Juz 16
Surat Ta-Ha |20:67|
فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَىٰ
fa aujasa fii nafsihii khiifatam muusaa
Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
And he sensed within himself apprehension, did Moses.
(Maka timbullah perasaan) muncul perasaan (takut dalam hati Musa) dia merasa takut karena ternyata sihir mereka sejenis dengan mukjizatnya,
sehingga akibatnya akan mengaburkan mana yang hak dan mana yang batil di mata orang banyak, yang nantinya mereka tidak mau beriman, disebabkan kejadian itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 67 |
Penjelasan ada di ayat 65
Surat Ta-Ha |20:68|
قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَىٰ
qulnaa laa takhof innaka antal-a'laa
Kami berfirman, "Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang).
Allah said, "Fear not. Indeed, it is you who are superior.
(Kami berkata) kepada Musa, ("Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul) kamulah yang akan mengungguli mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 68 |
Penjelasan ada di ayat 65
Surat Ta-Ha |20:69|
وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ
wa alqi maa fii yamiinika talqof maa shona'uu, innamaa shona'uu kaidu saaḥir, wa laa yufliḥus-saaḥiru ḥaiṡu ataa
Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya pesihir (belaka). Dan tidak akan menang pesihir itu, dari mana pun dia datang."
And throw what is in your right hand; it will swallow up what they have crafted. What they have crafted is but the trick of a magician, and the magician will not succeed wherever he is."
(Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu) yakni tongkat (niscaya ia akan menelan) yakni akan melahap (apa yang mereka perbuat.
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir) ulah tukang sihir belaka. (Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang")
dengan sihirnya itu. Lalu Nabi Musa melemparkan tongkatnya, maka tongkat Nabi Musa itu menjadi ular yang besar dan menelan semua apa yang diperbuat oleh para ahli sihir.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 69 |
Penjelasan ada di ayat 65
Surat Ta-Ha |20:70|
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَىٰ
fa ulqiyas-saḥarotu sujjadang qooluuu aamannaa birobbi haaruuna wa muusaa
Lalu para pesihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, "Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa."
So the magicians fell down in prostration. They said, "We have believed in the Lord of Aaron and Moses."
(Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud) yakni mereka bersujud kepada Allah swt. (seraya berkata, "Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa").
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 70 |
Penjelasan ada di ayat 65
Surat Ta-Ha |20:71|
قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ
qoola aamantum lahuu qobla an aażana lakum, innahuu lakabiirukumullażii 'allamakumus-siḥr, fa la`uqoththi'anna aidiyakum wa arjulakum min khilaafiw wa la`ushollibannakum fii jużuu'in-nakhli wa lata'lamunna ayyunaaa asyaddu 'ażaabaw wa abqoo
Dia (Fir´aun) berkata, "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya."
[Pharaoh] said, "You believed him before I gave you permission. Indeed, he is your leader who has taught you magic. So I will surely cut off your hands and your feet on opposite sides, and I will crucify you on the trunks of palm trees, and you will surely know which of us is more severe in [giving] punishment and more enduring."
(Berkatalah) Firaun, ("Apakah kalian telah beriman) dapat dibaca A-amantum dan Aamantum (kepada Musa sebelum aku memberi izin) sebelum aku mengizinkan
(kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpin kalian) guru kalian (yang mengajarkan sihir kepada kalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu
sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik) lafal Min Khilaafin berkedudukan menjadi Hal, artinya secara bersilang, yaitu tangan kanan dengan kaki kiri
(dan sesungguhnya aku akan menyalib kalian pada pangkal pohon kurma) yakni pada pohon kurma (dan sesungguhnya kalian akan mengetahui siapa di antara kita)
yakni diri Firaun sendiri dan Rabb Nabi Musa (yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya") bila ada orang yang melanggar kepadanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 71 |
Tafsir ayat 71-73
Allah Swt. menceritakan tentang kekufuran Fir'aun, keingkaran, kelewatbatasannya, dan kesombongannya terhadap perkara yang hak dengan kebatilan yang dipegangnya, setelah ia melihat mukjizat besar yang menakjubkannya
dan melihat orang-orang yang tadinya membantunya kini berbalik menjadi orang-orang yang beriman kepada Tuhannya Musa. Hal itu terjadi di hadapan mata orang banyak, bahkan seluruh rakyat negeri Mesir,
Fir'aun mengalami kekalahan yang fatal. Tetapi peristiwa itu tidaklah memudarkan kesombongan dan keingkarannya, bahkan ia menggunakan kekuasaan dan kedudukan serta pengaruhnya terhadap para ahli sihir, lalu ia mengancam
dan memperingatkan mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{آمَنْتُمْ لَهُ}
Apakah kalian telah beriman. (Thaha: 71) Maksudnya, apakah kalian mempercayai Musa sekarang.
{قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ}
sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. (Thaha: 71) Yakni aku tidak memerintahkan kepada kalian untuk itu yang berarti kalian membangkang terhadapku. Fir'aun mengucapkan kata-kata yang ia sendiri, para ahli sihir, dan semua orang mengetahui bahwa ia dusta karena dikalahkan.
{إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ}
Sesungguhnya dia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kamu sekalian. (Thaha: 71) Yaitu kalian telah belajar ilmu sihir dari Musa dan kalian telah sepakat dengannya untuk melawanku —juga rakyatku
— agar kalian menampakkan kemenangan kalian terhadapku. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ}
sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya darinya; maka kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian ini). (Al-A'raf: 123) Kemudian Fir'aun mulai mengancam mereka melalui ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:
{فَلأقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلافٍ وَلأصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ}
Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma. (Thaha: 71) Yakni sungguh aku benar-benar
akan mencincang kalian, membunuh kalian, dan memamerkan tubuh kalian. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Fir'aun adalah orang yang mula-mula melakukan hukuman seperti itu. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt.:
{وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى}
dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya. (Thaha: 71) Yakni kalian telah mengatakan bahwa aku dan kaumku berada dalam kesesatan,
sedangkan kalian dan Musa beserta kaumnya berada pada jalan petunjuk. Maka kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan mendapat siksa dan siapa yang kekal dalam siksanya. Setelah Fir'aun menyerang para ahli sihir
dengan ancamannya itu, maka mereka dengan suka rela bersedia mengurbankan dirinya demi membela Allah Swt.
{قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ}
Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat) (Thaha: 72) Artinya, kami tidak akan memilihmu atas petunjuk dan keyakinan yang telah kami peroleh.
{وَالَّذِي فَطَرَنَا}
dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami. (Thaha: 72) Wawu yang ada dalam ayat ini dapat diartikan sebagai sumpah, dapat pula diartikan sebagai huruf 'ataf, yang dikaitkan dengan lafaz al-bayyinat.
Mereka bermaksud bahwa kami tidak akan memilihmu atas Pencipta dan Khalik kami yang telah menciptakan kami dari tiada. Dia menciptakan kami dari tanah liat, maka Dialah yang berhak disembah dan ditaati, bukan engkau (Fir'aun).
{فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ}
Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. (Thaha: 72) Yakni lakukanlah apa yang kamu kehendaki dan apa yang dapat dicapai oleh tangan (kekuasaan)mu.
{إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا}
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (Thaha: 72) Yaitu sesungguhnya kamu hanya berkuasa di dunia ini saja, negeri yang pasti lenyap, sedangkan kami menginginkan dunia yang kekal.
{إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا}
Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami. (Thaha: 73) Yakni mengampuni semua dosa kami, khususnya dosa menjalankan sihir yang kamu paksakan kepada kami
agar melakukannya untuk menentang tanda kekuasaan Allah dan mukjizat nabi-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad, telali menceritakan
kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Sa'id, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. (Thaha: 73) Bahwa Fir'aun pernah mengambil
empat puluh orang budak dari kalangan kaum Bani Israil, lalu mereka diperintahkan untuk belajar ilmu sihir di Al-Farma, dan Fir'aun berkata (kepada guru ilmu sihir), "Ajarkanlah kepada mereka ilmu sihir yang tiada seorang pun di muka bumi
yang mengetahui mereka belajar ilmu sihir." Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka adalah termasuk di antara ahli sihir yang beriman kepada Musa, dan merekalah yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami,
agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. (Thaha: 73) Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}
Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya). (Thaha: 73) Yakni lebih baik bagi kami daripada kamu, karena pahala-Nya lebih kekal daripada apa yang engkau janjikan kepada kami. Pendapat ini berdasarkan riwayat
Ibnu Ishaq. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Allah lebih baik (pahala-Nya). (Thaha: 73) Yaitu bagi kami daripada kamu jika perintah-Nya ditaati. Dan lebih kekal (azab-Nya).
(Thaha: 73) daripada kamu jika perintah-Nya dilanggar.Telah diriwayatkan pula hal yang semisal, juga dari Ibnu Ishaq. Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa Fir'aun la'natullah telah bertekad untuk menghukum para ahli sihirnya
dan dia menjatuhkan hukumannya kepada mereka, padahal kenyataannya hal itu merupakan rahmat dari Allah untuk mereka. Karena itulah Ibnu Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan, "Jadilah kalian di pagi hari
sebagai tukang sihir, dan jadilah kalian di petang harinya sebagai syuhada."
Surat Ta-Ha |20:72|
قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا ۖ فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِي هَٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
qooluu lan nu`ṡiroka 'alaa maa jaaa`anaa minal-bayyinaati wallażii fathoronaa faqdhi maaa anta qoodh, innamaa taqdhii haażihil-ḥayaatad-dun-yaa
Mereka (para pesihir) berkata, "Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.
They said, "Never will we prefer you over what has come to us of clear proofs and [over] He who created us. So decree whatever you are to decree. You can only decree for this worldly life.
(Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu) kami tidak akan memilih kamu (daripada bukti-bukti yang nyata yang telah datang kepada kami)
bukti-bukti yang menunjukkan kebenaran Nabi Musa (dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami) yakni Allah yang telah menjadikan kami.
Kalimat ini dapat diartikan sebagai Qasam atau sumpah atau di'athafkan kepada lafal Ma (maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan) artinya lakukanlah apa yang kamu ucapkan itu.
(Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia saja) dinashabkannya lafal Al-Hayaatad Dun-yaa menunjukkan makna Ittisa',
maksudnya peradilan di dunia dan kelak kamu akan mendapat balasan yang setimpal di akhirat akibat dari perbuatanmu itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 72 |
Penjelasan ada di ayat 71
Surat Ta-Ha |20:73|
إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ ۗ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
innaaa aamannaa birobbinaa liyaghfiro lanaa khothooyaanaa wa maaa akrohtanaa 'alaihi minas-siḥr, wallohu khoiruw wa abqoo
Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)."
Indeed, we have believed in our Lord that He may forgive us our sins and what you compelled us [to do] of magic. And Allah is better and more enduring."
(Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami) dari kemusyrikan dan dosa-dosa lainnya yang pernah kami lakukan
(dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya) mulai dari belajar sampai dengan mempraktekkannya untuk melawan Nabi Musa.
(Dan Allah lebih baik) pahala-Nya daripada kamu, jika Dia ditaati (dan lebih kekal") azab-Nya daripada kamu, jika didurhakai.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 73 |
Penjelasan ada di ayat 71
Surat Ta-Ha |20:74|
إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ
innahuu may ya`ti robbahuu mujriman fa inna lahuu jahannam, laa yamuutu fiihaa wa laa yaḥyaa
Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati (terus merasakan azab) di dalamnya dan tidak (pula) hidup (tidak dapat bertobat).
Indeed, whoever comes to his Lord as a criminal - indeed, for him is Hell; he will neither die therein nor live.
Allah berfirman (Sesungguhnya barang siapa yang datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa) yakni dalam keadaan kafir, sebagaimana Firaun
(maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya) sehingga ia dapat istirahat dari kepedihan azab (dan tidak pula hidup) dengan kehidupan yang layak dan bermanfaat bagi dirinya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 74 |
Tafsir ayat 74-76
Makna lahiriah konteks ayat-ayat ini merupakan kelanjutan dari nasihat para ahli sihir kepada Fir'aun. Mereka memperingatkan Fir'aun akan balasan Allah dan azab-Nya yang kekal lagi abadi, dan mereka memikat Fir'aun dengan janji pahala-Nya yang juga kekal dan abadi. Untuk itu mereka berkata:
{إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا}
Sesungguhnya barang siapa yang datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa. (Thaha: 74) Maksudnya, dia menghadap kepada Allah kelak di hari kiamat dalam keadaan berlumuran dengan dosa.
{فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا}
maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Thaha: 74) Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ}
Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. (Fathir: 36)
{وَيَتَجَنَّبُهَا الأشْقَى * الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى * ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا}
orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Al-A'la: 11-13) Dan firman Allah Swt.:
{وَنَادَوْا يَامَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ}
Mereka berseru, "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab, "Kalian akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az-Zukhruf: 77)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي نَضْرَة، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنَّ [النَّاسَ] تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ، فَتُمِيتُهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحْمًا، أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، جِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ، ضَبَائِرَ، فبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السيل" فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ.
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Adapun ahli neraka yang merupakan penghuni tetapnya, maka sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Tetapi orang-orang yang dikenai oleh api neraka disebabkan dosa-dosa mereka,
maka neraka mematikan mereka dengan sebenar-benarnya; hingga manakala mereka telah menjadi arang, maka diberikanlah izin untuk beroleh syafaat, dan mereka dientaskan dari neraka secara bergolong-golong,
lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai-sungai surga, dan dikatakan kepada mereka, "Hai penghuni surga, bertolaklah kalian untuk menyambut mereka, "Maka mereka tumbuh (muncul dari sungai-sungai surga itu)
bagaikan tumbuhnya bebijian di tanah bekas berlalunya banjir. Seorang lelaki dari kalangan orang-orang yang hadir berkata bahwa seakan-akan Rasulullah Saw. (mengungkapkan perumpamaan tersebut) berada di daerah pedalaman.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya melalui Syu'bah dan Bisyr ibnul Mufaddal, keduanya dari Abu Salamah Sa'id ibnu Yazid dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكِرَ عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ بْنِ عَبْدِ الصَّمَدِ بْنِ عَبْدِ الْوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا حَيَّانُ، سَمِعْتُ سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ، عَنْ أَبِي نَضْرَة، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ فَأَتَى عَلَى هَذِهِ الْآيَةِ: {إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا يَحْيَا} ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُهَا الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَلَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَأَمَّا الَّذِينَ لَيْسُوا مَنْ أَهْلِهَا، فَإِنَّ النَّارَ تَمَسُّهُمْ، ثُمَّ يَقُومُ الشُّفَعَاءُ فَيَشْفَعُونَ، فَتُجْعَلُ الضَّبَائِرُ، فَيُؤْتَى بِهِمْ نَهْرًا يُقَالُ لَهُ: الْحَيَاةُ -أَوِ: الْحَيَوَانُ-فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ القثَّاء فِي حَمِيلِ السَّيْلِ".
