Juz 12
Surat Hud |11:56|
إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ ۚ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا ۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
innii tawakkaltu 'alallohi robbii wa robbikum, maa min daaabbatin illaa huwa aakhiżum binaashiyatihaa, inna robbii 'alaa shiroothim mustaqiim
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus (adil).
Indeed, I have relied upon Allah, my Lord and your Lord. There is no creature but that He holds its forelock. Indeed, my Lord is on a path [that is] straight."
(Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Rabbku dan Rabb kalian. Tidak ada) huruf min di sini adalah zaidah (suatu binatang) makhluk yang melata di bumi
(melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya) artinya, Dialah yang menguasai dan yang memaksakannya, maka tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mudarat melainkan seizin-Nya.
Dalam ayat ini disebutkan lafal an-naashiyah secara khusus, yang artinya ubun-ubun, karena seseorang yang dipegang ubun-ubunnya berarti sangat hina.
Ini menggambarkan hinanya makhluk dibandingkan dengan Allah. (Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus) yaitu jalan kebenaran dan keadilan.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 56 |
Penjelasan ada di ayat 53
Surat Hud |11:57|
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَيْكُمْ ۚ وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّي قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّونَهُ شَيْئًا ۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
fa in tawallau fa qod ablaghtukum maaa ursiltu bihiii ilaikum, wa yastakhlifu robbii qouman ghoirokum, wa laa tadhurruunahuu syai`aa, inna robbii 'alaa kulli syai`in ḥafiizh
Maka jika kamu berpaling, maka sungguh, aku telah menyampaikan kepadamu apa yang menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu."
But if they turn away, [say], "I have already conveyed that with which I was sent to you. My Lord will give succession to a people other than you, and you will not harm Him at all. Indeed my Lord is, over all things, Guardian."
(Jika kalian berpaling) asalnya ialah tatawallau, kemudian salah satu dari huruf ta dibuang sehingga jadilah tawallau, artinya berpaling
(maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian apa/amanat yang aku diutus untuk menyampaikannya kepada kalian. Dan Rabbku akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dari kalian;
dan kalian tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun) oleh sebab kemusyrikan kalian. (Sesungguhnya Rabbku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu") yang mengawasinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 57 |
Tafsir ayat 57-60
Nabi Hud berkata kepada kaumnya, "Jika kalian berpaling dari apa yang aku sampikan kepada kalian ini yang menganjurkan beribadah kepada Allah, Tuhan kalian semata—tiada sekutu bagi-Nya
—dan hujah untuk itu telah ditegakkan atas kalian melalui penyampaianku kepada kalian akan risalah Allah yang telah mengutusku dengan membawanya.
{وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّي قَوْمًا غَيْرَكُمْ}
'Dan Tuhanku akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dari kalian.” (Hud: 57)Kaum yang menyembah-Nya semata, tidak mempersekutukan-Nya, dan tidak peduli terhadap kalian,
karena sesungguhnya kalian tidak dapat menimpakan mudarat terhadap-Nya karena kekafiran kalian terhadapNya, bahkan kekafiran kalian itu akibatnya akan menimpa diri kalian sendiri."
{إِنَّ رَبِّي عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ}
Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. (Hud: 57)Yakni Maha Menyaksikan dan Maha Memelihara semua ucapan dan perbuatan hamba-hamba-Nya,
lalu kelak Dia akan membalaskannya kepada mereka. Jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, maka balasannya buruk pula.
{وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا}
Dan tatkala datang azab Kami. (Hud: 58)berupa angin yang sangat dingin dan kencang, maka Allah membinasakan mereka sampai keakar-akarnya dan menyelamatkan Hud dan para pengikutnya dari azab yang keras berkat rahmat dan belas kasihan-Nya.
{وَتِلْكَ عَادٌ جَحَدُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ}
Dan itulah (kisah) kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka. (Hud: 59)Mereka kafir kepada ayat-ayat Tuhannya dan durhaka kepada rasul-rasul Allah. Dikatakan demikian karena orang yang kafir
terhadap seorang nabi, berarti sama saja dengan kafir kepada semua nabi, sebab pada hakikatnya tidak ada perbedaan di antara mereka, karena semuanya wajib diimani. Kaum ‘Ad kafir terhadap Nabi Hud,
maka kekufuran mereka disamakan dengan kafir terhadap semua rasul.
{وَاتَّبَعُوا أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ}
dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). (Hud: 59)Mereka menolak mengikuti rasul mereka yang benar, dan mereka lebih memilih mengikuti perintah penguasa
yang sewenang-wenang lagi pengingkar kebenaran. Karena itulah mereka selalu diikuti oleh laknat Allah dan hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia ini setiap kali mereka disebut-sebut. Di hari kiamat kelak mereka
akan dipanggil di hadapan para saksi:
أَلا إِنَّ عَادًا كَفَرُوا رَبَّهُمْ
Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. (Hud: 60), hingga akhir ayat.As-Saddi mengatakan bahwa tidak sekali-kali ada seorang nabi yang diutus sesudah kaum 'Ad, melainkan mereka dilaknati melalui lisan nabi itu.
Surat Hud |11:58|
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَنَجَّيْنَاهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ
wa lammaa jaaa`a amrunaa najjainaa huudaw wallażiina aamanuu ma'ahuu biroḥmatim minnaa, wa najjainaahum min 'ażaabin gholiizh
Dan ketika azab Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.
And when Our command came, We saved Hud and those who believed with him, by mercy from Us; and We saved them from a harsh punishment.
(Dan tatkala datang perintah Kami) azab Kami (Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat) yakni petunjuk (dari Kami;
dan Kami selamatkan pula mereka dari azab yang berat) dari siksaan yang keras di akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 58 |
Penjelasan ada di ayat 57
Surat Hud |11:59|
وَتِلْكَ عَادٌ ۖ جَحَدُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهُ وَاتَّبَعُوا أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ
wa tilka 'aadun jaḥaduu bi`aayaati robbihim wa 'ashou rusulahuu wattaba'uuu amro kulli jabbaarin 'aniid
Dan itulah (kisah) kaum ´Aad yang mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan. Mereka mendurhakai rasul-rasul-Nya dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi durhaka.
And that was 'Aad, who rejected the signs of their Lord and disobeyed His messengers and followed the order of every obstinate tyrant.
(Dan itulah kisah kaum Ad) ini mengisyaratkan kepada peninggalan-peninggalan mereka. Makna yang dimaksud ialah berjalanlah kalian di muka bumi ini dan lihatlah bekas-bekas peninggalan mereka.
Kemudian Allah swt. menggambarkan keadaan mereka, untuk itu Dia berfirman: (Mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka dan mendurhakai rasul-rasul Allah)
ungkapan di sini memakai bentuk jamak, dimaksud karena orang yang mendurhakai seorang rasul berarti sama saja dengan mendurhakai semua rasul.
Karena pada apa yang didatangkan oleh para rasul itu hakikatnya bersumberkan dari asal yang sama, yaitu dari ajaran tauhid (dan mereka menuruti) artinya orang-orang yang rendah
(perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang kebenaran) yakni selalu menentang perkara yang hak, yang dimaksud adalah para pemimpinnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 59 |
Penjelasan ada di ayat 57
Surat Hud |11:60|
وَأُتْبِعُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا إِنَّ عَادًا كَفَرُوا رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِعَادٍ قَوْمِ هُودٍ
wa utbi'uu fii haażihid-dun-yaa la'nataw wa yaumal-qiyaamah, alaaa inna 'aadang kafaruu robbahum, alaa bu'dal li'aading qoumi huud
Dan mereka selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan (begitu pula) di hari Kiamat. Ingatlah, kaum ´Aad itu ingkar kepada Tuhan mereka. Sungguh, binasalah kaum Aad, umat Hud itu,
And they were [therefore] followed in this world with a curse and [as well] on the Day of Resurrection. Unquestionably, 'Aad denied their Lord; then away with 'Aad, the people of Hud.
(Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini) dari manusia (dan begitu pula di hari kiamat) mereka akan dikutuk di hadapan makhluk semuanya.
(Ingatlah sesungguhnya kaum Ad itu kafir) mereka ingkar (terhadap Rabb mereka. Ingatlah, sesungguhnya amat jauh) dari rahmat Allah (bagi kaum Ad yaitu kaumnya Hud).
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 60 |
Penjelasan ada di ayat 57
Surat Hud |11:61|
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
wa ilaa ṡamuuda akhoohum shooliḥaa, qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, huwa ansya`akum minal-ardhi wasta'marokum fiihaa fastaghfiruuhu ṡumma tuubuuu ilaiih, inna robbii qoriibum mujiib
dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari Bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya)."
And to Thamud [We sent] their brother Salih. He said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. He has produced you from the earth and settled you in it, so ask forgiveness of Him and then repent to Him. Indeed, my Lord is near and responsive."
(Dan) Kami utus (kepada Tsamud saudara mereka) yang satu kabilah (Saleh. Saleh berkata, "Hai kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Dia
(sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kalian) Dialah yang mula-mula menciptakan kalian (dari bumi) yaitu dengan menciptakan bapak moyang kalian,
Adam, dari tanah (dan menjadikan kalian pemakmurnya) Dia menjadikan kalian sebagai para penghuni bumi (karena itu mohonlah ampunan-Nya) dari kemusyrikan (kemudian bertobatlah)
kembali kalian (kepada-Nya) dengan menjalankan ketaatan. (Sesungguhnya Rabbku amat dekat) kepada makhluk-Nya melalui pengetahuan-Nya (lagi memperkenankan.") doa orang yang meminta kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 61 |
Allah Swt. berfirman:
{إِلَى ثَمُودَ}
Dan kepada Samud (Kami utus). (Hud: 61) Mereka adalah orang-orang yang bertempat tinggal di kota-kota Hajar yang terletak di antara Tabuk dan Madinah.
Mereka hidup sesudah kaum 'Ad, lalu Allah mengutus seorang rasul kepada mereka yang juga dari kalangan mereka.
{أَخَاهُمْ صَالِحًا}
saudara mereka Saleh. (Hud: 61)Lalu Nabi Saleh memerintahkah mereka agar menyembah Allah semata. Karena itu, Saleh a.s. berkata kepada mereka:
{هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ}
Dia telah menciptakan kalian dari tanah. (Hud: 6,1)Maksudnya, Dia memulai penciptaan kalian dari tanah; dari tanah Dia menciptakan nenek moyang kalian, yaitu Adam.
{وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا}
dan menjadikan kalian pemakmurnya. (Hud: 61)Yakni Dia menjadikan kalian sebagai para pembangun yang memakmurkan bumi dan yang menggarap pemanfaatannya.
فَاسْتَغْفِرُوهُ
Karena itu, mohonlah ampunan-Nya. (Hud: 61) atas dosa-dosa kalian yang telah lalu.
{ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ}
kemudian bertobatlah kepada-Nya. (Hud: 61)dalam menjalani masa depan kalian, yakni janganlah kalian ulangi lagi dosa-dosa itu di masa mendatang.
{إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ}
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (Hud: 61)Makna ayat tersebut sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ} الآية
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. (Al-Baqarah: 186), hingga akhir ayat.
Surat Hud |11:62|
قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَا ۖ أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
qooluu yaa shooliḥu qod kunta fiinaa marjuwwang qobla haażaaa a tan-haanaaa an na'buda maa ya'budu aabaaa`unaa wa innanaa lafii syakkim mimmaa tad'uunaaa ilaihi muriib
Mereka (kaum Samud) berkata, "Wahai Saleh! Sungguh, engkau sebelum ini berada di tengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami? Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama) yang engkau serukan kepada kami."
They said, "O Salih, you were among us a man of promise before this. Do you forbid us to worship what our fathers worshipped? And indeed we are, about that to which you invite us, in disquieting doubt."
(Kaum Tsamud berkata, "Hai Saleh! Sesungguhnya engkau adalah seorang di antara kami yang kami harapkan) kami mengharapkan semoga engkau menjadi penghulu dan pemimpin kami
(sebelum ini) sebelum apa yang kamu lakukan itu (apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami) yaitu berhala-berhala
(dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami) yaitu agama tauhid (lagi sangat gelisah.") maksudnya yang diserukannya itu amat meresahkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 62 |
Tafsir ayat 62-63
Allah Swt. menceritakan pembicaraan antara Nabi Saleh a.s. dan kaumnya, serta keadaan kaumnya yang bodoh lagi pengingkar karena mereka mengatakan:
{قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا}
sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan. (Hud: 62)Kami mengharapkan pendapatmu sebelum kamu mengatakan apa yang telah kamu katakan itu.
{أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا}
apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? (Hud: 62)dan tradisi yang biasa dilakukan oleh para pendahulu kami.
{وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ}
dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami. (Hud: 62)Yakni sangat meragukan seruanmu itu.
{قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}
Saleh berkata, "Hai kaumku, bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku. (Hud: 63)Maksudnya, bukti yang meyakinkan dan tanda yang pasti yang membenarkan apa yang aku sampaikan kepada kalian ini.
{وَآتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُ}
dan diberi-Nya aku rahmat dari-Nyat maka siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. (Hud: 63)dan aku tinggalkan seruanku kepada kalian yang mengajak kepada kebenaran
dan menyembah Allah semata. Sekiranya aku meninggalkan hal tersebut, pastilah kalian tidak dapat memberikan manfaat apa pun kepadaku dan tidak dapat memberikan tambahan kepadaku.
{غَيْرَ تَخْسِيرٍ}
selain dari kerugian. (Hud: 63) Yakni kerugian yang nyata.
Surat Hud |11:63|
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُ ۖ فَمَا تَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِيرٍ
qoola yaa qoumi a ro`aitum ing kuntu 'alaa bayyinatim mir robbii, wa aataanii min-hu roḥmatan fa may yanshurunii minallohi in 'ashoituh, fa maa taziiduunanii ghoiro takhsiir
Dia (Saleh) berkata, "Wahai kaumku! Terangkanlah kepadaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapa yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya? Maka kamu hanya akan menambah kerugian kepadaku.
He said, "O my people, have you considered: if I should be upon clear evidence from my Lord and He has given me mercy from Himself, who would protect me from Allah if I disobeyed Him? So you would not increase me except in loss.
(Saleh berkata, "Hai kaumku! Bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti) bukti yang jelas (dari Rabbku dan diberi-Nya aku rahmat daripada-Nya)
kenabian (Maka siapakah yang akan menolong aku) yang dapat memelihara diriku (dari Allah) maksudnya dari azab-Nya (jika aku mendurhakai-Nya.
Sebab itu kalian tidak menambah apa pun kepadaku) dengan perintah kalian yang menyuruhku untuk melakukan hal tersebut (selain daripada kerugian.") penyesatan.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 63 |
Penjelasan ada di ayat 62
Surat Hud |11:64|
وَيَا قَوْمِ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ
wa yaa qoumi haażihii naaqotullohi lakum aayatan fa żaruuhaa ta`kul fiii ardhillaahi wa laa tamassuuhaa bisuuu`in fa ya`khużakum 'ażaabung qoriib
Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di Bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab)."
And O my people, this is the she-camel of Allah - [she is] to you a sign. So let her feed upon Allah 's earth and do not touch her with harm, or you will be taken by an impending punishment."
