Juz 9

Surat Al-Araf |7:88|

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۚ قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ

qoolal-mala`ullażiinastakbaruu ming qoumihii lanukhrijannaka yaa syu'aibu wallażiina aamanuu ma'aka ming qoryatinaaa au lata'uudunna fii millatinaa, qoola a walau kunnaa kaarihiin

Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Syu´aib berkata, "Wahai Syu´aib! Pasti kami usir engkau bersama orang-orang yang beriman dari negeri kami, kecuali engkau kembali kepada agama kami." Syu´aib berkata, "Apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak suka?

Said the eminent ones who were arrogant among his people, "We will surely evict you, O Shu'ayb, and those who have believed with you from our city, or you must return to our religion." He said, "Even if we were unwilling?"

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka dari kaum Syuaib yang menyombongkan diri berkata,) mereka yang sombong tidak mau beriman ("Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau kamu kembali)

sungguh mau kembali (kepada agama kami.") yaitu din/agama kami. Di dalam pembicaraan ini yang dipakai dhamir jamak padahal pembicaranya hanya seorang yaitu Syuaib sendiri.

Sebab Syuaib itu sama sekali bukan berada dalam agama mereka, lalu ia menjawab sebaliknya (Syuaib menjawab, "Apakah) kami harus kembali kepada agamamu itu (kendatipun kami tidak menyukainya")

Istifham/kata tanya di sini mengandung pengertian pengingkaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 88 |

Tafsir ayat 88-89

Demikianlah kisah dari Allah mengenai jawaban orang-orang kafir terhadap nabinya, yaitu Nabi Syu'aib dan pengikutnya dari kalangan kaum mukmin. Mereka mengancam akan mengusir dan mengasingkan Nabi Syu'aib

dan pengikutnya dari tanah tempat tinggalnya. Orang-orang kafir dari kaumnya menekannya agar kembali kepada agama mereka bersama-sama mereka. Pembicaraan dalam ayat ini

ditujukan kepada seorang rasul, tetapi makna yang dimaksud menyertakan pula para pengikutnya yang memeluk agamanya. Firman Allah Swt.:


{أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ}


Dan apakah (akan tetap mengusir kami) kendatipun kami tidak, menyukainya? (Al-A'raf: 88)Nabi Syu'aib berkata kepada mereka, "Apakah kalian tetap akan melakukan ancaman terhadap kami,

sekalipun kami tidak menyukai apa yang kalian serukan kepada kami? Karena sesungguhnya jika kami kembali kepada agama kalian dan bergabung dengan kalian melakukan kebiasaan kalian,

berarti kami melakukan suatu kedustaan besar terhadap Allah, sebab hal itu berarti menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang menandingi-Nya." Ungkapan ini mengandung pengertian antipati Nabi Syu'aib untuk mengikuti seruan mereka.


{وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا}


Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah —Tuhan kami— menghendakinya). (Al-A'raf: 89)Ungkapan ini merupakan pernyataan pengembalian segala sesuatu kepada Allah yang dibenarkan, karena sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.


{عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا}


Kepada Allah sajalah kami bertawakal. (Al-A'raf: 89)Yaitu dalam semua urusan kami, baik yang kami kerjakan maupun yang kami tinggalkan.


{رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ}


Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (Al-A'raf: 89)Maksudnya, putuskanlah perkara yang terjadi antara kami dan kaum kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi mereka.


{وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ}


dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 89)Yakni sebaik-baik Pemberi keputusan, karena sesungguhnya Engkau Mahaadil dan tidak akan menyimpang selamanya.

Surat Al-Araf |7:89|

قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا ۚ وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا ۚ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۚ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا ۚ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

qodiftaroinaa 'alallohi każiban in 'udnaa fii millatikum ba'da iż najjaanallohu min-haa, wa maa yakuunu lanaaa an na'uuda fiihaaa illaaa ay yasyaaa`allohu robbunaa, wasi'a robbunaa kulla syai`in 'ilmaa, 'alallohi tawakkalnaa, robbanaftaḥ bainanaa wa baina qouminaa bil-ḥaqqi wa anta khoirul-faatiḥiin

Sungguh, kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, setelah Allah melepaskan kami darinya. Dan tidaklah pantas kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami, menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik."

We would have invented against Allah a lie if we returned to your religion after Allah had saved us from it. And it is not for us to return to it except that Allah, our Lord, should will. Our Lord has encompassed all things in knowledge. Upon Allah we have relied. Our Lord, decide between us and our people in truth, and You are the best of those who give decision."

Tafsir
Jalalain

(Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah jika kami kembali kepada agamamu sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut) tidak pantas

(bagi kami kembali kepadanya kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki) hal itu, yaitu menghinakan kami (Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu) yang di antaranya ialah Dia mengetahui keadaanku dan keadaanmu

(Kepada Allah sajalah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan) ketentuan hukum (antara kami dan kaum kami dengan hak dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya) yakni hakim yang paling baik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 89 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Al-Araf |7:90|

وَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ

wa qoolal-mala`ullażiina kafaruu ming qoumihii la`inittaba'tum syu'aiban innakum iżal lakhoosiruun

Dan pemuka-pemuka dari kaumnya (Syu´aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya), "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu´aib, tentu kamu menjadi orang-orang yang rugi."

Said the eminent ones who disbelieved among his people, "If you should follow Shu'ayb, indeed, you would then be losers."

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka kaum Syuaib yang kafir berkata,) sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain ("Sesungguhnya jika) lam adalah untuk qasam atau sumpah

(kamu mengikut Syuaib, tentu jika kamu berbuat demikian menjadi orang-orang yang merugi.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 90 |

Tafsir ayat 90-92

Allah Swt. menceritakan perihal kekerasan kekufuran mereka, juga kebinalan, kesombongan, kesesatan yang mereka lakukan, dan tabiat hati mereka yang suka menentang kebenaran. Mereka nyatakan hal ini melalui sumpah mereka yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ}


Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu’aib. tentulah kalian jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi. (Al-A'raf: 90)Maka Allah Swt berfirman dalam ayat selanjutnya:


{فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}


Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (Al-A'rif: 91)Dalam ayat ini Allah Swt. memberitahukan bahwa mereka ditimpa gempa yang dahsyat,

sebagaimana mereka telah membuat Syu'aib dan sahabat-sahabatnya terguncang oleh ancaman mereka yang hendak mengusirnya. Seperti yang disebutkan perihal mereka dalam surat Hud melalui firman-Nya:


{وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ}


Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu teriakan yang mengguntur,

lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (Hud: 94)Kaitannya dengan ayat di atas —hanya Allah yang lebih mengetahui— ialah, ketika mereka melancarkan cemoohan kepada Syu'aib a.s. melalui perkataan mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{أَصَلاتُكَ تَأْمُرُكَ}


Apakah salatmu yang menyuruh kamu. (Hud: 87), hingga akhir ayat.Maka datanglah teriakan yang mengguntur dan mendiamkan mereka (yakni mematikan mereka). Dalam surat Asy-Syu'ara Allah Swt. berfirman menceritakan perihal mereka:


{فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}


Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara: 189)

Hal tersebut tidak sekali-kali terjadi melainkan karena mereka mengata­kan kepada Nabi Syu'aib seperti yang disebutkan dalam konteks kisah­nya melalui firman Allah Swt.:


فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ


Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit. (Asy-Syu'ara: 187)Allah Swt menceritakan bahwa mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi, sedangkan mereka semuanya dalam keadaan berkumpul.

Azab yang menimpa mereka pada hari mereka dinaungi itu berupa awan yang menaungi mereka, di dalam awan terdapat percikan dan nyala api serta kobaran yang hebat. Lalu pekikan yang mengguntur datang menimpa mereka dari langit,

sedangkan bumi mengalami gempa besar dari bawah mereka, sehingga nyawa mereka dicabut dan mati, sedangkan tubuh mereka kaku.


{فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ}


maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (Al-A'raf: 91)Kemudian Allah Swt. berfirman:


{كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}


seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu. (Al-Araf:92)Artinya, setelah tertimpa azab itu mereka seakan-akan tidak bertempat tinggal di tanah tempat mereka hendak mengusir Syu'aib dan sahabat-sahabatnya. Kemudian Allah Swt. menjawab perkataan mereka metalui firman-Nya:


{الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ}


orang-orang yang mendustakan Syu’aib. mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-A'raf: 92)

Surat Al-Araf |7:91|

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ

fa akhożat-humur-rojfatu fa ashbaḥuu fii daarihim jaaṡimiin

Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka,

So the earthquake seized them, and they became within their home [corpses] fallen prone.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian mereka ditimpa gempa) gempa bumi yang dahsyat (maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka) mereka mati dalam keadaan bertekuk-lutut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 91 |

Penjelasan ada di ayat 90

Surat Al-Araf |7:92|

الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا ۚ الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ

allażiina każżabuu syu'aibang ka`al lam yaghnau fiihaa, allażiina każżabuu syu'aibang kaanuu humul-khoosiriin

orang-orang yang mendustakan Syu´aib seakan-akan mereka belum pernah tinggal di (negeri) itu. Mereka yang mendustakan Syu´aib, itulah orang-orang yang rugi.

Those who denied Shu'ayb - it was as though they had never resided there. Those who denied Shu'ayb - it was they who were the losers.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang mendustakan Syuaib) menjadi mubtada dan khabarnya ialah (seolah-olah) dengan ditakhfifkan sedangkan isimnya dibuang, lengkapnya ialah: Seolah-olah mereka (mereka belum pernah berdiam)

artinya mereka belum pernah tinggal (di kota itu) di rumah-rumah mereka sendiri (orang-orang yang mendustakan Syuaib mereka itulah orang-orang yang merugi) pengukuhan dengan mengulangi maushul dan lainnya

merupakan jawaban terhadap perkataan mereka yang terdahulu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 92 |

Penjelasan ada di ayat 90

Surat Al-Araf |7:93|

فَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ ۖ فَكَيْفَ آسَىٰ عَلَىٰ قَوْمٍ كَافِرِينَ

fa tawallaa 'an-hum wa qoola yaa qoumi laqod ablaghtukum risaalaati robbii wa nashoḥtu lakum, fa kaifa aasaa 'alaa qouming kaafiriin

Maka, Syu´aib meninggalkan mereka seraya berkata, "Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Maka, bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?"

And he turned away from them and said, "O my people, I had certainly conveyed to you the messages of my Lord and advised you, so how could I grieve for a disbelieving people?"

Tafsir
Jalalain

(Maka Syuaib berpaling) yakni meninggalkan (mereka seraya berkata, "Hai kaumku! Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanat-amanah Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu)

akan tetapi kamu tidak juga mau beriman (Maka bagaimana aku akan bersedih hati) bersusah hati (terhadap orang-orang yang kafir") Istifham di sini bermakna nafi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 93 |

Syu'aib berpaling meninggalkan mereka setelah mereka tertimpa azab, pembalasan, dan siksa-Nya. Kemudian Allah Swt. berfirman mengecam dan mengejek mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ}


Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian amanat-amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kalian. (Al-A'raf: 93)Maksudnya, aku telah menyampaikan kepada kalian apa yang diutuskan kepadaku

untuk membawanya. Maka tidak ada kekecewaan atas kalian, karena kalian telah ingkar kepada Al-Kitab yang aku bawa ini.Firman selanjutnya mengatakan:


{فَكَيْفَ آسَى عَلَى قَوْمٍ كَافِرِينَ}


Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir? (Al-A'raf: 93)

Surat Al-Araf |7:94|

وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا أَخَذْنَا أَهْلَهَا بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُونَ

wa maaa arsalnaa fii qoryatim min nabiyyin illaaa akhożnaaa ahlahaa bil-ba`saaa`i wadh-dhorrooo`i la'allahum yadhdhorro'uun

Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka (tunduk dengan) merendahkan diri.

And We sent to no city a prophet [who was denied] except that We seized its people with poverty and hardship that they might humble themselves [to Allah].

Tafsir
Jalalain

(Kami tidaklah mengutus seseorang nabi pun kepada sesuatu negeri) kemudian penduduknya mendustakannya (melainkan Kami timpakan) Kami siksa (kepada penduduknya kesempitan)

yakni kemiskinan yang sangat (dan penderitaan) berupa penyakit (supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri) mereka mau merendahkan dirinya sehingga mereka mau beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 94 |

Tafsir ayat 94-95

Allah Swt. menceritakan perihal cobaan yang telah menimpa umat-umat terdahulu berupa penderitaan dan kesengsaraan, yaitu mereka yang telah diutuskan para nabi.

Mereka mengalami penderitaan berupa penyakit dan gangguan pada tubuh, juga mengalami kesengsaraan dalam hidup, yaitu keadaan miskin dan papa. Ditimpakan demikian kepada mereka

agar mereka mau tunduk dengan merendahkan diri. Dengan kata lain, agar mereka berdoa dengan khusyuk kepada Allah Swt. untuk melenyapkan apa yang menimpa diri mereka.

Allah mencoba mereka dengan kesengsaraan agar mereka mau tun­duk merendahkan diri kepada Allah, tetapi mereka tidak melakukan sesuatu pun yang dituntutkan kepada mereka.

Setelah itu keadaan mereka dibalik hingga menjadi makmur, hal ini merupakan cobaan pula bagi mereka. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:


{ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ}


Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan. (Al-A'raf: 95)Maksudnya, Kami ubah keadaan mereka dari keadaan semula, dari sengsara menjadi senang, dari sakit menjadi sehat, dan dari miskin menjadi kaya, agar mereka bersyukur. Tetapi ternyata mereka tidak melakukannya.Firman Allah Swt.:


{حَتَّى عَفَوْا}


hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak. (Al-A'raf: 95)Makna yang dimaksud ialah keturunan dan harta mereka menjadi bertambah banyak. Dikatakan عَفَا الشَّيْءُ apabila sesuatu menjadi bertambah banyak.


{وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}


dan mereka berkata, "Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasakan penderitaan dan kesenangan." Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong, sedangkan mereka tidak menyadarinya. (Al-A'raf: 95)

Allah menceritakan bahwa Dia menguji mereka dengan kesengsaraan dan kesenangan agar mereka berendah diri dan kembali kepada Allah. Tetapi cara ini ternyata tidak berhasil terhadap mereka, begitu pula cara lainnya,

mereka tidak juga mau berhenti dari kekufurannya dengan cara-cara tersebut. Bahkan mereka menjawab, "Telah menimpa kami kesengsaraan dan penderitaan, lalu disusul dengan kemakmuran,

sama seperti yang dialami oleh nenek moyang kami di masa silam. Karena sesung­guhnya hal tersebut hanyalah terjadi karena perputaran masa." Mereka sama sekali tidak mengerti tentang urusan Allah terhadap diri mereka,

tidak pula mereka rasakan cobaan Allah terhadap diri mereka dalam dua keadaan tersebut.Hal ini berbeda dengan keadaan orang-orang mukmin; mereka selalu bersyukur kepada Allah Swt. bila beroleh kesenangan, dan bersabar bila mendapat kesengsaraan, seperti apa yang telah disebutkan di dalam hadis Sahihain:


"عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ، لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَراء شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاء صَبَر فَكَانَ خَيْرًا لَهُ"


Sungguh mengagumkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah memutuskan baginya suatu keputusan melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika dia tertimpa kesengsaraan, bersabar; dan sabar itu baik baginya,

jika beroleh kesenangan, bersyukur; dan bersyukur itu baik baginya.Orang mukmin ialah orang yang mengerti tentang ujian Allah yang sedang ditimpakan kepadanya, baik ujian itu berupa kesengsaraan maupun berupa kesenangan. Karena itulah di dalam sebuah hadis disebutkan:


"لَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيِّا مِنْ ذُنُوبِهِ، وَالْمُنَافِقُ مَثَلُهُ كَمَثَلِ الْحِمَارِ، لَا يَدْرِي فِيمَ رَبَطَهُ أَهْلُهُ، وَلَا فِيمَ أَرْسَلُوهُ"


Penyakit masih terus-menerus akan menimpa orang mukmin sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosanya. Sedangkan orang munafik perumpamaannya sama dengan keledai, ia tidak mengerti mengapa pemiliknya

mengikatnya dan mengapa melepaskannya,Atau seperti apa yang disabdakannya. Karena itulah dalam ayat itu sesudah itu disebutkan oleh firman-Nya:


{فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}


maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong, sedangkan mereka tidak menyadarinya. (Al-A'raf: 95)Yakni Kami timpakan kepada mereka siksaan yang sekonyong-konyong sehingga mereka tidak menyadari kedatangannya, seperti yang dijelaskan di dalam sebuah hadis:


"مَوْتُ الْفَجْأَةِ رَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ للكافر"


Mati sekonyong-konyong merupakan rahmat bagi orang mukmin dan merupakan siksaan dan kekecewaan bagi orang kafir.

Surat Al-Araf |7:95|

ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّىٰ عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

ṡumma baddalnaa makaanas-sayyi`atil-ḥasanata ḥattaa 'afaw wa qooluu qod massa aabaaa`anadh-dhorrooo`u was-sarrooo`u fa akhożnaahum baghtataw wa hum laa yasy'uruun

Kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan sehingga (keturunan dan harta mereka) bertambah banyak, lalu mereka berkata, "Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan," maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari.

Then We exchanged in place of the bad [condition], good, until they increased [and prospered] and said, "Our fathers [also] were touched with hardship and ease." So We seized them suddenly while they did not perceive.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami ganti) Kami berikan kepada mereka (kesusahan itu) yakni azab itu (dengan kesenangan) kecukupan dan kesehatan (hingga mereka bertambah banyak) makin banyak keturunan dan hartanya

(dan mereka berkata,) sebagai ungkapan ingkar terhadap karunia Allah ("Sesungguhnya nenek moyang kami pun telah merasai penderitaan dan kesenangan") seperti apa yang sedang kami alami,

memang demikianlah hukum alam itu, jadi bukanlah merupakan siksaan dari Allah, maka dari itu tetaplah kamu dengan apa yang sekarang kamu pegang. Allah berfirman, (maka Kami timpakan kepada mereka) siksaan

(dengan sekonyong-konyong) secara tiba-tiba (sedangkan mereka tidak menyadarinya) sebelum saat azab itu datang.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 95 |

Penjelasan ada di ayat 94

Surat Al-Araf |7:96|

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

walau anna ahlal-qurooo aamanuu wattaqou lafataḥnaa 'alaihim barokaatim minas-samaaa`i wal-ardhi wa laaking każżabuu fa akhożnaahum bimaa kaanuu yaksibuun

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

And if only the people of the cities had believed and feared Allah, We would have opened upon them blessings from the heaven and the earth; but they denied [the messengers], so We seized them for what they were earning."

Tafsir
Jalalain

(Dan jika sekiranya penduduk negeri-negeri) yang mendustakan (beriman) terhadap Allah dan rasul-rasul mereka (dan bertakwa) tidak kafir dan maksiat (pastilah Kami akan melimpahkan) dengan dibaca takhfif dan tasydid

(kepada mereka berkah dari langit) dengan melalui hujan (dan bumi) dengan melalui tetumbuhan (tetapi mereka mendustakan) rasul-rasul (maka Kami siksa mereka) Kami hukum mereka (disebabkan perbuatan mereka sendiri).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 96 |

Tafsir ayat 96-99

Allah Swt. menceritakan perihal tipisnya keimanan penduduk kota-kota yang para rasul diutus kepada mereka. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَلَوْلا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}


Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan

dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)Maksudnya, tidak ada suatu penduduk kota pun yang seluruhnya beriman kecuali kaum Nabi Yunus.

Demikian itu terjadi setelah mereka menyaksikan adanya azab. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ * فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}


Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih, lalu mereka beriman. Karena itu, Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (Ash-Shaffat: 147-148)


وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ


Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun. (Saba: 34), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt,:


{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا}


Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa. (Al-A'raf: 96)Yaitu hati mereka beriman kepada apa yang disampaikan oleh rasul-rasul, membenarkannya, mengikutinya, dan bertakwa dengan mengerjakan amal-amal ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan.


{لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ}


pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (Al-A'raf: 96)Maksudnya hujan dari langit dan tetumbuhan dari bumi. Tetapi dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}


tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A'raf: 96)Artinya, tetapi mereka mendustakan rasul-rasul-Nya, maka kami siksa mereka dengan menimpakan kebinasaan

atas mereka karena perbuatan-perbuatan dosa dan hal-hal haram yang mereka kerjakan.Kemudian Allah Swt. berfirman memperingatkan orang-orang yang berani menentang perintah-perintah-Nya dan bersikap berani melanggar larangan-Iarangan-Nya, yaitu:


{أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى}


Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman. (Al-A'raf: 97) Maksudnya penduduk kota-kota yang kafir.


{أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا}


dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka. (Al-A'raf: 97) Yakni azab dan pembalasan Kami.


{بَيَاتًا}


di malam hari. (Al-A'raf: 97) Al bayat artinya di malam hari.


{وَهُمْ نَائِمُونَ * أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ}


di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain? (Al-A'raf: 97-98) Yaitu di saat mereka sedang sibuk dan lalai.


{أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ}


Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? (Al-A'raf: 99)Yakni azab, pembalasan, dan kekuasaan-Nyaterhadap diri mereka serta siksaan-Nya terhadap mereka di saat mereka dalam keadaan lalai dan tidak menyadari kedatangannya


{فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ}


Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (Al-A'raf: 99)Karena itulah Al-Hasan Al-Basri rahimahullah pernah mengatakan bahwa orang mukmin mengerjakan amal-amal ketaatan,

sedangkan hatinya dalam keadaan takut, bergetar, dan khawatir; sementara orang yang durhaka mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat dengan penuh rasa aman.

Surat Al-Araf |7:97|

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ

a fa amina ahlul-qurooo ay ya`tiyahum ba`sunaa bayaataw wa hum naaa`imuun

Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?

Then, did the people of the cities feel secure from Our punishment coming to them at night while they were asleep?

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah merasa aman penduduk negeri-negeri itu) yang mendustakan (dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka) yaitu azab Kami (di malam hari) tengah malam (di waktu mereka sedang tidur) dalam keadaan lalai dari kedatangan azab itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 97 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Al-Araf |7:98|

أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ

a wa amina ahlul-qurooo ay ya`tiyahum ba`sunaa dhuḥaw wa hum yal'abuun

Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?

Or did the people of the cities feel secure from Our punishment coming to them in the morning while they were at play?

Tafsir
Jalalain

(Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik) pada waktu siang hari (ketika mereka sedang bermain).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 98 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Al-Araf |7:99|

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

a fa aminuu makrollaah, fa laa ya`manu makrollaahi illal-qoumul-khoosiruun

Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.

Then did they feel secure from the plan of Allah? But no one feels secure from the plan of Allah except the losing people.

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah mereka merasa aman dari tipu daya Allah.) yakni istidraj Allah terhadap mereka dengan memberi mereka banyak kenikmatan kemudian Ia menghukum mereka dengan sekonyong-konyong

(Tiada yang merasa aman dari tipu daya Allah kecuali hanya orang-orang yang merugi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 99 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Al-Araf |7:100|

أَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ أَهْلِهَا أَنْ لَوْ نَشَاءُ أَصَبْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ ۚ وَنَطْبَعُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ

a wa lam yahdi lillażiina yariṡuunal-ardho mim ba'di ahlihaaa al lau nasyaaa`u ashobnaahum biżunuubihim, wa nathba'u 'alaa quluubihim fa hum laa yasma'uun

Atau apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah (lenyap) penduduknya? Bahwa kalau Kami menghendaki pasti Kami siksa mereka karena dosa-dosanya, dan Kami mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran).

Has it not become clear to those who inherited the earth after its [previous] people that if We willed, We could afflict them for their sins? But We seal over their hearts so they do not hear.

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah belum jelas) artinya belum terang (bagi orang-orang yang mempusakai bumi ini) sebagai tempat tinggalnya (sesudah) binasanya (penduduknya bahwa) menjadi fa'il berasal dari anna yang ditakhfifkan

sedangkan isimnya dibuang, artinya bahwasanya (kalau Kami menghendaki tentu Kami timpakan kepada mereka siksaan) yakni azab (karena dosa-dosanya) sebagaimana

telah Kami timpakan siksaan kepada orang-orang sebelum mereka. Kesemua hamzah di empat tempat tersebut semuanya bermakna lit-taubikh/mencela; dan huruf fa dan wawu yang memasuki pada kedua

di antaranya untuk tujuan athaf. Menurut suatu qiraat dibaca dengan wawu yang disukunkan pada tempat yang pertama karena diathafkan kepada huruf aw.

(Dan) Kami (kunci) Kami lak (hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar) nasihat dengan pendengaran yang sehat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 100 |

Ibnu Abbas r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya. (Al-A'raf: 100)

Yakni apakah masih belum terang bagi mereka. bahwa kalau Kami menghendaki, tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya. (Al-A'raf: 100)Ha! yang sama dikatakan pula oleh Mujahid dan lain-lainnya.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa apakah masih belum terang bagi orang-orang yang menjadi pengganti di tempat itu sesudah kebinasaan orang-orang sebelum mereka yang mendiaminya?

Kemudian pada akhirnya mereka mengikuti perjalanan hidup mereka, dan mengerjakan perbuatan yang sama dengan mereka, yakni mereka berbuat durhaka terhadap Tuhannya. bahwa kalau Kami menghendaki,

tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya. (Al-A'raf: 100) Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami akan menimpakan atas mereka azab seperti apa yang pernah menimpa orang-orang sebelum mereka.

dan Kami kunci mati hati mereka. (Al-A'raf: 100) Maksudnya, Kami tutup rapat-rapat dan Kami lak hati mereka. sehingga mereka tidak dapat mendengar? (Al-A'raf: 100)

Yakni tidak dapat mendengar pelajaran dan peringatan lagi.Menurut hemat kami, hal yang semakna telah disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat-ayat lain, yaitu:


{أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى}


Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrik) berapa banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan (di bekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Thaha: 128)


{أَوَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ أَفَلا يَسْمَعُونَ}


Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan ditempat-tempat kediaman mereka itu Sesungguhnya

yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Tuhan). Maka apakah mereka tidak mendengarkan (memper­hatikan)? (As-Sajdah: 26)


{أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ. وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ [وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ] }


(Kepada mereka dikatakan), "Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa." dan kalian telah terdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri. (Ibrahim: 44-45), hingga akhir ayat.Mengenai firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا}


Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? (Maryam: 98)

Artinya, apakah kamu melihat seseorang dari mereka, atau apakah kamu mendengar suara mereka? Dalam ayat lain Allah Swt. berfirman:


{أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الأنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ}


Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi,

yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada kalian; Kami curahkan higanyang lebat atas mereka, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,

kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (Al-An’am: 6)Sesudah menceritakan kebinasaan kaum 'Ad Allah Swt. berfirman:


{فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ. وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلا أَبْصَارُهُمْ وَلا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ. وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}


Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka

dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukan kalian dalam hal itu, dan Kami memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan,

dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian, dan Kami telah datangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). (Al-Ahqaf: 25-27)


{وَكَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَمَا بَلَغُوا مِعْشَارَ مَا آتَيْنَاهُمْ فَكَذَّبُوا رُسُلِي فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ}


Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan, sedangkan orang-orang kafir Mekah itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orang-orang dahulu, yaitu mereka mendustakan rasul-rasul-Ku. Makaalangkah hebatnya akibat kemurkaan-Ku (Saba : 45)


{وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ}


Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (Al-Mulk: 18)


{فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ. أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ}


Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membmasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya, dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan

dan istana yang tinggi, maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 45-46)


{وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokkan mereka. (Al-An'am: 10)Masih banyak ayat Al-Qur’an lainnya

yang menunjukkan bahwa azab Allah menimpa musuh-musuh-Nya, dan nikmat-Nya selalu diberikan kepada kekasih-kekasih-Nya. Karena itulah dalam firman-firman selanjutnya disebutkan seperti berikut:

Surat Al-Araf |7:101|

تِلْكَ الْقُرَىٰ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَائِهَا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا بِمَا كَذَّبُوا مِنْ قَبْلُ ۚ كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِ الْكَافِرِينَ

tilkal-quroo naqushshu 'alaika min ambaaa`ihaa, wa laqod jaaa`at-hum rusuluhum bil-bayyinaat, fa maa kaanuu liyu`minuu bimaa każżabuu ming qobl, każaalika yathba'ullohu 'alaa quluubil-kaafiriin

Itulah negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian kisahnya kepadamu. Rasul-rasul mereka benar-benar telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Tetapi mereka tidak beriman (juga) kepada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya. Demikianlah Allah mengunci hati orang-orang kafir.

Those cities - We relate to you, [O Muhammad], some of their news. And certainly did their messengers come to them with clear proofs, but they were not to believe in that which they had denied before. Thus does Allah seal over the hearts of the disbelievers.