Ibnu Abu Hatim telah menyebutkan suatu riwayat dari Abul Waris ibnu Abdus Samad ibnu Abdul Waris, bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hibban, ia telah mendengar Sulaiman At-Taimi
menceritakan hadis berikut dari Abu Nadrah, dari Abu Sa’id, bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah. Dalam khotbahnya sampai pada firman-Nya: Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa,
maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Thaha: 74) Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Adapun ahli neraka yang merupakan penduduk tetapnya, maka mereka tidak mati
di dalamnya dan tidak pula hidup. Adapun orang-orang yang bukan penghuni tetapnya, maka neraka membakar mereka, kemudian berdirilah orang-orang yang memberi syafaat, maka mereka memberikan pertolongan syafaatnya.
Lalu dijadikanlah mereka bergolong-golong (dientaskan dari neraka) dan dilemparkan ke dalam sebuah sungai yang disebut Sungai Kehidupan, maka mereka tumbuh (muncul) darinya sebagaimana munculnya rerumputan di tempat (bekas)
mengalirnya banjir. Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ}
Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh. (Thaha: 75) Yakni barang siapa menghadap kepada Tuhannya kelak di hari kiamat dalam keadaan iman hatinya dan apa yang ada di dalam hatinya dibenarkan oleh perbuatan dan ucapannya.
{فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلا}
maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia). (Thaha: 75). Yang dimaksud dengan tempat-tempat yang mulia ialah surga yang mempunyai tangga yang tinggi-tinggi dan kamar-kamar yang tenang serta rumah-rumah yang baik.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، أَنْبَأَنَا هَمَّام، حَدَّثَنَا زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْجَنَّةُ مِائَةُ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَالْفِرْدَوْسُ أَعْلَاهَا دَرَجَةً وَمِنْهَا تَخْرُجُ الْأَنْهَارُ الْأَرْبَعَةُ، وَالْعَرْشُ فَوْقَهَا، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kapada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Ubadah ibnus Samit, dari Nabi Saw.
yang telah bersabda: Surga itu memiliki seratus tingkatan, jarak di antara dua tingkatan (satu sama lainnya) sama dengan jarak antara langit dan bumi. Firdaus adalah tingkatan surga yang paling tinggi, darinyalah
keluar sungai-sungai surga yang empat. Di atas Firdaus adalah 'Arasy; maka apabila kalian meminta kepada Allah, mintalah kepada-Nya surga Firdaus. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Yazid ibnu Harun,
dari Hammam dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami
Khalid ibnu Yazid ibnu Abu Malik, dari ayahnya yang mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, surga itu mempunyai seratus tingkatan, dan setiap tingkatan memiliki seratus tingkatan lagi; jarak antara dua tingkatan
sama dengan jarak antara langit dan bumi, padanya terdapat yaqut dan berbagai macam perhiasan. Pada tiap-tiap tingkatan terdapat amirnya sendiri yang dihormati dan disegani oleh mereka (penduduk surga lainnya).
Di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"أَنَّ أَهْلَ عِلِّيِّينَ لَيَرَوْنَ مَنْ فَوْقَهُمْ كَمَا تَرَوْنَ الْكَوْكَبَ الْغَابِرَ فِي أُفُقِ السَّمَاءِ، لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ؟ قَالَ: "بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وصدقوا المرسلين"
Sesungguhnya ahli surga yang berada di tingkatan yang paling tinggi benar-benar dapat melihat orang-orang yang berada di atas mereka, sebagaimana kalian melihat bintang-bintang yang bertaburan di cakrawala langit,
karena adanya kelebihan keutamaan di antara mereka. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, itu adalah kedudukan para nabi.” Rasulullah Saw. bersabda, "Bahkan demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, (juga)
orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul.” Di dalam kitab Sunan disebutkan bahwa:
"وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ لَمِنْهُمْ وَأَنْعَمَا"
sesungguhnya Abu Bakar dan Umar benar-benar termasuk di antara mereka, keduanya beroleh kenikmatan. Firman Allah Swt.:
{جَنَّاتُ عَدْنٍ}
(yaitu) surga Adn. (Thaha: 76) Yakni sebagai tempat tinggalnya. Lafaz ayat ini berkedudukan sebagai badal dari ad-darajatul 'ulla.
{ [تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ] خَالِدِينَ فِيهَا}
yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. (Thaha: 76) Artinya, mereka tinggal di dalam surga untuk selama-lamanya.
{وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى}
Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). (Thaha: 76) Yaitu membersihkan dirinya dari kotoran, najis, dan kemusyrikan serta menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan mengikuti para rasul melalui apa yang disampaikan oleh mereka berupa kebaikan dan kewajiban.
Surat Ta-Ha |20:75|
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَىٰ
wa may ya`tihii mu`minang qod 'amilash-shooliḥaati fa ulaaa`ika lahumud-darojaatul-'ulaa
Tetapi barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia),
But whoever comes to Him as a believer having done righteous deeds - for those will be the highest degrees [in position]:
(Dan barang siapa yang datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh) mengerjakan amal-amal fardu dan amal-amal sunah
(maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh kedudukan-kedudukan yang tinggi) lafal Al 'Ulaa adalah bentuk jamak daripada lafal Al 'Ulyaa muannats daripada lafal Al A'laa artinya yang paling tinggi.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 75 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Ta-Ha |20:76|
جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّىٰ
jannaatu 'adnin tajrii min taḥtihal-an-haaru khoolidiina fiihaa, wa żaalika jazaaa`u man tazakkaa
(yaitu) Surga-Surga ´Aadn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri.
Gardens of perpetual residence beneath which rivers flow, wherein they abide eternally. And that is the reward of one who purifies himself.
(Yaitu surga Adn) sebagai tempat tinggalnya, lafal Jannaatu 'Adnin merupakan penjelasan daripada kedudukan tadi
(yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih) daripada dosa-dosa.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 76 |
Penjelasan ada di ayat 74
Surat Ta-Ha |20:77|
وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَىٰ
wa laqod auḥainaaa ilaa muusaaa an asri bi'ibaadii fadhrib lahum thoriiqon fil-baḥri yabasal laa takhoofu darokaw wa laa takhsyaa
Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, "Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukullah (buatlah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam)."
And We had inspired to Moses, "Travel by night with My servants and strike for them a dry path through the sea; you will not fear being overtaken [by Pharaoh] nor be afraid [of drowning]."
(Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa, "Pergilah kalian dengan hamba-hamba-Ku di malam hari) jika dibaca Asri berasal
dari Asraa dan jika dibaca Anisri dengan memakai Hamzah Washal, berasal dari kata Saraa, demikian menurut dua pendapat mengenainya,
artinya: bawalah mereka pergi di malam hari dari negeri Mesir (maka buatlah untuk mereka) dengan tongkatmu itu (jalan yang kering di laut itu)
artinya, jalan yang keadaannya telah kering. Nabi Musa mengerjakan apa yang telah diperintahkan kepadanya, lalu Allah mengeringkan jalan yang dilalui mereka,
sehingga mereka dapat melaluinya (kamu tak usah khawatir akan tersusul) dapat terkejar oleh Firaun (dan tidak usah takut") tenggelam.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 77 |
Tafsir ayat 77-79
Allah Swt. menceritakan bahwa Dia memerintahkan kepada Musa a.s. setelah Fir'aun menolak memberikan izin kepadanya untuk membawa kaum Bani Israil bersamanya, bahwa hendaklah Musa membawa mereka pergi di malam hari,
untuk menyelamatkan mereka dari penindasan Fir'aun. Allah Swt. telah menceritakan kisah ini di dalam surat-surat Al-Qur'an lainnya.Setelah Musa membawa pergi kaum Bani Israil, pada pagi harinya Fir'aun tidak melihat seorang pun
di antara mereka yang tertinggal di negeri Mesir. Maka Fir'aun sangat marah melihat keadaan tersebut.
فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ
Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Asy-Syu'ara: 53) Yakni Fir'aun mengirimkan orang-orangnya untuk menghimpun bala tentaranya dari semua kota-kota besar di wilayahnya, Fir'aun berkata:
{إِنَّ هَؤُلاءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ}
"Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat-buat hal-hal yang menimbulkan amarah kita.” (Asy-Syu'ara: 54-55) Kemudian Fir'aun mengumpulkan semua bala tentaranya, lalu ia memimpin sendiri pasukan itu untuk mengejar mereka.
{فَأَتْبَعُوهُمْ مُشْرِقِينَ}
Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di waktu matahari terbit. (Asy-Syu'ara: 60) Maksudnya, mereka mulai kelihatan oleh Fir'aun dan bala tentaranya di waktu pagi hari.
{فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ}
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat. (Asy-Syu'ara: 61) Yaitu masing-masing golongan dapat melihat yang lainnya.
{قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ قَالَ كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ}
berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Asy-Syu'ara: 61-62)
Musa memberhentikan Bani Israil setelah sampai di tepi laut, karena laut berada di hadapan mereka, sedangkan Fir'aun dan balatentaranya ada di belakang mereka. Maka pada saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Musa:
{اضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا}
Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. (Asy-Syu'ara: 63) Lalu Musa memukul laut itu dengan tongkatnya seraya berkata, "Terbelahlah kamu untukku dengan seizin Allah!"
{فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ}
Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (Asy-Syu'ara: 63) Lalu Allah mengirimkan angin kering ke tanah laut yang kelihatan itu dan meniupnya sehingga tanahnya menjadi kering seperti tanah darat. Karena itulah maka dalam surat Thaha ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى}
maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul (oleh Fir'aun dan pasukannya) dan tidak usah takut (akan tenggelam). (Thaha: 77) Yakni janganlah kamu merasa khawatir Fir'aun
dan tentaranya dapat menyusul kamu, jangan pula kamu merasa takut laut akan menenggelamkan kaummu. Kemudian disebutkan dalam ayat selanjutnya:
{فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ}
Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (Thaha: 78) Al-yamm artinya laut. Lafaz ma Ghasyiyahum diucapkan terhadap apa yang sudah terkenal dan diketahui, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
{وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَى فَغَشَّاهَا مَا غَشَّى}
dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah, lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 53-54) Dan perkataan seorang penyair, yaitu:
أنَا أبُو النَّجْم وشِعْري شِعْري
Aku adalah Abun Najm dan syairku adalah syairku. Yakni sesuatu yang telah dikenal dan termasyhur. Dan sebagaimana Fir'aun berada di depan tentaranya, lalu membawa mereka ke dalam laut, sehingga mereka sesat;
dia tidak memberi mereka petunjuk ke jalan yang benar. Maka demikian pula kelak keadaannya di hari kiamat, Fir'aun berada di depan mereka dan membimbing mereka ke dalam neraka. Sesungguhnya neraka itu adalah
seburuk-buruk tempat yang didatangi.
Surat Ta-Ha |20:78|
فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ
fa atba'ahum fir'aunu bijunuudihii fa ghosyiyahum minal-yammi maa ghosyiyahum
Kemudian Fir´aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, tetapi mereka digulung ombak laut yang menenggelamkan mereka.
So Pharaoh pursued them with his soldiers, and there covered them from the sea that which covered them,
(Maka Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka) Firaun pun ikut bersama dengan bala tentaranya (lalu mereka ditutup oleh laut)
yakni laut itu melanda mereka (yang menenggelamkan mereka) akhirnya Firaun bersama dengan balatentaranya tenggelam.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 78 |
Penjelasan ada di ayat 77
Surat Ta-Ha |20:79|
وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَىٰ
wa adholla fir'aunu qoumahuu wa maa hadaa
Dan Fir´aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.
And Pharaoh led his people astray and did not guide [them].
(Dan Firaun telah menyesatkan kaumnya) dengan menyeru mereka supaya menyembah dirinya (dan tidak memberi petunjuk) akan tetapi justru Firaun menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan,
berbeda halnya dengan apa yang telah diungkapkannya, yang kemudian disitir oleh firman-Nya, yaitu: (Firaun berkata), "Dan aku tiada menunjukkan kepada kalian melainkan jalan yang benar" (Q.S. Al-Mukmin 29).
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 79 |
Penjelasan ada di ayat 77
Surat Ta-Ha |20:80|
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ قَدْ أَنْجَيْنَاكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَوَاعَدْنَاكُمْ جَانِبَ الطُّورِ الْأَيْمَنَ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَىٰ
yaa baniii isrooo`iila qod anjainaakum min 'aduwwikum wa waa'adnaakum jaanibath-thuuril-aimana wa nazzalnaa 'alaikumul-manna was-salwaa
Wahai Bani Israil! Sungguh, Kami telah menyelamatkan kamu dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu (untuk bermunajat) di sebelah kanan gunung itu (Gunung Sinai) dan Kami telah menurunkan kepada kamu manna dan salwa.
O Children of Israel, We delivered you from your enemy, and We made an appointment with you at the right side of the mount, and We sent down to you manna and quails,
(Hai Bani Israel! Sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuh kalian) yakni Firaun dengan menenggelamkannya
(dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian di sebelah kanan bukit Thur) kemudian Kami memberikan kitab Taurat kepada Musa untuk diamalkan
(dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa) yaitu dinamakan pula Taranjabin dan burung Sammani. Sedangkan orang-orang yang diseru dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi
yang hidup di masa Nabi saw. Allah swt. berbicara kepada mereka seraya mengingatkan akan nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kakek moyang mereka di zaman Nabi Musa.
Dimaksud sebagai pendahuluan terhadap apa yang akan diungkapkan oleh Allah pada firman selanjutnya, yaitu:
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 80 |
Tafsir ayat 80-82
Allah Swt. menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya dan karunia-Nya yang telah Dia limpahkan kepada Bani Israil, bahwa Dia telah menyelamatkan mereka dari musuh mereka (yaitu Fir'aun) dan menenangkan hati mereka
dengan memperlihatkan mayat Fir'aun kepada mereka, juga mayat tentaranya yang tenggelam dalam waktu yang sama di pagi hari itu, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang selamat. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt.
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ}
Dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا رَوْح بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ، فَسَأَلَهُمْ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْفَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ، فَقَالَ: " نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى فَصُومُوهُ "
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Bisyr,
dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, dijumpainya orang-orang Yahudi sedang melakukan puasa di hari Asyura, lalu beliau menanyakan kepada mereka tentang puasa itu.