("Hai kaumku! Inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat yang menunjukkan kebenaran untuk kalian) lafal aayatan berkedudukan menjadi hal atau kata keterangan
sedangkan yang menjadi amilnya adalah isim isyarah atau lafal haadzihii tadi (sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kalian mengganggunya dengan gangguan apa pun)
seperti menyembelihnya (yang akan menyebabkan kalian ditimpa azab yang dekat.") jika kalian menyembelihnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 64 |
Tafsir ayat 64-68
Kisah ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf dengan penjelasan yang terinci sehingga tidak perlu lagi untuk diulangi di sini, dan hanya kepada Allah-lah kami memohon taufik.
Surat Hud |11:65|
فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ
fa 'aqoruuhaa fa qoola tamatta'uu fii daarikum ṡalaaṡata ayyaam, żaalika wa'dun ghoiru makżuub
Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Saleh) berkata, "Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan."
But they hamstrung her, so he said, "Enjoy yourselves in your homes for three days. That is a promise not to be denied."
(Maka mereka menyembelihnya) unta betina itu disembelih oleh seseorang yang kuat atas perintah mereka (maka ia berkata) Nabi Saleh
("Bersuka-rialah kalian) bersenang-senanglah kalian (di rumah kalian selama tiga hari) kemudian kalian akan binasa (itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.") janji yang tidak diingkari lagi.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 65 |
Penjelasan ada di ayat 64
Surat Hud |11:66|
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ
fa lammaa jaaa`a amrunaa najjainaa shooliḥaw wallażiina aamanuu ma'ahuu biroḥmatim minnaa wa min khizyi yaumi`iż, inna robbaka huwal-qowiyyul-'aziiz
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan pada hari itu. Sungguh, Tuhanmu, Dia Maha Kuat, Maha Perkasa.
So when Our command came, We saved Salih and those who believed with him, by mercy from Us, and [saved them] from the disgrace of that day. Indeed, it is your Lord who is the Powerful, the Exalted in Might.
(Maka tatkala datang perintah Kami) yang memerintahkan supaya mereka dibinasakan (Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia)
jumlah mereka ada empat ribu orang (dengan rahmat dari Kami dan) Kami selamatkan pula mereka (dari kehinaan di hari itu) kalau dibaca yaumi-idzin dianggap sebagai isim
yang mu`rab dan kalau dibaca yaumaidzin dianggap sebagai isim yang mabni karena diidhafatkan kepada isim yang mabni pula; demikianlah menurut pendapat kebanyakan ahli nahwu.
(Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa) Maha Menang.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 66 |
Penjelasan ada di ayat 64
Surat Hud |11:67|
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
wa akhożallażiina zholamush-shoiḥatu fa ashbaḥuu fii diyaarihim jaaṡimiin
Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya,
And the shriek seized those who had wronged, and they became within their homes [corpses] fallen prone
(Dan satu suara yang keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang lalim itu lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka) dalam keadaan bersimpuh pada lutut mereka padahal mereka telah mati semuanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 67 |
Penjelasan ada di ayat 64
Surat Hud |11:68|
كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا ۗ أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ
ka`al lam yaghnau fiihaa, alaaa inna ṡamuuda kafaruu robbahum, alaa bu'dal liṡamuud
seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, kaum Samud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Samud.
As if they had never prospered therein. Unquestionably, Thamud denied their Lord; then, away with Thamud.
(Seolah-olah) lafal ka-an adalah takhfif daripada ka-anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, kepanjangannya adalah ka-annahum, artinya seolah-olah mereka
(belum pernah berdiam) belum pernah tinggal (di tempat itu) di dalam rumah mereka. (Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka.
Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud) lafal tsamuud dapat ditanwinkan sehingga menjadi tsamuudan dan dapat pula dibaca tanpa memakai tanwin sehingga menjadi tsamuuda. Makna yang dimaksud ialah kabilahnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 68 |
Penjelasan ada di ayat 64
Surat Hud |11:69|
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَىٰ قَالُوا سَلَامًا ۖ قَالَ سَلَامٌ ۖ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
wa laqod jaaa`at rusulunaaa ibroohiima bil-busyroo qooluu salaamaa, qoola salaamun fa maa labiṡa an jaaa`a bi'ijlin ḥaniiż
Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, "Selamat." Dia (Ibrahim) menjawab, "Selamat (atas kamu)." Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.
And certainly did Our messengers come to Abraham with good tidings; they said, "Peace." He said, "Peace," and did not delay in bringing [them] a roasted calf.
(Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membaca kabar gembira) yaitu akan diberi anak bernama Ishak dan menyusul Yakub anak Ishak sesudah itu.
(mereka mengucapkan, "Selamat.") lafal salaaman menjadi mashdar (Ibrahim menjawab, "Selamatlah.") atas kalian (Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang) daging panggang anak sapi.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 69 |
Tafsir ayat 69-73
Allah Swt. berfirman:
{وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا}
Dan sesungguhnya telah datang utusan-utusan Kami (Hud: 69) Mereka terdiri atas kalangan para malaikat.
إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى
kepada Ibrahim dengan membawa berita gembira. (Hud: 69)Menurut suatu pendapat, para malaikat itu datang menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim akan kelahiran Ishaq. Menurut pendapat lain,
berita gembira tersebut ialah kebinasaan kaum Lut. Pendapat yang pertama diperkuat oleh firman-Nya yang mengatakan:
{فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَجَاءَتْهُ الْبُشْرَى يُجَادِلُنَا فِي قَوْمِ لُوطٍ}
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Lut. (Hud: 74)Firman Allah Swt.:
{قَالُوا سَلامًا قَالَ سَلامٌ}
mereka mengucapkan, "Selamat.” Ibrahim menjawab, "Selamatlah.” (Hud: 69)Maksudnya, semoga keselamatan terlimpahkan pula atas kalian. Ulama Bayan mengatakan bahwa ungkapan ini merupakan
ungkapan salam penghormatan yang baik, karena bacaan rafa menunjukkan pengertian tetap dan selamanya.
{فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ}
maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (Hud: 69)Nabi Ibrahim pergi dengan cepat, lalu segera kembali seraya membawa suguhan dan jamuan buat tamu-tamunya itu,
yaitu berupa sapi muda yang dipanggang. Haniz artinya dipanggang di atas batu yang dipanaskan. Demikianlah menurut makna yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang,
seperti juga yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلا تَأْكُلُونَ}
Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata,
"Silakan kalian makan.” (Adz-Dzariyat: 26-27)Ayat ini mengandung etika penghormatan kepada tamu dipandang dari berbagai seginya.Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا رَأَى أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ}
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka. (Hud: 70)Yakni Nabi Ibrahim merasa keheranan dengan sikap mereka.
{وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً}
dan merasa takut kepada mereka. (Hud: 70)Demikian itu karena malaikat tidak membutuhkan makanan, tidak menginginkannya, tidak pula pernah memakannya. Melihat sikap mereka yang berpaling dari apa yang disuguhkannya
kepada mereka, tanpa ada rasa keinginan sama sekali, maka pada saat itu: Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka. (Hud: 70)As-Saddi mengatakan bahwa ketika Allah mengutus sejumlah malaikat
untuk membinasakan kaum Nabi Lut, maka para malaikat itu menyerupakan dirinya sebagai pemuda yang tampan-tampan; mereka berjalan dan mampir di rumah Nabi Ibrahim, bertamu kepadanya. Ketika Nabi Ibrahim melihat
kedatangan mereka: Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar). (Adz-Dzariyat: 26)Nabi Ibrahim menyembelih anak sapi, lalu dipanggangnya di atas bara api;
setelah masak, dia menghidangkannya kepada mereka. Nabi Ibrahim duduk bersama mereka, sedangkan Sarah —istrinya— melayani tamu-tamu itu. Demikian itu terjadi di saat istrinya berdiri, sedangkan Ibrahim duduk (bersama mereka).
Menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan:
"فَلَمَّا قَربه إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
Maka tatkala Ibrahim menghidangkan suguhannya kepada mereka, Ibrahim berkata, "Silakan kalian makan.”Mereka menjawab, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kami tidak mau memakan sesuatu makanan kecuali dengan membayar harga
(imbalan)nya." Ibrahim berkata, "Sesungguhnya makanan ini pun ada harganya." Mereka bertanya, "Apakah harganya?" Ibrahim berkata, "Kalian sebutkan asma Allah pada permulaannya, kemudian kalian memuji kepada-Nya di akhirnya."
Maka Jibril melihat kepada Mikail seraya berkata, "Orang ini berhak bila dijadikan oleh Tuhannya sebagai kekasih-Nya." Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka. (Hud : 70)
Tatkala Ibrahim a.s. melihat bahwa mereka (tamu-tamunya) itu tidak mau menyantap hidangannya, ia terkejut dan timbullah rasa takut di hatinya terhadap mereka. Lain halnya dengan Sarah (istri Nabi Ibrahim).
Ketika ia melihat bahwa Ibrahim a.s. telah menghormati mereka, ia bangkit melayani mereka dengan tersenyum ramah seraya berkata, "Sungguh aneh tamu-tamu kita ini, mereka kita layani secara langsung sebagai penghormatan kita
kepada mereka, tetapi mereka tidak mau menyantap sajian kita ini."Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais,
dari Usman ibnu Muhaisin sehubungan dengan kisah tamu-tamu Nabi Ibrahim, bahwa mereka terdiri atas empat malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Rafa'il. Nuh ibnu Qais mengatakan bahwa Nuh ibnu Abu Syaddad menduga bahwa
ketika mereka masuk ke dalam rumah Nabi Ibrahim, dan Nabi Ibrahim menyuguhkan kepada mereka anak sapi yang dipanggang, maka Jibril mengusapnya dengan sayapnya.
Lalu anak sapi itu hidup kembali dan bangkit menyusul induknya yang saat itu induk sapi berada tidak jauh dari rumah Nabi Ibrahim.Firman Allah Swt. yang menceritakan keadaan para malaikat itu:
قَالُوا لَا تَخَفْ
Malaikat itu berkata, "Jangan kamu takut!" (Hud: 70)Yakni mereka berkata bahwa janganlah kamu takut kepada kami, sesungguhnya kami adalah para malaikat yang diutus kepada kaum Nabi Lut untuk membinasakan mereka.
Maka Sarah tersenyum mendengar berita gembira akan dibinasakannya mereka, sebab mereka banyak -menimbulkan kerusakan, dan kekufuran serta keingkaran mereka sudah terlalu berat. Karena itulah Sarah diberi pembalasan berita gembira,
yaitu dengan kelahiran seorang putra, padahal sudah lama Sarah putus asa dari mempunyai anak.Qatadah mengatakan bahwa Sarah tersenyum dan merasa heran bila suatu kaum kedatangan azab", sedangkan mereka dalam keadaan lalai.
Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub. (Hud: 71)Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dengan fadahikat ialah fahadat yang artinya 'maka berhaidlah Sarah seketika itu juga'.
Menurut Muhammad ibnu Qais, sesungguhnya Sarah tertawa karena dia menduga bahwa tamu-tamunya itu akan melakukan hal yang sama dengan apa yang biasa dilakukan oleh kaum Lut.Al-Kalbi mengatakan,
sesungguhnya Sarah tertawa hanyalah karena ketika ia melihat Nabi Ibrahim dicekam oleh rasa takut karena usianya yang sudah lanjut dan keadaannya yang lemah.Sekalipun Ibnu Jarir telah meriwayatkan kedua pendapat di atas
berikut sanadnya yang sampai pada keduanya, tetapi pendapat tersebut tidak usah diperhatikan.Dan mengenai pendapat Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa sesungguhnya Sarah tertawa setelah mendapat berita gembira
akan kelahiran Ishaq, hal ini jelas bertentangan dengan konteks ayat. Karena sesungguhnya berita gembira itu jelas terjadi setelah Sarah tertawa.
{فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ}
maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub. (Hud: 71)Yakni akan kelahiran putra, kelak putranya itu akan melahirkan anak pula yang merupakan cucu
dan generasi pelanjutnya. Karena sesungguhnya Ya'qub adalah anak Ishaq, seperti yang disebutkan di dalam ayat surat Al-Baqarah:
{أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ}
Adakah kalian hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kalian sembah sepeninggalku?*' Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al-Baqarah: 133)Berdasarkan ayat inilah orang yang berpendapat bahwa anak yang disembelih itu sesungguhnya
adalah Nabi Ismail. Mustahil bila yang dimaksudkan adalah Ishaq, mengingat kelahirannya adalah berdasarkan berita gembira yang antara lain menyebutkan bahwa kelak Ishaq akan mempunyai anak pula, yaitu Ya'qub.
Maka mana mungkin Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya, sedangkan ia masih bayi dan berita yang menjanjikan akan kelahiran anaknya—yaitu Ya'qub— masih belum terpenuhi. Janji Allah adalah benar
dan tidak akan diingkari. Dengan demikian, mustahillah bila Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ishaq dalam keadaan seperti itu (yakni masih kecil dan belum mempunyai anak). Maka dapat dipastikan bahwa yang dimaksud
dengan putra yang disembelih adalah Ismail.Alasan tersebut merupakan dalil yang paling baik, paling sahih serta paling jelas.
قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا
Istrinya berkata, "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula?” (Hud: 72), hingga akhir ayat.
Ayat ini menceritakan tentang ucapan istri Nabi Ibrahim, perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ}
Istrinya berkata, 'Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua?” (Hud: 72)Dan Firman-Nya di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 29:
{فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ}
Kemudian istrinya datang seraya memekik (tercengang), lalu menepuk mukanya sendiri dan berkata, "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul.”Perihalnya sama dengan wanita lainnya bila merasa terkejut, baik dalam ucapan maupun sikapnya.
{قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ}
Para malaikat itu berkata, "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?” (Hud: 73)Para malaikat itu berkata kepada istri Nabi Ibrahim, "Janganlah kamu merasa heran tentang kekuasaan Allah, karena sesungguhnya
apabila Dia menghendaki sesuatu tinggal mengatakan kepadanya, 'Jadilah.' Maka jadilah ia. Karena itu, janganlah kamu merasa heran dengan hal ini, sekalipun kamu sudah lanjut usia serta mandul dan suamimu pun sudah lanjut usia.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
{رَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ}
(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kalian, hai ahli bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah (Hud: 73)Dia Maha Terpuji dalam semua perbuatan dan ucapan-Nya,
lagi Maha Terpuji dalam semua sifat dan zat-Nya. Di dalam sebuah hadis yang tertera dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa mereka (para sahabat) bertanya, "Sesungguhnya kami telah mengetahui cara
mengucapkan salam penghormatan kepadamu, maka bagaimanakah cara mengucapkan salawat untukmu, hai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab:
اللَّهُمَّ صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى [إِبْرَاهِيمَ وَ] آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ"
Katakanlah, "Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan salawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada Muhammad
dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung.
Surat Hud |11:70|
فَلَمَّا رَأَىٰ أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۚ قَالُوا لَا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَىٰ قَوْمِ لُوطٍ
fa lammaa ro`aaa aidiyahum laa tashilu ilaihi nakirohum wa aujasa min-hum khiifah, qooluu laa takhof innaaa ursilnaaa ilaa qoumi luuth
Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, "Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut."
But when he saw their hands not reaching for it, he distrusted them and felt from them apprehension. They said, "Fear not. We have been sent to the people of Lot."
(Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka) merasa heran dengan kelakuan mereka itu
(dan mulai timbul) memendam rasa di dalam hati (rasa takut terhadap mereka) ketakutan. (Malaikat itu berkata, "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah malaikat-malaikat
yang diutus kepada kaum Luth.") untuk membinasakan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 70 |
Penjelasan ada di ayat 69
Surat Hud |11:71|
وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ
wamro`atuhuu qooo`imatun fa dhoḥikat fa basysyarnaahaa bi`is-ḥaaqo wa miw warooo`i is-ḥaaqo ya'quub
Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Yaqub.
