Juz 12

Surat Hud |11:6|

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

wa maa min daaabbatin fil-ardhi illaa 'alallohi rizquhaa wa ya'lamu mustaqorrohaa wa mustauda'ahaa, kullun fii kitaabim mubiin

Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).

And there is no creature on earth but that upon Allah is its provision, and He knows its place of dwelling and place of storage. All is in a clear register.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidak ada) huruf min di sini zaidah (suatu binatang melata pun di bumi) yaitu hewan yang melata di atas bumi (melainkan Allahlah yang memberi rezekinya)

Dialah yang menanggung rezekinya sebagai karunia daripada-Nya (dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu) tempat hidupnya di dunia atau pada tulang sulbi

(dan tempat penyimpanannya) sesudah mati atau di dalam rahim. (Semuanya) yang telah disebutkan itu (tertulis dalam kitab yang nyata) kitab yang jelas, yaitu Lohmahfuz.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 6 |

Allah Swt menceritakan bahwa Dialah yang menjamin rezeki makhluk­Nya, termasuk semua hewan yang melata di bumi, baik yang kecil, yang besarnya, yang ada di daratan, maupun yang ada di lautan.

Dia pun mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Dengan kata lain, Allah mengetahui sampai di mana perjalanannya di bumi dan ke manakah tempat kembalinya, yakni sarangnya;

inilah yang dimaksud dengan tempat penyimpanannya.Ali ibnu Abu Talhah dan lain-lainnya telah menceritakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6)

Yakni tempat berdiamnya binatang itu (sarangnya) dan tempat penyimpanannya. (Hud: 6) bila telah mati.Diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu. (Hud: 6)

Maksudnya, di dalam rahim. dan tempat penyimpanannya. (Hud: 6) di dalam tulang sulbi, seperti yang terdapat pada surat Al-An'am. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, dan sejumlah ulama.

Ibnu Abu Hatim telah menyebutkan pendapat-pendapat ulama tafsir dalam ayat ini, juga menyebutkan pendapat mereka tentang ayat dalam surat Al-An'am tersebut.Makna yang dimaksud ialah bahwa semuanya itu telah tercatat

di dalam suatu Kitab yang ada di sisi Allah yang menerangkan kesemuanya itu. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:


{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ}


Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am:38)


{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}


Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan

Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)

Surat Hud |11:7|

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ

wa huwallażii kholaqos-samaawaati wal-ardho fii sittati ayyaamiw wa kaana 'arsyuhuu 'alal-maaa`i liyabluwakum ayyukum aḥsanu 'amalaa, wa la`ing qulta innakum mab'uuṡuuna mim ba'dil-mauti layaquulannallażiina kafaruuu in haażaaa illaa siḥrum mubiin

Dan Dialah yang menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa, dan 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah), "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati," niscaya orang kafir itu akan berkata, "Ini hanyalah sihir yang nyata."

And it is He who created the heavens and the earth in six days - and His Throne had been upon water - that He might test you as to which of you is best in deed. But if you say, "Indeed, you are resurrected after death," those who disbelieve will surely say, "This is not but obvious magic."

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yang permulaannya adalah hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat (dan adalah Arasy-Nya)

sebelum diciptakan langit dan bumi (di atas air) yaitu berada di atas angin (agar Dia menguji kalian) lafal liyabluwakum berta'alluq kepada lafal khalaqa artinya,

Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya yaitu berupa manfaat-manfaat dan maslahat-maslahat bagi kalian untuk menguji kalian

(siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya) artinya yang lebih taat kepada Allah (dan jika kamu berkata) hai Muhammad, kepada penduduk Mekah

("Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan sesudah mati," niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, "Tiada lain) tidak lain (ini) yakni Alquran yang menceritakan adanya hari berbangkit

seperti yang telah engkau katakan itu (hanyalah sihir yang nyata") sihir yang jelas. Menurut qiraat dibaca saahirun bukannya sihrun; sedangkan yang diisyaratkan oleh musyar ilaih adalah Nabi Muhammad saw. bukannya Alquran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 7 |

Tafsir ayat 7-8

Allah Swt. menceritakan tentang kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, bahwa Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa), dan bahwa 'Arasy-Nya sebelum itu berada di atas air.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ جَامِعِ بْنِ شَدَّاد، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزْ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا بَنِي تَمِيمٍ". قَالُوا: قَدْ بَشَّرْتَنَا فَأَعْطِنَا. قَالَ: "اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا أَهْلَ الْيَمَنِ". قَالُوا: قَدْ قَبِلْنَا، فَأَخْبِرْنَا عَنْ أَوَّلِ هَذَا الْأَمْرِ كَيْفَ كَانَ؟ قَالَ: "كَانَ اللَّهُ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَكَتَبَ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ ذِكْرَ كُلِّ شَيْءٍ". قَالَ: فَأَتَانِي آتٍ فَقَالَ: يَا عِمْرَانُ، انْحَلَّتْ نَاقَتُكَ مِنْ عِقَالِهَا. قَالَ: فَخَرَجْتُ فِي إِثْرِهَا، فَلَا أَدْرِي مَا كَانَ بَعْدِي


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Jami’ ibnu Syaddad, dari Safwan ibnu Muharriz, dari Imran ibnu Husain yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Terimalah kabar gembira, hai Bani Tamim!" Mereka berkata, "Engkau telah menyampaikan berita gembira kepada kami, maka berilah kami." Nabi Saw. bersabda, "Terimalah kabar gembira ini,

hai penduduk negeri Yaman!" Mereka menjawab, "Kami terima, maka ceritakanlah kepada kami tentang permulaan dari kejadian ini. Bagaimanakah prosesnya?" Rasulullah Saw. bersabda: Allah telah ada sebelum segala sesuatu terjadi,

dan 'Arasy-Nya berada di atas air, lalu Dia mencatat di dalam Lauh Mahfuz ketetapan segala sesuatu. Imran ibnu Husain berkata, "Lalu aku kedatangan seseorang yang mengatakan kepadaku, 'Hai Imran,

unta kendaraanmu telah lepas dari tambatannYa’lalu aku pergi mengejarnya sehingga aku tidak mengetahui hadis selanjutnya." Hadis ini diketengahkan di dalam dua kitab Sahih, yaitu Sahih Bukhari dan Sahih Muslim dengan teks yang cukup banyak, antara lain seperti berikut:


قَالُوا: جِئْنَاكَ نَسْأَلُكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا الْأَمْرِ فَقَالَ: "كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ قَبْلَهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: غَيْرُهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: مَعَهُ -وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ، ثُمَّ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ".


Bahwa mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kami datang kepadamu untuk menanyakan tentang kisah kejadian ini pada awalnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Allah telah ada, dan tiada sesuatu pun sebelum-Nya

—menurut riwayat lain disebutkan tiada sesuatu pun selain-Nya, dan menurut riwayat yang lainnya lagi disebutkan tiada sesuatu pun bersama­Nya— dan 'Arasy-Nya berada di atas air, lalu Allah menulis segala sesuatu di Lauh Mahfuz

kemudian menciptakan langit dan bumi.Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِنَّ اللَّهَ قَدَّرَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"


Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir semua makhluk sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh ribu tahun, dan saat itu 'Arasy-Nya berada di atas air. Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Bukhari mengatakan bahwa:


حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أنفِق أُنفقْ عَلَيْكَ". وَقَالَ: "يَدُ اللَّهِ مَلْأَى لَا يَغيضها نَفَقَةٌ، سحَّاءَ الليلَ وَالنَّهَارَ" وَقَالَ "أَفَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَغض مَا فِي يَدِهِ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَبِيَدِهِ الْمِيزَانُ يَخْفِضُ وَيَرْفَعُ"


telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Berinfaklah, niscaya Aku memberikan gantinya kepadamu!" Rasulullah Saw. bersabda pula: Tangan (kemurahan) Allah selalu penuh, tiada suatu nafkah pun yang dapat menguranginya;

Dia selalu memberi sepanjang malam dan siang hari. Bukankah kalian lihat apa yang telah dinafkahkan-Nya sejak Dia menciptakan langit dan bumi, sesungguhnya apa yang ada di tangan kanan (kemurahan)-Nya tidaklah berkurang

(karenanya). Dan adalah 'Arasy-Nya berada di atas air, dan di tangan-Nya terletak mizan (neraca), Dia merendahkan dan meninggikannya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاء، عَنْ وَكِيع بْنِ عُدُس، عَنْ عَمِّهِ أَبِي رَزِين -وَاسْمُهُ لَقِيط بْنُ عَامِرِ بْنِ الْمُنْتَفِقِ العُقَيْلي -قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ؟ قَالَ: "كَانَ فِي عَمَاء، مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ، ثُمَّ خَلَقَ الْعَرْشَ بَعْدَ ذَلِكَ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ya'la ibnu Ata, dari Waki' ibnu Adas, dari pamannya

(yaitu Abu Razin yang nama aslinya Laqit ibnu Amir ibnul Munfiq Al-Uqaili), bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya?" Rasulullah Saw.

bersabda: Dia berada di awan yang di bawahnya tidak ada udara dan di atasnya tidak ada udara (pula), kemudian sesudah itu Dia menciptakan 'Arasy.Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi di dalam kitab Tafsir-nya,

juga oleh Ibnu Majah di dalam kitab Sunan-nya melalui hadis Yazid ibnu Harun dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan adalah 'Arasy-Nya

(sebelum itu) di atas air. (Hud: 7) Yakni sebelum Dia menciptakan sesuatu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Wahb ibnu Munabbih, Gamrah, Qatadah, Ibnu Jarir, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan adalah 'Arasy-Nya (sebelum itu) berada di atas air. (Hud: 7) Allah menceritakan kepada kalian bagaimana permulaan penciptaan makhluk-Nya

sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan adalah 'Arasy-Nya (sebelum itu) berada di atas air. (Hud: 7) Ketika Allah menciptakan langit dan bumi,

Dia membagi air itu menjadi dua bagian; sebagian dijadikan di bawah 'Arasy, dan air itu adalah lautan yang meluap.Ibnu Abbas mengatakan, singgasana itu disebut 'Arasy karena ketinggiannya. Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan

bahwa ia pernah mendengar Sa'd At-Ta-i berkata, 'Arasy itu berupa yaqut merah." Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,

dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air. (Hud: 7) Keadaan 'Arasy-Nya adalah seperti yang digambarkan oleh Allah Swt. sendiri, karena saat itu tiada lain kecuali air yang di atasnya terdapat 'Arasy,

dan di atas 'Arasy adalah Tuhan Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, kekuasaan dan pengaruh, Yang Memiliki dan Yang Menguasai, Yang Maha Penyantun lagi Maha Mengetahui, Yang Memiliki Rahmat dan Nikmat,

serta Yang Maha Memperbuat segala yang dikehendaki­Nya.Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr ibnu Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai makna firman-Nya:

dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air. (Hud: 7) Bunyi pertanyaan adalah, "Air itu berada di atas apa?" Ibnu Abbas menjawab, "Berada di atas angin."Firman Allah Swt.:


{لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا}


agar Dia menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya. (Hud: 7)Artinya, Dia menciptakan langit dan bumi agar bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya yang telah Dia ciptakan, agar mereka menyembah-Nya

dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan Allah tidak menciptakan hal tersebut dengan sia-sia, seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya:


{وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ}


Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 27)


{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ}


Maka apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun: 115-116)


{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56)Adapun firman Allah Swt.:


{لِيَبْلُوكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا}


agar Dia menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya. (Hud: 7)Maksudnya, untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling banyak amalnya. Dalam ayat ini tidak disebutkan paling banyak amalnya,

melainkan paling baik amalnya. Dan tiadalah amal itu baik kecuali jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah Swt. dan sesuai dengan syariat (tuntunan) Nabi Saw. Apabila sesuatu amal kehilangan salah satu dari kedua syarat tersebut, maka amal itu batil dan gugur (tidak ada pahalanya).Firman Allah Swt.:


{وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ}


dan jika kamu katakan (kepada penduduk Mekah), "Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan sesudah mati.” (Hud: 7), hingga akhir ayat.Allah Swt. berfirman bahwa jika engkau beritakan—hai Muhammad— kepada orang-orang musyrik itu

bahwa Allah kelak akan menghidupkan kembali mereka sesudah mati, sebagaimana Dia memulai penciptaan mereka, padahal mereka mengetahui bahwa Allah Swt. adalah Yang menciptakan langit dan bumi, seperti yang disebutkan oleh firman lainnya:


{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}


Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka," niscaya mereka menjawab, "Allah." (Az-Zukhruf: 87)


{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}


Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab, "Allah" (Al-'Ankabut: 61)Sekalipun mengetahui hal tersebut,

mereka ingkar kepada hari berbangkit dan hari kembali kelak di hari kiamat, padahal bila dinilai dari segi kemampuan jauh lebih mudah daripada memulai penciptaan, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}


Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah. (Ar-Rum: 27)


{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}


Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan mem bangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28)Adapun firman Allah Swt.:


{إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}


Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata. (Hud: 7)Yakni mereka berkata dengan nada kafir dan ingkar, "Kami tidak percaya kepadamu yang mengatakan terjadinya hari berbangkit,

dan tiadalah yang menyebutkan hal tersebut kecuali orang yang telah engkau sihir, lalu ia mengikuti apa yang engkau katakan." Firman Allah Swt.:


{وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ}


Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang ditentukan. (Hud: 8)Allah Swt. berfirman, "Seandainya Kami tangguhkan azab dan hukuman terhadap orang-orang musyrik itu

sampai kepada suatu waktu yang ditentukan atau waktu yang telah dibatasi. Lalu Kami janjikan hal itu kepada mereka sampai kepada batas waktu yang telah ditetapkan, niscaya mereka akan mengatakan dengan nada mendustakan

dan menantang ingin segera diturunkan azab itu. 'Apakah gerangan yang menyebabkan azab itu ditangguhkan dari kami? Dikatakan demikian karena tabiat dan watak mereka telah terbiasa dengan dusta dan ragu,

maka tiada kebiasaan mereka kecuali hanyalah berdusta dan meragukan; mereka tidak dapat melepaskan tabiatnya.Lafaz ummah di dalam Al-Qur'an dan Sunnah digunakan untuk menunjukkan makna yang beraneka ragam. Adakalanya makna yang dimaksud ialah waktu, seperti dalam firman-Nya:


{إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ}


suatu waktu yang ditentukan. (Hud: 8) Juga dalam surat Yusuf, yaitu:


{وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ}


Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya. (Yusuf: 45)Adakalanya menunjukkan makna "imam yang diikuti", seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:


{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}


Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadi­kan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (An-Nahl: 120)

Adakalanya dipakai untuk menunjukkan makna tuntunan dan agama, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang men­ceritakan perkataan orang-orang musyrik, bahwa mereka telah mengatakan:


{إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}


Sesungguhnya kami menjumpai bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Az-Zukhruf: 23)Adakalanya pula dipakai untuk menunjukkan makna segolongan manusia, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ}


Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23)


{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}


Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu” (An-Nahl: 36)


{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}


Tiap-tiap umat mempunyai rasul maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47)

Makna "umat" dalam ayat ini ialah orang-orang yang diutus di kalangan mereka seorang rasul, baik yang mukmin maupun yang kafir, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim:


"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا دَخَلَ النَّارَ"


Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasa­an-Nya, tiada seorang pun dari kalangan umat ini —baik orang Yahudi ataupun orang Nasrani— yang telah mendengarku, lalu ia tidak beriman kepadaku,

melainkan masuk neraka.Sedangkan yang dimaksud dengan "umat pengikut" adalah orang-orang yang percaya kepada para rasul, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ}


Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110)Di dalam hadis sahih disebutkan:


" فَأَقُولُ: أُمَّتِي أمتي".


Maka aku berkata, "Umatku, umatkul"Lafaz Ummah ini pun terkadang digunakan untuk menunjukkan pengertian suatu golongan atau sebagian, sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:


{وَمِنْ قَوْمِ مُوسَى أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ}


Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat (golongan)_yawg memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 159)


{مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ}


di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus. (Ali Imran: 113), hingga akhir ayat.

Surat Hud |11:8|

وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَىٰ أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ ۗ أَلَا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

wa la`in akhkhornaa 'an-humul-'ażaaba ilaaa ummatim ma'duudatil layaquulunna maa yaḥbisuh, alaa yauma ya`tiihim laisa mashruufan 'an-hum wa ḥaaqo bihim maa kaanuu bihii yastahzi`uun

Dan sungguh, jika Kami tangguhkan azab terhadap mereka sampai waktu yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata, "Apakah yang menghalanginya?" Ketahuilah, ketika azab itu datang kepada mereka, tidaklah dapat dielakkan oleh mereka. Mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka mengolok-olokkannya.

And if We hold back from them the punishment for a limited time, they will surely say, "What detains it?" Unquestionably, on the Day it comes to them, it will not be averted from them, and they will be enveloped by what they used to ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai pada) datangnya (suatu waktu) beberapa waktu (yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata)

yang dimaksud dari keterangan ini adalah cemoohan ("Apakah yang menghalanginya") apakah gerangan yang mencegah turunnya azab.

Sebagai sanggahannya Allah berfirman: (Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan) tidak dapat ditahan lagi (dari mereka dan mereka diliputi) dikepung

(oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya) yang dimaksud adalah mereka memperolok-olokkan azab itu sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 8 |

Penjelasan ada di ayat 7

Surat Hud |11:9|

وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ

wa la`in ażaqnal-insaana minnaa roḥmatan ṡumma naza'naahaa min-h, innahuu laya`uusung kafuur

Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih.

And if We give man a taste of mercy from Us and then We withdraw it from him, indeed, he is despairing and ungrateful.

Tafsir
Jalalain

(Dan jika Kami rasakan kepada manusia) yang kafir (suatu rahmat dari Kami) yaitu berupa kekayaan dan kesehatan

(kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya pastilah dia menjadi putus asa) merasa putus asa dari rahmat Allah (lagi tidak berterima kasih) sangat mengingkari-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 9 |

Tafsir ayat 9-11

Allah Swt. menceritakan perihal manusia dan sifat-sifat tercela yang ada pada dirinya, kecuali bagi orang yang dikasihi oleh Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya yang beriman.