Maka mereka menjawab bahwa hari itu adalah hari kemenangan yang dianugerahkan oleh Allah kepada Musa atas Fir'aun. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Kami lebih berhak terhadap Musa (daripada mereka), maka puasalah kalian.
Hadis riwayat Imam Bukhari ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya. Kemudian Allah Swt. menjanjikan kepada Musa dan Bani Israil sesudah kebinasaan Fir'aun untuk bersua ke sebelah kanan Bukit Tur.
Di tempat itulah Allah mengajak Musa berbicara langsung dan Musa meminta kepada Allah untuk memperlihatkan diri-Nya. Allah memberinya kitab Taurat di tempat itu. Dan dalam masa itu kaum Bani Israil menyembah anak lembu,
kisahnya seperti yang baru saja disebutkan di atas. Adapun mengenai Manna dan Salwa, maka keterangan dan kisahnya telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Baqarah, juga surat lainnya.Manna ialah sejenis makanan yang berasa manis,
diturunkan dari langit kepada kaum Bani Israil.Salwa ialah sejenis burung yang berjatuhan kepada mereka, lalu mereka mengambilnya sesuai dengan keperluan mereka sampai besok paginya, sebagai belas kasihan dan rahmat serta kebaikan Allah
kepada mereka. Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي}
Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. (Thaha: 81) Yakni makanlah sebagian dari rezeki yang Aku turunkan
kepada kalian ini, dan janganlah kalian bersikap rakus terhadapnya dengan cara mengambilnya lebih dari apa yang kalian perlukan, sebab hal ini berarti kalian melanggar perintah-Ku.
{فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي}
yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. (Thaha: 82) Yakni Aku menjadi murka kepada kalian karenanya.
{وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى}
Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (Thaha: 81) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa hawa artinya celaka.
Syafi ibnu Mani' mengatakan, sesungguhnya di dalam neraka Jahanam terdapat suatu penjara; bila seorang kafir dilemparkan dari atas ke dalamnya, maka terjerumuslah ia ke dalamnya selama empat puluh musim gugur (tahun)
sebelum mencapai dasarnya. Yang demikian itu adalah apa yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku maka sesungguhnya binasalah ia. (Thaha: 81) Asar ini diriwayatkan oleh Imam ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. (Thaha: 82) Artinya, setiap orang yang bertobat kepada-Ku, Aku menerima tobatnya dari semua dosa yang dilakukannya.
Sehingga Dia menerima tobat sebagian kaum Bani Israil yang menyembah anak lembu karena mereka benar-benar bertobat kepada-Nya. Firman Allah Swt.:
{تَابَ}
orang yang bertobat. (Thaha: 82) Yaitu kembali taat kepada Allah sesudah kafir atau musyrik atau melakukan maksiat atau munafik. Firman Allah Swt.:
{وَآمَنَ}
dan beriman. (Thaha: 82) Yakni hatinya beriman.
وَعَمِلَ صَالِحًا}
dan beramal saleh. (Thaha: 82) Yaitu membenarkan imannya dengan amal perbuatan saleh yang dilakukan oleh semua anggota tubuhnya.
{ثُمَّ اهْتَدَى}
kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kemudian tidak ragu lagi dalam keimanannya. Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Maksudnya, tetap berada pada tuntunan sunnah dan jamaah. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya
yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Yakni tetap pada agama Islam hingga mati. Sufyan 'As-Sauri
telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian tetap di jalan yang benar. (Thaha: 82) Yaitu meyakini bahwa perbuatannya itu ada balasan pahalanya. Lafaz summa dalam ayat ini menunjukkan pengertian tartib (berurutan),
seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ}
Kemudian dia termasuk (pula) orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar. (Al-Balad: 17)
Surat Ta-Ha |20:81|
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي ۖ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَىٰ
kuluu min thoyyibaati maa rozaqnaakum wa laa tathghou fiihi fa yaḥilla 'alaikum ghodhobii, wa may yaḥlil 'alaihi ghodhobii fa qod hawaa
Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barang siapa ditimpa kemurkaan-Ku maka sungguh, binasalah dia.
[Saying], "Eat from the good things with which We have provided you and do not transgress [or oppress others] therein, lest My anger should descend upon you. And he upon whom My anger descends has certainly fallen."
(Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan kepada kalian) yakni nikmat yang telah dilimpahkan kepada kalian
(dan janganlah melampaui batas padanya) seumpamanya kalian mengingkari nikmat-nikmat itu (yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian)
bila dibaca Yahilla artinya wajib kemurkaan-Ku menimpa kalian. Dan jika dibaca Yahulla artinya, pasti kemurkaan-Ku menimpa kalian (Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku)
lafal Yahlil dapat pula dibaca Yahlul (maka sungguh binasalah ia) terjerumuslah ia ke dalam neraka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 81 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat Ta-Ha |20:82|
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ
wa innii laghoffaarul liman taaba wa aamana wa 'amila shooliḥan ṡummahtadaa
Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman, dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.
But indeed, I am the Perpetual Forgiver of whoever repents and believes and does righteousness and then continues in guidance.
(Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat) dari kemusyrikan (dan beriman) mentauhidkan Allah (dan beramal saleh)
yakni mengamalkan fardu dan sunah (kemudian tetap di jalan yang benar) tetap mengamalkan apa yang telah disebutkan di atas hingga umurnya habis.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 82 |
Penjelasan ada di ayat 80
Surat Ta-Ha |20:83|
وَمَا أَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَا مُوسَىٰ
wa maaa a'jalaka 'ang qoumika yaa muusaa
"Dan mengapa engkau datang lebih cepat daripada kaummu, wahai Musa?"
[Allah] said, "And what made you hasten from your people, O Moses?"
(Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu) lebih cepat dari janji yang telah ditentukan untuk mengambil kitab Taurat (hai Musa)
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 83 |
Tafsir ayat 83-89
Setelah Musa berjalan membawa Bani Israil seusai binasanya Fir'aun, disebutkan oleh firman-Nya:
{عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ * إِنَّ هَؤُلاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka. Bani Israil berkata, "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai tuhan (berhala).”Musa menjawab,
"Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batallah apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-A'raf: 138-139)
Lalu Allah menjanjikan kepada Musa selama tiga puluh hari, kemudian ditambah dengan sepuluh hari lagi sehingga genap menjadi empat puluh hari; selama itu Musa melakukan puasa siang dan malam harinya. Keterangan mengenai hal ini
telah disebutkan dalam hadis fitnah yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Setelah menjalani masa itu Musa bersegera menuju ke Bukit Tur, dan sebelumnya terlebih dahulu ia mengangkat saudaranya sebagai ganti darinya untuk mengatur
kaum Bani Israil. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا أَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَا مُوسَى قَالَ هُمْ أُولاءِ عَلَى أَثَرِي}
Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa? Berkata Musa, "Itulah mereka sedang menyusuli aku.” (Thaha: 83-84) Yakni mereka telah datang dan sedang beristirahat di dekat Bukit Tur.
{وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى}
dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku). (Thaha: 84) Maksudnya, supaya Engkau bertambah rida kepadaku.
{قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ}
Allah berfirman, "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (Thaha: 85) Allah Swt. memberitakan kepada Musa tentang kejadian yang menimpa kaumnya (Bani Israil)
sepeninggalnya, bahwa mereka menyembah anak lembu atas rekayasa yang dilakukan oleh Samiri buat mereka. Di dalam kitab-kitab dongeng Israiliyat disebutkan bahwa nama sebenarnya Samiri adalah Harun.
Dalam masa itu Allah Swt. telah menuliskan luh-luh yang di dalamnya tertera kitab Taurat untuk Musa. seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
{وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الألْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْعِظَةً وَتَفْصِيلا لِكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ}
Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman), "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.”(Al-A'raf: 145) Yakni akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang menyimpang dari jalan ketaatan kepada-Ku
dan menentang perintah-Ku. Firman Allah Swt.:
{فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا}
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. (Thaha: 86) sesudah Allah mewartakan kepadanya kisah tersebut. Musa kembali kepada kaumnya dengan rasa marah dan murka terhadap mereka,
padahal saat itu Musa sedang menjalankan apa yang menjadi kebaikan bagi mereka yang karenanya ia menerima kitab Taurat. Di dalam kitab Taurat terdapat syariat buat mereka, terkandung pula kemuliaan mereka.
Tetapi mereka adalah suatu kaum yang menyembah selain Allah, hal tersebut tidaklah dilakukan oleh orang yang berakal sehat. Sudah jelaslah kebatilan perbuatan mereka dan hal itu menunjukkan akan kedangkalan serta kekurangan akal
dan hati mereka. Karena itulah maka disebutkan dalam ayat ini bahwa Musa kembali kepada mereka dalam keadaan marah dan murka. Yang dimaksud dengan murka ialah kemarahan yang sangat atau marah berat.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dalam keadaan marah dan bersedih hati. (Thaha: 86) Yaitu dengan kesal hati, Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa al-asaf artinya bersedih hati atas perbuatan kaumnya
sepeninggal dia.
{قَالَ يَا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا}
Berkata Musa, "Hai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik?” (Thaha: 86) Yakni bukankah Dia telah menjanjikan kepada kalian melalui lisanku kebaikan dunia dan akhirat serta akibat yang terpuji,
seperti yang telah kalian rasakan sendiri, yaitu Dia telah memberikan pertolongan-Nya kepada kalian dalam menghadapi musuh kalian sehingga kalian beroleh kemenangan atasnya, juga nikmat-nikmat lainnya yang telah diberikan
oleh Dia kepada kalian.
{أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ}
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian. (Thaha: 86) Yakni masa tunggu kalian terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah untuk kalian dan kalian melupakan nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya, padahal masa itu masih hangat dan belum lama.
{أَمْ أَرَدْتُمْ أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ}
Atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa kalian? (Thaha: 86) Am dalam ayat ini bermakna bal yang menunjukkan arti idrab (mengenyampingkan) kalimat pertama, lalu mengalihkan pembicaraan
kepada kalimat selanjutnya. Seakan-akan dikatakan bahwa 'atau kalian menghendaki dengan perbuatan kalian ini agar Tuhan menimpakan murkaNya kepada kalian, yang hal itu berarti kalian ingkar janji kepadaku'.
Kaum Bani Israil menjawab apa yang diperingatkan oleh Musa kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا}
Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kamauan kami sendiri. (Thaha: 87) Yakni dengan keinginan dan pilihan kami sendiri. Kemudian Bani Israil mengemukakan alasannya yang munafik itu yang lahiriahnya
menggambarkan tentang kesucian mereka terhadap perhiasan orang Mesir yang ada di tangan niereka dari hasil pinjaman saat mereka keluar meninggalkan negeri Mesir, sedangkan perhiasan itu masih ada di tangan mereka.
Mereka mengatakan, "Kami melemparkan perhiasan itu semuanya (ke dalam api itu)." Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan berkenaan dengan hadis fitnah, bahwa Harun a.s. adalah orang yang memerintahkan kepada mereka
untuk melemparkan semua perhiasan itu di lubang galian yang telah dinyalakan api di dalamnya. Kisah tersebut menurut riwayat As-Saddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Harun bermaksud agar semua perhiasan itu
dikumpulkan di dalam lubang galian itu menjadi satu dan dilebur menjadi satu sambil menunggu kedatangan Musa, maka Musalah kelak yang akan memutuskannya menurut apa yang dikehendakinya.Kemudian datanglah Samiri,
lalu ia melemparkan ke dalam galian itu segenggam tanah yang telah diambilnya dari bekas telapak (kuda) Malaikat Jibril. Samiri meminta pula kepada Harun agar mendoakan kepada Allah Swt. semoga Allah memperkenankan suatu
permintaannya. Harun berdoa kepada Allah, memohon perkenan bagi Samiri, sedangkan ia sendiri tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Samiri. Doa Harun diterima oleh Allah, lalu Samiri berkata saat itu juga,
"Saya memohon kepada Allah agar apa yang saya lemparkan itu menjadi anak lembu." Dan jadilah anak lembu yang dimintanya itu sekaligus ada suaranya. Hal ini terjadi sebagai istidraj, penangguhan azab, ujian, dan cobaan dari Allah
kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ * فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ}
dan demikian pula Samiri melemparkannya, kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara. (Thaha: 87-88) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ubadah ibnul Buhturi, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Sammak, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Harun bersua dengan Samiri
yang saat itu Samiri sedang memahat membuat patung anak lembu. Harun bertanya kepadanya, "Apakah yang sedang kamu buat?" Samiri menjawab, "Saya sedang membuat sesuatu yang mudarat dan tidak memberi manfaat."
Harun berkata, "Ya Allah, berikanlah kepadanya apa yang dimintanya di dalam hatinya," lalu harun berlalu meninggalkannya. Samiri berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar patung ini bersuara,"
maka patung itu dapat bersuara. Apabila ia bersuara, mereka bersujud kepadanya; dan bila bersuara lagi, mereka mengangkat kepalanya dari sujudnya. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Hammad
yang menyebutkan bahwa Samiri menjawab, "Saya sedang membuat sesuatu yang bermanfaat dan tidak mudarat." As-Saddi mengatakan bahwa patung anak lembu itu dapat bersuara dan berjalan. Lalu orang-orang yang sesat
dari kalangan mereka —karena teperdaya oleh patung anak lembu itu sehingga mereka menyembahnya—mengatakan: Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa. (Thaha: 88) Yaitu Musa lupa bahwa tuhannya
ada di sini. lalu dia pergi mencarinya. Hal yang sama telah disebutkan dalam hadis fitnah yang bersumber dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid. Sammak telah meriwayatkan dari Ikrimah. dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: tetapi Musa telah lupa. (Thaha: 88) Maksudnya, lupa mengingatkan kalian, bahwa ini adalah tuhan kalian.Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hakim ibnu Jubair, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mengatakan: Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa. (Thaha: 88) Lalu mereka tetap menyembahnya dan menyukainya dengan kesukaan yang sangat.
Mereka belum pernah mencintai sesuatu seperti kecintaan mereka terhadap penyembahan anak lembu itu. Allah Swt. berfirman:
{فَنَسِيَ}
tetapi Musa telah lupa. (Thaha: 88) Bahwa damir yang ada dalam lafaz nasiya kembali kepada Samiri, yakni Samiri meninggalkan keislamannya. Lalu Allah berfirman, menjawab mereka dengan nada kecaman dan mengandung penjelasan tentang kepicikan akal mereka dan pendapat mereka yang memalukan:
{أَفَلا يَرَوْنَ أَلا يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلا وَلا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَلا نَفْعًا}
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan? (Thaha: 89)
Yakni apakah mereka tidak melihat bahwa patung anak lembu itu tidak menjawab mereka bila mereka bertanya, tidak pula dapat berbicara dengan mereka bila mereka mengajaknya bicara. Patung anak lembu itu sama sekali tidak dapat
membahayakan mereka dan tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah tiada lain suara patung anak lembu itu melainkan bila ada angin yang masuk ke duburnya,
lalu keluar dari mulutnya, maka saat itulah terdengar suaranya."Dalam hadis futun (fitnah-fitnah yang melanda Bani Israil) yang diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, disebutkan bahwa patung anak lembu itu bernama Bahmut.
