Juz 14
Surat An-Nahl |16:110|
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا فُتِنُوا ثُمَّ جَاهَدُوا وَصَبَرُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
ṡumma inna robbaka lillażiina haajaruu mim ba'di maa futinuu ṡumma jaahaduu wa shobaruu, inna robbaka mim ba'dihaa laghofuurur roḥiim
Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Then, indeed your Lord, to those who emigrated after they had been compelled [to renounce their religion] and thereafter fought [for the cause of Allah] and were patient - indeed, your Lord, after that, is Forgiving and Merciful
(Dan sesungguhnya Rabbmu terhadap orang-orang yang berhijrah) ke Madinah (sesudah menderita cobaan) sesudah mereka disiksa dan dipaksa mengucapkan kalimat kekafiran.
Menurut qiraat lafal futinuu dibaca fatanuu; artinya sesudah mereka kafir, atau sesudah mereka memfitnah manusia supaya jangan beriman (kemudian mereka berjihad dan sabar)
di dalam melakukan ketaatan (sesungguhnya Rabbmu sesudah itu) sesudah cobaan itu (benar-benar Maha Pengampun) kepada mereka (lagi Maha Penyayang) terhadap mereka.
Khabarnya inna yang pertama sama dengan khabar inna yang kedua.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 110 |
Tafsir ayat 110-111
Mereka adalah golongan lain yang dahulu di Mekah dalam keadaan lemah dan tertindas oleh kaumnya, keadaan mereka yang lemah itu membuat mereka terpaksa menyetujui fitnah yang menimpa mereka.
Kemudian mereka dapat meloloskan dirinya dengan berhijrah. Mereka rela meninggalkan negerinya, keluarga, dan harta bendanya demi mencari keridaan Allah dan ampunan-Nya.
Kemudian mereka bergabung ke dalam barisan orang-orang mukmin dan berjihad melawan orang-orang kafir bersama saudara-saudara seiman mereka, dan mereka bersabar (dalam menghadapi semua tantangan).
Maka Allah Swt. memberitakan bahwa Dia benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada mereka atas perbuatan (terpaksa menyetujui fitnah) yang telah dilakukannya kelak di hari mereka dikembalikan ke sisi-Nya.
{يَوْمَ تَأْتِي كُلُّ نَفْسٍ تُجَادِلُ عَنْ نَفْسِهَا}
(Yaitu) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri. (An-Nahl: 111)Tiada seorang pun yang membela ayahnya atau anaknya atau saudaranya atau istrinya.
{وَتُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ}
dan tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya. (An-Nahl: 111)apakah perbuatan baik ataukah perbuatan buruk.
{وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan). (An-Nahl: 111)Maksudnya, tiada pahala kebaikannya yang dikurangi dan tiada balasan keburukannya yang ditambahkan, serta mereka tidak dianiaya barang sekecil apa pun.
Surat An-Nahl |16:111|
يَوْمَ تَأْتِي كُلُّ نَفْسٍ تُجَادِلُ عَنْ نَفْسِهَا وَتُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
yauma ta`tii kullu nafsin tujaadilu 'an nafsihaa wa tuwaffaa kullu nafsim maa 'amilat wa hum laa yuzhlamuun
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap orang datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi setiap orang diberi (balasan) penuh sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).
On the Day when every soul will come disputing for itself, and every soul will be fully compensated for what it did, and they will not be wronged.
Ingatlah (suatu hari ketika tiap-tiap diri datang untuk membela) berhujah untuk membela (dirinya sendiri) ia tidak menghiraukan selain daripada dirinya sendiri,
yaitu hari kiamat (dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan) balasan (apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya) sedikit pun juga.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 111 |
Penjelasan ada di ayat 110
Surat An-Nahl |16:112|
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
wa dhoroballohu maṡalang qoryatang kaanat aaminatam muthma`innatay ya`tiihaa rizquhaa roghodam ming kulli makaanin fa kafarot bi`an'umillaahi fa ażaaqohallohu libaasal-juu'i wal-khoufi bimaa kaanuu yashna'uun
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.
And Allah presents an example: a city which was safe and secure, its provision coming to it in abundance from every location, but it denied the favors of Allah. So Allah made it taste the envelopment of hunger and fear for what they had been doing.
(Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan) kata perumpamaan ini dijelaskan oleh badalnya, yaitu (dengan sebuah negeri) yaitu Mekah, yang dimaksud adalah penduduknya
(dahulunya aman) dari serbuan musuh dan tidak pernah ada kerusuhan (lagi tenteram) tidak perlu pindah karena alasan sempit atau takut (rezekinya datang kepadanya melimpah-ruah)
dengan luas (dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah) disebabkan mereka mendustakan Nabi saw. (karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan)
sehingga mereka mengalami paceklik selama tujuh tahun (dan ketakutan) terhadap pasukan-pasukan tentara Nabi saw. (disebabkan apa yang selalu mereka perbuat).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 112 |
Tafsir ayat 112-113
Apa yang disebutkan oleh kedua ayat di atas merupakan suatu perumpamaan yang menggambarkan keadaan penduduk Mekah. Karena sesungguhnya Mekah adalah kota yang aman, tenteram,
dan tenang; sedangkan orang-orang yang tinggal di sekitarnya tinggal dalam keadaan tidak aman. Barang siapa yang memasuki kota Mekah, amanlah dia dan tidak takut lagi, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا}
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (Tanah Suci) yang aman.
yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagi kalian) dari Kami? (Al-Qashash: 57)Hal yang sama disebutkan pula dalam ayat berikut ini melalui firman-Nya:
{يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا}
rezekinya datang kepadanya melimpah ruah. (An-Nahl: 112) Yakni enak dan mudah.
{مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ}
dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. (An-Nahl: 112)Artinya, mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada padanya; dan yang paling besar ialah diutus-NyaNabi Muhammad Saw. kepada mereka.Di dalam ayat lain disebutkan:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ}
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahanam, mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.