And his Wife was standing, and she smiled. Then We gave her good tidings of Isaac and after Isaac, Jacob.
(Dan istrinya) yakni istri Nabi Ibrahim, yaitu Siti Sarah (berdiri) melayani mereka (lalu dia tersenyum) merasa gembira dengan akan dibinasakannya kaum Luth
(maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan menyusul sesudah) (Ishak Yakub) yaitu anak Nabi Ishak yang sempat melihat Nabi Ibrahim.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 71 |
Penjelasan ada di ayat 69
Surat Hud |11:72|
قَالَتْ يَا وَيْلَتَىٰ أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَٰذَا بَعْلِي شَيْخًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ
qoolat yaa wailataaa a alidu wa ana 'ajuuzuw wa haażaa ba'lii syaikhoo, inna haażaa lasyai`un 'ajiib
Dia (istrinya) berkata, "Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib."
She said, "Woe to me! Shall I give birth while I am an old woman and this, my husband, is an old man? Indeed, this is an amazing thing!"
(Istrinya berkata, "Sungguh mengherankan) lafal wailataa ini merupakan kalimat yang biasa diucapkan di kala seseorang melihat perkara yang besar.
Huruf ya yang ada padanya merupakan pergantian dari huruf alif (apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua)
aku berumur sembilan puluh sembilan tahun (dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula) Nabi Ibrahim pada saat itu berumur seratus atau seratus dua puluh tahun.
Lafal syaikhan dinashabkan karena menjadi hal, sedangkan amilnya adalah isim isyarah yaitu lafal haadzaa tadi. (Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang aneh") kedua pasangan yang sama-sama telah tua dapat mempunyai anak.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 72 |
Penjelasan ada di ayat 69
Surat Hud |11:73|
قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۖ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ ۚ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
qooluuu a ta'jabiina min amrillaahi roḥmatullohi wa barokaatuhuu 'alaikum ahlal-baiit, innahuu ḥamiidum majiid
Mereka (para malaikat) berkata, "Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih."
They said, "Are you amazed at the decree of Allah? May the mercy of Allah and His blessings be upon you, people of the house. Indeed, He is Praiseworthy and Honorable."
(Para malaikat itu berkata, "Apakah kamu merasa heran tentang perintah Allah) yakni kekuasaan-Nya (itu adalah rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kalian)
hai (ahlul bait) keluarga Nabi Ibrahim. (Sesungguhnya Allah Maha Terpuji) sangat terpuji (lagi Maha Pengasih") Maha Pengasih.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 73 |
Penjelasan ada di ayat 69
Surat Hud |11:74|
فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ الرَّوْعُ وَجَاءَتْهُ الْبُشْرَىٰ يُجَادِلُنَا فِي قَوْمِ لُوطٍ
fa lammaa żahaba 'an ibroohiimar-rou'u wa jaaa`at-hul-busyroo yujaadilunaa fii qoumi luuth
Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (para malaikat) Kami tentang kaum Lut.
And when the fright had left Abraham and the good tidings had reached him, he began to argue with Us concerning the people of Lot.
(Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim) perasaan takut telah lenyap dari hatinya (dan berita gembira telah datang kepadanya) yaitu memperoleh anak, mulailah
(dia pun bersoal jawab dengan Kami) yakni dengan malaikat-malaikat utusan Kami (tentang) mengenai perihal (kaum Luth).
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 74 |
Tafsir ayat 74-76
Allah Swt menceritakan perihal Ibrahim a.s., bahwa setelah rasa takutnya hilang terhadap para malaikat —karena mereka tidak mau menjamah makanan—dan setelah para malaikat itu
menyampaikan berita gembira kepadanya akan kelahiran seorang anak, serta mereka menceritakan kepadanya akan kebinasaan kaum Lut, maka Nabi Ibrahim berkata seperti apa yang diceritakan
oleh Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa ketika Jibril bersama teman-temannya datang kepada Nabi Ibrahim, mereka berkata kepadanya:
إِنَّا مُهْلِكُو أَهْلِ هَذِهِ الْقَرْيَةِ
Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk negeri (Sodom) ini. (Al-'Ankabut: 31)Maka Nabi Ibrahim berkata kepada mereka, "Apakah kalian akan menghancurkan suatu kota yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?"
Mereka menjawab, "Tidak." Ibrahim berkata, "Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang didalamnya terdapat dua ratus orang mukmin?" Mereka menjawab, "Tidak." Ibrahim berkata, "Apakah kalian akan menghancurkan
suatu kota yang di dalamnya terdapat empat puluh orang mukmin?" Mereka menjawab, "Tidak." Ibrahim berkata, "Tiga puluh orang mukmin?" Mereka menjawab, "Tidak," hingga sampai menyebut lima orang mukmin,
dan mereka menjawab, "Tidak." Ibrahim bertanya, "Bagaimanakah pendapat kalian jika di dalamnya terdapat seorang lelaki muslim, apakah kalian akan menghancurkan merekajuga?" Mereka menjawab, "Tidak." Maka pada saat itu juga
Ibrahim berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ فِيهَا لُوطًا قَالُوا نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَنْ فِيهَا لَنُنَجِّيَنَّهُ وَأَهْلَهُ إِلا امْرَأَتَهُ}
"Sesungguhnya di kota itu ada Lut.” Para malaikat berkata, "Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu. Kami sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya.” (Al-'Ankabut: 32), hingga akhir ayat.
Maka Ibrahim diam —tidak membantah mereka— dan hatinya tenang.Qatadah dan lain-lainnya telah mengatakan hal yang semisal dengan pendapat di atas. Ibnu Ishaq menambahkan, "Bagaimanakah pendapat kalian jika di dalam kota itu
terdapat seorang yang mukmin?" Mereka menjawab, "Tidak". Ibrahim berkata, "Jika di dalam kota itu terdapat Lut, berarti dia dapat menolak azab dari mereka." Para malaikat itu berkata: Kami lebih mengetahui siapa yang ada di kota itu.
(Al-'Ankabut: 32), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ}
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. (Hud: 75)Ayat ini memuji Nabi Ibrahim karena sifat-sifat baik yang dimilikinya. Tafsir mengenainya telah disebutkan jauh sebelum ini. Firman Allah Swt.:
يَا إِبْرَاهِيمُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا إِنَّهُ قَدْ جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ
Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu. (Hud: 76), hingga akhir ayat.Yakni sesungguhnya ketetapan Allah telah dilangsungkan terhadap mereka,
ketentuan perintah Tuhan telah berhak mereka terima untuk kebinasaan mereka, dan azab-Nya yang tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa.
Surat Hud |11:75|
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
inna ibroohiima laḥaliimun awwaahum muniib
Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati, dan suka kembali (kepada Allah).
Indeed, Abraham was forbearing, grieving and [frequently] returning [to Allah].
(Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar penyantun) sangat sabar (lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah) banyak istighfarnya
atau ia banyak mengucapkan kalimat innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uuna. Maka Nabi Ibrahim berkata kepada para malaikat itu, "Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya
terdapat tiga ratus orang beriman" Para malaikat menjawab, "Tidak." Ia kembali bertanya, "Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat dua ratus orang yang beriman
" Para malaikat menjawab, "Tidak." Ia bertanya lagi, "Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat empat puluh orang yang beriman.
" Para malaikat menjawab, "Tidak." Ia kembali bertanya, "Apakah kalian akan membinasakan suatu kota yang di dalamnya terdapat empat belas orang yang beriman
" Mereka menjawab, "Tidak." Nabi Ibrahim kembali bertanya, "Bagaimana pendapat kalian jika di dalam sebuah kota terdapat hanya seorang yang beriman" Mereka menjawab, "Tidak pula."
Maka Nabi Ibrahim berkata kepada mereka, "Sesungguhnya di dalam kota tersebut terdapat Nabi Luth." Mereka menjawab, "Kami lebih mengetahui tentang orang-orang beriman yang terdapat di dalamnya
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 75 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Hud |11:76|
يَا إِبْرَاهِيمُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۖ إِنَّهُ قَدْ جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَإِنَّهُمْ آتِيهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُودٍ
yaaa ibroohiimu a'ridh 'an haażaa, innahuu qod jaaa`a amru robbik, wa innahum aatiihim 'ażaabun ghoiru marduud
Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini, sungguh, ketetapan Tuhanmu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.
[The angels said], "O Abraham, give up this [plea]. Indeed, the command of your Lord has come, and indeed, there will reach them a punishment that cannot be repelled."
Maka tatkala Nabi Ibrahim berkepanjangan di dalam bertanya jawab dengan mereka, lalu mereka mengatakan: ("Hai Ibrahim! Tinggalkanlah soal jawab ini)
perbantahan ini (sesungguhnya telah datang ketetapan Rabbmu) untuk membinasakan mereka (dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.")
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 76 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Hud |11:77|
وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَٰذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ
wa lammaa jaaa`at rusulunaa luuthon siii`a bihim wa dhooqo bihim żar'aw wa qoola haażaa yaumun 'ashiib
Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (Lut) berkata, "Ini hari yang sangat sulit."
And when Our messengers, [the angels], came to Lot, he was anguished for them and felt for them great discomfort and said, "This is a trying day."
(Dan tatkala datang utusan-utusan Kami itu kepada Luth, dia merasa susah) merasa repot dengan kedatangan mereka itu (dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka)
mereka datang dalam rupa yang tampan menyamar sebagai tamu-tamu. Hal inilah yang membuat Nabi Luth merasa takut terhadap kaumnya
yang tentunya akan berlaku tidak senonoh terhadap tamu-tamunya ini (dan dia berkata, "Ini adalah hari yang amat berat.") hari yang sangat keras.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 77 |
Tafsir ayat 77-79
Allah Swt. menceritakan kisah datangnya utusan-utusan Allah yang terdiri atas kalangan para malaikat sesudah mereka memberitahu Nabi Ibrahim bahwa mereka akan membinasakan kaum Lut pada malam itu juga atas perintah dari Allah Swt.
Mereka berangkat dari rumah Nabi Ibrahim dan datang kepada Nabi Lut a.s. yang saat itu menurut suatu pendapat sedang berada di suatu tempat miliknya, sedangkan menurut pendapat lainnya sedang berada di rumahnya.
Mereka datang kepada Lut dalam rupa yang sangat tampan sebagai ujian dari Allah buat mereka, hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah dan alasan hal tersebut.Keadaan mereka yang tampan-tampan itu membuat Lut kerepotan
dan merasa sempit dadanya, serta dia merasa khawatir bila dia tidak menerima mereka sebagai tamu, pasti akan ada seseorang dari kaumnya yang mau menerima mereka sebagai tamunya, lalu ia akan berbuat buruk terhadap mereka.
{وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ}
dan Lut berkata, "Ini adalah hari yang amat sulit.” (Hud: 77)Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, yang dimaksud dengan 'asib ialah ujian yang sangat berat. Demikian itu karena Lut mengetahui bahwa
dia pasti harus membela mereka dari ulah kaumnya, dan tentu saja hal itu terasa amat berat baginya.Qatadah mengatakan bahwa mereka (para malaikat) itu datang kepada Lut yang saat itu sedang berada di suatu tempat miliknya,
lalu mereka bertamu kepadanya, tetapi Lut merasa malu kepada mereka. Lalu ia berjalan di hadapan mereka dan berkata kepada mereka di tengah jalan seperti orang yang berpaling dari mereka agar mereka pergi darinya, "Demi Allah,
hai kalian, aku belum pernah mengetahui di muka bumi ini suatu penduduk kota yang lebih kotor dan lebih jahat daripada mereka." Lalu Lut meneruskan jalannya dan kembali mengulangi perkataannya kepada mereka,
hingga ia mengulanginya sebanyak empat kali.Qatadah mengatakan bahwa mereka (para malaikat) itu diperintahkan agar jangan membinasakan kaum Lut sebelum dipersaksikan oleh Nabi mereka akan kejahatan kaumnya.
As-Saddi mengatakan bahwa para malaikat keluar dari rumah Ibrahim menuju ke kota kaum Lut. Mereka baru sampai di Sungai Sodom pada tengah harinya, dan mereka bersua dengan putri Nabi Lut yang saat itu sedang memberi minum ternak
gembalaannya. Maka mereka bertanya, "Hai gadis, apakah ayahmu ada rumah?" Putri Nabi Lut menjawab, "Tetaplah kalian di tempat, nanti aku akan datang lagi kepada kalian." Putri Nabi Lut sengaja memisahkan (menjauhkan) mereka
dari kaumnya, lalu ia datang kepada ayahnya dan berkata, "Hai ayah, susullah beberapa pemuda yang ada di pintu gerbang kota, aku belum pernah melihat wajah kaum yang setampan mereka, agar mereka tidak diculik oleh kaummu."
Sebelum itu kaum Nabi Lut melarang Nabi Lut menerima lelaki sebagai tamunya, tetapi akhirnya Lut berkata, "Biarlah, aku akan tetap menerima mereka sebagai tamuku." Lut datang menemui mereka dan tidak memberi tahu seorang pun
tentang kedatangan mereka kecuali hanya keluarganya.Tetapi istri Nabi Lut keluar dan memberitahukan kepada kaumnya akan kedatangan para tamu itu. Maka mereka bergegas datang menuju rumah Nabi Lut.Firman Allah Swt.:
{يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ}
dengan bergegas-gegas kepadanya. (Hud: 78)Artinya, mereka datang dengan berlari-lari kecil karena gembira mendengar berita tersebut. Firman Allah Swt.:
{وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ}
Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. (Hud: 78)Yakni hal tersebut telah menjadi tradisi dan kebiasaan mereka, sehingga pada akhirnya mereka diazab dalam keadaan seperti itu. Firman Allah Swt.:
{قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ}
Lut berkata, "Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian.' (Hud: 78)Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada kaum wanitanya, karena sesungguhnya kedudukan seorang nabi kepada umatnya
sama dengan orang tua kepada anaknya. Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada hal yang lebih bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan di dunia dan akhirat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ}
Mengapa kalian mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kalian tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhan kalian untuk kalian, bahkan kalian adalah orang-orang yang melampaui batas. (Asy-Syu'ara: 165-166)
{قَالُوا أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ}
Mereka berkata, "Dan bukankah kami telah melarang kalian dari (melindungi) manusia?” (Al-Hijr: 70)Dengan kata lain, kaum Lut berkata kepada Lut, "Bukankah kami telah melarangmu menerima laki-laki sebagai tamumu?"
{قَالَ هَؤُلاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ. لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ}
Lut berkata, "Inilah putri-putriku (kawinlah dengan mereka) jika kalian hendak berbuat (secara yang halal)." (Allah berfirman), "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)." (Al-Hijr: 71-72) Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ}
Inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian. (Hud: 78)Mujahid mengatakan bahwa mereka bukan putri-putrinya, melainkan kaum wanita dari kalangan umatnya, karena sesungguhnya setiap nabi adalah bapak umatnya.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.Ibnu Juraij mengatakan bahwa Lut menganjurkan mereka agar mengawini kaum wanitanya bukan sebagai tawaran secara sifah
(yakni untuk berbuat zina dengan mereka).Said ibnu Jubair mengatakan, yang dimaksud dengan anak-anak perempuan dalam ayat ini ialah kaum wanita dari kalangan umatnya, dan Nabi Lut selaku nabi mereka adalah sebagai ayahnya.
