir oleh firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 29) Dan tiada lain makna istinsakh (menyalin) itu kecuali dari kitab induknya Firman Allah Swt.:


{وَالْقَلَمِ}


demi qalam. (Al-Qalam: 1) Makna lahiriah menunjukkan jenis qalam (pena) alias sarana yang dipakai untuk menulis, semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)

Ini merupakan sumpah dari Allah Swt.dengan menyebut qalam, untuk mengingatkan makhluk-Nya akan nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka, yaitu

Dia telah mengajarkan kepada mereka menulis yang dengan melaluinya ilmu pengetahuan dapat diraih. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


{وَمَا يَسْطُرُونَ}


dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1) Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dan apa yang mereka tulis. Abud Duha telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud

ialah dan apa yang mereka kerjakan.' As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan mereka adalah para malaikat dan segala sesuatu yang mereka catat tentang amal perbuatan semua hamba Ulama lainnya mengatakan bahwa

bahkan makna yang dimaksud dengan al-qalam dalam ayat ini ialah pena yang diperintahkan oleh Allah untuk mencatat takdir, yakni ketika Allah memerintahkan kepadanya mencatat semua takdir yang telah Dia tetapkan

atas semua makhluk-Nya,yang hal ini terjadi sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh ribu tahun. Sehubungan dengan hal ini para ulama mengetengahkan hadis-hadis yang menerangkan masalah al-qalam ini.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدِ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ وَيُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ سُليم السُّلَمِيُّ، عَنْ عَطَاءٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي رَبَاحٍ-حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: دَعَانِي أَبِي حِينِ حَضَرَهُ الْمَوْتُ فَقَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمُ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: يَا رَبِّ وَمَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبِ الْقَدَرَ [مَا كَانَ] وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الْأَبَدِ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id alias Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan dan Yunus ibnu Habib; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Daud At-Tayalisi,

telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Sulaim As-Sulami, dari Ata ibnu Abu Rabah, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Ubadah ibnus Samit yang mengatakan bahwa ayahnya memanggilnya

saat ia menjelang kematiannya, lalu ayahnya yang sedang sakit keras itu mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya makhluk yang mula-mula diciptakan

oleh Allah adalah al-qalam, lalu Allah berfirman kepadanya, "Tulislah!" Al-qalam bertanya, "Ya Tuhanku apakah yang harus kutulis? Allah berfirman, "Tulislah takdir dan semua yang akan ada sampai selama-lamanya,

Hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui berbagai jalur dari Al-Walid ibnu Ubadah, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengetengahkannya melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dengan sanad

yang sama, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan, sahih, garib. Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam kitab sunannya dalam pembahasan As-Sunnah, dari Ja'far ibnu Musafir, dari Yahya ibnu Hassan,

dari Ibnu Rabah, dari Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Abu Hafsah alias Hubaisy ibnu Syuraili Al-Habsyi Asy-Syabi, dari Ubadah, lalu disebutkan hal yang semisal.


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الطُّوسِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا رَبَاحُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ حَبِيبٍ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ أَبِي بَزة عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَالَ: "إِنَّ أَوَّلَ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللَّهُ الْقَلَمُ فَأَمَرَهُ فَكَتَبَ كُلَّ شَيْءٍ".


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak. telah menceritakan

kepada kami Rabah ibnu Zaid. dari Umar ibnu Habib, dari Al-Qasim ibnu Abu Buzzah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari ibnu Abbas; ia pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya sesuatu yang

mula-mula diciptakan oleh Allah adalah al-qalam, lalu Allah memerintahkan kepadanya agar mencatat segala sesuatu. Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya, mereka (ahli hadis) tiada yang mengetengahkannya.

Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-Qalam, " bahwa makna yang dimaksud ialah pena yang digunakan untuk menulis zikir (peringatan). Firman Allah Swt:


{وَمَا يَسْطُرُونَ}


dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1) Yakni segala sesuatu yang mereka tulis; sama dengan tafsir yang sebelumnya. Firman Allah Swt.:


{مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ}


berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. (Al-Qalam: 2) Yaitu segala puji bagi Allah, engkau bukanlah orang gila sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang bodoh

dari kalangan kaummu yang mendustakan apa yang engkau sampaikan kepada mereka berupa petunjuk dan perkara hak yang jelas, karenanya mereka menuduhmu sebagai orang gila.


{وَإِنَّ لَكَ لأجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ}


Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. (Al-Qalam: 3) Maksudnya, bahkan bagimu pahala yang besar dan imbalan yang berlimpah yang tiada putus-putusnya dan tidak akan lenyap

imbalan pahala kamu menyampaikan risalah Tuhanmu kepada makhluk dan kesabaranmu menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


عَطاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ


sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud: 108) Dan firman-Nya yang lain, yaitu:


فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ


maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (At-Tin: 6) Yakni pahala yang tiada putus-putusnya dari mereka. Mujahid mengatakan bahwa

gairu mamnun artinya yang tiada terhitung, tetapi pendapat ini semakna dengan apa yang telah kami katakan sebelumnya. Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}


Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya engkau Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agam Islam.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Ibnu Zaid. Menurut Atiyyah,

disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung.Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanyakepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab:


كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ


Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar

berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4) Diceritakan kepada kami bahwa Sa'd ibnu Hisyam pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah balik bertanya kepadanya,

"Bukankah engkau telah membaca Al-Qur'an?" Sa'id menjawab, "Benar," Aisyah berkata: Maka sesungguhnya akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an.Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar,

dari Qatadah, dari Zurarah ibnu Aufa, dari Sa'd ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah, "Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah?"

Aisyah balik bertanya, "Bukankah kamu telah membaca Al-Qur'an?" Aku menjawab, "Ya." Maka ia berkata: Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.Ini merupakan ringkasan dari suatu hadis yang cukup panjang.

Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab Sahih-nya melalui hadis Qatadah dengan panjang lebar yang nanti akan diterangkan di dalam tafsir surat Al-Muzzammil, insya Allah.Imam Ahmad mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab:

Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Qais ibnu Wahb, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Sawad yang mengatakan

bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah balik bertanya, bahwa bukankah kamu telah membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam; 4)

Lalu aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku salah satu dari contohnya." Aisyah r.a. menceritakan bahwa ia membuat makanan untuk Nabi Saw. dan bertepatan dengan itu Hafsah pun membuat makanan untuk beliau.'

Lalu ia berpesan kepada budak perempuannya yang akan disuruhnya mengantarkan makanan itu, "Pergilah kamu, dan lihatlah bila Hafsah datang dengan membawa makanannya sebelumku.

