Juz 19

Surat Al-Furqan |25:71|

وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا

wa man taaba wa 'amila shooliḥan fa innahuu yatuubu ilallohi mataabaa

Dan barang siapa bertobat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya.

And he who repents and does righteousness does indeed turn to Allah with [accepted] repentance.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang yang bertobat) dari dosa-dosanya selain dari orang-orang yang telah disebutkan tadi (dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah

dengan tobat yang sebenar-benarnya) dia kembali kepada-Nya dengan bertobat, maka Dia akan membalasnya dengan kebaikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 71 |

Penjelasan ada di ayat 68

Surat Al-Furqan |25:72|

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

wallażiina laa yasy-haduunaz-zuuro wa iżaa marruu bil-laghwi marruu kiroomaa

Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya,

And [they are] those who do not testify to falsehood, and when they pass near ill speech, they pass by with dignity.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu) yakni kesaksian yang dusta dan batil (dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah)

seperti perkataan-perkataan yang buruk dan perbuatan-perbuatan yang lainnya (mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya) mereka berpaling daripadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 72 |

Tafsir ayat 72-74

Apa yang telah disebutkan di atas merupakan sebagian dan sifat-sifat hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu bahwa mereka tidak pernah memberikan kesaksian palsu. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud adalah

tidak pernah berbuat kemusyrikan dan tidak pernah menyembah berhala. Menurut pendapat yang lainnya lagi ialah tidak pernah berdusta, tidak pernah berbuat fasik, tidak pernah berbuat kekafiran, tidak pernah melakukan perbuatan

yang tidak ada faedahnya, dan tidak pernah berbuat kebatilan. Menurut Muhammad ibnul Hanafiyah, makna yang dimaksud ialah perbuatan yang tidak ada faedahnya dan bernyanyi. Abul 'Aliyah, Tawus, Ibnu Sirin, Ad-Dahhak,

dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah menghadiri hari-hari raya kaum musyrik. Menurut Umar ibnu Qais, maknanya ialah tidak pernah menghadiri majelis yang di dalamnya

dilakukan kejahatan dan kefasikan. Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah minum khamr dan tidak pernah menghadiri tempatnya serta tidak pernah menyukainya, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis:


"مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ"


Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia duduk di suatu hidangan yang digilirkan padanya minuman khamr. Menurut pendapat yang lain, makna firman Allah Swt.: yang tidak memberikan

persaksian palsu. (Al-Furqan: 72) Yakni kesaksian palsu alias sengaja berdusta untuk mencelakakan orang lain, seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, melalui sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبر الْكَبَائِرِ" ثَلَاثًا، قُلْنَا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ". وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: "أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، أَلَا وَشَهَادَةُ الزُّورِ [أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ] . فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا، حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ


"Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang dosa yang paling besar?”, sebanyak tiga kali. Maka kami menjawab, "Wahai Rasulullah, kami mau.” Rasulullah Saw. bersabda, "Mempersekutukan Allah dan menyakiti kedua orang tua.

” Pada mulanya beliau bersandar, lalu duduk tegak dan bersabda, "Ingatlah, ucapan dusta, ingatlah kesaksian palsu!" Rasulullah Saw. mengulang-ulang sabda terakhirnya ini, sehingga kami berkata (dalam hati) bahwa seandainya beliau diam.

Akan tetapi, menurut makna lahiriah nas ayat ini menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak menghadiri hal-hal yang berdosa. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}


dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72) Yakni mereka tidak mau menghadiri perbuatan

yang tidak berfaedah itu, dan apabila secara kebetulan mereka bersua dengan orang-orang yang sedang melakukannya, maka mereka lewati saja dan tidak mau mengotori dirinya dengan sesuatu pun dari perbuatan yang berdosa itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{مَرُّوا كِرَامًا}


mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)


قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأشَجّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ الْعِجْلِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ، أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرة، أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ مَرَّ بِلَهْوٍ مُعْرِضًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ أَصْبَحَ ابْنُ مَسْعُودٍ، وَأَمْسَى كَرِيمًا"


Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Ajali, dari Muhammad ibnu Muslim, bahwa Ibrahim ibnu Maisarah telah menceritakan kepadaku

bahwa Ibnu Mas'ud pernah bersua dengan orang-orang yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, maka dia tidak berhenti. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya.


حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَمَةَ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا حِبَّانُ، أنا عَبْدُ اللَّهِ، أنا مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ مَيْسَرَةَ قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ مَرَّ بِلَهْوٍ مُعْرِضًا فَلَمْ يَقِفْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَقَدْ أَصْبَحَ ابْنُ مَسْعُودٍ وَأَمْسَى كَرِيمًا". ثُمَّ تَلَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرَةَ: {وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}


Telah menceritakan pula kepada kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Salamah An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Hibban, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim,

telah menceritakan kepadaku Maisarah; telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Ibnu Mas'ud pernah bersua derigan orang-orang yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, tetapi dia tidak berhenti. Maka Rasulullah Saw.

bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya. Kemudian Ibrahim ibnu Maisarah membaca firman-Nya: dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)

yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72) Adapun firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا}


Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Hal ini pun merupakan salah satu dari sifat dan ciri khas orang-orang mukmin, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ}


mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Al-Anfal: 2)

Berbeda dengan orang kafir; karena sesungguhnya apabila dia mendengar kalamullah, tiada pengaruh dalam dirinya dan tiada perubahan dari apa yang sebelumnya dia lakukan, bahkan dia tetap pada kekafiran, kesesatan, kejahilan, dan kelewat batasnya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:


{وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ}


Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”Adapun orang-orang yang beriman,

maka surat ini menambah imannya, sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada). (At-Taubah:124-125) Adapun firman Allah Swt.:


{لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا}


mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yaitu berbeda dengan orang kafir yang apabila mendengar ayat-ayat Allah, maka dirinya tidak terpengaruh, bahkan tetap dalam keadaannya yang kafir,

seakan-akan tidak mendengarnya bagaikan orang yang tuli dan buta. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Maksudnya,

mereka tidak mendengarkannya, tidak mau melihatnya, dan tidak mau mengerti akan sesuatu pun darinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa betapa banyaknya lelaki yang membaca ayat-ayat Allah, sedangkan mereka menghadapinya

seperti orang-orang yang tuli dan bisu.Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya

sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yakni mereka tidak tuli terhadap perkara yang hak dan tidak buta terhadap­nya; mereka—demi Allah— adalah kaum yang memikirkan perkara hak dan beroleh manfaat

dari apa yang mereka dengar dari Kitab-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Hamran, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun

yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Asy-Sya'bi tentang seorang lelaki yang melihat suatu kaum sedang melakukan sujud, tetapi dia tidak mendengar ayat yang menyebabkan mereka melakukan sujud. Bolehkah ia ikut sujud

bersama mereka? Asy-Sya'bi membacakan ayat ini kepadanya. Dengan kata lain, yang dimaksudkan oleh Asy-Sya'bi ialah lelaki itu tidak boleh ikut sujud bersama mereka karena dia tidak mendengar apa yang menyebabkan mereka sujud.

Tidaklah layak bagi seorang mukmin menjadi seorang yang membebek, bahkan dia harus mengetahui apa yang dilakukannya dan melakukan perbuatannya dengan penuh keyakinan dan keterangan (alasan) yang jelas. Firman Allah Swt.:


{وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ}


Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74) Mereka adalah orang-orang yang memohon kepada Allah agar dikeluarkan

dari sulbi mereka keturunan yang taat kepada Allah dan menyembah­Nya semata, tanpa mempersekutukan-Nya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah

sehingga hati mereka menjadi sejuk melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun di akhirat. Ikrimah mengatakan, mereka tidak bermaksud agar beroleh keturunan yang tampan, tidak pula yang cantik,

tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat. Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang makna ayat ini. Ia menjawab, "Makna yang dimaksud ialah bila Allah memperlihatkan kepada seorang hamba yang muslim istri, saudara,

dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah. Demi Allah, tiada sesuatu pun yang lebih menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah Swt."

Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74) Yakni orang-orang yang menyembah-Mu dengan baik

dan tidak menjerumuskan kami ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk kepada istri-istri mereka

dan keturunan mereka untuk memeluk agama Islam. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr,

telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang mengatakan, "Pada suatu hari kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnul Aswad. Kemudian lewatlah seorang lelaki yang mengatakan kepadanya,

'Beruntunglah kedua matanya yang telah melihat Rasulullah Saw. Seandainya saja kami dapat melihat seperti apa yang telah dilihat matanya dan menyaksikan apa yang telah disaksikannya.' Maka Al-Miqdad marah sehingga membuat diriku

terheran-heran, sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang baik-baik. Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki itu seraya berkata, 'Apakah gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal yang digaibkan

oleh Allah darinya? Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan dia menyaksikan masa itu (masa Nabi Saw.), apa yang bakal dilakukannya. Demi Allah, sesungguhnya banyak kaum yang semasa dengan Rasulullah Saw.,

tetapi Allah menyeret mereka ke dalam neraka Jahanam karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya. Apakah kalian tidak memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian

dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya Tuhan kalian seraya percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi kalian; sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian.

