Juz 19

Surat Al-Furqan |25:21|

وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَىٰ رَبَّنَا ۗ لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا

wa qoolallażiina laa yarjuuna liqooo`anaa lau laaa unzila 'alainal-malaaa`ikatu au naroo robbanaa, laqodistakbaruu fiii anfusihim wa 'atau 'utuwwang kabiiroo

Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, "Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman).

And those who do not expect the meeting with Us say, "Why were not angels sent down to us, or [why] do we [not] see our Lord?" They have certainly become arrogant within themselves and [become] insolent with great insolence.

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuannya dengan Kami,) yakni orang-orang yang tidak takut kepada adanya hari berbangkit dan hari pembalasan

("Mengapakah tidak) (diturunkan kepada kita malaikat) yang menjadi Rasul-rasul kepada kita (atau mengapa kita tidak melihat Rabb kita") kemudian kita diberi tahu,

bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya. Lalu Allah berfirman, ("Sesungguhnya mereka memandang besar) merasa besar (tentang diri mereka dan mereka telah melampaui batas)

berlaku sangat kurang ajar (dengan kelewat batas yang sangat besar) disebabkan mereka berani meminta melihat Allah swt. di dunia. Lafal 'Atauw dengan memakai huruf Wau sesuai dengan kata asalnya,

berbeda dengan lafal 'Ataa yang huruf akhirnya telah diganti menjadi Ya, seperti dalam surah Maryam.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 21 |

Tafsir ayat 21-24

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kerasnya kekafiran dan keingkaran orang-orang kafir. Hal ini terbaca dari ucapan mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{لَوْلا أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ}


Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita. (Al-Furqan: 21) Yakni untuk membawa risalah sebagaimana risalah diturunkan kepada para nabi, seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam ayat lain menyitir ucapan mereka melalui firman-Nya:


{قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ}


Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah. (Al-An'am: 124) Makna ayat ini dapat pula ditakwilkan bahwa maksud mereka yang diutarakan oleh firman-Nya:


{لَوْلا أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ}


Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita. (Al-Furqan: 21) sehingga kita dapat melihat mereka dan mereka memberitahukan kepada kita bahwa Muhammad adalah utusan Allah, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya menceritakan perkataan mereka:


{أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا}


atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. (Al-Isra: 92) Tafsir atau makna ayat ini telah diterangkan di dalam surat Al-Isra. Karena itu, dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka (orang-orang kafir) mengatakan:


{أَوْ نَرَى رَبَّنَا}


atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita? (Al-Furqan: 21) Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا}


Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. (Al-Furqan: 21) Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:


{وَلَوْ أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}


Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا}


Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran Mahjura.” (Al-Furqan: 22) Maksudnya, mereka tidak dapat melihat malaikat di hari yang paling baik bagi mereka,

bahkan di hari mereka dapat melihat para malaikat, tiada kabar gembira bagi mereka. Yang demikian itu bertepatan dengan saat mereka menjelang kematiannya, yaitu di saat para malaikat memberitahukan kepada mereka

bahwa mereka masuk neraka dan mendapat murka dari Tuhan Yang Mahaperkasa. Saat itu malaikat berkata kepada orang kafir tepat-padasaat roh keluar dari tubuhnya, "Keluarlah, hai jiwa yang kotor, dari tubuh yang kotor.

Keluarlah kamu menuju ke dalam siksaan angin yang amat panas, air yang panas lagi mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam."Roh orang kafir itu menolak, tidak mau keluar dan bercerai-berai ke seluruh tubuhnya. Maka malaikat maut memukulinya (hingga keluar secara paksa). Hal ini digambarkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ}


Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka. (Al-Anfal: 50), hingga akhir ayat.


{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ}


Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93) Yakni memukuli mereka dengan tangannya.


{أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ}


(sambil berkata), "'Keluarkanlah nyawamu.” Di hari kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (Al-An'am: 93) Karena itulah dalam ayat yang mulia ini Allah Swt. berfirman:


{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ}


Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 22) Hal ini berbeda dengan keadaan yang dialami oleh orang-orang mukmin, saat mereka menjelang kematiannya.

Karena sesungguhnya mereka mendapat berita gembira akan kebaikan-kebaikan dan beroleh hal-hal yang menggembirakan. Allah Swt. telah berfirman:


{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kalian merasa takut

dan janganlah kalian merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” Kamilah pelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat;

di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta. Sebagai balasan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fussilat: 30-32)

Di dalam hadis sahih disebutkan melalui Al-Barra ibnu Azib, bahwa malaikat berkata kepada roh orang mukmin, "Keluarlah, hai jiwa yang baik, dari tubuh yang baik, jika kamu hendak memakmurkannya. Keluarlah kamu menuju kehidupan

yang penuh dengan kenikmatan dan keharuman serta Tuhan yang tidak murka." Hadis ini secara utuh disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim pada pembahasan firman-Nya:


{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ}


Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim: 27) Ulama lain mengatakan, makna yang dimaksud dari firman-Nya:


{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ}


Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira. (Al-Furqan: 22) Yakni pada hari kiamat, menurut Mujahid dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya. Tidak ada pertentangan di antara pendapat ini dan pendapat sebelumnya.

Karena para malaikat pada kedua hari tersebut —yaitu hari kematian dan hari berbangkit— menampakkan dirinya kepada orang-orang mukmin, juga orang-orang kafir. Maka para malaikat menyampaikan berita gembira

kepada orang-orang mukmin, bahwa mereka akan mendapat rahmat dan rida. Sedangkan kepada orang-orang kafir para malaikat memberitahukan bahwa mereka akan mendapat kekecewaan dan kerugian, maka di hari itu tiada berita bagi orang-orang yang berdosa.


{وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا}


dan mereka berkata, "Hijran Mahjura.” (Al-Furqan: 22) Yaitu para malaikat berkata kepada orang-orang kafir, "Haram berat bagi kalian mendapat keberuntungan pada hari ini." Asa! kata al-hijr artinya terlarang. Dikatakan,

"Hajaral Qadi 'Ala Fulanin, (kadi menahan si Fulan)," yakni manakala si kadi menahan kebebasannya, adakalanya karena orang yang bersangkutan jatuh pailit (dalam usahanya), atau karena masih kecil (berusia muda)

(sehingga dilarang melakukan tasarruf), atau karena kurang akalnya, atau karena faktor yang lain. Diambil dari kata ini juga pengertian Hijir (Isma'il) yang ada di sisi Ka'bah; karena orang-orang yang bertawaf dilarang melakukan tawaf

di dalamnya, melainkan tawaf hanya dilakukan di luarnya. Termasuk ke dalam pengertian ini dikata­kan kepada 'aql (penjamin) dengan sebutan hijr karena ia mencegah orang yang berada di bawah jaminannya melakukan hal-hal yang tidak layak. Kesimpulannya ialah bahwa damir yang terkandung di dalam firman-Nya:


{وَيَقُولُونَ}


dan mereka mengatakan. (Al-Furqan: 22) kembali kepada malaikat. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Ad-Dahhak, Qatadah, Atiyyah Al-Aufi, Ata Al-Khurrasani, Khasif, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Musa (yakni Ibnu Qais), dari Atiyyah Al-Aufi,

dari Abu Sa'id Al-Khudri sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka mengatakan, "Hijran Mahjura." (Al-Furqan: 22) Maksudnya, haram berat mendapat berita gembira seperti berita gembira

yang diperoleh orang-orang yang bertakwa. Ibnu Jarir meriwayatkan hal ini dari Ibnu Juraij yang pernah mengatakan bahwa hal itu merupakan perkataan orang-orang musyrik.


{يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ}


Pada hari mereka melihat malaikat. (Al-Furqan: 22) Yakni orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepada Allah dari (kebengisan) para malaikat. Demikian itu (kata Ibnu Juraij) karena orang-orang Arab di masa dahulu

bila seseorang dari mereka mengalami musibah atau kesengsaraan, ia mengatakan, "Hijran Mahjura."Pendapat ini sekalipun mempunyai alasan dan sumber, tetapi jika dipandang dari segi konteks ayat jauh sekali dari kebenaran,

terlebih lagi jumhur ulama telah me-nas-kan hal yang bertentangan dengannya.Akan tetapi, Ibnu Abu Nujaih pernah meriwayatkan dari Mujahid bahwa Mujahid pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Hijran Mahjura"

Makna yang dimaksud ialah memohon perlindungan dengan sangat, sehingga pendapat ini mirip dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ibnu Juraij. Tetapi herannya disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Abu Nujaih,

dari Mujahid yang mengatakan bahwa Hijran Mahjura artinya memohon perlindungan, yang mengatakannya adalah para malaikat. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui maksud sebenarnya. Firman Allah Swt.:


{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}


Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan (Al-Furqan: 23).Ini terjadi pada hari kiamat di saat Allah menghisab amal perbuatan yang telah dilakukan oleh semua hamba,

amal yang baik dan amal yang buruk. Maka Allah memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu imbalan pun dari amal-amal perbuatan yang telah mereka lakukan, padahal mereka menduga bahwa

amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan diri mereka. Demikian itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat yang diakui oleh syariat, yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah.

Setiap amal perbuatan yang dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan tuntunan syariat yang diridai adalah batil. Amal perbuatan orang-orang kafir itu tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat tersebut,

dan adakalanya kedua syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima. Untuk itu.Allah Swt. berfirman: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kamijadi­kan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.

(Al-Furqan: 23) Mujahid dan As'-Sauri mengatakan bahwa makna qadimna ialah Kami hadapi. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, sedangkan sebagian lain ada yang mengatakannya 'Kami datangi'. Firman Allah Swt.:


{فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}


lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Sufyan As-Sauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23)

Yaitu sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding. Hal yang sama diriwayatkan dari perawi lainnya yang bukan hanya seorang, dari Ali r.a. Hal yang semisal diriwayatkan-pula dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jubair,

As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, yaitu sinar matahari yang memasuki lubang dinding rumah seseorang di antara kalian; seandainya dia meraupkan tangannya pada sinar itu,

ia tidak dapat menangkapnya.Ali ibnu AbuTalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Yang dimaksud ialah air yang ditumpahkan. Abul Ahwas meriwayatkan

dari Abu Ishaq. dari Al-Haris, dari Ali, “haba 'amansuran" bahwa makna al-haba ialah laratnya hewan. Hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, juga dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Tidakkah engkau melihat pohon yang kering bila tertiup angin? Makna yang dimaksud adalah seperti dedaunannya yang berguguran itu.

Abdullah Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Hakim, dari Abu Sari' At-Ta-i,dari Ubaid ibnu Ya'la yang mengatakan bahwa sesungguhnya al-haba itu adalah debu yang diterbangkan oleh angin.

Kesimpulan dari semua pendapat di atas mengisyaratkan kepada makna yang dikandung oleh ayat. Demikian itu karena mereka telah melakukan banyak amal perbuatan yang menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan

di hadapan Raja, Hakim Yang Mahaadil, yang tidak pernah kelewat batas dan tidak pernah menganiaya seseorang (Dialah Allah), ternyata kosong belaka, tiada artinya sama sekali. Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu

yang tiada artinya lagi berserakan, yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali. Hal yang sama telah diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ


Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras. (Ibrahim: 18), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:


{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا}


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia

dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. (Al Baqarah: 264) Juga firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا}


Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An-Nur: 39) Tafsir mengenainya telah disebutkan di dalam tafsir surat An-Nur. Firman Allah Swt.:


{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}


Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Yakni kelak di hari kiamat.


{لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ}


Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20) Karena ahli surga memperoleh kedudukan-kedudukan yang tinggi

dan gedung-gedung yang aman sentosa. Mereka berada di tempat yang aman, bagus pemandangannya, lagi harum tempat tinggalnya.


{خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}


mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 76) Sedangkan ahli neraka berada di tempat yang paling bawah, kekecewaan yang berturut-turut, dan berbagai macam azab serta siksaan.


{إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}


Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 66) Yaitu neraka adalah tempat yang paling buruk pemandangannya dan tempat tinggal yang paling jelek. Karena itulah disebutkan sebagai lawan katanya melalui firman-Nya:


{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}


Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Berkat amal perbuatan mereka yang diterima oleh Allah Swt.. akhirnya mereka memperoleh

apa yang mereka peroleh dan menempati tempat mereka itu; berbeda halnya dengan keadaan ahli neraka. Sesungguhnya ahli neraka tidak mempunyai suatu amal pun yang menjadi alasan bagi mereka untuk dapat masuk surga

dan selamat dari siksa neraka. Untuk itu Allah mengingatkan keadaan orang-orang yang berbahagia dengan membandingkannya dengan keadaan orang-orang yang celaka. Orang-orang yang celaka itu sama sekali tidak ada kebaikan pada diri mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}


Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya hal itu terjadi hanya dalam sesaat; kekasih-kekasih Allah

datang dengan berada di atas dipan-dipan ditemani oleh bidadari-bidadari yang bermata jelita, sedangkan musuh-musuh Allah datang bersama setan-setan dalam keadaan terbelenggu. Sa'id Ibnu Jubair mengatakan bahwa

Allah merampungkan hisab (perhitungan) amal perbuatan dalam waktu setengah hari, kemudian ahli surga mengambil tempatnya di surga dan ahli neraka mengambil tempatnya di neraka. Allah Swt. berfirman: Penghuni-penghuni surga

pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Ikrimah mengatakan, sesungguhnya dia benar-benar mengetahui saat ahli surga memasuki surga dan ahli neraka memasuki neraka.

Kalau diumpamakan dengan waktu di dunia, terjadi pada saat seusai waktu duha, bilamana orang-orang pulang ke rumahnya untuk beristirahat siang hari. Ahli neraka digiring masuk ke dalam neraka; Sedangkan ahli surga dibawa masuk

ke dalam surga, lalu mengambil tempat tinggalnya masing-masing di dalam surga. Mereka langsung di jamu dengan makanan hati ikan paus hingga mereka semua kenyang. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya:

Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Sufyan meriwayatkan dari Maisarah, dari Al-Minhal, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan

bahwa belum lagi setengah hari masing-masing golongan telah menempati tempat peristirahatannya. Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah

tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24); -dan membaca- Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim. (As-Saffat: 68) Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Mereka beristirahat di dalam gedung-gedung surga, dan hisaban mereka saat ditampilkan di hadapan Tuhan mereka

hanya sekali tampil saja. Yang demikian itu adalah hisab yang ringan, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ * فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا * وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا}


Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (AI-lnsyiqaq: 7-9)

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24). Maqilan artinya tempat bernaung dan tempat tinggal. Qatadah mengatakan bahwa

Safwan ibnu Muharriz pernah mengatakan, kelak di hari kiamat didatangkan dua orang laki-laki; salah seorangnya adalah seorang raja saat di dunia yang menguasai orang-orang yang berkulit merah dan berkulit putih,

lalu ia menjalani hisabnya. Ternyata dia adalah seorang hamba yang sama sekali tidak pernah melakukan suatu kebaikan pun, maka diperintahkanlah agar ia dimasukkan ke dalam neraka. Sedangkan lelaki yang lain adalah

seseorang yang hanya memiliki pakaian yang menempel di tubuhnya, lalu ia menjalani hisabnya. Ia berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau belum pernah memberikan sesuatu pun kepadaku yang layak Engkau lakukan hisab terhadapku

karenanya." Allah berfirman, "Benarlah hambaku, maka lepaskanlah dia", lalu Allah memerintahkan agar dia dimasukkan ke dalam surga. Setelah itu keduanya dibiarkan selama masa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Kemudian lelaki

yang masuk neraka itu dipanggil, tiba-tiba ternyata rupanya seperti arang yang hitam legam. Dikatakan kepadanya, "Apakah yang telah engkau jumpai?" Ia menjawab, "Tempat peristirahatan yang paling buruk." Dikatakan pula kepadanya,

"Kembalilah kamu (ke neraka)." Kemudian dipanggillah lelaki yang masuk surga. Tiba-tiba rupanya seperti bulan di malam purnama. Maka dikatakan kepadanya, "Apakah yang engkau jumpai ?" Ia menjawab, "Tempat peristirahatan

yang paling baik wahai Tuhanku." Lalu dikatakan kepadanya, "Kembalilah kamu (ke surga)." Riwayat ini diketengahkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami

Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris. Sa'id As-Sawwaf pernah menceritakan kepadanya bahwa pernah sampai kepadanya sebuah hadis yang mengatakan, hari kiamat diperpendek bagi orang mukmin,

sehingga lamanya seperti jarak waktu antara salat Asar dan tenggelamnya matahari. Mereka berada di dalam taman-taman surga, hingga manusia selesai dari hisabnya. Yang demikian itu adalah firman Allah Swt.: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)

Surat Al-Furqan |25:22|

يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَىٰ يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا

yauma yarounal-malaaa`ikata laa busyroo yauma`iżil lil-mujrimiina wa yaquuluuna ḥijrom maḥjuuroo

(Ingatlah) pada hari (ketika) mereka melihat para malaikat, pada hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran Mahjura."

The day they see the angels - no good tidings will there be that day for the criminals, and [the angels] will say, "Prevented and inaccessible."

Tafsir
Jalalain

(Pada hari mereka melihat Malaikat) di antara makhluk-makhluk Allah yang lainnya, yaitu pada hari kiamat. Lafal Yauma dinashabkan oleh lafal Udzkur, yang keberadaannya

diperkirakan sebelumnya; maksudnya, ingatlah pada hari mereka melihat Malaikat (di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa) yakni orang-orang kafir,

berbeda keadaannya dengan orang-orang Mukmin, bagi mereka kabar gembira yaitu mendapatkan surga (dan mereka berkata: 'Hijran mahjuuran'")

sebagaimana kebiasaan mereka di dunia apabila mereka tertimpa kesengsaraan, artinya: lindungilah kami di tempat perlindungan. Mereka pada hari itu meminta perlindungan kepada Malaikat. Kemudian Allah berfirman,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 22 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Furqan |25:23|

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

wa qodimnaaa ilaa maa 'amiluu min 'amalin fa ja'alnaahu habaaa`am manṡuuroo

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.

And We will regard what they have done of deeds and make them as dust dispersed.

Tafsir
Jalalain

("Dan Kami hadapi) kami hadapkan (segala amal yang mereka kerjakan) amal kebaikan seperti sedekah, menghubungkan silaturahmi, menjamu tamu

dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di dunia (lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.")

amal perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu, tidak ada pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi, yaitu iman, akan tetapi mereka telah mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 23 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Furqan |25:24|

أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا

ash-ḥaabul-jannati yauma`iżin khoirum mustaqorrow wa aḥsanu maqiilaa

Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.

The companions of Paradise, that Day, are [in] a better settlement and better resting place.

Tafsir
Jalalain

(Penghuni-penghuni surga pada hari itu) di hari kiamat (paling baik tempat tinggalnya) lebih baik daripada tempat tinggal orang-orang kafir sewaktu di dunia

(dan paling indah tempat istirahatnya) lebih indah daripada tempat istirahat mereka sewaktu di dunia. Lafal Maqiila artinya tempat untuk beristirahat di tengah hari yang panas.

Kemudian dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan makna tentang selesainya masa perhitungan amal perbuatan, yaitu di waktu tengah hari, hanya memakan waktu setengah hari, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 24 |

Penjelasan ada di ayat 21

Surat Al-Furqan |25:25|

وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا

wa yauma tasyaqqoqus-samaaa`u bil-ghomaami wa nuzzilal-malaaa`ikatu tanziilaa

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) langit pecah mengeluarkan kabut putih dan para malaikat diturunkan (secara) bergelombang.

And [mention] the Day when the heaven will split open with [emerging] clouds, and the angels will be sent down in successive descent.