Maka buanglah makanannya." Ternyata Hafsah pun datang dengan membawa makanannya. Maka budak perempuan Aisyah itu menjatuhkan dirinya dan mengenai mangkuk makanan Hafsah hingga mangkuknya pecah

dan makanannya terjatuh, sedangkan mangkuk yang dipakai adalah barang pecah belah. Lalu Rasulullah Saw. memungutnya dan bersabda, "Gantilah olehmu, atau engkau harus mengganti Aswad ragu wadah ini dengan wadahmu."

Setelah itu Nabi Saw. tidak mengucapkan kata-kata lagi.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Ibnul Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, dari Sa'd ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia datang kepada Aisyah Ummul Muminin, lalu menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw.

Maka ia menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an, tidakkah kamu telah membaca firman-Nya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur' (AL-Qalam: 4)."Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah

meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Al-Hasan.Ibnu Jarir mengatakan, telah -menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh,

dari Abuz Zahiriyah, dari Jubair ibnu Nafir yang mengatakan bahwa ia melakukan ibadah haji, lalu mengunjungi Aisyah r.a. dan menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw.

Maka ia menjawab: Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdur Rahman ibnu Mahdi. Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab tafsir, dari Ishaq ibnu Mansur,

dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Mu'awiyah ibnu Saleh dengan sanad yang sama.Makna yang dimaksud dari kesemuanya ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang mengamalkan Al-Qur'an;

mengamalkan perintahnya dan manjauhi larangannya, yang hal ini telah tertanam dalam diri beliau sebagai watak dan pembawaannya serta sebagai akhlak yang telah terpatri dalam sepak terjang beliau Saw.

Maka apa pun yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, beliau pasti mengerjakannya; dan apa pun yang dilarang oleh Al-Qur'an, beliau pasti meninggalkannya. Hal ini di samping watak yang dibekalkan oleh Allah dalam diri beliau

berupa akhlak yang besar seperti sifat pemalu, dermawan, berani, pemaaf, penyantun, dan semua akhlak yang terpuji. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, dari Anas yang telah mengatakan:“

Aku menjadi pelayan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali belum pernah membentakku dengan kata, "Husy!" Dan belum pernah mengatakan terhadapku tentang sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan,

"Mengapa engkau melakukannya?" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang seharusnya kulakukan, "Mengapa tidak engkau lakukan?” Beliau Saw. adalah seorang yang paling baik akhlaknya, dan aku belum pernah

memegang kain sutra, baik yang tebal maupun yang tipis dan tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah Saw. Dan aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak pula wewangian lainnya yang

lebih harum daripada bau keringat Rasulullah Saw.Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yuuus, dari ayahnya, dari Abu Ishaq yang

mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Barra r.a. telah mengatakan: Rasulullah Saw. adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling baik akhlaknya; tubuh beliau tidak terlalu tinggi,

dan tidak pula terlalu pendek. Hadis-hadis yang menerangkan bab ini cukup banyak, Imam Abu Isa At-Turmuzi telah menghimpunnya di dalam Kitabusy Syama’il. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang telah mengatakan: Rasulullah Saw. sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari pelayannya,

dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah. Dan tidak pernah beliau disuruh memilih di antara dua perkara

melainkan memilih yang paling disukai dan paling ringan di antara keduanya terkecuali bila (yang ringan itu) berupa dosa. Maka jika hal itu berupa dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhinya.

Dan beliau tidak pernah melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya, melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan pembalasan dan itu hanyalah karena Allah Swt.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلان، عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيرة قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّمَا بُعِثتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad, dari Muhammad ibnu Ajlan,dari Al-Qa'qa' ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah

yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik.Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.Firman Allah Swt.:


{فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ بِأَيِّيكُمُ الْمَفْتُونُ}


Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila. (Al-Qalam: 5-6) Yakni engkau —hai Muhammad akan mengetahui

begitu pula orang-orang yang menentang dan mendustakamu siapakah yang gila lagi sesat, apakah kamu atau mereka sendiri. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


سَيَعْلَمُونَ غَداً مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ


Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26) Dan firman-Nya:


وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلى هُدىً أَوْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ


dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Saba': 24) Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini

bahwa engkau akan mengetahui dan mereka akan mengetahui di hari kiamat nanti.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: siapa di antara kamu yang gila. (Al-Qalam: 6)

Makna maftun ialah gila. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya. Qatadah dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: siapa di antara kamu yang gila. (Al-Qalam: 6)

Artinya, siapakah yang teperdaya oleh bujukan setan. Makna maftun sudah jelas, yaitu orang yang teperdaya hingga menyimpang dari jalan yang benar dan sesat jauh darinya.

Sesungguhnya huruf ba memasuki lafaz ayyukum untuk menunjukkan makna mengerjakan, yang berkaitan dengan firman-Nya:


فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ


Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat. (Al-Qamar: 5) Yakni kelak kamu akan mengetahui dan mereka pun akan mengetahui,

lalu kamu akan dikabari dan mereka akan dikabari pula, bahwa siapakah dari kalian yang mengerjakan perbuatan fitnah; Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.Kemudian Allah Swt. berfirman:


{إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}


Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Qalam: 7)

Allah mengetahui siapa di antara kedua golongan itu, yakni kamu dan mereka yang mendapat petunjuk, dan Dia mengetahui siapa golongan yang sesat dari kebenaran.

Surat Al-Qalam |68:2|

مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ

maaa anta bini'mati robbika bimajnuun

dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.

You are not, [O Muhammad], by the favor of your Lord, a madman.

Tafsir
Jalalain

(Kamu sekali-kali bukanlah) hai Muhammad (orang gila, berkat nikmat Rabbmu) yang telah mengaruniakan kenabian kepadamu, dan juga nikmat-nikmat-Nya yang lain.

Ayat ini merupakan jawaban terhadap perkataan orang-orang kafir, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah orang gila.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 2 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qalam |68:3|

وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ

wa inna laka la`ajron ghoiro mamnuun

Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.

And indeed, for you is a reward uninterrupted.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya) tiada pernah terputus.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 3 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qalam |68:4|

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim

Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.

And indeed, you are of a great moral character.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti) beragama (yang agung.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 4 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qalam |68:5|

فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ

fa satubshiru wa yubshiruun

Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,

So you will see and they will see

Tafsir
Jalalain

(Maka kelak kamu akan melihat dan mereka pun akan melihat.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 5 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qalam |68:6|

بِأَيْيِكُمُ الْمَفْتُونُ

bi`ayyikumul-maftuun

siapa di antara kamu yang gila?

Which of you is the afflicted [by a devil].

