Juz 16

Surat Ta-Ha |20:117|

فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ

fa qulnaa yaaa aadamu inna haażaa 'aduwwul laka wa lizaujika fa laa yukhrijannakumaa minal-jannati fa tasyqoo

Kemudian Kami berfirman, "Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga, nanti kamu celaka.

So We said, "O Adam, indeed this is an enemy to you and to your wife. Then let him not remove you from Paradise so you would suffer.

Tafsir
Jalalain

(Maka Kami berkata, "Hai Adam! Sesungguhnya iblis ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu) yakni Siti Hawa (maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,

yang menyebabkan kamu menjadi sengsara) hidup sengsara disebabkan terlebih dahulu kamu harus mencangkul, menanam, menuai, menumbuk, membuat roti dan lain sebagainya.

Ungkapan sengsara di sini ditujukan hanya kepada Nabi Adam, disebabkan secara fitrah suami itu mencari nafkah buat istrinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 117 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Ta-Ha |20:118|

إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ

inna laka allaa tajuu'a fiihaa wa laa ta'roo

Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang,

Indeed, it is [promised] for you not to be hungry therein or be unclothed.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang). Lafal Allaa adalah gabungan daripada huruf An dan Laa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 118 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Ta-Ha |20:119|

وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَىٰ

wa annaka laa tazhma`u fiihaa wa laa tadh-ḥaa

dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari."

And indeed, you will not be thirsty therein or be hot from the sun."

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya kamu) baik dibaca Annaka atau Innaka, diathafkan kepada isimnya Inna pada ayat sebelumnya dan jumlah kalimat kelanjutannya ialah

(tidak akan merasa dahaga di dalamnya) yakni tidak akan merasa haus (dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya")

yaitu sinar matahari di waktu dhuha tidak akan kamu alami lagi, karena di dalam surga tidak ada matahari.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 119 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Ta-Ha |20:120|

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ

fa waswasa ilaihisy-syaithoonu qoola yaaa aadamu hal adulluka 'alaa syajarotil-khuldi wa mulkil laa yablaa

Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, "Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?"

Then Satan whispered to him; he said, "O Adam, shall I direct you to the tree of eternity and possession that will not deteriorate?"

Tafsir
Jalalain

(Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya seraya berkata, "Hai Adam! Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon keabadian)

yaitu pohon yang barang siapa memakan buahnya akan hidup kekal (dan kerajaan yang tidak akan binasa") yakni kerajaan yang kekal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 120 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Ta-Ha |20:121|

فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ ۚ وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ

fa akalaa min-haa fa badat lahumaa sau`aatuhumaa wa thofiqoo yakhshifaani 'alaihimaa miw waroqil jannah, wa 'ashooo aadamu robbahuu fa ghowaa

Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.

And Adam and his wife ate of it, and their private parts became apparent to them, and they began to fasten over themselves from the leaves of Paradise. And Adam disobeyed his Lord and erred.

Tafsir
Jalalain

(Maka keduanya memakan) yakni Adam dan Hawa (dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya) yakni keduanya dapat melihat kemaluan masing-masing.

Kedua aurat itu dinamakan kemaluan disebabkan jika kelihatan maka orang yang memilikinya menjadi malu (dan mulailah keduanya menutupi) keduanya menempelkan kepada

(aurat masing-masing dengan daun-daun yang ada di surga) untuk menutupi auratnya (dan durhakalah Adam kepada Rabbnya dan sesatlah ia) disebabkan memakan buah pohon yang terlarang itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 121 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Ta-Ha |20:122|

ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ

ṡummajtabaahu robbuhuu fa taaba 'alaihi wa hadaa

Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.

Then his Lord chose him and turned to him in forgiveness and guided [him].

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Rabbnya memilihnya) yakni mendekatkannya ke sisi-Nya (maka Dia menerima tobatnya) sebelum Nabi Adam bertobat (dan memberinya petunjuk) supaya terus-menerus bertobat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 122 |

Penjelasan ada di ayat 115

Surat Ta-Ha |20:123|

قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

qoolahbithoo min-haa jamii'am ba'dhukum liba'dhin 'aduww, fa immaa ya`tiyannakum minnii hudan fa manittaba'a hudaaya fa laa yadhillu wa laa yasyqoo

Dia (Allah) berfirman, "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.

[Allah] said, "Descend from Paradise - all, [your descendants] being enemies to one another. And if there should come to you guidance from Me - then whoever follows My guidance will neither go astray [in the world] nor suffer [in the Hereafter].

Tafsir
Jalalain

(Allah berfirman, "Turunlah kamu berdua) Adam dan Hawa berikut apa yang telah dikandung oleh kalian yaitu anak cucu kalian (daripadanya) dari surga

(bersama-sama, sebagian kalian) sebagian keturunan kalian (menjadi musuh bagi sebagian yang lain) disebabkan sebagian dari mereka berbuat zalim terhadap sebagian yang lain.

(Maka jika) lafal Imma ini asalnya terdiri dari In Syarthiyah yang diidgamkan kepada Ma Zaidah (jika datang kepada kalian petunjuk daripada-Ku maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku)

yakni Alquran (maka ia tidak akan sesat) di dunia (dan tidak akan celaka) di akhirat nanti.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 123 |

Tafsir ayat 123-126

Allah berfirman kepada Adam, Hawa, dan iblis, "Turunlah kalian semua dari surga!" Penjelasan mengenai hal ini telah kami kemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah.


{بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ}


sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain. (Thaha: 123) Yakni Adam dan keturunannya lawan iblis dan keturunannya. Firman Allah Swt.:


{فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى}


maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku. (Thaha: 123) Abul Aliyah mengatakan yang dimaksud dengan petunjuk ialah melalui para nabi dan para rasul serta keterangan yang disampaikan mereka.


{فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى}


lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Thaha: 123) Ibnu Abbas mengatakan, bahwa dia tidak akan sesat di dunia ini dan tidak akan celaka di akhiratnya nanti.


{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}


Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku. (Thaha: 124) Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.


{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}


maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124) Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya;

walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang disukainya. Sekalipun hidup dengan semua kemewahan itu,

pada hakikatnya hatinya tidak mempunyai keyakinan yang mantap dan tidak mempunyai pegangan petunjuk, bahkan hatinya selalu khawatir, bingung, dan ragu. Dia terus-menerus tenggelam di dalam keragu-raguannya.

Hal inilah yang dimaksudkan dengan penghidupan yang sempit. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124)

Yaitu kesengsaraan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124) Segala sesuatu yang Aku berikan kepada seorang hamba,

sedikit atau banyak, ia tidak bertakwa kepada-Ku karenanya, maka tiada kebaikan pada sesuatu itu; inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang sempit. Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa sesungguhnya bila ada suatu kaum yang sesat,

mereka berpaling dari kebenaran, padahal kehidupan mereka makmur dan mudah lagi bersikap sombong; maka itulah yang dinamakan kehidupan yang sempit. Dikatakan demikian karena mereka memandang bahwa

tidaklah Allah menentang prinsip kehidupan mereka yang berburuk sangka kepada Allah dan mendustakan-Nya. Apabila seorang hamba mendustakan Allah dan berburuk sangka terhadap-Nya serta tidak percaya kepada-Nya,

maka kehidupannya menjadi keras, dan kehidupan yang keras inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang sempit dalam ayat ini. Ad-Dahhak mengatakan, kehidupan yang sempit ialah pekerjaan yang buruk dan rezeki yang kotor.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Malik ibnu Dinar. Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Abu Hazim, dari Abu Salamah, dari Abu Sa'id sehubungan dengan makna firman-Nya: kehidupan yang sempit. (Thaha: 124)

Bahwa kuburannya menjepitnya (mengimpitnya) sehingga tulang-tulang iganya berantakan (bila ia telah mati nanti). Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa An-Nu'man ibnu Abu Iyasy nama julukannya adalah Abu Salamah.


وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعة، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن لَهِيعَةَ، عَنْ دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا} قَالَ: "ضَمَّةُ الْقَبْرِ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah, dari Darij,

dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124)

Bahwa makna yang dimaksud ialah kuburan mengimpitnya. Predikat mauquf hadis ini lebih dibenarkan (daripada predikat marfu -nya).


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا دَرَّاجٌ أَبُو السَّمْحِ، عَنِ ابْنِ حُجَيْرة -اسْمُهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْمُؤْمِنُ فِي قَبْرِهِ فِي رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ، وَيُرَحَّبُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا، وَيُنَوَّرُ لَهُ قَبْرُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، أَتَدْرُونَ فِيمَ أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا} ؟ أَتَدْرُونَ مَا الْمَعِيشَةُ الضَّنْكُ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: عَذَابُ الْكَافِرِ فِي قَبْرِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لَيُسَلَّطُ عَلَيْهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ تِنِّينًا، أَتَدْرُونَ مَا التِّنِّينُ؟ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ حَيَّةً، لِكُلِّ حَيَّةٍ سَبْعَةُ رُؤُوسٍ، يَنْفُخُونَ فِي جِسْمِهِ، وَيَلْسَعُونَهُ وَيَخْدِشُونَهُ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Asad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Diraj Abus Samah,

dari Ibnu Hujairah yang nama aslinya Abdur Rahman, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda, "Orang mukmin di dalam kuburnya seakan-akan berada di dalam suatu taman yang hijau, dan diluaskan baginya

kuburnya seluas tujuh puluh hasta, lalu diberi cahaya di dalam kuburnya sehingga terang seperti malam di bulan purnama. Tahukah kalian sehubungan dengan apakah ayat berikut diturunkan: 'maka sesungguhnya

baginya penghidupan yang sempit' (Thaha: 124) Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan penghidupan yang sempit?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda: Azabnya orang kafir

di dalam kuburnya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya dia dikuasai oleh sembilan puluh sembilan ular naga. Tahukah kalian apakah ular naga itu? Yaitu sembilan puluh sembilan ular besar,

tiap ekor ular mempunyai tujuh kepala; semuanya menyembur tubuh si kafir itu, mematuki, dan mencakarinya sampai hari berbangkit nanti. Predikat marfu' hadis ini munkar sekali (ditolak sama sekali).


قَالَ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، [عَنْ أَبِي حُجَيْرة] عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا} قَالَ: "الْمَعِيشَةُ الضَّنْكُ الَّذِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَّهُ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ تسعة وتسعون حَيَّةً، يَنْهَشُونَ لَحْمَهُ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ"


Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Sa'd, dari Sa'id ibnu Abu Hilal,

dari Ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124) Nabi Saw. bersabda: Penghidupan yang sempit yang disebutkan

oleh Allah ialah Dia menguasakan si orang kafir kepada sembilan puluh sembilan ular, yang semuanya menggerogoti dagingnya sampai hari kiamat terjadi.


قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا} قَالَ: "عَذَابُ الْقَبْرِ".