Tafsir
Jalalain

(Dan ingatlah di hari ketika langit pecah) yaitu semua langit (mengeluarkan kabut) seraya mengeluarkan kabut yang berwarna putih (dan diturunkan Malaikat)

dari setiap lapisan langit (bergelombang-gelombang) pada hari kiamat itu. Dinashabkannya lafal Yauma karena pada sebelumnya diperkirakan ada lafal Udzkur.

Menurut qiraat yang lain lafal Tasyaqqaqu dibaca Tasysyaqqaqu dengan ditasydidkannya huruf Syin yang diambil dari asal kata Tatasyaqqaqu. Kemudian huruf Ta yang kedua diganti menjadi Syin

lalu diidgamkan kepada Syin yang kedua sehingga menjadi Tasysyaqqaqu. Sedangkan menurut qiraat yang lainnya lagi lafal Nuzzila dibaca Nunzilu dan lafal Al Malaaikatu dibaca Al Malaaikata,

sehingga bacaan lengkapnya menurut qiraat ini menjadi Nunzilul Malaaikata, artinya, Kami menurunkan Malaikat-malaikat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 25 |

Tafsir ayat 25-29

Allah Swt. menceritakan tentang kedahsyatan hari kiamat dan semua peristiwa besar yang terjadi padanya. Antara lain ialah terbelahnya langit, lalu mengeluarkan kabut putih, yaitu naungan yang berupa cahaya yang amat besar

lagi menyilaukan mata. Pada hari itu malaikat-malaikat turun dari langit, lalu mengelilingi semua makhluk di padang mahsyar. Kemudian datanglah Tuhan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi untuk memutuskan peradilan.Mujahid mengatakan bahwa hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ}


Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210), hingga akhir ayat.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Muhammad Ibnu Ammar ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa ia membaca ayat berikut,

yaitu firman-Nya: Dan (ingatlah) hari (ketika itu) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkan malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25) Kemudian Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah menghimpun makhluk

pada hari kiamat di suatu padang yang amat luas; jin, manusia, binatang ternak, binatang pemangsa, burung-burung, dan semua makhluk lainnya. Lalu terbelahlah langit yang paling bawah dan para penghuninya turun,

mereka berjumlah jauh lebih banyak daripada jin, manusia, dan semua makhluk lainnya. Lalu para penghuni langit itu mengelilingi jin, manusia, dan semua makhluk. Kemudian terbelah pula langit yang kedua. Para penghuninya turun,

lalu mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelum mereka, jin, manusia, dan makhluk lainnya; mereka mempunyai bilangan yang jauh lebih banyak daripada para penghuni langit terbawah dan semua makhluk yang telah ada.

Lalu terbelah pulalah langit yang ketiga, dan turunlah para penghuninya yang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penduduk langit yang terbawah, penduduk langit yang kedua, dan semua makhluk. Kemudian mereka

mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelumnya, juga jin, manusia, dan semua makhluk. Demikianlah seterusnya, penduduk setiap langit turun dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada sebelumnya berkali lipat,

hingga terbelahlah langit yang ketujuh. Penduduk langit yang ketujuh turun dalam jumlah jauh lebih banyak daripada penduduk langit sebelumnya, dan lebih banyak daripada jin, manusia, dan semua makhluk.

Lalu mereka mengelilingi para malaikat yang telah turun sebelum mereka dari kalangan penduduk langit, juga jin, manusia serta semua makhluk lainnya. Lalu turunlah Tuhan kita Yang Mahaagung lagi Mahamulia dalam naungan awan putih,

sedangkan di sekitar-Nya terdapat malaikat-malaikat karubiyyin. Jumlah malaikat karubiyyin jauh lebih banyak daripada semua penduduk langit yang tujuh lapis; juga jin, manusia, dan semua makhluk. Mereka mempunyai tanduk

seperti mata-mata tombak; mereka tinggal di bawah 'Arasy, suara mereka gemuruh mengucapkan tasbih, tahlil, dan taqdis kepada Allah Swt. Jarak antara bagian telapak kaki seseorang dari mereka sampai ke mata kakinya

sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Tinggi antara mata kaki sampai lututnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun. Tinggi antara lutut sampai pangkal pahanya sama dengan perjalanan lima ratus tahun.

Tinggi antara pangkal paha sampai tenggorokannya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan tinggi antara bagian bawah tenggorokannya sampai ke bagian bawah telinganya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun.

Sedangkan tinggi selebihnya (sampai ke kepalanya) sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Neraka Jahanam adalah penggaruknya.Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim lengkap dengan lafaznya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepadaku Al-Hajjaj, dari Mubarak ibnu Fudalah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran;

ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya langit ini apabila terbelah akan turun darinya para malaikat yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada manusia dan jin. Peristiwa ini akan terjadi di hari pertemuan,

yaitu di hari bertemunya penduduk langit dan penduduk bumi. Maka di awal kedatangan mereka penduduk bumi mengatakan, "Tuhan kita telah datang." Lalu para malaikat berkata, "Belum datang, tetapi akan datang."

Kemudian terbelahlah langit yang kedua. Setelah itu terbelah pula langit lainnya, langit demi langit, dan turunlah para malaikat yang menghuninya dalam jumlah jauh lebih banyak daripada sebelumnya, sampai langit yang ketujuh.

Maka turunlah dari langit yang ketujuh para malaikat yang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada semua malaikat yang turun sebelumnya dan jin serta manusia. Maka turunlah malaikat karubiyyin, lalu turunlah Tuhan kita dengan diusung

oleh delapan malaikat penyangga' Arasy. Ketinggian antara mata kaki setiap malaikat sampai dengan lututnya sama dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun, dan ketinggian antara pahanya sampai ke pundaknya

sama dengan jarak perjalanan tujuh puluh tahun. Setiap malaikat dari semua malaikat itu tidak memandang wajah temannya karena masing-masing malaikat meletakkan kepalanya di antara kedua susunya (yakni menundukkan kepalanya)

seraya mengucapkan, "Subhanal Malikil Quddus" (Mahasuci Tuhan, Raja Yang Mahasuci). Pada kepala mereka terdapat sesuatu yang mencuat seakan-akan seperti mata tombak, sedangkan 'Arasy berada di atasnya.

Hanya sampai di sini kisah hadis. Pada garis besarnya hadis ini bersumber dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an; di dalam sebagian besar konteksnya terdapat ke-daif-an, juga mengandung kemungkaran yang berat. Di dalam hadis yang menceritakan

tentang As-Sur (sangkakala) telah disebutkan kisah yang mendekati kisah ini, hadisnya cukup terkenal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman:


{فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ}


Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu

di atas (kepala) mereka. ( Al-Haqqah: 15-17) Syahr ibnu Hausyab mengatakan bahwa para malaikat penyangga 'Arasy ada delapan. Empat malaikat di antara mereka mengatakan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu,

bagi-Mu segala puji atas sifat Penyantun-Mu padahal Engkau mengetahui." Sedangkan yang empat lainnya mengucapkan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji atas maaf-Mu,

padahal Engkau ber-kuasa." Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.Abu Bakar ibnu Abdullah mengatakan, "Apabila penduduk bumi melihat 'Arasy turun kepada mereka dari atas, maka semua pandangan mata terbelalak memandang ke arahnya,

semua persendian tulang mereka bergetar, dan kalbu mereka copot dari tempatnya di dada mereka menuju ke tenggorokan mereka."Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami

Al-Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Abdul Jalil, dari Abu Hazim,dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Allah Swt. saat turun terdapat seribu hijab antara Dia dan Makhluk-Nya,

sebagian dari hijab itu terdiri atas nur (cahaya) dan kegelapan. Maka air yang ada dalam kegelapan itu mengeluarkan suara yang membuat hati menjadi copot. Kisah ini mauquf hanya sampai pada Abdullah ibnu Amr,

bersumber dari ucapannya; barangkali dia menyimpulkannya dari takwil surat Az-Zamilatain, (Al-Muddas's'ir dan Al-Muzzammil). Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا}


Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 26), hingga akhir ayat. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui Firman-Nya:


{لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}


Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu-min: 16) Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Allah Swt. menggulung langit dengan tangan kanan kekuasaan-Nya, dan menggenggam bumi dengan tangan kekuasaan lainnya, kemudian berfirmanlah Dia:


أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا الدَّيَّانُ، أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ؟ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ"؟


Akulah Raja, Akulah Yang Maha Membalas, di manakah raja-raja bumi, di manakah orang-orang yang kelewat batas, di manakah orang-orang yang takabur? Adapun firman Allah Swt.:


{وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا}


Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al-Furqan: 26) Yakni sangat sulit, sebab hari itu adalah hari keadilan dan hari peradilan serta diputuskan-Nya semua perkara. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ * عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ}


maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Al-Muddassir: 9-10) Demikianlah keadaan orang-orang kafir pada hari itu. Adapun keadaan orang-orang mukmin disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{لا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ}


Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، حَدَّثَنَا دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخدري قال: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: {يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ} مَا أَطْوَلَ هَذَا الْيَوْمَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُ لِيُخَفَّفُ عَلَى الْمُؤْمِنِ حتى يكون أَخَفَّ عَلَيْهِ مِنْ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ يُصَلِّيهَا فِي الدُّنْيَا"


Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darraj, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan

bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma'arij: 4) "Wahai Rasulullah, betapa lamanya hari tersebut." Maka Rasulullah Saw. menjawab:

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh akan diringankan bagi orang mukmin (lamanya hari tersebut) sehingga terasa lebih cepat baginya dari suatu salat fardu yang dikerjakannya di bumi. Adapun firman Allah Swt.:


{وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا}


Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya. (Al-Furqan: 27), hingga akhir ayat. Allah Swt. menceritakan tentang penyesalan orang yang zalim, yaitu orang yang menyimpang dari hidayah Rasulullah Saw.

dan tidak mempercayai kebenaran yang disampaikan olehnya dari sisi Allah, yang tiada keraguan di dalamnya. Lalu ia menempuh jalan lain, bukan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. Maka pada hari kiamat nanti dia akan menyesal,

yaitu di hari yang tiada gunanya lagi penyesalan, lalu ia menggigit kedua tangannya sebagai ekspresi dari kekecewaan dan penyesalannya. Sekalipun latar belakang turunnya ayat ini berkenaan dengan Uqbah ibnu Abu Mu'it atau lainnya

dari kalangan orang-orang yang celaka, tetapi maknanya bersifat umum mencakup semua orang yang zalim, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ


Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka. (Al-Ahzab: 66), hingga akhir ayat berikutnya. Setiap orang yang zalim kelak di hari kiamat akan menyesal dengan penyesalan yang sangat, dan ia akan menggigit kedua tangannya seraya berkata seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا}


Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). (Al-Furqan: 27-28) karena si Fulan memalingkannya dari jalan petunjuk,

lalu membawanya ke jalan kesesatan, jalannya orang-orang yang menyeru kepada kesesatan, baik dia adalah Umayyah ibnu Khalaf atau saudara lelakinya (yaitu Ubay ibnu Khalaf) dan lain-lainnya.


{لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي}


Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. (Al-Furqan: 29) Yakni sesudah Al-Qur'an sampai kepadanya. Dalam firman selanjutnya disebutkan:


{وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا}


Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan: 29) Yaitu menyesatkannya dan memalingkannya dari jalan yang hak, lalu membawa dan merayunya ke jalan kebatilan.

Surat Al-Furqan |25:26|

الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَٰنِ ۚ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا

al-mulku yauma`iżinil-ḥaqqu lir-roḥmaan, wa kaana yauman 'alal-kaafiriina 'asiiroo

Kerajaan yang hak pada hari itu adalah milik Tuhan Yang Maha Pengasih. Dan itulah hari yang sulit bagi orang-orang kafir.

True sovereignty, that Day, is for the Most Merciful. And it will be upon the disbelievers a difficult Day.

Tafsir
Jalalain

(Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Allah Yang Maha Pengasih) tiada seorang pun yang menyaingi-Nya dalam hal ini.

(Dan adalah) hari itu (satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir) berbeda dengan keadaan orang-orang yang beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 26 |

Penjelasan ada di ayat 25

Surat Al-Furqan |25:27|

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا

wa yauma ya'adhdhuzh-zhoolimu 'alaa yadaihi yaquulu yaa laitanittakhożtu ma'ar-rosuuli sabiilaa

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, "Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama rasul.

And the Day the wrongdoer will bite on his hands [in regret] he will say, "Oh, I wish I had taken with the Messenger a way.

Tafsir
Jalalain

(Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim) orang musyrik, yaitu Uqbah bin Mu'ith yang pernah membaca dua kalimat syahadat,

kemudian ia menjadi murtad demi mengambil hati Ubay bin Khalaf (menggigit dua tangannya) karena menyesal dan kecewa, di hari kiamat (seraya berkata, "Aduhai!)

huruf Ya menunjukkan makna penyesalan (Kiranya dahulu aku mengambil bersama Rasul) yakni Nabi Muhammad (jalan) petunjuk.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 27 |

Penjelasan ada di ayat 25

Surat Al-Furqan |25:28|

يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

yaa wailataa laitanii lam attakhiż fulaanan kholiilaa

Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),

Oh, woe to me! I wish I had not taken that one as a friend.

Tafsir
Jalalain

(Kecelakaan besar bagiku) huruf Alif dari lafal Yaa Wailataa merupakan pergantian Ya Idhafah, asalnya adalah Yaa Wailatii maknanya alangkah binasanya aku

(kiranya aku dahulu tidak menjadikan si Polan itu) yakni Ubay bin Khalaf yang dijilatnya tadi (teman akrab).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 28 |

Penjelasan ada di ayat 25

Surat Al-Furqan |25:29|

لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي ۗ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

laqod adhollanii 'aniż-żikri ba'da iż jaaa`anii, wa kaanasy-syaithoonu lil-insaani khożuulaa

sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur´an) ketika (Al-Qur´an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia."

He led me away from the remembrance after it had come to me. And ever is Satan, to man, a deserter."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari peringatan) Alquran (sesudah peringatan itu datang kepadaku") karena dialah yang menjadikan aku murtad dan tidak beriman lagi kepada Alquran.

Kemudian Allah berfirman, ("Dan adalah setan itu terhadap manusia) yang kafir (selalu membuat kecewa.") karena ia akan meninggalkannya begitu saja, cuci tangan bilamana manusia tertimpa malapetaka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 29 |

Penjelasan ada di ayat 25

Surat Al-Furqan |25:30|

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

wa qoolar-rosuulu yaa robbi inna qoumittakhożuu haażal-qur`aana mahjuuroo

Dan rasul (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur´an ini diabaikan."

And the Messenger has said, "O my Lord, indeed my people have taken this Qur'an as [a thing] abandoned."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah Rasul) Nabi Muhammad, ("Ya Rabbku! Sesungguhnya kaumku) kabilah Quraisy (menjadikan Alquran ini suatu yang diasingkan") ditinggal begitu saja. Maka Allah swt. berfirman,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 30 |

Tafsir ayat 30-31

Allah Swt. menceritakan tentang nabi-Nya, yaitu Muhammad Saw. Bahwa dia mengatakan:


{يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا}


Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan. (Al-Furqan: 30) Demikian itu karena orang-orang musyrik tidak mau mendengar Al-Qur'an dengan penuh ketaatan, tidak mau pula mendengarnya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Firman-Nya dalam ayat lain:


{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ}


Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya. (Fussilat: 26), hingga akhir ayat.Apabila dibacakan Al-Qur'an kepada mereka,

mereka melakukan hiruk-pikuk dan banyak berbicara tentang hal lainnya hingga orang-orang tidak dapat mendengarkannya. Ini merupakan salah satu sikap yang meng­gambarkan ketidakacuhan kepada Al-Qur'an,

tidak mau beriman kepada Al-Qur'an serta tidak membenarkannya, termasuk sikap meninggalkan Al-Qur'an. Termasuk sikap tidak mengacuhkan Al-Qur'an ialah tidak mau merenungkan dan memahami maknanya.

Termasuk ke dalam pengertian tidak mengacuhkan Al-Qur'an ialah tidak mengamalkannya dan tidak melaksanakan perintah-perintahnya, serta tidak meninggalkan larangan-larangannya. Termasuk pula ke dalam pengertian

tidak mengacuhkan Al-Qur'an ialah mengesampingkannya, lalu menuju kepada yang lainnya, baik berupa syair, pendapat, nyanyian atau main-main, cerita atau pun metode yang diambil bukan darinya.

Semoga Allah Yang Maha Penganugerah lagi Mahakuasa atas segala sesuatu menyelamatkan kita dari hal-hal yang membuat-Nya murka, dan menggerakkan kita kepada hal-hal yang diridai oleh-Nya, seperti meng­hafal Al-Qur'an-Nya,

memahaminya, dan mengamalkan apa yang di­kandungnya di tengah malam dan siang hari, sesuai dengan cara yang disukai dan diridai-Nya. Sesungguhnya Dia Mahamulia lagi Maha Pemberi. Firman Allah Swt.:


{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ}


Dan seperti itulah telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 31) Seperti yang terjadi pada dirimu, hai Muhammad, dari kaummu, yaitu orang-orang yang tidak mengacuhkan Al-Qur'an.

Hal yang sama telah terjadi pula di kalangan umat-umat terdahulu. Karena Allah menjadikan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari kalangan orang-orang yang berdosa yang menyeru manusia kepada kesesatan dan kekafiran mereka. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebut dalam ayat lain melalui firman-Nya:


وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ


Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112) Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا}


Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. (Al-Furqan: 31) bagi orang yang mengikuti Rasul-Nya, beriman kepada Kitab-Nya, membenarkannya dan mengikuti petunjuknya.

Sesungguhnya Allah akan memberinya petunjuk dan menolongnya di dunia dan di akhirat. Disebutkan oleh firman-Nya:


{هَادِيًا وَنَصِيرًا}


menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. (Al-Furqan: 31) tiada lain karena orang-orang musyrik selalu menghalang-halangi manusia dari mengikuti ajaran Al-Qur'an, dengan tujuan agar tiada seorang pun yang memakai petunjuknya,

dan agar jalan mereka (orang-orang musyrik) dapat mengalahkan petunjuk Al-Qur'an. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ


Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 31), hingga akhir ayat.

Surat Al-Furqan |25:31|

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا

wa każaalika ja'alnaa likulli nabiyyin 'aduwwam minal-mujrimiin, wa kafaa birobbika haadiyaw wa nashiiroo

Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.

And thus have We made for every prophet an enemy from among the criminals. But sufficient is your Lord as a guide and a helper.

Tafsir
Jalalain

("Dan seperti itulah) sebagaimana Kami telah menjadikan bagimu musuh dari kalangan orang-orang musyrik kaummu sendiri (Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi) sebelum kamu

(musuh dari orang-orang yang berdosa) yakni orang-orang musyrik maka bersabarlah sebagaimana mereka bersabar.

(Dan cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi petunjuk) bagimu (dan Penolong") yang menolong kamu terhadap musuh-musuhmu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 31 |

Penjelasan ada di ayat 30

Surat Al-Furqan |25:32|

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

wa qoolallażiina kafaruu lau laa nuzzila 'alaihil-qur`aanu jumlataw waaḥidah, każaalika linuṡabbita bihii fu`aadaka wa rottalnaahu tartiilaa

Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa Al-Qur´an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?" Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).

And those who disbelieve say, "Why was the Qur'an not revealed to him all at once?" Thus [it is] that We may strengthen thereby your heart. And We have spaced it distinctly.