Tafsir
Jalalain

(Siapakah di antara kalian yang gila) yang tidak waras akalnya, kamukah atau mereka. Lafal al-maftuun ini wazannya sama dengan lafal al-ma`quul, berasal dari mashdar al-futuun, artinya gila.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 6 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qalam |68:7|

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

inna robbaka huwa a'lamu biman dholla 'an sabiilihii wa huwa a'lamu bil-muhtadiin

Sungguh, Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk.

Indeed, your Lord is most knowing of who has gone astray from His way, and He is most knowing of the [rightly] guided.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Rabbmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang Paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk)

lafal a`lamu di sini bermakna 'aalimun, yakni Dia mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 7 |

penjelasan ada di ayat 1

Surat Al-Qalam |68:8|

فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ

fa laa tuthi'il-mukażżibiin

Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).

Then do not obey the deniers.

Tafsir
Jalalain

(Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 8 |

Tafsir ayat 8-16

Allah Swt. berfirman, bahwa sebagaimana Kami telah berikan nikmat kepadamu dan Kami berikan kepadamu syariat yang lurus dan akhlak yang agung,


{فَلا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ} {وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ}


Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). (Al-Qalam: 8-9) Menurut Ibnu Abbas,mereka Ingin agar kamu bersikap lunak kepada mereka dan mereka akan membalasnya dengan sikap lunak pula kepadamu. Menurut Mujahid, makna firman-Nya: Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak. (Al-Qalam: 9)

Yakni agar kamu tunduk patuh kepada sembahan-sembahan mereka dan kamu tinggalkan perkara hak yang menjadi peganganmu. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ}


Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. (Al-Qalam: 10) Demikian itu karena seorang pendusta, mengingat kelemahan dan kehinaannya,

dia hanya melindungi dirinya dengan sumpah-sumpah yang dusta yang justru mengotori asma-asma Allah yang mereka gunakan Mereka dengan beraninya menggunakannya di setiap waktu

dalam sumpah mereka yang bukan pada tempatnya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna al-muhin ialah al-kazib alias pendusta Menurut Mujahid, artinya lemah hatinya.

Menurut Al-Hasan, makna ayat ialah setiap orang yang banyak mengutapkan sumpah sombong lagi lemah keyakinannya. Firman Allah Swt.:


{هَمَّازٍ}


yang banyak mencela. (Al-Qalam: 11) Menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, artinya suka mengumpat.


{مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ}


yang kian kemari menghambur fitnah. (Al-Qalam: 11)Yakni orang yang berjalan di antara manusia kian kemari menghambur fitnah dan mengadu domba di antara mereka,

dan menebarkan hasutan di antara orang-orang yang sedang bersitegang (bermusuhan). Perbuatan ini dinamakan dengan sebutan al-haliqah, yakni yang mencukur habis amal kebaikan.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Mujahid, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan:


مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: "إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ" الْحَدِيثَ


bahwa Rasulullah Saw. melewati dua buah kuburan, lalu bersabda: Sesungguhnya penghuni kedua kuburan ini benar-benar sedang diazab, dan keduanya diazab bukanlah karena mengerjakan dosa besar.

Salah seorangnya mempunyai kebiasaan tidak pernah bersuci sehabis buang air kecilnya, sedangkan yang lainnya mempunyai kebiasaan berjalan kian kemari menghambur hasutan (mengadu domba).

Jamaah selain keduanya telah mengetengahkan hadis ini dalam kitabnya masing-masing melalui berbagai jalur dari Mujahid dengan sanad yang sama.


قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هَمّام؛ أَنَّ حُذَيفة قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّات".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepacia kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Hammam, bahwa Huzaifah pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mengadu domba. Jamaah telah meriwayatkannya di dalam kitab masing-masing kecuali Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Ibrahim dengan sanad yang sama.


وَحَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا الثَّوْرِيُّ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هَمَّامٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ" يَعْنِي: نَمَّامًا


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Hammam,

dari Huzaifah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mangadu domba.


وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ أَبُو سَعِيدٍ الْأَحْوَلُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ -مُنْذُ نَحْوِ سِتِّينَ سَنَةً-عَنْ هَمَّامِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ: مَرَّ رَجُلٌ عَلَى حُذَيْفَةَ فَقِيلَ: إِنَّ هَذَا يَرْفَعُ الْحَدِيثَ إِلَى الْأُمَرَاءِ. فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ -أَوْ: قَالَ-: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ"


Juga telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ahwal, dari AL-A’masy, telah menceritakan kepadaku Ibrahim enam puluh tahun yang silam,

dari Hammam ibnul Haris yang mengatakan bahwa seorang lelaki berlalu di hadapan Huzaifah, lalu dikatakan kepada Huzaifah bahwa sesungguhnya lelaki ini suka melaporkan pembicaraan kepada para amir (penguasa).

Maka Huzaifah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda; Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mangadu domba (menghasut).


وَقَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هَاشِمٌ، حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ، عَنْ وَاصِلٍ الْأَحْدَبِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ: بَلَغَ حُذَيْفَةَ عَنْ رَجُلٍ أَنَّهُ يَنُمُّ الْحَدِيثَ، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَالَ: "لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Mahdi, dari Wasil Al-Ahdab, dari Abu Wa'il yang mengatakan bahwa disampaikan kepada Huzaifah

perihal seorang lelaki yang suka mengadu domba. Maka Huzaifah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mangadu domba.


وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنِ ابْنِ خُثَيم، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ بْنِ السَّكَنِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ؟ ". قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "الذين إذا رُؤوا ذُكر اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ". ثُمَّ قَالَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشِرَارِكُمْ؟ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفْسِدُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، وَالْبَاغُونَ لِلْبُرَآءِ العَنَت".


Dan Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ibnu Khaisam, dari Syahr ibnu Abu Hausyab, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan,

bahwa Nabi Saw. bersabda, "Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang yang paling baik dari kalian?" Mereka menjawab, "Tentu kami mau, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda:

(Yaitu) orang-orang yang apabila terselip rasa ria, maka ia segera ingat kepada Allah Swt. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Maukah aku beri tahukan kalian tentang orang yang paling buruk di antara kalian.

(Yaitu) orang-orang yang suka berjalan kian kemari menghambur hasutan (mengadu domba) dan yang membuat kerusakan di antara orang-orang yang menjalin kasih sayang lagi selalu mengharapkan terjadinya masalah

di kalangan orang-orang yang tidak berdosa. Ibnu Majah meriwayatkannya dari Suwaid ibnu Sa'id, dari Yahya ibnu Sulaim, dari Ibnu Khaisam dengan sanad yang sama.


وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي حُسَين، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم -يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خِيَارُ عِبَادِ اللَّهِ الذين إذا رؤوا ذكر الله، وشرار عباد الله المشاؤون بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ لِلْبُرَآءِ الْعَنَتَ"


Imam Ahmad telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam yang menyampaikannya kepada Nabi Saw.:

Hamba-hamba Allah yang pilihan ialah orang-orang yang apabila dalam hatinya terselip rasa ria, maka ia segera ingat kepada Allah. Dan hamba-hamba Allah yang paling buruk ialah orang-orang yang berjalan ke sana kemari

menebar hasutan (mengadu domba), yang memecah belah di antara orang-orang yang menjalin kasih sayang lagi selalu menginginkan terjadinya kesulitan di kalangan orang-orang yang tidak berdosa. Firman Allah Swt.:


{مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ}


yang enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa. (Al-Qalam: 12) Yakni tidak mau berbuat baik, padahal dia mampu melakukannya, lagi melampaui batas garis yang telah dihalalkan oleh

Allah baginya dan menyimpang jauh dari batasan hukum syariat, lagi suka berbuat dosa, yakni gemar mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Firman Allah Swt:


{عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ}


yang kaku kasar, selain itu juga yang terkenal kejahatannya. (Al-Qalam: 13)Al-'utullu artinya kaku, kasar, tamak, lagi kikir.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مَعْبَد بْنِ خَالِدٍ، عَنْ حَارِثَةَ بْنِ وَهْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَّا أُنَبِّئُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعَّف لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، أَلَّا أُنَبِّئُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتل جَوّاظ مُسْتَكْبِرٍ". وَقَالَ وَكِيع: "كُلُّ جَوَّاظ جعظري مستكبر".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dan Abdur Rahman, dari Sufyan, dari Sa'id ibnu Khalid, dari Harisah ibnu Wahb yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Maukah aku ceritakan kepadamu tentang calon penghuni surga? Yaitu setiap orang yang lemah lagi merendahkan dirinya, sekiranya dia memohon kepada Allah, niscaya Allah mengabulkannya.

Maukah aku ceritakan kepadamu tentang calon penghuni neraka? Yaitu setiap orang yang kaku kasar, angkuh, lagi sombong. Waki' mengatakan, "Setiap orang yang angkuh, buruk perangai, lagi sombong." Imam Bukhari dan Imam Muslim

mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing, begitu pula Jamaah lainnya—kecuali Imam Abu Daud— melalui hadis Sufyan As-Sauri dan Syu'bah, keduanya dari Sa'id ibnu Khalid dengan sanad yang sama.


وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو عبد الرحمن، حدثنا موسى بن علي قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يحدِّث عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عِنْدَ ذِكْرِ أَهْلِ النَّارِ: "كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan dari

Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa Nabi Saw. bersabda sehubungan dengan calon penghuni neraka: Setiap orang yang buruk perangai, angkuh, sombong, tamak, lagi kikir.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal. Ahli bahasa mengatakan bahwa ja'zari artinya kaku kasar (buruk perangai), dan al-jawwaz artinya tamak lagi kikir.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشب، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم، قَالَ: سُئل رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ العُتلِّ الزَّنِيمِ، فَقَالَ: "هُوَ الشَّدِيدُ الخَلْق الْمُصَحَّحُ، الْأَكُولُ الشَّرُوبُ، الْوَاجِدُ لِلطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، الظَّلُومُ لِلنَّاسِ، رَحِيبُ الْجَوْفِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah ditanya tentang makna al-utuluz zanim. Maka beliau bersabda: Orang yang kaku perangainya, kasar, banyak makan dan minumnya, lagi rakus dalam makan dan minum,

dan banyak berbuat aniaya terhadap orang lain, serta berperut besar.Dalam sanad yang sama disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:


"لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ الجَواظ الْجَعْظَرِيُّ، الْعُتُلُّ الزَّنِيمُ"


Tidak dapat masuk surga orang yang angkuh, buruk perangai, kaku, kasar, lagi terkenal kejahatannya.Hadis ini diriwayatkan pula oleh bukan hanya seorang dari kalangan tabi'in secara mursal.


وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْرٍ، عَنْ مَعْمر، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَبْكِي السَّمَاءُ مِنْ عَبْدٍ أَصَحَّ اللَّهُ جِسْمَهُ، وَأَرْحَبَ جَوْفَهُ، وَأَعْطَاهُ مِنَ الدُّنْيَا مِقضَمًا فَكَانَ لِلنَّاسِ ظَلُومًا. قَالَ: فَذَلِكَ العُتُل الزنيم"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Abu Saur, dari Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Langit menangis karena seorang hamba yang tubuhnya dianugerahi kesehatan oleh Allah, perutnya dibesarkan, dan diberi-Nya harta benda sesuai dengan ketamakannya, tetapi dia suka berbuat aniaya terhadap orang lain.

Lalu Rasulullah Saw, bersabda, bahwa orang yang berperangai demikian disebut orang yang kaku, kasar, lagi terkenal kejahatannya.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim melalui dua jalur yang mursal.

Dan telah diakui oleh bukan hanya seorang dari ulama Salaf, antara lain Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya, bahwa makna al-'utullu artinya orang yang kaku, kasar, lagi sangat kuat dalam hal makan,

minum dan bersetubuh serta hal-hal lainnya. Adapun mengenai makna zanim Imam Bukhari mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Mahmud, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil,

dari Abu Husain dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang kaku kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya. (Al-Qalam: 13) Seorang lelaki dari kalangan Quraisy berkata kepadanya bahwa

makna yang dimaksud ialah orang yang mempunyai ciri (tanda) khusus yang dikenai melaluinya, seperti tanda yang ada pada kambing. Makna yang dimaksud ialah bahwa orang tersebut terkenal dengan kejahatannya sebagaimana

terkenalnya kambing yang mempunyai tanda khusus di antara kambing-kambing lainnya.Sesungguhnya makna zanim dalam bahasa Arab tiada lain seseorang yang mengaku-aku berasal dari suatu kaum, padahal dia bukan

berasal dari mereka Demikianlah menurut Ibnu Jarir dan para imam lainnya. Hassan Ibnu Sabit sehubungan dengan pengertian ini mengatakan dalam sya'ir gubahannya yang berkenaan dengan mencela sebagian orang kafir Quraisy:


وأنتَ زَنيم نِيطَ فِي آلِ هَاشِمٍ ... كَمَا نِيطَ خَلْفَ الرّاكِب القَدَحُ الفَرْدُ


Engkau adalah seorang yang asing, lalu dikaitkan dengan keluarga Bani Hasyim,sebagaimana sebuah wadah tunggal yang dikaitkan dengan bagian belakang pelana pengendara. Penyair lainnya mengatakan:


زَنِيمٌ لَيْسَ يُعْرَفُ مَنْ أَبُوهُ ... بَغِيُّ الْأُمِّ ذُو حَسَبٍ لَئِيمِ


Dia adalah orang asing yang tidak dikenal siapa bapaknya, ibunya yang tercela perangainya telah berbuat zina.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Khalid Al-Wasiti,

telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Hisyam, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang terkenal kejahatannya. (Al-Qalam: 13) Kemudian Ibnu Abbas mengutip ucapan seorang penyair:


زَنِيمٌ تَدَاعَاهُ الرِّجَالُ زِيَادَةً ... كَمَا زِيدَ فِي عرض الأديم الأكارع


Dia orang pendatang, dikenal di kalangan kaum lelaki sebagai seorang yang mendompleng (pada mereka), sebagaimana ditambahkan kepada kulit kambing yang lebar, kulit kaki (kikil)nya.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna zanim, bahwa makna yang dimaksud ialah seorang yang mengaku-aku dari suatu kaum, padahal dia bukan berasal dari mereka. Dikatakan pula bahwa zanim

artinya seorang lelaki yang mempunyai ciri khusus yang melaluinya ia dikenal.Menurut suatu pendapat, orang tersebut adalah Al-Akhnas ibnu Syuraiq As-Saqafi, teman sepakta Bani Zahrah. Dan sebagian orang dari

Bani Zahrah mengatakan bahwa zanim adalah Al-Aswad ibnu Abdu Yagus Az-Zuhri, padahal dia bukan berasal dari Bani Zahrah. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu Abbas; ia pernah mengatakan

bahwa az-zanim artinya seseorang yang mengaku-aku berasal dari keturunan anu, padahal bukan berasal darinya.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb,

telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Bilal, dari Abdur Rahman ibnu Harmalah, dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa Ibnu Harmalah pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab mengatakan sehubungan dengan makna

firman-Nya: yang kaku kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya. (Al-Qalam: 13) Bahwa yang dimaksud adalah seseorang yang mendompleng pada suatu kaum, dan dia bukan berasal dari kalangan mereka.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Khalid, dari Amir ibnu Qudamah yang mengatakan bahwa Ikrimah pernah ditanya mengenai

makna zanim. Maka ia menjawab bahwa artinya ialah anak zina.Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: yang kaku kasar; selain itu juga terkenal kejahatannya. (Al-Qalam: 13)

Bahwa orang mukmin dapat dibedakan dari orang kafir, sebagaimana kambing yang mempunyai ciri khusus di antara kambing lainnya. Dikatakan kambing zanma artinya kambing yang pada lehernya terdapat dua buah daging

tumbuh yang bergantung pada tenggorokannya.As-Sauri telah meriwayatkan dari Jabir, dari Al-Hasan, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa zanim adalah seorang yang terkenal dengan kejahatannya,

sebagaimana seekor kambing dikenal dengan tanda khususnya. Dan zanim artinya yang menempel. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun,

dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan sehubungan dengan makna zanim, bahwa zanim adalah suatu tanda yang menjadi ciri khas sehingga yang bersangkutan dikenal melaluinya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa

orang itu mempunyai tanda khusus pada lehernya yang menjadi ciri khasnya. ibnu Jarir mengatakan bahwa menurut lainnya, zanim artinya orang yang mengaku-aku.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, dari ayahnya, dari para penulis kitab tafsir yang mengatakan bahwa zanim adalah orang yang mempunyai tanda khusus seperti tanda khusus yang biasa dimiliki oleh kambing.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan zanim adalah seseorang yang mempunyai tanda khusus pada pangkal telinganya. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, zanim artinya orang yang tercela yang menempel

pada nasab orang lain.Abu Ishaq alias Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa zanim adalah orang yang terkenal dengan kejahatannya. Mujahid mengatakan bahwa zanim adalah orang yang dikenal

dengan ciri khas ini, sebagaimana yang dikenal pada kambing. Abu Razin mengatakan bahwa zanim adalah alamat kekafiran. Ikrimah mengatakan, zanim ialah orang yang terkenal tercela

sebagaimana seekor kambing terkenal dengan tanda khususnya. Pendapat mengenai makna zanim ini cukup banyak, tetapi pada garis besarnya kembali kepada pendapat yang telah kami katakan sebelumnya,

bahwa zanim adalah seorang yang terkenal dengan kejahatannya di antara orang-orang, dan kebanyakan dia adalah seorang yang mendompleng pada suatu kaum (nasab suatu kaum), lagi merupakan anak zina.

Karena sesungguhnya pada umumnya anak zina mudah dikuasai oleh setan dengan penguasaan yang jauh lebih kuat daripada terhadap selainnya, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis:


«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَلَدُ زِنًا»


Tidak dapat masuk surga anak zina. Di dalam hadis yang lain disebutkan:


"وَلَدُ الزِّنَا شَرُّ الثَّلَاثَةِ إِذَا عَمِلَ بِعَمَلِ أَبَوَيْهِ"


Anak zina adalah orang ketiga yang terburuk bila ia melakukan perbuatan seperti kedua orang tuanya.Firman Allah Swt.:


{أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}


karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, ia berkata, "(Ini adalah) dongeng-dongeng orang-orang dahulu kala." (Al-Qalam: 14-15)

Allah Swt. berfirman bahwa inilah balasan dari harta benda dan anak-anak yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, nikmat Allah dia balas dengan kekafirannya terhadap ayat-ayat Allah; dia berpaling dari ayat-ayat Allah

dan menuduhnya sebagai kedustaan yang diambil dari dongengan-dongengan orang-orang dahulu. Ayai ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيداً وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُوداً وَبَنِينَ شُهُوداً وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيداً ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ كَلَّا إِنَّهُ كانَ لِآياتِنا عَنِيداً سَأُرْهِقُهُ صَعُوداً إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ثُمَّ نَظَرَ ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ فَقالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ سَأُصْلِيهِ سَقَرَ


Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia,

dan Kulapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambahkan),

karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah meniikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya),

maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut,

kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),

ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar, Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 11-30) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُومِ}


Kelak akan Kami beri tanda dia di belalai (nya). (Al-Qalam: 16) Menurut Ibnu Jarir, disebutkan bahwa Kami akan menerangkan perkaranya dengan keterangan yang jelas hingga mereka (semua makhluk) mengenalnya

dan tiada yang tersembunyi dari mereka mengenai perkaranya, sebagaimana tidak dapat disembunyikan dari mereka tanda yang ada pada belalainya. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:

Kelak akan Kami beri tanda dia di belalai (nya). (Al-Qalam: 16) Yakni tanda keburukan yang tidak dapat terhapuskan darinya selamanya. Di dalam riwayat lain yang bersumber darinya disebutkan bahwa tanda itu dicapkan

pada hidungnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi. Dan Al-Audi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kelak akan Kami beri tanda dia di belalai (nya). (Al-Qalam: 16),

Yaitu dia berperang dalam Perang Badar, lalu dipotong hidungnya dalam perang itu. Ulama lainnya mengatakan bahwa makna firman-Nya: Kelak akan Kami beri tanda dia. (Al-Qalam: 16)

Maksudnya, tanda ahli neraka, yaitu Kami hitamkan wajahnya kelak di hari kiamat, dan pengertian wajah di sini diungkapkan dengan kata hidung (belalai). Semua pendapat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Dan Ibnu Jarir cenderung dengan pendapat yang mengatakan bahwa tiada halangan bila semuanya itu terhimpunkan padanya, baik di dunia maupun di akhirat; dan pendapatnya ini cukup beralasan.

