Juz 16

Surat Ta-Ha |20:17|

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَىٰ

wa maa tilka biyamiinika yaa muusaa

Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?

And what is that in your right hand, O Moses?"

Tafsir
Jalalain

(Apakah itu) yang berada (di tangan kananmu, hai Musa) Kata tanya atau Istifham di sini mengandung makna Taqrir, maksudnya supaya Allah menurunkan mukjizat kepada Nabi Musa dengan melalui tongkatnya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 17 |

Tafsir ayat 17-21

Ini merupakan bukti dari Allah Swt. kepada Musa dan merupakan suatu mukjizat yang besar serta peristiwa yang luar biasa, menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu melakukan hal itu selain Allah Swt.

Dan bahwa peristiwa seperti itu tidak ada seorang pun yang dapat men­datangkannya kecuali seorang nabi yang diutus. Firman Allah Swt.:


{وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى}


Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa. (Thaha: 17) Menurut sebagian ulama tafsir, sesungguhnya Allah berfirman demikian kepada Musa dengan nada mengingatkan. Menurut pendapat yang lain, se­sungguhnya Allah Swt.

mengatakan demikian kepada Musa dengan nada menetapkan. Dengan kata lain. dapat dikatakan bahwa adapun benda yang ada di tangan kananmu itu yang kamu kenal dengan sebutan tongkat, kelak kamu akan melihat

apa yang bakal Kami lakukan terhadapnya sekarang. Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? (Thaha: 17) Kata tanya atau istifham ini mengandung makna taqrir.


{قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا}


Berkata Musa, "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya.” (Thaha: 18) Yaitu tongkat ini kujadikan sebagai pegangan saat aku berjalan.


{وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي}


"dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku.” (Thaha: 18) Yakni aku goyangkan dengannya tangkai pohon agar dedaunannya rontok buat makan kambingku. Abdur Rahman ibnul Qasim telah mengatakan dari Imam Malik,

bahwa al-husy artinya bila seseorang mencangkolkan (mengaitkan) bagian yang bengkok dari tongkatnya ke dahan pohon, lalu ia menggerak-gerakkannya hingga dedaunan dan buah-buahannya rontok, tetapi dahan pohon (rantingnya)

tidak patah. Itulah makna lafaz al-husy, yakni bukan memukulkan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Maimun ibnu Mahran. Firman Allah Swt.:


{وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى}


dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya. (Thaha: 18) Yaitu kegunaan lainnya. Sebagian di antara mereka ada yang memaksa­kan diri dengan menceritakan sebagian dari kegunaan lainnya yang masih misteri.

Dikatakan bahwa tongkatnya itu dapat menyala di malam hari, dan dapat menjaga kambingnya bila Musa tertidur. Musa dapat pula menancapkannya, lalu jadilah sebuah pohon rindang yang menjadi naungannya di terik matahari,

serta hal lainnya yang bertentangan dengan hukum alam. Jelasnya kisah yang demikian itu pada kenyataannya tidak ada. Seandainya tongkat tersebut mempunyai kegunaan yang didugakan itu, niscaya Musa a.s.

tidak merasa aneh manakala tongkat tersebut berubah ujud menjadi ular besar, dan tentulah Musa a.s. tidak akan lari darinya. Semuanya itu tiada lain bersumber dari kisah-kisah israiliyat.Sebagian dari mereka mengatakan pula bahwa

tongkat tersebut adalah milik Adam a.s. Pendapat yang lainnya lagi mengatakan bahwa tongkat itu adalah hewan melata yang akan muncul nanti menjelang hari kiamat.Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas

yang mengatakan bahwa tongkat itu mempunyai nama, yaitu Masya; hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


أَلْقِهَا يَا مُوسَى


Allah berfirman, "Lemparkanlah ia, hai Musa!" (Thaha: 19) Hai Musa, tongkat yang kamu pegang di tangan kananmu itu lemparkanlah.


فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى


Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (Thaha: 20) Yakni seketika itu juga tongkatnya berubah menjadi ular yang sangat besar lagi panjang dan dapat merayap

dengan gerakan yang sangat cepat. Dan tiba-tiba tongkat itu bergerak dan berubah ujudnya menjadi ular yang sangat cepat gerakannya, tetapi tidaklah sebesar yang disebutkan sebelumnya. Singkatnya dalam ayat ini

disebutkan ular itu besar, sedangkan dalam ayat lain disebutkan sangat cepat gerakannya.Tas'a, artinya merayap dan bergerak. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Jami', telah menceritakan kepada kami Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu dilemparkannya tongkat itu,

maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (Thaha: 20) Sebelum peristiwa itu tongkat tersebut tidak pernah berubah ujud menjadi ular bila dilemparkan; lalu ular itu melewati pohon, maka ia langsung memakannya;

dan melewati batu besar, lalu ia memakannya pula, sehingga Musa mendengar suara batu besar masuk ke dalam perut ular itu, karena itu maka Musa lari ketakutan. Kemudian Musa diseru, "Hai Musa, ambillah ular itu!"

Musa tidak mau mengambilnya karena takut. Lalu diseru lagi untuk kedua kalinya seraya mengatakan kepadanya, "Hai Musa, ambillah, janganlah kamu takut." Kemudian dalam seruan yang ketiga kalinya disebutkan, "Engkau termasuk

orang-orang yang aman." Maka barulah Musa a.s. mau mengambilnya (dan ular itu berubah ujud seperti semula, yaitu tongkatnya). Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu dilemparkannya

tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (Thaha: 20) Maka Musa melemparkannya ke tanah. Ketika pandangan matanya tertuju kepada tongkat itu, tiba-tiba ia menjumpainya telah berubah ujud

menjadi ular yang sangat besar yang baru ia lihat. Ular itu merayap seakan-akan sedang mencari sesuatu yang hendak diterkamnya. Ular itu melewati sebuah batu besar yang besarnya sama dengan unta yang paling besar,

maka ia menelannya sekali telan. Dan salah satu dari taringnya ia tancapkan ke sebuah pohon yang besar, lalu pohon itu dicabutnya. Kedua mata ular itu menyala bagaikan api, sedangkan cabang yang ada pada ujung tongkatnya itu

berubah ujudnya menjadi mulut ular yang menyemburkan api. Besarnya sama dengan sebuah sumur yang sangat lebar, di dalamnya dipenuhi dengan gigi taring dan gigi kunyah, sedangkan dari mulut ular itu terdengar suara desisan

yang sangat keras. Ketika Musa menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan itu, ia lari tanpa menoleh ke belakang. Musa pergi jauh hingga ia merasa bahwa ular itu tidak akan mengejarnya. Musa ingat kepada Tuhannya,

maka ia berdiri dengan rasa malu kepada-Nya. Kemudian ia diseru, ''Hai Musa, kembalilah kamu ke tempat semula," maka kembalilah Musa dengan hati yang masih dipenuhi oleh rasa takut. Lalu dikatakan kepadanya: dan jangan takut.

Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula. (Thaha: 21) Saat itu Musa memakai baju lapis yang terbuat dari kain wol (bulu). Maka tatkala ia diperintahkan untuk memegang ular itu, ia melilitkan baju wolnya itu ke tangannya,

tetapi malaikat berkata kepadanya, "Hai Musa, bagaimanakah menurutmu jika Allah mengizinkan terjadinya hal yang kamu hindari itu, apakah kain bajumu itu dapat memberikan sesuatu manfaat kepadamu?" Musa menjawab, "Tentu tidak,

tetapi saya adalah makhluk yang lemah dan diciptakan dari sesuatu yang lemah." Akhirnya Musa melepaskan bajunya dari tangannya dan meletakkan tangannya ke mulut ular itu sehingga ia mendengar desisan yang keluar dari mulut ular

dan merasa taring yang dipegangnya. Tiba-tiba dengan serta-merta ular itu menjadi tongkat seperti keadaan semula. Dan tiba-tiba tangannya berada pada posisi semula sewaktu ia memegangkan tangannya pada tongkatnya,

yaitu pada kedua cabangnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Peganglah ia. (Thaha: 21) Yakni dengan tangan kananmu.


{سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الأولَى}


Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula. (Thaha: 21) Yakni kepada keadaan semula yang biasa kamu kenal sebagai tongkat.

Surat Ta-Ha |20:18|

قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَىٰ

qoola hiya 'ashooy, atawakka`u 'alaihaa wa ahusysyu bihaa 'alaa ghonamii wa liya fiihaa ma`aaribu ukhroo

Dia (Musa) berkata, "Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain."

He said, "It is my staff; I lean upon it, and I bring down leaves for my sheep and I have therein other uses."

Tafsir
Jalalain

(Berkata Musa, "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan) berpegangan (padanya) sewaktu aku melompat dan berjalan (dan aku pukul) aku memukul daun-daun pohon

(dengannya) supaya daun-daun itu berjatuhan (untuk kambingku) lalu kambing-kambingku itu memakannya (dan bagiku ada lagi padanya keperluan).

Lafal Ma'aarib adalah bentuk jamak dari lafal Ma'ribah atau Ma'rabah atau Ma'rubah, artinya keperluan-keperluan (yang lain") seperti untuk memikul bekal dan air minum,

serta untuk mengusir binatang buas. Kemudian Allah menambahkan jawaban, sebagai penjelasan bahwa pada tongkat itu masih terdapat kegunaan lainnya, yaitu:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 18 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Ta-Ha |20:19|

قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَىٰ

qoola alqihaa yaa muusaa

Dia (Allah) berfirman, "Lemparkanlah dia, wahai Musa!"

[Allah] said, "Throw it down, O Moses."

Tafsir
Jalalain

(Allah berfirman, "Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa!")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Ta-Ha |20:20|

فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ

fa alqoohaa fa iżaa hiya ḥayyatun tas'aa

Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.

So he threw it down, and thereupon it was a snake, moving swiftly.

Tafsir
Jalalain

(Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular) yang sangat besar (yang merayap) yakni berjalan cepat dengan perutnya seperti ular kecil, di dalam ayat lain disebutkan Al Jaan, bukan Hayyatun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 20 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Ta-Ha |20:21|

قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ ۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ

qoola khuż-haa wa laa takhof, sanu'iiduhaa siirotahal-uulaa

Dia (Allah) berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,

[Allah] said, "Seize it and fear not; We will return it to its former condition.

Tafsir
Jalalain

(Allah berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut) kepadanya (Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya) lafal Siiratahaa dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya,

maksudnya ke dalam bentuknya (yang semula) kemudian Nabi Musa memasukkan tangannya ke mulut ular besar itu, maka kembalilah kepada keadaan semula yaitu menjadi tongkat lagi.

' Jelaslah bahwa tempat untuk memasukkan tangannya adalah tempat pegangan tongkat, yaitu di antara kedua rahang ular tersebut. Allah swt.

sengaja memperlihatkan hal itu kepada Nabi Musa, supaya ia jangan kaget bila tongkat itu berubah menjadi ular besar di hadapan raja Firaun nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 21 |

Penjelasan ada di ayat 17

Surat Ta-Ha |20:22|

وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَىٰ

wadhmum yadaka ilaa janaaḥika takhruj baidhooo`a min ghoiri suuu`in aayatan ukhroo

dan kepitlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain,

And draw in your hand to your side; it will come out white without disease - another sign,

Tafsir
Jalalain

(Dan kepitkanlah tanganmu) yang sebelah kanan, yang dimaksud adalah telapak tangannya (ke ketiakmu) yakni dijepitkan pada tubuhmu yang sebelah kiri,

yaitu pada tempat antara ketiak dan lenganmu, kemudian keluarkanlah ia (niscaya ia keluar) dalam keadaan berbeda dengan warna kulit yang sebelumnya, yaitu

(menjadi putih cemerlang tanpa cacat) putih bersinar dengan cemerlang sebagaimana sinar matahari, dan sinarnya itu menyilaukan pandangan mata (sebagai mukjizat yang lain)

tangan itu bisa menjadi putih bersinar; lafal Baidhaa'a dan lafal Aayatan Ukhraa keduanya menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi Dhamir yang terkandung di dalam lafal Takhruj.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 22 |

Tafsirv ayat 22-35

Hal ini merupakan mukjizat lain bagi Musa a.s. Yaitu Allah memerintah­kan kepadanya agar memasukkan tangannya ke leher bajunya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, sedangkan hal itu disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya dengan sebutan berikut:


{وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ}


dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu. (Thaha: 22) Sedangkan dalam ayat lain disebutkan seperti berikut:


{وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ}


dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)ww bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan) kepada Fir’aun danpembantu-pembantunya. (Al-Qashash: 32)

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kepitkanlah tanganmu keketiakmu. (Thaha: 22) Yakni telapak tanganmu ke bagian dalam lenganmu. Musa apabila memasukkan tangannya ke leher bajunya,

lalu dia mengeluarkannya, maka keluarlah cahaya dari tangannya seakan-akan seperti cahaya rembulan. Firman Allah Swt.:


{تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ}


niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat. (Thaha: 22) Yaitu bukan karena penyakit supak, bukan karena penyakit lainnya, bukan pula karena cacat. Demikianlah menurut yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah,

Qatadah, Ad-Dahhak, dan As-Saddi serta lain-lainnya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, bila Musa mengeluarkan tangannya itu, maka kelihatan seperti senter, maka Musa mengetahui bahwa dia saat itu telah bersua dengan Tuhannya." Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:


{لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى}


untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar. (Thaha: 23) Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Tuhan berfirman kepada Musa, "Mendekatlah kamu." Tuhan terus-menerus

memerintahkan kepada Musa agar lebih mendekat lagi, hingga Musa menempelkan punggungnya ke batang pohon itu. Setelah itu Musa tenang dan tidak merasa takut lagi serta tangannya memegang tongkat dengan kuat, lalu menundukkan kepalanya seraya merendahkan diri. Firman Allah Swt.:


{اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى}


Pergilah kepada Fir’aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas (Thaha: 24) Maksudnya, pergilah kamu kepada Fir'aun Raja Mesir, yaitu ke negeri yang kamu pernah melarikan diri darinya

(setelah membunuh seorang Mesir yang bertengkar dengan salah seorang Bani Israil). Lalu serulah dia untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Perintahkanlah kepadanya agar memperlakukan bangsa Bani Israil

dengan perlakuan yang baik, dan janganlah ia menyiksa dan menindas mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu adalah seorang yang berlaku sewenang-wenang, melampaui batas, lebih memilih kehidupan duniawinya,

serta melupakan Tuhannya Yang Mahatinggi.Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Musa, "Berangkatlah kamu dengan membawa risalah-Ku, sesungguhnya engkau sekarang mendengar

dengan pendengaran-Ku dan melihat dengan pandangan-Ku. Dan sesungguhnya tangan dan pandangan kekuasaan-Ku selalu menyertaimu, dan sesungguhnya Aku telah memakaikan kepadamu perisai kekuasaan-Ku agar kekuatanmu

menjadi sempurna dalam mengemban perintah-Ku."Allah berfirman, "Engkau adalah pasukan yang besar dari pasukan­Ku, Aku utus kamu kepada seorang makhluk-Ku yang lemah, tetapi ingkar kepada nikmat-Ku dan merasa aman

dari pembalasan-Ku, serta teperdaya oleh duniawi dengan melupakan Aku (sebagai Penciptanya). Karenanya dia mengingkari hak-Ku sebagai Tuhannya, dan ia menduga bahwa dia tidak mengenal-Ku.Allah berfirman,"Sesungguhnya

Aku bersumpah dengan nama Keagungan-Ku, seandainya tiada takdir (keputusan) yang telah Kutetapkan antara diri-Ku dan makhluk-Ku, tentulah Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang kejam dan bengis. Ikut murka karena murka-Ku

semua langit dan bumi, serta gunung-gunung dan lautan-lautan. Jika Aku perintahkan kepada langit untuk menghukumnya, tentulah langit akan menerbangkan­nya (melalui angin topan); dan jika Aku perintahkan kepada Bumi

untuk menghukumnya, tentulah bumi akan menelannya. Jika Aku perintahkan kepada gunung-gunung, tentulah gunung-gunung itu akan menghancur­kannya (menimpanya). Dan jika Aku perintahkan kepada lautan untuk menghukumnya,

tentulah lautan itu akan menenggelamkannya. Tetapi ia terlalu hina dan kecil menurut pandangan-Ku dan masih tertoleransi oleh sifat Penyantun-Ku, serta Aku merasa cukup dengan-Ku sendiri. Dan sesungguhnya Aku adalah Yang Mahakaya,

tiada yang lebih kaya daripada-Ku."Allah Swt. berfirman, "Sampaikanlah kepadanya (Fir'aun) risalah­Ku, dan serulah dia agar menyembah-Ku dan mengesakan Aku serta mengikhlaskan kepada-Ku, dan ingatkanlah dia akan hari-hari pertemuan

dengan-Ku, serta peringatkanlah dia akan pembalasan dan azab-Ku. Dan sampaikanlah kepadanya bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat bertahan menghadapi murka-Ku."Allah Swt. berfirman, "Sampaikanlah kepadanya risalah-Ku ini

di samping ancaman-Ku itu dengan penyampaian yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau takut. Dan sampaikanlah kepadanya bahwa maaf dan ampunan-Ku lebih cepat daripada murka dan siksaan-Ku."Allah Swt. berfirman,

"Dan jangan sekali-kali kamu merasa gentar terhadap pakaian keduniawian yang Kuberikan kepadanya (Fir'aun), karena sesungguhnya ubun-ubunnya (rohnya) berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku. Tidaklah ia berbicara,

tidaklah ia memandang, serta tidaklah pula ia bernafas kecuali dengan seizin-Ku."Allah Swt. berfirman, "Dan katakanlah kepadanya bahwa penuhilah seruan Tuhanmu, karena sesungguhnya Dia Mahaluas ampunan-Nya,

Dia telah memberimu masa tangguh selama empat ratus tahun. Dalam masa tersebut kamu terang-terangan memusuhi-Nya, yaitu dengan mencaci dan menyerupakan dirimu sebagai Dia. serta menghalangrhalangi hamba-hamba-Nya

dari jalan-Nya. Padahal Dia selalu memberimu hujan dan menyuburkan (menumbuhkan) tanam-tanaman bagimu. Selama itu kamu tidak pernah sakit, tidak menua, tidak miskin, dan tidak terkalahkan. Seandainya Dia hendak menyegerakan

siksaan-Nya kepadamu, tentulah Dia mudah melakukannya, tetapi Dia memiliki sifat Penyantun dan sifat Penyabar yang Mahabesar.Allah Swt. berfirman, "Berjihadlah kamu bersama saudaramu untuk menentangnya, sedangkan kamu berdua

mengikhlaskan diri dalam jihadmu untuk mendapat rida Allah. Sesungguhnya Aku seandainya menghendaki, bisa saja mendatangkan bala tentara yang jumlahnya belum pernah dia lihat. Tetapi sengaja Aku menghendaki agar si hamba

yang lemah itu, yang merasa besar diri dengan bala tentaranya yang banyak, bahwa sesungguhnya pasukan yang kecil —yang pada hakikatnya bukanlah kecil bila dengan seizin-Ku—dapat mengalahkan pasukan yang besar dengan seizin-Ku.