Bahwa manusia itu apabila mendapat musibah sesudah mendapat nikmat, maka ia akan berputus asa dan merasa terputus dari kebaikan di masa selanjutnya, serta kafir dan ingkar terhadap keadaan yang sebelumnya.

Seakan-akan dia tidak pernah mengalami suatu kebaikan pun, dan sesudah itu dia tidak mengharapkan suatu jalan keluar pun. Demikian pula keadaannya jika ia mendapat nikmat sesudah sengsara, sebagaimana disebutkan oleh Allah Swt.:


{لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي}


niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana-bencana itu dariku." (Hud: 10)Yaitu tidak akan ada kesengsaraan dan bencana lagi yang menimpaku sesudah ini.


{إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ}


sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga. (Hud: 10) Maksudnya, merasa sangat gembira dengan nikmat yang ada di tangannya, lalu ia bersikap angkuh dan sombong terhadap orang lain. Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya.


{إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا}


kecuali orang-orang yang sabar. (Hud: 11) Yakni sabar dalam menghadapi bencana dan kesengsaraan.


{وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ}


dan mengerjakan amal-amal saleh. (Hud: 11) Yaitu dalam keadaan sehat dan sejahtera.


{أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ}


mereka itu beroleh ampunan. (Hud: 11) Yakni karena bencana yang telah menimpa mereka.


{وَأَجْرٌ كَبِيرٌ}


dan pahala yang besar. (Hud: 11)karena apa yang telah mereka perbuat di masa makmur dan sejahteranya. Seperti yang disebutkan di dalam suatu hadis:


"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ هَمٌّ وَلَا غَمٌّ، وَلَا نَصَب وَلَا وَصَب، وَلَا حَزَن حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللهُ عَنْهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ


Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­Nya, tidak sekali-kali menimpa seorang mukmin suatu derita dan tidak pula suatu kesusahan, tidak pula suatu kepayahan, tidak pula suatu penyakit,

tidak pula suatu kesedihan sehingga duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapuskan karenanya sebagian dari dosa-dosanya.Di dalam kitab Sahihain disebutkan:


"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَقْضِي اللَّهُ لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ فَشَكَرَ كَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ كَانَ خَيْرًا لَهُ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ غَيْرِ الْمُؤْمِنِ"


Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­nya, tidak sekali-kali Allah memutuskan bagi orang mukmin suatu keputusan melainkan hal itu baik baginya. Jika dia beroleh kegembiraan, maka dia akan bersyukur,

dan bersyukur itu baik baginya. Dan jika ia tertimpa kesedihan, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Hal itu tidak dimiliki oleh seorang pun selain orang mukmin.Karena itulah dalam firman Allah Swt. disebutkan:


{وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}


Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (Al-Asr: 1-3)


{إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا}


Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (Al-Ma’arij: 19), hingga beberapa ayat berikutnya.

Surat Hud |11:10|

وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي ۚ إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ

wa la`in ażaqnaahu na'maaa`a ba'da dhorrooo`a massat-hu layaquulanna żahabas-sayyi`aatu 'annii, innahuu lafariḥun fakhuur

Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana itu dariku." Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga,

But if We give him a taste of favor after hardship has touched him, he will surely say, "Bad times have left me." Indeed, he is exultant and boastful -

Tafsir
Jalalain

(Dan jika kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana) kemiskinan dan kesengsaraan (yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang keburukan-keburukan itu)

yaitu bencana-bencana tersebut (dariku.") akan tetapi ia tidak mempunyai perasaan bahwa kebahagiaan itu bakal lenyap darinya dan pula ia tidak mensyukurinya

(Sesungguhnya dia sangat gembira) meluap (lagi bangga) terhadap manusia atas apa yang diberikan kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 10 |

Penjelasan ada di ayat 9

Surat Hud |11:11|

إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

illallażiina shobaruu wa 'amilush-shooliḥaat, ulaaa`ika lahum maghfirotuw wa ajrung kabiir

kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

Except for those who are patient and do righteous deeds; those will have forgiveness and great reward.

Tafsir
Jalalain

(Kecuali) tetapi (orang-orang yang sabar) terhadap bencana (dan mengerjakan amal-amal saleh) sewaktu diberi kebahagiaan (mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar) yaitu surga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 11 |

Penjelasan ada di ayat 9

Surat Hud |11:12|

فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَىٰ إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَنْ يَقُولُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ ۚ إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

fa la'allaka taarikum ba'dho maa yuuḥaaa ilaika wa dhooo`iqum bihii shodruka ay yaquuluu lau laaa unzila 'alaihi kanzun au jaaa`a ma'ahuu malak, innamaaa anta nażiir, wallohu 'alaa kulli syai`iw wakiil

Maka boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu sempit karenanya, karena mereka akan mengatakan, "Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau datang bersamanya malaikat?" Sungguh, engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara segala sesuatu.

Then would you possibly leave [out] some of what is revealed to you, or is your breast constrained by it because they say, "Why has there not been sent down to him a treasure or come with him an angel?" But you are only a warner. And Allah is Disposer of all things.

Tafsir
Jalalain

(Maka boleh jadi kamu) hai Muhammad (meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu) sehingga kamu tidak menyampaikannya kepada mereka karena mereka menganggap remeh terhadapnya

(dan sempit karenanya dadamu) sewaktu engkau membacakannya kepada mereka, karena khawatir bahwa (mereka akan mengatakan, "Mengapa tidak) bagaimana tidak

(diturunkan kepadanya perbendaharaan atau datang bersama-sama dengan dia satu malaikat") yang membenarkannya sesuai dengan apa yang kami minta.

(Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan) tugasmu hanyalah menyampaikan bukannya mendatangkan apa yang mereka kehendaki. (Dan Allah Pemelihara segala sesuatu)

yakni Dia hafal kesemuanya, maka Dia membalas mereka karenanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 12 |

Tafsir ayat 12-14

Allah Swt. berfirman menghibur Rasul-Nya dalam menghadapi pembangkangan kaum musyrik yang mengatakan apa yang telah mereka katakan terhadap Rasul, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الأسْوَاقِ لَوْلا أُنزلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنز أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا}


Dan mereka berkata, "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dia? Atau (mengapa tidak)

diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata, "Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir."

(Al-Furqan: 7-8)Lalu Allah Swt. memerintahkan Rasul-Nya dan memberikan petunjuk kepadanya bahwa janganlah dadanya merasa sempit karena perlakuan mereka terhadapnya, jangan pula hal tersebut menghambatnya

dan memalingkannya dari menyeru mereka di malam dan siang hari untuk menyembah Allah Swt. Dalam ayat lainnya disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ}


Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. (Al-Hijr: 97)Sedangkan dalam surat Hud ayat 12 berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَنْ يَقُولُوا}


Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan.Yakni karena perkataan mereka yang demikian itu.

Sesungguhnya engkau adalah seorang pemberi peringatan, dan engkau mempunyai teladan dari saudara-saudaramu dari kalangan para rasul sebelummu. Karena sesungguhnya mereka didustakan dan disakiti,

tetapi mereka tetap bersabar sehingga datang kepada mereka pertolongan dari Allah Swt.Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang mukjizat yang terkandung di dalam Al-Qur'an, bahwa tidak ada seorang pun

yang dapat mendatangkan hal yang semisal dengan Al-Qur'an, tidak juga sepuluh surat yang semisal dengannya, tidak pula suatu surat darinya. Karena kalam Allah berbeda dengan perkataan makhluk,

sebagaimana sifat-sifat Allah berbeda dengan sifat-sifat makhluk, dan Zat Allah tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Mahasuci dan Mahatinggi Allah, tidak ada Tuhan selain Dia dan tidak ada Rabb selain Dia. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ}


Jika mereka yang kalian seru itu tidak menerima seruan kalian, (Hud: 14)Maksudnya, jika mereka tidak menyambut tantangan yang telah kalian serukan kepada mereka, maka ketahuilah bahwa mereka tidak mampu melakukannya,

dan bahwa Al-Qur'an ini adalah firman Allah yang diturunkan dari sisi-Nya; di dalamnya terkandung ilmu, perintah, dan larangan-Nya.


{وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}


dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kalian berserah diri (kepada Allah)? (Hud: 14)

Surat Hud |11:13|

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

am yaquuluunaftarooh, qul fa`tuu bi'asyri suwarim miṡlihii muftaroyaatiw wad'uu manistatho'tum min duunillaahi ing kuntum shoodiqiin

Bahkan mereka mengatakan, " (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur´an itu." Katakanlah, "(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Qur´an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."

Or do they say, "He invented it"? Say, "Then bring ten surahs like it that have been invented and call upon [for assistance] whomever you can besides Allah, if you should be truthful."

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) akan tetapi apakah (mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buatnya") yakni Alquran itu (Katakanlah, "Kalau demikian, maka datangkanlah sepuluh surah-surah semisal dengannya)

dalam masalah kefasihan bahasa dan ketinggian paramasastranya (yang dibuat-buat) karena sesungguhnya kalian sama denganku adalah orang-orang Arab yang fasih dalam berbahasa. Allah swt.

menantang mereka untuk pertama kalinya supaya mereka mendatangkan sepuluh surah, kemudian pada tantangan yang berikutnya cukup hanya dengan satu surah saja

(dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup memanggilnya selain Allah) selain dari Allah (jika kalian memang orang-orang yang benar.") di dalam tuduhan kalian yang menyatakan, bahwa Alquran itu hanyalah buat-buatan belaka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 13 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Hud |11:14|

فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

fa il lam yastajiibuu lakum fa'lamuuu annamaaa unzila bi'ilmillaahi wa al laaa ilaaha illaa huw, fa hal antum muslimuun

Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka (katakanlah), "Ketahuilah, bahwa (Al-Qur´an) itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (masuk Islam)?"

And if they do not respond to you - then know that the Qur'an was revealed with the knowledge of Allah and that there is no deity except Him. Then, would you [not] be Muslims?

Tafsir
Jalalain

(Jika) bila (mereka yang kalian seru tidak menerima seruan/ajakan kalian) yaitu orang-orang yang kalian ajak untuk membantu kalian (maka ketahuilah)

khithab atau pembicaraan ditujukan kepada orang-orang musyrik (sesungguhnya Alquran itu diturunkan) berdasarkan (ilmu Allah) dan bukannya buat-buatan yang dilakukan terhadap-Nya

(dan bahwasanya) an di sini adalah bentuk takhfif daripada anna (tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kalian berserah diri kepada-Nya)

sesudah adanya hujah-hujah yang pasti ini. Makna yang dimaksud ialah hendaknya kalian masuk Islam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 14 |

Penjelasan ada di ayat 12

Surat Hud |11:15|

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

mang kaana yuriidul-ḥayaatad-dun-yaa wa ziinatahaa nuwaffi ilaihim a'maalahum fiihaa wa hum fiihaa laa yubkhosuun

Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.

Whoever desires the life of this world and its adornments - We fully repay them for their deeds therein, and they therein will not be deprived.

Tafsir
Jalalain

(Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya) seumpamanya ia tetap bersikeras dalam kemusyrikannya. Menurut suatu pendapat ayat ini

ditujukan kepada orang-orang yang berbuat ria atau pamer (niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaannya dengan sempurna)

pembalasan dari amal baik yang telah dikerjakannya, seperti sedekah dan bersilaturahmi (di dunia) umpamanya Kami meluaskan lapangan rezeki mereka

(dan mereka di dalamnya) yakni di dunia (tidak dirugikan) artinya tidak akan dikurangi sedikit pun balasannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 15 |

Tafsir ayat 15-16

Sehubungan dengan ayat ini Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka riya (pamer dalam amalnya), maka pahala mereka diberikan di dunia ini.

Demikian itu karena mereka tidak dianiaya barang sedikit pun. Ibnu Abbas mengatakan, "Barang siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan puasa, atau salat,

atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman, 'Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya,

sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi'."Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak,

dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.Anas ibnu Malik dan Al-Hasan mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini

diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka riya.Qatadah mengatakan, "Barang siapa yang dunia merupakan niat, dambaan, dan buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia ini. Dan bila ia datang ke akhirat,

maka ia tidak lagi memiliki pahala amal kebaikan yang akan diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal kebaikannya dibalas di dunia ini, dan kelak di akhirat dia mendapat pahala dari amalnya itu." Dalam hadis yang marfu’ telah disebutkan hal yang semisal dengan ini.Allah Swt. telah berfirman:


{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}


Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan bagiannya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam;

ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah

orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik Kepada masing-masing golongan —baik golongan ini maupun golongan itu— Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.

Perhatikanlah bagaimana Kami lebih­kan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 18-21)


{مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ}


Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya; dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia,

Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat (Asy-Syura: 20)

Surat Hud |11:16|

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

ulaaa`ikallażiina laisa lahum fil-aakhiroti illan-naaru wa ḥabitho maa shona'uu fiihaa wa baathilum maa kaanuu ya'maluun

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.

Those are the ones for whom there is not in the Hereafter but the Fire. And lost is what they did therein, and worthless is what they used to do.

Tafsir
Jalalain

(Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah) dileburlah (apa yang telah mereka usahakan) itu (di akhirat nanti)

sehingga mereka tidak mempunyai pahala lagi (dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 16 |

Penjelasan ada di ayat 15

Surat Hud |11:17|

أَفَمَنْ كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِنْهُ وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَىٰ إِمَامًا وَرَحْمَةً ۚ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الْأَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ ۚ فَلَا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ ۚ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ

a fa mang kaana 'alaa bayyinatim mir robbihii wa yatluuhu syaahidum min-hu wa ming qoblihii kitaabu muusaaa imaamaw wa roḥmah, ulaaa`ika yu`minuuna bih, wa may yakfur bihii minal-aḥzaabi fan-naaru mau'iduhuu fa laa taku fii miryatim min-hu innahul-ḥaqqu mir robbika wa laakinna akṡaron-naasi laa yu`minuun

Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur´an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur´an). Barang siapa mengingkarinya (Al-Qur´an) di antara kelompok-kelompok (orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur´an. Sungguh, Al-Qur´an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.

So is one who [stands] upon a clear evidence from his Lord [like the aforementioned]? And a witness from Him follows it, and before it was the Scripture of Moses to lead and as mercy. Those [believers in the former revelations] believe in the Qur'an. But whoever disbelieves in it from the [various] factions - the Fire is his promised destination. So be not in doubt about it. Indeed, it is the truth from your Lord, but most of the people do not believe.

Tafsir
Jalalain

(Apakah orang yang mempunyai bukti) penjelasan (dari Rabbnya) yaitu Nabi saw. atau orang-orang mukmin yang dimaksud dengan bukti adalah Alquran

(dan diikuti pula) dipanuti (oleh saksi) baginya yang membenarkannya (dari-Nya) yaitu dari Allah, yang dimaksud adalah malaikat Jibril (dan sebelumnya)

sebelum Alquran (telah ada kitab Musa) yaitu kitab Taurat yang menyaksikan kebenaran Alquran pula (yang menjadi pedoman dan rahmat) menjadi kata keterangan dari Alquran.

Apakah keadaannya sama dengan orang-orang yang tidak demikian keadaannya Tentu saja tidak (mereka itu) yakni orang-orang yang mempunyai bukti (beriman kepadanya)

kepada Alquran, maka bagi mereka surga. (Dan barang siapa di antara golongan yang bersekutu ingkar kepada Alquran) semua orang-orang kafir (maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya,

karena itu janganlah kamu ragu-ragu) menaruh syak (kepadanya) kepada Alquran (Sesungguhnya Alquran itu benar-benar dari Rabbmu tetapi kebanyakan manusia) penduduk Mekah (tidak beriman).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 17 |

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang mukmin yang berada pada fitrah Allah yang telah difitrahkan-Nya kepada semua hamba-Nya, yaitu pengakuan yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Disebutkan oleh Allah melalui firman-Nya:


{فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}


Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia me­nurut fitrah itu. (Ar-Rum: 30), hingga akhir ayat.Di dalam hadis Sahihain disebutkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدانه ويُنَصِّرانه ويُمَجِّسانه، كَمَا تُولَدُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعاء، هَلْ تُحِسُّون فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟ "


Setiap anak dilahirkan atas fitrah, maka hanya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi. Sama halnya dengan ternak unta betina yang melahirkan unta

dalam keadaan utuh, apakah kalian melihat adanya kecacatan pada telinganya?Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Hammad, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:


"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاء، فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ"


Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif lalu datanglah setan kepada mereka sehingga setan menyesatkan mereka dari agamanya.

Dan setan mengharamkan atas mereka apa yang telah Aku halalkan kepada mereka. Dan setan memerintahkan kepada mereka agar mempersekutukan Aku dengan apa yang Aku tidak menurunkan keterangan tentangnya.” Di dalam kitab Musnad dan kitab Sunan disebutkan seperti berikut:


"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى هَذِهِ الْمِلَّةِ، حَتَّى يُعرِب عَنْهُ لِسَانُهُ"


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan memeluk agama (Islam) ini, sehingga lisannya dapat berbicara mengungkapkan keinginannya.Tetapi orang mukmin tetap dalam keadaan fitrah ini. Firman Allah Swt.:


{وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِنْهُ}


dan diikuti pula oleh seorang saksi dari Allah (Hud: 17)Maksudnya, yang disampaikan oleh saksi dari sisi Allah, yaitu apa yang diwahyukan oleh Allah kepada para nabi, berupa syariat-syariat yang suci sempurna, diagungkan,

dan diakhiri dengan syariat Nabi Muhammad Saw. Karena itulah Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ibrahim An-Nakha'i, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya berikut ini : dan diikuti pula oleh seorang saksi dari Allah (Hud: 17) Menurut mereka, yang dimaksud adalah Malaikat Jibril a.s.Diriwayatkan pula dari Ali r.a., Al-Hasan, dan Qatadah,

bahwa yang dimaksud ialah Nabi Muhammad Saw. Kedua pendapat tersebut berdekatan maknanya, karena Jibril a.s. dan Muhammad Saw. masing-masing telah menyampaikan risalah Allah Swt. Malaikat Jibril menyampaikan

kepada Nabi Muhammad, dan Nabi Muhammad menyampaikan kepada umat.Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud adalah Ali r.a. Tetapi pendapat ini lemah dan tidak diketahui sumbernya; pendapat yang pertama

dan yang kedualah yang benar.Seorang mukmin dengan bekal fitrah yang ada pada dirinya dapat menyaksikan kebenaran syariat secara global, dan secara rinci tersimpulkan dari syariat itu sendiri. Kemudian fitrahnya membenarkan dan mengimaninya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:


{أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِنْهُ}


Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh saksi dari Allah. (Hud: 17)

Yakni Al-Qur'an yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Saw., kemudian Nabi Muhammad Saw. menyampaikannya kepada umatnya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى}


dan sebelum Al-Qur’an itu telah ada kitab Musa. (Hud: 17) Artinya, sebelum Al-Qur'an telah ada kitab Musa, yaitu Taurat.