Tafsir
Jalalain

(Negeri-negeri itu) yang telah disebutkan tadi (Kami ceritakan kepadamu) hai Muhammad (tentang sebagian dari berita-beritanya) cerita-cerita penduduknya

(Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti) yaitu mukjizat-mukjizat yang selalu unggul lagi jelas (maka mereka juga tidak beriman)

tatkala rasul-rasul itu datang (kepada apa yang dahulu mereka telah mendustakannya) yang telah mereka ingkari (sebelum itu) sebelum para rasul itu datang, bahkan mereka tetap terus melakukan kekafirannya.

(Demikianlah) seperti penguncian itu (Allah mengunci mati hati orang-orang kafir).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 101 |

Tafsir ayat 101-102

Allah menceritakan berita kaum Nuh, Hud, Saleh, Lut, dan Syu'aib kepada Nabi-Nya Saw. Dia pun menceritakan pembinasaan orang-orang kafir dan penyelamatan orang-orang mukmin, dan Allah Swt. telah memberikan alasan-Nya

kepada mereka bahwa Dia telah menjelaskan kepada mereka perkara yang hak melalui hujah-hujah yang disampaikan oleh para rasul. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:


{تِلْكَ الْقُرَى نَقُصُّ عَلَيْكَ}


kota-kota (yang telah Kami binasakan) itu Kami ceritakan kepada­mu. (Al-A'raf: 101)Hai Muhammad.


{مِنْ أَنْبَائِهَا}


sebagian dari berita-beritanya (Al-A'raf: 101) Yakni kisah-kisah mereka


{وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ}


Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata (Al-A'raf: 101)Yaitu hujah-hujah yang membuktikan kebenaran mereka dalam semua yang mereka sampaikan kepada kaumnya masing-masing, seperti juga yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:


{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا}


Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15)


{ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى نَقُصُّهُ عَلَيْكَ مِنْهَا قَائِمٌ وَحَصِيدٌ وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ}


Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasa­kan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Hud: 100-101)Mengenai firman Allah Swt.:


{فَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا بِمَا كَذَّبُوا مِنْ قَبْلُ}


maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. (Al-A'raf: 101)Huruf ba pada ayat ini mengandung makna sababiyah (kausalita). Dengan kata lain,

mereka sama sekali tidak beriman kepada apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka, karena kedustaan mereka terhadap perkara yang hak sejak pertama kali perkara hak datang kepada mereka.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Atiyyah rahimahullah.Pendapat ini merupakan pendapat yang baik. Pengertian ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَا إِذَا جَاءَتْ لَا يُؤْمِنُونَ * وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ [فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُون] َ}


Dan apakah yang memberitahukan kepada kalian bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka

seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya. (Al-An'am: 109-110), hingga akhir ayat.Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:


{كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِ الْكَافِرِينَ * وَمَا وَجَدْنَا لأكْثَرِهِمْ}


Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang kafir. Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka. (Al-A'raf: 101-102)Yakni kebanyakan dari umat-umat terdahulu.


{مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ}


memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik. (Al-A'raf: 102)Artinya sesungguhnya Kami menjumpai kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik yang menyimpang

dari jalan ketaatan dan keteladanan serta menyimpang dari janji yang telah mereka ambil, yaitu janji yang membuat mereka diciptakan dan telah difitrahkan di dalam diri mereka. Janji itu telah diambil dari mereka

sejak mereka masih berada di dalam tulang sulbi, yaitu bahwa Tuhan dan Penguasa mereka adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Lalu mereka mengikrarkan janji itu dan bersaksi terhadap diri mereka sendiri mengenainya,

tetapi mereka melanggar janji itu dan meninggalkannya di belakang mereka. Kemudian mereka menyemabh selain Allah Bersama-Nya tanpa ada dalil dan bukti yang membenarkannya.

Baik ditinjau dari segi rasio maupun syara' dan menurut fitrah yang sehat pun hal tersebut jelas ditentang. Lalu datanglah para rasul yang mulia, mulai dari yang pertama hingga yang terakhir,

semuanya melarang hal tersebut; seperti yang disebutkan di dalam hadis Sahih Muslim, bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam hadis qudsi:


"إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أحللتُ لَهُمْ"


Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang benar), kemudian datanglah setan, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya,

dan setan mengharamkan kepada mereka apa-apa yang telah Aku halalkan bagi mereka.Di dalam kitab Sahihain disebutkan:


"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ"


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.Allah Swt. telah berfirman di dalam ayat lain, yaitu:


{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ}


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (Al-Anbiya: 25)


{وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ}


Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?" (Az-Zukhruf: 45)


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasulpada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagul itu." (An-Nahl:36)Dan ayat-ayat lainnya yang semakna.Tetapi ada yang mengemukakan tafsirnya sehubungan dengan makna firman-Nya:


{فَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا بِمَا كَذَّبُوا مِنْ قَبْلُ}


maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. (Al-A'raf: 101)Sebagaimana Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Razi, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah,

dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan ayat ini, bahwa hal itu telah diketahui oleh Allah Swt. sejak hari mereka mengikrarkan janji kepada-Nya. Dengan kata lain, mereka tidak akan beriman karena sikap mereka

yang demikian itu telah diketahui oleh Allah sejak zaman azali. Hal yang sama dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Anas, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.As-Saddi mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. (Al-A'raf: 101) Menurutnya hal tersebut

ialah pada hari ketika Allah mengambil janji dari mereka, lalu mereka beriman secara paksa.Sedangkan menurut Mujahid, ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا


Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali. (Al-An' am: 28), hingga akhir ayat.

Surat Al-Araf |7:102|

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ ۖ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ

wa maa wajadnaa li`akṡarihim min 'ahd, wa iw wajadnaaa akṡarohum lafaasiqiin

Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sebaliknya yang Kami dapati kebanyakan mereka adalah orang-orang yang benar-benar fasik.

And We did not find for most of them any covenant; but indeed, We found most of them defiantly disobedient.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka) maksudnya kebanyakan umat manusia itu (memenuhi janji) menunaikan janji mereka tatkala tiba saat pemenuhannya (Sesungguhnya) ditakhfifkan dari anna

(Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 102 |

Penjelasan ada di ayat 101

Surat Al-Araf |7:103|

ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَظَلَمُوا بِهَا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

ṡumma ba'aṡnaa mim ba'dihim muusaa bi`aayaatinaaa ilaa fir'auna wa mala`ihii fa zholamuu bihaa, fanzhur kaifa kaana 'aaqibatul-mufsidiin

Setelah mereka, kemudian Kami utus Musa dengan membawa bukti-bukti Kami kepada Fir´aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari bukti-bukti itu. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.

Then We sent after them Moses with Our signs to Pharaoh and his establishment, but they were unjust toward them. So see how was the end of the corrupters.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami utus sesudah rasul-rasul itu) sesudah diutusnya rasul-rasul tersebut (Musa dengan membawa ayat-ayat Kami) yang banyaknya sembilan (kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya) golongannya

(lalu mereka mengingkari) mengkafiri (ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan) artinya mereka binasa akibat kekafirannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 103 |

Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ}


Kemudian Kami utus sesudah rasul-rasul itu. (Al-A'raf: 103)Artinya, sesudah rasul-rasul yang telah disebutkan di atas, seperti Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Lut, dan Nabi Syu'aib; semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka, juga kepada seluruh para nabi.


مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ


Musa dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun. (Al- A'raf : 103)Yakni dengan membawa bukti-bukti dan dalil-dalil Kami yang jelas kepada Raja Fir’aun, Raja negeri Mesir di zamannya.


{وَمَلَئِهِ فَظَلَمُوا بِهَا}


dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. (Al-A'raf: 103)Yang dimaksud dengan al-mala' ialah kaumnya, yakni pembesar-pembesar negerinya. Tetapi mereka mengingkari ayat-ayat itu dan mengafirinya

secara aniaya dan sombong yang timbul dari diri mereka. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:


{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}


Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenarannya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (An-Naml: 14)

Yakni orang-orang yang menghalang-halangi jalan Allah dan men­dustakan rasul-rasul-Nya. Dengan kata lain, lihatlah, hai Muhammad, bagaimana Kami berbuat terhadap mereka, Kami tenggelamkan mereka ke akar-akarnya

di hadapan pandangan mata Musa dan para pengikutnya. Hal ini merupakan suatu pembalasan yang lebih menyakitkan terhadap Firaun dan kaumnya, serta melegakan kalbu kekasih-kekasih Allah, yaitu Musa dan orang-orang mukmin yang bersamanya.

Surat Al-Araf |7:104|

وَقَالَ مُوسَىٰ يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

wa qoola muusaa yaa fir'aunu innii rosuulum mir robbil-'aalamiin

Dan Musa berkata, "Wahai Fir´aun! Sungguh, aku adalah seorang utusan dari Tuhan seluruh alam,

And Moses said, "O Pharaoh, I am a messenger from the Lord of the worlds

Tafsir
Jalalain

(Dan Musa berkata, "Hai Firaun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan Tuhan semesta alam") kepadamu, akan tetapi Firaun mendustakannya dan Musa berkata,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 104 |

Tafsir ayat 104-106

Allah Swt. menceritakan perdebatan Musa terhadap Fir'aun dan tekanannya terhadap Fir'aun dengan hujah dan menampilkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang jelas. Hal ini dilakukannya di hadapan Fir'aun dan kaumnya dari bangsa Qibti penghuni negeri Mesir. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَقَالَ مُوسَى يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Dan Musa berkata, "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam.” (Al-A'raf: 104)Maksudnya, Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu telah mengutusku menjadi seorang rasul, Dia adalah Pemilik dan Penguasa segala sesuatu.


{حَقِيقٌ عَلَى أَنْ لَا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ}


wajib bagiku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak (Al-A'raf: 105)Menurut sebagian ulama tafsir, makna ayat ini ialah 'suatu keharusan bagiku untuk tidak mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar'.

Dengan kata lain, hal itu merupakan suatu keharusan dan suatu hal yang pantas dikatakan terhadap-'Nya. Mereka mengatakan bahwa huruf ba dan 'ala mempunyai makna-makna yang satu sama lainnya dapat dipertukarkan

bila dikatakan ramaitu bil qausi dan ramaitu 'alal qausi,maknanya sama, yaitu 'saya melepaskan anak panah dari busurnya’. Dikatakan pula ja-a 'ala halin hasanah atau bihalin hasanah, artinya sama,

yaitu 'saya datang dengan keadaan yang baik'.Sebagian ulama tafsir ada yang mengatakan bahwa makna ayat ini ialah sudah selayaknya bagiku untuk tidak mengatakan terhadap Allah kecuali perkataan yang benar.

Ulama tafsir lainnya dari kalangan penduduk Madinah membaca ayat ini dengan pengertian 'sudah seharusnya dan sudah sewajibnya bagiku hal tersebut'. Dengan kata lain,

sudah seharusnya bagiku untuk tidak menyampaikan dari-Nya kecuali menurut apa yang dibenarkan dan yang hak sesuai dengan apa yang aku terima dari-Nya.


{قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ}


Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhan kalian (Al-A'raf: 105)Maksudnya, hujjah yang pasti dari Allah yang telah diberikan-Nya kepadaku sebagai bukti akan kebenaran perkara hak yang kusampaikan kepada kalian.


{فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ}


maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku. (Al-A'raf: 105)Maksudnya, lepaskanlah mereka dari tahanan dan penindasanmu, dan biarkanlah mereka menyembah Tuhanmu dan Tuhan mereka (yakni Allah),

karena sesungguhnya mereka berasal dari keturunan seorang nabi yang mulia —yaitu Israil— atau Nabi Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim, kekasih Allah Yang Maha Pemurah.


{قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِآيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}


Firaun menjawab, "Jika kamu benar membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Al-A'raf: 106) Yakni Fir'aun berkata, "Saya tidak akan percaya kepadamu

tentang semua yang kamu katakan, dan tidak akan mengabulkan apa yang kamu minta. Dan jika engkau membawa suatu bukti, maka kemukakanlah agar kami dapat melihatnya jika engkau benar dalam pengakuanmu itu."

Surat Al-Araf |7:105|

حَقِيقٌ عَلَىٰ أَنْ لَا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

ḥaqiiqun 'alaaa al laaa aquula 'alallohi illal-ḥaqq, qod ji`tukum bibayyinatim mir robbikum fa arsil ma'iya baniii isrooo`iil

aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersamaku."

[Who is] obligated not to say about Allah except the truth. I have come to you with clear evidence from your Lord, so send with me the Children of Israel."

Tafsir
Jalalain

("Aku lebih berhak) lebih pantas (untuk) agar (tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang hak) menurut suatu qiraat dibaca tasydid ya-nya; haqiiqun adalah mubtada

sedangkan khabarnya adalah an dan kalimat sesudahnya (Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah pergi bersamaku) menuju ke negeri Syam (Bani Israel.")

kaum Bani Israel itu selalu ditindas oleh Firaun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 105 |

Penjelasan ada di ayat 104

Surat Al-Araf |7:106|

قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِآيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

qoola ing kunta ji`ta bi`aayatin fa`ti bihaaa ing kunta minash-shoodiqiin

Dia (Fir´aun) menjawab, "Jika benar engkau membawa sesuatu bukti, maka tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar."

[Pharaoh] said, "If you have come with a sign, then bring it forth, if you should be of the truthful."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah) Firaun kepadanya, ("Jika kamu benar membawa sesuatu ayat) bukti yang memperkuat pengakuanmu (maka datangkanlah bukti itu jika betul kamu termasuk orang-orang yang benar.") membawa bukti itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 106 |

Penjelasan ada di ayat 104

Surat Al-Araf |7:107|

فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ

fa alqoo 'ashoohu fa iżaa hiya ṡu'baanum mubiin

Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.

So Moses threw his staff, and suddenly it was a serpent, manifest.

Tafsir
Jalalain

(Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya) yakni ular yang sangat besar bentuknya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 107 |

Tafsir ayat 107-108

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: ular yang sebenarnya. (Al-A'raf: 107) Yakni ular jantan. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh As-Saddi dan Ad-Dahhak.

Di dalam hadis yang menerangkan perihal fitnah-fitnah disebutkan melalui riwayat Yazid ibnu Harun ibnu Al-Asbag ibnu Zaid, dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Maka Musa menjatuhkan tongkatnya. (Al-A'raf: 107) Kemudian berubahlah tongkat itu menjadi ular yang besar seraya mengangakan mulutnya, merayap dengan cepat ke arah Fir'aun. Ketika Fir'aun melihat ular itu berjalan menuju dirinya,

ia segera melompat dari singgasananya dan lari meminta tolong kepada Musa untuk mencegahnya maka Nabi Musa melakukannya.Qatadah mengatakan bahwa tongkat itu berubah menjadi ular yang sangat besar. Saking besarnya,

hingga dapat dikatakan memenuhi suatu kota.As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. (Al-A'raf: 107) Su'ban adalah ular jantan.