(Ibrahim: 28-29)Karena itulah maka Allah mengganti kedua keadaan yang mereka peroleh itu dengan dua keadaan yang kebalikannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ}
karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan. (An-Nahl: 112)Yakni merasakan dan menimpakan secara menyeluruh kepada mereka kelaparan, padahal sebelumnya didatangkan kepada mereka
segala macam buah-buahan; dan rezekinya datang kepadanya dengan melimpah ruah dari segenap tempat.Demikian itu karena mereka durhaka kepada Rasulullah Saw. dan selalu menentangnya. Maka Rasulullah Saw.
berdoa memohon kepada Allah semoga Dia menimpakan musim paceklik kepada mereka, seperti musim paceklik yang dialami oleh Nabi Yusuf. Maka mereka tertimpa paceklik yang menghabiskan segala sesuatu milik mereka,
sehingga mereka terpaksa memakan bulu unta yang dicampur dengan darahnya bilamana mereka menyembelihnya.Firman Allah Swt.:
{وَالْخَوْفِ}
dan ketakutan. (An-Nahl: 112)Demikian itu karena mereka mengganti keamanan mereka dengan rasa takut kepada Rasulullah Saw. dan para sahabatnya setelah beliau dan para sahabatnya hijrah ke Madinah.
Yakni orang-orang kafir Mekah selalu dicekam oleh rasa takut terhadap, pembalasan Nabi Saw. dan pasukan kaum muslim. Dan mereka membuat semua yang merekamiliki menjadi hancur dan rendah, sehingga Allah memberikan kemenangan
kepada Rasul-Nya atas kota Mekah.Demikian itu terjadi disebabkan perbuatan mereka (orang-orang kafir Mekah) sendiri, kelaliman serta kedustaan mereka terhadap Rasulullah Saw. yang diutus oleh Allah kepada mereka
dari kalangan mereka sendiri. Padahal kerasulan Nabi Muhammad Saw. yang diangkat dari kalangan mereka merupakan suatu anugerah yang diberikan kepada mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ}
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. (Ali Imran: 164), hingga akhir ayat.
{فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا قَدْ أَنزلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا رَسُولا}
maka bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepada kalian, (dan mengutus) seorang rasul. (Ath-Thalaq: 10-11), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.
{كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ}
Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan hikmah. (Al-Baqarah: 151) sampai dengan firman-Nya:
{وَلا تَكْفُرُونِ}
dan janganlah kalian mengingkari (nikmat). (Al-Baqarah: 152)Sebagaimana keadaan orang-orang kafir terbalik, dari aman menjadi takut, dan dari hidup makmur menjadi kelaparan; maka Allah mengganti keadaan orang-orang mukmin
sesudah mereka hidup dalam ketakutan, kini mereka hidup aman. Allah memberi mereka rezeki yang berlimpah sesudah mereka hidup miskin. Allah juga menjadikan mereka para raja, para penguasa, para pemimpin, para panglima, dan para imam.
Apa yang kami katakan, bahwa makna ayat ini adalah perumpamaan yang menggambarkan tentang penduduk Mekah, menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Pendapat yang sama dikatakan oleh Mujahid, Qatadah,
dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Malik meriwayatkannya dari Az-Zuhri.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abdur Rahim Al-Barqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam,
telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Syuraih, bahwa Abdul Karim ibnul Haris Al-Hadrami pernah bercerita kepadanya bahwa ia pernah mendengar
Masyrah ibnu Ha'an mengatakan, "Aku pernah mendengar Sulaim ibnu Namir mengatakan bahwa kami pulang dari melakukan ibadah haji bersama Siti Hafsah, istri Nabi Saw.; sedangkan Khalifah Usman dalam keadaan terkepung di Madinah."
Siti Hafsah selalu menanyakan tentang apa yang dilakukan oleh Usman r.a. hingga ia bersua dengan dua orang pengendara (musafir yang berlawanan arah dengannya). Maka ia mengutus kurirnya untuk menanyakan perihal Usman
kepada kedua musafir tersebut Kedua orang pengendara itu menjawab bahwa khalifah Usman telah gugur. Siti Hafsah berkata, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya yang dimaksud
dengan kampung itu adalah Madinah." Yakni kampung yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya
melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. (An-Nahl: 112)Ibnu Syuraih mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ubaidillah ibnul Mugirah,
dari seseorang yang menceritakan kepadanya bahwa orang tersebut mengatakan, "Yang dimaksud dengan kampung dalam ayat ini ialah Madinah."
Surat An-Nahl |16:113|
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
wa laqod jaaa`ahum rosuulum min-hum fa każżabuuhu fa akhożahumul-'ażaabu wa hum zhoolimuun
Dan sungguh, telah datang kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka ditimpa azab dan mereka adalah orang yang zalim.
And there had certainly come to them a Messenger from among themselves, but they denied him; so punishment overtook them while they were wrongdoers.
(Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri) yaitu Nabi Muhammad saw. (tetapi mereka mendustakannya karena itu mereka ditimpa azab)
yaitu berupa kelaparan dan dicekam rasa takut (sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 113 |
Penjelasan ada di ayat 112
Surat An-Nahl |16:114|
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
fa kuluu mimmaa rozaqokumullohu ḥalaalan thoyyibaw wasykuruu ni'matallohi ing kuntum iyyaahu ta'buduun
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.
Then eat of what Allah has provided for you [which is] lawful and good. And be grateful for the favor of Allah, if it is [indeed] Him that you worship.
(Maka makanlah) hai orang-orang yang beriman (yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada kalian dan syukurilah nikmat Allah jika kalian hanya kepada-Nya saja menyembah).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 114 |
Tafsir ayat 114-117
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar memakan rezeki-Nya yang halal lagi baik, dan bersyukur kepada-Nya atas karunia tersebut. Karena sesungguhnya Allah-lah
yang mengaruniakan nikmat itu kepada mereka, Dialah yang berhak disembah semata, tiada sekutu bagi-Nya.Kemudian Allah menyebutkan apa-apa yang diharamkan-Nya atas mereka,
karena di dalamnya terkandung mudarat atau bahaya bagi mereka, baik menyangkut agama maupun urusan dunia mereka; yaitu bangkai, darah, dan daging babi, serta:
{وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ}
dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. (An-Nahl: 115)Yakni hewan yang disembelih bukan dengan menyebut nama Allah. Akan tetapi, sekalipun demikian disebutkan oleh firman-Nya:
{فَمَنِ اضْطُرَّ}
tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya. (An-Nahl: 115)Yaitu dalam keadaan terdesak dan darurat, maka ia boleh memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas.
{فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nahl: 115)Dalam pembahasan terdahulu telah diterangkan tafsir ayat yang semisal, yaitu dalam surat Al-Baqarah; sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir
ayat surat An-Nahl ini.Kemudian Allah melarang menempuh jalan orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu hanya berdasarkan nama-nama dan istilah-istilah yang mereka ada-adakan
menurut pendapat mereka sendiri. Misalnya mereka mengharamkan bahirah, saibah. wasilah, dan ham serta lain-lainnya yang diberlakukan di kalangan mereka oleh buatan mereka sendiri di masa Jahiliah.Allah Swt. telah berfirman:
{وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ}
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, "Ini halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. (An-Nahl: 116)
Termasuk ke dalam pengertian ini setiap orang yang mengadakan suatu bid'ah yang tidak ada sandarannya dari hukum syara', atau ia menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah,
atau mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah, hanya berdasarkan pendapat sendiri dan kemauan hawa nafsunya.Huruf ma yang terdapat di dalam firman-Nya:
{لِمَا}
apa yang disebut-sebut. (An-Nahl: 116)adalah ma masdariyah, yakni janganlah kalian mengatakan secara dusta terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian.Kemudian Allah Swt. mengancam pelakunya melalui firman berikutnya, yaitu:
{إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (An-Nahl: 116)Yakni tidak beruntung di dunia, tidak pula di akhirat. Adapun di dunia, yang didapat hanyalah kesenangan yang sementara;
sedangkan di akhirat nanti para pelakunya akan mendapat azab yang pedih, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ}
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24)
{إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat, disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 69-70)
Surat An-Nahl |16:115|
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
innamaa ḥarroma 'alaikumul-maitata wad-dama wa laḥmal-khinziiri wa maaa uḥilla lighoirillaahi bih, fa manidhthurro ghoiro baaghiw wa laa 'aadin fa innalloha ghofuurur roḥiim
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
He has only forbidden to you dead animals, blood, the flesh of swine, and that which has been dedicated to other than Allah. But whoever is forced [by necessity], neither desiring [it] nor transgressing [its limit] - then indeed, Allah is Forgiving and Merciful.
(Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atas kalian bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah;
tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 115 |
Penjelasan ada di ayat 114
Surat An-Nahl |16:116|
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
wa laa taquuluu limaa tashifu alsinatukumul-każiba haażaa ḥalaaluw wa haażaa ḥaroomul litaftaruu 'alallohil-każib, innallażiina yaftaruuna 'alallohil-każiba laa yufliḥuun
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.
And do not say about what your tongues assert of untruth, "This is lawful and this is unlawful," to invent falsehood about Allah. Indeed, those who invent falsehood about Allah will not succeed.
(Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian) yang sering digambarkan oleh lisan kalian (secara dusta, "Ini halal dan ini haram.")
terhadap apa yang tidak dihalalkan oleh Allah dan apa yang tidak diharamkan oleh-Nya (untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah) dengan menisbatkan hal itu kepada-Nya.
(Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung).
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 116 |
Penjelasan ada di ayat 114
Surat An-Nahl |16:117|
مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
mataa'ung qoliiluw wa lahum 'ażaabun aliim
(Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan mereka akan mendapat azab yang pedih.
[It is but] a brief enjoyment, and they will have a painful punishment.
Bagi mereka yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah (kesenangan yang sedikit) di dunia (dan bagi mereka) kelak di akhirat (azab yang pedih) azab yang menyakitkan.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 117 |
Penjelasan ada di ayat 114
Surat An-Nahl |16:118|
وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا مَا قَصَصْنَا عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ ۖ وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
wa 'alallażiina haaduu ḥarromnaa maa qoshoshnaa 'alaika ming qobl, wa maa zholamnaahum wa laaking kaanuuu anfusahum yazhlimuun
Dan terhadap orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu (Muhammad). Kami tidak menzalimi mereka, justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.
And to those who are Jews We have prohibited that which We related to you before. And We did not wrong them [thereby], but they were wronging themselves.
(Dan terhadap orang-orang Yahudi) dimaksud para pemeluk agama Yahudi (Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu)
di dalam firman-Nya yang lain, yaitu, "Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku..." (Q.S. Al-An'am 146) (dan Kami tiada menganiaya mereka)
dengan mengharamkan hal tersebut kepada mereka (akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri) dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat yang menyebabkan diharamkannya hal-hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 118 |
Tafsir ayat 118-119
Setelah Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia mengharamkan atas kita bangkai, darah, daging babi, dan hewan ternak yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, sesungguhnya Allah memberikan rukhsah padanya
hanya bagi orang yang dalam keadaan darurat. Di dalam hal ini terkandung keluasan bagi umat ini yang Allah,menghendaki untuk mereka kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan bagi mereka. Setelah itu Allah Swt.
menyebutkan apa yang dahulu pernah Dia haramkan atas orang-orang Yahudi dalam syariat mereka, sebelum di-mansukh. Di dalamnya terdapat belenggu-belenggu, kesempitan, dan beban-beban yang memberatkan.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا مَا قَصَصْنَا عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ}
Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu. (An-Nahl: 118)Dan dalam surat Al-An'am disebutkan oleh firman-Nya:
{وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَا إِلا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَا }
Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku: dan dari sapi dan domba. Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya. (Al-An'am: 146) sampai dengan firman-Nya:
وَإِنَّا لَصَادِقُونَ
benar-benar Mahabenar. (Al-An'am: 146) Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ}
dan Kami tiada menganiaya mereka. (An-Nahl: 118) Yakni melalui apa yang Kami sempitkan atas diri mereka.
{وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ}
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-An 'am: 118)Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa mereka berhak untuk mendapatkan perlakuan itu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا}
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (An-Nisa: 160)
Kemudian Allah Swt. menyebutkan sifat Kemuliaan-Nya dan Kelapangan-Nya terhadap orang-orang mukmin yang durhaka, bahwa barang siapa di antara mereka yang bertobat kepada Allah, tentulah Allah menerima tobatnya.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ}
Kemudian sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohan. (An-Nahl: 119)Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa setiap orang yang berbuat durhaka, dia adalah orang yang bodoh.
{ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا}
kemudian mereka bertobat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya). (An-Nahl: 119)Maksudnya, mereka berhenti dari melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan mulai mengerjakan amal-amal ketaatan.
{إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ}
sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nahl: 119)Yakni sesungguhnya Allah Swt. —sesudah mereka mengerjakan perbuatan itu dan tergelincir— benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada mereka yang bertobat.
Surat An-Nahl |16:119|
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
ṡumma inna robbaka lillażiina 'amilus-suuu`a bijahaalatin ṡumma taabuu mim ba'di żaalika wa ashlaḥuuu inna robbaka mim ba'dihaa laghofuurur roḥiim
Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Then, indeed your Lord, to those who have done wrong out of ignorance and then repent after that and correct themselves - indeed, your Lord, thereafter, is Forgiving and Merciful.
(Kemudian sesungguhnya Rabbmu terhadap orang-orang yang mengerjakan keburukan) kemusyrikan (karena kebodohannya kemudian mereka bertobat)
kembali kepada Allah (sesudah itu dan memperbaiki dirinya) memperbaiki amal perbuatannya (sesungguhnya Rabbmu sesudah itu) sesudah kebodohannya dan sesudah bertobat
(benar-benar Maha Pengampun) kepada mereka (lagi Maha Penyayang) kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 119 |
Penjelasan ada di ayat 118
Surat An-Nahl |16:120|
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
inna ibroohiima kaana ummatang qoonital lillaahi ḥaniifaa, wa lam yaku minal-musyrikiin
Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah),
Indeed, Abraham was a [comprehensive] leader, devoutly obedient to Allah, inclining toward truth, and he was not of those who associate others with Allah.
(Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam) seorang penghulu yang menjadi panutan dan di dalam dirinya terkandung semua akhlak yang baik (lagi patuh)
sangat taat (kepada Allah dan hanif) cenderung kepada agama yang lurus. (Dan sekali-kali dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 120 |
Tafsir ayat 120-123
Allah Swt. memuji hamba, rasul, dan kekasih-Nya—yaitu Nabi Ibrahim, imam orang-orang yang hanif dan orang tua para nabi— bahwa dia bersih dari kemusyrikan, juga dari Yahudi dan Nasrani. Untuk itulah Allah Swt. berfirman.
{إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا}
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. (An-Nahl: 120)Makna al-ummah dalam ayat ini ialah imam yang dijadikan panutan.
Al-qanit artinya patuh dan taat, al-hanif artinya menyimpang dari kemusyrikan dan menempuh jalan tauhid. Karena itulah disebutkan dalam akhir ayat.
{وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (An-Nahl: 120)Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Muslim Al-Batin, dari Abul Abidin, bahwa ia pernah bertanya
kepada Abdullah ibnu Mas'ud tentang makna al-ummatul adnitu. Maka Ibnu Mas'ud menjawab, "Ummah artinya mu'allim (guru) kebaikan, sedangkan al-qanit artinya taat kepada Allah dan Rasul-Nya."Dari Malik, disebutkan bahwa Ibnu Umar
mengatakan bahwa al-ummah ialah orang yang mengajar manusia akan agama mereka. Al-A'masy mengatakan dari Yahya ibnul Jazzar, dari Abul Abidin, bahwa ia datang kepada Abdullah ibnu Mas'ud, lalu ia berkata,
"Kepada siapa lagi kami bertanya kalau bukan kepada engkau?" Maka Ibnu Mas'ud kelihatan seakan-akan kasihan kepadanya, lalu Abul Abidin bertanya, "Ceritakanlah kepadaku apakah makna al-ummah itu!" Abdullah ibnu Mas'ud
menjawab bahwa al-ummah ialah orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.Asy-Sya'bi mengatakan, telah menceritakan kepadaku Farwah ibnu Naufal Al-Asyja'i yang mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa
sesungguhnya Mu'az adalah seorang yang mengajarkan kebaikan lagi taat kepada Allah dan hanif. Maka aku berkata dalam hatiku bahwa Abu Abdur Rahman keliru. Lalu Mu'az berkata bahwa sesungguhnya Allah Swi. berfirman:
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan. (An-Nahl: 120) Lalu Mu'az berkata, "Tahukah kamu apakah makna ummah dan qanit!" Saya menjawab, "Allah lebih mengetahui." Mu'az berkata,
"Ummah ialah orang yang mengajarkan kebaikan, dan qanit ialah orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya." Demikian pula keadaan Mu'az. Asar ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Ibnu Mas'ud, diketengahkan oieh Ibnu Jarir.
Mujahid mengatakan bahwa al-ummah artinya suatu umat, dan al-qanit ialah orang yang taat.Mujahid mengatakan pula bahwa Ibrahim a.s. adalah seorang ummah, yakni orang yang beriman sendirian, sedangkan manusia semuanya
di masa itu kafir.Qatadah mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang imam yang memberi petunjuk, sedangkan al-qanit artinya orang yang taat kepada Allah. Firman Allah Swt.:
{شَاكِرًا لأنْعُمِهِ}
(lagi) mensyukuri nikmat-nikmat Allah. (An-Nahl: 121)Yaitu selalu menetapi syukur atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah kepadanya. Makna ayat ini sama dengan ayat lain yang mengatakan:
{وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى}
dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. (An-Najm: 37)Artinya, selalu mengerjakan semua yang diperintahkan Allah kepadanya. Firman Allah Swt.:
{اجْتَبَاهُ}
Allah telah memilihnya. (An-Nahl: 121)Yakni memilihnya menjadi orang pilihan-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ}
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (Al-Anbiya: 51)Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}
Dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. (An-Nahl: 121)Yaitu menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, menurut syariat yang diridai-Nya.Firman Allah Swt.:
{وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً}
Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. (An-Nahl: 122)Maksudnya, Kami himpunkan baginya kebaikan dunia dari seluruh apa yang diperlukan oleh orang mukmin dalam kehidupannya yang sempurna lagi baik.
{وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ}
Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. (An-Nahl: 122)Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. (An-Nahl: 122) Yakni berupa lisan yang benar. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا}
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” (An-Nahl: 123)Yakni karena kesempurnaannya dan kebenaran tauhid dan jalannya, maka Kami wahyukan kepadamu, hai penutup para rasul, penghulu para nabi:
{أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (An-Nahl: 123)Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. (Al-An'am: 161) Dalam firman selanjutnya Allah mengingkari orang-orang Yahudi.
Surat An-Nahl |16:121|
شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
syaakirol li`an'umihijtabaahu wa hadaahu ilaa shiroothim mustaqiim
dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus.
[He was] grateful for His favors. Allah chose him and guided him to a straight path.
(Lagi yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya) menjadikannya sebagai pilihan-Nya (dan menunjukkannya kepada jalan yang lurus.)
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 121 |
Penjelasan ada di ayat 120
Surat An-Nahl |16:122|
وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
wa aatainaahu fid-dun-yaa ḥasanah, wa innahuu fil-aakhiroti laminash-shooliḥiin
Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang yang saleh.
And We gave him good in this world, and indeed, in the Hereafter he will be among the righteous.
(Dan Kami berikan kepadanya) di dalam ungkapan ini terkandung pengertian iltifat dari gaibah, atau perpindahan ungkapan dari dhamir gaib kepada dhamir mutakallim
(kebaikan di dunia) yaitu mendapatkan pujian dari kalangan semua agama. (Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh) yaitu orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi di akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 122 |
Penjelasan ada di ayat 120
Surat An-Nahl |16:123|
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
ṡumma auḥainaaa ilaika anittabi' millata ibroohiima ḥaniifaa, wa maa kaana minal-musyrikiin
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik."
Then We revealed to you, [O Muhammad], to follow the religion of Abraham, inclining toward truth; and he was not of those who associate with Allah.
(Kemudian Kami wahyukan kepadamu) hai Muhammad (ikutilah millah) yakni agama (Ibrahim seorang yang hanif. Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan)
Allah swt. mengulangi ayat ini untuk menyanggah anggapan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang mengakui bahwa Nabi Ibrahim adalah pemeluk agama mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 123 |
Penjelasan ada di ayat 120
Surat An-Nahl |16:124|
إِنَّمَا جُعِلَ السَّبْتُ عَلَى الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
innamaa ju'ilas-sabtu 'alallażiinakhtalafuu fiih, wa inna robbaka layaḥkumu bainahum yaumal-qiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun
Sesungguhnya (menghormati) hari Sabtu hanya diwajibkan atas orang (Yahudi) yang memperselisihkannya. Dan sesungguhnya Tuhanmu pasti akan memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.
The sabbath was only appointed for those who differed over it. And indeed, your Lord will judge between them on the Day of Resurrection concerning that over which they used to differ.
(Sesungguhnya telah dijadikan hari Sabtu) diwajibkan menghormatinya (atas orang-orang Yahudi yang berselisih mengenainya) dengan nabi mereka;
mereka adalah orang-orang Yahudi yang diperintahkan oleh Allah supaya mereka menyibukkan dirinya untuk beribadah di hari Jumat, akan tetapi mereka mengatakan,
"Kami tidak menghendakinya," lalu mereka memilih hari Sabtu sebagai hari untuk ibadah. Akhirnya Allah memperketat peraturan kepada mereka di hari Sabtu.
(Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu)
yaitu Dia kelak akan memberi pahala kepada orang yang taat, dan Dia akan mengazab orang-orang yang durhaka melanggar hal-hal yang diharamkan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 124 |
Tidak diragukan bahwa Allah Swt. mensyariatkan atas setiap umat suatu hari dari satu minggu agar mereka berkumpul padanya guna melakukan ibadah.Maka Allah mensyariatkan bagi umat ini hari Jumat,
mengingat hari Jumat adalah hari keenam. Pada hari Jumatlah Allah merampungkan penciptaan-Nya, dan semua makhluk dikumpulkan pada hari itu serta sempurnalah nikmat Allah atas hamba-hamba-Nya.
Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Allah Swt. mensyariatkan hal tersebut kepada kaum Bani lsrail melalui lisan Nabi Musa a.s. (yakni berkumpul melakukan ibadah pada hari Jumat). Tetapi mereka menggantinya
dan memilih hari Sabtu, karena sesungguhnya hari Sabtu adalah hari yang Allah tidak menciptakan sesuatu pun padanya; mengingat semua penciptaan telah diselesaikan pada hari sebelumnya, yaitu hari Jumat.
Maka Allah menetapkan hari Sabtu buat mereka dalam syariat kitab Taurat, dan memerintahkan mereka agar berpegang teguh padanya serta memeliharanya. Selain dari itu Allah memerintahkan kepada mereka
agar mengikuti Nabi Muhammad Saw. bila telah diutus oleh Allah Swt. Kemudian Allah mengambil janji-janji dan sumpah-sumpah mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّمَا جُعِلَ السَّبْتُ عَلَى الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ}
Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. (An-Nahl: 124)Mujahid mengatakan bahwa mereka memakai hari Sabtu dan meninggalkan hari Jumat.