Allah Swt. berfirman, ''Jangan sekali-kali kamu silau dengan perhiasan yang dikenakannya, jangan pula silau dengan kemewahan hidupnya. Dan jangan pula kamu berdua menunjukkan pandangan matamu kepada hal itu, karena sesungguhnya

semuanya itu adalah bunga kehidupan dunia dan perhiasan orang-orang yang hidup mewah. Seandainya Aku menghendaki, tentu Aku dapat menghiasimu dengan perhiasan dunia, agar Fir'aun mengetahui saat memandang kepadamu,

bahwa kemampuannya tidak dapat menandingi apa yang Aku berikan kepadamu berdua. Akan tetapi, Aku sengaja membuat dirimu tidak suka kepada perhiasan dunia dan menjauhkanmu darinya. Demikianlah yang biasa Aku lakukan

kepada kekasih-kekasih-Ku, dan hal ini merupakan kebiasaan-Ku sejak dulu. Sesungguhnya Aku akan melindungi mereka dari kenikmatan duniawi dan perhiasannya, sebagaimana seorang penggembala yang penyayang menjauhkan ternak

untanya dari tempat-tempat yang berbahaya (pasir bergerak). Sebenarnya hal itu mudah Aku lakukan, tetapi sengaja tidak Kulakukan agar mereka (kekasih-kekasih-Ku) memperoleh bagiannya secara sempurna kelak di rumah kehormatan-Ku

dalam keadaan beroleh pahala yang utuh lagi berlimpah tanpa dicampuri oleh kotoran duniawi."Allah Swt. berfirman, "Perlu kamu ketahui bahwa sesungguhnya tidak ada suatu perhiasan pun yang dikenakan oleh hamba-hamba-Ku

lebih terpandang oleh-Ku selain dari sifat Zuhud (menjauhi) keduniawian. Karena sesungguhnya sifat Zuhud itu adalah perhiasan orang-orang yang bertakwa. Mereka mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat dikenal melalui sikapnya

yang tenang dan khusyuk serta pada wajah mereka terdapat tanda bekas sujud; mereka adalah kekasih-kekasih-Ku yang sebenar-benarnya. Apabila kamu bersua dengan mereka, maka rendahkanlah dirimu bagi mereka serta lunakkanlah hati

dan lisanmu terhadap mereka."Allah Swt. berfirman, "Perlu diketahui, bahwa barang siapa yang menghina kekasih-Ku atau manakut-nakutinya, maka sesungguhnya dia secara terang-terangan telah menantang-Ku untuk berperang

dan memulainya. Dan itu berarti dia sendirilah yang mengajaknya dan mendorong-Ku untuk memeranginya, sedangkan Aku sangat cepat dalam menolong kekasih-kekasih-Ku. Apakah orang yang berani memerangi-Ku menduga bahwa dirinya

dapat bertahan melawan-Ku, atau apakah orang yang memusuhi-Ku menduga bahwa dia dapat mengalahkan Aku, ataukah orang yang menantang-Ku dapat mendahului atau melewati-Ku? Mana mungkin hal itu terjadi, karena Aku-lah

Yang melakukan pembalasan buat kekasih-kekasih-Ku di dunia dan akhirat, Aku tidak akan menyerahkan kepada selain-Ku dalam menolong mereka." Asar yang telah disebutkan di atas diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.Firman Allah Swt.:


{قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي}


Musa berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku.” (Thaha: 25-26) Ini adalah permintaan Musa a.s. kepada Tuhannya. Dia memohon agar dadanya dilapangkan dalam menunaikan tugas risalah

yang dibebankan kepadanya. Karena sesungguhnya ia telah diperintahkan untuk menyampaikan suatu perkara yang besar dan akan menghadapi tantangan yang berat. Dia diutus untuk menyampaikan risalah Allah kepada seorang raja

yang paling besar di muka bumi di masa itu. Sedangkan raja tersebut adalah orang yang paling sewenang-wenang, paling keras kekafirannya, paling banyak bala tentaranya, paling makmur kerajaannya, paling diktator, dan paling ingkar.

Keangkaramurkaannya sampai kepada batas dia mengakui bahwa dia tidak mengenal Allah, dan mengajarkan kepada rakyatnya bahwa tidak ada tuhan selain dirinya sendiri.Pada mulanya Musa pernah tinggal di istana Fir'aun semasa kecilnya,

ia menjadi anak angkat Fir'aun yang dipelihara dalam asuhannya. Kemudian setelah dewasa Musa membunuh seseorang dari mereka, karena itu ia merasa takut mereka akan balas membunuhnya, lalu ia melarikan diri selama itu

dari pencarian mereka. Setelah itu Allah mengangkatnya menjadi seorang rasul kepada mereka sebagai pemberi peringatan yang menyeru mereka ke jalan Allah Swt. dan menyembah-Nya serta mengesakan-Nya,

tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Karena itulah Musa menyadari akan beratnya tugas yang dipikulnya. Ia berdoa kepada Tuhannya:


{رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي}


Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku. (Thaha: 25-26) Yakni jika Engkau tidak menolongku, tidak membantuku, tidak memperkuatku dan tidak mendukungku, tentulah aku tidak mampu mengemban tugas ini.


{وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي}


dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (Thaha: 27-28) Demikian itu karena lidah Musa agak kaku sehingga ucapannya kurang begitu fasih. Hal ini dialaminya ketika ia masih kecil dan disuguhkan

kepadanya buah kurma yang merah dan bara api, lalu ia mengambil bara api dan mengunyahnya (sehingga lidahnya terbakar); kisahnya akan diterangkan sesudah ini. Dalam hal ini Musa tidak memohon kepada Allah agar melenyapkan

kekakuan lidahnya secara tuntas, melainkan dia hanya meminta agar kekurangfasihannya dalam berbicara dapat di atasi dan mereka yang diajak berbicara dengannya dapat memahami apa yang ia maksudkan, sebatas yang diperlukan.

Seandainya Musa meminta kepada Allah agar menyembuhkan secara total kekakuan lidahnya, tentulah kekakuan lidahnya disembuhkan. Akan tetapi, para nabi tidaklah meminta kecuali hanya sebatas yang diperlukannya saja.

Karena itulah maka kekakuan lidahnya masih ada padanya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. yang menceritakan tanggapan Fir'aun terhadap Musa:


{أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلا يَكَادُ يُبِينُ}


Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (Az-Zukhruf: 52) Yaitu kurang fasih bicaranya karena lidahnya yang pelat (kaku). Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: dan lepaskanlah kekakuan lidahku. (Thaha: 27) Yakni satu tahap dari kekakuan lidahnya; seandainya Musa meminta agar seluruh kekakuan lidahnya dilenyapkan, tentulah permintaannya dikabulkan.

Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Musa mengadu kepada Tuhannya tentang ketakutannya terhadap pendukung-pendukung Fir'aun sehubungan dengan pembunuhan yang dilakukannya; juga mengadu kepada-Nya tentang kekakuan

lidahnya, karena sesungguhnya lidah Musa mengalami kekakuan sehingga ia tidak dapat berbicara banyak. Lalu ia meminta kepada-Nya agar saudaranya (yaitu Harun) diangkat menjadi pembantunya yang kelak akan menjadi juru terjemahnya

terhadap apa yang tidak fasih dari perkataan yang diungkapkannya. Lalu Allah mengabulkan permintaannya dan melenyapkan sebagian dari kekakuan lidahnya.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Umar ibnu Usman

bahwa telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Artah ibnul Munzir; telah menceritakan kepadaku salah seorang teman Muhammad ibnu Ka'b, dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa pada suatu hari salah seorang kerabatnya

datang kepadanya dan berkata kepadanya, "Tidak menjadi masalah bagimu seandainya kamu tidak kaku dalam bicaramu dan kurang jelas (fasih) bila melakukan bacaan." Maka Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menjawab, "Hai anak saudaraku,

bukankah aku dapat memberikan pengertian kepadamu jika aku berbicara kepadamu?" Ia menjawab, "Ya". Ka'b berkata, "Sesungguhnya Musa pun hanya meminta kepada Tuhannya agar melenyapkan sebagian dari kekakuan lidahnya

agar ia dapat memberikan pengertian dan pemahaman kepada Bani Israil melalui pembicaraannya. Ia tidak meminta lebih dari itu." Demikianlah menurut teks yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim. Firman Allah Swt.:


{وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي هَارُونَ أَخِي}


dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun saudaraku. (Thaha: 29-30) Ini pun merupakan permintaan Musa a.s. sehubungan dengan urusan lain di luar dirinya, yaitu agar saudaranya itu kelak menjadi pembantu

yang mendukungnya; dialah Harun, saudara sekandungnya.As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Sa'id, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Harun diangkat menjadi nabi dalam waktu yang sama saat Nabi Musa

diangkat menjadi nabi.Ibnu Abu Hatim mengemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Numair, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah, bahwa ketika Siti Aisyah berangkat

untuk menunaikan ibadah umrahnya, di perjalanan ia turun istirahat di sebuah perkampungan Badui. Lalu ia mendengar seorang lelaki berkata, "Siapakah orang yang hidup di dunia dengan memberikan manfaat yang paling besar

kepada saudaranya?" Mereka (yang diajak bicara olehnya) menjawab, "Tidak tahu." Lelaki itu berkata, "Kalau saya, demi Allah, mengetahui siapa dia." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Siti Aisyah berkata dalam hati­nya,

"Kalau melihat dari sumpahnya yang tidak memakai insya Allah, lelaki ini pasti mengetahui siapakah orang yang dimaksud yang dapat memberikan manfaat paling besar kepada saudaranya." Lelaki itu berkata, "Dia adalah Musa

ketika meminta agar saudaranya diangkat menjadi nabi."Siti Aisyah berkata, "Dia benar, demi Allah." Siti Aisyah berkata bahwa karena itulah Allah Swt. berfirman memuji sikap Musa a.s.:


وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا}


Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan yang terhormat di sisi Allah. (Al-Ahzab: 69) Adapun firman Allah Swt.:


{اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي}


teguhkanlah dengan dia kekuatanku. (Thaha: 31) Menurut Mujahid, makna azri ialah punggungku, yakni kekuatanku.


{وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي}


dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku. (Thaha: 32) Yakni sebagai temannya dalam bermusyawarah menentukan segala urusan.


{كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا}


supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau dan banyak mengingat Engkau. (Thaha: 33-34) Mujahid mengatakan bahwa seseorang hamba bukanlah termasuk golongan orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah

sebelum ia berzikir kepada Allah dalam semua keadaannya, baik sambil berdiri, sambil duduk, maupun sambil berbaring. Firman Allah Swt.:


{إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا}


Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami. (Thaha: 35) Yakni dalam pilihan-Mu yang Engkau jatuhkan kepada kami, pemberian­Mu kepada kami akan kenabian, serta Engkau utus kami kepada musuh­Mu, yaitu Fir'aun. Bagi-Mu segala puji atas semuanya itu.

Surat Ta-Ha |20:23|

لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى

linuriyaka min aayaatinal-kubroo

untuk Kami perlihatkan kepadamu (sebagian) dari tanda-tanda kebesaran Kami yang sangat besar.

That We may show you [some] of Our greater signs.

Tafsir
Jalalain

(Untuk Kami perlihatkan kepadamu) Kami sengaja melakukan hal itu bilamana kamu sewaktu-waktu mau menggunakannya, untuk memperlihatkan kepadamu

(sebagian tanda-tanda kekuasaan Kami) bukti kekuasaan Kami (yang sangat besar) bukti yang besar bagi kerasulanmu. Apabila Nabi Musa hendak mengembalikan tangannya seperti semula,

maka ia mengepitkannya lagi pada ketiaknya seperti yang dilakukannya semula, kemudian mengeluarkannya kembali.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 23 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:24|

اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ

iż-hab ilaa fir'auna innahuu thoghoo

Pergilah kepada Fir´aun, dia benar-benar telah melampaui batas."

Go to Pharaoh. Indeed, he has transgressed."

Tafsir
Jalalain

(Pergilah) sebagai seorang Rasul (kepada Firaun) dan orang-orang yang mengikutinya (sesungguhnya ia telah melampaui batas)" sangat keterlaluan di dalam kekafirannya, hingga ia berani mengaku menjadi tuhan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 24 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:25|

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي

qoola robbisyroḥ lii shodrii

Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku,

[Moses] said, "My Lord, expand for me my breast [with assurance]

Tafsir
Jalalain

(Berkata Musa, "Ya Rabbku! Lapangkanlah untukku dadaku,) maksudnya lapangkanlah dadaku supaya mampu mengemban risalah-Mu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 25 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:26|

وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي

wa yassir liii amrii

dan mudahkanlah untukku urusanku,

And ease for me my task

Tafsir
Jalalain

(Dan mudahkanlah) permudahlah (untukku urusanku) supaya aku dapat menyampaikannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 26 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:27|

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي

waḥlul 'uqdatam mil lisaanii

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

And untie the knot from my tongue

Tafsir
Jalalain

(Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku) keadaan ini terjadi sejak lidahnya terbakar bara api yang ia masukkan ke dalam mulutnya sewaktu masih kecil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 27 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:28|

يَفْقَهُوا قَوْلِي

yafqohuu qoulii

agar mereka mengerti perkataanku,

That they may understand my speech.

Tafsir
Jalalain

(Supaya mereka mengerti) yakni dapat memahami (perkataanku) di waktu aku menyampaikan risalah kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 28 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:29|

وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي

waj'al lii waziirom min ahlii

dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,

And appoint for me a minister from my family -

Tafsir
Jalalain

(Dan jadikanlah untukku seorang pembantu) orang yang membantuku di dalam menyampaikan risalah-Mu (dari keluargaku).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 29 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:30|

هَارُونَ أَخِي

haaruuna akhii

(yaitu) Harun, saudaraku,

Aaron, my brother.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu Harun) lafal Haaruna menjadi Maf'ul Tsani (saudaraku) lafal Akhii menjadi 'Athaf Rayan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 30 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:31|

اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي

usydud bihiii azrii

teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia,

Increase through him my strength

Tafsir
Jalalain

(Teguhkanlah dengan dia kekuatanku) kemampuanku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 31 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:32|

وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي

wa asyrik-hu fiii amrii

dan jadikanlah dia teman dalam urusanku,

And let him share my task

Tafsir
Jalalain

(Dan jadikanlah ia sekutu dalam urusanku) yakni ikut mengemban risalah ini. Kedua Fi'il tadi yaitu Usydud dan Asyrik dapat pula dibaca sebagai Fi'il Mudhari'

yang dijazamkan sehingga menjadi Asydud Bihi dan Usyrik-hu, keduanya merupakan Jawab dari Thalab atau permintaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 32 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:33|

كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا

kai nusabbiḥaka kaṡiiroo

agar kami banyak bertasbih kepada-Mu,

That we may exalt You much

Tafsir
Jalalain

(Supaya kami dapat bertasbih kepada-Mu) yakni melakukan tasbih (dengan banyak).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 33 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:34|

وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا

wa nażkuroka kaṡiiroo

dan banyak mengingat-Mu,

And remember You much.

Tafsir
Jalalain

(Dan dapat mengingat-Mu) berzikir kepada-Mu (dengan banyak pula).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 34 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:35|

إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا

innaka kunta binaa bashiiroo

sesungguhnya Engkau Maha Melihat (keadaan) kami."

Indeed, You are of us ever Seeing."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui keadaan kami)" Maha Mengetahuinya, oleh sebab itu maka Engkau akan memberikan nikmat-Mu kepadaku dengan mengangkat Harun menjadi Rasul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 35 |

Penjelasan ada di ayat 22

Surat Ta-Ha |20:36|

قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَىٰ

qoola qod uutiita su`laka yaa muusaa

Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, wahai Musa!

[Allah] said, "You have been granted your request, O Moses.

Tafsir
Jalalain

(Allah berfirman, "Sesungguhnya telah dikabulkan permintaanmu, hai Musa) sebagai anugerah Kami kepadamu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 36 |

Tafsir ayat 36-40

Ini merupakan perkenan dari Allah Swt. kepada rasul-Nya (Musa a.s.) yang telah mengabulkan semua permintaannya, sekaligus mengingatkan Musa akan semua nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya di masa silam berkaitan

dengan apa yang dialami oleh ibunya saat ibunya masih menyusukannya dan bersikap mawas diri terhadap Fir'aun dan bala tentaranya agar mereka jangan membunuhnya. Musa dilahirkan di masa Fir'aun dan bala tentaranya membunuh

semua bayi yang lahir tahun itu. Maka ibu Musa membuat sebuah peti untuk Musa yang masih disusukannya, lalu meletakkan Musa di dalam peti itu dan menghanyut­kannya ke Sungai Nil, tetapi dalam keadaan diikat dengan tali

yang dihubungkan ke rumahnya. Dan pada suatu hari ibu Musa pergi untuk memperbaharui ikatan talinya, tetapi ternyata peti yang berisikan Musa terlepas dan terbawa hanyut oleh arus Sungai Nil. Karena itu,

hati ibu Musa dirundung rasa duka cita yang sangat mendalam dan kesedihan yang tak terperi kan. Hal ini di ungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا}


Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya. (Al-Qashash: 10) Arus Sungai Nil membawa peti yang berisikan Musa itu ke istana Fir'aun yang terletak di pinggir Sungai Nil.


{فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا}


Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al-Qashash: 8) Yakni sebagai suatu takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dalam saat yang sama mereka membunuh bayi-bayi

kaum Bani Israil karena mereka takut akan kelahiran Musa. Maka Allah memutuskan hal yang lain, karena Dialah yang memi liki kekuasaan Yang Mahabesar dan takdir yang sempurna, bahwa tidaklah Musa dipelihara kecuali

di dalam asuhan Fir'aun dan makan serta minum dari makanan dan minumannya setelah Allah menanamkan rasa kasih sayang kepada Musa di dalam hati Fir'aun dan istrinya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي}


supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhmu. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. (Thaha: 39) Maksudnya, kasih sayang itu tertanam di dalam hati musuhmu sehingga ia mencintaimu.

Salamah ibnu Kahil telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. (Thaha: 39) Yakni Aku jadikan engkau disukai oleh hamba-hamba-Ku.


{وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي}


dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku (Thaha: 39) Menurut Abu Imran Al-Juni, makna ayat ialah agar Musa dipelihara di bawah pengawasan Allah Swt. Qatadah mengatakan agar Musa diberi makan

di bawah pengawasan Allah Swt. Ma'mar ibnul Musanna mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (Thaha: 39) Artinya, selalu berada di bawah penglihatan

dan pengawasan Allah Swt. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Allah menjadikan Musa berada di dalam istana raja, hidup mewah dan senang, serta makanannya sama dengan makanan raja. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian lafaz sun'ah dalam ayat. Firman Allah Swt.:


{إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَنْ يَكْفُلُهُ فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا}


(yaitu) ketika saudara perempuanmu berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun), "Bolehkah saya menunjukkan kepada kalian orang yang akan memeliharanya?” Maka Kami mengembali­kanmu kepada ibumu,

agar senang hatinya. (Thaha: 40) Demikian itu terjadi setelah Musa berada di dalam asuhan keluarga Fir'aun. Maka mereka mencari wanita yang akan menyusuinya, tetapi Musa menolak mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ}


dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu. (Al-Qashash: 12) Maka datanglah saudara perempuannya dan mengatakan kepada keluarga Fir'aun, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ}


Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahli bait yang akan memeliharanya untuk kalian dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? (Al-Qashash: 12) Yakni maukah kalian aku tunjukkan seseorang yang mau menyusuinya buat kalian

dengan imbalan upah. Lalu saudara perempuan Musa membawa Musa diiringi oleh keluarga Fir'aun ke tempat ibunya. Ibunya menyusuinya dan Musa mau menerima air susu ibunya, sehingga keluarga Fir'aun merasa senang tak terperikan

menyaksikan hal tersebut, dan mereka memberi upah imbalannya kepada ibu Musa. Dengan kisah yang berliku-liku ini akhirnya ibu Musa memperoleh kebahagiaan dan ketenangan serta kedudukan yang tinggi di dunia, juga mendapat pahala yang lebih besar dan lebih berlimpah di akhirat. Karena itu, di dalam sebuah hadis disebutkan:


"مَثَلُ الصَّانِعِ الَّذِي يَحْتَسِبُ فِي صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ، كَمَثَلِ أَمِّ مُوسَى، تُرْضِعُ وَلَدَهَا وَتَأْخُذُ أَجْرَهَا"


Perumpamaan pekerja yang mengharapkan kebaikan dari kerjanya adalah seperti yang dilakukan oleh ibu Musa. Dia menyusui anaknya dan menerima upahnya. Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلا تَحْزَنَ}


Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. (Thaha: 40) karena kehilanganmu.