Karena sesungguhnya Ibnu Abu Hatim telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:


عَمَّ يَتَساءَلُونَ


Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? (An-Naba': 1)


حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ كَاتِبُ اللَّيْثِ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ حَدَّثَنِي خَالِدٌ عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ الْعَبْدَ يُكْتَبُ مُؤْمِنًا أَحْقَابًا ثُمَّ أَحْقَابًا ثُمَّ يَمُوتُ وَاللَّهُ عَلَيْهِ سَاخِطٌ. وَإِنَّ الْعَبْدَ يُكْتَبُ كَافِرًا أَحْقَابًا ثُمَّ أَحْقَابًا، ثُمَّ يَمُوتُ وَاللَّهُ عَلَيْهِ رَاضٍ. وَمَنْ مَاتَ هَمَّازًا لمَّازًا مُلَقَّبا للناس، كان علامته يوم القيامة أن يسميه اللَّهُ عَلَى الْخُرْطُومِ، مِنْ كِلَا الشَّفَتَيْنِ"


Bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh juru tulis Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadakii Khalid ibnu Sa'id,

dari Abdul Malik ibnu Abdullah, dari Isa ibnu Hilal As-Sadfi, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba dicatat sebagai orang mukmin selama beberapa masa,

lalu beberapa masa lainnya lagi, kemudian ia mati, sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya Dan sesungguhnya seseorang hamba dicatat sebagai orang kafir selama beberapa masa,

kemudian beberapa masa lainnya, lalu ia meninggal dunia, sedangkan Allah dalam keadaan rida kepadanya. Dan barang siapa yang mati sebagai seorang yang dikenal di kalangan orang banyak

sebagai seorang yang banyak mencela lagi banyak mengnmpat, maka alamatnya di hari kiamat ialah Allah memberinya tanda berupa belalai pada kedua bibirnya.

Surat Al-Qalam |68:9|

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

wadduu lau tud-hinu fa yud-hinuun

Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula).

They wish that you would soften [in your position], so they would soften [toward you].

Tafsir
Jalalain

(Mereka menginginkan) mengharapkan (supaya) merupakan mashdariyah (kamu bersikap lunak) bersikap lembut terhadap mereka (lalu mereka bersikap lunak)

pula terhadapmu; diathafkan kepada lafal tudhinu. Seandainya dijadikan sebagai jawab dari tamanni yang tersimpulkan dari lafal wadduu, maka sebelum huruf fa diperkirakan adanya lafal hum.

Yakni, seandainya kamu bersikap lunak terhadap mereka, maka mereka pun akan bersikap lunak pula terhadapmu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 9 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:10|

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ

wa laa tuthi' kulla ḥallaafim mahiin

Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina,

And do not obey every worthless habitual swearer

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah) dengan cara yang batil (lagi hina) yakni rendah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 10 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:11|

هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ

hammaazim masysyaaa`im binamiim

suka mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah,

[And] scorner, going about with malicious gossip -

Tafsir
Jalalain

(Yang banyak mencela) atau sering mengumpat (yang kian ke mari menghambur fitnah) yakni berjalan ke sana dan ke mari di antara orang-orang dengan maksud merusak mereka, yakni menghasut mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 11 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:12|

مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ

mannaa'il lil-khoiri mu'tadin aṡiim

yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas, dan banyak dosa,

A preventer of good, transgressing and sinful,

Tafsir
Jalalain

(Yang banyak menghalangi perbuatan baik) artinya sangat kikir tidak mau membelanjakan hartanya kepada hak-hak yang diwajibkan atas dirinya

(yang melampaui batas) sangat aniaya (lagi banyak dosa) banyak melakukan perbuatan dosa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 12 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:13|

عُتُلٍّ بَعْدَ ذَٰلِكَ زَنِيمٍ

'utullim ba'da żaalika zaniim

yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya,

Cruel, moreover, and an illegitimate pretender.

Tafsir
Jalalain

(Yang kaku kasar) wataknya kaku lagi kasar (selain dari itu, yang terkenal kejahatannya) dia adalah seseorang yang dianggap sebagai orang Quraisy, padahal dia bukan dari kalangan mereka,

yaitu Walid bin Mughirah. Ayahnya menjulukinya sebagai orang Quraisy setelah ia berumur delapan belas tahun. Ibnu Abbas r.a. mengatakan, bahwa kami belum pernah mengetahui, bahwa Allah swt.

menyifati seseorang dengan sifat-sifat yang tercela sebagaimana yang telah dilakukan-Nya terhadap Walid, sehingga keaiban itu tetap menempel pada diri Walid untuk selama-lamanya.

Dan bertaalluq kepada lafal zaniim, zharaf yang terdapat pada sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 13 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:14|

أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ

ang kaana żaa maaliw wa baniin

karena dia kaya dan banyak anak.

Because he is a possessor of wealth and children,

Tafsir
Jalalain

(Karena dia mempunyai banyak harta dan anak) bentuk asalnya adalah lian, dan bertaalluq kepada makna yang menunjukkan terhadap pengertiannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 14 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:15|

إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

iżaa tutlaa 'alaihi aayaatunaa qoola asaathiirul-awwaliin

Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, dia berkata, "(Ini adalah) dongeng-dongeng orang dahulu."

When Our verses are recited to him, he says, "Legends of the former peoples."

Tafsir
Jalalain

(Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) yakni Alquran (ia berkata) bahwa Alquran itu (dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.")

Yaitu hanyalah kedustaan yang sengaja dibuat-buat guna menyenangkan hati kami sewaktu ia disebutkan atau diceritakan.

Menurut suatu qiraat ada lafal a-an dengan memakai dua huruf Hamzah yang kedua-duanya difathahkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 15 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:16|

سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُومِ

sanasimuhuu 'alal-khurthuum

Kelak dia akan Kami beri tanda pada belalai(nya).

We will brand him upon the snout.