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah orang-orang yang kafir, "Mengapa tidak) (diturunkan kepadanya Alquran sekali turun saja") sebagaimana kitab Taurat, kitab Injil dan kitab Zabur. Allah menjawab melalui firman-Nya,

"Kami sengaja menurunkannya (demikian) secara terpisah-pisah (supaya Kami perkuat hatimu dengannya) Kami menguatkan kalbumu dengan Alquran

(dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok") Kami menurunkannya tahap demi tahap secara perlahan dan tidak tergesa-gesa, supaya mudah dipahami dan dihafal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 32 |

Tafsir ayat 32-34

Allah Swt. menceritakan tentang sikap orang-orang kafir yang banyak menentang dan ingkar, juga keusilan mereka terhadap hal yang bukan urusan mereka, karena mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{لَوْلا نزلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً}


Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? (Al-Furqan: 32) Yakni mengapa Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Muhammad tidak diturunkan sekali turun saja, sebagaimana telah diturunkan kitab-kitab

yang sebelumnya sekaligus, seperti kitab Taurat, Injil, Zabur, dan kitab-kitab samawi lainnya? Maka Allah Swt. menjawab perkataan tersebut. Sesungguhnya Dia menurunkan Al-Qur'an secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun

menurut peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang berkaitan dengannya serta menurut hukum yang diperlukan, tiada lain untuk meneguhkan hati orang-orang mukmin terhadapnya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ}


Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur. (Al-Isra: 106), hingga akhir ayat. Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا}


supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil. (Al-Furqan: 32) Qatadah mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni Kami menjelaskannya sejelas-jelasnya. Menurut Ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah Kami menafsirkannya dengan jelas.


{وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ}


Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33) Yaitu dengan membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.


{إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا}


melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33) Artinya, tidak sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara yang hak, melainkan

Kami sanggah mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas, lebih terang, dan lebih fasih daripada ucapan mereka.Sa'id ibnu Jubair mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang

kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33 ) Yakni suatu usaha untuk menjatuhkan Al-Qur'an dan Rasulullah Saw. melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar. (Al-Furqan: 33), hingga akhir ayat. kecuali Jibril turun

mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka. Hal ini tiada lain menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rasulullah Saw. di sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt., baik di pagi hari,

maupun di petang hari, di siang hari maupun di malam hari, sedang dalam perjalanan maupun sedang berada di tempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur'an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab

yang terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranya dari kalangan semua nabi.Al-Qur'an adalah kitab yang paling mulia

yang diturunkan oleh Allah Swt., dan Nabi Muhammad Saw. adalah nabi yang paling besar yang diutus oleh Allah Swt. Al-Qur'an mempunyai dua sifat kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu Di alam mala'ul a'la,

Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul izzah di langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur'an diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.

Imam Nasai telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit yang paling bawah pada malam Qadar. Kemudian diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun.

Kemudian membaca: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33) Dan firman Allah Swt.:

Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al-Isra: 106) Kemudian Allah Swt. menceritakan

tentang buruknya keadaan orang-orang kafir di hari mereka dikembalikan kepada Allah, yaitu hari kiamat. Mereka digiring masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan yang paling buruk dan rupa yang paling jelek. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَى جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلا}


Orang-orang yang dihimpun ke neraka Jahanam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 34) Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan

melalui sahabat Anas yang telah mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya (kepada Rasul Saw.), "Wahai Rasulullah, bagaimanakah orang kafir digiring masuk ke neraka Jahanam di atas mukanya?" Rasulullah Saw. menjawab:


"إِنَّ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ قَادِرٌ أَنْ يُمشِيَه عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"


Sesungguhnya Tuhan yang membuatnya berjalan di atas kedua kakinya mampu membuatnya berjalan di atas mukanya kelak di hari kiamat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan mufassirin.

Surat Al-Furqan |25:33|

وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

wa laa ya`tuunaka bimaṡalin illaa ji`naaka bil-ḥaqqi wa aḥsana tafsiiroo

Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik.

And they do not come to you with an argument except that We bring you the truth and the best explanation.

Tafsir
Jalalain

(Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil) untuk membatalkan perkaramu (melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar)

yang menolak dan membantahnya (dan yang paling baik penjelasannya) untuk menjelaskan perkara yang sebenarnya kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 33 |

Penjelasan ada di ayat 32

Surat Al-Furqan |25:34|

الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلًا

allażiina yuḥsyaruuna 'alaa wujuuhihim ilaa jahannama ulaaa`ika syarrum makaanaw wa adhollu sabiilaa

Orang-orang yang dikumpulkan di Neraka Jahanam dengan diseret wajahnya, mereka itulah yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya.

The ones who are gathered on their faces to Hell - those are the worst in position and farthest astray in [their] way.

Tafsir
Jalalain

Mereka adalah (orang-orang yang dihimpunkan dengan diseret atas muka-muka mereka) mereka digiring seraya diseret (ke neraka Jahanam, mereka itulah orang-orang yang paling buruk tempatnya)

yaitu neraka Jahanam (dan paling sesat jalannya) paling keliru jalannya bila dibandingkan dengan selain mereka, sebab kekafirannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 34 |

Penjelasan ada di ayat 32

Surat Al-Furqan |25:35|

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا

wa laqod aatainaa muusal-kitaaba wa ja'alnaa ma'ahuuu akhoohu haaruuna waziiroo

Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).

And We had certainly given Moses the Scripture and appointed with him his brother Aaron as an assistant.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa kitab) Taurat (dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir) yang membantunya di dalam menyampaikan tugas risalahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 35 |

Tafsir ayat 35-40

Allah Swt. berfirman seraya mengancam orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Mereka terdiri atas kalangan orang-orang musyrik kaumnya dan orang-orang yang menentangnya. Allah Swt.

memperingatkan mereka terhadap siksaan-Nya dan azab-Nya yang sangat pedih yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah Swt. memulainya dengan menyebutkan kisah Musa,

bahwa Dia telah mengutusnya dan mengangkat saudara laki-lakinya yang bernama Harun sebagai nabi yang membantu, mendukung, dan menolongnya. Akan tetapi, fir'aun dan bala tentaranya mendustakannya.


{دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا}


Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10) Demikian pula yang telah dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum Nuh a.s. yang mendustakan Rasul-Nya.

Barang siapa yang mendustakan salah seorang rasul Allah, berarti ia mendustakan semua rasul Allah, sebab tidak ada bedanya antara rasul yang satu dengan rasul yang lainnya. Seandainya Allah

menakdirkan untuk mengutus kepada mereka semua rasul, maka pastilah mereka akan mendustakan para rasul Allah itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ}


Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. (Al-Furqan: 37) Allah Swt. tidak mengutus kepada mereka selain Nuh a.s. saja. Ia tinggal di kalangan mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun,

seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. dan memperingatkan mereka akan azab Allah (bila mereka tidak menaati seruannya).


وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ


Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (Hud: 40) Karena itulah Allah menenggelamkan mereka semuanya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tersisa, dan tidak ada seorang Bani Adam pun yang ada di muka bumi tersisa kecuali orang-orang yang menaiki perahu Nuh a.s.


{وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً}


dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. (Al-Furqan: 37) Yakni pelajaran yang dijadikan sebagai peringatan bagi mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:


{إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ * لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ}


Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.

(Al-Haqqah: 11-12) Kami biarkan kalian menaiki bahtera menempuh ombak lautan agar kalian ingat akan nikmat Allah kepada kalian, bahwa kalian telah diselamatkan dari tenggelam, dan menjadikan kalian termasuk keturunan orang-orang yang beriman kepada-Nya dan membenarkan perintah-Nya. Firman Allah Swt.:


{وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ}


dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Samud dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan kisah mengenai kaum Ad dan kaum Samud bukan hanya dalam satu surat, seperti dalam surat Al-A'raf,

sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam pembahasan ini.Adapun mengenai penduduk Rass, menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa mereka adalah penduduk suatu kota dari kalangan kaum Samud. Ibnu Juraij mengatakan,

Ikrimah pernah mengatakan bahwa penduduk Rass bertempat tinggal di Falj, mereka adalah penduduk Yasin. Qatadah mengatakan bahwa Falj termasuk salah satu kota yang terletak di Yamamah.Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan

berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Rass adalah nama sebuah sumur yang terletak di Adzerbijan. As'-Sauri meriwayatkan dari Abu Bakar, dari Ikrimah, bahwa Rass adalah nama sebuah sumur; penduduk di sekitarnya mengebumikan nabi mereka di dalam sumur itu.


قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ [الْقُرَظِيِّ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَبْدُ الْأَسْوَدُ، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ -تَعَالَى وَتَبَارَكَ -بَعَثَ نَبِيًّا إِلَى أَهْلِ قَرْيَةٍ، فَلَمْ يُؤْمِنْ بِهِ مِنْ أَهْلِهَا إِلَّا ذَلِكَ الْعَبْدُ الْأَسْوَدُ، ثُمَّ إِنَّ أَهْلَ الْقَرْيَةِ عدَوا عَلَى النَّبِيِّ، فَحَفَرُوا لَهُ بِئْرًا فَأَلْقَوْهُ فِيهَا، ثُمَّ أَطْبَقُوا عَلَيْهِ بِحَجَرٍ ضَخْمٍ قَالَ: "فَكَانَ ذَلِكَ الْعَبْدُ يَذْهَبُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى ظَهْرِهِ، ثُمَّ يَأْتِي بِحَطَبِهِ فَيَبِيعُهُ، وَيَشْتَرِي بِهِ طَعَامًا وَشَرَابًا، ثُمَّ يَأْتِي بِهِ إِلَى تِلْكَ الْبِئْرِ، فَيَرْفَعُ تِلْكَ الصَّخْرَةَ، وَيُعِينُهُ اللَّهُ عَلَيْهَا، فَيُدْلِي إِلَيْهِ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ، ثُمَّ يَرُدُّهَا كَمَا كَانَتْ". قَالَ: "فَكَانَ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ إِنَّهُ ذَهَبَ يوماً يَحْتَطِبُ كَمَا كَانَ يَصْنَعُ، فَجَمَعَ حَطَبَهُ وحَزم وَفَرَغَ مِنْهَا فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَحْتَمِلَهَا وَجَدَ سِنَةً، فَاضْطَجَعَ فَنَامَ، فَضَرَبَ اللَّهُ عَلَى أُذُنِهِ سَبْعَ سِنِينَ نَائِمًا، ثُمَّ إِنَّهُ هَبّ فَتَمَطَّى، فَتَحَوَّلَ لِشِقِّهِ الْآخَرِ فَاضْطَجَعَ، فَضَرَبَ اللَّهُ عَلَى أُذُنِهِ سَبْعَ سِنِينَ أُخْرَى، ثُمَّ إِنَّهُ هَبَّ وَاحْتَمَلَ حُزْمَته وَلَا يحسبُ إِلَّا أَنَّهُ نَامَ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ فَجَاءَ إِلَى الْقَرْيَةِ فَبَاعَ حُزْمَتَهُ، ثُمَّ اشْتَرَى طَعَامًا وَشَرَابًا كَمَا كَانَ يَصْنَعُ. ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى الْحُفَيْرَةِ فِي مَوْضِعِهَا الَّذِي كَانَتْ فِيهِ، فَالْتَمَسَهُ فَلَمْ يَجِدْهُ. وَكَانَ قَدْ بَدَا لِقَوْمِهِ فِيهِ بَداء، فَاسْتَخْرَجُوهُ وَآمَنُوا بِهِ وصدقوه". قال: فَكَانَ نَبِيُّهُمْ يَسْأَلُهُمْ عَنْ ذَلِكَ الْأَسْوَدِ: مَا فَعَلَ؟ فَيَقُولُونَ لَهُ: لَا نَدْرِي. حَتَّى قَبَضَ اللَّهُ النَّبِيَّ، وَأهبّ الأسودَ مِنْ نَوْمَتِهِ بَعْدَ ذَلِكَ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ ذَلِكَ الأسودَ لأولُ مَنْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ".


Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya manusia yang mula-mula masuk surga kelak di hari kiamat adalah seorang hamba berkulit hitam.

Demikian itu karena Allah Swt. mengutus seorang nabi kepada penduduk suatu kota, tiada yang beriman dari kalangan penduduk kota itu kecuali hamba yang berkulit hitam tersebut. Kemudian penduduk kota menangkap nabi mereka,

lalu membuat sebuah sumur. Selanjutnya mereka melemparkan nabinya ke dalam sumur itu, kemudian mulut sumur itu mereka tutup dengan batu besar. Hamba itu setiap harinya berangkat mencari kayu, kemudian kayu itu ia panggul

di atas pundaknya dan dijualnya kayu itu, hasilnya ia belikan makanan dan minuman. Kemudian ia membawa makanan dan minuman itu ke sumur tersebut. Lalu ia mengangkat batu besar itu dengan pertolongan dari Allah

(hingga ia kuat mengangkatnya sendirian), kemudian ia mengulurkan makanan dan minuman itu ke dalam sumur. Setelah selesai, ia mengembalikan batu itu seperti sediakala. Demikianlah yang dilakukan oleh si hamba itu setiap harinya

selama masa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu pada suatu hari seperti biasanya ia mencari kayu. Setelah beroleh kayu, ia mengumpulkannya dan mengikatnya. Ketika hendak memanggulnya, tiba-tiba rasa kantuk berat menyerangnya.

Ia berbaring sebentar untuk istirahat dan tertidur, maka Allah menjadikannya tertidur selama tujuh tahun. Setelah itu ia terbangun dan menjulurkan tubuhnya, lalu pindah ke sisi lambung yang lain, maka Allah menjadikannya

tertidur lagi selama tujuh tahun berikutnya. Kemudian ia terbangun, lalu memanggul ikatan kayunya, sedangkan dia mengira bahwa dirinya hanya tidur selama setengah hari. Lalu ia datang ke kota dan menjual kayunya,

lalu membeli makanan dan minuman seperti yang ia lakukan sebelumnya. Ia pergi menuju sumur tersebut yang di dalamnya terdapat seorang nabi yang disekap. Lalu ia mencarinya, tetapi ternyata ia tidak men­jumpainya. Tanpa diketahuinya

kaumnya telah sadar, lalu mereka mengeluarkan nabi itu dari dalam sumur tersebut, dan mereka beriman kepadanya serta membenarkannya. Lalu Nabi itu menanyakan kepada mereka perihal si budak hitam, apa saja yang dilakukannya?

Mereka menjawab, 'Kami tidak mengetahui,' hingga akhirnya nabi itu wafat. Sesudah itu si budak hitam tersebut terbangun dari tidurnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya budak hitam itu adalah

orang yang mula-mula masuk surga. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ka'b secara mursal. Akan tetapi, di dalamnya terdapat garabah

dan nakarah. Barangkali di dalam hadis terdapat idraj, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.Ibnu Jarir mengatakan, tidak boleh menakwilkan bahwa mereka adalah penduduk Rass yang disebut di dalam Al-Qur'an,

karena Allah telah menceritakan perihal mereka; bahwa Allah telah membinasakan mereka, sedangkan yang disebut di dalam hadis ini mereka beriman dan percaya kepada nabinya. Terkecuali jika ditakwilkan bahwa peristiwa itu

terjadi setelah bapak-bapak mereka binasa, lalu keturunannya beriman kepada nabi mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan penduduk Rass ialah

orang-orang yang memiliki galian (parit), yaitu mereka yang disebut di dalam surat Al-Buruj. Hanya Allah­lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt.:


{وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا}


dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. (Al-Furqan: 38) Yakni umat-umat yang jumlahnya berkali lipat daripada mereka yang telah disebutkan, semuanya telah Kami binasakan. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَكُلا ضَرَبْنَا لَهُ الأمْثَالَ}


Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan. (Al-Furqan: 39) Kami jelaskan kepada mereka hujah-hujah (alasan-alasan) dan Kami terangkan bukti-bukti kepada mereka. Seperti yang dikatakan oleh Qatadah, bahwa Kami lenyapkan semua alasan dari mereka.


{وَكُلا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا}


dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya. (Al-Furqan: 39) Yaitu Kami hancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ}


Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17) Al-qarn artinya umat, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:


{ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ}


Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. (Al-Mu-minun: 42) Sebagian di antara mereka mendefinisikannya bahwa satu kurun sama dengan seratus dua puluh tahun. Menurut pendapat yang lain seratus tahun,

menurut pendapat yang lainnya lagi delapan puluh tahun, ada pula yang mengatakan empat puluh tahun, dan banyak lagi pendapat lainnya yang berbeda-beda. Tetapi menurut pendapat yang kuat, yang dimaksud

dengan qarn adalah umat yang ada di suatu kurun waktu (suatu zaman). Apabila mereka semuanya telah tiada, lalu diganti oleh generasi yang baru, maka generasi itu dinamakan qarn yang lain (generasi yang lain).

Seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu sabda Nabi Saw. yang mengatakan:


"خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ"


Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang (generasi) yang sesudahnya, kemudian orang-orang (generasi)yang sesudahnya lagi. Firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ}


Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). (Al-Furqan: 40) Yaitu kotanya kaum Nabi Lut kota Sadum

yang telah dibinasakan oleh Allah; buminya dibalikkan, lalu dihujani dengan hujan batu dari Sijjil. Seperti yang disebut di dalam firman-Nya:


{وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ}


Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang diberi peringatan itu. (Asy-Syu'ara: 173)


{وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ * وَبِاللَّيْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}


Dan sesungguhnya kalian (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kalian tidak memikirkan? (As-Saffat: 137-138)


{وَإِنَّهَا لَبِسَبِيلٍ مُقِيمٍ}


Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (Al-Hijr: 76) Dan firman Allah Swt.:


{وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ مُبِينٍ}


Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. (Al-Hijr: 79) Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا}


Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu. (Al-Furqan: 40) yang karenanya lalu mereka mengambil pelajaran dari azab dan pem­balasan Allah yang telah menimpa para penduduknya akibat mendustakan rasul-Nya dan menentang perintah-perintah Allah Swt.


{بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا}


bahkan mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan. (Al-Furqan: 40) Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang kafir yang melalui jalan tersebut tidak mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit kelak di hari kiamat.

Surat Al-Furqan |25:36|

فَقُلْنَا اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَدَمَّرْنَاهُمْ تَدْمِيرًا

fa qulnaż-habaaa ilal-qoumillażiina każżabuu bi`aayaatinaa, fa dammarnaahum tadmiiroo

Kemudian Kami berfirman (kepada keduanya), "Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami." Lalu Kami hancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya.

And We said, "Go both of you to the people who have denied Our signs." Then We destroyed them with [complete] destruction.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami berfirman kepada keduanya, "Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami") yakni bangsa Koptik, Firaun dan kaumnya,

lalu keduanya berangkat ke negeri mereka, akan tetapi mereka mendustakannya. (Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya) Kami menumpas mereka sampai binasa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 36 |

Penjelasan ada di ayat 35

Surat Al-Furqan |25:37|

وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً ۖ وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا

wa qouma nuuḥil lammaa każżabur-rusula aghroqnaahum wa ja'alnaahum lin-naasi aayah, wa a'tadnaa lizh-zhoolimiina 'ażaaban aliimaa

Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih,

And the people of Noah - when they denied the messengers, We drowned them, and We made them for mankind a sign. And We have prepared for the wrongdoers a painful punishment.