{وَقَتَلْتَ نَفْسًا}


Dan kamu pernah membunuh seorang manusia. (Thaha: 40) Yaitu salah seorang bangsa Qibti (Egypt) penduduk negeri Mesir.


{فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ}


lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan. (Thaha: 40) Kesusahan itu timbul karena dikejar oleh keluarga Fir'aun yang telah bertekad bulat untuk membunuhnya bila menjumpainya. Maka Musa melarikan diri dari kejaran mereka

hingga sampailah ia di sebuah mata air Madyan. Lalu berkata kepada Musa seorang lelaki yang saleh, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:


{لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}


Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim (Al-Qashash: 25) Adapun firman Allah Swt.:


{وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا}


dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. (Thaha: 40) Imam Abu Abdur Rahman Ahmad ibnu Syu'aib An-Nasai rahimahullah telah mengatakan di dalam kitab tafsir, bagian dari kitab sunnahnya, sehubungan dengan makna

firman-Nya: dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. (Thaha: 40) Bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami

Asbag ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Abbas pernah ditanya mengenai makna firman Allah Swt. kepada Musa a.s.

yang disebutkan dalam ayat berikut: dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. (Thaha: 40) Saya menanyakan kepadanya apa yang dimaksud dengan 'beberapa cobaan' dalam ayat tersebut? Maka Ibnu Abbas berkata,

"Hai Ibnu Jubair, ajukanlah pertanyaanmu itu besok pagi, karena sesungguhnya jawabannya mengandung kisah yang panjang." Pada keesokan harinya saya berangkat pagi-pagi kepada Ibnu Abbas untuk menagih apa yang telah dijanjikannya

kepada saya mengenai kisah beberapa fitnah tersebut. Ibnu Abbas menjawab, bahwa Fir'aun dan orang­-orang yang berada dalam majelis musyawarahnya memperbincangkan tentang janji Nabi Ibrahim a.s. yang telah menjanjikan bahwa

di kalangan keturunannya kelak akan ada yang menjadi raja diraja.Sebagian dari mereka mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang Bani Israil sedang menunggu-nunggu berita itu yang tidak mereka ragukan lagi. Pada mulanya mereka

menduga bahwa Yusuf ibnu Ya'qublah orang yang dijanjikannya itu. Tetapi setelah Yusuf mati, mereka mengatakan, "Bukan orang ini yang telah dijanjikan oleh Ibrahim a.s." Fir'aun berkata, "Kalau demikian, bagaimanakah menurut

pendapat kalian?" Maka mereka sepakat untuk membuat makar, yaitu mereka mengutus beberapa orang lelaki yang membawa golok untuk me­nyembelih. Para lelaki itu ditugaskan untuk berkeliling memeriksa kaum Bani Israil.

Maka tidak sekali-kali mereka menjumpai bayi yang baru dilahirkan, melainkan bayi itu mereka sembelih jika laki-laki. Demikianlah bunyi instruksi hasil musyawarah mereka, dan para lelaki yang bertugas untuk itu harus mengerjakannya

Setelah hal itu berjalan dan mereka melihat bahwa orang-orang dewasa Bani Israil banyak yang mati karena ajalnya telah tiba, sedangkan bayi-bayi mereka disembelih, maka mereka berkata, "Kaum Bani Israil, hampir saja kalian tumpas habis

sehingga akibatnya kalian sendirilah yang menangani pekerjaan yang biasa mereka tangani sebagai pelayan kalian. Maka sebaiknya bunuhlah bayi-bayi lelaki mereka selama satu tahun dan biarkanlah anak-anak perempuan mereka hidup,

kemudian biarkanlah bayi-bayi lelaki mereka hidup pada tahun berikutnya. Janganlah seseorang dari mereka kalian bunuh, karena mereka kelak akan menjadi pengganti dari orang-orang dewasa mereka yang telah mati bila mereka

telah tumbuh dewasa. Dengan cara ini jumlah populasi mereka dapat ditekan dan tidak terlalu banyak, dan keberadaan mereka masih tetap dapat dipertahankan, walaupun banyak dari kalangan mereka yang kalian bunuh;

kalian memerlukan mereka di masa mendatang." Fir'aun dan ahli musyawarah telah sepakat dengan keputusan itu. Dan di tahun mereka tidak melakukan Penyembelihan terhadap bayi-bayi lelaki Bani Israil, bertepatan dengan itu Harun

dikandung oleh ibunya dan lahir di tahun itu secara terang-terangan dalam keadaan aman. Akan tetapi, pada tahun berikutnya ibu Harun mengandung Musa. Maka hati ibu Musa dilanda oleh kesusahan dan kesedihan

disebabkan adanya cobaan (fitnah) tersebut terhadap kandungannya. Hai Ibnu Jubair, itulah yang dimaksud dengan cobaan itu, yakni di saat ibu Musa sedang mengandung Musa. Maka Allah menurunkan wahyu kepada ibu Musa,

"Janganlah kamu takut, janganlah pula bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembali­kan Musa kepadamu dan akan menjadikannya salah seorang dari para utusan." Dan Allah memerintahkan kepada ibu Musa

bahwa bila ia melahirkan Musa, hendaklah Musa dimasukkan ke dalam peti, lalu dihanyutkan di Sungai Nil. Setelah ibu Musa melahirkannya, ia melakukan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kepadanya

(yaitu memasukkan Musa ke dalam sebuah peti dan menghanyutkannya ke Sungai Nil). Setelah anaknya lenyap dari pandangan matanya, setan datang dan membisikkan ke dalam hatinya godaan sehingga ibu Musa berkata

kepada dirinya sendiri (menyesali perbuatannya), "Apa yang telah kulakukan terhadap anakku? Seandainya ia disembelih di hadapanku, lalu aku mengafani dan menguburkannya, tentulah hal itu lebih baik daripada melemparkannya

ke Sungai Nil untuk makanan ikan-ikannya." Arus Sungai Nil membawa peti itu ke pinggiran sungai tempat pelayan (dayang-dayang) istri Fir'aun mengambil air minum. Ketika para dayang melihat peti itu, maka mereka memungutnya;

dan ketika mereka hendak membuka peti itu, sebagian di antara mereka berkata, "Sesungguhnya di dalam peti ini pasti terdapat harta karun, dan sesungguhnya jika kita membukanya, niscaya istri Fir'aun tidak akan percaya

dengan apa yang kita temukan di dalamnya." Maka mereka membawa peti itu dalam keadaan seperti apa adanya sewaktu mereka menemukannya tanpa mengeluarkan sesuatu pun dari dalamnya, lalu mereka menyerahkan peti itu

kepada istri Fir'aun. Ketika istri Fir'aun membukanya, ia terkejut karena di dalamnya terdapat seorang bayi lelaki yang mungil. Maka Allah melimpahkan rasa kasih sayang kepada Musa di dalam hati istri Fir'aun yang belum pernah dialaminya

sebelum itu. Lain halnya dengan ibunya Musa, saat itu hatinya kosong dan lupa segala-gala kecuali hanya mengingat Musa. Ketika orang-orang Fir'aun yang ditugaskan untuk menyembelih setiap bayi lelaki Bani Israil mendengar berita

penemuan bayi tersebut, maka mereka datang dengan membawa pisau penyembelihannya kepada istri Fir'aun untuk menyembelih bayi itu. Hai Ibnu Jubair, itulah yang dinamakan fitnah (cobaan) dalam ayat ini. Kemudian istri Fir'aun berkata

kepada mereka, "Biarkanlah dia, karena sesungguhnya bayi yang satu ini tidak dapat memberikan nilai tambah apa pun terhadap kaum Bani Israil. Aku akan datang menghadap kepada Fir'aun, lalu.aku akan meminta grasi kepadanya.

Jika dia memberikan grasi kepada bayi ini demi aku, lebih baik bagi kalian dan kalian telah menunaikan tugas dengan baik. Dan jika dia memerintahkan agar bayi ini disembelih, saya tidak mencela kalian." Istri Fir'aun datang menghadap

kepada Fir'aun dan berkata kepada­nya, "Bayi ini adalah penyejuk hatiku dan juga hatimu." Fir'aun berkata, "Silakan bayi itu untukmu, tetapi aku tidak memerlukannya." Rasulullah Saw. bersabda:


"وَالَّذِي يُحْلَف بِهِ لَوْ أَقَرَّ فِرْعَوْنُ أَنْ يَكُونَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَهُ كَمَا أَقَرَّتِ امْرَأَتُهُ، لَهَدَاهُ اللَّهُ كَمَا هَدَاهَا، وَلَكِنْ حَرَمَهُ ذَلِكَ"


Demi Tuhan yang disebut nama-Nya dalam sumpah, seandainya Fir’aun mengakui bahwa Musa adalah buah hatinya juga, sama dengan apa yang diakui oleh istrinya, tentulah Allah akan memberinya hidayah sebagaimana hidayah

yang diterima oleh istrinya, tetapi Fir’aun diharamkan untuk menerimanya. Kemudian istri Fir'aun mengundang semua wanita yang terdekat dengannya dengan maksud mencari wanita yang cocok untuk menyusui Musa.

Tetapi setiap Musa diambil oleh seseorang dari mereka untuk disusuinya, Musa menolak air susunya. Hal ini membuat istri Fir'aun merasa khawatir bila Musa sama sekali tidak mau minum air susu yang berakhir dengan kematiannya.

Istri Fir'aun merasa sedih karenanya, lalu ia keluar dengan membawa Musa ke pasar dan tempat orang-orang ramai dengan tujuan untuk mencari wanita yang mau menyusuinya dan Musa mau kepada air susunya,

tetapi Musa tetap tidak mau juga. Dalam waktu yang sama ibu Musa dicekam oleh rasa sedih dan kekhawatiran, lalu ia berkata kepada saudara perempuan Musa (Maryam), "Telusurilah jejaknya dan carilah berita tentangnya,

apakah ia masih hidup ataukah telah dimakan oleh binatang buas?" Saat itu ibu Musa lupa akan janji Allah kepadanya tentang Musa. Saudara perempuan Musa melihat Musa dari kejauhan, sedangkan mereka yang membawa Musa

tidak menyadarinya. Ia menelitinya dari kejauhan dan ternyata bayi tersebut adalah saudaranya (Musa), maka ia sangat gembira dapat menemukannya kembali bertepatan dengan kesulitan mereka dalam mencari ibu persusuan buat Musa.

Lalu ia berkata, "Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu ahli bait yang dapat memelihara bayi ini bagi kalian, dan ahli bait itu sangat sayang kepadanya?" Maka mereka menangkap saudara perempuan Musa dan berkata kepadanya,

"Apakah yang menyebabkan kamu tahu bahwa ahli bait itu sayang kepadanya, apakah kamu mengenalnya?" Mereka merasa ragu dengan pernyataan saudara perempuan Musa itu. Ibnu Abbas berkata, "Hai Ibnu Jubair,

kejadian ini termasuk dari cobaan tersebut." Saudara perempuan Musa berkata, "Ahli bait itu pasti sayang kepada bayi ini karena mereka mengharapkan agar dapat menjadi orang yang terdekat dengan raja dan berharap

mendapat imbalannya dari raja." Mendengar alasannya yang tepat itu, maka mereka melepaskannya. Lalu saudara perempuan Musa pulang menemui ibunya dan menceritakan berita itu kepadanya. Kemudian ibunya datang;

dan ketika Musa diletakkan dipangkuannya, maka Musa langsung menetek padanya dan menyedot air susunya sehingga perutnya penuh dan kenyang. Kemudian pergilah seorang pembawa berita gembira, melapor kepada istri Fir'aun

bahwa telah diketemukan ibu yang mau menyusui Musa, anak angkatnya itu. Kemudian istri Fir'aun mengirimkan utusan agar menjemput wanita itu dan Musa. Setelah ia melihat apa yang dilakukan oleh Musa kepada ibu yang menyusuinya,

yakni Musa mau menerimanya sebagai ibu persusuannya, maka istri Fir'aun berkata kepada wanita itu (yang sebenarnya adalah ibu Musa sendiri), "Tinggallah kamu di istanaku untuk menyusui anakku ini, karena sesungguhnya

tiada sesuatu pun yang lebih aku cintai selain dari anakku ini." Ibu Musa menjawab, "Saya tidak dapat meninggalkan rumah saya lama-lama karena saya masih mempunyai anak kecil. Saya merasa khawatir bila anak saya merasa

kehilangan ibunya. Makajika Tuan suka menyerahkan bayi ini kepada saya untuk saya bawa ke rumah, saya sangat berterima kasih sekali dan saya akan berusaha sekuat tenaga untuk memperlakukannya dengan perlakuan yang terbaik.

Sesungguhnya saya tidak dapat meninggalkan rumah dan anak-anak saya." Ibu Musa teringat akan janji Allah kepadanya tentang Musa, saat itu istri Fir'aun tidak mempunyai pilihan lagi kecuali menuruti kehendaknya.

Ibu Musa merasa yakin bahwa Allah pasti akan memenuhi janji-Nya. Akhirnya pada hari itu juga ia pulang ke rumahnya dengan membawa Musa. Kemudian Allah membuat Musa tumbuh dengan pertumbuhan yang baik,

dan Allah memeliharanya karena keputusan yang telah ditetapkannya tentang Musa. Di masa itu kaum Bani Israil masih tetap hidup dalam penindasan dan kekejaman orang-orang Fir'aun. Setelah Musa tumbuh besar, istri Fir'aun berkata

kepada ibu Musa, "Bawalah anakku kepadaku." Maka ibu Musa menjanjikan kepadanya suatu hari di mana ia akan berkunjung ke istana dengan membawa Musa menghadap kepada istri Fir'aun.Istri Fir'aun berkata kepada kasir istana,

istri Fir'aun yang lainnya, dan semua hulubalang istana, "Jangan ada seorang pun di antara kalian kecuali ia harus menyambut anakku dengan membawa hadiah sebagai penghormatan kepadanya pada hari ini. Untuk mengecek kebenarannya

aku akan mengutus mata-mata untuk meneliti apakah tiap orang dari kalian benar-benar melakukan perintahku ini."Akhirnya hadiah dan bingkisan-bingkisan terus mengalir menyambut kedatangan Musa sejak Musa keluar dari rumah ibunya

sampai masuk ke istana istri Fir'aun. Setelah Musa masuk ke dalam istana istri Fir'aun, istri Fir'aun menghormati dan memuliakannya serta menyambutnya dengan gembira dan memberikan hadiah yang berlimpah kepada ibu Musa

sebagai imbalan dari jasanya yang telah merawat dan memelihara Musa dengan baik. Kemudian istri Fir'aun berkata, "Sesungguhnya aku benar-benar akan membawa Musa menghadap kepada Fir'aun, agar dia memberinya hadiah

dan penghormatan (kedudukan)." Setelah Musa dibawa ke istana Fir'aun, Fir'aun mendudukkan Musa di pangkuannya, tetapi Musa menarik jenggot Fir'aun dan menjulurkannya sampai ke tanah. Maka tukang tenung Fir'aun

dari kalangan musuh-musuh Allah berkata kepada Fir'aun, "Tidakkah engkau melihat apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Ibrahim, bahwa sesungguhnya dari keturunannya kelak akan lahir seseorang yang bakal mewarisi kerajaanmu

dan mengalahkanmu serta menjatuhkanmu?" Maka Fir'aun mengundang orang-orang yang ditugaskan untuk menyembelih anak-anak (Bani Israil). Ibnu Abbas mengatakan, "Hai Ibnu Jubair, peristiwa itu merupakan sebagian dari fitnah (cobaan)

sesudah semua cobaan yang ditimpakan kepada Musa." Tetapi istri Fir'aun datang dan mencegah seraya berkata, "Apakah yang akan engkau lakukan terhadap anak kecil yang telah engkau berikan kepadaku ini?" Fir'aun menjawab,

"Tidakkah kamu melihat bahwa dia mengira dirinya dapat menjatuhkanku dan mengalahkanku?" Istri Fir'aun berkata, "Sekarang adakanlah ujian agar duduk perkaranya menjadi jelas dan terang antara aku dan engkau sehubungan

dengan anak ini. Datang­kanlah dua butir bara api dan dua butir mutiara, lalu sajikanlah di hadapan anak ini. Jika anak ini ternyata mengambil dua buah mutiara dan tidak mengambil dua butir bara api, berarti anak ini telah mengerti.

Dan jika anak ini mengambil dua butir bara api dan tidak mengambil dua butir mutiara, maka ketahuilah bahwa tiada seorang pun yang berakal (mengerti) akan memilih dua butir bara api dan mengesampingkan dua butir mutiara."

Kemudian disajikan di hadapan Musa —yang saat itu masih anak-anak—dua butir bara api dan dua butir mutiara. Ternyata Musa mengambil dua butir bara api. Maka Fir'aun menarik tangan Musa dari bara api itu karena khawatir tangan Musa

akan terbakar, dan pada saat itu juga istri Fir'aun berkata, "Tidakkah kamu saksikan sendiri?" Allah Swt. memalingkan Musa dari bahaya dan menyelamatkannya dari ujian tersebut, padahal Fir'aun telah berniat jahat terhadapnya;

dan Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya terhadap Musa. Setelah Musa tumbuh dewasa dan menjadi seorang lelaki, maka tidak ada seorang pun dari kalangan keluarga Fir'aun bila bersamanya berani melakukan perbuatan aniaya

atau menghina seseorang dari kalangan kaum Bani Israil, mereka sangat segan dan tidak berani berbuat sembarangan dengan keberadaan Musa.Ketika Musa a.s. sedang berjalan sendirian di salah satu bagian kota Mesir,

tiba-tiba ia bersua dengan dua orang lelaki yang sedang bertengkar dengan serunya; salah seorangnya adalah orangnya Fir'aun (yakni bangsa Qibti), sedangkan yang lainnya adalah seorang dari Bani Israil.Kemudian orang Bani Israil itu

meminta tolong kepada Musa dalam menghadapi orang Qibti, Musa menjadi marah ketika orang Qibti itu memaki-maki dirinya karena orang Qibti itu mengetahui bahwa Musa dihormati oleh Bani Israil dan selalu berpihak kepada mereka.

Tiada seorang pun dari bangsa Qibti yang mengetahui hakikat Musa —mereka hanya mengetahui bahwa kaitan Musa dengan Bani Israil hanyalah kaitan persusuan— kecuali ibu Musa yang mengetahui hakikat sesungguhnya,

bahwa Musa adalah anaknya sendiri. Juga terkecuali Musa sendiri, karena Allah telah memberitahukan hal itu kepadanya yang tidak diketahui oleh orang lain. Maka Musa langsung memukul orang Qibti itu dan pukulan itu mematikannya.