Kesimpulan dari alasan yang dikemukakan oleh orang-orang yang bodoh itu (kaum Bani Israil penyembah anak lembu) ialah bahwa mereka pada mulanya enggan untuk memiliki perhiasan orang-orang Qibti (bangsa Egypt)
yang masih ada di tangan mereka. Karena itu, maka mereka melemparkannya (ke dalam parit), lalu mereka menyembah patung anak lembu. Mereka melucuti dirinya dari perkara yang kecil, dan akhirnya terjerumus ke dalam perkara
yang besar (dosanya, yaitu menyembah anak lembu). Di dalam sebuah hadis sahih dari Abdullah ibnu Umar disebutkan bahwa pernah ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Irak bertanya kepadanya tentang darah nyamuk
bilamana darah nyamuk itu mengenai pakaian. Pertanyaannya ialah, "Bolehkah baju itu dipakai untuk salat?" Maka Ibnu Umar r.a menjawab: Lihatlah oleh kalian penduduk Irak, mereka membunuh putra dari putri Rasulullah Saw. (yakni Al-Husain),
sedangkan mereka menanyakan tentang masalah darah nyamuk!
Surat Ta-Ha |20:84|
قَالَ هُمْ أُولَاءِ عَلَىٰ أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَىٰ
qoola hum ulaaa`i 'alaaa aṡarii wa 'ajiltu ilaika robbi litardhoo
Dia (Musa) berkata, "Itu mereka sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada-Mu, ya Tuhanku, agar Engkau rida (kepadaku)."
He said, "They are close upon my tracks, and I hastened to You, my Lord, that You be pleased."
(Berkata Musa, "Itulah mereka) dekat denganku berdatangan (sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Rabbku, supaya Engkau rida")
kepadaku, lebih daripada keridaan-Mu kepadaku sebelumnya. Sebelum menjawab pertanyaan Allah, Nabi Musa terlebih dahulu memohon maaf kepada-Nya,
hal ini dia lakukan menurut dugaannya. Akan tetapi ternyata kenyataannya berbeda dengan apa yang diduga sebelumnya, yaitu ketika Allah berfirman pada ayat selanjutnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 84 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Ta-Ha |20:85|
قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ
qoola fa innaa qod fatannaa qoumaka mim ba'dika wa adhollahumus-saamiriyy
Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri."
[Allah] said, "But indeed, We have tried your people after you [departed], and the Samiri has led them astray."
(Berfirman Allah) subhaanahu wa taala, ("Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan) sesudah kamu berpisah meninggalkan mereka
(dan mereka telah disesatkan oleh Samiri") yang menjerumuskan mereka sehingga mereka menyembah anak sapi.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 85 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Ta-Ha |20:86|
فَرَجَعَ مُوسَىٰ إِلَىٰ قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْدًا حَسَنًا ۚ أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ أَمْ أَرَدْتُمْ أَنْ يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُمْ مَوْعِدِي
fa roja'a muusaaa ilaa qoumihii ghodhbaana asifaa, qoola yaa qoumi a lam ya'idkum robbukum wa'dan ḥasanaa, a fa thoola 'alaikumul-'ahdu am arottum ay yaḥilla 'alaikum ghodhobum mir robbikum fa akhlaftum mau'idii
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Dia (Musa) berkata, "Wahai kaumku! Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan menimpamu, mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?"
So Moses returned to his people, angry and grieved. He said, "O my people, did your Lord not make you a good promise? Then, was the time [of its fulfillment] too long for you, or did you wish that wrath from your Lord descend upon you, so you broke your promise [of obedience] to me?"
(Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah) disebabkan tingkah laku kaumnya itu (dan bersedih hati) yakni dengan hati yang sangat sedih
(Berkata Musa, "Hai kaumku! Bukankah Rabb kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik) janji yang benar, bahwa Dia akan memberi kitab Taurat kepada kalian.
(Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian) yakni masa perpisahanku dengan kalian (atau kalian menghendaki agar menimpa)
(kalian kemurkaan dari Rabb kalian) disebabkan kalian menyembah anak sapi (dan kalian melanggar perjanjian kalian dengan aku")
padahal sebelumnya kalian telah berjanji akan datang sesudahku, tetapi ternyata kalian tidak mau datang.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 86 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Ta-Ha |20:87|
قَالُوا مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَٰكِنَّا حُمِّلْنَا أَوْزَارًا مِنْ زِينَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنَاهَا فَكَذَٰلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ
qooluu maaa akhlafnaa mau'idaka bimalkinaa wa laakinnaa ḥummilnaaa auzaarom min ziinatil-qoumi fa qożafnaahaa fa każaalika alqos-saamiriyy
Mereka berkata, "Kami tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat dari perhiasan kaum (Fir´aun) itu, kemudian kami melemparkannya (ke dalam api), dan demikian pula Samiri melemparkannya,"
They said, "We did not break our promise to you by our will, but we were made to carry burdens from the ornaments of the people [of Pharaoh], so we threw them [into the fire], and thus did the Samiri throw."
(Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri) lafal Bimalkinaa dapat pula dibaca Bimilkinaa atau Bimulkinaa,
artinya dengan kehendak kami sendiri, atau dengan kemauan kami sendiri (tetapi kami disuruh membawa) dapat dibaca Hammalnaa atau Hummilnaa (beban-beban)
yakni beban yang berat-berat (dari perhiasan kaum itu) yakni perhiasan milik kaum Firaun, yang mereka pinjam dahulu untuk keperluan pengantin,
kini perhiasan itu masih berada di tangan mereka (maka kami telah melemparkannya) kami mencampakkannya ke dalam api atas perintah Samiri (dan demikian pula)
sebagaimana kami melemparkannya (Samiri melemparkannya") yakni ia pun ikut melemparkan perhiasan kaum Firaun yang masih ada padanya dan ia melemparkan pula tana
h Yang ia ambil dari bekas teracak kuda malaikat Jibril dengan cara seperti berikut ini.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 87 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Ta-Ha |20:88|
فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَٰذَا إِلَٰهُكُمْ وَإِلَٰهُ مُوسَىٰ فَنَسِيَ
fa akhroja lahum 'ijlan jasadal lahuu khuwaarun fa qooluu haażaaa ilaahukum wa ilaahu muusaa fa nasiy
kemudian (dari lubang api itu) dia (Samiri) mengeluarkan (patung) anak sapi yang bertubuh dan bersuara untuk mereka, maka mereka berkata, "Inilah Tuhanmu dan Tuhannya Musa, tetapi dia (Musa) telah lupa."
And he extracted for them [the statue of] a calf which had a lowing sound, and they said, "This is your god and the god of Moses, but he forgot."
(Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka anak lembu) yang berhasil ia cetak dari perhiasan itu (yang bertubuh) yakni ada daging dan darahnya (dan bersuara)
suaranya dapat didengar. Anak lembu itu menjadi demikian disebabkan pengaruh tanah bekas teracak kuda malaikat Jibril, sehingga ia dapat hidup.
Tanah itu diletakkan oleh Samiri ke dalam mulut lembu itu sesudah dicetak, lalu anak lembu itu menjadi hidup (maka mereka berkata) yakni Samiri dan para pengikutnya,
("Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa, tetapi ia telah lupa") Musa telah lupa akan Tuhannya, bahwa Dia ada di sini, lalu pergi mencari-Nya. Maka Allah berfirman:
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 88 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Ta-Ha |20:89|
أَفَلَا يَرَوْنَ أَلَّا يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلًا وَلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا
a fa laa yarouna allaa yarji'u ilaihim qoulaw wa laa yamliku lahum dhorrow wa laa naf'aa
Maka tidakkah mereka memperhatikan bahwa (patung anak sapi itu) tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada mereka?
Did they not see that it could not return to them any speech and that it did not possess for them any harm or benefit?
(Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu) lafal Allaa merupakan gabungan daripada Ann yang ditakhfif dari Anna dan Laa,
sedangkan isim Ann tidak disebutkan, asalnya Annahu Laa, artinya, bahwasanya anak lembu itu (tidak dapat memberi) tidak dapat memberikan (jawaban kepada mereka)
yakni tidak dapat menyahuti perkataan mereka (dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka) maksudnya tidak dapat menolak kemudaratan yang menimpa mereka
(dan tidak pula kemanfaatan) tidak dapat mendatangkan kemanfaatan buat mereka. Maksudnya, mengapa mereka menjadikannya sebagai Tuhan
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 89 |
Penjelasan ada di ayat 83
Surat Ta-Ha |20:90|
وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِنْ قَبْلُ يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ ۖ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَٰنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي
wa laqod qoola lahum haaruunu ming qoblu yaa qoumi innamaa futintum bih, wa inna robbakumur-roḥmaanu fattabi'uunii wa athii'uuu amrii
Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, "Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekadar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku."
And Aaron had already told them before [the return of Moses], "O my people, you are only being tested by it, and indeed, your Lord is the Most Merciful, so follow me and obey my order."
(Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya) sebelum Nabi Musa kembali kepada mereka ("Hai kaumku! Sesungguhnya
kalian hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Rabb kalian ialah Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku) yakni menyembah kepada-Nya (dan taatilah perintahku") di dalam menyembah kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 90 |
Tafsir ayat 90-91
Allah Swt. menceritakan tentang larangan Harun a.s. terhadap mereka agar jangan menyembah patung anak lembu. Harun memberitahukan pula kepada mereka bahwa hal itu adalah cobaan bagi mereka,
dan sesungguhnya Tuhan mereka ialah Tuhan Yang Maha Pemurah Yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya, dan Dia mempunyai:
Arasy yang agung lagi Maha Berbuat terhadap semua yang dikehendaki-Nya.
فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي
maka ikutilah aku dan taatilah perintahku. (Thaha: 90) dalam semua yang kuperintahkan kepada kalian, dan tinggalkanlah semua yang aku larang kalian melakukannya.
{قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى}
Mereka menjawab, "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami.” (Thaha: 91) Yakni kami tidak akan meninggalkan penyembahan terhadapnya
hingga kami mendengar pendapat Musa tentangnya. Mereka menentang Harun dalam hal tersebut, dan mereka memusuhinya, bahkan hampir saja mereka membunuhnya.
Surat Ta-Ha |20:91|
قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّىٰ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَىٰ
qooluu lan nabroḥa 'alaihi 'aakifiina ḥattaa yarji'a ilainaa muusaa
Mereka menjawab, "Kami tidak akan meninggalkannya (dan) tetap menyembahnya (patung anak sapi) sampai Musa kembali kepada kami."
They said, "We will never cease being devoted to the calf until Moses returns to us."
(Mereka menjawab, "Kami akan tetap) kami akan terus (menyembah patung anak lembu ini) (hingga Musa kembali kepada kami").
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 91 |
Penjelasan ada di ayat 90
Surat Ta-Ha |20:92|
قَالَ يَا هَارُونُ مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا
qoola yaa haaruunu maa mana'aka iż ro`aitahum dholluuu
Dia (Musa) berkata, "Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat,
[Moses] said, "O Aaron, what prevented you, when you saw them going astray,
(Berkata Musa) setelah ia kembali kepada mereka, ("Hai Harun! Apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka sesat,) ketika mereka menyembah patung anak lembu itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 92 |
Tafsir ayat 92-94
Allah Swt. menceritakan tentang keadaan Musa a.s. ketika kembali kepada kaumnya dan ia melihat perkara besar yang dilakukan oleh mereka. Maka saat itu juga hati Musa penuh dengan kemarahan, lalu ia melemparkan luh-luh Ilahi
yang ada di tangannya, dan memegang kepala saudaranya seraya menariknya untuk mendekat. Dalam surat Al-A'raf telah kami ceritakan kisah ini secara rinci. Telah kami kemukakan pula pada pembahasan itu sebuah hadis
yang mengatakan:
"لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ".
Berita itu tidaklah seperti kenyataan. Kemudian Musa mulai mencela Harun, saudaranya. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا * أَلا تَتَّبِعَنِ}
Apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? (Thaha: 92-93) Yaitu ceritakanlah kejadian ini kepadaku sejak semulanya.
{أَفَعَصَيْتَ أَمْرِي}
Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku? (Thaha: 93) Yakni terhadap apa yang telah aku pesankan kepadamu sebelumnya, yaitu apa yang telah disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ}
Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan. (Al-A'raf: 142) Harun menjawab, seperti yang disebutkan firman-Nya:
{يَا ابْنَ أُمَّ}
Hai putra ibuku. (Thaha: 94) Harun meminta belas kasihan kepada Musa dengan menyebut nama ibunya, padahal Musa adalah saudara sekandungnya, karena dengan menyebut panggilan seperti ini kesannya lebih lembut dan lebih kasih sayang.
{يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلا بِرَأْسِي}
Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku, dan jangan (pula) kepalaku. (Thaha: 94) Kalimat ini merupakan alasan yang dikemukakan Harun kepada Musa untuk menceritakan tentang keterlambatannya sehingga ia
tidak dapat menyusul Musa. Maka Harun menceritakan kepadanya tentang perkara besar yang terjadi di kalangan kaumnya.
{إِنِّي خَشِيتُ}
sesungguhnya aku khawatir. (Thaha: 94) untuk mengikutimu; lalu bila kuceritakan kepadamu peristiwa ini, maka kamu berkata kepadaku, "Mengapa engkau tinggalkan mereka sendirian dan kamu memecah belah di antara mereka."
{وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي}
dan kamu tidak memelihara amanatku. (Thaha: 94) Yakni kamu tidak dapat memelihara apa yang telah kuperintahkan kepadamu saat aku mengangkatmu sebagai penggantiku untuk memimpin mereka. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Harun adalah orang yang segan dan taat kepada Musa.
Surat Ta-Ha |20:93|
أَلَّا تَتَّبِعَنِ ۖ أَفَعَصَيْتَ أَمْرِي
allaa tattabi'an, a fa 'ashoita amrii
(sehingga) engkau tidak mengikuti aku? Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku?"
From following me? Then have you disobeyed my order?"