{إِمَامًا وَرَحْمَةً}


yang menjadi pedoman dan rahmat. (Hud: 17)Allah menurunkannya kepada umat tersebut sebagai pedoman dan panutan yang mereka ikuti serta sebagai rahmat dari Allah buat mereka.

Maka barang siapa yang beriman kepadanya (Taurat) dengan sebenarnya, niscaya hal itu akan membimbingnya untuk beriman kepada Al-Qur'an. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ}


Mereka itu beriman kepada Al-Qur'an. (Hud: 17)Kemudian Allah berfirman mengancam orang yang mendustakan Al-Qur'an atau sesuatu dari Al-Qur'an, yaitu:


{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}


Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)Maksudnya, barang siapa dari kalangan penduduk bumi

yang kafir kepada Al-Qur'an, baik dari kalangan orang-orang musyrik, orang-orang kafir, orang-orang ahli kitab, dan lain-lainnya dari kalangan keturunan anak Adam dengan berbagai warna kulit, bentuk,

dan bangsanya yang telah sampai kepadanya Al-Qur'an, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}


supaya dengan Al-Qur'an itu aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur'an (kepadanya). (Al-An'am: 19)


{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}


Katakanlah "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua." (Al- A'raf: 158)


{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}


Dan barang siapa di atara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Abu Musa Al-Asy'ari r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا دَخَلَ النَّارَ"


Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­nya, tiada seorang pun dari kalangan umat ini yang mendengar tentang aku, baik dia orang Yahudi ataupun orang Nasrani, lalu ia tidak beriman kepadaku,

melainkan pasti masuk neraka.Abu Ayyub As-Sukhtiyani telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali ia mendengar suatu hadis dari Nabi Saw. menurut apa adanya melainkan ia menjumpai

yang sesuai dengannya atau yang membenarkannya di dalam Al-Qur'an. Telah sampai pula kepadanya bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:


"لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، وَلَا يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، فَلَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا دَخَلَ النَّارَ"


Tiada seorang pun dari kalangan umat ini yang mendengar aku, baik dia orang Yahudi ataupun orang Nasrani, lalu ia tidak beriman kepadaku melainkan masuk neraka.Kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri,

manakah hal yang membenarkannya dari Kitabullah? Karena jarang sekali ia mendengar sesuatu hadis dari Rasulullah, melainkan ia menjumpai hal yang membenarkannya di dalam Al-Qur'an. Akhirnya ia menjumpainya pada ayat berikut:


{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}


Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)Yakni dari kalangan pemeluk semua agama. Firman Allah Swt.:


{فَلا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ}


Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Qur’an itu. Sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar dari Tuhanmu. (Hud: 17), hingga akhir ayat.

Artinya, Al-Qur'an itu benar-benar dari Allah, tiada keraguan dan tiada kebimbangan di dalamnya. Seperti yang disebutkan pula di dalam firman-Nya:


{الم تَنزيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Alif Lam Mim. Turunnya Al-Qur'an yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dari Tuhan semesta alam. (As-Sajdah: 1-2)


{الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ}


Alif Lam Mim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya. (Al-Baqarah: 1-2)Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ}


tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (Hud: 17) Ayat tersebut sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}


Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)


{وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}


Dan Jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah (Al-An'am: 116)


{وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}


Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman. (Saba: 20)

Surat Hud |11:18|

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا ۚ أُولَٰئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

wa man azhlamu mim maniftaroo 'alallohi każibaa, ulaaa`ika yu'rodhuuna 'alaa robbihim wa yaquulul-asy-haadu haaa`ulaaa`illażiina każabuu 'alaa robbihim, alaa la'natullohi 'alazh-zhoolimiin

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata, "Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka." Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zalim,

And who is more unjust than he who invents a lie about Allah? Those will be presented before their Lord, and the witnesses will say, "These are the ones who lied against their Lord." Unquestionably, the curse of Allah is upon the wrongdoers.

Tafsir
Jalalain

(Dan siapakah) tidak ada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah) dengan menisbatkan sekutu terhadap-Nya dan menganggapnya mempunyai anak.

(Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka) kelak di hari kiamat di antara semua makhluk-Nya (dan para saksi akan berkata) lafal asyhaad adalah bentuk jamak dari lafal syahiid yang artinya saksi.

Mereka adalah para malaikat; mereka memberikan kesaksian, bahwa para rasul telah menyampaikan risalahnya, adapun orang-orang kafir mereka cap sebagai pendusta

("Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka." Ingatlah, kutukan Allah dilimpahkan atas orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang musyrik.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 18 |

Tafsir ayat 18-22

Allah Swt. menerangkan keadaan orang-orang yang mendustakan-Nya, juga tentang dipermalukan-Nya mereka di hari akhirat kelak di hadapan mata kepala semua makhluk dari kalangan para malaikat, para rasul, para nabi, serta seluruh umat manusia dan jin. Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan;


حَدَّثَنَا بَهْز وَعَفَّانُ قَالَا أَخْبَرَنَا هَمَّام، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِز قَالَ: كُنْتُ آخِذًا بِيَدِ ابْنِ عُمَرَ، إِذْ عَرَضَ لَهُ رَجُلٌ قَالَ: كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي النَّجْوَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ، فَيَضَعُ عَلَيْهِ كنَفَه، وَيَسْتُرُهُ مِنَ النَّاسِ، وَيُقَرِّرُهُ بِذُنُوبِهِ، وَيَقُولُ لَهُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ حَتَّى إِذَا قَرَّره بِذُنُوبِهِ، وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ قَدْ هَلَكَ قَالَ: فَإِنِّي قَدْ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَإِنِّي أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. ثُمَّ يُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ، وَأَمَّا الْكُفَّارُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ: {الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ}


telah menceritakan kepada kami Bahz dan Affan; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz yang mengatakan bahwa ia

dalam keadaan memegang tangan Ibnu Umar di saat-ada seorang lelaki bertanya kepadanya, "Apakah yang telah engkau dengar dari Rasulullah Saw. tentang najwa (berbisik) di hari kiamat kelak?" Ibnu Umar menjawab,

bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. mendekati orang mukmin, lalu meletak­kan perlindungan dan naungan-Nya di atas orang mukmin itu sehingga orang mukmin itu dalam keadaan tertutup

dari pan­dangan manusia. Lalu Allah menyebutkan semua dosanya. Allah berfirman kepadanya, "Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu? Tahukah kamu dosa anu?” Setelah Allah menyebutkan semua dosanya dan orang mukmin

yang bersangkutan merasakan bahwa dirinya pasti binasa, maka Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu itu sewaktu di dunia, dan sesungguhnya Aku sekarang mengampuninya bagimu hari ini."

Kemudian diberikan kepadanya kitab catatan amal-amal kebaikannya. Adapun terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka para saksi akan berkata, " Orang-Orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka.”

Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahihain melalui hadis Qatadah dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:


{الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا}


(yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. (Hud: 19)Maksudnya, mereka mencegah manusia mengikuti perkara hak, mencegah manusia menempuh jalan hidayah yang menghantarkan kepada Allah, dan menjauhkan mereka dari surga.


{وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا}


dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok (Hud: 19) Yakni mereka menghendaki agar jalan manusia itu bengkok, tidak lurus.


{وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ}


Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya adanya hari akhirat. (Hud: 19)Yaitu ingkar kepada hari akhirat dan mendustakan kejadian dan keberadaan hari akhirat.


{أُولَئِكَ لَمْ يَكُونُوا مُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ}


Orang-orang itu tidak mampu menghalangi Allah untuk (mengazab mereka) di bumi ini, dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka penolong selain Allah. (Hud: 20)Bahkan mereka berada di bawah keperkasaan

dan kekuatan Allah Swt. serta berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya. Dia Mahakuasa untuk melakukan pembalasan terhadap mereka di dunia ini sebelum di akhirat.


{يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأبْصَارُ}


Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42)Di dalam kitab Sahihain disebutkan hadis berikut:


"إِنَّ اللَّهَ ليُملي لِلظَّالِمِ، حَتَّى إِذَا أخذَه لَمْ يُفْلته"


Sesungguhnya Allah benar-benar mencatat (perbuatan) orang yang aniaya, hingga manakala Allah mengazabnya, maka ia tidak dapat menyelamatkan (dirinya).Karena itulah Allah Swt. berfirman:


يُضَاعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ


Siksaan itu dilipatgandakan kepada mereka. (Hud: 20), hingga akhir ayat.Yakni dilipatgandakan azab-Nya terhadap mereka. Demikian itu karena Allah telah menjadikan bagi mereka pendengaran, penglihatan,

dan hati; tetapi tiadalah bermanfaat bagi mereka pendengaran, penglihatan, dan hati mereka; bahkan mereka tuli, tidak mau mendengar perkara yang hak, buta, tidak mau mengikutinya, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. Allah menceritakan perihal mereka saat memasuki neraka:


{وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ}


Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengar atau memahami (peringatan itu), niscaya tidaklah kami bersama-sama dengan penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk: 10) Demikian pula yang dinyatakan dalam firman Allah Swt. berikut:


{الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ}


Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas sik­saan (An-Nahl: 88), hingga akhir ayat.Karena itulah mereka selalu disiksa

karena meninggalkan tiap-tiap perintah Allah dan karena mengerjakan tiap-tiap larangan-Nya. Menurut pendapat yang paling sahih, mereka terkena taklif terhadap semua cabang syariat—baik

yang berupa perintah maupun larangan— bila dikaitkan dengan masalah akhirat. Firman Allah Swt.:


{أُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. (Hud: 21)Artinya, mereka merugikan dirinya sendiri, karena pada akhirnya mereka dimasukkan

ke dalam neraka yang panas, dan mereka disiksa di dalamnya tidak pernah berhenti barang sekejap pun, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا}


Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. (Al-Isra: 97)Adapun firman Allah Swt.:


{ضَلَّ عَنْهُمْ}


dan lenyaplah dari mereka. {Hud: 21) Maksudnya, hapuslah dari mereka.


{مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}


apa yang selalu mereka ada-adakan. (Hud: 21)Yakni sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, yaitu berhala-berhala dan tandingan-tandingan itu. Dan mereka tidak memperoleh suatu manfaat pun

dari sembahan-sembahan itu, bahkan sembahan-sembahan itu menimpakan mudarat yang sangat besar ter­hadap mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}


Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 6)


{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}


Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan itu) akan mengingkari penyembahan

(pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82)Nabi Ibrahim a.s. telah berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنَّمَا اتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}


Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian (yang lain)

dan sebagian kalian melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembali kalian ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagi kalian para penolong pun. (Al-'Ankabut: 25)Allah Swt. pun berfirman:


{إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ}


(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (Al-Baqarah: 166)

Demikian pula dalam ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa mereka rugi dan binasa di hari kiamat nanti. Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{لَا جَرَمَ أَنَّهُمْ فِي الآخِرَةِ هُمُ الأخْسَرُونَ}


Pasti mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi. (Hud: 22)Allah Swt. menceritakan tentang tempat kembali mereka, bahwa mereka adalah orang-orang yang paling merugi di hari akhirat nanti

karena mereka telah mengganti ketinggian dengan kerendahan, mengganti nikmat surga dengan panasnya api neraka, khamr surga dengan air yang sangat panas, bidadari dengan makanan dari darah dan nanah,

gedung-gedung surga dengan jurang-jurang neraka, serta berada dekat dengan Tuhan Yang Maha Pemurah lagi dapat melihat-Nya dengan murka Tuhan Yang Maha Membalas serta siksaan-Nya. Maka tidaklah aneh bila mereka adalah orang-orang yang paling merugi kelak di akhirat.

Surat Hud |11:19|

الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ

allażiina yashudduuna 'an sabiilillaahi wa yabghuunahaa 'iwajaa, wa hum bil-aakhiroti hum kaafiruun

(yaitu) mereka yang menghalangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang yang tidak percaya adanya hari Akhirat.

Who averted [people] from the way of Allah and sought to make it [seem] deviant while they, concerning the Hereafter, were disbelievers.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah) dari agama Islam (dan menghendaki supaya jalan itu)

(bengkok) tidak lurus (Dan mereka terhadap hari kemudian adalah) lafal hum kedua mengukuhkan makna lafal hum pertama (orang-orang yang tidak percaya).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 18

Surat Hud |11:20|

أُولَٰئِكَ لَمْ يَكُونُوا مُعْجِزِينَ فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ۘ يُضَاعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ ۚ مَا كَانُوا يَسْتَطِيعُونَ السَّمْعَ وَمَا كَانُوا يُبْصِرُونَ

ulaaa`ika lam yakuunuu mu'jiziina fil-ardhi wa maa kaana lahum min duunillaahi min auliyaaa`, yudhoo'afu lahumul-'ażaab, maa kaanuu yastathii'uunas-sam'a wa maa kaanuu yubshiruun

Mereka tidak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi, dan tidak akan ada bagi mereka penolong selain Allah. Azab itu dilipatgandakan kepada mereka. Mereka tidak mampu mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat-(Nya).

Those were not causing failure [to Allah] on earth, nor did they have besides Allah any protectors. For them the punishment will be multiplied. They were not able to hear, nor did they see.

Tafsir
Jalalain

(Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi) Allah (di bumi ini dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka selain Allah) selain-Nya (yang menolong mereka)

maksudnya para penolong yang dapat mencegah azab Allah terhadap mereka. (Siksaan itu dilipatgandakan kepada mereka) karena mereka menyesatkan orang lain.

(Mereka selalu tidak dapat mendengar) kebenaran (dan mereka selalu tidak melihat) kebenaran itu karena kebencian mereka yang sangat terhadap kebenaran itu

sehingga digambarkan seolah-olah mereka tidak mampu untuk mendengar dan melihatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 20 |

Penjelasan ada di ayat 18

Surat Hud |11:21|

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ

ulaaa`ikallażiina khosiruuu anfusahum wa dholla 'an-hum maa kaanuu yaftaruun

Mereka itulah orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan.

Those are the ones who will have lost themselves, and lost from them is what they used to invent.

Tafsir
Jalalain

(Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri) karena mereka menjerumuskan dirinya ke dalam neraka yang abadi (dan lenyaplah) terhapuslah

(dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan) terhadap Allah, yaitu tuduhan mereka yang menyekutukan Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 21 |

Penjelasan ada di ayat 18

Surat Hud |11:22|

لَا جَرَمَ أَنَّهُمْ فِي الْآخِرَةِ هُمُ الْأَخْسَرُونَ

laa jaroma annahum fil-aakhiroti humul-akhsaruun

Pasti mereka itu (menjadi) orang yang paling rugi di akhirat.

Assuredly, it is they in the Hereafter who will be the greatest losers.

Tafsir
Jalalain

(Pasti) sungguh (mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 22 |

Penjelasan ada di ayat 18

Surat Hud |11:23|

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَخْبَتُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

innallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati wa akhbatuuu ilaa robbihim ulaaa`ika ash-ḥaabul-jannah, hum fiihaa khooliduun

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Indeed, they who have believed and done righteous deeds and humbled themselves to their Lord - those are the companions of Paradise; they will abide eternally therein.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri) merasa tenang dan aman, atau kembali (kepada Rabb mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 23 |

Tafsir ayat 23-24

Setelah menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, lalu Allah mengiringinya dengan menyebutkan keadaan orang-orang yang berbahagia. Mereka adalah orang-orang yang beriman

dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang saleh. Dengan demikian, berarti hati mereka beriman dan anggota tubuh mereka mengerjakan amal-amal saleh, baik secara lisan maupun perbuatan,

misalnya mengerjakan amal ketaatan dan menjauhi perkara-perkara yang mungkar. Karena itulah mereka mewarisi surga-surga yang di dalamnya terdapat gedung yang tinggi-tinggi, pelaminan yang empuk-empuk,

buah-buahan yang dekat dipetiknya, hamparan yang tebal-tebal, bidadari yang cantik-cantik, buah-buahan yang beraneka ragam, makanan yang lezat-lezat, minuman-minuman yang lezat, dan dapat melihat Pencipta langit dan bumi.

Mereka kekal dalam kenikmatan itu, tidak mati, tidak tua, dan tidak sakit. Mereka pun tidak tidur, tidak pernah buang hajat, tidak pernah meludah, dan tidak pernah berdahak, melainkan hanyalah berkeringat saja

yang baunya seperti minyak kesturi.Kemudian Allah Swt. membuat perumpamaan tentang orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:


{مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ}


Perbandingan kedua golongan itu. (Hud: 24)Maksudnya, perbandingan antara orang-orang yang disebutkan oleh Allah sebagai orang-orang yang celaka dan orang-orang mukmin yang berbahagia ialah:

Orang-orang yang celaka itu sama halnya dengan orang yang buta dan yang tuli, sedangkan orang-orang yang berbahagia sama halnya dengan orang yang melihat dan yang mendengar.

Orang kafir buta tidak dapat melihat kebenaran di dunia dan akhirat, tidak mendapat petunjuk kepada kebaikan dan tidak mengenalnya. Dan ia tuli, tidak dapat mendengar hujah-hujah

sehingga tidak dapat beroleh manfaat darinya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ}


Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. (Al-Anfal: 23), hingga akhir ayat.Adapun orang mukmin, maka ia cerdas, cerdik lagi berakal;

ia dapat melihat perkara yang hak dan dapat membedakannya dengan yang batil, lalu mengikuti yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dia pun mendengar hujah-hujah dan dapat membedakannya dengan hal yang syubhat,

maka dia tidak teperdaya oleh perkara yang batil. Maka apakah sama antara orang ini dan orang itu? (yakni antara orang mukmin dan orang kafir). Jawabannya, tentu tidak.


