Juz 18
Surat Al-Muminun |23:1|
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
qod aflaḥal-mu`minuun
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,
Certainly will the believers have succeeded:
(Sesungguhnya) lafal Qad di sini menunjukkan makna Tahqiq, artinya sungguh telah pasti (beruntunglah) berbahagialah (orang-orang yang beriman).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 1 |
Tafsir ayat 1-11
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ سُلَيْم قَالَ: أَمْلَى عليَّ يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ الْأَيْلِيُّ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَة بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ: كَانَ إِذَا نَزَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم الوحيُ، يُسْمَعُ عِنْدَ وَجْهِهِ كدَوِيّ النَّحْلِ فَمَكثنا سَاعَةً، فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ، فَقَالَ:"اللَّهُمَّ، زِدْنَا وَلَا تَنْقُصْنا، وَأَكْرِمْنَا وَلَا تُهِنَّا، وَأَعْطِنَا وَلَا تَحْرِمْنَا، وآثِرْنا وَلَا تُؤْثِرْ [عَلَيْنَا، وَارْضَ عَنَّا] وأرضِنا"، ثُمَّ قَالَ: "لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلِيَّ عَشْرُ آيَاتٍ، مَنْ أَقَامَهُنَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ"، ثُمَّ قَرَأَ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} حَتَّى خَتَمَ العَشْر.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Sulaim yang mengatakan bahwa ia telah mencatat apa yang dikatakan oleh Yunus ibnu Yazid Al-Aili,
dari Ibnu Syihab, dari Urwah ibnuzZubair, dari Abdur Rahman ibnu Abdul Qari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Khalifah Umar ibnul Khattab mengatakan, "Rasulullah Saw. apabila diturunkan wahyu kepadanya
terdengar suara seperti suara lebah di dekat wajahnya. Maka kami diam sesaat, dan beliau Saw. menghadap ke arah kiblat, lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa, 'Ya Allah, berilah kami tambahan dan janganlah Engkau kurangi kami,
berilah kami kemuliaan dan janganlah Engkau hinakan kami, berilah kami dan janganlah Engkau menghalangi kami dari pemberian-Mu, pilihlah kami dan janganlah Engkau ke sampingkan kami, dan ridailah kami dan jadikanlah kami puas
(dengan keputusan-Mu)'." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat; barang siapa yang mengamalkannya, niscaya ia masuk surga. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya:
Sesungguhnya telah beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) hingga akhir ayat kesepuluh. Imam Turmuzi meriwayatkannya di dalam kitab tafsir dan Imam Nasai di dalam kitab salat melalui hadis Abdur Razzaq
dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat munkar, kami tidak mengenal ada seseorang yang meriwayatkannya dari Yunus ibnu Sulaim, sedangkan Yunus sendiri orangnya tidak kami kenal.
قَالَ النَّسَائِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ: أَنْبَأَنَا قُتَيْبَةَ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ بابَنُوس قَالَ: قُلْنَا لِعَائِشَةَ: يَا أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ، كَيْفَ كَانَ خُلُق رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتِ: كَانَ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ، فَقَرَأَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} حَتَّى انتَهَتْ إِلَى: {وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ} ، قَالَتْ: هَكَذَا كَانَ خُلُق رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Imam Nasai mengatakan di dalam kitab tafsirnya, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Abu Imran, dari Yazid ibnu Babanus yang mengatakan, "Kami pernah bertanya
kepada Siti Aisyah Ummul Mu’minin, 'Bagaimanakah akhlak Rasulullah Saw.'?" SitAisyah r.a. menjawab: Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur'an. Kemudian Siti Aisyah r.a. membaca firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) sampai dengan firman-Nya: dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Kemudian Siti Aisyah r.a. berkata, "Demikianlah akhlak Rasulullah Saw." Telah diriwayatkan
dari Ka'bul Ahbar, Mujahid, dan Abul Aliyah serta lain-lainnya, bahwa setelah Allah menciptakan surga 'Adn dan memberinya tanaman dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, lalu Allah memandangnya dan berfirman kepadanya,
"Berbicaralah kamu !" Maka surga 'Adn mengucapkan: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Ka'bul Ahbar mengatakan, surga 'Adn berkata demikian karena mengingat semua kehormatan
yang disediakan oleh Allah di dalamnya bagi orang-orang mukmin. Abul Aliyah mengatakan, bahwa lalu Allah Swt. menyitirkan kalimat tersebut di dalam Kitab (Al-Qur'an)-Nya.Hal tersebut telah diriwayatkan melalui Abu Sa'id Al-Khudri
secara marfu'. Untuk itu Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Maslamah, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, dari Al-Jariri,
dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Allah menciptakan surga yang bangunannya terbuat dari batu bata emas dan batu bata perak, serta Allah Swt. memberinya tanam-tanaman. Lalu Allah berfirman kepadanya,
"Berbicaralah kamu!" Lalu surga mengatakan: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Maka para malaikat memasukinya dan mereka berkata, "Beruntunglah engkau sebagai tempat para raja."
Kemudian Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan:
حَدَّثَنَا بِشْر بْنُ آدَمَ، وَحَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ العُمَري، حَدَّثَنَا عَدِي بْنُ الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا الجُرَيْرِي، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "خَلَقَ اللَّهُ الْجَنَّةَ، لَبِنَةً مِنْ ذَهَبٍ وَلَبِنَةٍ مِنْ فِضَّةٍ، وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ". قَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَرَأَيْتُ فِي مَوْضِعٍ آخَرَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ: "حَائِطُ الْجَنَّةِ، لَبِنَةٌ ذَهَبٌ وَلَبِنَةٌ فِضَّةٌ، ومِلاطُها الْمِسْكُ. فَقَالَ لَهَا: تَكَلَّمِي. فَقَالَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} فَقَالَتِ الْمَلَائِكَةُ: طُوبَى لَكِ، مَنْزِلَ الْمُلُوكِ! ".
telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan pula kepada kami Yunus ibnu Ubaidillah Al-Umri, telah menceritakan kepada kami Addi ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Al-Jariri, dari Abu Nadrah,
dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. yang telah bersabda, "Allah menciptakan surga dari batu bata emas dan batu bata perak, sedangkan plesterannya dari minyak kesturi." Al-Bazzar mengatakan, ia melihat hadis ini di lain tempat yang bunyinya
mengatakan, "Tembok surga terbuat dari batu bata emas dan batu bata perak, sedangkan plesterannya terbuat dari minyak kesturi." Kemudian Allah berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!" Lalu surga mengatakan: Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Maka para malaikat berkata, "Beruntunglah engkau menjadi tempat raja-raja."Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui
seorang pun yang me-rafa'-kan hadis ini selain Addi ibnul Fadl, sedangkan dia orangnya tidak Hafiz, lagi pula seorang manula yang sudah dekat masa ajalnya.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا بَقِيَّة، عَنِ ابْنِ جُرَيْج، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ جَنَّةَ عَدْن، خَلَقَ فِيهَا مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، [وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ]، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ. ثُمَّ قَالَ لَهَا: تَكَلَّمِي. فَقَالَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ}
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Ibnu Juraij, dari Ata,
dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah Allah menciptakan surga Adn, Allah menciptakan di dalamnya segala macam apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga,
dan tidak pernah terdelik di dalam hati seorang manusia pun. Sesudah itu Allah berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!" Maka. surga berkata: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1)
Baqiyyah menurut ulama Hijaz berpredikat daif (lemah dalam periwayatan hadis).
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا حماد ابن عِيسَى الْعَبْسِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ السُّدِّيّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -يَرْفَعُهُ-: "لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ جَنَّةَ عَدْن بِيَدِهِ، ودَلَّى فِيهَا ثِمَارَهَا، وَشَقَّ فِيهَا أَنْهَارَهَا، ثُمَّ نَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} . قَالَ: وَعِزَّتِي لَا يُجَاوِرُنِي فيك بخيل"
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Minjab ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Isa Al-Absi, dari Ismail As-Saddi,
dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang me-rafa '-kannya bahwa setelah Allah menciptakan surga 'Adn dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan menjuntaikan buah-buahannya serta membelah sungai-sungainya,
lalu Allah memandang kepadanya. Maka surga 'Adn berkata: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Dan Allah Swt. berfirman: Demi keagungan dan kebesaran-Ku, tidak boleh ada seorang bakhilpun
bertempat padamu berdampingan dengan-Ku.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ بْنُ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنَا محمد بن المثنى البَزَّار، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ الْكَلْبِيُّ، حَدَّثَنَا يَعِيشُ بْنُ حُسَيْنٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَة، عَنْ قَتادة، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلَقَ اللَّهُ جَنَّةَ عَدْنٍ بِيَدِهِ، لَبِنَةً مِنْ دُرَّة بَيْضَاءَ، وَلَبِنَةً مِنْ يَاقُوتَةٍ حَمْرَاءَ، وَلَبِنَةً مِنْ زَبَرْجَدَةَ خَضْرَاءَ، ملاطُها الْمِسْكُ، وحَصْباؤها اللُّؤْلُؤُ، وحَشِيشها الزَّعْفَرَانُ، ثُمَّ قَالَ لَهَا: انطِقِي. قَالَتْ: {قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ} فَقَالَ اللَّهُ: وَعِزَّتِي، وَجَلَالِي لَا يُجَاوِرُنِي فِيكِ بَخِيلٌ". ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Abu Bakar ibnu Abud Dunya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ziyad Al-Kalbi, telah menceritakan kepada kami Ya'isy ibnu Husain,
dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Allah menciptakan surga 'Adn dengan tangan (kekuasaan)Nya sendiri memakai batu bata dari intan putih,
batu bata yaqut merah, dan batu bata zabarjad hijau; plesterannya dari minyak kesturi, batu bata kerikilnya dari mutiara, dan rerumputannya dari za'faran. Kemudian Allah berfirman kepadanya, "Berbicaralah kamu!"
Maka surga 'Adn mengucapkan, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” Maka Allah Swt. berfirman, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, tidak boleh ada seorang bakhil pun bertempat padamu berdampingan dengan-Ku.”
Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 9) Adapun firman Allah Swt.:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ}
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Al Mu’minun: 1) Yakni sungguh telah beruntung, berbahagia, dan beroleh keberhasilan mereka yang beriman lagi mempunyai ciri khas seperti berikut, yaitu:
{الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ}
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (Al Mu’minun: 2) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Khasyi'un," bahwa mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah
lagi tenang. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Az-Zuhri. Telah diriwayatkan dari Ali ibnu Abu Talib r.a. bahwa khusyuk artinya ketenangan hati. Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, ketenangan hati mereka membuat mereka merundukkan pandangan matanya dan merendahkan dirinya. Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa dahulu sahabat-sahabat Rasulullah Saw.
selalu mengarahkan pandangan mata mereka ke langit dalam salatnya. Tetapi setelah Allah menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya.