Ular itu membuka mulutnya, bagian bawah mulutnya berada di tanah, sedangkan bagian atasnya sampai ke tembok yang paling tinggi dari gedung yang terdekat. Kemudian ular itu berjalan ke arah Raja Fir'aun untuk menelannya.

Ketika Fir'aun melihat ular itu berjalan ke arahnya, ia merasa takut tak terhingga, lalu ia melompat seraya terkencing-kencing, padahal keadaan seperti itu belum pernah ia alami sebelumnya. Fir'aun menjerit meminta tolong kepada Musa

seraya berkata, "Hai Musa, hentikanlah ular itu, saya mau beriman kepadamu dan saya akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Maka Musa a.s. memegang ular itu, dan kembalilah ular itu ke ujud semulanya,

yaitu tongkat. Hal yang semisal telah diriwayat­kan pula dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas.Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa ketika Musa masuk menemui Fir'aun, berkatalah Fir'aun kepadanya, "Engkau tentu telah mengenalku?"

Musa menjawab, "Ya." Maka Fir'aun berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, sewaktu kamu masih kanak-kanak?” (Asy-Syu'ara: 18) Musa menjawab Fir'aun

dengan jawaban yang mengtakan. Lalu Fir'aun berkata, "Hentikanlah ular ini!" Maka Musa segera menghentikannya. Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. (Al-A'raf: 107)

Kemudian ular itu menyerang orang-orang yang ada (dari kaum Fir'aun), maka mereka lari tunggang langgang, dan dua puluh lima ribu orang dari mereka mati; sebagian dari mereka terbunuh oleh sebagian yang lainnya (karena kepanikannya),

dan Fir'aun sendiri lari, lalu masuk ke dalam istananya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dan Imam Ahmad —di dalam kitab Az-Zuhd-nya— serta Ibnu Abu Hatim, tetapi di dalam teksnya terkandung garabah (keganjilan). Firman Allah Swt.:


{وَنزعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ}


Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya (Al-A'raf: 108)Yakni Musa mengeluarkan tangannya dari leher bajunya sesudah ia memasukkannya,

maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya, bukan karena penyakit kulit atau penyakit lainnya. Hal ini diungkapkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:


{وَأَدْخِلْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}


Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan keluar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (An-Naml: 12), hingga akhir ayat.Di dalam hadis yang menerangkan perihal fitnah-fitnah, Ibnu Abbas mengatakan bahwa

makna min gairi sauin ialah bukan karena penyakit. Kemudian Musa memasukkannya kembali ke leher bajunya, maka tangannya kembali kepada keadaan semula. Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Surat Al-Araf |7:108|

وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ

wa naza'a yadahuu fa iżaa hiya baidhooo`u lin-naazhiriin

Dan dia mengeluarkan tangannya, tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya.

And he drew out his hand; thereupon it was white [with radiance] for the observers.

Tafsir
Jalalain

(Dan ia mengeluarkan tangannya) mengeluarkannya dari dalam sakunya (maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya menyilaukan (bagi orang-orang yang melihatnya) berbeda warnanya

dengan keadaan kulit tangan yang sebenarnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 108 |

Penjelasan ada di ayat 107

Surat Al-Araf |7:109|

قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ

qoolal-mala`u ming qoumi fir'auna inna haażaa lasaaḥirun 'aliim

Pemuka-pemuka kaum Fir´aun berkata, "Orang ini benar-benar pesihir yang pandai,

Said the eminent among the people of Pharaoh, "Indeed, this is a learned magician

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka kaum Firaun berkata, "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai) yang ulung di dalam ilmu sihir, dan di dalam surah Asy-Syu`ara disebutkan bahwa perkataan ini adalah perkataan Firaun sendiri.

Seolah-olah para pemuka kaum Firaun itu mengatakan perkataan tersebut bersama Firaun sendiri, setelah mereka dan dia bermusyawarah tentang hal itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 109 |

Tafsir ayat 109-110

Para pembesar atau para pemuka dari kalangan kaum Fir'aun mengucap­kan kalimat yang senada dengan perkataan Fir'aun sesudah ia terbebas dari rasa takutnya dan kembali duduk di atas singgasananya.

Lalu ia mengatakan kepada pemuka-pemuka kaumnya yang ada di sekitarnya, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.:


{إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ}


Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai. (Al-A'raf: 109)Maka mereka pun mengucapkan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh raja mereka, kemudian mereka bermusyawarah untuk menentukan sikap mereka

terhadap Musa, yang tujuannya ialah cara tipu muslihat apakah yang akan mereka pakai guna memadamkan cahaya Musa dan kalimahnya, sehingga kedustaan dan buat-buatan mereka beroleh kemenangan.

Mereka merasa khawatir bila orang-orang tertarik dengan apa yang dikemukakan oleh Musa melalui mukjizatnya yang sesuai dengan keyakinan mereka. Maka hal itu menjadi penyebab bagi kemenangan Musa atas Fir'aun

dan golongannya, sehingga Musa kelak akan mengusir Fir'aun dan golongannya dari tanah airnya. Dan memang apa yang mereka khawatirkan benar-benar terjadi, seperti yang di­ungkapkan oleh firman-Nya:


{وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ}


dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. (Al-Qashash: 6)Tatkala mereka telah bermusyawarah

sehubungan dengan masalah Musa dan mereka sepakat untuk melancarkan tipu muslihatnya terhadap Musa, hal ini dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya.

Surat Al-Araf |7:110|

يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ ۖ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ

yuriidu ay yukhrijakum min ardhikum, fa maażaa ta`muruun

yang hendak mengusir kamu dari negerimu." (Fir´aun berkata), "Maka, apa saran kamu?"

Who wants to expel you from your land [through magic], so what do you instruct?"

Tafsir
Jalalain

(Yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu." Firaun berkata, "Maka apakah yang kamu anjurkan")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 110 |

Penjelasan ada di ayat 109

Surat Al-Araf |7:111|

قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ

qooluuu arjih wa akhoohu wa arsil fil-madaaa`ini ḥaasyiriin

(Pemuka-pemuka) itu menjawab, "Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya dan utuslah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan (para pesihir),

They said, "Postpone [the matter of] him and his brother and send among the cities gatherers

Tafsir
Jalalain

(Pemuka-pemuka itu menjawab, "Beri tangguhlah dia dan saudaranya) tangguhkanlah perkara keduanya (serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan ahli-ahli sihir ) yang menghimpun para ahli sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 111 |

Tafsir ayat 111-112

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya. ”Arjih" bahwa artinya ialah 'beri tangguhlah dia. Sedangkan menurut Qatadah artinya adalah 'tahanlah dia'.


{وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ }


dan kirimlah ke kota-kota beberapa orang. (Al-A'raf: 111)Artinya, utuslah beberapa orang ke seluruh penjuru kota yang berada di bawah kekuasaanmu.


حَاشِرِينَ


yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir). (Al-A'raf: 111)Yakni beberapa orang yang akan mengumpulkan para ahli sihir untukmu dari semua penjuru kota negerimu. Di masa itu kebanyakan orang pandai memainkan sihir,

dan sihir merupakan hal yang populer serta diyakini. Karena itulah ada sebagian dari mereka yang menduga bahwa apa yang dikeluarkan oleh Musa a.s. termasuk ke dalam permainan sihir mereka.

Maka mereka mengumpulkan semua ahli sihir menghadap Raja Fir'aun guna melawan Musa, yaitu untuk melawan mukjizat Musa yang pernah mereka lihat sebelumnya dengan sihir mereka yang menurut dugaan mereka sama

dengan permainan sihirnya. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt dalam firman-Nya, mengutip apa yang dikatakan oleh Fir'aun, yaitu:


{قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى. فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى. قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى. فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى}


Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa? Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu.

Maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu, di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)." Berkata Musa,

"Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya, dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalah naik " Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu),

lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (Thaha: 57-60)Sedangkan dalam ayat surat ini disebutkan melalui firman-Nya:

Surat Al-Araf |7:112|

يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ

ya`tuuka bikulli saaḥirin 'aliim

agar mereka membawa semua pesihir yang pandai kepadamu."

Who will bring you every learned magician."

Tafsir
Jalalain

(Supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir) menurut suatu qiraat dibaca sahhaar (yang pandai.") maksudnya yang dapat melebihi kepandaian ilmu sihir Musa, akhirnya mereka dapat menghimpunnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 112 |

Penjelasan ada di ayat 111

Surat Al-Araf |7:113|

وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوا إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ

wa jaaa`as-saḥarotu fir'auna qooluuu inna lanaa la`ajron ing kunnaa naḥnul-ghoolibiin

Dan para pesihir datang kepada Fir´aun. Mereka berkata, "(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?"

And the magicians came to Pharaoh. They said, "Indeed for us is a reward if we are the predominant."

Tafsir
Jalalain

(Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan, "Apakah sesungguhnya) menurut qiraat yang lain lafal inna dibaca ainna (kami akan mendapat upah jika kamilah yang menang").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 113 |

Tafsir ayat 113-114

Allah Swt. menceritakan perihal persyaratan yang dilakukan oleh Fir'aun dan para ahli sihir yang diundang oleh Fir'aun untuk melawan Musa a.s. Fir'aun menjanjikan bahwa jika para ahli sihir beroleh kemenangan atas Musa,

maka dia akan mengangkat martabat mereka dan memberikan hadiah yang berlimpah kepada mereka.Fir'aun menjanjikan kepada mereka bahwa dia akan memberikan semua yang mereka kehendaki dan akan menjadikan mereka teman duduknya yang terdekat. Setelah mereka melakukan perjanjiannya dengan Fir'aun yang terlaknat.

Surat Al-Araf |7:114|

قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

qoola na'am wa innakum laminal-muqorrobiin

Dia (Fir´aun) menjawab, "Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)."

He said, "Yes, and, [moreover], you will be among those made near [to me]."

Tafsir
Jalalain

(Firaun menjawab, "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat kepadaku.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 114 |

Penjelasan ada di ayat 113

Surat Al-Araf |7:115|

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ

qooluu yaa muusaaa immaaa an tulqiya wa immaaa an nakuuna naḥnul-mulqiin

Mereka (para pesihir) berkata, "Wahai Musa! Engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu, atau kami yang melemparkan?"

They said, "O Moses, either you throw [your staff], or we will be the ones to throw [first]."

Tafsir
Jalalain

(Ahli-ahli sihir berkata, "Hai Musa! Kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu) tongkatmu (ataukah kami yang akan melemparkan") apa-apa yang ada pada kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 115 |

Tafsir ayat 115-116

Demikianlah tantangan para ahli sihir kepada Musa a.s. dalam ucapan mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ}


Kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kamiyang akan melemparkan? (Al-A''raf: 115)Maksudnya, apakah kamu terlebih dahulu yang melemparkan. Pengertian ini sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى}


atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan? (Thaha: 65)MakaNabi Musa a.s. menjawab:


{أَلْقُوا}


Lemparkanlah (lebih dahulu) ! (Al-A'raf: 116)Yakni kalianlah yang melemparkan lebih dahulu. Menurut suatu pendapat, hikmah yang terkandung di dalam hal ini —hanya Allah yang lebih mengetahui— ialah agar orang-orang melihat

apa yang akan diperbuat oleh ahli-ahli sihir itu, lalu mereka merenungkannya. Setelah orang-orang melihat permainan sulap tukang-tukang sihir itu, maka barulah ditampilkan perkara yang hak lagi jelas dan gamblang,

setelah Nabi Musa a.s. dituntut untuk mengemukakannya dan mereka menunggu-nunggunya. Dengan demikian, pengaruh dari apa yang ditampakkan oleh Nabi Musa a.s.

berupa mukjizat akan lebih mendalam kesannya di dalam hati mereka, dan memang kenyataannya demikian, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman selanjutnya:


{فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ}


Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut. (Al-A'raf: 116)Yaitu diilusikan (dikhayalkan) di mata orang-orang bahwa apa yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir Fir'aun

itu seakan-akan merupakan kenyataan, padahal hakikatnya hanyalah sulap dan ilusi belaka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى * فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى * قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الأعْلَى * وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}


Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya Kami berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah

yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka).

Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (Thaha: 66-69)Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa para ahli sihir itu

melemparkan tambang-tambang yang kasar dan tongkat-tongkat yang panjang. Kemudian terbayangkan di mata orang-orang bahwa semuanya itu seakan-akan berjalan karena pengaruh ilmu sihir mereka.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Fir'aun membariskan lima belas ribu tukang sihir, setiap orang dari tukang sihir itu membawa tali dan tongkatnya masing-masing. Kemudian Musa a.s. muncul bersama saudaranya (Harun)

seraya memegang tongkatnya hingga sampai di hadapan para ahli sihir dan Fir'aun di majelisnya yang dikelilingi oleh para hulubalang dan para pembantu terdekatnya. Kemudian para ahli sihir itu berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

"Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?” Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan." Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka. (Thaha: 65-66)

Disebutkan bahwa mula-mula yang disulap oleh sihir mereka adalah pandangan Musa a.s. dan Fir'aun, kemudian menyusul mata semua orang yang hadir. Setelah itu barulah setiap orang dari para ahli sihir itu melemparkan tali dan tongkat

yang ada di tangannya masing-masing, Tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat itu semuanya menjadi ular yang banyaknya seperti bukit. Lembah mereka berada seakan-akan penuh dengan ular-ular yang sebagian di antaranya

bertumpang tindih dengan sebagian lainnya. As-Saddi mengatakan bahwa para ahli sihir Fir'aun berjumlah tiga puluh ribu orang lebih, tiada seorang pun dari mereka melainkan di tangannya membawa tali dan tongkatnya masing-masing.

Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut. (Al-A'raf: 116) Yakni para ahli sihir itu mencerai-beraikan mereka karena ketakutan.Ibnu Jarir mengatakan,

telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Hisyam Ad-Dustuwa-i; telah menceritakan kepada kami Al-Qasim Ibnu Abu Burrah yang mengatakan bahwa Fir'aun

mengumpulkan tujuh puluh ribu tukang sihir, lalu mereka melemparkan tujuh puluh ribu tali dan tujuh puluh ribu tongkatnya. Kemudian terbayangkan bahwa seakan-akan tali-tali dan tongkat-tongkat itu di mata Musa seakan-akan berjalan karena pengaruh sihir mereka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ}


mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 116)

Surat Al-Araf |7:116|

قَالَ أَلْقُوا ۖ فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ

qoola alquu, fa lammaaa alqou saḥaruuu a'yunan-naasi wastar-habuuhum wa jaaa`uu bisiḥrin 'azhiim

Dia (Musa) menjawab, "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka, setelah mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat (menakjubkan).