{أَفَلا تَذَكَّرُونَ}


Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran (dari perbandingan itu)? (Hud: 24)Tidakkah kalian mengambil pelajaran, kemudian kalian membedakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir itu? Ayat ini semisal dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:


{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}


Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20)


{وَمَا يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ وَلا الظُّلُمَاتُ وَلا النُّورُ وَلا الظِّلُّ وَلا الْحَرُورُ وَمَا يَسْتَوِي الأحْيَاءُ وَلا الأمْوَاتُ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ إِنْ أَنْتَ إِلا نَذِيرٌ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلا خَلا فِيهَا نَذِيرٌ}


Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas,

dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesung­guhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendakinya, dan kamu sekali-kali tiada sanggup

menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar. Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan. Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira

dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Fathir: 19-24)

Surat Hud |11:24|

مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالْأَعْمَىٰ وَالْأَصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ ۚ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

maṡalul-fariiqoini kal-a'maa wal-ashommi wal-bashiiri was-samii', hal yastawiyaani maṡalaa, a fa laa tażakkaruun

Perumpamaan kedua golongan (orang kafir dan mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?

The example of the two parties is like the blind and deaf, and the seeing and hearing. Are they equal in comparison? Then, will you not remember?

Tafsir
Jalalain

(Perumpamaan) gambaran (kedua golongan itu) yakni orang-orang kafir dan orang-orang mukmin (seperti orang buta dan tuli) ini perumpamaan orang kafir

(dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar) ini perumpamaan orang mukmin. (Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya) Tentu saja tidak.

(Maka tidakkah kalian mengambil pelajaran) lafal tadzakkaruuna asalnya tatadzakkaruuna, kemudian huruf ta asal diidgamkan kepada huruf dzal sehingga jadilah tadzakkaruuna,

artinya sama dengan lafal tatta'izhuuna, yaitu mengambil pelajaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 24 |

Penjelasan ada di ayat 23

Surat Hud |11:25|

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ

wa laqod arsalnaa nuuḥan ilaa qoumihiii innii lakum nażiirum mubiin

Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), "Sungguh, aku ini adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,

And We had certainly sent Noah to his people, [saying], "Indeed, I am to you a clear warner

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ia berkata, "Sesungguhnya aku) bahwa aku. Menurut suatu qiraat lafal inni

i dengan memperkirakan adanya makna al-qaul yang artinya, dia berkata (adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian) yakni jelas peringatannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 25 |

Tafsir ayat 25-27

Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Nuh a.s. Dia adalah rasul Allah yang pertama yang diutus oleh Allah untuk penduduk bumi dari kalangan kaum musyrik para penyembah berhala. Nabi Nuh a.s. berkata kepada kaumnya:


{إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ}


Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian. (Hud: 25)Yakni peringatan yang nyata kepada kalian akan adanya azab Allah jika kalian terus menyembah berhala selain Allah. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ}


agar kalian tidak menyembah selain Allah. (Hud: 26) Firman Allah Swt.:


{إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ}


Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. (Hud: 26)Jika kalian terus-menerus mengerjakan apa yang kalian kerjakan itu

—yakni menyembah berhala— niscaya Allah akan menyiksa kalian dengan siksaan yang sangat pedih, sangat menyakitkan lagi sangat berat di hari akhirat kelak.


{فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ}


Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya. (Hud: 27)Kata al-mala’ artinya para pemimpin dan para pembesar dari kalangan orang-orang kafir.


{مَا نَرَاكَ إِلا بَشَرًا مِثْلَنَا}


Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami. (Hud: 27)Artinya, kamu bukanlah seorang malaikat, melainkan hanyalah manusia biasa. Maka mana mungkin diturunkan wahyu kepadamu,

bukannya kepada kami? Kemudian kami melihat bahwa tiada yang mengikutimu kecuali hanyalah orang-orang yang rendahan dari kalangan kami, seperti para pedagang, para penjahit, dan lain sebagainya dari golongan kelas bawah.

Tiada yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang terhormat, tiada pula dari kalangan para pemimpin kami. Kemudian mereka yang mengikutimu itu tidaklah mempunyai pikiran yang panjang, tidak pula mempunyai pandangan,

melainkan begitu kamu menyeru mereka, lalu mereka kontan mengikutimu dan menerima seruanmu. Karena itu, dalam firman selanjutnya dinyatakan:


{وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ}


dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27)Badiyar ra-yi artinya mudah percaya.


{وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ}


dan kami tidak melihat kalian memiliki kelebihan apa pun atas kami. (Hud: 27)Mereka mengatakan bahwa mereka memandang Nuh tidak mempunyai kelebihan apa pun

—baik dalam hal penampilan, sikap, kekayaan, ataupun keadaan—, lalu apakah gunanya mereka memasuki agama Nabi Nuh?


{بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ}


bahkan kami yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang berdusta. (Hud: 27)dalam seruan kalian kepada kami yang mengajak kepada kebajikan, kebaikan, ibadah dan kebahagiaan di alam akhirat

bila kalian semua telah sampai kepadanya. Kalimat ini merupakan sanggahan orang-orang kafir terhadap Nabi Nuh a.s. dan para pengikutnya. Hal ini pun menunjukkan kebodohan, keminiman ilmu,

dan kedangkalan otak mereka. Karena sesungguhnya bukanlah merupakan suatu keaiban bagi perkara yang hak, bila yang mengikutinya adalah orang-orang rendahan; sebab perkara yang hak itu sendiri

merupakan suatu kebenaran, baik yang mengikutinya dari kalangan orang yang terhormat ataupun orang rendahan. Bahkan sebaliknya, orang-orang yang mengikuti perkara yang hak itulah orang-orang yang terhormat,

sekalipun keadaan mereka miskin; dan orang-orang yang menolak perkara yang hak adalah orang-orang yang hina, sekalipun mereka hartawan (kaya). Kemudian bila ditinjau dari segi kenyataan,

memang orang yang mengikuti perkara yang hak itu kebanyakannya dari kalangan orang-orang yang lemah, dan kebanyakan orang-orang terhormat dan orang-orang besar selalu menentangnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ}


Dan demikianlah Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguh­nya kami mendapati bapak-bapak kami

menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf: 23)Heraklius —Kaisar Romawi— bertanya kepada Abu Sufyan (yakni Sakhr ibnu Harb) tentang sifat-sifat Nabi Saw., antara lain,

"Apakah para pengikutnya dari kalangan orang-orang yang terhormat (kuat) ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah." Maka Heraklius berkata,

"Mereka (orang-orang yang lemah) itu adalah pengikut-pengikut para rasul."Perkataan mereka (orang-orang yang kafir dari kalangan kaum Nabi Nuh) adalah badiyar ra-yi (mudah percaya), bukanlah suatu cela atau aib.

Karena sesungguhnya perkara hak itu apabila telah jelas, maka tidak ada lagi kesempatan bagi pendapat—tidak pula bagi pemikiran— untuk berperan. Bahkan perkara yang hak itu harus diikuti dalam waktu yang sama

oleh orang yang cerdik dan pandai, tiada yang menggunakan pemikirannya dalam hal ini kecuali hanyalah orang yang bodoh dan pandir. Sesungguhnya risalah yang dibawa oleh

para rasul semuanya adalah jelas dan gamblang. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَا دَعَوْتُ أَحَدًا إِلَى الْإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ كَبْوَة، غَيْرَ أَبِي بَكْرٍ، فَإِنَّهُ لَمْ يَتَلَعْثَم"


Tidak sekali-kali aku menyeru seseorang untuk masuk Islam melainkan ada ganjalan pada dirinya kecuali Abu Bakar, karena sesungguhnya dia tidak kaku.Yakni tidak ragu dan tidak menangguh-nangguhkan;

karena dia melihat bahwa urusannya telah jelas dan gamblang, maka dia bersegera menyam­butnya dengan cepat dan spontan. Firman Allah Swt.:


{وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ}


dan kami tidak melihat kalian memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami. (Hud: 27)Mereka mempunyai pandangan demikian karena mereka buta, tidak dapat melihat perkara hak, dan tidak dapat mendengarnya

serta tidak dapat meresapinya, melainkan mereka selalu berada dalam keragu-raguannya dan tenggelam di dalam kegelapan kebodohannya. Mereka adalah orang-orang yang suka membuat-buat kebohongan, pendusta, kecil, dan hina; di akhirat kelak mereka adalah orang-orang yang merugi.

Surat Hud |11:26|

أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ ۖ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ

al laa ta'buduuu illalloh, inniii akhoofu 'alaikum 'ażaaba yaumin aliim

agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku benar-benar khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih."

That you not worship except Allah. Indeed, I fear for you the punishment of a painful day."

Tafsir
Jalalain

(Agar) supaya (kalian jangan menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kalian) jika kalian menyembah selain-Nya (akan ditimpa azab pada hari yang sangat menyakitkan.") azab yang menyakitkan di dunia dan di akhirat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 26 |

Penjelasan ada di ayat 25

Surat Hud |11:27|

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ

fa qoolal-mala`ullażiina kafaruu ming qoumihii maa narooka illaa basyarom miṡlanaa wa maa narookattaba'aka illallażiina hum aroożilunaa baadiyar-ro`y, wa maa naroo lakum 'alainaa min fadhlim bal nazhunnukum kaażibiin

Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, "Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta."

So the eminent among those who disbelieved from his people said, "We do not see you but as a man like ourselves, and we do not see you followed except by those who are the lowest of us [and] at first suggestion. And we do not see in you over us any merit; rather, we think you are liars."

Tafsir
Jalalain

(Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya,) mereka adalah terdiri dari orang-orang terhormat kaumnya ("Kami tidak melihat kamu melainkan sebagai manusia biasa seperti kami)

tidak ada kelebihan bagimu atas diri kami (dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami)

yaitu orang-orang yang rendah di antara kami, seperti tukang tambal pakaian dan tukang sol sepatu (yang lekas percaya saja) dapat dibaca baadiya dan baadia yang artinya,

mereka lekas percaya kepadamu tanpa berpikir lebih matang lagi. Lafal ini dinashabkan karena menjadi zharaf yang artinya, mereka terus percaya dengan begitu saja

(dan kami tidak melihat kalian memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami) sehingga karena kelebihan itulah kalian berhak untuk diikuti daripada kami

(bahkan kami yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang dusta") dalam pengakuan risalah yang kalian bawa. Dalam hal ini mereka mengikut sertakan sebutan Nabi Nuh beserta kaum yang mengikutinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 27 |

Penjelasan ada di ayat 25

Surat Hud |11:28|

قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي رَحْمَةً مِنْ عِنْدِهِ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنْتُمْ لَهَا كَارِهُونَ

qoola yaa qoumi a ro`aitum ing kuntu 'alaa bayyinatim mir robbii wa aataanii roḥmatam min 'indihii fa 'ummiyat 'alaikum, a nulzimukumuuhaa wa antum lahaa kaarihuun

Dia (Nuh) berkata, "Wahai kaumku! Apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan aku diberi rahmat dari sisi-Nya, sedangkan (rahmat itu) disamarkan bagimu. Apa kami akan memaksa kamu untuk menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya?

He said, "O my people have you considered: if I should be upon clear evidence from my Lord while He has given me mercy from Himself but it has been made unapparent to you, should we force it upon you while you are averse to it?

Tafsir
Jalalain

(Berkata Nuh, "Hai kaumku! Bagaimana pikiranmu) coba katakan kepadaku (jika aku ada mempunyai bukti yang nyata ) penjelasan yang nyata

(dari Rabbku dan diberi-Nya aku rahmat) kenabian (dari sisi-Nya tetapi rahmat itu disamarkan) disembunyikan (bagi kalian) dan menurut suatu qiraat dibaca fa`amiyat

(apa akan kami paksakan kalian menerimanya) artinya apakah kami harus memaksakan kalian untuk menerimanya (padahal kalian tiada menyukainya") tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 28 |

Allah Swt. menceritakan tentang jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya dalam hal tersebut:


{أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}


bagaimanakah pikiran kalian, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku. (Hud: 28)Yaitu bukti yang meyakinkan, perkara yang jelas, dan kenabian yang benar; sebagai rahmat yang besar dari Allah buat Nabi Nuh sendiri, juga buat mereka.


{فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ}


tetapi rahmat itu disamarkan bagi kalian. (Hud: 28)Maksudnya, disembunyikan dari kalian sehingga kalian tidak mendapat petunjuk untuk mengetahuinya, tidak pula dapat mengetahui kadarnya, bahkan sebaliknya kalian bersegera mendustakannya dan membantahnya.


{أَنُلْزِمْكُمُوهَا}


Apa akan kami paksakan kalian menerimanya. (Hud: 28)Yakni apakah kami menekan kalian untuk menerimanya, padahal kalian sendiri tidak menyukainya?

Surat Hud |11:29|

وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۚ وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا ۚ إِنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَلَٰكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ

wa yaa qoumi laaa as`alukum 'alaihi maalaa, in ajriya illaa 'alallohi wa maaa ana bithooridillażiina aamanuu, innahum mulaaquu robbihim wa laakinniii arookum qouman taj-haluun

Dan wahai kaumku! Aku tidak meminta harta kepada kamu (sebagai imbalan) atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang yang telah beriman. Sungguh, mereka akan bertemu dengan Tuhannya, dan sebaliknya aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh.

And O my people, I ask not of you for it any wealth. My reward is not but from Allah. And I am not one to drive away those who have believed. Indeed, they will meet their Lord, but I see that you are a people behaving ignorantly.

Tafsir
Jalalain

(Dan dia berkata, "Hai kaumku! Aku tiada meminta kepada kalian sebagai upah bagi seruanku) di dalam menyampaikan risalahku (harta benda)

yang kalian berikan kepadaku sebagai imbalannya (tiada lain) (upahku) pahalaku (hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman)

seperti apa yang kalian perintahkan supaya aku melakukannya. (Sesungguhnya mereka pasti akan bertemu dengan Rabbnya) melalui hari berbangkit kemudian Allah membalas mereka

dan menghukum orang-orang yang menyakiti dan mengusir orang-orang yang beriman (tetapi aku memandang kalian suatu kaum yang tidak mengetahui.") akibat dari perbuatan kalian yang demikian itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 29 |

Tafsir ayat 29-30

Nuh a.s. berkata kepada kaumnya, "Aku tidak meminta suatu upah pun dari kalian sebagai imbalan dari nasihatku kepada kalian ini, sebagai upah yang aku ambil dari kalian. Sesungguhnya aku hanyalah menginginkan pahala dari Allah Swt."


{وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا}


dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. (Hud: 29)Seakan-akan mereka meminta kepada Nabi Nuh a.s. agar mengusir orang-orang yang telah beriman dari sisinya,

karena mereka malu dan sebagai tahan harga dari mereka bila mereka duduk bersamaan dengan orang-orang yang lemah pengikut Nabi Nuh itu. Perihalnya sama dengan apa yang dialami oleh penutup para rasul,

yaitu Nabi Muhammad Saw. Beliau pernah diminta oleh orang-omng kafir agar mengusir golongan orang-orang yang lemah dari sisinya. Orang-orang kafir itu pun meminta kepada Nabi Saw.

agar membuat suatu majelis terpisah buat mereka duduk bersamanya secara khusus. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:


{وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ}


Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari. (Al-An'am: 52), hingga akhir ayat.


{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}


Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam ini­kah di antara kita

yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (Al-An'am: 53)

Surat Hud |11:30|

وَيَا قَوْمِ مَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ طَرَدْتُهُمْ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

wa yaa qoumi may yanshurunii minallohi in thorottuhum, a fa laa tażakkaruun

Dan wahai kaumku! Siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka? Tidakkah kamu mengambil pelajaran?

And O my people, who would protect me from Allah if I drove them away? Then will you not be reminded?

Tafsir
Jalalain

(Dan dia berkata, "Hai kaumku! Siapakah yang akan menolongku) yang dapat membentengi diriku (dari Allah) dari azab-Nya (jika aku mengusir mereka)

orang-orang yang beriman kepadaku, tentu saja tidak ada seorang penolong pun. (Maka tidakkah) mengapa tidak (kalian mengambil pelajaran)

lafal tadzakkaruuna asalnya adalah tatadzakkaruuna, kemudian huruf ta asal diidgamkan kepada dzal sehingga jadilah tadzdzakkaruuna, artinya sama dengan tatta`izhuuna, yaitu mengambil pelajaran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 30 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Hud |11:31|

وَلَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ وَلَا أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِي أَعْيُنُكُمْ لَنْ يُؤْتِيَهُمُ اللَّهُ خَيْرًا ۖ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا فِي أَنْفُسِهِمْ ۖ إِنِّي إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ

wa laaa aquulu lakum 'indii khozaaa`inullohi wa laaa a'lamul-ghoiba wa laaa aquulu innii malakuw wa laaa aquulu lillażiina tazdariii a'yunukum lay yu`tiyahumullohu khoiroo, allohu a'lamu bimaa fiii anfusihim, inniii iżal laminazh-zhoolimiin

Dan aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui yang gaib, dan tidak (pula) mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat, dan aku tidak (juga) mengatakan kepada orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu, bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Sungguh, jika demikian aku benar-benar termasuk orang-orang yang zalim."

And I do not tell you that I have the depositories [containing the provision] of Allah or that I know the unseen, nor do I tell you that I am an angel, nor do I say of those upon whom your eyes look down that Allah will never grant them any good. Allah is most knowing of what is within their souls. Indeed, I would then be among the wrongdoers."

Tafsir
Jalalain

(Dan aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa, 'Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah dan tiada pula) aku

(mengetahui yang gaib dan tidak pula aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat.') akan tetapi sesungguhnya aku adalah manusia biasa sama dengan kalian

(dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina) dipandang remeh (oleh penglihatan kalian, "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka.

" Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka) yang terpendam di dalam kalbu mereka (sesungguhnya aku kalau begitu) maksudnya jika aku mengatakan demikian (benar-benar termasuk orang-orang yang lalim).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 31 |

Nabi Nuh a.s. memberitahukan kepada mereka (umatnya) bahwa diri­nya adalah utusan dari Allah yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata—tidak ada sekutu bagi-Nya— dengan seizin dari Allah

yang diberikan kepadanya untuk menyampaikan hal tersebut. Beliau tidak meminta upah dari mereka atas hal tersebut, bahkan menyeru setiap orang yang dijumpainya, baik dari kalangan orang yang terhormat

mau­pun dari kalangan orang jelata. Maka barang siapa yang menerima seruannya, berarti dia telah selamat.Nabi Nuh a.s. memberitahukan pula kepada mereka bahwa tidak ada kekuasaan baginya untuk mengatur perbendaharaan

kekayaan dari Allah, tidak pula dia mengetahui hal yang gaib, kecuali sebatas apa yang diperlihatkan oleh Allah kepadanya. Beliau bukanlah malaikat, melainkan adalah manusia yang diangkat menjadi rasul yang dikukuhkan

dengan berbagai mukjizat dari sisi-Nya.Nabi Nuh a.s. berkata, "Aku tidak mengatakan tentang mereka yang dipandang hina oleh kalian sehingga kalian remehkan mereka, bahwa mereka tidak mempunyai pahala di sisi Allah

sebagai balasan dari amal mereka. Allah lebih mengetahui tentang apa yang terkandung di dalam diri mereka. Jika mereka benar-benar beriman batinnya seperti lahiriahnya, maka bagi mereka pahala yang baik.

Dan sekiranya ada seseorang yang memastikan keburukan bagi mereka sesudah mereka beriman, niscaya dia adalah orang yang zalim, yang mengatakan apa yang tidak diketahuinya."

Surat Hud |11:32|

قَالُوا يَا نُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

qooluu yaa nuuḥu qod jaadaltana fa akṡarta jidaalana fa`tinaa bimaa ta'idunaaa ing kunta minash-shoodiqiin

Mereka berkata, "Wahai Nuh! Sungguh, engkau telah berbantah dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk orang yang benar."

They said, "O Noah, you have disputed us and been frequent in dispute of us. So bring us what you threaten us, if you should be of the truthful."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami) telah memusuhi kami (dan kamu memperpanjang bantahanmu terhadap kami,

maka datangkanlah kepada kami apa yang kamu ancamkan kepada kami) yaitu azab (jika kamu termasuk orang-orang yang benar") di dalam ancaman yang kamu katakan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 32 |

Tafsir ayat 32-34

Allah Swt. menceritakan tentang kaum Nabi Nuh yang meminta agar siksa, azab, serta kemurkaan Allah segera ditimpakan kepada mereka, padahal malapetaka itu sumbernya dari ucapan (lisan).


{قَالُوا يَا نُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا}


Mereka berkata, "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami (Hud: 32)Maksudnya, engkau telah banyak membantah kami, dan kami tetap tidak akan mengikutimu.


{فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا}


maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami (Hud: 32)Yaitu pembalasan Allah dan azab-Nya. Mereka berkata, "Serukanlah kepada Allah terhadap kami dengan doa yang kamu sukai, datangkanlah dengan segera apa yang engkau doakan itu agar menimpa kami."


{إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُمْ بِهِ اللَّهُ إِنْ شَاءَ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ}


jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Nuh menjawab, "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepada kalian jika Dia menghendaki, dan kalian sekali-kali tidak dapat melepaskan diri" (Hud: 32-33)

Yakni sesungguhnya yang akan mengazab kalian dan yang menye­gerakannya atas kalian hanyalah Allah, tiada sesuatu pun yang dapat mengalahkan-Nya.


{وَلا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ}


Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku jika aku memberi nasihat kepada kalian, sekiranya Allah hendak menyesatkan kalian. (Hud: 34)Artinya, tiada manfaatnya bagi kalian penyampaianku, peringatanku, dan nasihatku kepada kalian.


إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ


sekiranya Allah hendak menyesatkan kalian. (Hud: 34) Yakni jika Dia hendak menyesatkan dan membinasakan kalian.


{هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ}


Dia adalah Tuhan kalian, dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan. (Hud: 34)Dia adalah yang memiliki kendali semua urusan, Dialah Yang mengatur dan Hakim Yang Mahaadil yang tidak akan lalim.

Milik-Nyalah semua makhluk dan urusan. Dialah yang memulai penciptaan dan yang mengembalikannya. Dia adalah Raja dunia dan akhirat.

Surat Hud |11:33|

قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُمْ بِهِ اللَّهُ إِنْ شَاءَ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ

qoola innamaa ya`tiikum bihillaahu in syaaa`a wa maaa antum bimu'jiziin

Dia (Nuh) menjawab, "Hanya Allah yang akan mendatangkan azab kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu tidak akan dapat melepaskan diri.

He said, "Allah will only bring it to you if He wills, and you will not cause [Him] failure.

Tafsir
Jalalain

(Nuh menjawab, "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepada kalian jika Dia menghendaki) supaya azab itu disegerakan terhadap kalian karena sesungguhnya

urusan penurunan azab itu kembali kepada-Nya (dan kalian sekali-kali tidak dapat melepaskan diri) dari azab-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 33 |

Penjelasan ada di ayat 32

Surat Hud |11:34|

وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ ۚ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

wa laa yanfa'ukum nush-ḥiii in arottu an anshoḥa lakum ing kaanallohu yuriidu ay yughwiyakum, huwa robbukum, wa ilaihi turja'uun

Dan nasihatku tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin memberi nasihat kepadamu, kalau Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."

And my advice will not benefit you - although I wished to advise you - If Allah should intend to put you in error. He is your Lord, and to Him you will be returned."

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kalian sekiranya Allah hendak menyesatkan kalian)

artinya berkehendak untuk membuat kalian sesat. Jawab syarat tersirat dari makna yang terkandung di dalam kalimat, 'Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku.

' (Dia adalah Rabb kalian dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan"). Selanjutnya Allah swt. berfirman:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 34 |

Penjelasan ada di ayat 32

Surat Hud |11:35|

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَعَلَيَّ إِجْرَامِي وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تُجْرِمُونَ

am yaquuluunaftarooh, qul iniftaroituhuu fa 'alayya ijroomii wa ana bariii`um mimmaa tujrimuun

Bahkan mereka (orang kafir) berkata, " cuma mengada-ada saja." Katakanlah (Muhammad), "Jika aku mengada-ada, akulah yang akan memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat."

Or do they say [about Prophet Muhammad], "He invented it"? Say, "If I have invented it, then upon me is [the consequence of] my crime; but I am innocent of what [crimes] you commit."

Tafsir
Jalalain

(Bahkan) malahan (mereka mengatakan) yang dimaksud adalah orang-orang kafir Mekah ("Dia cuma membuat-buatnya saja.")

artinya Muhammad hanya membuat-buat Alquran saja (Katakanlah, "Jika aku membuat-buatnya, maka hanya akulah yang memikul dosanya) azab sebagai akibat dari perbuatan itu

(dan aku berlepas diri dari dosa yang kalian lakukan.") yaitu dosa tuduhan kalian yang mencap diriku sebagai pembuat Alquran.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 35 |

Ini adalah kalimat sisipan yang berada di tengah-tengah kisah ini, berkedudukan menguatkan dan menetapkannya. Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw.,

"Malahan orang-orang kafir yang ingkar itu mengatakan bahwa dia cuma membuat-buatnya dan merekayasanya dari dirinya sendiri."


{قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَعَلَيَّ إِجْرَامِي}


Katakanlah, "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku. (Hud: 35)Yakni dosanya aku tanggung sendiri.


{وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تُجْرِمُونَ}


dan aku berlepas diri dari dosa yang kalian perbuat.” (Hud: 35)Maksudnya, hal tersebut bukanlah buat-buatan, bukan pula suatu rekayasa, karena aku benar-benar mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah bagi orang yang berdusta terhadap-Nya.

Surat Hud |11:36|

وَأُوحِيَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

wa uuḥiya ilaa nuuḥin annahuu lay yu`mina ming qoumika illaa mang qod aamana fa laa tabta`is bimaa kaanuu yaf'aluun

Dan diwahyukan kepada Nuh, "Ketahuilah, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat.

And it was revealed to Noah that, "No one will believe from your people except those who have already believed, so do not be distressed by what they have been doing.

Tafsir
Jalalain

(Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu kecuali orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati)

merasa susah (tentang apa yang selalu mereka kerjakan) yaitu perbuatan syirik. Maka Nabi Nuh mendoakan kebinasaan bagi mereka yang tidak beriman, yaitu yang disitir oleh firman-Nya,

"Wahai Rabbku! Janganlah Engkau biarkan di atas muka bumi ini..." (Nuh 26) kemudian Allah mengabulkan doanya seraya berfirman:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 36 |

Tafsir ayat 36-39

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah mewahyukan kepada Nuh di saat kaumnya minta kepadanya agar pembalasan dan azab Allah disegerakan terhadap mereka. Lalu Nabi Nuh a.s. berdoa kepada Allah yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الأرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا}


Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 26)


{فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ}


Maka dia mengadu kepada Tuhannya, bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan. Oleh sebab itu, menangkanlah (aku). (Al-Qamar: 10)Maka pada saat itulah Allah menurunkan wahyu kepada Nuh, yaitu firman-Nya:


{أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلا مَنْ قَدْ آمَنَ}


bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja). (Hud: 36)Karena itu, janganlah kamu bersedih hati atas mereka dan jangan sekali-kali kamu menjadi sibuk dengan urusan mereka.


{وَاصْنَعِ الْفُلْكَ}


Dan buatlah bahtera itu. (Hud: 37) Yakni kapal itu.


{بِأَعْيُنِنَا}


dengan pengawasan Kami. (Hud: 37) Maksudnya, di hadapan Kami.


{وَوَحْيِنَا}


dan petunjuk wahyu Kami. (Hud: 37)Yaitu dengan petunjuk dan pengajaran Kami kepadamu tentang apa yang harus kamu lakukan.


{وَلا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ}


dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Hud: 37)Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Nuh

agar menanam pohon-pohonan; setelah besar ditebang, lalu dike­ringkan; hal ini memakan waktu seratus tahun. Kemudian Nabi Nuh meng­gergaji, menyerutnya, dan menghaluskannya selama seratus tahun lagi;

sedangkan menurut pendapat lain adalah empat puluh tahun.Muhammad ibnu Ishaq telah menceritakan dari kitab Taurat, bahwa Allah Swt. memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera itu dari kayu saj (jati)

dengan panjang delapan puluh hasta dan lebar lima puluh hasta, dan hendaknya bahtera itu dicat dengan gar (ter) bagian luar dan dalamnya, hendaknya pula dibuatkan anjungan buat membelah air.

Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh mempunyai panjang tiga ratus hasta dan lebarnya lima puluh hasta.Dari Al-Hasan, disebutkan bahwa panjangnya enam ratus hasta dan lebarnya tiga ratus hasta.

Juga dari Al-Hasan dan Ibnu Abbas, disebut­kan bahwa panjangnya seribu dua ratus hasta dan lebarnya enam ratus hasta. Sedangkan menurut pendapat lain, panjangnya dua ribu hasta, dan lebarnya seratus hasta.

Semuanya mengatakan bahwa tinggi bahtera Nabi Nuh adalah tiga puluh hasta, terdiri atas tiga tingkat, setiap tingkat mempunyai tinggi sepuluh hasta. Tingkatan yang paling bawah untuk hewan dan binatang liar,

yang tengah untuk manusia, sedangkan yang atas untuk burung-burung. Disebutkan pula bahwa pintunya berada di bagian tengahnya, bagian atas bahtera itu beratap.Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah menyebutkan sebuah asar

yang garib melalui hadis Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Abdullah ibnu Abbas. Disebutkan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa kaum Hawariyyin berkata kepada Isa ibnu Maryam,

"Sebaiknya engkau mengirimkan seorang lelaki sebagai wakil dari kita semua untuk melihat bahtera itu, lalu dia akan menceritakannya kepada kita." Maka Isa ibnu Maryam membawa serta mereka pergi hingga sampai di sebuah bukit pasir,

lalu Isa mengambil segenggam pasir dengan telapak tangannya dan berkata, "Tahukah kalian, apakah ini?" Mereka menjawab, "Allah dan utusan-Nya lebih mengetahui." Isa . menjawab, "Ini adalah mata kaki Ham ibnu Nuh."

Kemudian Nabi Isa memukul bukit pasir itu dengan tongkatnya seraya bersabda, "Berdirilah dengan seizin Allah." Tiba-tiba berdirilah Ham seraya menepiskan pasir yang ada di kepalanya yang telah beruban. Isa bertanya kepadanya,

"Apakah dalam keadaan seperti ini ketika kamu mati?" Ham ibnu Nuh menjawab, "Tidak, aku meninggal dunia dalam usia yang masih muda. Tetapi aku menduga bahwa kematian itu merupakan hari kiamat, karena itulah maka aku beruban."

Isa bertanya, "Ceritakanlah kepada kami tentang bahtera Nabi Nuh." Ham ibnu Nuh menjawab, "Panjangnya adalah seribu dua ratus hasta dan lebarnya enam ratus hasta. Bahtera itu terdiri atas tiga tingkat, salah satunya untuk hewan

dan binatang liar, yang lainnya untuk manusia, dan yang terakhir untuk burung-burung."Ham melanjutkan kisahnya, "Setelah kotoran hewan terlalu banyak, maka Allah menurunkan wahyu kepada Nuh a.s., memerintahkan kepadanya

agar menggelitiki ekor gajah. Maka Nuh a.s. menggelitikinya, lalu dari ekor gajah itu keluarlah seekor babi betina yang langsung melahap kotoran tersebut. Dan ketika tikus-tikus muncul di dalam bahtera itu,

mereka menggerogoti kayu-kayu dan tali temalinya. Maka Allah menu­runkan wahyu kepada Nuh a.s., memerintahkannya agar memukul wajah singa di antara kedua matanya. Maka Nuh a.s. memukulnya,

dan keluarlah burung elang jantan dan betina dari hidung singa itu, lalu keduanya me­nyambar tikus-tikus tersebut.Isa berkata kepada Ham, "Bagaimanakah Nuh mengetahui bahwa daratan telah tenggelam?" Ham menjawab, "Nuh a.s.

mengutus burung gagak yang menyampaikan berita kepadanya. Tetapi burung gagak itu menjumpai bangkai, lalu burung gagak itu hinggap padanya dan mema­kannya, maka Nuh a.s. berdoa kepada Allah,

semoga burung gagak selalu dicekam rasa takut. Karena itulah burung gagak tidak biasa tinggal di rumah-rumah.Kemudian Nuh a.s. mengirimkan burung merpati, lalu burung merpati itu datang dengan membawa daun pohon zaitun

pada paruhnya dan daun pohon tin pada kakinya. Karena itulah Nuh a.s. mengetahui bahwa seluruh negeri telah tenggelam. Lalu Nabi Nuh a.s. mengalung­kan ikat pinggangnya pada leher burung merpati dan mendoakannya

agar hidupnya selalu dalam aman dan jinak. Karena itulah maka burung-burung merpati biasa tinggal di rumah-rumah."Kaum Hawariyyin berkata, "Wahai utusan Allah, bolehkah kami membawa Ham ini kepada keluarga kami

dan duduk bersama kami seraya bercerita kepada kami?" Isa menjawab, "Mana mungkin orang yang tidak mempunyai rezeki dapat mengikuti kalian?" Maka Nabi Isa berkata kepada Ham,

"Kembalilah kamu seperti semula dengan seizin Allah!" Maka kembalilah Ham dalam bentuk semulanya, yaitu berupa pasir.Firman Allah Swt.:


{وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلأ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ}


Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. (Hud: 38)Mereka memperolok-olokkannya dan mendustakan apa yang diancamkannya kepada mereka, yaitu banjir besar.


{قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}


Berkatalah Nuh, "Jika kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun). (Hud: 38), hingga akhir ayat."Hal ini mengandung ancaman dan peringatan yang sangat keras.


{مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ}


siapa-siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya. (Hud: 39)Yakni menghinakannya di dunia ini.


{وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ}


dan yang akan ditimpa azab yang kekal. (Hud: 39) Yaitu azab yang kekal dan abadi.

Surat Hud |11:37|

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۚ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ

washna'il-fulka bi`a'yuninaa wa waḥyinaa wa laa tukhoothibnii fillażiina zholamuu, innahum mughroquun

Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan."

And construct the ship under Our observation and Our inspiration and do not address Me concerning those who have wronged; indeed, they are [to be] drowned."

Tafsir
Jalalain

(Dan buatlah bahtera) perahu (dengan pengawasan Kami) dengan pengawasan dan pemeliharaan Kami (dan petunjuk wahyu Kami) yakni perintah Kami

(dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu) orang-orang kafir itu, biarkanlah mereka binasa (sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 37 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Hud |11:38|

وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ ۚ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ

wa yashna'ul-fulk, wa kullamaa marro 'alaihi mala`um ming qoumihii sakhiruu min-h, qoola in taskhoruu minnaa fa innaa naskhoru mingkum kamaa taskhoruun

Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, "Jika kamu mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek (kami).

And he constructed the ship, and whenever an assembly of the eminent of his people passed by him, they ridiculed him. He said, "If you ridicule us, then we will ridicule you just as you ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Dan mulailah Nuh membuat bahtera) dimaksud menceritakan keadaan masa lampau (Dan setiap kali lewat kepada Nuh segolongan) sebagian (dari kaumnya, mereka mengejeknya)

mereka memperolok-olokkannya. (Berkatalah Nuh, "Jika kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami) jika kami selamat dan kalian tenggelam nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 38 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Hud |11:39|

فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ

fa saufa ta'lamuuna may ya`tiihi 'ażaabuy yukhziihi wa yaḥillu 'alaihi 'ażaabum muqiim

Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa azab yang kekal."

And you are going to know who will get a punishment that will disgrace him [on earth] and upon whom will descend an enduring punishment [in the Hereafter]."

Tafsir
Jalalain

(Kelak kalian akan mengetahui siapa) lafal man di sini maushul atau kata sambung, kedudukannya menjadi maf`ul atau objek dari lafal ta`lamuuna

(yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa) akan dikenakan (kepadanya azab yang kekal.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Hud |11:40|

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ ۚ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ

ḥattaaa iżaa jaaa`a amrunaa wa faarot-tannuuru qulnaḥmil fiihaa ming kullin zaujainiṡnaini wa ahlaka illaa man sabaqo 'alaihil-qoulu wa man aaman, wa maaa aamana ma'ahuuu illaa qoliil

Hingga apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, Kami berfirman, "Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu) dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan (muatkan pula) orang yang beriman." Ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit.