Dalam suatu qiraat disebutkan dengan bacaan berikut mengenai firman-Nya:
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ )وَهُوَ أَبٌ لَهُمْ(
Nabi haruslah lebih diutamakan oleh orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka, (sedangkan Nabi sendiri adalah bapak mereka). (Al-Ahzab: 6)
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, As-Saddi, Muhammad ibnu Ishaq, dan lain-lainnya. Firman Allah Swt.:
{فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي}
maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. (Hud: 78)Maksudnya, terimalah apa yang aku perintahkan kepada kalian, yaitu hanya mengawini kaum wanita saja.
{أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ}
Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal? (Hud: 78)Yakni seorang lelaki yang baik, yang mau menerima apa yang aku perintahkan dan meninggalkan apa yang aku larang.
{قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ}
Mereka menjawab, "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu.” (Hud: 79)Artinya, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai selera dan keinginan terhadap kaum wanita kami.
{وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ}
dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki. (Hud: 79)Dengan kata lain, kami tidak mempunyai keinginan kecuali terhadap kaum lelaki, dan kamu mengetahui hal tersebut,
maka tiada gunanya engkau mengulangi ucapan itu kepada kami.As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki (Hud: 79)
Sesungguhnya yang kami kehendaki hanyalah kaum laki-laki (bukan wanita).
Surat Hud |11:78|
وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ ۚ قَالَ يَا قَوْمِ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي ۖ أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
wa jaaa`ahuu qoumuhuu yuhro'uuna ilaiih, wa ming qoblu kaanuu ya'maluunas-sayyi`aat, qoola yaa qoumi haaa`ulaaa`i banatii hunna ath-haru lakum fattaqulloha wa laa tukhzuuni fii dhoifii, a laisa mingkum rojulur rosyiid
Dan kaumnya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Lut berkata, "Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?"
And his people came hastening to him, and before [this] they had been doing evil deeds. He said, "O my people, these are my daughters; they are purer for you. So fear Allah and do not disgrace me concerning my guests. Is there not among you a man of reason?"
(Datanglah kepadanya kaumnya) ketika mereka mengetahui tentang tamu-tamunya itu (dengan bergegas-gegas) dengan segera (menuju kepadanya. Dan sejak dahulu)
sebelum kedatangan para tetamu itu (mereka selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan keji) yaitu menyetubuhi anus laki-laki. (Ia pernah berkata,) yakni Nabi Luth (
"Hai kaumku! Inilah putri-putriku) maka kawinilah mereka (mereka lebih suci bagi kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian membuat malu)
mempermalukan diriku (terhadap tamuku ini) tamu-tamu ini. (Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal") yang memerintahkan kalian berbuat kebajikan dan melarang kalian melakukan perbuatan yang mungkar.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 78 |
Penjelasan ada di ayat 77
Surat Hud |11:79|
قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ
qooluu laqod 'alimta maa lanaa fii banaatika min ḥaqq, wa innaka lata'lamu maa nuriid
Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu, dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami kehendaki."
They said, "You have already known that we have not concerning your daughters any claim, and indeed, you know what we want."
(Mereka menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami tak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu itu) kami tidak membutuhkannya
(dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sekiranya kami kehendaki.") yaitu suka menyetubuhi anus laki-laki.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 79 |
Penjelasan ada di ayat 77
Surat Hud |11:80|
قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَىٰ رُكْنٍ شَدِيدٍ
qoola lau anna lii bikum quwwatan au aawiii ilaa ruknin syadiid
Dia (Lut) berkata, "Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau aku dapat berlindung kepada Allah Yang Maha Kuat (tentu aku lakukan)."
He said, "If only I had against you some power or could take refuge in a strong support."
(Luth berkata, "Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolak kalian) mempunyai kemampuan untuk menolak keinginan kalian (atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat")
yakni keluarga yang mau menolongku, tentu aku akan menghajar kalian atas kekurangajaran kalian itu. Maka tatkala para malaikat itu melihat hal tersebut, lalu mereka mengatakan:
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 80 |
Tafsir ayat 80-81
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Nabi Lut a.s., bahwa sesungguhnya Lut mengancam mereka melalui ucapannya yang disitir oleh firman Allah Swt.:
لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً
Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolak kalian. (Hud: 80), hingga akhir ayat.Yakni niscaya aku akan menghajar kalian dan melakukan berbagai macam upaya untuk mencegah kalian dengan diriku sendiri dan keluargaku.
Karena itulah di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى لُوطٍ، لَقَدْ كَانَ يَأْوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ -يَعْنِي: اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ -فَمَا بَعَثَ اللَّهُ بَعْدَهُ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا فِي ثَرْوَةٍ مِنْ قَوْمِهِ"
Rahmat Allah terlimpahkan kepada Lut, sesungguhnya dia telah berlindung di bawah naungan pilar yang kuat, yakni Allah Swt. Maka tidak sekali-kali Allah mengutus seorang nabi sesudahnya, melainkan berasal dari kalangan terhormat kaumnya.
Maka pada saat itu juga para malaikat utusan Allah menceritakan kepada Lut tentang hakikat jati diri mereka, bahwa mereka adalah utusan Allah yang ditujukan kepadanya dan mereka tidak akan mempunyai kekuatan untuk menimpakan
mudarat kepadanya.
{قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ}
Para utusan (malaikat) berkata, "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.” (Hud: 81)Para malaikat itu pun memerintahkan Lut
agar pergi meninggalkan kota itu bersama keluarganya di akhir malam, dan hendaknya Lut berjalan di belakang keluarganya, yakni menggiring mereka.
{وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ}
dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang menoleh ke belakang. (Hud: 81) Yakni apabila kamu mendengar suara azab yang menimpa kaummu, janganlah kamu terkejut dan takut dengan suara yang menggetarkan itu; tetapi tetaplah berjalan terus, jangan hiraukan mereka.
{إِلا امْرَأَتَكَ}
kecuali istrimu. (Hud: 81)Kebanyakan ulama tafsir menilai istisna ini dari kalimat yang musbat, yakni kalimat yang dikecualikannya adalah kalimat positif, yaitu firman-Nya:
{فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ}
Sebab itu pergilah dengan membawa keluargamu. (Hud: 81)Dengan kata lain, pergilah dengan membawa keluargamu dan pengikut-pengikutmu kecuali istrimu. Hal yang sama disebutkan menurut qiraat Ibnu Mas'ud.
Mereka me-nasab-kan lafaz imra-ah. karena —menurut mereka— istisna dari kalimat yang musbat itu hukumnya wajib di-nasab-kan.Ulama qiraat lainnya dan ulama nahwu mengatakan bahwa istisna ini berasal dari firman-Nya:
{وَلا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلا امْرَأَتَكَ}
dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang menoleh kecuali istrimu. (Hud: 81)Karena itulah mereka memperbolehkan bacaan rafa dan nasab. Mereka menyebutkan pula bahwa istri Nabi Lut berangkat bersama rombongan Nabi Lut.
Tetapi ketika mendengar suara gemuruh, istri Nabi Lut menoleh ke belakang. Maka ia menjerit seraya berkata, "Aduhai kaumku!" Lalu datanglah sebuah batu besar dari langit menimpanya, sehingga matilah ia.Kemudian para utusan itu
mempercepat kebinasaan kaumnya, sebagai berita gembira untuknya, karena ia berkata kepada mereka, "Binasakanlah mereka saat sekarang juga." Maka mereka (para utusan) itu berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ}
karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat? (Hud: 81)Saat itu juga kaum Lut berdiri di depan pintu rumahnya, menunggu. Mereka datang ke rumah Nabi Lut
dengan bergegas-gegas dari semua penjuru, sedangkan Nabi Lut berdiri di depan pintu, menolak mereka dan melarang serta mengusir mereka agar tidak melakukan kebiasaannya terhadap tamu-tamunya itu. Tetapi sebaliknya
kaum Lut tidak mau menerima perlakuan itu, bahkan mereka mengancam dan menekannya. Maka pada saat itu . Jibril keluar menghadapi mereka dan memukul wajah mereka dengan sayapnya, sehingga wajah mereka penuh dengan debu,
lalu mereka pergi tanpa mengetahui jalan yang ditempuhnya. Hal ini diterangkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ
Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (Al-Qamar: 37)Ma'mar telah meriwayatkan
dari Qatadah, dari Huzaifah ibnul Yaman yang mengatakan bahwa Ibrahim a.s. sering datang kepada kaum Lut dan mengatakan kepada mereka, "Allah telah melarang kalian melakukan perbuatan yang menyebabkan kalian
akan tertimpa siksa dan azab-Nya." Tetapi mereka tidak menaatinya. Ketika ketetapan Allah telah tiba, maka para malaikat datang kepada Nabi Lut yang saat itu sedang bekerja di lahan miliknya, lalu Lut mengundang mereka
untuk bertamu kepadanya. Maka mereka menjawab, "Kami akan menjadi tamu-tamumu malam ini." Allah telah memerintahkan kepada Malaikat Jibril, bahwa janganlah ia mengazab mereka sebelum Lut mempersaksikan mereka
sebanyak empat kali persaksian. Ketika Lut berangkat bersama mereka ke rumahnya untuk menerima mereka sebagai tamunya, maka Lut menceritakan kejahatan yang dilakukan oleh kaumnya. Lut berjalan sesaat dengan mereka,
lalu ia menoleh kepada mereka dan berkata, "Tidakkah kalian mengetahui apa yang dilakukan oleh penduduk kota ini? Aku belum pernah mengetahui di muka bumi ini manusia yang lebih jahat daripada mereka.
Ke manakah aku akan membawa kalian pergi? Kepada kaumku? Mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk Allah." Jibril menoleh kepada malaikat lainnya seraya berkata, "Catatlah oleh kalian, ini adalah persaksian pertama.
Kemudian Nabi Lut berjalan sesaat lagi bersama mereka; dan ketika sampai ditengah kota, Nabi Lut merasa khawatir akan keselamatan mereka dan merasa malu kepada mereka. Lalu ia berkata, "Tidakkah kalian ketahui apa yang biasa dilakukan
oleh penduduk kota ini? Aku belum pernah mengetahui ada manusia yang lebih jahat daripada mereka di muka bumi ini. Sesungguhnya kaumku adalah manusia yang paling jahat." Jibril menoleh kepada malaikat lainnya dan berkata,
"Catatlah oleh kalian kedua persaksian ini." Ketika Lut sampai di depan pintu rumahnya, ia menangis karena malu kepada mereka dan sekaligus merasa khawatir akan keselamatan mereka. Lalu ia berkata, "Sesungguhnya kaumku
adalah makhluk yang paling jahat. Tidakkah kalian tahu apa yang biasa dilakukan oleh penduduk kota ini. Aku belum pernah mengetahui suatu penduduk kota pun di muka bumi ini yang lebih jahat daripada mereka." Maka Jibril berkata,
"Catatlah oleh kalian ketiga persaksian ini, kini azab pasti diturunkan." Setelah mereka masuk ke dalam rumah, ternyata istri Nabi Lut yang sudah berusia lanjut lagi berhati buruk itu pergi dan naik ke atas rumah, ia mengibarkan pakaiannya
sebagai isyarat yang ditujukan kepada kaumnya. Maka orang-orang fasik berlomba-lomba datang dengan cepat menuju ke arahnya, lalu bertanya, "Apakah yang telah terjadi denganmu?" Istri Lut berkata, "Lut telah menerima suatu kaum
sebagai tamunya, aku belum pernah melihat wajah yang setampan mereka dan belum pernah mencium bau yang sewangi bau mereka." Maka mereka bersegera menuju pintu rumah Nabi Lut, lalu Nabi Lut menutup pintu rumahnya
dan menahan mereka dari dalam, sedangkan mereka mendorong pintu dari luar. Dalam keadaan demikian Nabi Lut mengingatkan mereka kepada Allah seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Inilah putri-putriku,
mereka lebih suci bagi kalian. (Hud: 78) Maka Malaikat Jibril bangkit dan menyumbat pintu itu, lalu ia meminta izin kepada Tuhannya untuk menyiksa mereka, maka Allah mengizinkannya. Lalu Jibril bangkit
dan berubah ujud seperti aslinya di langit, kemudian membeberkan kedua sayapnya. Jibril mempunyai dua buah sayap, dan pada sayapnya terdapat kain selendang yang terbuat dari mutiara yang dianyam.
Malaikat Jibril mempunyai gigi seri yang berkilauan, keningnya lebar lagi bercahaya sedangkan (rambut) kepalanya ikal bergelombang berwarna mutiara yang sangat putih seperti salju, dan kedua kakinya berwarna kehijau-hijauan.
Lalu ia berkata, "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.” (Hud: 81) Pergilah kamu, hai Lut, menjauhlah dari pintu itu dan biarkanlah aku menghadapi mereka.
Maka Lut menjauh dari pintu, lalu Malaikat Jibril keluar menghadapi mereka dan merentangkan sayapnya; ia pukul wajah mereka dengan sayapnya dengan pukulan yang membuat mata mereka tidak dapat melihat,
sehingga mereka menjadi buta, tidak dapat melihat jalan. Kemudian Lut diperintahkan untuk pergi bersama keluarganya pada malam itu juga: Sebab itu, pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam. (Hud: 81)
Telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b, Qatadah, dan As-Saddi hal yang semisal dengan keterangan di atas.
Surat Hud |11:81|
قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
qooluu yaa luuthu innaa rusulu robbika lay yashiluuu ilaika fa asri bi`ahlika biqith'im minal-laili wa laa yaltafit mingkum aḥadun illamro`atak, innahuu mushiibuhaa maaa ashoobahum, inna mau'idahumush-shub-h, a laisash-shub-ḥu biqoriib
Mereka (para malaikat) berkata, "Wahai Lut! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah bersama keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?"
The angels said, "O Lot, indeed we are messengers of your Lord; [therefore], they will never reach you. So set out with your family during a portion of the night and let not any among you look back - except your wife; indeed, she will be struck by that which strikes them. Indeed, their appointment is [for] the morning. Is not the morning near?"
(Para utusan itu berkata, "Hai Luth! Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabbmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu) dengan berlaku jahat terhadap dirimu
(sebab itu bawalah pergi keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir) pada bagian yang terakhir dari (malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal)
supaya ia tidak melihat kengerian azab yang menimpa mereka (kecuali istrimu) dengan dibaca rafa`, yaitu imra-atuka, berkedudukan menjadi badal dari lafal ahadin.
Menurut qiraat lain dibaca nashab, yaitu imra-ataka, berkedudukan menjadi istitsna dari lafal al-ahl. Artinya janganlah engkau membawa pergi dia.
(Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa Nabi Luth tidak membawa istrinya pergi.
Akan tetapi menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa Nabi Luth membawanya pergi. Hanya saja ia menoleh ke belakang seraya mengatakan, 'Aduh kaumku!' Lalu ia ditimpa oleh batu besar
sehingga matilah dia." Nabi Luth bertanya kepada utusan tentang waktu pembinasaan kaumnya, maka para utusan itu berkata. ("Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh)
Nabi Luth meminta, 'Aku minta supaya lebih disegerakan lagi.' Mereka menjawab ('Bukankah subuh itu sudah dekat'")
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 81 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat Hud |11:82|
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
fa lammaa jaaa`a amrunaa ja'alnaa 'aaliyahaa saafilahaa wa amthornaa 'alaihaa ḥijaarotam min sijjiilim mandhuud
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkir-balikkan negeri kaum Lut, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar,
So when Our command came, We made the highest part [of the city] its lowest and rained upon them stones of layered hard clay, [which were]
(Maka tatkala datang perintah Kami) untuk membinasakan mereka (Kami jadikan bagian atas) dari negeri kaum Luth (ke bawah)
artinya malaikat Jibril mengangkat negeri mereka ke atas kemudian menjatuhkannya ke bumi dalam keadaan terbalik (dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar)
yaitu lumpur yang panas membara (dengan bertubi-tubi) secara terus-menerus.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 82 |
Tafsir ayat 82-83
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا}
Maka tatkala datang azab Kami. (Hud: 82) Hal itu terjadi di saat matahari terbit.
{جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا}
Kami jadikan negeri kaum Lut yang bagian atasnya ke bawah (Kami balikkan). (Hud: 82)Yang dimaksud adalah kota Sodom, sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى
lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 54)Artinya, Kami hujani kota itu dengan batu dari tanah liat. Lafaz sijjil menurut bahasa Persia berarti 'batu dari tanah liat', menurut Ibnu Abbas
dan lain-lainnya. Menurut sebagian ulama adalah dari batu dan tanah liat. Di dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{حِجَارَةً مِنْ طِينٍ}
batu-batu dari tanah yang (keras). (Adz-Dzariyat: 33)Yakni yang telah mengeras jadi batu sehingga kuat. Sebagian ulama mengatakan tanah liat yang dibakar. Imam Bukhari mengatakan bahwa sijjil artinya
yang kuat lagi besar. Sijjil dan sijjin mempunyai makna yang sama. Tamim ibnu Muqbil mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
وَرَجْلَةٍ يَضْربُون البَيْضَ ضَاحِيةٌ ... ضَرْبًا تواصَت بِهِ الْأَبْطَالُ سِجّينا
Dan mereka memukulkan pelana untanya ke pedang yang dibawanya dengan pukulan yang membuat pedang itu menjadi keras dan kuat serta pantas dipakai oleh para pendekar.Firman Allah Swt.:
{مَنْضُودٍ}
dengan bertubi-tubi. (Hud: 82)Sebagian ulama mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang dibakar di langit, yakni yang disediakan khusus untuk itu. Ulama lainnya mengatakan, makna mandud ialah yang diturunkan secara bertubi-tubi kepada mereka.Firman Allah Swt.:
{مُسَوَّمَةً}
yang diberi tanda. (Hud: 83)Maksudnya, pada tiap-tiap batu itu diberi tanda cap nama-nama pemiliknya. Dengan kata lain, setiap batu tertuliskan nama orang yang akan ditimpa olehnya.Qatadah dan Ikrimah mengatakan
sehubungan dengan firman-Nya: yang diberi tanda. (Hud: 83) yang dilumuri dengan cairan racun berwarna merah. Menurut suatu riwayat, batu-batu itu diturunkan kepada penduduk kota tersebut, juga kepada penduduk kota itu
yang tersebar di berbagai kampung yang ada di sekitarnya. Ketika salah seorang penduduk kota itu sedang berbicara dengan orang-orang banyak, tiba-tiba datanglah batu dari langit menimpanya, maka ia pun roboh dan binasa
di hadapan orang banyak. Batu-batu tersebut mengejar mereka di seluruh negeri, lalu membinasakannya hingga ke akar-akarnya tanpa ada seorang pun yang tersisa.Mujahid mengatakan bahwa Jibril mengambil kaum Lut
dari tempat-tempat penggembalaan ternak dan rumah-rumah mereka, lalu mengangkat mereka bersama ternak dan harta benda mereka. Jibril mengangkat mereka ke atas langit, sehingga penduduk langit dapat mendengar
lolongan anjing mereka, kemudian mereka dijungkirkan ke tanah. Jibril mengangkat mereka dengan sayap kanannya, dan tatkala Jibril menjungkirkannya ke bumi, maka bagian yang mula-mula terjatuh adalah bagian halaman (pinggiran) kota itu.
Qatadah mengatakan, telah sampai kepada kami bahwa Jibril mengambil pilar tengah kota tersebut, lalu menerbangkannya ke langit sehingga penduduk langit dapat mendengar lolongan anjing mereka, setelah itu Jibril menghancurkan
sebagian darinya dengan sebagian yang lain. Kemudian sisa-sisa penduduk kota itu dikejar dengan batu-batu besar yang dijatuhkan dari langit.Diceritakan pula kepada kami bahwa mereka mendiami empat kota,
pada tiap-tiap kota terdapat seratus ribu penduduk. Menurut riwayat lain adalah tiga kota besar, antara lain kota Sodom.Qatadah mengatakan, telah sampai suatu riwayat kepada kami bahwa Ibrahim a.s. menyaksikan
penghancuran kota Sodom itu dan ia mengatakan, "Hai penduduk Sodom, ini adalah hari kehancuran kalian!"Menurut riwayat yang lain —dari Qatadah dan lain-lainnya—telah sampai kepada kami suatu kisah yang mengatakan bahwa
ketika Jibril a.s. berada di pagi hari itu, ia membeberkan sayapnya. Maka beterbanganlah karenanya tanah mereka berikut isinya yang terdiri atas gedung-gedung-nya, semua hewan ternaknya, batu-batuan, dan pepohonannya.
Lalu Jibril a.s. menggenggamnya dengan sayapnya dan mengepitnya di dalam sayapnya. Lalu ia terbang ke langit pertama sehingga penduduk langit mendengar suara manusia dan lolongan anjingnya;
jumlah penduduk kota itu adalah empat juta jiwa. Kemudian Jibril a.s. membalikkannya dan menjatuhkannya ke tanah dalam keadaan terjungkir, lalu ia menghancurkan sebagiannya dengan sebagian yang lain.
Bagian atas kota itu dibalikkan ke bawah, lalu diiringi dengan hujan batu dari tanah yang terbakar.Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa kota-kota kaum Lut ada lima buah, yaitu: Sodom yang merupakan kota terbesar,
lalu Sa'bah, Su'ud, Gomorah, dan Dauha. Jibril mengangkatnya dengan sayapnya dan membawanya ke langit, sehingga penduduk langit benar-benar dapat mendengar lolongan anjing serta kokokan ayam mereka,
lalu membalikkannya ke bumi dalam keadaan terjungkir, setelah itu Allah mengiringinya dengan hujan batu.Allah Swt. telah berfirman:
{جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ}
Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar. (Hud: 82)Allah membinasakan kota itu, dan semua kota yang ada di sekitarnya dimusnahkan.
{وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى}
dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah (An- Najm: 53)Dan siapa di antara mereka yang masih belum mati sesudah negeri mereka dijatuhkan ke bumi, maka Allah menghujaninya dengan batu-batuan sehingga matilah ia.
Barang siapa di antara mereka melarikan diri ke negeri lain, maka batu-batuan itu mengejarnya ke tempat ia berada. Tersebutlah seseorang yang sedang asyik berbicara, maka dengan tiba-tiba batu itu menimpanya dan membunuhnya.
Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ}
dan Kami hujani mereka. (Hud: 82)Yakni di kota-kota itu dengan batu dari tanah yang terbakar. Demikianlah menurut riwayat As-Saddi. Firman Allah Swt.
{وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ}
dan negeri itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud: 83)Artinya, azab dan pembalasan Allah itu tidaklah jauh dari orang-orang yang serupa dengan mereka dalam kezalimannya.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan di dalam kitab-kitab Sunan —dari Ibnu Abbas secara marfu— disebutkan:
" مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعَمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ"
Barang siapa yang kalian jumpai sedang mengerjakan perbuatan kaum Lut, maka bunuhlah pelaku dan orang yang dikerjainya.Imam Syafi’i —menurut suatu pendapat yang bersumber darinya— dan sejumlah ulama mengatakan
bahwa orang yang melakukan perbuatan kaum Lut harus dibunuh, baik dia telah muhsan ataupun belum muhsan, karena berdasarkan hadis di atas.Lain halnya dengan Imam Abu Hanifah, ia berpendapat bahwa si pelaku dijatuhkan
dari tempat yang tinggi (dari ketinggian), kemudian diiringi dengan lemparan batu, seperti yang dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum Lut.
Surat Hud |11:83|
مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ ۖ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
musawwamatan 'inda robbik, wa maa hiya minazh-zhoolimiina biba'iid
yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.
Marked from your Lord. And Allah 's punishment is not from the wrongdoers [very] far.
(Yang diberi tanda) telah ditandai masing-masing tanah yang membara itu dengan nama orang yang dikenainya (oleh Rabbmu) menjadi zharaf bagi lafal mu`allamatan
(dan hal itu) makna yang diisyaratkan di sini adalah azab yang berupa batu itu atau negeri mereka (dari orang-orang yang lalim) artinya penduduk Mekah (tidak jauh).
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 83 |
Penjelasan ada di ayat 82
Surat Hud |11:84|
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ
wa ilaa madyana akhoohum syu'aibaa, qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, wa laa tangqushul-mikyaala wal-miizaana inniii arookum bikhoiriw wa inniii akhoofu 'alaikum 'ażaaba yaumim muḥiith
Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu´aib. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (makmur). Dan sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab pada hari yang membinasakan (kiamat).
And to Madyan [We sent] their brother Shu'ayb. He said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him. And do not decrease from the measure and the scale. Indeed, I see you in prosperity, but indeed, I fear for you the punishment of an all-encompassing Day.
(Dan) Kami utus (kepada penduduk Madyan saudara mereka Syuaib. Ia berkata, "Hai kaumku! Sembahlah Allah) tauhidkanlah Dia
(sekali-kali tiada Tuhan bagi kalian selain Dia. Dan janganlah kalian kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kalian dalam keadaan yang baik)
kalian hidup dalam keadaan yang menyenangkan sehingga kalian tidak perlu melakukan pengurangan takaran dan timbangan (dan sesungguhnya aku) (khawatir terhadap kalian)
jika kalian tidak mau beriman (akan azab hari yang membinasakan") hari yang meliputi kalian dengan kebinasaan. Lafal yaum disifati dengan lafal muhith
mengandung pengertian majaz, karena terjadinya azab itu pada hari tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 84 |
Allah Swt. menyebutkan, "Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada penduduk kota Madyan yang penghuninya terdiri atas suatu kabilah dari kalangan bangsa Arab. Mereka tinggal di kawasan antara Hijaz dan Syam,
dekat dengan Ma'an, suatu kota yang dikenal dengan nama mereka; kota tersebut dijuluki dengan sebutan kota Madyan."Allah mengutus Nabi Syu'aib kepada mereka. Nabi Syu'aib berasal dari keturunan orang yang terhormat
di kalangan mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{أَخَاهُمْ شُعَيْبًا}
saudara mereka Syu’aib. (Hud: 84)Nabi Syu'aib memerintahkan mereka untuk menyembah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Nabi Syu'aib pun melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan mereka.
{إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ }
sesungguhnya aku melihat kalian dalam keadaan yang baik (mampu). (Hud: 84)Yakni penghidupan dan rezeki kalian dalam keadaan baik-baik saja, dan sesungguhnya aku takut bila kenikmatan yang ada pada kalian itu dicabut dari kalian karena kalian mengerjakan hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt.
{وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ}
dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kalian akan azab hari yang membinasakan (kiamat). (Hud: 84)Maksudnya, di hari akhirat nanti.
Surat Hud |11:85|
وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
wa yaa qoumi auful-mikyaala wal-miizaana bil-qisthi wa laa tabkhosun-naasa asy-yaaa`ahum wa laa ta'ṡau fil-ardhi mufsidiin
Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di Bumi dengan berbuat kerusakan.
And O my people, give full measure and weight in justice and do not deprive the people of their due and do not commit abuse on the earth, spreading corruption.
(Dan Syuaib berkata, "Hai kaumku!) (Cukupkanlah takaran dan timbungan) sempurnakanlah keduanya (dengan adil) secara tetap (dan janganlah kalian merugikan manusia terhadap hak-hak mereka)
janganlah kalian mengurangi hak-hak mereka sedikit pun (dan janganlah kalian membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan) dengan melakukan pembunuhan dan kejahatan lainnya.
Lafal ta'tsau berasal dari fi'il madhi `atsiya, artinya mengadakan kerusakan. Sedangkan lafal mufsidiina berkedudukan menjadi hal atau keterangan yang mengukuhkan makna amilnya yaitu ta'tsau.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 85 |
Tafsir ayat 85-86
Pada mulanya Nabi Syu'aib melarang mereka melakukan perbuatan mengurangi takaran dan timbangan bila mereka memberikan hak orang lain. Kemudian Nabi Syu'aib memerintahkan mereka agar mencukupkan takaran
dan timbangan secara adil, baik di saat mereka mengambil ataupun memberi. Nabi Syu'aib juga melarang mereka bersikap angkara murka di muka bumi dengan menimbulkan kerusakan. Mereka gemar merampok orang-orang yang melewati
tempat tinggal mereka dan membegalnya.Firman Allah Swt.:
{بَقِيَّةُ اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ}
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kalian. (Hud: 86)Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah 'rezeki Allah adalah lebih baik bagi kalian'. Menurut Al-Hasan, rezeki Allah lebih baik bagi kalian
daripada kalian mengurangi takaran dan timbangan terhadap orang lain. Menurut Ar-Rabi' ibnu Anas, perintah Allah lebih baik bagi kalian.Menurut Mujahid, taat kepada Allah adalah lebih baik bagi kalian. Menurut Qatadah,
bagian kalian dari Allah adalah lebih baik bagi kalian. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah 'kebinasaan karena mendapat azab, dan kelestarian karena mendapat rahmat'.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kalian. (Hud: 86) Maksudnya, keuntungan yang kalian peroleh setelah kalian memenuhi takaran
dan timbangan secara semestinya adalah lebih baik bagi kalian daripada mengambil harta orang lain. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa hal ini telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas.Menurut kami, ayat ini semakna dengan ayat lain
yang disebutkan melalui firman-Nya:
{قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ}
Katakanlah, "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Al-Maidah: 100), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ}
Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kalian. (Hud: 86)Yakni bukanlah sebagai pengawas, bukan pula sebagai penjaga. Dengan kata lain, kerjakanlah hal tersebut karena Allah Swt. Janganlah kalian melakukannya agar dilihat oleh orang lain, tetapi ikhlaslah karena Allah Swt.
Surat Hud |11:86|
بَقِيَّتُ اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ۚ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
baqiyyatullohi khoirul lakum ing kuntum mu`miniin, wa maaa ana 'alaikum biḥafiizh
Sisa (yang halal) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu."
What remains [lawful] from Allah is best for you, if you would be believers. But I am not a guardian over you."
(Sisa keuntungan dari Allah) yaitu rezeki yang masih tersisa bagi kalian sesudah kalian mencukupkan takaran dan timbangan (adalah lebih baik bagi kalian)
daripada perbuatan mengurangi takaran dan timbangan (jika kalian orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas diri kalian.")
aku bukanlah pengawas yang membalas kalian terhadap amal perbuatan kalian, akan tetapi sesungguhnya aku adalah orang yang diutus bagi kalian sebagai pembawa peringatan.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 86 |
Penjelasan ada di ayat 85
Surat Hud |11:87|
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ ۖ إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ
qooluu yaa syu'aibu a sholaatuka ta`muruka an natruka maa ya'budu aabaaa`unaaa au an naf'ala fiii amwaalinaa maa nasyaaa`, innaka la`antal-ḥaliimur-rosyiid
Mereka berkata, "Wahai Syu´aib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai."
They said, "O Shu'ayb, does your prayer command you that we should leave what our fathers worship or not do with our wealth what we please? Indeed, you are the forbearing, the discerning!"