(Al Mu’minun: 1-2) Maka mereka merundukkan pandangan matanya ke tempat sujud mereka. Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa sejak saat itu pandangan mata mereka tidak melampaui tempat sujudnya. Dan apabila ada seseorang
yang telah terbiasa memandang ke arah langit, hendaklah ia memejamkan matanya. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Kemudian Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui ibnu Abbas
—juga Ata ibnu Abu Rabah— secara mursal, bahwa Rasulullah Saw. pernah melakukan hal yang serupa (memandang ke arah langit) sebelum ayat ini diturunkan.Khusyuk dalam salat itu tiada lain hanya dapat dilakukan oleh
orang yang memusatkan hati kepada salatnya, menyibukkan dirinya dengan salat, dan melupakan hal yang lainnya serta lebih baik mementingkan salat daripada hal lainnya. Dalam keadaan seperti ini barulah seseorang dapat merasakan
ketenangan dan kenikmatan dalam salatnya, seperti yang dikatakan oleh Nabi Saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Nasai melalui sahabat Anas dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"حُبِّبَ إليَّ الطِّيب وَالنِّسَاءُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ"
Aku dijadikan senang kepada wewangian, wanita, dan dijadikan kesenangan hatiku bila dalam salat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا مِسْعَر، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ سَالِمِ بْنِ أبي الجَعْد، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أسلَم، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَا بِلَالُ، أَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Mis'ar dari Amr ibnu Murrah, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari seorang lelaki dari Bani Aslam, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Bilal, hiburlah kami dengan salat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا؛ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِي، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ عثمان بن المغيرة، عن سالم ابن أَبِي الْجَعْدِ، أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى صِهْرٍ لَنَا مِنَ الْأَنْصَارِ، فحَضَرت الصَّلَاةُ، فَقَالَ: يَا جَارِيَةُ، ائْتِنِي بوَضُوء لَعَلِّي أُصَلِّي فَأَسْتَرِيحَ. فَرَآنَا أَنْكَرْنَا عَلَيْهِ ذَلِكَ، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قُمْ يَا بِلَالُ، فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ"
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Usman ibnul Mugirah, dari Salim ibnu Abul Ja'd; Muhammad ibnul Hanafiyah pernah mengatakan bahwa
ia bersama ayahnya (Ali ibnu Abu Talib r.a.) pernah berkunjung ke rumah salah seorang iparnya dari kalangan Ansar, lalu datanglah waktu salat, kemudian Ali r.a. berkata, "Hai budak perempuan, ambilkanlah air wudu,
aku akan mengerjakan salat agar hatiku terhibur." Ketika ia memandang ke arah kami yang merasa heran dengan ucapannya, maka ia berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Beriqamahlah, hai Bilal,
dan hiburlah hati kami dengan salat. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ}
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (Al Mu’minun: 3) Yaitu dari hal-hal yang batil yang pengertiannya mencakup pula hal-hal yang musyrik, seperti yang dikatakan
oleh sebagian ulama. Juga hal-hal maksiat seperti yang dikatakan oleh sebagian lainnya. Mencakup pula semua perkataan dan perbuatan yang tidak berguna, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}
dan apabila mereka bersua dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72) Qatadah mengatakan, "Demi Allah, mereka telah diberi kekuatan oleh Allah yang membuat mereka dapat melakukan hal tersebut." Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ}
dan orang-orang yang menunaikan zakat. (Al Mu’minun: 4) Menurut kebanyakan ulama, makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah zakat harta benda, padahal ayat ini adalah ayat Makkiyyah; dan sesungguhnya
zakat itu baru difardukan setelah di Madinah, yaitu pada tahun dua Hijriah. Menurut makna lahiriahnya, zakat yang di fardukan di Madinah itu hanyalah mengenai zakat yang mempunyai nisab dan takaran khusus.
Karena sesungguhnya menurut makna lahiriahnya, prinsip zakat telah difardukan sejak di Mekah. Allah Swt. telah berfirman di dalam surat Al-An'am yang Makkiyyah, yaitu:
{وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ}
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin). (Al-An'am: 141) Dapat pula diartikan bahwa makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah zakatun nafs (membersihkan diri) dari kemusyrikan dan kekotoran. Sama pengertiannya dengan apa yang terdapat dalam firman-Nya:
{قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا}
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ. الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ}
dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang memper-sekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 6-7) Hal ini menurut salah satu di antara dua pendapat yang mengatakan tentang tafsirnya.
Dapat pula diartikan bahwa makna yang dimaksud adalah kedua pengertian tersebut secara berbarengan, yaitu zakat jiwa dan zakat harta. Karena sesungguhnya termasuk di antara zakat ialah zakat diri (jiwa),
dan orang mukmin yang sempurna ialah orang yang menunaikan zakat jiwa dan zakat harta bendanya. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ. إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ * فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ}
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 5-7) Artinya, orang-orang yang memelihara kemaluan mereka dari perbuatan yang diharamkan. Karena itu mereka tidak terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah,
seperti zina dan liwat. Dan mereka tidak mendekati selain dari istri-istri mereka yang dihalalkan oleh Allah bagi mereka, atau budak-budak perempuan yang mereka miliki dari tawanan perangnya.
Barang siapa yang melakukan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah, maka tiada tercela dan tiada dosa baginya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ}
maka sesungguhnya mereka tidak tercela dalam hal ini. Barang siapa mencari yang di balik itu. (Al Mu’minun: 6-7) Yakni selain istri dan budak perempuannya.
{فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ}
maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 7) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Sa'id,
dari Qatadah, bahwa pernah ada seorang wanita mengambil budak laki-lakinya (sebagai kekasihnya) dan mengatakan bahwa ia melakukan perbuatannya itu karena bertakwilkan kepada firman Allah yang mengatakan: atau budak
yang mereka miliki. (Al Mu’minun: 6) Lalu ia ditangkap dan dihadapkan kepada Khalifah Umar ibnul Khattab r.a., dan orang-orang dari kalangan sahabat Nabi Saw. mengatakan bahwa perempuan itu menakwilkan suatu ayat dari Kitabullah
dengan takwil yang menyimpang. Kemudian budak laki-laki itu dihukum pancung, dan Khalifah Umar berkata kepada wanita itu,"Engkau sesudah dia, haram bagi setiap orang muslim." Asar ini berpredikat garib lagi munqati', disebutkan
oleh Ibnu Jarir di dalam tafsir permulaan surat Al-Maidah, padahal kalau dikemukakan dalam tafsir ayat ini lebih cocok. Sesungguhnya Khalifah Umar menjatuhkan sangsi haram terhadap wanita tersebut bagi kaum laki-laki muslim,
sebagai pembalasan terhadap perbuatannya, yaitu dengan menimpakan hukuman yang bertentangan dengan niat yang ditujunya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Syafii dan orang-orang yang mendukungnya telah mengambil
ayat ini sebagai dalil dari pendapatnya yang mengatakan bahwa mastrubasi itu haram, yaitu firman-Nya: dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri atau budak yang mereka miliki. (Al Mu’minun: 5-6)
Imam Syafii mengatakan bahwa perbuatan mastrubasi itu di luar kedua perkara tersebut. Karena itu, mastrubasi haram hukumnya. Dan sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. (Al Mu’minun: 7) Mereka berdalilkan pula dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hasan ibnu Arafah dalam kitab Juz-nya yang terkenal.
حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ ثَابِتٍ الجَزَريّ، عَنْ مَسْلَمَةَ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "سَبْعَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يُزَكِّيهِمْ، وَلَا يَجْمَعُهُمْ مَعَ الْعَامِلِينَ، وَيُدْخِلُهُمُ النَّارَ أَوَّلَ الدَّاخِلِينَ، إِلَّا أَنْ يَتُوبُوا، فَمَنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ: نَاكِحُ يَدِهِ، وَالْفَاعِلُ، وَالْمَفْعُولُ بِهِ، وَمُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَالضَّارِبُ وَالِدَيْهِ حَتَّى يَسْتَغِيثَا، وَالْمُؤْذِي جِيرَانَهُ حَتَّى يَلْعَنُوهُ، وَالنَّاكِحُ حَلِيلَةَ جَارِهِ"
Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Sabit Al-Jazari, dari Maslamah ibnu Ja'far, dari Hassan ibnu Humaid, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Ada tujuh macam orang yang Allah tidak mau
memandang mereka kelak di hari kiamat dan tidak mau membersihkan mereka (dari dosa-dosanya), dan tidak menghimpunkan mereka bersama orang-orang yang beramal (baik), dan memasukkan mereka ke neraka bersama orang-orang
yang mula-mula masuk neraka, terkecuali jika mereka bertobat; dan barang siapa yang bertobat, Allah pasti menerima tobatnya. Yaitu orang yang kawin dengan tangannya (mastrubasi), kedua orang yang terlibat dalam homoseks,
pecandu minuman khamr, orang yang memukuli kedua orang tuanya hingga keduanya meminta tolong, orang yang mengganggu tetangga-tetangganya sehingga mereka melaknatinya, dan orang yang berzina dengan istri tetangganya.
Hadis berpredikat garib, di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak dikenal karena kemisteriannya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ}
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Al Mu’minun: 8) Yakni apabila mereka dipercaya, tidak berkhianat; bahkan menunaikan amanat itu kepada pemiliknya.
Apabila mereka berjanji atau mengadakan transaksi, maka mereka menunaikannya dengan benar, tidak seperti sikap orang-orang munafik yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. mempunyai ciri khas berikut, melalui, sabdanya:
"آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّث كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وإذا اؤتمن خَانَ".
Pertanda orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila dipercaya, khianat. Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ}
dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Maksudnya, mengerjakannya secara rutin tepat pada waktunya masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh sahabat Ibnu Mas'ud r.a. ketika ia bertanya kepada Rasulullah Saw.:
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: "الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "بِرُّ الْوَالِدَيْنِ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ".
Aku pernah bertanya; "Wahai Rasulullah amal apakah yang paling disukai oleh Allah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Mengerjakan salat di dalam waktunya." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab,
"Berbakti kepada kedua orang tua." Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, "Berjihad pada jalan Allah.” Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing.
Di dalam kitab Mustadrak-nya Imam Hakim disebutkan seperti berikut:
"الصلاة في أول وقتها"
Mengerjakan salat pada permulaan waktunya. Ibnu Mas'ud dan Masruq telah berkata sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan orang-orang yang memelihara salatnya. (Al Mu’minun: 9) Yaitu memelihara waktu-waktu salat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh AbudDuha, Alqamah ibnu Qais, Sa'id ibnu Jubair, dan Ikrimah. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjaga waktu-waktunya, rukuk dan sujudnya. Allah Swt.
membuka penyebutan sifat-sifat yang terpuji itu dengan menyebutkan salat, kemudian diakhiri pula dengan penyebutan salat. Hal ini menunjukkan keutamaan salat, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya:
"اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةُ، وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ"
Bersikap istiqamah (lurus)-lah, dan sekali-kali (pahala) kalian tidak akan dihitung-hitung, dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah salat; dan tiada yang dapat memelihara wudu, melainkan hanya orang mukmin.
Setelah Allah menyifati orang-orang mukmin, bahwa mereka memiliki sifat-sifat yang terpuji dan melakukan perbuatan-perbuatan yang terbaik, kemudian Allah Swt. berfirman:
{أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Al Mu’minun: 10-11) Di dalam kitabSahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَعْلَى الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ"
Apabila kalian meminta surga kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus itu adalah surga yang tertinggi dan paling pertengahan, darinya bersumberkan semua sungai surga, dan di atasnya terdapat 'Arasy (singgasana) Tuhan Yang Maha Pemurah.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سِنَان، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَلَهُ مَنْزِلَانِ: مَنْزِلٌ فِي الْجَنَّةِ وَمَنْزِلٌ فِي النَّارِ، فَإِنْ مَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ وَرثَ أَهْلُ الْجَنَّةِ مَنْزِلَهُ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada seorang pun di antara kalian melainkan mempunyai dua tempat tinggal, yaitu tempat tinggal di surga dan tempat tinggal di neraka. Jika ia mati
dan ternyata masuk nereka, maka penduduk surga mewarisi tempat tinggalnya (yang ada di surga). Yang demikian itu disebutkan dalam firman-Nya, "Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi" (Al Mu’minun: 10)
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Al-Lais, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Al Mu’minun: 10) Bahwa tiada seorang hamba (Allah) pun melainkan mempunyai
dua tempat tinggal, yaitu tempat tinggal di surga dan tempat tinggal di neraka. Adapun orang mukmin, dia membangun rumahnya yang berada di dalam surga dan merobohkan rumahnya yang ada di neraka. Sedangkan orang kafir
merobohkan rumahnya yang ada di dalam surga dan membangun rumahnya yang ada di neraka. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari.Sa'id ibnu Jubair. Orang-orang mukmin mewarisi tempat-tempat tinggal orang-orang kafir,
karena pada asalnya orang-orang kafir itu diciptakan agar beribadah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mengingat orang-orang mukmin mengerjakan semua ibadah yang diperintahkan kepada mereka, sedangkan orang-orang kafir
meninggalkan apa yang mereka diciptakan untuk mengerjakannya (yaitu beribadah kepada Allah), maka orang-orang mukmin merebut bagian orang-orang kafir seandainya mereka taat kepada Tuhannya.