[So it was], until when Our command came and the oven overflowed, We said, "Load upon the ship of each [creature] two mates and your family, except those about whom the word has preceded, and [include] whoever has believed." But none had believed with him, except a few.

Tafsir
Jalalain

(Hingga) mengisahkan batas pembuatan bahtera (apabila perintah Kami datang) yang membinasakan mereka (dan dapur telah memancarkan air)

yang dimaksud adalah dapur pemanggangan roti, hal itu merupakan pertanda bagi Nabi Nuh. (Kami berfirman, "Muatkanlah ke dalam bahtera itu) ke dalam perahu itu

(dari masing-masing binatang sepasang) yaitu jenis jantan dan betina dari semua jenis binatang (yaitu sejodoh) jantan dan betina. Lafal itsnain ini berkedudukan menjadi maf'ul atau objek.

Dan disebutkan di dalam kisah Nabi Nuh, bahwasanya Allah swt. mengumpulkan kepada Nabi Nuh semua binatang buas dan semua jenis unggas atau burung.

Kemudian Nabi Nuh a.s. memukulkan tangannya kepada setiap jenis binatang itu; maka tangan kanannya mengenai jenis jantan sedangkan tangan kirinya mengenai jenis betina, l

alu ia memuatkannya ke dalam perahu (dan keluargamu) yaitu istri dan anak-anaknya (kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya)

di antara keluargamu yang sudah dipastikan akan binasa, yaitu anaknya yang bernama Kan'an dan istrinya. Sedangkan Sam, Ham, dan Yafits dibawa oleh Nabi Nuh

ke dalam bahtera berikut istri-istri mereka yang berjumlah tiga orang (dan muatkan pula orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman terhadap Nabi Nuh itu melainkan sedikit).

Dikatakan, bahwa jumlah mereka yang beriman itu hanya ada enam orang lelaki dan istri-istri mereka. Menurut pendapat yang lain dikatakan,

bahwa jumlah orang-orang yang termuat di dalam bahtera itu ada delapan puluh orang; separuh di antara mereka terdiri dari kaum laki-laki sedangkan separuh yang lainnya terdiri dari kaum wanita.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 40 |

Hal ini merupakan janji Allah Swt. kepada Nuh a.s. yang menyatakan bahwa apabila telah datang perintah Allah yang berupa hujan yang berturut-turut tiada henti-hentinya disertai dengan luapan air yang tak pernah berhenti, bahkan keadaannya adalah seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam ayat lain, yaitu:


{فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ وَفَجَّرْنَا الأرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ}


Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air, itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.

Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). (Al-Qamar: 11-14)Adapun firman Allah Swt.:


{وَفَارَ التَّنُّورُ}


dan dapur telah memancarkan air. (Hud: 40)Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan tannur ialah permukaan bumi. Dengan kata lain, bumi menjadi mata air yang memancarkan air,

sehingga air pun keluar menyembur dari tempat pemanggangan roti yang merupakan tempat yang berapi. Yakni bumi memancarkan airnya dari segala tempat. Demikianlah menurut pendapat jumhur ulama Salaf dan Khalaf.

Dari Ali ibnu Abu Talib r.a., diriwayatkan bahwa tannur artinya cahaya waktu subuh dan sinar fajar. Tetapi pendapat yang pertamalah yang paling jelas.Mujahid dan Asy-Sya'bi mengatakan bahwa tannur tersebut berada di kota Kufah.

Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, tannur adalah sebuah mata air yang terletak di negeri India. Sedangkan menurut riwayat dari Qatadah, tannur adalah sebuah mata air yang terletak di Jazirah Arabia yang dikenal dengan nama

"mata air Wardah". Tetapi semua pendapat di atas berpredikat garib (aneh).Maka pada saat itu Allah memerintahkan kepada Nuh a.s. untuk membawa bersamanya ke dalam bahtera itu dari setiap jenis makhluk yang bernyawa sepasang jodoh.

Menurut pendapat yang lain, juga membawa yang lainnya yang berupa tumbuh-tumbuhan dari setiap jenis sepasang jodoh.Menurut suatu pendapat, burung yang mula-mula dimasukkan ke dalam bahtera Nabi Nuh a.s.

ialah burung beo, dan hewan terakhir yang dimasukkan ke dalam bahtera adalah keledai. Lalu bergantung iblis pada ekornya; ketika keledai hendak bangkit naik ke bahtera, iblis memberat­kannya karena ia bergantung pada ekor keledai itu.

Maka Nabi Nuh a.s. berkata, "Mengapa kamu, masuklah, celakalah kamu!" Keledai hendak bangkit, tetapi tidak mampu. Maka Nuh berkata, "Masuklah kamu, se­kalipun iblis ikut bersamamu," hingga masuklah keduanya ke dalam bahtera itu.

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka merasa keberatan bila singa dibawa masuk ke dalam bahtera bersama-sama mereka, akhirnya ditimpakan penyakit lemah kepada singa.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ كَاتِبُ اللَّيْثِ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، حَدَّثَنِي هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ. عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَمَّا حَمَلَ نُوحٌ فِي السَّفِينَةِ مِنْ كُلِّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ، قَالَ أَصْحَابُهُ: وَكَيْفَ يَطْمَئِنُّ أَوْ: تَطْمَئِنُّ -اَلْمَوَاشِي وَمَعَهَا الْأَسَدُ؟ فَسَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْحُمَّى، فَكَانَتْ أَوَّلَ حُمَّى نَزَلَتِ الْأَرْضَ، ثُمَّ شَكَوُا الْفَأْرَةَ فَقَالُوا: الفُوَيسقة تُفْسِدُ عَلَيْنَا طَعَامَنَا وَمَتَاعَنَا. فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى الْأَسَدِ، فَعَطَسَ، فَخَرَجَتِ الْهِرَّةُ مِنْهُ، فَتَخَبَّأَتِ الْفَأْرَةُ مِنْهَا


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Saleh (juru tulis Al-Lais), telah menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd,

dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah Nuh membawa serta ke dalam perahunya dari setiap makhluk satu jodoh, teman-temannya berkata, "Bagaimana ternak-ternak itu

dapat tenang bila mereka tinggal bersama singa?” Maka Allah menimpakan penyakit demam pada singa, dan penyakit demam itu adalah penyakit demam yang mula-mula ada di bumi. Kemudian mereka mengadu tentang tikus,

mereka berkata, "Binatang perusak ini telah membuat rusak makanan dan barang-barang kami.” Maka Allah memerintahkan kepada singa untuk bersin. Lalu bersinlah singa itu, dan keluarlah darinya kucing; maka tikus-tikus itu bersembunyi dari kucing (karena takut kepadanya).Firman Allah Swt.:


{وَأَهْلَكَ إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ}


dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya. (Hud: 40)Yakni muatkanlah ke dalam bahtera itu seluruh keluargamu, mereka terdiri atas ahli bait dan kaum kerabat Nuh a.s.

Kecuali orang yang telah ditetapkan oleh takdir Allah dari kalangan mereka, yaitu orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dari kalangan mereka. Di antaranya ialah anak lelaki Nabi Nuh sendiri

yang bernama Yam, dia memisahkan dirinya; juga istri Nabi Nuh yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.:


{وَمَنْ آمَنَ}


dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman. (Hud: 40) Yaitu dari kalangan kaummu.


{وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلا قَلِيلٌ}


Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. (Hud: 40)Maksudnya, sangat sedikit; padahal masa Nabi Nuh tinggal bersama mereka cukup lama, yaitu kurang lebih sembilan ratus lima puluh tahun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas,

bahwa jumlah mereka yang beriman kepada Nabi Nuh ada delapan puluh jiwa termasuk kaum wanitanya.Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar bahwa jumlah mereka yang ber­iman adalah tujuh puluh dua orang. Menurut pendapat lainnya

adalah sepuluh orang. Menurut pendapat lainnya, sesungguhnya yang naik ke dalam bahtera itu hanyalah Nuh dan ketiga putranya (yaitu Sam, Ham, dan Yafis) serta empat orang wanita, yaitu istri dari ketiga putra Nuh dan istri Yam.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, istri Nuh pun berada bersama mereka di dalam bahtera itu, tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbang­kan kebenarannya. Karena sesungguhnya menurut pendapat yang kuat, istri Nabi Nuh binasa,

karena dia masih memeluk agama kaumnya, sehingga ia tertimpa apa yang menimpa kaumnya. Perihalnya sama dengan istri Nabi Lut yang ikut tertimpa azab yang menimpa kaumnya.

Surat Hud |11:41|

وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

wa qoolarkabuu fiihaa bismillaahi majr)haa wa mursaahaa, inna robbii laghofuurur roḥiim

Dan dia berkata, "Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."

And [Noah] said, "Embark therein; in the name of Allah is its course and its anchorage. Indeed, my Lord is Forgiving and Merciful."

Tafsir
Jalalain

(Dan ia berkata) yakni Nabi Nuh ("Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.")

artinya sewaktu berlayar dan sewaktu berlabuh. (Sesungguhnya Rabbku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) di mana Dia tidak membinasakan kami.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 41 |

Tafsir ayat 41-43

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Nuh a.s., bahwa dia berkata kepada orang-orang yang diperintahkan agar dibawa masuk ke dalam bahteranya:


{ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا}


Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. (Hud: 41)Yakni dengan menyebut nama Allah ia dapat berlayar di atas air,

dan dengan menyebut nama Allah pula ia dapat berlabuh di akhir perjalanannya.Abu Raja Al-Utaridi membaca ayat ini dengan bacaan berikut:


"بسْمِ اللهِ مُجْرِيَها ومُرْسِيهَا".


dengan menyebut nama Allah yang memberlayarkan dan yang melabuhkannya. (Hud: 41)Dan Allah Swt. telah berfirman:


{فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَقُلْ رَبِّ أَنزلْنِي مُنزلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنزلِينَ}


Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang zalim.” Dan berdoalah, "Ya Tuhanku,

tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.” (Al-Mu’minun: 28-29)Karena itulah maka disunatkan membaca basmalah di saat hendak menaiki kendaraan, baik kendaraan laut maupun kendaraan darat, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَالَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالأنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ}


Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi, supaya kalian duduk di atas punggungnya. (Az-Zukhruf: 12-13),

hingga akhir ayat.Sunat menganjurkan hal tersebut dan menyerukannya, seperti yang akan disebutkan di dalam tafsir surat Az-Zukhruf.


قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ هَاشِمٍ الْبَغَوِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ -وَحَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى السَّاجِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى الحَرشي -قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ الْحَسَنِ الْهِلَالِيُّ، عَنْ نَهْشل بْنِ سَعِيدٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أَمَانُ أُمَّتِي مِنَ الْغَرَقِ إذا ركبوا في السفن أن يقولوا: بسم اللَّهِ الْمَلِكِ، {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الزُّمَرِ: 67] ، {بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}


Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Hasyim Al-Bagawi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Bakar Al-Maqdami, dan telah menceritakan kepada kami

Zakaria ibnu Yahya As-Saji, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Al-Harsi, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnul Hasan Al-Hilali, dari Nahsyal ibnu Sa'id,

dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Keamanan umatku dari tenggelam, bila mereka menaiki kapal laut ialah hendaknya mereka mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah Maha Raja,

dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya —hingga akhir ayat— dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Firman Allah Swt.:


{إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}


Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Hud: 41)Makna ayat ini merupakan perimbangan di saat menyebutkan pem­balasan azab Allah yang ditimpakan atas orang-orang kafir

dengan menenggelamkan mereka semuanya. Untuk itu, Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}


Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguh­nya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-A'raf: 167)


وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ لِلنَّاسِ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَإِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيدُ الْعِقَابِ


Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia, sekalipun mereka zalim; dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksa-Nya. (Ar-Ra'd: 6)

Masih banyak ayat lain yang menyebutkan antara rahmat dan azab-Nya secara bergandengan. Firman Allah Swt.:


{وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ}


Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. (Hud: 42)Maksudnya, bahtera itu berlayar membawa mereka di atas permukaan air yang telah menggenangi semua daratan di bumi,

yang ketinggiannya sampai menutupi puncak-puncak gunung yang tertinggi, dan lebih tinggi lima belas hasta darinya. Menurut pendapat lain, tinggi banjir besar itu mencapai delapan puluh mil.

Bahtera Nabi Nuh itu berlayar di atas permukaan air dengan seizin Allah dan dengan pengawasan, pemeliharaan, penjagaan, dan karunia­Nya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu:


{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}


Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12)


{وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ وَلَقَدْ تَرَكْنَاهَا آيَةً فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ}


Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).

Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 13-15)Adapun firman Allah Swt.:


وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ


Dan Nuh memanggil anaknya. (Hud: 42)Yang dimaksud adalah anaknya yang keempat, namanya Yam; dia se­orang kafir. Ayahnya memanggilnya di saat hendak menaiki bahtera dan menyerunya agar beriman

serta naik bahtera bersama mereka sehingga tidak tenggelam seperti yang dialami oleh orang-orang yang kafir.


{قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ}


Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah! (Hud: 43)Menurut suatu pendapat, dia membuat perahu dari kaca untuknya. Akan tetapi, kisah ini termasuk kisah Israiliyat,

hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Tetapi yang di-nas-kan oleh Al-Qur'an ialah bahwa dia berkata: Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat meme­liharaku dari air bah! (Hud: 43)

Karena kebodohannya, dia menduga bahwa banjir itu tidak akan dapat mencapai puncak-puncak bukit (gunung); dan bahwa seandainya dia mengungsi ke puncak gunung itu, niscaya dia dapat selamat dari air bah tersebut. Maka ayahnya —Nuh a.s.— berkata kepadanya:


{لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلا مَنْ رَحِمَ}


Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang. (Hud: 43)Yakni tidak ada sesuatu pun pada hari ini yang dapat melindungi dari azab Allah. Menurut suatu pendapat,

lafaz 'asiman ini bermakna ma'suman, seperti dikatakan terhadap lafaz ta'im (pemberi makan) dan kasin (pemberi pakaian) yang artinya mat'um (yang diberi makanan) dan maksuwwun (yang diberi pakaian).


{وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ}


Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Hud: 43)

Surat Hud |11:42|

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ

wa hiya tajrii bihim fii maujing kal-jibaal, wa naadaa nuuḥunibnahuu wa kaana fii ma'ziliy yaa bunayyarkam ma'anaa wa laa takum ma'al-kaafiriin

Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, "Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir."

And it sailed with them through waves like mountains, and Noah called to his son who was apart [from them], "O my son, come aboard with us and be not with the disbelievers."

Tafsir
Jalalain

(Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung) menggambarkan tentang tinggi dan besarnya gelombang. (Dan Nuh memanggil anaknya)

yaitu Kan`an (sedangkan anaknya itu berada di tempat yang jauh) dari bahtera ("Hai anakku! Naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Hud |11:43|

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

qoola sa`aawiii ilaa jabaliy ya'shimunii minal-maaa`, qoola laa 'aashimal-yauma min amrillaahi illaa mar roḥim, wa ḥaala bainahumal-mauju fa kaana minal-mughroqiin

Dia (anaknya) menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!" (Nuh) berkata, "Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.

[But] he said, "I will take refuge on a mountain to protect me from the water." [Noah] said, "There is no protector today from the decree of Allah, except for whom He gives mercy." And the waves came between them, and he was among the drowned.

Tafsir
Jalalain

(Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memelihara diriku) yang dapat menyelamatkan diriku

(dari air bah ini." Nuh berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah) dari siksaan-Nya (selain) kecuali hanya (Zat Yang Maha Penyayang.") yaitu Allah sendiri,

hanya Dialah yang dapat menolong. Selanjutnya Allah berfirman mengisahkan kelanjutannya. (Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Hud |11:44|

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

wa qiila yaaa ardhubla'ii maaa`aki wa yaa samaaa`u aqli'ii wa ghiidhol-maaa`u wa qudhiyal-amru wastawat 'alal-juudiyyi wa qiila bu'dal lil-qoumizh-zhoolimiin

Dan difirmankan, "Wahai Bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah." Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas Gunung Judi, dan dikatakan, "Binasalah orang-orang zalim."

And it was said, "O earth, swallow your water, and O sky, withhold [your rain]." And the water subsided, and the matter was accomplished, and the ship came to rest on the [mountain of] Judiyy. And it was said, "Away with the wrongdoing people."

Tafsir
Jalalain

(Dan difirmankan, "Hai bumi! Telanlah airmu) yang bersumberkan darimu, maka langsung bumi menelan airnya akan tetapi yang turun dari langit masih tetap,

sehingga jadilah sungai-sungai dan laut-laut (dan hai hujan berhentilah.") hentikanlah air hujanmu, maka seketika itu juga hujan berhenti (dan surutlah) berkuranglah

(air itu hingga selesailah perintah Allah) kaum Nabi Nuh telah selesai dibinasakan (dan bahtera itu berlabuh) bahtera Nabi Nuh berhenti (di atas bukit Al-Judi)

nama sebuah bukit yang terletak di suatu pulau dekat dengan negeri Maushul (dan dikatakan, "Binasalah) hancurlah (orang-orang yang lalim.") yaitu orang-orang yang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 44 |

Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Dia menenggelamkan seluruh penduduk bumi kecuali orang-orang yang ada di dalam bahtera itu, lalu Allah memerintahkan kepada bumi agar menelan airnya

yang telah dipancarkan darinya dan berkumpul di permukaannya. Allah memerintahkan pula kepada langit agar menghentikan hujannya.


{وَغِيضَ الْمَاءُ}


dan air pun disurutkan. (Hud: 44) Yaitu mulai menyurut dan berkurang.


{وَقُضِيَ الأمْرُ}


dan perintah pun diselesaikan. (Hud: 44)Maksudnya, telah selesai dari membinasakan seluruh penduduk bumi yang kafir kepada Allah, sehingga tiada sesuatu pun dari rumah mereka yang tersisa.