He said, "Throw," and when they threw, they bewitched the eyes of the people and struck terror into them, and they presented a great [feat of] magic.

Tafsir
Jalalain

(Musa menjawab, "Lemparkanlah olehmu lebih dahulu ) ini adalah suatu perintah yang mempersilakan mereka untuk melemparkan apa yang ada pada mereka, sebagai suatu taktik dari Musa untuk menampakkan yang hak

(Maka tatkala mereka melemparkan) tambang-tambang mereka dan tongkat-tongkat mereka (mereka menyulap mata orang) mereka membalik mata para hadirin supaya tidak bisa melihat hal yang sebenarnya

(dan menjadikan orang banyak itu takut) artinya mereka membuatnya takut karena mereka menjadikan seolah-olah hal itu adalah ular-ular yang menjalar (serta mereka mendatangkan sihir yang besar, menakjubkan").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 116 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Al-Araf |7:117|

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ

wa auḥainaaa ilaa muusaaa an alqi 'ashook, fa iżaa hiya talqofu maa ya`fikuun

Dan Kami wahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka, tiba-tiba ia menelan (habis) segala kepalsuan mereka.

And We inspired to Moses, "Throw your staff," and at once it devoured what they were falsifying.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami wahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan) dengan membuang salah satu di antara kedua ta yang asal, yakni: tongkat itu mencaplok

(apa yang mereka sulapkan) apa yang mereka balikkan pada pandangan mata orang dengan tipu sulap mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 117 |

Tafsir ayat 117-122

Allah Swt. memberikan wahyu kepada hamba dan rasul-Nya —yaitu Musa a.s.— dalam situasi yang kritis itu. Saat itulah Allah akan membedakan antara perkara yang hak dan yang batil, hendaknyalah Musa melemparkan tongkat yang ada di tangan kanannya.


{فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ}


Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan. (Al-A'raf: 117) Yakni menelan bulat-bulat.


{مَا يَأْفِكُونَ}


apa yang mereka sulapkan. (Al-A'raf: 117)Maksudnya, semua yang mereka lemparkan dan mereka sulapkan itu untuk menunjukkan bahwa apa yang dilemparkan oleh Musa a.s. adalah hak (benar),

sedangkan yang mereka lemparkan adalah batil.Ibnu Abbas mengatakan bahwa ular Nabi Musa itu tidak sekali-kali melewati sesuatu dari tali dan tongkat mereka melainkan ia menelannya bulat-bulat.

Sejak itulah para ahli sihir mengetahui bahwa apa yang didatangkan oleh Musa adalah dari langit, bukan sihir. Lalu mereka menyungkur bersujud seraya berkata, seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:


{آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ. رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ}


Kami beriman kepada Tuhan semesta alam (yaitu) Tuhan Musa dan Harun. (Al-A'raf: 121-122)Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, ular Nabi Musa terus mengejar semua tali dan tongkat mereka satu demi satu

hingga tidak ada sedikit pun —apalagi banyak— melainkan semuanya ditelan bulat-bulat olehnya. Apa yang mereka lemparkan di lembah itu tiada sedikit pun kelihatan masih tersisa. Kemudian Nabi Musa memegangnya,

maka ular tersebut kembali ke ujud yang semula, yaitu tongkat; sedangkan para ahli sihir menyungkur bersujud seraya berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam

(yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Al-A'raf: 121-122) Mereka mengatakan pula, "Sekiranya apa yang dilakukan oleh Musa itu adalah sihir, niscaya dia tidak akan dapat mengalahkan kami."

Al-Qasim ibnu Abu Burrah mengatakan bahwa Allah mewahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu." lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya (Al-A'raf: 107) Ular itu mengangakan mulutnya

dan menelan tali-tali serta tongkat-tongkat mereka. Maka saat itu juga para ahli sihir menyungkur bersujud, dan mereka tidak berani mengangkat kepala mereka sehingga mereka melihat surga dan neraka serta balasan yang diterima oleh para penghuninya masing-masing.

Surat Al-Araf |7:118|

فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

fa waqo'al-ḥaqqu wa bathola maa kaanuu ya'maluun

Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia.

So the truth was established, and abolished was what they were doing.

Tafsir
Jalalain

(Karena itu nyatalah yang benar) yakni telah tetap dan menang yang benar itu (dan batallah yang selalu mereka kerjakan) yaitu perbuatan-perbuatan sihir mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 118 |

Penjelasan ada di ayat 117

Surat Al-Araf |7:119|

فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ

fa ghulibuu hunaalika wangqolabuu shooghiriin

Maka, mereka dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.

And Pharaoh and his people were overcome right there and became debased.

Tafsir
Jalalain

(Maka mereka kalah) yakni Firaun dan kaumnya (di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina) artinya kini mereka menjadi orang-orang yang kecil lagi hina.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 119 |

Penjelasan ada di ayat 117

Surat Al-Araf |7:120|

وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ

wa ulqiyas-saḥarotu saajidiin

Dan para pesihir itu serta-merta menjatuhkan diri dengan bersujud,

And the magicians fell down in prostration [to Allah].

Tafsir
Jalalain

(Dan ahli-ahli sihir itu dengan serta-merta meniarapkan diri dengan bersujud).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 120 |

Penjelasan ada di ayat 117

Surat Al-Araf |7:121|

قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ

qooluuu aamannaa birobbil-'aalamiin

mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam,

They said, "We have believed in the Lord of the worlds,

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 121 |

Penjelasan ada di ayat 117

Surat Al-Araf |7:122|

رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ

robbi muusaa wa haaruun

(yaitu) Tuhannya Musa dan Harun."

The Lord of Moses and Aaron."

Tafsir
Jalalain

(Yaitu Tuhan Musa dan Harun") berkat pengetahuan mereka yang menyimpulkan bahwa apa yang telah mereka saksikan itu, yaitu tentang tongkat Musa semata-mata bukanlah perbuatan sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 122 |

Penjelasan ada di ayat 117

Surat Al-Araf |7:123|

قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنْتُمْ بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

qoola fir'aunu aamantum bihii qobla an aażana lakum, inna haażaa lamakrum makartumuuhu fil-madiinati litukhrijuu min-haaa ahlahaa, fa saufa ta'lamuun

Fir´aun berkata, "Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di kota ini, untuk mengusir penduduknya. Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).

Said Pharaoh, "You believed in him before I gave you permission. Indeed, this is a conspiracy which you conspired in the city to expel therefrom its people. But you are going to know.

Tafsir
Jalalain

(Firaun berkata, "Apakah kamu beriman) lafal aamantum dapat dibaca a amantum (kepadanya) kepada Musa (sebelum aku memberi izin) (kepadamu Sesungguhnya hal ini) apa yang kamu perbuat ini

(adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini untuk mengeluarkan penduduknya daripadanya, maka kelak kamu akan mengetahui) apa yang bakal kamu terima balasannya dariku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 123 |

Tafsir ayat 123-126

Allah Swt. menceritakan perihal ancaman yang dikemukakan oleh Fir'aun la'natullah kepada para ahli sihirnya, ketika mereka beriman kepada Nabi Musa a.s. Juga menceritakan tentang apa yang ditampakkan oleh Fir'aun

kepada khalayak ramai, yaitu berupa siasat dan tipu muslihatnya dalam memutarbalikkan kenyataan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا}


Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya darinya. (Al-A'raf: 123)Dengan kata lain, sesungguhnya kemenangan Musa

atas kalian di hari kalian ini hanyalah sandiwara saja dan berdasarkan kerelaan kalian sendiri. Karena itulah di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ}


Sesungguhnya ia (Musa) adalah pemimpin kalian yang mengajar­kan sihir Kepada kamu sekalian. (Thaha : 71)Nabi Musa mengetahui dan semua orang yang mempunyai pemikiran yang sehat mengetahui bahwa

apa yang dikatakan oleh Fir'aun adalah suatu kebatilan yang parah, karena sesungguhnya Nabi Musa a.s. begitu datang dari Madyan langsung menyeru Fir'aun untuk menyembah Allah. Lalu Musa menampakkan beberapa mukjizat

yang jelas dan hujah-hujah yang mematahkan untuk membuktikan kebenaran dari apa yang disampaikannya. Tetapi saat itulah Fir'aun mengirimkan beberapa utusannya ke pelbagai kota yang berada di bawah kekuasaannya

untuk mengundang semua ahli sihir.Kemudian Fir'aun mengumpulkan semua ahli sihir dari berbagai negeri yang tunduk pada kekuasaannya di Mesir, mereka adalah ahli sihir pilihan hasil seleksi para pemimpin dari kaum Fir'aun.

Lalu semuanya dihadapkan kepada Fir'aun, dan Fir'aun menjanjikan akan memberikan harta yang berlimpah kepada mereka. Karena itulah para ahli sihir terdorong untuk memenangkan pertandingan tersebut di hadapan Raja Fir'aun.

Nabi Musa a.s. sama sekali tidak mengenal seorang pun dari mereka, tidak pernah pula melihatnya, dan sama sekali tidak pernah bersua dengan mereka. Fir'aun sendiri mengetahui hal tersebut. Maka sesungguhnya

apa yang dikatakan oleh Fir'aun setelah semua jagonya kalah hanyalah semata-mata sebagai sikap diplomasi dan menutupi kekalahannya di mata rakyatnya dan orang-orang yang tidak mengerti dari kalangan kaumnya. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui Firman-Nya:


{فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ}


Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya {dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54)Karena sesungguhnya di antara kaumnya terdapat orang-orang yang percaya kepada kata-kata Fir'aun yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى}


Akulah tuhan kalian yang paling tinggi. (An-Naziat: 24)Sesungguhnya orang-orang tersebut adalah makhluk Allah yang paling bodoh dan paling sesat.As-Saddi mengatakan sehubungan dengan tafsirnya dalam suatu riwayatnya yang terkenal,

bersumber dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta sahabat lainnya mengenai makna firman-Nya: sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini. (Al-A'raf: 123) Musa a.s.

berhadapan dengan pemimpin para ahli sihir, maka ia berkata kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu jika aku dapat mengalahkanmu, apakah kamu mau beriman kepadaku dan bersaksi bahwa apa yang aku sampaikan adalah hak (benar)?"

Pemimpin ahli sihir itu menjawab, "Sungguh besok aku akan menggunakan sihir yang tidak dapat dikalah­kan oleh sihir apa pun. Demi Allah, jika engkau dapat mengalahkan aku, maka saya sungguh akan beriman kepadamu

dan benar-benar akan bersaksi bahwa engkau adalah benar," sedangkan Raja Fir'aun meman­dang keduanya. Menurut para ulama tafsir, karena itulah Fir'aun mengatakan apa yang telah dikatakannya itu. Firman Allah Swt.:


{لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا}


untuk mengeluarkan penduduknya darinya. (Al-A'raf: 123)Artinya kalian dan dia (Musa) telah sepakat-sehingga akhirnya negara dan kekuasaan dapat kalian rebut, kemudian kalian usir darinya semua orang besar dan para pemimpinnya. Dengan demikian, kelak kekuasaan dan wewenang berada di tangan kalian.


{فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}


maka kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian ini). (Al-A'raf: 123)Maksudnya, kelak kalian akan mengetahui apa yang akan aku lakukan terhadap kalian. Kemudian ancaman ini dijelaskan oleh firman selanjutnya:


{لأقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ}


demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang secara bertimbal balik (Al-A'raf: 124)Yakni kaki kanan dipotong bersama tangan kiri, atau sebaliknya.


{لأصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ}


kemudian sungguh aku akan menyalib kalian semuanya. (Al-A'raf: 124)Di dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:


{فِي جُذُوعِ النَّخْلِ}


pada pangkal pohon kurma. (Thaha: 71)Yaitu disalib pada batang pohon kurma. Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang mula-mula memberlakukan hukuman salib dan memotong kaki dan tangan secara bersilang adalah Raja Fir'aun. Ucapan para ahli sihir yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنَّا إِلَى رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ}


Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. (Al-A'raf: 125)Artinya, kami telah yakin bahwa sesungguhnya kepada-Nya-lah kami kembali, azab-Nya lebih keras daripada siksaanmu dan pembalasan­Nya

lebih hebat daripada apa yang engkau ancamkan kepada kami hari ini. Dan ilmu sihir yang engkau paksakan kami melakukannya lebih besar dosanya ketimbang pembalasanmu. Maka sungguh kami akan bersabar hari ini

dalam menghadapi siksaanmu, agar kami terbebaskan dari azab Allah. Karena itulah mereka mengatakan seperti yang disebutkan dalam Firman-Nya :


{رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا}


Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami. (Al-A'raf: 126)Yakni curahkanlah kepada kami kesabaran dalam membela agama-Mu, dan teguhkanlah hati kami padanya.


{وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ}


dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu). (Al-A'raf: 126)Maksudnya dalam keadaan mengikuti Nabi-Mu, yaitu Musa a.s. Dan mereka mengatakan kepada Fir'aun, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى * إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا * وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُالدَّرَجَاتُ الْعُلا}


Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami.

agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)." Sesungguhnya

barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barang siapa datang kepada Tuhannya

dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia) (Thaha : 72-75)Pada pagi harinya mereka masih sebagai ahli sihir,

tetapi pada akhirnya di petang hari mereka adalah para syuhada yang berbakti.Ibnu Abbas, Ubaid ibnu Umair, Qatadah, dan Ibnu Juraij mengata­kan bahwa mereka pada permulaan siang hari sebagai ahli sihir, kemudian pada petang harinya menjadi para syuhada.

Surat Al-Araf |7:124|

لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

la`uqoththi'anna aidiyakum wa arjulakum min khilaafin ṡumma la`ushollibannakum ajma'iin

Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya), kemudian aku akan menyalib kamu semua."

I will surely cut off your hands and your feet on opposite sides; then I will surely crucify you all."

Tafsir
Jalalain

(Demi sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara timbal balik) yakni tangan kanan setiap orang akan dipotong berikut kaki sebelah kirinya

(kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalibmu semuanya.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 124 |

Penjelasan ada di ayat 123

Surat Al-Araf |7:125|

قَالُوا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ

qooluuu innaaa ilaa robbinaa mungqolibuun

Mereka (para pesihir) menjawab, "Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,

They said, "Indeed, to our Lord we will return.

