Juz 16

Surat Maryam |19:65|

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

robbus-samaawaati wal-ardhi wa maa bainahumaa fa'bud-hu washthobir li'ibaadatih, hal ta'lamu lahuu samiyyaa

(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?

Lord of the heavens and the earth and whatever is between them - so worship Him and have patience for His worship. Do you know of any similarity to Him?"

Tafsir
Jalalain

Dia adalah (Rabb) yang menguasai (langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya)

bersikap sabarlah dalam menjalankan dua perkara tersebut. (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia) yang patut disembah seperti Dia, tentu saja tidak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 65 |

Penjelasan ada di ayat 64

Surat Maryam |19:66|

وَيَقُولُ الْإِنْسَانُ أَإِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيًّا

wa yaquulul-insaanu a iżaa maa mittu lasaufa ukhroju ḥayyaa

Dan orang (kafir) berkata, "Betulkah apabila aku telah mati, kelak aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan hidup kembali?"

And the disbeliever says, "When I have died, am I going to be brought forth alive?"

Tafsir
Jalalain

(Dan berkata manusia,) mereka yang ingkar kepada adanya hari berbangkit, yaitu Ubay bin Khalaf atau Walid bin Mughirah, ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikapnya itu

("Betulkah apabila) dapat dibaca Aidza dan Ayidza (aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali")

yakni akan dihidupkan kembali dari kuburan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Muhammad. Kata tanya di sini mengandung makna Nafi atau kalimat negatif, maksudnya,

Aku tidak akan dihidupkan kembali sesudah mati. Huruf Ma adalah Zaidah yang faedahnya untuk mengukuhkan kalimat, demikian pula huruf Lamnya. Kemudian Allah menyanggah perkataan mereka itu melalui firman-Nya:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 66 |

Tafsir ayat 66-70

Allah Swt. menceritakan tentang manusia, bahwa manusia itu merasa heran dan menganggap mustahil akan adanya kehidupan sesudah mati. Pengertiannya sama dengan yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِنْ تَعْجَبْ فَعَجَبٌ قَوْلُهُمْ أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ}


Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka, “Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru.?” (Ar-Ra'd: 5) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ * وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ * قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ}


Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata? Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata,

"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan Yang Menciptakannya pertamakah. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (Yasin: 77-79) Sedangkan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَيَقُولُ الإنْسَانُ أَئِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيًّا * أَوَلا يَذْكُرُ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْئًا}


Dan berkata manusia, "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?” Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu,

sedangkan ia tidak ada sama sekali? (Maryam: 66-67) Untuk menunjukkan kekuasaan-Nya yang mampu menghidupkan kembali orang yang mati, Allah Swt. mengambil contoh dari permulaan penciptaan yang dilakukan-Nya.

Dengan kata lain, Allah Swt. telah menciptakan manusia, sedangkan manusia tidak ada sama sekali; maka mudahlah bagi­Nya mengembalikan manusia hidup kembali, bahkan mengembalikannya jauh lebih mudah karena telah ada. Sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ}


Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkannya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah jauh lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27) Di dalam kitab sahih disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:


"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ أَنْ يُكَذِّبَنِي، وَآذَانِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ أَنْ يُؤْذِيَنِي، أَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ آخِرِهِ، وَأَمَّا أَذَاهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: إِنَّ لِي وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ"


Allah Swt. berfirman, "Anak Adam mendustakan-Ku, padahal tidaklah pantas baginya mendustakan-Ku; anak Adam menyakiti­Ku, padahal tidaklah pantas baginya menyakiti-Ku.” Dia mendustakan Aku melalui ucapannya,

'Bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku menciptakannya pada yang pertama kali.' Padahal penciptaan yang pertama tidaklah lebih mudah daripada penciptaan yang terakhir. Dia menyakiti Aku melalui ucapannya,

"Sesungguhnya Aku beranak, padahal Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku adalah Tuhan yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tiada seorang pun yang setara dengan-Ku.” Firman Allah Swt.:


{فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ}


Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama setan. (Maryam: 68) Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi bersumpah dengan menyebut nama diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa sesungguhnya Dia pasti akan membangkitkan mereka bersama setan-setan yang menyembah selain Allah.


{ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا}


kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut. (Maryam: 68) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna Jisiyyan ialah berlutut; sama pengertiannya dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً}


Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. (Al-Jatsiyah: 28) As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Jisiyyan, " artinya dalam keadaan berdiri. Dan telah diriwayatkan dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud hal yang semisal. Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ لَنَنزعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيعَةٍ}


Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan. (Maryam: 69) Yakni dari tiap-tiap umat, menurut Mujahid.


{أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى الرَّحْمَنِ عِتِيًّا}


siapa di antara mereka yang paling durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 69) As-Sauri telah meriwayatkan dari Ali ibnul Aqmar, dari Abul Ahwas, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa orang-orang yang pertama

ditahan menunggu orang-orang yang terakhir. Setelah bilangan mereka lengkap, barulah mereka didatangi, kemudian dilakukan peradilan mulai dari yang terbesar dosanya, lalu menyusul yang besar dosanya, demikianlah seterusnya.

Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 69) Qatadah telah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 69) Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap pemeluk agama

pembesar-pembesar dan pemimpin-pemimpin kejahatannya. Hal yang sama telah di katakan oleh Ibnu Juraij dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. Makna ayat ini sama dengan firman-Nya:


{حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لأولاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ}


sehingga apabila mereka masuk ke dalam semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu, "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami,

sebab itu timpakanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” (Al-A'raf: 38) sampai dengan firman-Nya:


بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ


karena perbuatan yang telah kalian lakukan.” (Al-A'raf: 39) Adapun firman Allah Swt.:


{ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَى بِهَا صِلِيًّا}


Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka. (Maryam: 70) Lafaz summa dalam ayat ini untuk meng-ataf-kan kalimat berita kepada kalimat berita lainnya.

Makna yang dimaksud ialah, bahwa Allah Swt. lebih mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang lebih berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka Jahanam dan tinggal kekal di dalamnya,

dan siapa yang berhak mendapat siksaan yang berlipat ganda. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat terdahulu yang mengatakan:


{قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ}


Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kalian tidak mengetahui.” (Al-A'raf: 38)

Surat Maryam |19:67|

أَوَلَا يَذْكُرُ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْئًا

a wa laa yażkurul-insaanu annaa kholaqnaahu ming qoblu wa lam yaku syai`aa

Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali?

Does man not remember that We created him before, while he was nothing?

Tafsir
Jalalain

(Dan tidakkah manusia itu memikirkan) asal kata Yadzdzakkaru ini adalah Yatadzakkaru, kemudian huruf Ta diganti menjadi Dzal, lalu diidghamkan ke dalam huruf Dzal

asal sehingga menjadi Yadzdzakkaru. Tetapi menurut qiraat yang lain dibaca Yadzkuru (bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedangkan ia tidak ada sama sekali)

oleh karenanya mengapa ia tidak mengambil kesimpulan dari permulaan itu kepada pengembalian, yakni kembali kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 67 |

Penjelasan ada di ayat 66

Surat Maryam |19:68|

فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيَاطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا

fa wa robbika lanaḥsyuronnahum wasy-syayaathiina ṡumma lanuḥdhironnahum ḥaula jahannama jiṡiyyaa

Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami kumpulkan mereka bersama setan, kemudian pasti akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.

So by your Lord, We will surely gather them and the devils; then We will bring them to be present around Hell upon their knees.

Tafsir
Jalalain

(Demi Rabbmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka) orang-orang yang ingkar kepada adanya hari berbangkit itu (bersama dengan setan)

Kami mengumpulkan masing-masing dari mereka bersama setan-setannya dalam keadaan terbelenggu (kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam)

dari luarnya (dengan berlutut) berjalan dengan lututnya. Lafal Jitsiyyan adalah bentuk jamak dari lafal jaatsin, asal katanya adalah Jitsuwwun atau Jitsuwyun yang akar katanya

berasal dari Jatsaa-Yajtsuu atau Jatsaa Yajtsii. Ada dua pendapat sehubungan dengan lafal ini.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 68 |

Penjelasan ada di ayat 66

Surat Maryam |19:69|

ثُمَّ لَنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيعَةٍ أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى الرَّحْمَٰنِ عِتِيًّا

ṡumma lananzi'anna ming kulli syii'atin ayyuhum asyaddu 'alar-roḥmaani 'itiyyaa

Kemudian pasti akan Kami tarik dari setiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Then We will surely extract from every sect those of them who were worst against the Most Merciful in insolence.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan) yakni setiap kelompok dari mereka (siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih) sangat berani berbuat durhaka kepada-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 69 |

Penjelasan ada di ayat 66

Surat Maryam |19:70|

ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَىٰ بِهَا صِلِيًّا

ṡumma lanaḥnu a'lamu billażiina hum aulaa bihaa shiliyyaa

Selanjutnya Kami sungguh lebih mengetahui orang yang seharusnya (dimasukkan) ke dalam neraka.

Then, surely it is We who are most knowing of those most worthy of burning therein.

Tafsir
Jalalain

(Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang lebih utama terhadapnya) lebih berhak terhadap Jahanam, yaitu orang yang sangat durhaka kepada-Nya

dan orang-orang yang sama seperti mereka (untuk dimasukkan ke dalamnya) yang lebih utama masuk Jahanam dan lebih layak untuk menempatinya.

Maka Kami memulai dengan mereka. Asal kata Shiliyyun adalah Shiliwyun, berasal dari Fi'il Shaliya atau Shalaa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 70 |

Penjelasan ada di ayat 66

Surat Maryam |19:71|

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا

wa im mingkum illaa waariduhaa, kaana 'alaa robbika ḥatmam maqdhiyyaa

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.

And there is none of you except he will come to it. This is upon your Lord an inevitability decreed.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidak) (daripada kalian) seorang pun (melainkan mendatangi neraka itu) neraka Jahanam. (Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan)

telah dipastikan dan telah diputuskan oleh-Nya, hal ini tidak akan diabaikan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 71 |

Tafsir ayat 71-72

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Khalid Ibnu Sulaiman, dari Kasir ibnu Ziyad Al-Bursuni, dari Abu Sumayyah yang mengatakan,

"Kami berselisih pendapat tentang makna al-wurud (mendatangi) yang ada dalam ayat ini. Sebagian dari kami mengatakan bahwa neraka Jahanam tidak dimasuki oleh orang-orang mukmin. Sebagian lainnya mengatakan bahwa

semua manusia memasukinya, kemudian Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa. Kemudian saya bersua dengan Jabir ibnu Abdullah dan kutanyakan kepadanya masalah tersebut, "Sesungguhnya kami berselisih pendapat

tentang makna al-wurud, apakah maknanya?' Jabir menjawab, 'semuanya mendatangi neraka'."Sulaiman ibnu Murrah mengatakan bahwa mereka semua memasukinya. Lalu ia mengisyaratkan kedua jari telunjuknya

ke arah kedua telinganya dan mengatakan bahwa ia akan diam seandainya belum pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:


"لَا يَبْقَى بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ إِلَّا دَخَلَهَا، فَتَكُونُ عَلَى الْمُؤْمِنِ بَرْدًا وَسَلَامًا، كَمَا كَانَتْ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، حَتَّى إِنَّ لِلنَّارِ ضَجِيجًا مِنْ بَرْدِهِمْ، ثُمَّ يُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا، وَيَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا"


Tiada seorang pun yang bertakwa dan tiada pula seorang pun yang durhaka melainkan memasuki neraka. Maka neraka Jahanam bagi orang mukmin terasa sejuk dan menjadi keselamatan sebagaimana yang pernah dialami oleh Nabi Ibrahim,

sehingga neraka terdengar bersuara gemuruh karena sejuknya mereka. Kemudian Allah Swt. selamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.

Hadis berpredikat garib, para ahli hadis tidak ada yang mengetengahkannya selain dari Sulaiman ibnu Murrah.Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah, dari Bakkar ibnu Abu Marwan,

dari Khalid ibnu Ma'dan yang mengatakan bahwa ahli surga setelah memasuki surga berkata, "Bukankah Tuhan kita telah menjanjikan kepada kita akan mendatangi neraka?" Allah Swt. berfirman, "kalian telah mendatanginya

sedang neraka dalam keadaan padam." Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ibnu Uyaynah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazim yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Rawwahah di suatu hari sedang meletakkan kepalanya

di pangkuan istrinya. Lalu ia menangis, dan istrinya ikut menangis. Maka Abdullah bertanya, "Mengapa kamu ikut menangis?" Istrinya menjawab, "Saya melihat kanda menangis, maka saya ikut menangis." Abdullah ibnu Rawwahah berkata

bahwa ia teringat akan firman Allah Swt. yang mengatakan: Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) (Abdullah ibnu Rawwahah berkata), "Saya tidak mengetahui apakah diri saya dapat selamat

dari neraka ataukah tidak." Menurut riwayat yang lain, saat itu Abdullah ibnu Rawwahah sedang dalam keadaan sakit. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ibnu Yaman,

dari Malik ibnu Magul, dari Abu Ishaq, bahwa Abu Maisarah apabila berbaring di tempat peraduannya selalu mengatakan, "Aduhai, sekiranya ibuku tidak melahirkan diriku." Kemudian ia menangis. Maka ketika ditanyakan kepadanya,

"Hai Abu Maisarah, mengapa engkau menangis?" Abu Maisarah menjawab, "Kita diberi tahu bahwa kita akan mendatangi neraka itu dan tidak diberi tahu bahwa kita akan keluar darinya." Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan

dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa seorang lelaki berkata kepada saudaranya, "Apakah engkau pernah mendapat berita bahwa engkau akan mendatangi neraka?" Ia menjawab, "Ya." Ditanyakan lagi, "Dan apakah engkau

mendapat berita bahwa engkau akan keluar darinya?" Ia menjawab, "Tidak." Dikatakan lagi, "Lalu mengapa engkau masih dapat tertawa?" Al-Hasan Al-Basri selanjutnya menceritakan bahwa sejak saat itu lelaki tersebut tidak kelihatan

pernah tertawa hingga meninggal dunia. Abdur Razzaq telah meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr, telah menceritakan kepadaku seseorang yang pernah mendengar Ibnu Abbas berdebat

dengan Nafi' Al-Azraq. Ibnu Abbas mengatakan bahwa al-wurud artinya memasuki. Sedangkan Nafi' berkata, "Bukan." Lalu Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah

adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Ibnu Abbas mengatakan, "Apakah mereka memasukinya ataukah tidak?" Ibnu Abbas membacakan lagi firman-Nya: Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat

lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. (Hud: 98) Ibnu Abbas mengatakan, "Bukankah Fir'aun memasuki neraka? Adapun aku dan kamu, maka kita sama-sama akan memasukinya, lalu kita tunggu apakah kita bakal dikeluarkan darinya

ataukah tidak. Menurut hematku, Allah tidak akan mengeluarkan kamu dari neraka, bila kamu tidak percaya." Maka Nafi' tertawa. Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata, bahwa Abu Rasyid Al-Haruri (yaituNafi' Al-Azraq)

membacakan firman-Nya: mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya: 102) Maka Ibnu Abbas berkata, "Celakalah kamu, apakah kamu ini gila? Lalu bagaimanakah dengan firman Allah Swt. yang menyebutkan:

Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka' (Hud: 98) 'dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga' (Maryam: 86) 'Dan tidak ada seorang pun

dari kalian melainkan mendatangi neraka itu' (Maryam: 71) Demi Allah, sesungguhnya doa orang yang terdahulu mengatakan, "Ya Allah, keluarkanlah daku dari neraka dalam keadaan selamat, dan masukkanlah aku ke dalam surga

dalam keadaan beruntung'." Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ubaid Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Abdul Malik, dari Ubaidillah, dari Mujahid yang mengatakan bahwa

ketika ia berada di rumah Ibnu Abbas, datanglah kepadanya seorang lelaki yang dikenal dengan panggilan Abu Rasyid, yaitu Nafi' ibnul Azraq. Maka Nafi' berkata kepada Ibnu Abbas, "Hai Ibnu Abbas, bagaimanakah menurutmu

makna firman Allah Swt.: 'Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan' (Maryam: 71) Ibnu Abbas menjawab, "Adapun saya dan kamu,

hai Abu Rasyid, pasti akan mendatanginya. Maka tunggulah apakah kita dapat keluar darinya ataukah tidak." Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, Syu'bah pernah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnus Sa-ib,

dari seseorang yang mendengar Ibnu Abbas membacakan firman-Nya ini dengan bacaan berikut: Wa-in minhum illa wariduha, artinya: Dan tidak ada seorang pun dari mereka melainkan memasuki neraka itu. Lalu Ibnu Abbas berkata

bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang kafir. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Umar ibnul Walid Al-Busti, bahwa ia pernah mendengar Ikrimah membacanya dengan bacaan berikut: Wa-in minhum illa wariduha,

artinya: Dan tidak ada seorang pun dari mereka melainkan memasuki neraka itu. Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang zalim. Ikrimah mengatakan, "Kami biasa membacanya dengan bacaan demikian

(yakni minhum, bukan minkum)." Semuanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan

mendatanginya (Maryam: 71) Yaitu orang yang baik dan orang yang jahat semuanya masuk neraka, Tidakkah Anda mendengar firman Allah Swt. tentang Fir'aun: Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat, lalu memasukkan mereka

ke dalam neraka. (Hud: 98), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt. yang mengatakan: dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86) Al-wurud dalam ayat ini berarti masuk, bukannya keluar.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنِ السُّدِّيِّ، عَنْ مُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ- {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَرِدُ النَّاسُ [النَّارَ] كلهم، ثم يصدرون عنها بأعمالهم"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Israil, dari As-Saddi, dari Murrah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tidak ada seorang pun

dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) Bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seluruh umat manusia mendatangi neraka, kemudian mereka dikeluarkan darinya menurut amal perbuatannya masing-masing.

Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Ubaidillah, dari Israil, dari As-Saddi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi meriwayatkannya pula melalui jalur Syu'bah, dari As-Saddi, dari Murrah,

dari Ibnu Mas'ud secara marfu'. Demikianlah menurut riwayat ini hadis dikemukakan secara marfu'. Asbat telah meriwayatkannya dari As-Saddi, dari Murrah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa manusia semuanya

melewati sirat (jembatan yang menghubungkan antara mauqif dan surga, sedangkan di tengah-tengahnya adalah neraka). Pengertian wurud ialah berdirinya mereka di pinggir neraka, kemudian mereka keluar dari sirat sesuai

dengan amal perbuatannya masing-masing. Di antara mereka ada orang yang lewat seperti kilat, ada orang yang lewat seperti angin yang cepat, ada orang yang melaluinya seperti cepatnya burung terbang ada orang yang melaluinya

secepat kuda balap yang sangat kencang, ada orang yang melaluinya seperti larinya unta yang cepat, ada pula yang melewatinya dengan berlari kencang, sehingga orang yang terakhir dari mereka (kaum muslim) melewatinya

adalah seseorang yang cahayanya hanya sampai pada bagian kedua jempol jari kakinya. Ia melewati sirat sedangkan sirat menjadi goyang karenanya. Sirat adalah jembatan yang sangat licin, padanya terdapat duri-duri yang sangat tajam,

sedangkan di kedua tepi sirat terdapat malaikat-malaikat yang membawa kaitan dari api yang digunakan mereka untuk menyambar orang-orang yang melewati sirat (dan ditakdirkan untuk masuk neraka), hingga akhir hadis.

Hadis yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khallad ibnu Aslam, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Israil,

telah menceritakan kepada kami Abu lshaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) Bahwa sirat berada di atas neraka,

tajamnya sama seperti pedang yang paling tajam. Maka golongan orang yang pertama melaluinya seperti kilat yang menyambar, golongan kedua cepatnya seperti angin yang kencang, golongan ketiga cepatnya seperti kuda balap,

dan golongan keempat cepatnya seperti ternak yang larat. Kemudian lewatlah para malaikat seraya berkata, "Ya Allah, selamatkanlah kami, selamatkanlah kami." Hadis ini mempunyai banyak bukti yang menguatkannya

terdapat di dalam kitab Sahihain dan kitab hadis lainnya melalui riwayat Anas, Abu Sa'id, Abu Hurairah, Jabir, dan lain-lainnya dari kalangan para sahabat.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan

kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Ganim ibnu Qais yang mengatakan bahwa mereka membicarakan tentang makna wurud. Ka'b berkata, "Api neraka menyekap manusia seakan-akan seperti penjara yang maha besar,

hingga semua manusia berada di atas neraka, baik yang bertakwa maupun yang durhaka. Kemudian terdengarlah suara yang menyeru neraka, 'Tahanlah orang-orang yang harus masuk neraka, dan lepaskanlah teman-temanku!"

Maka setiap ahli neraka dibenamkan ke dalamnya oleh penjaga neraka, sedangkan penjaga neraka itu lebih mengenal ahlinya daripada seseorang terhadap anaknya. Dan orang-orang yang beriman dikeluarkan dari neraka dalam keadaan

pakaian mereka basah. Ka'b melanjutkan kisahnya, "Di antara malaikat penjaga mereka ada malaikat yang panjang di antara kedua pundaknya sama dengan perjalanan satu tahun. Tiap-tiap malaikat dari mereka membawa gada besar

yang bercabang dua untuk mendorong ahli neraka masuk ke dalam neraka. Bila malaikat itu menggunakan gadanya, maka masuklah ke dalam neraka sebanyak tujuh ratus ribu orang."


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ أُمِّ مُبَشِّر، عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي لَأَرْجُوَ أَلَّا يَدْخُلَ النَّارَ -إِنْ شَاءَ اللَّهُ-أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا وَالْحُدَيْبِيَةَ" قَالَتْ فَقُلْتُ: أَلَيْسَ اللَّهُ يَقُولُ {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا} ؟ قَالَتْ: فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: {ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا}


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, dari Ummu Mubasysyir, dari Hafsah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga tidak ada seorang pun dari kalangan ahli Badar dan Hudaibiyyah yang masuk neraka, insya Allah. Hafsah bertanya, "Bukankah Allah Swt. telah berfirman

di dalam Al-Qur'an: 'Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu' (Maryam: 71) Maka Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Maryam: 72)


قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ ، عَنْ جَابِرٍ، عَنْ أُمِّ مُبَشِّرٍ -امْرَأَةِ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ-قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ، فَقَالَ: "لَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا وَالْحُدَيْبِيَةَ" قَالَتْ حَفْصَةُ: أَلَيْسَ اللَّهُ يَقُولُ: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا} ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا}


Imam Ahmad telah mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, dari Ummu Mubasysyir (istri Zaid ibnu Harisah) yang telah menceritakan bahwa

ketika Rasulullah Saw. berada di rumah Siti Hafsah, beliau bersabda: Tidak akan masuk neraka seseorang yang ikut dalam peperangan Badar dan peperangan Hudaibiyah. Siti Hafsah bertanya, bahwa bukankah Allah Swt. Telah berfirman:

Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) Yakni mendatangi neraka itu alias memasukinya, kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Kemudian Kami akan menyelamatkan

orang-orang yang bertakwa. (Maryam: 72) Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Az-Zuhri, dari Sa'id, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"لا يَمُوتُ لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ تَمَسُّهُ النَّارُ، إِلَّا تَحِلَّة الْقَسَمِ".


Tidak ada seorang pun dari kaum muslim yang ditinggal mati oleh ketiga anaknya (yang belum berusia balig, lalu ia bersabar) masuk ke dalam neraka melainkan hanya sekejap saja.


قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: قَالَ مَعْمَرٌ: أَخْبَرَنِي الزَّهْرِيِّ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ مَاتَ لَهُ ثَلَاثَةٌ لَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ إِلَّا تَحِلَّةَ الْقَسَمِ"


Abdur Razzaq mengatakan, Ma'mar pernah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Az-Zuhri, dari Ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang kematian tiga orang anaknya,

tidak akan disentuh api neraka kecuali hanya sekejap saja. Makna yang dimaksud ia hanya mendatanginya saja, kemudian keluar darinya.


قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا زَمْعَة، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَا يَمُوتُ لِمُسْلِمٍ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ، تَمَسُّهُ النَّارُ إِلَّا تَحِلَّةَ الْقَسَمِ"


Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zam'ah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Tidak ada seorang muslim pun yang kematian tiga orang anaknya disentuh oleh api neraka kecuali hanya sebentar saja. Az-Zuhri mengatakan seakan-akan Rasulullah Saw. bermaksud dengan apa yang disebutkan oleh ayat ini,

yaitu firman-Nya: Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (Maryam: 71)


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي عِمْرَانُ بْنُ بَكَّارٍ الْكَلَاعِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةَ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ تَمِيمٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِهِ وعِكًا، وَأَنَا مَعَهُ، ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: هِيَ نَارِي أُسَلِّطُهَا عَلَى عَبْدِي الْمُؤْمِنِ؛ لِتَكُونَ حَظَّهُ مِنَ النَّارِ فِي الْآخِرَةِ"


Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Tamim, telah menceritakan kepada kami

Ismail ibnu Ubaidillah, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menjenguk seorang lelaki dari kalangan sahabatnya yang sedang sakit, sedangkan aku bersama beliau Saw. Kemudian Rasulullah Saw.

bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Sakit itu merupakan neraka-Ku yang Aku timpakan kepada hamba-Ku yang mukmin sebagai ganti dari api neraka di akhirat.” Hadis berpredikat garib bila ditinjau dari segi jalur ini.

Telah menceritakan pula kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, dari Usman ibnul Aswad, dari Mujahid yang mengatakan bahwa sakit demam merupakan bagian tiap orang mukmin dari neraka.

Kemudian ia membacakan firman-Nya:Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنَا زَبَّان بْنِ فَائِدٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ قَرَأَ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} حَتَّى يَخْتِمَهَا عشر مَرَّاتٍ، بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ". فَقَالَ عُمَرُ: إِذًا نَسْتَكْثِرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَلَّهُ] َكْثَرُ وَأَطْيَبُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami Zaban ibnu Fa-id, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas Al-Juhani, dari ayahnya,

dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa membaca surat Ikhlas sebanyak sepuluh kali, maka Allah membangunkan baginya sebuah gedung di dalam surga. Maka Umar berkata, "Kalau demikian,

kami akan memperbanyak bacaannya, hai Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab, "Allah akan membalasnya dengan pahala yang lebih banyak dan lebih baik." Rasulullah Saw. telah bersabda pula:


مَنْ قَرَأَ أَلْفَ آيَةٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، كُتب يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ، وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا، إِنْ شَاءَ اللَّهُ. وَمَنْ حَرَسَ مِنْ وَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مُتَطَوِّعًا لَا بِأُجْرَةِ سُلْطَانٍ، لَمْ يَرَ النَّارَ بِعَيْنَيْهِ إِلَّا تَحِلَّةَ الْقَسَمِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلا وَارِدُهَا} وَإِنَّ الذِّكْرَ فِي سَبِيلِ [اللَّهِ] يُضْعفُ فَوْقَ النَّفَقَةِ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ". وَفِي رِوَايَةٍ: "بِسَبْعِمِائَةِ أَلْفِ ضِعْفٍ"


Barang siapa yang membaca seribu ayat di jalan Allah, maka kelak di hari kiamat ia akan dikumpulkan bersama para nabi, para siddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh; mereka adalah sebaik-baik teman, insya Allah.

Dan barang siapa yang menjaga tapal batas untuk melindungi kaum muslim (dari serangan musuh) di jalan allah secara suka rela, bukan karena mendapat upah dari sultan, niscaya ia tidak akan melihat neraka kecuali

hanya dalam waktu yang sebentar. Allah Swt. telah berfirman: Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) Dan sesungguhnya berzikir di jalan Allah, pahalanya dilipatgandakan tujuh ratus kali membelanjakan harta di jalan Allah. Menurut riwayat yang lain adalah tujuh ratus ribu kali lipatnya.


وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ، عَنْ أَبِي الطَّاهِرِ، عَنِ ابْنِ وَهْبٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ [وَسَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ] كِلَاهُمَا عَنْ زَبَّانَ، عَنْ سَهْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الصَّلَاةَ وَالصِّيَامَ وَالذِّكْرَ تُضَاعَفُ عَلَى النَّفَقَةِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ"


Abu Daud telah meriwayatkan dari Abut Tahir, dari Ibnu Wahb dan Yahya ibnu Ayyub; keduanya dari Zaban, dari Sahl, dari ayahnya, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya membaca salawat untukku, puasa, dan berzikir,

pahalanya dilipatgandakan lebih dari membelanjakan harta di jalan Allah dengan tujuh ratus kali lipat. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tidak ada seorang pun dari kalian

melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) Bahwa yang dimaksud dengan wurud ialah melaluinya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tidak ada seorang pun dari kalian

melainkan mendatangi neraka itu. (Maryam: 71) Yang dimaksud dengan mendatangi neraka bagi kaum muslim ialah melewati jembatan yang terpancang di antara kedua tepinya, sedangkan yang dimaksud dengan mendatangi bagi kaum musyrik ialah memasuki­nya. Dan Nabi Saw. telah bersabda:


"الزَّالُّونَ وَالزَّالَّاتُ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَقَدْ أَحَاطَ بِالْجِسْرِ يَوْمَئِذٍ سِمَاطان مِنَ الْمَلَائِكَةِ، دُعَاؤُهُمْ: يَا أَللَّهُ سَلِّمْ سَلِّمْ"


Laki-laki dan wanita yang terpeleset pada hari itu banyak sekali, pada hari itu jembatan tersebut dikepung oleh dua barisan malaikat yang dalam doanya mengatakan, "Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.”

As-Saddi telah meriwayatkan dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (Maryam: 71) Makna yang dimaksud ialah

sumpah yang wajib dilaksanakan. Menurut Mujahid, kemestian yang sudah ditetapkan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Juraij. Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا}


Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa. (Maryam: 72) Yakni apabila semua makhluk melewati neraka dan orang-orang kafir, serta orang-orang ahli maksiat terjerumus ke dalamnya sesuai

dengan amal perbuatan mereka, maka Allah menyelamatkan orang-orang mukmin yang bertakwa dari neraka sesuai dengan amal perbuatannya. Mereka melewati sirat dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan amal perbuatan

masing-masing selama mereka di dunia. Kemudian diberikan syafaat terhadap orang-orang yang berdosa besar dari kalangan kaum mukmin. Maka para malaikat, para nabi, dan orang-orang mukmin memberikan syafaatnya kepada mereka

sehingga dikeluarkan dari neraka sejumlah besar makhluk yang telah hangus di makan api neraka, kecuali wajah mereka, yaitu anggota badan mereka yang dipakai sujud dalam salat. Mereka di keluarkan dari api neraka secara prioritas

sesuai dengan kadar iman yang ada di dalam kalbu mereka. Orang-orang yang mula-mula dikeluarkan dari neraka ialah orang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat uang dinar, kemudian menyusul orang yang imannya lebih kecil

daripada itu. Demikianlah seterusnya hingga dikeluarkan dari neraka orang-orang yang di dalam hatinya masih terdapat iman yang kadarnya lebih kecil daripada semut yang paling kecil. Setelah itu Allah mengeluarkan dari neraka

orang yang pada suatu hari dari usianya pernah mengucapkan kalimah, "Tiada Tuhan selain Allah", sedangkan dia tidak pernah beramal kebaikan barang sekalipun. Setelah itu tidak ada lagi yang tertinggal di dalam neraka kecuali

hanya orang-orang yang menjadi penghuni tetapnya untuk selama-lamanya. Seperti yang telah disebutkan oleh hadis-hadis sahih dari Rasulullah Saw. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا}


Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Maryam: 72)

Surat Maryam |19:72|

ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

ṡumma nunajjillażiinattaqow wa nażaruzh-zhoolimiina fiihaa jiṡiyyaa

Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.

Then We will save those who feared Allah and leave the wrongdoers within it, on their knees.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami akan menyelamatkan) dapat dibaca Nunajjii dan Nunjii (orang-orang yang bertakwa) orang-orang yang memelihara dirinya dari kemusyrikan dan kekafiran,

Kami akan selamatkan daripadanya (dan Kami akan membiarkan orang-orang yang zalim) orang-orang yang melakukan kemusyrikan dan kekafiran (di dalam neraka dalam keadaan berlutut) berdiri di atas lutut mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 72 |

Penjelasan ada di ayat 71

Surat Maryam |19:73|

وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا

wa iżaa tutlaa 'alaihim aayaatunaa bayyinaating qoolallażiina kafaruu lillażiina aamanuuu ayyul-fariiqoini khoirum maqoomaw wa aḥsanu nadiyyaa

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas (maksudnya), orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya)?"

And when Our verses are recited to them as clear evidences, those who disbelieve say to those who believe, "Which of [our] two parties is best in position and best in association?"

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dibacakan kepada mereka) yaitu mereka orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir (ayat-ayat Kami) dari Alquran (yang terang)

jelas keadaan dan maksudnya (niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Manakah di antara kedua golongan)

kami dan kalian (yang lebih baik tempat tinggalnya) yaitu, tempat menetap dan rumahnya. Lafal Maqaaman berasal dari kata kerja Qaama,

kalau dibaca Muqaaman berarti berasal dari kata kerja Aqaama (dan lebih indah tempat pertemuannya"). Lafal Nadiyyan bermakna An-Naadi artinya tempat berkumpulnya kaum,

yang mereka berbincang-bincang di dalamnya. Mereka bermaksud bahwa kamilah yang lebih baik daripada kalian. Kemudian Allah berfirman,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 73 |

Tafsir ayat 73-74

Allah Swt. menyebutkan ciri khas orang-orang kafir saat dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas maksudnya dan terang hujah dan bukti kebenarannya, bahwa mereka ingkar dan berpaling darinya.

Mereka juga bersikap angkuh dan sombong terhadap orang-orang, mukmin, seraya mengemukakan alasan yang menguatkan kebenaran agama mereka yang batil, bahwa mereka:


{خَيْرٌ مَقَامًا وأَحْسَنُ نَدِيًّا}


lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan (nya). (Maryam: 73) Yakni lebih baik serta lebih mewah tempat-tempat tinggalnya dan lebih baik tempat pertemuannya. Yang dimaksud dengan nadiyyan ialah

tempat berkumpulnya kaum lelaki. Dengan kata lain. orang-orang kafir itu merasa bahwa tempat pertemuan mereka lebih ramai dikunjungi oleh orang. Yakni apakah kami yang dalam keadaan demikian dikatakan berada dalam jalan yang batil,

sedangkan mereka (orang-orang mukmin) yang sedang bersembunyi di dalam perumahan Al-Arqam ibnu Abul Arqam dan rumah-rumah jelek lainnya merasa benar? Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ}


Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, "Kalau sekiranya dia (Al-Qur'an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya.” (Al-Ahqaf: 11) Dan firman Allah Swt. menceritakan perkataan kaum Nuh:


{أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الأرْذَلُونَ}


Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina? (Asy-Syu'ara: 111) Demikian pula firman Allah Swt. yang menyebutkan:


{وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ}


Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inilah di antara kita yang diberi anugerah

oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (Al-An'am: 53) Karena itulah dalam ayat berikut ini Allah berfirman menjawab tuduhan mereka yang tidak benar:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ}


Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka. (Maryam: 74) Yakni sudah berapa banyak generasi dan umat yang mendustakan telah Kami binasakan disebabkan kekafiran mereka.


{هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا}


sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. (Maryam: 74) Maksudnya mereka memiliki harta yang lebih baik, perabotannya mewah, dan penampilan serta gaya hidup mereka lebih baik.


Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan (nya). (Maryam: 73) Maqaman artinya tempat tinggal,

an-nadiy artinya tempat pertemuan, al-asas artinya perabotan dan barang-barang, sedangkan ar-ri-ya artinya penampilan. Al-Aufi telah mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa al-maqam artinya rumah, an-nadiy artinya tempat pertemuan,

kesenangan, dan kemewahan hidup yang dimiliki oleh mereka. Pengertian ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. tentang kaum Fir'aun saat Allah membinasakan mereka melalui firman-Nya:


{كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ}


Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah. (Ad-Dukhan: 25-26) Maqam adalah tempat tinggal dan kemewahan, an-nadiy artinya tempat pertemuan mereka. Allah Swt. menceritakan kepada Rasul-Nya kisah kaum Lut:


{وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ}


dan (kalian) mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian? (Al-'Ankabut: 29) Orang-orang Arab menamakan tempat pertemuan mereka dengan sebutan nadi (klub). Qatadah mengatakan bahwa ketika orang-orang musyrik

melihat sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw. hidupnya miskin dan penampilan mereka sangat sederhana, maka orang-orang musyrik menjawab Al-Qur'an yang mereka dengar dengan ucapan mereka: Manakah di antara kedua golongan

(kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah pertemuan (nya)? (Maryam: 73) Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Ad-Dahhak. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa asas artinya harta benda,

ada yang mengartikan pakaian, ada pula yang mengartikannya perabotan; sedangkan ar-ri-ya diartikan penampilan, seperti yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Mujahid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Al-Hasan Al-Basri

mengatakan, yang dimaksud dengan ar-ri-ya ialah rupa. Hal yang sama telah dikatakan oleh Malik, bahwa makna yang dimaksud ialah lebih banyak hartanya dan lebih indah rupanya. Tetapi pada garis besarnya semua makna sehubungan dengan takwil ayat ini berdekatan dan semuanya benar.

Surat Maryam |19:74|

وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا

wa kam ahlaknaa qoblahum ming qornin hum aḥsanu aṡaaṡaw wa ri`yaa

Dan berapa banyak umat (yang ingkar) yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal mereka lebih bagus perkakas rumah tangganya dan (lebih sedap) dipandang mata.

And how many a generation have We destroyed before them who were better in possessions and [outward] appearance?

Tafsir
Jalalain

("Berapa banyak) alangkah banyaknya (umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka) yaitu umat-umat di masa silam (sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya)

yakni harta bendanya lebih banyak dan perabotan rumah tangga mereka jauh lebih bagus (dan lebih sedap dipandang mata") lebih indah dipandang mata.

Lafal Ri'yan berasal dari kata Ar-Ru'yah. Maksudnya, sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat dahulu disebabkan kekafirannya, maka Kami pun akan membinasakan mereka pula.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 74 |

Penjelasan ada di ayat 73

Surat Maryam |19:75|

قُلْ مَنْ كَانَ فِي الضَّلَالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَٰنُ مَدًّا ۚ حَتَّىٰ إِذَا رَأَوْا مَا يُوعَدُونَ إِمَّا الْعَذَابَ وَإِمَّا السَّاعَةَ فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضْعَفُ جُنْدًا

qul mang kaana fidh-dholaalati falyamdud lahur-roḥmaanu maddaa, ḥattaaa iżaa ro`au maa yuu'aduuna immal-'ażaaba wa immas-saa'ah, fa saya'lamuuna man huwa syarrum makaanaw wa adh'afu jundaa

Katakanlah (Muhammad), "Barang siapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pengasih memperpanjang (waktu) baginya, sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepada mereka, baik azab maupun Kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah bala tentaranya."

Say, "Whoever is in error - let the Most Merciful extend for him an extension [in wealth and time] until, when they see that which they were promised - either punishment [in this world] or the Hour [of resurrection] - they will come to know who is worst in position and weaker in soldiers."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Barang siapa yang berada di dalam kesesatan) kalimat ayat ini mengandung syarat sedangkan Jawabnya ialah (maka biarlah diperpanjang)

kalimat perintah di sini bermakna kalimat berita, artinya hendaknya diperpanjang (tempo baginya oleh Yang Maha Pengasih dengan sesungguhnya)

di dunia ini dengan memperturutkan apa yang ia kehendaki (sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa) seperti dibunuh dan ditahan (

maupun kiamat) yang pengertiannya mencakup juga neraka Jahanam tempat mereka dimasukkan ke dalamnya (maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya

dan lebih lemah penolong-penolongnya") yakni pembantu-pembantunya; apakah mereka ataukah orang-orang yang beriman, pembantu-pembantu mereka adalah setan

sedangkan pembantu-pembantu orang-orang yang beriman di dalam menghadapi mereka adalah para Malaikat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 75 |

Allah Swt. berfirman kepadaNabi-Nya Saw.:


{قُلْ}


Katakanlah! (Maryam: 75) Hai Muhammad, kepada orang-orang yang mempersekutukan Tuhannya lagi mengakui bahwa dirinya benar, sedangkan kamu dalam jalan yang batil:


{مَنْ كَانَ فِي الضَّلالَةِ}


Barang siapa yang berada di dalam kesesatan. (Maryam: 75) Dari kami dan kalian.


{فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا}


maka biarlah Tuhan Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya. (Maryam: 75) Yakni semoga Tuhan Yang Maha Pemurah menangguhkan azab terhadapnya hingga ia menghadap kepada-Nya dan ajalnya habis, lalu tempat kembalinya:


{إِمَّا الْعَذَابَ}


Baik siksaan. (Maryam: 75) yang akan menimpanya.


{وَإِمَّا السَّاعَةَ}


maupun kiamat. (Maryam: 75) yang datang kepadanya secara tiba-tiba.


{فَسَيَعْلَمُونَ} حِينَئِذٍ {مَنْ هُوَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضْعَفُ جُنْدًا}


maka mereka akan mengetahui (saat itu) siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemahpenolong-penolongnya. (Maryam: 75) Untuk membuktikan alasan mereka yang mengakui dirinya mempunyai kedudukan yang lebih baik

dan tempat pertemuan yang lebih mewah. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka biarlah Tuhan Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya. (Maryam: 75) Yaitu hendaknyalah Allah membiarkan dia

berada dalam kesesatannya. Demikianlah menurut takwil yang telah ditetapkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah. Kalimat ini merupakan mubahalah terhadap orang-orang musyrik yang mengakui bahwa dirinya berada dalam

jalan petunjuk. Semakna dengan mubahalah yang ditujukan terhadap orang-orang Yahudi seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}


Katakanlah, "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kalian mendakwakan bahwa sesungguhnya kalian sajalah kekasih Allah, bukan manusia-manusia yang lain. Maka harapkanlah kematian kalian,

jika kalian adalah orang-orang yang benar.” (Al-Jumu'ah: 6) Maksudnya, harapkanlah kematian semoga menimpa kami atau kalian, jika kalian mengaku bahwa diri kalian berada dalam jalan yang benar. Sesungguhnya doa ini

tidak akan menimpakan mudarat terhadap diri kalian. Akan tetapi, mereka tidak mau mengatakannya. Pembahasan mengenainya telah disebutkan dengan panjang lebar di dalam tafsir surat Al-Baqarah.Sama juga dengan mubahalah

yang ditujukan kepada orang-orang Nasrani yang disebutkan di dalam surat Ali Imran, saat mereka bertekad untuk tetap pada kekafirannya dan kesesatan serta pengakuannya yang berlebih-lebihan terhadap Isa putra Maryam.

Mereka mengatakannya sebagai anak Allah, padahal Allah telah menyebutkan bukti dan hujah-Nya yang mengatakan akan kehambaan Isa, dan bahwa dia adalah makhluk Adami. Allah Swt. berfirman mengenainya:


{فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ}


Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kalian), maka katakanlah (kepadanya), "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian,

diri-diri kami dan diri-diri kalian: kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (Ali Imran: 61) Ternyata mereka pun menolak, tidak mau mengucapkannya.

Surat Maryam |19:76|

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى ۗ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا

wa yaziidullohullażiinahtadau hudaa, wal-baaqiyaatush-shooliḥaatu khoirun 'inda robbika ṡawaabaw wa khoirum maroddaa

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.

And Allah increases those who were guided, in guidance, and the enduring good deeds are better to your Lord for reward and better for recourse.

Tafsir
Jalalain

(Dan Allah akan menambah kepada mereka yang telah mendapat petunjuk) berkat iman mereka (hidayah) berkat ayat-ayat yang diturunkan kepada mereka

(Dan amal-amal saleh yang kekal itu) yaitu ketaatan kepada Allah yang selalu dilakukan oleh seseorang (lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya)

akhir dan kesudahan daripadanya, berbeda dengan amal perbuatan orang-orang kafir. Pengertian perbandingan kebaikan di sini sebagai kebalikan daripada perkataan orang-orang kafir,

yaitu ketika mereka mengatakan, "Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik kedudukannya"

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 76 |

Setelah Allah menyebutkan pemberian masa tangguh-Nya terhadap orang-orang yang sesat dalam kesesatannya, dan Allah menjadikan mereka bertambah sesat, kemudian Allah menyebutkan

bahwa Dia menambah petunjuk kepada orang-orang yang telah mendapat petunjuk, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا}


Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” (At-Taubah: 124), hingga akhir ayat berikutnya. Adapun firman Allah Swt.:


{وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ}


Dan amal-amal saleh yang kekal itu. (Maryam: 76) Tafsir mengenainya telah disebutkan di dalam surat Al-Kahfi berikut hadis-hadis yang membahas tentangnya.


{خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا}


lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu. (Maryam: 76) Maksudnya, lebih baik balasan pahalanya.


{وَخَيْرٌ مَرَدًّا}


dan lebih baik kesudahannya. (Maryam: 76) Yakni lebih baik akibat dan kesudahannya bagi orang yang mengerjakan­nya.


قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَأَخَذَ عُودًا يَابِسًا فَحَطَّ وَرَقَهُ ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ قَوْلَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، تَحُطُّ الْخَطَايَا كَمَا تَحُطُّ وَرَقَ هَذِهِ الشَّجَرَةِ الرِّيحُ ، خُذْهُنَّ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ قَبْلَ أَنْ يُحَالَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُنَّ، هُنَّ الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ، وَهُنَّ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ" قَالَ أَبُو سَلَمَةَ: فَكَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ إِذَا ذَكَرَ هَذَا الْحَدِيثَ قَالَ: لَأُهَلِّلَنَّ اللَّهَ، وَلَأُكَبِّرَنَّ اللَّهَ، وَلَأُسَبِّحَنَّ اللَّهَ، حَتَّى إِذَا رَآنِي الْجَاهِلُ حَسِبَ أَنِّي مَجْنُونٌ


Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Rasyid, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. duduk,

lalu memungut sebatang kayu yang telah kering dan membuang dedaunannya, kemudian bersabda: Sesungguhnya ucapan, "Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha­besar, Mahasuci Allah, dan segala puji bagi Allah,

"dapat menggugurkan dosa-dosa sebagaimana angin menggugurkan dedaunan pohon (yang telah kering) ini. Ambillah olehmu, hai Abu Darda, sebelum kamu dihalang-halangi untuk dapat mengucapkan­nya.

Kalimat-kalimat ini merupakan amal-amal saleh yang kekal, dan ia merupakan perbendaharaan surga. Abu Salamah mengatakan bahwa Abu Darda apabila teringat akan hadis ini, ia mengatakan, "Sungguh aku akan membaca tahlil, takbir,

dan tasbih kepada Allah Swt. hingga orang yang tidak mengerti mendugaku sebagai orang gila." Makna lahiriah hadis ini menunjukkan bahwa hadis berpredikat mursal, tetapi barangkali yang mursal berasal dari riwayat Abu Salamah

dari Abu Darda. Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. Demikianlah menurut apa yang terdapat di dalam Sunan Ibnu Majah melalui hadis Abu Mu'awiyah, dari Umar ibnu Rasyid, dari Yahya, dari Abu Salamah, dari Abu Darda, lalu disebutkan hadis yang semisal.

Surat Maryam |19:77|

أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًا وَوَلَدًا

a fa ro`aitallażii kafaro bi`aayaatinaa wa qoola la`uutayanna maalaw wa waladaa

Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, "Pasti aku akan diberi harta dan anak."

Then, have you seen he who disbelieved in Our verses and said, "I will surely be given wealth and children [in the next life]?"

Tafsir
Jalalain

(Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami) maksudnya 'Ashi bin Wa'il (dan ia mengatakan,) kepada Khabbab bin Art yang mengatakan kepadanya,

bahwa engkau kelak akan dibangkitkan hidup kembali sesudah mati. Pada saat itu Khabbab sedang menagih utang kepadanya ("Pasti aku akan diberi)

seandainya aku dibangkitkan hidup kembali (harta dan anak") maka pada saat itu aku akan membayar utangku kepadamu. Allah berfirman menyanggahnya:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 77 |

Tafsir ayat 77-80

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Muslim, dari Masruq, dari Khabbab ibnul Art yang mengatakan bahwa ia adalah seorang pandai besi,

dan ia mengutangkan sesuatu kepada Al-As ibnu Wa-il. Lalu ia datang untuk menagihnya, tetapi Al-As berkata, "Demi Tuhan, aku tidak akan membayarmu sebelum kamu kafir kepada Muhammad." Maka Khabbab berkata,"Tidak, demi Allah,

aku tidak akan kafir kepada Muhammad sampai kamu mati pun, kemudian kamu dibangkitkan." Al-As ibnu Wa-il mengatakan, "Kalau demikian, biarlah saya mati, lalu saya dibangkitkan dan kamu datang kepadaku, karena saat itu

aku mempunyai harta dan anak, dan aku akan membayarmu." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan, "Pasti aku akan diberi harta dan anak.”

(Maryam: 77) Sampai dengan firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 80) Imam Bukhari dan Imam Muslim serta lain-lainnya mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad

yang sama. Menurut lafaz hadis yang ada pada Imam Bukhari, ia adalah seorang pandai besi di Mekkah. Lalu ia membuat sebilah pedang pesanan Al-As ibnu Wa-il. Setelah selesai, ia datang untuk menagihnya, hingga akhir hadis. Di dalamnya

disebutkan firman Allah Swt.: atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78) Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Al-A'masy, dari Abud-Duha, dari Masruq

yang mengatakan, Khabbab ibnul Art pernah mengatakan bahwa ia dahulu adalah seorang pandai besi di Mekah. Ia mengerjakan sesuatu milik Al-As ibnu Wa-il. Setelah pekerjaan selesai dan ongkosnya masih kurang sejumlah

banyak uang dirham, maka ia datang untuk menagihnya. Tetapi Al-As ibnu Wa-il mengatakan kepadanya, "Aku tidak mau membayarmu sebelum kamu mau kafir kepada Muhammad." Maka ia menjawab, "Aku tidak akan kafir kepada Muhammad

sampai kamu mati pun, lalu dibangkitkan kembali." Al-As ibnu Wa-il berkata, "Apabila aku dibangkitkan lagi, aku pasti beroleh harta dan anak." Khabbab ibnul Art menceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka Allah menurunkan firman-Nya:

Maka apakah kamu telah melihat orang kafir kepada ayat-ayat Kami. (Maryam: 77), hingga beberapa ayat berikutnya.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya ada sejumlah sahabat Rasulullah Saw.

yang menagih utang kepada Al-As ibnu Wa-il As-Sahmi. Mereka datang kepadanya untuk menagihnya, maka Al-As berkata, "Bukankah kalian percaya bahwa di dalam surga terdapat emas dan perak, kain sutra, dan segala macam

buah-buahan?" Mereka menjawab, "Memang benar." Al-As berkata, "Maka sesungguhnya janji untuk membayar kalian nanti di akhirat. Demi Tuhan, aku benar-benar akan diberi harta dan anak, dan aku benar-benar akan diberi seperti kitab

yang ada pada kalian." Maka Allah menjawabnya melalui firman-Nya: Maka apakah kamu telah melihat orang kafir kepada ayat-ayat Kami. (Maryam: 77) sampai dengan firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami

dengan seorang diri. (Maryam: 80) Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-As ibnu Wa-il. Firman Allah Swt.:


{لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا}


Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77) Sebagian ulama qiraat membacanya waladan, sedangkan sebagian lainnya membacanya dengan wuldan, tetapi kedua lafaz mempunyai makna yang sama, Ru'bah seorang penyair mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


الحمْدُ للهِ الْعَزِيزِ فَرْدًا ... لَمْ يَتَّخِذْ مِنْ وُلْد شَيْءٍ وُلْدا


Segala puji bagi Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Esa, Dia tidak beranak. Al-Haris ibnu Halzah mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


وَلَقَد رأيتُ معَاشرًا ... قَدْ تمرُوا مَالًا وَولْدا


Sesungguhnya aku telah menyaksikan banyak orang yang mempunyai harta dan anak yang sangat banyak. Seorang penyair lainnya mengatakan:


فَلَيت فُلانًا كانَ فِي بَطْن أُمِّهِ ... وَليتَ فُلانًا كَانَ وُلْد حِمَار


Aduhai, sekiranya si Fulan tetap berada di dalam perut ibunya. Aduhai, seandainya si Fulan adalah anak keledai. Menurut pendapat yang lain, wuldan adalah bentuk jamak; sedangkan kalau dibaca waladun adalah bentuk tunggal, hal ini menurut dialek Bani Qais. Firman Allah Swt.:


{أَطَّلَعَ الْغَيْبَ}


Adakah ia melihat yang gaib. (Maryam: 78) Kalimat ayat ini merupakan bantahan terhadap orang yang mengatakan apa yang disitir oleh firman-Nya:


{لأوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا}


Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77) Yakni kelak di hari kiamat. Dia memberitahukan apa yang bakal diperolehnya di hari akhirat nanti, menurut dakwaan sendiri, sehingga ia berani bersumpah menyatakan hal tersebut dan menganggapnya sebagai suatu kepastian.


{أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا}


atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78) Yaitu apakah dia telah membuat suatu janji dengan Allah, bahwa Allah pasti akan memberinya hal tersebut? Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan

melalui hadis Imam Bukhari, bahwa yang dimaksud dengan ahdan ialah janji. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan

Yang Maha Pemurah? (Maryam: 78) Bahwa yang dimaksud ialah kalimat, "Tidak ada Tuhan selain Allah," yang karenanya maka ia berharap akan mendapat hal tersebut. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi telah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud ialah persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi

membacakan firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Adapun firman Allah Swt.:


{كَلا سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ}


sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan. (Maryam: 79) Kalla, lafaz yang menunjukkan makna tolakan terhadap kalimat sebelumnya dan sekaligus mengukuhkan kalimat yang sesudahnya.

Yakni orang yang meminta demikian dan memastikan bagi dirinya apa yang diangan-angankannya itu, sedangkan ia ingkar kepada Allah Yang Maha-agung.


{وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا}


dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya. (Maryam: 79) Yakni kelak di hari akhirat atas ucapannya itu dan keingkarannya terhadap Allah Swt. ketika di dunia.


{وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ}


dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 80) Maksudnya, harta benda dan anak-anaknya akan Kami rampas; kebalikan dari apa yang telah ia katakan, bahwa dirinya akan mendapat harta dan anak kelak di akhirat

selain dari apa yang diperolehnya saat di dunia. Maka di akhirat kelak semuanya itu akan dirampas darinya, di samping ia akan mendapat tuntutan dari orang yang memberikan utang kepadanya saat di dunia. Karena itulah Allah Swt. berfirman dalam firman selanjutnya:


{وَيَأْتِينَا فَرْدًا}


dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 80) Yaitu tanpa membawa harta dan anak. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi

apa yang ia katakan itu. (Maryam: 80) Yaitu Kami akan mewarisinya.Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 80) Yakni, harta benda dan anak-anaknya.

Orang yang dimaksud adalah Al-As ibnu Wa-il. Abdur-Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 80) Yakni akan mengambil semua

yang menjadi miliknya, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya: Pasti aku akan diberi harta dan anak. (Maryam: 77) Menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan "وَنَرِثُهُ مَا عِنْدَهُ". Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 80) Yaitu ia datang dengan tidak membawa harta dan anak. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu. (Maryam: 80) Yakni semua yang ia himpunkan selama di dunia dan semua yang ia amalkan. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (Maryam: 80) Artinya, sendirian tanpa hal yang ia dakwakan itu, baik sedikit ataupun banyak.

Surat Maryam |19:78|

أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَٰنِ عَهْدًا

aththola'al-ghoiba amittakhoża 'indar-roḥmaani 'ahdaa

Adakah dia melihat yang gaib atau dia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih?

Has he looked into the unseen, or has he taken from the Most Merciful a promise?

Tafsir
Jalalain

(Adakah dia melihat yang gaib) apakah dia mengetahuinya sehingga ia berani mengatakan, bahwa dia akan diberi seperti apa yang dikatakannya itu.

Lafal Aththala'a ini disebabkan sudah cukup hanya dengan memakai Hamzah Istifham, maka Hamzah Washalnya dibuang (atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih)

sehingga ia berani mengatakan, bahwa Allah akan memberikan kepadanya apa yang telah dikatakannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 78 |

Penjelasan ada di ayat 77

Surat Maryam |19:79|

كَلَّا ۚ سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا

kallaa, sanaktubu maa yaquulu wa namuddu lahuu minal-'ażaabi maddaa

sama sekali tidak! Kami akan menulis apa yang dia katakan, dan Kami akan memperpanjang azab untuknya secara sempurna,

No! We will record what he says and extend for him from the punishment extensively.

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak) hal itu tidak akan diberikan kepadanya (Kami akan menulis) Kami memerintahkan untuk menuliskan

(apa yang ia katakan itu dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab baginya) Kami akan menambahkan kepada azab kekafirannya azab yang lain, karena perkataannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 79 |

Penjelasan ada di ayat 77

Surat Maryam |19:80|

وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ وَيَأْتِينَا فَرْدًا

wa nariṡuhuu maa yaquulu wa ya`tiinaa fardaa

dan Kami akan mewarisi apa yang dia katakan itu dan dia akan datang kepada Kami seorang diri.

And We will inherit him [in] what he mentions, and he will come to Us alone.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu) yaitu harta benda dan anak (dan ia akan datang kepada Kami) kelak pada hari kiamat (dengan seorang diri) dalam keadaan tidak punya harta benda dan tidak punya anak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 80 |

Penjelasan ada di ayat 77

Surat Maryam |19:81|

وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا

wattakhożuu min duunillaahi aalihatal liyakuunuu lahum 'izzaa

Dan mereka telah memilih tuhan-tuhan selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka,

And they have taken besides Allah [false] deities that they would be for them [a source of] honor.

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka telah mengambil) orang-orang kafir Mekah (selain dari Allah) yakni berhala-berhala (sebagai tuhan-tuhan) yang mereka sembah (agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka)

maksudnya memberikan syafaat kepada mereka di hadapan Allah supaya mereka jangan diazab oleh-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 81 |

Tafsir ayat 81--84

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang kafir yang musyrik terhadap Tuhan mereka, bahwa mereka menjadikan sembahan-sembahan selain dari Allah sebagai tuhan-tuhan mereka. Yang dengan tuhan-tuhan itu

mereka membanggakan dirinya dan meminta pertolongan kepadanya. Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa duduk perkaranya tidaklah seperti apa yang mereka duga, bahkan apa yang mereka harapkan itu tidak ada sama sekali dan kosong belaka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ}


sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82) Yakni kelak di hari kiamat akan terjadi pengingkaran itu.


{وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}


dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang didugakan oleh mereka terhadap sembahan-sembahannya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:


{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ }


Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?

Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Abu Nuhaik membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

"كُلٌّ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ" artinya: Masing-masing dari sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka. As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu

akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82) Yakni berhala-berhala sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka. Firman Allah Swt.:


{وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا}


dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang diharap-harapkan oleh mereka dari sembahan-sembahannya.Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa makna diddan ialah a'wanan, yakni menjadi teman-teman mereka.

Mujahid mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi lawan mereka yang mendebat dan mendustakan pemujaan-pemujaan mereka terhadapnya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan

dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa yang dimaksud dengan diddan ialah teman-teman, Qatadah mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu

akan menjadi teman-teman mereka di dalam neraka; sebagian dari mereka melaknat dan mengingkari sebagian yang lainnya. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu

akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi musuh-musuh mereka yang sangat sengit. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka

(sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak akan menjadi musuh mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa ad-diddu artinya malapetaka. Ikrimah mengatakan bahwa ad-diddu artinya penyesalan. Firman Allah Swt.:


{أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا}


Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mengasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,

bahwa setan-setan itu menyesatkan mereka. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu mengobarkan semangat mereka untuk memusuhi Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Mujahid mengatakan,

setan-setan itu mengasung mereka dengan sungguh-sungguh. Menurut Qatadah, setan-setan itu dengan sungguh-sungguh memberikan semangat kepada mereka untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan durhaka terhadap Allah Swt.

Sedangkan Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa setan-setan itu membujuk mereka dengan godaan yang menggiurkan dan mengobarkan semangat mereka. Dan menurut As-Saddi, setan-setan itu menyesatkan mereka

dengan sebenar-benarnya.Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ}


Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan); maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36) Adapun firman Allah Swt.:


{فَلا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا}


maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84)

Maksudnya, janganlah kamu terburu-buru —hai Muhammad—meminta kepada Allah agar azab-Nya segera ditimpakan kepada mereka.


{إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا}


karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Yakni sesungguhnya Kami sengaja menangguhkan mereka

hanya sampai waktu yang tertentu lagi dipastikan, dan mereka pasti akan mendapat azab Allah dan pembalasan-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:


{وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ}


Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:


{فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا}


Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17)


{إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا}


Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran: 178)


{نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ}


Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Serta firman Allah Swt.:


{قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ}


Katakanlah, "'Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka.” (Ibrahim: 30) As-Saddi mengatakan, sesungguhnya Allah menangguhkan mereka dengan perhitungan yang teliti,

yakni hanya beberapa tahun, beberapa bulan, beberapa hari, dan beberapa saat. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya

(hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Yakni Kami beri tangguh mereka selama mereka hidup di dunia saja.

Surat Maryam |19:82|

كَلَّا ۚ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا

kallaa, sayakfuruuna bi'ibaadatihim wa yakuunuuna 'alaihim dhiddaa

sama sekali tidak! Kelak mereka (sesembahan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi mereka.

No! Those "gods" will deny their worship of them and will be against them opponents [on the Day of Judgement].

Tafsir
Jalalain

(Sekali-kali tidak) tiada sesuatu pun yang dapat mencegah azab mereka. (Kelak mereka itu akan mengingkari) yakni tuhan-tuhan sembahan mereka itu

(penyembahan mereka) artinya mereka akan mengingkari penyembahan orang-orang yang mempertuhankan mereka, sebagaimana dijelaskan pula oleh ayat lain, yaitu firman-Nya,

"Mereka sekali-kali tidak menyembah Kami..." (Q.S. Al-Qashash, 63). (dan tuhan-tuhan itu akan menjadi musuh bagi mereka) yakni berhala-berhala itu justru akan menjadi musuh orang-orang yang menyembahnya kelak di akhirat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 82 |

Penjelasan ada di ayat 81

Surat Maryam |19:83|

أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا

a lam taro annaaa arsalnasy-syayaathiina 'alal-kaafiriina ta`uzzuhum azzaa

Tidakkah engkau melihat, bahwa sesungguhnya Kami telah mengutus setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mendorong mereka (berbuat maksiat) dengan sungguh-sungguh?

Do you not see that We have sent the devils upon the disbelievers, inciting them to [evil] with [constant] incitement?

Tafsir
Jalalain

(Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu) yakni pengaruh mereka (kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka)

untuk menggerakkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan maksiat (dengan sungguh-sungguh).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 83 |

Penjelasan ada di ayat 81

Surat Maryam |19:84|

فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا

fa laa ta'jal 'alaihim, innamaa na'uddu lahum 'addaa

maka janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (memintakan azab) terhadap mereka, karena Kami menghitung dengan hitungan teliti (datangnya hari siksaan) untuk mereka.

So be not impatient over them. We only count out to them a [limited] number.

Tafsir
Jalalain

(Maka janganlah kamu tergesa-gesa terhadap mereka) untuk mendatangkan azab buat mereka (karena sesungguhnya Kami hanya menghitung untuk mereka)

hari-hari atau nafas-nafas mereka (dengan perhitungan yang teliti) hingga tiba saatnya azab mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 84 |

Penjelasan ada di ayat 81

Surat Maryam |19:85|

يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَٰنِ وَفْدًا

yauma naḥsyurul-muttaqiina ilar-roḥmaani wafdaa

(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, bagaikan kafilah yang terhormat,

On the Day We will gather the righteous to the Most Merciful as a delegation

Tafsir
Jalalain

Ingatlah (hari ketika Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa) berkat keimanan mereka (kepada Tuhan Yang Maha Pengasih sebagai perutusan yang terhormat).

Lafal Wafdun adalah bentuk jamak dan lafal Waafidun, artinya delegasi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 85 |

Tafsir ayat 85-87

Allah Swt. menceritakan tentang kekasih-kekasih-Nya, yaitu orang-orang yang bertakwa yang takut kepada-Nya ketika di dunia dan mengikuti rasul-rasul-Nya serta membenarkan berita yang disampaikan oleh mereka,

juga taat kepada apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka serta menjauhi apa yang dilarang oleh mereka. Allah menyebutkan bahwa mereka pada hari kiamat akan dikumpulkan sebagai perutusan yang terhormat

menghadap kepada-Nya. Mereka menghadap kepada Allah sebagai perutusan dengan mengendarai kendaraan yang terbuat dari nur kendaraan akhirat; mereka datang ke hadirat Tuhan Yang Mahamulia,

sedangkan Tuhan Yang Maha Pemurah rida kepada mereka. Adapun orang-orang yang berdosa (yaitu mereka yang mendustakan para rasul dan menentangnya), maka sesungguhnya mereka digiring secara paksa menuju ke neraka.

Disebutkan oleh firman-Nya bahwa mereka digiring ke neraka dalam keadaan dahaga. Demikianlah menurut pendapat Ata, Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan yang lainnya. Dan pada saat itu juga dikatakan:


{أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا}


Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik dan lebih indah tempat pertemuan(nya). (Maryam: 73) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami

Ibnu Khalid, dari Amr ibnu Qais Al-Mala-i, dari Ibnu Marzuq sehubungan dengan firman Allah Swt.: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat.

(Maryam: 85) Bahwa orang mukmin saat bangkit dari kuburnya disambut oleh utusan yang sangat indah rupanya dan sangat harum baunya. Maka ia bertanya, "Siapakah kamu?" Utusan menjawab, "Tidakkah kamu mengenalku?" Ia berkata,

"Tidak, mengapa Allah menjadikan baumu sangat harum dan rupamu sangat indah?" Utusan menjawab, "Aku adalah amal perbuatanmu yang saleh. Selama kamu di dunia, kamu telah melakukan amal yang indah dan harum; dan inilah hasilnya.

Selama di dunia aku manaikimu. Sekarang tibalah saatnya bagimu untuk menaikiku, naikilah aku." Maka orang mukmin itu menaikinya. Yang demikian itu adalah maksud dari firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang

yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan

orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa yang dimaksud dengan wafdan ialah berkendaraan. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnul Musanna,

telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, dari Sa'id, dari Ismail, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah, tentang firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah

sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Bahwa mereka datang menghadap dengan berkendaraan unta. Ibnu Juraij mengatakan, mereka datang menghadap dengan mengendarai unta-unta yang baik. As-Sauri mengatakan,

mengendarai unta muda. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat.

(Maryam: 85) Yakni mereka digiring memasuki surga. Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar,

dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami An-Nu'man ibnu Sa'id yang mengatakan bahwa ketika kami sedang berada di majelis Ali ibnu Abu Talib r.a. dan ia membaca firman Allah Swt.: (Ingatlah) hari (ketika)

Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Maryam: 85) Maka Ali r.a. berkata, "Tidak, demi Allah, mereka digiring bukan dengan jalan kaki. Utusan tidak akan digiring

dengan jalan kaki, melainkan dengan mengendarai unta yang sangat indah; di punggung unta-unta itu terdapat pelana yang terbuat dari emas, lalu mereka menaiki unta-unta itu hingga sampai di depan pintu-pintu surga."

Hal yang sama telah diriwayatkan o'eh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir melalui hadis Abdur Rahman ibnu Ishaq Al-Madani dengan sanad yang sama. Hanya di dalam riwayat ini ditambahkan bahwa pada punggung unta-unta itu terdapat pelana

yang terbuat dari emas, dan tali kendalinya dari zabarjad. Sedangkan teks asar lainnya sama dengan yang di atas. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah meriwayat­kan sebuah hadis yang garib sekali secara marfu' dari Ali. Ia mengatakan:


حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ النَّهْدِيُّ، حَدَّثَنَا مَسْلَمَةُ بْنُ جَعْفَرٍ البَجَلي، سَمِعْتُ أَبَا مُعَاذٍ الْبَصْرِيَّ قَالَ: إِنَّ عَلِيًّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: {يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا} فَقَالَ: مَا أَظُنُّ الْوَفْدَ إِلَّا الرَّكْبَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُمْ إِذَا خَرَجُوا مِنْ قُبُورِهِمْ يُسْتَقْبَلُونَ -أَوْ: يُؤْتَوْنَ-بِنُوقٍ بِيضٍ لَهَا أَجْنِحَةٌ، وَعَلَيْهَا رِحَالُ الذَّهَبِ، شُرُك نِعَالِهِمْ نُورٌ يَتَلَأْلَأُ كُلُّ خَطْوَةٍ مِنْهَا مَدُّ الْبَصَرِ، فَيَنْتَهُونَ إِلَى شَجَرَةٍ يَنْبُعُ مَنْ أَصِلُهَا عَيْنَانِ، فَيَشْرَبُونَ مِنْ إِحْدَاهُمَا، فَتَغْسِلُ مَا فِي بُطُونِهِمْ مَنْ دَنَسٍ، وَيَغْتَسِلُونَ مِنَ الْأُخْرَى فَلَا تَشْعَثُ أَبْشَارُهُمْ وَلَا أَشْعَارُهُمْ بَعْدَهَا أَبَدًا، وَتَجْرِي عَلَيْهِمْ نَضْرَةُ النَّعِيمِ، فَيَنْتَهُونَ أَوْ: فَيَأْتُونَ بَابَ الْجَنَّةِ، فَإِذَا حَلْقَةٌ مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ عَلَى صَفَائِحِ الذَّهَبِ، فَيَضْرِبُونَ بِالْحَلْقَةِ عَلَى الصَّفِيحَةِ فَيُسْمَعُ لَهَا طَنِينٌ يَا عَلِيُّ، فَيَبْلُغُ كُلَّ حَوْرَاءَ أَنَّ زَوْجَهَا قَدْ أَقْبَلَ، فَتَبْعَثُ قَيِّمَهَا فَيَفْتَحُ لَهُ، فَإِذَا رَآهُ خَرَّ لَهُ -قَالَ مَسْلَمَةُ أُرَاهُ قَالَ: سَاجِدًا-فَيَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ، فَإِنَّمَا أَنَا قَيِّمُكَ، وُكِّلْتُ بِأَمْرِكَ. فَيَتْبَعُهُ وَيَقْفُو أَثَرَهُ، فَتَسْتَخِفُّ الْحَوْرَاءَ الْعَجَلَةُ فَتَخْرُجُ مِنْ خِيَامِ الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ حَتَّى تَعْتَنِقَهُ، ثُمَّ تَقُولُ: أَنْتَ -حِبّي، وَأَنَا حِبُّكَ، وَأَنَا الْخَالِدَةُ الَّتِي لَا أَمُوتُ، وَأَنَا النَّاعِمَةُ الَّتِي لَا أَبْأَسُ، وَأَنَا الرَّاضِيَةُ الَّتِي لَا أَسْخَطُ، وَأَنَا الْمُقِيمَةُ الَّتِي لَا أَظْعَنُ. فَيَدْخُلُ بَيْتًا مِنْ أُسِّهِ إِلَى سَقْفِهِ مِائَةُ أَلْفِ ذِرَاعٍ، بِنَاؤُهُ عَلَى جَنْدَلِ اللُّؤْلُؤِ طَرَائِقُ: أَصْفَرُ وَأَحْمَرُ وَأَخْضَرُ، لَيْسَ مِنْهَا طَرِيقَةٌ تُشَاكِلُ صَاحِبَتَهَا. وَفِي الْبَيْتِ سَبْعُونَ سَرِيرًا، عَلَى كُلِّ سَرِيرٍ سَبْعُونَ حَشِيَّةً، عَلَى كُلِّ حَشِيَّةٍ سَبْعُونَ زَوْجَةً، عَلَى كُلِّ زَوْجَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً، يُرَى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الْحُلَلِ، يَقْضِي جِمَاعَهَا فِي مِقْدَارِ لَيْلَةٍ مِنْ لَيَالِيكُمْ هَذِهِ. الْأَنْهَارُ مِنْ تَحْتِهِمْ تَطَّرِدُ، أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ -قَالَ: صَافٍ لَا كَدَر فِيهِ -وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ، لَمْ يَخْرُجْ مِنْ ضُرُوعِ الْمَاشِيَةِ، وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ، لَمْ يَعْتَصِرْهَا الرِّجَالُ بِأَقْدَامِهِمْ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى لَمْ يَخْرُجْ مِنْ بُطُونِ النَّحْلِ، فَيَسْتَحْلِي الثِّمَارَ، فَإِنْ شَاءَ أَكَلَ قَائِمًا، وَإِنْ شَاءَ قَاعِدًا، وَإِنْ شَاءَ مُتَّكِئًا، ثُمَّ تَلَا {وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا} [الْإِنْسَانِ: 14] ، فَيَشْتَهِي الطَّعَامَ، فَيَأْتِيهِ طَيْرٌ أَبْيَضُ، وَرُبَّمَا قَالَ: أَخْضَرُ فَتَرْفَعُ أَجْنِحَتَهَا، فَيَأْكُلُ مِنْ جُنُوبِهَا أَيَّ الْأَلْوَانِ شَاءَ، ثُمَّ تَطِيرُ فَتَذْهَبُ، فَيَدْخَلُ الْمَلَكُ فَيَقُولُ: سَلَامٌ عَلَيْكُمْ: {تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [الزُّخْرُفِ: 72] وَلَوْ أَنَّ شَعْرَةً مِنْ شَعْرِ الْحَوْرَاءِ وَقَعَتْ لِأَهْلِ الْأَرْضِ، لَأَضَاءَتِ الشَّمْسُ مَعَهَا سَوَادٌ فِي نُورٍ"


telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Malik ibnu Ismail An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Ja'far Al-Bajali; ia pernah mendengar Abu Mu'az Al-Basri mengatakan

bahwa pada suatu hari Ali berada di rumah Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan

yang terhormat. (Maryam: 85) Maka Ali bertanya, "Wahai Rasulullah, menurut hematku utusan itu tiada lain datang dengan berkendaraan." Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman

kekuasaan-Nya, sesungguhnya mereka apabila dibangkitkan dari kuburnya masing-masing langsung disambut oleh unta putih yang bersayap. Di punggung untanya terdapat pelana emas, sedangkan teracaknya adalah nur yang berkilauan

cahayanya. Sekali langkah dapat mencapai jarak sejauh mata memandang. Maka sampailah perjalanan mereka di sebuah pohon yang dari akarnya menyumber dua buah mata air, lalu mereka minum dari salah satu mata air itu,

dan air itu mencuci semua kotoran yang ada di dalam perut mereka. Kemudian dari mata air lainnya mereka mandi, karena itu kulit dan rambut mereka tidak akan mengalami kekusutan lagi selama-lamanya, dan penampilan mereka

menggambarkan kesenangan hidupnya. Setelah itu mereka sampai atau mendatangi pintu surga. Ternyata mereka menjumpai pegangan pintunya berupa yaqut merah, sedangkan daun pintunya emas. Lalu mereka mengetuk pintu itu

dengan pegangannya yang bulat, maka terdengarlah suara ketukan yang membunyikan kalimat 'Wahai Tuhan Yang Mahatinggi'. Suara ketukan itu terdengar oleh semua bidadari yang ada di dalam surga, dan para bidadari itu mengetahui

bahwa suami-suami mereka telah tiba. Maka bidadari itu menyuruh pelayannya untuk membukakan pintu; saat pintu surga dibuka dan orang mukmin itu melihatnya, maka orang mukmin langsung menyungkur bersujud kepadanya.

Maka si pelayan itu berkata, 'Angkatlah mukamu, sesungguhnya saya ini hanyalah pelayanmu, saya disuruh untuk menyambut kedatanganmu.' Kemudian orang mukmin itu mengikutinya, sedangkan bidadari sudah tidak sabar lagi;

maka keluarlah ia dari kemah mutiara dan yaqutnya dan langsung menyambut suaminya serta memeluknya seraya berkata, 'Engkau kekasihku dan aku kekasihmu. Aku wanita yang kekal, tidak mati, selalu senang, tidak sengsara;

aku wanita yang selalu rela, tidak pernah marah; dan aku wanita yang selalu berada di tempat, tidak pernah bepergian. Maka orang mukmin itu masuk ke dalam sebuah gedung yang tingginya dari bawah sampai atapnya adalah

seratus ribu hasta. Bangunannya terbuat dari mutiara yang beraneka ragam; ada yang berwarna merah, kuning, dan hijau, masing-masing darinya mempunyai modelnya sendiri yang berbeda dengan lainnya. Di dalam gedung itu

terdapat tujuh puluh pelaminan, di dalam tiap pelaminan terdapat tujuh puluh kasur, setiap kasur diisi oleh tujuh puluh orang istri, setiap orang istri memakai tujuh puluh pakaian; sumsum betisnya kelihatan dari balik pakaiannya.

Untuk menyetubuhinya diperlukan waktu yang lamanya sama dengan satu malam dari malam kalian ini. Sungai-sungai mengalir di bawah gedung mereka dengan berbagai macam rasa; ada yang airnya tawar lagi jernih, tidak ada kotoran

padanya; ada yang airnya berupa air susu yang tidak berubah rasanya, tetapi bukan dikeluarkan dari tetek ternak; ada yang airnya berupa khamr yang sangat lezat bagi peminumnya, bukan khamr yang diperah oleh injakan kaki manusia;

dan ada yang airnya berupa madu yang disaring, bukan madu yang dikeluarkan dari perut lebah. Buah-buahan semuanya masak dan ranum; jika ia menghendaki memakannya dengan berdiri, ia dapat melakukannya, atau sambil duduk

atau sambil bersandar, menurut cara yang disukainya." Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14)

Bila ia ingin makan, maka datanglah burung putih kepadanya atau burung hijau, kemudian burung itu mengangkat kedua sayapnya; maka ia dapat makan darinya berbagai jenis makanan yang disukainya. Setelah itu si burung terbang kembali,

lalu masuklah malaikat menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya, "Assalamu 'alaikum.” Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan. (Al-Zukhruf: 72) Seandainya

sebilah rambut bidadari jatuh ke bumi, niscaya matahari dapat menyinari bagian yang tidak terjangkau olehnya berkat rambut bidadari itu.Demikianlah menurut riwayat ini secara marfu', kami dalam pendahuluan kitab telah meriwayatkannya

melalui perkataan sahabat Ali r.a. dengan lafaz yang semisal yang lebih mendekati predikat sahih. Hanya Allah-lah. yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


{وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا}


dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. (Maryam: 86) Yang dimaksud dengan wirdan ialah itasyan, yakni kehausan.


{لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ}


Mereka tidak berhak mendapat syafaat. (Maryam: 87) Yakni tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat kepada mereka, sebagaimana sebagian dari orang-orang mukmin memberikan syafaatnya

kepada sebagian yang lain. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ * وَلا صَدِيقٍ حَمِيمٍ}


Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy-Syu'ara: 100-101) Adapun firman Allah Swt.:


{إِلا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا}


kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Istisna dalam ayat ini munqati', yakni hanya orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah sajalah

yang beroleh syafaat dan pertolongan. Perjanjian tersebut berupa kesaksiannya yang mengata­kan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu ia mengamalkan hak dari kalimah tersebut. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian ini ialah kesaksiannya yang mengatakan

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan berlepas diri kepada Allah dari upaya dan kekuatan, serta tidak berharap kecuali hanya kepada Allah Swt. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Khalid Al-Wasiti,

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti, dari Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud membaca ayat ini:

kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 87) Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka yang telah mengambil janji di sisi Tuhannya, maka kelak di hari kiamat Allah Swt.

akan memanggil mereka, "Barang siapa yang telah mengambil janji di sisi Allah, hendaklah ia berdiri." Mereka (para tabi'in) berkata, "Wahai Abu Abdur Rahman (julukan panggilan Ibnu Mas'ud), kalau begitu ajarkanlah doanya kepada kami."

Ibnu Mas'ud menjawab, "Kalau demikian, ucapkanlah oleh kalian doa berikut: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui semua yang gaib dan yang lahir, sesungguhnya saya berjanji kepada Engkau dalam kehidupan dunia ini,

bahwa sesungguhnya bila Engkau menyerahkan diriku kepada amal perbuatanku yang mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan, sedangkan aku tidak percaya kepada siapa pun kecuali

hanya kepada rahmat-Mu, maka jadikanlah bagiku di sisi Engkau suatu perjanjian yang Engkau akan tunaikan kepadaku kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji'." Al-Mas'udi mengatakan bahwa Zakaria

telah menceritakan ini kepadanya dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Mas'ud. Tersebutlah pula bahwa sahabat Ibnu Mas'ud selalu mengiringi doanya dengan doa ini dengan penuh rasa takut,

memohon perlindungan dan memohon ampunan dengan penuh harap dan cemas kepada Allah Swt. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar yang semisal melalui jalur lain, dari Al-Mas'udi.

Surat Maryam |19:86|

وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًا

wa nasuuqul-mujrimiina ilaa jahannama wirdaa

dan Kami akan menggiring orang yang durhaka ke Neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.

And will drive the criminals to Hell in thirst

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka) karena kekafiran mereka (ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga). Lafal Wirdun adalah bentuk jamak dari lafal Waaridun artinya berjalan dalam keadaan dahaga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 86 |

Penjelasan ada di ayat 85

Surat Maryam |19:87|

لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَٰنِ عَهْدًا

laa yamlikuunasy-syafaa'ata illaa manittakhoża 'indar-roḥmaani 'ahdaa

Mereka tidak berhak mendapat syafaat, (pertolongan) kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih.

None will have [power of] intercession except he who had taken from the Most Merciful a covenant.

Tafsir
Jalalain

(Mereka tidak dapat memberi) manusia semuanya (syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih)

yakni kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan berkat pertolongan Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 87 |

Penjelasan ada di ayat 85

Surat Maryam |19:88|

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا

wa qooluttakhożar-roḥmaanu waladaa

Dan mereka berkata, "(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak."

And they say, "The Most Merciful has taken [for Himself] a son."

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata,) orang-orang Yahudi dan Nasrani dan orang-orang yang menyangka bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah

("Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak") maka Allah menyanggah perkataan mereka itu melalui firman-Nya,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 88 |

Tafsir ayat 88-95

Setelah Allah Swt. menetapkan dalam surat ini sifat kehambaan Isa a.s. dan menceritakan bahwa Dia menciptakannya dari Maryam tanpa ayah, maka Allah membantah dugaan orang-orang yang mengatakan bahwa

Dia mempunyai anak, Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا * لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا}


Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam: 88-89) karena ucapan kalian ini.

Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Malik mengatakan bahwa makna iddan ialah 'aziman, yakni sesuatu yang sangat besar (dosanya). Lafaz iddan ini ada tiga bacaan mengenainya, yaitu iddan, addan, dan idda, tetapi yang terkenal adalah bacaan yang pertama. Firman Allah Swt.:


{تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا * أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا}


hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 90-91) Yakni hampir-hampir akan terjadi hal tersebut

karena ucapan yang dikeluarkan oleh orang-orang durhaka dari kalangan Bani Adam, karena kebesaran dan keagungan Allah Swt. semuanya adalah makhluk Allah dan diciptakan ntuk mengesakan-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah,

tiada sekutu dan tiada tandingan bagi-Nya, tiada beranak, tiada beristri, dan tiada yang menyamai-Nya; bahkan Dia adalah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu.


وَفِي كُلّ شَيءٍ لَهُ آيةٌ ... تَدُل عَلَى أَنَّهُ واحِدُ ...


Pada tiap-tiap sesuatu terdapat tanda yang menunjukkan bahwa Dia Yang Maha Esa. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah mencerita­kan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah,

dari Ali, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.

(Maryam: 90-91) Bahwa kemusyrikan itu membuat terkejut langit, bumi, gunung-gunung, serta semua makhluk kecuali jin dan manusia; dan hampir-hampir semuanya lenyap karenanya disebabkan kebesaran Allah Swt.

Untuk itu sebagaimana tidak memberi manfaat amal baik orang musyrik karena kemusyrikannya, kita berharap semoga Allah memberikan ampunan terhadap dosa-dosa ahli tauhid. Rasulullah Saw. telah bersabda:


"لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ شَهَادَةَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَمَنْ قَالَهَا عِنْدَ مَوْتِهِ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ"


Ajarilah orang-orang mati kalian bacaan syahadat, yaitu 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Barang siapa yang membacanya di saat meregang nyawa, wajib baginya masuk surga.Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,

bagaimanakah dengan orang yang membacanya dalam masa sehatnya?'" Rasulullah Saw. bersabda, "Itu lebih memastikan lagi." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:


"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ جِيءَ بِالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِينَ وَمَا فِيهِنَّ، وَمَا بَيْنَهُنَّ، وَمَا تَحْتَهُنَّ، فَوُضِعْنَ فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ، وَوُضِعَتْ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي الْكِفَّةِ الْأُخْرَى، لَرَجَحَتْ بِهِنَّ"


Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­nya, seandainya didatangkan langit dan bumi serta semua yang ada padanya dan semua yang ada di antara keduanya dan semua yang ada di bawahnya,

lalu diletakkan di salah satu dari kedua sisi neraca, sedangkan sisi neraca lainnya diletakkan kalimah syahadat, yaitu, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " tentulah kalimah ini lebih berat timbangannya daripada semuanya itu.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, dan diperkuat oleh hadis-hadis lainnya yang menceritakan tentang buku catatan amal perbuatan. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hampir-hampir langit pecah

karena ucapan itu. (Maryam: 90) Yaitu terbelah karena kebesaran Allah Swt. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bumi belah. (Maryam: 90)

Bahwa yang dimaksud adalah bumi hampir-hampir belah karena murka Allah terhadap orang-orang yang mengucapkannya.


{وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا}


dan gunung-gunung runtuh. (Maryam: 90) Ibnu Abbas mengatakan bahwa haddan artinya sama dengan hadman, yakni runtuh dan hancur. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa haddan artinya runtuh sebagian

demi sebagian secara berurutan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Suwaid Al-Maqbari, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Mis'ar,

dari Aun ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya gunung memanggil gunung lainnya dengan menyebut namanya, "Hai Fulan, apakah hari ini ada yang kamu dengar menyebut nama Allah Swt.?" Gunung yang dipanggil menjawab,

"Ya." Maka gunung yang memanggil merasa gembira karenanya. Kemudian Aun berkata, "Sesungguhnya gunung itu lebih tajam pendengarannya terhadap perkara kebaikan, maka apakah gunung-gunung itu dapat mendengar dosa

dan perkataan batil apabila diucapkan, ataukah gunung-gunung itu tidak dapat mendengar selain kebaikan saja?" Kemudian ia membaca firman-Nya: hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,

karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 90-91) Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syadan, telah menceritakan kepada kami Haudah,

telah menceritakan kepada kami Auf ibnu Galib ibnu Ajrad, telah menceritakan kepadaku seseorang dari penduduk Syam di Masjid Mina; ia mengatakan, telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Allah ketika menciptakan bumi dan menciptakan

semua pepohonan yang ada padanya, maka tidak ada suatu pohon pun di bumi ini yang didatangi oleh manusia melainkan manusia beroleh manfaat dari pohon itu, atau pohon itu memberikan manfaat kepadanya. Bumi masih tetap

dalam keadaan seperti itu, hingga orang-orang durhaka dari Bani Adam mengucapkan kalimat yang sangat mungkar itu. Yaitu mereka mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Ketika mereka mulai mengatakan kalimat

tersebut, bumi bergetar dan semua pohon sakit karenanya. Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa para malaikat murka dan neraka Jahanam bergejolak saat mereka mengucapkan kalimat yang mungkar itu.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللَّهِ، إِنَّهُ يُشْرَكُ بِهِ، وَيُجْعَلُ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يُعَافِيهِمْ وَيَدْفَعُ عَنْهُمْ وَيَرْزُقُهُمْ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

Tidak ada seorang pun yang lebih sabar daripada Allah mendengar hal yang menyakitkan, Dia dipersekutukan dan dianggap beranak, padahal Dia menyehatkan mereka dan menolak bahaya dari mereka serta memberi mereka rezeki.

Hadis diketengahkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih masing-masing. Menurut lafaz yang lain disebutkan seperti berikut:


"إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا، وَهُوَ يرزُقُهم وَيُعَافِيهِمْ"


Bahwa mereka menganggap Allah beranak, padahal Allah memberi mereka rezeki dan menyehatkan mereka. Firman Allah Swt.:


{وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا}


Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (Maryam: 92) Artinya tidaklah pantas dan tidaklah layak bagi keagungan dan kebesaran­Nya hal tersebut;

sebab tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya yang menyamai-Nya, semua makhluk adalah hamba-Nya. Karena itulah dalam firman selanjufnya disebutkan:


{إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا}


Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.

(Maryam: 93-94) Yakni sesungguhnya Allah telah mengetahui bilangan mereka sejak Dia menciptakan mereka sampai hari kiamat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, dan baik yang masih muda maupun yang sudah tua.


{وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا}


Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 95) Maksudnya, tidak ada yang menolongnya dan tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali hanya Allah semata;

tiada sekutu bagi-Nya, Dialah yang berhak memutuskan nasib makhluk-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Yang Mahaadil yang tidak akan berbuat aniaya barang sedikit pun dan Dia tidak akan menganiaya seorang pun.

Surat Maryam |19:89|

لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا

laqod ji`tum syai`an iddaa

Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar,

You have done an atrocious thing.

Tafsir
Jalalain

("Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar) yaitu suatu perkara mungkar yang sangat besar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 89 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:90|

تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا

takaadus-samaawaatu yatafaththorna min-hu wa tansyaqqul-ardhu wa takhirrul-jibaalu haddaa

hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu),

The heavens almost rupture therefrom and the earth splits open and the mountains collapse in devastation

Tafsir
Jalalain

(Hampir-hampir) dapat dibaca Takaadu dan Yakaadu (langit pecah) terbelah, dan menurut qiraat yang lain lafal Yatafaththarna dibaca Yanfathirna

(karena ucapan itu dan bumi belah dan gunung-gunung runtuh) yakni terbalik menindih mereka disebabkan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 90 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:91|

أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا

an da'au lir-roḥmaani waladaa

karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.

That they attribute to the Most Merciful a son.

Tafsir
Jalalain

(mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak"). Allah berfirman,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 91 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:92|

وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا

wa maa yambaghii lir-roḥmaani ay yattakhiża waladaa

Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.

And it is not appropriate for the Most Merciful that He should take a son.

Tafsir
Jalalain

("Dan tidak layak bagi Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak") yakni tidak patut bagi-Nya hal yang demikian itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 92 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:93|

إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا

ing kullu man fis-samaawaati wal-ardhi illaaa aatir-roḥmaani 'abdaa

Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.

There is no one in the heavens and earth but that he comes to the Most Merciful as a servant.

Tafsir
Jalalain

(Tidak ada) (seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pengasih selaku seorang hamba) yang hina dan tunduk patuh kepada-Nya kelak di hari kiamat, termasuk Uzair dan Isa juga.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 93 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:94|

لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا

laqod aḥshoohum wa 'addahum 'addaa

Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.

He has enumerated them and counted them a [full] counting.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti) maka tidak samar bagi-Nya

mengenai jumlah mereka secara keseluruhan atau pun secara rinci dan tiada seorang pun yang terlewat dari perhitungan-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 94 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:95|

وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

wa kulluhum aatiihi yaumal-qiyaamati fardaa

Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat.

And all of them are coming to Him on the Day of Resurrection alone.

Tafsir
Jalalain

(Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri) tanpa harta dan tanpa pembantu yang dapat membelanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 95 |

Penjelasan ada di ayat 88

Surat Maryam |19:96|

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَٰنُ وُدًّا

innallażiina aamanuu wa 'amilush-shooliḥaati sayaj'alu lahumur-roḥmaanu wuddaa

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).

Indeed, those who have believed and done righteous deeds - the Most Merciful will appoint for them affection.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang)

di antara sesama mereka; mereka saling kasih-mengasihi dan sayang-menyayangi dan Allah swt. mencintai mereka semuanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 96 |

Tafsir ayat 96-98

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia menjadikan untuk hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh, yaitu amal-amal yang diridai oleh Allah Swt. karena mengikuti tuntunan syariat Nabi Muhammad Saw.

sebagai orang-orang yang dikasihi dan dicintai di kalangan hamba-hamba-Nya yang saleh. Hal ini merupakan suatu kepastian yang telah ditetapkan oleh-Nya, dan telah disebutkan perihalnya oleh banyak hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan melalui berbagai jalur.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، حَدَّثَنَا سُهَيْل، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: يَا جِبْرِيلُ، إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ. قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ". قَالَ: "ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا". قَالَ: "فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: يَا جِبْرِيلُ، إِنِّي أبغضُ فُلَانًا فَأَبْغِضْهُ". قَالَ: "فَيَبْغَضُهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يَبْغَضُ فُلَانًا فَأَبْغِضُوهُ". قَالَ: "فيُبْغضُه أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الْأَرْضِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, telah menceritakan kepada kami Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

Sesungguhnya Allah Swt. apabila mencintai seorang hamba-(Nya), maka Dia memanggil Malaikat Jibril dan berfirman kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya Aku menyukai si Fulan, maka cintailah dia.”Jibril mencintainya,

kemudian ia berseru ke segenap penduduk langit, bahwa sesungguhnya Allah menyukai si Fulan, makasukailah dia oleh kalian. Maka seluruh penduduk langit mencintainya, kemudian diletakkanlah baginya cinta dan kasih sayang di bumi

dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba-(Nya), maka Dia memanggil Malaikat Jibril dan berfirman kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia olehmu.” Maka Malaikat Jibril membencinya,

kemudian ia berseru ke segenap penduduk langit, bahwa sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah dia oleh kalian. Maka seluruh penduduk langit membencinya, kemudian diletakkanlah baginya kebencian di bumi.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Suhail. Dan Imam Ahmad serta Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Juraij, dari Musa ibnu Atabah, dari Nafi' maula Ibnu Umar, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، حَدَّثَنَا مَيْمُونٌ أَبُو مُحَمَّدٍ الْمَرْئِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ الْمَخْزُومِيُّ، عَنْ ثَوْبَانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَلْتَمِسُ مَرْضَاتَ اللَّهِ، فَلَا يَزَالُ كَذَلِكَ فَيَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، لِجِبْرِيلَ: إِنَّ فُلَانًا عَبْدِي يَلْتَمِسُ أَنْ يُرْضِيَنِي؛ أَلَا وَإِنَّ رَحْمَتِي عَلَيْهِ، فَيَقُولُ جِبْرِيلُ: "رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى فُلَانٍ"، وَيَقُولُهَا حَمَلَةُ الْعَرْشِ، وَيَقُولُهَا مَنْ حَوْلَهُمْ، حَتَّى يَقُولَهَا أَهْلُ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ، ثُمَّ يَهْبِطُ إِلَى الْأَرْضِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Maimun Abu Muhammad Al-Mura-i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abbad Al-Makhzumi,

dari Sauban r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Bilamana seorang hamba mencari rida Allah Swt. dan terus-menerus mencarinya tanpa henti, maka Allah Swt. berfirman kepada Jibril, "Sesungguhnya si Fulan, hamba-Ku,

sedang mencari rida-Ku. Ingatlah, sesungguhnya rahmat-Ku tercurahkan kepadanya.” Maka Malaikat Jibril berkata, "Rahmat Allah tercurahkan kepada si Fulan.” Lalu kalimat yang sama dikatakan oleh para malaikat penyanggah Arasy,

dan dikatakan pula oleh para malaikat yang di sekeliling mereka, hingga semua penduduk langit yang tujuh mengatakannya. Kemudian Malaikat Jibril turun ke bumi.Hadis berpredikat garib, mereka tidak mengetengahkannya melalui jalur ini.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا شَرِيك، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدٍ الْوَاسِطِيِّ، عَنْ أَبِي ظَبْيَة، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْمِقَةَ مِنَ اللَّهِ -قَالَ شَرِيكٌ: هِيَ الْمَحَبَّةُ-وَالصِّيتَ مِنَ السَّمَاءِ، فَإِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا قَالَ لِجِبْرِيلَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ: إِنَّ رَبَّكُمْ يَمِقُ -يَعْنِي: يُحِبُّ-فُلَانًا، فَأَحِبُّوهُ -وَأَرَى شَرِيكًا قَدْ قَالَ: فَتُنَزَّلُ لَهُ الْمَحَبَّةُ فِي الْأَرْضِ-وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا قَالَ لِجِبْرِيلَ: إِنِّي أَبْغَضُ فُلَانًا فَأَبْغِضْهُ"، قَالَ: "فَيُنَادِي جِبْرِيلُ: إِنَّ رَبَّكُمْ يَبْغَضُ فُلَانًا فَأَبْغِضُوهُ". قَالَ: أَرَى شَرِيكًا قَدْ قَالَ: فَيَجْرِي لَهُ الْبُغْضُ فِي الْأَرْضِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Muhammad ibnu Sa'd Al-Wasiti, dari Abu Zabyah, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Sesungguhnya cinta itu berasal dari Allah dan ketenarannya dari langit. Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia ber­firman kepada Malaikat Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai Fulan.” Maka Jibril berseru,

Sesungguhnya Tuhan kalian mencintai si Fulan, maka cintailah dia oleh kalian.” (Aswad ibnu Amir mengatakan, ia teringat bahwa Syarik mengatakan bahwa lalu turunlah kecintaan baginya di bumi). Dan apabila Allah membenci seorang hamba,

maka Dia berfirman kepada Jibril, "Sesungguhnya Aku membenci si Fulan, maka bencilah dia olehmu.” Kemudian Jibril berseru (ke segenap malaikat yang ada di langit), "Sesungguhnya Tuhan kalian membenci si Fulan,

maka bencilah dia oleh kalian.” (Syarik mengatakan), bahwa lalu diturunkanlah kebencian baginya di bumi. Hadis berpredikat garib, mereka (para ahli hadis) tidak ada yang mengetengahkannya.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الحَفَريّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ -يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ، وَهُوَ الدَّرَاوَرْدي-عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ: إِنِّي قَدْ أَحْبَبْتُ فُلَانًا، فَأَحِبَّهُ، فَيُنَادِي فِي السَّمَاءِ، ثُمَّ يُنَزِّلُ لَهُ الْمَحَبَّةَ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ، فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, dari Sahl ibnu Abu Saleh,

dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bersabda: Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.”

Lalu Jibril berseru ke segenap penduduk langit, setelah itu diturunkanlah baginya kecintaan di bumi. Yang demikian itu adalah makna dari firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,

kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Abdullah ibnu Qutaibah, dari Ad-Darawardi dengan sanad yang sama.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi sahih. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka

rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Bahwa wuddan artinya kasih sayang. Mujahid mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan kasih sayang kepada mereka, yakni manusia di dunia mencintai mereka.

Sa!id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mencintai orang-orang mukmin dan orang-orang mukmin mencintai mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, serta lain-lainnya.

Al-Aufi telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa kasih sayang dari orang-orang muslim di dunia dan rezeki yang baik serta lisan yang benar. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Bahwa demi Allah, yang dimaksud ialah kasih sayang

di dalam hati ahli iman. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Haram ibnu Hayyan pernah mengatakan, "Tidak sekali-kali seorang hamba menghadapkan segenap kalbunya kepada Allah, melainkan Allah akan menjadikan kalbu

hamba-hamba-Nya yang beriman menyukainya, sehingga Allah memberinya rezeki kasih sayang kepadanya dari mereka."Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang hamba pun yang beramal baik atau amal buruk,

melainkan Allah memakaikan kepadanya buah dari amal perbuatannya yang melekat pada tubuhnya bagai kain selendang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami

Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan Al-Basri rahimahullah yang mengatakan bahwa seorang lelaki berkata, "Demi Allah, aku benar-benar akan beribadah kepada Allah yang kelak membuat diriku menjadi buah bibir

orang banyak." Sejak itu tidaklah ia terlihat di waktu salat, melainkan sedang dalam keadaan mengerjakan salat. Dan ia selalu menjadi orang pertama yang masuk ke dalam masjid serta orang terakhir yang ke luar darinya;

ia lakukan semuanya itu tanpa rasa sombong. Tujuh bulan telah berlalu, sedangkan ia dalam keadaan demikian; dan bila ia lewat di hadapan kaum, maka kaum mengatakan, "Lihatlah orang yang pamer dengan ibadahnya ini."

Kemudian ia sadar, lalu berjanji kepada dirinya sendiri bahwa perbuatannya itu hanyalah membuat dirinya disebut-sebut dengan sebutan yang buruk. Maka ia berjanji bahwa sungguh sejak saat itu ia mengikhlaskan amalnya karena Allah Swt.

semata. Setelah membalikkan niatnya itu, ia beramal sebagaimana biasanya tanpa menambah dari apa yang ia amalkan sebelumnya. Kemudian pada suatu hari ia melewati kaum itu, dan ternyata mereka mengatakan,

"Semoga Allah merahmati si Fulan sekarang." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membaca firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan

dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah asar bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan hijrah yang dilakukan oleh Abdur Rahman ibnu Auf; pendapat yang mengatakan demikian adalah keliru,

karena sesungguhnya surat ini seluruhnya adalah Makkiyyah, tidak ada suatu ayat pun dari surat ini diturunkan sesudah hijrah. Bila ada riwayat yang mengatakan demikian, maka sanadnya lemah dan tidak sahih. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


{فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ}


Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu. (Maryam: 97) Hai Muhammad, sesungguhnya Kami mudahkan Al-Qur'an ini dengan bahasa Arab yang jelas, fasih lagi sempurna.


{لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ}


agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa. (Maryam: 97) Yakni orang-orang yang taat kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya.


{وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا}


dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. Maryam: 97) Yaitu kaum yang menyimpang dari jalan yang hak dan cenderung kepada kebatilan. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid,

bahwa makna kaum yang membangkang ialah kaum yang tidak lurus. As-Sauri telah meriwayatkan dari Ismail (yakni As-Saddi), dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar kamu memberi peringatan dengannya

kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yakni kaum yang menyimpang dari jalan yang hak. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-aladd ialah kaum yang bersikap memusuhi. Al-Qurazi mengatakan bahwa

al-aladd artinya pendusta. Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yaitu kaum yang tuli. Sedangkan menurut lainnya adalah tuli pendengaran hatinya,

yakni hatinya menolak perkara yang hak dan tidak mau mendengarkannya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Quraisy.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yaitu kaum yang pendurhaka. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-aladd artinya banyak berbuat aniaya, lalu ia membaca firman-Nya: padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204) Adapun firman Allah Swt.:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ}


Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. (Maryam: 98) yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya.


{هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا}


Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? (Maryam: 98) Yakni apakah kamu melihat seseorang dari mereka.


أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا


atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar. (Maryam: 98) Menurut Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid, Rikzan artinya suara. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan,

bahwa apakah kamu melihat seseorang atau mendengar suara (mereka). Ar-rikzu menurut istilah bahasa artinya suara yang samar-samar, seperti pengertian yang ada dalam bait syair yang mengatakan:


فَتَوجست رِكْز الْأَنِيسِ فَرَاعَها ... عَنْ ظَهْر غَيب والأنيسُ سَقَامُها ...


Ia merindukan bisikan kekasih yang telah pergi darinya, kini ia dilanda sakit rindu.

Surat Maryam |19:97|

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا

fa innamaa yassarnaahu bilisaanika litubasysyiro bihil-muttaqiina wa tunżiro bihii qoumal luddaa

Maka sungguh, telah Kami mudahkan (Al-Qur´an) itu dengan bahasamu (Muhammad), agar dengan itu engkau dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan kepada kaum yang membangkang.

So, [O Muhammad], We have only made Qur'an easy in the Arabic language that you may give good tidings thereby to the righteous and warn thereby a hostile people.

Tafsir
Jalalain

(Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan dia) Alquran itu (dengan bahasamu) bahasa Arab (agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Alquran itu kepada orang-orang yang bertakwa)

yaitu orang-orang yang beruntung memperoleh iman (dan agar kamu memberi peringatan) menakut-nakuti (dengannya kepada kaum yang membangkang).

Lafal Luddan adalah bentuk jamak dari lafal Aladdun artinya banyak membantah dengan kebatilan, mereka adalah orang-orang kafir Mekah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 97 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Maryam |19:98|

وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا

wa kam ahlaknaa qoblahum ming qorn, hal tuḥissu min-hum min aḥadin au tasma'u lahum rikzaa

Dan berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka. Adakah engkau (Muhammad) melihat salah seorang dari mereka atau engkau mendengar bisikan mereka?

And how many have We destroyed before them of generations? Do you perceive of them anyone or hear from them a sound?

Tafsir
Jalalain

(Dan berapa banyak) banyak sekali (telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka) umat-umat di masa silam disebabkan kedustaan mereka terhadap Rasul

(Adakah kamu melihat) menemukan (seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar) Tentu saja tidak.

Sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat di masa silam maka niscaya pula Kami akan membinasakan mereka, disebabkan kekafiran mereka itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Maryam | 19 : 98 |

Penjelasan ada di ayat 96

Surat Ta-Ha |20:1|

طه

thoo haa

Thaha.

Ta, Ha.

Tafsir
Jalalain

(Tha Ha) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 1 |

Tafsir ayat 1-8

Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada per­mulaan surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Syaibah Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Salim Al-Aftas,

dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Thaha artinya 'hai lelaki!'. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ata, Muhammad ibnu Ka'b, Abu Malik, Atiyyah Al-Aufi,

Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Abza. Mereka semua mengatakan bahwa Thaha artinya 'hai lelaki!'. Menurut riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, dan As-Sauri, Thaha adalah suatu kalimat

dengan bahasa Nabat yang artinya 'hai lelaki'!.Abu Saleh mengatakan bahwa Thaha adalah kalimat yang telah diarahkan dari bahasa lain. Al-Qadi Iyad di dalam kitabnya Asy-Syifa telah meriwayatkan melalui jalur Abdu ibnu Humaid

di dalam kitab tafsirnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim. Dari Ibnu Ja'far, dari Ar-Rabi' ibnu Anas yang mengatakan bahwa Nabi Saw. apabila hendak salat beliau berdiri dengan satu kaki,

sedangkan kaki lainnya diangkat. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Thaha. (Thaha: 1) Yakni hai Muhammad, jejakkanlah kedua kakimu ke bumi. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2)

Kemudian Al-Qadi Iyad mengatakan, "Tidak samar lagi bahwa sikap tersebut mengandung pengertian yang menunjukkan penghormatan dan etika yang baik." Firman Allah Swt.:


{مَا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى}


Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa ketika Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an kepada Rasul-Nya, dan Rasul beserta para sahabatnya

mengamalkannya, maka orang-orang musyrik berkata bahwa tidak sekali-kali Allah menurunkan Al-Qur'an ini kepada Muhammad me­lainkan agar dia menjadi susah. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Thaha.

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 1-3) Padahal duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang didugakan

oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur'an, bahkan barang siapa yang di beri ilmu oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menghendaki baginya kebaikan yang banyak, dan ilmu itu adalah wahyu Al-Qur'an.

Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Mu'awiyah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda.


"مَنْ يُرد اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُهُ فِي الدِّينِ".


Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah menjadikannya pandai dalam agama. Alangkah baiknya hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani sehubungan dengan hal ini. Ia mengatakan:


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زُهَيْرٍ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ الطَّالَقَانِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سِمَاك بْنِ حَرْبٍ، عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يقول اللَّهُ تَعَالَى لِلْعُلَمَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا قَعَدَ عَلَى كُرْسِيِّهِ لِقَضَاءِ عِبَادِهِ: إِنِّي لَمْ أَجْعَلْ عِلْمِي وَحِكْمَتِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أَغْفِرَ لَكُمْ عَلَى مَا كَانَ مِنْكُمْ، وَلَا أُبَالِي"


telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Sufyan,

dari Sammak ibnu Harb, dari Sa'labah ibnul Hakam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Allah Swt. berfirman kepada para ulama kelak di hari kiamat, yaitu bilamana Dia telah duduk di atas Kursi-Nya

untuk menjalankan peradilan terhadap hamba-hamba-Nya, "Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menganugerahkan ilmu dan hikmah-Ku kepada kalian, melainkan dengan maksud Aku hendak memberikan ampunan kepada kalian

terhadap semua (dosa) yang kalian lakukan tanpa peduli.” Sanad hadis berpredikat jayyid (baik), dan Sa'labah ibnul Hakam yang disebutkan dalam sanad hadis adalah Al-Laisi, disebutkan dengan sebutan yang baik oleh

Abu Amr di dalam kitab Isti'ab-nya. Ia mengatakan bahwa ia tinggal di Basrah, kemudian pindah ke Kufah; dan telah mengambil riwayat darinya Sammak ibnu Harb. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ}


karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20) Tersebutlah bahwa sebelumnya mereka menggantungkan tali pada dada mereka dalam salatnya (agar jangan mengantuk). Qatadah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Tidak, demi Allah, Allah tidak menjadikan Al-Qur'an baginya sebagai kesusahan. Tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk ke surga.


{إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى}


tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 3) Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an)-Nya dan mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat buat hamba-hamba-Nya, agar orang ingat kepada-Nya,

dan mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah. Al-Qur'an adalah peringatan yang diturunkan oleh Allah, di dalamnya disebutkan halal dan haram. Firman Allah Swt.:


{تَنزيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا}


yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Thaha: 4) Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, hai Muhammad, adalah dari Tuhanmu, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya serta Yang Maha­kuasa

atas apa yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menciptakan bumi yang datar lagi padat (tebal), dan Dialah yang menciptakan langit yang tinggi lagi lembut (tidak kelihatan) Di dalam hadis yang dinilai sahih oleh Imam Turmuzi dan lain-lainnya

disebutkan bahwa ketebalan setiap langit sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan antara permukaan suatu langit ke langit yang lainnya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun.

Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah mengetengahkan Hadisul Au’lai melalui riwayat Al-Abbas, paman Rasulullah.Firman Allah Swt.:


{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}


(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah Yang istiwa di atas 'Arasy. (Thaha: 5) Mengenai pembahasan makna istiwa telah disebutkan di dalam surat Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini. Dan pemahaman yang lebih aman

dalam mengartikan makna lafaz ini (yang menurut makna asalnya ialah bersemayam) adalah menurut pemahaman ulama Salaf, yaitu memberlakukan makna hal yang seperti ini dari KitabulIah maupun sunnah Rasul Saw.

dengan pengertian yang tidak dibarengi dengan penggambaran, tidak diselewengkan, tidak diserupakan, tidak dikurangi, tidak pula dimisalkan. Firman Allah Swt.:


{لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى}


Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit dan yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6) Yakni semua adalah milik Allah, berada dalam genggaman kekuasaan­Nya,

dan berada dalam pengaturan-Nya, kehendak dan keinginan serta hukum-Nya. Dialah Yang Menciptakan semuanya, Yang Memilikinya, dan yang menjadi Tuhannya; tiada Tuhan selain Dia. Firman Allah Swt.:


{وَمَا تَحْتَ الثَّرَى}


dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6) Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua yang ada di bawah bumi lapis ketujuh. Al-Auza'i mengatakan, sesungguhnya Yahya ibnu Abu Kasir pernah menceritakan

kepadanya bahwa Ka'b pernah ditanya, "Apakah yang ada di bawah bumi ini?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab.”Tanah." Ditanyakan lagi.”Apakah yang ada di bawah tanah?"

Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab,

"Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab,

"Batu besar." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah batu besar?" Ka'b menjawab, "Malaikat". Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah Malaikat?" Ka'b menjawab, "Ikan yang menggantungkan buntutnya ke ' Arasy.

" Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah ikan itu?" Ka'b menjawab, "Udara dan kegelapan," lalu terputuslah pengetahuannya sampai di sini.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ الله بن أخي بن وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاش، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ دَرَّاج، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْأَرَضِينَ بَيْنَ كُلِّ أَرْضٍ وَالَّتِي تَلِيهَا مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَالْعُلْيَا مِنْهَا عَلَى ظَهْرِ حُوتٍ، قَدِ الْتَقَى طَرَفَاهُ فِي السَّمَاءِ، وَالْحُوتُ عَلَى صَخْرَةٍ، وَالصَّخْرَةُ بِيَدِ الْمَلَكِ، وَالثَّانِيَةُ سِجْنُ الرِّيحِ، وَالثَّالِثَةُ فِيهَا حِجَارَةُ جَهَنَّمَ، وَالرَّابِعَةُ فِيهَا كِبْرِيتُ جَهَنَّمَ، وَالْخَامِسَةُ فِيهَا حَيَّاتُ جَهَنَّمَ وَالسَّادِسَةُ فِيهَا عَقَارِبُ جَهَنَّمَ، وَالسَّابِعَةُ فِيهَا سَقَر، وَفِيهَا إِبْلِيسُ مُصَفّد بالحديد، يد أمامه ويد خلفه، فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُطْلِقَهُ لِمَا يَشَاءُ أَطْلَقُهُ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah keponakanku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami

Abdullah ibnu Sulaiman, dari Darij, dari Isa ibnu Hilal As-Sadfi, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya bumi itu berlapis-lapis; jarak antara satu lapis dengan lapis lainnya

sama dengan perjalanan lima ratus tahun. Lapisan yang paling atas darinya berada di atas punggung ikan besar yang kedua sisinya (ekor dan kepalanya) bertemu di langit, sedangkan ikan itu berada di atas batu yang mahabesar,

dan batu besar berada di tangan malaikat. Lapis yang kedua adalah tempat penahanan angin, lapis yang ketiga mengandung batu-batuan Jahanam, lapis yang keempat me­ngandung kibrit (fosfor) neraka Jahanam,

lapis yang kelima dihuni oleh ular-ular Jahanam, lapis yang keenam dihuni oleh kalajengking Jahanam, dan lapis yang ketujuh terdapat saqar dan juga iblis yang dibelenggu dengan besi; salah satu dari tangannya dikedepankan,

sedangkan yang satunya lagi dikebelakangkan; apabila Allah bermaksud melepaskannya untuk sesuatu yang dikehendaki-Nya, maka Dia melepaskannya."Hadis ini berpredikat garib sekali. Mengenai predikat marfu'-nya masih diragukan.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْهَرَوِيُّ، عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ الْفَضْلِ [قَالَ] : قُلْتُ: ابْنُ الْفَضْلِ الْأَنْصَارِيُّ؟ قَالَ: نَعَمْ، [عَنِ الْقَاسِمِ] بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، فَأَقْبَلْنَا رَاجِعِينَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، فَنَحْنُ مُتَفَرِّقُونَ بَيْنَ وَاحِدٍ وَاثْنَيْنِ، مُنْتَشِرِينَ، قَالَ: وَكُنْتُ فِي أَوَّلِ الْعَسْكَرِ: إِذْ عَارَضَنَا رَجُلٌ فَسَلّم ثُمَّ قَالَ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ؟ وَمَضَى أَصْحَابِي وَوَقَفْتُ مَعَهُ، فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قد أَقْبَلَ فِي وَسَطِ العَسْكَر عَلَى جَمَلٍ أَحْمَرَ، مُقَنَّع بِثَوْبِهِ عَلَى رَأْسِهِ مِنَ الشَّمْسِ، فَقُلْتُ: أَيُّهَا السَّائِلُ، هَذَا رَسُولُ اللَّهِ قَدْ أَتَاكَ. فَقَالَ: أَيُّهُمْ هُوَ؟ فَقُلْتُ: صَاحِبُ البَكْر الْأَحْمَرِ. فَدَنَا مِنْهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِ رَاحِلَتِهُ، فَكَفَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فقال: أَنْتَ مُحَمَّدٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكَ عَنْ خِصَالٍ، لَا يَعْلَمُهُنَّ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَلْ عَمَّا شِئْتَ". فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَيَنَامُ النَّبِيُّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ". قَالَ: صَدَقْتَ. ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مِنْ أَيْنَ يُشْبِهُ الْوَلَدُ أَبَاهُ وَأُمَّهُ؟ قَالَ مَاءَ الرَّجُلِ أَبْيَضُ غَلِيظٌ، وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ رَقِيقٌ، فَأَيُّ الْمَاءَيْنِ غَلَبَ عَلَى الْآخَرِ نَزَعَ الْوَلَدُ". فَقَالَ صَدَقْتَ. فَقَالَ: مَا لِلرَّجُلِ مِنَ الْوَلَدِ وَمَا لِلْمَرْأَةِ مِنْهُ؟ فَقَالَ: "لِلرَّجُلِ الْعِظَامُ وَالْعُرُوقُ وَالْعَصَبُ، وَلِلْمَرْأَةِ اللَّحْمُ وَالدَّمُ وَالشَّعْرُ قَالَ: صَدَقْتَ. ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَا تَحْتَ هَذِهِ، يَعْنِي الْأَرْضَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلْقٌ". فَقَالَ: فَمَا تَحْتَهُمْ؟ قَالَ: "أَرْضٌ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْأَرْضِ؟ قَالَ "الْمَاءُ" قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْمَاءِ؟ قَالَ: "ظُلْمَةٌ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الظُّلْمَةِ؟ قَالَ: "الْهَوَاءُ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْهَوَاءِ؟ قَالَ: "الثَّرَى". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الثَّرَى؟ فَفَاضَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبُكَاءِ، وَقَالَ: "انْقَطَعَ عِلْمُ الْمَخْلُوقِينَ عِنْدَ عِلْمِ الْخَالِقِ، أَيُّهَا السَّائِلُ، مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ". قَالَ: فَقَالَ: صَدَقْتَ، أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيُّهَا النَّاسُ، هَلْ تَدْرُونَ مَنْ هَذَا؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "هَذَا جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab Musnad-nya, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Musa Al-Harawi, dari Al-Abbas ibnul Fadl. Abu Ya'la bertanya, "Apakah dia adalah Ibnul Fadl Al-Ansari?" Abu Musa Al-Harawi menjawab,

"Ya." Dia meriwayatkan dari Al-Qasim yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Rasulullah Saw. dalam perang Tabuk. Ketika kaum muslim yang terlibat dalam perang tabuk itu pulang di hari yang panas sekali, dan kaum muslim berjalan

secara berpencar. Perawi saat itu berada di bagian paling depan dari pasukan kaum muslim. Tiba-tiba ada seorang lelaki berpapasan dengan kami, lalu lelaki itu bertanya, "Siapakah di antara kalian yang bernama Muhammad?" Teman-temanku

meneruskan perjalanannya, sedangkan aku berhenti meladeni lelaki itu. Tiba-tiba Rasulullah Saw. muncul di tengah pasukan kaum muslim dengan mengendarai unta merah seraya menutupi kepalanya dari sengatan panas matahari yang terik.

Lalu saya berkata kepada lelaki itu, "Hai kamu yang bertanya, inilah Rasulullah Saw. telah tiba menuju ke arahmu!" Lelaki itu bertanya, "Siapakah dia di antara mereka?" Aku menjawab, "orang yang mengendarai unta merah."

Lelaki itu mendekatinya dan memegang tali kendali untanya. Maka unta yang dikendarai oleh Nabi Saw. berhenti, dan lelaki itu bertanya, "Engkaukah yang bernama Muhammad?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya

aku hendak bertanya kepadamu tentang beberapa perkara yang tiada seorang pun dari kalangan penduduk bumi mengetahuinya kecuali hanya seorang atau dua orang saja." Rasulullah Saw. bersabda, "Tanyakanlah apa yang kamu

kehendaki!" Lelaki itu berkata, "Hai Muhammad, apakah seorang nabi tidur?" Rasulullah Saw. menjawab, "Kedua matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur." Si lelaki berkata, "Engkau benar." Kemudian lelaki itu bertanya, "Hai Muhammad,

mengapa anak itu mirip ayahnya dan (adakalanya) mirip ibunya?" Rasulullah Saw. menjawab: Air mani lelaki putih lagi kental, sedangkan air mani wanita kuning lagi encer. Maka mana saja di antara kedua air mani itu yang mengalahkan lainnya,

anak tersebut akan lebih mirip kepadanya. Lelaki itu berkata, "Engkau benar." Lalu ia bertanya, "Apa sajakah yang di­ciptakan dari air mani lelaki dan air mani perempuan dalam tubuh anaknya?" Maka Rasulullah Saw. bersabda:

Air mani laki-laki membentuk tulang dan urat-urat serta otot-otot, sedangkan air mani wanita membentuk daging, darah, dan rambut. Lelaki itu berkata, "Engkau benar." Kemudian lelaki itu bertanya, "Hai Muhammad,

apakah yang ada di bawah tanah ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Makhluk." Lelaki itu bertanya, Di bawah mereka itu ada apa?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bumi." Lelaki itu bertanya, "Apakah yang ada di bawah bumi itu?" Rasulullah Saw.

menjawab, "Air." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah air itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Kegelapan." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah kegelapan itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Udara." Ia bertanya,

"Apakah yang ada di bawah udara itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bumi." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah bumi itu?" Rasulullah Saw. menangis dan bersabda, "Hanya sampai di situlah pengetahuan makhluk bila dibanding­kan

dengan pengetahuan Pencipta. Hai orang yang bertanya, tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Lelaki itu berkata, "Engkau benar, saya bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.

" Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Hai manusia, tahukah kalian siapakah orang ini?" Mereka menjawab," Hanya Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda,"Orang ini adalah Jibril a.s.

Hadis berpredikat garib sekali, dan konteksnya sangat aneh, ia hanya diriwayatkan oleh Al-Qasim ibnu Abdur Rahman. Yahya ibnu Mu'in mengatakan tentangnya, bahwa ia adalah orang yang tidak pantas menjadi rawi hadis.

Abu Hatim Ar-Razi menilainya daif; sedangkan menurut Ibnu Addi, Al-Qasim ibnu Abdur Rahman adalah perawi yang tidak dikenal.Menurut kami hadis ini bercampur aduk, sesuatu dimasukkan ke dalam sesuatu yang lain,

dan suatu hadis dimasukkan ke dalam hadis lainnya menjadi satu. Dapat dikatakan bahwa perawinya sengaja melakukan pencampuradukan itu atau memasukkan ke dalamnya sesuatu yang lain. Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


{وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}


Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Yakni Al-Qur'an ini diturunkan oleh Tuhan yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,

yang mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا}


Katakanlah, "Al-Qur'an ini diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furqan: 6) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas

sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Yang dimaksud dengan rahasia ialah apa yang disembunyikan oleh anak Adam dalam hatinya, sedangkan yang lebih tersembunyi ialah

apa yang tidak diketahui oleh anak Adam, padahal ia yang mengerjakannya. Maka Allah mengetahui kesemuanya itu. Pengetahuan Allah tentang apa yang telah berlalu dari hal ini dan apa yang akan datang meliputi semuanya,

dan semua makhluk bagi Allah dalam hal ini sama dengan salah satu dari mereka. Seperti yang disebutkan oleh Firman-Nya dalam ayatyang lain, yaitu:


{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}


Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28) Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Arti sirr ialah sesuatu yang dibicarakan olehmu dalam dirimu, sedangkan akhfa ialah sesuatu yang belum kamu bicarakan dalam dirimu. Sa'id ibnu Jubair mengatakan,

"Anda mengetahui apa yang Anda rahasiakan hari ini, tetapi Anda tidak akan mengetahui apa yang bakal Anda rahasiakan keesokan harinya. Allah mengetahui apa yang Anda rahasiakan hari ini dan apa yang akan Anda rahasiakan

keesokan harinya. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Akhfa" bahwa yang dimaksud dengannya ialah bisikan hati. Dan ia serta Sa'id ibnu Jubair mengatakan pula bahwa akhfa artinya sesuatu yang dilakukan oleh manusia tanpa diniatkannya dahulu dalam hatinya. Firman Allah Swt.:


{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}


Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang baik). (Thaha: 8) Yakni Tuhan Yang menurunkan Al-Qur'an kepadamu. Dialah Allah Yang tidak ada Tuhan selain Dia Yang mempunyai nama-nama

yang baik dan sifat-sifat yang tinggi. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan asma-ul husna ini berikut keterangannya, yaitu dalam tafsir ayat-ayat terakhir dari surat Al-A'raf.

Surat Ta-Ha |20:2|

مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ

maaa anzalnaa 'alaikal-qur`aana litasyqooo

Kami tidak menurunkan Al-Qur´an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah,

We have not sent down to you the Qur'an that you be distressed

Tafsir
Jalalain

(Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu) hai Muhammad (agar kamu menjadi susah) supaya kamu letih dan payah disebabkan apa yang kamu kerjakan sesudah ia diturunkan,

sehingga kamu harus berkepanjangan berdiri di dalam melakukan sholat malam. Maksudnya berilah kesempatan istirahat bagi dirimu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 2 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:3|

إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَىٰ

illaa tażkirotal limay yakhsyaa

melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

But only as a reminder for those who fear [Allah] -

Tafsir
Jalalain

(Tetapi) Kami turunkan Alquran ini (sebagai peringatan) melalui apa yang dikandungnya (bagi orang yang takut) kepada Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 3 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:4|

تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى

tanziilam mim man kholaqol-ardho was-samaawaatil-'ulaa

diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi,

A revelation from He who created the earth and highest heavens,

Tafsir
Jalalain

(Yaitu diturunkan) lafal Tanziilan ini menjadi Badal dari lafal Fi'il yang menashabkannya, yakni Nazzalahu Tanziilan (dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi).

Lafal Al 'Ula merupakan bentuk jamak dari kata 'Ulyaa, keadaannya sama dengan lafal Kubraa dan Kubar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 4 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:5|

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

ar-roḥmaanu 'alal-'arsyistawaa

(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy.

The Most Merciful [who is] above the Throne established.

Tafsir
Jalalain

Yaitu (Tuhan Yang Maha Pengasih, yang di atas Arasy) lafal Arasy ini menurut pengertian bahasa diartikan singgasana raja (berkuasa) yakni bersemayam sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 5 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:6|

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَىٰ

lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi wa maa bainahumaa wa maa taḥtaṡ-ṡaroo

Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di Bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah.

To Him belongs what is in the heavens and what is on the earth and what is between them and what is under the soil.

Tafsir
Jalalain

(Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya) yakni makhluk-makhluk yang ada di antara keduanya

(dan semua yang di bawah tanah) yaitu lapisan tanah yang masih basah, yang dimaksud adalah di bawah semua lapisan bumi yang tujuh, karena lapisan bumi yang berjumlah tujuh itu berada di bawah lapisan tanah yang basah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 6 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:7|

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

wa in taj-har bil-qouli fa innahuu ya'lamus-sirro wa akhfaa

Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.

And if you speak aloud - then indeed, He knows the secret and what is [even] more hidden.

Tafsir
Jalalain

(Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu) di dalam berzikir atau berdoa, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan suara keras engkau sewaktu melakukan hal tersebut

(maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi) daripada rahasia, maksudnya adalah semua apa yang ada dalam hati manusia

yang tidak diungkapkannya, maka janganlah engkau memayahkan dirimu dengan mengeraskan suaramu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 7 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:8|

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

allohu laaa ilaaha illaa huw, lahul-asmaaa`ul-ḥusnaa

(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.

Allah - there is no deity except Him. To Him belong the best names.

Tafsir
Jalalain

(Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai Asmaulhusna) jumlahnya sebanyak yang disebutkan di dalam hadis yaitu

sembilan puluh sembilan nama-nama yang baik. Lafal Al Husna bentuk Muannats daripada lafal Al Ahsan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 8 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Ta-Ha |20:9|

وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَىٰ

wa hal ataaka ḥadiiṡu muusaa

Dan apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?

And has the story of Moses reached you? -

Tafsir
Jalalain

(Apakah) telah (datang kepadamu kisah Musa)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 9 |

Tafsir ayat 9-10

Mulai dari sini Allah kembali menceritakan kisah Musa, saat pertama kalinya ia menerima wahyu dan saat dia diajak bicara langsung oleh Allah Swt. Demikian itu terjadi setelah Musa menyelesaikan masa perjanjian kontrak kerja

menggembalakan ternak terhadap mertuanya. Lalu Musa berjalan dengan keluarganya yang menurut suatu pendapat menyebutkan bahwa tujuannya adalah negeri Mesir, yaitu setelah dalam waktu yang lama ia meninggalkannya,

lebih dari sepuluh tahun. Dalam perjalanan itu Musa membawa istrinya.Musa sesat jalan, saat itu sedang musim dingin; lalu ia beristirahat di sebuah lereng bukit, sedangkan cuaca saat itu sangat dingin di sertai dengan kabut, awan,

dan gelapnya malam. Kemudian Musa membuat api dengan batu pemantik apinya sebagaimana yang biasa dilakukan di masanya dalam menyalakan api. Akan tetapi, usahanya tidak membuahkan sepercik api pun.

Ketika Musa dalam keadaan kedinginan, tiba-tiba ia melihat cahaya api yang bersumber dari arah Bukit Tur, yang ada di sebelah kanannya. Maka Musa berkata kepada keluarganya seraya menyenangkan hati mereka:


{إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ}


Sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepada kalian. (Thaha: 10) Yakni sebuah obor api. Di dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya dengan ungkapan lain, yaitu:


{أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ}


atau (membawa) suluh api. (Al-Qashash: 29) Yaitu obor api.


{لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ}


agar kalian dapat menghangatkan badan. (Al-Qashash: 29) Hal ini menunjukkan bahwa saat itu cuaca sangat dingin. Sedangkan yang disebutkan dalam ayat ini yaitu oleh firman-Nya, "Biqabasin, " yang artinya obor api; hal ini menunjukkan bahwa suasana malam itu sangat gelap. Firman Allah Swt.:


{أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى}


atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. (Thaha: 10) Yakni seseorang yang menunjukkan jalan kepadaku. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Musa a.s. saat itu sesat jalan. Hal ini seperti apa yang diriwayatkan oleh As-Sauri,

dari Abu Sa'd Al-A'war, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. (Thaha: 10) Yaitu seseorang yang memberikan petunjuk jalan kepadaku.

Mereka saat itu berada di musim dingin dan sesat jalan. Ketika Musa melihat api, ia berkata, "Jika aku tidak menjumpai seseorang yang menunjukkan kepadaku jalan yang sebenarnya, aku akan mendatangkan kepadamu api yang dapat dipakai untuk berdiang kalian."

Surat Ta-Ha |20:10|

إِذْ رَأَىٰ نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى

iż ro`aa naaron fa qoola li`ahlihimkuṡuuu inniii aanastu naarol la'alliii aatiikum min-haa biqobasin au ajidu 'alan-naari hudaa

Ketika dia (Musa) melihat api, lalu dia berkata kepada keluarganya, "Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."

When he saw a fire and said to his family, "Stay here; indeed, I have perceived a fire; perhaps I can bring you a torch or find at the fire some guidance."

Tafsir
Jalalain

(Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya) yakni kepada istrinya, ("Tinggallah kamu) di sini, hal itu terjadi sewaktu ia berada dalam perjalanan dari Madyan menuju ke negeri Mesir

(sesungguhnya aku melihat) menyaksikan (api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya untuk kalian) berupa obor yang dinyalakan pada sumbu atau kayu

(atau aku akan mendapatkan petunjuk di tempat itu") yang dapat menunjukkan jalan; karena pada saat itu Nabi Musa kehilangan arah jalan disebabkan gelapnya malam.

Nabi Musa mengungkapkan kata-katanya dengan memakai istilah La'alla yang artinya mudah-mudahan karena ia merasa kurang pasti dengan apa yang telah dijanjikannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 10 |

Penjelasan ada di ayat 9

Surat Ta-Ha |20:11|

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَىٰ

fa lammaaa ataahaa nuudiya yaa muusaa

Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil. "Wahai Musa!

And when he came to it, he was called, "O Moses,

Tafsir
Jalalain

(Maka ketika ia datang ke tempat api itu) yaitu di pohon 'Ausaj (ia dipanggil, "Hai Musa!)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 11 |

Tafsir ayat 11-16

Firman Allah Swt.:


{فَلَمَّا أَتَاهَا}


Maka ketika ia datang ke tempat api itu. (Thaha: 11) Maksudnya, mendekati tempat api yang menyala itu.


{نُودِيَ يَا مُوسَى}


ia dipanggil, "Hai Musa.” (Thaha: 11) Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ}


Diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah.”(Al-Qashash: 30) Sedangkan dalam ayat ini disebutkan:


{إِنِّي أَنَا رَبُّكَ}


Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu. (Thaha: 12) Yakni yang berbicara denganmu.


{فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ}


maka tanggalkanlah (lepaskanlah) kedua terompahmu. (Thaha: 12) Ali ibnu Abu Talib, Abu Zar, dan Abu Ayyub serta sahabat lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa kedua terompahnya itu terbuat dari kulit keledai

yang tidak disembelih. Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya Musa diperintahkan untuk melepaskan kedua terompahnya hanyalah demi memuliakan tanah yang Musa berada padanya. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa perintah ini

sama dengan perintah yang ditujukan kepada seseorang yang hendak memasuki Ka'bah. Menurut pendapat yang lainnya lagi, dimaksudkan agar Musa menginjak tanah suci itu dengan kedua telapak kakinya tanpa memakai terompah.

Dan pendapat yang lainnya lagi mengatakan selain itu. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Sehubungan dengan firman-Nya, "Tuwa, Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Tuwa adalah nama lembah.

Hal yang sama telah dikatakan pula oleh lainnya yang bukan hanya seorang. Berdasarkan pengertian demikian, berarti 'ataf disini adalah 'ataf bayan (penjelasan). Menurut pendapat lain, Tuwa maksudnya adalah kata perintah

untuk menginjak tanah dengan kedua telapak kaki (tanpa alas kaki). Menurut pendapat yang lainnya lagi, disebutkan demikian karena tempat itu disucikan sebanyak dua kali: Tuwa artinya tanah yang diberkati, penyebutannya

merupakan sebutan ulangan (dengan ungkapan lain). Akan tetapi, pendapat yang paling sahih adalah pendapat pertama. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى}


Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16) Adapun firman Allah Swt.:


{وَأَنَا اخْتَرْتُكَ}


Dan Aku telah memilih kamu. (Thaha: 13) Ayat ini semakna dengan firman-Nya:


{إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاتِي وَبِكَلامِي}


Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku. (Al-A'raf: 144) Yaitu melebihkan kamu di atas semua manusia di masanya.

Dengan kata lain, dapat pula diartikan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Musa a.s., "Hai Musa, tahukah kamu mengapa Aku mengistimewakan kamu hingga kamu dapat berbicara langsung dengan-Ku, bukan orang lain?"

Musa menjawab, "Tidak tahu." Allah berfirman, "Karena sesungguhnya Aku menghargai sikapmu yang rendah diri itu." Firman Allah Swt.:


{فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى}


Maka dengarkanlah apa yang diwahyukan kepadamu (Thaha: 13) Artinya sekarang dengarkanlah olehmu apa yang Aku firmankan melalui wahyu-Ku kepadamu ini:


{إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا}


Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku. (Thaha: 14) Ini merupakan kewajiban pertama bagi orang-orang mukalaf, yaitu hendaknya ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Firman Allah Swt.:


{فَاعْبُدْنِي}


maka sembahlah Aku. (Thaha: 14) Maksudnya, Esakanlah Aku dan sembahlah Aku tanpa mempersekutukan Aku.


{وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي}


dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (Thaha: 14) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah salatlah kamu untuk mengingat-Ku. Menurut pendapat lain, maksudnya ialah dirikanlah salat bilamana kamu ingat kepada-Ku. Makna yang kedua ini diperkuat oleh hadis yang dikemukakan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan:


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: "إِذَا رَقَد أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلَاةِ، أَوْ غَفَلَ عَنْهَا، فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا؛ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: {وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي}


telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna ibnu Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Apabila seseorang di antara kalian tertidur

hingga meninggalkan salatnya atau lupa kepada salatnya, hendaklah ia mengerjakannya saat mengingatnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"مَنْ نَامَ عَنْ صَلَاةٍ أَوْ نَسِيَهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا، لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ"


Barang siapa tidur meninggalkan salat (nya) atau lupa kepadanya, maka kifaratnya ialah mengerjakannya (dengan segera) manakala ingat kepadanya, tiada kifarat lain kecuali hanya itu. Firman Allah Swt.:


{إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ}


Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. (Thaha: 15) Yakni pasti akan datang dan pasti terjadi. Firman Allah Swt.:


{أَكَادُ أُخْفِيهَا}


Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaha: 15) Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan maknanya, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan berikut: "Aku hampir saja merahasiakan waktunya

terhadap diri-Ku sendiri." Makna yang dimaksud ialah bahwa waktu hari kiamat itu dirahasiakan oleh Allah Swt. terhadap semua makhluk. Dikatakan demikian karena tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah Swt. selamanya.

Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa bacaannya adalah: Min nafsihi (terhadap diri-Nya sendiri). Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Saleh, dan Yahya ibnu Rafi'.Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Aku merahasiakan (waktu(Thaha: 15) Artinya, Aku tidak akan memperlihatkan tentang waktunya kepada seorang pun selain diri-Ku sendiri. Menurut As-Saddi, tiada seorang pun

dari kalangan penduduk langit dan bumi, melainkan Allah merahasiakan terhadapnya tentang waktu hari kiamat. Ayat ini menurut bacaan Ibnu Mas'ud disebutkan seperti berikut: "Aku hampir menyembunyikan waktunya

terhadap diri-Ku sendiri." Dengan kata lain, Aku merahasiakan waktu hari kiamat terhadap semua makhluk; sehingga andaikan Aku dapat menyembunyikannya terhadap diri-Ku sendiri, tentulah Aku akan melakukannya.

Menurut pendapat yang lain bersumber dari Qatadah, disebutkan bahwa firman-Nya: Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaha: 15) Menurut suatu qiraat (bacaan) disebutkan, "Aku menyembunyikan waktu­nya dengan sengaja." Demi usiaku,

sesungguhnya Allah menyembunyikan waktunya terhadap para malaikat yang terdekat, para nabi, dan para rasul­Nya. Menurut kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ}


Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65) Dan firman Allah Swt.:


{ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً}


Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187) Yakni amatlah berat pengetahuan mengenainya bagi makhluk

yang ada di langit dan di bumi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Minjab, telah menceritakan kepada kami Abu Namilah, telah menceritakan kepadaku

Muhammad ibnu Sahl Al-Asadi, dari warga yang mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah membacakan kepadanya ayat berikut: Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaha: 15) dengan bacaan akhfiha yang artinya menampakkannya

yakni hampir-hampir Allah Swt. menampakkan pengetahuan mengenai waktu hari kiamat. Kemudian ia mengatakan bahwa tidakkah engkau pernah mendengar perkataan seorang penyair yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya:


دَأبَ شَهْرَين، ثُمَّ شَهْرًا دَمِيكًا ... بأريكَين يَخْفيان غَميرًا ...


Telah berlalu masa dua bulan, kemudian ditambah lagi satu bulan penuh tinggal di Arbakin dan tanam-tanaman mulai menguning. As-Saddi mengatakan bahwa al-gamir ialah tanaman basah yang tumbuh di pematang yang kering,

yakni tanamannya sudah mulai masak. Arbakin nama sebuah tempat. Ad-damik satu bulan penuh. Syair ini dikatakan oleh Ka'b ibnu Zuhair. Firman Allah Swt.:


{لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى}


agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (Thaha: 15) Yakni Aku pasti mengadakan hari kiamat agar Aku melakukan pembalasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.


{فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ}


Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah: 7-8) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}


sesungguhnya kalian hanya diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Ath-Thur: 16) Adapun firman Allah Swt.:


{فَلا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى}


Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya. (Thaha: 16), hingga akhir ayat. Makna yang dimaksud ialah bahwa khitab dalam ayat ini ditujukan kepada setiap individu orang-orang mukallaf,

sekalipun lahiriahnya khitab ditujukan kepada Nabi Saw. Dengan kata lain, janganlah kalian mengikuti jalan orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari kiamat, mereka hanya mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi

lagi durhaka kepada Tuhannya serta mengikuti hawa nafsunya. Maka barang siapa yang mengikuti jejak mereka, sesungguhnya dia telah merugi dan kecewa.


{فَتَرْدَى}


yang menyebabkan kamu binasa. (Thaha: 16) Yakni kamu akan binasa dan hancur bila mengikuti jejak mereka, Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:


{وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى}


Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. (Al-Lail: 11)

Surat Ta-Ha |20:12|

إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ ۖ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى

inniii anaa robbuka fakhla' na'laiik, innaka bil-waadil-muqoddasi thuwaa

Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Tuwa.

Indeed, I am your Lord, so remove your sandals. Indeed, you are in the sacred valley of Tuwa.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Aku) dibaca Innii karena dengan menganggap lafal Nudiya bermakna Qiila. Dan bila dibaca Annii maka diperkirakan adanya huruf Ba sebelumnya

(inilah) lafal Anaa di sini berfungsi mentaukidkan makna yang terkandung di dalam Ya Mutakallim (Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu;

sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci) lembah yang disucikan, atau lembah yang diberkati (Thuwa) menjadi Badal atau 'Athaf Bayan. Kalau dibaca Thuwan

maka dianggap sebagai nama tempat saja dan jika dibaca Thuwa dalam bentuk lafal yang Muannats, maka dianggap sebagai nama daerah dan 'Alamiyah, sehingga tidak menerima harakat Tanwin.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 12 |

Penjelasan ada di ayat 11

Surat Ta-Ha |20:13|

وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ

wa anakhtartuka fastami' limaa yuuḥaa

Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).

And I have chosen you, so listen to what is revealed [to you].

Tafsir
Jalalain

(Dan Aku telah memilih kamu) dari kaummu (maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu) dari-Ku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 13 |

Penjelasan ada di ayat 11

Surat Ta-Ha |20:14|

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

innaniii anallohu laaa ilaaha illaaa ana fa'budnii wa aqimish-sholaata liżikrii

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku.

Indeed, I am Allah. There is no deity except Me, so worship Me and establish prayer for My remembrance.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku) di dalam sholat itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 14 |

Penjelasan ada di ayat 11

Surat Ta-Ha |20:15|

إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَىٰ

innas-saa'ata aatiyatun akaadu ukhfiihaa litujzaa kullu nafsim bimaa tas'aa

Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.

Indeed, the Hour is coming - I almost conceal it - so that every soul may be recompensed according to that for which it strives.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan waktunya) dari manusia dan menampakkan kepada mereka hanya dekatnya hari kiamat melalui alamat-alamatnya

supaya mendapatkan balasan) di hari itu (tiap-tiap diri itu dengan apa yang ia usahakan) apakah kebaikan ataukah keburukan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 15 |

Penjelasan ada di ayat 11

Surat Ta-Ha |20:16|

فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَىٰ

fa laa yashuddannaka 'an-haa mal laa yu`minu bihaa wattaba'a hawaahu fa tardaa

Maka janganlah engkau dipalingkan dari (Kiamat itu) oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa."

So do not let one avert you from it who does not believe in it and follows his desire, for you [then] would perish.

Tafsir
Jalalain

(Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan) dibelokkan (daripadanya) dari iman kepada adanya hari kiamat (oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya)

untuk ingkar kepada adanya hari kiamat (yang menyebabkan kamu jadi binasa") sedangkan mereka pasti akan binasa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 16 |

Penjelasan ada di ayat 11