Allah mengutusNabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. Orang-orang di masa itu tidak melihat adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan

menyembah berhala. Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur'an yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan (hak) antara orang tua dan anak. Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya

untuk beriman pasti akan yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya yang masih kafir, bahwa jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak akan senang hatinya bila mengetahui bahwa orang yang dikasihinya

dimasukkan ke dalam neraka." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami

sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74) Sanad asar ini sahih, tetapi para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya. Firman Allah Swt.:


{وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا}


dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74) Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah para pemimpin yang mengikuti kami dalam kebaikan.

Selain mereka mengatakan, yang dimaksud ialah para pemberi petunjuk yang mendapat petunjuk dan para penyeru kebaikan; mereka menginginkan agar ibadah mereka berhubungan dengan ibadah generasi penerus mereka,

yaitu anak cucu mereka. Mereka juga menginginkan agar hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya.

Karena itulah disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:


"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عَلَمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ مَنْ بَعْدَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ"


Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah.

Surat Al-Furqan |25:73|

وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا

wallażiina iżaa żukkiruu bi`aayaati robbihim lam yakhirruu 'alaihaa shummaw wa 'umyaanaa

dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta.

And those who, when reminded of the verses of their Lord, do not fall upon them deaf and blind.

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan) diberi nasihat dan pelajaran (dengan ayat-ayat Rabb mereka) yakni Alquran (mereka tidak menghadapinya)

mereka tidak menanggapinya (sebagai orang-orang yang tuli dan buta) tetapi mereka menghadapinya dengan cara mendengarkannya sepenuh hati dan memikirkan isinya serta mengambil manfaat daripadanya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 73 |

Penjelasan ada di ayat 72

Surat Al-Furqan |25:74|

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

wallażiina yaquuluuna robbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa żurriyyaatinaa qurrota a'yuniw waj'alnaa lil-muttaqiina imaamaa

Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

And those who say, "Our Lord, grant us from among our wives and offspring comfort to our eyes and make us an example for the righteous."

Tafsir
Jalalain

(Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami! Anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami) ia dapat dibaca secara jamak sehingga menjadi Dzurriyyaatinaa,

dapat pula dibaca secara Mufrad, yakni Dzurriyyatinaa (sebagai penyenang hati kami) artinya kami melihat mereka selalu taat kepada-Mu (dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.") yakni pemimpin dalam kebaikan.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 74 |

Penjelasan ada di ayat 72

Surat Al-Furqan |25:75|

أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا

ulaaa`ika yujzaunal-ghurfata bimaa shobaruu wa yulaqqouna fiihaa taḥiyyataw wa salaamaa

Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam,

Those will be awarded the Chamber for what they patiently endured, and they will be received therein with greetings and [words of] peace.

Tafsir
Jalalain

(Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi) di surga kelak (karena kesabaran mereka) di dalam menjalankan taat kepada Allah

(dan mereka disambut) dapat dibaca Yulaqqauna dengan memakai Tasydid, sebagaimana dapat pula dibaca Yalqauna (di dalamnya)

yakni di surga yang paling tinggi martabatnya itu (dengan penghormatan dan ucapan selamat) dari para Malaikat.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 75 |

Tafsir ayat 75-77

Setelah menyebutkan sifat-sifat hamba-hamba-Nya yang beriman dengan sifat-sifat yang indah dan ucapan serta perbuatannya yang agung, lalu dalam ayat berikutnya disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{أُوْلَئِك}


Mereka itulah. (Al-Furqan: 75) Yakni orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut


{ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ }


orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi. (Al-Furqan: 75) Artinya, kelak di hari kiamat mereka akan dibalasi dengan mendapat surga. Abu Ja'far Al-Baqir, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan bahwa surga dinamakan gurfah karena letaknya yang tinggi.


{بِمَا صَبَرُوا}


karena kesabaran mereka. (Al-Furqan: 75) Yaitu berkat kesabaran mereka dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan di atas.


{ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا }


dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al-Furqan; 75) Maksudnya, di dalam surga mereka disambut oleh para malaikat yang berebutan menyambut kedatangan mereka dengan mengucapkan

penghormatan dan selamat. Mereka memperoleh penghormatan serta pengagungan, dan keselamatan terlimpahkan kepada mereka semua dan kepada para malaikat yang menyambut mereka. Sesungguhnya para malaikat masuk

menemui mereka dari setiap pintu surga seraya mengucapkan, "Keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian. Maka surga adalah sebaik-baik tempat tinggal di akhirat." Firman Allah Swt.:


{خَالِدِينَ فِيهَا}


mereka kekal di dalamnya. (Al-Furqan: 76) Mereka tinggal di dalam surga sebagai tempat menetap mereka, mereka tidak akan pergi dan tidak akan pindah darinya; tidak akan mati dan tidak akan beranjak darinya, serta tidak ingin pindah darinya. Allah Swt. telah berfirman:


وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ


Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi. (Hud: 108), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.:


{حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}


Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 76) Yakni sebaik-baik pemandangan, sebaik-baik tempat istirahat, dan sebaik-baik tempat tinggal. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي}


Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77) Allah tidak mengindahkan kalian bila kalian tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menciptakan makhluk, melainkan agar mereka menyembah-Nya,

mengesakan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di setiap pagi dan petang (untuk kemaslahatan mereka sendiri).Mujahid dan Amr ibnu Syu'aib telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tuhanku tidak mengindahkan kalian.

(Al-Furqan: 77) Yakni Tuhanku tidak mengazab kalian. Ali ibnu Abu falhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77) Artinya,

seandainya tidak ada iman kalian, tentu Tuhanku tidak mengindahkan kalian. Allah Swt. memberitahukan kepada orang-orang kafir bahwa Dia tidak memerlukan mereka, karenanya Dia tidak menciptakan mereka sebagai orang-orang mukmin.

Seandainya Allah mempunyai keperluan, tentulah Dia menjadikan mereka suka kepada iman, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang mukmin beriman. Firman Allah Swt.:


فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا


Padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya (hai orang-orang kafir). Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77) Kedustaan kalian kepada Allah akan memastikan diri kalian tertimpa azab, binasa,

dan kehancuran di dunia dan akhirat; yang hal ini termasuk pula kejadian dalam Perang Badar. Seperti apa yang telah ditafsirkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud, Ubay ibnu Ka'b, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Mujahid, Ad-Dahhak,

Qatadah, dan As-Saddi, serta lain-lainnya. Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77) Yakni kelak di hari kiamat.

Di antara kedua penafsiran pada hakikatnya tidak ada pertentangan. Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Furqan, segala puji bagi Allah.

Surat Al-Furqan |25:76|

خَالِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

khoolidiina fiihaa, ḥasunat mustaqorrow wa muqoomaa

mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.

Abiding eternally therein. Good is the settlement and residence.

Tafsir
Jalalain

(Mereka kekal di dalamnya, surga itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman) yakni tempat kediaman buat mereka. Lafal Ulaaika dan sesudahnya menjadi Khabar dari lafal 'Ibaadur Rahmaan pada ayat 63 tadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 76 |

Penjelasan ada di ayat 75

Surat Al-Furqan |25:77|

قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا

qul maa ya'ba`u bikum robbii lau laa du'aaa`ukum, fa qod każżabtum fa saufa yakuunu lizaamaa

Katakanlah (Muhammad, kepada orang-orang musyrik), "Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, kalau tidak karena ibadahmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya), padahal sungguh, kamu telah mendustakan-Nya? Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpamu)." [...]

Say, "What would my Lord care for you if not for your supplication?" For you [disbelievers] have denied, so your denial is going to be adherent.

Tafsir
Jalalain

(Katakanlah,) hai Muhammad kepada penduduk Mekah ("Tiada) lafal Maa bermakna Nafi (mengindahkan) menghiraukan (Rabbku akan kalian melainkan kalau ada ibadah kalian)

kepada-Nya di waktu kalian tertimpa kesengsaraan dan musibah, kemudian Dia menghilangkannya dari kalian (padahal sesungguhnya) maksudnya mana mungkin Dia memperhatikan kalian,

(sedangkan kalian telah mendustakan) Rasul dan Alquran (karena itu kelak akan ada) azab (yang pasti.") menimpa kalian di akhirat, selain daripada azab yang akan menimpa kalian di dunia.

Akhirnya di antara mereka banyak yang terbunuh di dalam perang Badar; jumlah mereka yang terbunuh ada tujuh puluh orang. Sedangkan yang menjadi Jawab dari lafal Laulaa terkandung di dalam pengertian kalimat yang sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Al-Furqan | 25 : 77 |

Penjelasan ada di ayat 75

Surat Asy-Syuara |26:1|

طسم

thoo siiim miiim

Ta Sim Mim.