Al-Bazzar mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah,

dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124) Bahwa yang dimaksud ialah azab kubur. Sanad hadis berpredikat jayyid. Firman Allah Swt.:


{وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى}


dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Thaha: 124) Menurut Mujahid, Abu Saleh, dan As-Saddi, makna yang dimaksud ialah bahwa orang yang bersangkutan tidak mempunyai alasan kelak di hari kiamat

untuk membela dirinya. Ikrimah mengatakan bahwa orang kafir dibutakan matanya dari segala sesuatu, kecuali neraka Jahanam. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah orang kafir dibangkitkan atau digiring ke neraka

dalam keadaan buta penglihatan, juga buta hatinya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا}


Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. (Al-Isra: 97), hingga akhir ayat.Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا}


Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? (Thaha: 125) Yakni ketika di dunia ia melihat. Maka Allah menjawab melalui firman-Nya:


{قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى}


Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. (Thaha: 126) Maksudnya, karena engkau berpaling dari ayat-ayat Allah dan kamu memperlakukannya

seakan-akan kamu tidak mengingatnya, padahal sudah disampaikan kepadamu. Kamu pura-pura melupakannya, berpaling darinya, serta melalaikannya. Maka begitu pula pada hari ini, Kami memperlakukan kamu sebagaimana

perlakuan orang yang melupakanmu. Hal yang sama telah disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya yang mengatakan:


{فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا}


Maka pada hari (kiamat) ini Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini. (Al-A'raf: 51) Maka sesungguhnya pembalasan itu disesuaikan dengan jenis perbuatannya sebagai tindakan yang adil.


Adapun mengenai masalah lupa terhadap lafaz Al-Qur'an, padahal maknanya telah dipahami dan makna yang diisyaratkannya telah dikerjakan, maka hal ini tidak termasuk ke dalam apa yang diancamkan oleh ayat ini.

Sekalipun orang yang berbuat demikian terkena ancaman pula hanya dari sisi lain, yaitu dari sunnah yang telah menyebutkan larangan yang kuat dan ancaman yang keras terhadap orang yang berlaku demikian.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ، عَنْ عِيسَى بْنِ فَائِدٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ رَجُلٍ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَنَسِيَهُ، إِلَّا لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ يَلْقَاهُ وَهُوَ أَجْذَمُ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Khalid, dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Isa ibnu Fa-id, dari seorang lelaki, dari Sa'd ibnu Ubadah r.a., dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Tidak sekali-kali seseorang hafal Al-Qur’an, lalu ia melupakannya, melainkan ia akan datang kepada Allah di hari bersua dengan-Nya, sedangkan ia dalam keadaan berpenyakit lepra.

Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya melalui hadis Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Isa ibnu Fa-id, dari Ubadah ibnus Samit, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.

Surat Ta-Ha |20:124|

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

wa man a'rodho 'an żikrii fa inna lahuu ma'iisyatan dhongkaw wa naḥsyuruhuu yaumal-qiyaamati a'maa

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta."

And whoever turns away from My remembrance - indeed, he will have a depressed life, and We will gather him on the Day of Resurrection blind."

Tafsir
Jalalain

(Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku) yakni Alquran, yaitu dia tidak beriman kepadanya (maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit)

lafal Dhankan ini merupakan Mashdar artinya sempit. Ditafsirkan oleh sebuah hadis, bahwa hal ini menunjukkan tentang diazabnya orang kafir di dalam kuburnya

(dan Kami akan mengumpulkannya) orang yang berpaling dari Alquran (pada hari kiamat dalam keadaan buta") penglihatannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 124 |

Penjelasan ada di ayat 123

Surat Ta-Ha |20:125|

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا

qoola robbi lima ḥasyartaniii a'maa wa qod kuntu bashiiroo

Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"

He will say, "My Lord, why have you raised me blind while I was [once] seeing?"

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah ia, "Ya Rabbku! Mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal dahulunya aku adalah orang yang melihat") yakni di kala ia hidup di dunia melihat tetapi di kala ia dibangkitkan hidup kembali buta.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 125 |

Penjelasan ada di ayat 123

Surat Ta-Ha |20:126|

قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ

qoola każaalika atatka aayaatunaa fa nasiitahaa, wa każaalikal-yauma tunsaa

Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan."

[Allah] will say, "Thus did Our signs come to you, and you forgot them; and thus will you this Day be forgotten."

Tafsir
Jalalain

(Allah berfirman,) perkaranya ("Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya) kamu meninggalkannya dan tidak mau beriman kepadanya

(dan begitu pula) sebagaimana kamu lupa kepada ayat-ayat Kami (pada hari ini kamu pun dilupakan") dibiarkan tinggal di dalam neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 126 |

Penjelasan ada di ayat 123

Surat Ta-Ha |20:127|

وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ ۚ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰ

wa każaalika najzii man asrofa wa lam yu`mim bi`aayaati robbih, wa la'ażaabul-aakhiroti asyaddu wa abqoo

Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.

And thus do We recompense he who transgressed and did not believe in the signs of his Lord. And the punishment of the Hereafter is more severe and more enduring.

Tafsir
Jalalain

(Dan demikianlah) sebagaimana Kami membalas kepada orang yang berpaling daripada Alquran (Kami membalas orang yang melampaui batas) orang yang musyrik

(dan tidak percaya kepada ayat-ayat Rabbnya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat) daripada azab di dunia dan azab kubur (dan lebih kekal) lebih abadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 127 |

Penjelasan ada di ayat 123

Allah Swt. berfirman, "Demikianlah Kami menimpakan pembalasan terhadap orang-orang yang berlebihan lagi mendustakan ayat-ayat Allah, baik pembalasan di dunia maupun pembalasan di akhirat."


{لَهُمْ عَذَابٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَقُّ وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ}


Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia, dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari {azab) Allah. (Ar-Ra'd: 34) Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى}


Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (Thaha: 127) Yaitu lebih menyakitkan daripada azab di dunia dan lebih kekal bagi mereka, mereka terus-menerus diazab untuk selama-lamanya. Karena itulah Rasulullah Saw. bersabda kepada dua orang yang terlibat dalam sumpah li'an (saling melaknat):


"إِنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا أَهْوَنُ مِنْ عذاب الآخرة".