Tafsir
Jalalain

(Kelak akan Kami beri tanda dia di belalainya) Kami akan menjadikan tanda pada hidungnya, yang menyebabkannya cacat seumur hidup. Maka dia terpotong-potong hidungnya ketika perang Badar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 16 |

penjelasan ada di ayat 8

Surat Al-Qalam |68:17|

إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ

innaa balaunaahum kamaa balaunaaa ash-ḥaabal-jannah, iż aqsamuu layashrimunnahaa mushbiḥiin

Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari,

Indeed, We have tried them as We tried the companions of the garden, when they swore to cut its fruit in the [early] morning

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Kami telah mencoba mereka) Kami telah menguji orang-orang musyrik Mekah dengan paceklik dan kelaparan (sebagaimana Kami telah mencoba pemilik-pemilik kebun)

atau ladang (ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya) akan memetik buahnya (di pagi hari) di pagi buta, supaya orang-orang miskin tidak mengetahuinya.

Maka orang-orang yang memiliki kebun itu mempunyai alasan bila mereka tidak memberikan sedekah kepada mereka; tidak sebagaimana bapak-bapak mereka yang selalu memberikan sebagian

dari hasilnya buat orang-orang miskin sebagai sedekahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 17 |

Tafsir ayat 17-33

Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah Swt. untuk menggambarkan perihal orang-orang kafir Quraisy yang telah diberi anugerah oleh Allah kepada mereka berupa rahmat yang besar,

dan Allah telah memberi mereka nikmat yang tak terperikan besarnya, yaitu dengan diutus-Nya Nabi Muhammad Saw. kepada mereka.

Tetapi mereka membalas semuanya itu dengan mendustakan dia, menolaknya, dan memeranginya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ}


Sesungguhnya Kami telah menguji mereka. (Al-Qalam: 17) Yakni kaum musyrik Mekah, Kami uji mereka.


{كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ}


sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun. (Al-Qalam: 17) Yaitu kebun-kebun yang mempunyai berbagai macam pohon-pohon yang berbuah, yang darinya dihasilkan berbagai macam jenis buah-buahan.


{إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ}


ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari. (Al-Qalam: 17) Mereka telah bersumpah di antara sesamanya,

bahwa mereka benar-benar akan memetik (memanen) buahnya di malam hari agar tiada seorang fakir pun mengetahuinya dan tiada seorang pun yang meminta-mintanya.

Dengan demikian, maka hasilnya bertambah berlimpah bagi mereka, dan mereka tidak mau menyedekahkan sebagian darinya barang sedikit pun.


{وَلا يَسْتَثْنُونَ}


dan mereka tidak mengucapkan, "Insya Allah, " (Al-Qalam: 18) Yakni dalam sumpah mereka tidak disebutkan kata pengecualian yang dikembalikan kepada kehendak Allah,

yaitu kalimat 'Insya Allah. 'Karena itulah maka Allah tidak memperkenankan sumpah mereka; untuk itu Allah Swt. berfirman dalam ayat berikutnya:


{فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ}


lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. (Al-Qalam: 19) Artinya, kebun mereka ditimpa oleh wabah dan bencana dari langit.


{فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ}


maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. (Al-Qalam: 20) Ibnu Abbas mengatakan bahwa kebun itu menjadi hitam legam bagaikan malam yang gelap gulita.

As Sauri dan As-Saddi mengatakan bahwa semisal dengan sawah yang telah dituai, yakni tinggal dedaunan dan bulir-bulirnya yang kering kerontang.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكِرَ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ الصَّبَّاحِ: أَنْبَأَنَا بِشْرُ بْنُ زَاذَانَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ صُبْحٍ عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِيَّاكُمْ وَالْمَعَاصِيَ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيُذْنِبُ الذَّنْبَ فَيُحْرَمُ بِهِ رِزْقًا قَدْ كَانَ هُيِّئ لَهُ"، ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ} قَدْ حُرِمُوا خَير جَنّتهم بِذَنْبِهِمْ


Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ahmad ibnus Sabah, bahwa telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Zazan, dari Umar ibn uSabih, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Ibnu Mas'ud yang

mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Jauhilah olehmu perbuatan-perbuatan maksiat, karena sesungguhnya seseorang hamba melakukan perbuatan dosa, lalu ia benar-benar dihalangi dari rezeki

yang telah disiapkan untuknya sebab perbuatan dosanya itu. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.

maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita. (Al-Qalam: 19-20) Mereka telah dihalangi dari kebaikan yang dihasilkan dari kebun mereka disebabkan dosa mereka.


{فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ}


lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari. (Al-Qalam: 21) Yakni ketika fajar telah menyingsing, sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lainnya untuk pergi guna memanen hasil kebun mereka.


{أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ}


"Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya.” (Al-Qalam: 22) Maksudnya, jika kalian hendak memanen buahnya. Mujahid mengatakan bahwa pohon yang ditanam oleh mereka adalah buah anggur.


{فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ}


Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan. (Al-Qalam: 23)Yaitu dengan saling berbicara di antara sesama mereka dengan suara yang pelan-pelan agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh orang lain.

Kemudian Allah Swt. Yang Mengetahui semua rahasia dan apa yang dibisikkan oleh mereka dengan sesamanya menjelaskan apa yang mereka perbincangkan dalam pembicaraan mereka yang berbisik-bisik itu, melalui firman berikutnya:


{فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ}


Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan, "Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” (Al-Qalam: 23-24) Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain,

bahwa jangan kamu biarkan hari ini seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu. Allah Swt. berfirman, menceritakan keberangkatan mereka:


{وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ}


Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin), padahal mereka mampu (menolongnya). (Al-Qalam: 25)Yakni mereka pergi dengan langkah yang tegap dan cepat.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin). (Al-Qalam: 25) Mereka berangkat dengan langkah penuh keyakinan dan kesungguhan.

Menurut Ikrimah, dengan langkah yang disertai dengan rasa kemarahan. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa makna firman-Nya: dengan niat menghalangi. (Al-Qalam: 25) Yaitu agar tidak diketahui oleh orang-orang miskin.

Menurut As-Saddi, Hard adalah nama kota tempat tinggal mereka, tetapi tafsiran As-Saddi ini terlalu jauh menyimpang.


{قَادِرِينَ}


padahal mereka mampu (menolong orang-orang miskin itu). (Al-Qalam: 25)Yakni mampu untuk memanen hasil kebunnya menurut dugaan dan sangkaan mereka.


{فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ}


Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan). (Al-Qalam: 26) Ketika mereka sampai di kebun mereka dan telah menyaksikannya

dengan mata kepala mereka sendiri dalam keadaan seperti -apa yang telah digambarkan oleh Allah Swt. sebelumnya. Yaitu kebun yang tadinya tampak hijau, subur,

lagi banyak buah-buahannya, kini telah menjadi hitam legam seperti malam yang gelap gulita, tiada sesuatu pun yang dapat diambil manfaatnya dari kebun itu.

