Tafsir Ibnu Katsir
Surat Asy-Syuara
Tafsir ayat 78-82

Artinya, aku tidak menyembah kecuali Tuhan yang menjadikan segala sesuatu.


{الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ}


(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. (Asy-Syu'ara': 78) Yaitu Dialah Yang Menciptakan, Yang telah menentukan ukuran dan memberi petunjuk semua makhluk kepada-Nya.

Maka tiap-tiap makhluk diciptakan berjalan menurut apa yang telah ditakdirkan baginya; Dialah Yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya, dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.


{وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ}


dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. (Asy-Syu'ara': 79) Yakni Dialah Yang menciptakan aku dan memberiku rezeki dengan apa yang telah ditundukkan dan dimudahkan oleh-Nya dari sarana yang ada di langit

dan di bumi. Dia menggiring awan dan menurunkan hujan, lalu menghidupkan bumi dan mengeluarkan darinya semua jenis buah-buahan sebagai rezeki buat hamba-hamba-Nya. Dia juga menurunkan air tawar yang mudah diminum

untuk minum semua makhluk-Nya, yaitu berbagai macam hewan ternak dan manusia yang jumlahnya banyak sekali. Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ}


dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara': 80) Sakit dinisbatkan (disandarkan) kepada diri Ibrahim, sekalipun pada kenyataannya berasal dari takdir Allah dan ketetapan-Nya, juga sebagai ciptaan-Nya,

tetapi sengaja disandarkan kepada diri Ibrahim sebagai etika sopan santun terhadap Allah Swt. Seperti pengertian yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang memerintahkan kepada orang salat agar mengucapkan:


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ


Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6), hingga akhir surat. Pemberian nikmat dan hidayah disandarkan kepada Allah, sedangkan murka dibuang fa'il-nya karena etika sopan santun, dan kesesatan disandarkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti apa yang dikatakan oleh jin yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا}


Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan ini) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 10) Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ}


dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara': 80) Bila aku sakit, sesungguhnya tiada seorang pun selain-Nya yang dapat menyembuhkanku dengan berbagai macam sarana pengobatan apa pun yang menjadi penyebab kesembuhan.


{وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ}


dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). (Asy-Syu'ara': 81) Artinya, Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan; tiada seorang pun yang mampu melakukan hal tersebut, karena sesungguhnya Dialah Yang memulai penciptaan dan Yang mengulanginya.


{وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ}


dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat. (Asy-Syu'ara': 82) Yakni tiada seorang pun yang mampu mengampuni dosa-dosa di dunia dan di akhirat kecuali hanya Dia. Dan tiada seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali hanya Allah, Dia Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya.