Juz 14
Surat An-Nahl |16:60|
لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ ۖ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
lillażiina laa yu`minuuna bil-aakhiroti maṡalus-sauu`, walillaahil-maṡalul-a'laa, wa huwal-'aziizul-ḥakiim
Bagi orang-orang yang tidak beriman pada (kehidupan) akhirat, (mempunyai) sifat yang buruk, dan Allah mempunyai sifat Yang Maha Tinggi. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
For those who do not believe in the Hereafter is the description of evil; and for Allah is the highest attribute. And He is Exalted in Might, the Wise.
(Bagi orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat) yaitu orang-orang kafir (ada perumpamaan yang buruk) sifat yang buruk,
yaitu kebiasaan mereka mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan padahal mereka membutuhkannya (dan bagi Allah ada perumpamaan yang maha tinggi) sifat yang maha tinggi,
yaitu bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia (dan Dialah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam mengatur makhluk-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 60 |
Penjelasan ada di ayat 56
Surat An-Nahl |16:61|
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَٰكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
walau yu`aakhiżullohun-naasa bizhulmihim maa taroka 'alaihaa min daaabbatiw wa laakiy yu`akhkhiruhum ilaaa ajalim musammaa, fa iżaa jaaa`a ajaluhum laa yasta`khiruuna saa'ataw wa laa yastaqdimuun
Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.
And if Allah were to impose blame on the people for their wrongdoing, He would not have left upon the earth any creature, but He defers them for a specified term. And when their term has come, they will not remain behind an hour, nor will they precede [it].
(Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya) disebabkan kedurhakaan-kedurhakaan mereka (niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya padanya)
yakni di muka bumi ini sesuatu pun (dari makhluk yang melata) makhluk yang hidup di permukaannya (tetapi Allah menangguhkan mereka sampai pada waktu yang ditentukan.
Maka apabila telah tiba waktu yang ditentukan bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkan) waktunya (barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukan) waktunya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 61 |
Tafsir ayat 61-62
Allah Swt. menyebutkan sifat penyantun-Nya dalam menghadapi makhluk-Nya yang banyak berbuat aniaya, bahwa seandainya Allah menghukum mereka karena perbuatan mereka, tentulah semua makhluk yang melata di bumi ini
tidak akan ada karena habis ditumpas-Nya. Dengan kata lain, semua binatang yang melata di muka bumi ini ikut binasa karena semua manusia dibinasakan. Akan tetapi, Tuhan Yang Maha Penyantun mempunyai sifat Penyantun;
karenanya Dia menghadapi mereka dengan sifat penyantun-Nya serta memaaf, dan menangguhkan mereka sampai batas waktu yang telah ditentukan (yakni hari kiamat). Dengan kata lain, Allah tidak menyegerakan hukuman-Nya
terhadap mereka, karena seandainya Dia melakukan hal tersebut, niscaya tidak akan ada seorang manusia pun yang hidup.Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu lshaq, dari Abul Ahwas yang mengatakan bahwa
hampir-hampir binatang landak ikut diazab karena dosa manusia. Lalu ia membacakan firman-Nya: Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata.
(An-Nahl: 61) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-A'masy, dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah yang mengatakan bahwa Abdullah (Ibnu Mas'ud) pernah mengatakan, "Hampir saja landak binasa di dalam liangnya disebabkan dosa manusia."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Hakim Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jabir Al-Hanafi, dari Yahya ibnu Abu Kasir,
dari Abu Salamah yang mengatakan bahwa sahabat Abu Hurairah pernah mendengar seorang lelaki berkata, "Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak membahayakan kecuali terhadap dirinya sendiri." Maka Abu Hurairah berpaling
ke arah lelaki itu dan berkata, "Tidak demikian, demi Allah, melainkan sesungguhnya ayam kalkun benar-benar mati di dalam sarangnya karena perbuatan aniaya orang yang zalim."
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، أَنْبَأَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مُسَرِّحٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ مسْلَمة بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي مَشْجَعة بْنِ رِبْعي، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ذَكَرْنَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا يُؤَخِّرُ شَيْئًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهُ، وَإِنَّمَا زِيَادَةُ الْعُمُرِ بِالذُّرِّيَّةِ الصَّالِحَةِ، يَرْزُقُهَا اللَّهُ الْعَبْدَ فَيَدْعُونَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ، فَيَلْحَقُهُ دُعَاؤُهُمْ فِي قَبْرِهِ، فَذَلِكَ زِيَادَةُ الْعُمُرِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Syurahbil, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman ibnu Ata, dari Salamah ibnu Abdullah, dari pamannya (Abu Misyja'ah ibnu Rib'i), dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa kami berbincang-bincang di hadapan Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak memberikan masa tangguh kepada sesuatu pun bila telah tiba ajalnya, dan sesungguhnya bertambahnya usia itu hanyalah karena anak cucu yang saleh yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba,
lalu mereka mendoakannya sesudah ia tiada, maka doa mereka sampai ke kuburnya. Yang demikian itulah penambahan umur.Firman Allah Swt.:
{وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ}
Dan mereka menguntukkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya. (An-Nahl: 62)Yakni anak-anak perempuan dan sekutu-sekutu yang pada hakikatnya mereka pun adalah hamba-hamba Allah juga,
padahal orang-orang musyrik itu tidak suka bilaseseorang di antara mereka mempunyai sekutu dalam harta miliknya. Firman Allah Swt.:
{وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ الْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ الْحُسْنَى}
dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. (An-Nahl: 62)Hal itu sebagai pengingkaran terhadap pengakuan mereka yang mengatakan bahwa
mereka beroleh kebaikan di dunia; dan jika ada hari kemudian, maka mereka beroleh kebaikan pula. Ayat ini sekaligus sebagai pemberitaan tentang apa yang diucapkan oleh sebagian di antara mereka (yang kafir),
seperti yang disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَئِنْ أَذَقْنَا الإنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نزعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ}
Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan
sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, "Telah hilang bencana-bencana itu dariku.” sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga. (Hud: 9-10)
{وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Dan jika Kami merasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku,
maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.
(Fushshilat: 50)
أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا
Maka apakah kamu telahjnelihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan, "Pasti aku akan diberi harta dan anak.” (Maryam: 77)Demikian pula dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perkataan salah seorang lelaki dari dua orang lelaki, yaitu:
{وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا}
Dan dia memasuki kebunnya, sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan
kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu"(Al-Kahfi: 35-36)Mereka menggabungkan antara perbuatan yang buruk dan harapan yang kosong yang mengatakan bahwa mereka
akan beroleh balasan kebaikan dari kekafirannya; hal ini jelas mustahil. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Ishaq telah menceritakan bahwa ketika mereka membongkar Ka'bah untuk memperbaharui bangunannya, mereka menjumpai sebuah batu
pada batu fondasinya. Pada batu itu tertulis kata-kata bijak dan nasihat-nasihat, yang antara lain mengatakan, "Apakah kalian mengerjakan keburukan, lalu dibalas dengan kebaikan? Ya, perumpamaannya sama dengan memetik buah anggur
dari pohon yang berduri."Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan lidahmereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. (An-Nahl: 62)
Yakni para pelayan. Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. (An-Nahl: 62) Yaitu kelak di hari kiamat, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya,
dan inilah pendapat yang benar. Untuk itulah Allah Swt. membantah mereka sehubungan dengan angan-angan mereka itu melalui firman-Nya:
{لَا جَرَمَ}
Tiadalah diragukan. (An-Nahl: 62)Maksudnya, memang benar dan pasti.
{أَنَّ لَهُمُ النَّارَ}
bahwa nerakalah bagi mereka. (An-Nahl: 62)Yakni di hari kiamat kelak.
{وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ}
dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya). (An-Nahl: 62)Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, serta yang lainnya mengatakan bahwa makna lafaz mufarratun ialah terlupakan dan tersia-sia di dalam neraka. Pengertian ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا}
Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51) Dari Qatadah, disebutkan pula sehubungan dengan makna firman-Nya, "Mufarratun"
yakni mereka disegerakan masuk ke neraka, berasal dari al-fart yang artinya paling dahulu sampai. Di antara pendapat-pendapat yang disebutkan di atas tidak ada pertentangan, karena pada hakikatnya mereka
disegerakan masuk ke neraka pada hari kiamat nanti, lalu mereka terlupakan di dalam neraka, yakni tinggal di dalam neraka selama-lamanya (kekal).
Surat An-Nahl |16:62|
وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ الْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ الْحُسْنَىٰ ۖ لَا جَرَمَ أَنَّ لَهُمُ النَّارَ وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ
wa yaj'aluuna lillaahi maa yakrohuuna wa tashifu alsinatuhumul-każiba anna lahumul-ḥusnaa laa jaroma anna lahumun-naaro wa annahum mufrothuun
Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kebohongan, bahwa sesungguhnya (segala) yang baik-baik untuk mereka. Tidaklah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera akan dimasukkan (ke dalamnya).
And they attribute to Allah that which they dislike, and their tongues assert the lie that they will have the best [from Him]. Assuredly, they will have the Fire, and they will be [therein] neglected.
(Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya) untuk diri mereka sendiri, yaitu anak-anak perempuan; menisbatkan sekutu kepada-Nya
dan menghina rasul-rasul (dan keluarlah) perkataan (dari lidah mereka) selain dari hal-hal tersebut (kedustaan) yaitu (bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan) di sisi Allah,
yaitu mendapat surga; hal ini dijelaskan oleh firman Allah swt. yang lain, yaitu, "Dan jika aku dikembalikan kepada Rabbku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya." (Fushshilat 50).
Selanjutnya Allah swt. berfirman: (Tiadalah diragukan) sudah dipastikan (bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan ke dalamnya)
artinya mereka dibiarkan di dalam neraka, atau mereka dijebloskan ke dalamnya. Menurut suatu qiraat lafal mufrathuuna dibaca mufrithuuna, artinya sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang melampaui batas.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 62 |
Penjelasan ada di ayat 61
Surat An-Nahl |16:63|
تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
tallohi laqod arsalnaaa ilaaa umamim ming qoblika fa zayyana lahumusy-syaithoonu a'maalahum fa huwa waliyyuhumul-yauma wa lahum 'ażaabun aliim
Demi Allah, sungguh Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau (Muhammad), tetapi setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan mereka (yang buruk), sehingga dia (setan) menjadi pemimpin mereka pada hari ini dan mereka akan mendapat azab yang sangat pedih.
By Allah, We did certainly send [messengers] to nations before you, but Satan made their deeds attractive to them. And he is the disbelievers' ally today [as well], and they will have a painful punishment.
(Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus kepada umat-umat sebelum kamu) telah mengutus rasul-rasul Kami (tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka)
yang buruk itu sehingga perbuatan-perbuatan mereka yang buruk itu dilihatnya baik; oleh karenanya mereka mendustakan rasul-rasul (maka setan menjadi pemimpin mereka)
yang mengatur urusan-urusan mereka (di hari itu) yakni di dalam kehidupan dunia (dan bagi mereka azab yang sangat pedih) yang sangat menyakitkan kelak di hari kemudian.
Menurut suatu pendapat dikatakan bahwa makna yang dimaksud dengan hari ini ialah hari kiamat; ungkapan ini menggambarkan tentang kejadian di masa mendatang dalam bentuk sekarang;
artinya tidak ada seorang penolong pun bagi mereka selain Dia, sedangkan setan sendiri tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri, mana mungkin ia dapat menyelamatkan orang lain.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 63 |
Tafsir ayat 63-65
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah mengutus rasul-rasul kepada umat-umat terdahulu, tetapi mereka didustakan oleh kaumnya masing-masing. Maka bagimu, hai Muhammad,
terdapat suri teladan dari kalangan saudara-saudaramu para rasul yang terdahulu. Untuk itu, janganlah kamu kendur semangat dalam menghadapi pendustaan kaummu terhadap dirimu.
Adapun orang-orang musyrik yang mendustakan rasul-rasul itu, sesungguhnya mereka berbuat demikian hanyalah karena dorongan setan yang menghiasi apa yang mereka lakukan, sehingga mereka memandangnya baik.
{فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ}
maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu. (An-Nahl: 63)Artinya, mereka dan setan yang menjadi pemimpin mereka berada dalam siksaan dan pembalasan Allah. Setan tidak dapat menyelamatkan mereka,
tiada yang dapat menolong mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya Dia menurunkan Al-Qur'an kepadanya tiada lain agar dia menjelaskan kepada manusia
apa yang mereka perselisihkan itu. Al-Qur'an adalah pemisah di antara manusia dalam setiap hal yang mereka persengketakan.
{وَهُدًى}
dan menjadi petunjuk. (An-Nahl: 64) bagi hati manusia.
{وَرَحْمَةً}
dan (menjadi) rahmat. (An-Nahl: 64) bagi semua orang yang berpegang teguh kepadanya.
{لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
bagi kaum yang beriman. (An-Nahl: 64)Sebagaimana Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai kehidupan buat hati yang mati karena tadinya ingkar kepada Al-Qur'an, demikian pula Allah menghidupkan bumi yang telah mati dengan air hujan yang diturunkanNya dari langit.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). (An-Nahl: 65)Yakni memahami Kalamullah dan maknanya.
Surat An-Nahl |16:64|
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
wa maaa anzalnaa 'alaikal-kitaaba illaa litubayyina lahumullażikhtalafuu fiihi wa hudaw wa roḥmatal liqoumiy yu`minuun
Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur´an) ini kepadamu (Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
And We have not revealed to you the Book, [O Muhammad], except for you to make clear to them that wherein they have differed and as guidance and mercy for a people who believe.
(Dan Kami tidak menurunkan kepadamu) hai Muhammad (Alkitab ini) Alquran ini (melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu)
yaitu tentang perkara agama (dan menjadi petunjuk) diathafkan kepada lafal litubayyina (dan rahmat bagi kaum yang beriman) kepada Alquran itu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 64 |
Penjelasan ada di ayat 63
Surat An-Nahl |16:65|
وَاللَّهُ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
wallohu anzala minas-samaaa`i maaa`an fa aḥyaa bihil-ardho ba'da mautihaa, inna fii żaalika la`aayatal liqoumiy yasma'uun
Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).
And Allah has sent down rain from the sky and given life thereby to the earth after its lifelessness. Indeed in that is a sign for a people who listen.
(Dan Allah menurunkan dari langit air hujan dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi) dengan tumbuh-tumbuhan (sesudah matinya) dimaksud sesudah mengalami kekeringan.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu) dalam hal yang telah disebutkan itu (benar benar terdapat tanda) yang menunjukkan adanya hari berbangkit
(bagi orang-orang yang mendengarkan) dengan pendengaran dibarengi dengan pemikiran.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 65 |
Penjelasan ada di ayat 63
Surat An-Nahl |16:66|
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
wa inna lakum fil-an'aami la'ibroh, nusqiikum mimmaa fii buthuunihii mim baini farṡiw wa damil labanan khoolishon saaa`ighol lisy-syaaribiin
Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya.
And indeed, for you in grazing livestock is a lesson. We give you drink from what is in their bellies - between excretion and blood - pure milk, palatable to drinkers.
(Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kalian) bahan pelajaran. (Kami memberi kalian minum) lafal ini berfungsi sebagai penjelas
daripada pengertian pelajaran tadi (daripada apa yang berada dalam perutnya) dalam perut binatang ternak itu (di) huruf min di sini menunjukkan makna ibtida dan bertaalluq kepada lafal nusqiikum
(antara kotoran) yakni lemak ususnya (dan darah berupa air susu yang bersih) sedikit pun tidak bercampur kotoran dan darah baik dari segi rasa,
bau atau warnanya atau campuran di antara keduanya (yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya) lewat dengan mudah di tenggorokan mereka dan tidak sulit untuk ditelan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 66 |
Tafsir ayat 66-67
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّ لَكُمْ}
Dan sesungguhnya bagi kalian. (An-Nahl: 66) hai manusia.
{فِي الأنْعَامِ}
pada binatang ternak. (An-Nahl: 66) seperti unta, sapi, dan kambing.
{لَعِبْرَةً}
benar-benar terdapat pelajaran. (An-Nahl: 66)Yaitu tanda dan bukti yang menunjukkan kebijaksanaan Penciptanya, kekuasaan-Nya, rahmat, dan kelembutan-Nya.
{نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ}
Kami memberi kalian minum dari apa yang berada dalam perutnya. (An-Nahl: 66)Damir yang terdapat pada lafaz butunihi dalam bentuk tunggal, tetapi merujuknya kepada makna al-an'am (hewan-hewan ternak);
atau damir kembali kepada hewan (makhluk hidup), karena sesungguhnya binatang ternak termasuk hewan yang bernyawa. Maksud ayat di atas, Kami memberi kalian minum
dari apa yang terdapat di dalam perut binatang ini. Tetapi di dalam ayat yang lain disebutkan dengan bentuk jamak (damir muannas), yaitu:
{مِمَّا فِي بُطُونِهَا}
dari air susu yang ada dalam perutnya. ( Al-Mu’minun: 21)Yang ini dan yang itu boleh, keduanya sama-sama boleh, seperti hal yang terdapat di dalam firman-Nya:
{كَلا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ}
Sekali-kalijangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya. (Al Mudatstsir: 54-55) Demikian pula dalam contoh yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ}
Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman. (An-Naml: 35-36)Yakni dengan membawa hadiah yang berupa harta benda (Al-Mal) itu. Firman Allah Swt.:
{مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا}
antara tahi dan darah berupa susu yang bersih. (An-Nahl: 66)Yaitu warna putihnya, rasa susunya, dan kemanisannya terpisah dari darah di antara tahi dan darah melalui suatu proses dalam perut hewan;
maka masing-masing dari ketiganya berjalan ke tempat salurannya masing-masing bila makanan yang ada di dalam perut hewan telah diproses. Darah mengalir ke arah urat-urat, air susu mengalir ke arah tetek,
sedangkan air kencing mengalir ke arah kemaluan, dan tahi disalurkan ke tempat pembuangan (anus)nya. Dengan kata lain, masing-masing dari ketiganya tidak bercampur dengan yang lain setelah terpisah (teruraikan), tidak pula berubah.
Firman Allah Swt.:
{لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ}
berupa susu yang bersih yang mudah ditelan bagi orang-orang yang hendak meminumnya. (An-Nahl: 66)Artinya, tiada seorang pun yang merasa sulit meminumnya. Setelah Allah menyebutkan perihal air susu,
yang antara lain Dia menyebutkan bahwa air susu itu dijadikan-Nya sebagai minuman yang mudah ditelan oleh orang-orang yang meminumnya; kemudian Allah menyebutkan tentang jenis minuman lain yang dibuat oleh manusia
yang dihasilkan dari buah kurma dan buah anggur, serta minuman perasan yang memabukkan yang dahulu sering mereka buat sebelum diharamkan. Karena itulah, maka dalam ayat ini Allah menyebutkan karunia yang telah diberikan-Nya
kepada mereka melalui firman-Nya:
{وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا}
Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang memabukkan. (An-Nahl: 67)Hal ini menunjukkan bahwa khamr dihalalkan menurut syara' sebelum ada pengharamannya, sekaligus menunjukkan makna persamaan
antara yang memabukkan yang terbuat dari perasan buah kurma dan yang terbuat dari perasan buah anggur. Demikianlah menurut mazhab Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Ahmad serta jumhur ulama.
Hukum yang sama diberlakukan pula terhadap semua jenis minuman ini yang terbuat dari gandum, jewawut, jagung, dan madu; seperti yang telah disebutkan secara rinci oleh sunnah, dan di sini tidak akan diuraikan pembahasannya secara rinci.
Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. (An-Nahl: 67) . Minuman yang memabukkan ialah minuman haram yang terbuat dari keduanya (kurma dan anggur),
sedangkan yang dimaksud dengan rezeki yang baik ialah hal-hal yang dihalalkan dari hasil keduanya. Menurut riwayat yang lain, yang memabukkan adalah yang diharamkan, sedangkan rezeki yang baik ialah yang dihalalkan.
Dengan kata lain, hasil yang kering dari kedua jenis buah ini (kurma dan anggur) dan jenis minuman lain yang terbuat dari keduanya yang tidak memabukkan, seperti minuman perasan anggur dan kurma sebelum berubah menjadi keras; begitu pula
cuka yang dihasilkan dari keduanya, seperti yang telah disebutkan oleh sunnah.
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (An-Nahl: 67)Penyebutan akal dalam ayat ini sangat tepat, karena akal merupakan bagian yang termulia dari manusia.
Untuk itulah maka Allah mengharamkan kepada umat ini semua jenis minuman yang memabukkan demi menjaga akal mereka.Sehubungan dengan buah kurma dan buah anggur ini, Allah Swt.
menyebutkannya pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الأزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الأرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ}
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka.
Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Mahasuci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin: 34-36)
Surat An-Nahl |16:67|
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
wa min ṡamarootin-nakhiili wal-a'naabi tattakhiżuuna min-hu sakarow wa rizqon ḥasanaa, inna fii żaalika la`aayatal liqoumiy ya'qiluun
Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti.
And from the fruits of the palm trees and grapevines you take intoxicant and good provision. Indeed in that is a sign for a people who reason.
(Dan dari buah kurma dan anggur) terdapat jenis buah-buahan (yang kalian dapat membuat minuman yang memabukkan daripadanya) dimaksud khamar yang dapat memabukkan.
Di sini kata muskiran disebutkan dengan memakai mashdarnya, yaitu sakaran. Hal ini diturunkan sebelum adanya pengharaman khamar (dan rezeki yang baik) seperti selai kurma, anggur kering,
cuka dan sirup. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (benar-benar terdapat tanda) yang menunjukkan kekuasaan Allah swt. (bagi orang-orang yang berakal) yang memikirkannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 67 |
Penjelasan ada di ayat 66
Surat An-Nahl |16:68|
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
wa auḥaa robbuka ilan-naḥli anittakhiżii minal-jibaali buyuutaw wa minasy-syajari wa mimmaa ya'risyuun
Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, "Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,
And your Lord inspired to the bee, "Take for yourself among the mountains, houses, and among the trees and [in] that which they construct.
(Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah) dalam bentuk ilham (hendaknya) huruf an di sini dapat diartikan sebagai an mashdariyah atau an mufassirah
(buatlah sarang-sarang di bukit-bukit) tempat kamu berdiam (dan di pohon-pohon) sebagai tempat tinggal (dan di tempat-tempat yang dibikin manusia) sarang-sarang buatan manusia untuk kamu,
jika kamu tidak suka kepada sarang buatan manusia, kamu boleh menempati tempat yang lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 68 |
Tafsir ayat 68-69
Yang dimaksud dengan 'wahyu' dalam ayat ini ialah ilham, petunjuk, dan bimbingan dari Allah kepada lebah agar lebah membuat sarangnya di bukit-bukit, juga di pohon-pohon serta di tempat-tempat yang dibuat manusia.
Kemudian berkat adanya ilham dari Allah ini lebah membangun rumah (sarang)nya dengan sangat rapi struktur dan susunannya, sehingga tidak ada cela padanya.Kemudian Allah Swt. menganugerahkan insting kepada lebah
untuk makan dari sari buah-buahan dan menempuh jalan-jalan yang telah dimudahkan oleh Allah baginya; sehingga lebah dapat menempuh jalan udara yang luas, padang sahara yang membentang luas, lembah-lembah,
dan gunung-gunung yang tinggi menurut apa yang disukainya. Lalu masing-masing lebah dapat kembali ke sarangnya tanpa menyimpang ke arah kanan atau ke arah kiri, melainkan langsung menuju sarangnya,
tempat ia meletakkan telur-telurnya dan madu yang dibuatnya. Lebah membangun lilin untuk sarangnya dengan kedua sayapnya, dan dari mulutnya ia memuntahkan madu; sedangkan lebah betina mengeluarkan telur dari duburnya,
kemudian menetas dan terbang ke tempat kehidupannya.Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). (An-Nahl: 69)
Yakni dengan penuh ketaatan. Qatadah dan Abdur Rahman menjadikan lafaz zululan sebagai hal (keterangan keadaan) dari lafaz fasluki, yakni 'dan tempuhlah jalan Tuhanmu dengan penuh ketaatan'. Makna ayat menurut Ibnu Zaid mirip
dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ}
Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. (Yasin: 72)Ibnu Zaid mengatakan, tidakkah kamu lihat bahwa orang-orang memindahkan
lebah-lebah itu berikut sarangnya dari suatu negeri ke negeri yang-lain, sedangkan lebah-lebah itu selalu mengikuti mereka.Akan tetapi, pendapat yang pertama adalah pendapat yang paling kuat, yaitu yang mengatakan bahwa
lafaz zululan menjadi hal dari lafaz subul (jalan). Dengan kata lain, tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Demikianlah menurut apa yang telah dinaskan oleh Mujahid. Ibnu Jarir mengatakan bahwa kedua pendapat tersebut benar.
Sehubungan dengan hal ini Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan:
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخ، حَدَّثَنَا سُكَيْن بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عُمْرُ الذُّبَابِ أَرْبَعُونَ يَوْمًا، وَالذُّبَابُ كُلُّهُ فِي النَّارِ إِلَّا النَّحْلَ"
telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami Makin ibnu Abdul Aziz, dari ayahnya, dari sahabat Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Usia serangga empat puluh hari, dan semua jenis serangga dimasukkan ke dalam neraka kecuali lebah.Firman Allah Swt.:
{يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ}
Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69)Maksudnya, dengan berbagai macam warnanya,
ada yang putih, kuning, merah, dan warna-warna lainnya yang indah sesuai dengan tempat peternakan dan makanannya. Firman Allah Swt.
{فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ}
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-NahJ: 69)Di dalam madu terdapat obat penawar yang mujarab bagi manusia untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit yang dialami mereka.
Salah seorang ulama yang membicarakan tentang pengobatan cara Nabi mengatakan bahwa seandainya ayat ini menyebutkan Asy-syifa-u lin nas, tentulah madu dapat dijadikan sebagai obat untuk segala macam penyakit.
Akan tetapi, disebutkan syifa-un lin rias, yakni obat penyembuh bagi manusia dari penyakit-penyakit yang disebabkan kedinginan; karena sesungguhnya madu itu panas, dan sesuatu itu diobati dengan lawannya.
Mujahid dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69) Bahwa damir yang ada pada fihi kembali kepada Al-Qur'an.
Pendapat ini jika terpisah dari konteks dapat dibenarkan; tetapi bila dikaitkan dengan kontek kalimat, jelas bukan makna yang dimaksud, mengingat konteknya menyebutkan tentang masalah madu (bukan Al-Qur'an).
Pendapat Mujahid dalam ayat ini tidak dapat diikuti, dan sesungguhnya apa yang dimaksudkan oleh Mujahid hanyalah disebutkan oleh para ulama sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ}
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Isra: 82)
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ}
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus: 57)
Dalil yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69) adalah madu yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
di dalam kitab sahihnya masing-masing melalui riwayat Qatadah:
عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَلِيِّ بْنِ دَاوُدَ النَّاجِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ أَخِي استَطْلَق بطنُه. فَقَالَ: "اسْقِهِ عَسَلًا". فَسَقَاهُ عَسَلًا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سَقَيْتُهُ عَسَلًا فَمَا زَادَهُ إِلَّا اسْتِطْلَاقًا! قَالَ: "اذْهَبْ فَاسْقِهِ عَسَلًا". فَذَهَبَ فَسَقَاهُ، ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا زَادَهُ إِلَّا اسْتِطْلَاقًا! فقال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ اللَّهُ، وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ! اذْهَبْ فَاسْقِهِ عَسَلًا". فَذَهَبَ فَسَقَاهُ فَبَرِئَ
dari Abul Mutawakkil Ali ibnu Daud An-Naji, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Sesungguhnya saudara laki-lakiku terkena penyakit buang air."
Maka Nabi Saw. bersabda, "Berilah minum madu." Lelaki itu pulang dan memberi minum madu kepada saudaranya. Kemudian ia kembali dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah memberinya minum madu, tetapi tiada membawa kebaikan
melainkan bertambah parah buang airnya." Rasulullah Saw. bersabda, "Pergilah dan berilah dia minum madu." Lelaki itu pulang dan memberi minum madu kepada saudaranya yang sakit itu. Tetapi dia kembali lagi dan berkata,
"Wahai Rasulullah, tiada kemajuan, melainkan makin parah." Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Mahabenar Allah dan dustalah perut saudaramu itu. Pulanglah dan berilah dia minum madu lagi!" Maka lelaki itu pergi dan memberi minum madu
saudaranya, maka sembuhlah saudaranya itu.Salah seorang ahli ketabiban memberikan analisisnya tentang hadis ini, bahwa lelaki yang dimaksud (si penderita) menderita sakit buang air. Setelah diberi minum madu, sedangkan madu itu panas,
maka penyakitnya menjadi teruraikan, sehingga cepat keluar dan mencretnya makin bertambah. Akan tetapi, orang Badui itu mempunyai pengertian lain, bahwa madu membahayakan kesehatan saudaranya, padahal kenyataannya
bermanfaat bagi saudaranya.Kemudian ia memberi saudaranya minum madu sekali lagi, tetapi mencret saudaranya itu kian bertambah, lalu diberinya minum madu sekali lagi. Dan setelah semua endapan yang merusak kesehatan
dalam perutnya keluar, barulah perutnya sehat, ia tidak mulas lagi, dan semua penyakit hilang berkat petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah Saw. dari Tuhannya.Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu Urwah,
dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang telah mengatakan:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعْجِبُهُ الْحَلْوَاءُ وَالْعَسَلُ
Bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. suka makanan yang manis dan madu.Demikianlah menurut lafaz yang ada pada Imam Bukhari. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan pula sebuah hadis melalui Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"الشِّفَاءُ فِي ثَلَاثَةٍ: فِي شَرْطةِ مِحْجَم، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ كيَّةٍ بِنَارٍ، وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنِ الْكَيِّ"
Penyembuhan itu dengan tiga macam cara, yaitu melalui sayatan bekam, atau minuman madu, atau setrika dengan api; tetapi Aku larang umatku berobat memakai cara setrika.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الغَسِيل، عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ، سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ، أَوْ يكونُ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ خَيْرٌ: فَفِي شَرْطَةِ مِحْجَم، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ لَذْعَةٍ بِنَارٍ تُوَافِقُ الدَّاءَ، وَمَا أُحِبُّ أَنْ أَكْتَوِيَ".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Gasil, dari Asim ibnu Umar ibnu Qatadah; ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Jikalau pada sesuatu dari cara pengobatan kalian mengandung kebaikan, atau bila nanti ada kebaikan dalam salah satu cara pengobatan kalian, maka adanya pada sayatan bekam,
atau minuman madu, atau sengatan api yang disesuaikan dengan jenis penyakit; tetapi saya tidak suka dengan cara setrika.Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, dari Jabir, dengan sanad yang sama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَنْبَأَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ أَبِي الْخَيْرِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الجُهَني قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "ثَلَاثٌ إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ شِفَاءٌ: فشَرْطة مِحْجَم، أَوْ شَرْبَةُ عَسَلٍ، أَوْ كيَّة تُصِيبُ أَلَمًا، وَأَنَا أَكْرَهُ الْكَيَّ وَلَا أُحِبُّهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid,
dari Abul Khair, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhani yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada tiga cara: Jika pada salah satunya terdapat kesembuhan, yaitu sayatan bekam, atau minuman madu,
atau setrikaan pada anggota yang terkena sakit; tetapi aku benci dan tidak suka pengobatan cara setrika.Imam Tabrani meriwayatkan hadis ini dari Harun ibnu Salul Al-Masri, dari Abu Abdur Rahman Al-Muqri, dari Abdullah ibnul Walid
dengan sanad yang sama. Lafaznya berbunyi seperti berikut:
"إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ شِفَاءٌ: فَشَرْطَةُ مِحْجَمٍ"
Jikalau ada kesembuhan pada cara pengobatan, maka adanya pada sayatan bekam.Hadis ini disebutkan hingga selesai. Sanad hadis berpredikat sahih, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ مَاجَهْ الْقَزْوِينِيُّ فِي سُنَنِهِ: حَدَّثَنَا علي بن سلمة -هُوَ اللَّبَقِيُّ-حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "عَلَيْكُمْ بِالشِّفَاءَيْنِ: الْعَسَلُ وَالْقُرْآنُ"
Imam Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah Al-Qazwaini mengatakan di dalam kitab sunnahnya bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Salamah At-Tagallubi, telahmenceritakan kepada kami Zaid ibnu Hubab,
telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Gunakanlah oleh kalian dua penawar, yaitu madu dan Al-Qur’an.
Sanad hadis ini berpredikat jayyid, Ibnu Majah mengetengahkannya secara munfarid dengan predikat marfu’. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Waki', dari ayahnya, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama
secara mauquf dan riwayat inilah yang lebih mendekati kebenaran.Telah diriwayatkan pula kepada kami melalui Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib r.a., bahwa ia pernah mengatakan, "Apabila seseorang di antara kalian menghendaki kesembuhan,
hendaklah menulis sebuah ayat dari Kitabullah (Al-Qur'an) pada selembar kertas, lalu cucilah kertas itu dengan air dari langit (air hujan). Kemudian hendaklah ia meminta uang satu dirham dari istrinya secara suka rela,
lalu uang itu dibelikan madu, dan madu itu diminum, karena madu itu mengandung kesembuhan pula," yakni penyembuh dari berbagai macam penyakit.Allah Swt. telah berfirman:
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ}
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Isra: 82)
{وَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا}
Dan Kami turunkan air dari langit yang banyak manfaatnya. (Qaf: 9)
{فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا}
Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (An-Nisa: 4) Dan firman Allah Swt. dalam masalah madu, yaitu:
{فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ}
di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69)
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خِدَاش، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَكَرِيَّا الْقُرَشِيُّ، حَدَّثَنَا الزُّبَيْرُ بْنُ سَعِيدٍ الْهَاشِمِيُّ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ سَالِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ لَعِق الْعَسَلَ ثَلَاثَ غَدَوَاتٍ فِي كُلِّ شَهْرٍ لَمْ يُصِبْهُ عَظِيمٌ مِنَ الْبَلَاءِ"
Ibnu Majah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Khaddasy, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zakaria Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Az-Zubair ibnu Sa'id Al-Hasyimi,
dari Abdul Hamid ibnu Salim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang meneguk madu tiga kali setiap bulannya, maka tidak akan terkena penyakit yang parah.
Az-Zubair ibnu Sa'id tidak dapat diterima hadisnya (matruk).
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ بْنِ سَرْح الْفِرْيَابِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ بَكْرٍ السَّكْسَكي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي عبَلة. سمعت أبا أبي ابن أُمِّ حَرَام -وَكَانَ قَدْ صَلَّى الْقِبْلَتَيْنِ-يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: "عَلَيْكُمْ بالسَّنَى والسَّنُّوت، فَإِنَّ فِيهِمَا شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا السَّامَ". قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا السَّامُ؟ قَالَ: "الْمَوْتُ".
Ibnu Majah mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf ibnu Sarh Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Bakr As-Saksaki, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim ibnu Abu Ablah; ia pernah mendengar Abu Ubay ibnu Ummu Haram yang pernah salat menghadap ke arah dua kiblat, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Berobatlah kalian dengan biji as-sana
dan biji as-sanut, karena sesungguhnya pada keduanya terdapat penyembuh dari berbagai macam penyakit, kecuali Sam. Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan sam?" Rasulullah Saw.
menjawab bahwa sam adalah maut.Amr berkata bahwa Abu Ablah mengatakan, "As-sanut adalah biji pohon syabat." Menurut ulama lain, sanut adalah madu yang disimpan di dalam wadah minyak samin, seperti yang dikatakan
oleh seorang penyair mereka, yaitu: "Mereka menyukai samin dan madu yang tidak mereka campurkan, dan mereka selalu melindungi tetangganya, tidak pernah berbuat aniaya kepadanya."Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (An-Nahl: 67)Yakni sesungguhnya ilham dari Allah kepada serangga yang lemah ini —yang memerintahkan kepadanya
agar menempuh jalan yang telah ditetapkan untuknya seraya memikul tugas mengisap sari buah-buahan, lalu mengumpulkannya dan memprosesnya secara alami menjadi lilin dan madu— benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah
bagi orang-orang yang memikirkan keagungan Penciptanya yang telah-mengaturnya, menundukkannya, dan yang memperjalankannya; pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan dari fenomena ini bahwa Allah adalah Yang Menciptakan itu,
Dia Mahakuasa, Mahabijaksana, Maha Mengetahui, Mahamulia, dan Maha Pengasih.
Surat An-Nahl |16:69|
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
ṡumma kulii ming kulliṡ-ṡamarooti faslukii subula robbiki żululaa, yakhruju mim buthuunihaa syaroobum mukhtalifun alwaanuhuu fiihi syifaaa`ul lin-naas, inna fii żaalika la`aayatal liqoumiy yatafakkaruun
kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan, lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.
Then eat from all the fruits and follow the ways of your Lord laid down [for you]." There emerges from their bellies a drink, varying in colors, in which there is healing for people. Indeed in that is a sign for a people who give thought.
(Kemudian makanlah dari setiap buah-buahan dan tempuhlah) masukilah (jalan Rabbmu) jalan-jalan yang telah ditunjukkan oleh-Nya kepadamu di dalam mencari rezekimu
(yang telah dimudahkan) lafal dzululan ini adalah bentuk jamak dari lafal tunggal dzaluulun; berkedudukan menjadi hal dari lafal subula rabbiki.
Artinya jalan yang telah dimudahkan bagimu sehingga amat mudah ditempuh sekali pun sangat sulit dan kamu tidak akan sesat untuk kembali ke sarangmu
dari tempat itu betapa pun jauhnya. Akan tetapi menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa lafal dzululan ini menjadi hal daripada dhamir yang terdapat di dalam lafal uslukiy sehingga artinya menjadi:
yang telah ditundukkan untuk memenuhi kehendakmu. (Dari perut lebah itu keluar minuman) yakni berupa madu
(yang bermacam-macam warnanya di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia) dari berbagai macam penyakit.
Menurut suatu pendapat dikatakan dari sebagian penyakit saja karena ditunjukkan oleh pengertian ungkapan lafal syifaaun yang memakai nakirah.
Atau sebagai obat untuk berbagai macam penyakit bila digabungkan dengan obat-obat lainnya. Aku katakan bila tidak dicampur dengan obat yang lain, maka sesuai dengan niat peminumnya.
Sungguh Nabi saw. telah memerintahkan untuk meminum madu bagi orang yang perutnya kembung demikianlah menurut riwayat yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan) ciptaan-Nya
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 69 |
Penjelasan ada di ayat 68
Surat An-Nahl |16:70|
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
wallohu kholaqokum ṡumma yatawaffaakum wa mingkum may yuroddu ilaaa arżalil-'umuri likai laa ya'lama ba'da 'ilmin syai`aa, innalloha 'aliimung qodiir
Dan Allah telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu, di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia yang tua renta (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa.
And Allah created you; then He will take you in death. And among you is he who is reversed to the most decrepit [old] age so that he will not know, after [having had] knowledge, a thing. Indeed, Allah is Knowing and Competent.
(Allah menciptakan kalian) yang sebelumnya kalian bukan merupakan apa-apa (kemudian mewafatkan kalian) bila ajal kalian telah tiba
(dan di antara kalian ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah) umur yang sangat lanjut dan pikun (supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya)
Ikrimah mengatakan, bahwa barang siapa yang selalu membaca Alquran, maka ia tidak akan sampai kepada keadaan seperti ini. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui)
di dalam mengatur makhluk-Nya (lagi Maha Kuasa) terhadap apa yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 70 |
Allah Swt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan mereka dari tiada, kemudian setelah itu Dia mematikan mereka. Di antara mereka ada sebagian orang
yang dibiarkan-Nya berusia lanjut hingga memasuki usia pikun, yakni menjadi lemah kembali tubuhnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. (Ar-Rum: 54), hingga akhir ayat.Telah diriwayatkan dari Ali r.a. bahwa usia yang paling lemah
atau usia pikun ialah tujuh puluh lima tahun. Dalam usia ini seseorang akan memudar kekuatannya dan menjadi lemah, tubuhnya rapuh, hafalannya buruk (pelupa), dan pengetahuannya berkurang. Karena itulah dalam ayat ini
disebutkan oleh firman-Nya:
{لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا}
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. (An-Nahl: 70)Artinya, pada mulanya seseorang menjadi orang yang berpengetahuan, kemudian dalam usia pikun jadilah dia orang yang pelupa dan linglung.Karena itulah Imam Bukhari di dalam kitab tafsirnya yang membahas ayat ini mengatakan:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مُوسَى أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْأَعْوَرُ، عَنْ شُعَيب، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كان يَدْعُو: "أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَالْكَسَلِ، وَالْهَرَمِ وَأَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، وَفِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ".
telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Musa Abu Abdullah Al-A'war, dari Syu'aib, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah berucap dalam doanya:
Aku berlindung kepada Engkau dari kekikiran, malas, pikun, umur yang paling lemah, siksa kubur, fitnah Dajjal serta fitnah kehidupan dan kematian.Zuhair ibnu Abu Salma dalam syair Mu'allaqat-nya yang terkenal mengatakan:
سَئمتُ تَكَاليفَ الحيَاة ومَنْ يعشْ ... ثمانينَ عاما -لا أبَالك-يَسْأم ... رَأيتُ المَنَايا خَبط عَشْواء مَنْ تصِبْ ... تمتْه ومَنْ تُخْطئ يُعَمَّرْ فَيهْرَمِ
Saya sudah bosan dengan beban-beban kehidupan, barang siapa yang diberi umur delapan puluh tahun, saya katakan kepadamu tanpa peduli, bahwa dia pasti bosan. Kulihat maut tidak pandang bulu, siapa pun yang dikenainya pasti mati, dan siapa yang luput darinya berusia panjang, lalu pikun.
Surat An-Nahl |16:71|
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ ۚ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَىٰ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ ۚ أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ
wallohu fadhdhola ba'dhokum 'alaa ba'dhin fir-rizq, fa mallażiina fudhdhiluu biroooddii rizqihim 'alaa maa malakat aimaanuhum fa hum fiihi sawaaa`, a fa bini'matillaahi yaj-ḥaduun
Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezekinya kepada para hamba sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?
And Allah has favored some of you over others in provision. But those who were favored would not hand over their provision to those whom their right hands possess so they would be equal to them therein. Then is it the favor of Allah they reject?
(Dan Allah melebihkan sebagian kalian dari sebagian yang lain dalam hal rezeki) di antara kalian ada yang kaya dan ada pula yang miskin,
serta ada pula yang menjadi raja dan yang menjadi hamba sahaya (tetapi orang-orang yang dilebihkan rezekinya tidak mau) yakni tuan-tuan pemilik hamba sahaya
(memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki) artinya mereka tidak mau menjadikan rezeki yang Kami limpahkan kepada mereka menjadi milik bersama antara mereka
dan hamba-hamba sahaya mereka (agar mereka) yakni para pemilik hamba sahaya dan para hamba sahaya yang dimilikinya (sama merasakan rezeki itu) bersekutu memilikinya.
Makna yang dimaksud ialah, bahwa mereka tidak akan mau menjadikan harta mereka untuk milik bersama dengan hamba-hamba sahaya mereka,
maka mengapa mereka menjadikan sebagian daripada milik-milik Allah menjadi sekutu-sekutu-Nya. (Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah) karena ternyata mereka telah menjadikan bagi-Nya sekutu-sekutu.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 71 |
Allah Swt. menjelaskan perihal kebodohan dan kekafiran orang-orang musyrik dalam keyakinan mereka yang menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal dalam hati kecilnya mereka mengakui bahwa sekutu-sekutu itu pun
adalah hamba-hamba Allah juga. Seperti yang biasa mereka katakan dalam talbiyah mereka saat berhaji, yaitu: "Labbaika (kupenuhi seruan-Mu), tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang menjadi milikMu; Engkau memilikinya,
sedangkan ia tidak mempunyai milik."Maka Allah Swt. membantah mereka, "Kalian tidak rela bila budak-budak kalian memiliki hak sama rata dengan kalian dalam harta yang Kami rezekikan kepada kalian.
Maka mana mungkin Allah rida bila hamba-hamba-Nya dipersamakan dengan-Nya dalam memperoleh penyembahan dan pengagungan?" Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ}
Dia membuat perumpamaan untuk kalian dari diri kalian sendiri. Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kanan kalian, sekutu bagi kalian dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian;
maka kalian sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kalian takut kepada mereka sebagaimana kalian takut kepada diri kalian sendiri? (Ar-Rum: 28), hingga akhir ayat.Al-Aufi telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa tiadalah mereka akan menjadikan hamba sahaya mereka sebagai sekutu mereka dalam memiliki harta benda dan kaum wanita mereka.
Maka mengapa mereka mempersekutukan Aku dengan hamba-hamba-Ku dalam kekuasaan-Ku? Yang demikian itu adalah makna firman-Nya:
{أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? (An-Nahl: 71)Dalam riwayat lain Al-Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa mengapa kalian rela menisbatkan kepada-Ku hal yang tidak kalian sukai buat diri kalian sendiri?
{أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ}
Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? (An-Nahl: 71)Yakni mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah. Maka ternyata mereka mengingkari nikmat-nikmat-Nya
dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Dari Al-Hasan Al-Basri, disebutkan bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy'ari yang bunyinya seperti berikut: "Puaslah dengan rezeki yang diberikan kepadamu,
karena sesungguhnya Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengutamakan sebagian di antara hamba-hamba-Nya atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, sebagai cobaan untuk menguji masing-masing (dari mereka).
Maka Allah menguji orang yang telah Dia luaskan rezekinya, bagaimanakah ia bersyukur kepada Allah dan apakah dia menunaikan hak yang diwajibkan atas rezeki dan harta yang telah diberikan kepadanya" (Diriwayatkan oleh ibnu Abu Hatim).
Surat An-Nahl |16:72|
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
wallohu ja'ala lakum min anfusikum azwaajaw wa ja'ala lakum min azwaajikum baniina wa ḥafadataw wa rozaqokum minath-thoyyibaat, a fa bil-baathili yu`minuuna wa bini'matillaahi hum yakfuruun
Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?
And Allah has made for you from yourselves mates and has made for you from your mates sons and grandchildren and has provided for you from the good things. Then in falsehood do they believe and in the favor of Allah they disbelieve?
(Allah menjadikan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri) maka Allah menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam dan semua manusia lainnya dari mani kaum laki-laki dan wanita
(dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian itu, anak-anak dan cucu-cucu) keturunan dari anak-anaknya (dan memberi kalian rezeki dari yang baik-baik)
berupa berbagai macam buah-buahan, biji-bijian dan hewan-hewan ternak (maka mengapa kepada yang batil) kepada berhala (mereka beriman dan mengapa mereka ingkar terhadap nikmat Allah) dengan menyekutukan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 72 |
Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa di antaranya ialah Dia menjadikan bagi mereka istri-istri dari jenis dan rupa mereka sendiri.
Seandainya Allah menjadikan bagi mereka istri-istri dari jenis lain, tentulah tidak akan ada kerukunan, cinta, dan kasih sayang. Tetapi berkat rahmat Allah, Dia menciptakan Bani Adam jenis laki-laki dan perempuan,
dan Dia menjadikan perempuan sebagai istri dari laki-laki.Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa dari hasil perkawinan itu Dia menjadikan anak-anak dan cucu-cucu bagi mereka. Hafadah artinya anak-anak dari anak laki-laki,
menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Al-Hasan, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid. Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud ialah anak-anak dan cucu-cucu.
Sunaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Abu Bakar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa al-banin ialah anak-anakmu yang membantumu dan memberikan pelayanannya kepadamu,
seperti yang dikatakan oleh salah seorang penyair dalam bait syairnya, yaitu:
حفَد الْوَلَائِدُ حَوْلهُن وأسلمت ... بِأكُفِّهن أزِمَّةَ الأجْمَال
"Anak-anak itu memberikan pelayanan di sekitar mereka dan aku serahkan tali kendali unta kepada anak-anak itu melalui telapak tangan mereka."Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Baruna wahafadah"
bahwa makna yang dimaksud ialah anak seseorang dan pelayannya. Dalam riwayat lain disebutkan pula bahwa hafadah ialah penolong, para pembantu, dan para pelayan. Tawus dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang
mengatakan bahwa hafadah artinya para pelayan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah, Abu Malik, dan Al-Hasan Al-Basri.Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Al-Hakam ibnu Aban,
dari Ikrimah; ia mengatakan bahwa hafadah ialah orang-orang yang melayanimu dari kalangan anak-anak dan cucu-cucumu. Ad-Dahhak mengatakan, sesungguhnya orang-orang Arab itu hanyalah dilayani oleh anak-anaknya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt.: dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian itu anak-anak dan cucu-cucu. (An-Nahl: 72) Bahwa yang dimaksud dengan hafadah ialah anak-anak tiri.
Dan dikatakan hafadah bagi seseorang yang bekerja pada orang lain, misalnya, "Fulanunyahfadu larid (si Fulan bekerja untuk kami)." Tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa hafadah ialah besan seseorang.
Pendapat terakhir yang disebutkan oleh Ibnu Abbas ini bersumber dari Ibnu Mas'ud, Masruq, Abud Duha, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, dan Al-Qurazi. Ikrimah telah meriwayatkannya dari Ibnu Abbas.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa hafadah adalah menantu.Ibnu Jarir mengatakan, semua pendapat tersebut termasuk ke dalam pengertian hafadah, yaitu pelayan yang termasuk ke dalam pengertian ini
hal yang disebutkan di dalam doa qunut, yaitu:
"وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ"
"Dan hanya karena Engkaulah usaha dan pelayanan kami."Mengingat pelayanan ini adakalanya berasal dari anak-anak, para pelayan, dan saudara ipar, maka nikmat pelayanan itu telah terujudkan dengan adanya kesemuanya itu. Untuk itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya:
{وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً}
dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian, anak-anak, dan cucu-cucu. (An-Nahl: 72)Menurut kami, siapa yang menjadikan lafaz hafadah ber-ta'alluq kepada lafaz azwajikum, maka sudah seharusnya dikatakan bahwa
makna yang dimaksud adalah cucu-cucu atau menantu, sebab menantu adalah suami anak perempuan, dan termasuk ke dalam pengertian ini anak-anak istri (anak tiri). Demikianlah yang dikatakan oleh Asy-Sya'bi dan Ad-Dahhak.
Karena sesungguhnya mereka itu kebanyakan berada di bawah jaminan seorang lelaki dan berada di bawah asuhannya serta menjadi pelayannya. Dan adakalanya pengertian inilah yang dimaksudkan dari sabda Nabi Saw.
dalam hadis Nadrah ibnu Aktam yang bunyinya:
"وَالْوَلَدُ عَبْدٌ لَكَ"
Anak adalah budakmu. (Riwayat Abu Daud)Adapun menurut pendapat orang yang mengatakan bahwa hafadah adalah para pelayan, hal ini berarti lafaz hafadah ber-ta'alluq kepada firman-Nya:
{وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا}
Allah menjadikan bagi kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri. (An-Nahl: 72)Maksudnya, Dia telah menjadikan bagi kalian istri-istri dan anak-anak sebagai pelayan-pelayan kalian. Firman Allah Swt.:
{وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ}
dan memberi kalian rezeki dari yang baik-baik. (An-Nahl: 72)Yakni makanan-makanan dan minuman-minuman.Kemudian Allah Swt. berfirman mengingkari sikap orang-orang yang mempersekutukan diri-Nya dalam penyembahan dengan selain-Nya, padahal Dialah yang memberikan nikmat-nikmat itu kepada mereka:
{أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ}
Maka mengapa mereka beriman kepada yang batil. (An-Nahl: 72)Yang dimaksnd dengan 'yang batil' dalam ayat ini ialah sekutu-sekutu dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah.
{وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ}
dan mengingkari nikmat Allah? (An-Nahl: 72)Yaitu menyembunyikan nikmat-nikmat Allah, lalu mereka nisbatkan kepada selain-Nya. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan seperti berikut:
"أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ممتنا عليه" ألم أزوجك؟ ألم أُكْرِمْكَ؟ أَلَمْ أُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ وَأَذَرْكَ ترأس وتَرْبع؟ "
Sesungguhnya Allah berfirman kepada seorang hamba pada hari kiamat mengingatkan akan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya, "Bukankah Aku telah mengawinkanmu?
Bukankah Aku telah memuliakannmu? Bukankah Aku tundukkan bagimu kuda dan unta, serta membiarkanmu memimpin dan berkuasa?”
Surat An-Nahl |16:73|
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ
wa ya'buduuna min duunillaahi maa laa yamliku lahum rizqom minas-samaawaati wal-ardhi syai`aw wa laa yastathii'uun
dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang sama sekali tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka, dari langit dan bumi, dan tidak akan sanggup (berbuat apa pun).
And they worship besides Allah that which does not possess for them [the power of] provision from the heavens and the earth at all, and [in fact], they are unable.
(Dan mereka menyembah selain Allah) (sesuatu yang tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka dari langit) yang dimaksud adalah hujan (dan bumi)
yakni tumbuh-tumbuhan (barang sedikit pun) lafal syaian berkedudukan menjadi badal atau pengganti dari lafal rizqan (dan tidak berkuasa) tidak mampu berbuat apa-apa sedikit pun, yang dimaksud adalah berhala-berhala.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 73 |
Tafsir ayat 73-74
Allah Swt. berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah bersama-Nya, padahal Allah-lah yang memberikan nikmat. Pemberi karunia. Yang Menciptakan. Yang memberi rezeki,
hanya Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tetapi selain dari itu mereka menyembah selain Allah, yaitu berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tandingan-tandingan yang tidak memiliki rezeki barang sedikit pun bagi mereka
dari langit dan bumi. Dengan kata lain, sekutu-sekutu itu tidak dapat menurunkan hujan dan tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman dan pohon-pohonan. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah memiliki hal tersebut bagi diri mereka.
Dengan kata lain, tiadalah bagi mereka hal tersebut dan mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun mereka memiliki kehendak. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{فَلا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الأمْثَالَ}
Maka janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. (An-Nahl: 74)Dengan kata lain, janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu, tandingan-tandingan, dan penyerupaan-penyerupaan bagi-Nya.
{إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. (An-Nahl: 74)Yakni sesungguhnya Allah mengetahui dan menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia sendiri, sedangkan kalian —karena kebodohan kalian sendiri— mempersekutukan-Nya dengan yang lain.
Surat An-Nahl |16:74|
فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
fa laa tadhribuu lillaahil-amṡaal, innalloha ya'lamu wa antum laa ta'lamuun
Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sungguh, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
So do not assert similarities to Allah. Indeed, Allah knows and you do not know.
(Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan) artinya janganlah kalian menjadikan bagi Allah persamaan-persamaan yang kalian sekutukan mereka dengan-Nya.
(Sesungguhnya Allah mengetahui) bahwa tiada tandingan bagi-Nya (sedangkan kalian tidak mengetahui) hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 74 |
Penjelasan ada di ayat 73
Surat An-Nahl |16:75|
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَمْلُوكًا لَا يَقْدِرُ عَلَىٰ شَيْءٍ وَمَنْ رَزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا ۖ هَلْ يَسْتَوُونَ ۚ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
dhoroballohu maṡalan 'abdam mamluukal laa yaqdiru 'alaa syai`iw wa mar rozaqnaahu minnaa rizqon ḥasanan fa huwa yunfiqu min-hu sirrow wa jahroo, hal yastawuun, al-ḥamdu lillaah, bal akṡaruhum laa ya'lamuun
Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik, lalu dia menginfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Samakah mereka itu? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Allah presents an example: a slave [who is] owned and unable to do a thing and he to whom We have provided from Us good provision, so he spends from it secretly and publicly. Can they be equal? Praise to Allah! But most of them do not know.
(Allah membuat perumpamaan) lafal matsalan ini kemudian dijelaskan oleh badalnya yaitu (dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki)
lafal mamlukan ini berkedudukan menjadi sifat dari lafal `abdan, dimaksud untuk membedakannya dari manusia yang merdeka, karena manusia yang merdeka disebutkan dengan istilah Abdullaah atau hamba Allah
(yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu) karena ia tidak memiliki apa pun (dan seorang) lafal man di sini nakirah maushufah, artinya seorang yang merdeka, bukan hamba sahaya
(yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan) artinya dia menafkahkannya sekehendak hatinya.
Misal yang pertama untuk menggambarkan tentang berhala dan misal yang kedua untuk menggambarkan tentang Allah swt. (adakah mereka itu sama)
antara hamba sahaya dan orang merdeka yang bebas dalam bertindak; tentu saja tidak. (Segala puji bagi Allah) semata (tetapi kebanyakan mereka) yakni penduduk kota Mekah (tidak mengetahui)
apa yang bakal menimpa mereka kelak yaitu berupa azab, yang karena ketidaktahuan mereka itu akhirnya mereka menyekutukan Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 75 |
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa hal ini adalah suatu perumpamaan yang dibuat oleh Allah, menggambarkan perihal orang kafir dan orang mukmin. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Qatadah,
dan dipilih oleh Ibnu Jarir; bahwa hamba sahaya yang tidak mampu berbuat sesuatu adalah perumpamaan orang kafir, sedangkan orang yang diberi rezeki yang baik, lalu menafkahkan sebagian darinya —baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan— adalah perumpamaan orang mukmin.Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat untuk menggambarkan berhala dan Tuhan Yang Hak,
maka apakah yang satu sama dengan yang lainnya? Mengingat perbedaan di antara keduanya sangat mencolok dan jelas, tiada yang buta mengenainya kecuali hanya orang yang bodoh, maka disebutkan oleh firman-Nya:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (An-Nahl: 75)
Surat An-Nahl |16:76|
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَىٰ شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَىٰ مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهْهُ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ ۖ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ ۙ وَهُوَ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
wa dhoroballohu maṡalar rojulaini aḥaduhumaaa abkamu laa yaqdiru 'alaa syai`iw wa huwa kallun 'alaa maulaah, ainamaa yuwajjihhu laa ya`ti bikhoirin hal yastawii huwa wa may ya`muru bil-'adli wa huwa 'alaa shiroothim mustaqiim
Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban penanggungnya, ke mana saja dia disuruh (oleh penanggungnya itu), dia sama sekali tidak dapat mendatangkan suatu kebaikan. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus?
And Allah presents an example of two men, one of them dumb and unable to do a thing, while he is a burden to his guardian. Wherever he directs him, he brings no good. Is he equal to one who commands justice, while he is on a straight path?
(Dan Allah membuat pula perumpamaan) lafal matsalan ini kemudian dijelaskan oleh badalnya, yaitu (dua orang lelaki yang seorang bisu)
dilahirkan dalam keadaan cacat tidak dapat berbicara (tidak dapat berbuat sesuatu pun) karenanya ia tidak dapat menangkap pemahaman dan tidak pula dapat memberikan pemahaman
(dan dia menjadi beban) yang berat (atas orang yang menanggungnya) atas walinya (ke mana saja dia diarahkan) disuruh (dia tidak dapat mendatangkan) dari tindakannya itu
(suatu kebaikan pun) artinya ia tidak pernah berhasil; ini perumpamaan orang kafir. (Samakah orang itu) orang yang bisu itu (dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan)
artinya dengan orang yang dapat berbicara dan pembicaraannya itu bermanfaat bagi manusia karena ia menyuruh dan menganjurkan manusia untuk berbuat keadilan
(dan dia berada pula di atas jalan) di jalan (yang lurus) ini perumpamaan orang yang kedua, yaitu orang muslim. Tentu saja keduanya tidak sama.
Akan tetapi menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang kedua ini merupakan misal bagi Allah sedangkan misal yang pertama ditujukan untuk berhala-berhala.
Sedangkan perumpamaan yang ada pada ayat sebelumnya adalah perumpamaan antara orang kafir dan orang mukmin.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 76 |
Mujahid mengatakan, hal ini pun mengandung makna perumpamaan yang menggambarkan tentang berhala dan Tuhan Yang Mahahak. Dengan kata lain, kalau berhala bisu tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengungkapkan kebaikan,
tidak dapat melakukan sesuatu pun dan sama sekali tidak mempunyai kemampuan apa pun, maka ia tidak dapat bicara dan tidak dapat berbuat. Selain itu budak tersebut merupakan beban dan tanggungan bagi pemiliknya.
{أَيْنَمَا يُوَجِّهْهُ}
ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya. (An-Nahl: 76) Artinya, ke mana saja ia diarahkan dan disuruh oleh penanggungnya.
{لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ}
Dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun. (An-Nahl: 76) Yakni segala upayanya tidak pernah berhasil.
{هَلْ يَسْتَوِي}
Samakah orang itu. (An-Nahl: 76) yang memiliki sifat ini,
{وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ}
dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan. (An-Nahl: 76) yang ucapannya adalah benar dan perbuatannya tepat (lurus).
{وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
dan dia berada di atas jalan yang lurus? (An-Nahl: 76)Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan orang yang bisu adalah seorang budak milik Usman. Demikianlah menurut As-Saddi, Qatadah, dan Ata Al-Khurrasani.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa hal ini adalah perumpamaan tentang orang kafir dan orang mukmin; sama dengan pendapat yang disebutkan di atas.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnus Sabbah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu lshaq As-Salihini, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Ibrahim, dari Ikrimah, dari Ya'la ibnu Umayyah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak
terhadap sesuatu pun. (An-Nahl: 75) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki dari kalangan Quraisy dan hamba sahayanya, yakni firman-Nya: seorang hamba sahaya yang dimiliki. (An-Nahl: 75), hingga akhir ayat.
Dan sehubungan dengan firman-Nya: Dan Allah membuat (pula) perumpamaan dua orang lelaki yang seorang bisu. (An-Nahl: 76) sampai dengan firman-Nya: Dan dia berada pula pada jalan yang lurus. (An-Nahl: 76)
Bahwa dia adalah Usman ibnu Affan. Sedangkan mengenai orang yang bisu, yang bila disuruh oleh penanggungnya ke mana saja dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun, dia adalah maula (bekas budak) Usman ibnu Affan.
Usman-lah yang memberinya nafkah, menjamin penghidupannya, dan mencukupi kebutuhannya; sedangkan orang yang ditanggungnya itu tidak suka kepada Islam, menolaknya dan melarang Usman bersedekah dan berbuat kebajikan,
maka turunlah ayat ini.
Surat An-Nahl |16:77|
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
wa lillaahi ghoibus-samaawaati wal-ardh, wa maaa amrus-saa'ati illaa kalam-ḥil-bashori au huwa aqrob, innalloha 'alaa kulli syai`ing qodiir
Dan milik Allah (segala) yang tersembunyi di langit dan di bumi. Urusan kejadian kiamat itu, hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
And to Allah belongs the unseen [aspects] of the heavens and the earth. And the command for the Hour is not but as a glance of the eye or even nearer. Indeed, Allah is over all things competent.
(Dan kepunyaan Allahlah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi) artinya Allah mengetahui semua yang gaib pada keduanya
(Tidak adalah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi) karena hal itu berlangsung hanya dengan kalimat kun terjadilah ia. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 77 |
Tafsir ayat 77-79
Allah Swt. menyebutkan tentang pengetahuan dan kekuasaan-Nya Yang Mahasempurna atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang gaib yang ada di langit dan di bumi, dan hanya Allah-lah yang mempunyai pengetahuan
tentang perkara gaib. Maka tiada seorang pun yang diberi-Nya ilmu gaib ini kecuali bila Allah menghendakinya untuk memperlihatkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Kekuasaan Allah Mahasempurna,
tiada dapat ditentang dan tiada dapat dicegah. Dan bahwa Allah'itu apabila menghendaki sesuatu, Dia tinggal berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka jadilah ia. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ}
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50)Dengan kata lain, apa yang dikehendaki-Nya akan terjadi dalam sekejap mata. Hal yang sama disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat ini, yaitu:
{وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi) Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (An-Nahl: 77)Sama halnya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28)Kemudian Allah Swt. menyebutkan karunia-Nya yang telah Dia limpahkan
kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Sesudah itu Allah memberinya pendengaran hingga ia dapat mendengar suara,
penglihatan hingga ia dapat melihat, dan hati (yakni akal yang menurut pendapat yang sahih pusatnya berada di hati). Menurut pendapat yang lain adalah otak. Dengan akal itu manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu,
mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya.Kemampuan dan indera ini diperoleh oleh seseorang secara bertahap, yakni sedikit demi sedikit. Semakin besar seseorang, maka bertambah pula kemampuan pendengaran, penglihatan,
dan akalnya hingga sampailah ia pada usia matang dan dewasanya.Sesungguhnya Allah menjadikan kesemuanya dalam diri manusia agar manusia mampu melaksanakan penyembahan kepada Tuhannya. Maka dengan bantuan
semua anggota tubuhnya dan kekuatan yang ada padanya ia dapat menjalankan amal ketaatan kepada Tuhannya, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui sebuah hadis dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw.
yang telah bersabda:
"يَقُولُ تَعَالَى: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَنِي بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِمِثْلِ أَدَاءِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ. وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أحبَّه، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأعطيته، وَلَئِنْ دَعَانِي لَأُجِيبَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَ بِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ فِي شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي فِي قَبْضِ نَفْسِ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ، يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ، وَلَا بُدَّ لَهُ مِنْهُ"
Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, berarti dia menantang perang dengan-Ku. Dan tiadalah hambaKu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari mengerjakan
apa yang telah Aku fardukan (wajibkan) baginya. Hamba-Ku terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunat hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya,
maka Aku selalu bersama pendengaran yang dipakainya untuk mendengar, selalu bersama penglihatan yang dipakainya untuk melihat, selalu bersama tangan yang dipakainya untuk berbuat, dan selalu bersama kaki yang dipakainya
untuk melangkah. Dan sesungguhnya jika dia meminta kepada-Ku, Aku benar-benar akan memberinya. Dan sesungguhnya jika dia berdoa kepada-Ku, Aku benar-benar akan memperkenankannya. Dan sesungguhnya
jika dia meminta perlindungan kepada-Ku. Aku benar-benar akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu-ragu terhadap sesuatu yang akan Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku dalam mencabut nyawa hambaKu yang mukmin.
Dia tidak suka mati dan Aku tidak suka menyakitinya, tetapi maut merupakan suatu keharusan baginya.”Makna hadis di atas menunjukkan bahwa seorang hamba apabila ikhlas dalam ketaatannya terhadap Allah; maka semua perbuatannya
hanyalah karena Allah Swt. Untuk itu tiadalah dia mendengar kecuali karena Allah, tiadalah dia melihat kecuali karena Allah, yakni apa yang diperintahkan oleh Allah untuknya. Dan tiadalah dia berbuat dan tiadalah dia melangkah melainkan
dalam ketaatan kepada Allah Swt. seraya meminta pertolongan kepada Allah dalam mengerjakan kesemuanya itu.Dalam riwayat lain yang berada di dalam kitab selain kitab sahih sesudah kalimat "dan selalu bersama kaki yang dipakainya
untuk melangkah" disebutkan hal berikut:
"فَبِي يَسْمَعُ، وَبِي يُبْصِرُ، وَبِي يَبْطِشُ، وَبِي يَمْشِي"
Maka beserta Akulah dia mendengar, beserta Akulah dia melihat, dan beserta Akulah dia melangkah (berjalan).Firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur. (An-Nahl: 78)Sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الأرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ}
Katakanlah, "Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati.” (Tetapi) amat sedikit kalian bersyukur. Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kalian berkembang biak di muka bumi,
dan hanya kepada-Nyalah kalian kelak dikumpulkan.” (Al-Mulk: 23-24)Selanjutnya Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya agar melihat burung yang telah ditundukkan berada di antara langit dan bumi.
Bagaimana Allah menjadikannya dapat terbang dengan kedua sayapnya di antara langit dan bumi, mengudara di angkasa. Tiada yang menahannya di udara kecuali Allah Swt. yang dengan kekuasaan-Nya Dia membekali burung-burung itu
dengan kekuatan yang dapat membuatnya berbuat demikian, dan Allah menundukkan udara untuk dapat membawanya terbang di udara. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ}
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah.
Sesungguhnya Dia Mahamelihat segala sesuatu. (Al-Mulk: 19)Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl: 79)
Surat An-Nahl |16:78|
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
wallohu akhrojakum mim buthuuni ummahaatikum laa ta'lamuuna syai`aw wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abshooro wal-af`idata la'allakum tasykuruun
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.
And Allah has extracted you from the wombs of your mothers not knowing a thing, and He made for you hearing and vision and intellect that perhaps you would be grateful.
(Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun) jumlah kalimat laa ta'lamuuna syaian berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan
(dan Dia memberi kalian pendengaran) lafal as-sam'u bermakna jamak sekali pun lafalnya mufrad (penglihatan dan hati) kalbu (agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas hal-hal tersebut, oleh karenanya kalian beriman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 78 |
Penjelasan ada di ayat 77
Surat An-Nahl |16:79|
أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
a lam yarou ilath-thoiri musakhkhorootin fii jawwis-samaaa`, maa yumsikuhunna illalloh, inna fii żaalika la`aayaatil liqoumiy yu`minuun
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Do they not see the birds controlled in the atmosphere of the sky? None holds them up except Allah. Indeed in that are signs for a people who believe.
(Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan) terbang (di angkasa bebas) di udara antara langit dan bumi. (Tidak ada yang menahannya)
sewaktu ia melipat sayap atau mengembangkannya sehingga ia tidak jatuh ke bawah (selain daripada Allah) yakni dengan kekuasaan-Nya.
(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman) yaitu penciptaan burung
itu sehingga dapat terbang dan penciptaan udara sehingga dapat memungkinkan bagi burung untuk terbang mengarunginya dan menahan burung untuk tidak jatuh ke tanah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 79 |
Penjelasan ada di ayat 77
Surat An-Nahl |16:80|
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَىٰ حِينٍ
wallohu ja'ala lakum mim buyuutikum sakanaw wa ja'ala lakum min juluudil-an'aami buyuutan tastakhiffuunahaa yauma zho'nikum wa yauma iqoomatikum wa min ashwaafihaa wa aubaarihaa wa asy'aarihaaa aṡaaṡaw wa mataa'an ilaa ḥiin
Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit hewan ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu).
And Allah has made for you from your homes a place of rest and made for you from the hides of the animals tents which you find light on your day of travel and your day of encampment; and from their wool, fur and hair is furnishing and enjoyment for a time. [...]
(Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal) tempat kalian menetap di dalamnya (dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah dari kulit binatang ternak)
seperti kemah-kemah dan tenda-tenda (yang kalian merasa ringan) ketika membawanya (di waktu kalian berjalan) mengadakan perjalanan
(dan waktu kalian bermukim, dan dijadikan-Nya pula, dari bulunya) dari bulu domba (bulu unta) (dan bulu kambing) (alat-alat)
perabot rumah tangga kalian; seperti permadani dan perhiasan dinding rumah (dan perhiasan) yang kalian dapat menikmatinya (sampai waktu yang tertentu) sehingga barang-barang itu rusak.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 80 |
Tafsir ayat 80-83
Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang serba lengkap kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia menjadikan bagi mereka rumah-rumah tempat mereka menetap dan menutupi dirinya, serta mereka menggunakannya
untuk berbagai manfaat dan kegunaan lainnya. Dia menjadikan bagi mereka kulit binatang ternak yang dapat digunakan sebagai kemah-kemah yang mereka merasa ringan membawanya dalam perjalanan,
lalu mereka memasangnya bila hendak bermukim. Kemah-kemah itu dapat mereka gunakan sebagai tempat tinggal mereka, baik dalam perjalanan maupun di tempat tinggal mereka. Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا}
yang kalian merasa ringan (membawa)nya di waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba. (An-Nahl: 80)Istilah suf untuk bulu domba, aubar untuk bulu unta, dan asy'ar untuk bulu kambing, sedangkan damir yang ada kembali kepada al-an'am (binatang ternak).
{أَثَاثًا}
alat-alat rumah tangga. (An-Nahl: 80)Yakni kalian membuat darinya alat-alat rumah tangga, yang dimaksud ialah harta. Menurut pendapat lainnya perhiasan, dan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah pakaian.
Tetapi pendapat yang benar lebih umum daripada semuanya itu, karena sesungguhnya hal tersebut dapat dibuat menjadi permadani, pakaian, dan lain sebagainya, serta dapat dijadikan harta dengan memperjualbelikannya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa asas artinya perhiasan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hasan, Atiyyah Al-Aufi, Ata Al-Khurrasani, Ad-Dahhak, dan Qatadah. Firman Allah Swt.:
{إِلَى حِينٍ}
sampai waktu (tertentu). (An-Nahl: 80)Yakni sampai batas waktu yang tertentu. Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلالا}
Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan. (An-Nahl: 81)Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah pohon.
{وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا}
dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung. (An-Nahl: 81)Yaitu benteng-benteng dan tempat-tempat peri indungan. Seperti juga yang disebutkan dalam firman selanjutnya:
{جَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ}
dan Dia jadikan bagi kalian pakaian yang memelihara kalian dari panas. (An-Nahl: 81)Maksudnya, pakaian yang terbuat dari katun, kapas, dan bulu.
{وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ}
dan pakaian (baju besi) yang memelihara kalian dalam peperangan. (An-Nahl: 81)Pakaian jenis ini adalah seperti baju besi, tameng, dan lain sebagainya yang digunakan untuk melindungi diri dalam peperangan.
{كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ}
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. (An-Nahl: 81)Artinya, demikianlah Dia menjadikan bagi kalian apa yang dapat kalian jadikan sebagai sarana untuk urusan kalian,
dan apa yang kalian perlukan agar hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana bagi kalian untuk mengerjakan ketaatan dan beribadah kepada-Nya.
{لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ}
agar kalian berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl: 81)Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh jumhur ulama. Mereka membacanya dengan huruf lam yang di-kasrah-kan, yang berasal dari kata islam.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian. (An-Nahl: 81) Bahwa surat ini dinamakan surat An-Niam’Abdullah ibnul Mubarak dan Abbad ibnul Awam
telah meriwayatkan dari Hanzalah As-Sadusi, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan tuslamuna dengan huruf lam yang di-fathah-kan, yakni agar kalian selamat dari pelukaan.
Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam telah meriwayatkan asar ini dari Abbad. Ibnu Jarir mengetengahkannya dari dua jalur, dan ia menjawab qiraat ini.Ata Al-Khurrasani mengatakan, sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan hanya sebatas
pengetahuan orang-orang Arab. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tidakkah engkau melihat firman Allah Swt. berikut: Dan Allah menjadikan bagi kalian tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan,
dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung. (An-Nahl: 81) Padahal lembah atau dataran rendah yang diciptakan oleh Allah Swt. jauh lebih luas dan lebih besar daripada pegunungan.
Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah orang-orang pegunungan. Dan tidakkah engkau memperhatikan akan firman-Nya yang mengatakan: dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba,
bulu unta dan bulu kambing/alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kalian pakai) sampai waktu (tertentu). (An-Nahl: 80) Padahal apa yang dijadikan-Nya selain dari itu jauh lebih banyak dan lebih besar.
Dikatakan demikian karena mereka (orang-orang Arab) adalah para pemakai bulu unta dan bulu kambing. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah Swt. yang menyebutkan: dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. (An-Nur: 43) Dikatakan demikian karena mereka merasa takjub dengan adanya butiran-butiran es, padahal salju yang diturunkan oleh Allah Swt. di luar Arab jauh lebih banyak
dan lebih besar, tetapi mereka (orang-orang Arab) tidak mengetahuinya. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah Swt. yang menyebutkan: pakaian yang memelihara kalian dari panas. (An-Nahl: 81) Padahal pakaian untuk melindungi diri
dari kedinginan jauh lebih banyak, tetapi dikatakan demikian karena mereka adalah orang-orang sahara dan tinggal di daerah yang panas. Firman Allah Swt.:
{فَإِنْ تَوَلَّوْا}
Jika mereka tetap berpaling. (An-Nah I: 82)Yakni sesudah adanya keterangan ini dan penjelasan akan nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah, maka tiada tanggung jawab bagimu (Muhammad) atas perbuatan mereka.
{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ الْمُبِينُ}
maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (An-Nahl: 82)Dan sesungguhnya kamu telah menyampaikan tugasmu itu kepada mereka.
{يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا}
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya. (An-Nahl: 83)Maksudnya, mereka mengetahui bahwa Allah-lah yang memberikan semuanya itu kepada mereka, dan Dialah yang mengaruniakannya kepada mereka.
Tetapi sekalipun demikian, mereka mengingkari hal itu dan menyembah selain-Nya bersama Dia, dan mereka sandarkan pertolongan dan rezeki kepada selain-Nya.
{وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ}
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. (An-Nahl: 83)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Mujahid, bahwa seorang Arab Badui datang kepada Nabi Saw., lalu berbicara dengan Nabi Saw. Maka Nabi Saw. membacakan kepadanya firman-Nya berikut ini:
Dan Allah menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal. (An-Nahl: 80) Maka orang Badui itu menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah Saw. membacakan lagi firman-Nya: dan Dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah (kemah-kemah)
dari kulit binatang ternak. (An-Nahl: 80), hingga akhir ayat. Kemudian orang Badui itu menjawab, "Ya." Lalu Nabi Saw. membacakan lagi kepadanya ayat lain yang semuanya dia jawab dengan kalimat, "Ya." Hingga manakala Nabi Saw.
membacakan firman-Nya: Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri (kepada-Nya). (An-Nahl: 81) Maka orang Badui itu berpaling pergi, dan Allah menurunkan firman-Nya: Mereka mengetahui nikmat Allah,
kemudian mereka mengingkarinya. (An-Nahl: 83), hingga akhir ayat.
Surat An-Nahl |16:81|
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
wallohu ja'ala lakum mimmaa kholaqo zhilaalaw wa ja'ala lakum minal-jibaali aknaanaw wa ja'ala lakum saroobiila taqiikumul-ḥarro wa saroobiila taqiikum ba`sakum, każaalika yutimmu ni'matahuu 'alaikum la'allakum tuslimuun
Dan Allah menjadikan tempat bernaung bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia menjadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).
And Allah has made for you, from that which He has created, shadows and has made for you from the mountains, shelters and has made for you garments which protect you from the heat and garments which protect you from your [enemy in] battle. Thus does He complete His favor upon you that you might submit [to Him].
(Dan Allah menjadikan bagi kalian dari apa yang telah Dia ciptakan) seperti rumah-rumah, pohon-pohon dan mendung (sebagai tempat bernaung)
lafal zhilaalan adalah bentuk jamak dari lafal zhillun; yang dapat melindungi diri kalian dari sengatan panas matahari (dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung)
lafal aknaanan adalah bentuk jamak dari lafal kinnun, yang artinya tempat untuk tinggal seperti gua dan liang besar (dan Dia jadikan bagi kalian pakaian) baju-baju gamis
(yang memelihara kalian dari panas) dan dari dingin (dan pakaian/baju besi yang memelihara kalian dalam peperangan) sewaktu kalian berperang yakni dari tusukan dan pukulan senjata
di dalam peperangan, seperti baju dan topi besi. (Demikianlah) sebagaimana Dia telah menciptakan semuanya itu (Allah menyempurnakan nikmat-Nya) di dunia (atas kalian)
dengan menciptakan segala sesuatu yang menjadi keperluan kalian (agar kalian) hai penduduk Mekah (masuk Islam) agar kalian mengesakan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 81 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat An-Nahl |16:82|
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
fa in tawallau fa innamaa 'alaikal-balaaghul-mubiin
Maka jika mereka berpaling, maka ketahuilah kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
But if they turn away, [O Muhammad] - then only upon you is [responsibility for] clear notification.
(Jika mereka tetap berpaling) tidak juga mau masuk Islam (maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu) hai Muhammad
(hanyalah menyampaikan amanat Allah, dengan terang) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk memerangi orang-orang kafir.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 82 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat An-Nahl |16:83|
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
ya'rifuuna ni'matallohi ṡumma yungkiruunahaa wa akṡaruhumul-kaafiruun
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang yang ingkar kepada Allah.
They recognize the favor of Allah; then they deny it. And most of them are disbelievers.
(Mereka mengetahui nikmat Allah) artinya mereka mengakui bahwa semua nikmat itu dari sisi-Nya (kemudian mereka mengingkarinya)
karena ternyata mereka menyekutukan-Nya (dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 83 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat An-Nahl |16:84|
وَيَوْمَ نَبْعَثُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا ثُمَّ لَا يُؤْذَنُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ
wa yauma nab'aṡu ming kulli ummatin syahiidan ṡumma laa yu`żanu lillażiina kafaruu wa laa hum yusta'tabuun
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat, kemudian tidak diizinkan kepada orang yang kafir (untuk membela diri) dan tidak (pula) dibolehkan memohon ampunan.
And [mention] the Day when We will resurrect from every nation a witness. Then it will not be permitted to the disbelievers [to apologize or make excuses], nor will they be asked to appease [Allah].
(Dan) ingatlah (akan hari ketika Kami membangkitkan dari tiap-tiap umat seorang saksi) yakni nabinya yang berkesaksian tentang kebaikan atau keburukan yang dilakukan oleh umatnya,
yaitu pada hari kiamat nanti (kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir) untuk mengemukakan alasannya (dan tidak pula mereka dibolehkan meminta maaf)
artinya mereka tidak diperkenankan untuk minta maaf kepada Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 84 |
Tafsir ayat 84-88
Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik kelak di kala mereka dikembalikan di hari akhirat, dan bahwa Dia membangkitkan dari setiap umat seorang saksi —yakni nabi mereka— yang mempersaksikan terhadap mereka tentang sambutan mereka kepada apa yang telah dia sampaikan kepada mereka dari Allah Swt.
{ثُمَّ لَا يُؤْذَنُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا}
kemudian tidak diizinkan kepada orang-orang yang kafir. (An-Nahl: 84)Artinya, mereka tidak diizinkan mengemukakan alasan dalam rangka pembelaan dirinya, karena mereka sendiri mengetahui kebatilan dan kedustaan alasannya. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ وَلا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ}
Ini adalah hari yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka meminta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. (Al-Mursalat: 35-36)Oleh karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
{وَلا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ ظَلَمُوا}
dan tidak (pula) mereka dibolehkan meminta maaf. Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan. (An-Nahl: 84-85)Yakni orang-orang musyrik itu telah menyaksikan:
{الْعَذَابَ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ}
azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka. (An-Nahl: 85)Maksudnya, azab itu tiada putus-putusnya menimpa mereka dan tidak pernah berhenti barang sesaat pun.
{وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}
dan tidak pula mereka diberi tangguh. (An-Nahl: 85)Tiadalah azab ditangguhkan dari mereka, bahkan azab langsung mengambil mereka dari Mauqif (tempat mereka dihentikan) tanpa hisab lagi.Sesungguhnya neraka Jahanam itu
didatangkan dengan ditarik oleh tujuh puluh ribu kendali, pada tiap kendali terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang menyeretnya. Lalu muncullah salah satu leher neraka Jahanam kepada makhluk seraya mengeluarkan suara gemuruh,
nyalanya sekali nyala, sehingga tiada seorang manusia pun melainkan pasti bersideku di atas kedua lututnya (karena sangat ketakutan). Kemudian neraka Jahanam berkata, "Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyiksa setiap orang
yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, yaitu orang-orang yang menjadikan tuhan lain di samping Allah," disebutkan pula macam-macam manusia lainnya, seperti yang disebutkan dalam hadis secara lengkapnya.
Kemudian neraka Jahanam langsung menukik dan mengambil mereka dari Mauqif, sebagaimana burung mengambil (menyambar) biji-bijian.Allah Swt. berfirman menggambarkan keadaan neraka Jahanam:
{إِذَا رَأَتْهُمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ سَمِعُوا لَهَا تَغَيُّظًا وَزَفِيرًا وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَانًا ضَيِّقًا مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا لَا تَدْعُوا الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا ثُبُورًا كَثِيرًا}
Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu,
mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka), "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak.”(Al-Furqan: 12-14)
{وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا}
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahfi: 53)
{لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ بَلْ تَأْتِيهِمْ بَغْتَةً فَتَبْهَتُهُمْ فَلا يَسْتَطِيعُونَ رَدَّهَا وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ}
Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka, sedangkan mereka (tidak pula) mendapat pertolongan,
(tentulah mereka tiada meminta disegerakan). Sebenarnya (azab) itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, lalu membuat mereka menjadi panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak (pula)
mereka diberi tangguh. (Al-Anbiya: 39-40)Kemudian Allah Swt. menceritakan tentang sikap berlepas diri tuhan-tuhan mereka dari perbuatan mereka di saat mereka sangat memerlukan sembahan-sembahan mereka. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ}
Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan (Allah) melihat sekutu-sekutu mereka. (An-Nahl: 86)Yakni apabila orang-orang yang menyembah berhala-berhala itu sewaktu di dunia melihat sembahan-sembahan mereka.
{قَالُوا رَبَّنَا هَؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُو مِنْ دُونِكَ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ}
Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain dari Engkau.” Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka, "Sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang yang dusta.”
(An-Nahl: 86)Yakni sembahan-sembahan mereka menjawab, "Kalian dusta, tiadalah kami perintahkan kalian untuk menyembah kami," seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ}
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
Dan apabila manusia (mereka) dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan -sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. ( Al-Ahqaf: 5-6)
{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan
(pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi' musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82)Al-khalil (yakni Nabi Ibrahim) mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ}
kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian yang lain. (Al-'Ankabut: 25), hingga akhir ayat.Dan firman Allah Swt.: Dikatakan (kepada mereka), "Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian." (Al-Qashash 64), hingga akhir ayat.
Ayat-ayat yang menjelaskan hal ini —yaitu pernyataan lepas diri dari para sekutu kepada para penyembahnya— cukup banyak.Firman Allah Swt.:
{وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ}
Dan mereka menyatakan ketundakannya kepada Allah pada hari itu. (An-Nahl: 87)Qatadah dan Ikrimah mengatakan bahwa mereka (sembahan-sembahan itu) menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya kepada Allah pada hari itu.
Dengan kata lain, mereka semua tunduk kepada Allah, dan tiada seorang pun melainkan tunduk patuh kepada-Nya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا}
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada kami. (Maryam: 38)Artinya, pada hari itu pendengaran mereka sangat terang dan penglihatan mereka sangat tajam. Dan Allah Swt. telah berfirman:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kalian melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar." (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.
{وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}
Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). (Thaha: 111)Yakni tunduk, merasa hina, diam serta berserah diri.Firman Allah Swt.:
{وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ}
Dan mereka menyatakan ketundukannya kepada Allah pada hari itu dan hilanglah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. (An-Nahl: 87)Maksudnya, surut dan lenyaplah semua sembahan yang mereka ada-adakan terhadap Allah.
Maka tiada yang dapat menolong mereka, tiada yang dapat membantu mereka, dan tiada yang dapat melindungi mereka. Kemudian dalam firman selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ}
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Kami tambahkan kepada mereka siksaan. (An-Nahl: 88), hingga akhir ayat.Yakni azab atas kekafiran mereka dan azab karena menghalangi manusia dari mengikuti perkara yang hak, sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ}
Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Qur’an dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya. (Al-An'am : 26)Mereka mencegah manusia dari mengikuti perkara yang hak, dan mereka sendiri menjauh dari perkara yang hak.
{وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ}
dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari. (Al-An'am: 26)Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir itu berbeda-beda dalam menerima azabnya. Sebagaimana orang-orang mukmin,
berbeda-beda tingkatannya di dalam surga, begitu pula derajat (kedudukan)nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ}
Allah berfirman, ''Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kalian tidak mengetahui." (Al-A'raf: 38)Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Suraij ibnu Yunus,
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy. dari Abdullah ibnu Murrah, dari Masruq, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya:
Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan. (An-Nahl: 88) Mereka diberi siksaan tambahan, yaitu dengan kalajengking yang taring-taringnya sebesar pohon kurma yang tinggi.
Telah menceritakan pula kepada kami Suraij ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Hasan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini,
bahwa Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan. (An-Nahl: 88) Bahwa siksaan tambahan itu diadakan di lima buah sungai
yang terletak di bawah 'Arasy; pada sebagiannya mereka disiksa di malam hari, dan pada sebagian yang lainnya mereka disiksa di siang hari.
Surat An-Nahl |16:85|
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ ظَلَمُوا الْعَذَابَ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ
wa iżaa ro`allażiina zholamul-'ażaaba fa laa yukhoffafu 'an-hum wa laa hum yunzhoruun
Dan apabila orang zalim telah menyaksikan azab, maka mereka tidak mendapat keringanan dan tidak (pula) diberi penangguhan.
And when those who wronged see the punishment, it will not be lightened for them, nor will they be reprieved.
(Dan apabila orang-orang lalim telah menyaksikan) yang dimaksud adalah orang-orang yang kafir (azab) yakni neraka (maka tidak diringankan bagi mereka)
azab itu (dan tidak pula mereka diberi tangguh) ditangguhkan dari siksa neraka bila mereka telah melihatnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 85 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat An-Nahl |16:86|
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ قَالُوا رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُو مِنْ دُونِكَ ۖ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ
wa iżaa ro`allażiina asyrokuu syurokaaa`ahum qooluu robbanaa haaa`ulaaa`i syurokaaa`unallażiina kunnaa nad'uu min duunik, fa alqou ilaihimul-qoula innakum lakaażibuun
Dan apabila orang yang menyekutukan (Allah) melihat sekutu-sekutu mereka, mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain Engkau." Lalu sekutu mereka menyatakan kepada mereka, "Kamu benar-benar pendusta."
And when those who associated others with Allah see their "partners," they will say," Our Lord, these are our partners [to You] whom we used to invoke besides You." But they will throw at them the statement, "Indeed, you are liars."
(Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan Allah melihat sekutu-sekutu mereka) yang terdiri daripada setan-setan dan lain-lainnya
(mereka berkata, "Ya Rabb kami! Mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami seru) kami sembah (selain dari Engkau." Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka)
artinya para sekutu mereka itu berkata kepada mereka ("Sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang yang dusta.") di dalam pengakuan kalian itu,
yang mengatakan bahwa kalian telah menyembah kami, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam ayat yang lain, yaitu melalui firman-Nya, "Mereka sekali-kali tidak menyembah kami.
" (Al-Qashash 63). Sekutu-sekutu itu pasti akan mengingkari penyembahan mereka terhadap dirinya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 86 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat An-Nahl |16:87|
وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ ۖ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
wa alqou ilallohi yauma`iżinis-salama wa dholla 'an-hum maa kaanuu yaftaruun
Dan pada hari itu mereka menyatakan tunduk kepada Allah dan lenyaplah segala yang mereka ada-adakan.
And they will impart to Allah that Day [their] submission, and lost from them is what they used to invent.
(Dan mereka menyatakan ketundukannya kepada Allah pada hari itu) artinya mereka tunduk terhadap keputusan Allah (dan hilanglah) lenyaplah
(dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan) yang menyatakan bahwa sekutu-sekutu mereka itu dapat memberikan syafaat bagi mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 87 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat An-Nahl |16:88|
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ
allażiina kafaruu wa shodduu 'an sabiilillaahi zidnaahum 'ażaaban fauqol-'ażaabi bimaa kaanuu yufsiduun
Orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan demi siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.
Those who disbelieved and averted [others] from the way of Allah - We will increase them in punishment over [their] punishment for what corruption they were causing.
(Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi) manusia (dari jalan Allah) dari agama-Nya (Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan)
yakni di atas siksaan yang berhak mereka terima dikarenakan kekafiran mereka. Ibnu Masud r.a. mengatakan, bahwa siksaan tambahan itu berupa kelabang-kelabang
yang taringnya bagaikan batang-batang pohon kurma yang tinggi (disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan) karena mereka telah mencegah manusia untuk beriman kepada Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 88 |
Penjelasan ada di ayat 84
Surat An-Nahl |16:89|
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
wa yauma nab'aṡu fii kulli ummatin syahiidan 'alaihim min anfusihim wa ji`naa bika syahiidan 'alaa haaa`ulaaa`, wa nazzalnaa 'alaikal-kitaaba tibyaanal likulli syai`iw wa hudaw wa roḥmataw wa busyroo lil-muslimiin
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur´an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).
And [mention] the Day when We will resurrect among every nation a witness over them from themselves. And We will bring you, [O Muhammad], as a witness over your nation. And We have sent down to you the Book as clarification for all things and as guidance and mercy and good tidings for the Muslims.
(Dan) ingatlah (akan hari ketika Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri) yakni nabi mereka sendiri (dan Kami datangkan kamu)
hai Muhammad (menjadi saksi atas mereka) bagi kaummu. (Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab) yakni Alquran (untuk menjelaskan) untuk menerangkan (segala sesuatu)
yang diperlukan oleh umat manusia menyangkut masalah syariat (dan petunjuk) supaya jangan tersesat (serta rahmat dan kabar gembira)
memperoleh surga (bagi orang-orang yang beriman) bagi orang-orang yang mentauhidkan Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 89 |
Allah Swt. berfirman kepada hamba dan rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.:
{وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ}
Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. (An-Nahl: 89)
Yakni atas umatmu. Maksudnya, ingatlah kamu akan hari itu dan kengerian yang ada padanya serta kemuliaan yang besar dan kedudukan yang tinggi yang diberikan oleh Allah kepadamu pada hari itu.
Ayat ini mempunyai makna yang mirip dengan ayat yang sahabat Abdullah ibnu Mas'ud menghentikan bacaannya pada ayat tersebut. Ayat yang dimaksud adalah ayat surat An-Nisa, yaitu firman-Nya:
{فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا}
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu. (An-Nisa: 41)
Ketika bacaan sahabat Ibnu Mas'ud sampai pada ayat ini, Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Cukup," yakni hentikan bacaanmu. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa
lalu ia berpaling melihat Rasulullah Saw., tiba-tiba ia melihat kedua mata Rasulullah Saw. mencucurkan air matanya. Firman Allah Swt.:
{وَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ}
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu. (An-Nahl: 89)Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa telah dijelaskan kepada kita di dalam Al-Qur'an ini semua ilmu dan segala sesuatu.
Menurut Mujahid, telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an semua perkara halal dan haram. Pendapat Ibnu Mas'ud lebih umum dan lebih mencakup, karena sesungguhnya Al-Qur'an itu mencakup semua ilmu yang bermanfaat,
menyangkut berita yang terdahulu dan pengetahuan tentang masa mendatang. Disebutkan pula semua perkara halal dan haram, serta segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam urusan dunia, agama, penghidupan, dan akhiratnya.
{وَهُدًى}
dan sebagai petunjuk. (An-Nahl: 89) buat manusia yang berhati.
وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ}
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahl: 89)Al-Auza'i mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)
untuk menjelaskan segala sesuatu. (An-Nahl: 89) Yang dimaksud dengan menjelaskan dalam ayat ini ialah menjelaskan Al-Qur'an dengan Sunnah. Segi kaitan yang terdapat antara firman Allah Swt. yang mengatakan:
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab. (An-Nahl: 89) dengan firman-Nya yang mengatakan: dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. (An-Nahl: 89) Dimaksudkan —hanya Allah Yang Lebih Mengetahui—
bahwa Tuhan yang mewajibkan atas kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, kelak Dia akan menanyakan hal tersebut pada hari kiamat.
{فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ}
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (Al-A'raf: 6)
{فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93)
{يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ قَالُوا لَا عِلْمَ لَنَا إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ}
(Ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaum kalian terhadap (seruan) kalian?" Para rasul menjawab,
"Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib." (Al-Maidah: 109)Adapun Firman Allah Swt.:
{إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ}
Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash: 85)Maksudnya, sesungguhnya
Tuhan yang telah mewajibkan atas kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an benar-benar akan mengembalikan kamu kepada-Nya. Dia akan mengembalikan kamu pada hari kiamat dan akan menanyai kamu
tentang penyampaian apa yang telah diwajibkan atas dirimu. Demikianlah menurut salah satu pendapat yang ada, dan pendapat ini menyampaikan alasan yang cukup baik.
Surat An-Nahl |16:90|
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
innalloha ya`muru bil-'adli wal-iḥsaani wa iitaaa`i żil-qurbaa wa yan-haa 'anil-faḥsyaaa`i wal-mungkari wal-baghyi ya'izhukum la'allakum tażakkaruun
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Indeed, Allah orders justice and good conduct and giving to relatives and forbids immorality and bad conduct and oppression. He admonishes you that perhaps you will be reminded.
(Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil) bertauhid atau berlaku adil dengan sesungguhnya (dan berbuat kebaikan) menunaikan fardu-fardu, atau hendaknya
kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis (memberi) bantuan (kepada kaum kerabat) famili; mereka disebutkan secara khusus di sini,
sebagai pertanda bahwa mereka harus dipentingkan terlebih dahulu (dan Allah melarang dari perbuatan keji) yakni zina (dan kemungkaran) menurut hukum syariat,
yaitu berupa perbuatan kekafiran dan kemaksiatan (dan permusuhan) menganiaya orang lain. Lafal al-baghyu disebutkan di sini secara khusus sebagai pertanda,
bahwa ia harus lebih dijauhi; dan demikian pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi pengajaran kepada kalian) melalui perintah dan larangan-Nya
(agar kalian dapat mengambil pelajaran) mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal.
Di dalam kitab Al-Mustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang telah mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl,
adalah ayat yang paling padat mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di dalam Alquran.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 90 |
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berlaku adil, yakni pertengahan dan seimbang. Dan Allah memerintahkan untuk berbuat kebajikan, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ}
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi, jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (An-Nahl: 126)
{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ}
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan ) Allah. (Asy-Syura: 40)
{وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ}
dan luka-luka(pun) ada qisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qisas)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. (Al-Maidah: 45)Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan perintah berbuat adil
serta anjuran berbuat kebajikan.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil. (An-Nahl: 90) Yakni mengucapkan persaksian
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Lain pula dengan Sufyan ibnu Uyaynah, ia mengatakan bahwa istilah adil dalam ayat ini ialah sikap pertengahan antara lahir dan batin bagi setiap orang yang mengamalkan suatu amal karena Allah Swt.
Al-ihsan artinya ialah 'bilamana hatinya lebih baik daripada lahiriahnya'. Al fahsya serta al-munkar ialah 'bila lahiriahnya lebih baik daripada hatinya'. Dan yang dimaksud dengan firman-Nya:
{وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى}
dan memberi kepada kaum kerabat. (An-Nahl: 90)Yaitu hendaknya dia menganjurkan untuk bersilaturahmi, seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا}
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kalian menghambur-hamburkan (harta kalian) secara boros. (Al-Isra: 26)Firman Allah Swt.:
{وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ}
dan Allah melarang dari perbuatan keji dan kemungkaran. (An-Nahl: 90)Yang dimaksud dengan fahsya ialah hal-hal yang diharamkan, dan munkar ialah segala sesuatu yang ditampakkan dari perkara haram itu oleh pelakunya. Karena itulah dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ}
Katakanlah, "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi.” (Al-A'raf: 33)Adapun yang dimaksud dengan al-bagyu ialah permusuhan dengan orang lain. Di dalam sebuah hadis diterangkan:
"مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرَ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ عُقُوبَتَهُ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يُدَّخَرُ لِصَاحِبِهِ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ"
Tiada suatu dosa pun yang lebih berhak Allah menyegerakan siksaan terhadap (pelaku)nya di dunia ini, di samping siksaan yang disediakan buat pelakunya di akhirat nanti, selain dari permusuhan dan memutuskan tali silaturahmi. Firman Allah Swt.:
{يَعِظُكُمْ}
Dia memberi pengajaran kepada kalian. (An-Nahl: 90)Yaitu melalui apa yang diperintahkannya kepada kalian agar berbuat kebaikan dan melarang kalian dari perbuatan yang jahat.
{لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
agar kalian dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl: 90)Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Basyir ibnuNuhaik, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan, "Sesungguhnya ayat yang paling mencakup dalam Al-Qur'an
adalah ayat surat An-Nahl," yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berbuat adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.Sa'id ibnu Qatadah telah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berbuat adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Bahwa tiada suatu akhlak baik pun yang dahulu dilakukan oleh orang-orang Jahiliah
dan mereka memandangnya sebagai perbuatan yang baik, melainkan Allah Swt. menganjurkannya. Dan tiada suatu akhlak buruk pun yang dahulu mereka pandang sebagai suatu keaiban di antara sesama mereka melainkan Allah melarangnya.
Yang paling diprioritaskan ialah, sesungguhnya Allah melarang akhlak yang buruk dan yang tercela. Karena itulah —menurut kami— di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأَخْلَاقِ، وَيَكْرَهُ سَفْسافها"
Sesungguhnya Allah menyukai akhlak-akhlak yang tinggi dan benci terhadap akhlak-akhlak yang rendah.Al-Hafiz Abu Ya'la dalam kitab Ma'rifatus Sahabah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abu Bakar Muhammad ibnul Fath A!-Hambali, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Muhammad maula (pelayan) Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Daud Al-Munkadiri,
telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali Al-Maqdami, dari Ali ibnu Abdul Malik ibnu Umair, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Aksam ibnu Saifi sampai di tempat Nabi Saw. biasa keluar,
maka dia bermaksud datang langsung menemui Nabi Saw. tetapi kaumnya tidak membiarkannya berbuat begitu. Mereka berkata, "Engkau adalah pemimpin kami, tidaklah pantas bila engkau datang sendiri kepadanya."
Aksam ibnu Saifi berkata, "Kalau begitu, carilah seseorang yang menjadi perantara untuk menyampaikan dariku dan seseorang perantara untuk menyampaikan darinya." Maka ditugaskanlah dua orang lelaki,
lalu keduanya datang menghadap kepada Nabi Saw. dan berkata, "Kami berdua adalah utusan Aksam ibnu Saifi, dia ingin bertanya kepadamu, siapakah kamu dan apakah kedudukanmu?" Nabi Saw. bersabda,
"Aku adalah Muhammad ibnu Abdullah. Adapun kedudukanku adalah Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (utusan Allah)." Kemudian Nabi Saw. membacakan kepada mereka ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian)
berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Mereka berkata, "Ulangilah kalimat itu kepada kami." Maka Nabi Saw. mengulang-ulang sabdanya kepada mereka hingga mereka hafal.