Tafsir
Jalalain

(Ahli-ahli sihir itu menjawab, "Sesungguhnya kepada Tuhan kamilah) sesudah kami mati dengan cara apa pun (kami kembali) dikembalikan kelak di akhirat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 125 |

Penjelasan ada di ayat 123

Surat Al-Araf |7:126|

وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا ۚ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

wa maa tangqimu minnaaa illaaa an aamannaa bi`aayaati robbinaa lammaa jaaa`atnaa, robbanaaa afrigh 'alainaa shobrow wa tawaffanaa muslimiin

dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu)."

And you do not resent us except because we believed in the signs of our Lord when they came to us. Our Lord, pour upon us patience and let us die as Muslims [in submission to You]."

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu tidak membalas dendam) maksudnya kamu tidak mengingkari (dengan menyiksa kami melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.

" Mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami) tatkala dilaksanakannya apa yang diancamkan oleh Firaun agar kami tidak kembali menjadi orang-orang kafir

(dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 126 |

Penjelasan ada di ayat 123

Surat Al-Araf |7:127|

وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ ۚ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ

wa qoolal-mala`u ming qoumi fir'auna a tażaru muusaa wa qoumahuu liyufsiduu fil-ardhi wa yażaroka wa aalihatak, qoola sanuqottilu abnaaa`ahum wa nastaḥyii nisaaa`ahum, wa innaa fauqohum qoohiruun

Dan para pemuka dari kaum Fir´aun berkata, "Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?" (Fir´aun) menjawab, "Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka."

And the eminent among the people of Pharaoh said," Will you leave Moses and his people to cause corruption in the land and abandon you and your gods?" [Pharaoh] said, "We will kill their sons and keep their women alive; and indeed, we are subjugators over them."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun,) kepada Firaun sendiri ("Apakah kamu membiarkan) meninggalkan (Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini)

yaitu dengan menyeru ajakan agar menentangmu (dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu") tersebutlah bahwa Firaun itu telah membuat berhala-berhala kecil untuk disembah oleh kaumnya, kemudian Firaun berkata,

"Aku adalah tuhanmu dan tuhan mereka," oleh karena itu ia pernah mengatakan, "Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi." (Firaun menjawab, "Akan kita bunuh) dengan mentasydidkan huruf ta-nya (anak-anak lelaki mereka)

yang baru dilahirkan (dan kita biarkan hidup) kita biarkan (perempuan-perempuan mereka) sebagaimana yang pernah kita lakukan terhadap mereka sebelumnya (dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka.")

yakni orang-orang yang berkuasa; akhirnya mereka melakukan hal itu terhadap kaum Musa, sehingga membuat kaum Bani Israel mengadu kepada Musa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 127 |

Tafsir ayat 127-129

Allah Swt. menceritakan tentang persekongkolan Fir'aun dan para pemuka kaumnya terhadap Musa, serta kedengkian dan kemarahan yang mereka pendam terhadap Musa a.s. dan kaumnya.


{وَقَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ}


Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun. (Al-A'raf: 127) Yakni mereka berkata kepada Fir'aun.


{أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ}


Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya. (Al-A'raf: 127)Artinya, apakah engkau biarkan mereka menimbulkan kerusakan di bumi, yakni merusak rakyatmu dan menyeru mereka untuk menyembah Tuhan mereka,

bukan menyembah kepadamu? Alangkah meng­herankannya, mengapa mereka merasa khawatir Musa dan kaumnya akan menimbulkan kerusakan. Bukankah sebenarnya Fir'aun dan kaumnyalah orang-orang yang membuat kerusakan itu,

tetapi Fir'aun dan kaumnya tidak merasa, bahwa diri mereka sebenarnya adalah para perusak? Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan bahwa mereka mengatakan:


{وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ}


dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu? (Al-A'raf: 127)Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa huruf wawu dalam ayat ini adalah wawu haliyah (kata keterangan keadaan), yakni apakah engkau biarkan Musa dan kaumnya

membuat kerusakan, sedangkan penyembah­an kepadamu ditinggalkan?' Orang yang membaca dengan pengertian ini adalah Ubay ibnu Ka'b, yakni sedangkan mereka meninggalkan penyembahan mereka kepadamu dan tuhan-tuhanmu?

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.Ulama lain mengatakan bahwa huruf wawu ini adalah huruf 'ataf, yakni 'apakah engkau biarkan mereka melakukan kerusakan seperti yang engkau lihat sendiri?

Mereka juga tidak mau menyembah tuhan-tuhanmu. Sebagian ulama ada yang membacanya ilahataka yang artinya 'menyembah kepadamu'. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya.

Berdasarkan pengertian bacaan yang pertama dapat disimpulkan oleh sebagian ulama bahwa Fir'aun memang mempunyai tuhan-tuhan yang selalu disembahnya.Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa Fir'aun mempunyai tuhan

yang selalu ia sembah secara rahasia. Dalam riwayat lain disebutkan pula bahwa Fir'aun mempunyai sebuah patung kecil yang dikalungkan pada lehernya dan selalu ia sembah.As-Saddi telah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: dan meninggalkan kamu dan tuhan-tuhanmu? (Al-A'raf: 127) Yakni tuhan-tuhan Fir'aun. Menurut dugaan Ibnu Abbas, apabila mereka melihat seekor sapi betina yang bagus,

maka Fir'aun menyuruh mereka untuk menyembah sapi betina itu. Karena itulah Samiri membuatkan patung anak sapi yang dapat bersuara bagi mereka.Lalu Fir'aun memperkenankan permintaan pembesar-pembesar kaumnya itu melalui perkataannya, seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:


{سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ}


Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka. (Al-A'raf: 127)Hal ini merupakan perbuatan kedua kalinya yang diperintahkan oleh Fir'aun terhadap kaumnya.

Hal yang serupa pernah ia lakukan terhadap kaum Bani Israil, yaitu ketika menjelang kelahiran Musa a.s., karena merasa khawatir akan keberadaannya. Tetapi ternyata kejadiannya bertentangan dengan apa yang dituju

dan yang dimaksud oleh Fir'aun (yakni Musa tetap lahir dengan selamat). Ia pun mendapat perlakuan yang sama di saat dia hendak menghinakan kaum Bani Israil dan menindas mereka. Maka kenyataannya menjadi kebalikan

dari apa yang diinginkannya, yaitu Allah memenangkan kaum Bani Israil dan menghinakan Fir'aun beserta bala tentaranya- serta menenggelamkan mereka semua di dalam lautan.

Setelah Fir'aun bertekad bulat hendak melaksanakan niatnya seperti yang telah disebutkan pada ayat di atas, yaitu berbuat jahat terhadap kaum Bani Israil, maka kelanjutannya disebutkan oleh firman Allah Swt. berikut:


{قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا}


Musa berkata kepada kaumnya, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. {Al-A'raf: 128)Musa menjanjikan kepada mereka bahwa akibat yang terpuji akan mereka peroleh, dan kelak mereka akan beroleh kemenangan. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{إِنَّ الأرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ * قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا}


sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." Kaum Musa berkata,

"Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang.” (Al-A'raf: 128-129)Yakni mereka benar-benar telah mengerjai kami seperti apa yang engkau lihat sendiri,

mereka telah menindas dan menghina kami sebelum engkau tiba, hai Musa, juga sesudahnya.Kemudian Musa berkata kepada mereka seraya mengingatkan perihal keadaan mereka di masa itu dan apa yang bakal mereka alami di masa berikutnya, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya:


عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ


Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh kalian. (Al-A'raf:129) hingga akhir ayat Di dalam kalimat ini terkandung anjuran yang mendorong mereka untuk bersyukur secara meyakinkan bila mereka mendapat nikmat dan lenyapnya semua penderitaan dari diri mereka.

Surat Al-Araf |7:128|

قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

qoola muusaa liqoumihista'iinuu billaahi washbiruu, innal-ardho lillaah, yuuriṡuhaa may yasyaaa`u min 'ibaadih, wal-'aaqibatu lil-muttaqiin

Musa berkata kepada kaumnya, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah, diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa."

Said Moses to his people, "Seek help through Allah and be patient. Indeed, the earth belongs to Allah. He causes to inherit it whom He wills of His servants. And the [best] outcome is for the righteous."

Tafsir
Jalalain

(Musa berkata kepada kaumnya, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah) dalam menghadapi penganiayaan mereka (sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah yang dipusakakan-Nya) yang diberi-Nya

(kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik) yang terpuji (adalah bagi orang-orang yang bertakwa.") terhadap Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 128 |

Penjelasan ada di ayat 127

Surat Al-Araf |7:129|

قَالُوا أُوذِينَا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَأْتِيَنَا وَمِنْ بَعْدِ مَا جِئْتَنَا ۚ قَالَ عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ

qooluuu uużiinaa ming qobli an ta`tiyana wa mim ba'di maa ji`tana, qoola 'asaa robbukum ay yuhlika 'aduwwakum wa yastakhlifakum fil-ardhi fa yanzhuro kaifa ta'maluun

Mereka (kaum Musa) berkata, "Kami telah ditindas (oleh Fir´aun) sebelum engkau datang kepada kami dan setelah engkau datang." (Musa) menjawab, "Mudah-mudahan Tuhanmu membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi, maka Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu."

They said, "We have been harmed before you came to us and after you have come to us." He said, "Perhaps your Lord will destroy your enemy and grant you succession in the land and see how you will do."

Tafsir
Jalalain

(Kaum Musa berkata, "Kami telah ditindas, oleh Firaun, sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-Nya,

maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.") di dalamnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 129 |

Penjelasan ada di ayat 127

Surat Al-Araf |7:130|

وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

wa laqod akhożnaaa aala fir'auna bis-siniina wa naqshim minaṡ-ṡamarooti la'allahum yażżakkaruun

Dan sungguh, Kami telah menghukum Fir´aun dan kaumnya dengan (mendatangkan musim kemarau) bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran.

And We certainly seized the people of Pharaoh with years of famine and a deficiency in fruits that perhaps they would be reminded.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah menghukum Firaun dan kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang) musim paceklik (dan kekurangan buah-buahan supaya mereka mengambil pelajaran)

menjadikannya sebagai pelajaran bagi mereka kemudian mereka mau beriman karenanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 130 |

Tafsir ayat 130-131

Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ}


Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya. (Al-A'raf: 130)Maksudnya, Kami telah menguji dan mencoba serta menimpakan musibah kepada mereka.


{بِالسِّنِينَ}


dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang. (Al-A'raf:130)Yakni tahun-tahun yang kering, paceklik yang berkepanjangan, dan kelaparan karena minimnya tetumbuhan.


{وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ}


dan kekurangan buah-buahan. (Al-A'raf: 130)Mujahid mengatakan bahwa keparahan ini masih di bawah keparahan yang pertama. Abi Ishaq mengatakan dari Raja ibnu Haiwah bahwa masa-masa itu pohon kurma hanya membuahkan sebiji buahnya.


{لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ * فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ}


supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran. (Al-A'raf: 130-131)Yaitu berupa kesuburan dan rezeki yang banyak.


{قَالُوا لَنَا هَذِهِ}


mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami." (Al-A'raf: 131) Artinya, keadaan ini dihasilkan karena usaha dan jerih payah kami.


{وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ}


Dan jika mereka ditimpa kesusahan. (Al-A'raf: 131) Yakni kekeringan dan paceklik.


{يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ}


mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. (Al-A'raf: 131)Maksudnya, hal tersebut terjadi karena ulah Musa dan para pengikutnya serta apa yang dibawa oleh mereka.


{أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ}


Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah. (Al-A'raf: 131)Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu

adalah ketetapan dari Allah (Al-A'raf: 131) Yakni musibah yang menimpa mereka itu berdasarkan ketetapan dari Allah. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-A'raf: 131)Ibnu Juraij telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah. (Al-A1rif: 131) Yakni datangnya dari Allah Swt.

Surat Al-Araf |7:131|

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَٰذِهِ ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَىٰ وَمَنْ مَعَهُ ۗ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

fa iżaa jaaa`at-humul-ḥasanatu qooluu lanaa haażih, wa in tushib-hum sayyi`atuy yaththoyyaruu bimuusaa wa mam ma'ah, alaaa innamaa thooo`iruhum 'indallohi wa laakinna akṡarohum laa ya'lamuun

Kemudian apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui.

But when good came to them, they said, "This is ours [by right]." And if a bad [condition] struck them, they saw an evil omen in Moses and those with him. Unquestionably, their fortune is with Allah, but most of them do not know.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran) kesuburan tanah dan kecukupan hidup (mereka berkata, "Ini adalah karena usaha kami") kami berhak memperolehnya, akan tetapi mereka tidak mau mensyukurinya.

(Dan jika mereka ditimpa kesusahan) kekeringan dan musibah/bencana (mereka lemparkan sebab kesialan itu) mereka menganggap kesialan itu(kepada Musa dan orang-orang yang besertanya)dari kalangan orang-orang yang beriman

(Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu) rasa sial mereka itu (adalah ketetapan dari Allah) yang sengaja diturunkan kepada mereka (akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui) bahwa

apa yang menimpa mereka adalah datang dari sisi Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 131 |

Penjelasan ada di ayat 130

Surat Al-Araf |7:132|

وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ

wa qooluu mahmaa ta`tinaa bihii min aayatil litas-ḥaronaa bihaa fa maa naḥnu laka bimu`miniin

Dan mereka berkata (kepada Musa), "Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami, kami tidak akan beriman kepadamu."

And they said, "No matter what sign you bring us with which to bewitch us, we will not be believers in you."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata,) kepada Musa ("Bagaimana kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu.")

kemudian Musa berdoa agar mereka diberi pelajaran. [...]

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 132 |

Tafsir ayat 132-135

Demikianlah kisah dari Allah Swt. mengenai keingkaran Fir'aun dan kaumnya, kekerasan dan kesombongan mereka terhadap perkara yang hak, serta tenggelamnya mereka dalam kebatilan. Hal ini dapat dipahami dari ucapan mereka yang dikisahkan oleh firman-Nya:


{مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ}


Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu.”(Al-A'raf: 132)Mereka mengatakan bahwa mukjizat apa pun

yang kamu datangkan kepada kami, dan dalil serta hujah apa pun yang kamu tegakkan terhadap kami niscaya kami tolak mentah-mentah. Kami tidak akan menerimanya dan tidak akan beriman kepadamu, tidak pula kepada ajaran yang kamu sampaikan.Allah Swt. berfirman:


{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ}


Maka Kami kirimkan kepada mereka topan. (Al-A'raf: 133)Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna topan ini. Dari Ibnu Abbas, dalam salah satu riwayat darinya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan topan ini adalah

hujan besar yang menenggelamkan dan merusak semua tanaman dan buah-buahan. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim.Dalam riwayat lainnya lagi Ibnu Abbas menyebutkan bahwa

makna yang dimaksud ialah banyaknya kematian. Hal yang sama dikatakan oleh Ata. Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan topan ialah air bah dan penyakit ta'un (kolera).