Bahkan dalam keterangan yang lebih jelas lagi disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui Abu Burdah, dari Abu Musa, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"يَجِيءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاسٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ بِذُنُوبٍ أَمْثَالِ الْجِبَالِ، فَيَغْفِرُهَا اللَّهُ لَهُمْ، ويضَعُها عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى"
Segolongan orang dari kalangan kaum muslim didatangkan kelak pada hari kiamat dengan membawa dosa-dosa yang sebesar-besar gunung, lalu Allah memberikan ampunan bagi mereka
dan menimpakan dosa-dosa itu kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Menurut lafaz yang lain dari Imam Muslim, Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دَفَعَ اللَّهُ لِكُلِّ مُسْلِمٍ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا، فَيُقَالُ: هَذَا فَكَاكُكَ مِنَ النَّارِ".
Apabila hari kiamat telah terjadi, Allah menyerahkan kepada setiap orang muslim seorang Yahudi atau seorang Nasrani, lalu Allah berfirman, "Inilah tebusanmu dari neraka.” Kemudian Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz menyumpah Abu Burdah
yang menceritakan hadis ini dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia sebanyak tiga kali sumpah, yang isinya mengatakan bahwa ayahnya benar-benar menceritakan hadis ini kepadanya dari Rasulullah Saw.
maka Abu Burdah bersumpah kepadanya. Menurut saya, makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا}
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (Maryam: 63) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan. (Az-Zukhruf: 72) Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa surga dengan memakai bahasa Romawi berarti Firdaus (Paradis).
Sebagian ulama Salaf mengatakan, taman tidak dinamakan Firdaus kecuali bila di dalamnya terdapat pohon anggur. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Surat Al-Muminun |23:2|
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
allażiina hum fii sholaatihim khoosyi'uun
(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya,
They who are during their prayer humbly submissive
(Yaitu orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya) dengan merendahkan diri penuh perasaan kepada Allah.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 2 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:3|
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
wallażiina hum 'anil-laghwi mu'ridhuun
dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,
And they who turn away from ill speech
(Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari hal yang tiada berguna) berupa perkataan dan hal-hal lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 3 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:4|
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
wallażiina hum liz-zakaati faa'iluun
dan orang yang menunaikan zakat,
And they who are observant of zakah
(Dan orang-orang yang terhadap zakat mereka menunaikannya) membayarnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 4 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:5|
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
wallażiina hum lifuruujihim ḥaafizhuun
dan orang yang memelihara kemaluannya,
And they who guard their private parts
(Dan orang-orang yang terhadap kemaluannya mereka selalu memeliharanya) dari yang diharamkan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 5 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:6|
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
illaa 'alaaa azwaajihim au maa malakat aimaanuhum fa innahum ghoiru maluumiin
kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Except from their wives or those their right hands possess, for indeed, they will not be blamed -
(Kecuali terhadap istri-istri mereka) (atau terhadap budak yang mereka miliki) yakni hamba sahaya wanita yang mereka tawan dari peperangan (maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela) bila mereka mendatanginya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 6 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:7|
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
fa manibtaghoo warooo`a żaalika fa ulaaa`ika humul-'aaduun
Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
But whoever seeks beyond that, then those are the transgressors -
(Barang siapa menginginkan yang selain itu) selain istri-istri sendiri dan sahaya wanita tawanan mereka untuk pelampiasan hajat biologisnya, seumpamanya melakukan masturbas
i (maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas) yakni melampaui batas halal dan melakukan hal-hal yang diharamkan bagi mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 7 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:8|
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
wallażiina hum li`amaanaatihim wa 'ahdihim roo'uun
Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya,
And they who are to their trusts and their promises attentive
(Dan orang-orang yang terhadap amanat yang dipercayakan kepada mereka) dapat dibaca secara jamak dan mufrad, yakni Amaanaatihim dan Amaanatihim (dan janji mereka)
yang mereka adakan di antara sesama mereka atau antara mereka dengan Allah, seperti sholat dan lain-lainnya (mereka memeliharanya) benar-benar menjaganya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 8 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:9|
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
wallażiina hum 'alaa sholawaatihim yuḥaafizhuun
serta orang yang memelihara sholatnya.
And they who carefully maintain their prayers -
(Dan orang-orang yang terhadap sholat mereka) dapat dibaca dalam bentuk jamak dan mufrad, yakni Shalawaatihim dan shalaatihim (mereka memeliharanya) mereka mengerjakannya tepat pada waktu-waktunya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 9 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:10|
أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ
ulaaa`ika humul-waariṡuun
Mereka itulah orang yang akan mewarisi,
Those are the inheritors
(Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi) bukan selain mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 10 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:11|
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
allażiina yariṡuunal-firdauus, hum fiihaa khooliduun
(yakni) yang akan mewarisi (Surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Who will inherit al-Firdaus. They will abide therein eternally.
(Yakni yang akan mewarisi surga Firdaus) yaitu surga yang tempatnya paling tinggi. (Mereka kekal di dalamnya) di dalam ayat-ayat yang telah lalu terkandung isyarat
yang menunjukkan tempat kembali di akhirat. Hal ini sangat relevan bila disebutkan hal-hal yang menyangkut masalah permulaan atau asal kejadian, sesudah pembahasan tadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 11 |
Penjelasan ada di ayat 1
Surat Al-Muminun |23:12|
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
wa laqod kholaqnal-insaana min sulaalatim min thiin
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
And certainly did We create man from an extract of clay.
(Dan) Allah telah berfirman, (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) yakni Adam (dari suatu sari pati) lafal Sulaalatin berasal dari perkataan Salaltusy Syai-a Minasy Syai-i,
artinya aku telah memeras sesuatu daripadanya, yang dimaksud adalah inti sari dari sesuatu itu (berasal dari tanah) lafal Min Thiinin berta'alluq kepada lafal Sulaalatin.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 12 |
Tafsir ayat 12-16
Allah Swt. berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang dibentuk dari saripati tanah, yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Al-Mu’mimun: 12) Yakni dari saripati air.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air mani anak Adam. Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah liat.
Qatadah mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah liat. Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat, karena sesungguhnya Adam diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat kering yang berasal
dari lumpur hitam yang diberi bentuk: Hal ini berarti Adam diciptakan dari tanah, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian dari tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Ar-Rum: 20)
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَوْف، حَدَّثَنَا قَسَامة بْنُ زُهَيْر، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْر الْأَرْضِ، جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ وَالْأَسْوَدُ وَالْأَبْيَضُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami Usamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di antara mereka ada yang berkulit merah, ada yang berkulit putih,
ada yang berkulit hitam, serta ada yang campuran di antara warna-warna tersebut; dan ada yang buruk ada yang baik, ada pula yang campuran di antara baik dan buruk. Abu Daud dan Turmuzi telah meriwayatkannya melalui
berbagai jalur dari Auf Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
{ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً}
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani. (Al Mu’minun:, 13) Damir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama halnya dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ * ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ}
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8) Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang djsebutkan oleh firman-Nya:
{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ. فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21) Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu.
{إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ * فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ}
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23) Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah ditentukan hingga bentuknya
menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk kepada bentuk yang lain. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
{ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً}
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14) Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi laki-laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk memanjang. Ikrimah mengatakan bahwa 'alaqah adalah darah.
{فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً}
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14) Yaitu berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.
{فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا}
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14) Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya. Ulama lain membacanya
'azman, bukan 'izaman, menurut Ibnu Abbas artinya tulang sulbi. Di dalam kitab sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"كُلُّ جَسَدِ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى إِلَّا عَجْبُ الذَّنَب، مِنْهُ خُلِقَ وَمِنْهُ (5) يُرَكَّبُ"
Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang punggungnya, karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia akan dibangkitkan kembali.
{فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا}
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. (Al Mu’minun: 14) Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan memperkuatnya.
{ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ}
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan, perasaan, gerak, dan getaran.
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada kami
Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Kasir maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ali, dari ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan, bahwa apabila nutfah (di dalam rahim)
telah menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh ke dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis pelindungnya). Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya:
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yakni Kami tiupkan roh ke dalamnya. Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa'id Al-Khudii, bahwa makna yang dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Maksudnya, Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid,
Ikrimah, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yaitu Kami pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi anak-anak, kemudian mencapai usia balig,
lalu menjadi dewasa, dan selanjutnya memasuki usia tua, kemudian usia pikun. Telah diriwayatkan dari Qatadah dan Ad-Dahhak hal yang semisal. Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut,
karena sesungguhnya sejak ditiupkan roh ke dalam tubuh si janin, maka dimulailah perubahan-perubahan itu dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ-قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ: "إِنَّ أَحَدَكُمْ ليُجمع خَلقُه فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسِلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَهَلْ هُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلَهَا، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا".
telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
Sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk nutfah), kemudian berupa 'alaqah dalam masa yang sama, kemudian dalam bentuk
segumpal daging dalam masa yang sama, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya, maka malaikat itu meniupkan roh ke dalam tubuhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat kalimat (perintah), yaitu tentang rezekinya, ajalnya,
dan amal perbuatannya, serta apakah dia termasuk orang yang celaka atau orang yang bahagia. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga
sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain hanya satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli neraka), maka pada akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak antara dia dan neraka selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli surga),
maka pada akhirnya ia mengamalkan perbuatan ahli surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy.Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata, "Sesungguhnya nutfah itu
bila telah memasuki rahim, maka menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu tinggal selama empat puluh hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan berubah menjadi 'alaqah."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو كُدَيْنة، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنِ الْقَاسِمُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: مَرَّ يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُحَدِّثُ أَصْحَابَهُ، فَقَالَتْ قُرَيْشٌ: يَا يَهُودِيُّ، إِنَّ هَذَا يَزعمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ. فَقَالَ: لَأَسْأَلَنَّهُ عَنْ شَيْءٍ لَا يَعْلَمُهُ إِلَّا نَبِيٌّ. قَالَ: فَجَاءَهُ حَتَّى جَلَسَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مِمَّ يُخْلَقُ الإنسان؟ فقال: "يا يهودي، من كلٍّ يُخْلَقُ، مِنْ نُطْفَةِ الرَّجُلِ وَمِنْ نُطْفَةِ الْمَرْأَةِ، فَأَمَّا نُطْفَةُ الرَّجُلِ فَنُطْفَةٌ غَلِيظَةٌ مِنْهَا الْعَظْمُ والعَصَب، وَأَمَّا نُطْفَةُ الْمَرْأَةِ فَنُطْفَةٌ رَقِيقَةٌ مِنْهَا اللَّحْمُ وَالدَّمُ" فَقَامَ الْيَهُودِيُّ فَقَالَ: هَكَذَا كَانَ يَقُولُ مَنْ قَبْلَكَ.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang menceritakan
bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang sedang berbicara dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy berkata, "Hai orang Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi Saw.) mengakui dirinya
sebagai seorang nabi." Maka orang Yahudi itu berkata, "Sungguh aku akan menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali hanya oleh seorang nabi." Orang Yahudi itu datang kepada Nabi Saw.
dan duduk di dalam majelisnya, lalu bertanya, "Hai Muhammad, dari apakah manusia diciptakan ?" Maka Nabi Saw. menjawab: Hai orang Yahudi, manusia diciptakan dari gabungan antara air mani laki-laki dan air mani perempuan.