Kejadian itu tidak ada seorang pun yang melihatnya selain Allah Swt. dan orang Bani Israil itu. Setelah membunuh orang Qibti itu Musa menyesali perbuatannya dan berkata, "Ini adalah perbuatan setan,

sesungguhnya setan itu adalah musuh yang jelas-jelas menyesatkan (manusia)." Kemudian Musa berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}


Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Qashash: 16)

Karena itu, Musa dirundung oleh rasa takut di kota itu seraya melihat perkembangannya dengan penuh rasa khawatir (akibat perbuatan yang telah dilakukannya kemarin). Lalu Musa datang menghadap kepada Fir'aun,

saat itu dilaporkan kepada Fir'aun bahwa sesungguhnya orang Bani Israil telah membunuh seorang lelaki dari kalangan pengikut Fir'aun. Si pelapor mengatakan, "Kami menuntut keadilan, belalah hak kami, janganlah engkau memberikan

ampunan kepada mereka." Fir'aun berkata, "Carilah pembunuhnya dan hadapkanlah kepadaku berikut dengan saksi yang melihat kejadian itu." Karena sesungguhnya seorang raja itu tidaklah adil bila menghukum seseorang tanpa bukti

dan tanpa saksi, sekalipun orang yang teraniaya adalah dari kalangan orang yang terdekat dengan raja. Selanjutnya Fir'aun mengatakan, "Selidikilah dahulu kejadiannya. Bila telah jelas, maka aku akan membalas pelakunya dengan hukuman

yang setimpal demi kalian' Ketika mereka sedang berkeliling melakukan penyelidikan kasus tersebut dan masih belum menemukan suatu bukti pun, tiba-tiba keesokan harinya Musa melihat orang Bani Israil yang kemarin sedang berkelahi pula

dengan seseorang dari kalangan pendukung Fir'aun. Kemudian orang Bani Israil itu kembali meminta tolong kepada Musa agar membantunya untuk melawan orang Qibti tersebut.Musa yang saat itu masih menyesali perbuatannya kemarin

merasa benci melihat kejadian tersebut. Orang Bani Israil itu menjadi marah ketika ia melihat Musa diam saja, saat itu ia hendak memukul orang Qibti yang menjadi lawannya. Musa mengingatkan orang Bani Israil itu akan kejadian kemarin

dan berkata kepadanya, ''Sesungguhnya kamu ini adalah orang yang benar-benar sesat."Setelah mendengar Musa berkata demikian, orang Bani Israil itu memandangnya, dan ia melihat Musa merah padam mukanya seperti kemarahannya

kemarin yang mengakibatkan terbunuhnya pengikut Fir'aun. Maka orang Bani Israil itu menjadi takut, ia merasa khawatir bahwa kemarahan Musa yang sekarang ini ditujukan kepada dirinya, bukan kepada pengikut Fir'aun yang menjadi lawannya

sekarang. Maka ia berkata kepada Musa, "Hai Musa, apakah kamu hendak membunuhku, sebagaimana kamu telah membunuh seseorang kemarin?" Orang Bani Israil itu tidak sekali-kali mengatakan demikian kepada Musa, melainkan karena

ia merasa takut bahwa kemarahan Musa kali ini ditujukan kepada dirinya dan Musa hendak membunuhnya. Akhirnya orang Bani Israil itu mengalah dan tidak melanjutkan pertengkarannya dengan orang Qibti, pengikut Fir'aun tersebut?"

Pengikut Fir'aun itu pergi, lalu ia menceritakan kepada kaumnya apa yang telah dikatakan oleh bekas lawannya yang dari kalangan Bani Israil itu. Yaitu perkataannya yang berbunyi, "Hai Musa, apakah kamu hendak membunuhku seperti kamu

membunuh seseorang kemarin?" Maka Fir'aun mengirimkan para algojonya untuk membunuh Musa, lalu utusan Fir'aun ini mulai melakukan pencarian terhadap Musa dengan langkah-langkah yang tenang karena mereka merasa yakin bahwa

Musa tidak akan dapat melarikan diri dari kejarannya. Mereka melakukan pengejaran dengan mengambil jalan-jalan besar. Seorang lelaki dari golongan Musa datang dengan langkah yang ter­gesa-gesa dari ujung kota menemui Musa

dengan memakai jalan pintas yang lebih dekat, sehingga ia dapat mendahului orang-orang Fir'aun yang sedang melakukan pengejaran terhadap Musa. Lalu lelaki itu menceritakan hal tersebut kepada Musa. Ibnu Abbas berkata

kepada Sa'id ibnu Jubair, "Hai ibnu Jubair, peristiwa ini termasuk di antara cobaan tersebut." Musa segera melarikan diri menuju ke arah negeri Madyan, padahal sebelum itu Musa tidak mengenal jalan menuju ke arah tersebut;

ia hanya berbekal baik prasangkanya kepada Allah Swt. dan tekadnya yang bulat. Ia mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya.


{عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَان}


Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar. Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu,

dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. (Al-Qashash: 22-23) Kedua wanita ku sedang menahan ternak kambingnya. Maka Musa bertanya kepada mereka, "Mengapa kamu berdua memisahkan diri, tidak meminumkan ternakmu

bersama orang-orang itu?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak mempunyai kekuatan untuk ikut berdesakan dengan kaum yang banyak. Sesungguhnya kami hanya meminumkan ternak kami dari sisa air mereka."Maka Musa menguak

kerumunan orang dan memenuhi timbanya dengan air yang banyak, sehingga ia adalah orang pertama yang mengambil air itu di antara para penggembala yang ikut berdesakan. Akhirnya kedua wanita itu pulang dengan membawa ternak

kambingnya menuju ke rumah mereka, menemui ayah mereka. Musa a.s. pergi dan bernaung di bawah sebuah pohon, lalu berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ}


Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.(Al-Qashash: 24) Ayah kedua wanita itu merasa heran karena kedua putrinya begitu cepat pulang dengan membawa ternaknya, lalu ia berkata,

"Sesungguhnya kalian berdua hari ini benar-benar mengalami kejadian yang penting." Kemudian keduanya menceritakan kepada ayahnya tentang apa yang telah dilakukan oleh Musa. Maka si ayah memerintahkan kepada

salah seorang putrinya untuk memanggil Musa. Ia mendatangi Musa dan mengundangnya agar menemui ayahnya. Setelah Musa menceritakan kepada ayah kedua orang wanita itu segala sesuatu yang telah dialaminya,

si orang tua berkata kepadanya, "Janganlah kamu takut, sekarang engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim. Baik Fir'aun atau kaumnya sama sekali tidak mempunyai kekuasaan terhadap kami

karena kami berada di luar kerajaannya." Salah seorang putrinya berkata, seperti yang dikisahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأمِينُ}


Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. (Al-Qashash: 26)

Maka rasa girah ayah kedua wanita itu tergugah sehingga ia berkata kepadanya, "Tahukah kamu sampai di manakah kekuatannya dan sampai di mana kepercayaannya?" Ia menjawab, bahwa kekuatan Musa yang di­lihatnya sendiri

ialah saat Musa mengambil timba besar dan memenuhinya dengan air untuk minum ternak kambingnya. Ia belum pernah menyaksi­kan seorang lelaki yang lebih kuat daripada Musa dalam mengambil air minum dari telaga itu.

(Selanjutnya wanita itu berkata), "Adapun mengenai kepercayaannya (agamanya), sesungguhnya Musa pada mulanya memandang saya saat saya menuju kepadanya dan sampai di hadapannya. Setelah Musa mengetahui bahwa

saya adalah seorang wanita, maka ia menundukkan pandangan matanya dan tidak berani mengangkatnya hingga saya menyampaikan undanganmu kepadanya. Lalu Musa berkata kepadaku, 'Berjalanlah kamu di belakangku,

dan beritahukanlah jalan menuju rumahmu kepadaku (dari belakang).' Tidak sekali-kali ia melakukan demikian melainkan dia adalah orang yang dapat dipercaya." Maka hati si ayah menjadi tenang kembali dan mempercayai apa yang diucapkan

oleh putrinya itu tentang Musa. Kemudian (si ayah) berkata kepada Musa, "'Maukah kamu bila kukawinkan dengan salah seorang dari anak perempuanku ini atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun;

dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun, itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik." Musa menyetujuinya, dan kewajiban Musa

ialah bekerja selama delapan tahun. Hal ini diselesaikannya dengan baik, kemudian Musa menambahnya dua tahun hingga genap sepuluh tahun; yang dua tahun itu sebagai hadiah dari Musa.Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa ia pernah

dijumpai oleh seorang ulama Nasrani, dan orang itu berkata kepadanya, "Tahukah kamu, mana­kah di antara kedua tempo yang diselesaikan oleh Musa? Saya menjawab, "Tidak tahu." Dan memang saat itu saya tidak mengetahui

kisah tersebut, lalu saya bersua dengan Ibnu Abbas dan menceritakan kepadanya tentang pertanyaan orang Nasrani itu. Ibnu Abbas menjawab, "Tidakkah kamu tahu bahwa masa delapan tahun merupakan suatu kewajiban bagi Nabi Musa

untuk menunaikannya? Ia tidak mengurangi sedikit pun dari delapan tahun. Dan Musa mengetahui bahwa Allah telah menakdirkan baginya akan menyelesaikan masa yang telah dijanjikan itu, dan akhirnya Musa menyelesaikan masa

sepuluh tahun tersebut." Kemudian aku bersua kembali dengan orang Nasrani tersebut, maka kuceritakan kepadanya hal tersebut. Lalu orang Nasrani itu berkata, "Orang yang engkau tanyai dan menceritakan kepada engkau akan hal itu

adalah orang yang lebih alim (mengetahui) tentang hal tersebut daripada engkau." Saya berkata, "Bahkan lebih mulia dan lebih utama." Setelah Musa berjalan membawa keluarganya dan terjadilah peristiwa api dan tongkat serta tangannya,

seperti apa yang telah disebutkan kisahnya oleh Allah Swt. kepadamu di dalam Al-Qur'an, maka Musa mengadu kepada Tuhannya tentang apa yang ia takuti dari Fir'aun dan bala tentaranya menyangkut peristiwa pembunuhan

yang dilakukannya. Musa pun mengadu kepada Tuhannya tentang kekakuan lidahnya, karena sesungguhnya lisan (lidah) Musa mengalami kekakuan yang membuatnya tidak dapat berbicara terlalu banyak. Dan Musa meminta

kepada Tuhannya agar ia dibantu oleh saudaranya (yaitu Harun) yang kelak akan menjadi juru terjemahnya terhadap banyak perkataan yang ia tidak dapat mengungkapkannya secara fasih. Maka Allah mengabulkan permintaannya

dan melepaskan kekakuan lidahnya, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Harun dan memerintah­kan kepada Musa agar menemui Harun. Maka Musa berangkat dengan membawa tongkatnya sampai bersua dengan Harun a.s.,

setelah itu keduanya berangkat menuju negeri tempat Fir'aun berada.Keduanya sampai di depan pintu istana Fir'aun dan berdiam selama beberapa lama karena tidak di beri izin untuk masuk, kemudian keduanya diberi izin

sesudah mendapat rintangan yang sangat keras. Lalu keduanya berkata, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:


{إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ}


Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu. (Thaha: 47) Fir'aun bertanya, "Siapakah Tuhan kamu berdua?" Keduanya menjawab Fir'aun denganjawaban seperti yang dikisahkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an kepada kita.

Fir'aun bertanya, "Lalu apakah yang kamu berdua inginkan?" Fir'aun teringat akan peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan oleh Musa, tetapi ia tidak dapat mengatakannya karena pembicaraan telah mengarah ke topik lain.

Musa menjawab, "Saya menginginkan agar engkau beriman kepada Allah dan melepaskan kaum Bani Israil untuk pergi bersama kami." Fir'aun menolak permintaan Musa dan berkata, "Datangkanlah suatu tanda

(mukjizat jika engkau termasuk orang-orang yang benar." Maka Musa melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkatnya berubah ujud menjadi ular yang besar seraya mengangakan mulutnya merayap dengan cepat menuju ke arah Fir'aun.

Ketika Fir'aun melihat ular besar itu menuju ke arahnya, ia takut dan lari dari singgasananya, lalu meminta tolong kepada Musa agar menahan ular itu supaya tidak menyerangnya. Musa melakukan apa yang diminta oleh Fir'aun,

kemudian Musa mengeluarkan tangannya dari kantongnya; maka tangan Musa kelihatan putih bersinar bukan karena penyakit. Lalu Musa mengembalikan tangannya ke dalam kantongnya, maka warna tangannya kembali seperti semula.

Fir'aun bermusyawarah dengan para pejabat yang ada di sekitarnya, menanggapi apa yang telah dilihatnya. Maka mereka berkata kepada Fir'aun, seperti yang diceritakan oleh Firman-Nya:


{يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى}


Dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. (Thaha: 63) Yakni bertujuan hendak melenyapkan kerajaan mereka

yang menjadi tempat hidup mereka. Fir'aun dan orang-orang terdekatnya menolak, tidak mau memberikan kepada Musa sesuatu pun yang dimintanya. Bahkan mereka berkata kepada Fir'aun, "Kumpulkanlah semua ahli sihir

yang banyak didapat di negerimu untuk menghadapi dua orang ini, sampai sihirmu menang atas sihir keduanya."Maka Fir'aun mengirimkan utusannya ke berbagai kota besar, dan terhimpunlah semua ahli sihir yang benar-benar pakar,

mereka menghadap kepada Fir'aun. Setelah para ahli sihir itu datang di hadapan Fir'aun, maka mereka bertanya,"Perbuatan apakah yang telah dilakukan oleh ahli sihir ini (Musa)?" Fir'aun menjawab, "Dia dapat membuat ular."

Para ahli sihir berkata, "Tidak, demi Tuhan, tiada seorang pun di muka bumi ini yang dapat menyihir tali dan tongkat menjadi ular seperti yang biasa kami lakukan. Maka imbalan apakah yang akan engkau berikan kepada kami

jika kami menang?" Fir'aun berkata kepada mereka, "Kalian akan menjadi orang-orang terdekatku dan kuanggap kalian sebagai kerabatku, dan aku akan memenuhi segala sesuatu yang kalian sukai." Maka Musa dan para ahli sihir itu

mengadakan suatu janji pertemuan pada hari raya, dan hendak­nya pertandingan mereka disaksikan oleh semua orang di waktu duha. Sa'id ibnu Jubair mengatakan, Ibnu Abbas mengatakan kepadanya bahwa yang dimaksud

dengan hari raya itu adalah hari Asyura; pada hari itu Allah Swt. memenangkan Musa atas Fir'aun dan para ahli sihirnya. Setelah mereka bertemu di suatu lapangan yang luas, maka orang-orang yang menyaksikan sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Marilah kita berangkat untuk menyaksikan pertandingan ini."


{لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِنْ كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ}


semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang. (Asy-Syu'ara: 40) Yang mereka maksudkan dengan ahli sihir ialah Musa dan Harun. Mereka katakan kalimat ini dengan nada memperolok-olokkan keduanya.


{إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ. قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ}


Ahli-ahli sihir berkata, "Hai Musa, kamukah yang akan melempar­kan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?” Musa menjawab, "Lemparkanlah (lebih dahulu)" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang

dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 115-116) Musa menyaksikan hasil dari sihir mereka, dan dalam hatinya ia merasa takut, lalu Allah mewahyukan kepadanya,

"Lemparkanlah tongkatmu!" Setelah Musa melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkatnya berubah menjadi ular yang sangat besar sedang mengangakan mulutnya. Maka tongkat-tongkat dan tali-tali tukang sihir itu menjadi satu

membentuk suatu untaian dan menuju ke arah ular besar, lalu masuk ke dalam mulutnya, sehingga tiada suatu tongkat pun dan tiada seutas tali pun dari rekayasa tukang-tukang sihir Fir'aun melainkan ditelan oleh ular besar Nabi Musa.

Melihat pemandangan tersebut para ahli sihir berkata, "Seandainya apa yang dibuat oleh Musa ini adalah sihir, tentulah ia tidak akan sampai melakukan demikian terhadap sihir kami. Tetapi hal ini tiada lain dari Allah Swt. belaka,

maka kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang disampaikan oleh Musa dari sisi Allah, dan kami bertobat kepada Allah dari segala perbuatan kami terhadap Musa."

Allah mematahkan tulang punggung Fir'aun di tempat tersebut, demikian pula para pendukungnya. Perkara hak telah menang, dan batallah semua upaya yang telah mereka lakukan.


{فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ}


Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. (Al-A'raf: 119) Saat itu istri Fir'aun tampak dengan pakaian yang merendahkan diri, berdoa kepada Allah untuk kemenangan Musa atas Fir'aun

dan para pembantunya. Tetapi orang dari kalangan keluarga Fir'aun yang melihatnya pasti menduga bahwa istri Fir'aun sedang berdoa untuk kemenangan Fir'aun serta para pembantunya, dan sesungguhnya kesedihan dan kesusahan

yang dialaminya hanyalah semata-mata karena kasihan kepada Musa. Sudah cukup lama Musa menanti-nanti janji Fir'aun yang selalu dusta. Manakala Musa mendatangkan suatu mukjizat atas permintaan Fir'aun yang menjanjikan kepadanya

bahwa jika mukjizat itu diperlihatkan, maka ia bersedia melepaskan kepergian Bani Israil bersamanya; tetapi bila mukjizat itu telah ditampakkan, Fir'aun mengingkari janjinya. Fir'aun berkata kepada Musa, "Apakah Tuhanmu mampu

mem-perbuat hal selain ini?" Maka Allah mengirimkan pada kaum Fir'aun banjir, belalang, kutu, katak, dan darah sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah yang jelas. Setiap kali datang suatu mukjizat, Fir'aun mengadu kepada Musa

agar melenyapkan mukjizat tersebut dan berjanji kepadanya akan melepaskan kepergian Bani Israil bersamanya. Tetapi bila telah dilenyapkan, Fir'aun kembali mengingkari janjinya. Hingga akhirnya Allah memerintahkan kepada Musa

agar membawa pergi kaum Bani Israil bersamanya. Maka Musa berangkat membawa mereka di malam hari. Pada keesokan harinya Fir'aun melihat bahwa kaum Bani Israil telah pergi. Maka ia mengumpulkan semua prajuritnya

dari kota-kota besar, lalu ia mengejar Musa dan kaumnya dengan membawa pasukan yang besar. Allah mewahyukan kepada laut, 'Apabila hamba-Ku Musa memukul­mu dengan tongkatnya, membelahlah kamu menjadi dua belas belahan,

agar Musa dan orang-orang yang bersamanya dapat melaluimu. Setelah itu menyatulah kamu dengan menenggelamkan orang-orang yang datang sesudah mereka, yaitu Fir'aun dan pasukannya."Musa lupa memukul laut itu

dengan tongkatnya. Ketika ia sampai di tepi laut itu, saat itu laut bergelombang besar karena ketakutan akan dipukul oleh Musa dengan tongkatnya, padahal Musa lupa. Dengan demikian, berarti Musa melanggar perintah Allah.

Ketika kedua golongan saling melihat dan keduanya makin mendekat, teman-teman Musa berkata, "Sesungguhnya kita sekarang hampir terkejar, maka lakukanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu, sesungguhnya

Dia tidak berdusta dan kamu pun bukan pendusta." Musa berkata, "Tuhanku telah menjanjikan kepadaku bahwa jika aku sampai di tepi laut, maka laut akan membelah menjadi dua belas jalan agar aku dapat melewatinya." Saat itulah

Musa ingat akan tongkatnya, lalu ia pukulkan ke laut itu di saat bagian depan pasukan Fir'aun telah berada di dekat bagian belakang kaum Musa. Maka laut itu terbelah seperti apa yang telah diperintahkan oleh Tuhannya

dan seperti yang telah dijanjikan oleh Musa. Setelah Musa dan orang-orang yang bersamanya telah melalui laut itu, dan Fir'aun bersama pasukannya telah masuk ke dalam laut, maka laut menyatu kembali, menenggelamkan mereka

sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Setelah Musa melewati laut itu, teman-temannya berkata, "Sesungguhnya kami merasa khawatir bila Fir'aun masih belum ditenggelamkan dan kami masih belum percaya bahwa

ia telah ditenggelamkan." Maka Musa berdoa kepada Tuhannya, dan Allah mengeluarkan tubuh Fir'aun yang telah mati dari laut itu sehingga mereka percaya akan kematiannya. Sesudah mereka selamat dari kejaran Fir'aun

dan bala tentaranya, mereka melewati suatu kaum. Kaum itu sedang melakukan penyembahan kepada berhala mereka.


{قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ إِنَّ هَؤُلاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}


Bani Israil berkata, "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab.”Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).

” Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya. (Al-A'raf: 138-­139), hingga akhir ayat. Kalian telah melihat dan mendengar pelajaran-pelajaran yang cukup untuk dijadikan pegangan bagi kalian.