Sesungguhnya azab di dunia jauh lebih ringan daripada azab di akhirat

Surat Ta-Ha |20:128|

أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِأُولِي النُّهَىٰ

a fa lam yahdi lahum kam ahlaknaa qoblahum minal-quruuni yamsyuuna fii masaakinihim, inna fii żaalika la`aayaatil li`ulin-nuhaa

Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (orang-orang musyrik) berapa banyak (generasi) sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal mereka melewati (bekas-bekas) tempat tinggal mereka (umat-umat itu)? Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal.

Then, has it not become clear to them how many generations We destroyed before them as they walk among their dwellings? Indeed in that are signs for those of intelligence.

Tafsir
Jalalain

(Maka tidakkah menjadi petunjuk) yakni tidak jelas (bagi mereka) orang-orang kafir Mekah (berapa banyak) lafal Kam di sini adalah kalimat berita yang berkedudukan menjadi maf'ul

(Kami membinasakan) sudah berapa banyak telah Kami binasakan (umat-umat sebelum mereka) umat-umat terdahulu disebabkan mereka mendustakan Rasul-rasul

(padahal mereka berjalan) Lafal Yamsyuuna ini menjadi Hal daripada Dhamir Lahum (melewati peninggalan umat-umat itu) sewaktu mereka berniaga ke negeri Syam dan negeri-negeri yang lain,

seharusnya mereka mengambil pelajaran daripadanya. Disebutkan pengertian membinasakan, hal ini diambil dari Fi'il atau kata kerjanya tanpa memakai huruf Mashdar demi memelihara keselarasan makna,

maka hal ini tidak dilarang. (Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda) pelajaran-pelajaran (bagi orang-orang yang berakal) yakni bagi mereka yang berakal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 128 |

Tafsir ayat 128-130

Firman Allah Swt.:


{أَفَلَمْ يَهْدِ}


Maka tidakkah menjadi petunjuk (Thaha: 128) bagi mereka yang mendustakan apa yang disampaikan olehmu, hai Muhammad, bahwa sudah berapa banyak Kami binasakan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul sebelum mereka.

Umat-umat terdahulu itu dibinasakan dan tidak ada lagi bekas-bekasnya, seperti yang kalian saksikan sendiri di tempat-tempat bekas mereka yang sekarang kalian lewati dalam keadaan kosong.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى}


Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Thaha: 128) Ulin nuha artinya orang yang berakal sehat dan berhati lurus, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ}


maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya

bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46) Di dalam surat As-Sajdah disebutkan oleh firman-Nya:


{أَوَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ أَفَلا يَسْمَعُونَ}


Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat (bekas) kediaman mereka itu. (As-Sajdah: 26), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى}


Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan pasti (azab) menimpa mereka. (Thaha: 129) Yaitu seandainya tidak ada ketetapan Allah yang terdahulu,

bahwa Dia tidak akan mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya hujah Allah atas dirinya dan berdasarkan ketetapan masa yang telah ditentukan oleh Allah Swt. terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya itu,

tentulah mereka akan ditimpa oleh azab Allah secara tiba-tiba. Karena itulah Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya seraya menghiburnya:


{فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ}


Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan. (Thaha: 130) Yakni pendustaan mereka terhadap dirimu.


وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ


dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari. (Thaha: 130) Maksudnya, salat fajar (salat subuh).


{وَقَبْلَ غُرُوبِهَا}


dan sebelum terbenamnya. (Thaha: 130) Yaitu salat Asar, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali r.a. yang menceritakan, "Ketika kami (para sahabat) sedang duduk di depan Rasulullah Saw., maka beliau Saw. memandang ke bulan yang sedang purnama, lalu bersabda:


" إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ، لَا تُضَامُّون فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَلَّا تُغْلَبُوا عَلَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، فَافْعَلُوا" ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ


'Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak berdesak-desakan dalam melihatnya. Maka jika kalian mampu agar kalian tidak dikalahkan dengan mengerjakan salat sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah.' Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat ini."


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ رُوَيْبة قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: " لَنْ يَلجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Imarah ibnu Ru-aibah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Tidak akan masuk neraka seseorang yang melakukan salat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Abdul Malik ibnu Umair dengan sanad yang sama.

Di dalam kitab musnad dan kitab sunan disebutkan melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


" إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً مَنْ يَنْظُرُ فِي مُلْكِهِ مَسِيرَةَ أَلْفِ سَنَةٍ، يَنْظُرُ إِلَى أَقْصَاهُ كَمَا يَنْظُرُ إِلَى أَدْنَاهُ، وَإِنَّ أَعْلَاهُمْ مَنْزِلَةً لَمَنْ يَنْظُرُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْيَوْمِ مرتين "


Sesungguhnya kedudukan ahli surga yang paling rendah ialah bagaikan seseorang yang melihat-lihat wilayah kerajaannya selama perjalanan dua ribu tahun, ia melihat-lihat batas yang paling jauhnya selama itu sebagaimana ia pun

melihat-lihat batas yang paling dekatnya selama itu pula. Dan sesungguhnya kedudukan ahli surga yang paling tinggi ialah orang-orang yang dapat melihat Allah sebanyak dua kali dalam seharinya. Firman Allah Swt.:


{وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ}


dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari. (Thaha: 130) Artinya, kerjakanlah salat tahajud di waktu-waktu malam hari. Akan tetapi, sebagian ulama menakwilkannya sebagai salat Magrib dan salat Isya.