{وَاسْتَوَتْ}


dan bahtera pun berlabuh (Hud: 44)Yakni berlabuhlah bahtera itu bersama orang-orang yang ada di dalam­nya.


{عَلَى الْجُودِيِّ}


di atas bukit Judi. (Hud: 44)Mujahid mengatakan bahwa Judi adalah nama sebuah bukit yang ter­letak di Jazirah Arab. Semua gunung saling meninggikan dirinya dari banjir pada hari itu agar tidak tenggelam,

tetapi Bukit Judi ber-tawadu (merendahkan dirinya) kepada Allah Swt. Karena itu, ia tidak tenggelam, dan bahtera Nabi Nuh berlabuh di atasnya.Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh berlabuh di atasnya selama satu bulan

sebelum mereka turun dari bahtera. Qatadah mengatakan, "Allah membiarkan bahtera Nabi Nuh tetap ada di atas Bukit Judi, yaitu di salah satu kawasan jazirah, sebagai pelajaran dan pertanda,

hingga dapat dilihat oleh generasi pertama dari kalangan umat ini (umat Nabi Saw.) Berapa banyak bahtera yang ada sesudahnya, tetapi semuanya hancur dan menjadi debu."Ad-Dahhak mengatakan bahwa

Al-Judi adalah sebuah bukit yang terletak di Mausul. Sebagian ulama mengatakan bahwa bukit yang dimaksud adalah Bukit Tur.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Amr ibnu Rafi', telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Taubah ibnu Salim yang mengatakan, "Aku melihat Zur ibnu Hubaisy melakukan salatnya di Az-Zawiyah ketika ia masuk dari pintu gerbang Kindah

yang ada di sebelah kananmu. Lalu aku bertanya kepadanya, Sesungguhnya engkau kulihat sering melakukan salat di sini pada hari Jumat?' Ia menjawab, 'Telah sampai suatu berita kepadaku bahwa bahtera Nabi Nuh pernah berlabuh di sini'."

Alba ibnu Ahmar telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Nuh di dalam bahteranya ditemani oleh delapan puluh orang lelaki berikut istri-istri mereka. Dan sesungguhnya mereka berada

di dalam bahtera itu selama seratus lima puluh hari.Dan sesungguhnya Allah mengarahkan bahtera ke Mekah, lalu tawaf di Baitullah selama empat puluh hari, kemudian Allah meng­arahkannya ke Bukit Al-Judi,

dan bahtera itu menetap di puncaknya.Maka Nabi Nuh mengirimkan burung gagak untuk mendatangkan berita tentang daratan kepadanya. Lalu burung gagak pergi, dan ia hinggap pada bangkai sehingga membuatnya melalaikan tugasnya.

Kemudian Nabi Nuh mengirimkan burung merpati (untuk mendatangkan berita yang sama), maka burung merpati kembali dengan membawa daun pohon zaitun dan kedua kakinya berlumuran lumpur. Sejak saat itu Nabi Nuh a.s.

mengetahui bahwa air telah surut, maka ia turun ke bagian bawah Bukit Al-Judi, yakni di lembahnya.Nabi Nuh mulai membangun sebuah kota, lalu ia beri nama Samanin; dan di suatu masa, bahasa mereka terpecah belah

menjadi delapan puluh bahasa, salah satunya adalah bahasa Arab., Sebagian dari mereka tidak dapat memahami bahasa sebagian yang lain, dan Nabi Nuh­lah yang menjadi juru penerjemahnya di kalangan mereka.

Ka'b Al-Ahbar mengatakan, sesungguhnya bahtera Nuh a.s. mengelilingi kawasan Timur dan Barat sebelum ia menetap di Bukit Al-Judi.Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka menaiki bahtera itu pada tanggal sepuluh Rajab,

lalu mereka berlayar selama seratus lima puluh hari; dan bahtera itu menetap di Bukit Al-Judi selama satu bulan, sedangkan mereka masih berada di dalamnya. Dan mereka baru keluar dari bahtera pada hari Asyura bulan Muharam.

Hal yang semisal telah disebutkan di clalam sebuah hadis marfu diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Disebutkan bahwa mereka melakukan puasa pada hari mereka keluar dari bahtera itu.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ حَبِيب الْأَزْدِيُّ، عَنْ أَبِيهِ حَبِيبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ شُبَيل، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأُنَاسٍ مِنَ الْيَهُودِ، وَقَدْ صَامُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: مَا هَذَا الصَّوْمُ؟ قَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي نَجَّى اللَّهُ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْغَرَقِ، وَغَرِقَ فِيهِ فِرْعَوْنُ، وَهَذَا يَوْمٌ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الجُودِيّ، فِصَامَهُ نُوحٌ وَمُوسَى، عَلَيْهِمَا السَّلَامُ، شُكْرًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى، وَأَحَقُّ بِصَوْمِ هَذَا الْيَوْمِ". فَصَامَ، وَقَالَ لِأَصْحَابِهِ: "مَنْ كَانَ أَصْبَحَ مِنْكُمْ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، وَمَنْ كَانَ أَصَابَ من غَذاء أَهْلِهِ، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Habib Al-Azdi, dari ayahnya (yaitu Habib ibnu Abdullah), dari Syibi, dari Abu Hurairah yang menceritakan

bahwa Nabi Saw. bersua dengan sejumlah orang Yahudi yang sedang melakukan puasa pada hari Asyura, maka Nabi Saw. bertanya, "Puasa apakah ini?" Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari saat Allah menyelamatkan

Musa dan Bani Israil dari tenggelam dan pada hari yang sama Fir'aun ditenggelamkan. Dan hari ini adalah hari saat bahtera (Nuh a.s.) berlabuh di atas Bukit Al-Judi. Maka Nuh dan Musa melakukan puasa pada hari ini

sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah Swt." Maka Nabi Saw. bersabda: Aku lebih berhak terhadap Musa dan lebih berhak untuk melakukan puasa pada hari ini. Nabi Saw. melakukan puasa pada hari itu,

dan beliau bersabda kepada para sahabatnya: Barang siapa yang berpagi hari di antara kalian dalam keadaan berpuasa, hendaklah ia melanjutkan puasanya. Dan barang siapa yang telah menyantap sebagian dari makanan keluarganya,

maka hendaklah ia melanjutkan harinya dengan puasa.Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalur ini, tetapi sebagian darinya ada syahid yang menguatkannya di dalam kitab Sahih. Firman Allah Swt.:


{وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}


dan dikatakan, "Binasalah orang-orang yang zalim.” (Hud: 44)Artinya, binasa dan merugilah mereka serta dijauhkanlah mereka dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya mereka telah binasa sampai ke akar-akarnya,

sehingga tiada seorang pun dari mereka yang masih hidup. Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dan Al-Habr Abu Muhammad ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan di dalam kitab Tafsir-nya masing-masing:


مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ يَعْقُوبَ الزَّمْعِيِّ، عَنْ قَائِدٍ -مَوْلَى عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ -أَنَّ إِبْرَاهِيمَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي رَبِيعَةَ أَخْبَرَهُ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَوْ رَحِمَ اللَّهُ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ أَحَدًا لَرَحِمَ أُمَّ الصَّبِيِّ"، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَانَ نُوحٌ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، مَكَثَ فِي قَوْمِهِ أَلْفَ سَنَةٍ [إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا] ، يَعْنِي وَغَرَسَ مِائَةَ سَنَةٍ الشَّجَرَ، فَعَظُمَتْ وَذَهَبَتْ كُلَّ مَذْهَبٍ، ثُمَّ قَطَعَهَا، ثُمَّ جَعَلَهَا سَفِينَةً وَيَمُرُّونَ عَلَيْهِ وَيَسْخَرُونَ مِنْهُ وَيَقُولُونَ: تَعْمَلُ سَفِينَةً فِي البَرّ، فَكَيْفَ تَجْرِي؟ قَالَ: سَوْفَ تَعْلَمُونَ. فَلَمَّا فَرَغَ ونَبَع الْمَاءُ، وَصَارَ فِي السِّكَكِ خشِيت أُمُّ الصَّبِيِّ عَلَيْهِ، وَكَانَتْ تُحِبُّهُ حُبًّا شَدِيدًا، فَخَرَجَتْ إِلَى الْجَبَلِ، حَتَّى بَلَغَتْ ثُلُثَهُ فَلَمَّا بَلَغَهَا الْمَاءُ [ارْتَفَعَتْ حَتَّى بَلَغَتْ ثُلُثَيْهِ، فَلَمَّا بَلَغَهَا الْمَاءُ] خَرَجَتْ بِهِ حَتَّى اسْتَوَتْ عَلَى الْجَبَلِ، فَلَمَّا بَلَغَ رَقَبَتَهَا رَفَعَتْهُ بِيَدَيْهَا فَغَرِقَا فَلَوْ رَحِمَ اللَّهُ مِنْهُمْ أَحَدًا لَرَحِمَ أُمَّ الصَّبِيِّ"


melalui hadis Ya'qub ibnu Musa Az-Zam'i, dari Qaid pelayan Ubaidillah ibnu Abu Rafi', bahwa Ibrahim ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Rabi'ah pernah bercerita kepadanya bahwa Siti Aisyah r.a. telah menceritakan kepadanya bahwa Nabi Saw.

pernah bersabda: Seandainya Allah merahmati seseorang dari kalangan kaum Nuh, niscaya Dia membelaskasihani ibu bayi itu. Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya: Nuh a.s. tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun.

Ia menanam pohon selama seratus tahun, dan pohon-pohon yang ditanamnya itu menjadi besar dan menjulang tinggi sekali. Lalu Nuh menebangnya dan menjadikannya perahu. Mereka (kaumnya) melewatinya

dan mengejeknya seraya berkata, "Kamu buat perahu di daratan, bagaimana dapat berlayar?” Nuh menjawab, "Kelak kalian akan mengetahui.” Setelah Nuh selesai dari pembuatan perahunya, maka memancarlah air

sehingga membanjiri jalan-jalan dan kawasan kota. Maka ibu si bayi itu takut akan keselamatan anaknya yang sangat dicintainya. Lalu ia keluar menaiki sebuah gunung hingga mencapai ketinggian sepertiganya.

Ketika air mencapainya, maka ia naik lagi ke atas gunung itu hingga mencapai dua pertiga ketinggiannya. Dan ketika air bah mencapainya, maka ia naik ke atas puncak gunung itu. Dan ketika air mencapai lehernya,

maka ia mengangkat bayinya dengan kedua tangannya, tetapi akhirnya keduanya tenggelam. Seandainya Allah mengasihani seseorang dari mereka, niscaya Dia mengasihani ibu si bayi itu.

Hadis ini garib bila ditinjau dari jalur ini. Kisah bayi dan ibunya ini telah diriwayatkan dari Ka'b Al-Ahbar, Mujahid ibnu Jubair dengan alur kisah yang semisal.

Surat Hud |11:45|

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ

wa naadaa nuuḥur robbahuu fa qoola robbi innabnii min ahlii, wa inna wa'dakal-ḥaqqu wa anta aḥkamul-ḥaakimiin

Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil."

And Noah called to his Lord and said, "My Lord, indeed my son is of my family; and indeed, Your promise is true; and You are the most just of judges!"

Tafsir
Jalalain

(Dan Nuh berseru kepada Rabbnya seraya berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya anakku) yaitu Kan'an (termasuk keluargaku) sedangkan Engkau telah menjanjikan kepadaku

akan menyelamatkan mereka (dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar) janji yang tidak akan diingkari. (Dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.") paling mengetahui masalah kehakiman dan paling adil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 45 |

Tafsir ayat 45-47

Sebuah permintaan yang penuh dengan rasa berserah diri dan kejujuran dari Nuh a.s. tentang keadaan anaknya yang ditenggelamkan:


{فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي}


Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku." (Hud: 45)Maksudnya, sedangkan Engkau telah menjanjikan kepadaku keselamatan seluruh keluargaku, dan janji-Mu adalah benar,

tidak akan diingkari; maka mengapa Engkau menenggelamkannya. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.


{قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ}


Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu." (Hud: 46)yang telah Aku janjikan keselamatan mereka, karena sesungguhnya Aku hanya menjanjikan kepadamu

keselamatan orang-orang yang beriman saja dari kalangan keluargamu. Karena itulah dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:


{وَأَهْلَكَ إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ}


dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. (Hud: 40 ; Al-Mu’minun: 27)Putra Nabi Nuh itu termasuk di antara mereka yang telah ditakdirkan harus ditenggelamkan

karena kekafirannya dan menentang perintah ayahnya sebagai Nabi Allah. Banyak dari kalangan para imam yang me-nas-kan kekeliruan orang yang berpendapat bahwa anak yang ditenggelamkan tersebut bukanlah putranya,

dalam tafsir ayat ini. Dan ia mengatakan bahwa anak tersebut adalah anak zina. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, anak yang ditenggelamkan tersebut adalah anak istri Nabi Nuh, yaitu anak tirinya.

Demikianlah menurut riwayat yang bersumberkan dari Mujahid, Al-Hasan, Ubaid ibnu Umair, Abu Ja'far Al-Baqir, dan Ibnu Juraij. Sebagian dari mereka berdalilkan kepada firman Allah Swt. yang mengatakan:


{إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ}


sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46)


{فَخَانَتَاهمُا}


lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya. (At-Tahrim: 10)Di antara orang yang mengatakan pendapat tersebut adalah Al-Hasan Al-Basri yang berdalilkan kepada kedua ayat di atas.

Sebagian dari mereka mengatakan anak istrinya, yakni anak tiri Nuh a.s. Pendapat ini dapat diartikan sependapat dengan apa yang dimaksudkan oleh Al-Hasan; atau dia bermaksud bahwa anak tersebut dinisbatkan kepada Nuh a.s.

secara majaz, karena anak tersebut dipelihara di rumah Nuh a.s.Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa tidak ada seorang istri nabi yang berbuat zina. Mengenai firman-Nya yang mengatakan:


{إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ}


sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu. (Hud: 46)yang telah Aku janjikan kepadamu keselamatan mereka. Pendapat Ibnu Abbas dalam tafsir ayat ini adalah benar, dan tidak ada jalan untuk menghindar darinya

. Karena sesungguhnya Allah Swt. sangat pencemburu dan tidak akan mungkin Dia biarkan ada seorang istri nabi yang berbuat zina. Karena itulah Allah Swt. sangat murka terhadap orang-orang yang menuduh hal yang tidak senonoh

terhadap Ummul Mu’minin Siti Aisyah putri Abu Bakar As-Siddiq, istri Nabi Saw. Dan Dia mengingkari orang-orang mukmin yang mempergunjingkan hal ini serta menyiarkannya. Untuk itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الإثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ}


Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian, tetapi hal itu mengandung kebaikan bagi kalian.

Tiap-tiap seseorang dari mereka men­dapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar. (An-Nur: 11) sampai dengan firman-Nya:


{إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ}


(Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui sedikit juga, dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja.

Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (An-Nur: 15)Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah dan lain-lainnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa anak itu memang anaknya,

hanya dia bertentangan dengan ayahnya dalam hal amal dan niat (akidah).Dalam sebagian qiraatnya Ikrimah mengatakan bahwa sesungguhnya anak itu telah melakukan suatu perbuatan yang tidak baik, dan perbuatan khianat

(seperti yang disebutkan di atas) bukanlah pada tempatnya. Telah disebutkan pula di dalam hadis bahwa Rasulullah Saw. membacanya dengan bacaan tersebut.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ: "إِنَّهُ عَمِلَ غَيْرَ صَالِح"، وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ : {يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا} وَلَا يُبَالِي {إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid yang mengatakan bahwa

ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membacakan ayat ini dengan bacaan berikut: Sesungguhnya perbuatannya perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46) Ia pernah pula mendengar Nabi Saw. membacakan firman-Nya:

Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.

(Az-Zumar: 53) Yakni tanpa mempedulikannya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53)


قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا هَارُونُ النَّحْوِيُّ، عَنْ ثَابِتٍ البُنَاني، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَرَأَهَا: "إِنَّهُ عَمِل غَيْرَ صَالِح"


Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Harun An-Nahwi, dari Sabit Al-Bannani, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Ummu Salamah, bahwa Rasulullah Saw.

membacanya dengan bacaan berikut: Sesungguhnya perbuatannya perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46)Imam Ahmad mengulangi pula riwayat ini dalam kitab Musnad-nya. Ummu Salamah adalah Ummul Mu’minin,

tetapi menurut makna lahiriahnya —hanya Allah yang lebih mengetahui— dia adalah Asma binti Yazid, karena Asma binti Yazid pun dijuluki dengan nama panggilan itu (yakni Ummu Salamah).Abdur Razzaq mengatakan,

telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Ibnu Uyaynah, dari Musa ibnu Abu Aisyah, dari Sulaiman ibnu Qubbah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas ketika berada di sisi Ka'bah ditanya

mengenai firman Allah Swt.: lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya. (At-Tahrim: 10) Maka Ibnu Abbas menjawab, "Ingatlah, sesungguhnya bukan karena zina, melainkan si istri tersebut menceritakan

kepada orang-orang bahwa suaminya gila." Dan hal ini tentu saja menunjukkan kepada pengertian perbuatan khianat. Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: sesungguhnya perbuatannya perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46)

Ibnu Uyaynah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ammar Az-Zahabi, bahwa ia pernah bertanya kepada Sa'id ibnu Jubair mengenai hal tersebut. Maka Sa'id ibnu Jubair menjawab bahwa dia memang anak Nabi Nuh, Allah tidak pernah berdusta. Allah Swt. telah berfirman:


{وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ}


Dan Nuh berseru memanggil anaknya. (Hud: 42)Sebagian ulama mengatakan bahwa tiada seorang istri nabi yang berbuat fasik. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, Maimun ibnu Mahran,

dan Sabit ibnul Hajjaj. Pendapat inilah yang dipilih oleh Abu Ja'far ibnu Jarir, dan pendapat inilah yang benar, tidak diragukan lagi.

Surat Hud |11:46|

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۖ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

qoola yaa nuuḥu innahuu laisa min ahlik, innahuu 'amalun ghoiru shooliḥin fa laa tas`alni maa laisa laka bihii 'ilm, inniii a'izhuka an takuuna minal-jaahiliin

Dia (Allah) berfirman, "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh."

