Tafsir Ibnu Katsir
Surat An-Nisa
Tafsir ayat 172-173

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayah­ku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:


لَنْ يَسْتَنْكِفَ


tidak sekali-kali enggan. (An-Nisa: 172)Makna yang dimaksud ialah tidak menyombongkan diri, sedangkan menurut Qatadah artinya tidak enggan atau tidak segan-segan.


{الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلا الْمَلائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ}


Al-Masih menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). (An-Nisa: 172)Sebagian ulama mengatakan bahwa malaikat lebih utama dari manu­sia berdasarkan ayat ini, karena Allah Swt. telah berfirman:


{وَلا الْمَلائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ}


Dan tidak pula enggan malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). (An-Nisa: 172)Padahal mereka tidak mempunyai dalil dari ayat ini, karena sesungguhnya lafaz ul-mala-ikah di-'ataf-kan kepada al-masih tiada lain ka­rena pengertian

istinkaf adalah enggan atau menolak, sedangkan para malaikat lebih mampu daripada Al-Masih untuk melakukan hal ter­sebut. Untuk itu disebutkan:


{وَلا الْمَلائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ}


dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah) (An-Nisa: 172)Padahal tidak mesti bila keadaan mereka lebih kuat dan lebih mampu daripada Al-Masih untuk melakukan hal tersebut, lalu dikatakan bahwa mereka

lebih utama daripada dia.Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya para malaikat dise­butkan dalam ayat ini tiada lain karena mereka dijadikan sebagai tu­han-tuhan selain Allah,

sebagaimana Al-Masih dijadikan tuhan. Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa mereka semuanya adalah hamba-hamba-Nya dan makhluk-Nya, seperti yang disebutkan di dalam fir­man-Nya:


وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ


Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah meng­ambil (mempunyai) anak," Mahasuci Allah. Sebenarnya (malai­kat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26)hingga beberapa ayat selanjutnya. Karena itu. dalam firman selanjut­nya dari ayat ini disebutkan:


{وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا}


Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyom­bongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua ke­pada-Nya. (An-Nisa: 172)Yaitu kelak Allah Swt. akan mengumpulkan semuanya di hari kiamat,

dan Dia akan memutuskan di antara mereka dengan hukum-Nya yang adil lagi tidak aniaya dan tidak ada penyimpangan (berat sebelah). Dalam ayat berikutnya disebutkan:


{فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ}


Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, ma­ka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. (An-Nisa: 173)Artinya, Allah akan memberi mereka pahala yang sesuai

dengan amal salehnya, dan memberikan tambahan kepada mereka atas hal tersebut dari karunia, kebaikan, anugerah, rahmat, dan keluasan-Nya.


وَقَدْ رَوَى ابْنُ مَرْدُوَيه مِنْ طَرِيقِ بَقِيَّة، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْكِنْدِيِّ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ} قال: أُجُورُهُمْ: أَدْخَلَهُمُ الْجَنَّةَ". {وَيَزِيدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ} قَالَ: "الشَّفَاعَةُ فِيمَنْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ مِمَّنْ صَنَعَ إِلَيْهِمُ الْمَعْرُوفَ فِي دُنْيَاهُمْ".


Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari jalur Baqiyyah, dari Ismail ibnu Abdullah Al-Kindi, dari Al-A'masy, dari Sufyan, dari Abdullah secara marfu', bahwa Rasulullah Saw membaca firman-Nya: maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka

dan menam­bah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. (An-Nisa: 173) Yakni pahala mereka sepenuhnya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda menafsirkannya: Allah memasukkan mereka ke dalam surga. Adapun untuk firman Allah Swt.

berikut ini: dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. (An-Nisa: 173) Nabi Saw. bersabda menafsirkan pengertian tambahan itu, yaitu: (Diizinkan oleh Allah memberi) syafaat terhadap orang yang telah dipastikan baginya

masuk neraka, dari kalangan orang-orang yang pernah berbuat kebaikan kepada mereka ketika di dunianya.Akan tetapi, sanad hadis ini tidak kuat; dan apabila memang benar di­riwayatkan dari Abdullah ibnu Mas'ud secara mauquf, maka predikat­nya jayyid (baik).


{وَأَمَّا الَّذِينَ اسْتَنْكَفُوا وَاسْتَكْبَرُوا}


Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri. (An-Nisa: 173)Yakni tidak mau taat kepada Allah dan tidak mau menyembah-Nya serta menyombongkan dirinya dari hal itu. Maka dalam firman selan­jutnya disebutkan balasan mereka, yaitu:


{فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا}


maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka pelindung dan penolong selain dari Allah. (An-Nisa: 173)Ayat ini semakna dengan ayat lainnya, yaitu firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu-min: 60)Yakni dalam keadaan hina dina dan tertunduk, sebagaimana mereka congkak dan sombong ketika di dunianya.