Musa melanjutkan perjalanannya membawa kaumnya, lalu Musa menempatkan mereka di suatu tempat dan ia berkata kepada mereka, "Taatlah kalian kepada Harun, karena sesungguhnya aku telah mengangkatnya sebagai pengganti diriku

untuk mengatur kalian. Sesungguhnya aku akan pergi menemui Tuhanku." Musa memberinya tempo tiga puluh hari, bahwa setelah itu ia akan kembali kepada mereka.Setelah Musa sampai ke tempat yang telah dijanj ikan oleh Tuhannya,

maka sebelum Musa berbicara dengan Tuhannya, ia melakukan puasa terlebih dahulu selama tiga puluh hari secara terus-menerus siang dan malam. Musa tidak suka berbicara kepada Tuhannya ketika mulutnya sedang bau karena puasa

yang dilakukannya. Maka Musa mengambil sesuatu dari tetumbuhan yang ada di situ dan mengunyahnya. Lalu Tuhannya befirman kepadanya —padahal Dia Maha Mengetahui tentang apa yang dilakukannya—, "Mengapa kamu berbuka?"

Musa menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya saya tidak suka berbicara dengan-Mu melainkan bila mulut saya enak baunya." Allah Swt. berfirman, "Tidakkah engkau ketahui, hai Musa, sesungguhnya bau mulut

orang yang sedang puasa itu harum menurut­Ku daripada bau minyak misk (kesturi). Sekarang ulangilah puasamu sebanyak sepuluh hari, kemudian kembalilah kamu kepada-Ku." Musa melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhannya.

Setelah kaumnya melihat bahwa Musa tidak kembali kepada mereka dalam waktu yang tepat seperti yang dijanjikannya, maka mereka merasa gelisah dan kecewa. Harun sebelum itu telah berkhotbah kepada mereka seraya mengatakan,

"Sesungguhnya kalian telah diselamatkan dari negeri Mesir, sedangkan di tangan kalian masih ada barang pinjaman dan barang titipan milik kaum Fir'aun. Begitu pula sebaliknya, milik kalian masih ada yang tertinggal di tangan mereka.

Menurutku, sebaiknya kalian merelakan barang kalian yang ada pada mereka. Tetapi aku tidak menghalalkan kepada kalian barang titipan atau barang pinjaman mereka yang ada di tangan kalian. Kita juga tidak akan mengembalikannya

kepada mereka barang sedikit pun serta tidak pula memilikinya buat diri kita sendiri." Lalu Harun membuat suatu galian dan memerintahkan kepada setiap orang yang mempunyai barang atau perhiasan titipan atau pinjaman

dari kaumnya Fir'aun untuk melemparkannya ke dalam galian itu. Lalu semua barang itu dibakar dengan api dalam galian tersebut. Harun berkata, "Biarkanlah barang-barang ini tidak menjadi milik kita dan tidak pula milik mereka."

Saat itu Samiri yang berasal dari kaum penyembah sapi yang hidup bertetangga dengan kaum Bani Israil —tetapi ia bukan berasal dari kaum Bani Israil— ikut bersama mereka. Samiri yang menggabungkan diri bersama Musa dan Bani Israil

saat mereka berangkat, telah ditakdirkan baginya dapat melihat suatu jejak. Lalu ia memungut segenggam tanah dari bekas jejak itu dan membawanya pergi. Ketika ia bersua dengan Harun, Harun berkata kepadanya, "Hai Samiri,

mengapa engkau tidak melemparkan apa yang ada di tanganmu itu?" Samiri menggenggam erat tanah tersebut tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya selama itu, hanya Harunlah yang melihatnya. Samiri menjawab,

"Ini adalah segenggam tanah bekas jejak rasul (Jibril) yang membimbing kalian melewati laut itu. Aku tidak akan melemparkannya walau bagaimanapun, kecuali jika engkau berdoa kepada Allah bahwa jika barang ini kulemparkan ke dalam api itu

Dia akan menjadikannya sesuatu menurut apa yang kukehendaki." Harun menyetujuinya. Maka Samiri melemparkan tanah bekas jejak rasul itu ke dalam api dan Harun berdoa memohon kepada Allah. Samiri berkata, "Saya menginginkan

agar ia menjadi anak lembu." Maka terhimpunlah semua barang dan perhiasan yang ada di dalam galian itu, baik yang berupa emas, tembaga, atau pun besi;, lalu membentuk menjadi seekor anak lembu yang berongga, tetapi tanpa roh

dan hanya ada suaranya saja. Ibnu Abbas mengatakan, "Tidak, demi Allah, anak lembu itu sama sekali tidak bersuara, melainkan suaranya itu akibat pengaruh angin yang masuk dari duburnya, kemudian keluar dari mulutnya;

karenanya maka bersuara. Maka kaum Bani Israil berpecah-belah menjadi banyak golongan. Segolongan di antara mereka mengatakan, "Hai Samiri, apakah ini?" Kamu lebih mengetahui tentangnya." Samiri menjawab, "Ini adalah tuhan kalian,

tetapi Musa sesat jalan." Sebagian dari mereka mengatakan, "Kami tidak mau mendustakan ini hingga Musa kembali kepada kita. Jika patung anak lembu ini benar-benar tuhan kita, tentu kita tidak akan menyia-nyiakannya

dan kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi terhadapnya. Dan jika patung lembu ini bukan tuhan kita, maka kita mengikuti Musa." Segolongan lain mengatakan, "Ini adalah perbuatan setan. Ini bukan tuhan kita, kami tidak percaya

dan tidak membenarkannya." Ternyata ada segolongan dari mereka yang terpengaruh oleh Samiri dan mempercayai apa yang dikatakannya tentang patung anak lembu itu, akhirnya mereka secara terang-terangan mendustakan Musa. Maka Harun berkata kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ}


Hai kaumku, sesungguhnya kalian itu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhan kalian ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku. (Thaha: 90)

Mereka menjawab, "Lalu mengapa Musa telah menjanjikan kepada kami tiga puluh hari, kemudian dia mengingkarinya? Sekarang telah berlalu masa empat puluh hari." Orang-orang yang kurang akalnya dari kalangan mereka

mengatakan bahwa Musa keliru mencari Tuhannya, sekarang dia sedang mencari dan menelusuri-Nya.Setelah Allah berfirman kepada Musa dan mengajaknya berbicara langsung serta menceritakan kepadanya apa yang telah dialami oleh kaumnya sesudah kepergiannya.


{فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا}


Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. (Thaha: 86) Lalu Musa berkata kepada mereka, seperti yang kalian dengan kisahnya di dalam Al-Qur'an, kata Ibnu Abbas.Musa menarik kepala (jenggot)

saudaranya (Harun) mendekat ke dirinya dan membanting luh-luh-nya. karena marah. Tetapi pada akhirnya Musa memaafkan saudaranya karena saudaranya mengemukakan alasan yang benar, lalu Musa memohonkan ampun

buat saudaranya. Sesudah itu Musa pergi menemui Samiri dan berkata kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Samiri menjawab, "Saya memungut segenggam tanah dari bekas telapak utusan Allah (Jibril), dan saya mengetahui hikmahnya, tetapi saya sembunyikan dari kalian.


{وَكَذَلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ وَانْظُرْ إِلَى إِلَهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا}


lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.” Berkata Musa, "Pergilah kamu. maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan, 'Janganlah menyentuh (aku)'.

Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh

akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).” (Thaha: 96-97) Seandainya dia benar-benar tuhan, tentulah nasibnya tidak akan demikian. Akhirnya kaum Bani Israil sadar bahwa diri mereka tertimpa fitnah,

dan mereka iri kepada orang-orang yang sependapat dengan Harun. Maka mereka berkata kepada golongannya, "Hai Musa, mintakanlah kepada Tuhanmu agar Dia membukakan pintu tobat buat kami. Kami akan bertobat

dan Dia akan menghapuskan dosa perbuatan kami." Maka Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk tujuan tersebut, mereka adalah dari kalangan orang-orang Bani Israil yang terpilih dan tidak ikut musyrik menyembah anak lembu.

Kemudian Musa membawa mereka pergi untuk meminta tobat, tetapi bumi berguncang sehingga Musa merasa malu terhadap kaumnya dan delegasi yang dibawanya saat mereka mendapat balasan seperti itu. Maka Musa berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{رَبِّ لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ أَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا}


Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasa­kan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akalnya di antara kami. (Al-A'raf: 155)

Di antara mereka terdapat orang yang isi hatinya dirasuki oleh kecintaan menyembah anak lembu dan beriman kepadanya, karena itulah bumi berguncang menggoyahkan mereka. Maka Allah Swt. berfirman:


{وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيل}


dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul,

Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil. (Al-A'raf: 156-157) Musa berkata, "Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu tobat bagi umatku, tetapi Engkau berfirman,'Sesungguhnya rahmat-Ku,

Aku tetapkan untuk orang-orang selain dari kaumku.' Maka mengapa tidak Engkau tangguhkan kemunculanku hingga tiba masanya umat lelaki tersebut yang dirahmati, lalu baru Engkau memunculkan diriku?" Allah berfirman kepada mereka,

bahwa sesungguhnya cara tobat mereka ialah hendaknya setiap lelaki dari mereka membunuh lelaki lainnya yang dijumpainya, baik ia sebagai orang tua atau pun anaknya; dan hendaklah ia membunuh­nya dengan pedang,

tanpa memperdulikan siapa yang dibunuhnya di tempat itu; juga menerima tobat orang-orang yang tersembunyi dari pengetahuan Musa dan Harun, tetapi Allah mengetahui mereka. Mereka mengakui dosanya dan mengerjakan apa

yang diperintahkan kepada mereka, akhirnya Allah mengampuni orang yang membunuh dan orang yang terbunuh (dari kalangan mereka). Selanjutnya Musa membawa mereka menuju ke arah Baitul Maqdis; Musa memungut kembali luh-luh-nya

sesudah amarahnya reda, lalu Musa memerintahkan kepada mereka agar mengerjakan tugas-tugas yang telah diperintahkan oleh Allah melaluinya agar disampaikan kepada mereka. Akan tetapi, hal itu terasa berat oleh mereka.

Akhirnya rfiereka menolak, tidak mau mengakuinya. Maka Allah menjebol sebuah gunung dan mengangkatnya di atas mereka, sehingga gunung itu seakan-akan menjadi naungan yang mahabesar, lalu didekatkan kepada mereka

sehingga mereka takut tertimpa gunung itu. Akhirnya mereka terpaksa memegang Al-Kitab itu dengan tangan kanan mereka sebagai pertanda bahwa mereka mau mengamalkannya, sedangkan mata mereka tertuju kepada gunung itu.

Kitab itu mereka pegang di tangan mereka sambil menjauhkan diri dari gunung tersebut karena khawatir akan menimpa mereka, setelah itu mereka melanjutkan perjalanannya. Setelah sampai di Baitul Maqdis, mereka menjumpai bahwa

kota tersebut telah dikuasai oleh kaum yang berlaku sewenang-wenang; dan bentuk tubuh mereka sangatlah besar, sehingga disebutkan bahwa buah-buahan yang dimakan oleh mereka bukan main besarnya. Kaum Bani Israil berkata,

"Hai Musa, sesungguhnya di dalam kota Baitul Maqdis terdapat suatu kaum yang berlaku sewenang-wenang, tiada kekuatan bagi kami untuk melawan mereka. Kami tidak berani memasukinya selagi mereka masih ada di dalamnya;

kecuali jika mereka pergi meninggalkannya, maka barulah kami mau memasukinya." Dua orang lelaki dari kalangan kaum yang ditakuti oleh mereka itu —yang ketika ditanyakan kepada Yazid siapa mereka itu, maka Yazid menjawab bahwa

mereka dari kalangan kaum yang sewenang-wenang tersebut— berkata," Kami beriman kepada Musa." Keduanya keluar dari kota itu dan menuju ke tempat Musa, lalu berkata kepadanya, "Kami lebih mengetahui tentang kaum kami.

Kalian ini hanyalah memandang dari segi postur tubuh mereka yang besar-besar, juga peralatan perang mereka, sehingga kalian takut kepada mereka. Padahal sesungguhnya hati mereka pengecut dan tidak mempunyai kekuatan bela diri.

Maka masuklah kalian dari pintu gerbangnya; jika kalian memasukinya, sesungguhnya kalian akan beroleh kemenangan atas mereka." Sebagian orang berpendapat bahwa kedua orang tersebut adalah dari kalangan kaum Musa sendiri.

Kemudian orang-orang yang merasa takut dari kalangan kaum Bani Israil mengatakan, seperti yang disebutkan oleh Firman-Nya:


{ [قَالُوا] يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ}


Mereka berkata ' Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu; dan berperanglah kamu berdua, sesung­guhnya kami

hanya duduk menanti di sini saja.”(Al-Maidah: 24) Hal itu membuat Musa murka. Maka ia berdoa kepada Allah untuk kebinasaan mereka yang membangkang, dan dalam doanya Musa menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang fasik

(pembangkang). Sebelumnya Musa tidak pernah mendoakan buat kebinasaan mereka, hal itu dilakukannya setelah ia melihat kedurhakaan mereka dan sikap mereka yang jahat pada hari itu. Allah memperkenankan permohonan Musa

dan menamakan mereka dengan sebutan yang telah diberikan oleh Musa, yaitu bahwa mereka adalah orang-orang fasik. Dan Allah mengharamkan Baitul Maqdis bagi mereka selama empat puluh tahun; yang selama itu mereka tersesat

di muka bumi tanpa mengetahui jalan pulang. Setiap harinya mereka selalu berjalan mencari jalan untuk kembali, tidak pernah menetap di suatu tempat pun. Di Padang Tih mereka tersesat, dan awan selalu menaungi mereka

(dari sengatan matahari yang terik); lalu Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa, serta menjadikan pakaian mereka tidak pernah kumal dan tidak pernah kotor. Allah menjadikan sebuah batu segi empat di hadapan mereka,

lalu memerintahkan kepada Musa agar memukulnya dengan tongkatnya. Maka mengalirlah darinya dua belas mata air; setiap sisi dari batu segi empat itu memancarkan tiga mata air. Musa memberitahukan kepada tiap-tiap kabilah

dari kaumnya akan tempat minumnya masing-masing (mereka semua terdiri atas dua belas kabilah). Tidak sekali-kali mereka berangkat dari suatu tempat untuk mencari jalan keluar dari padang Tih itu. melainkan menjumpai batu segi empat itu

berada di hadapan mereka lagi dan di tempat yang sama dengan kemarinnya. Ibnu Abbas me-rafa'-kan hadis ini sampai kepada Nabi Saw. Dan sebagai buktinya, menurutku ialah bahwa pada suatu hari Mu'awiyah mendengar sahabat

Ibnu Abbas menceritakan hadis ini. Lalu Mu'awiyah mengingkarinya sehubungan dengan peristiwa orang Qibti yang menceritakan rahasia Musa di hadapan Fir'aun tentang peristiwa pembunuhan tersebut. Mu'awiyah mengatakan,

'"Mana mungkin si orang Qibti itu yang membeberkan rahasia Musa, padahal dia tidak mengetahui peristiwa itu dan dia tidak ada di tempat saat kejadiannya selain orang Bani Israil dan orang Qibti yang dibunuh oleh Musa."

Maka Ibnu Abbas marah, lalu menarik tangan Mu'awiyah dan membawanya pergi menuju ke rumah Sa'd ibnu Malik Az-Zuhri. Lalu Ibnu Abbas berkata kepadanya, "Hai Abu Ishaq (nama panggilan Sa'd), apakah engkau masih ingat hari

ketika Rasulullah Saw. menceritakan kepada kita tentang kisah pembunuhan yang dilakukan oleh Musa terhadap salah seorang dari keluarga Fir'aun, juga kisah tentang seorang Bani Israil yang membeberkan rahasia Musa

di hadapan seorang keluarga Fir'aun lainnya?" Sa'd ibnu Malik Az-Zuhri menjawab bahwa sesungguhnya orang yang membeberkan rahasia pembunuhan yang dilakukan oleh Musa adalah seorang dari keluarga Fir'aun lainnya

yang telah mendengar rahasia kejadian itu dari seorang Bani Israil yang sedang bertengkar dengannya, sedangkan orang tersebutlah yang terlibat dalam peristiwa itu ." Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Nasai

di dalam kitab Sunanul Kubra-nya. Abu Ja'far ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya masing­-masing melalui hadis Yazid ibnu Harun dengan sanad yang sama. Hadis ini mauquf hanya sampai

pada Ibnu

Surat Ta-Ha |20:37|

وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَيْكَ مَرَّةً أُخْرَىٰ

wa laqod manannaa 'alaika marrotan ukhrooo

Dan sungguh, Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kesempatan yang lain (sebelum ini),

And We had already conferred favor upon you another time,

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 37 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Ta-Ha |20:38|

إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّكَ مَا يُوحَىٰ

iż auḥainaaa ilaaa ummika maa yuuḥaaa

(yaitu) ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan,

When We inspired to your mother what We inspired,

Tafsir
Jalalain

(Yaitu ketika) lafal Idz di sini mengandung makna Ta'lil (mengilhamkan kepada ibumu) di dalam mimpi, atau berupa inspirasi, yaitu sewaktu ibumu melahirkan dirimu,

dan ia merasa khawatir Firaun akan membunuhmu bersama-sama dengan anak-anak lelaki lainnya yang baru dilahirkan saat itu

(suatu yang diilhamkan") mengenai urusanmu. Selanjutnya dijelaskan ilham tersebut dalam firman selanjutnya:

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 38 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Ta-Ha |20:39|

أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ ۚ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِي

aniqżi fiihi fit-taabuuti faqżi fiihi fil-yammi falyulqihil-yammu bis-saaḥili ya`khuż-hu 'aduwwul lii wa 'aduwwul lah, wa alqoitu 'alaika maḥabbatam minnii, wa litushna'a 'alaa 'ainii

(yaitu), letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh (Fir´aun) musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku, dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.

[Saying], 'Cast him into the chest and cast it into the river, and the river will throw it onto the bank; there will take him an enemy to Me and an enemy to him.' And I bestowed upon you love from Me that you would be brought up under My eye.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu, "Letakkanlah ia) tarohlah ia (di dalam sebuah peti, kemudian lemparkanlah ia) yakni peti itu (ke sungai) yakni sungai Nil (maka pasti sungai itu membawanya ke tepi)

ke pinggirnya. Kata perintah di sini mengandung makna kalimat berita (supaya diambil oleh musuh-Ku dan musuhnya) yaitu raja Firaun. (Dan Aku telah melimpahkan)

sesudah Firaun mengambil anakmu darimu (kepadamu kasih sayang yang datang daripada-Ku) supaya semua orang merasa kasih sayang kepadamu, lalu Firaun akan merasa sayang kepadamu,

demikian pula setiap orang yang melihatmu (dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku) kamu dipelihara di bawah asuhan dan penjagaan-Ku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Ta-Ha |20:40|

إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ مَنْ يَكْفُلُهُ ۖ فَرَجَعْنَاكَ إِلَىٰ أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ۚ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا ۚ فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ

iż tamsyiii ukhtuka fa taquulu hal adullukum 'alaa may yakfuluh, fa roja'naaka ilaaa ummika kai taqorro 'ainuhaa wa laa taḥzan, wa qotalta nafsan fa najjainaaka minal-ghommi wa fatannaaka futuunaa, fa labiṡta siniina fiii ahli madyana ṡumma ji`ta 'alaa qodariy yaa muusaa

(Yaitu) ketika saudara perempuanmu berjalan, lalu dia berkata (kepada keluarga Fir´aun), "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?"Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati. Dan engkau pernah membunuh seseorang, lalu Kami selamatkan engkau dari kesulitan (yang besar) dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan (yang berat), lalu engkau tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian engkau, wahai Musa, datang menurut waktu yang ditetapkan,

[And We favored you] when your sister went and said, 'Shall I direct you to someone who will be responsible for him?' So We restored you to your mother that she might be content and not grieve. And you killed someone, but We saved you from retaliation and tried you with a [severe] trial. And you remained [some] years among the people of Madyan. Then you came [here] at the decreed time, O Moses.