Maka mereka berkeyakinan bahwa jalan yang mereka tempuh itu sesat, dan bukan jalan menuju kebun mereka. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّا لَضَالُّونَ}


Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan) (Al-Qalam: 26) Yakni kita telah menempuh jalan yang keliru, bukan menempuh jalan yang menuju ke arah kebun kita. Demikianlah menurut Ibnu Abbas dan lain-lainnya.

Kemudian mereka menyadari akan kekeliruan dugaan mereka dan mereka merasa yakin bahwa itu adalah kebun mereka sendiri. Karena itulah mereka mengatakan:


{بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ}


bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya).(Al-Qalam: 27) bahkan memang inilah kebun kita, tetapi kita tidak beruntung dan tidak mendapatkan hasil apa pun darinya.


{قَالَ أَوْسَطُهُمْ}


Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka. (Al-Qalam: 28) Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Muhammad ibnu Ka'b,

Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah seorang yang paling bijaksana dan paling baik dari mereka.


{أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلا تُسَبِّحُونَ}


Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)? (Al-Qalam: 28) Mujahid, As-Saddi, dan Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)? (Al-Qalam: 28) Yakni mengapa kalian tidak mengucapkan insya Allah sebelumnya? As-Saddi mengatakan bahwa istisna mereka di masa itu berupa tasbih.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang dimaksud ialah ucapan seseorang insya Allah. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah seseorang yang paling bijaksana dari mereka mengatakan,

"Mengapa kalian tidak bertasbih kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah Dia limpahkan dan Dia berikan kepada kalian?"


{قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ}


Mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Qalam: 29) Maka barulah mereka menunaikan ketaatan di saat tiada gunanya lagi upaya mereka,

kini mereka menyesali perbuatan mereka di saat nasi telah menjadi bubur. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلاوَمُونَ}


"Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela. (Al-Qalam: 29-30)

Yaitu sebagian dari mereka mencela sebagian yang lain atas sikap mereka yang bersikeras tidak mau memberi kaum fakir miskin dari hasil panen mereka.

Maka tiadalah jawaban sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain kecuali mengakui kesalahan dan dosa mereka sendiri.


{قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ}


Mereka berkata, "Aduhai, celakalah kita, sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampui batas." (Al-Qalam: 31) Yakni kami benar telah berbuat kesalahan, berbuat aniaya, dan melampaui batas sehingga kita tertimpa musibah ini.


{عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ}


Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita. (Al-Qalam: 32) Menurut suatu pendapat,

mereka menginginkan dengan kesadaran dan tobat mereka itu agar diberi ganti dengan kebun yang lebih baik di dunia ini. Dan menurut pendapat yang lain, mereka mengharapkan pahala dari Allah di negeri akhirat.

Hanya Allah-lah Yang lebih Mengetahui.Kemudian sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah penduduk negeri Yaman. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka dari suatu kota yang dikenal dengan nama Darwan,

terletak enam mil dari kota Sana'. Menurut pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah penduduk negeri Habsyah, dan bahwa bapak moyang mereka telah mewariskan kebun itu kepada mereka, dan mereka adalah dari golongan

Ahli Kitab. Di masa lalu bapak moyang mereka mempunyai perjalanan hidup yang baik dalam mengolah kebunnya. Dari hasilnya mereka mengembalikan sebagiannya untuk pengolahan kebun itu sendiri sesuai dengan keperluannya,

dan sebagian yang lainnya mereka simpan buat makan setahun anak-anak mereka, sedangkan sisanya mereka sedekahkan. Ketika bapak mereka meninggal dunia, lalu kebun itu diwarisi oleh anak-anaknya.

Maka berkatalah anak-anaknya, "Sesungguhnya bapak kita dahulu bodoh, karena dia telah membelanjakan sebagian dari hasil kebun ini untuk kaum fakir miskin. Maka seandainya kita hentikan pembelanjaan itu,

niscaya akan bertambah melimpahlah hasil yang kita peroleh nanti." Tatkala mereka bertekad untuk melaksanakan niatnya, maka dihukumlah mereka dengan kebalikan dari apa yang mereka perkirakan.

Allah melenyapkan dari tangan mereka semua modal mereka, keuntungan dan sedekah yang biasanya dikeluarkan, semuanya ludes, tiada sesuatu pun yang tersisa bagi mereka. Allah Swt. berfirman:


{كَذَلِكَ الْعَذَابُ}


Seperti itulah azab (di dunia). (Al-Qalam: 33) Yakni seperti itulah azab bagi orang yang menentang perintah Allah dan bersikap kikir terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya

dan apa yang telah Allah anugerahkan kepadanya, menghalangi hak kaum fakir miskin dan orang-orang yang memerlukan bantuannya, menukar nikmat Allah dengan kekafiran terhadap-Nya.


{وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ}


Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui. (Al-Qalam: 33) Artinya, itulah siksaan dunia sebagaimana yang kamu dengar, dan azab akhirat jauh lebih berat daripada itu.

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Al-Baihaqi melalui jalur Ja'far ibnu Muhammad ibnu Ali ibnul Husain ibnu Ali ibnu AbuTalib, dari ayahnya, dari kakeknya telah disebutkan:


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الْجِدَادِ بِاللَّيْلِ، وَالْحَصَادِ بِاللَّيْلِ


Bahwa Rasulullah Saw. telah melarang memetik hasil buah di malam hari dan melakukan panen di malam hari.

Surat Al-Qalam |68:18|

وَلَا يَسْتَثْنُونَ

wa laa yastaṡnuun

tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, "Insya Allah").

Without making exception.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka tidak mengecualikan) di dalam sumpah mereka itu kepada kehendak Allah swt. Ayat ini merupakan jumlah isti'naf atau kalimat permulaan;

yakni, kelakuan mereka seperti itu; mereka tidak pernah menggantungkan sumpahnya itu kepada kehendak Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 18 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Qalam |68:19|

فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ

fa thoofa 'alaihaa thooo`ifum mir robbika wa hum naaa`imuun

Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.

So there came upon the garden an affliction from your Lord while they were asleep.

Tafsir
Jalalain

(Lalu kebun itu diliputi malapetaka dari Rabbmu) berupa api yang melahap kesemuanya di waktu malam (ketika mereka sedang tidur.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 19 |

penjelasan ada di ayat 17

Surat Al-Qalam |68:20|

فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ

fa ashbaḥat kash-shoriim

Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita,

And it became as though reaped.

Tafsir
Jalalain

(Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita) yakni menjadi hangus terbakar semuanya, sehingga tampak hitam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Qalam | 68 : 20 |

penjelasan ada di ayat 17