(Mereka berkata) kepada Nabi Syuaib dengan nada mengejek ("Hai Syuaib! Apakah sholatmu menyuruhmu) membebankan kepadamu (agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami)
yaitu berhala-berhala (atau) melarang kami (mencegah kami melakukan apa yang kami kehendaki tentang harta kami) maksudnya hal ini tidak benar sama sekali,
tidak ada seorang pun yang menyeru kepada kebaikan. (Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.") mereka mengatakan demikian dengan nada mengejek dan mencemoohkan Nabi Syuaib.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 87 |
Mereka menjawab Syu'aib dengan nada memperolok-olok, semoga Allah melaknat mereka.
{أَصَلاتُكَ}
Apakah sembahyangmu. (Hud: 87) Menurut Al-A'masy, makna yang dimaksud ialah apakah kitab bacaanmu.
{تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا}
menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami. (Hud: 87)Yakni berhala-berhala dan patung-patung.
{أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ}
atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. (Hud: 87)Lalu kami tidak lagi melakukan kecurangan dalam takaran hanya karena ucapanmu. Yang dimaksud adalah harta kami,
kami berbuat menurut apa yang kami kehendaki.Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan firman-Nya : Apakah sembahyangmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? (Hud: 87)
Yakni demi Allah, sesungguhnya salat Syu'aib benar-benar memerintahkan kepada mereka agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka.As-Sauri mengatakan sehubungan firman-Nya:
atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. (Hud: 87) Yang-mereka maksudkan ialah zakat.
{إِنَّكَ لأنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ}
Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal (Hud: 87)Ibnu Abbas, Maimun ibnu Mahran, Ibnu Juraij, Aslam, dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa mereka mengucapkan kalimat tersebut kepada Nabi Syu'aib
dengan nada memperolok-olok. Mereka adalah musuh Allah, semoga Allah melaknat mereka, dan memang laknat Allah menimpa mereka.
Surat Hud |11:88|
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
qoola yaa qoumi a ro`aitum ing kuntu 'alaa bayyinatim mir robbii wa rozaqonii min-hu rizqon ḥasanaw wa maaa uriidu an ukhoolifakum ilaa maaa an-haakum 'an-h, in uriidu illal-ishlaaḥa mastatho't, wa maa taufiiqiii illaa billaah, 'alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib
Dia (Syu´aib) berkata, "Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.
He said, "O my people, have you considered: if I am upon clear evidence from my Lord and He has provided me with a good provision from Him...? And I do not intend to differ from you in that which I have forbidden you; I only intend reform as much as I am able. And my success is not but through Allah. Upon him I have relied, and to Him I return.
(Syuaib berkata, "Bagaimana pikiran kalian jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik)
rezeki yang halal lalu apakah patut jika aku mencampurinya dengan barang yang haram hasil mengurangi takaran dan timbangan (Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian)
melakukan (apa yang aku larang kalian daripadanya) kemudian aku mengerjakannya. (Aku tidak) aku tiada (bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan) bagi kalian supaya menegakkan keadilan
(selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku) berkemampuan untuk melakukan hal tersebut dan perkara ketaatan lainnya
(melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.") mengembalikan semua perkara.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 88 |
Nabi Syu'aib berkata kepada kaumnya: Hai kaumku, bagaimanakah pendapat kalian:
{إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي}
jika aku mempunyai bukti dari Tuhanku. (Hud: 88)Yakni jika aku berada dalam pengetahuan yang meyakinkan tentang hal yang aku serukan (kepada kalian):
{وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا}
dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik. (Hud: 88)Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan rezeki dalam ayat ini ialah kenabian. Menurut pendapat lainnya adalah rezeki yang halal; ke dua-duanya dapat dipakai.
As-Sauri mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. (Hud: 88) Artinya, aku tidak melarang kalian melakukan sesuatu,
lalu aku sendiri melakukannya bila tidak kelihatan oleh kalian. Hal yang sama telah di katakan oleh Qatadah sehubungan dengan takwil firman-Nya berikut ini: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan)
apa yang aku larang kalian darinya. (Hud: 88) Maksudnya, tidaklah aku larang kalian dari suatu perkara, lalu aku sendiri mengerjakannya:
{إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ}
Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. (Hud: 88)Yakni dalam amar ma'ruf dan nahi munkar-ku kepada kalian. Sesungguhnya aku hanya bermaksud memperbaiki keadaan kalian semampuku dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada padaku.
{وَمَا تَوْفِيقِي}
Dan tidak ada taufik bagiku. (Hud: 88) Yaitu dalam memperoleh kebenaran yang aku maksudkan.
{إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ}
melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal. (Hud: 88)dalam semua urusanku.
{وَإِلَيْهِ أُنِيبُ}
dan hanya kepada-Nyalah aku kembali. (Hud: 88)Yakni aku akan dikembalikan. Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Mujahid.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو قَزْعَةَ سُوَيد بْنُ حُجَير الْبَاهِلِيُّ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّ أَخَاهُ مَالِكًا قَالَ: يَا مُعَاوِيَةُ، إِنْ مُحَمَّدًا أَخَذَ جِيرَانِي، فانطَلق إِلَيْهِ، فَإِنَّهُ قَدْ كَلَّمَكَ وَعَرَفَكَ، فَانْطَلَقْتُ مَعَهُ فَقَالَ: دَعْ لِي جِيرَانِي، فَقَدْ كَانُوا أَسْلَمُوا. فَأَعْرَضَ عَنْهُ. [فَقَامَ مُتَمَعطًا] فَقَالَ: أَمَا وَاللَّهِ لَئِنْ فَعلتَ إِنَّ النَّاسَ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ تَأْمُرُ بِالْأَمْرِ وَتُخَالِفُ إِلَى غَيْرِهِ. وَجَعَلْتُ أَجُرُّهُ وَهُوَ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَا تَقُولُ؟ " فَقَالَ: إِنَّكَ وَاللَّهِ لَئِنْ فَعَلْتَ ذَلِكَ. إِنَّ النَّاسَ لَيَزْعُمُونَ أَنَّكَ لَتَأْمُرُ بالأمر وتخالف إلى غيره. قال: فقال: "أوَ قد قالوها -أو قائلهم -وَلَئِنْ فَعَلْتُ ذَلِكَ مَا ذَاكَ إِلَّا عَلَيَّ، وَمَا عَلَيْهِمْ مِنْ ذَلِكَ مِنْ شَيْءٍ، أَرْسِلُوا لَهُ جِيرَانَهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abu Quza'ah (yakni Suwaid ibnu Hujair Al-Bahili), dari Hakim ibnu Mu'awiyah,
dari ayahnya, bahwa saudaranya yang bernama Malik berkata, "Hai Mu'awiyah, sesungguhnya Muhammad telah menahan tetangga-tetanggaku. Maka berangkatlah engkau kepadanya karena sesungguhnya dia pernah berbicara denganmu
dan dia mengenalmu." Maka aku (Malik) berangkat bersamanya (Mu'awiyah), lalu Mu'awiyah berkata, "Lepaskanlah tetangga-tetanggaku demi aku, karena sesungguhnya mereka telah masuk Islam." Nabi Saw. berpaling dari Mu'awiyah,
dan Mu'awiyah berdiri seraya marah, lalu berkata "Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya jika engkau melakukan hal itu (tetap menahan mereka), sesungguhnya orang-orang akan menduga bahwa engkau benar-benar telah memerintahkan
sesuatu kepada kami, tetapi engkau sendiri berbeda dengan melakukan hal lainnya." Lalu aku (Malik) menariknya (Mu'awiyah) yang masih berbicara. Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Apa yang tadi kamu katakan?" Mu'awiyah berkata,
"Sesungguhnya engkau, demi Allah, seandainya engkau melakukan hal tersebut, orang-orang pasti akan menduga bahwa engkau telah memerintahkan kepada suatu hal, lalu engkau sendiri berbeda dengan mengerjakan yang lainnya.
" Rasul Saw. bersabda, "Apakah mereka telah mengatakannya? Sesungguhnya jika aku melakukan hal itu, maka tiada lain akibatnya akan menimpa diriku dan mereka tidak akan terkena sesuatu akibat pun dari hal tersebut.
Sekarang lepaskanlah tetangga-tetangganya demi dia."
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَر، عَنْ بَهْز بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جده قَالَ: أَخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَاسًا مِنْ قَوْمِي فِي تُهَمة فَحَبَسَهُمْ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، عَلَامَ تَحْبِسُ جِيرَتِي؟ فصَمت رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [عَنْهُ] فَقَالَ: إِنَّ نَاسًا لَيَقُولُونَ: إِنَّكَ تَنْهَى عَنِ الشَّيْءِ وَتَسْتَخْلِي بِهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا يَقُولُ؟ " قَالَ: فَجَعَلْتُ أَعْرِضُ بَيْنَهُمَا الْكَلَامَ مَخَافَةَ أَنْ يَسْمَعَهَا فَيَدْعُو عَلَى قَوْمِي دَعوة لَا يُفْلِحُونَ بَعْدَهَا أَبَدًا، فَلَمْ يَزَلْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهِ حَتَّى فهمها، فقال: "أو قد قَالُوهَا -أَوْ: قَائِلُهَا مِنْهُمْ -وَاللَّهِ لَوْ فعلتُ لَكَانَ عَلَيَّ وَمَا كَانَ عَلَيْهِمْ، خَلُّوا لَهُ عَنْ جِيرَانِهِ"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa Nabi Saw.
menangkap sejumlah orang dari kalangan kaumku karena suatu tuduhan yang dilancarkan terhadap mereka, lalu beliau Saw. menahan mereka. Maka datanglah seorang lelaki dari kalangan kaumku menghadap kepada Rasulullah Saw.
yang saat itu sedang berkhotbah. Kemudian laki-laki itu berkata, "Hai Muhammad, mengapa engkau menahan tetangga-tetanggaku?" Rasulullah Saw. diam, dan lelaki itu berkata lagi, "Sesungguhnya sejumlah orang benar-benar ada
yang mengatakan bahwa engkau telah melarang sesuatu dikerjakan, tetapi engkau sendiri mengerjakannya." Nabi Saw. bersabda, "Apa yang kamu katakan?"Maka aku (lelaki itu) berpaling dari pembicaraan itu dengan mengatakan
pembicaraan lain, karena takut didengar oleh beliau, yang akhirnya beliau akan mendoakan atas kaumku suatu doa yang mengakibatkan mereka tidak akan mendapat keberuntungan selama-lamanya. Rasulullah Saw.
terus bertanya sehingga beliau memahaminya, lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya mereka telah mengatakannya (atau sebagian dari mereka telah mengatakannya). Demi Allah, seandainya aku melakukannya,
niscaya akibat buruknya akan ditanggung olehku, bukan oleh mereka. Lepaskanlah tetangga-tetangganya itu!"Termasuk ke dalam bab ini ialah hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ سُوَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا حُمَيْدٍ وَأَبَا أُسَيْدٍ يَقُولَانِ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا سَمِعْتُمُ الْحَدِيثَ عَنِّي تَعْرِفُهُ قُلُوبُكُمْ، وَتَلِينُ لَهُ أَشْعَارُكُمْ وَأَبْشَارُكُمْ، وَتَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْكُمْ قَرِيبٌ، فَأَنَا أَوْلَاكُمْ بِهِ، وَإِذَا سَمِعْتُمُ الْحَدِيثَ عَنِّي تُنكره قُلُوبُكُمْ، وَتَنْفُرُ مِنْهُ أَشْعَارُكُمْ وَأَبْشَارُكُمْ، وَتَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْكُمْ بَعِيدٌ فَأَنَا أَبْعَدُكُمْ مِنْهُ"
telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Bilal, dari Rabi'ah ibnu Abu Abdur Rahman, dari Abdul Malik ibnu Sa'id ibnu Suwaid Al-Ansari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Abu Humaid dan Abu Usaid menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Apabila kalian mendengar suatu hadis dariku yang kalian kenali melalui hati kalian, dan membuat perasaan serta hati kalian menjadi lembut
karenanya, dan kalian meyakini bahwa hal itu lebih dekat (manfaatnya) kepada kalian, maka aku adalah orang yang lebih berhak untuk mengerjakannya. Apabila kalian mendengar suatu hadis dariku yang kalian ingkari melalui hati kalian,
dan perasaan serta hati kalian menolaknya, serta kalian merasa yakin bahwa hal itu lebih jauh (manfaatnya) dari kalian, maka aku adalah orang yang lebih berhak meninggalkannya.
Sanad hadis berpredikat sahih. Imam Muslim telah mengetengahkan suatu hadis dengan sanad yang sama, yang isinya menyebutkan:
"إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ المسجد فليقل: اللهم، افتح لي أبواب رحمتك وإذا خرج فليقل: اللهم، إني أسألك من فَضْلِكَ"
Apabila seseorang di antara kalian memasuki masjid, hendaklah ia mengucapkan, "Ya Allah, bukakanlah bagiku semua pintu rahmat-Mu.” Dan apabila ia keluar dari masjid, hendaklah mengucapkan doa berikut: "Ya Allah,
sesungguhnya saya memohon kepada-Mu sebagian dari kemurahan-Mu.”Makna hadis sebelumnya ialah 'manakala sampai kepada kalian suatu kebaikan dariku, maka aku adalah orang yang paling utama dalam mengerjakannya.
Dan manakala sampai kepada kalian sesuatu yang kalian ingkari, maka aku adalah orang yang paling berhak dalam meninggalkannya'.
{وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ [عَنْهُ] }
Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. (Hud: 88)Qatadah telah meriwayatkan dari Urwah, dari Al-Hasan Al-Urni, dari Yahya ibnul Bazzar,
dari Masruq yang menceritakan bahwa seorang wanita datang kepada Ibnu Mas'ud, lalu bertanya, "Apakah engkau melarang wasilah (menyambung rambut/memakai wig)?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Ya." Wanita itu berkata,
"Ternyata seseorang dari istri-istrimu melakukannya." Ibnu Mas'ud menjawab, "Kalau demikian, berarti aku tidak mengamalkan wasiat seorang hamba yang saleh (Nabi Syu'aib)," yaitu: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian
(dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. (Hud: 88)Usman ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abu Sulaiman Ad-Dabbi yang mengatakan bahwa surat-surat
dari Umar ibnu Abdul Aziz sering kami terima yang di dalamnya terkandung perintah dan larangan. Dan pada setiap akhir suratnya ia selalu menyebutkan bahwa tiada yang dapat saya lakukan dari hal tersebut melainkan seperti
apa yang dikatakan oleh seorang hamba yang saleh (Nabi Syu'aib), yaitu:
{وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ}
Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal, dan hanya kepada-Nyalah aku kembali. (Hud: 88)
Surat Hud |11:89|
وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ ۚ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ
wa yaa qoumi laa yajrimannakum syiqooqiii ay yushiibakum miṡlu maaa ashooba qouma nuuḥin au qouma huudin au qouma shooliḥ, wa maa qoumu luuthim mingkum biba'iid
Dan wahai kaumku! Janganlah pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat dosa, sehingga kamu ditimpa siksaan seperti yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh, sedang kaum Lut tidak jauh dari kamu.
And O my people, let not [your] dissension from me cause you to be struck by that similar to what struck the people of Noah or the people of Hud or the people of Salih. And the people of Lot are not from you far away.
("Hai kaumku! Janganlah membuat kalian jahat) menyebabkan kalian melakukannya (adanya pertentangan dengan aku) pertentangan antara aku dan kalian.