Air mani laki-laki berbentuk kental, darinya tercipta tulang dan otot-otot; sedangkan air mani perempuan berbentuk encer, darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi itu berkata, "Memang demikianlah dikatakan
oleh orang-orang (para nabi) sebelum kamu."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي الطُّفَيْل، حُذَيْفَة بْنِ أُسَيْد الْغِفَارِيِّ قَالَ: سمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَدْخُلُ المَلك عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ لَيْلَةً، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَاذَا؟ أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ، فَيَكْتُبَانِ. فَيَقُولَانِ: مَاذَا؟ أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَكْتُبَانِ ويُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَثَرُهُ، وَمُصِيبَتُهُ، وَرِزْقُهُ، ثُمَّ تُطْوَى الصَّحِيفَةُ، فَلَا يُزاد عَلَى مَا فِيهَا وَلَا يُنْقَصُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr, dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah
sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh malam, lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya catat? Apakah dia termasuk orang celaka atau orang bahagia, apakah dia laki-laki atau perempuan?"
Maka Allah berfirman, memerintahkannya untuk menulis laki-laki atau perempuan; dan malaikat itu menulis pula amal perbuatannya, sepak terjangnya, musibahnya, dan rezekinya. Kemudian lembaran itu dilipat, maka tiada penambahan
atas apa yang telah tertulis dan tiada pula pengurangan.Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu Wasilah, dari Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan lafaz yang semisal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم قال: "إِنَّ اللَّهَ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلكًا فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، نُطْفَةٌ. أيْ رَبِّ، عَلَقَةٌ أَيْ رَبِّ، مُضْغَةٌ. فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ خَلْقَهَا قَالَ: يَا رب، ذكر أو أنثى؟ شقي أو سعيد؟ فَمَا الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ؟ " قَالَ: "فَذَلِكَ يُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menugaskan seorang malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, "Wahai Tuhanku, masih berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi 'alaqah;
wahai Tuhanku, telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk menciptakannya, malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia?
Dan bagaimanakah dengan rezekinya dan ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda, "Yang demikian itu dicatat di dalam rahim ibunya.” Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui
hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama. Firman Allah Swt.:
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14) Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain
dan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk manusia yang lengkap dan sempurna, maka Allah Swt. berfirman: Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid,
dari Anas yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, "Aku bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari saripati (berasal) dari tanah' (Al Mu’minun: 12), hingga akhir ayat. Maka aku berkata, 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.' Lalu turunlah firman selanjutnya, yaitu: 'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik'.
(Al Mu’minun: 14) Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Amir Asy-Sya'bi,
dari Zaid ibnu Sabit Al-Ansari yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. mengimlakan kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. (Al Mu’minun: 12)
sampai dengan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14). Maka Mu'az berkata, "Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." Lalu Rasulullah Saw. tertawa, dan Mu'az bertanya,
"Wahai Rasulullah Saw., mengapa engkau tertawa ?" Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat itulah ayat ini diakhiri, yaitu: "Maka Mahasucilah Allah sebaik-baiknya Pencipta.”Di dalam sanad hadis ini terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi,
sedangkan dia orangnya daif sekali, dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah yang parah. Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit menjadi juru tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah Saw. di Madinah.
Demikian pula masuk islamnya sahabat Mu'az ibnu Jabal, hanyalah setelah Rasulullah Saw. berada di Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ}
Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al Mu’minun: 15) Artinya sesudah penciptaan pertama dari tiada menjadi ada, maka sesudah itu kalian akan mati
{ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ}
Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di hari kiamat. (Al Mu’minun: 16) Yakni dalam penciptaan yang terakhir di hari akhirat nanti. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ}
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20) Yaitu di hari berbangkit dan semua roh kembali kepada jasadnya masing-masing, lalu semua makhluk menjalani hisabnya, dan setiap orang yang beramal
akan dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Surat Al-Muminun |23:13|
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
ṡumma ja'alnaahu nuthfatan fii qoroorim makiin
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Then We placed him as a sperm-drop in a firm lodging.
(Kemudian Kami jadikan ia) manusia atau keturunan Adam (dari nuthfah) yakni air mani (yang berada dalam tempat yang kokoh) yaitu rahim.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 13 |
Penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Muminun |23:14|
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
ṡumma kholaqnan-nuthfata 'alaqotan fa kholaqnal-'alaqota mudhghotan fa kholaqnal-mudhghota 'izhooman fa kasaunal-'izhooma laḥman ṡumma ansya`naahu kholqon aakhor, fa tabaarokallohu aḥsanul-khooliqiin
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.
Then We made the sperm-drop into a clinging clot, and We made the clot into a lump [of flesh], and We made [from] the lump, bones, and We covered the bones with flesh; then We developed him into another creation. So blessed is Allah, the best of creators.
(Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah) darah kental (lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan
\
(dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging) menurut qiraat yang lain lafal 'Izhaaman dalam dua tempat tadi dibaca 'Azhman,
yakni dalam bentuk tunggal. Dan lafal Khalaqnaa yang artinya menciptakan, pada tiga tempat tadi bermakna Shayyarnaa, artinya Kami jadikan (kemudian Kami jadikan dia sebagai makhluk yang lain)
yaitu dengan ditiupkan roh ke dalam tubuhnya. (Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik) sebaik-baik Yang Menciptakan. Sedangkan Mumayyiz dari lafal Ahsan
tidak disebutkan, karena sudah dapat diketahui dengan sendirinya, yaitu lafal Khalqan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 14 |
Penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Muminun |23:15|
ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ
ṡumma innakum ba'da żaalika lamayyituun
Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati.
Then indeed, after that you are to die.
(Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 15 |
Penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Muminun |23:16|
ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ
ṡumma innakum yaumal-qiyaamati tub'aṡuun
Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat.
Then indeed you, on the Day of Resurrection, will be resurrected.
(Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan di hari kiamat) untuk menjalani hisab dan pembalasan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 16 |
Penjelasan ada di ayat 12
Surat Al-Muminun |23:17|
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ
wa laqod kholaqnaa fauqokum sab'a thorooo`iqo wa maa kunnaa 'anil-kholqi ghoofiliin
Dan sungguh, Kami telah menciptakan tujuh (lapis) langit di atas kamu, dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan kami.
And We have created above you seven layered heavens, and never have We been of [Our] creation unaware.
(Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kalian tujuh buah jalan) yakni tujuh langit; lafal Tharaaiq ini adalah bentuk jamak dari lafal Thariiqah,
dikatakan demikian karena ia adalah jalan-jalan bagi para Malaikat (dan tidaklah Kami terhadap makhluk) yang berada di bawah tujuh langit itu (melupakannya)
]
dengan membiarkan langit itu runtuh menimpa mereka, sehingga mereka binasa semuanya, akan tetapi Kami menahannya supaya jangan runtuh; sebagaimana yang telah disebutkan dalam firman-Nya
yang lain, yaitu, "Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi." (Q.S. Al-Hajj, 65).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 17 |
Setelah Allah Swt. menyebutkan tentang kejadian manusia, lalu mengiringinya dengan sebutan penciptaan tujuh lapis langit. Dan banyak di dalam Al-Quran Allah Swt. menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi dikaitkan dengan penciptaan manusia. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ}
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57) Hal yang sama disebutkan pula dalam permulaan surat As-Sajdah yang dibaca oleh Rasulullah Saw. pada pagi hari jumat,
pada permulaannya disebutkan penciptaan langit dan bumi. Kemudian dijelaskan tentang penciptaan manusia yang berasal dari saripati yang berasal dari tanah liat, sebagaimana disebutkan pula di dalam surat As-Sajdah itu
tentang hari berbangkit dan masalah-masalah penting lainnya. Firman Allah Swt.:
{سَبْعَ طَرَائِقَ}
tujuh buah jalan. (Al Mu’minun: 17) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tujuh lapis langit. Ayat ini sama dengan ayat lain yang mengatakan:
{تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ}
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. (Al-Isra: 44)
{أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا}
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (Nuh: 15) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنزلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا}
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pada bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kalian mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath-Thalaq: 12)Demikian pula dalam ayat berikut ini disebutkan dalam firman-Nya:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kalian tujuh jalan (tujuh buah langit), dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). (Al Mu’minun: 17) Yakni Allah mengetahui segala sesuatu yang masuk ke dalam bumi
dan yang keluar darinya, dan mengetahui apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke atasnya. Dia selalu bersama kalian di mana pun kalian berada, dan Allah Maha Mengetahui semua yang kalian kerjakan. Dia Yang Mahasuci,
tiada terhalang dari pengetahuan-Nya tingginya langit dan tebalnya bumi, juga besarnya gunung, melainkan Dia mengetahui semua yang terdapat di dalamnya. Tiada suatu laut pun, melainkan Dia mengetahui segala sesuatu
yang ada di dasarnya. Dia mengetahui semua bilangan makhluk yang ada di gunung-gunung, lereng-lereng, padang-padang pasir, lautan, hutan-hutan, dan rimba belantara.
{وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya (pula); dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz) (Al-An'am: 59)
Surat Al-Muminun |23:18|
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ ۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
wa anzalnaa minas-samaaa`i maaa`am biqodarin fa askannaahu fil-ardhi wa innaa 'alaa żahaabim bihii laqoodiruun
Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya.
And We have sent down rain from the sky in a measured amount and settled it in the earth. And indeed, We are Able to take it away.
(Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran) berdasarkan kecukupan mereka (lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya
Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya) jika demikian mereka pasti akan mati bersama dengan hewan ternak mereka karena kehausan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 18 |
Tafsir ayat 18-22
Allah Swt. menyebutkan tentang nikmat-nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya. Nikmat-nikmat tersebut tiada terbilang dan tidak terhitung, antara lain ialah menurunkan hujan dari langit dengan takaran tertentu
sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu banyak yang akibatnya dapat merusak tanah dan bangunan, dan tidak terlalu sedikit yang akibatnya tidak mencukupi buat tanam-tanaman dan pohon-pohon yang berbuah, melainkan menurut suatu
ukuran sesuai dengan kebutuhannya, baik untuk pengairan, untuk minum maupun untuk manfaat lainnya.Tanah-tanah yang memerlukan air itu banyak karena banyak tanamannya, tetapi tanah-tanah tersebut tidak dapat menampung
air hujan karena terdiri atas padang pasir. Maka air didatangkan kepadanya dari negeri lain, seperti yang terjadi di negeri Mesir. Menurut kisahnya, tanah mesir dahulunya adalah tanah yang tandus. Allah mengalirkan kepadanya Sungai Nil
yang membawa lumpur merah yang hanyut bersama alirannya dari negeri Habsyah di musim penghujannya. Maka air datang dengan membawa tanah merah dan menyirami negeri Mesir, sedangkan tanah merah itu menetap di negeri Mesir
pada kedua.tepinya, sehingga tanah mesir menjadi subur dan dapat ditanami oleh penduduknya, karena sesungguhnya sebagian besar tanah Mesir terdiri atas pasir. Mahasuci Allah Yang Mahalembut, Mahawaspada,
Maha Penyayang lagi Maha Pemaaf.Firman Allah Swt.:
{فَأَسْكَنَّاهُ فِي الأرْضِ}
lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi. (Al Mu’minun: 18) Artinya, Kami jadikan air itu —bila telah diturunkan dari awan— menetap di bumi dan Kami jadikan bumi dapat menerimanya dan menyerapnya sehingga semua bebijian dan bibit-bibit yang ada padanya dapat beroleh makanan dari air itu. Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ}
dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (Al Mu’minun: 18) Yakni seandainya Kami menghendaki bahwa langit tidak menurunkan hujan, tentulah Kami dapat melakukannya. Seandainya Kami bermaksud
menimpakan musibah, tentulah Kami dapat melakukannya, yaitu dengan memalingkan air hujan dari kalian dan mengarahkannya ke tempat-tempat yang tandus, hutan belantara, dan tempat-tempat lainnya yang tak berpenghuni.