(Sehingga kamu tidak mengikuti aku) huruf Laa di sini Zaidah. (Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku") disebabkan kamu tinggal diam di antara orang-orang yang menyembah selain Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 93 |
Penjelasan ada di ayat 92
Surat Ta-Ha |20:94|
قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي ۖ إِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي
qoola yabna`umma laa ta`khuż biliḥyatii wa laa biro`sii, innii khosyiitu an taquula farroqta baina baniii isrooo`iila wa lam tarqub qoulii
Dia (Harun) menjawab, "Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku), "Engkau telah memecah belah antara Bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku."
[Aaron] said, "O son of my mother, do not seize [me] by my beard or by my head. Indeed, I feared that you would say, 'You caused division among the Children of Israel, and you did not observe [or await] my word.' "
(Berkatalah) Harun ("Hai putra ibuku!) dapat dibaca Ummi dan Umma maksudnya ibuku, Nabi Harun sengaja menyebut nama ini untuk mengharapkan belas kasihan dari Nabi Musa
(Janganlah kamu pegang janggutku) Nabi Musa memegang janggut Nabi Harun dengan tangan kirinya (dan jangan pula kepalaku)
Nabi Musa memegang rambut kepala Nabi Harun dengan tangan kanannya sebagai pelampiasan kemarahannya (sesungguhnya aku khawatir) seandainya aku mengikutimu,
maka pastilah akan mengikutiku pula segolongan orang-orang yang menyembah anak lembu itu (bahwa kamu akan berkata kepadaku, 'Kamu telah memecah belah antara Bani Israel)
lalu kamu marah kepadaku (dan kamu tidak menunggu) (perintahku") di dalam mengambil sikap.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 94 |
Penjelasan ada di ayat 92
Surat Ta-Ha |20:95|
قَالَ فَمَا خَطْبُكَ يَا سَامِرِيُّ
qoola fa maa khothbuka yaa saamiriyy
Dia (Musa) berkata, "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) wahai Samiri?"
[Moses] said, "And what is your case, O Samiri?"
Berkata Musa, "Apakah yang mendorongmu) berbuat demikian (hai Samiri")
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 95 |
Tafsir ayat 95-98
Musa bertanya kepada Samiri, "Apakah yang mendorongmu berbuat seperti itu, dan apakah yang membuatmu berani melakukan apa yang kamu lakukan itu?" Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hakim ibnu Jubair,
dari Sa'id ibnu Jubair,dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Samiri adalah seorang lelaki dari kalangan penduduk Baj irma, yaitu dari kalangan kaum yang menyembah sapi. Dan kecintaannya terhadap penyembahan sapi
melekat dalam dirinya. Dia secara lahiriah menampakkan keislamannya di mata orang-orang Bani Israil, dan nama aslinya ialah Musa ibnu Zafar. Menurut riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, Samiri berasal dari Kirman.
Qatadah mengatakan bahwa Samiri berasal dari suatu kota yang disebut Samara.
{قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوا بِهِ}
Samiri menjawab, 'Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahui.” (Thaha: 96) Yakni aku melihat Jibril ketika datang untuk membinasakan Fir'aun.
{فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِنْ أَثَرِ الرَّسُولِ}
maka aku ambil segenggam dari jejak rasul. (Thaha: 96) Yaitu dari bekas jejak kudanya. Demikianlah menurut pendapat yang terkenal di kalangan kebanyakan ahli tafsir atau sebagian besar dari mereka.Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Israil, dari As-Saddi, dari Ubay ibnu Imarah, dari Ali r.a.
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Jibril a.s. ketika turun dan ketika naik lagi dengan membawa Musa ke langit, peristiwa itu terlihat oleh Samiri yang ada di antara orang banyak, maka Samiri mengambil segenggam tanah
dari bekas telapak kuda utusan itu (Jibril). Ali r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa Jibril a.s. membawa Musa di belakangnya hingga sampailah di dekat pintu langit, lalu Musa naik ke langit; dan Allah menulis luh-luh (kitab Taurat),
sedangkan Musa mendengar guratan qalam pada luh-luh itu. Dan setelah Allah memberitahukan kepadanya bahwa kaumnya telah terfitnah setelah kepergiannya, Musa turun ke bumi, lalu mengambil patung anak lembu itu
dan membakarnya. Asar ini berpredikat garib. Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka aku ambil segenggam dari jejak rasul. (Thaha: 96) Yakni dari bekas teracak kuda yang dinaiki Malaikat Jibril.
Yang dimaksud dengan gabdah ialah segenggam tanah, yakni sepenuh kedua telapak tangan. Mujahid melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Samiri melemparkan apa yang digenggam tangannya itu ke dalam tumpukan perhiasan Bani Israil,
maka tercetaklah dari leburannya sebuah patung anak lembu yang bertubuh dan bersuara akibat masuknya angin ke dalam rongga tubuhnya.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya,
telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai', telah menceritakan kepada kami Imarah, telah menceritakan kepada kami Ikrimah, bahwa Samiri melihat utusan itu
(sedangkan orang lain tidak melihatnya). Lalu ada yang membisikkan kepadanya, "Jika kamu mengambil segenggam dari jejak utusan ini, lalu kamu lemparkan pada sesuatu dan kamu katakan kepadanya, 'Jadilah kamu anu,'
maka jadilah ia (menuruti kemauanmu)." Maka Samiri mengambil segenggam tanah dari jejak utusan itu dan jari jemarinya lengket pada tanah yang digenggamnya. Setelah Musa pergi untuk memenuhi janjinya,
sedangkan di tangan kaum Bani Israil banyak terdapat perhiasan yang mereka pinjam dari keluarga Fir'aun (semasa di Mesir, dan terbawa oleh mereka), Samiri berkata kepada mereka, "Sesungguhnya yang menyebabkan kalian tertimpa
musibah ini tiada lain karena perhiasan yang ada di tangan kalian, maka kumpulkanlah semuanya." Lalu mereka mengumpulkan perhiasan-perhiasan itu dan Samiri membakarnya hingga lebur menjadi satu. Ketika melihat pemandangan itu
Samiri mendapat bisikan, "Sesungguhnya jika kamu lemparkan genggaman tanah bekas utusan ini ke dalam api tersebut, lalu kamu katakan, 'Jadilah anu,' maka akan jadilah ia" Lalu Samiri melemparkan genggaman itu dan berkata,
"Jadilah kamu anak lembu yang bertubuh dan bersuara!" Maka jadilah ia. Lalu Samiri berkata, seperti yang disebutkan firman-Nya: Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa. (Thaha: 88). Karena itulah disebutkan oleh kisah selanjutnya
melalui firman-Nya:
{فَنَبَذْتُهَا}
lalu aku melemparkannya. (Thaha: 96) Yakni aku melemparkannya bersama dengan orang-orang yang melemparkan perhiasannya, menjadi satu.
{وَكَذَلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي}
dan demikianlah nafsuku membujukku. (Thaha: 96) Yaitu hawa nafsunya menganggap baik perbuatan itu dan membuatnya merasa bangga dan takjub dengan perbuatannya saat itu.
{قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ}
Musa berkata, "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan, 'Janganlah menyentuh(ku)'.” (Thaha: 97) Yakni sebagaimana kamu telah mengambil dan memegang sesuatu
yang seharusnya kamu tidak boleh mengambil dan memegangnya, yaitu bekas jejak utusan itu; maka hukumanmu di dunia ini ialah hendaknya kamu mengatakan, "Janganlah kamu menyentuhku," yakni orang-orang tidak boleh menyentuhmu.
{وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا}
Dan sesungguhnya bagimu hukuman. (Thaha: 97) Yaitu kelak di hari kiamat.
{لَنْ تُخْلَفَهُ}
yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya. (Thaha: 97) Artinya tiada jalan lain bagimu kecuali mengalaminya, atau tiada jalan selamat bagimu darinya.Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (hanya dapat)
mengatakan, "Janganlah menyentuh(ku).” (Thaha: 97) Hal tersebut sebagai hukuman terhadap mereka (yang menyembah anak lembu), dan sisa-sisa mereka di masa sekarang mengatakan hal yang sama. Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ}
Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya. (Thaha: 97) Al-Hasan Al-Basri, Qatadah dan Abu Nuhaik mengatakan bahwa kamu tidak dapat menghindari siksaan itu.
{وَانْظُرْ إِلَى إِلَهِكَ}
dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. (Thaha: 97) Yakni kamu tetap menyembah patung anak lembu.
{الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا}
Sesungguhnya kami akan membakarnya. (Thaha: 97) Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, juga As-Saddi, bahwa Musa mengikis habis patung itu dengan kikir, lalu melemparnya dalam api.
Qatadah mengatakan bahwa patung anak lembu itu berubah menjadi anak lembu sungguhan yang berdarah dan berdaging, lalu Musa membakarnya dan melemparkan abunya ke laut. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
{ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا}
kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). (Thaha: 97) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Raja, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Imarah ibnu Abdullah dan Abu Abdur Rahman, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Musa setelah bersegera menuju ke tempat yang dijanjikan
oleh Tuhannya, Samiri dengan sengaja mengumpulkan semua perhiasan wanita Bani Israil yang dapat dihimpunkannya, lalu dijadikannya sebuah patung anak lembu. Ali melanjutkan kisahnya, bahwa setelah pulang Musa segera pergi
ke tempat patung anak lembu itu dan mengambil kikir, lalu ia mengikir habis patung anak lembu itu di pinggir sungai. Maka tiada seorang pun dari kalangan mereka yang menyembah patung anak lembu itu meminum air sungai tersebut,
melainkan wajahnya berubah menjadi kuning seperti warna emas. Lalu mereka berkata kepada Musa, "Bagaimanakah cara tobat kami?" Musa menjawab, "Sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lainnya."
Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi. Dalam tafsir surat Al-Baqarah telah disebutkan kisah ini. kemudian diulangi lagi dalam hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas. keterangannya lebih rinci lagi. Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا إِلَهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Sesungguhnya Tuhan kalian hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. (Thaha: 98) Musa berkata kepada mereka,"Ini bukanlah tuhan kalian.
Sesungguhnya Tuhan kalian hanyalah Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia. Yakni tiada yang pantas disembah oleh para hamba kecuali hanyalah Dia, dan segala sesuatu berhajat kepada-Nya dan menjadi hamba-Nya." Firman Allah Swt.:
{وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. (Thaha: 98) Lafaz 'ilman di-nasab-kan karena berkedudukan sebagai tamyiz, yakni Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu,
dan Dia menghitung segala sesuatu dengan perhitungan yang sangat teliti. Tiada sesuatu pun yang terhalang dari pengetahuan-Nya, sekalipun sebesar semut yang paling kecil.
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu pun yang basah atauyang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis di dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Hud: 6) Ayat-ayat yang semakna banyak didapat di dalam Al-Qur'an.
Surat Ta-Ha |20:96|
قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوا بِهِ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِنْ أَثَرِ الرَّسُولِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذَٰلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي
qoola bashurtu bimaa lam yabshuruu bihii fa qobadhtu qobdhotam min aṡarir-rosuuli fa nabażtuhaa wa każaalika sawwalat lii nafsii
Dia (Samiri) menjawab, "Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, jadi aku ambil segenggam (tanah dari) jejak rasul lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsuku membujukku."
He said, "I saw what they did not see, so I took a handful [of dust] from the track of the messenger and threw it, and thus did my soul entice me."
(Samiri menjawab, "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya) dapat dibaca Yabshuruu dan Tabshuruu, artinya, aku mengetahui apa yang tidak mereka ketahui
(maka aku ambil segenggam dari) tanah (bekas) jejak teracak kuda (rasul) yakni malaikat Jibril (lalu aku melemparkannya) yakni aku menaruhnya pada patung anak lembu yang telah dicetak
(dan demikianlah telah menggoda) telah membujuk (aku hawa nafsuku") untuk menaruhnya ke dalam tubuhnya, yaitu setelah terlebih dahulu aku mengambil segenggam tanah
bekas jejak teracak kuda malaikat Jibril. Lalu tanah itu aku taruh ke dalam patung yang tidak bernyawa, hingga patung itu menjadi hidup bagaikan ada rohnya.
Kemudian aku melihat bahwa kaummu meminta kepadamu untuk menjadikan tuhan buat mereka. Lalu hatiku menggodaku untuk menjadikan patung anak lembu itu sebagai tuhan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 96 |
Penjelasan ada di ayat 95
Surat Ta-Ha |20:97|
قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَنْ تَقُولَ لَا مِسَاسَ ۖ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِدًا لَنْ تُخْلَفَهُ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ إِلَٰهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا ۖ لَنُحَرِّقَنَّهُ ثُمَّ لَنَنْسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفًا
qoola faż-hab fa inna laka fil-ḥayaati an taquula laa misaasa wa inna laka mau'idal lan tukhlafah, wanzhur ilaaa ilaahikallażii zholta 'alaihi 'aakifaa, lanuḥarriqonnahuu ṡumma lanansifannahuu fil-yammi nasfaa
Dia (Musa) berkata, "Pergilah kau! Maka sesungguhnya di dalam kehidupan (di dunia) engkau (hanya dapat) mengatakan, "Janganlah menyentuh (aku)."Dan engkau pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak akan dapat engkau hindari, dan lihatlah tuhanmu itu yang engkau tetap menyembahnya. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkannya (abunya) ke dalam laut (berserakan).
[Moses] said, "Then go. And indeed, it is [decreed] for you in [this] life to say, 'No contact.' And indeed, you have an appointment [in the Hereafter] you will not fail to keep. And look at your 'god' to which you remained devoted. We will surely burn it and blow it into the sea with a blast.
(Berkata Musa) kepada Samiri, ("Pergilah kamu) dari kalangan kami ini (maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini) selama kamu hidup di dalamnya
(hanya dapat mengatakan) kepada orang-orang yang kamu bertemu dengannya, ('Janganlah menyentuhku') janganlah kamu mendekat kepadaku.
Dan disebutkan bahwa sejak saat itu Samiri mengembara tanpa tujuan dan jika ada seseorang menyentuhnya atau dia menyentuhnya, maka semuanya kena penyakit demam.
(Dan sesungguhnya bagimu telah ada ketentuan waktu) bagi hukumanmu (yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya) jika dibaca Lan tukhlifahu artinya,
kamu tidak dapat selamat dari azab itu. Dan jika dibaca Lan Tukhlafahu artinya, kamu dibangkitkan kelak di hari kiamat untuk diazab (dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap)
lafal Zhalta asalnya dibaca Zhalilta, kemudian Lam yang pertama dibuang sehingga jadilah Zhalta artinya yang kamu selamanya (menyembah kepadanya) tetap menyembahnya.
(Sesungguhnya kami akan membakarnya) dengan api (kemudian kami sungguh-sungguh akan menghambur-hamburkannya ke dalam laut) berupa abu yang berserakan terbawa oleh angin laut.