Lafal syiqaaqii menjadi fa'il atau subjek daripada fi'il yajrimannakum, dan lafal qaum yang terkandung di dalamnya berkedudukan menjadi maf'ul awwal atau objek pertama,
sedangkan maf'ul yang kedua ialah (hingga kalian ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh) ditimpa azab yang sama (sedangkan kaum Luth tidaklah)
artinya tempat tinggal kaum Luth atau waktu mereka dibinasakan (jauh dari kalian) maka ambillah hal itu sebagai pelajaran buat kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 89 |
Tafsir ayat 89-90
Nabi Syu'aib berkata kepada kaumnya:
{وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي}
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kalian) menyebabkan kalian menjadi jahat. (Hud: 89)Maksudnya, janganlah sikap antipati dan kebencianku kepada kalian sampai menyebabkan kalian makin berlanjut
dalam mengerjakan kekufuran dan kerusakan yang biasa kalian lakukan itu, akibatnya kalian akan tertimpa azab seperti yang telah menimpa kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh, dan kaum Lut.Qatadah telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kalian) menyebabkan kalian menjadi jahat. (Hud: 89) Yakni hendaknya janganlah sikap berbedaku (dengan kalian) mendorong kalian.
Menurut As-Saddi, makna yang dimaksudkan yaitu 'pertentangan antara aku dengan kalian mendorong kalian untuk berkelanjutan dalam kesesatan dan kekufuran, akibatnya kalian akan tertimpa azab seperti azab yang telah menimpa mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Abdul Quddus ibnul Hajyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Uyaynah, telah menceritakan kepadaku
Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman, dari Ibnu Abu Laila Al-Kindi yang mengatakan, "Ketika aku sedang bersama tuanku seraya memegang tali kendali unta kendaraannya, saat itu orang-orang sedang mengepung rumah Usman ibnu Affan.
Maka Usman ibnu Affan muncul dari rumahnya menghadapi kami, lalu membacakan firman-Nya: 'Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kalian) menyebabkan kalian menjadi jahat hingga kalian ditimpa azab
seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh.' (Hud: 89)." Hai kaumku, janganlah kalian membunuhku. Sesungguhnya jika kalian membunuhku, maka kalian akan seperti ini. Demikianlah ucapannya
seraya menyatukan jari jemari tangannya. Firman Allah Swt.
{وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ}
sedangkan kaum Lut tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kalian. (Hud: 89)Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah zamannya. Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah 'sesungguhnya kaum Lut telah binasa kemarin.
Menurut pendapat lainnya lagi, yang dimaksud dengan tidak jauh adalah tempatnya. Kedua pengertian di atas masing-masing dapat dijadikan sebagai takwilnya.
{وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ}
Dan mohonlah ampun kepada Tuhan kalian. (Hud: 90) dari dosa-dosa kalian yang terdahulu.
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
kemudian bertobatlah kepada-Nya. (Hud: 90)dari semua perbuatan buruk di masa mendatang. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ}
Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. (Hud: 90)kepada orang yang bertobat kepada-Nya.
Surat Hud |11:90|
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ
wastaghfiruu robbakum ṡumma tuubuuu ilaiih, inna robbii roḥiimuw waduud
Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang, Maha Pengasih."
And ask forgiveness of your Lord and then repent to Him. Indeed, my Lord is Merciful and Affectionate."
(Dan mohonlah ampun kepada Rabb kalian, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman (lagi Maha Pengasih.") sangat mencintai orang-orang yang beriman.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 90 |
Penjelasan ada di ayat 89
Surat Hud |11:91|
قَالُوا يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَاكَ فِينَا ضَعِيفًا ۖ وَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنَاكَ ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍ
qooluu yaa syu'aibu maa nafqohu kaṡiirom mimmaa taquulu wa innaa lanarooka fiinaa dho'iifaa, walau laa rohthuka larojamnaaka wa maaa anta 'alainaa bi'aziiz
Mereka berkata, "Wahai Syu´aib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami."
They said, "O Shu'ayb, we do not understand much of what you say, and indeed, we consider you among us as weak. And if not for your family, we would have stoned you [to death]; and you are not to us one respected."
(Mereka berkata) dengan nada yang menunjukkan kurang perhatian mereka terhadap perkataan Nabi Syuaib ("Hai Syuaib! Kami tidak mengerti) kurang memahami
(banyak tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami) maksudnya orang yang rendah (kalau tidaklah karena keluargamu)
familimu (tentulah kami telah merajam kamu) dengan batu (sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.") bukan orang-orang tidak pantas untuk dihukum rajam;
dan sesungguhnya hanya keluargamu sajalah orang-orang yang berwibawa itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 91 |
Tafsir ayat 91-92
Mereka mengatakan:
{يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ}
Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti. (Hud: 91) Maksudnya, kami tidak banyak memahami perkataanmu itu.
{وَإِنَّا لَنَرَاكَ فِينَا ضَعِيفًا}
dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah. (Hud: 91)Sa' id ibnu Jubair dan As-Sauri mengatakan, Nabi Syu'aib adalah seorang yang tuna netra. As-Sauri mengatakan bahwa Nabi Syu'aib dijuluki
sebagai juru bicara para nabi.As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami. (Hud: 91) Bahwa yang dimaksud ‘lemah’ ialah karena dia sendirian.
Abu Rauq mengatakan bahwa mereka bermaksud bahwa dia adalah orang yang hina, karena kaum kerabatnya tidak memeluk agamanya.
وَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنَاكَ
kalau tidaklah karena keluargamu, tentulah kami telah merajam kamu. (Hud: 91)Yang dimaksud dengan rahtun ialah kaum, yakni 'seandainya tidaklah karena kaummu yang kami hormati,
niscaya kami akan merajam kamu'. Menurut suatu pendapat dengan batu, sedangkan menurut pendapat yang lainnya mengatakan dengan caci maki.
{وَمَا أَنْتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍ}
sedangkan kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. (Hud: 91)Artinya, kamu bukanlah orang yang berwibawa di kalangan kami.
{قَالَ يَا قَوْمِ أَرَهْطِي أَعَزُّ عَلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ}
Syu'aib menjawab, "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan kalian daripada Allah?” (Hud: 92)Yakni apakah kalian membiarkan aku karena kaumku, bukan karena menghormati Tuhan Yang Mahasuci
lagi Mahatinggi bila kalian menimpakan keburukan kepada Nabi-Nya. Sesungguhnya kalian telah menjadikan Allah terlupakan oleh kalian.
{وَرَاءَكُمْ ظِهْرِيًّا}
di belakang punggung kalian. (Hud: 92)Maksudnya, kalian mengesampingkan-Nya di belakang kalian; karena itulah kalian tidak taat dan tidak menghormati-Nya.
{إِنَّ رَبِّي بِمَا تَعْمَلُونَ مُحِيطٌ}
Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kalian kerjakan. (Hud: 92)Yakni Dia mengetahui semua amal perbuatan kalian, dan kelak Dia akan membalaskannya kepada kalian.
Surat Hud |11:92|
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَهْطِي أَعَزُّ عَلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَاتَّخَذْتُمُوهُ وَرَاءَكُمْ ظِهْرِيًّا ۖ إِنَّ رَبِّي بِمَا تَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
qoola yaa qoumi a rohthiii a'azzu 'alaikum minalloh, wattakhożtumuuhu warooo`akum zhihriyyaa, inna robbii bimaa ta'maluuna muḥiith
Dia (Syu´aib) menjawab, "Wahai kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, bahkan Dia kamu tempatkan di belakangmu (diabaikan)? Ketahuilah (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan.
He said, "O my people, is my family more respected for power by you than Allah? But you put Him behind your backs [in neglect]. Indeed, my Lord is encompassing of what you do.
(Syuaib menjawab, "Hai kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan kalian daripada Allah) oleh sebab itu lalu kalian tidak mau membunuhku demi mereka
dan kalian tidak mau membiarkan aku demi karena Allah (sedangkan kalian menjadikan Dia) yakni kalian menganggap Allah (sebagai sesuatu yang terbuang di belakang kalian)
terasing di belakang kalian tanpa kalian hiraukan Dia. (Sesungguhnya Rabbku meliputi apa yang kalian kerjakan.") Dia Maha Mengetahui kesemuanya; oleh karena itu kelak Dia akan membalas kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 92 |
Penjelasan ada di ayat 91
Surat Hud |11:93|
وَيَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَمَنْ هُوَ كَاذِبٌ ۖ وَارْتَقِبُوا إِنِّي مَعَكُمْ رَقِيبٌ
wa yaa qoumi'maluu 'alaa makaanatikum innii 'aamil, saufa ta'lamuuna may ya`tiihi 'ażaabuy yukhziihi wa man huwa kaażib, wartaqibuuu innii ma'akum roqiib
Dan wahai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah! Sesungguhnya aku bersamamu adalah orang yang menunggu."
And O my people, work according to your position; indeed, I am working. You are going to know to whom will come a punishment that will disgrace him and who is a liar. So watch; indeed, I am with you a watcher, [awaiting the outcome]."
(Dan dia berkata, "Hai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuan kalian) sesuai dengan keadaan kalian (sesungguhnya aku pun berbuat pula) sesuai dengan kedudukanku.
(Kelak kalian akan mengetahui siapa) lafal man di sini adalah maushul yang berkedudukan menjadi maf'ul dari lafal ta'lamuuna
(yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah) akibat daripada perbuatan kalian itu (sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian.") ikut mengawasinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 93 |
Tafsir ayat 93-95
Ketika Nabi Syu'aib merasa putus asa akan sambutan kaumnya kepada seruannya, maka ia berkata kepada mereka: Hai kaumku,
{اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ}
berbuatlah menurut kemampuan kalian. (Hud: 93)Yakni menurut cara kalian. Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras.
{إِنِّي عَامِلٌ}
sesungguhnya aku pun berbuat (pula). (Hud: 93) Yaitu menurut caraku sendiri.
{سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَمَنْ هُوَ كَاذِبٌ}
Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan kedatangan azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. (Hud: 93)Yakni aku atau kaliankah?
{وَارْتَقِبُوا}
Dan tunggulah azab (Tuhan). (Hud: 93) Yakni tunggulah oleh kalian.
{إِنِّي مَعَكُمْ رَقِيبٌ}
Sesungguhnya aku pun menunggu bersama kalian. (Hud: 93) Allah Swt. berfirman:
{وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ}
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan
oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. (Hud: 94)Firman Allah Swt.:
{جَاثمِيِنَ}
bergelimpangan. (Hud: 94)Yaitu bergeletakan mati tanpa bergerak lagi. Di dalam surat ini disebutkan bahwa azab yang menimpa mereka adalah pekikan yang mengguntur. Di dalam surat Al-A'raf disebutkan gempa yang dahsyat,
sedangkan di dalam surat Asy-Syu'ara disebutkan azab pada hari mereka dinaungi oleh awan. Mereka adalah suatu umat yang berkumpul di hari mereka diazab, sehingga semuanya menerima pembalasan dari Allah.
Dan sesungguhnya pada tiap-tiap konteks disebutkan hal yang sesuai dengannya. Maka dalam surat Al-A'raf, yaitu ketika mereka mengatakan:
{لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا}
Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu’aib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami. (Al-A'raf: 88)Maka hal yang sesuai dengan konteksnya disebutkan bahwa lalu bumi mengalami gempa yang hebat
yang membinasakan orang-orang yang berbuat aniaya itu di dalam kotanya, karena mereka bermaksud akan mengusir Nabi mereka dari kotanya'. Dan dalam surat Hud ini disebutkan bahwa ketika mereka berbuat kurang ajar
dalam ucapan mereka kepada nabinya, maka dikeluarkanlah pekikan yang mengguntur yang mencabut nyawa mereka semuanya.Di dalam surat Asy-Syu'ara disebutkan pula bahwa ketika mereka mengatakan:
{فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ}
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Asy-Syu'ara: 187)Maka dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ}
lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. (Asy-Syu'ara: 189)Hal ini termasuk rahasia yang lembut maknanya, dan hanya kepada Aliahlah kami memuji dan bersyukur selama-lamanya. Firman Allah Swt.:
{كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا}
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (Hud: 95)Yakni seakan-akan sebelum itu mereka belum pernah hidup di rumah mereka.
{أَلا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ}
Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Samud telah binasa. (Hud: 95)Tempat tinggal orang-orang Madyan bertetangga-dengan orang-orang Samud, mereka serupa dalam hal kekufuran dan suka membegal (merampok); kedua-duanya adalah bangsa Arab.
Surat Hud |11:94|
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
wa lammaa jaaa`a amrunaa najjainaa syu'aibaw wallażiina aamanuu ma'ahuu biroḥmatim minnaa, wa akhożatillażiina zholamush-shoiḥatu fa ashbaḥuu fii diyaarihim jaaṡimiin
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu´aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zalim dibinasakan oleh suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya,
And when Our command came, We saved Shu'ayb and those who believed with him, by mercy from Us. And the shriek seized those who had wronged, and they became within their homes [corpses] fallen prone
(Dan tatkala datang perintah Kami) yang memerintahkan supaya mereka dibinasakan (Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia sebagai rahmat dari Kami,
dan orang-orang yang lalim dibinasakan oleh suatu suara yang mengguntur) malaikat Jibril mengeluarkan suara yang mengguntur terhadap mereka
(lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di tempat tinggalnya) mereka mati dalam keadaan bersimpuh.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 94 |
Penjelasan ada di ayat 93
Surat Hud |11:95|
كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا ۗ أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ
ka`al lam yaghnau fiihaa, alaa bu'dal limadyana kamaa ba'idat ṡamuud
seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, binasalah penduduk Madyan sebagaimana kaum Samud (juga) telah binasa.
As if they had never prospered therein. Then, away with Madyan as Thamud was taken away.
(Seolah-olah) mereka; lafal ka-an adalah bentuk takhfif daripada lafal ka-anna (belum pernah tinggal di tempat tinggalnya itu, di tempat mereka bermukim. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa).
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 95 |
Penjelasan ada di ayat 93
Surat Hud |11:96|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ
wa laqod arsalnaa muusaa bi`aayaatinaa wa sulthoonim mubiin
Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan bukti yang nyata,
And We did certainly send Moses with Our signs and a clear authority
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda kekuasaan Kami dan mukjizat yang nyata) bukti yang jelas dan gamblang.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 96 |
Tafsir ayat 96-99
Allah Swt. menceritakan tentang Musa yang Dia utus dengan membawa ayat-ayat-Nya dan mukjizat-mukjizat yang jelas kepada Fir'aun, raja bangsa Qibti dan pemimpin-pemimpin kaumnya.
{فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ}
tetapi mereka mengikuti perintah Fir'aun. (Hud: 97)Yakni mereka mengikuti metode, jalan, dan cara Fir'aun dalam kesesatannya.
{وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ}
padahal sekali-kali perintah Fir'aun bukanlah (perintah) yang benar. (Hud: 97)Perintah Fir'aun tidak mengandung kebenaran, tidak pula petunjuk; melainkan hanyalah kebodohan, kesesatan, kekufuran, dan keingkaran.