He said, "O Noah, indeed he is not of your family; indeed, he is [one whose] work was other than righteous, so ask Me not for that about which you have no knowledge. Indeed, I advise you, lest you be among the ignorant."

Tafsir
Jalalain

(Dan berfirmanlah) Allah swt. ("Hai Nuh! Sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu) yang dijanjikan akan diselamatkan, atau dia bukan termasuk pemeluk agamamu

(sesungguhnya) permintaanmu kepada-Ku yang memohon supaya dia diselamatkan (perbuatan yang tidak baik) karena sesungguhnya dia adalah orang kafir,

dan tidak ada keselamatan bagi orang-orang kafir. Menurut qiraat lain dibaca `amila sedangkan lafal ghairu dibaca ghaira dan dhamir kembali kepada anaknya Nabi Nuh,

artinya sesungguhnya dia telah mengerjakan perbuatan yang tidak baik (sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku) dapat dibaca tas-alanna dan tas-alan

(sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya) yaitu memohon supaya anakmu diselamatkan. (Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan")

yang menyebabkan kamu meminta kepada-Ku apa-apa yang kamu tidak ketahui hakikatnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 46 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Hud |11:47|

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

qoola robbi inniii a'uużu bika an as`alaka maa laisa lii bihii 'ilm, wa illaa taghfir lii wa tar-ḥamniii akum minal-khoosiriin

Dia (Nuh) berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi."

[Noah] said, "My Lord, I seek refuge in You from asking that of which I have no knowledge. And unless You forgive me and have mercy upon me, I will be among the losers."

Tafsir
Jalalain

(Nuh berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau) daripada perbuatan

(memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku)

atas apa yang aku telah terlanjur melakukannya (dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Hud |11:48|

قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِنَّا وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ أُمَمٍ مِمَّنْ مَعَكَ ۚ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

qiila yaa nuuḥuhbith bisalaamim minnaa wa barokaatin 'alaika wa 'alaaa umamim mim mam ma'ak, wa umamun sanumatti'uhum ṡumma yamassuhum minnaa 'ażaabun aliim

Difirmankan, "Wahai Nuh! Turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami, bagimu dan bagi semua umat (mukmin) yang bersamamu. Dan ada umat-umat yang Kami beri kesenangan (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab Kami yang pedih."

It was said, "O Noah, disembark in security from Us and blessings upon you and upon nations [descending] from those with you. But other nations [of them] We will grant enjoyment; then there will touch them from Us a painful punishment."

Tafsir
Jalalain

(Difirmankan, "Hai Nuh! Turunlah) turunlah dari bahtera (dengan selamat) dengan selamat atau dengan hormat (dari Kami dan penuh keberkahan)

penuh kebaikan (atasmu dan atas umat-umat yang mukmin dan orang-orang yang bersamamu") di dalam bahtera, yang dimaksud adalah anak cucu dan keturunannya,

yaitu orang-orang yang beriman (Dan ada pula umat-umat) dibaca rafa` yaitu umamun, makna yang dimaksud adalah umat-umat yang bersamamu (yang Kami beri kesenangan pada mereka)

di dunia (kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami) di akhirat kelak; mereka adalah orang-orang kafir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 48 |

Allah Swt. menceritakan firman-Nya kepada Nuh a.s. ketika bahteranya telah berlabuh di atas Bukit Al-Judi, yaitu ucapan kesejahteraan yang ditujukan kepadanya, kepada orang-orang mukmin yang bersamanya,

dan kepada seluruh orang mukmin dari kalangan keturunannya sampai hari kiamat. Seperti yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b, bahwa termasuk ke dalam ucapan sejahtera (salam) ini setiap orang mukmin

—baik laki-laki maupun perempuan— sampai hari kiamat nanti. Demikian pula mengenai azab dan kesenangan sementara, ditujukan kepada setiap orang kafir laki-laki dan perempuan sampai hari kiamat nanti.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Allah bermaksud menghentikan banjir besar, Dia mengirimkan angin ke atas permukaan bumi. Maka air pun berhenti, dan semua sumber air di bumi yang berlimpah lagi besar tertutup, begitu pula semua pintu langit (yakni hujannya).Allah Swt. berfirman:


وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ


Dan difirmankan, "Hai bumi, telanlah airmu.” (Hud: 44), hingga akhir ayat.Maka air pun mulai berkurang dan menyurut serta mengering. Menurut dugaan Ahli Kitab Taurat, berlabuhnya bahtera Nabi Nuh di atas Bukit Al-Judi

adalah pada bulan tujuh tanggal tujuh belasnya. Dan pada permulaan bulan kesepuluh Nuh a.s. melihat puncak-puncak bukit. Setelah berlalu empat puluh hari, Nuh membuka pintu bahteranya, lalu ia mengirimkan burung gagak

untuk melihat keadaan air, tetapi burung gagak tidak kembali lagi. Lalu Nuh mengirimkan burung merpati, dan burung merpati itu kembali lagi kepadanya karena tidak menemukan daratan untuk tempat hinggapnya.

Maka Nabi Nuh mengulurkan tangannya kepada merpati itu dan menangkapnya, lalu memasukkannya kembali kedalam bahtera.Kemudian berlalulah tujuh hari, dan Nuh kembali mengirimkan burung merpati untuk melihat keadaan daratan.

Merpati itu kembali kepadanya pada sore harinya, sedangkan di paruhnya terdapat daun pohon zaitun. Maka Nuh mengetahui bahwa air telah menyurut dari permukaan bumi Nuh tinggal selama tujuh hari lagi, kemudian ia kembali

mengirimkan burung merpati itu, dan ternyata burung merpati itu tidak kembali, maka Nuh mengetahui bahwa daratan telah muncul. Setelah genap satu tahun sejak Allah mengirimkan banjir besar hingga Nuh mengirimkan burung merpati

dan pada tanggal satu bulan pertama dari tahun berikutnya daratan telah tampak, maka Nuh membuka penutup bahteranya. Dan pada bulan yang kedua dari tahun berikutnya, yaitu pada tanggal dua puluh enamnya:


قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلامٍ مِنَّا


Difirmankan, "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera.” (Hud: 48), hingga akhir ayat.

Surat Hud |11:49|

تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ ۖ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَٰذَا ۖ فَاصْبِرْ ۖ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ

tilka min ambaaa`il-ghoibi nuuḥiihaaa ilaiik, maa kunta ta'lamuhaaa anta wa laa qoumuka ming qobli haażaa, fashbir, innal-'aaqibata lil-muttaqiin

Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah, sungguh, kesudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa.

That is from the news of the unseen which We reveal to you, [O Muhammad]. You knew it not, neither you nor your people, before this. So be patient; indeed, the [best] outcome is for the righteous.

Tafsir
Jalalain

(Itu adalah) ayat-ayat yang mengandung kisah Nabi Nuh (di antara berita-berita penting yang gaib) berita-berita yang belum engkau ketahui

(yang Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak pula kaummu sebelum ini) sebelum diturunkannya Alquran ini. (Maka bersabarlah)

di dalam menyampaikan risalah dan menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu, sebagaimana Nabi Nuh bersabar (sesungguhnya kesudahan yang baik) yang terpuji (adalah bagi orang-orang yang bertakwa).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 49 |

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa kisah ini dan yang serupa dengannya:


{مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ}


di antara berita-berita penting tentang yang gaib. (Hud: 49)Yakni termasuk di antara berita-berita yang gaib di masa lalu, Kami wahyukan kepadamu dengan apa adanya seakan-akan kamu menyaksi­kannya sendiri:


{نُوحِيهَا إِلَيْكَ}


Kami wahyukan kepadamu. (Hud: 49)Maksudnya, Kami ajarkan kepadamu tentangnya sebagai wahyu yang Kami turunkan kepadamu:


{مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا}


tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu se­belum ini. (Hud: 49)Yakni tidaklah kamu —-tidak pula seseorang pun dari kaummu— mengetahui kisah ini sebelumnya, sehingga berkatalah orang-orang yang mendustakanmu,

bahwa sesungguhnya kamu telah mempelajarinya dari seseorang. Tidak, bahkan Allah-Iah yang memberitahukannya kepadamu sesuai dengan kejadian yang sebenarnya, seperti juga yang dikisahkan oleh kitab-kitab para nabi sebelum kamu.

Maka bersabarlah terhadap pendustaan orang-orang yang mendusta­kanmu dari kalangan kaummu, juga bersabarlah dalam menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan terhadap dirimu. Karena sesungguhnya

Kami pasti akan memenangkan kamu dan meliputi kamu dengan perhatian Kami, dan Kami jadikan akibat yang terpuji bagimu dan bagi para pengikutmu di dunia dan di akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang telah Kami lakukan

terhadap para utusan lainnya, Kami menolong mereka dari musuh-musuhnya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman Allah Swt.:


إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا


Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman. (Al-Mu’min: 51), hingga akhir ayat.


وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ


Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. (Ash-Shaffat: 171-172)Adapun firman Allah Swt.:


{فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ}


Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Hud: 49)

Surat Hud |11:50|

وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَ

wa ilaa 'aadin akhoohum huudaa, qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, in antum illaa muftaruun

Dan kepada kaum ´Aad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.

And to 'Aad [We sent] their brother Hud. He said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. You are not but inventors [of falsehood].

Tafsir
Jalalain

(Dan) Kami utuskan (kepada kaum Ad saudara mereka) dari kabilah mereka sendiri (Hud. Ia berkata, "Hai kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Allah

(sekali-kali tidak ada bagi kalian) huruf min di sini zaidah (Tuhan selain Dia, tiada lain) (kalian) yang dimaksud adalah penyembahan kalian

terhadap berhala-berhala itu (hanyalah mengada-adakan saja) kalian berdusta terhadap Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 50 |

Tafsir ayat 50-52

Allah Swt. telah berfirman, "Dan telah Kami utus,


{إِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا}


kepada kaum 'Ad saudara mereka Hud. (Hud: 50)untuk memerintahkan mereka agar menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang mereka menyembah berhala-berhala yang mereka ada-adakan

dan mereka jadikan nama-namanya sebagai tuhan-tuhan sembahan mereka. Nabi Hud mengatakan pula kepada kaumnya bahwa dia tidak mengharapkan suatu upah pun dari mereka atas nasihat

dan penyampaian risalah dari Allah ini, sesungguhnya yang ia harapkan hanyalah pahala Allah belaka yang telah menciptakannya.


{أَفَلا تَعْقِلُونَ}


Maka tidakkah kalian memikirkan(nya)? (Hud: 51)Yakni memikirkan orang yang menyeru kepada kalian untuk kebaikan dunia dan akhirat kalian tanpa upah sedikit pun. Kemudian Nabi Hud menganjurkan kaumnya untuk beristigfar,

karena dengan istigfar itu dosa-dosa yang telah lalu dapat dihapuskan, dan hendaknyalah mereka bertobat dari dosa-dosa tersebut di masa mendatangnya. Barang siapa yang menyandang sifat ini, niscaya Allah

akan memudahkan jalan rezekinya dan semua urusannya, dan Allah akan selalu memeliharanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا}


niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian. (Hud: 52; Nuh: 11)Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:


"مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مَنْ كُلِّ هَم فَرَجًا، وَمَنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ".


Barang siapa yang tetap melakukan istigfar, Allah menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesulitan dan dari setiap kesem­pitan jalan keluarnya, serta Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya.

Surat Hud |11:51|

يَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

yaa qoumi laaa as`alukum 'alaihi ajroo, in ajriya illaa 'alallażii fathoronii, a fa laa ta'qiluun

Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?"

O my people, I do not ask you for it any reward. My reward is only from the one who created me. Then will you not reason?

Tafsir
Jalalain

(Hai kaumku! Aku tidak meminta kepada kalian atas hal ini) yakni menganjurkan mentauhidkan Allah (upah. Tiada lain) (upahku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku)

yang telah menjadikan aku (Maka tidakkah kalian memikirkannya")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 51 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Hud |11:52|

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

wa yaa qoumistaghfiruu robbakum ṡumma tuubuuu ilaihi yursilis-samaaa`a 'alaikum midroorow wa yazidkum quwwatan ilaa quwwatikum wa laa tatawallau mujrimiin

Dan (Hud berkata), "Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa."

And O my people, ask forgiveness of your Lord and then repent to Him. He will send [rain from] the sky upon you in showers and increase you in strength [added] to your strength. And do not turn away, [being] criminals."

Tafsir
Jalalain

(Dan dia berkata, "Hai kaumku! Mohonlah ampun kepada Rabb kalian) dari kemusyrikan (lalu bertobatlah kalian) kembalilah kalian (kepada-Nya)

dengan menjalankan ketaatan (niscaya Dia menurunkan hujan) air hujan yang sebelumnya mereka kekeringan (kepada kalian dengan derasnya) sangat deras

(dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada) bersama dengan (kekuatanmu) yaitu berupa harta benda dan anak-anak (dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa.") yakni berbuat kemusyrikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 50

Surat Hud |11:53|

قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ

qooluu yaa huudu maa ji`tanaa bibayyinatiw wa maa naḥnu bitaarikiii aalihatinaa 'ang qoulika wa maa naḥnu laka bimu`miniin

Mereka (kaum ´Aad) berkata, "Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu,

They said, "O Hud, you have not brought us clear evidence, and we are not ones to leave our gods on your say-so. Nor are we believers in you.

Tafsir
Jalalain

(Kaum Ad berkata, "Hai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata) yang menunjukkan kebenaran perkataanmu itu

(dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu) hanya karena ucapanmu itu (dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 53 |

Tafsir ayat 53-56

Allah Swt. menceritakan bahwa mereka mengatakan kalimat berikut kepada nabi mereka:


{مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ}


kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata. (Hud: 53)Maksudnya, hujah dan bukti yang membenarkan apa yang kamu akui itu.


{وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ}


dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu. (Hud: 53)Yakni hanya karena perkataanmu, "Tinggalkanlah sembahan-sembahan itu," lalu kami meninggalkan mereka:


{وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ}


dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu (Hud: 53) Artinya, kami tidak akan membenarkan dan tidak akan mempercayaimu.


{إِنْ نَقُولُ إِلا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ}


Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. (Hud: 54)Mereka mengatakan, "Tiadalah dugaan kami terhadapmu melainkan bahwa

sebagian dari sembahan kami telah menimpakan penyakit saraf ke dalam otakmu karena kamu telah melarang kami menyembah mereka dan kamu mencela mereka."


{قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ}


Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah oleh kalian, bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya.” (Hud: 54-55)Hud mengatakan, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari semua tandingan dan berhala yang kalian ada-adakan itu."


{فَكِيدُونِي جَمِيعًا}


Sebab itu, jalankanlah tipu daya kamu sekalian terhadapku. (Hud: 55)Yakni oleh kalian dan sembahan-sembahan kalian, jika memang kalian benar.


{ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ}


Dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. (Hud: 55)barang sekejap mata pun.Firman Allah Swt. yang mengatakan:


{إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا}


Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. (Hud: 56)Maksudnya, semuanya berada di bawah kekuasaan

dan keperkasaan-Nya. Dialah Tuhan, Hakim yang seadil-adilnya dan tidak pernah lalim dalam keputusan-Nya; sesungguhnya Dia berada pada jalan yang lurus.Al-Walid ibnu Muslim telah meriwayatkan dari Safwan ibnu Amr,

dari Aifa' ibnu Abdul Kala'i sehubungan dengan firman-Nya: Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. (Hud: 56)

Aifa' mengatakan bahwa Allah memegang ubun-ubun semua hamba­Nya, lalu Dia mengajari orang mukmin, sehingga terasa bagi orang mukmin bahwa Dia lebih sayang ketimbang seorang ayah kepada anaknya. Lalu Aifa' membacakan firman-Nya:


{مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ}


apakah yang memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. (Al-Infithar: 6)Dalam jawaban Nabi Hud ini terkandung hujah yang mematahkan dan dalil yang pasti yang menunjukkan kebenaran

dari apa yang disampaikannya kepada mereka; juga menunjukkan kebatilan dari apa yang mereka kerjakan, yaitu penyembahan mereka kepada berhala-berhala. Padahal berhala-berhala itu tidak dapat memberikan manfaat,

tidak pula dapat mendatangkan mudarat, bahkan berhala-berhala itu adalah benda-benda mati yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, tidak dapat melindungi, dan tidak dapat memusuhi.

Sesungguhnya yang berhak disembah secara murni dan ikhlas hanyalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Di tangan kekuasaan-Nyalah kerajaan, dan Dialah yang mengaturnya.

Tidak ada sesuatu pun melainkan berada di bawah kepemilikan, pengaruh, dan kekuasaan-Nya; maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.

Surat Hud |11:54|

إِنْ نَقُولُ إِلَّا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ ۗ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

in naquulu illa'tarooka ba'dhu aalihatinaa bisuuu`, qoola inniii usy-hidulloha wasy-haduuu annii bariii`um mimmaa tusyrikuun

kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu." Dia (Hud) menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,

We only say that some of our gods have possessed you with evil." He said, "Indeed, I call Allah to witness, and witness [yourselves] that I am free from whatever you associate with Allah

Tafsir
Jalalain

(Tidaklah) tiadalah (kami mengatakan) perihal dirimu (melainkan, akan menimpamu) kamu akan tertimpa (penyakit gila karena sebagian sembahan kami")

karena sesembahan kami itu akan menyerapah kamu hingga menjadi orang gila, sebab kamu mencacinya, setelah itu kamu akan mengigau sendirian.

(Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah) atas diriku sendiri (dan saksikanlah olehmu sekalian, bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan) itu terhadap Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 54 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Hud |11:55|

مِنْ دُونِهِ ۖ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ

min duunihii fa kiiduunii jamii'an ṡumma laa tunzhiruun

dengan yang lain, sebab itu jalankanlah semua tipu dayamu terhadapku dan jangan kamu tunda lagi.

Other than Him. So plot against me all together; then do not give me respite.

Tafsir
Jalalain

(Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya terhadapku) lancarkanlah tipu daya untuk membinasakan diriku (oleh kalian semuanya)

oleh kalian dan berhala-berhala sesembahan kalian itu (dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku) janganlah kalian menangguh-nangguhkannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 55 |

Penjelasan ada di ayat 53