Setelah itu keduanya datang menghadap kepada Aksam ibnu Saifi dan mengatakan, "Dia menolak, tidak mau meninggikan nasabnya. Ketika kami tanyakan kepada orang lain tentang nasabnya, ternyata kami jumpai dia (Nabi Saw.)
bersih nasabnya (tinggi), dan dimuliakan di kalangan Mudar. Sesungguhnya dia telah melontarkan kepada kami kalimat-kalimat yang pernah kami dengar." Setelah Aksam mendengar kalimat-kalimat tersebut, ia mengatakan,
"Sesungguhnya saya melihat dia adalah orang yang memerintahkan kepada akhlak-akhlak yang mulia dan melarang akhlak-akhlak yang buruk. Maka jadilah kalian semua dalam urusan ini sebagai pemimpin-pemimpin dan janganlah kalian
menjadi pengekor-pengekor."Disebutkan di dalam hadis yang berpredikat hasan sehubungan dengan penyebab turunnya ayat ini, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr,
telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Syahr, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. berada di halaman rumahnya sedang duduk-duduk,
tiba-tiba lewatlah Usman ibnu Maz'un (yang tuna netra). Lalu Usman ibnu Maz'un tersenyum kepada Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, "Mengapa engkau tidak duduk (bersamaku)?" Usman ibnu Maz'un menjawab,
"Baiklah." Maka duduklah Usman ibnu Maz'un berhadapan dengan Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah Saw. sedang berbincang-bincang dengannya, tiba-tiba Rasulullah Saw. menatapkan pandangan matanya ke arah langit,
lalu memandang ke arah langit sesaat, setelah itu beliau menurunkan pandangan matanya ke arah sebelah kanannya, dan saat itu juga Rasulullah Saw. beralih duduk ke tempat yang tadi dipandang oleh matanya, sedangkan teman duduknya
(yaitu Usman ibnu Maz'un) ditinggalkannya. Setelah itu Rasulullah Saw. menundukkan kepalanya, seakan-akan sedang mencerna apa yang diucapkan kepadanya, sementara itu Ibnu Maz'un terus mengamatinya (dengan indera perasanya).
Sesudah keperluannya selesai dan memahami apa yang diucapkan kepadanya, maka Rasulullah Saw. kembali menatapkan pandangannya ke arah langit, sebagaimana tatapannya yang pertama kali tadi. Nabi Saw.
menatapkan pandangan matanya ke arah langit seakan-akan mengikuti kepergian (malaikat) hingga malaikat itu tidak kelihatan tertutup oleh langit. Kemudian Rasulullah Saw. menghadap kepada Usman di tempat duduknya yang semula tadi.
Maka Usman ibnu Maz'un bertanya, "Hai Muhammad, selama saya duduk denganmu saya belum pernah melihatmu melakukan perbuatan seperti yang kamu lakukan siang hari ini." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apa sajakah yang kamu lihat
aku melakukannya?" Usman ibnu Maz'un berkata, "Saya lihat engkau menatapkan pandanganmu ke arah langit, kemudian kamu turunkan pandangan matamu ke suatu tempat di sebelah kananmu, lalu kamu pindah ke tempat itu seraya
meninggalkan diriku. Setelah itu engkau menundukkan kepala seakan-akan sedang menerima sesuatu yang diucapkan kepadamu." Rasulullah Saw. bertanya, "Apakah kamu (yang tuna netra) dapat melihat hal tersebut?"
Usman ibnu Maz'un menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda, "Aku baru saja kedatangan utusan Allah saat kamu sedang duduk." Usman Ibnu Maz'un bertanya, "Utusan Allah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Usman ibnu Maz'un bertanya,
"Apa sajakah yang dia sampaikan kepadamu?" Rasulullah Saw. bersabda membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat. Usman ibnu Maz'un mengatakan,
"Yang demikian itu terjadi di saat imanku telah mantap dalam hatiku dan aku mulai mencintai Muhammad Saw."Sanad hadis ini cukup baik, muttasil lagi hasan, telah disebutkan di dalamnya sima'i secara muttasil. Ibnu Abu Hatim
meriwayatkannya melalui hadis Abdul Hamid ibnu Bahram secara ringkas.Hadis lain mengenai hal tersebut berasal dari Usman ibnu Abul As As-Saqafi. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir,
telah menceritakan kepada kami Harim, dari Lais, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Usman ibnu Abul As yang mengatakan, "Dahulu saya pernah duduk di hadapan Rasulullah Saw., tetapi tiba-tiba Rasulullah Saw.
menatapkan pandangan matanya (ke arah langit). Setelah itu Rasulullah Saw. bersabda, 'Jibril baru datang kepadaku, dan memerintahkan kepadaku agar meletakkan ayat berikut pada suatu tempat dari surat (An-Nahl) ini,'
yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (An-Nahl: 90), hingga akhir ayat."Sanad hadis ini tidak ada celanya, dan barangkali hadis ini yang ada pada Syahr ibnu Hausyab diriwayatkan
melalui dua jalur.
Surat An-Nahl |16:91|
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا ۚ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
wa aufuu bi'ahdillaahi iżaa 'aahattum wa laa tangqudhul-aimaana ba'da taukiidihaa wa qod ja'altumulloha 'alaikum kafiilaa, innalloha ya'lamu maa taf'aluun
Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya, Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
And fulfill the covenant of Allah when you have taken it, [O believers], and do not break oaths after their confirmation while you have made Allah, over you, a witness. Indeed, Allah knows what you do.
(Dan tepatilah perjanjian dengan Allah) dalam masalah jual beli dan sumpah-sumpah serta masalah-masalah yang lain
(apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya) artinya sesudah sumpah-sumpah itu kalian teguhkan
(sedangkan kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian) untuk memenuhinya, karena kalian telah bersumpah dengan memakai nama-Nya; jumlah ayat ini
berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan. (Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat) ayat ini merupakan ancaman buat mereka yang membatalkan sumpahnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 91 |
Tafsir ayat 91-92
Apa yang.disebutkan dalam ayat di atas mengandung perintah Allah, antara lain menepati janji, ikrar, serta memelihara sumpah yang telah dikukuhkan. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:
{وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا}
dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah meneguhkannya. (An-Nahl: 91)Tiada kontradiksi antara apa yang disebutkan oleh ayat ini dan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَلا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لأيْمَانِكُمْ أَنْ تَبَرُّوا وَتَتَّقُوا
Janganlah kalian jadikan (nama) Allah dalam sumpah kalian sebagai penghalang. (Al-Baqarah: 224), hingga akhir ayat.
{ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ}
Yang demikian itu adalah kifarat sumpah-sumpah kalian bila kalian bersumpah (dan kalian langgar). Dan jagalah sumpah kalian. (Al-Maidah: 89)Dengan kata lain, janganlah kalian meninggalkan sumpah
tanpa membayar kifaratnya. Tidak ada pertentangan pula dengan sabda Nabi Saw. yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, yaitu:
إِنِّي وَاللَّهِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، لَا أَحْلِفُ عَلَى يَمِينٍ فَأَرَى غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَتَيْتُ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَتَحَلَّلْتُهَا". وَفِي رِوَايَةٍ: "وَكَفَّرْتُ عَنْ يَمِينِي"
Sesungguhnya aku, demi Allah, jika Allah menghendaki, tidak sekali-kali aku bersumpah, lalu aku melihat bahwa ada hal yang lebih baik dari sumpahku itu, melainkan aku akan mengerjakan hal yang kupandang lebih baik,
lalu aku bertahallul dari sumpahku. Dalam riwayat lain disebutkan, lalu aku bayar kifarat sumpahku.Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara semua dalil di atas dengan ayat yang disebutkan dalam surat ini, yaitu firman-Nya:
وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا
dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah meneguhkannya. (An-Nahl: 91)Karena sesungguhnya yang dimaksud dengan istilah Al Aiman (sumpah-sumpah) ini termasuk ke dalam pengertian janji-janji
dan ikatan-ikatan, bukan hanya sekadar sumpah-sumpah yang diutarakan untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Karena itulah Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah mengukuhkannya. (An-Nahl: 91) Yakni sumpah, jelasnya sumpah pakta Jahiliah. Pendapat ini didukung oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ-حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر وَأَبُو أُسَامَةَ، عَنْ زَكَرِيَّا -هُوَ ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ-عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جُبَيْر بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا حِلْف فِي الْإِسْلَامِ، وَأَيُّمَا حِلْفٍ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ لَمْ يَزِدْهُ الْإِسْلَامُ إِلَّا شِدَّةً".
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad (ibnu Abu Syaibah), telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir dan Abu Usamah, dari Zakaria (yakni Ibnu Abu Zaidah), dari Sa'd ibnu Ibrahim, dari ayahnya,
dari Jubair ibnu Mut'im yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada sumpah sepakta dalam Islam; dan sumpah sepakta mana pun yang terjadi di zaman Jahiliah, maka sesungguhnya Islam tidak menambahkan kepadanya
melainkan menambah kekukuhannya.Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Ibnu Abu Syaibah dengan sanad yang sama. Makna hadis menunjukkan bahwa dengan keberadaan agama Islam
tidak diperlukan lagi adanya sumpah pakta yang biasa dilakukan di masa Jahiliah; karena sesungguhnya dengan berpegang kepada agama Islam sudah merupakan kecukupan untuk tujuan itu tanpa memerlukan lagi
apa yang dahulu biasa mereka lakukan (di masa Jahiliah).Adapun apa yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Asim Al-Ahwal, dari Anas r.a., yang mengatakan:
حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا
Rasulullah Saw. pernah mengikat sumpah pakta di antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar di kampung halaman kami.Makna yang dimaksud dari hadis ini ialah, Rasulullah Saw. mempersaudarakan di antara sesama mereka
menjadi saudara-saudara angkat. Dahulu setelah adanya pakta ini mereka saling mewaris di antara sesamanya, hingga Allah menghapusnya.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Imarah Al-Asadi,
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Laila, dari Buraidah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji. (An-Nahl: 91)
Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan berbaiat (menyatakan janji setia) kepada Nabi Saw. Tersebutlah bahwa orang yang masuk Islam berbaiat kepada Nabi Saw. untuk menolong Islam. Lalu turunlah firman-Nya:
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji. (An-Nahl: 91) Yakni janji setia yang kalian baiatkan untuk menolong Islam ini. dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah (kalian) itu sesudah meneguhkannya. (An-Nahl: 91)
Artinya, janganlah sekali-kali kenyataan minoritas pengikut Nabi Muhammad dan mayoritas kaum musyrik mendorong kalian membatalkan baiat yang telah kalian ikrarkan untuk membela Islam.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا صَخْرُ بْنُ جُوَيرية، عَنْ نَافِعٍ قَالَ: لَمَّا خَلَعَ النَّاسُ يَزِيدَ بْنَ مُعَاوِيَةَ، جَمَعَ ابْنُ عُمَرَ بَنِيهِ وَأَهْلَهُ، ثُمَّ تَشَهَّدَ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّا قَدْ بَايَعْنَا هَذَا الرَّجُلَ عَلَى بَيْعَةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "إن الْغَادِرَ يُنصب لَهُ لِوَاءٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُقَالُ هَذِهِ غَدْرة فُلَانٍ وَإِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الغَدْر -إِلَّا أَنْ يَكُونَ الْإِشْرَاكَ بِاللَّهِ-أَنْ يُبَايِعَ رَجُلٌ رَجُلًا عَلَى بَيْعَةِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، ثُمَّ يَنْكُثُ بَيْعَتَهُ، فَلَا يَخْلَعَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَزِيدَ وَلَا يُسْرِفَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ فِي هَذَا الْأَمْرِ، فَيَكُونَ صَيْلم بَيْنِي وَبَيْنَهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwairiyah, dari Nafi' yang mengatakan bahwa tatkala orang-orang (kaum muslim) memecat Yazid ibnu Mu'awiyah,
Ibnu Umar mengumpulkan semua anaknya dan keluarganya, kemudian ia membaca syahadat, lalu berkata, "Amma ba'du, sesungguhnya kita telah membaiat lelaki ini (yakni Yazid) dengan baiat Allah dan Rasul-Nya,
dan sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Sesungguhnya bagi seorang pengkhianat itu akan dipancangkan untuknya sebuah panji nanti di hari kiamat, lalu dikatakan bahwa
panji ini adalah panji pengkhianatan si Fulan. Dan sesungguhnya pengkhianatan yang paling besar —terkecuali terhadap perbuatan mempersekutukan Allah— ialah bila seseorang lelaki membaiat lelaki yang lain
dengan baiat Allah dan Rasul-Nya, kemudian ia mengkhianati baiatnya (janji setianya).' Maka janganlah sekali-kali ada seseorang di antara kalian mencabut kembali baiatnya, dan janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian menyimpang
dalam urusan ini, maka hal itu akan menjadi pemisah antara aku dan dia." Sebagian dari hadis ini yang berpredikat marfu', ada di dalam kitab Sahihain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَابِسٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ شَرَطَ لِأَخِيهِ شَرْطًا، لَا يُرِيدُ أَنْ يَفِيَ لَهُ بِهِ، فَهُوَ كَالْمُدْلِي جَارَهُ إِلَى غَيْرِ مَنْعَة"
Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Abdur Rahman ibnu Abis, dari ayahnya, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Barang siapa mensyaratkan bagi saudaranya suatu syarat dengan niat tidak akan memenuhi syarat itu kepada saudaranya, maka keadaannya sama dengan orang yang menjerumuskan orang yang dilindunginya ke dalam keadaan tanpa perlindungan.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ}
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat. (An-Nahl: 91)Ayat ini mengandung makna ancaman dan peringatan terhadap orang yang membatalkan sumpahnya sesudah mengukuhkannya. Firman Allah Swt.:
{وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا}
Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya sesudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali. (An-Nahl: 92)Abdullah ibnu Kasir dan As-Saddi mengatakan bahwa wanita itu adalah
seorang wanita yang kurang akalnya, ia tinggal di Mekah di masa silam. Apabila telah memintal sesuatu, ia menguraikannya kembali sesudah kuat pintalannya.Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan,
hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang membatalkan sumpahnya sesudah mengukuhkannya. Pendapat ini lebih kuat dan lebih jelas, tanpa memandang apakah di Mekah ada wanita yang menguraikan pintalannya itu ataukah tidak.
Firman-Nya:
{أَنْكَاثًا}
menjadi cerai-berai kembali. (An-Nahl: 92)Dapat diartikan bahwa lafaz ankasa ini adalah isim masdar, artinya 'wanita itu menguraikan kembali pintalannya menjadi cerai-berai'. Dapat pula diartikan sebagai badal dari khabar kana,
yakni 'janganlah kalian menjadi orang yang gemar melanggar sumpahnya', bentuk jamak dari نَكْثٍ berasal dari نَاكِثٍ. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ}
kalian menjadikan sumpah (perjanjian) kalian sebagai alat penipu di antara kalian. (An-Nahl: 92)Yakni makar dan tipu muslihat.
{أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ}
disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak dari golongan yang lain. (An-Nahl: 92)Artinya, kalian mau berpakta dengan orang lain bila mereka lebih banyak jumlahnya daripada jumlah kalian demi ketenangan kalian.
Tetapi bila kalian mempunyai kesempatan untuk berkhianat, maka kalian berkhianat terhadap mereka. Karenanya Allah Swt. melarang sikap tersebut, sebagai gambaran pihak yang sedikit terhadap pihak yang lebih banyak.
Bilamana dalam keadaan demikian Allah Swt. melarangnya, maka terlebih lagi bila disertai dengan kemampuan dan kekuatan (untuk berbuat khianat), tentunya lebih dilarang.Dalam surat Al-Anfal telah kami ceritakan kisah Mu'awiyah,
ketika terjadi perjanjian gencatan senjata antara dia dengan Raja Romawi. Manakala perjanjian gencatan senjata itu hampir habis; Mu'awiyah berangkat bersama pasukannya menyerang mereka. Dan tepat di saat habisnya
masa gencatan senjata, Mu'awiyah telah berada di dekat negeri mereka, maka Mu'awiyah langsung menyerang mereka tanpa menyadari bahwa Mu'awiyahlah pihak yang menyerang (yang memulai dahulu).
Maka berkatalah Amr ibnu Anbasah kepadanya, "Allah Mahabesar, hai Mu'awiyah. Tepatilah perjanjianmu, janganlah kamu berbuat khianat! Karena aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"مَنْ كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ قَوْمٍ أَجْلٌ فَلَا يَحِلَّنَّ عُقدة حَتَّى يَنْقَضِيَ أمَدها"
'Barang siapa yang antara dia dan suatu kaum terdapat suatu perjanjian, maka janganlah dia melepaskan ikatannya sebelum habis masa berlakunya'.”Maka Mu'awiyah r.a. surut mundur dan pulang bersama pasukannya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: disebabkan adanya suatu golongan yang lebih banyak daripada golongan yang lain. (An-Nahl: 92) Arba artinya lebih banyak, yakni lebih kuat. Mujahid mengatakan,
dahulu di masa Jahiliah mereka biasa mengadakan perjanjian pakta di antara sesama mereka. Bilamana suatu golongan menjumpai golongan lain yang lebih banyak jumlahnya daripada diri mereka serta lebih kuat,
maka dirusaknyalah perjanjian pakta yang ada, lalu mereka mengadakan perjanjian pakta yang baru dengan golongan yang lebih kuat itu. Maka dilaranglah mereka dari perbuatan seperti itu. Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Zaid
telah mengatakan hal yang semisal. Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ}
Sesungguhnya Allah hanya menguji kalian dengan hal itu. (An-Nahl: 92)Sa'id ibnu Jubair mengatakan, makna yang dimaksud ialah Allah menguji mereka dengan adanya golongan yang lebih banyak.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah sengaja menguji kalian melalui perintah-Nya yang menganjurkan agar kalian memenuhi janji kalian.
{وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ}
Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan. (An-Nahl: 92)Kemudian Allah akan memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal sesuai dengan baik buruk amalnya.
Surat An-Nahl |16:92|
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
wa laa takuunuu kallatii naqodhot ghozlahaa mim ba'di quwwatin angkaaṡaa, tattakhiżuuna aimaanakum dakholam bainakum an takuuna ummatun hiya arbaa min ummah, innamaa yabluukumullohu bih, wa layubayyinanna lakum yaumal-qiyaamati maa kuntum fiihi takhtalifuun
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
And do not be like she who untwisted her spun thread after it was strong [by] taking your oaths as [means of] deceit between you because one community is more plentiful [in number or wealth] than another community. Allah only tries you thereby. And He will surely make clear to you on the Day of Resurrection that over which you used to differ.
(Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan) merusak (benangnya) hasil apa yang telah dipintalnya (yang sudah dipintal dengan kuat)
sudah dijadikan benang (menjadi cerai-berai kembali) lafal ankaatsan berkedudukan menjadi hal, bentuk jamak daripada lafal naktsun; artinya mencerai-beraikan benang yang sudah dipintal kuat.
Hal ini merupakan gambaran tentang seorang wanita penduduk kota Mekah; ia setiap hari memintal benang, tetapi sesudah benang itu jadi, lalu ia uraikan kembali;
wanita itu dikenal sebagai wanita yang tolol (kalian menjadikan) lafal tattakhidzuuna menjadi hal dari dhamir lafal takuunuu; artinya janganlah kalian seperti wanita yang tolol itu,
yaitu kalian menjadikan (sumpah kalian sebagai alat penipu) arti dakhalan ialah memasukkan sesuatu bukan pada tempatnya dan ia bukan merupakan bagian daripadanya;
makna yang dimaksud ialah menimbulkan kerusakan atau tipu muslihat (di antara kalian) seumpamanya kalian merusak sumpah itu (disebabkan) lafal an di sini asalnya lian (adanya satu golongan)
satu kelompok (yang lebih banyak) jumlahnya (dari golongan yang lain). Disebutkan bahwa mereka mengadakan sumpah perjanjian pertahanan dengan suatu golongan,
tetapi bila mereka melihat ada golongan yang lain yang lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya, lalu mereka merusak dan membatalkan perjanjiannya dengan golongan yang pertama itu,
kemudian mereka mengadakan perjanjian pertahanan dengan golongan yang baru dan yang lebih kuat itu. (Sesungguhnya kalian dicoba) diuji (oleh Allah dengannya)
yakni dengan perintah supaya kalian memenuhi sumpah, agar Dia melihat siapakah yang taat di antara kalian dan siapa yang durhaka. Atau membuat suatu umat yang kuat
agar Dia melihat apakah mereka memenuhi janjinya atau tidak. (Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan itu)
sewaktu di dunia menyangkut masalah sumpah dan masalah-masalah lainnya; kelak Dia akan mengazab orang yang melanggar sumpahnya dan akan memberi pahala kepada orang yang memenuhinya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 92 |
Penjelasan ada di ayat 91
Surat An-Nahl |16:93|
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
walau syaaa`allohu laja'alakum ummataw waaḥidataw wa laakiy yudhillu may yasyaaa`u wa yahdii may yasyaaa`, wa latus`alunna 'ammaa kuntum ta'maluun
Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi, kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
And if Allah had willed, He could have made you [of] one religion, but He causes to stray whom He wills and guides whom He wills. And you will surely be questioned about what you used to do.
(Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian satu umat) menjadi pemeluk satu agama (tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kalian akan ditanya) kelak di hari kiamat dengan pertanyaan yang keras
(tentang apa yang telah kalian kerjakan) kemudian kalian mendapatkan balasannya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 93 |
Tafsir ayat 93-96
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ} أَيُّهَا النَّاسُ {أُمَّةً وَاحِدَةً}
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian (hai manusia) satu umat saja. (An-Nahl: 93)Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا}
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. (Yunus: 99)Yakni niscaya Dia benar-benar merukunkan di antara sesama kalian dan tentulah Dia tidak akan menjadikan perselisihan, permusuhan, dan perdebatan di antara kalian. Dalam ayat yang lain disebutkan pula:
{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ}
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (Hud: 118-119) Hal yang semakna dikatakan oleh firman-Nya dalam ayat ini, yaitu:
{وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nahl: 93)Kemudian Dia akan meminta pertanggungjawaban dari kalian kelak di hari kiamat
tentang semua amal perbuatan kalian, lalu Dia akan membalaskannya terhadap kalian, baik yang besar, yang pertengahan, maupun yang terkecil, tanpa ada yang terlewatkan.Selanjutnya Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya,
bahwa janganlah seseorang menjadikan sumpahnya sebagai sarana untuk menipu dan makar, agar kakinya tidak tergelincir sesudah kokoh. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang tadinya berada pada jalan yang lurus,
lalu menyimpang dan tergelincir dari jalan petunjuk disebabkan sumpah yang dilanggarnya dan berakibat terhalangnya jalan Allah. Dikatakan demikian karena orang kafir itu apabila melihat ada orang mukmin yang bersumpah menjamin
keselamatannya, kemudian ternyata orang mukmin itu melanggar sumpahnya, maka tiada kepercayaan lagi bagi si kafir terhadap agama si mukmin. Sebagai akibatnya, maka si kafir itu merasa anti pati untuk masuk Islam.
Karena itulah maka disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}
dan kalian rasakan kemelaratan (di dunia) karena kalian menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagi kalian azab yang besar. (An-Nahl: 94)Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا}
Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah). (An-Nahl: 95)Maksudnya, janganlah kalian menukar iman kepada Allah dengan harta benda duniawi dan perhiasannya,
karena sesungguhnya harta duniawi itu sedikit. Dan sekiranya diberikan dunia berikut isinya kepada seseorang, tentulah pahala yang ada di sisi Allah lebih baik baginya. Yakni balasan Allah dan pahala-Nya adalah lebih baik
bagi orang yang berharap kepada Allah, beriman kepada-Nya, memohon kepada-Nya,dan memelihara janjinya dengan Allah karena mengharapkan pahala yang dijanjikan-Nya. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ}
jika kalian mengetahui. Apa yang di sisi kalian akan lenyap. (An-Nahl: 95-96)Yaitu akan habis dan lenyap, karena sesungguhnya hal itu mempunyai batas waktu yang tertentu dan ada masa habisnya.
{وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ}
dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. (An-Nahl: 96)Pahala Allah untuk kalian di surga nanti kekal, tiada habis-habisnya dan tiada putus-putusnya, karena sesungguhnya pahala di surga itu bersifat kekal, tidak berubah, dan tidak akan lenyap.
{وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 96)Ungkapan sumpah dari Allah yang diperkuat dengan memakai huruf lam
mengandung makna bahwa sesungguhnya Dia akan memberikan balasan kepada orang-orang yang penyabar dengan pahala yang lebih baik daripada amal perbuatan mereka, yakni selain itu Allah memaafkan keburukan-keburukan
amal perbuatan mereka.
Surat An-Nahl |16:94|
وَلَا تَتَّخِذُوا أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
wa laa tattakhiżuuu aimaanakum dakholam bainakum fa tazilla qodamum ba'da ṡubuutihaa wa tażuuqus-suuu`a bimaa shodattum 'an sabiilillaah, wa lakum 'ażaabun 'azhiim
Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kaki(mu) tergelincir setelah tegaknya (kukuh), dan kamu akan merasakan keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu akan mendapat azab yang besar.
And do not take your oaths as [means of] deceit between you, lest a foot slip after it was [once] firm, and you would taste evil [in this world] for what [people] you diverted from the way of Allah, and you would have [in the Hereafter] a great punishment. [...]
(Dan janganlah kalian jadikan sumpah-sumpah kalian sebagai alat penipu di antara kalian) Allah swt. mengulang-ulang kalimat ini untuk mengukuhkannya
(yang menyebabkan tergelincir kaki kalian) artinya kalian tergelincir dari ajaran Islam (sesudah kokoh tegaknya) sesudah kalian teguh memegangnya (dan kalian rasakan azab)
siksaan (karena kalian menghalangi manusia dari jalan Allah) artinya disebabkan kalian tidak mau memenuhi janji kalian sendiri, atau disebabkan kalian
menghalang-halangi orang lain untuk memenuhi sumpah dan janjinya, kemudian orang lain itu menuruti perintah kalian (dan bagi kalian azab yang besar) di akhirat nanti.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 94 |
Penjelasan ada di ayat 93
Surat An-Nahl |16:95|
وَلَا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
wa laa tasytaruu bi'ahdillaahi ṡamanang qoliilaa, innamaa 'indallohi huwa khoirul lakum ing kuntum ta'lamuun
Dan janganlah kamu jual perjanjian (dengan) Allah dengan harga murah, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
And do not exchange the covenant of Allah for a small price. Indeed, what is with Allah is best for you, if only you could know.
(Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit) berupa keduniaan, seumpamanya kalian membatalkan janji itu demi karena perkara duniawi
(sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah) berupa pahala (itulah yang lebih baik bagi kalian) daripada apa yang terdapat di dunia (jika kalian mengetahui) hal tersebut; maka oleh sebab itu janganlah kalian merusak janji kalian.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 95 |
Penjelasan ada di ayat 93
Surat An-Nahl |16:96|
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
maa 'indakum yanfadu wa maa 'indallohi baaq, wa lanajziyannallażiina shobaruuu ajrohum bi`aḥsani maa kaanuu ya'maluun
Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Whatever you have will end, but what Allah has is lasting. And We will surely give those who were patient their reward according to the best of what they used to do.
(Apa yang di sisi kalian) berupa duniawi (akan lenyap) akan musnah (dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal) abadi. (Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan)
dapat dibaca walayajziyanna dan walanajziyanna (orang-orang yang sabar) demi menunaikan janjinya (dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan) lafal ahsana di sini maknanya sama dengan hasuna.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 96 |
Penjelasan ada di ayat 93
Surat An-Nahl |16:97|
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
man 'amila shooliḥam min żakarin au unṡaa wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahuu ḥayaatan thoyyibah, wa lanajziyannahum ajrohum bi`aḥsani maa kaanuu ya'maluun
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Whoever does righteousness, whether male or female, while he is a believer - We will surely cause him to live a good life, and We will surely give them their reward [in the Hereafter] according to the best of what they used to do.
(Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik)
menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan dunia,
yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 97 |
Janji Allah ini ditujukan kepada orang yang beramal saleh. Yang dimaksud dengan amal saleh ialah amal perbuatan yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, baik dia laki-laki ataupun perempuan dari kalangan anak Adam,
sedangkan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bahwa amal yang dilakukannya itu merupakan amal yang diperintahkan serta disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah berjanji akan memberinya kehidupan yang baik
di dunia, dan akan memberinya pahala yang jauh lebih baik daripada amalnya kelak di akhirat.Pengertian kehidupan yang baik ialah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya.
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa mereka menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik.Dari Ali ibnu Abu Talib, disebutkan bahwa dia menafsirkannya dengan pengertian al-qana'ah
(puas dengan apa yang diberikan kepadanya). Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Wahb ibnu Munabbih.Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kebahagiaan.
Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah mengatakan.”Tiada suatu kehidupan pun yang dapat menyenangkan seseorang kecuali kehidupan di dalam surga."Ad-Dahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah rezeki yang halal
dan kemampuan beribadah dalam kehidupan di dunia. Ad-Dahhak mengatakan pula bahwa yang dimaksud ialah mengamalkan ketaatan, dan hati merasa lega dalam mengerjakannya.Tetapi pendapat yang benar tentang makna kehidupan
yang baik ini menyatakan bahwa pengertian kehidupan yang baik mencakup semua yang telah disebutkan di atas. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، حَدَّثَنِي شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمرو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافًا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ".
telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Syurahbil ibnu Syarik, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Umar.
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri dengan sanad yang sama.Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadis Ummu Hani', dari Abu Ali Al-Juhani, dari Fudalah ibnu Ubaid
yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدي إِلَى الْإِسْلَامِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا، وَقَنِعَ به".
Sesungguhnya beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, sedangkan rezekinya secukupnya dan ia menerimanya dengan penuh rasa syukur.Imam Turmuzi mengatakan, hadis ini berpredikat sahih.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمَّام، عَنْ يَحْيَى، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن اللَّهَ لَا يَظْلِمُ الْمُؤْمِنَ حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا [وَيُثَابُ عَلَيْهَا فِي الْآخِرَةِ وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُعْطِيهِ حَسَنَاتِهِ فِي الدُّنْيَا] حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ، لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا خَيْرًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya orang mukmin
dalam suatu kebaikan pun yang Dia berikan kepadanya di dunia dan Dia berikan pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka ia diberi balasan di dunia karena kebaikan-kebaikannya, hingga manakala ia sampai di akhirat,
tiada suatu kebaikan pun yang tersisa baginya yang dapat diberikan kepadanya sebagai balasan kebaikan.Hadis ini diketengahkan secara munfarid oleh Imam Muslim.
Surat An-Nahl |16:98|
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
fa iżaa qoro`tal-qur`aana fasta'iż billaahi minasy-syaithoonir-rojiim
Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur´an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
So when you recite the Qur'an, [first] seek refuge in Allah from Satan, the expelled [from His mercy].
(Apabila kamu membaca Alquran) artinya bila kamu hendak membaca Alquran (hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk) artinya ucapkanlah a`uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 98 |
Tafsir ayat 98-100
Perintah ini dari Allah, ditujukan kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan Nabi-Nya; bahwa apabila mereka hendak membaca Al-Qur'an, terlebih dahulu hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Perintah ini adalah perintah sunat, bukan perintah wajib, menurut kesepakatan ulama yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir dan lain-lainnya dari kalangan para imam. Dalam pembahasan isti'azah dalam permulaan tafsir ini
telah disebutkan sejumlah hadis yang menerangkan tentang isti'azah secara panjang lebar.Makna membaca isti’azah pada permulaan membaca Al-Qur'an dimaksudkan agar si pembaca tidak mengalami kekeliruan dalam bacaannya
yang berakibat campur aduk bacaannya sehingga ia tidak dapat merenungkan dan memikirkan makna apa yang dibacanya. Untuk itulah jumhur ulama berpendapat bahwa bacaan istia'zah itu hanya dilakukan sebelum bacaan Al-Qur'an.
Akan tetapi, telah diriwayatkan dari Hamzah dan Abu Hatim As-Sijistani bahwa isti'a'zah dilakukan sesudah membaca Al-Qur'an. Keduanya mengatakan ini dengan berdalilkan ayat di atas. Imam Nawawi di dalam Syarah Muhazzab-nya
mengatakan pula hal yang semisal dari Abu Hurairah, Muhammad ibnu Sirin, dan Ibrahim An-Nakha'i.Tetapi pendapat yang sahih adalah yang pertama (yakni bacaan ta'awwuz dilakukan sebelum membaca Al-Qur'an),
karena berdasarkan hadis-hadis yang menunjukkan bahwa ta'awwuz dilakukan sebelum membaca Al-Qur'an.Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}
Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. (An-Nahl: 99)As-Sauri mengatakan, makna yang dimaksud ialah setan tidak mempunyai kekuasaan
untuk dapat menjerumuskan hamba-hamba Allah ke dalam suatu dosa yang mereka tidak bertobat darinya. Ulama lainnya mengatakan bahwa makna ayat ialah setan tidak mempunyai kemampuan untuk menggoda mereka.
Ulama lainnya lagi mengatakan, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
{إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ}
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (Al-Hijr: 40; Shad: 83)Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ}
Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin. (An-Nahl: 100)Mujahid mengatakan, makna yatawallaunahu ialah orang-orang yang taat kepada setan. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa orang-orang yang menjadikan setan sebagai penolongnya, bukan Allah.
{وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ}
sedangkan mereka mempersekutukannya dengan Allah. (An-Nahl: 100)Yakni mereka mempersekutukan setan dengan Allah dalam penyembahannya. Dapat ditakwilkan bahwa huruf ha pada ayat ini bermakna sababiyah,
yakni 'disebabkan ketaatan mereka kepada setan, jadilah mereka orang-orang yang mempersekutukan Allah Swt.'. Ulama lainnya mengatakan bahwa makna ayat ialah mereka bersekutu dengan setan dalam harta benda dan anak-anaknya.
Surat An-Nahl |16:99|
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
innahuu laisa lahuu sulthoonun 'alallażiina aamanuu wa 'alaa robbihim yatawakkaluun
Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.
Indeed, there is for him no authority over those who have believed and rely upon their Lord.
(Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan baginya) tidak mempunyai pengaruh (atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 99 |
Penjelasan ada di ayat 98
Surat An-Nahl |16:100|
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
innamaa sulthoonuhuu 'alallażiina yatawallaunahuu wallażiina hum bihii musyrikuun
Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang menyekutukannya dengan Allah.
His authority is only over those who take him as an ally and those who through him associate others with Allah.
(Sesungguhnya kekuasaannya hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya sebagai pemimpin) yaitu yang taat kepadanya (dan atas orang-orang yang terhadap-Nya) maksudnya kepada Allah (mereka mempersekutukan.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 100 |
Penjelasan ada di ayat 98
Surat An-Nahl |16:101|
وَإِذَا بَدَّلْنَا آيَةً مَكَانَ آيَةٍ ۙ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مُفْتَرٍ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
wa iżaa baddalnaaa aayatam makaana aayatiw wallohu a'lamu bimaa yunazzilu qooluuu innamaaa anta muftar, bal akṡaruhum laa ya'lamuun
Dan apabila Kami mengganti suatu ayat dengan ayat yang lain, dan Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata, "Sesungguhnya engkau (Muhammad) hanya mengada-ada saja." Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.
And when We substitute a verse in place of a verse - and Allah is most knowing of what He sends down - they say, "You, [O Muhammad], are but an inventor [of lies]." But most of them do not know.
(Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain) artinya dengan memansukhnya kemudian menggantinya dengan ayat yang lain demi kemaslahatan
semua hamba (padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata) orang-orang kafir kepada Nabi saw. ("Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-ada saja.")
seorang pendusta yang pandai membuat-buat perkataan dari dirimu sendiri. (Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui) hakikat Alquran dan faedah yang terkandung di dalam penasikhan ini.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 101 |
Tafsir ayat 101-102
Allah Swt. menyebutkan kelemahan akal orang-orang musyrik, rapuhnya pendirian, dan tipisnya keyakinan mereka; sehingga tidak tergambarkan mereka mau beriman, dan sesungguhnya mereka telah dipastikan
menjadi orang-orang yang celaka. Demikian itu apabila mereka melihat ada perubahan hukum-hukum yang di-rnansukh oleh hukum yang baru dari Allah, maka dengan spontan mereka berkata kepada Rasulullah Saw.,
seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{إِنَّمَا أَنْتَ مُفْتَرٍ}
Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-ada saja. (An-Nahl: 101)Dengan kata lain, mereka menuduh Nabi Saw. sebagai seorang pendusta. Padahal sesungguhnya penggantian hukum itu hanyalah dari Allah Swt. belaka,
Dia berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya dan memutuskan menurut apa yang disukai-Nya.Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami gantikan suatu ayat dengan ayat yang lain. (An-Nahl: 101) Artinya,
Kami hapus ayat yang pertama, lalu Kami turunkan ayat yang lain menggantikan kedudukannya. Qatadah mengatakan bahwa ayat ini sama artinya dengan firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا}
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya. (Al-Baqarah: 106), hingga akhir ayat.Maka Allah Swt. berfirman membantah mereka melalui ayat ini:
قُلْ نزلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ} أَيْ: جِبْرِيلُ {مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ}
Katakanlah, "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar.” (An-Nahl: 102)Yakni dengan sesungguhnya dan adil.
{لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا}
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman. (An-Nahl: 102)Maka pastilah mereka membenarkan ayat yang diturunkan pertama, juga yang diturunkan kemudian serta hati mereka tunduk patuh kepada-Nya.
{وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ}
dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (An-Nahl: 102)Maksudnya, Allah menjadikannya sebagai petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Surat An-Nahl |16:102|
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
qul nazzalahuu ruuḥul-qudusi mir robbika bil-ḥaqqi liyuṡabbitallażiina aamanuu wa hudaw wa busyroo lil-muslimiin
Katakanlah, "Ruhulqudus (Jibril) menurunkan Al-Qur´an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah)."
Say, [O Muhammad], "The Pure Spirit has brought it down from your Lord in truth to make firm those who believe and as guidance and good tidings to the Muslims."
(Katakanlah) kepada mereka! ("Ruh Quduslah yang telah menurunkannya) yakni Alquran itu (dari sisi Rabbmu dengan benar) lafal bilhaqqi berta`alluq kepada lafal nazzalahu
(untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman) dengan keimanan mereka kepada Alquran (dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.")
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 102 |
Penjelasan ada di ayat 101
Surat An-Nahl |16:103|
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ ۗ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
wa laqod na'lamu annahum yaquuluuna innamaa yu'allimuhuu basyar, lisaanullażii yul-ḥiduuna ilaihi a'jamiyyuw wa haażaa lisaanun 'arobiyyum mubiin
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, "Sesungguhnya Al-Qur´an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa Ajam, padahal ini (Al-Qur´an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas.
And We certainly know that they say, "It is only a human being who teaches the Prophet." The tongue of the one they refer to is foreign, and this Qur'an is [in] a clear Arabic language.
(Dan sesungguhnya) lafal qad di sini menunjukkan makna tahqiq (Kami mengetahui bahwa mereka berkata, "Sesungguhnya ia itu diajarkan kepadanya)
yakni Alquran itu (oleh seorang manusia.") dimaksud adalah seorang pendeta Nasrani yang Nabi saw. pernah berkunjung kepadanya; lalu Allah swt. menyanggah melalui firman-Nya:
(Padahal bahasa) atau logat (yang mereka tuduhkan) mereka sangkakan (kepada Muhammad) bahwa ia belajar daripadanya (adalah bahasa ajam sedangkan ini) yakni Alquran ini
(adalah dalam bahasa Arab yang terang) memiliki kejelasan dan kefasihan, maka mengapa bahasa ini diajarkan oleh orang asing
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 103 |
Allah Swt. menyebutkan tentang kedustaan, buat-buatan, dan kebohongan orang-orang musyrik dalam tuduhan mereka terhadap Nabi Saw., bahwa sesungguhnya Al-Qur'an yang dibacakan oleh Muhammad kepada mereka
tiada lain diajarkan oleh seorang manusia kepadanya. Lalu mereka mengisyaratkan kepada seorang lelaki 'Ajam yang ada di antara mereka, yaitu seorang pelayan milik salah satu puak dari kabilah Quraisy. Lelaki itu seorang pedagang
yang menjajakan barang-barangnya di Safa. Adakalanya Rasulullah Saw. duduk dengannya dan berbincang-bincang dengannya mengenai sesuatu hal.Padahal orang tersebut berbahasa 'Ajam, tidak mengetahui bahasa Arab,
atau hanya mengetahui sedikit bahasa Arab, menyangkut keperluannya yang darurat untuk berkomunikasi. Karena itulah Allah membantah tuduhan tersebut melalui firman-Nya:
{لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ}
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedangkan Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang. (An-Nahl: 103)Dengan kata lain, mana mungkin Al-Qur'an
yang bahasanya sangat fasih, berparamasastra sangat tinggi, dan mengandung makna-makna yang sempurna lagi mencakup segalanya —yang menjadikannya jauh lebih sempurna daripada makna-makna yang terkandung di dalam semua kitab
yang diturunkan kepada kaum Bani Israil— merupakan buah dari pelajaran yang diterimanya! Dan mana mungkin dia belajar dari seorang 'Ajam (non-Arab)! Jelas hal ini tidak akan dikatakan oleh seorang yang berakal rendah pun.
Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah mengatakan, "Dahulu Rasulullah Saw. —menurut berita yang sampai kepadaku— sering duduk di Marwah di tenda (jongko) seorang budak beragama Nasrani bernama Jabar,
dia adalah seorang budak milik seseorang dari Banil Hadrami." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, "Sesungguhnya Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad).” Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedangkan Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang. (An-Nahl: 103)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdullah ibnu Kasir. Dari Ikrimah dan Qatadah, disebutkan bahwa nama budak itu Ya'isy.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Muhammad At-Tusi,
telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tuhman, dari Muslim ibnu Abdullah Al-Malai, dari Mujahid, dari ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah mengajarkan kepada seorang penyanyi di Mekah, namanya Bal'am, padahal dia berbahasa 'Ajam. Orang-orang musyrik melihat Rasulullah Saw. sering mengunjunginya, lalu mereka mengatakan, "Sesungguhnya
dia diajari oleh Bal'am," Maka Allah menurunkan firman berikut: sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, "Sesungguhnya Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)."