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الرِّفَاعِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَمان، حَدَّثَنَا المِنْهَال بْنُ خَلِيفَةَ، عَنِ الْحَجَّاجِ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ مِيناء، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "الطُّوفَانُ الْمَوْتُ".


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hisyam Ar-Rifa'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Al-Minhal ibnu Khalifah, dari Al-Hajjaj, dari Al-Hakam ibnu Mina,

dari Siti Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Topan artinya kematian.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui hadis Yahya ibnu Yaman dengan lafaz yang sama, tetapi hadis ini garib.

Dalam riwayat lainnya Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan topan ialah azab dari Allah yang meliputi mereka. Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman Allah Swt. yang mengatakan: lalu kebun itu diliputi malapetaka

(yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. (Al-Qalam: 19)Adapun mengenai al-jarad atau belalang, sudah dikenal, yaitu sejenis serangga yang dapat dimakan, karena berdasarkan apa yang telah disebutkan di dalam

hadis Sahihain dari Abu Ya'fur yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Abu Aufa tentang belalang. Maka Abdullah ibnu Abu Aufa menceritakan:


غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ الْجَرَادَ


Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah Saw. sebanyak tujuh kali peperangan, makanan kami adalah belalang.Imam Syafii dan Imam Ahmad ibnu Hambal serta Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:


"أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ: الْحُوتُ وَالْجَرَادُ، وَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ"


Dihalalkan bagi kita dua jenis bangkai dan dua jenis darah, yaitu ikan, belalang, hati, dan limpa.Abul Qasim Al-Bagawi telah meriwayatkannya dari Daud ibnu Rasyid, dari Suwaid ibnu Abdul Aziz, dari Abu Tamam Al-Aili, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ibnu Umar secara marfu dengan lafaz yang semisal.


وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْفَرَجِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الزِّبْرِقان الْأَهْوَازِيِّ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْجَرَادِ فَقَالَ: "أَكْثَرُ جُنُودِ اللَّهِ، لَا آكُلُهُ، وَلَا أُحَرِّمُهُ"


Abu Daud telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Faraj, dari Muhammad ibnu Zabarqan Al-Ahwazi, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman, dari Salman yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai belalang.

Maka beliau Saw. bersabda: Balatentara Allah yang paling banyak jumlahnya. Aku tidak memakannya, tidak pula mengharamkannya.Sesungguhnya Rasulullah Saw. tidak mau memakannya hanyalah karena tidak suka,

sebagaimana beliau yang mulia tidak suka makan biawak, tetapi mengizinkannya untuk dimakan.Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam Bab "Belalang" yang ia himpunkan dalam satu juz, melalui hadis Abu Sa'id Al-Hasan ibnu Ali Al-Adawi,

bahwa telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Khalid, dari Ibnu Juraij dari Ata, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak mau memakan belalang,

ginjal, tidak pula dab (semacam biawak) tanpa mengharamkannya. Adapun belalang, karena ia berasal dari azab dan pembalasan Allah; sedangkan kedua ginjal, karena letaknya yang berdekatan dengan kandung kemih. Mengenai dab (biawak), beliau Saw. bersabda:


"أَتَخَوَّفُ أَنْ يَكُونَ مَسْخًا"


Aku merasa khawatir bila ia berasal dari kutukan.Kemudian Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini garib, dan ia tidak menulisnya melainkan hanya dari jalur ini.Disebutkan bahwa Amirul Mukminin Umaribnul Khattab r.a. sangat menyukai belalang.

Telah diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Khalifah Umar pernah ditanya mengenai belalang. Maka ia menjawab, "Aduhai, sekiranya pada kita terdapat setumpuk atau dua tumpuk darinya untuk kita makan."

Ibnu Majah telah meriwayatkan bahwa Ahmad ibnu Mani’ telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Sa'd Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal yang pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan.

”Dahulu istri-istri Nabi Saw. saling berkirim hadiah belalang di antara sesama mereka yang dikirimkan dengan memakai piring besar."


وَقَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الْبَغَوِيُّ: حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْد، حَدَّثَنَا بَقِيَّة بْنُ الوليد، عن نُمَيْر بن يزيد القَيْني حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ صُدَيّ بْنِ عَجْلان، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ مَرْيَمَ بِنْتَ عِمْرَانَ، عَلَيْهَا السَّلَامُ، سَأَلَتْ رَبَّهَا [عَزَّ وَجَلَّ] أَنْ يُطْعِمَهَا لَحْمًا لَا دَمَ لَهُ، فَأَطْعَمَهَا الْجَرَادَ، فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ أَعِشْهُ بِغَيْرِ رَضَاعٍ، وَتَابِعْ بَيْنَه بِغَيْرِ شِيَاعٍ" وَقَالَ نُمَير: "الشَيَاع": الصَّوْتُ.


Abul Qasim Al-Bagawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, dari Yahya ibnu Yazid Al-Qa'nabi, telah menceritakan kepadaku ayahku,

dari Sada ibnu Ajian, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Maryam binti Imran a.s. pernah memohon kepada Tuhannya agar Dia memberinya makan daging yang tidak ada darahnya.

Maka Allah memberinya makan belalang, dan Maryam berdoa, "Ya Allah, berilah ia kehidupan tanpa menyusu (yakni lsa), dan lahirkaanlah ia tanpa bersuara.”Menurut Numair, syiya’ artinya suara tangisan.


وَقَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي دَاوُدَ: حَدَّثَنَا أَبُو تَقِيٍّ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ اليَزَني حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ ضَمْضَم بْنِ زُرْعَة، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي زُهَيْر النُّمَيْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تُقَاتِلُوا الْجَرَادَ، فَإِنَّهُ جُنْدُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ".


Abu Bakar ibnu Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Baqi Hisyam ibnu Abdul Malik Al-Muzani, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy,

dari pamdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Zuhair An-Numatri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kalian membunuh belalang, karena sesungguhnya belalang itu adalah balatentara Allah

yang sangat besar.Hadis ini berpredikat garib sekali.Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman Allah Swt. Maka Kami kirimkan kepada mereka topan dan belalang. (Al-A'raf: 133)

Bahwa belalang-belalang itu memakan habis semua paku pintu-pintu mereka tanpa memakan kayunya.Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui hadis Ali ibnu Zaid Al-Kharaiti, dari Muhammad ibnu Kasir, ia pernah mendengar Al-Auza'i

mengatakan bahwa ia pernah keluar menuju Padang Sahara, tiba-tiba ia melihat seorang lelaki di dalam kumpulan belalang di langit. Ternyata lelaki itu menaiki seekor belalang dari kumpulan belalang yang ada bersamanya,

sedangkan lelaki itu menyandang senjatanya. Setiap kali lelaki itu mengisyaratkan tangannya (seperti ini), maka pasukan belalangnya mengarah ke tujuan yang diisyaratkan oleh tangannya. Sedangkan lelaki itu tiada hentinya mengatakan,

"Dunia ini batil, batillah semua yang ada padanya. Dunia ini fana, fanalah semua yang ada padanya. Dunia ini batil, dan batillah semua yang ada padanya."'Al-Hafiz Abul Faraj Al-Mu'afa Ibnu Zakaria Al-Hariri mengatakan,

mengatakan dan menceritakan kepada kami Al Hasan Ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Waki, dari Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Amir

yang mengatakan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah ditanya mengenai belalang. Maka ia menjawab, "Semoga Allah memburukkan belalang, padanya terdapat tujuh ciri khas makhluk yang angkuh, kepalanya mirip kepala kuda,

lehernya mirip leher banteng, dadanya mirip dada harimau (singa), sayapnya mirip sayap burung elang, kakinya mirip kaki unta, jantan, ekornya mirip ekor ular, dan perutnya mirip perut kalajengking." Dalam tafsir firman Allah Swt. yang lalu, yaitu:


{أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ}


Dihalalkan bagi kalian binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagi kalian dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan. (Al-Maidah: 96)telah disebutkan hadis Hammad ibnu Salamah,

dari Abul Mihzam, dari Abu Hurairah yang di dalamnya disebutkan, "Kami berangkat bersama Rasulullah Saw. untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. Maka kami bersua dengan sekumpulan belalang. Lalu kami memukulinya

dengan tongkat-tongkat yang ada pada kami, sedangkan kami dalam keadaan ihram. Kemudian kami bertanya kepada Rasulullah Saw. (tentang perbuatan kami itu), maka beliau Saw. menjawab:


"لَا بَأْسَ بِصَيْدِ الْبَحْرِ"


'Tidak mengapa dengan binatang buruan laut'."


وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ، عَنْ هَارُونَ الْحَمَّالِ عَنْ هَاشِمِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُلاثة، عَنْ مُوسَى بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَنَسٍ وَجَابِرٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ أَنَّهُ كَانَ إِذَا دَعَا عَلَى الْجَرَادِ قَالَ: "اللَّهُمَّ أَهْلِكْ كِبَارَهُ، وَاقْتُلْ صِغَارَهُ، وَأَفْسِدْ بَيْضَهُ، وَاقْطَعْ دَابِرَهُ، وَخُذْ بِأَفْوَاهِهِ عَنْ مَعَايِشِنَا وَأَرْزَاقِنَا، إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ". فَقَالَ لَهُ جَابِرٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَتَدْعُو عَلَى جُنْدٍ مِنْ أَجْنَادِ اللَّهِ بِقَطْعِ دَابِرِهِ؟ فَقَالَ: "إِنَّمَا هُوَ نَثْرَةُ حُوتٍ فِي الْبَحْرِ"


Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Harun Al-Hamani, dari Hisyam ibnul Qasim, dari Ziyad ibnu Abdullah ibnu Ilasah dan dari Musa ibnu Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Anas dan Jabir, dari Rasulullah Saw.

Disebutkan bahwa apabila Rasulullah Saw. berdoa dalam menghadapi wabah belalang, beliau mengucapkan: Ya Allah, binasakanlah yang besar-besarnya, matikanlah yang kecil-kecilnya, rusakkanlah telur-telurnya,

hancurkanlah keturunannya serta hindarkanlah mulutnya dari tempat penghidupan kami dan dari rezeki kami. Sesungguhnya Engkau Maha Memperkenankan doa. Maka Jabir bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah,

apakah engkau mendoakan untuk kebinasaan suatu pasukan dari balatentara Allah agar mereka dihancurkan?" Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya belalang itu bersumber dari apa yang disebarkan oleh ikan di laut.

Hisyam mengatakan, telah menceritakan kepadanya Ziyad. Ziyad mendapat berita dari seseorang yang pernah melihat ikan menyebarkan belalang, bahwa belalang itu disebarkan oleh ikan di laut. Ziyad melanjutkan perkataannya,

"Sesungguhnya ikan itu apabila bertelur di tepi pantai, lalu airnya mengalami surut sehingga telur-telur itu terkena sinar mentari, maka semuanya menetaskan belalang yang langsung terbang."Dalam tafsir firman-Nya yang mengatakan:


{إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ}


melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. (Al-An'am: 38)Telah disebutkan hadis Umar r .a., bahwa Allah Swt. telah menciptakan seribu umat; enam ratus di antaranya di laut, sedangkan yang empat ratusnya hidup di daratan. Dan sesungguhnya umat yang mula-mula dibinasakan (punah) adalah belalang.


قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي دَاوُدَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْس، حَدَّثَنَا سَالِمُ بْنُ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ الْجَوْزَجَانِيُّ مُحَمَّدُ بْنُ مَالِكٍ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا وَباء مَعَ السَّيْفِ، وَلَا نَجَاءَ مَعَ الْجَرَادِ".


Abu Bakar ibnu Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Qais, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Salim,

telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Al-Jaurjani Muhammad ibnu Malik, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda : Tidak ada wabah (penyakit) bersama pedang,

dan tidak ada janggut bersama belalang.Hadis ini garib.Adapun mengenai kutu, maka disebutkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan kutu ialah semacam ulat yang keluar dari biji gandum. Dari Ibnu Abbas pula disebutkan

bahwa kutu adalah belalang kecil yang tidak bersayap. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan Qatadah. Disebutkan pula dari Al-Hasan serta Sa'id ibnu Jubair bahwa kutu ialah hewan kecil lagi hitam.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, al-qummal artinya nyamuk kecil. Ibnu Jarir mengatakan bahwa al-qummal adalah bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya ialah qumlah,

artinya sejenis serangga yang menyerupai kutu yang suka menyedot darah unta. Menurut berita yang sampai kepadaku, serangga inilah yang dimaksud­kan oleh Al-A'sya dalam syairnya yang mengatakan:


قَوْمٌ تُعَالِجُ قُمَّلا أَبْنَاؤُهُمْ وَسَلَاسِلًا أجُدا وَبَابًا مُؤْصَدَا


Mereka adalah suatu kaum yang anak-anaknya sedang menang­gulangi wabah kutu, dan rantai-rantai besi serta pintu yang terkunci.Sebagian ahli nahwu dari kalangan ulama Basrah menduga bahwa qummal menurut orang Arab artinya

sama dengan hamnan yang bentuk tunggalnya ialah hamnanah, artinya sejenis serangga yang bentuknya seperti kera, lebih besar sedikit daripada kutu.Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Ibnu Humaid Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qummi, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa ketika Musa a.s. datang kepada Fir'aun, Musa a.s. berkata kepadanya, "Lepaskanlah

kaum Bani Israil untuk pergi bersamaku." Lalu Allah mengirimkan topan, yakni hujan yang sangat lebat kepada Fir'aun dan kaumnya. Dan ketika sesuatu dari hujan itu menimpa mereka, mereka merasa khawatir bila hujan itu merupakan azab.

Lalu mereka berkata kepada Musa a.s.”Doakanlah buat kami kepada Tuhanmu agar Dia menghentikan hujan ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Lalu Nabi Musa a.s.

berdoa kepada Tuhannya (hingga hujan itu berhenti), tetapi mereka tidak mau beriman dan tidak melepaskan kaum Bani Israil bersamanya. Maka pada tahun itu juga Allah Swt. menumbuhkan tetumbuhan, rerumputan,

dan buah-buahan yang banyak, sebelum itu belum pernah terjadi demikian. Maka mereka berkata, "Inilah yang selalu kami dambakan." Lalu Allah mengirimkan belalang kepada mereka yang merusak semua tetumbuhan mereka.