Dan seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami dapat mengubah rasanya menjadi asin sehingga tidak dapat diminum dan tidak dapat dijadikan pengairan, dan Kami dapat melakukannya. Seandainya Kami menghendaki tidak sekali-kali
air hujan di turunkan ke bumi melainkan menggenang di permukaannya, tentulah Kami dapat melakukannya. Dan seandainya Kami menghendakinya tidak sekali-kali turun ke bumi melainkan masuk ke dalam perut bumi sampai jarak
yang tidak terjangkau oleh kalian sehingga kalian tidak dapat memanfaatkannya, tentulah Kami dapat melakukannya. Tetapi berkat kelembutan dan rahmat Allah, Dia menurunkan air hujan dari langit berupa air yang tawar, menyegarkan,
dan mudah diminum. Lalu Dia menempatkannya di bumi dan mengalirkannya menjadi sumber-sumber air yang pada akhirnya terbentuklah mata air-mata air dan sungai-sungai yang mengalir, sehingga dapat dijadikan sebagai pengairan
tanam-tanaman dan pohon-pohonan yang berbuah. Dari air itu kalian minum, demikian pula hewan ternak serta hewan peliharaan kalian; kalian mandi, bersuci, dan membersihkan diri dengan air tersebut. Akhirnya segala puji bagi Allah
atas semua karunia-Nya. Firman Allah Swt.:
{فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ}
Lalu dengan air itu Kami tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun kurma dan anggur. (Al Mu’minun: 19) Maksudnya, Kami keluarkan bagi kalian melalui air hujan yang Kami turunkan dari langit ke kebun-kebun dan taman-taman.
حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ
yang berpemandangan indah. (An-Naml: 60) Yaitu sangat indah dipandang mata. Firman Allah Swt.:
{مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ}
kurma dan anggur. (Al Mu’minun: 19) Yakni di dalam kebun-kebun itu terdapat pohon kurma dan pohon anggur. Hal ini berdasarkan kondisi geografi yang adadi negeri Hijaz, dan tidak ada bedanya pula dengan yang terjadi
di kawasan lainnya; semua buah-buahan yang ada pada mereka termasuk sebagian dan nikmat Allah yang membuat mereka tidak mampu mensyukurinya dengan syukur yang sebenar-benarnya. Firman Allah Swt.:
{لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ}
di dalam kebun-kebun itu kalian peroleh buah-buahan yang banyak. (Al Mu’minun: 19) Yaitu dari semua buah-buahannya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ}
Dia menumbuhkan bagi kalian dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. (An-Nahl: 11) Adapun firman Allah Swt.:
{وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ}
dan sebagian buah-buahan itu kalian makan. (Al Mu’minun: 19) Seakan-akan kalimat ini di-ataf-kan kepada sesuatu yang diperkirakan keberadaannya. Bentuk lengkapnya seakan-akan dikatakan, Kalian dapat memandang keindahan dan kemasakannya dan sebagiannya kalian makan." Firman Allah Swt.:
{وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ}
dan pohon kayu yang keluar dari Tursina (pohon zaitun). (Al Mu’minun: 20) Yang dimaksud adalah pohon zaitun, sedangkan tur artinya bukit. Sebagian ulama mengatakan, sesungguhnya bukit dinamakan tur bila padanya
terdapat pohon-pohonan; tetapi jika tidak ada pohon-pohonan, maka disebut bukit atau gunung, bukan tur. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Tursina alias Tur Sinin adalah nama bukit yang padanya Musa diajak bicara langsung
oleh Allah Swt. begitu pula semua bukit yang ada di sekitarnya yang padanya terdapat pohon zaitun. Firman Allah Swt.:
{تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ}
yang menghasilkan minyak. (Al Mu’minun: 20) Sebagian ulama mengatakan bahwa huruf ba yang ada dalan lafaz ayat ini adalah zaidah, bentuk aslinya ialah tanbutudduhna (tanpa memakai ba). Seperti halnya yang terdapat
di dalam ucapan orang-orang Arab, "Alqa Fulanun Biyadihi," artinya si Fulan memukulkan tangannya, yakni yadahu (tanpa memakai ba). Sedangkan menurut pendapat ulama yang mengatakan bahwa ia mengandung fi'il yang tidak disebutkan,
maka bentuk lengkapnya ialah yang menghasilkan minyak atau yang dapat menghasilkan minyak. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{وَصِبْغٍ لِلآكِلِينَ}
dan pelezat makanan bagi orang-orang yang makan. (Al Mu’minun: 20) Yakni dapat dijadikan lauk pauk, menurut Qatadah. Dengan kata lain, buah zaitun itu mengandung manfaat; darinya dapat dihasilkan minyak dan juga dapat dijadikan pelezat makanan. Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad, bahwa:
حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى، عَنْ عَطَاءٍ الشَّامِيِّ، عَنْ أَبِي أسَيْد -وَاسْمُهُ مَالِكُ بْنُ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيُّ الْأَنْصَارِيِّ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُوا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوا بِهِ؛ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ"
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isa, dari Ata Asy-Syami dari Abu Usaid yang nama aslinya Malik ibnu Rabi'ah As-Sa'idi Al-Ansari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Makanlah minyak zaitun dan jadikanlah sebagai minyak, karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari pohon yang diberkati.Abdur Rahman ibnu Humaid mengatakan di dalam kitab musnad dan kitab tafsirnya:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "ائْتَدِمُوا بِالزَّيْتِ وَادَّهِنُوا بِهِ، فَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ".
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jadikanlah zaitun sebagai lauk pauk
dan berminyaklah dengannya, karena sesungguhnya buah zaitun itu berasal dari pohon yang diberkati. Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Abdur Razzaq. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini tidak dikenal melainkan hanya melaluinya, sedangkan dia (Mudtarib) dalam periwayatannya adakalanya menyebut Umar dalam sanadnya, adakalanya tidak menyebutkannya.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepadaku
As-Sa'b ibnu Hakim ibnu Syarik ibnu Namilah, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa ia bertamu kepada Umar ibnul Khattab r.a. di malam 'Asyura. Maka Umar menjamunya dengan masakan kepala unta yang sudah dingin
dan juga minyak zaitun. Lalu Umar berkata, "Inilah minyak yang diberkati yang telah disebutkan di dalam firman Allah kepada Nabi-Nya." Firman Allah.Swt.:
{وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ}
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kalian, Kami memberi minum kalian dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu
terdapat faedah yang banyak untuk kalian, dan sebagian dari kalian makan, dan di atas punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kalian diangkut. (Al Mu’minun: 21-22) Allah Swt. menyebutkan berbagai
manfaat yang Dia jadikan pada binatang ternak buat manusia, bahwa mereka dapat minum dari air susunya yang dikeluarkan di antara tahi dan darah, mereka dapat makan dari dagingnya, dapat memakai pakaian dari bulunya,
serta menaiki punggungnya dan membawa muatannya ke atas punggungnya menuju negeri yang jauh dari tempat tinggal mereka. Hal ini disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلا بِشِقِّ الأنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ}
Dan ia memikul beban-beban kalian ke suatu negeri yang kalian tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhan kalian benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, (An-Nahl: 7) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ. وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ. وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُ أَفَلا يَشْكُرُونَ}
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?
Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman.
Maka mengapakah mereka tidak bersyukur. (Yasin: 71-73)
Surat Al-Muminun |23:19|
فَأَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهِ جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ لَكُمْ فِيهَا فَوَاكِهُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
fa ansya`naa lakum bihii jannaatim min nakhiiliw wa a'naab, lakum fiihaa fawaakihu kaṡiirotuw wa min-haa ta`kuluun
Lalu dengan (air) itu, Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan anggur, di sana kamu memperoleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari (buah-buahan) itu kamu makan,
And We brought forth for you thereby gardens of palm trees and grapevines in which for you are abundant fruits and from which you eat.
(Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kalian kebun-kebun kurma dan anggur) kedua jenis buah-buahan ini kebanyakan terdapat di negeri Arab
(di dalam kebun-kebun itu kalian peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kalian makan) di waktu musim panas dan musim dingin.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 19 |
Penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Muminun |23:20|
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلْآكِلِينَ
wa syajarotan takhruju min thuuri sainaaa`a tambutu bid-duhni wa shibghil lil-aakiliin
dan (Kami tumbuhkan) pohon (zaitun) yang tumbuh dari Gunung Sinai, yang menghasilkan minyak, dan bahan pembangkit selera bagi orang-orang yang makan.
And [We brought forth] a tree issuing from Mount Sinai which produces oil and food for those who eat.
(Dan) Kami tumbuhkan pula (pohon kayu yang asal tumbuhnya dari Thursina) dapat dibaca Sina dan Saina dengan tidak menerima Tanwin karena menjadi 'Alamiyah,
artinya nama sebuah bukit. Jika tidak menerima tanwin karena Illat Ta'nits, maka berarti nama suatu lembah (yang menghasilkan) dapat dibaca Tunbitu dan Tanbutu (minyak)
bila menurut bacaan Tunbitu maka huruf Ba dianggap huruf Zaidah, bila menurut bacaan yang kedua yaitu Tanbutu maka huruf Ba dianggap sebagai huruf Ta'diyah yang menggandengkan Fi'il
dengan Maf'ul; pohon yang dimaksud adalah pohon Zaitun (dan sebagai penyedap bagi orang-orang yang makan) lafal ini di'athafkan kepada lafal Bid Duhni,
sehingga dibaca Wa Shibghin Lil Aakiliina. Artinya, sebagai penyedap suapan yang dicelupkan kepadanya kemudian dimakan, yang dimaksud adalah minyak Zaitun tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 20 |
Penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Muminun |23:21|
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
wa inna lakum fil-an'aami la'ibroh, nusqiikum mimmaa fii buthuunihaa wa lakum fiihaa manaafi'u kaṡiirotuw wa min-haa ta`kuluun
Dan sungguh pada hewan-hewan ternak terdapat suatu pelajaran bagimu. Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada dalam perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya kamu makan,
And indeed, for you in livestock is a lesson. We give you drink from that which is in their bellies, and for you in them are numerous benefits, and from them you eat.
(Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak bagi kalian) yakni unta, sapi dan kambing (benar-benar terdapat pelajaran yang penting)
bahan pelajaran yang kalian dapat mengambil manfaat besar daripadanya (Kami memberi minum kalian) dapat dibaca Nasqiikum dan Nusqiikum
(dari apa yang ada di dalam perutnya) yakni air susu (dan juga pada hewan ternak itu terdapat faedah yang banyak bagi kalian) dari bulu domba,
unta dan kambing serta manfaat-manfaat yang lainnya (dan sebagian daripadanya kalian makan).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 21 |
Penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Muminun |23:22|
وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ
wa 'alaihaa wa 'alal-fulki tuḥmaluun
atasnya (hewan-hewan ternak), dan di atas kapal-kapal kamu diangkut.
And upon them and on ships you are carried.
(Dan di atas punggung-punggung ternak itu) khususnya unta (dan juga di atas bahtera) yaitu perahu-perahu dan kapal-kapal (kalian diangkut).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 22 |
Penjelasan ada di ayat 18
Surat Al-Muminun |23:23|
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ أَفَلَا تَتَّقُونَ
wa laqod arsalnaa nuuḥan ilaa qoumihii fa qoola yaa qoumi'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, a fa laa tattaquun
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata. "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"
And We had certainly sent Noah to his people, and he said, "O my people, worship Allah; you have no deity other than Him; then will you not fear Him?"