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (kaum Nuh tatkala mereka mendustakan Rasul-rasul) mereka mendustakan Nabi Nuh, mengingat Nabi Nuh tinggal bersama mereka dalam kurun waktu yang lama sekali,

maka diungkapkan dalam ayat ini seolah-olah Nabi Nuh menduduki tempat Rasul-rasul. Atau karena dengan mendustakan Nabi Nuh maka seolah-olah mereka mendustakan Rasul-rasul lainnya

yang membawa risalah yang sama dengan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh, yaitu ajaran Tauhid (Kami tenggelamkan mereka) lafal ayat ini menjadi jawab dari Lamma

(dan Kami jadikan cerita mereka bagi manusia) sesudah mereka (sebagai tanda) pelajaran (dan Kami telah menyediakan) di akhirat (untuk orang-orang yang zalim)

yakni orang-orang kafir (azab yang pedih) siksaan yang sangat menyakitkan di samping azab yang telah mereka rasakan sewaktu hidup di dunia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 37 |

Penjelasan ada di ayat 35

Surat Al-Furqan |25:38|

وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا

wa 'aadaw wa ṡamuuda wa ash-ḥaabar-rossi wa quruunam baina żaalika kaṡiiroo

dan (telah Kami binasakan) kaum ´Aad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.

And [We destroyed] 'Aad and Thamud and the companions of the well and many generations between them.

Tafsir
Jalalain

(Dan) ingatlah (kaum Ad) yakni kaum Nabi Hud (dan Tsamud) kaum Nabi Saleh (dan penduduk Rass) nama sebuah sumur; Nabi mereka menurut suatu pendapat adalah Nabi Syuaib,

tetapi menurut pendapat yang lain bukan Nabi Syuaib. Mereka tinggal di sekitar sumur itu, kemudian sumur itu amblas berikut orang-orang yang tinggal di sekitarnya dan rumah-rumah mereka pun ikut amblas

(dan banyak lagi generasi-generasi) kaum-kaum (di antara kaum-kaum tersebut) yakni antara kaum Ad dan penduduk Rass.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 38 |

Penjelasan ada di ayat 35

Surat Al-Furqan |25:39|

وَكُلًّا ضَرَبْنَا لَهُ الْأَمْثَالَ ۖ وَكُلًّا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا

wa kullan dhorobnaa lahul-amṡaala wa kullan tabbarnaa tatbiiroo

Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.

And for each We presented examples [as warnings], and each We destroyed with [total] destruction.

Tafsir
Jalalain

(Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka tamsil) untuk menegakkan hujah terhadap mereka, oleh karenanya tidak sekali-kali Kami membinasakan mereka

melainkan sesudah mereka Kami beri peringatan (dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya)

yakni Kami tumpas mereka hingga binasa, disebabkan mereka telah mendustakan nabi-nabi mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 35

Surat Al-Furqan |25:40|

وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ ۚ أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا ۚ بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا

wa laqod atau 'alal-qoryatillatiii umthirot mathoros-sauu`, a fa lam yakuunuu yarounahaa, bal kaanuu laa yarjuuna nusyuuroo

Dan sungguh, mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui negeri (Sodom) yang (dulu) dijatuhi hujan yang buruk (hujan batu). Tidakkah mereka menyaksikannya? Bahkan mereka itu sebenarnya tidak mengharapkan hari Kebangkitan.

And they have already come upon the town which was showered with a rain of evil. So have they not seen it? But they are not expecting resurrection.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya mereka telah melalui) yakni orang-orang kafir Mekah itu sering melewati (sebuah negeri yang dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya)

lafal As Sau' adalah bentuk Mashdar dari lafal Saa-a. Maksudnya mereka telah dihujani dengan batu-batu; negeri tempat tinggal mereka adalah suatu kota yang paling besar bagi kaum Nabi Luth,

kemudian Allah membinasakan mereka sebab mereka gemar melakukan perbuatan yang keji. (Maka apakah mereka tidak menyaksikan bekas-bekasnya)

di dalam perjalanan mereka menuju ke negeri Syam, kemudian mereka mengambil pelajaran darinya Istifham atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna Taqrir, maksudnya,

hendaklah mereka mengambil pelajaran dari bekas-bekas itu (bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan) mereka tidak takut sama sekali (akan kebangkitan)

maksudnya hari mereka dihidupkan kembali, mereka sama sekali tidak beriman kepadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 40 |

Penjelasan ada di ayat 35

Surat Al-Furqan |25:41|

وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَٰذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولًا

wa iżaa ro`auka iy yattakhiżuunaka illaa huzuwaa, a haażallażii ba'aṡallohu rosuulaa

Dan apabila mereka melihat engkau (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan engkau sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?

And when they see you, [O Muhammad], they take you not except in ridicule, [saying], "Is this the one whom Allah has sent as a messenger?

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila mereka melihat kamu, maka tidak lain) (mereka menjadikan kamu sebagai ejekan) sasaran ejekan mereka, di dalam ejekannya itu mereka mengatakan,

("Inikah orangnya yang diutus oleh Allah sebagai Rasul) menurut pengakuannya. Mereka mengatakan demikian dengan nada menghina dan menganggap remeh risalah yang dibawanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 41 |

Tafsir ayat 41-44

Allah Swt. menceritakan tentang ejekan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik kepada Rasulullah Saw. bila mereka melihatnya, seperti yang disebut di dalam firman-Nya:


{وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ}


Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Al-Anbiya: 36), hingga akhir ayat. Maksudnya, mereka menuduhnya melakukan suatu hal yang aib dan mendiskreditkannya. Maka dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولا}


Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?” (Al-Furqan: 41)

Mereka mengatakannya dengan nada sinis dan mengejek, semoga Allah melaknat mereka. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:


وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ


Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu. (Al-An’am 10, Ar-Ra’d: 32 dan Al-Anbiya: 41), Adapun firman Allah Swt. yang menyitir ucapan orang-orang kafir:


{إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا}


Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita. (Al-Furqan: 42) Mereka bermaksud bahwa dia hampir saja membelokkan mereka dari menyembah berhala, sekiranya mereka tidak sabar

dan tabah serta tetap menyembah berhala-berhala sembahan mereka. Maka Allah Swt. berfirman mengancam mereka:


{وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ}


Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab. (Al-Furqan: 42), hingga akhir ayat. Kemudian Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada Nabi-Nya, bahwa orang yang telah ditakdirkan celaka dan sesat oleh Allah, maka tiada se­orang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya selain Allah Swt.


{أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ}


Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Furqan: 43) Yakni mana saja yang dianggap baik oleh selera hawa nafsunya, maka itu adalah tuntunan dan panutannya. Sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ}


Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. (Fatir: 8), hingga akhir ayat. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:


{أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا}


Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Al-Furqan: 43) Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu di masa Jahiliah seseorang menyembah batu putih selama suatu masa. Maka bila ia melihat sesuatu yang lain

yang lebih baik daripada batu putih sembahannya itu, ia beralih menyembahnya dan meninggalkan sembahan yang pertama. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ}


Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? (Al-Furqan: 44), hingga akhir ayat. Yakni mereka lebih buruk keadaannya daripada hewan ternak yang dilepas bebas, karena sesungguhnya

hewan ternak itu hanyalah melakukan sesuai dengan naluri kehewanannya. Sedangkan mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, lalu mengapa mereka tidak menyembah-Nya?

Bahkan mereka menyembah selain-Nya dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, padahal hujah telah ditegakkan terhadap mereka dengan diutus-Nya para rasul kepada mereka.

Surat Al-Furqan |25:42|

إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلَا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا ۚ وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا

ing kaada layudhillunaa 'an aalihatinaa lau laaa an shobarnaa 'alaihaa, wa saufa ya'lamuuna ḥiina yarounal-'ażaaba man adhollu sabiilaa

Sungguh, hampir saja dia menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan (menyembah)nya." Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.

He almost would have misled us from our gods had we not been steadfast in [worship of] them." But they are going to know, when they see the punishment, who is farthest astray in [his] way.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya) lafal In adalah bentuk Takhfif dari lafal Inna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, jadi bentuk lengkapnya adalah Innahuu, artinya, sesungguhnya ia

(hampirlah ia menyesatkan kita) memalingkan diri kita (dari sesembahan-sesembahan kita, seandainya kita tidak sabar menyembahnya.")

niscaya kita dapat dipalingkan dari sesembahan-sesembahan kita olehnya. Maka Allah berfirman, ("Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab)

secara terang-terangan kelak di akhirat (siapa yang paling sesat jalannya") yang paling keliru tuntunannya, apakah mereka ataukah orang-orang yang beriman

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Furqan |25:43|

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا

a ro`aita manittakhoża ilaahahuu hawaah, a fa anta takuunu 'alaihi wakiilaa

Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?

Have you seen the one who takes as his god his own desire? Then would you be responsible for him?

Tafsir
Jalalain

(Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepada-Ku (tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya) maksudnya orang-orang yang menurutkan hawa nafsunya;

dalam ungkapan ayat ini Maf'ul kedua didahulukan mengingat kedudukannya yang penting, yaitu lafal Ilaahahu. Sedangkan jumlah Manittakhadza Hawaahu adalah Maf'ul Awwal dari lafal Ara-aita,

dan Maf'ul yang kedua adalah lafal Ilaahahu yang didahulukan tadi. (Maka apakah kamu dapat menjadi pemeliharanya) yang dapat memelihara dia untuk tidak mengikuti hawa nafsunya Tentu saja tidak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Furqan |25:44|

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

am taḥsabu anna akṡarohum yasma'uuna au ya'qiluun, in hum illaa kal-an'aami bal hum adhollu sabiilaa

Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya.

Or do you think that most of them hear or reason? They are not except like livestock. Rather, they are [even] more astray in [their] way.

Tafsir
Jalalain

(Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar) dengan pendengaran yang dibarengi dengan pengertian (atau memahami)

apa yang kamu katakan kepada mereka. (Tiada lain) (mereka itu hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi jalannya) daripada binatang ternak itu,

karena binatang ternak mau menurut dan patuh kepada penggembalanya, sedangkan mereka tidak mau menaati Pemeliharanya, yaitu Allah, yang telah memberikan kenikmatan kepada mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 44 |

Penjelasan ada di ayat 41

Surat Al-Furqan |25:45|

أَلَمْ تَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًا

a lam taro ilaa robbika kaifa maddazh-zhill, walau syaaa`a laja'alahuu saakinaa, ṡumma ja'alnasy-syamsa 'alaihi daliilaa

Tidakkah engkau memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang, dan sekiranya Dia menghendaki, niscaya Dia jadikannya (bayang-bayang itu) tetap, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk,

Have you not considered your Lord - how He extends the shadow, and if He willed, He could have made it stationary? Then We made the sun for it an indication.

Tafsir
Jalalain

(Apakah kamu tidak memperhatikan) yakni tidak melihat (kepada) ciptaan (Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang)

mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan hendak terbitnya (dan kalau Dia menghendaki) yakni Rabbmu (niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap)

artinya tidak hilang sekalipun matahari terbit (kemudian Kami jadikan matahari atasnya) yakni bayang-bayang atau gelap itu (sebagai petunjuk)

karena seandainya tidak ada matahari maka niscaya bayang-bayang atau gelap itu tidak akan dikenal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 45 |

Tafsir ayat 45-47

Mulai dari bagian ini Allah Swt. menjelaskan dalil-dalil yang menunjuk­kan keberadaan dan kekuasaan-Nya yang sempurna, bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu yang beraneka ragam lagi kontradiksi itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ}


Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang? (Al-Furqan: 45) Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abul Aliyah, Abu Malik, Masruq, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, An-Nakha'i,

Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah telah mengatakan bahwa hal itu terjadi di antara terbitnya fajar sampai dengan terbitnya matahari.


{وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا}


dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu. (Al-Furqan: 45) Yaitu tetap dan tidak hilang, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا


Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untuk kalian malam itu terus-menerus.” (Al-Qasas: 71) Adapun firman Allah Swt.:


{ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلا}


kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu. (Al-Furqan: 45) Artinya, seandainya matahari tidak terbit atas bayang-bayang itu, tentulah bayang-bayang tidak akan ada; karena sesungguhnya

sesuatu itu tidak dikenal melainkan melalui lawannya. Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa matahari sebagai petunjuk yang mengiringi dan mengikutinya hingga sinar matahari berada di atasnya. Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا}


kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) . Menurut suatu pendapat, damir yang ada pada ayat kembali kepada bayang-bayang. Sedangkan menurut pendapat yang lain,

kembali kepada matahari. Yang dimaksud dengan yasiran ialah perlahan-lahan. Menurut Ibnu Abbas artinya cepat, sedangkan menurut Mujahid tersembunyi. As-Saddi mengatakan tarikan yang tersembunyi, sehingga tiada bayangan lagi

di muka bumi melainkan yang ada di bawah atap atau di bawah pohon, karena matahari menyinari semua yang ada di atas bumi.Ayyub ibnu Musa mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) Yakni sedikit demi sedikit. Firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا}


Dialah yang menjadikan untuk kalian malam (sebagai) pakaian. (Al-Furqan:47) Maksudnya, menyembunyikan wujud dan menutupinya. Sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:


{وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى}


Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (Al-Lail: 1) Adapun firman Allah Swt.:


{وَالنَّوْمَ سُبَاتًا}


dan tidur untuk istirahat. (Al-Furqan: 47) Yaitu menghentikan semua gerakan untuk istirahat agar tubuh menjadi segar kembali. Karena sesungguhnya semua anggota tubuh dan panca indra mengalami kelelahan akibat banyak bergerak

dalam melakukan aktivitas di siang hari mencari penghidupan. Apabila malam hari tiba dan suasana menjadi tenang, maka menjadi tenang pula semua gerakan dan beristirahat, lalu datanglah rasa kantuk, kemudian tertidur. Tidur merupakan istirahat bagi tubuh dan roh sekaligus.


{وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا}


dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Al-Furqan: 47) Manusia melakukan aktivitasnya di siang hari untuk mencari peng­hidupannya lewat usaha serta kerjanya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ}


Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari), (Al-Qasas: 73), hingga akhir ayat.

Surat Al-Furqan |25:46|

ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا

ṡumma qobadhnaahu ilainaa qobdhoy yasiiroo

kemudian Kami menariknya (bayang-bayang itu) kepada Kami sedikit demi sedikit.

Then We hold it in hand for a brief grasp.

Tafsir
Jalalain

(Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu) yakni bayang-bayang yang memanjang itu (kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan), yaitu dengan terbitnya matahari.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 46 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Al-Furqan |25:47|

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

wa huwallażii ja'ala lakumul-laila libaasaw wan-nauma subaataw wa ja'alan-nahaaro nusyuuroo

Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha.

And it is He who has made the night for you as clothing and sleep [a means for] rest and has made the day a resurrection.

Tafsir
Jalalain

(Dialah yang menjadikan untuk kalian malam sebagai pakaian) yakni yang menutupi bagaikan pakaian (dan tidur untuk istirahat) bagi tubuh setelah selesai dari bekerja

(dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha) kalian bangun di waktu itu untuk mencari rezeki dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 47 |

Penjelasan ada di ayat 45

Surat Al-Furqan |25:48|

وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا

wa huwallażiii arsalar-riyaaḥa busyrom baina yadai roḥmatih, wa anzalnaa minas-samaaa`i maaa`an thohuuroo

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih,

And it is He who sends the winds as good tidings before His mercy, and We send down from the sky pure water

Tafsir
Jalalain

(Dialah yang meniupkan angin) menurut qiraat yang lain lafal Ar-Riih dibaca Ar-Riyah (pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni dekat sebelum hujan.

Lafal Nusyuran menurut suatu qiraat dibaca Nusyran, artinya secara terpisah-pisah yakni dibaca secara Takhfif supaya ringan bacaannya.

Menurut qiraat yang lain dibaca Nasyran karena dianggap sebagai Mashdar. Menurut qiraat lainnya lagi dibaca Busyra, artinya sebagai pembawa kabar gembira.

Bentuk tunggal bacaan pertama adalah Nusyurun, wazannya sama dengan lafal Rasulun yang bentuk jamaknya adalah Rusulun. Sedangkan bentuk tunggal dari bacaan yang kedua

yaitu Busyran ialah Basyirun, artinya pembawa kabar gembira (dan Kami turunkan dan langit air yang amat bersih) yaitu air yang dapat dipakai untuk bersuci, atau air yang menyucikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 48 |

Tafsir ayat 48-50

Ayat ini menggambarkan kemampuan Allah Yang Mahasempurna dan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, yaitu bahwa Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira akan datangnya awan sesudahnya.

Angin itu bermacam-macam sifat dan karakteristiknya; di antaranya ada angin yang membuyarkan awan, ada yang membawanya, ada yang menggiringnya, ada angin yang bertiup sebelum kedatangan awan yang membawa kabar gembira,

ada angin yang kencang yang menyapu bumi, ada pula angin yang membuahi awan agar menurunkan hujannya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:


{وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا}


dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48) Yakni sebagai sarana untuk bersuci. Lafaz tahur sama wazan-nya dengan lafaz sahur dan wajur serta lafaz lainnya yang semisal. Demikianlah menurut pendapat

yang paling sahih mengenainya. Adapun mengenai pendapat orang yang mengatakan bahwa lafaz tahur merupakan wazan fa'ul yang bermakna fa'il atau ia sebagai isim yang di-mabni-kan untuk mubalagah dan ta'addi,

maka masing-masing dari dua pendapat ini mengandung kemusykilan bila ditinjau dari segi lugah (bahasa). Pem­bahasan mengenai masalah ini secara rinci tidak akan diuraikan di sini.Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan

kepada kami ayahku berikut sanadnya sampai kepada Humaid At-Tawil, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia bersama Abul Aliyah di suatu hari yang hujan masuk ke dalam kota Basrah, jalan-jalan di kota Basrah kotor karenanya.

Tetapi Abul Aliyah salat, maka aku (perawi) bertanya kepadanya mengenai perbuatannya itu. Lalu ia membaca firman Allah Swt. yang mengatakan: dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48) Dan ia berkata

bahwa kekotoran tempat salatnya itu telah disucikan oleh air hujan.Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Wuhaib,

dari Daud, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah menurunkannya dalam keadaan amat bersih (suci lagi menyucikan), tiada sesuatu pun yang membuatnya najis.Diriwayatkan dari Abu Sa'id

yang telah mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw.”Wahai Rasulullah, bolehkah kami berwudu dari air sumur Buda'ah, sedangkan ke dalam sumur itu sering dilemparkan sampah dan bangkai anjing?" Rasulullah Saw. menjawab:


"إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ"


Sesungguhnya air itu suci lagi menyucikan, tiada sesuatu pun yang menajiskannya. Imam Syafii telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Ahmad yang menilainya sahih; Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula,

yang dinilai oleh Imam Turmuzi sebagai hadis hasan, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya pula.Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Abul Asy'as, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Yasar, dari Khalid ibnu Yazid yang mengatakan, "Ketika kami berada di majelis Abdul Malik ibnu Marwan,

lalu mereka (orang-orang yang hadir) membicarakan masalah air, maka Khalid ibnu Yazid mengatakan, 'Air itu ada yang ber­asal dari langit (air hujan) dan ada yang berasal dari laut yang menguap, lalu menjadi awan dan menimbulkan guruh

dan kilat. Adapun air yang berasal dari laut, maka ia tidak dapat menimbulkan tetumbuhan. Yang dapat menumbuhkan tetumbuhan adalah air yang berasal dari langit."Telah diriwayatkan dari Ikrimah yang pernah mengatakan bahwa

tiada setetes air pun yang diturunkan Allah dari langit, melainkan dapat menumbuhkan suatu tumbuhan di muka bumi, atau suatu mutiara di laut. Selain Ikrimah mengatakan bahwa kalau jatuh ke bumi menumbuhkan jewawut, dan kalau jatuh ke laut menumbuhkan mutiara. Firman Allah Swt.:


{لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا}


agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati. (Al-Furqan: 49) Yakni tanah yang telah lama menunggu kedatangan hujan, sedangkan ia dalam keadaan kering, tiada tetumbuhan padanya dan tiada suatu pohon pun.