Ketika mereka melihat kerusakan yang diakibatkan oleh belalang itu, maka mereka mengetahui bahwa tiada sesuatu pun dari tanaman mereka yang selamat. Mereka berkata, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu buat kami

agar Dia mengusir belalang ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, maka Allah mengusir belalang itu dari mereka,

tetapi mereka tidak mau beriman dan tidak melepaskan kaum Bani Israil pergi bersama Musa. Dan mereka ber­lindung masuk ke dalam rumah-rumah mereka, lalu mereka berkata, "Kami telah berlindung." Maka Allah mengirimkan kutu,

yakni ulat yang keluar dari bebijian, kepada mereka. Tersebutlah bahwa seseorang lelaki bila keluar dengan membawa sepuluh karung biji gandum ke tempat penggilingannya, maka begitu ia sampai ke tempat penggilingannya

tiada yang tersisa kecuali hanya tiga genggam gandum saja (semuanya berubah menjadi ulat). Mereka berkata, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan kutu ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu

dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, maka lenyaplah kutu itu dari mereka. Tetapi mereka menolak, tidak mau melepaskan kaum Bani Israil pergi bersama Musa. Ketika Musa a.s.

sedang duduk di hadapan Raja Fir'aun, tiba-tiba terdengarlah suara katak. Lalu Musa berkata kepada Fir'aun, "Apakah yang kamu dan kaummu jumpai dari katak ini?" Fir'aun berkata, "Barangkali ini pun merupakan tipu muslihat yang lain."

Maka tidak lama kemudian —yakni pada petang harinya— tiada seorang pun yang duduk melainkan seluruh negeri penuh dengan katak sampai mencapai dagunya. Dan bila seseorang hendak berkata, begitu ia membuka mulutnya,

maka pasti ada katak yang masuk ke dalam mulutnya. Kemudian mereka berkata, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan katak-katak ini dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu

dan nfelepaskan kaum Bani Israil bersamamu." (Setelah katak lenyap) mereka tetap tidak juga mau beriman. Lalu Allah mengirimkan darah kepada mereka, sehingga tidak sekali-kali mereka mengambil air minum —baik dari sungai

ataupun dari sumur-sumur— melainkan mereka menjumpai air itu dalam wadahnya berubah menjadi merah, yakni berubah menjadi darah segar. Lalu mereka mengadu kepada Fir'aun, "Sesungguhnya kami telah dicoba dengan darah,

dan kami tidak lagi mempunyai air minum." Fir'aun berkata, "Sesungguhnya dia (Musa) telah menyihir kalian." Mereka berkata, "Mana mungkin dia menyihir kami, tidak sekali-kali kami menjumpai air dalam wadah-wadah kami

melainkan kami menjumpai­nya berubah menjadi darah yang segar."' Mereka datang kepada Musa dan berkata kepadanya, "Hai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan darah ini dari kami, niscaya kami

akan beriman kepadamu dan kami akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Musa berdoa kepada Tuhannya, maka Allah melenyapkan darah itu dari mereka, tetapi mereka tetap tidak mau beriman,

tidak mau pula melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamanya.Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, As-Saddi, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf,

bahwa masing-masing telah menceritakan hal tersebut.Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengatakan bahwa musuh Allah —yaitu Fir'aun— kembali kepada kekufurannya ketika para ahli sihirnya telah beriman dalam keadaan kalah

dan terhina. Ia tetap tidak mau beriman, melainkan hanya menetapi kekufurannya serta tenggelam ke dalam kejahatannya. Maka Allah mengirimkan berbagai tanda (mukjizat-mukjizat) kepada Fir'aun. Maka pada awal mulanya Fir'aun

dan kaumnya mengalami musim paceklik yang panjang, kemudian menyusul topan, lalu belalang, kutu, katak, dan darah serta berbagai mukjizat lainnya yang terinci. Allah mengirimkan topan dalam bentuk air bah yang memenuhi semua

permukaan tanah, sehingga mereka tidak dapat lagi bercocok tanam, juga tidak dapat berbuat sesuatu pun; akhirnya mereka kelaparan. Ketika keadaan mereka sangat kritis, maka disebutkan oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Hai Musa,

mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kendbianyang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu

dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu." (Al-A'raf: 134) Maka Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, dan Allah melenyapkan azab itu dari mereka, tetapi mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan.

Karena itu, Allah mengirimkan belalang kepada mereka. Menurut berita yang disampaikan kepadaku, belalang itu memakan semua pepohonan, hingga memakan pula semua paku pintu-pintu dan kusen-kusen rumah mereka,

padahal paku-paku tersebut terbuat dari besi. Pada akhirnya rumah dan tempat tinggal mereka ambruk semua. Maka mereka mengatakan pula kepada Musa seperti apa yang disebutkan di dalam ayat di atas.

Nabi Musa berdoa kepada Tuhannya agar melenyapkan azab itu dari mereka. Tetapi setelah azab dilenyapkan, mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan. Lalu Allah mengirimkan kutu kepada mereka.

Menurut kisah yang sampai kepadaku, Nabi Musa a.s. diperintahkan oleh Allah untuk ber­jalan menuju sebuah bukit pasir, lalu memukulnya dengan tongkatnya. Kemudian Nabi Musa a.s. berjalan menuju bukit pasir Uhail yang sangat besar,

lalu ia memukulnya dengan tongkatnya, maka berhamburanlah kutu-kutu itu menuju mereka, hingga memenuhi rumah-rumah dan makanan mereka. Mereka tidak dapat tidur dan tidak dapat menetap dengan tenang.

Ketika keadaan mareka sangat kritis, maka mereka mengatakan kepada Musa seperti apa yang mereka katakan semula. Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, memohon agar bencana itu dilenyapkan.

Maka Allah melenyapkan azab itu dari mereka, tetapi mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan. Kemudian Allah mengirimkan katak kepada mereka, akhirnya katak memenuhi rumah, makanan,

dan semua wadah milik mereka. Sehingga tidak sekali-kali seseorang membuka tempat pakaian dan makanan melainkan ia menjumpai katak; katak benar-benar telah memenuhinya Ketika hal tersebut membuat mereka benar-benar

dalam keadaan kritis, lalu mereka mengatakan kepada Musa a.s. seperti perkataan mereka sebelumnya. Maka Musa a.s. memohon kepada Tuhannya, dan Allah melenyapkan azab dari mereka,

tetapi ternyata mereka tidak memenuhi sesuatu pun dari apa yang telah mereka janjikan itu. Maka Allah mengirimkan darah kepada mereka, sehingga semua air keluarga Fir'aun berubah menjadi darah.

Mereka tidak dapat minum baik dari sungai ataupun dari sumur, dan tidak sekali-kali mereka menciduk air dari tempatnya melainkan air itu berubah menjadi darah segar.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Ahmad ibnu Mansur Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Israil, telah menceritakan kepada kami Jabir ibnu Yazid, dari Ikrimah, dari Ubaidillah ibnu Amr yang mengatakan,

"Janganlah kalian membunuh katak, karena sesungguhnya ketika katak dikirimkan kepada kaum Fir'aun, maka ada seekor katak darinya yang menjatuhkan diri ke dalam pemanggangan roti yang ada apinya.

Katak itu melakukan demikian demi memperoleh rida Allah. Maka Allah menggantikan panasnya api itu dengan kesejukan yang lebih daripada kesejukan air yang pernah ia rasakan, dan Allah menjadikan suaranya sebagai tasbih."

Telah diriwayatkan pula melalui jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, hal yang semisal. Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan darah ialah seperti darah mimisan. Demikian menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Surat Al-Araf |7:133|

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ

fa arsalnaa 'alaihimuth-thuufaana wal-jarooda wal-qummala wadh-dhofaadi'a wad-dama aayaatim mufashsholaat, fastakbaruu wa kaanuu qoumam mujrimiin

Maka, Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

So We sent upon them the flood and locusts and lice and frogs and blood as distinct signs, but they were arrogant and were a criminal people.

Tafsir
Jalalain

(Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan) yaitu air bah yang memasuki rumah-rumah mereka sehingga mencapai setinggi tempat pesanggrahan duduk mereka selama tujuh hari (belalang)

kemudian belalang itu memakan persawahan dan buah-buahan milik mereka, demikian pula (kutu) ulat atau sejenis serangga yang memakan apa yang ditinggalkan oleh belalang (katak)

kemudian katak itu memenuhi rumah-rumah mereka dan juga makanan-makanan mereka (dan darah) di dalam air milik mereka (sebagai bukti-bukti yang jelas) yang terang (tetapi mereka tetap menyombongkan diri)

tidak mau beriman kepada bukti-bukti tersebut (dan mereka adalah kaum yang berdosa).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 133 |

Penjelasan ada di ayat 132

Surat Al-Araf |7:134|

وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ ۖ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

wa lammaa waqo'a 'alaihimur-rijzu qooluu yaa muusad'u lanaa robbaka bimaa 'ahida 'indak, la`ing kasyafta 'annar-rijza lanu`minanna laka wa lanursilanna ma'aka baniii isrooo`iil

Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, "Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu."

And when the punishment descended upon them, they said, "O Moses, invoke for us your Lord by what He has promised you. If you [can] remove the punishment from us, we will surely believe you, and we will send with you the Children of Israel."

Tafsir
Jalalain

(Dan ketika mereka ditimpa azab) yaitu siksaan (mereka pun berkata, "Hai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan perantaraan kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu)

yang dapat menghilangkan azab dari kami jika kami beriman (Sesungguhnya jika) lam adalah bermakna qasam/sumpah

(kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israel pergi bersamamu.").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 134 |

Penjelasan ada di ayat 132

Surat Al-Araf |7:135|

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَىٰ أَجَلٍ هُمْ بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ

fa lammaa kasyafnaa 'an-humur-rijza ilaaa ajalin hum baalighuuhu iżaa hum yangkuṡuun

Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji.

But when We removed the punishment from them until a term which they were to reach, then at once they broke their word.

Tafsir
Jalalain

(Maka setelah Kami hilangkan) berkat doa Musa (dari mereka azab itu hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya) janjinya dan bersikeras melakukan kekafiran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 135 |

Penjelasan ada di ayat 132

Surat Al-Araf |7:136|

فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ

fantaqomnaa min-hum fa aghroqnaahum fil-yammi bi`annahum każżabuu bi`aayaatinaa wa kaanuu 'an-haa ghoofiliin

Maka, Kami hukum sebagian di antara mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan melalaikan ayat-ayat Kami.

So We took retribution from them, and We drowned them in the sea because they denied Our signs and were heedless of them.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut) laut yang airnya asin (disebabkan mereka) dikarenakan mereka

(mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami) tetapi mereka tidak mau memikirkannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 136 |

Tafsir ayat 136-137

Allah Swt. menceritakan bahwa ketika mereka bersikap sombong dan ingkar, padahal Allah telah menimpakan berbagai ayat (mukjizat) yang bertubi-tubi kepada mereka satu demi satu, dan mereka masih tetap sombong serta ingkar,

maka Allah menghukum mereka dengan menenggelamkan mereka (Fir'aun dan balatentaranya) ke dalam laut. Laut itu adalah laut yang dibelah oleh Nabi Musa a.s., lalu ia menyeberanginya bersama kaum Bani Israil yang mengikutinya.

Kemudian Fir'aun dan balatentaranya memakai jalan yang sama untuk mengejar mereka. Setelah mereka semuanya masuk ke dalam laut itu, maka laut kembali menutup, menenggelamkan mereka sampai habis.

Demikian itu terjadi karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan kelalaian mereka terhadapnya.Kemudian Allah menceritakan bahwa setelah itu Dia mempusaka-kan belahan timur dan belahan barat bumi

kepada orang-orang yang dahulunya hidup tertindas dari kalangan kaum Bani Israil. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ * وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ}


Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka

di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka (kaum Bani Israil) itu. (Al-Qashash: 5-6)


{كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ * وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيم وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ * كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا قَوْمًا آخَرِينَ}


Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya, demikianlah.

Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. (Ad-Dukhan: 25-28)Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:

negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya, yang telah Kami beri berkah padanya. (Al-A'raf: 137) Menurutnya, makna yang dimaksud adalah negeri Syam. Firman Allah Swt.:


{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا}


Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untukBani Israil disebabkan kesabaran mereka. (Al-A'raf: 137)Menurut Mujahid dan Ibnu Jarir, yang dimaksud dengan perkataan 'Tuhanmu yang baik' ialah apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam surat lain, yaitu:


{وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ * وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ}


Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka

di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka (kaum Bani Israil) itu. (Al-Qashash: 5-6)Adapun firman Allah Swt:


{وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ}


Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya. (Al-A'raf: 137)artinya. Kami rusak semua yang telah dibuat oleh Fir'aun dan kaumnya berupa bangunan-bangunan dan lahan-lahan pertanian.


{وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ}


dan apa yang telah dibangun mereka. (Al-A'raf: 137)Menurut Mujahid dan Ibnu Abbas, makna ya'risyun ialah bangunan-bangunan mereka, yakni apa yang telah mereka bangun.

Surat Al-Araf |7:137|

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ

wa auroṡnal-qoumallażiina kaanuu yustadh'afuuna masyaariqol-ardhi wa maghooribahallatii baaroknaa fiihaa, wa tammat kalimatu robbikal-ḥusnaa 'alaa baniii isrooo`iila bimaa shobaruu, wa dammarnaa maa kaana yashna'u fir'aunu wa qoumuhuu wa maa kaanuu ya'risyuun

Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir´aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun.

And We caused the people who had been oppressed to inherit the eastern regions of the land and the western ones, which We had blessed. And the good word of your Lord was fulfilled for the Children of Israel because of what they had patiently endured. And We destroyed [all] that Pharaoh and his people were producing and what they had been building.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu) melalui perbudakan, yaitu mereka adalah kaum Bani Israel (negeri-negeri bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya) dengan air dan pohon

, ini adalah kata sifat bagi tanah, yang dimaksud adalah tanah Syam (Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik) yang dimaksud ialah firman-Nya,

"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi, Mesir, itu." (Q.S. Al-Qashash 5) (untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka) di dalam menanggung penganiayaan musuh mereka

(dan Kami hancurkan) Kami binasakan (apa-apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya) bangunan-bangunannya (dan apa yang telah dibangun mereka) dengan mengkasrahkan ra-nya dan boleh juga didamahkan,

yakni bangunan-bangunan yang telah mereka tinggikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Araf | 7 : 137 |

Penjelasan ada di ayat 136