Dan Nabi Musa mengerjakan apa yang telah dikatakannya itu setelah terlebih dahulu menyembelihnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 97 |
Penjelasan ada di ayat 95
Surat Ta-Ha |20:98|
إِنَّمَا إِلَٰهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا
innamaaa ilaahukumullohullażii laaa ilaaha illaa huw, wasi'a kulla syai`in 'ilmaa
Sungguh, Tuhanmu hanyalah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu."
Your god is only Allah, except for whom there is no deity. He has encompassed all things in knowledge."
(Sesungguhnya Tuhan kalian hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu) lafal 'Ilman adalah Tamyiz
yang dipindahkan dari bentuk Fa'ilnya, artinya, pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 98 |
Penjelasan ada di ayat 95
Surat Ta-Ha |20:99|
كَذَٰلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ ۚ وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا
każaalika naqushshu 'alaika min ambaaa`i maa qod sabaq, wa qod aatainaaka mil ladunnaa żikroo
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah Kami berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur´an) dari sisi Kami.
Thus, [O Muhammad], We relate to you from the news of what has preceded. And We have certainly given you from Us the Qur'an.
(Demikianlah) sebagaimana Kami telah mengisahkan cerita ini kepadamu, hai Muhammad (Kami kisahkan kepadamu sebagian kisah) berita (umat yang telah silam)
yakni bangsa-bangsa di masa lampau (dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu) yakni Kami telah memberimu (dari sisi Kami) yakni dari hadirat Kami (suatu peringatan) yakni Alquran.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 99 |
Tafsir ayat 99-101
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, bahwa telah Kami ceritakan kepadamu kisah Musa dan semua apa yang terjadi pada dirinya dalam menghadapi Fir'aun dan bala tentaranya, yaitu dengan kisah yang jelas
dan sesuai dengan kejadiannya. Begitu pula telah Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah masa lalu lainnya sesuai dengan kejadiannya tanpa ada penambahan atau pengurangan, dan ini:
{وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا} أَيْ: عِنْدِنَا {ذِكْرًا}
sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan. (Thaha: 99) Yakni Al-Qur'an yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan
dari Tuhan Yang Maha-bijaksana lagi Maha Terpuji. Tiada seorang nabi pun sejak mereka diutus hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad Saw. diberi sebuah Kitab yang semisal dengan Al-Qur'an, tiada suatu kitab pun yang lebih sempurna
dan lebih mencakup isinya daripada Al-Qur'an. Di dalamnya termuat kisah-kisah terdahulu, kisah masa Al-Qur'an, dan kisah masa mendatang, di dalamnya terkandung pula hukum yang memutuskan di antara manusia.Firman Allah Swt.:
{مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ}
Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an. (Thaha: 100) Yaitu mendustakannya dan berpaling, tidak mau mengikuti perintah dan larangannya, lalu ia mencari petunjuk dari selain Al-Qur'an, maka sesungguhnya Allah
akan menyesalkannya dan menuntunnya ke jalan yang menjerumuskannya ke dalam neraka Jahim. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا}
Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. (Thaha: 100) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya yang mengatakan:
{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}
Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17) Makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang
yang sampai kepadanya Al-Qur'an, baik dari kalangan orang Arab maupun non-Arab, dan baik dari kalangan ahli kitab maupun lainnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}
supaya dengan Al-Qur’an Aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Setiap orang yang sampai kepadanya Al-Qur'an, maka Al-Qur'an
memberikan peringatan kepadanya dan menyerunya. Maka barang siapa yang mengikutinya akan mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang menentangnya serta berpaling darinya,
sesatlah ia dan celakalah ia di dunia ini, dan tempat yang diancamkan baginya kelak di hari kiamat adalah neraka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا * خَالِدِينَ فِيهِ}
Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. (Thaha: 100-101) Artinya tidak ada jalan selamat bagi mereka dari siksa neraka, dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.
{وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِمْلا}
Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat. (Thaha: 101) Yakni seburuk-buruk beban adalah beban yang mereka pikul.
Surat Ta-Ha |20:100|
مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا
man a'rodho 'an-hu fa innahuu yaḥmilu yaumal-qiyaamati wizroo
Barang siapa berpaling darinya (Al-Qur´an), maka sesungguhnya dia akan memikul beban yang berat (dosa) pada hari Kiamat,
Whoever turns away from it - then indeed, he will bear on the Day of Resurrection a burden,
(Barang siapa berpaling daripada Alquran) artinya ia tidak beriman kepada Alquran (maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat) beban yang sangat berat berupa dosa-dosa.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 100 |
Penjelasan ada di ayat 99
Surat Ta-Ha |20:101|
خَالِدِينَ فِيهِ ۖ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِمْلًا
khoolidiina fiih, wa saaa`a lahum yaumal-qiyaamati ḥimlaa
mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan sungguh buruk beban dosa itu bagi mereka pada hari Kiamat,
[Abiding] eternally therein, and evil it is for them on the Day of Resurrection as a load -
(Mereka kekal di dalamnya) menanggung azab dosanya untuk selamanya. (Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat)
lafal Himlan merupakan Tamyiz yang menafsirkan makna Dhamir dalam lafal Saa'a, sedangkan subjek yang dicelanya dibuang yaitu lafal Wizrahum, artinya dosa mereka.
Huruf Lam yang ada pada lafal Lahum berfungsi untuk menerangkan. Kemudian lafal Yaumal Qiyaamah dijelaskan oleh ayat berikutnya, yaitu:
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 101 |
Penjelasan ada di ayat 99
Surat Ta-Ha |20:102|
يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ ۚ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا
yauma yunfakhu fish-shuuri wa naḥsyurul-mujrimiina yauma`iżin zurqoo
pada hari (Kiamat) sangkakala ditiup (yang kedua kali) dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan (wajah) biru muram,
The Day the Horn will be blown. And We will gather the criminals, that Day, blue-eyed.
(Yaitu di hari yang di waktu itu ditiup sangkakala) untuk tiupan yang kedua kalinya (dan Kami akan mengumpulkan orang-orang yang berdosa)
yaitu orang-orang kafir (pada hari itu dengan mata yang biru muram) yakni mata mereka tampak membiru dan muka mereka tampak hitam karena muram.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 102 |
Tafsir ayat 102-104
Telah disebutkan di dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang as-sur atau sangkakala ini. Maka beliau menjawab:
"قَرنٌ يُنفَخ فِيهِ"
Seperti sebuah tanduk yang dapat ditiup Di dalam hadis mengenai sangkakala ini yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa sur adalah tanduk (terompet yang berbentuk tanduk) yang sangat besar.
Garis tengahnya sama dengan luasnya langit dan bumi, Malaikat Israfillah yang ditugaskan untuk meniupnya. Di dalam hadis lainnya disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"كَيْفَ أنعَمُ وَصَاحِبُ القَرْن قَدِ الْتَقَمَ القَرْن، وَحَنَى جَبْهَتَهُ، وَانْتَظَرَ أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ" فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ نَقُولُ؟ قَالَ: "قُولُوا: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا"
Bagaimana aku dapat bersenang-senang, sedangkan malaikat yang ditugaskan meniup sangkakala telah meletakkan sangkakala pada mulutnya dan mengernyitkan dahinya siap melakukan tiupan sambil menunggu perintah.
Para sahabat yang hadir mengatakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami ucapkan?" Rasulullah Saw. menjawab: Katakanlah oleh kalian, "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, hanya kepada Allah-lah
kami bertawakal (berserah diri)."Firman Allah Swt.:
{وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا}
dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram. (Thaha: 102) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah mata mereka biru karena kerasnya kengerian yang dialami oleh mereka di hari itu.
{يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ}
mereka berbisik-bisik di antara mereka. (Thaha: 103) Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka saling berbisik di antara sesamanya. Mereka mengatakan kalimat berikut:
{إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا}
Kalian tidak berdiam melainkan hanyalah sepuluh (hari). (Thaha: 103) Yakni masa tinggal kalian di dunia hanya sebentar, yaitu sepuluh hari atau yang semisal dengannya. Lalu Allah Swt. berfirman:
{نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ}
Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan. (Thaha: 104) Saat mereka melakukan bisik-bisik di antara sesama mereka,
{إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً}
ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka. (Thaha: 104) Makna yang dimaksud ialah orang yang paling sehat akalnya di antara mereka.
{إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا يَوْمًا}
Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja. (Thaha: 104) karena pendeknya masa hidup di dunia menurut mereka di hari kiamat itu. Kehidupan di dunia ini, sekalipun waktunya terus berulang dan silih berganti
malam dan siang harinya, keadaannya seakan-akan sama dengan satu hari. Karena itulah orang-orang kafir pada hari kiamat nanti merasa kehidupan mereka di dunia sangat pendek. Tujuan mereka mengatakan demikian ialah
untuk menolak tegaknya hujah terhadap diri mereka, yaitu dengan mengemukakan alasan bahwa masa hidup mereka di dunia amatlah pendek. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
{وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ}
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sesaat (Ar-Rum: 55) sampai dengan firman-Nya:
وَلَكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
akan tetapi kamu sekalian selalu tidak meyakini{nya). (Ar-Rum: 56) Demikian pula firman Allah Swt. yang mengatakan:
{أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ}
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan? (Fathir: 37), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:
{كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ * قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi? Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, "Kalian tidak tinggal (di bumi)
melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.” (Al-Mu’minun : 112-114) Yakni sesungguhnya masa tinggal kalian di dunia hanyalah sebentar. Kalau kalian sesungguhnya mengetahui, tentulah kalian akan memilih
kehidupan yang kekal daripada kehidupan yang fana. Tetapi kalian telah diberi kebebasan untuk memilih, dan ternyata kalian salah memilih karena kalian lebih memprioritaskan kehidupan yang fana dan melalaikan kehidupan yang kekal dan abadi.
Surat Ta-Ha |20:103|
يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا عَشْرًا
yatakhoofatuuna bainahum il labiṡtum illaa 'asyroo
mereka saling berbisik satu sama lain, "Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sepuluh (hari)."
They will murmur among themselves, "You remained not but ten [days in the world]."
(Mereka berbisik-bisik di antara mereka sendiri) yaitu berbicara dengan suara yang pelan-pelan ("Tidaklah) (kalian tinggal) di dunia (melainkan sepuluh) hari."
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 103 |
Penjelasan ada di ayat 102
Surat Ta-Ha |20:104|
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا يَوْمًا
naḥnu a'lamu bimaa yaquuluuna iż yaquulu amṡaluhum thoriiqotan il labiṡtum illaa yaumaa
Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, "Kamu tinggal (di dunia), tidak lebih dari sehari saja."
We are most knowing of what they say when the best of them in manner will say, "You remained not but one day."
(Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan) dalam bisikan mereka itu. Maksudnya, keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka katakan
(ketika berkata orang yang paling tepat di antara mereka) yakni paling lurus (penilaiannya) sehubungan dengan hal ini, ("Kalian tidak berdiam di dunia melainkan hanya sehari saja")
mereka menilai minim sekali masa tinggal mereka di dunia, hal ini disebabkan kengerian-kengerian yang mereka saksikan di alam akhirat.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 104 |
Penjelasan ada di ayat 102
Surat Ta-Ha |20:105|
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا
wa yas`aluunaka 'anil-jibaali fa qul yansifuhaa robbii nasfaa
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (pada hari Kiamat) sehancur-hancurnya,
And they ask you about the mountains, so say, "My Lord will blow them away with a blast.
(Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung,) bagaimana jadinya di hari kiamat nanti (maka katakanlah) kepada mereka
("Rabbku akan menghancurkannya sehancur-hancurnya,) seumpamanya Dia meleburkannya menjadi debu yang lembut kemudian diterbangkan-Nya dengan angin.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 105 |
Tafsir ayat 105-108
Firman Allah Swt.:
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ}
Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung. (Thaha: 105) apakah gunung-gunung itu masih tetap ada kelak di hari kiamat, ataukah akan lenyap?
{فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا}
maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) dengan sehancur-hancurnya. (Thaha: 105) Maksudnya, Allah melenyapkan dari tempatnya dan menghancurkannya serta menghambur-hamburkannya dengan sehambur-hamburnya.
{فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا}
maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. (Thaha: 106) Yaitu bumi menjadi hamparan yang rata seluruhnya, seakan-akan menjadi satu hamparan. Al-qa' artinya tanah rata, sedangkan safsaf mempunyai arti
yang sama untuk menguatkannya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah tanah yang tiada tumbuh-tumbuhannya. Tetapi makna pendapat yang pertama lebih baik, sekalipun makna pendapat
yang kedua juga termasuk ke dalam pengertiannya secara tidak langsung. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلا أَمْتًا}
tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi. (Thaha: 107) Yakni pada hari itu kamu tidak akan melihat di bumi suatu lembah pun, tidak pula suatu dataran tinggi pun; tiada tempat yang rendah,
tiada pula tempat yang tinggi, semuanya rata dan datar. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan Al-Basri, Ad-Dahhak, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.
{يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ}
Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok. (Thaha: 108) Yakni di hari mereka menyaksikan keadaan dan huru-hara hari kiamat ini, mereka bersegera memenuhi seruan
yang memanggil mereka. Ke mana pun seruan itu memerintahkan kepada mereka, maka mereka segera menurutinya. Seandainya ketaatan seperti itu dilakukan oleh mereka ketika hidup di dunia, tentulah membawa manfaat bagi mereka.
Tetapi nasi telah menjadi bubur, hal itu tiada manfaatnya bagi mereka. Hal yang sama telah disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا}
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada kami. (Maryam: 38) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ}
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. (Al-Qamar: 8) Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa kelak di hari kiamat Allah menggiring manusia dalam kegelapan, langit telah digulung, bintang-bintang berhamburan,
dan matahari serta rembulan telah lenyap. Lalu terdengarlah suara seruan (yang menyeru manusia), maka manusia pun mengikutinya dengan taat. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman Allah Swt.: Pada hari itu manusia mengikuti
(menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok, (Thaha: 108) Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah mereka tidak menyimpang dari perintah seruan. Menurut Abu Saleh, tidak berbelok-belok. Firman Allah Swt.:
{وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ}
dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Thaha: 108) Ibnu Abbas mengatakan bahwa semuanya diam, tiada yang bersuara. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi.
{فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا}
maka kamu tidak mendengar kecuali hanya bisikan saja. (Thaha: 108) Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan hams ialah suara langkah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid,
Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Abas, Qatadah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja. (Thaha: 108)
Yakni suara bisikan, dan itu adalah riwayat yang bersumber dari Ikrimah dan Ad-Dahhak. Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja. (Thaha: 108)
Yakni suara bisikan dan suara langkah kaki. Sa'id menggabungkan kedua takwil tersebut, dan itu bisa saja terjadi. Yang dimaksud dengan langkah kaki ialah suara langkah manusia ketika menuju ke Padang Mahsyar, mereka berjalan
dengan tenang dan merendahkan diri. Adapun yang dimaksud dengan suara bisikan, barangkali terjadi di suatu keadaan tertentu, tidak di semua keadaan saat itu. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman:
{يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ}
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia. (Hud: 105)
Surat Ta-Ha |20:106|
فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا
fa yażaruhaa qoo'an shofshofaa
kemudian Dia akan menjadikan (bekas gunung-gunung) itu rata sama sekali,
And He will leave the earth a level plain;
(Maka Dia akan menjadikan bekas gunung-gunung itu datar) merata (dengan tanah) yakni rata sama sekali tiada bekasnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 106 |
Penjelasan ada di ayat 105
Surat Ta-Ha |20:107|
لَا تَرَىٰ فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا
laa taroo fiihaa 'iwajaw wa laaa amtaa
(sehingga) kamu tidak akan melihat lagi ada tempat yang rendah dan yang tinggi di sana."
You will not see therein a depression or an elevation."
(Tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang melengkung) tempat yang rendah (dan tidak pula tempat yang tinggi) tempat yang tinggi-tinggi.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 107 |
Penjelasan ada di ayat 105
Surat Ta-Ha |20:108|
يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ ۖ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَٰنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
yauma`iżiy yattabi'uunad-daa'iya laa 'iwaja lah, wa khosya'atil-ashwaatu lir-roḥmaani fa laa tasma'u illaa hamsaa
Pada hari itu mereka mengikuti (panggilan) penyeru (malaikat) tanpa berbelok-belok (membantah), dan semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik.
That Day, everyone will follow [the call of] the Caller [with] no deviation therefrom, and [all] voices will be stilled before the Most Merciful, so you will not hear except a whisper [of footsteps].
(Pada hari itu) pada hari ketika gunung-gunung itu dihancurkan (manusia mengikuti) manusia semuanya mengikuti sesudah mereka dibangunkan dari kuburannya (penyeru)
yang menggiring mereka dengan suaranya ke padang Mahsyar, dia adalah malaikat Israfil. Dia mengatakan, "Kemarilah kamu sekalian ke hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih"
(dengan tidak berbelok-belok) sewaktu mereka menuruti panggilan suara itu. Atau dengan kata lain mereka tidak mempunyai kemampuan untuk tidak mengikuti anjuran suara itu
(dan merendahlah) yakni menjadi tenanglah (semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, maka kamu tidak mendengar melainkan hanya bisikan saja)
suara telapak kaki mereka sewaktu berjalan menuju ke padang Mahsyar bagaikan suara teracak kaki unta bila berjalan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 108 |
Penjelasan ada di ayat 105
Surat Ta-Ha |20:109|
يَوْمَئِذٍ لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَٰنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا
yauma`iżil laa tanfa'usy-syafaa'atu illaa man ażina lahur-roḥmaanu wa rodhiya lahuu qoulaa
Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridai perkataannya.
That Day, no intercession will benefit except [that of] one to whom the Most Merciful has given permission and has accepted his word.
(Pada hari itu tidak berguna syafaat) seseorang (kecuali syafaat orang yang Allah Maha Pengasih telah memberi izin kepadanya) untuk memberi syafaat
(dan Dia telah meridai perkataannya) seumpamanya orang yang diberi izin itu mengatakan, "La Ilaaha Illallaah atau tidak ada Tuhan selain Allah."
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 109 |
Tafsir ayat 109-112
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَئِذٍ} أَيْ: يَوْمَ الْقِيَامَةِ {لَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ} أَيْ: عِنْدَهُ {إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا}
Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya. (Thaha: 109) Yaitu pada hari kiamat itu tiada suatu syafaat pun
yang diterima di sisiNya, kecuali pertolongan syafaat dari orang yang telah mendapat izin dari Allah Swt. Yang Maha Pemurah. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}
Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? (Al-Baqarah: 255)
{وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى}
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-Nya. (An-Najm: 26)
{وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى}
dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah (Al-Anbiya: 28)
{وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat (Saba: 23) Dan firman Allah Swt.:
{يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا}
Pada hari ketika roh dan malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui berbagai jalur dari Rasulullah Saw., penghulu anak Adam dan makhluk yang paling mulia, dari Allah Swt. Disebutkan bahwa beliau pernah bersabda:
"آتِي تَحْتَ الْعَرْشِ، وَأَخِرُّ لِلَّهِ سَاجِدًا، ويَفْتَح عَلَيَّ بِمَحَامِدَ لَا أُحْصِيهَا الْآنَ، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي، ثُمَّ يَقُولُ: يَا مُحَمَّدُ، ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ". قَالَ: "فَيَحِدُّ لِي حَدًّا، فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ، ثُمَّ أَعُودُ"،
Aku datang ke bagian bawah 'Arasy dan aku menyungkur bersujud kepada Allah, lalu Allah mengajariku pujian-pujian yang tidakdapat aku hitung-hitung jumlahnya sekarang, dan Allah membiarkan aku selama apa yang dikehendaki-Nya.
Setelah itu Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Berkatalah, pasti di dengar. Dan mintalah syafaat, pasti diberi izin memberi syafaat.” Lalu Allah memberikan batasan sejumlah tertentu, maka aku masukkan mereka
ke dalam surga, lalu aku meminta lagi. Nabi Saw. dalam hadisnya ini menyebutkan bahwa beliau melakukan hal tersebut sebanyak empat kali. Semoga salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepadanya, juga kepada para nabi lainnya.
Di dalam hadis yang lain disebutkan pula:
يَقُولُ تَعَالَى: أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ، فَيُخْرِجُون خَلْقًا كَثِيرًا، ثُمَّ يَقُولُ: أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ نِصْفُ مِثْقَالٍ مِنْ إِيمَانٍ، أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً، مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ" الْحَدِيثَ
Allah Swt. berfirman, "Keluarkanlah oleh kalian (para malaikat) dari dalam neraka orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar biji sawi!" Maka keluarlah (dari neraka) sejumlah besar manusia. Kemudian Allah Swt. berfirman lagi,
"Keluarkanlah dari neraka orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar separo biji sawi, dan keluarkanlah dari neraka orang yang di dalam kalbunya terdapat iman seberat semut yang kecil, dan (juga) orang yang dalam hatinya terdapat iman
yang lebih kecil daripada semut yang terkecil." Adapun firman Allah Swt.:
{يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ}
Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. (Thaha: 110) Artinya, pengetahuan Allah meliputi semua makhluk. Firman Allah Swt.:
{وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا}
sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. (Thaha: 110) Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ}
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-(Nya). (Al-Baqarah: 225) Adapun firman Allah Swt.:
{وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ}
Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. (Thaha: 111) Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa semua wajah saat itu tunduk, merasa hina
dan berserah diri kepada Tuhannya Yang Mahahidup dan Yang tidak mati lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya dan tidak tidur; sedangkan Dia terus mengurus segala sesuatu, mengaturnya, dan memeliharanya.
Dia adalah Zat Yang Maha Sempurna, segala sesuatu berhajat kepada-Nya karena tidak dapat bertahan kecuali dengan pertolongan-Nya. Firman Allah Swt.:
{وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا}
Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. (Thaha: 111) Yakni mereka akan merugi pada hari kiamat, karena sesungguhnya pada hari itu Allah akan menunaikan setiap hak kepada pemiliknya masing-masing,
sehingga kambing yang tidak bertanduk membalas kambing yang bertanduk (yang dahulu ketika di dunia pernah menanduknya). Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي، لَا يُجَاوِزُنِي الْيَوْمَ ظُلْمُ ظَالِمٍ"
Allah Swt. berfirman,''Demi Keagungan dan Kemuliaan-Ku, pada hari (kiamat) ini Aku tidak akan melewatkan (pembalasan) suatu perbuatan zalim pun dari pelakunya.” Di dalam hadis sahih disebutkan:
"إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ؛ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ". وَالْخَيْبَةُ كُلَّ الْخَيْبَةِ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ مُشْرِكٌ بِهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: {إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}
Janganlah kalian berbuat zalim, karena sesungguhnya perbuatan zalim itu merupakan kegelapan kelak di hari kiamat. Kekecewaan yang sesungguhnya ialah bagi orang yang menghadap kepada Allah, sedangkan ia dalam keadaan musyrik
kepada-Nya. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya perbuatan syirik itu benar-benar perbuatan zalim (dosa) yang besar.” Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلا يَخَافُ ظُلْمًا وَلا هَضْمًا}
Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. (Thaha: 112)
Setelah menyebutkan perihal orang-orang zalim dan ancaman yang telah dijanjikan buat mereka, kemudian Allah menyebutkan perihal orang-orang yang bertakwa dan nasib mereka, bahwa pahala mereka tidak akan dikurangi,
dan haknya tidak pula akan dikurangi. Dengan kata lain, dosa mereka tidak ditambahi, dan kebaikan mereka tidak dikurangi. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah serta lain-lainnya
yang bukan hanya seorang. Bahwa makna zalim ialah adanya penambahan, misalnya ditambahkan kepada seseorang dosa dari orang lain. Al-hadm maknanya pengurangan.
Surat Ta-Ha |20:110|
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا
ya'lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum wa laa yuḥiithuuna bihii 'ilmaa
Dia (Allah) mengetahui apa yang di hadapan mereka (yang akan terjadi) dan apa yang di belakang mereka (yang telah terjadi), sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.
Allah knows what is [presently] before them and what will be after them, but they do not encompass it in knowledge.
(Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka) yaitu perkara-perkara akhirat (dan apa yang ada di belakang mereka) perkara-perkara dunia
(sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya") yakni mereka tidak mengetahui hal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 110 |
Penjelasan ada di ayat 109
Surat Ta-Ha |20:111|
وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ ۖ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا
wa 'anatil-wujuuhu lil-ḥayyil-qoyyuum, wa qod khooba man ḥamala zhulmaa
Dan semua wajah tertunduk di hadapan (Allah) Yang Hidup dan Yang Berdiri Sendiri. Sungguh rugi orang yang melakukan kezaliman.
And [all] faces will be humbled before the Ever-Living, the Sustainer of existence. And he will have failed who carries injustice.
(Dan tunduklah semua muka) tunduk merendahkan diri (kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi Maha Memelihara) yakni Allah swt. (Dan sesungguhnya telah merugilah) (orang yang melakukan kelaliman) yakni kemusyrikan.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 111 |
Penjelasan ada di ayat 109
Surat Ta-Ha |20:112|
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
wa may ya'mal minash-shooliḥaati wa huwa mu`minun fa laa yakhoofu zhulmaw wa laa hadhmaa
Dan barang siapa mengerjakan kebajikan sedang dia (dalam keadaan) beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zalim (terhadapnya) dan tidak (pula khawatir) akan pengurangan haknya.
But he who does of righteous deeds while he is a believer - he will neither fear injustice nor deprivation.
(Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh) amal-amal ketaatan (dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan diperlakukan tidak adil)
dengan diberatkan dosanya (dan tidak pula akan pengurangan haknya) dikurangi pahala kebaikannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 112 |
Penjelasan ada di ayat 109
Surat Ta-Ha |20:113|
وَكَذَٰلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا
wa każaalika anzalnaahu qur`aanan 'arobiyyaw wa shorrofnaa fiihi minal-wa'iidi la'allahum yattaquuna au yuḥdiṡu lahum żikroo
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur´an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau agar (Al-Qur´an) itu memberi pengajaran bagi mereka.
And thus We have sent it down as an Arabic Qur'an and have diversified therein the warnings that perhaps they will avoid [sin] or it would cause them remembrance.
(Dan demikianlah) lafal Kadzaalika dia'athafkan kepada Kadzaalika Naqushshu pada ayat sembilan puluh sembilan. Artinya: Demikianlah sebagaimana diturunkannya
apa yang telah Kami ceritakan tadi (Kami menurunkannya) Alquran (dalam bahasa Arab dan Kami telah menerangkan dengan berulang-ulang)
(di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa) takut kepada kemusyrikan (atau agar ia menimbulkan) Alquran ini (pengajaran bagi mereka)
melalui kebinasaan yang telah dialami oleh umat-umat sebelumnya sehingga mereka mengambil pelajaran daripadanya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 113 |
Tafsir ayat 113-114
Allah Swt. berfirman, "'Mengingat hari kembali dan hari pembalasan amal baik dan amal buruk itu pasti terjadi, maka Kami turunkan Al-Qur'an sebagai pembawa berita gembira dan menyampaikan peringatan dengan bahasa Arab yang jelas lagi fasih, tiada kekeliruan dan tiada pula kesulitan padanya."
{وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ}
dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa. (Thaha: 113) Yaitu agar mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan perbuatan-perbuatan yang haram serta semua perbuatan yang fahisyah (keji).
{أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا}
atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka. (Thaha: 113) Yakni menimbulkan ketaatan dan pekerjaan-pekerjaan yang mendekatkan diri mereka kepada Allah.
{فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ}
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. (Thaha: 114) Artinya, Mahasuci Allah, Raja yang sebenar-benarnya; janji-Nya benar, ancaman-Nya benar, rasul-rasul-Nya benar, surga benar, neraka benar (adanya),
dan segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah benar belaka. Sifat Mahaadil Allah ialah Dia tidak mengazab seseorang sebelum memberikan peringatan dan mengutus rasul-rasul-Nya dan sebagai alasanNya kepada makhluk-Nya,
agar tidak ada lagi hujah dan keraguan bagi seorang pun terhadap apa yang telah diputuskan oleh-Nya kelak. Firman Allah Swt.:
{وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ}
Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu. (Thaha: 114) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam surat lainnya yang mengatakan:
{لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ * إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ * فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ}
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah: 16-19) Di dalam hadis sahih telah disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas,
bahwa Rasulullah Saw. sangat bersemangat bila menerima wahyu; hal inilah yang mendorongnya menggerakkan lisannya. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Sebelum itu apabila Nabi Saw. kedatangan Malaikat Jibril membawa wahyu,
setiap kali Jibril mengatakan suatu ayat, Nabi Saw. ikut membacanya bersama Jibril, karena keinginannya yang keras untuk menghafal Al-Qur'an dengan cepat. Maka Allah memberinya petunjuk kepada cara yang lebih mudah
dan lebih ringan bagi Nabi Saw. agar beliau tidak berat. Untuk itulah maka Allah Swt. berfirman: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (Al-Qiyamah: 16-17) Yakni Kamilah yang akan menghimpunnya dalam dadamu, kemudian kamu dapat membacakannya
kepada manusia tanpa ada sesuatu pun darinya yang terlupakan olehmu. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah: 18-19)
Dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ}
dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu. (Thaha: 114) melainkan dengarlah dengan penuh perhatian. Apabila malaikat telah selesai membacakannya kepadamu, mulailah kamu membacanya.
{وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا}
dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Thaha: 114) Maksudnya, berilah aku tambahan ilmu dari-Mu. Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
terus-menerus mendapat tambahan ilmu hingga Allah Swt. mewafatkannya. Karena itulah di dalam sebuah hadis telah disebutkan:
"إِنَّ اللَّهَ تَابَعَ الْوَحْيَ عَلَى رَسُولِهِ، حَتَّى كَانَ الْوَحْيُ أَكْثَرَ مَا كَانَ يَوْمَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya secara berturut-turut, sehingga wahyu banyak diturunkan di hari-hari beliau menjelang wafatnya.
قَالَ ابْنُ مَاجَهْ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حدثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْر، عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا علَّمتني، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ"
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Sabit, dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkata dalam doanya: Ya Allah, berilah aku manfaat melalui ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku
ilmu pengetahuan, dan segala puji bagi Allah dalam semua keadaan. Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui Abu Kuraib, dari Abdullah ibnu Numair dengan sanad yang sama, selanjutnya Imam Turmuzi mengatakan bahwa
ditinjau dari jalur periwayatannya hadis ini berpredikat garib. Al-Bazzar meriwayatkannya dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Abu Asim, dari Musa ibnu Ubaidah dengan sanad yang sama, hanya di akhir hadis ditambahkan doa berikut:
"وَأَعُوذُ بِاللَّهِ من حال أهل النار"
Dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan ahli neraka.
Surat Ta-Ha |20:114|
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
fa ta'aalallohul-malikul-ḥaqq, wa laa ta'jal bil-qur`aani ming qobli ay yuqdhooo ilaika waḥyuhuu wa qur robbi zidnii 'ilmaa
Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur´an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku."
So high [above all] is Allah, the Sovereign, the Truth. And, [O Muhammad], do not hasten with [recitation of] the Qur'an before its revelation is completed to you, and say, "My Lord, increase me in knowledge."
(Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sesungguhnya) daripada apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik (dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap Alquran)
sewaktu kamu membacanya (sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) sebelum malaikat Jibril selesai menyampaikannya
(dan katakanlah, "Ya Rabbku! Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan") tentang Alquran, sehingga setiap kali diturunkan kepadanya Alquran, makin bertambah ilmu pengetahuannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 114 |
Penjelasan ada di ayat 113
Surat Ta-Ha |20:115|
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَىٰ آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
wa laqod 'ahidnaaa ilaaa aadama ming qoblu fa nasiya wa lam najid lahuu 'azmaa
Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya.
And We had already taken a promise from Adam before, but he forgot; and We found not in him determination.
(Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam) Kami telah berwasiat kepadanya, janganlah ia memakan buah pohon terlarang ini (dahulu)
sebelum ia memakannya (maka ia lupa) melupakan perintah kami itu (dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat) keteguhan dan kesabaran daripada apa yang Kami larang ia mengerjakannya.
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 115 |
Tafsir ayat 115-122
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinari, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu dinamakan insan tiada lain karena Allah telah memerintahkan kepadanya dahulu, lalu ia lupa kepada perintah-Nya." Hal yang sama telah diriwayatkan
oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas.Mujahid mengatakan —begitu pula Al-Hasan Al-Basri— bahwa makna nasiya ialah meninggalkan.Firman Allah Swt.:
{وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ}
Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!" (Thaha: 116) Allah Swt. menceritakan kemuliaan dan penghormatan yang diberikanNya kepada Adam dan keutamaan yang dianugerahkan kepadanya
di atas kebanyakan makhluk-Nya dengan keutamaan yang sebenar-benarnya. Pembahasan mengenai kisah ini telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah, Al-A'raf, Al-Hijr, serta Al-Kahfi, dan nanti di akhir tafsir surat Shad
akan disebut kisah Allah menciptakan Adam dan perintah-Nya kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan mereka kepada Adam. Dijelaskan pula dalam kisah itu permusuhan iblis kepada Bani Adam dan kakek moyang
mereka dahulu. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى}
maka mereka sujud, kecuali iblis. Ia membangkang. (Thaha: 116) Yaitu menolak dan sombong, tidak mau bersujud.
{فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ}
Maka Kami berkata, "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu (Siti Hawa). (Thaha: 117)
{فَلا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى}
maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara. (Thaha: 117) Artinya, bersikap waspadalah kamu terhadapnya. Dia akan berusaha mengeluarkan kamu dari surga,
yang akibatnya kamu akan hidup payah, lelah, dan sengsara dalam mencari rezekimu. Karena sesungguhnya kamu sekarang di surga ini dalam kehidupan yang makmur lagi nikmat, tanpa beban dan tanpa bersusah payah.
{إِنَّ لَكَ أَلا تَجُوعَ فِيهَا وَلا تَعْرَى}
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. (Thaha: 118) Sesungguhnya disebutkan antara kelaparan dan telanjang secara bergandengan karena lapar merupakan kehinaan bagian dalam, sedangkan telanjang merupakan kehinaan bagian lahiriah (luar)
{وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلا تَضْحَى}
dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya. (Thaha: 119) Hal ini pun merupakan dua perkara yang bertolak belakang; dahaga merupakan panas dalam, sedangkan kepanasan karena sinar matahari merupakan panas lahiriah. Firman Allah Swt.:
{فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى}
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"' (Thaha: 120) Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa setan merayunya dengan bujukan yang menjerumuskan.
{وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ}
Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat pada kamu berdua.” (Al-A'raf: 21) Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa Allah Swt. telah memerintahkan
kepada Adam dan istrinya untuk memakan semua buah-buahan yang ada di dalam surga, tetapi keduanya tidak boleh mendekati suatu pohon tertentu di dalam surga itu. Iblis terus-menerus menggoda dan merayu keduanya
sehingga keduanya memakan buah terlarang itu. Buah terlarang itu berasal dari pohon khuldi, yang barang siapa memakan buahnya ia akan hidup kekal dan abadi. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan kisah tentang pohon khuldi ini.
فَقَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي الضَّحَّاكِ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ، مَا يَقْطَعُهَا وَهِيَ شَجَرَةُ الْخُلْدِ"
Imam Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abud Dahhak, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah menceritakan'hadis berikut dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon; bila seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun, ia masih belum menempuhnya. Pohon itu adalah pohon khuldi. Imam Ahmad juga telah meriwayatkan hadis ini.
Firman Allah Swt.:
{فَأَكَلا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا}
Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya. (Thaha: 121)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ إِشْكَابَ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبة، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ رَجُلًا طِوَالًا كَثِيرَ شَعْرِ الرَّأْسِ، كَأَنَّهُ نَخْلَةٌ سَحُوق. فَلَمَّا ذَاقَ الشَّجَرَةَ سَقَطَ عَنْهُ لِبَاسُهُ، فَأَوَّلُ مَا بَدَا مِنْهُ عَوْرَتُهُ. فَلَمَّا نَظَرَ إِلَى عَوْرَتِهِ جَعَلَ يَشْتَد فِي الْجَنَّةِ، فأخذتْ شعرَه شَجَرَةٌ، فَنَازَعَهَا، فَنَادَى الرَّحْمَنُ: يَا آدَمُ، منِّي تَفِرُّ؟ فَلَمَّا سَمِعَ كَلَامَ الرَّحْمَنِ قَالَ: يَا رَبِّ، لَا وَلَكِنِ اسْتِحْيَاءً أَرَأَيْتَ إِنْ تُبْتُ وَرَجَعْتُ، أَعَائِدِي إِلَى الْجَنَّةِ؟ قَالَ: نَعَمْ" فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Isykab, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan Adam berupa seorang lelaki yang tinggi lagi berambut lebat, seakan-akan tingginya seperti pohon kurma ydhg sangat tinggi. Setelah Adam memakan
buah terlarang itu, maka semua pakaiannya terlepas: mula-mula yang kelihatan ialah bagian auratnya. Setelah Adam melihat bahwa auratnya kelihatan, maka ia berlari di dalam taman surga, tetapi rambutnya terkait pada sebuah pohon,
maka ia menarik pohon itu. Lalu Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, 'Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku! " Setelah Adam mendengar kalam Tuhan Yang Maha Pemurah, ia berkata, "Wahai Tuhanku, saya tidak lari, tetapi saya malu.
Bagaimanakah menurut Engkau jika aku bertobat dan kembali taat, apakah Engkau akan mengembalikan diriku ke dalam surga?”Allah menjawab, "Ya.” Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya, "Kemudian Adam menerima
beberapa kalimat Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya.” (Al-Baqarah: 37 )." Di dalam sanad hadis ini terdapat inqita' (mata rantai yang terputus) antara Al-Hasan dan Ubay ibnu Ka'b, Al-Hasan tidak menerimanya langsung dari Ubay;
mengenai predikat marfu hadis ini masih diragukan pula. Firman Allah Swt.:
{وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ}
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. (Thaha: 121) Mujahid mengatakan bahwa keduanya memotong dedaunan surga itu untuk pakaiannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Laila, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. (Thaha: 121) Bahwa keduanya memetik daun-daun surga, lalu menjadikannya sebagai penutup auratnya, yaitu daun pohon Tin. Firman Allah Swt.:
{وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى}
dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memimpinnya. (Thaha: 121-122)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ النَّجَّارِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "حَاجَّ مُوسَى آدَمَ، فَقَالَ لَهُ: أَنْتَ الَّذِي أَخْرَجْتَ النَّاسَ مِنَ الْجَنَّةِ بِذَنْبِكَ وَأَشْقَيْتَهُمْ؟ قَالَ آدَمُ: يَا مُوسَى، أَنْتَ الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَاتِهِ وَبِكَلَامِهِ، أَتَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي -أَوْ: قَدَّرَهُ اللَّهُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي -" قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فحج آدم موسى".
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ayyub ibnun Najjar, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah, dan Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Musa mendebat Adam, ia mengatakan kepadanya, "Engkaulah yang menyebabkan manusia dikeluarkan dari surga karena dosamu sehingga engkau membuat mereka sengsara.” Adam menjawab, "Hai Musa,
engkau adalah orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung denganmu, apakah engkau mencelaku karena suatu perkara yang telah ditetapkan oleh Allah atas diriku sebelum Dia menciptakan aku?
Atau sesuatuyang telah ditakdirkan oleh-Nya atas diriku sebelum Dia menciptakan aku?” Rasulullah Saw. bersabda, "Maka Adam dapat mengalahkan debat Musa."Hadis ini mempunyai berbagai jalur periwayatan di dalam kitab Sahihain
dan kitab-kitab Musnad.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وهب، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي ذُبَابَ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ هُرْمُزَ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "حَجَّ آدمُ وَمُوسَى عِنْدَ رَبِّهِمَا، فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى، قَالَ مُوسَى: أَنْتَ الَّذِي خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ، وَأَسْكَنَكَ فِي جَنَّتِهِ، ثُمَّ أَهْبَطْتَ النَّاسَ إِلَى الْأَرْضِ بِخَطِيئَتِكَ؟ قَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوسَى الَّذِي اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَكَلَامِهِ، وَأَعْطَاكَ الْأَلْوَاحَ فِيهَا تِبْيَانُ كُلِّ شَيْءٍ، وَقَرَّبَكَ نَجِيًّا، فَبِكَمْ وجدتَ اللَّهَ كَتَبَ التَّوْرَاةَ [قَبْلَ أَنْ أُخْلَقَ] قَالَ مُوسَى: بِأَرْبَعِينَ عَامًا. قَالَ آدَمُ: فَهَلْ وجدتَ فِيهَا {وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى} قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: أَفَتَلُومُنِي عَلَى أَنْ عملتُ عَمَلًا كَتَبَ اللَّهُ عَلَيَّ أَنْ أَعْمَلَهُ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي بِأَرْبَعِينَ سَنَةً". قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Anas ibnu Iyad, dari Al-Haris ibnu Abu Zi-ab, dari Yazid ibnu Hurmuz
yang mengatakan, ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Musa dan Adam berdebat di hadapan Tuhannya, tetapi pada akhirnya Adam dapat mematahkan bantahan Musa. Musa berkata,
"Engkaulah orang yang diciptakan oleh Allah dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalam tubuhmu sebagian dari roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menyuruh para malaikat bersujud kepadamu, serta menempatkanmu
di dalam surga-Nya. Kemudian engkau menurunkan manusia ke bumi karena dosamu.” Adam berkata, "Engkau Musa adalah orang yang telah dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya,
serta Dia telah memberikan kepadamu kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu, dan Dia mendekatkanmu untuk bermunajat (dengan-Nya). Maka berapa lamakah menurutmu Allah telah menulis kitab Taurat
sebelum aku diciptakan?” Musa menjawab, "Empatpuluh tahun sebelumnya.” Adam berkata, "Apakah engkau menjumpai padanya (kitab Taurat), bahwa Adam durhaka kepada Tuhannya, sehingga sesatlah ia?” Musa menjawab, "Ya.”
Adam berkata, "Mengapa engkau mencelaku karena aku telah mengerjakan suatu perbuatan yang telah ditakdirkan oleh Allah aku harus melakukannya pada waktu empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku?" Rasulullah Saw.
bersabda, bahwa akhirnya Adam dapat mengalahkan hujah Musa. Al-Haris mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Hurmuz dengan lafaz yang semisal melalui Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
Surat Ta-Ha |20:116|
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ
wa iż qulnaa lil-malaaa`ikatisjuduu li`aadama fa sajaduuu illaaa ibliisa abaa
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!" Lalu mereka pun sujud kecuali iblis, dia menolak.
And [mention] when We said to the angels, "Prostrate to Adam," and they prostrated, except Iblees; he refused.
(Dan) ingatlah (ketika Kami berkata kepada Malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!" Maka mereka sujud kecuali iblis) dia adalah bapaknya jin,
dia dahulu berteman dengan para Malaikat dan ikut menyembah Allah bersama dengan para Malaikat (ia membangkang) tidak mau sujud kepada Nabi Adam;
bahkan mengatakan sebagaimana yang telah disitir oleh firman-Nya; Iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya..." (Q.S. Al-A'raf, 12).
Tafsir Ibnu Katsir | Ta-Ha | 20 : 116 |
Penjelasan ada di ayat 115