Tafsir
Jalalain

(Yaitu ketika) lafal Idz di sini bermakna Ta'lil (saudaramu yang perempuan berjalan) namanya Maryam untuk menyelidiki beritamu. Karena sesungguhnya Firaun dan keluarganya

telah mendatangkan orang-orang perempuan yang menyusui, sedangkan kamu tidak mau menerima air susu seorang pun di antara mereka

(lalu ia berkata, 'Bolehkah saya menunjukkan kepada kalian orang yang akan memeliharanya') kemudian usulnya itu ternyata diperkenankan oleh keluarga Firaun,

maka segera Maryam mendatangkan ibunya, lalu Nabi Musa mau menerima air susunya. (Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya)

karena bertemu kembali denganmu (dan tidak berduka cita) sejak saat itu. (Dan kamu pernah membunuh seorang manusia) yaitu seorang bangsa Qibti di Mesir. Maka kamu merasa susah dan khawatir

setelah membunuh orang itu terhadap pembalasan raja Firaun (lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan)

Kami telah mengujimu dengan beberapa cobaan selain dari peristiwa itu, kemudian Kami selamatkan pula kamu daripadanya (maka kamu tinggal beberapa tahun)

yakni selama sepuluh tahun (di antara penduduk Madyan) sesudah kamu datang ke tempat itu dari negeri Mesir, yaitu kamu tinggal di tempat Nabi Syuaib yang kemudian ia mengawinkanmu

dengan putrinya (kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan) di dalam ilmu-Ku dengan membawa risalah, yaitu dalam usia empat puluh tahun (hai Musa!)

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 40 |

Penjelasan ada di ayat 36

Surat Ta-Ha |20:41|

وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي

washthona'tuka linafsii

dan Aku telah memilihmu (menjadi rasul) untuk diri-Ku.

And I produced you for Myself.

Tafsir
Jalalain

(Dan Aku telah memilihmu) telah menjadikanmu sebagai orang yang terpilih (untuk diri-Ku) untuk mengemban risalah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 41 |

Tafsir ayat 41-44

Allah berfirman kepada Musa, bahwa sesungguhnya dia akan bermukim di tengah-tengah penduduk Madyan setelah melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan para pembantunya. Selama itu ia menggembalakan ternak mertuanya

sehingga masa kerjanya habis dan kontrak kerjanya selesai. Kemudian Musa datang sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh takdir dan kehendak Allah tanpa ada perjanjian terlebih dahulu; segala sesuatu itu berjalan

atas kehendak Allah Swt. Dialah Yang Mengatur dan Menjalankan urusan hamba-hamba-Nya dan hal ikhwal makhluk-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Untuk itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا [مُوسَى] }


kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa. (Thaha: 40) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah menurut janji yang ditetapkan. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar,

dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa. (Thaha: 40) Bahwa makna yang dimaksud ialah sesuai dengan waktu penetapan pengangkatan kerasulan dan kenabian. Firman Allah Swt.:


{وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي}


dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku. (Thaha: 41) Yakni Aku telah mengangkat dan memilihmu menjadi seorang rasul menurut apa yang Kukehendaki dan apa yang Kusukai. Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan:


حَدَّثَنَا الصَّلْتُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابن سِيرين عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْتَقَى آدَمُ وَمُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: أَنْتَ الَّذِي أَشْقَيْتَ النَّاسَ وَأَخْرَجْتَهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ آدَمُ: وَأَنْتَ الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَاصْطَفَاكَ لِنَفْسِهِ، وَأَنْزَلَ عَلَيْكَ التَّوْرَاةَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فوجدتَه قَدْ كَتَبَ عَليّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي؟ قَالَ: نَعَمْ. فحَجّ آدَمُ مُوسَى"


telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mahdi ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

Adam bersua dengan Musa. Musa berkata, "Engkaulah orang yang menyengsarakan manusia dan yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga.” Adam menjawab, "Engkaulah orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya

dan memilihmu untuk diri-Nya (dekat dengan-Nya) serta menurunkan kepadamu kitab Taurat." Musa berkata, "Ya.” Adam berkata, "Aku telah menjumpai hal itu telah tercatat (di Lauh Mahfuz) untukku sebelum Allah menciptakan aku.

” Musa menjawab, "Ya.” Akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa dalam debatnya.Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Firman Allah Swt.:


{اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي}


Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku. (Thaha: 42) Yaitu dengan membawa hujah-hujah-Ku, bukti-bukti, dan mukjizat-mukjizat dari-Ku.


{وَلا تَنِيَا فِي ذِكْرِي}


dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. (Thaha: 42) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah kamu berdua terlambat. Menurut Mu jahid, dari Ibnu Abbas,

artinya janganlah kamu berdua lemah. Makna yang dimaksud ialah bahwa keduanya diperintahkan oleh Allah untuk terus-menerus mengingat Allah; bahkan di kala mereka berdua menghadapi Fir'aun, harus tetap ingat kepada Allah.

Dimaksudkan agar mengingat Allah dapat membantu keduanya menghadapi Fir'aun dan menjadi kekuatan bagi keduanya serta menjadi pengaruh yang dapat mematahkan Fir'aun, seperti yang telah disebutkan dalam hadis berikut:


"إِنَّ عَبْدِي كُلَّ عَبْدِي لَلَّذِي يَذْكُرُنِي وَهُوَ مُنَاجِز قِرْنه".


Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenar-benarnya ialah seseorang yang selalu mengingat-Ku saat dia sedang melaksanakan tugasnya. Firman Allah Swt.:


{اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى}


Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. (Thaha: 43) Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap Allah serta durhaka kepada-Nya.


{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}


maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44) Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang yang sangat

membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir'aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.

Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Ia mengemukakan perkataan seorang penyair seperti berikut:

يَا مَنْ يَتَحَبَّبُ إِلَى مَنْ يُعَادِيهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَتَوَلَّاهُ وَيُنَادِيهِ؟


Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan tutur katanya)?

Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini, "Sesungguhnya aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan menghukuminya."Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna

firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yakni ucapan "Tidak ada Tuhan selain Allah". Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan

dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Fir'aun kalimat berikut, "Sesungguhnya

engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka." Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim,

dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Bahwa yang dimaksud dengan layyinan ialah

dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus terang). Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia dengan julukan Abu Murrah. Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa

Musa dan Harun diperintahkan oleh Allah Swt. agar dalam dakwahnya kepada Fir'aun memakai kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan; Dimaksudkan agar kesannya lebih mendalam

dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang mengatakan:


{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ}


Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125) Adapun firman Allah Swt.:


{لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}


mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44) Yakni barangkali saja Fir'aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan dirinya itu, atau ia menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat kepada-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا }


bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62) Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang terlarang, sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut

kepada Allah dan sebagai ungkapan terima kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan kepada-Nya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Yakni janganlah kamu berdua mendoakan kebinasaan untuknya sebelum kamu mengemukakan alasanmu kepadanya. Sehubungan dengan hal ini saya akan mengemukakan syair Zaid ibnu Amr ibnu Nufail yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, menyitir kata-kata Umayyah ibnu Abus Silt:


وَأَنْتَ الَّذِي مِنْ فَضْلِ مَنٍّ وَرَحْمَةٍ ... بَعَثْتَ إِلَى مُوسَى رَسُولًا مُنَادِيًا ... فَقُلْتَ لَهُ يَا اذْهَبْ وهارون فادعُوَا ... إلى الله فرعون الذي كان بَاغِيَا ... فَقُولَا لَهُ هَلْ أَنْتَ سَوَّيْتَ هَذِهِ ... بِلَا وَتَدٍ حَتَّى اسْتَقَلَّتْ كَمَا هِيَا ... وُقُولَا له أأنت رَفَّعت هذه ... بلا عمد? أرفق إِذَنْ بِكَ بَانِيَا ... وَقُولَا لَهُ آأَنْتَ سَوَّيْتَ وَسْطَهَا ... مُنِيرًا إِذَا مَا جَنَّه اللَّيْلُ هَادِيَا ... وَقُولَا لَهُ مَنْ يُخْرِجُ الشَّمْسَ بُكْرَةً ... فَيُصْبِحُ مَا مَسَّتْ مِنَ الْأَرْضِ ضَاحِيَا ... وَقُولَا لَهُ مَنْ يُنْبِتُ الْحَبَّ فِي الثَّرَى ... فَيُصْبِحُ مِنْهُ الْبَقْلُ يَهْتَزُّ رَابِيَا ... وَيُخْرِجُ مِنْهُ حَبَّهُ فِي رُءُوسِهِ فَفِي ذَاكَ آيَاتٌ لِمَنْ كَانَ وَاعِيَا


Engkaulah yang memberikan anugerah dan rahmat kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau telah mengutus Musa sebagai rasul yang menyeru (Fir'aun untuk menyembah-Mu). Maka Engkau berfirman kepadanya, "Pergilah kamu

beserta Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas. Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau mampu menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat terhampar

seperti sekarang?' Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu mampu meninggikan langit ini tanpa tiang penyangga? Kalau begitu, cobalah bangun olehmu sendiri'. Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya,

'Apakah engkau yang menciptakan bintang-bintang yang bersinar bila malam hari sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman arah? ' Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang menerbitkan matahari di pagi hari,

sehingga tiada suatu belahan bumi pun yang terkena sinarnya melainkan tampak dengan jelas?' Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, "Siapakah yang menumbuhkah biji-bijian di bumi, sehingga tumbuhlah tetumbuhan

dengan pesatnya, lalu dikeluarkan pula dari pucuk tetumbuhan itu biji-bijian?" Dalam semuanya itu terkandung tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang yang berakal.” Berkatalah mereka berdua, "Ya Tuhanku,

sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas.” Allah berfirman.”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun)

Surat Ta-Ha |20:42|

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي

iż-hab anta wa akhuuka bi`aayaatii wa laa taniyaa fii żikrii

Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku,

Go, you and your brother, with My signs and do not slacken in My remembrance.

Tafsir
Jalalain

(Pergilah kamu beserta saudaramu) kepada manusia (dengan membawa ayat-ayat-Ku) yang berjumlah sembilan ayat (dan janganlah kamu berdua lalai)

melalaikan (dalam mengingat-Ku) yaitu dengan cara bertasbih dan cara-cara lainnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Ta-Ha |20:43|

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ

iż-habaaa ilaa fir'auna innahuu thoghoo

pergilah kamu berdua kepada Fir´aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas,

Go, both of you, to Pharaoh. Indeed, he has transgressed.

Tafsir
Jalalain

(Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas) karena ia mengaku menjadi tuhan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Ta-Ha |20:44|

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

fa quulaa lahuu qoulal layyinal la'allahuu yatażakkaru au yakhsyaa

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir´aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut."

And speak to him with gentle speech that perhaps he may be reminded or fear [Allah]."

Tafsir
Jalalain

(Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) untuk menyadarkannya supaya jangan mengaku menjadi tuhan

(mudah-mudahan ia ingat) yakni sadar dan mau menerimanya (atau takut") kepada Allah lalu karenanya ia mau sadar. Ungkapan 'mudah-mudahan' berkaitan dengan pengetahuan Nabi Musa dan Nabi Harun.

Adapun menurut pengetahuan Allah, maka Dia telah mengetahui bahwa Firaun tidak akan mau sadar dari perbuatannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 44 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Ta-Ha |20:45|

قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَىٰ

qoolaa robbanaaa innanaa nakhoofu ay yafrutho 'alainaaa au ay yathghoo

Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas,"

They said, "Our Lord, indeed we are afraid that he will hasten [punishment] against us or that he will transgress."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah mereka berdua, "Ya Rabb kami! Sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami) mengambil keputusan yang cepat untuk menyiksa kami

(atau akan bertambah melampaui batas") terhadap kami, yakni bertambah takabbur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 45 |

Tafsir ayat 45-48

Allah Swt. menceritakan perihal Musa dan Harun, bahwa keduanya mengadu kepada Allah Swt. dan memohon perlindungan kepada-Nya:


{إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى}


sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas. (Thaha: 45) Keduanya bermaksud bahwa keduanya merasa takut jika Fir'aun begitu melihat keduanya langsung menyiksanya

atau menangkap keduanya, lalu menghukumnya. Sedangkan keduanya tidak berhak untuk mendapat sambutan seperti itu. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna farat ialah segera. Sedangkan menurut Mujahid,

Musa dan Harun merasa khawatir bila Fir'aun menangkap keduanya. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna Yatga dalam ayat ini ialah menyerang.


{قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى}


Allah berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Thaha: 46) Maksudnya, janganlah kamu berdua takut kepada Fir'aun sesungguhnya Aku selalu bersamamu,

Aku mendengar pembicaraanmu dan pembicara­annya, dan Aku melihat tempatmu dan tempatnya, tiada sesuatu pun dari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir'aun berada

di dalam genggaman kekuasaan-Ku. Maka tidaklah ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizin-Ku dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku,

pertolongan dan dukungan-Ku. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy,

dari Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika Allah mengutus Musa kepada Fir'aun, Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus aku katakan?" Allah berfirman, "Katakanlah,

'Hayya syarahiya'." Al-A'masy menafsirkan kalimat tersebut dengan terjemahan berikut, "Akulah Yang Hidup sebelum adanya segala sesuatu, dan Akulah yang hidup sesudah segala sesuatu tiada." Sanad riwayat ini jayyid, tetapi mengandung sesuatu yang garib.


{فَأْتِيَاهُ فَقُولا إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ}


Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah, "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu.” (Thaha: 47) Dalam hadis yang menceritakan tentang fitnah-fitnah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas

telah disebutkan bahwa Musa dan Harun tinggal beberapa lama di depan pintu istana Fir'aun tanpa diberi izin untuk masuk, sesudah itu keduanya diperbolehkan masuk setelah melewati berbagai macam rintangan yang keras.

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa Musa dan saudaranya Harun berangkat menemui Fir'aun, lalu keduanya berhenti di depan pintu istana Fir'aun untuk meminta izin agar keduanya di­perbolehkan masuk menemuinya.

Keduanya mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam, maka izinkanlah kami masuk untuk menemui Fir'aun." Menurut berita yang sampai kepadaku, keduanya tinggal selama dua tahun pulang dan pergi ke pintu

istana tanpa diberi izin untuk masuk. Tiada seorang pun dari kalangan penjaga pintu istananya yang berani melapor kepada Fir'aun tentang kedatangan keduanya. Sehingga akhirnya masuklah menemui Fir'aun seorang pelawak

yang selalu menghiburnya dan membuatnya tertawa, lalu pelawak itu berkata kepadanya, "Wahai Raja, sesungguhnya di depan pintu istanamu terdapat seorang lelaki yang mengatakan kalimat-kalimat yang menakjubkan.

Dia menduga bahwa dirinya mempunyai Tuhan selain engkau yang menyuruhnya untuk menghadap kepadamu." Fir'aun berkata, meminta ketegasan, "Apakah benar ia telah berada di depan pintu istanaku?" Si pelawak menjawab,

"Ya (tadi saya melihatnya ketika masuk)." Maka Fir'aun berkata memberikan perintah, "Izinkanlah dia masuk." Maka masuklah Musa bersama Harun ke dalam istana. Musa saat itu memegang tongkatnya. Setelah keduanya berdiri

di hadapan Fir'aun, Musa berkata membuka pembicaraan, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam," maka Fir'aun mengenalinya. As-Saddi menceritakan bahwa ketika Musa tiba di negeri Mesir, terlebih dahulu ia bertamu

ke rumah ibunya dan saudaranya, sedangkan keduanya tidak mengenalinya. Hidangan makan keduanya pada malam itu adalah makanan taf’i, kemudian keduanya mengenalinya, lalu menyalaminya. Musa berkata kepada saudaranya,

"Hai Harun, sesungguhnya Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar mendatangi Fir'aun ini, lalu menyerunya untuk menyembah Allah, dan Allah memerintahkan kepadaku agar kamu membantuku."Harun menjawab,

"Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu." Maka keduanya berangkat, saat itu hari telah malam, lalu Musa mengetuk pintu istana Fir'aun dengan tongkatnya, dan Fir'aun mendengarnya (karena suaranya sangat keras).

Fir'aun sangat marah, lalu berkata, "Siapakah orang yang berani melakukan perbuatan yang kurang ajar ini terhadap diriku?" Maka para penjaga pintu istana melaporkan bahwa di depan pintu terdapat seorang lelaki yang gila,

mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah. Maka Fir'aun memerintahkan agar Musa dibawa menghadap kepadanya. Setelah Musa berada di hadapan Fir'aun, maka Musa dan saudaranya (Harun)

mengatakan kepada Fir'aun hal-hal yang telah disebutkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya. Firman Allah Swt.:


{قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ}


Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. (Thaha : 47) Yakni bukti dan mukjizat dari Tuhanmu yang membenarkan kerasulan kami.


{وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى}


Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (Thaha: 47) Maksudnya, keselamatan semoga dilimpahkan kepadamu jika kamu mengikuti petunjuk. Karena itulah ketika Rasulullah Saw. berkirim surat kepada Heraklius (Kaisar Romawi), di permulaan suratnya beliau menyebutkan:


"بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، [فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدَعَايَةِ الْإِسْلَامِ] فَأَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ".


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Heraklius (pembesar Romawi) "Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.

Amma Ba'du, sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam, masuk Islamlah, niscaya engkau selamat. Allah pasti memberimu pahala dua kali lipat.” Begitu pula ketika Musailamah berkirim surat kepada Rasulullah Saw.

yang teksnya berbunyi seperti berikut, "Dari Musailamah kepada Rasulullah, semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu. Amma Ba'du, sesungguh­nya aku menyaingimu dalam urusan ini. Maka bagimu adalah daerah perkotaan,

sedangkan bagiku adalah daerah perkampungan (pedalaman), tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas." Maka Rasulullah Saw. menjawab suratnya yang isinya seperti berikut:


"مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ إِلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ، سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ"


Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Musailamah Al-Kazzab, semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'du, sesungguhnya bumi itu adalah milik Allah, Dia mewariskannya

(memberikannya) kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan akibat yang terpuji itu hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Karena itulah Musa dan Harun berkata kepada Fir'aun, seperti yang dikisahkan oleh Firman-Nya:


{وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى * إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى}


Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. (Thaha: 47-48)

Dengan kata lain, Musa bermaksud bahwa Allah telah menceritakan kepada kami di antara wahyu yang diturunkan-Nya kepada kami, bahwa azab itu akan ditimpakan khusus kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah

dan berpaling dari ketaatan kepada-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَأَمَّا مَنْ طَغَى * وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى}


Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi'at: 37-39)


{فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى * لَا يَصْلاهَا إِلا الأشْقَى * الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى}


Maka Kami memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Al-Lail: 14-16) Dan firman Allah Swt.:


{فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى * وَلَكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى}


Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32) Yaitu hatinya mendustakan (Rasul) dan perbuatannya berpaling (dari kebenaran).

Surat Ta-Ha |20:46|

قَالَ لَا تَخَافَا ۖ إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ

qoola laa takhoofaaa innanii ma'akumaaa asma'u wa aroo

Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat."

[Allah] said, "Fear not. Indeed, I am with you both; I hear and I see.

Tafsir
Jalalain

(Allah berfirman, "Janganlah kamu berdua takut sesungguhnya Aku beserta kamu berdua) Aku akan membantu kamu berdua (Aku mendengar) apa yang dikatakannya (dan melihat) apa yang dikerjakannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 46 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Ta-Ha |20:47|

فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ ۖ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَىٰ

fa`tiyaahu fa quulaaa innaa rosuulaa robbika fa arsil ma'anaa baniii isrooo`iila wa laa tu'ażżib-hum, qod ji`naaka bi`aayatim mir robbik, was-salaamu 'alaa manittaba'al-hudaa

Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir´aun) dan katakanlah, "Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.