Setelah datang kepadanya kehidupan (air hujan), maka ia menjadi hidup dan dipenuhi oleh tetumbuhan yang memiliki bunga-bungaan yang beraneka warna. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ}


kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah. (Al-Hajj: 5), hingga akhir ayat. Adapun firman Alah Swt.:


{وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا}


dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (Al-Furqan: 49) Artinya, agar dapat minum darinya semua makhluk hidup —baik manusia maupun hewan

yang sangat membutuhkannya— buat minum mereka, juga mengairi tanaman dan pohon berbuah mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا}


Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28),.hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:


{فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}


Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah meng­hidupkan bumi yang sudah mati. (Ar-Rum: 50), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا}


Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya). (Al-Furqan: 50) Maksudnya, Kami turunkan hujan di suatu kawasan, sedangkan di lain kawasan tidak Kami turunkan;

dan Kami tiupkan awan melewati suatu kawasan dan melampauinya menuju ke kawasan yang lain, lalu kawasan itu diberi hujan yang cukup sehingga menjadi subur, sedangkan kawasan yang sesudahnya tidak kebagian hujan

barang setetes pun. Allah sengaja memperbuat demikian karena mempunyai alasan dan hikmah yang hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya.Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan, tiadalah suatu tahun mempunyai hujan

yang lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah-lah yang mempergilirkannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian dibacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:


{وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}


Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 50) Yaitu agar mereka

mengambil pelajaran melalui bumi yang dihidupkan oleh Allah Swt. sesudah matinya melalui air hujan, bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang mati dan tulang-belulang yang telah hancur. Atau agar orang

yang tidak beroleh hujan menjadi ingat bahwa sesungguhnya tidak sekali-kali ia mengalami musim kering hanyalah karena suatu dosa yang dilakukannya. Karena itu, ia sadar dan menghentikan perbuatan dosanya.


قَالَ عُمَر مَوْلَى غُفْرَة: كَانَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي مَوْضِعِ الْجَنَائِزِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا جِبْرِيلُ، إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَعْلَمَ أمْرَ السَّحَابِ؟ " قَالَ: فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا مَلِكُ السَّحَابِ فَسَلْهُ. فَقَالَ: تَأْتِينَا صَكاك مُخَتَّمة: اسْقِ بِلَادَ كَذَا وَكَذَا، كَذَا وَكَذَا قَطْرَةً.


Umar maula Uqbah pernah mengatakan bahwa pada suatu ketika Jibril a.s. ikut mengantar jenazah hingga sampai di tempat pengebumian­nya. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, sesungguhnya saya ingin mengetahui

tentang hal ikhwal awan." Maka Jibril menjawab, "Hai Nabi Allah, inilah malaikat penjaga awan, maka tanyakanlah langsung kepadanya." Malaikat penjaga awan berkata, "Didatangkan kepada kami surat perintah yang bercap

(di dalamnya tertulis perintah)' Siramilah negeri anu dan anu dengan siraman hujan!'." Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, hadis berpredikat mursal. Firman Allah Swt.:


{فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا}


maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 50) Ikrimah mengatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah orang-orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu."

Apa yang diutarakan oleh Ikrimah ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diketengahkan di dalam kitabSahih Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari bersabda kepada para sahabatnya sehabis hujan di malam harinya:


"أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ" قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَاكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"


"Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Tuhan Kalian?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi Saw. bersabda, "Sebagian di antara hamba-hamba-Kupagi hari ini ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.

Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, ' maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu,' maka orang itu kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”

Surat Al-Furqan |25:49|

لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا

linuḥyiya bihii baldatam maitaw wa nusqiyahuu mimmaa kholaqnaaa an'aamaw wa anaasiyya kaṡiiroo

agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak.

That We may bring to life thereby a dead land and give it as drink to those We created of numerous livestock and men.

Tafsir
Jalalain

(Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri atau tanah yang mati) lafal Maitan dibaca Takhfif bentuk Mudzakkar dan Muannatsnya sama saja. Disebutkan dengan maksud,

bahwa yang mati itu adalah tanah negeri itu (dan agar Kami memberi minum dengannya) dengan air itu (sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak)

unta, sapi dan kambing (dan manusia yang banyak) lafal Anaasiyyu merupakan bentuk jamak dari lafal Insaanun, bentuk asalnya adalah Anaasiinu,

kemudian huruf Nun diganti menjadi Ya, lalu huruf Ya yang pertama diidgamkan kepadanya sehingga jadilah Anaasiyyu. Atau lafal Anaasiyyu ini adalah bentuk jamak dari lafal Insiyyun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 49 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Al-Furqan |25:50|

وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا

wa laqod shorrofnaahu bainahum liyażżakkaruu fa abaaa akṡarun-naasi illaa kufuuroo

Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran, tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).

And We have certainly distributed it among them that they might be reminded, but most of the people refuse except disbelief.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Kami telah menggilirnya) yakni air hujan itu (di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya) Yadzdzakkaruu asalnya Yatadzakkaruu,

kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Dzal setelah terlebih dahulu diganti menjadi Dzal pula, sehingga jadilah Yadzdzakkaruu. Menurut suatu qiraat dibaca Liyadzkuruu,

sehingga artinya menjadi: supaya mereka ingat akan nikmat Allah dengan adanya air tersebut (maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari)

nikmat Allah, karena mereka mengatakan bahwa hujan kita ini disebabkan munculnya bintang anu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 50 |

Penjelasan ada di ayat 48

Surat Al-Furqan |25:51|

وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا

walau syi`naa laba'aṡnaa fii kulli qoryatin nażiiroo

Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami utus seorang pemberi peringatan pada setiap negeri.

And if We had willed, We could have sent into every city a warner.

Tafsir
Jalalain

(Dan andai kata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan) untuk mengingatkan penduduknya, akan tetapi Kami mengutus kamu,

hai Muhammad, kepada penduduk semua negeri sebagai pemberi peringatan kepada mereka semuanya, supaya pahalamu menjadi besar.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 51 |

Tafsir ayat 51-54

Firman Allah Swt.:


{وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا}


Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). (Al-Furqan:51) yang menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Tetapi Kami angkat kamu secara khusus,

hai Muhammad, sebagai rasul untuk seluruh penduduk bumi; dan Kami perintahkan kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an ini kepada mereka,


{لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ}


supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19) Dalam ayat yang lainnya disebutkan pula:


{وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ}


Dan barang siapa di antara mereka, (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)


{وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا}


dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)


{قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا}


Katakanlah, "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158) Di dalain kitab Sahihain disebutkan dalam salah satu hadisnya yang mengatakan:


"بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"


Aku diutus kepada orang yang berkulit merah dan yang berkulit hitam. Dan dalam hadis yang lainnya lagi yang juga ada di dalam kitab Sahihain disebutkan:


"وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"


Dahulu nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ}


Maka janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an. (Al-Furqan: 52) Menurut Ibnu Abbas, damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada Al-Qur'an.


{جِهَادًا كَبِيرًا}


dengan jihad yang besar. (Al-Furqan: 52) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya:


{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ}


Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. (At-Taubah: 73), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ}


Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53) Artinya, Dialah yang menciptakan kedua air itu, yakni air yang tawar dan yang asin. Air yang tawar

terdapat di sungai-sungai, mata air-mata air, dan sumur-sumur; air tawar ini segar lagi mudah diminum. Demikianlah menurut takwil Ibnu Juraij, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Pengertian ini tidak diragukan lagi kebenarannya, karena sesungguhnya

di alam wujud ini tiada suatu laut pun yang airnya berasa tawar lagi menyegarkan. Dan sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan hal ini tiada lain untuk mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan

kepada mereka agar mereka bersyukur kepada-Nya.Air yang tawar adalah air yang dikonsumsi oleh manusia, Allah membagi-baginya di antara makhluk-Nya karena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai dan mata air-mata air

di setiap kawasan di belahan bumi ini sesuai dengan kebutuhan mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk keperluan tanah mereka. Firman Allah Swt.:


{وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ}


dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53) Yakni berasa asin, pahit, sulit untuk diminum. Air ini banyak di dapat di laut-laut yang telah dikenal baik di belahan timur maupun di belahan barat. Yaitu di lautan yang luas dan laut-laut lainnya

yang berhubungan dengannya, seperti Laut Merah, Laut Yaman, Laut Basrah, Laut Persia, Laut Cina, Lautan Hindia, Laut Tengah, dan laut-laut lainnya yang tenang tidak mengalir, tetapi berombak dan ombaknya makin besar

bila musim dingin tiba dan musim angin kencang. Di antara laut-laut itu ada yang mengalami pasang dan surut. Pada permulaan tiap bulan terjadi pasang; dan apabila bulan makin berkurang, terjadilah surut, maka permukaan laut

kembali seperti semula. Kemudian bila bulan lainnya tiba, laut kembali mengalami pasang sampai pertengahan bulan, lalu pada hari-hari berikutnya mulai menyurut. Allah Swt. Yang Mahakuasa yang mengatur demikian itu dalam tatanan alam ini.

Semua laut diciptakan oleh Allah Swt. berair asin, agar tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau busuk karena hewan-hewan yang mati di dalam laut.

Mengingat air laut asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal. Karena itulah Rasulullah Saw. ketika ditanya tentang air laut, bolehkah dipakai sarana untuk berwudu? Maka beliau menjawab:


"هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ".


Laut itu bersih airnya lagi halal bangkainya. Hadis diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para pemilik kitab sunan dengan sanad yang jayyid. Firman Allah Swt.:


{وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا}


dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas. (Al-Furqan: 53) Yaitu yang membatasi antara air tawar dan air asin. Makna barzakhan adalah dinding yang berupa tanah kering.


{وَحِجْرًا مَحْجُورًا}


dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53) Yakni yang menjadi penghalang di antara keduanya, agar salah satu di antaranya tidak bercampur dengan yang lainnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ * بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}


Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 19-21) Dan firman Allah Swt.:


{أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}


Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut?

Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (An-Naml: 61) Adapun firman Allah Swt.:


وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ


Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air. (Al-Furqan: 54) Artinya, Dia menciptakan manusia dari nutfah yang lemah, lalu Dia sempurnakan dan Dia rapikan kejadiannya hingga mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia, baik laki-laki ataupun perempuan menurut apa yang dikehendaki-Nya.


{فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا}


lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah. (Al-Furqan: 54) Pada mulanya seseorang itu berupa bayi yang dilahirkan. Setelah dewasa, ia kawin, lalu mempunyai mertua, dan selanjutnya ia mempunyai menantu

dan besan serta kerabat; semuanya itu bermula dari air yang hina (nutfah). Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman berikutnya:


{وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا}


dan adalah Tuhanmu Mahakuasa. (Al-Furqan: 54)

Surat Al-Furqan |25:52|

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

fa laa tuthi'il kaafiriina wa jaahid-hum bihii jihaadang kabiiroo

Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur´an) dengan (semangat) perjuangan yang besar.

So do not obey the disbelievers, and strive against them with the Qur'an a great striving.

Tafsir
Jalalain

(Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir) memperturutkan hawa nafsu mereka (dan berjihadlah terhadap mereka dengannya) dengan Alquran (dengan jihad yang besar).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 52 |

Penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Furqan |25:53|

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا

wa huwallażii marojal-baḥroini haażaa 'ażbun furootuw wa haażaa mil-ḥun ujaaj, wa ja'ala bainahumaa barzakhow wa ḥijrom maḥjuuroo

Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit, dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.

And it is He who has released [simultaneously] the two seas, one fresh and sweet and one salty and bitter, and He placed between them a barrier and prohibiting partition.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir) secara berdampingan (yang ini tawar lagi segar) sangat tawar lagi menyegarkan

(dan yang lain asin lagi pahit) asin sekali sehingga rasanya pahit (dan Dia jadikan antara keduanya dinding) batas yang menyebabkan kedua air tersebut tidak membaur,

antara yang satu dengan yang lainnya (dan batas yang menghalangi) yakni penghalang yang mencegah keduanya untuk bercampur.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 53 |

Penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Furqan |25:54|

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا ۗ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا

wa huwallażii kholaqo minal-maaa`i basyaron fa ja'alahuu nasabaw wa shihroo, wa kaana robbuka qodiiroo

Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (mempunyai) keturunan dan musaharah dan Tuhanmu adalah Maha Kuasa.

And it is He who has created from water a human being and made him [a relative by] lineage and marriage. And ever is your Lord competent [concerning creation].

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia pula yang menciptakan manusia dari air) yakni dari air mani; lafal Basyar adalah sinonim dari lafal Insaan (lalu Dia jadikan manusia itu punya keturunan)

punya hubungan nasab (dan mushaharah) punya hubungan mushaharah, misalnya seorang lelaki atau perempuan melakukan perkawinan dengan pasangannya untuk memperoleh keturunan,

maka hubungan kekeluargaan dari perkawinan ini dinamakan hubungan Mushaharah (dan adalah Rabbmu Maha Kuasa) untuk menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 54 |

Penjelasan ada di ayat 51

Surat Al-Furqan |25:55|

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ ۗ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَىٰ رَبِّهِ ظَهِيرًا

wa ya'buduuna min duunillaahi maa laa yanfa'uhum wa laa yadhurruhum, wa kaanal-kaafiru 'alaa robbihii zhohiiroo

Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) mendatangkan bencana kepada mereka. Orang-orang kafir adalah penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya.

But they worship rather than Allah that which does not benefit them or harm them, and the disbeliever is ever, against his Lord, an assistant [to Satan].

Tafsir
Jalalain

(Dan mereka menyembah) yakni orang-orang kafir (selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka) dengan menyembahnya (dan tidak pula memberi mudarat kepada mereka)

jika tidak disembah, yang dimaksud adalah berhala-berhala. (Adalah orang kafir itu selalu menentang Rabbnya) selalu membantu setan dengan cara taat kepadanya dan menentang Rabbnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 55 |

Tafsir ayat 55-60

Allah Swt. menyebutkan kebodohan orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain Allah berupa berhala-berhala yang tidak memiliki mudarat dan manfaat bagi diri mereka. Mereka melakukan penyembahan ini tanpa dalil

yang menuntun mereka melakukan penyembahan itu dan tanpa alasan, bahkan hanya semata-mata berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu mereka. Mereka membela berhala-berhala itu dan berperang demi mempertahankan

berhala-berhala mereka serta memusuhi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang ada di kalangan mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا}


Adalah orang-orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yakni pembantu yang menolong jalan setan untuk memerangi balatentara Allah, padahal bala tentara Allah-lah yang menang. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ * لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ}


Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka, sedangkan mereka sendirilah yang menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga

berhala-berhala itu. (Yasin: 74-75) Maksudnya, berhala-berhala yang mereka jadikan sembahan mereka selain Allah tidak dapat menolong para penyembahnya. Tetapi justru sebaliknya, mereka sendirilah yang menjadi bala tentara

yang disiapkan untuk membela berhala-berhala sembahannya dan mempertahankan ke­beradaannya. Akan tetapi, akibat yang terpuji dan kemenangan hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin di dunia dan akhirat.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yaitu membantu setan dan menolongnya untuk berbuat durhaka terhadap Allah.

Said ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Mereka menolong setan untuk memusuhi Tuhannya

dan mempersekutukan-Nya. Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yakni berpaling dari Tuhannya. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:


{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا}


Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (Al-Furqan: 56) Yaitu pembawa kabar gembira kepada orang-orang mukmin, dan pemberi peringatan terhadap orang-orang kafir.

Menyampaikan kabar gembira akan masuk surga bagi orang yang taat kepada Allah, dan pemberi peringatan akan datangnya azab yang keras bagi orang yang menentang perintah Allah.


{قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ}


Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian dalam meyampaikan risalah itu.” (Al-Furqan: 57) Artinya, aku tidak meminta upah dari harta kalian sebagai imbalan dari penyampaian dan peringatan ini, sesungguhnya aku melakukannya hanyalah semata-mata mengharapkan rida Allah Swt


.

{لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ}


(yaitu) bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. (At-Takwir: 28) Firman Allah Swt.:


{إِلا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا}


melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Furqan: 57) Yaitu mengambil jalan, tuntunan, dan metode yang dianutinya sesuai dengan apa yang aku sampaikan (dari Tuhanku). Kemudian Allah Swt. berfirman:


{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ}


Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati. (Al-Furqan: 58) Bertawakallah kamu dalam semua urusanmu kepada Allah Yang Mahahidup Yang tidak mati selama-lamanya. Dialah,


{الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}


Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3) Yang Mahakekal, Mahatetap selama-lamanya, Yang Mahahidup lagi Yang Maha Berdikari, Tuhan segala sesuatu

dan Yang memilikinya. Jadikanlah Dia sebagai tempat mengadu dan tempat berlindungmu. Dialah tempat untuk bertawakal dan mengadu, maka sesungguhnya Dia akan memberimu kecukupan, menolongmu, mendukungmu, dan menjadikanmu berhasil. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}


Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ نُفَيْل قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى مَعْقِل -يَعْنِي ابْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب قَالَ: لَقِيَ سلمانُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ فِجَاجِ الْمَدِينَةِ، فَسَجَدَ لَهُ، فَقَالَ: "لَا تَسْجُدْ لِي يَا سَلْمَانُ، وَاسْجُدْ لِلْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abi Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Nufail yang mengatakan bahwa ia pernah belajar dari Ma'qal ibnu Ubaidillah,

dari Abdullah ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab yang menceritakan bahwa Salman bersua dengan Nabi Saw. di sebuah jalan kota Madinah, lalu Salman bersujud kepada Nabi. Maka Nabi Saw. bersabda:

Janganlah kamu bersujud kepadaku, hai Salman. Tetapi bersujudlah kepada Tuhan Yang Hidup (Kekal) yang tidak mati. Hadis ini berpredikat mursal lagi hasan. Firman Allah Swt.:


{وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ}


dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. (Al-Furqan: 58) Yakni barengkanlah antara tahmid dan tasbih dalam doamu. Karena itulah Rasulullah Saw. dalam doanya mengucapkan:


"سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنا وَبِحَمْدِكَ"


Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji kepada Engkau. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa ikhlaslah kamu dalam beribadah kepada-Nya dan bertawakallah kamu kepada-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}


(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)


{فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ}


maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123) Dan firman Allah Swt.:


{قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا}


Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29) Adapun firman Allah Swt.:


{وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا}


Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan: 58) Yakni melalui ilmu-Nya Yang Mahasempurna, tiada sesuatu pun yang tersembunyi luput dari pengetahuan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang seberat zarrah terhalang dari pengetahuan-Nya: Firman Allah Swt.:


الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ


Yang menciptakan langit dan bumi. (Al-Furqan: 59), hingga akhir ayat. Dia Mahahidup (Kekal) yang tidak mati, Dia Pencipta segala sesuatu, Tuhan Yang memilikinya, yang dengan kekuasaan dan pengaruh-Nya Dia menciptakan tujuh lapis langit yang tinggi lagi luas, juga menciptakan tujuh lapis bumi yang tebal-tebal.


فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ


dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Al-Furqan: 59) Allah mengatur urusan dan memutuskan yang hak, dan Dia adalah sebaik-baik yang memutuskan. Firman Allah Swt.:


{ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا}


kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Tanyakanlah tentang Allah kepada

orang yang lebih mengetahui dan lebih mengenal-Nya, lalu ikutilah dia dan turutilah jejaknya. Sudah dimaklumi pula bahwa tiada seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah dan lebih mengenal-Nya, selain hamba dan Rasul-Nya,

yaitu Nabi Muhammad Saw. penghulu anak Adam secara mutlak, di dunia dan di akhirat, yang semua ucapannya itu bukanlah menurut kemauan hawa nafsunya, melainkan hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya.