Kemudian mereka terus-menerus berpegang pada hari Sabtu hingga Allah mengutus Isa putra Maryam.Menurut suatu pendapat, sesungguhnya Nabi Isa memindahkan mereka kepada hari Ahad. Menurut pendapat yang lainnya lagi,
Isa tidak meninggalkan syariat Kitab Taurat kecuali apa yang di-mansukh pada sebagian hukum-hukumnya, dan bahwa sesungguhnya Isa masih tetap memelihara hari Sabtu hingga ia diangkat. Sesungguhnya
orang-orang Nasrani sesudahnya—yaitu di zaman Konstantinopel—mengalihkannya ke hari Ahad untuk membedakan dengan orang-orang Yahudi, dan mereka mengalihkan arah salatnya menghadap ke arah timur,
tidak lagi menghadap ke arah Sakhrah (kubah Baitul Maqdis).Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu.Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"نَحْنُ الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، بِيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، ثُمَّ هَذَا يَوْمُهُمُ الَّذِي فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ فَاخْتَلَفُوا فِيهِ، فَهَدَانَا اللَّهُ لَهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ، الْيَهُودُ غَدًا، وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ".
Kami adalah umat yang terakhir, tetapi umat yang paling terdahulu di hari kiamat, hanya bedanya mereka diberikan Al-Kitab sebelum kami. Kemudian hari ini (Jumat) adalah hari mereka juga yang telah difardukan Allah atas mereka,
tetapi mereka berselisih pendapat tentangnya, dan Allah memberi kami petunjuk kepadanya. Manusia sehubungan dengan hal ini mengikuti kami, orang-orang Yahudi besok, dan orang-orang Nasrani lusanya.
Lafaz hadis ini berdasarkan apa yang ada pada imam Bukhari.Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Huzaifah: keduanya mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"أَضَلَّ اللَّهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، فَكَانَ لِلْيَهُودِ يَوْمُ السَّبْتَ، وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الْأَحَدِ، فَجَاءَ اللَّهُ بِنَا فَهَدَانَا اللَّهُ ليوم الْجُمُعَةِ، فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَالْأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، نَحْنُ الْآخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا وَالْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَالْمَقْضِيُّ بَيْنَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ".
Allah menyesatkan orang-orang sebelum kita dari hari Jumat, maka orang-orang Yahudi menjadi hari Sabtu, dan orang-orang Nasrani menjadi hari Ahad. Dan Allah mendatangkan kita, lalu Dia memberi kita petunjuk kepada hari Jumat.
Dia menjadikan hari Jumat, lalu hari Sabtu dan hari Ahad; demikian pula halnya mereka adalah mengikut kita pada hari kiamat. Kita adalah umat yang terakhir dari kalangan penduduk dunia,
tetapi merupakan orang-orang yang pertama pada hari kiamat, dan yang diputuskan peradilan di antara sesama mereka sebelum umat-umat lainnya. (Riwayat Muslim)
Surat An-Nahl |16:125|
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
ud'u ilaa sabiili robbika bil-ḥikmati wal-mau'izhotil-ḥasanati wa jaadil-hum billatii hiya aḥsan, inna robbaka huwa a'lamu biman dholla 'an sabiilihii wa huwa a'lamu bil-muhtadiin
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Invite to the way of your Lord with wisdom and good instruction, and argue with them in a way that is best. Indeed, your Lord is most knowing of who has strayed from His way, and He is most knowing of who is [rightly] guided.
(Serulah) manusia, hai Muhammad (kepada jalan Rabbmu) yakni agama-Nya (dengan hikmah) dengan Alquran (dan pelajaran yang baik) pelajaran yang baik atau nasihat yang lembut
(dan bantahlah mereka dengan cara) bantahan (yang baik) seperti menyeru mereka untuk menyembah Allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya
atau dengan hujah-hujah yang jelas. (Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang lebih mengetahui) Maha Mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas mereka; ayat ini diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir.
Dan diturunkan ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang; ketika Nabi saw. melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau saw. bersumpah melalui sabdanya,
"Sungguh aku bersumpah akan membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantimu."
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 125 |
Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya—Nabi Muhammad Saw. agar menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan cara yang bijaksana.Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang diserukan kepada manusia ialah wahyu
yang diturunkan kepadanya berupa Al-Qur'an, Sunnah, dan pelajaran yang baik; yakni semua yang terkandung di dalamnya berupa larangan-larangan dan kejadian-kejadian yang menimpa manusia (di masa lalu).
Pelajaran yang baik itu agar dijadikan peringatan buat mereka akan pembalasan Allah Swt. (terhadap mereka yang durhaka).Firman Allah Swt.
{وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ}
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)Yakni terhadap orang-orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan perdebatan dan bantahan. Maka hendaklah hal ini dilakukan dengan cara yang baik.
yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta cara yang bijak. Ayat ini sama pengertiannya dengan ayat lain yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ}
Dan janganlah kalian berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka. (Al-'Ankabut: 46), hingga akhir ayat.Allah Swt. memerintahkan Nabi Saw.
untuk bersikap lemah lembut, seperti halnya yang telah Dia perintahkan kepada Musa dan Harun, ketika keduanya diutus oleh Allah Swt. kepada Fir'aun, yang kisahnya disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)Adapun firman Allah Swt.:
{إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya. (An-Nahl: 125), hingga akhir ayat.Maksudnya, Allah telah mengetahui siapa yang celaka dan siapa yang berbahagia di antara mereka,
dan hal tersebut telah dicatat di sisi-Nya serta telah dirampungkan kepastiannya. Maka serulah mereka untuk menyembah Allah, dan janganlah kamu merasa kecewa (bersedih hati) terhadap orang yang sesat di antara mereka.
Karena sesungguhnya bukanlah tugasmu memberi mereka petunjuk. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, dan Kamilah yang akan menghisab. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al-Qashash: 56)
{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ}
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk (Al-Baqarah: 272)
Surat An-Nahl |16:126|
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
wa in 'aaqobtum fa 'aaqibuu bimiṡli maa 'uuqibtum bih, wa la`in shobartum lahuwa khoirul lish-shoobiriin
Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.
And if you punish [an enemy, O believers], punish with an equivalent of that with which you were harmed. But if you are patient - it is better for those who are patient.
(Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi jika kalian bersabar)
tidak mau membalas (sesungguhnya itulah) bersikap sabar itulah (yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar) kemudian Nabi saw. membatalkan sumpahnya itu, dan membayar kafaratnya.