{وَأَطْرَافَ النَّهَارِ}


dan pada waktu-waktu di siang hari. (Thaha: 130) untuk mengimbangi waktu-waktu di malam hari tadi


{لَعَلَّكَ تَرْضَى}


supaya kamu merasa senang. (Thaha: 130) Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى}


Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (senang). (Adh-Dhuha: 5) Di dalam hadis sahih disebutkan seperti berikut:


" يَقُولُ اللَّهُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ. فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى، وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ؟ فَيَقُولُ: إِنِّي أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ. فَيَقُولُونَ: وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي، فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا "


Allah Swt. berfirman, "Hai ahli surga!" Mereka menjawab, "Labbaik wasa'daik, wahai Tuhan kami.” Allah berfirman, "Apakah kalian telah puas?" mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, bagaimana kami tidak puas,

sedangkan Engkau telah memberikan kepada kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seseorang pun di antara makhluk-Mu.” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku sekarang akan memberi kalian yang lebih utama

daripada semuanya itu.” Mereka bertanya, "Apakah ada sesuatu yang lebih utama daripada semuanya ini?” Allah Swt. berfirman, "Aku halalkan rida-Ku bagi kalian, maka Aku tidak akan murka lagi kepada kalian untuk selama-lamanya.” Di dalam hadis yang lain disebutkan pula hal berikut:


" يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ مَوْعِدًا يُرِيدُ أَنْ يُنْجزكُمُوه. فَيَقُولُونَ: وَمَا هُوَ؟ أَلَمْ يُبَيِّضْ وُجُوهَنَا وَيُثَقِّلْ مَوَازِينَنَا وَيُزَحْزِحْنَا عَنِ النَّارِ، وَيُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ؟ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَيَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَوَاللَّهِ مَا أَعْطَاهُمْ خَيْرًا مِنَ النَّظَرِ إِلَيْهِ، وَهِيَ الزِّيَادَةُ "


"Hai ahli surga, sesungguhnya bagi kalian di sisi Allah ada suatu janji yang ingin Dia tunaikan kepada kalian.” Mereka bertanya, "Pemberian apa lagi? Bukankah Allah telah membuat wajah kami putih, memberatkan timbangan amal (baik) kami,

mengeluarkan kami dari neraka dan memasukkan kami ke dalam surga?” Maka dibukalah hijab Allah, lalu mereka dapat melihat-Nya. Demi Allah, Allah tidak memberikan kepada mereka sesuatu yang lebih baik daripada'memandang kepada Zat-Nya, yaitu sebagai karunia tambahan (buat mereka).

Surat Ta-Ha |20:129|

وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى

walau laa kalimatun sabaqot mir robbika lakaana lizaamaw wa ajalum musammaa

Dan kalau tidak ada suatu ketetapan terdahulu dari Tuhanmu serta tidak ada batas yang telah ditentukan (ajal), pasti (siksaan itu) menimpa mereka.

And if not for a word that preceded from your Lord, punishment would have been an obligation [due immediately], and [if not for] a specified term [decreed].

Tafsir
Jalalain

(Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Rabbmu yang telah terdahulu) untuk menangguhkan azab daripada mereka hingga hari kemudian (niscayalah)

pembinasaan itu (pasti) menimpa mereka sejak di dunia (dan waktu yang telah ditentukan) waktu yang telah dipastikan bagi azab mereka.

Kalimat ayat ini di'athafkan kepada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Kaana dan menjadi pemisah di antara keduanya adalah Khabar Kaana yang berfungsi sebagai pengukuh makna.

Maksudnya; dan di hari kemudian, azab akan menimpa mereka pula.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 129 |

Penjelasan ada di ayat 128

Surat Ta-Ha |20:130|

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ۖ وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَىٰ

fashbir 'alaa maa yaquuluuna wa sabbiḥ biḥamdi robbika qobla thuluu'isy-syamsi wa qobla ghuruubihaa, wa min aanaaa`il-laili fa sabbiḥ wa athroofan-nahaari la'allaka tardhoo

Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam, dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang.

So be patient over what they say and exalt [Allah] with praise of your Lord before the rising of the sun and before its setting; and during periods of the night [exalt Him] and at the ends of the day, that you may be satisfied.

Tafsir
Jalalain

(Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan) hanya saja ayat ini dimansukh oleh ayat berperang (dan bertasbihlah) sholatlah

(dengan memuji Rabbmu) lafal Bihamdi Rabbika merupakan Hal atau kata keterangan keadaan, maksudnya seraya memuji-Nya (sebelum terbit matahari)

yaitu sholat Subuh (dan sebelum terbenamnya) sholat Asar (dan pada waktu-waktu di malam hari) saat-saat malam hari (bertasbih pulalah) yaitu sholat Magrib dan sholat Isyaklah kamu

(dan pada waktu-waktu di siang hari) ia di'athafkan secara Mahal kepada lafal Ana yang dinashabkan. Maksudnya sholat Zuhurlah kamu; karena waktu sholat Zuhur

itu mulai sejak bergeser matahari dari garis pertengahan langit; yaitu bergesernya matahari dari bagian pertengahan pertama menuju kepada bagian pertengahan kedua

(supaya kamu merasa senang) dengan pahala yang akan diberikan kepadamu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 130 |

Penjelasan ada di ayat 128

Surat Ta-Ha |20:131|

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

wa laa tamuddanna 'ainaika ilaa maa matta'naa bihiii azwaajam min-hum zahrotal-ḥayaatid-dun-yaa linaftinahum fiih, wa rizqu robbika khoiruw wa abqoo

Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.

And do not extend your eyes toward that by which We have given enjoyment to [some] categories of them, [its being but] the splendor of worldly life by which We test them. And the provision of your Lord is better and more enduring.