Apa yang diucapkannya adalah hak (benar), dan apa yang diberitakannya adalah benar. Dia adalah Imam yang memutuskan (semua perkara). Bila manusia bertentangan mengenai sesuatu masalah, maka diwajibkan mereka

mengembalikannya kepada dia. Maka pendapat yang sesuai dengan sabda dan perbuatannya, berarti pendapat itu benar. Dan pendapat yang bertentangan dengan ucapan dan perbuatannya, berarti dikembalikan kepada orang yang mengatakan dan yang melakukannya, siapa pun dia adanya. Allah Swt. telah berfirman:


{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ}


Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu. (An-Nisa: 59), hingga akhir ayat.


{وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ}


Tentang sesuatu apa pun kalian berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Asy-Syiira: 10) . Dan firman Allah Swt.:


{وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا}


Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115) Yakni benar dalam pemberitaannya, adil dalam semua perintah dan larangan­nya. Karena itulah disebutkan dalam ayat berikut ini oleh firman-Nya:


{فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا}


maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui

(Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Yakni apa pun yang diberitakan kepadamu oleh kalimat Tuhanmu, maka hal itu persis seperti apa yang diberitakannya kepadamu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Juraij.

Syamr ibnu Atiyyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Al-Qur'an ini lebih mengetahui tentang Dia.

Kemudian Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, yaitu menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan (sekutu-sekutu):


{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ}


Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang, " Mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang itu?” (Al-Furqan: 60 ) Maksudnya, kami tidak mengenal Tuhan Yang Maha Pemurah.

Mereka mengingkari penamaan Allah dengan sebutan Yang Maha Pemurah, sebagaimana yang telah mereka lakukan pada hari Perjanjian Hudaibiyah, ketika Nabi Saw. bersabda kepada juru tulisnya, "Tulislah 'Dengan menyebut

nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang'." Maka mereka menjawab, "Kami tidak mengenal Yang Maha Pemurah, dan tidak (pula) Yang Maha Penyayang, tetapi tulislah perjanjian itu sebagaimana yang biasa kamu lakukan, yaitu 'Dengan menyebut nama­Mu, ya Allah'." Karena itulah maka Allah menurunkan firman-Nya:


{قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}


Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahimn. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik). (Al-Isra: 110) Dengan kata lain, Dialah Allah dan Dialah Yang Maha Pemurah. Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:


{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ}


Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Pemurah, " mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Pemurah?” (Al-Furqan: 60) Yakni kami tidak mengenal-Nya dan tidak pula mengakui-Nya.


{أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا}


Apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya). (Al-Furqan: 60) Yaitu hanya dengan ucapanmu itu.


{وَزَادَهُمْ نُفُورًا}


dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). (Al-Furqan: 60) Adapun orang-orang mukmin, mereka menyembah Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, mereka mengesakan-Nya sebagai Tuhan

dan bersujud kepada-Nya. Para ulama rahimahumullah telah sepakat bahwa pada ayat surat Al-Furqan ini, pembaca dan pendengarnya dianjurkan melakukan sujud tilawah, seperti yang telah dijelaskan di dalam bab yang menerangkannya (kitab fiqih).

Surat Al-Furqan |25:56|

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

wa maaa arsalnaaka illaa mubasysyirow wa nażiiroo

Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

And We have not sent you, [O Muhammad], except as a bringer of good tidings and a warner.

Tafsir
Jalalain

(Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira) (dan pemberi peringatan) yang memperingatkan manusia tentang neraka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 56 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Furqan |25:57|

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلَّا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلًا

qul maaa as`alukum 'alaihi min ajrin illaa man syaaa`a ay yattakhiża ilaa robbihii sabiilaa

Katakanlah, "Aku tidak meminta imbalan apa pun dari kamu dalam menyampaikan (risalah) itu, melainkan (mengharapkan agar) orang-orang mau mengambil jalan kepada Tuhannya."

Say, "I do not ask of you for it any payment - only that whoever wills might take to his Lord a way."

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah! "Aku tidak meminta kepada kalian dalam menyampaikan hal ini) yakni menyampaikan apa yang aku diutus untuk menyampaikannya

(upah sedikit pun, melainkan) tetapi hanya mengharapkan kepatuhan (orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Rabbnya)

dengan cara menginfakkan harta bendanya ke jalan keridaan-Nya, maka untuk hal ini aku tidak mencegahnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 57 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Furqan |25:58|

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا

wa tawakkal 'alal-ḥayyillażii laa yamuutu wa sabbiḥ biḥamdih, wa kafaa bihii biżunuubi 'ibaadihii khobiiroo

Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya,

And rely upon the Ever-Living who does not die, and exalt [Allah] with His praise. And sufficient is He to be, with the sins of His servants, Acquainted -

Tafsir
Jalalain

(Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup Kekal Yang tidak mati, dan bertasbihlah) seraya (memuji kepada-Nya) yakni, katakanlah, 'Subhanallah Wal Hamdulillah'

yang artinya; Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah. (Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya) lafal Bihi berta'alluq kepada lafal Dzunubi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 58 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Furqan |25:59|

الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ الرَّحْمَٰنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا

allażii kholaqos-samaawaati wal-ardho wa maa bainahumaa fii sittati ayyaamin ṡummastawaa 'alal-'arsy, ar-roḥmaanu fas`al bihii khobiiroo

yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, (Dialah) Yang Maha Pengasih, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada orang yang lebih mengetahui (Muhammad).

He who created the heavens and the earth and what is between them in six days and then established Himself above the Throne - the Most Merciful, so ask about Him one well informed.

Tafsir
Jalalain

Dia adalah (Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari) dari hari-hari dunia menurut perkiraan; karena pada masa itu masih belum ada matahari.

Akan tetapi jika Dia menghendaki niscaya Dia dapat menciptakan kesemuanya dalam waktu sekejap saja. Sengaja Dia memakai cara ini dengan maksud untuk mengajari makhluk-Nya

supaya berlaku perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal (kemudian Dia berkuasa di atas Arasy) arti kata Arasy menurut istilah bahasa adalah singgasana raja.

(yakni Allah Yang Maha Penyayang) lafal Ar-Rahmaan ini berkedudukan menjadi Badal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Istawaa Makna Istawaa ialah bersemayam,

karena ungkapan inilah yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya (maka tanyakanlah) hai manusia (tentang Dia) tentang Allah Yang Maha Pengasih

(kepada orang yang mengetahui.") tentang-Nya, dia akan menceritakan kepada-Mu mengenai sifat-sifat-Nya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 59 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Furqan |25:60|

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا ۩

wa iżaa qiila lahumusjuduu lir-roḥmaani qooluu wa mar-roḥmaanu a nasjudu limaa ta`murunaa wa zaadahum nufuuroo

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih," mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Pengasih itu? Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau (Muhammad) perintahkan kepada kami (bersujud kepada-Nya)?" Dan mereka makin jauh lari (dari kebenaran).

And when it is said to them, "Prostrate to the Most Merciful," they say, "And what is the Most Merciful? Should we prostrate to that which you order us?" And it increases them in aversion.

Tafsir
Jalalain

(Dan apabila dikatakan kepada mereka) yaitu penduduk Mekah ("Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Pengasih", mereka menjawab,

"Siapakah Yang Maha Pengasih itu Apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami bersujud kepada-Nya") lafal Ta`muruuna dapat dibaca Ya`muruuna

dan yang memerintahkan kepada mereka untuk bersujud adalah Nabi Muhammad. Makna ayat; kami tidak mengetahui-Nya, maka kami tidak mau bersujud kepada-Nya

(dan makin menambah mereka) perintah bersujud yang ditujukan kepada mereka itu menambah mereka (semakin jauh) dari iman. Maka Allah swt. berfirman,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 60 |

Penjelasan ada di ayat 55

Surat Al-Furqan |25:61|

تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا

tabaarokallażii ja'ala fis-samaaa`i buruujaw wa ja'ala fiihaa siroojaw wa qomarom muniiroo

Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar.

Blessed is He who has placed in the sky great stars and placed therein a [burning] lamp and luminous moon.

Tafsir
Jalalain

(Maha Suci) yakni Maha Agung (Allah yang telah menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang) yang ada dua belas, yaitu: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo,

Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces. Gugusan-gugusan tersebut merupakan garis edar dari tujuh planet yang beredar,

yaitu planet Mars mempunyai Aries dan Scorpio, Gemini dan Virgo, planet Bulan mempunyai Cancer, planet Matahari mempunyai Leo, planet Yupiter mempunyai Sagitarius dan Pisces,

planet Uranus mempunyai Capricornus dan Aquarius (dan Dia menjadikan padanya) juga (lampu) yakni matahari (dan bulan yang bercahaya)

menurut suatu qiraat lafal Siraajan dibaca Suruujan dengan ungkapan jamak. Arti Muniiran adalah Nayyiraatin yakni yang bercahaya. Sengaja di sini hanya disebutkan bulan

di antara planet-planet tersebut karena mengingat keutamaan yang dimilikinya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 61 |

Tafsir ayat 61-62

Allah Swt. mengagungkan dan membesarkan diri-Nya atas keindahan segala apa yang diciptakan-Nya di langit berupa gugusan-gugusan bintang yang besar-besar; menurut pendapat Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Al-Hasan,

dan Qatadah. Sedangkan menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan al-buruj ialah gedung-gedung penjagaan yang ada di langit. Demikianlah menurut riwayat yang bersumber dari Ali, Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b,

Ibrahim An-Nakha'i, dan Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy. Pendapat ini dikatakan pula oleh sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Saleh. Akan tetapi, pendapat yang pertamalah yang lebih kuat. Terkecuali jika bintang yang besar-besar itu

diumpama­kan sebagai gedung-gedung penjagaan, maka kedua pendapat ini dapat dipertemukan. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ}


Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang (Al-Mulk: 5), hingga akhir ayat. Karena itulah disebutkan oleh ayat dalam surat ini:


{تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا}


Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari. (Al-Furqan: 61) Yakni matahari yang bersinar bagaikan pelita pada alam wujud ini. Seperti juga yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا}


dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). (An-Naba': 13)


{وَقَمَرًا مُنِيرًا}


dan bulan yang bercahaya. (Al-Furqan: 61) Artinya, bercahaya lagi terang dengan cahaya sendiri, bukan cahaya matahari (Ibnu Kasir berpendapat bahwa bulan itu bersinar, dan bukan pantulan dari sinar matahari, pent.). Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:


{هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا}


Dialah Yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. (Yunus: 5) Dan firman Allah Swt. menceritakan perkataan Nuh a.s. kepada kaumnya:


{أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا}


Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? (Nuh: 15-16) Adapun firman Allah Swt.:


{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً}


Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti. (Al-Furqan: 62) Yakni masing-masing dari keduanya silih berganti, tiada henti-hentinya. Bila yang satunya datang, yang lainnya pergi; dan bila yang lain datang, maka yang satunya pergi; demikianlah seterusnya. Hal yang sama disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ }


Dan Dia telah menundukkan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. (Ibrahim: 33)


{يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا}


Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Al-A'raf: 54) Dan firman Allah Swt.:


{لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ}


Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan. (Yasin: 40) Adapun firman Allah Swt.:


{لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا}


bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62) Artinya, Allah menjadikan siang dan malam silih berganti sebagai pertanda waktu buat hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya.

Maka barang siapa yang meninggalkan suatu amalan di malam hari, ia dapat menyusulnya di siang hari; dan barang siapa yang meninggalkan suatu amalan di siang hari, ia dapat menyusulnya di malam hari. Dalam sebuah hadis sahih telah disebutkan melalui firman-Nya:


"إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ"


Sesungguhnya Allah Swt. membuka lebar tangan-Nya di malam hari untuk (menerima) tobat orang yang melakukan dosa di siang hari, dan Dia membuka lebar tangan-Nya di siang hari untuk (menerima) tobat orang yang berbuat dosa

di malam hari. Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Al-Hasan, bahwa Umar ibnul Khattab mengerjakan salat duhanya cukup panjang. Ketika ditanyakan kepadanya,

"Engkau telah melakukan sesuatu pada hari ini yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya." Maka ia menjawab, "Sesungguhnya masih ada sesuatu dari wiridku yang tersisa, maka aku suka untuk menyempurnakannya (mengqadainya)"

Lalu ia membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan

dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat, bahwa barang siapa yang meninggalkan sesuatu amalan di malam hari, maka ia boleh mengerjakannya di siang hari, atau barang siapa yang meninggalkan sesuatu amalan di siang hari,

maka ia dapat mengerjakannya di malam hari. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Al-Hasan.Mujahid dan Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Khilfah" yakni saling bertentangan; yang satu mempunyai ciri khas gelap, sedangkan yang lain mempunyai ciri khas terang.

Surat Al-Furqan |25:62|

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

wa huwallażii ja'alal-laila wan-nahaaro khilfatal liman arooda ay yażżakkaro au arooda syukuuroo

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.

And it is He who has made the night and the day in succession for whoever desires to remember or desires gratitude.

Tafsir
Jalalain

(Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti) yakni satu sama lainnya saling silih berganti dengan yang lainnya (bagi orang yang ingin mengambil pelajaran)

dapat dibaca Yadzdzakkara dan Yadzkura, yang pembahasannya sebagaimana pada ayat sebelumnya. Yakni, ia ingat akan kebaikan yang tidak dilakukan pada salah satu di antaranya,

kemudian ia melakukan pada waktu yang lainnya, sebagai ganti dari apa yang tidak dilakukannya di waktu yang pertama tadi (atau orang yang ingin bersyukur) atas nikmat Rabb yang telah dilimpahkan kepadanya pada dua waktu itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 62 |

Penjelasan ada di ayat 61

Surat Al-Furqan |25:63|

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

wa 'ibaadur-roḥmaanillażiina yamsyuuna 'alal-ardhi haunaw wa iżaa khoothobahumul-jaahiluuna qooluu salaamaa

Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam,"

And the servants of the Most Merciful are those who walk upon the earth easily, and when the ignorant address them [harshly], they say [words of] peace,

Tafsir
Jalalain

(Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih itu) yakni hamba-hamba-Nya yang baik. Lafal ayat ini dan kalimat sesudahnya, berkedudukan menjadi Mubtada,

yaitu sampai dengan firman-Nya, "Ulaika Yujzauna" dan seterusnya, tanpa ada jumlah lain yang menyisipinya (yaitu orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati)

dengan tenang dan rendah diri (dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka) mengajak mereka berbicara mengenai hal-hal yang tidak disukainya

(mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan) perkataan yang menghindarkan diri mereka dari dosa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 63 |

Tafsir ayat 63-67

Berikut ini adalah sifat-sifat hamba-hamba Allah Yang beriman, yaitu:


{الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا}


orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. (Al-Furqan: 63) Yaitu dengan langkah yang tenang dan anggun, tidak sombong, dan tidak angkuh. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا}


Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra: 37), hingga akhir ayat. Cara jalan mereka tidak sombong, tidak angkuh, tidak jahat, dan tidak takabur. Tetapi makna yang dimaksud bukanlah orang-orang mukmin itu

berjalan dengan langkah seperti orang sakit, karena dibuat-buat dan pamer. Karena sesungguhnya penghulu anak Adam (yakni Nabi Saw.) apabila berjalan seakan-akan sedang turun dari tempat yang tinggi

(yakni dengan langkah yang tepat) seakan-akan bumi melipatkan diri untuknya. Sebagian ulama Salaf memakruhkan berjalan dengan langkah yang lemah dan dibuat-buat, sehingga diriwayatkan dari Umar bahwa ia melihat seorang pemuda

berjalan pelan-pelan. Maka ia bertanya, "Mengapa kamu berjalan pelan? Apakah kamu sedang sakit?" Pemuda itu menjawab, "Tidak, wahai Amirul Mu-minin." Maka Umar memukulnya dengan cambuk dan memerintahkan kepadanya

agar berjalan dengan langkah yang kuat. Makna yang dimaksud dengan haunan dalam ayat ini ialah rendah hati dan anggun, seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah Saw.:


"إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا وَعَلَيْكُمُ السِّكِينَةُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلَّوْا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا"


Apabila kalian mendatangi (tempat) salat (masjid), janganlah ka­lian mendatanginya dengan berlari kecil, tetapi berjalanlah dengan langkah yang tenang. Apa yang kalian jumpai dari salat itu, kerja­kanlah;

dan apa yang kamu tertinggal darinya, maka sempurnakanlah.Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Umar ibnul Mukhtar, dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna finnan-Nya:

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al-Furqan: 63), hingga akhir ayat. Bahwa orang-orang mukmin adalah orang-orang yang rendah hati demi Allah, pendengaran dan penglihatan serta semua anggota tubuh mereka

menampilkan sikap yang rendah hati; sehingga orang yang jahil menduga mereka sebagai orang yang sakit, padahal mereka sama sekali tidak sakit. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sehat, tetapi hati mereka dipenuhi

oleh rasa takut kepada Allah, tidak seperti selain mereka; dan mereka tidak menyukai dunia karena pengetahuan mereka tentang akhirat. Maka mereka mengatakan dalam doanya, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan

kesedihan dari kami." Ingatlah, demi Allah, kesusahan mereka tidaklah seperti kesusahan manusia. Tiada sesuatu pun yang menjadi dambaan mereka selain dari memohon surga. Sesungguhnya mereka menangis karena takut terhadap neraka.

Sesungguhnya barang siapa yang tidak berbelasungkawa dengan belasungkawa Allah, maka jiwanya akan dicabut meninggalkan dunia dalam keadaan kecewa. Dan barang siapa yang tidak melihat nikmat Allah

selain hanya pada makanan atau minuman, maka sesungguhnya amalnya akan sedikit dan azabnya akan datang menimpanya. Firman Allah Swt.:


{وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا}


dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al-Furqan: 63) Yaitu apabila orang-orang jahil menilai mereka sebagai orang-orang yang kurang akalnya yang diungkapkannya kepada mereka

dengan kata-kata yang buruk, maka mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal, melainkan memaafkan, dan tidaklah mereka mengatakan perkataan kecuali yang baik-baik. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.;

semakin orang jahil bersikap keras, maka semakin pemaaf dan penyantun pula sikap beliau. Dan seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:


{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ}


Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya. (Al-Qasas: 55)


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْوَالِبِيِّ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ مُقَرّن المُزَني قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [وَسَبَّ رجلٌ رَجُلًا عِنْدَهُ، قَالَ: فَجَعَلَ الرَّجُلُ الْمَسْبُوبُ يَقُولُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ. قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا] إِنَّ مَلِكًا بَيْنَكُمَا يَذُبُّ عَنْكَ، كُلَّمَا شَتَمَكَ هَذَا قَالَ لَهُ: بَلْ أَنْتَ وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. وَإِذَا قَالَ لَهُ: عَلَيْكَ السَّلَامُ، قَالَ: لَا بَلْ عَلَيْكَ، وَأَنْتَ أَحَقُّ بِهِ. "


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A'masy, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari An-Nu'man ibnu Muqarrin Al-Muzani yang mengatakan bahwa

pada suatu hari ada seorang lelaki mencaci maki lelaki lainnya di hadapan Rasulullah Saw., lalu orang yang dicaci mengatakan, "'Alaikas salam (semoga engkau selamat)." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya

ada malaikat di antara kamu berdua yang membelamu. Setiap kali orang itu mencacimu, malaikat itu berkata, "Bahkan kamulah yang berhak, kamulah yang berhak dicaci.”Dan apabila kamu katakan kepadanya, " 'Alaikas salam,"

maka malaikat itu berkata, "Tidak, dia tidak berhak mendapatkannya, engkaulah yang berhak mendapatkannya.”Sanad hadis berpredikat hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya. Mujahid mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al-Furqan: 63) Mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung petunjuk. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab dengan kata-kata yang baik.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, mereka mengatakan, "Salamun 'alaikum (semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian)." Jika mereka dinilai sebagai orang yang kurang akalnya, maka mereka bersabar. Mereka tetap bergaul

dengan hamba-hamba Allah di siang harinya dan bersabar terhadap apa pun yang mereka dengar. Kemudian disebutkan bahwa pada malam harinya mereka melakukan ibadah. Allah Swt. berfirman:


{وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا}


Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (Al-Furqan: 64) Yakni mengerjakan ketaatan dan beribadah kepada-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالأسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ}


Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (Az-Zariyat: 17-18)


تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ


Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As-Sajdah: 16), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:


{أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ}


ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? (Az-Zumar: 9), hingga akhir ayat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا}


Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami. Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.” (Al-Furqan: 65) Yaitu tetap dan abadi. Seperti yang dikatakan oleh seorang penyair sehubungan dengan makna garaman ini, melalui salah satu bait syairnya:


إنْ يُعَذّب يَكُنْ غَرَامًا، وَإِنْ يُعْـ ... طِ جَزِيلَا فَإِنَّهُ لَا يُبَالي ...


Jika dia (orang yang disanjung penyair) menyiksa, maka siksaannya terus-menerus lagi tetap; dan jika dia memberi dengan pemberian yang banyak, ia tidak peduli (berapa pun banyaknya).Al-Hasan telah mengatakan sehubungan

dengan makna firman-Nya: sesungguhnya azab Jahanam itu adalah kebinasaan yang kekal. (Al-Furqan: 65) Segala sesuatu yang menimpa anak Adam, lalu lenyap darinya, tidak dapat dikatakan garam. Sesungguhnya pengertian garam itu

tiada lain bagi sesuatu yang kekal selagi ada bumi dan langit. Hal yang sama dikatakan oleh Sulaiman At-Taimi. Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya azab Jahanam itu

adalah kebinasaan yang kekal. (Al-Furqan: 65) Yakni mereka tidak merasakan nikmat hidup di dunia ini. Sesungguhnya Allah Swt. menanyakan kepada orang-orang kafir tentang nikmat (yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka).

Mereka tidak dapat mempertanggungjawabkannya kepada Allah. Maka Allah menghukum mereka, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka.


{إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}


Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 66) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi',

telah mencerita­kan kepada kami Abul Ahwas, dari Al-A'masy, dari Malik ibnul Haris yang mengatakan bahwa apabila seseorang dilemparkan ke dalam neraka, maka ia terjatuh ke dalamnya. Dan apabila sampai pada salah satu pintunya,

dikatakan kepadanya, "Tetaplah di tempatmu, kamu akan diberi jamuan terlebih dahulu." Maka ia diberi minum racun ular hitam dan kalajengking. Perawi mengatakan bahwa lalu kulit, rambut, urat, dan otot-ototnya pecah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Ubaid ibnu Umair

yang mengatakan, "Sesungguhnya di dalam neraka benar-benar terdapat sumur-sumur yang di dalamnya terdapat ular-ular yang besarnya seperti unta, dan kalajengking-kalajengking yang besarnya seperti begal yang besar.

Apabila ahli neraka dilemparkan ke dalam neraka, maka ular-ular dan kalajengking-kalajengking itu keluar dari tempat persembunyiannya menuju kepada mereka, lalu menggigit dan mematuki kulit dan rambut mereka sehingga daging mereka

sampai ke telapak kaki tersayat. Dan apabila ular-ular dan kalajengking-kalajengking itu merasakan panasnya neraka, maka mereka kembali ke tempatnya.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا سَلَّامٌ -يَعْنِي ابْنَ مِسْكِينٍ -عَنْ أَبِي ظِلَالٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ عَبْدًا فِي جَهَنَّمَ لِيُنَادِي أَلْفَ سَنَةٍ: يَا حَنَّانُ، يَا مَنَّانُ. فَيَقُولُ اللَّهُ لِجِبْرِيلَ: اذْهَبْ فَآتِنِي بِعَبْدِي هَذَا. فَيَنْطَلِقُ جِبْرِيلُ فَيَجِدُ أَهْلَ النَّارِ مُنكبين يَبْكُونَ، فَيَرْجِعُ إِلَى رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَيُخْبِرُهُ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: آتِنِي بِهِ فَإِنَّهُ فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا. فَيَجِيءُ بِهِ فَيُوقِفُهُ عَلَى رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَقُولُ لَهُ: يَا عَبْدِي، كَيْفَ وَجَدْتَ مَكَانَكَ وَمَقِيلَكَ؟ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ شَرَّ مَكَانٍ، شَرَّ مَقِيلٍ. فَيَقُولُ: رُدُّوا عَبْدِي. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا كُنْتُ أَرْجُو إِذْ أَخْرَجَتْنِي مِنْهَا أَنْ تَرُدَّنِي فِيهَا! فَيَقُولُ: دَعَوْا عَبْدِي


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, tela' menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin, dari Abu Zhalali, dari Anas ibnu Malik r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya

ada seorang hamba di dalam neraka Jahanam berseru selama seribu tahun dengan mengucapkan, "Ya hannan Ya Mannan " (Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih, wahai Tuhan Yang Maha Pemberi anugerah). Maka Allah Swt.

berfirman kepada Jibril, "Pergilah kamu dan bawalah hamba-Ku itu.” Jibril berangkat, dan ia menjumpai ahli neraka dalam keadaan terjungkal seraya menangis. Lalu Jibril kembali menghadap kepada Tuhannya, dan menceritakan kepada-Nya

apa yang telah dilihatnya. Allah Swt. berfirman, "Bawalah dia kepada-Ku, sesungguhnya dia berada di tempat anu.” Maka Jibril membawa orang tersebut dan memberdirikannya di hadapan Allah Swt. Allah berfirman, "Hai hamba-Ku,

bagaimanakah kamu jumpai tempat tinggal dan tempat peristirahatanmu?” Si hamba menjawab, "Wahai Tuhanku, benar­ benar tempat yang buruk dan tempat peristirahatan yang buruk.” Maka Allah Swt. berfirman, "Kembalikanlah hamba-Ku

(ke tempatnya).” Si hamba berkata, "Wahai Tuhanku, setelah Engkau keluarkan daku dari neraka, daku sama sekali tidak berharap untuk dikembalikan kepadanya.” Maka Allah Swt. berfirman, "Biarkanlah hamba-Ku.” Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا}


Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir. (Al-Furqan: 67) Yakni mereka tidak menghambur-hamburkan hartanya dalam berinfak lebih dari apa yang diperlukan,

tidak pula kikir terhadap keluarganya yang berakibat mengurangi hak keluarga dan kebutuhan keluarga tidak tercukupi. Tetapi mereka membelanjakan hartanya dengan pembelanjaan yang seimbang

dan selektif serta pertengahan. Sebaik-baik perkara ialah yang dilakukan secara pertengahan, yakni tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir.


{وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا}


dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al-Furqan: 67) Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلا تَبْسُطْهَا}


Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. (Al-Isra: 29), hingga akhir ayat.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عِصَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ الْغَسَّانِيُّ، عَنْ ضَمْرَة، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ رِفْقُهُ فِي مَعِيشَتِهِ".


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isham ibnu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Tamim Al-Gassani, dari Damrah, dari Abu Darda, dari Nabi Saw. yang telah mengatakan:

Seorang lelaki yang bijak ialah yang berlaku ekonomis dalam penghidupannya. Akan tetapi, mereka (Ahlus Sunan) tidak ada yang mengetengahkannya.


قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ، حَدَّثَنَا سُكَين بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ العَبْدي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ الهَجَري عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ"


Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Al-Haddad, telah menceritakan kepada kami Miskin ibnu Abdul Aziz Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Hijri, dari Abul Ahwas,

dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Seseorang yang berlaku ekonomis tidak akan miskin. Mereka (Ahlus Sunan) tidak ada yang mengetengahkan hadis ini.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ حَبِيبٍ، عَنْ بِلَالٍ -يَعْنِي الْعَبْسِيَّ -عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَا أَحْسَنَ الْقَصْدَ فِي الْغِنَى، وَأَحْسَنَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ، وَأَحْسَنَ الْقَصْدَ فِي الْعِبَادَةِ"


Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Sa'd ibnu Hakim, dari Muslim ibnu Habib,

dari Bilal Al-Absi, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Betapa baiknya sikap ekonomis dalam keadaan berkecukupan, dan betapa baiknya sikap ekonomis dalam keadaan fakir,

dan betapa baiknya sikap ekonomis (pertengahan) dalam (hal) ibadah. Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui hadis ini melainkan hanya melalui hadis Huzaifah r.a. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa

membelanjakan harta dijalan Allah tidak ada batas berlebih-lebihan. Iyas ibnu Mu'awiyah mengatakan bahwa hal yang melampaui perintah Allah adalah perbuatan berlebih-lebihan. Selain dia mengatakan bahwa berlebih-lebihan dalam membelanja­kan harta itu bila digunakan untuk berbuat durhaka kepada Allah Swt.:

Surat Al-Furqan |25:64|

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

wallażiina yabiituuna lirobbihim sujjadaw wa qiyaamaa

dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.

And those who spend [part of] the night to their Lord prostrating and standing [in prayer]

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud kepada Rabb mereka) lafal Sujjadan merupakan bentuk jamak dari lafal Saajidun (dan berdiri) pada malam harinya mereka mengerjakan sholat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 64 |

Penjelasan ada di ayat 63

Surat Al-Furqan |25:65|

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا

wallażiina yaquuluuna robbanashrif 'annaa 'ażaaba jahannama inna 'ażaabahaa kaana ghoroomaa

Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,"

And those who say, "Our Lord, avert from us the punishment of Hell. Indeed, its punishment is ever adhering;

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami! Jauhkanlah azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal") yang abadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 65 |

Penjelasan ada di ayat 63

Surat Al-Furqan |25:66|

إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

innahaa saaa`at mustaqorrow wa muqoomaa

sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.

Indeed, it is evil as a settlement and residence."

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya ia adalah seburuk-buruk) sejelek-jelek (tempat menetap dan tempat kediaman) yakni Jahanam adalah tempat menetap dan tempat tinggal yang paling buruk.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 66 |

Penjelasan ada di ayat 63

Surat Al-Furqan |25:67|

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا

wallażiina iżaaa anfaquu lam yusrifuu wa lam yaqturuu wa kaana baina żaalika qowaamaa

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,

And [they are] those who, when they spend, do so not excessively or sparingly but are ever, between that, [justly] moderate

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang apabila membelanjakan) hartanya kepada anak-anak mereka (mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir) dapat dibaca Yaqturuu dan Yuqtiruu,

artinya tidak mempersempit perbelanjaannya (dan adalah) nafkah mereka (di antara yang demikian itu) di antara berlebih-lebihan dan kikir (mengambil jalan pertengahan) yakni tengah-tengah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 67 |

Penjelasan ada di ayat 63

Surat Al-Furqan |25:68|

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

wallażiina laa yad'uuna ma'allohi ilaahan aakhoro wa laa yaqtuluunan-nafsallatii ḥarromallohu illaa bil-ḥaqqi wa laa yaznuun, wa may yaf'al żaalika yalqo aṡaamaa

dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,

And those who do not invoke with Allah another deity or kill the soul which Allah has forbidden [to be killed], except by right, and do not commit unlawful sexual intercourse. And whoever should do that will meet a penalty.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah) membunuhnya

(kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu) yakni salah satu di antara ketiga perbuatan tadi (niscaya dia mendapat pembalasan dosanya) hukumannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 68 |

Tafsir ayat 68-71

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقيق، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ -قَالَ: سُئل رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ: الذَّنْبِ أَكْبَرُ؟ قَالَ: "أَنْ تَجعل لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ". قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: "أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَطْعم مَعَكَ". قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: "أَنْ تزاني حَلِيلَةَ جَارِكَ". قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَصْدِيقَ ذَلِكَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا}


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya,

"Dosa apakah yang paling besar?" Beliau Saw. menjawab, "Bila kamu menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu." Lalu si penanya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah Saw. bersabda,

"Bila kamu membunuh anakmu karena takut dia ikut makan bersamamu." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu." Abdullah ibnu Mas'ud berkata, bahwa lalu Allah Swt.

menurunkan firman-Nya yang membenarkan hal tersebut, yaitu: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai,

dari Hannad ibnus Sirri, dari Abu Mu'awiyah dengan sanad yang sama. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya melalui hadis Al-A'masy dan Mansur - Al-Bukhari menambahkan: serta Wasil -. Mereka bertiga menerima hadis ini

dari Abu Wa-il alias Syaqiq ibnu Salamah, dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, dari Ibnu Mas'ud. Menurut lafaz Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Ibnu Mas'ud adalah seperti berikut: Ibnu Mas'ud mengatakan, 'Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?, dan seterusnya.'' Jalur hadis yang garib:


قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ الْأَهْوَازِيُّ، حَدَّثَنَا عَامِرُ بْنُ مُدْرِك، حَدَّثَنَا السَّرِيُّ -يَعْنِي ابْنَ إِسْمَاعِيلَ -حَدَّثَنَا الشَّعْبِيُّ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَاتَّبَعْتُهُ، فَجَلَسَ عَلَى نَشَز مِنَ الْأَرْضِ، وَقَعَدْتُ أَسْفَلَ مِنْهُ، وَوَجْهِي حِيَالَ رُكْبَتَيْهِ، وَاغْتَنَمْتُ خَلْوَتَهُ وَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذُّنُوبِ أَكْبَرُ؟ قَالَ: "أَنْ تَدْعُوَ لِلَّهِ نِدًا وَهُوَ خَلَقَكَ".قُلْتُ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: "أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ". قُلْتُ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: "أَنْ تُزَانِي حَلِيلَةَ جَارِكَ". ثُمَّ قَرَأَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ} . [إِلَى آخِرِ] الْآيَةِ


Ibnu Jarir mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq Al-Ahwazi, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Asy-Sya'bi,

dari Masruq yang mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi, lalu aku mengikutinya. Rasulullah Saw. duduk di atas sebuah gundukan tanah, maka aku duduk di bagian yang lebih rendah darinya,

sedangkan mukaku sejajar dengan kedua lututnya. Aku sengaja ingin menemaninya dalam kesendiriannya itu. Aku bertanya, 'Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?' Rasulullah Saw.

menjawab, 'Bila kamu mendakwakan bahwa Allah mempunyai tandingan, padahal Dialah yang menciptakanmu.' Aku bertanya, 'Kemudian dosa apakah lagi?' Beliau menjawab, 'Bila kamu membunuh anakmu karena tidak suka dia makan

bersamamu.' Aku bertanya lagi, 'Kemudian dosa apa lagi? Beliau Saw. menjawab, 'Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu.' Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. .


قَالَ النَّسَائِيُّ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَاف، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ قَيْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم في حِجَّةِ الْوَدَاعِ: "أَلَا إِنَّمَا هِيَ أَرْبَعٌ -فَمَا أَنَا بِأَشَحَّ عَلَيْهِنَّ مِنِّي مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: لا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَلَا تَزْنُوا، وَلَا تَسْرِقُوا"


Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Hilal ibnu Yusaf, dari Salamah ibnu Qais yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

bersabda dalam haji wada'-nya, "Ingatlah, sesungguhnya dosa yang terbesar itu ada empat macam." Salamah ibnu Qais mengatakan bahwa sejak ia mendengar hal tersebut dari Rasulullah Saw., ia sangat membenci keempat perbuatan itu,

yaitu: Janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang hak, dan janganlah kalian berzina, serta janganlah kalian mencuri.


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، رَحِمَهُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، سَمِعْتُ أَبَا طيبة الكَلاعي، سَمِعْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الْأَسْوَدَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "مَا تَقُولُونَ فِي الزِّنَى"؟ قَالُوا: حَرّمه اللَّهُ وَرَسُولُهُ، فَهُوَ حَرَام إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَةٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ". قَالَ: "مَا تَقُولُونَ فِي السَّرِقَةِ"؟ قَالُوا: حَرَّمَهَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ، فَهِيَ حَرَامٌ. قَالَ: "لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ"


Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini rahimahullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail ibnu Gazwan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id Al-Ansari;

ia pernah mendengar AbuTayyibah Al-Kala'i mengatakan, ia pernah mendengar Al-Miqdad ibnul Aswad r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada para sahabatnya: "Bagaimanakah pendapat kalian tentang zina?”

Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia tetap haram , sampai hari kiamat.” Rasulullah Saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Sungguh dosa seseorang lelaki yang berzina dengan sepuluh orang wanita

lebih ringan daripada ia berzina dengan istri tetangganya.” Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang mencuri?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya,

dan ia merupakan perbuatan yang haram.” Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh dosa seseorang yang mencuri dari sepuluh rumah lebih ringan daripada mencuri dari rumah tetangganya."


قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنِ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ نَصْرٍ، حَدَّثَنَا بَقيَّة، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ الْهَيْثَمِ بْنِ مَالِكٍ الطَّائِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ: "مَا مِنْ ذَنْبٍ بَعْدَ الشِّرْكِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ نُطفة وَضَعَهَا رَجُلٌ فِي رَحِم لا يحل له"


Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnuNasr, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Al-Haisam ibnu Malik At-Ta-i, dari Nabi Saw.

yang telah bersabda: Tiada suatu dosa pun sesudah syirik yang lebih besar daripada dosa seorang lelaki yang meletakkan nutfah (air mani)nya ke dalam rahim yang tidak halal baginya (yakni berzina). Ibnu Juraij mengatakan,

telah menceritakan kepadaku Ya'la dari Sa'id ibnu Jubair; ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa pernah ada sejumlah orang dari kalangan orang-orang musyrik yang banyak membunuh dan banyak berzina.

Lalu mereka datang menghadap kepada Nabi Muhammad Saw. dan berkata, "Sesungguhnya agama yang engkau katakan dan engkau seru itu benar-benar baik. Sekiranya saja engkau beritakan kepada kami bahwa

apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya." Maka turunlah firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat.

Turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas ter­hadap diri mereka sendiri.” (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي فَاخِتة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ: "إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكَ أَنْ تَعْبُدَ الْمَخْلُوقَ وَتَدَعَ الْخَالِقَ، وَيَنْهَاكَ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ وَتَغْذُوَ كَلْبَكَ، وَيَنْهَاكَ أَنْ تَزْنِيَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ". قَالَ سُفْيَانُ: وَهُوَ قَوْلُهُ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ}


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Abu Fakhitah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

bersabda kepada seorang lelaki: Sesungguhnya Allah melarangmu menyembah makhluk, sedangkan Dia kamu tinggalkan (tidak disembah). Dan Allah melarangmu membunuh anakmu, sedangkan anjingmu kamu beri makan.

Dan Allah melarangmu berzina dengan istri tetanggamu. Sufyan mengatakan bahwa hal inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. Adapun firman Alah Swt:


{وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا}


barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Telah diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr, ia pernah mengatakan bahwa Asam adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam.

Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Bahwa Asam adalah nama lembah-lembah yang terdapat di dalam neraka Jahanam tempat untuk menyiksa

para penzina. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Mujahid.Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68)

Yang dimaksud dengan asaman ialah pembalasan dosa, dahulu kami mengatakannya sebagai nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Luqman pernah mengatakan kepada anaknya, "Hai anakku,

hindarilah perbuatan zina, karena sesungguhnya perbuatan zina itu permulaannya adalah takut, sedangkan akhirnya adalah penyesalan."Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lain-lainnya melalui Abu Umamah Al-Bahili

secara mauquf dan marfu' disebutkan bahwa gayyan dan asaman adalah nama dua buah sumur di dasar neraka Jahanam semoga Allah melindungi kita dari kedua sumur itu berkat karunia dan kemurahan-Nya.As-Saddi telah mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (Al-Furqan: 68) Bahwa asaman ialah pembalasan. Takwil ini lebih serasi dengan makna lahiriah ayat, dan dengan pengertian yang sama disebutkan dalam konteks selanjutnya yang berfungsi sebagai mubdal minhu-nya, yaitu firman Allah Swt.:


{يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ}


(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat. (Al-Furqan:69) Yakni siksaan itu diulang-ulang terhadapnya dan diperkeras.


{وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا}


dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (Al-Furqan: 69) Maksudnya, dalam keadaan terhina lagi rendah. Firman Allah Swt.:


{إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا}


kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. (Al-Furqan: 70) Artinya, pembalasan dari perbuatannya yang buruk-buruk adalah seperti yang telah disebutkan di atas.


{إِلا مَنْ تَابَ}


kecuali orang-orang yang bertobat. (Al-Furqan: 70) Yaitu bertobat kepada Allah Swt. sewaktu masih di dunianya dari semua perbuatan dosanya, maka Allah akan menerima tobatnya. Di dalam kandungan ayat ini terdapat makna

yang menunjukkan bahwa tobat orang yang pernah membunuh dapat diterima. Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat lain yang ada di dalam surat An-Nisa, yaitu firman-Nya:


{وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا}


Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. (An-Nisa: 93), hingga akhir ayat. Karena sesungguhnya ayat ini sekalipun tergolong ke dalam ayat Madaniyah, tetapi ia bersifat mutlak sehingga pengertiannya

dapat ditujukan kepada orang yang tidak bertobat, sedangkan ayat dalam surat Al-Furqan ini diikat dengan pengertian tobat. Kemudian dapat pula dikatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:


{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ}


Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia. (An-Nisa: 48 dan 116), hingga akhir ayat.Sunnah yang sahih yang telah terbukti bersumber dari Rasulullah Saw. telah menyebutkan bahwa

tobat seorang pembunuh dapat diterima. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kisah seseorang yang pernah membunuh seratus orang lelaki, lalu ia bertobat dan Allah menerima tobatnya. Hadis-hadis lain yang senada cukup banyak. Firman Allah Swt.:


{فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا}


maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 70) Sehubungan dengan makna firman-Nya:


{يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ}


kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. (Al-Furqan: 70) Ada dua pendapat mengenainya. Salah satunya mengatakan bahwa amal buruk mereka diganti dengan amal kebaikan. Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas

sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka adalah orang-orang mukmin yang sebelum beriman selalu mengerjakan amal-amal keburukan. Kemudian Allah menjadikan mereka benci terhadap amal keburukan, dan Allah mengalihkan

mereka kepada amal kebaikan. Hal ini berarti bahwa Allah mengganti keburukan mereka dengan kebaikan.Telah diriwayatkan dari Mujahid dan Ibnu Abbas, bahwa ia mengucapkan syair berikut saat menafsirkan makna ayat ini:


بُدّلْنَ بَعْدَ حَرِّهِ خَريفا .....وَبَعْدَ طُول النَّفَس الوَجيفَا


Seusai musim panas datanglah musim gugur sebagai penggantinya, dan seusai hidup senang dalam waktu yang lama datanglah kesusahan.Yakni keadaan tersebut berubah menjadi keadaan yang lain. Ata ibnu Abu Rabah mengatakan

bahwa hal ini terjadi di dunia; seseorang yang tadinya gemar melakukan perbuatan yang buruk, kemudian Allah menggantinya dengan perbuatan yang baik.Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Allah mengubah kebiasaan mereka

yang tadinya menyembah berhala, menjadi menyembah Tuhan Yang Maha Pemurah; dan tadinya mereka memerangi kaum muslim, lalu menjadi memerangi kaum musyrik; dan Allah membuat mereka yang tadinya suka mengawini

wanita-wanita kaum musyrik, kini mereka suka mengawini wanita-wanita beriman.Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Allah mengganti amal buruk mereka dengan amal yang saleh, dan kemusyrikan diganti dengan keikhlasan,

suka melacur diganti dengan memelihara kehormatan, dan kekufuran diganti dengan Islam. Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah, Qatadah, dan jamaah lainnya.Pendapat yang kedua mengatakan bahwa keburukan-keburukan

yang telah silam berubah dengan sendirinya menjadi amal-amal kebaikan berkat tobat yang bersih. Hal tersebut tiada lain karena manakala ia teringat akan dosa-dosa yang telah silam, hatinya merasa menyesal dan mengucapkan istirja'

serta istigfar. Jadi, dipandang dari pertimbangan ini maka dosanya berganti dengan sendirinya menjadi amal ketaatan. Dan kelak di hari kiamat sekalipun dosa-dosanya itu dijumpai tertulis di dalam buku catatan amalnya,

sesungguhnya hal itu tidak membahayakannya karena telah diganti menjadi amal-amal kebaikan. Seperti yang telah disebutkan di dalam sunnah dan asar-asar yang diriwayatkan dari sejumlah ulama Salaf.


عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي لَأَعْرِفُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنَ النَّارِ، وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا إِلَى الْجَنَّةِ: يُؤْتَى بِرَجُلٍ فَيَقُولُ: نَحّوا كِبَارَ ذُنُوبِهِ وَسَلُوهُ عَنْ صِغَارِهَا، قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا، وَعَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ -لَا يستطيع أن ينكر من ذلك شيئا - فَيُقَالُ: فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لَا أَرَاهَا هَاهُنَا". قَالَ: فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ.


Diriwayatkan oleh AbuZar r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui seorang ahli neraka yang paling akhir keluarnya dari neraka, dan seorang ahli surga yang paling akhir masuknya ke surga.

Didatangkan seorang lelaki, lalu ditanyai tentang sejumlah dosa besarnya, juga tentang dosa-dosa kecilnya. Maka dikatakan kepadanya, 'Pada hari anu engkau telah mengerjakan dosa anu dan anu, dan kamu telah melakukan

dosa anu dan anu pada hari anu.' Maka lelaki itu menjawab, 'Ya,' dia tidak mampu mengingkari sesuatu pun dari hal tersebut. Maka dikatakan kepadanya, 'Sesungguhnya kini bagimu untuk setiap keburukan diganti dengan satu kebaikan.'

Lelaki itu bertanya, 'Wahai Tuhanku, saya telah melakukan banyak dosa, tetapi saya tidak melihatnya di sini'." Rasulullah Saw. mengucapkan sabdanya ini seraya tertawa sehingga gigi serinya kelihatan. Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid.


قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِذَا نَامَ ابْنُ آدَمَ قَالَ الْمَلِكُ لِلشَّيْطَانِ: أَعْطِنِي صَحِيفَتَكَ. فَيُعْطِيهِ إِيَّاهَا، فَمَا وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ مِنْ حَسَنَةٍ مَحَا بِهَا عَشْرَ سَيِّئَاتٍ مِنْ صَحِيفَةِ الشَّيْطَانِ، وَكَتَبَهُنَّ حَسَنَاتٍ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ أَحَدُكُمْ فَلْيُكَبِّرْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَكْبِيرَةً، وَيَحْمَدْ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ تَحْمِيدَةً، وَيُسَبِّحْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَسْبِيحَةً، فَتِلْكَ مِائَةٌ"


Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid,

dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila anak Adam tidur, maka malaikat berkata kepada setan, "Berikanlah kepadaku lembaran catatanmu.” Maka setan memberikan catatannya

kepada malaikat, lalu kebaikan apa saja yang ia jumpai di dalam catatannya ia gunakan untuk menghapus sepuluh keburukan yang ada di dalam catatan setan, kemudian menggantinya dengan sepuluh kebaikan. Maka apabila seseorang

di antara kalian hendak tidur, bertakbirlah sebanyak tigapuluh tiga kali, bertahmid sebanyak tiga puluh empat kali, dan bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, sehingga jumlahnya genap seratus.Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan

kepada kami Abu Salamah dan Arim. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sabit (yakni Ibnu Yazid Abu Zaid), telah menceritakan kepada kami Asim, dari Abu Usman, dari Salman yang mengatakan bahwa di hari kiamat

ada seorang lelaki yang diberikan kepadanya buku catatan amal perbuatannya. Ia membaca bagian atasnya, dan ternyata yang tercatat adalah keburukan-keburukannya. Ketika ia hampir berburuk sangka atas dirinya, ia memandang

ke bagian bawah catatannya, tiba-tiba tercatat kebaikan-kebaikannya. Kemudian ia memandang ke bagian atas catatannya, dan ternyata telah diganti menjadi catatan kebaikan.Ibnu Abu Hatim mengatakan pula,

telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Musa Az-Zuhri Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Abul Anbas, dari ayahnya,

dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya pada hari kiamat dihadapkan kepada Allah sejumlah manusia yang merasa bahwa diri mereka banyak melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Ditanyakan, "Wahai Abu Hurairah,

siapakah mereka?" Abu Hurairah menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami

Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Abus Saif—salah seorang murid sahabat Mu'az ibnu Jabal—yang mengatakan

bahwa orang-orang yang masuk surga itu ada empat golongan, yaitu kaum muttaqin, kemudian kaum syakirin, lalu kaum kha'ifin (orang-orang yang takut kepada Allah), kemudian yang terakhir adalah as-habul yamin (golongan kanan).

Abu Hamzah bertanya, "Mengapa mereka dinamakan as-habul yam'in? Abus Saif menjawab bahwa mereka telah melakukan amal keburukan dan amal kebaikan. Kemudian catatan amal perbuatan mereka diberikan kepada mereka

dari sebelah kanannya. Maka mereka membaca keburukan-keburukan mereka kalimat demi kalimat, lalu mereka bertanya, "Wahai Tuhan kami, ini adalah catatan keburukan kami, lalu manakah catatan kebaikan kami?"

Maka pada saat itu Allah menghapus semua keburukan mereka dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Dan saat itu mereka berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Ambillah dan bacalah Kitabku (ini!). (Al-Haqqah: 19)

Mereka adalah penduduk surga yang paling banyak jumlahnya.Ali ibnul Husain Zainul Abidin telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan. (Al-Furqan: 70) Bahwa hal ini

terjadi di akhirat nanti. Mak-hul mengatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa mereka, lalu menggantinya menjadi kebaikan. Keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Sa'id ibnul Musayyab.


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مسلم، حَدَّثَنَا أَبُو جَابِرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ مَكْحُولًا يُحَدِّثُ قَالَ: جَاءَ شَيْخٌ كَبِيرٌ هَرِمٌ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَجُلٌ غَدَرَ وَفَجَرَ، وَلَمْ يَدَعْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةَ إِلَّا اقْتَطَعَهَا بِيَمِينِهِ، لَوْ قُسِّمَتْ خَطِيئَتُهُ بَيْنَ أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَوْبَقَتْهُمْ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أسلمتَ؟ " قَالَ: أَمَّا أَنَا فَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنَّ اللَّهَ غَافِرٌ لَكَ مَا كُنْتَ كَذَلِكَ، وَمُبْدِّلٌ سَيِّئَاتِكَ حَسَنَاتٍ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وغَدَراتي وفَجَراتي؟ فَقَالَ: "وغَدرَاتك وفَجَراتك". فَوَلّى الرَّجُلُ يُهَلِّلُ وَيُكَبِّرُ


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Jabir;

ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua yang karena usianya teramat lanjut alis matanya turun ke matanya. Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah seorang lelaki yang suka berkhianat

dan berbuat lacur (durhaka). Tiada suatu keinginan pun dan tiada suatu kebutuhan pun yang aku biarkan melainkan kuterjang dan kulakukan. Seandainya dosa-dosaku dibagi-bagikan ke seluruh penduduk bumi niscaya semuanya kebagian,

maka adakah jalan bagiku untuk bertobat?" Nabi Saw. balik bertanya, "Apakah kamu Islam?" Lelaki tua menjawab, "Adapun aku, sesungguhnya telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya;

dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya." Maka Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah akan mengampunimu selagi kamu tetap bertobat, dan Allah akan mengganti keburukanmu dengan kebaikan. Lelaki tua itu bertanya,

"Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan semua perbuatan khianat dan perbuatan durhakaku?" Nabi Saw. bersabda, "Juga Allah akan mengampuni perbuatan khianat dan durhakamu." Maka lelaki tua itu pergi seraya bertakbir dan bertahlil.


وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرو ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي فَرْوَةَ -شَطْب -أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: أَرَأَيْتَ رَجُلًا عَمِلَ الذُّنُوبَ كُلَّهَا، وَلَمْ يَتْرُكْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةً، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: "أسلمتَ؟ " فَقَالَ: نَعَمْ، قَالَ: "فَافْعَلِ الْخَيِّرَاتِ، وَاتْرُكِ السَّيِّئَاتِ، فَيَجْعَلَهَا اللَّهُ لَكَ خَيْرَاتٍ كُلَّهَا". قَالَ: وغَدرَاتي وفَجَراتي؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ حَتَّى تَوَارَى


Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Abul Mugirah, dari Safwan ibnu Umar, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abu Farwah, bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu

tentang seorang lelaki yang telah mengerjakan semua jenis dosa, dan tiada suatu keinginan serta tiada pula suatu kebutuhan yang ditinggalkannya. Maka adakah jalan baginya untuk bertobat?" Rasulullah Saw. balik bertanya,

"Apakah kamu telah masuk Islam?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda: Kerjakanlah amal-amal kebaikan dan tinggalkanlah keburukan-keburukan, maka Allah akan menjadikan kebaikan semuanya buatmu. Ia bertanya,

"Bagaimanakah dengan perbuatan khianat dan kedurhakaanku?" Rasul Saw. menjawab, "Ya (diganti pula dengan kebaikan)." Maka kedengaran ia terus-menerus bertakbir hingga hilang dari pandangan mata.

Imam Tabrani meriwayatkan hadis ini melalui jalur Abu Farwah Ar-Rahawi, dari Yasin Az-Zayyat, dari Abu Salamah Al-Himsi, dari Yahya ibnu Jabir, dari Salamah ibnu Nufail secara marfu'.


قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعة، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ شُعَيْبِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ فُلَيْح الشَّمَّاسِ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: هَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟ إِنِّي زَنَيْتُ وَوَلَدْتُ وَقَتَلْتُهُ. فَقُلْتُ لَا وَلَا نَعمت الْعَيْنُ وَلَا كَرَامَةَ. فَقَامَتْ وَهِيَ تَدْعُو بِالْحَسْرَةِ. ثُمَّ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ، فَقَصَصْتُ عَلَيْهِ مَا قَالَتِ الْمَرْأَةُ وَمَا قَلْتُ لَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " بِئْسَمَا قُلْتَ! أَمَا كُنْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةِ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ} إِلَى قَوْلِهِ: {إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا} فَقَرَأْتُهَا عَلَيْهَا. فخرَّت سَاجِدَةً وَقَالَتِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ لِي مَخْرَجًا.


Imam Tabrani telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu'aib ibnu Sauban,

dari Falih ibnu Ubaid ibnu Ubaidusy Syamasy, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa pernah datang kepadanya seorang wanita, lalu bertanya, "Apakah masih ada jalan tobat bagiku,

sedangkan aku ini orang yang telah berbuat zina hingga punya anak, lalu saya bunuh anak itu?" Aku (Abu Hurairah) menjawab, "Tidak ada, semoga hatimu tidak tenteram dan tidak ada kemuliaan bagimu."

Maka wanita itu pergi seraya menyerukan kalimat kekecewaan. Kemudian aku (Abu Hurairah) salat Subuh bersama Nabi Saw. Seusai salat, kuceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh wanita itu dan jawaban

yang kukemukakan kepadanya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Alangkah buruknya jawabanmu itu. Tidakkah kamu pernah membaca firman Allah Swt. berikut: 'Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah'.

(Al-Furqan: 68) sampai dengan firman-Nya: 'kecuali orang-orang yang bertobat' (Al-Furqan: 70), hingga akhir ayat. Kemudian aku bacakan ayat tersebut kepada si wanita itu. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata,

"Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar bagiku." Hadis ini garib bila ditinjau dari jalurnya, di dalam sanadnya terdapat nama perawi yang tidak dikenal."Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis

Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa wanita itu menyerukan kalimat kekecewaan seraya berkata, "Aduhai, alangkah kecewanya daku. Apakah kebaikan ini

diciptakan untuk neraka?" Dalam riwayat ini disebutkan bahwa ketika Abu Hurairah pulang dari sisi Rasulullah Saw., ia mencari wanita itu ke seluruh pelosok kota Madinah, tetapi tidak menjumpainya. Kemudian pada malam berikutnya wanita itu

datang sendiri kepada Ahu Hurairah, dan Abu Hurairah menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah Saw. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar

bagiku dan menerima tobat dari apa yang telah kukerjakan." Lalu wanita itu memerdekakan budak perempuan miliknya berikut anak perempuannya, dan ia bertobat kepada Allah Swt. Kemudian Allah Swt. memberitahukan tentang rahmat-Nya

yang ditujukan kepada semua hamba-Nya secara umum, bahwa barang siapa di antara mereka yang bertobat kepada-Nya dari dosa apa pun yang telah dilakukannya, baik kecil maupun besar, niscaya Allah akan menerima tobatnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:


{وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا}


Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (Al-Furqan: 71) Yaitu Allah akan menerima tobatnya', seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ}


Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya diri. (An-Nisa: 110), hingga akhir ayat.


{أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ}


Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hambanya. (At-Taubah: 104), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.:


{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ}


Katakanlah "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat. Yakni bagi orang yang bertobat kepada-Nya.

Surat Al-Furqan |25:69|

يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا

yudhoo'af lahul-'ażaabu yaumal-qiyaamati wa yakhlud fiihii muhaanaa

(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,

Multiplied for him is the punishment on the Day of Resurrection, and he will abide therein humiliated -

Tafsir
Jalalain

(Yakni akan dilipatkan) menurut qiraat yang lain ia dibaca Yudha'afu dengan ditasydidkan huruf `Ainnya (azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu)

Fi'il tadi bila dibaca Jazm yakni Yudha'af dan Yakhlud maka kedudukannya menjadi Badal, jika keduanya dibaca Rafa' yakni Yudha'afu dan Yakhludu berarti keduanya merupakan jumlah Isti'naf

(dalam keadaan terhina) lafal Muhaanan berkedudukan menjadi Hal atau keterangan keadaan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 69 |

Penjelasan ada di ayat 68

Surat Al-Furqan |25:70|

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

illaa man taaba wa aamana wa 'amila 'amalan shooliḥan fa ulaaa`ika yubaddilullohu sayyi`aatihim ḥasanaat, wa kaanallohu ghofuuror roḥiimaa

kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Except for those who repent, believe and do righteous work. For them Allah will replace their evil deeds with good. And ever is Allah Forgiving and Merciful.

Tafsir
Jalalain

(Kecuali orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh) dari kalangan mereka (maka kejahatan mereka itu diganti Allah) maksudnya dosa-dosa

yang telah disebutkan tadi diganti oleh Allah (dengan kebaikan) di akhirat kelak. (Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Dia tetap bersifat demikian.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 70 |

Penjelasan ada di ayat 68