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedangkan Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang. (An-Nahl: 103)Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan bahwa
budak lelaki tersebut adalah Salman Al-Farisi. Tetapi pendapat Ad-Dahhak ini lemah, karena ayat ini adalah ayat Makkiyyah, sedangkan Salman baru masuk Islam di Madinah.Ubaidillah ibnu Muslim mengatakan,
"Dahulu kami mempunyai dua orang budak Romawi yang membaca kitab milik keduanya dengan bahasanya. Dan tersebutlah bahwa Nabi Saw. mampir kepada keduanya, lalu berdiri dan mendengarkan bacaan yang dilakukan keduanya.
Maka orang-orang musyrik mengatakan, "Muhammad sedang belajar dari kedua orang itu.' Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini."Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa orang yang melancarkan
tuduhan ini adalah seorang lelaki dari kalangan kaum musyrik yang pernah bertugas menjadi juru tulis wahyu bagi Rasulullah Saw. Tetapi dia murtad sesudah masuk Islam, lalu ia melancarkan tuduhan ini; semoga Allah melaknatnya.
Surat An-Nahl |16:104|
إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَهْدِيهِمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
innallażiina laa yu`minuuna bi`aayaatillaahi laa yahdiihimullohu wa lahum 'ażaabun aliim
Sesungguhnya orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Qur´an), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan mereka akan mendapat azab yang pedih.
Indeed, those who do not believe in the verses of Allah - Allah will not guide them, and for them is a painful punishment.
(Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih) azab yang menyakitkan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 104 |
Tafsir ayat 104-105
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang berpaling dari mengingat-Nya dan berpura-pura tidak tahu terhadap apa yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya,
serta tidak ada niat dalam dirinya untuk beriman kepada apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya dari sisi-Nya. Manusia yang berkarakter seperti ini tidak akan diberi petunjuk oleh Allah untuk beriman kepada ayat-ayat-Nya
dan apa yang disampaikan oleh rasul-rasul-Nya di dunia. Dan bagi mereka di akhirat nanti ada azab'yang pedih lagi sangat menyakitkan.Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bukanlah orang yang mengada-ada,
bukan pula pendusta, bahkan sebaliknya hanyalah makhluk yang jahatlah yang berani membuat kedustaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mereka adalah:
{الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ}
orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. (An-Nahl: 104)dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang ateis yang terkenal kedustaannya di kalangan manusia. Utusan Allah —yaitu Nabi Muhammad Saw.—
adalah orang yang paling benar, paling bertakwa, serta paling sempurna ilmu, pengamalan, iman, dan keyakinannya. Dia terkenal dengan kejujurannya di kalangan kaumnya. Tiada seorang pun yang meragukan hal ini dari kalangan mereka,
sehingga mereka memberinya julukan di antara sesama mereka dengan panggilan "Al-Amin".Ketika Heraklius, Raja Romawi, bertanya kepada Abu Sufyan tentang sifat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.,
yaitu antara lain Heraklius mengatakan, "Apakah kalian pernah menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mempermaklumatkan seruannya?" Abu Sufyan menjawab, "Tidak pernah." Maka Heraklius berkata,
"Tidaklah logis bila dia meninggalkan kedustaan terhadap manusia, lalu ia pergi dan berbuat kedustaan terhadap Allah Swt."
Surat An-Nahl |16:105|
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
innamaa yaftaril-każiballażiina laa yu`minuuna bi`aayaatillaah, wa ulaaa`ika humul-kaażibuun
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.
They only invent falsehood who do not believe in the verses of Allah, and it is those who are the liars.
(Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah) yakni Alquran; melalui tuduhan mereka yang mengatakan,
bahwa Alquran adalah perkataan manusia (dan mereka itulah orang-orang pendusta) pengertian taukid di sini disimpulkan dari pengulangan dhamir. Ayat ini merupakan sanggahan
terhadap perkataan mereka sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-ada saja." (Q.S. An-Nahl 101).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 105 |
Penjelasan ada di ayat 104
Surat An-Nahl |16:106|
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
mang kafaro billaahi mim ba'di iimaanihiii illaa man ukriha wa qolbuhuu muthma`innum bil-iimaani wa laakim man syaroḥa bil-kufri shodron fa 'alaihim ghodhobum minalloh, wa lahum 'ażaabun 'azhiim
Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar.
Whoever disbelieves in Allah after his belief... except for one who is forced [to renounce his religion] while his heart is secure in faith. But those who [willingly] open their breasts to disbelief, upon them is wrath from Allah, and for them is a great punishment;
(Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, kecuali orang yang dipaksa) untuk mengucapkan kalimat kekafiran kemudian ia terpaksa mengucapkannya
(padahal hatinya tetap tenang dalam beriman) lafal man dianggap sebagai mubtada, atau syarthiyah sedangkan khabar atau jawabnya ialah: maka bagi mereka ancaman yang keras.
Pengertian ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu: (akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran) yakni hatinya menerima kekafiran dengan lapang
(maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 106 |
Tafsir ayat 106-109
Allah Swt. menyebutkan perihal orang yang kafir sesudah beriman dan menyaksikan kebenaran, lalu ia melegakan dadanya untuk kekafiran dan merasa tenang dengan kekafirannya. Allah Swt. murka terhadap orang tersebut,
karena ia telah beriman, tetapi kemudian menggantikannya dengan kekafiran. Di hari akhirat nanti mereka akan mendapat siksa yang besar, disebabkan mereka lebih menyukai kehidupan dunia daripada akhirat.
Sebagai buktinya ialah mereka rela murtad dari Islam demi memperoleh imbalan duniawi. Allah tidak memberi petunjuk kepada hati mereka serta tidak mengukuhkan mereka pada agama yang hak, karenanya hati mereka terkunci mati,
dan mereka tidak dapat memikirkan sesuatu pun yang bermanfaat bagi diri mereka (di hari kemudian); pendengaran serta penglihatan mereka terkunci pula, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan secara semestinya,
dan pendengaran serta penglihatan mereka tidak dapat memberikan suatu manfaat pun kepada mereka. Mereka dalam keadaan lalai akan akibat buruk yang ditakdirkan atas diri mereka.
{لَا جَرَمَ أَنَّهُمْ فِي الآخِرَةِ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi. (An-Nahl: 109)Yakni sudah pasti dan tidak mengherankan, begitulah sifatnya, mereka adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya kelak di hari kiamat. Adapun mengenai makna firman-Nya:
{إِلا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإيمَانِ}
kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). (An-Nahl: 106)Hal ini merupakan pengecualian, ditujukan kepada orang yang kafir hanya dengan lisannya saja;
dan kata-katanya menuruti orang-orang musyrik, sebab ia dipaksa dan dalam keadaan tekanan, pukulan, dan penindasan, sedangkan hatinya menolak apa yang diucapkannya, serta dalam keadaan tetap tenang
dalam beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ammar ibnu Yasir di saat ia disiksa oleh orang-orang musyrik
sehingga ia kafir kepada Nabi Muhammad Saw. Ia mau menuruti kemauan mereka dalam hal tersebut karena terpaksa. Setelah itu Ammar datang menghadap kepada Nabi Saw. seraya meminta maaf, maka Allah menurunkan ayat ini.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Asy-Sya'bi, Qatadah, dan Abu Malik.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَور، عَنْ مَعْمَر، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ الجَزَريّ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ [بْنِ] مُحَمَّدِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ: أَخَذَ الْمُشْرِكُونَ عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ فَعَذَّبُوهُ حَتَّى قَارَبَهُمْ فِي بَعْضِ مَا أَرَادُوا، فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟ " قَالَ: مُطَمْئِنًا بِالْإِيمَانِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ عَادُوا فَعُدْ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Abdul Karim Al-Jazari, dari Abu Ubaidah Muhammad ibnu Ammar ibnu Yasir
yang mengatakan bahwa orang-orang musyrik menangkap Ammar, lalu mereka menyiksanya sehingga Ammar terpaksa mau mendekati sebagian dari apa yang dikehendaki oleh mereka karena dalam tekanan siksaan.
Setelah itu Ammar mengadukan perkaranya kepada Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah kamu jumpai hatimu?" Ammar menjawab, "Tetap tenang dalam keadaan beriman." Nabi Saw. bersabda:
Jika mereka kembali menyiksamu, maka lakukanlah pula hal itu.Imam Baihaqi telah meriwayatkan hadis ini secara panjang lebar, lebih panjang daripada hadis ini; antara lain disebutkan di dalamnya:
أَنَّهُ سَبَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَكَرَ آلِهَتَهُمْ بِخَيْرٍ، وَأَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا تُركتُ حَتَّى سَببتك وَذَكَرْتُ آلِهَتَهُمْ بِخَيْرٍ! قَالَ: "كَيْفَ تَجِدُ قَلْبَكَ؟ " قَالَ: مُطَمْئِنًا بِالْإِيمَانِ. فَقَالَ: "إِنْ عَادُوا فَعُدْ". وَفِي ذَلِكَ أَنْزَلَ اللَّهُ: {إِلا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإيمَانِ}
bahwa Ammar terpaksa mencaci Nabi Saw. dan menyebut tuhan-tuhan mereka dengan sebutan yang baik. Sesudah itu Ammar datang menghadap kepada Nabi Saw. dan mengadukan perihal apa yang telah dilakukannya,
"Wahai Rasulullah, saya terus-menerus disiksa hingga saya terpaksa mencacimu dan menyebutkan tuhan-tuhan mereka dengan sebutan yang baik." Nabi Saw. bertanya, "Bagaimanakah dengan hatimu?" Ammar menjawab bahwa hatinya
tetap tenang dalam beriman. Maka Nabi Saw. bersabda: Jika mereka (orang-orang musyrik) kembali menyiksamu, maka lakukan pula hal itu. Sehubungan dengan peristiwa ini Allah menurunkan firman-Nya: kecuali orang yang dipaksa kafir,
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman. (An-Nahl: 106)Karena itulah para ulama sepakat bahwa orang yang dipaksa untuk melakukan kekufuran diperbolehkan berpura-pura menuruti kemauan si pemaksa
demi menjaga keselamatan jiwanya. Ia diperbolehkan pula tetap menolak, seperti apa yang pernah dilakukan oleh sahabat Bilal r.a.; dia menolak keinginan mereka yang memaksanya untuk kafir. Karena itulah mereka menyiksanya
dengan berbagai macam siksaan, sehingga mereka meletakkan batu besar di atas dadanya di hari yang sangat panas.Mereka memerintahkan Bilal untuk musyrik (mempersekutukan Allah), tetapi Bilal menolak seraya mengucapkan,
"Esa, Esa (yakni Allah Maha Esa)."Bilal r.a. mengatakan, "Demi Allah, seandainya saya mengetahui ada kalimat yang lebih membuat kalian marah, tentulah aku akan mengatakannya." Semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada Bilal
dan memberinya pahala yang memuaskannya.Hal yang sama dilakukan oleh Habib ibnu Zaid Al-Ansari. Ketika Musailamah berkata kepadanya, "Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah?" Habib menjawab, "Ya."
Musailamah bertanya, "Apakah kamu bersaksi bahwa diriku adalah utusan Allah?" Habib menjawab, "Saya tidak mendengar." Lalu Musailamah memotongi anggota tubuh Habib sedikit demi sedikit, sedangkan Habib tetap pada pendirian imannya.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ عِكْرِمة، أَنَّ عَلِيًّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، حَرَّق نَاسًا ارْتَدَوْا عَنِ الْإِسْلَامِ، فَبَلَغَ ذَلِكَ ابْنَ عَبَّاسٍ فَقَالَ: لَمْ أَكُنْ لِأُحَرِّقَهُمْ بِالنَّارِ، إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ". وَكُنْتُ قَاتِلَهُمْ بِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ" فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا فَقَالَ: وَيْحَ أُمِّ ابْنِ عَبَّاسٍ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ikrimah, bahwa Ali r.a. pernah membakar hidup-hidup sejumlah orang yang murtad dari agama Islam.
Ketika berita itu sampai kepada Ibnu Abbas, maka Ibnu Abbas mengatakan, "Jika aku, maka sesungguhnya aku tidak akan menghukum mereka dengan membakar mereka, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. telah bersabda:
'Janganlah kalian menyiksa dengan memakai siksaan Allah (yakni memakai api).' Sedangkan engkau perangi mereka atas dasar sabda Rasulullah Saw. pula yang mengatakan: 'Barang siapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia'.
” Ketika berita ucapan Ibnu Abbas sampai kepada Ali, maka ia berkata, "Beruntunglah ibu Ibnu Abbas!" Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini pula.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَنَا مَعْمَر، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ حُمَيْد بْنِ هِلَالٍ العَدَويّ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ: قَدِمَ عَلَى أَبِي مُوسَى معاذُ بْنُ جَبَلٍ بِالْيَمَنِ، فَإِذَا رَجُلٌ عِنْدَهُ، قَالَ: مَا هَذَا؟ قَالَ رَجُلٌ كَانَ يَهُودِيًّا فَأَسْلَمَ، ثُمَّ تَهَوَّدَ، وَنَحْنُ نُرِيدُهُ عَلَى الْإِسْلَامِ مُنْذُ -قَالَ: أَحْسَبُ-شَهْرَيْنِ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا أَقْعُدُ حَتَّى تَضْرِبُوا عُنُقَهُ. فَضُرِبَتْ عُنُقُهُ. فَقَالَ: قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَنَّ مَنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ فَاقْتُلُوهُ-أَوْ قَالَ: مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Humaid ibnu Hilal Al-Adawi, dari Abu Burdah yang menceritakan bahwa
Mu'az ibnu Jabal datang kepada Abu Musa di negeri Yaman, tiba-tiba ia menjumpai seorang lelaki sedang bersama Abu Musa. Maka Mu'az bertanya, "Apakah yang telah terjadi dengan orang ini?" Abu Musa menjawab,
"Dia adalah seorang Yahudi dan masuk Islam, kemudian kembali memeluk agama Yahudi, sedangkan kami menginginkan agar dia tetap Islam sejak dia mengatakannya dua bulan yang silam." Maka sahabat Anas berkata, "Demi Allah,
aku tidak akan duduk sebelum kamu penggal lehernya." Maka lelaki itu dipenggal lehernya. Setelah itu Mu'az ibnu Jabal mengatakan bahwa Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan bahwa barang siapa yang murtad dari agamanya,
maka kalian harus membunuhnya. Atau Mu'az mengatakan: Barang siapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia oleh kalian.Kisah ini yang terdapat di dalam kitab Sahihain disebutkan dengan lafaz yang lain.
Tetapi yang lebih afdal dan paling utama hendaknya seorang muslim tetap pada agamanya, sekalipun sikap ini akan membuatnya mati terbunuh.Al-Hafiz ibnu Asakir dalam biografi Abdullah ibnu Huzafah As-Sahmi
—salah seorang sahabat— menceritakan bahwa Ibnu Huzafah ditawan oleh orang-orang (pasukan) Romawi, lalu mereka menghadapkannya kepada raja mereka. Raja mereka berkata, "'Masuk Nasranilah kamu,
maka aku akan menjadikanmu sekutuku dalam kerajaanku. dan aku akan mengawinkanmu dengan anak perempuanku." Ibnu Huzafah menjawab, "Seandainya engkau berikan kepadaku semua yang engkau miliki
dan semua apa yang dimiliki oleh bangsa Arab agar aku murtad dari agama Muhammad Saw., barang sekejap saja saya tetap menolak." Raja Romawi berkata, "Kalau begitu, saya akan membunuhmu." Ibnu Huzafah menjawab,
"Itu terserah kamu." Maka Raja Romawi memerintahkan agar Ibnu Huzafah disalib, dan memerintahkan para juru pemanah agar memanahinya pada sasaran yang berdekatan dengan kedua tangan dan kedua kakinya,
sedangkan si Raja Romawi itu sendiri terus menawarkan, kepadanya untuk menjadi seorang Nasrani. Tetapi Ibnu Huzafah tetap menolak. Kemudian Raja Romawi memerintahkan agar Ibnu Huzafah diturunkan dari penyalibannya,
dan ia memerintahkan agar disediakan sebuah ketel besar—menurut riwayat lain panci tembaga yang besar— lalu dipanaskan. Dan didatangkanlah seorang tawanan dari pasukan kaum muslim, kemudian dilemparkan ke dalam panci panas itu,
sedangkan Ibnu Huzafah melihat kejadian itu. Tiba-tiba orang yang dimasukkan ke dalamnya itu tulang-tulangnya kelihatan dalam waktu tidak lama. Raja Romawi menawarkan kepada Ibnu Huzafah untuk masuk Nasrani,
tetapi Ibnu Huzafah tetap menolak, maka Raja Romawi memerintahkan agar Ibnu Huzafah dicampakkan ke dalam panci tersebut. Lalu tubuhnya diangkat memakai pelontar untuk dimasukkan ke dalam panci yang mendidih itu.
Maka menangislah Ibnu Huzafah, hal ini membuat Raja Romawi ingin tahu penyebabnya, lalu dia memanggilnya (memerintahkan agar dia diturunkan dan menghadap kepadanya). Maka Ibnu Huzafah berkata,
"Sesungguhnya saya menangis tiada lain karena jiwaku hanya satu yang akan dilemparkan ke dalam panci panas ini demi membela agama Allah. Padahal aku menginginkan bila setiap helai rambut dari tubuhku memiliki jiwa yang disiksa
dengan siksaan ini demi membela agama Allah."Menurut riwayat yang lainnya, Raja Romawi memenjarakannya dan tidak memberinya makan dan minum selama beberapa hari. Kemudian dikirimkan kepadanya khamr dan daging babi,
tetapi Ibnu Huzafah jangankan menjamah, mendekatinya pun tidak. Lalu Raja Romawi memanggilnya dan berkata, "Apakah gerangan yang menghalang-halangi dirimu untuk makan?" Ibnu Huzafah menjawab, "Ingatlah,
sesungguhnya makanan tersebut sebenarnya boleh kumakan (karena keadaan darurat), tetapi aku tidak ingin menjadi penyebab kamu menertawakan diriku." Maka Raja Romawi mencium kepalanya dan berkata kepadanya,
"Aku akan melepaskanmu menjadi bebas." Ibnu Huzafah berkata, "Apa kamu bebaskan pula bersamaku semua tawanan kaum muslim?" Raja Romawi menjawab, "Ya." Lalu Raja Romawi mencium kepala Ibnu Huzafah dan membebaskannya
bersama-sama dengan semua tawanan kaum muslim yang ada padanya. Ketika Ibnu Huzafah kembali, maka Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. berkata kepadanya, "Sudah sepantasnya bagi setiap muslim mencium
kepala Abdullah ibnu Huzafah. dan sayalah orang yang memulainya." Umar r.a. berdiri, lalu mencium kepala Ibnu Huzafah r.a.
Surat An-Nahl |16:107|
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
żaalika bi`annahumustaḥabbul-ḥayaatad-dun-yaa 'alal-aakhiroti wa annalloha laa yahdil-qoumal-kaafiriin
Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
That is because they preferred the worldly life over the Hereafter and that Allah does not guide the disbelieving people.
(Yang demikian itu) ancaman yang ditujukan kepada mereka itu (disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia) mereka memilihnya
(lebih dari akhirat dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 107 |
Penjelasan ada di ayat 106
Surat An-Nahl |16:108|
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
ulaaa`ikallażiina thoba'allohu 'alaa quluubihim wa sam'ihim wa abshoorihim, wa ulaaa`ika humul-ghoofiluun
Mereka itulah orang yang hati, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah. Mereka itulah orang yang lalai.
Those are the ones over whose hearts and hearing and vision Allah has sealed, and it is those who are the heedless.
(Mereka itulah orang-orang yang hatinya, pendengarannya dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai) dari apa yang dikehendaki terhadap diri mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 108 |
Penjelasan ada di ayat 106
Surat An-Nahl |16:109|
لَا جَرَمَ أَنَّهُمْ فِي الْآخِرَةِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
laa jaroma annahum fil-aakhiroti humul-khoosiruun
Pastilah mereka termasuk orang yang rugi di akhirat nanti.
Assuredly, it is they, in the Hereafter, who will be the losers.
(Tidak diragukan lagi) pastilah (bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi) karena tempat kembali mereka adalah neraka dan mereka kekal di dalamnya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 109 |
Penjelasan ada di ayat 106