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, "Hai kaumku! Sembahlah oleh kamu sekalian Allah)
taatilah dan esakanlah Allah (karena sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia) lafal Ghairuhu merupakan Isim dari Maa, sedangkan lafal sebelumnya
menjadi Khabar dari Maa dan huruf Min adalah huruf Zaidah. (Maka mengapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya") tidak takut kepada azab-Nya, mengapa kalian menyembah selain-Nya
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 23 |
Tafsir ayat 23-25
Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Nuh a.s. ketika ia di utus kepada kaumnya untuk memberikan peringatan kepada mereka akan azab Allah, juga pembalasan-Nya yang keras terhadap orang-orang yang mempersekutukan-Nya, menentang pcrintah-Nya, serta mendustakan rasul-rasul-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ}
lalu ia berkata, "Hai kaumku sembahlah Allah oleh kalian (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya) ?”(Al Mu’minun: 23) Yakni apakah kalian tidak takut kepada Allah
bila kalian mempersekutukan-Nya (dengan yang lain)? Maka pemuka-pemuka orang kafir di antara kaumnya menjawab:
{مَا هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ}
Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari pada kalian. (Al Mu’minun: 24) Yakni merasa lebih tinggi daripada kalian dan merasa besar diri dengan mengakui diri
sebagai seorang nabi, padahal dia adalah seorang manusia, sama dengan kalian. Maka mana mungkin kalau dia diberi wahyu, sedangkan kalian tidak?
{وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لأنزلَ مَلائِكَةً}
Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat. (Al Mu’minun: 24) Yaitu sekiranya Allah ingin mengutus seorang nabi, tentulah Dia mengutus malaikat dari sisi-Nya, bukan manusia.
{مَا سَمِعْنَا بِهَذَا}
Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini. (Al Mu’minun: 24) Yakni seorang manusia menjadi rasul di kalangan nenek moyang terdahulu. Mereka yang dimaksud adalah para pendahulu dan bapak-bapak mereka di masa silam. Firman Allah Swt.:
{إِنْ هُوَ إِلا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ}
Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila. (Al Mu’minun: 25) Maksudnya, gila dengan pengakuannya yang menyatakan bahwa Allah mengutusnya kepada mereka, dan hanya dirinyalah yang menerima wahyu dari Allah di antara kalian.
{فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ}
maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu. (Al Mu’minun: 25) Yaitu tunggulah sampai maut datang merenggutnya, dan bersabarlah kalian terhadap Nuh selama beberapa saat, sesudah itu kalian akan terbebas darinya.
Surat Al-Muminun |23:24|
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
fa qoolal-mala`ullażiina kafaruu ming qoumihii maa haażaaa illaa basyarum miṡlukum yuriidu ay yatafadhdhola 'alaikum, walau syaaa`allohu la`anzala malaaa`ikatam maa sami'naa bihaażaa fiii aabaaa`inal-awwaliin
Maka berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya. "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang ingin menjadi orang yang lebih mulia daripada kamu. Dan seandainya Allah menghendaki, tentu Dia mengutus malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyang kami dahulu.
But the eminent among those who disbelieved from his people said, "This is not but a man like yourselves who wishes to take precedence over you; and if Allah had willed [to send a messenger], He would have sent down angels. We have not heard of this among our forefathers.
(Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya berkata) kepada para pengikut mereka,
("Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi) lebih mulia dan berpengaruh (dari kalian)
maksudnya ia ingin menjadi orang yang banyak pengikutnya, dan para pengikutnya adalah kalian sendiri. (Dan kalau Allah menghendaki) supaya tidak disembah selain daripada-Nya
(tentu Dia mengutus beberapa Malaikat) untuk menyampaikan hal tersebut, tidak mengutus manusia. (Belum pernah kami mendengar seruan yang seperti ini) yang diserukan oleh Nabi Nuh,
maksudnya ajaran tauhid (pada masa nenek moyang kami yang dahulu) yakni umat-umat terdahulu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 24 |
Penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Muminun |23:25|
إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّىٰ حِينٍ
in huwa illaa rojulum bihii jinnatun fa tarobbashuu bihii ḥattaa ḥiin
Dia hanyalah seorang laki-laki yang gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai waktu yang ditentukan."
He is not but a man possessed with madness, so wait concerning him for a time."
(Ia tiada lain) maksudnya Nuh ini tidak lain (hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila) dalam keadaan gila (maka tunggulah terhadapnya)
tunggulah dia, atau biarkanlah dia (sampai suatu waktu") hingga saat kematiannya. Maksud mereka biarkanlah dia begitu, nanti juga mati sendiri.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 25 |
Penjelasan ada di ayat 23
Surat Al-Muminun |23:26|
قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ
qoola robbinshurnii bimaa każżabuun
Dia (Nuh) berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku."
[Noah] said, "My Lord, support me because they have denied me."
(Berdoalah) Nabi Nuh, ("Ya Rabbku! Tolonglah aku) atas mereka (karena mereka mendustakan aku") yakni mereka tidak mau percaya lagi kepadaku, maka binasakanlah mereka. Maka Allah berfirman memperkenankan doanya:
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 26 |
Tafsir ayat 26-30
Allah Swt. menceritakan tentang Nabi Nuh a.s., bahwa dia berdoa kepada Tuhannya untuk meminta tolong kepada-Nya terhadap kaumnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya:
{فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ}
Maka dia mengadu kepada Tuhannya, bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan. Oleh sebab itu, menangkanlah (aku). (Al-Qamar: 10) Dan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ}
Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. (Al Mu’minun: 26) Maka pada saat itu juga Allah memerintahkan kepada Nuh untuk membuat perahu besar dengan pembuatan yang kuat dan kokoh atas bimbingan Allah,
dan hendaknyalah Nuh memuatkan ke dalam bahteranya itu sepasang dari tiap-tiap jenis, baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya yang berpasangan. Hendaknya pula Nuh membawa keluarganya (yang beriman)
ke dalam bahteranya itu.
{إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ}
kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka (Al Mu’minun: 27) Yakni orang-orang yang telah ditakdirkan oleh Allah akan binasa. Mereka adalah dari kalangan keluarga Nuh yang tidak beriman kepadanya, seperti anak dan istrinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:
{وَلا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ}
Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Al Mu’minun: 27) Yaitu di saat kamu menyaksikan turunnya hujan yang lebat, janganlah sekali-kali kamu
merasa kasihan terhadap kaummu, jangan pula kamu merasa sayang kepada mereka, lalu kamu mengharapkan agar azab itu ditangguhkan dari mereka barangkali saja mereka beriman. Karena sesungguhnya Aku telah menetapkan bahwa
mereka adalah orang-orang yang ditenggelamkan disebabkan kezaliman dan kekafiran mereka. Kisah mengenai hal ini secara panjang lebar telah dikemukakan dalam tafsir surat Hud. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.
Firman Allah Swt.:
{فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.” (Al Mu’minun: 28) Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالأنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ. لِتَسْتَوُوا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ}
dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya kalian duduk di atas punggungnya, kemudian kalian ingat nikmat Tuhan kalian apabila kalian telah duduk di atasnya; dan supaya kalian mengucapkan,
"Mahasuci Tuhan Yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (Az-Zukhruf: 12-14)
Nabi Nuh a.s. melaksanakan perintah ini, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya:
{وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا}
Dan Nuh berkata, "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya " (Hud: 41) Adapun firman Allah Swt.:
{وَقُلْ رَبِّ أَنزلْنِي مُنزلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنزلِينَ}
Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.”(Al Mu’minun: 29) Dan firman Allah Swt.:
{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ}
Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah). (Al Mu’minun: 30) Artinya, sesungguhnya pada kejadian itu —yakni diselamatkan-Nya kaum mukmin dan dibinasakan-Nya orang-orang kafir—
benar-benar terdapat tanda-tanda dan bukti-bukti yang jelas yang menunjukkan kebenaran para nabi tentang apa yang mereka sampaikan dari Allah Swt. Yang Maha Berbuat terhadap segala sesuatu yang dikehendaki-Nya
lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ كُنَّا لَمُبْتَلِينَ}
dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu). (Al Mu’minun: 30) Yakni benar-benar mencoba hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul kepada mereka.
Surat Al-Muminun |23:27|
فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ ۙ فَاسْلُكْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ ۖ وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۖ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ
fa auḥainaaa ilaihi anishna'il-fulka bi`a'yuninaa wa waḥyinaa fa iżaa jaaa`a amrunaa wa faarot-tannuuru fasluk fiihaa ming kullin zaujainiṡnaini wa ahlaka illaa man sabaqo 'alaihil-qoulu min-hum, wa laa tukhoothibnii fillażiina zholamuu, innahum mughroquun
Lalu Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah kapal di bawah pengawasan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis, juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) di antara mereka. Dan janganlah engkau bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
So We inspired to him, "Construct the ship under Our observation, and Our inspiration, and when Our command comes and the oven overflows, put into the ship from each [creature] two mates and your family, except those for whom the decree [of destruction] has proceeded. And do not address Me concerning those who have wronged; indeed, they are to be drowned.
(Lalu Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah bahtera) yakni perahu (di bawah pengawasan Kami) maksudnya di bawah penilikan dan pengawasan Kami (dan wahyu Kami)
yaitu perintah Kami (maka apabila perintah Kami datang) yakni perintah untuk membinasakan mereka (dan tanur telah memancarkan air) dapur pembuat roti telah memancarkan air,
sebagai pertanda bagi Nabi Nuh (maka masukkanlah ke dalam bahtera itu) naikkanlah ke dalamnya (dari tiap-tiap jenis) hewan (sepasang) jantan dan betina. Lafal Itsnaini adalah Maf'ul,
sedangkan huruf Min berta'alluq kepada lafal Usluk. Menurut suatu kisah disebutkan, bahwa Allah swt. mengumpulkan bagi Nabi Nuh segala macam jenis binatang liar dan burung-burung,
serta hewan-hewan lainnya. Kemudian Nabi Nuh memukulkan tangannya kepada tiap-tiap jenis, tangan kanannya mengenai jenis jantan dan tangan kirinya mengenai jenis betina,
kemudian ia menaikkan semuanya ke dalam bahtera. Menurut Qiraat yang lain lafal kulli dibaca Kullin; berdasarkan qiraat ini lafal Zaujaini menjadi Maf'ul dan lafal Itsnaini berkedudukan
mengukuhkan maknanya (dan juga keluargamu) istri dan anak-anakmu (kecuali orang yang telah lebih dahulu ketetapan azab atasnya di antara mereka) yaitu istri dan anaknya yang bernama Kan`an,
lain halnya dengan anak-anaknya yang lain, yaitu Sam, Ham dan Yafits, Nabi Nuh mengangkut mereka bersama dengan istri-istri mereka ke dalam bahtera. Di dalam surah Hud telah disebutkan melalui firman-Nya,
'Dan muatkan pula orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.' (Q.S. Hud, 40). Menurut suatu pendapat dikatakan,
bahwa jumlah mereka ada enam orang laki-laki berikut istri mereka. Menurut pendapat yang lain dikatakan, bahwa semua orang yang ada di dalam bahtera jumlahnya tujuh puluh delapan orang;
separuh laki-laki dan yang separuh lagi perempuan. (Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim) yaitu orang-orang yang kafir,
biarkanlah mereka binasa (karena sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 27 |
Penjelasan ada di ayat 26
Surat Al-Muminun |23:28|
فَإِذَا اسْتَوَيْتَ أَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
fa iżastawaita anta wa mam ma'aka 'alal-fulki fa qulil-ḥamdu lillaahillażii najjaanaa minal-qoumizh-zhoolimiin
Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim."
And when you have boarded the ship, you and those with you, then say, 'Praise to Allah who has saved us from the wrongdoing people.'
(Apabila kamu telah lengkap) telah genap (yakni kamu dan orang-orang yang bersamamu berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah,
'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim') yakni orang-orang yang kafir dengan dibinasakannya mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 28 |
Penjelasan ada di ayat 26
Surat Al-Muminun |23:29|
وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ
wa qur robbi anzilnii munzalam mubaarokaw wa anta khoirul-munziliin
Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat."