Demikianlah menurut hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Bazzar.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 126 |
Tafsir 126-128
Allah Swt. memerintahkan untuk berbuat adil dalam qisas (pembalasan) dan seimbang dalam menunaikan hak, seperti yang disebutkan dalam riwayat Abdur Razzaq, dari As-Sauri, dari Khalid, dari Ibnu Sirin yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
{فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ}
maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. (An-Nahl: 126)Bahwa jika seseorang mengambil sesuatu dari kalian, maka ambillah darinya yang semisal. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid,
Ibrahim, Al-Hasan Al-Basri, dan lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. 'Ibnu Zaid mengatakan bahwa pada mulanya kaum muslim diperintahkan memaaf terhadap sikap orang-orang musyrik. Tetapi setelah masuk Islam,
banyak lelaki yang mempunyai kekuatan, maka mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah, sekiranya Allah memberi izin kepada kita (untuk membalas), tentulah kami akan balas anjing-anjing itu." Maka turunlah ayat ini,
yang kemudian di-mansukh oleh ayat jihad.Muhammad ibnu lshaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ata ibnu Yasar yang mengatakan bahwa surat An-Nahl seluruhnya diturunkan di Mekah,
maka ia termasuk surah Makkiyyah; kecuali tiga ayatyang tertetak di akhirnya, ketigaayat tersebut diturunkan di Madinah sesudah Perang Uhud, ketika Hamzah r.a. gugur dalam keadaan tercincang. Maka Rasulullah Saw. bersabda:
"لَئِنْ ظَهَرْنَا عَلَيْهِمْ لَنُمَثِّلَنَّ بِثَلَاثِينَ رَجُلًا مِنْهُمْ"
Sesungguhnya jika Allah memberikan kemenangan kepadaku atas mereka, sesungguhnya aku akan balas mencincang tiga puluh orang lelaki dari kalangan mereka (sebagai pembalasan atas kematian Hamzah).
Ketika kaum muslim mendengar hal tersebut, mereka berkata, "Demi Allah, seandainya Allah memenangkan kita atas mereka, sungguh kita akan mencincang mereka dengan cincangan yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun
dari kalangan orang-orang Arab." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan 'yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. (An-Nahl: 126), hingga akhir surat.
Hadis ini mursal di dalam sanadnya terdapat seorang lelaki yang tidak disebutkan namanya.Tetapi hadis ini telah diriwayatkan pula melalui jalur lain secara muttasil oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا صَالِحُ الْمُرِّيُّ ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَفَ عَلَى حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، حِينَ اسْتُشْهِدَ، فَنَظَرَ إِلَى مَنْظَرٍ لَمْ يَنْظُرْ أَوْجَعَ لِلْقَلْبِ مِنْهُ. أَوْ قَالَ: لِقَلْبِهِ [مِنْهُ] فَنَظَرَ إِلَيْهِ وَقَدْ مُثِّل بِهِ فَقَالَ: "رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ، إِنْ كُنْتَ -لَمَا علمتُ-لَوَصُولًا لِلرَّحِمِ، فَعُولًا لِلْخَيْرَاتِ، وَاللَّهِ لَوْلَا حُزْنُ مَنْ بَعْدَكَ عَلَيْكَ، لَسَرَّنِي أَنْ أَتْرُكَكَ حَتَّى يَحْشُرَكَ اللَّهُ مِنْ بُطُونِ السِّبَاعِ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا-أَمَا وَاللَّهِ عَلَى ذَلِكَ، لَأُمَثِّلَنَّ بِسَبْعِينَ كَمُثْلَتِكَ. فَنَزَلَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ السُّورَةِ وَقَرَأَ: {وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ} إِلَى آخَرِ الْآيَةِ، فَكَفَّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -يَعْنِي: عَنْ يَمِينِهِ-وَأَمْسَكَ عَنْ ذَلِكَ
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman, dari Abu Hurairah r.a.,
bahwa Rasulullah Saw. berdiri di dekat jenazah Hamzah ibnu Abdul Muttalib r.a. setelah ia gugur sebagai syuhada. Nabi Saw. melihat suatu pemandangan yang belum pernah beliau lihat sangat menyakitkan seperti pemandangan kala itu.
Nabi Saw. melihat jenazah Hamzah dalam keadaan telah dicincang (dirobek dadanya). Beliau bersabda: Semoga rahmat Allah lerlimpahkan kepadamu, sesungguhnya engkau menurut sepengetahuanku
tiada lain seorang yang suka menghubungkan tali silaturahmi lagi banyak berbuat kebaikan. Demi Allah, seandainya tiada kesedihan atas dirimu karena tidak tega melihat keadaanmu, tentulah aku suka bila kubiarkan engkau,
hingga Allah membangkitkanmu dari perut binatang-binatang buas (atau dengan kalimat yang semisal). Ingatlah, demi Allah, atas kejadian ini; sungguh aku akan mencincang tujuh puluh orang (dari mereka)
seperti cincangan yang dialami olehmu. Maka Malaikat Jibril a.s. turun kepada Nabi Muhammad Saw. dengan membawa ayat ini, lalu ia membacakannya: Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. (An-Nahl: I26), hingga akhir surat. Lalu Rasulullah Saw. membayar kifarat sumpahnya dan menahan diri dari apa yang diniatkannya itu. Sanad hadis ini mengandung ke-daif-an,
karena sesungguhnya Saleh Al-Murri orangnya daif menurut pendapat para imam ahli hadis. Bahkan Imam Bukhari mengatakan bahwa hadisnya berpredikat munkar.Asy-Sya'bi dan Ibnu Juraij mengatakan bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan ucapan kaum muslim dalam Perang Uhud sehubungan dengan orang-orang mereka yang gugur dalam keadaan tercincang.Mereka mengatakan, "Sungguh kami akan mencincang mereka sebagaimana mereka mencincang kami."