So go to him and say, 'Indeed, we are messengers of your Lord, so send with us the Children of Israel and do not torment them. We have come to you with a sign from your Lord. And peace will be upon he who follows the guidance.

Tafsir
Jalalain

(Maka datanglah kamu berdua kepadanya dan katakanlah, " Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israel bersama kami)

untuk berangkat ke negeri Syam (dan janganlah kamu menyiksa mereka) lepaskanlah mereka dari perbudakanmu yang telah kamu pekerjakan dengan kerja-kerja yang berat seperti menggali,

membangun bangunan dan mengangkat barang-barang yang berat. (Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti) yakni hujah (dari Rabbmu)

yang membenarkan kerasulan kami. (Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk) keselamatan dari azab bagi orang yang mengikutinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Ta-Ha |20:48|

إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَىٰ مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

innaa qod uuḥiya ilainaaa annal-'ażaaba 'alaa mang każżaba wa tawallaa

Sungguh, telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak memedulikannya)."

Indeed, it has been revealed to us that the punishment will be upon whoever denies and turns away.' "

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami, bahwa siksa itu ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan) apa yang kami datangkan ini

(dan berpaling") daripadanya. Kemudian Nabi Musa dan Nabi Harun mendatangi Firaun dan keduanya mengatakan semuanya itu kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 48 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Ta-Ha |20:49|

قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَىٰ

qoola fa mar robbukumaa yaa muusaa

Dia (Fir´aun) berkata, "Siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa?"

[Pharaoh] said, "So who is the Lord of you two, O Moses?"

Tafsir
Jalalain

(Berkata Firaun, "Maka siapakah Rabbmu berdua, hai Musa") ungkapan ini ditujukan kepada Nabi Musa, karena dialah asal pembawa risalah Allah dan yang mendapatkan pemeliharaan dari-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 49 |

Tafsir ayat 49-52

Allah Swt. menceritakan tentang Fir'aun, bahwa ia berkata kepada Musa dengan nada yang ingkar kepada Tuhan yang menciptakan segala sesuatu, Tuhan segala sesuatu dan Yang menguasai serta memiliki semuanya, Fir'aun berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى}


Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa? (Thaha: 49) Maksudnya, siapakah yang mengutusmu itu; karena sesungguhnya aku tidak mengenal-Nya. dan aku tidak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain aku sendiri.


{قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}


Musa berkata, "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 50) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan

bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menciptakan bagi tiap-tiap sesuatu pasangannya masing-masing. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuknya sendiri,

keledai dalam bentuknya sendiri, dan kambing dalam bentuknya sendiri. Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuknya masing-masing.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Allah me­nyempurnakan penciptaan segala sesuatu. Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah memberikan

kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian membennya petunjuk. (Thaha: 50) Yakni Allah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk yang pantas baginya, maka Dia tidak menjadikan manusia berbentuk hewan,

dan hewan ternak tidak berbentuk seperti anj ing, anj ing pun tidaklah berbentuk seperti kambing. Dan Allah memberikan kepada masing-masing apa yang diperlukannya untuk mengembangbiakkan keturunannya dan segala bentuknya

untuk tujuan itu. Tiada sesuatu pun dari tiap-tiap jenis yang menyerupai lainnya dalam hal bentuk, rezeki (makanan), dan cara mengembangbiakkan keturunannya. Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa Allah memberikan

pada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى}


dan yang menentukan kadar (masing-masing; dan memberi petunjuk. (Al-Ala: 3) Yaitu telah menentukan kadar masing-masing dan memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya untuk mengerjakannya. Dengan kata lain,

Allah telah menetapkan semua amal perbuatan, ajal, dan rezekinya masing-masing, kemudian semua makhluk berjalan menurut apa yang telah digariskan-Nya; mereka tidak dapat menyimpang darinya, dan tidak ada seorang pun

yang mampu menyimpang dari ketentuan tersebut. Disebutkan bahwa Tuhan kamilah yang menciptakan makhluk dan menetapkan kadar, serta menciptakan watak masing-masing sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.


{قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الأولَى}


Berkata Fir'aun, "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" (Thaha: 51) Menurut pendapat yang paling sahih sehubungan dengan makna ayat ini, tatkala Fir'aun mendapat berita dari Musa bahwa Tuhan yang mengutusnya

adalah Tuhan yang menciptakan makhluk, memberinya rezeki dan menentukan kadar masing-masing serta memberi petunjuk, maka Fir'aun berdalihkan dengan umat-umat terdahulu. Dengan kata lain, umat-umat terdahulu

yang tidak menyembah Allah. Yakni mengapa mereka —jika kenyataannya demikian— tidak menyembah Tuhanmu, bahkan mereka menyembah selain-Nya? Musa berkata kepada Fir’aun, menjawab ucapannya yang demikian itu,

bahwa sekalipun mereka tidak menyembah Allah, sesungguhnya amal perbuatan mereka dicatat di sisi Allah, dan kelak Allah akan memberikan balasannya kepada mereka. Catatan yang dimaksud ialah Lauh Mahfuz dan catatan usia segala sesuatu.


{لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسَى}


Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa. (Thaha: 52) Yakni tiada sesuatu pun yang menyimpang dari ketetapan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, baik yang kecil maupun yang besar,

dan Dia tidak pernah lupa kepada sesuatu pun Dengan kata lain, Musa menggambarkan tentang pengetahuan Allah, bahwa sesungguhnya pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, dan bahwa Dia tidak pernah lupa terhadap sesuatu pun,

Mahasuci dan Mahatinggi Allah. Sesungguhnya pengetahuan makhluk itu masih ada kekurangannya; dua hal yang terpenting di antaranya yaitu pengetahuannya terhadap sesuatu tidak meliputi, dan yang lain ialah lupa sesudah mengetahuinya. Maka Allah menyucikan diri-Nya dari kekurangan ini.

Surat Ta-Ha |20:50|

قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَىٰ كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَىٰ

qoola robbunallażiii a'thoo kulla syai`in kholqohuu ṡumma hadaa

Dia (Musa) menjawab, "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk."

He said, "Our Lord is He who gave each thing its form and then guided [it]."

Tafsir
Jalalain

(Musa berkata, "Rabb kami ialah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu) yakni tiap-tiap makhluk (bentuk kejadiannya)

yang membedakannya daripada makhluk yang lain (kemudian memberinya petunjuk") sehingga mengetahui makanan, minuman dan cara mengembangkan keturunannya serta hal-hal lain yang menyangkut kehidupannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 50 |

Penjelasan ada di ayat 49

Surat Ta-Ha |20:51|

قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَىٰ

qoola fa maa baalul-quruunil-uulaa

Dia (Fir´aun) berkata, "Jadi bagaimana keadaan umat-umat yang dahulu?"

[Pharaoh] said, "Then what is the case of the former generations?"

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah ia) yakni Firaun, ("Maka bagaimanakah) keadaan (umat-umat) yakni bangsa-bangsa (yang dahulu") seperti kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud,

kaum Nabi Luth dan kaum Nabi Saleh, tentang penyembahan mereka kepada berhala-berhala.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 51 |

Penjelasan ada di ayat 49

Surat Ta-Ha |20:52|

قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ ۖ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنْسَى

qoola 'ilmuhaa 'inda robbii fii kitaab, laa yadhillu robbii wa laa yansaa

Dia (Musa) menjawab, "Pengetahuan tentang itu ada pada Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz), Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa,

[Moses] said, "The knowledge thereof is with my Lord in a record. My Lord neither errs nor forgets."

Tafsir
Jalalain

(Ia berkata) yakni Nabi Musa, ("Pengetahuan tentang itu) pengetahuan mengenai keadaan mereka berada (di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab)

yaitu Lohmahfuz; Dia akan membalas mereka kelak di hari kiamat. (Tidak akan salah) tidak akan lenyap (dari Rabbku) segala sesuatu (dan tidak pula lupa) akan sesuatu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 49

Surat Ta-Ha |20:53|

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّىٰ

allażii ja'ala lakumul-ardho mahdaw wa salaka lakum fiihaa subulaw wa anzala minas-samaaa`i maaa`aa, fa akhrojnaa bihiii azwaajam min nabaatin syattaa

(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit." Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan.

[It is He] who has made for you the earth as a bed [spread out] and inserted therein for you roadways and sent down from the sky, rain and produced thereby categories of various plants.

Tafsir
Jalalain

Dia (yang telah menjadikan bagi kalian) di antara sekian banyak makhluk-Nya (bumi sebagai hamparan) tempat berpijak (dan Dia memudahkan)

mempermudah (bagi kalian di bumi itu jalan-jalan) tempat-tempat untuk berjalan (dan Dia menurunkan dari langit air hujan) yakni merupakan hujan.

Allah berfirman menggambarkan apa yang telah disebutkan-Nya itu sebagai nikmat dari-Nya, kepada Nabi Musa dan dianggap sebagai khithab untuk penduduk Mekah.

(Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis) bermacam-macam (tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam). Lafal Syattaa ini menjadi kata sifat daripada lafal Azwaajan, maksudnya,

yang berbeda-beda warna dan rasa serta lain-lainnya. Lafal syattaa ini adalah bentuk jamak dari lafal Syatiitun, wazannya sama dengan lafal Mardhaa sebagai jamak dari lafal Mariidhun.

Ia berasal dari kata kerja Syatta artinya Tafarraqa atau berbeda-beda.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 53 |

Tafsir ayat 53-56

Ayat ini merupakan kelengkapan dari perkataan Musa dalam menggambarkan sifat Tuhannya saat Fir'aun menanyakan kepadanya tentang Tuhannya. Musa berkata:


{الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}


Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50) Kemudian Musa mendapat pertanyaan dari Fir'aun. Maka Musa menjawabnya lagi:


{الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ مِهَادًا}


Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan. (Thaha: 53) Menurut qiraat sebagian ulama, disebutkan mahdan (bukan mihadan) yang artinya tempat menetap bagi kalian; kalian dapat berdiri, tidur, dan bepergian di permukaannya.


{وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلا}


dan Yang telah menjadikan bagi kalian di bumi itu jalan-jalan. (Thaha: 53) Yakni Dia telah menjadikan bagi kalian jalan-jalan agar kalian dapat berjalan di segala penjurunya. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ}


dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk. (Al-Anbiya: 31) Adapun firman Allah Swt.:


{وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى}


dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Thaha: 53) Yaitu berbagai macam tetumbuhan berupa tanam-tanaman dan buah-buahan,

ada yang rasanya masam, ada yang manis, dan ada yang pahit, serta berbagai jenis lainnya dari hasil tanam-tanaman dan buah-buahan.


{كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ}


Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatang kalian. (Thaha: 54) Maksudnya, sebagian untuk makanan dan buah-buahan kalian dan sebagian lainnya buat ternak kalian, yakni buat makanan ternak berupa dedaunan yang hijau dan yang kering.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ}


Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda. (Thaha: 54) Yakni dalil-dalil, bukti-bukti, dan tanda-tanda (yang menunjukkan akan kekuasaan Allah).


{لأولِي النُّهَى}


bagi orang-orang yang berakal (Thaha: 54) Artinya, bagi orang-orang yang berakal sehat dan lurus. Semuanya itu menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain Dia.


{مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى}


Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada saat yang lain. (Thaha: 55)

Maksudnya, dari bumi itu kejadian kalian; karena sesungguhnya kakek moyang kalian (yaitu Adam) diciptakan dari tanah.


{وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ}


dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian. (Thaha: 55) Yakni kalian akan dikembalikan ke bumi bila telah mati dan kalian menjadi hancur di dalamnya.


وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى


dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada saat yang lain. (Thaha: 55) Di dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:


{يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا}


yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhinya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa kalian tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (Al-Isra: 52) Makna ayat dalam surat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:


{قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ}


Di bumi itu kalian hidup dan di bumi itu kalian mati, dan dari bumi itu pula kalian akan dibangkitkan. (Al-A'raf: 25) Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab sunan disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menghadiri pemakaman suatu jenazah.

Setelah jenazah di kebumikan, beliau mengambil segenggam tanah, lalu melemparkannya ke dalam liang lahat seraya membaca firman-Nya, "Dari bumi Kami menciptakan kalian." Lalu mengambil lagi segenggam tanah

(dan melemparkannya ke dalam liang lahad) seraya bersabda membaca firman-Nya, "Dan ke bumilah Kami mengembalikan kalian." Lalu mengambil lagi segenggam tanah dan membaca firman-Nya, "Dan dari bumi itu pula Kami membangkitkan kalian pada saat yang lain." Firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى}


Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran). (Thaha: 56) Yang dimaksud dengan dia adalah Fir'aun,

bahwa telah ditegakkan di hadapannya hujah-hujah, tanda-tanda, dan dalil-dalil yang menunjukkan akan kekuasaan Allah, sehingga ia menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Akan tetapi, ia tetap berdusta terhadapnya

dan menolaknya dengan rasa penuh keingkaran dan kelewat batas. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ}


Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenarannya (An-Naml: 14), hingga akhir ayat.

Surat Ta-Ha |20:54|

كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِأُولِي النُّهَىٰ

kuluu war'au an'aamakum, inna fii żaalika la`aayaatil li`ulin-nuhaa

Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.

Eat [therefrom] and pasture your livestock. Indeed, in that are signs for those of intelligence.

Tafsir
Jalalain

(Makanlah) daripadanya (dan gembalakanlah ternak kalian) di dalamnya. Lafal An'am adalah bentuk jamak dari lafal Ni'amun, yang artinya mencakup unta, sapi dan kambing. Dikatakan,

Ru'tul An'aama atau aku menggembalakan ternak dan Ra'aituhaa atau aku telah menggembalakannya. Pengertian yang terkandung di dalam perintah ini

menunjukkan makna ibahah atau boleh dan sekaligus sebagai pengingat akan nikmat-nikmat-Nya. Jumlah keseluruhan ayat ini menjadi kata keterangan

keadaan daripada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Akhrajnaa. Maksudnya, Kami memperbolehkan bagi kalian untuk memakannya dan mengembalakan ternak padanya.

(sesungguhnya pada yang demikian itu) yakni pada hal-hal yang telah disebutkan dalam ayat ini (terdapat tanda-tanda) pelajaran-pelajaran (bagi orang-orang yang berakal)

lafal Nuhaa adalah bentuk jamak dan lafal Nuhyah, wazannya sama dengan lafal Ghurfah yang jamaknya Ghuraf. Akal dinamakan dengan istilah ini, karena dapat mencegah pemiliknya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 54 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Ta-Ha |20:55|

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

min-haa kholaqnaakum wa fiihaa nu'iidukum wa min-haa nukhrijukum taarotan ukhroo

Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.

From the earth We created you, and into it We will return you, and from it We will extract you another time.

Tafsir
Jalalain

(Dari bumi itulah) dari tanah (Kami menjadikan kalian) dengan menciptakan nenek moyang kalian Adam daripadanya (dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian)

kalian akan dikuburkan di dalamnya sesudah mati (dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kalian) pada hari berbangkit (pada kali) untuk kali (yang lain) sebagaimana Kami mengeluarkan kalian pada permulaan penciptaan kalian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 55 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Ta-Ha |20:56|

وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَىٰ

wa laqod aroinaahu aayaatinaa kullahaa fa każżaba wa abaa

Dan sungguh, Kami telah memperlihatkan kepadanya (Fir´aun) tanda-tanda (kebesaran) Kami semuanya, ternyata dia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).

And We certainly showed Pharaoh Our signs - all of them - but he denied and refused.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya telah Kami perlihatkan kepadanya) kepada Firaun (ayat-ayat Kami semuanya) yang berjumlah sembilan ayat itu (maka ia mendustakan)

nya dan menuduh bahwa ayat-ayat itu adalah sihir (dan ia enggan) untuk mengesakan Allah swt.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 56 |

Penjelasan ada di ayat 53

Surat Ta-Ha |20:57|

قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَىٰ

qoola a ji`tanaa litukhrijanaa min ardhinaa bisiḥrika yaa muusaa

Dia (Fir´aun) berkata, "Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, wahai Musa?

He said, "Have you come to us to drive us out of our land with your magic, O Moses?

Tafsir
Jalalain

(Berkata Firaun, "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami) yakni dari negeri Mesir, kemudian kamu menjadi raja padanya (dengan sihirmu, hai Musa")

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 57 |

Tafsir ayat 57-59

Allah Swt. menceritakan perihal Fir'aun ketika ia menyaksikan tanda yang besar, yaitu mukjizat yang ditampakkan oleh Nabi Musa kepadanya. Tongkat dilemparkan oleh Nabi Musa, maka jadilah tongkat itu ular yang sangat besar;

lalu Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam ketiaknya, maka setelah dikeluarkan tangannya memancarkan sinar yang putih bukan karena penyakit. Fir'aun berkata kepada Musa, "Ini adalah sihir yang kamu buat untuk menyihir kami

dan menguasai orang-orang agar mereka mengikutimu, lalu engkau melawan kami bersama mereka; hal itu tidak akan terjadi. Sesungguhnya kami pun mempunyai ahli sihir yang pandai bersihir seperti kamu, maka janganlah kamu merasa besar diri dengan apa yang kamu miliki."


{فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا}


maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu. (Thaha: 58) Yakni suatu hari untuk pertemuan kami dan kamu, lalu kita lakukan pertandingan antara ilmu yang kamu miliki dan ilmu yang kami miliki, yakni ilmu sihir,

di tempat yang tertentu dan dalam waktu yang tertentu. Maka saat itu juga Musa menjawab tantangan tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ}


Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya. (Thaha: 59) Yaitu hari raya mereka dan hari libur mereka, dimaksudkan agar semua orang dapat menyaksikan kekuasaan Allah

atas apa yang dikehendaki­Nya melalui mukjizat nabi, dan kalahnya ilmu sihir menghadapi mukjizat nabi. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata:


{وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى}


dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (Thaha: 59) Yakni semua manusia dikumpulkan di waktu duha agar segala sesuatunya tampak jelas dan gamblang. Demikian pula halnya

semua perkara para nabi, berciri khas jelas dan gamblang, tiada yang tersembunyi dan tiada pula propaganda palsu. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata kepada mereka bahwa hendaknya waktu pertandingan itu diadakan

di waktu siang hari, tepatnya waktu matahari sepenggalahan naik, bukan malam hari. Ibnu Abbas mengatakan, hari raya itu adalah hari Asyura. As-Saddi, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hari itu adalah hari raya mereka.

Menurut Sa'id ibnu Jubair, hari itu adalah hari pasaran mereka. Semua pendapat yang dikemukakan pada hakikatnya tidak bertentangan. Menurut pendapat kami, pada hari yang sama Allah membinasakan Fir'aun beserta bala tentaranya,

seperti yang telah disebutkan di dalam hadis sahih. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Fir'aun berkata, "Hai Musa, buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu agar kami dapat membuat persiapan terlebih dahulu."

Musa menjawab,"Saya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan diperintahkan untuk menantang­mu secara langsung. Jika kamu tidak mau keluar, maka sayalah yang akan masuk kepadamu." Maka Allah menurunkan wahyu kepada Musa

yang isinya mengatakan, "Buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kamu dan dia, dan katakanlah kepadanya bahwa silakan dia menentu­kannya sendiri." Kemudian Fir'aun berkata, "Berilah tempo empat puluh hari,"

maka Musa menyetujuinya.Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). (Thaha: 58) Yang dimaksud dengan suwa ialah tempat yang pertengahan.

As-Saddi mengatakan tempat yang sebanding untuk tujuan itu. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan letak(nya). (Thaha: 58)

Yakni tempat yang datar —tiada penghalangnya— sehingga semua orang dapat menyaksikannya, tiada sebagian dari mereka terhalang penglihatan­nya oleh sebagian yang lain atau oleh penghalang lainnya.