Tafsir
Jalalain

(Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan) yakni berbagai macam golongan

(dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia) sebagai perhiasan dan kesemarakan kehidupan dunia (Kami cobai mereka dengannya) seumpamanya mereka makin kelewat batas karenanya.

(Dan karunia Rabbmu) di surga (adalah lebih baik) daripada keduniaan yang diberikan kepada mereka (dan lebih kekal) yakni lebih abadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 131 |

Tafsir ayat 131-132

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Janganlah kamu melirikkan pandangan matamu kepada kemewahan yang ada di tangan orang-orang yang hidup senang dan mewah. Karena sesungguhnya hal itu tiada lain merupakan perhiasan

yang fana dan nikmat yang pasti lenyapnya, kami mencobai mereka dengan melaluinya. Akan tetapi, amatlah sedikit orang yang banyak bersyukur di antara hamba-hamba-Ku."Mujahid mengatakan bahwa makna azwajan minhum ialah

orang-orang kaya dan para hartawan, karena sesungguhnya kamu telah diberi apa yang lebih baik daripada apa yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ * لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ}


Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu. (Al-Hijr: 87-88), hingga akhir ayat.

Jauh lebih baik pula apa yang telah disediakan oleh Allah Swt. buat Rasul­Nya di akhirat, tiada terbatas dan tiada terperikan. Seperti halnya apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى}

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (Adh-Dhuha: 5) Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى}


Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha: 131) Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa ketika Umar ibnul Khattab masuk menemui Rasulullah Saw. di dalam suatu peristiwa yang saat itu Rasulullah Saw.

sedang mengasingkan dirinya dari istri-istrinya, sebab beliau telah bersumpah tidak akan menggauli mereka dalam waktu tertentu (sampai mereka sadar); Umar ibnul Khattab melihat Rasulullah Saw. sedang berbaring di lantai rumahnya

dengan hanya beralaskan tikar. Sedangkan di dalam rumahnya hanya ada sebuah wadah air yang sudah lapuk, tergantung di sisi rumahnya. Maka dengan serta-merta Umar mencucurkan air matanya. Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Umar,

apakah yang membuatmu menangis?" Umar menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Kaisar berada dalam kemewahannya, sedangkan engkau adalah makhluk pilihan Allah." Rasulullah Saw. bersabda:


"أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلت لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا "


Hai Ibnul -Khattab, apakah engkau dalam keadaan ragu? Mereka adalah kaum yang disegerakan bagi mereka kebaikannya dalam kehidupan dunia ini.Rasulullah Saw. adalah orang yang paling zuhud terhadap duniawi,

padahal beliau mampu menguasainya. Apabila beliau memperoleh harta benda, maka dinafkahkan dan dibagi-bagikannya ke sana dan kemari, kepada semua hamba Allah dan beliau tidak pernah menyimpan sesuatu pun darinya untuk keperluan dirinya di esok hari.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: أَنْبَأَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنِ عَطَاءِ بْنِ يَسَار، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: " إن أخوف ما أخاف عليكم مَا يَفْتَحُ اللَّهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا ". قَالُوا: وَمَا زَهْرَةُ الدُّنْيَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: " بَرَكَاتُ الْأَرْضِ "


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Yazid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah Saw.

pernah bersabda: Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan terhadap kalian ialah bila Allah membukakan bagi kalian bunga-bunga kehidupan dunia. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud

dengan bunga-bunga kehidupan dunia?” Rasulullah Saw. menjawab, "Keberkatan bumi.”Qatadah dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bunga kehidupan dunia. (Thaha: 131) Makna yang dimaksud ialah

perhiasan kehidupan dunia. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: untuk Kami fitnah mereka dengannya. (Thaha: 131) Yakni Kami coba mereka dengan perhiasan kehidupan dunia. Firman Allah Swt.:


{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا}


Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132) Artinya, selamatkanlah mereka dari azab Allah dengan mengerjakan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Semakna dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا}


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (At-Tahrim: 6) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh,

telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa ia dan Yarfa' pernah menginap di rumah Umar ibnul Khattab. Dan Umar mempunyai kebiasaan

mengerjakan salat sunat di tengah malam; tetapi adakalanya ia tidak mengerjakannya, sehingga kami katakan, "Dia tidak salat sunat malam hari malam ini, tidak sebagaimana malam-malam sebelumnya." Umar bila hendak mengerjakan

salat sunat malam hari, ia membangunkan keluarganya untuk ikut salat bersamanya, dan ia membacakan firman-Nya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132) Firman Allah Swt.:


{لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ}


Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Yakni apabila kamu mengerjakan salat, niscaya rezeki akan datang kepadamu dari arah yang tidak kamu duga-duga. Sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب}


Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Ath-Thalaq: 2-3) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Az-Zariyat: 56) Sampai dengan firman-Nya:


إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ


Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Az-Zariyat: 58) Karena itulah dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ}


Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132) As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak meminta rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Yaitu Kami

tidak membebankan kepadamu suatu permintaan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hisyam, dari ayahnya,

bahwa apabila ia masuk ke dalam rumah seseorang yang ahli dunia (kaya), lalu ia melirik kepada kekayaannya, maka sepulangnya ke rumah ia membaca firman-Nya: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu. (Thaha: 131)

sampai dengan firman-Nya: Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. (Thaha: 132) Kemudian ia berkata kepada keluarganya, "Dirikanlah salat, dirikanlah salat, semoga Allah merahmati kalian!"


وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ القَطَوَاني، حَدَّثَنَا سَيَّار، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ ثَابِتٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصَابَهُ خَصَاصَةٌ نَادَى أَهْلَهُ: " يَا أَهْلَاهُ، صَلُّوا، صَلُّوا ".