Lalu Allah Swt. menurunkan ayat-ayat ini berkenaan dengan hal tersebut.Abdullah (putra Imam Ahmad) mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, telah menceritakan kepada kami Hudbah ibnu Abdul Wahhab Al-Marwazi,
telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ubaid, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa dalam Perang Uhud telah gugur
dari kalangan Ansar sebanyak enam puluh orang lelaki, sedangkan dari kalangan Muhajirin hanya enam orang. Maka para sahabat Rasulullah Saw. berkata, "Seandainya kita mendapat kemenangan dalam perang berikutnya
dari orang-orang musyrik, sungguh kami akan balas mencincang mereka." Dan ketika hari kemenangan atas kota Mekah terjadi, seorang lelaki berkata, "Sesudah hari ini Quraisy tidak akan dikenal lagi." Maka terdengarlah suara seruan
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. telah memberikan jaminan keamanan kepada semua orang, baik yang berkulit hitam maupun yang berkulit putih, kecuali si anu dan si anu. Disebutkan nama sejumlah
orang yang dimaksud. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. (An-Nahi: 126), hingga akhir surat.
Dan Rasulullah Saw. bersabda: Kami akan bersabar dan tidak akan membalas.Ayat ini mempunyai persamaan dengan ayat-ayat lain, yang intinya mengandung perintah untuk bersikap adil dan dianjurkan bersikap pemurah (memaaf),
seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
{وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا}
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. (Asy-Syura: 40)Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ}
maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. (Asy-Syura: 40), hingga akhir ayat.Dan firman Allah Swt.:
{وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ}
dan luka-luka (pun) ada qisasnya. (Al-Maidah: 45)Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ}
Barang siapa yang melepaskan (hak qisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. (Al-Maidah: 45)Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ}
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. (An-Nahl: 126)Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ}
Tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (An-Nahl: 126) Adapun firman Allah Swt.:
{وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلا بِاللَّهِ}
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah. (An-Nahl: 127)Hal ini mengukuhkan perintah bersabar, sekaligus sebagai pemberitaan bahwa kesabaran itu tidak dapat diraih
melainkan berkat kehendak Allah dan pertolongan-Nya, serta berkat upaya dan kekuatan-Nya. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
{وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ}
dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka. (An-Nahl: 127)Yakni terhadap orang-orang yang menentangmu, karena sesungguhnya Allah telah menakdirkan hal tersebut.
{وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ}
dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (An-Nahl: 127)Artinya, janganlah kamu merasa duka cita terhadap upaya keras mereka dalam memusuhimu dan memasukkan kemusyrikan terhadapmu,
karena sesungguhnya Allah-lah yang mencukupi, menolongmu, mendukungmu, menampakkan kamu, dan memenangkan kamu atas mereka. Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ}
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (An-Nahl: 128)Yakni Allah beserta mereka melalui dukungan-Nya, pertolongan-Nya, bantuan-Nya, petunjuk dan upaya-Nya.
Makna kebersamaan ini bersifat khusus, seperti pengertian kebersamaan yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا}
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.”(Al-Anfal: 12)Dan firman Allah Swt. kepada Musa dan Harun, yaitu:
{لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى}
Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (Thaha: 46)Demikian pula dalam sabda Nabi Saw. kepada Abu Bakar As-Siddiq di dalam gua:
{لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا}
Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. (At-Taubah: 40)Adapun kebersamaan yang mengandung makna umum, maka pengertiannya hanya melalui pendengaran, penglihatan,dan pengetahuan; seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
{وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Dan Dia bersama kalian di mana saja kalian berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan. (Al-Hadid: 4)Juga seperti yang ada di dalam firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا}
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya.
Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada.
(Al-Mujadilah: 7)
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu. (Yunus: 61). Hingga akhir ayat.Adapun firman Allah Swt.:
{الَّذِينَ اتَّقَوْا}
orang-orang yang bertakwa. (An-Nahl: 128) Maksudnya, orang-orang yang meninggalkan hal-hal yang diharamkan.
{وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ}
dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (An-Nahl: 128)Yakni orang-orang yang mengerjakan ketaatan. Mereka adalah orang-orang yang dijaga oleh Allah, dipelihara-Nya, ditolong-Nya, didukungNya, dan dimenangkan-Nya
atas musuh-musuh mereka dan orang-orang yang menentang mereka.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basyar, telah menceritakan kepada kami
Abu Ahmad Az-Zubair, telah menceritakan kepada kami Mis'ar, dari Ibnu Aun, dari Muhammad ibnu Hatib yang mengatakan bahwa Khalifah Usman ibnu Affan termasuk orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Demikianlah akhir dari tafsir surat An-Nahl. Segala puji bagi Allah dan semua karunia dari-Nya. semoga salawat dan salam-Nya terlimpah-kan kepada junjungan kita —Nabi Muhammad— beserta segenap keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Surat An-Nahl |16:127|
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
washbir wa maa shobruka illaa billaahi wa laa taḥzan 'alaihim wa laa taku fii dhoiqim mimmaa yamkuruun
Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.
And be patient, [O Muhammad], and your patience is not but through Allah. And do not grieve over them and do not be in distress over what they conspire.
(Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah) berkat taufiq-Nya (dan janganlah kamu bersedih hati terhadap kekafiran mereka)
terhadap kekafiran orang-orang kafir, jika mereka tidak juga mau beriman, karena kamu menginginkan dengan sangat akan keimanan mereka
(dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu-dayakan) artinya janganlah engkau hiraukan tipu muslihat mereka, karena sesungguhnya Akulah yang akan menolongmu dalam menghadapi mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 127 |
Penjelasan ada di ayat 126
Surat An-Nahl |16:128|
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
innalloha ma'allażiinattaqow wallażiina hum muḥsinuun
Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Indeed, Allah is with those who fear Him and those who are doers of good.
(Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa) orang-orang yang takut terhadap kekafiran dan kemaksiatan (dan orang-orang yang berbuat kebaikan)
dengan menjalankan ketaatan, kesabaran; Allah akan menolong mereka dengan bantuan dan pertolongan-Nya. [...]
Tafsir Ibnu Katsir | An-Nahl | 16 : 128 |
Penjelasan ada di ayat 126