Surat Ta-Ha |20:58|

فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى

fa lana`tiyannaka bisiḥrim miṡlihii faj'al bainanaa wa bainaka mau'idal laa nukhlifuhuu naḥnu wa laaa anta makaanan suwaa

Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu, maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka."

Then we will surely bring you magic like it, so make between us and you an appointment, which we will not fail to keep and neither will you, in a place assigned."

Tafsir
Jalalain

("Dan kami pun pasti akan mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu) yang akan melawannya (maka buatlah suatu waktu antara kami dan kamu)

untuk pertemuan itu (yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu, di suatu tempat) lafal Makaanan ini dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya, maksudnya, di tempat

(yang pertengahan") lafal Suwan dapat pula dibaca Siwan, artinya, tempat yang letaknya pertengahan, dari arah mana saja didatangi oleh kedua pihak jaraknya sama.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 58 |

Penjelasan ada di ayat 57

Surat Ta-Ha |20:59|

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

qoola mau'idukum yaumuz-ziinati wa ay yuḥsyaron-naasu dhuḥaa

Dia (Musa) berkata, "(Perjanjian) waktu (untuk pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari (duha)."

[Moses] said, "Your appointment is on the day of the festival when the people assemble at mid-morning."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah ia) Nabi Musa, ("Waktu untuk pertemuan kami dengan kalian itu adalah hari raya) yakni hari raya Firaun dan kaumnya, yang pada hari itu mereka berhias diri dan berkumpul-kumpul

(dan hendaklah dikumpulkan manusia) semua penduduk negeri Mesir dikumpulkan (pada waktu matahari naik sepenggalah") untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 59 |

Penjelasan ada di ayat 57

Surat Ta-Ha |20:60|

فَتَوَلَّىٰ فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَىٰ

fa tawallaa fir'aunu fa jama'a kaidahuu ṡumma ataa

Maka Fir´aun meninggalkan (tempat itu) lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang kembali (pada hari yang ditentukan).

So Pharaoh went away, put together his plan, and then came [to Moses].

Tafsir
Jalalain

(Maka Firaun meninggalkan) pergi meninggalkan tempat itu (lalu ia mengatur tipu muslihatnya) ia mulai mengumpulkan para ahli sihirnya (kemudian ia datang) bersama mereka pada waktu yang telah ditentukan itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 60 |

Tafsir ayat 60-64

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Fir'aun, bahwa setelah ia ber­janji dengan Musa untuk mengadakan pertandingan di waktu dan tempat yang tertentu, Fir'aun mulai menghimpunkan semua ahli sihir dari kota-kota besar

yang ada di bawah kekuasaannya. Mereka yang dihimpunnya adalah jago-jago sihir yang ada di masa itu, dan tersebutlah bahwa sihir di masa itu banyak dilakukan oleh orang-orang dan sangat laku, seperti yang diterangkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ}


Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya), "Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai.” (Yunus: 79) Kemudian dihadapkan kepada Fir'aun (semua tukang sihir). Orang-orang berkumpul di hari yang telah dijanjikan itu

yaitu hari raya mereka. Fir'aun duduk di atas singgasana kerajaannya, dan para pembesar kerajaannya duduk berbaris di sampingnya, sedangkan rakyatnya berdiri di bagian kiri dan kanannya. Musa datang dengan bertelekan

pada tongkatnya bersama saudaranya, Harun. Para ahli sihir berdiri di hadapan Fir'aun dalam keadaan berbaris, sedangkan Fir'aun memberikan semangat dan membangkitkan motivasi agar mereka melakukan pekerjaannya sebaik mungkin

pada hari itu. Mereka berharap serta memohon anugerah dan hadiah dari Fir'aun, sedangkan Fir'aun menjanjikan hal itu kepada mereka (jika mereka beroleh kemenangan). Para ahli sihir itu berkata, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:


إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ * قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ


"(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?” Fir’aun menjawab, "Ya, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (Al-A'raf: 113-114) Adapun firman Allah Swt.:


{قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}


Berkata Musa kepada mereka, "Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.” (Thaha: 61) Maksudnya, janganlah kalian membuat ilusi terhadap orang-orang melalui perbuatan kalian,

sehingga tampak di mata mereka kalian menciptakan berbagai macam hal yang tidak ada hakikatnya. Di mata mereka hal tersebut adalah makhluk, padahal kenyataannya bukanlah makhluk. Dengan demikian, berarti kalian telah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.


{فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ}


maka Dia membinasakan kalian dengan siksa. (Thaha: 61) Yakni Allah membinasakan kalian dengan azab yang tidak meninggalkan seorang pun di antara kalian.


{وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى * فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ}


Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan di antara mereka. (Thaha: 61-62) Menurut suatu pendapat, mereka bersengketa di antara sesama mereka;

sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa ucapan yang dikemukakan oleh Musa ini bukanlah ucapan seorang penyihir, melainkan ucapan seorang nabi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Musa adalah seorang tukang sihir,

dan sebagian lainnya lagi mengatakan yang lainnya. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah Swt.:


{وَأَسَرُّوا النَّجْوَى}


dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Thaha: 62) Yaitu mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka.


{قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ}


Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir.” (Thaha: 63) Menurut dialek sebagian orang Arab dibaca inna ha'zani (yakni inna tidak ber-mal atau malgiyah), sedangkan menurut qiraat

yang terkenal dibaca inna hazaini. Ulama Nahu sehubungan dengan kebolehan membaca ayat ini dengan bacaan pertama telah mengemukakan analisisnya yang cukup panjang, tetapi pembahasannya bukan di kitab ini.

Makna ayat, para ahli sihir Fir'aun mengatakan di antara sesama mereka, "Tahukah kalian bahwa lelaki ini dan saudaranya (yakni Musa dan Harun) adalah dua orang tukang sihir yang ahli dalam bidang ilmu sihir. Keduanya bertujuan

mengalahkan kalian dan kaum kalian pada hari ini, lalu keduanya dapat merebut hati manusia, dan kalangan awam nanti banyak yang akan mengikuti keduanya. Lalu keduanya memerangi Fir'aun dan balatentaranya.

Setelah keduanya beroleh kemenangan atas Fir'aun, maka keduanya akan mengusir kalian dari tanah air kalian ini." Firman Allah Swt.:


{وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى}


dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu dengan melalui ilmu sihirnya, keduanya dapat merebut kedudukan kalian. Karena sesungguhnya para ahli sihir disegani dan dihormati dikalangan mereka,

berkat ilmu sihirnya mereka memperoleh banyak harta dan rezeki. Mereka mengatakan, "Jika kedua orang ini dapat mengalahkan kalian, binasalah kalian dan keduanya akan mengusir kalian dari negeri ini. Karena dengan demikian hanya

keduanyalah yang menguasainya tanpa kalian. Dalam hadis Ibnu Abbas yang menceritakan perihal fitnah telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63)

Yakni keduanya akan menguasai mereka di dalam negeri itu, juga menguasai penghidupannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah men­ceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nu'aim ibnu Hammad,

telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq yang telah mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama.

(Thaha: 63) Yaitu keduanya akan merebut hati manusia untuk menyukainya. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yang dimaksud dengan

kedudukan utama ialah kedudukan yang terhormat, dipandang sebagai orang yang cerdas, berakal cemerlang, dan mempunyai kekuatan. Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama.

(Thaha: 63) Yaitu orang-orang terhormat kalian dan orang-orang hartawan kalian. Menurut Ikrimah, artinya orang-orang terbaik kalian. Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan yang utama ialah kedudukan

yang dimiliki oleh kaum Bani Israil pada masa itu, mereka adalah orang yang jumlahnya banyak, begitu pula harta bendanya. Maka musuh Allah (Fir'aun) berkata," Keduanya bertujuan hendak merebut kedudukan yang utama itu

untuk dirinya sendiri." Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Maksudnya, kedudukan yang sekarang kalian kuasai. Firman Allah Swt.:


{فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا}


Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. (Thaha: 64) Yakni berkumpullah kamu sekalian dalam satu saf, lalu lemparkanlah segala yang ada di tangan kalian

dalam waktu yang bersamaan, agar mengejutkan pandangan mata dan kalian dapat mengalahkan orang ini dan saudaranya.


{وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى}


dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini. (Thaha: 64) di antara kami dan dia, para ahli sihir berkata, "'Adapun kita, maka raja ini (Fir'aun) telah menjanjikan kepada kita akan memberikan pemberian yang berlimpah; sedangkan orang ini apabila menang, maka ia mendapat kedudukan yang sangat besar."

Surat Ta-Ha |20:61|

قَالَ لَهُمْ مُوسَىٰ وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ ۖ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَىٰ

qoola lahum muusaa wailakum laa taftaruu 'alallohi każiban fa yus-ḥitakum bi'ażaab, wa qod khooba maniftaroo

Musa berkata kepada mereka (para pesihir), "Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab." Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kebohongan.

Moses said to the magicians summoned by Pharaoh, "Woe to you! Do not invent a lie against Allah or He will exterminate you with a punishment; and he has failed who invents [such falsehood]."

Tafsir
Jalalain

(Berkata Musa kepada mereka,) jumlah para ahli sihir Firaun ada tujuh puluh dua orang; setiap orang dari mereka memegang tali dan tongkat ("Celakalah kalian)

maksudnya semoga Allah menimpakan kecelakaan kepada kalian (janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah) dengan menyekutukan seseorang bersama-Nya

(maka Dia membinasakan kalian) ia dapat dibaca Fayushitakum dan Fayashitakum, artinya Dia akan membinasakan kalian, karena perbuatan musyrik itu (dengan siksa") dari sisi-Nya.

(Dan sesungguhnya telah kecewa) merugi (orang yang mengada-adakan kedustaan) terhadap Allah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 61 |

Penjelasan ada di ayat 60

Surat Ta-Ha |20:62|

فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَىٰ

fa tanaaza'uuu amrohum bainahum wa asarrun-najwaa

Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).

So they disputed over their affair among themselves and concealed their private conversation.

Tafsir
Jalalain

(Maka mereka berbantah-bantahan di antara mereka tentang urusannya) yakni mengenai Nabi Musa dan saudaranya itu (dan mereka merahasiakan percakapan) mereka yang menyangkut Nabi Musa dan Nabi Harun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 60

Surat Ta-Ha |20:63|

قَالُوا إِنْ هَٰذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَىٰ

qooluuu in haażaani lasaaḥirooni yuriidaani ay yukhrijaakum min ardhikum bisiḥrihimaa wa yaż-habaa bithoriiqotikumul-muṡlaa

Mereka (para pesihir) berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah pesihir yang hendak mengusirmu (Fir´aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.

They said, "Indeed, these are two magicians who want to drive you out of your land with their magic and do away with your most exemplary way.

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata) kepada diri mereka sendiri, ("Sesungguhnya dua orang ini) ungkapan Haadzaani dijadikan hujah atau alasan bagi sebagian ahli Nahwu

yang menetapkan huruf Alif pada isim Tatsniyah dalam tiga keadaan. Akan tetapi menurut qiraat Abu 'Amr, lafal Haadzaani ini dibaca Haadzaini

(adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian, dari negeri kalian dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama")

lafal Mutslaa adalah bentuk Muannats dari lafal Amtsal; maksudnya yang mulia. Artinya, keduanya akan melenyapkan kemuliaan kalian, bila mereka berdua dibiarkan menang, kemudian kalian cenderung kepada keduanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 63 |

Penjelasan ada di ayat 60

Surat Ta-Ha |20:64|

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا ۚ وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَىٰ

fa ajmi'uu kaidakum ṡumma`tuu shoffaa, wa qod aflaḥal-yauma manista'laa

Maka kumpulkanlah segala tipu daya (sihir) kamu, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini."

So resolve upon your plan and then come [forward] in line. And he has succeeded today who overcomes."

Tafsir
Jalalain

("Maka himpunkanlah segala daya upaya kalian) semua kekuatan dan keahlian sihir kalian. Kalau dibaca Fajma'uu berasal dari lafal Jama'a dan kalau dibaca Fa-ajmi'uu berasal dari lafal Ajma'a,

artinya kerahkanlah (kemudian datanglah dengan berbaris). Lafal Shaffan adalah Hal atau kata keterangan keadaan, maksudnya dalam keadaan berbaris (dan sesungguhnya beruntunglah)

yakni akan memperoleh keuntungan (orang yang menang pada hari ini") yakni yang dapat mengalahkan musuhnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 64 |

Penjelasan ada di ayat 60

Surat Ta-Ha |20:65|

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَىٰ

qooluu yaa muusaaa immaaa an tulqiya wa immaaa an nakuuna awwala man alqoo

Mereka berkata, "Wahai Musa! Apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkan?"

They said, "O Moses, either you throw or we will be the first to throw."

Tafsir
Jalalain

(Mereka berkata, "Hai Musa!) Pilihlah (apakah kamu yang melemparkan dahulu) tongkatmu (atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan") tongkat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 65 |

Tafsir ayat 65-70

Allah Swt. menceritakan perihal tukang-tukang sihir itu saat mereka berhadapan dengan Musa, bahwa mereka berkata kepada Musa:


{إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى * قَالَ بَلْ أَلْقُوا}


Apakah kamu yang melempar (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan? Musa berkata, "Silakan kamu sekalian melemparkan.” (Thaha: 65-66) Yakni apakah kamu dahulu ataukah kami. Musa menjawab,

"Kalianlah yang lebih dahulu melempar, agar kami dapat melihat apa sihir yang ditampilkan oleh kalian dan agar para penonton menyaksikan dengan mata kepala mereka perbuatan sihir kalian."


{فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى}


Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaha: 66) Di dalam ayat yang lain disebutkan bahwa saat para ahli sihir itu

melemparkan apa yang ada di tangan mereka, mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ}


Mereka berkata, "Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang.” (Asy-Syu'ara: 44)


{سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ}


mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 116) Sedangkan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى}


Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaha: 66) Demikian itu karena mereka memasukkan air raksa ke dalamnya yang menyebabkannya

dapat bergerak dan bergetar serta melompat-lompat sehingga kelihatan pada pandangan mata seakan-akan tali-tali dan tongkat-tongkat para ahli sihir itu bergerak dengan sendirinya. Padahal kenyataan­nya hal itu hanyalah

semata-mata tipu muslihat belaka. Para ahli sihir sangat banyak jumlahnya dan masing-masing dari mereka melemparkan tongkat dan talinya sehingga lembah itu penuh dengan ular ciptaan sihir mereka, sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian lainnya. Firman Allah Swt.:


{فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى}


Maka Musa merasa takut dalam hatinya. (Thaha: 67) Yakni Musa merasa takut bila orang-orang teperdaya oleh ilmu sihir mereka sehingga mereka terfitnah karenanya. Hal itu terjadi sebelum Musa melemparkan tongkat

yang ada di tangannya. Kemudian saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang memerintahkan kepadanya agar melemparkan tongkat yang ada di tangannya. Setelah tongkat itu di­lemparkan, tiba-tiba ujudnya berubah

menjadi ular naga yang sangat besar, berkaki, berleher, dan bertaring. Kemudian ular naga itu menelan semua yang diperbuat oleh tukang-tukang sihir sehingga tiada satu pun darinya yang tersisa. Sedangkan para ahli sihir

dan para penonton menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala sendiri secara jelas dan gamblang. Akhirnya mukjizat dapat mengalahkan sihir, dan menanglah bukti yang di bawa oleh Musa,

sedangkan kebatilan yang dibawa oleh para ahli sihir itu kalah. Allah Swt. menceritakan kejadian ini melalui firman-Nya:


{إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}


Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى الشَّيْبَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ مُعَاذٍ -أَحْسَبُهُ الصَّائِغَ-عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ جُنْدَب بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَجَلِيِّ قَالَ: قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "إِذَا أَخَذْتُمْ -يَعْنِي السَّاحِرَ-فَاقْتُلُوهُ" ثُمَّ قَرَأَ: {وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى} قَالَ: "لَا يُؤْمَنُ بِهِ حَيْثُ وُجِدَ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mu'az

(menurut dugaanku dia adalah As-Saig), dari Al-Hasan, dari Jundub ibnu Abdullah Al-Bajali yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kalian menangkapnya —yakni penyihir—, maka bunuhlah dia oleh kalian.

Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69) Nabi Saw. bersabda menjelaskannya, "Orang tukang sihir itu tidaklah beriman, di mana pun ia berada."

Asal dari hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi secara mauquf dan marfu'. Setelah tukang sihir itu menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala mereka sendiri, sedangkan mereka adalah orang-orang yang mempunyai pengalaman

yang mendalam dalam ilmu sihir dan berbagai macam aliran serta jenis-jenisnya, maka mereka mengetahui dengan yakin bahwa apa yang didatangkan oleh Musa ini bukan termasuk ke dalam ilmu sihir dan tipu muslihat pandangan mata,

dan bahwa hal tersebut adalah nyata dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Tiada seorang pun yang mampu melakukan demikian kecuali mendapat izin dari Tuhan yang bila menghendaki sesuatu, Dia hanya mengatakan, "Jadilah kamu,"

lalu terjadilah ia. Maka pada saat itu juga para ahli sihir menyungkur bersujud kepada Allah Swt. dan mereka mengatakan, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhannya Musa dan Harun."Ibnu Abbas dan Abid ibnu Umair

mengatakan bahwa para ahli sihir itu pada pagi harinya masih berstatus sebagai tukang sihir, kemudian di petang harinya mereka menjadi para syuhada yang benar-benar berbakti. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, mereka berjumlah

delapan puluh ribu orang. Al-Qasim ibnu Abu Buzzah mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh puluh ribu orang. Menurut As-Saddi, jumlah mereka terdiri atas tiga puluh ribu lebih beberapa ribu orang. As-Sauri telah meriwayatkan

dari Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abu Tamamah, bahwa para ahli sihir Fir'aun berjumlah sembilan belas ribu orang. Menurut Muhammad ibnu Ishaq jumlah mereka ada lima belas ribu orang. Ka'b Al-Ahbar mengatakan bahwa jumlah mereka

ada dua belas ribu orang.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Waqid,

dari ayahnya, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa para ahli sihir Fir'aun terdiri atas tujuh puluh orang; pada pagi harinya mereka masih menjadi tukang sihir, kemudian pada petang harinya mereka menjadi syuhada

(karena dihukum mati oleh Fir'aun).Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih di Mekah, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak

yang mengatakan, "Al-Auza'i pernah menceritakan bahwa setelah para ahli sihir menyungkur bersujud, maka ditampakkanlah surga kepada mereka sehingga mereka dapat menyaksikannya dengan mata kepala mereka sendiri."

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Salam, bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Salman, dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya:

Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud. (Thaha: 70) Bahwa mereka melihat kedudukan mereka (di surga) dalam sujud mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Al-Qasim ibnu Abu Buzzah.

Surat Ta-Ha |20:66|

قَالَ بَلْ أَلْقُوا ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ

qoola bal alquu, fa iżaa ḥibaaluhum wa 'ishiyyuhum yukhoyyalu ilaihi min siḥrihim annahaa tas'aa

Dia (Musa) berkata, "Silakan kamu melemparkan!" Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia merayap cepat, karena sihir mereka.

He said, "Rather, you throw." And suddenly their ropes and staffs seemed to him from their magic that they were moving [like snakes].

Tafsir
Jalalain

(Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan") maka mereka melemparkannya. (Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka)

asal kata 'Ishiyyun adalah 'Ushuwwun, kemudian kedua huruf Wawu ditukar menjadi Ya, selanjutnya harakat huruf 'Ain dan Shad dikasrahkan, maka menjadi 'Ishiyyun

(terbayang kepada Musa seakan-akan karena pengaruh sihir mereka ia) merupakan ular-ular (yang berjalan) atau merayap pada perutnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 66 |

Penjelasan ada di ayat 65