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad Al-Qatrani, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Sabit,

bahwa Nabi Saw. apabila mengalami suatu kesusahan, maka beliau menyeru kepada keluarganya: Hai keluargaku, kerjakanlah salat, kerjakanlah salat oleh kalian!"Sabit mengatakan bahwa para nabi itu apabila tertimpa suatu kesusahan,

maka mereka bersegera mengerjakan salat.Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Imran ibnu Zaidah, dari ayahnya, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغ لِعِبَادَتِي أمْلأ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ ملأتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ "


Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, tekunilah beribadah kepada­Ku, tentu Aku akan memenuhi rongga dadamu dengan kecukupan dan Aku akan menutupi kefakiranmu. Jika kamu tidak melakukannya, tentu Aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kafakiranmu.


وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ الضَّحَّاكِ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ: سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمّ دُنْيَاهُ. وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ "


Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Ad-Dahhak, dari Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Barang siapa yang semua kesusahannya hanya satu,

yaitu memikirkan kesusahan di hari kemudian, niscaya Allah akan memberinya kecukupan dalam kesusahan dunianya. Dan barang siapa kesusahannya bercabang-cabang, hanya memikirkan susahnya keadaan di dunia, maka Allah tidak mempedulikannya lagi di lembah mana pun ia binasa.


وَرُوِيَ أَيْضًا مِنْ حَدِيثِ شُعْبَةَ، عَنْ عُمَر بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبَانٍ، عَنِ أَبِيهِ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّه فرَّق اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ. وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نيَّته، جَمَعَ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ "


Telah diriwayatkan pula melalui hadis Syu'bah, dari Umar ibnu Sulaiman, dari Abdur Rahman ibnu Aban, dari ayahnya, dari Zaid ibnu Sabit, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Barang siapa yang kesusahannya hanya memikirkan dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakirannya di depan matanya, serta tiada yang datang dari dunia kepadanya kecuali

hanya apa yang telah ditakdirkan baginya. Dan barang siapa yang perhatiannya tercurahkan kepada akhiratnya, maka Allah akan menghimpunkan baginya semua urusannya dan menjadikan kecukupannya di dalam kalbunya, serta dunia datang kepadanya dalam keadaan terpaksa.Firman Allah Swt.:


{وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى}


Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha: 132) Maksudnya, akibat yang baik di dunia dan akhirat —yaitu surga— hanyalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


" رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ كَأَنَّا فِي دَارِ عُقْبَةَ بْنِ رَافِعٍ وَأَنَّا أُتِينَا بِرُطَبٍ [مِنْ رُطَبِ] ابْنِ طَابَ، فَأَوَّلْتُ ذَلِكَ أَنَّ الْعَاقِبَةَ لَنَا فِي الدنيا والرفعة وأن ديننا قد طاب "


Tadi malam aku melihat dalam mimpiku seakan-akan kita berada di dalam rumah Uqbah ibnu Rafi', lalu kita disuguhi hidangan buah kurma masak dari kurmanya Ibnu Tab. Maka aku menakwilkan mimpi itu,

bahwa sesungguhnya akibat yang terpuji dan derajat yang tinggi adalah bagi kita di dunia ini, dan bahwa agama kita telah masak (sempurna).

Surat Ta-Ha |20:132|

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

wa`mur ahlaka bish-sholaati washthobir 'alaihaa, laa nas`aluka rizqoo, naḥnu narzuquk, wal-'aaqibatu lit-taqwaa

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.

And enjoin prayer upon your family [and people] and be steadfast therein. We ask you not for provision; We provide for you, and the [best] outcome is for [those of] righteousness.

Tafsir
Jalalain

(Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu) teguh dan sabarlah kamu (dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta kepadamu)

tidak membebankan kepadamu (rezeki) untuk dirimu dan tidak pula untuk orang lain (Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu)

yakni pahala surga (hanyalah bagi ketakwaan) bagi orang yang bertakwa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 132 |

Penjelasan ada di ayat 131

Surat Ta-Ha |20:133|

وَقَالُوا لَوْلَا يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ

wa qooluu lau laa ya`tiinaa bi`aayatim mir robbih, a wa lam ta`tihim bayyinatu maa fish-shuḥufil-uulaa

Dan mereka berkata, "Mengapa dia tidak membawa tanda (bukti) kepada kami dari Tuhannya?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti (yang nyata) sebagaimana yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu?

And they say, "Why does he not bring us a sign from his Lord?" Has there not come to them evidence of what was in the former scriptures?

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka berkata,) orang-orang musyrik ("Mengapa tidak) tidakkah (ia datang kepada kami) yakni Nabi Muhammad (dengan membawa bukti dari Rabbnya")

sesuai dengan apa yang diminta mereka. (Dan apakah belum datang kepada mereka) dapat dibaca Ta-tihim dan Ya-tihim (bukti yang nyata) yakni penjelasan

(dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang terdahulu) yang kesemuanya disebutkan oleh Alquran, yaitu mengenai berita umat-umat terdahulu yang telah dibinasakan disebabkan mereka mendustakan para Rasul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 133 |

Tafsir ayat 133-135

Allah Swt. menceritakan tentang perkataan orang-orang kafir melalui firman-Nya:


{لَوْلا}


Mengapa tidak. (Thaha : 133) Yakni mengapa Muhammad tidak mendatangkan kepada kita suatu tanda dari Tuhannya yang membenarkan bahwa ia adalah seorang utusan Allah? Maka Allah menjawab perkataan mereka melalui firman-Nya:


{أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الأولَى}


Apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Thaha: 133) Yaitu Al-Qur'anul Karim yang disebutkan di dalamnya kisah-kisah umat terdahulu. Al-Qur'an itu diturunkan

oleh Allah kepada Nabi Muhammad seorang ummi (tidak pandai menulis) dan belum pernah belajar dari kaum Ahli Kitab. Di antaranya disebutkan kisah-kisah orang terdahulu yang sesuai dengan apa yang termaktub di dalam kitab-kitab

terdahulu yang masih asli dan benar. Karena sesungguhnya Al-Qur'an merupakan batu ujian bagi kitab-kitab terdahulu, Al-Qur'an membenarkan apa yang benar darinya, menjelaskan apa yang keliru dan yang dibuat-buat darinya

(kitab-kitab terdahulu). Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَقَالُوا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ * أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}


Dan orang-orang kafir Mekah berkata, 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya

aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka?

Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 50-51) Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


" مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا آمَنَ عَلَى مَثَلِهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ، وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "


Tiada seorang nabi pun melainkan dibekali dengan mukjizat yang dikagumi oleh orang-orang yang hidup semasa dengannya. Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku.

Maka aku berharap semoga aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di antara mereka (para nabi lainnya) kelak di hari kiamat.Sesungguhnya yang disebutkan dalam ayat ini hanyalah mukjizat yang paling besar yang diberikan

kepada Nabi Saw., yaitu Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Nabi Saw. diberi pula mukjizat-mukjizat lainnya yang tak terhitung banyaknya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis-hadisnya.Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا}


Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami?” (Thaha: 134)

Yakni sekiranya Kami binasakan orang-orang yang mendustakan itu sebelum Kami utus rasul yang mulia ini kepada mereka dan belum Kami turunkan kepada mereka Al-Qur'an yang agung ini, tentulah mereka akan beralasan:

Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami? (Thaha: 134) sebelum Engkau binasakan kami, agar kami dapat beriman kepadanya dan mengikutinya. Nada yang sama disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman selanjutnya:


{فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى}


lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah. (Thaha: 134) Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendustakan, lagi membangkang dan mengingkari-Nya, selamanya mereka tidak akan beriman.


{وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ}


meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 97) Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَهَذَا كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}


Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al-An'am: 155) Sampai dengan firman-Nya:


بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ


disebabkan mereka selalu berpaling. (Al-An'am: 157) Juga firman Allah Swt.:


{وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا}


Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). (Fathir: 42), hingga akhir ayat.


{وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَتْهُمْ آيَةٌ لَيُؤْمِنُنَّ بِهَا}


Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepadanya. (Al-An'am: 109), hingga akhir ayat berikutnya. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{قُلْ}


Katakanlah. (Thaha: 135) hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu serta terus-menerus dalam kekafiran dan keingkarannya:


{كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ}


Masing-masing (kita) menanti. (Thaha: 135) Yakni antara kami dan kalian sama-sama menanti.


{فَتَرَبَّصُوا}


maka nantikanlah oleh kamu sekalian. (Thaha: 135) Maksudnya, tunggulah saatnya oleh kamu sekalian.


{فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ}


Maka kalian kelak akan mengetahui siapa yang mempunyai jalan yang lurus. (Thaha: 135) Yang dimaksud dengan as-siratus sawiyyu ialah jalan yang lurus.


{وَمَنِ اهْتَدَى}


dan siapa yang telah mendapat petunjuk. (Thaha: 135) Yaitu mendapat bimbingan ke jalan yang benar dan jalan keberhasilan. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا}


Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 42) Dan firman Allah Swt. lainnya yang mengatakan:


{سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ}


Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26) Demikianlah akhir dari tafsir surat Thaha, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Berikutnya insya Allah menyusul tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah.

Surat Ta-Ha |20:134|

وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَىٰ

walau annaaa ahlaknaahum bi'ażaabim ming qoblihii laqooluu robbanaa lau laaa arsalta ilainaa rosuulan fa nattabi'a aayaatika ming qobli an nażilla wa nakhzaa

Dan kalau mereka Kami binasakan dengan suatu siksaan sebelumnya (Al-Qur´an itu diturunkan), tentulah mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?"

And if We had destroyed them with a punishment before him, they would have said, "Our Lord, why did You not send to us a messenger so we could have followed Your verses before we were humiliated and disgraced?"

Tafsir
Jalalain

(Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum ia diutus) sebelum Rasulullah diutus (tentulah mereka berkata) di hari kiamat nanti,

("Ya Rabb kami! Mengapa tidak) (Engkau utus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau) yang dibawa olehnya (sebelum kami menjadi hina)

di hari kiamat (dan rendah") dijebloskan ke dalam neraka Jahanam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 134 |

Penjelasan ada di ayat 133

Surat Ta-Ha |20:135|

قُلْ كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوا ۖ فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ وَمَنِ اهْتَدَىٰ

qul kullum mutarobbishun fa tarobbashuu, fa sata'lamuuna man ash-ḥaabush-shiroothis-sawiyyi wa manihtadaa

Katakanlah (Muhammad), "Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah olehmu! Dan kelak kamu akan mengetahui, siapa yang menempuh jalan yang lurus, dan siapa yang telah mendapat petunjuk."

Say, "Each [of us] is waiting; so wait. For you will know who are the companions of the sound path and who is guided."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah:) kepada mereka, ("Masing-masing) di antara kami dan kalian (menanti) menunggu apa yang bakal terjadi padanya di hari kiamat itu

(maka nantikanlah oleh kamu sekalian! Kelak kalian akan mengetahui) di hari kiamat itu (siapa yang menempuh jalan) yakni tuntunan (yang lurus) yang tidak menyimpang

(dan siapa yang telah mendapat petunjuk") sehingga selamat dari kesesatan, kami ataukah kalian

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 135 |

Penjelasan ada di ayat 133