Sebagaimana mereka mengikuti Fir'aun di dunia sehingga Fir'aun berada di depan mereka sebagai pemimpin mereka, maka demikian pula halnya kelak di hari kiamat; Fir'aun berada di depan mereka menuju neraka Jahanam,
lalu dia memasukkan mereka ke dalamnya dan merasakan azab tempat yang dimasukinya. Sedangkan Fir'aun sendiri memperoleh bagian yang paling banyak dari azab yang sangat besar itu. Di dalam ayat lain disebutkan:
{فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلا}
Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. (Al-Muzzammil: 16)
{فَكَذَّبَ وَعَصَى ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى فَحَشَرَ فَنَادَى فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى}
Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya, (seraya) berkata,
"Akulah tuhan kalian yang paling tinggi " Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 21-26)
Allah Swt. berfirman:
{يَقْدُمُ قَوْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَوْرَدَهُمُ النَّارَ وَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُودُ}
Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi. (Hud: 98)Demikian pula nasib yang dialami oleh para pemimpin yang diikuti kesesatannya.
Mereka memperoleh bagian azab yang paling besar kelak di hari kiamat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ
Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kalian tiddk mengetahui. (Al-A'raf: 38)Allah Swt. menceritakan pula perihal orang-orang kafir, bahwa mereka di dalam neraka mengatakan:
{رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا}
Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, berilah kepada mereka azab dua kali lipat " (Al-Ahzab: 67-68), hingga akhir ayat.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا أَبُو الْجَهْمِ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "امْرُؤُ الْقَيْسِ حَامِلُ لِوَاءِ شُعَرَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ إِلَى النَّارِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abul Jahm, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Imru-ul Qais adalah pemegang panji para penyair Jahiliah (menuju) ke neraka.Firman Allah Swt.:
{وَأُتْبِعُوا فِي هَذِهِ لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ}
Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. (Hud: 99), hingga akhir ayat.Yakni sebagai tambahan dari azab neraka Kami ikutkan kepada mereka laknat (kutukan) di dunia.
{وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ}
dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99)Mujahid mengatakan bahwa ditambahkan kepada mereka kutukan pada hari kiamat, sehingga kutukan yang mereka terima sebanyak dua kali.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.: Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99) Yang dimaksud ialah laknat dunia dan laknat akhirat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Qatadah. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ وَأَتْبَعْنَاهُمْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ هُمْ مِنَ الْمَقْبُوحِينَ}
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka, dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini;
dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (Al-Qashash: 41-42)
{النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ}
Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada mereka), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”(Al-Mu’min: 46)
Surat Hud |11:97|
إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ ۖ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ
ilaa fir'auna wa mala`ihii fattaba'uuu amro fir'auun, wa maaa amru fir'auna birosyiid
kepada Fir´aun dan para pemuka kaumnya, tetapi mereka mengikuti perintah Fir´aun, padahal perintah Fir´aun bukanlah (perintah) yang benar.
To Pharaoh and his establishment, but they followed the command of Pharaoh, and the command of Pharaoh was not [at all] discerning.
(Kepada Firaun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikuti perintah Firaun, padahal perintah Firaun sekali-kali bukanlah perintah yang benar) perintah yang lurus.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 97 |
Penjelasan ada di ayat 96
Surat Hud |11:98|
يَقْدُمُ قَوْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَوْرَدَهُمُ النَّارَ ۖ وَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُودُ
yaqdumu qoumahuu yaumal-qiyaamati fa aurodahumun-naar, wa bi`sal-wirdul-mauruud
Dia (Fir´aun) berjalan di depan kaumnya di hari Kiamat, lalu membawa mereka masuk ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang dimasuki.
He will precede his people on the Day of Resurrection and lead them into the Fire; and wretched is the place to which they are led.
(Ia berjalan di muka) berada paling depan (kaumnya di hari kiamat) sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagaimana mereka mengikutinya sewaktu hidup di dunia
(lalu memasukkan mereka) menjerumuskan mereka (ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi.)
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 98 |
Penjelasan ada di ayat 96
Surat Hud |11:99|
وَأُتْبِعُوا فِي هَٰذِهِ لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ
wa utbi'uu fii haażihii la'nataw wa yaumal-qiyaamah, bi`sar-rifdul-marfuud
Dan mereka diikuti dengan laknat di sini (dunia) dan (begitu pula) pada hari Kiamat. (Laknat) itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan.
And they were followed in this [world] with a curse and on the Day of Resurrection. And wretched is the gift which is given.
(Dan mereka telah diikuti di dalam) dunia ini (oleh kutukan, dan begitu pula di hari kiamat) mereka dikutuk pula (seburuk-buruk pemberian) bantuan (adalah yang diberikan kepada mereka) kutukan yang diberikan kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 99 |
Penjelasan ada di ayat 96
Surat Hud |11:100|
ذَٰلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَىٰ نَقُصُّهُ عَلَيْكَ ۖ مِنْهَا قَائِمٌ وَحَصِيدٌ
żaalika min ambaaa`il-quroo naqushshuhuu 'alaika min-haa qooo`imuw wa ḥashiid
Itulah beberapa berita tentang negeri-negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad). Di antara negeri-negeri itu sebagian masih ada bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.
That is from the news of the cities, which We relate to you; of them, some are [still] standing and some are [as] a harvest [mowed down].
(Yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi; lafal dzaalika berkedudukan menjadi mubtada sedangkan khabarnya ialah (adalah sebagian berita-berita negeri yang Kami ceritakan kepadamu)
hai Muhammad (di antaranya) di antara negeri-negeri itu (ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya) artinya penduduknya telah binasa tetapi bekas-bekasnya masih ada
(dan) di antaranya ada pula (yang telah musnah) telah binasa berikut penduduknya, sehingga tidak ada bekasnya sama sekali. Perumpamaan mereka sama dengan tanaman yang dipanen dengan memakai sabit.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 100 |
Tafsir ayat 100-101
Setelah Allah Swt. menceritakan kisah para nabi dan apa yang terjadi dengan mereka bersama umatnya masing-masing, lalu disebutkan bagaimana Allah membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan orang-orang mukmin. Maka Allah Swt. berfirman:
{ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى}
Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan). (Hud: 100)Yakni kisah-kisah penduduknya.
{نَقُصُّهُ عَلَيْكَ مِنْهَا قَائِمٌ}
yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya. (Hud: 100)Maksudnya, masih terdapat reruntuhan-reruntuhannya.
{وَحَصِيدٌ}
dan ada (pula) yang telah musnah. (Hud: 100) Yaitu hancur dan binasa tanpa bekas.
{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ}
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka. (Hud: 101) saat Kami binasakan mereka.
{وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ}
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Hud: 101) karena mereka mendustakan dan kafir kepada rasul-rasul Kami.
{فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ}
Karena itu, tiadalah bermanfaat bagi mereka tuhan-tuhan mereka. (Hud: 101)Yakni berhala-berhala mereka yang mereka sembah dan mereka seru.
{مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ}
selain dari Allah, barang sedikit pun. (Hud: 101)Sembahan-sembahan mereka itu tidak dapat memberikan sesuatu manfaat pun kepada mereka, tidak pula dapat menyelamatkan mereka dari kebinasaan.
{وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ}
Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. (Hud: 101)Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kecuali kerugian belaka.
Dikatakan demikian karena penyebab kebinasaan dan kehancuran mereka tiada lain karena mereka mengikuti sembahan-sembahan itu. Untuk itulah mereka dikatakan merugi di dunia dan akhiratnya.
Surat Hud |11:101|
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ۖ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ
wa maa zholamnaahum wa laakin zholamuuu anfusahum fa maaa aghnat 'an-hum aalihatuhumullatii yad'uuna min duunillaahi min syai`il lammaa jaaa`a amru robbik, wa maa zaaduuhum ghoiro tatbiib
Dan Kami tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri, karena itu tidak bermanfaat sedikit pun bagi yang mereka sembah selain Allah. Ketika siksaan Tuhanmu datang, sesembahan itu hanya menambah kebinasaan bagi mereka.
And We did not wrong them, but they wronged themselves. And they were not availed at all by their gods which they invoked other than Allah when there came the command of your Lord. And they did not increase them in other than ruin.
(Dan Kami tidak menganiaya mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa (tetapi merekalah yang menganiaya dirinya sendiri) dengan melakukan perbuatan syirik
(karena itu tiadalah bermanfaat) tidak ada gunanya (kepada diri mereka, sesembahan-sesembahan yang mereka seru) yang mereka sembah (selain Allah).
Huruf min di sini zaidah atau tidak mengandung makna (sedikit pun, di waktu perintah Rabbmu datang) yaitu azab-Nya. (Dan sesembahan-sesembahan itu tidaklah menambah kepada mereka)
penyembahan mereka terhadapnya itu tidak dapat memberikan kepada mereka (selain kerugian belaka) yaitu kebinasaan.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 101 |
Penjelasan ada di ayat 100
Surat Hud |11:102|
وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
wa każaalika akhżu robbika iżaaa akhożal-quroo wa hiya zhoolimah, inna akhżahuuu aliimun syadiid
Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.
And thus is the seizure of your Lord when He seizes the cities while they are committing wrong. Indeed, His seizure is painful and severe.
(Dan begitulah) perumpamaan azab-Nya (azab Rabbmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri) yang dimaksud adalah penduduknya (yang berbuat lalim)
dengan melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Jelasnya tidak ada sesuatu pun yang dapat memberi manfaat kepada mereka bila azab Allah diturunkan kepada mereka.
(Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras) sehubungan dengan ayat ini Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis melalui Abu Musa Al-Asyari r.a.
yang menceritakan bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda, "Sesungguhnya Allah selalu mencatat semua perbuatan orang yang aniaya sehingga apabila Dia mengazabnya,
maka ia tidak dapat luput daripada-Nya." Kemudian Rasulullah saw. membacakan firman-Nya, "Dan begitulah azab Rabbmu.." (Q.S. Hud 102)
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 102 |
Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat terdahulu yang telah berbuat aniaya lagi mendustakan rasul-rasul Kami, maka Kami pun melakukan hal yang serupa terhadap orang-orang yang sama dengan mereka."
{إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102)Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ ليُملي لِلظَّالِمِ، حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفلته"، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}
Sesungguhnya Allah benar-benar mencatat (dosa orang) yang zalim; hingga manakala Dia mengazab-Nya, maka tidak akan dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah. Kemudian Rasulullah Saw.
membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. (Hud: 102), hingga akhir ayat.
Surat Hud |11:103|
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَٰلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ
inna fii żaalika la`aayatal liman khoofa 'ażaabal-aakhiroh, żaalika yaumum majmuu'ul lahun-naasu wa żaalika yaumum masy-huud
Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Itulah hari ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab), dan itulah hari yang disaksikan (oleh semua makhluk).
Indeed in that is a sign for those who fear the punishment of the Hereafter. That is a Day for which the people will be collected, and that is a Day [which will be] witnessed.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada kisah-kisah yang telah disebutkan tadi (benar-benar terdapat pelajaran) bahan pelajaran (bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari itu)
yakni hari kiamat itu (adalah suatu hari yang dikumpulkan menghadap kepada-Nya) pada hari itu (semua manusia, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan) artinya hari itu disaksikan oleh semua makhluk.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 103 |
Tafsir ayat 103-105
Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya dalam pembinasaan Kami terhadap orang-orang kafir dan penyelamatan Kami terhadap orang-orang mukmin."
لآيَةً
benar-benar terdapat tanda. (Hud: 103)Yakni pelajaran dan nasihat yang menunjukkan kebenaran ancaman Kami kelak di hari kemudian. Allah Swt. berfirman:
{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ}
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)
{فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ}
Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.” (Ibrahim: 13), hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ}
Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya. (Hud: 103)Maksudnya, dari yang pertama hingga yang paling akhir dari mereka semuanya dihimpunkan pada hari itu. Ayat ini semakna dengan ayat lainnya, yaitu:
{وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا}
dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47)Firman Allah Swt.:
{وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ}
dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). (Hud: 103)Yakni hari yang sangat besar, dihadiri oleh para malaikat; pada hari itu berkumpul pula para rasul,
dan semua makhluk yang terdiri atas jin, manusia, burung-burung, binatang-binatang liar serta semua binatang ternak dihimpunkan. Lalu pada hari itu Tuhan Yang Mahaadil menjalankan hukum-Nya
tanpa berbuat aniaya barang seberat zarrah pun; jika amal perbuatan berupa suatu kebaikan, maka Dia melipatgandakan pahalanya. Firman Allah Swt.:
{وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ}
Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)Artinya, tidak sekali-kali Kami mengundurkan terjadinya hari kiamat melainkan karena telah ditetapkan oleh Allah
dalam takdir-Nya yang terdahulu tentang keberadaan sejumlah manusia dari keturunan anak Adam, dan telah ditetapkan-Nya masa tertentu bagi mereka. Apabila masa itu telah mereka lalui dan keberadaan mereka
di dunia telah terpenuhi menurut takdir-Nya, maka barulah hari kiamat terjadi. Karena itulah dalam firman-Nya disebutkan:
{وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ}
Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)Yaitu sampai waktu yang tertentu, tidak ditambahi dan tidak dikurangi.
{يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ}
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. (Hud: 105)Pada waktu hari kiamat terjadi, tiada seorang pun yang berbicara melainkan dengan seizin Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
{لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا}
mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38)
{وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا}
dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Thaha: 108), hingga akhir ayat.Di dalam hadis Sahihain mengenai syafaat disebutkan:
"وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ، وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ: اللهُم سَلّم سَلِّمْ
Pada hari itu seorang pun yang berbicara selain para rasul, dan doa para rasul pada hari itu ialah, "Ya Allah, selamatkanlah selamatkanlah.”Firman Allah Swt.:
{فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ}
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105)Artinya, di antara mereka yang dihimpunkan pada hari perhimpunan itu ada yang celaka, ada pula yang berbahagia; perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ}
Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (Asy-Syura: 7)Al-Hafiz Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Hissan, telah menceritakan kepada kami
Abdul Malik ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, dari Umar yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan:
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105) Ia bertanya kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kita kerjakan? Apakah yang kita kerjakan adalah sesuatu yang telah dirampungkan,
ataukah sesuatu yang belum dirampungkan?" Rasulullah Saw. menjawab:
"عَلَى شَيْءٍ قَدْ فُرِغَ مِنْهُ يا عمر وجرت به الأقلام، وَلَكِنْ كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ"
Hai Umar, hal yang kita kerjakan adalah sesuatu yang telah dirampungkan dan telah dicatat oleh qalam (pena) takdir, tetapi tiap-tiap orang diciptakan sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Kemudian Allah Swt. menjelaskan keadaan orang-orang yang celaka dan orang-orang yang berbahagia. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
Surat Hud |11:104|
وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلَّا لِأَجَلٍ مَعْدُودٍ
wa maa nu`akhkhiruhuuu illaa li`ajalim ma'duud
Dan Kami tidak akan menunda, kecuali sampai waktu yang sudah ditentukan.
And We do not delay it except for a limited term.
(Dan Kami tiadalah mengundur-undurkannya melainkan sampai waktu yang tertentu) waktu yang hanya diketahui oleh Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 104 |
Penjelasan ada di ayat 103
Surat Hud |11:105|
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
yauma ya`ti laa takallamu nafsun illaa bi`iżnih, fa min-hum syaqiyyuw wa sa'iid
Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia.
The Day it comes no soul will speak except by His permission. And among them will be the wretched and the prosperous.
(Di kala datang hari itu) sudah tiba saatnya (tidak dapat berbicara) lafal takallama pada asalnya adalah tatakallama, kemudian salah satu huruf tanya dibuang sehingga jadilah ia takallama
(seorang pun melainkan dengan izin-Nya) izin Allah swt. (maka di antara mereka) makhluk (ada yang celaka dan) yang lainnya (ada yang berbahagia) masing-masing telah dipastikan nasibnya di zaman azali.
Tafsir Ibnu Katsir | Hud | 11 : 105 |
Penjelasan ada di ayat 103