And say, 'My Lord, let me land at a blessed landing place, and You are the best to accommodate [us].' "
(Dan berdoalah) di kala kamu turun dari bahtera, ('Ya Rabbku! Tempatkanlah aku pada tempat) kalau dibaca Munzalan berarti menjadi Mashdar dan Isim Makan/tempat sekaligus,
apabila dibaca Manzilan berarti tempat berlabuh (yang diberkati) yakni tempat tersebut diberkati (dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat'")
maksudnya Engkau adalah pemberi tempat yang paling baik kepada semua yang telah disebutkan tadi.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 29 |
Penjelasan ada di ayat 26
Surat Al-Muminun |23:30|
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ وَإِنْ كُنَّا لَمُبْتَلِينَ
inna fii żaalika la`aayaatiw wa ing kunnaa lamubtaliin
Sungguh, pada (kejadian) itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami benar-benar menimpakan siksaan (kepada kaum Nuh itu).
Indeed in that are signs, and indeed, We are ever testing [Our servants].
(Sesungguhnya pada kejadian itu) kisah Nabi Nuh dan bahteranya serta dibinasakan-Nya orang-orang kafir (benar-benar terdapat beberapa tanda)
yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah swt. (dan sesungguhnya) huruf In di sini adalah bentuk Takhfif daripada Inna, sedangkan isimnya adalah Dhamir Sya'an,
bentuk asalnya adalah Innahu yakni sesungguhnya hal itu (Kamilah yang mencoba mereka) menguji kaum Nuh dengan mengutus Nuh kepada mereka supaya Nuh memberi nasihat dan pelajaran kepada mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 30 |
Penjelasan ada di ayat 26
Surat Al-Muminun |23:31|
ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
ṡumma ansya`naa mim ba'dihim qornan aakhoriin
Kemudian setelah mereka, Kami ciptakan umat yang lain (kaum ´Aad).
Then We produced after them a generation of others.
(Kemudian, Kami jadikan sesudah mereka umat) kaum (yang lain) mereka adalah kaum Ad.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 31 |
Tafsir ayat 31-41
Allah Swt. menceritakan bahwa Dia menjadikan umat yang lain sesudah kaum Nuh. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan mereka dalam ayat-ayat ini adalah kaum 'Ad, karena sesungguhnya merekalah yang berkuasa
sesudah kaum Nuh. Menurut pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah kaum Samud, karena ada firman-Nya yang mengatakan:
{فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ}
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak. (Al Mu’minun: 41) Dan bahwa Allah Swt. telah mengutus seorang rasul di antara mereka yang menyeru mereka untuk menyembah Allah semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Tetapi mereka mendustakannya dan menentangnya serta menolak, tidak mau mengikutinya hanya karena dia adalah seorang manusia yang sama dengan mereka. Pada prinsipnya mereka tidak mau mengikuti rasul
yang berupa manusia, mereka mendustakan hari pertemuan dengan Allah kelak di hari kiamat, dan mereka ingkar kepada hari berbangkit di mana manusia dibangkitkan hidup kembali dari kuburnya masing-masing. Mereka berkata:
{أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ. هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ}
Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu. (Al Mu’minun: 35-36) Yakni mustahil sesudah mati kalian dihidupkan kembali.
{إِنْ هُوَ إِلا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}
Ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. (Al Mu’minun: 38) Yaitu dalam semua berita yang disampaikannya kepada kalian tentang kerasulan, peringatan, dan berita-berita tentang hari kiamat.
{وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ. قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ}
"dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.” Rasul itu berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka men-dustakanku.” (Al Mu’minun: 38-39) Yakni rasul itu memohon pertolongan dan bantuan kepada Allah dalam menghadapi mereka, dan Allah memperkenankan doanya.
{قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ}
Allah berfirman, "Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.” (Al Mu’minun: 40) karena mereka menentangmu dan mengingkari apa yang kamu sampaikan kepada mereka.
{فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ}
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak. (Al Mu’minun: 41) Mereka memang berhak mendapat azab itu dari Allah karena kekafiran dan kesewenang-wenangan mereka.
Menurut makna lahiriah ayat ini menunjukkan bahwa azab itu berupa gabungan antara angin yang kencang lagi sangat kuat dan sangat dingin.
{تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ}
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (Al-Ahqaf: 25) Firman Allah Swt.:
{فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً}
dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir. (Al Mu’minun: 41) Yakni mati dan binasa seperti buih banjir, yaitu sesuatu yang hina lagi tiada artinya dan tiada manfaatnya sama sekali.
{فَبُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ}
maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu. (Al Mu’minun: 41) Sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ}
Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Az-Zukhruf: 76) karena kekafiran, keingkaran, dan sikap mereka yang selalu menentang utusan Allah. Maka hendaknyalah hal ini dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang mendustakan rasul mereka.
Surat Al-Muminun |23:32|
فَأَرْسَلْنَا فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ أَفَلَا تَتَّقُونَ
fa arsalnaa fiihim rosuulam min-hum ani'budulloha maa lakum min ilaahin ghoiruh, a fa laa tattaquun
Lalu Kami utus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), "Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"
And We sent among them a messenger from themselves, [saying], "Worship Allah; you have no deity other than Him; then will you not fear Him?"
(Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri) yaitu Nabi Hud ("Hendaklah) ia mengatakan kepada mereka
(kalian menyembah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Mengapa kalian tidak bertakwa) takut kepada azab-Nya karenanya kalian harus beriman kepada-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 32 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:33|
وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ
wa qoolal-mala`u ming qoumihillażiina kafaruu wa każżabuu biliqooo`il-aakhiroti wa atrofnaahum fil-ḥayaatid-dun-yaa maa haażaaa illaa basyarum miṡlukum ya`kulu mimmaa ta`kuluuna min-hu wa yasyrobu mimmaa tasyrobuun
Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum."
And the eminent among his people who disbelieved and denied the meeting of the Hereafter while We had given them luxury in the worldly life said, "This is not but a man like yourselves. He eats of that from which you eat and drinks of what you drink.
(Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat) yakni tempat mereka kembali kelak (dan yang telah Kami mewahkan mereka)
Kami berikan nikmat kepada mereka (dalam kehidupan di dunia, 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, dia makan dari apa yang kalian makan dan minum dari apa yang kalian minum').
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 33 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:34|
وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ
wa la`in atho'tum basyarom miṡlakum innakum iżal lakhoosiruun
Dan sungguh, jika kamu menaati manusia yang seperti kamu, niscaya kamu pasti rugi,
And if you should obey a man like yourselves, indeed, you would then be losers.
(Dan) demi Allah (sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kalian) di dalam ayat ini terkandung makna Qasam atau sumpah dan Syarat,
sedangkan Jawab dari Syarat tersebut terkandung pada ayat selanjutnya (niscaya bila demikian, kalian benar-benar) yakni jika kalian menaatinya (menjadi orang-orang yang merugi") mendapat kerugian.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 34 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:35|
أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ
a ya'idukum annakum iżaa mittum wa kuntum turoobaw wa 'izhooman annakum mukhrojuun
adakah dia menjanjikan kepada kamu, bahwa apabila kamu telah mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan (dari kuburmu)?
Does he promise you that when you have died and become dust and bones that you will be brought forth [once more]?
("Apakah ia menjanjikan kepada kalian, bahwa bila kalian telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang-belulang, kalian sesungguhnya akan dikeluarkan dari kuburan kalian)
lafal Mukhrajuuna merupakan Khabar dari Annakum yang pertama, sedangkan lafal Annakum yang kedua berfungsi mengukuhkan makna Annakum yang pertama tadi,
disebutkan lagi karena panjangnya Fashl atau pemisah antara Khabar dan 'Amilnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 35 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:36|
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ
haihaata haihaata limaa tuu'aduun
Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu,
How far, how far, is that which you are promised.
(Jauh, jauh sekali) lafal Haihaata Haihaata adalah Isim Fi'il Madhi yang bermakna Mashdar, artinya jauh, jauh sekali dari kebenaran (apa yang diancamkan kepada kalian itu)
yaitu dihidupkannya kembali kalian dari kuburan. Huruf Lam pada lafal Limaa Tuu'aduna adalah Lam Zaidah yang mengandung makna Bayan atau penjelasan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 36 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:37|
إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
in hiya illaa ḥayaatunad-dun-yaa namuutu wa naḥyaa wa maa naḥnu bimab'uuṡiin
(kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah) kita mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi),
Life is not but our worldly life - we die and live, but we will not be resurrected.
(Tiada lain hal itu) yakni kehidupan yang sesungguhnya (hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati kemudian kita hidup) yaitu dengan hidupnya anak-anak kita (dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan kembali).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 37 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:38|
إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ
in huwa illaa rojuluniftaroo 'alallohi każibaw wa maa naḥnu lahuu bimu`miniin
dia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kita tidak akan memercayainya.
He is not but a man who has invented a lie about Allah, and we will not believe him."
(Ia tiada lain) Rasul itu (hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya") tidak akan percaya dengan adanya berbangkit sesudah mati.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 38 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:39|
قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ
qoola robbinshurnii bimaa każżabuun
Dia (Hud) berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku."
He said, "My Lord, support me because they have denied me."
(Rasul itu berdoa, "Ya Rabbku! Tolonglah aku karena mereka mendustakanku").
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 39 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:40|
قَالَ عَمَّا قَلِيلٍ لَيُصْبِحُنَّ نَادِمِينَ
qoola 'ammaa qoliilil layushbiḥunna naadimiin
Dia (Allah) berfirman, "Tidak lama lagi mereka pasti akan menyesal."
[Allah] said, "After a little, they will surely become regretful."
(Allah berfirman, "Dalam sedikit waktu lagi) sebentar lagi. Huruf Ma di sini adalah Zaidah (pasti mereka akan menjadi) akan menjadi orang-orang (yang menyesal") atas kekafiran dan kedustaan mereka.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 40 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:41|
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ فَجَعَلْنَاهُمْ غُثَاءً ۚ فَبُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
fa akhożat-humush-shoiḥatu bil-ḥaqqi fa ja'alnaahum ghuṡaaa`aa, fa bu'dal lil-qoumizh-zhoolimiin
Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka binasalah bagi orang-orang yang zalim.
So the shriek seized them in truth, and We made them as [plant] stubble. Then away with the wrongdoing people.
(Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur) suara yang menandakan turunnya azab dan binasanya makhluk (dengan hak)
maka matilah mereka (dan Kami jadikan mereka bagaikan tumbuh-tumbuhan yang kering) Kami jadikan mereka seperti tanaman yang kering atau mati (maka alangkah jauhnya)
dari rahmat (bagi orang-orang yang zalim itu) yakni orang-orang yang mendustakan Rasul itu.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 41 |
Penjelasan ada di ayat 31
Surat Al-Muminun |23:42|
ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ
ṡumma ansya`naa mim ba'dihim quruunan aakhoriin
Kemudian setelah mereka Kami ciptakan umat-umat yang lain.
Then We produced after them other generations.
(Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat) kaum-kaum (yang lain).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 42 |
Tafsir ayat 42-44
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ}
Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. (Al Mu’minun: 42) Yaitu umat-umat dan generasi-generasi lain sesudah mereka tiada.
{مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ}
Tidak (dapat) suatu umat pun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu). (Al Mu’minun: 43) Tetapi mereka dimusnahkan sesuai dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah bagi mereka.
Yang hal tersebut telah tercatat di dalam Lauh Mahfuz dan telah diketahui-Nya sebelum mereka tercipta. Mereka dimusnahkan generasi demi generasi dan umat demi umat.
{ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى}
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. (Al Mu’minun: 44) Ibnu Abbas mengatakan bahwa sebagian dari rasul-rasul itu datang berurutan setelah sebagian yang lainnya. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firnan-Nya:
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu, " maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesalan baginya. (An-Nahl: 36) Adapun firman Allah Swt.:
{كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ}
Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya. (Al Mu’minun: 44) Maksudnya, sebagian besar dari mereka mendustakannya. Seperti juga yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30) Firman Allah Swt.:
{فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا}
maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al Mu’minun: 44) Yakni Kami binasakan mereka generasi demi generasi. Sama pengertian-nya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ}
Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17) Adapun firman Allah Swt.:
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ}
Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia). (Al Mu’minun-44) Yaitu sebagai cerita dan kisah bagi manusia (sesudah mereka). Semakna dengan firman-Nya:
{فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ}
maka Kami jadikan mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Saba: 19)
Surat Al-Muminun |23:43|
مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ
maa tasbiqu min ummatin ajalahaa wa maa yasta`khiruun
Tidak ada satu umat pun yang dapat menyegerakan ajalnya, dan tidak (pula) menangguhkannya.
No nation will precede its time [of termination], nor will they remain [thereafter].
(Tidak dapat sesuatu umat pun mendahului ajalnya) seumpamanya mereka mati sebelum ajal mereka (dan tidak dapat pula mereka terlambat)
dari ajalnya itu. Lafal Yasta'khiruna dalam bentuk jamak dikaitkan kepada lafal Ummatin yang bentuknya muannats, hal ini memandang dari segi maknanya, karena ummatin berarti jamak.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 43 |
Penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Muminun |23:44|
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَىٰ ۖ كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ ۚ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ ۚ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
ṡumma arsalnaa rusulanaa tatroo, kullamaa jaaa`a ummatar rosuuluhaa każżabuuhu fa atba'naa ba'dhohum ba'dhow wa ja'alnaahum aḥaadiiṡ, fa bu'dal liqoumil laa yu`minuun
Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya, maka Kami silih gantikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka binasalah bagi kaum yang tidak beriman.
Then We sent Our messengers in succession. Every time there came to a nation its messenger, they denied him, so We made them follow one another [to destruction], and We made them narrations. So away with a people who do not believe.
(Kemudian Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut) lafal Tatran dapat pula dibaca Tatraa tanpa memakai harakat Tanwin, artinya berturut-turut yang di antara kedua rasul
terdapat pemisah jarak waktu yang cukup lama. (Manakala datang kepada suatu umat) lafal Jaa-a Ummatan dapat dibaca Jaa-a ummatan yakni dengan mentashhilkan huruf Hamzah yang kedua,
sehingga ucapannya seolah-olah ada huruf Wau (Rasul, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain)
Kami samakan mereka dengan umat-umat terdahulu dalam hal terbinasa (dan Kami jadikan mereka buah tutur manusia maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 44 |
Penjelasan ada di ayat 42
Surat Al-Muminun |23:45|
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ
ṡumma arsalnaa muusaa wa akhoohu haaruuna bi`aayaatinaa wa sulthoonim mubiin
Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata,
Then We sent Moses and his brother Aaron with Our signs and a clear authority
(Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda kebesaran Kami, dan bukti yang nyata) hujah yang nyata, yaitu berupa tangan, tongkat dan mukjizat-mukjizat lainnya.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 45 |
Tafsir ayat 45-49
Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah mengutus Musa dan saudaranya Harun sebagai utusan Allah kepada Fir'aun dan kaumnya dengan membawa mukjizat-mukjizat dan hujah-hujah yang melemahkan musuh dan bukti-bukti
yang jelas dan pasti. Tetapi Fir'aun dan kaumnya takabur dan sombong, mereka tidak mau mengikuti keduanya dan menolak apa yang dianjurkan oleh keduanya, hanya karena keduanya adalah manusia biasa.
Sikap Fir'aun dan kaumnya sama seperti sikap umat-umat terdahulu yang menentang rasul-rasul-Nya, hanya karena para rasul itu terdiri atas manusia, hati mereka meragukannya. Maka Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya,
yaitu dengan menenggelamkan mereka semua dalam hari yang sama. Allah menurunkan kepada Musa kitab Taurat, yang di dalamnya terdapat hukum-hukum Allah, perintah-perintah-Nya, dan larangan-larangan-Nya.
Hal ini terjadi sesudah Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya, dan menghukum mereka sebagai hukuman dari Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Sesudah Allah menurunkan kitab Taurat, Allah tidak lagi membinasakan suatu umat
dengan pembinasaan yang menyeluruh, tetapi Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk memerangi orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ}
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat. (Al-Qashash: 43)
Surat Al-Muminun |23:46|
إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ
ilaa fir'auna wa malaa`ihii fastakbaruu wa kaanuu qouman 'aaliin
kepada Fir´aun dan para pemuka kaumnya, tetapi mereka angkuh dan mereka memang kaum yang sombong.
To Pharaoh and his establishment, but they were arrogant and were a haughty people.
(Kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur) sombong tidak mau beriman kepada ayat-ayat dan mukjizat-mukjizat, dan juga mereka tidak mau beriman kepada Allah
(dan mereka adalah orang-orang yang sombong) yaitu menindas kaum Bani Israel secara lalim.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 46 |
Penjelasan ada di ayat 45
Surat Al-Muminun |23:47|
فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ
fa qooluuu a nu`minu libasyaroini miṡlinaa wa qoumuhumaa lanaa 'aabiduun
Maka mereka berkata, "Apakah (pantas) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"
They said, "Should we believe two men like ourselves while their people are for us in servitude?"
(Dan mereka berkata, "Apakah pantas kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita juga, padahal kaum mereka adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita")
yakni kaum Bani Israel; mereka tunduk dan dianggap hina oleh Firaun.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 47 |
Penjelasan ada di ayat 45
Surat Al-Muminun |23:48|
فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ
fa każżabuuhumaa fa kaanuu minal-muhlakiin
Maka mereka mendustakan keduanya, karena itu mereka termasuk orang yang dibinasakan.
So they denied them and were of those destroyed.
(Maka tetaplah mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan).
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 48 |
Penjelasan ada di ayat 45
Surat Al-Muminun |23:49|
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
wa laqod aatainaa muusal-kitaaba la'allahum yahtaduun
Dan sungguh, telah Kami anugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat), agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.
And We certainly gave Moses the Scripture that perhaps they would be guided.
(Dan sesungguhnya telah Kami berikan Kitab kepada Musa) kitab Taurat (agar mereka) kaumnya, yaitu bangsa Bani Israel (mendapat petunjuk)
dengan adanya kitab Taurat itu dari kesesatan. Aku memberikannya sekali turun sesudah Firaun dan kaumnya binasa
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 49 |
Penjelasan ada di ayat 45
Surat Al-Muminun |23:50|
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَىٰ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ
wa ja'alnabna maryama wa ummahuuu aayataw wa aawainaahumaaa ilaa robwatin żaati qorooriw wa ma'iin
Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam bersama ibunya sebagai suatu bukti yang nyata (bagi kebesaran Kami), dan Kami melindungi mereka di sebuah dataran tinggi, (tempat yang tenang, rindang, dan banyak buah-buahan) dengan mata air yang mengalir.
And We made the son of Mary and his mother a sign and sheltered them within a high ground having level [areas] and flowing water.
(Dan telah Kami jadikan putra Maryam) yakni Nabi Isa (beserta ibunya suatu tanda) kekuasaan Kami. Dalam ayat ini tidak disebutkan dua tanda karena keduanya terlibat dalam satu tanda itu,
yaitu Maryam dapat melahirkan Nabi Isa tanpa suami (dan Kami menempatkan keduanya di suatu tanah tinggi) yakni tempat di dataran tinggi, yaitu di Baitulmakdis,
atau di Damaskus, atau di Palestina; sehubungan dengan hal ini banyak pendapat mengenainya (yang datar) rata tanahnya sehingga para penghuninya menetap dengan nyaman
(dan mempunyai banyak sumber air) yang mengalir lagi jernih sebagai suatu kenyataan.
Tafsir Ibnu Katsir | Al-Muminun | 23 : 50 |
Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, Isa putra Maryam a.s. Allah menjadikan keduanya sebagai tanda yang menunjukkan kekuasaan-Nya bagi manusia. Yang dimaksud dengan ayat (tanda) ialah hujah yang kuat,
yang membuktikan kekuasaan Allah Swt. atas segala sesuatu. Karena sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, dan Dia menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa perempuan, dan menciptakan Isa dari perempuan tanpa laki-laki,
sedangkan semua manusia lainnya diciptakan melalui laki-laki dan perempuan. Firman Allah Swt.:
{وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ}
dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Ad-Dahhak, telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa rabwah artinya tanah tinggi, yang biasanya memiliki tumbuh-tumbuhan yang terbaik. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah.Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: yang datar yang memiliki banyak padang rumput. (Al Mu’minun: 50) Yakni yang subur tanahnya. dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yaitu air yang berlimpah ruah.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah. Menurut Mujahid, makna qararin ialah tanah yang datar. Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Maksudnya, memiliki banyak air yang merata. Mujahid mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa ma'in artinya
sumber air yang mengalir. Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai tempat dataran tinggi ini, di manakah ia berada secara persisnya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa tempat ini tiada lain di Mesir,
sebab air yang mengalir pasti berada di bawah dataran tinggi yang padanya terdapat perkampungan. Seandainya perkampungan itu bukan di dataran tingginya, tentulah terendam oleh air sungai. Telah diriwayatkan pula
dari Wahb ibnu Munabbih hal yang semisal. Akan tetapi, pendapat ini jauh sekali dari kebenaran. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Sa'id ibnu Musayyab sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami melindungi mereka
di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) bahwa tanah tersebut terletak di Damsyiq (Damaskus). Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abdullah ibnu Salam, Al-Hasan, Zaid ibnu Aslam, dan Khalid ibnu Ma' dan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki',
dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yaitu sungai-sungai Damaskus.
Lais ibnu Abu Sulaim meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi. (Al Mu’minun: 50) Yakni Isa dan ibunya saat keduanya mengungsi di daerah pedalaman Damaskus
dan sekitarnya. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Bisyr ibnu Rafi, dari Abu Abdullah (anak laki-laki paman Abu Hurairah) yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata sehubungan dengan makna firman-Nya:
di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Bahwa tempat tersebut adalah Ramlah, bagian dari negeri Palestina.
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ الفرْيابي، حَدَّثَنَا رَوّاد بْنُ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الْخَوَّاصُ أَبُو عُتْبَةَ، حَدَّثَنَا السَّيْبَانِيُّ ، عَنِ ابْنِ وَعْلَة، عَنْ كُرَيْب السَّحولي، عَنْ مُرَّة البَهْزِي قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِرَجُلٍ: "إِنَّكَ مَيِّتٌ بِالرَّبْوَةِ" فَمَاتَ بِالرَّمَلَةِ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Rawwad ibnu Jarrah, telah menceritakan
kepada kami Abbad ibnu Abbad Al-Khawwas Abu Atabah, telah menceritakan kepada kami Asy-Syaibani, dari Ibnu Wa'lah, dari Kuraib As-Suhuli, dari Murrah Al-Bahzi, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda kepada seorang lelaki: Sesungguhnya kamu kelak akan mati di Rabwah (tanah tinggi). Ternyata lelaki itu meninggal dunia di Ramlah. Hadis ini garib sekali. Pendapat yang paling mendekati kebenaran dalam masalah ini
ialah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih
yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Bahwa ma'in ialah air yang mengalir alias sungai. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا}
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24) Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Qatadah: di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan
sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yakni Baitul Maqdis. Pendapat ini menurut hemat saya adalah pendapat yang kuat, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Karena hal inilah yang disebutkan di dalam ayat yang lain,
sedangkan Al-Qur'an itu sebagian darinya menafsirkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini lebih utama dari pada apa yang ditafsirkan oleh hadis-hadis sahih dan juga oleh asar-asar.