Ta, Seen, Meem.

Tafsir
Jalalain

(Thaa Siin Miim) hanya Allah saja yang mengetahui maksudnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 1 |

Tafsir ayat 1-9

Adapun penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an, kami telah membahasnya dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah. Firman Allah Swt.:


{تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ}


Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan. (Asy-Syu'ara': 2) Yakni ayat-ayat Al-Qur'an ini menerangkan. Maksudnya, terang, jelas, dan gamblang. Dialah yang memisahkan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, serta memisahkan antara kesesatan dan petunjuk. Firman Allah Swt.:


لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ


Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu. (Asy-Syu'ara': 3) Yaitu karena keinginanmu yang sangat akan keimanan mereka dan kamu menjadi bersedih hati.


{أَلا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}


karena mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara': 3) Ayat ini merupakan hiburan dari Allah Swt. kepada Rasul-Nya untuk meringankan beban kesedihannya karena tidak mau berimannya orang-orang kafir dari kalangan kaumnya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}


maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Fatir: 8) Dan firman Allah Swt.:


{فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا }


Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling. (Al-Kahfi: 6), hingga akhir ayat. Mujahid, Ikrimah, Qatadah, Atiyyah, Ad-Dahhak, dan Al-Hasan serta lain-lainnya mengatakan

sehubungan dengan makna firman-Nya: Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu. (Asy-Syu'ara': 3) Yakni membunuh dirimu sendiri, demikianlah makna bakhi'un. Seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan seorang penyair:


أَلَّا أيّهذاَ البَاخعُ الحُزنُ نفسَه ... لِشَيْءٍ نَحَتْهُ عَنْ يَدَيه الَمقَادِرُ ...


Ingatlah, hai orang yang membunuh dirinya sendiri karena kesedihan, sesungguhnya hal itu terjadi berdasarkan apa yang telah digariskan oleh takdir Tuhan. Kemudian Allah Swt. berfirman:


{إِنْ نَشَأْ نُنزلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ}


Jika Kami kehendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. (Asy-Syu'ara': 4) Maksudnya, sekiranya Kami kehendaki, tentulah Kami

akan menurunkan suatu mukjizat yang memaksa mereka untuk beriman secara paksa. Tetapi Kami tidak akan melakukan hal itu karena Kami tidak menghendaki seseorang beriman melainkan berdasarkan kesadaran dirinya. Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:


{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ}


Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak.) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (Yunus: 99) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً


Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu. (Hud: 118) Takdir Allah telah berlangsung, hikmah-Nya berjalan, serta hujah-Nya (alasan-Nya) telah ditegakkan terhadap makhluk-Nya, yaitu dengan mengutus para rasul kepada mereka dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka. Firman Allah Swt.:


{وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ}


Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling darinya. (Asy-Syu'ara': 5) Artinya, setiap kali datang kepada mereka suatu Kitab dari langit, kebanyakan manusia berpaling darinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}


Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)


{يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 30) Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:


{ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّمَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا}


Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya. (Al-Mu-minun: 44), hingga akhir ayat. Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:


{فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ}


Sungguh mereka telah mendustakan (Al-Qur'an), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. (Asy-Syu'ara': 6) Yakni sesungguhnya mereka mendustakan kebenaran yang disampaikan kepada mereka, dan kelak mereka akan mengetahui akibat dari kedustaan mereka di hari kemudian.


{وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ}


Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Kemudian Allah Swt. mengingatkan tentang kebesaran pengaruh-Nya, keagungan, kekuasaan dan kedudukan-Nya

atas orang-orang yang berani menentang utusan-Nya dan mendustakan Kitab-Nya. Dia adalah Tuhan Yang Mahaperkasa, Mahabesar lagi Mahakuasa, Dialah Yang menciptakan bumi dan menumbuhkan padanya berbagai macam tetumbuhan,

pepohonan yang berbuah, dan hewan yang baik. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari seorang lelaki, dari Asy-Sya'bi, bahwa manusia termasuk ke dalam (pengertian) tetumbuhan bumi (ini). Maka barang siapa yang masuk surga, dia adalah orang yang baik; dan barang siapa yang masuk neraka, maka dia adalah orang yang tercela.


{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً}


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. (Asy-Syu'ara': 8) Yaitu yang menunjukkan kekuasaan Tuhan Yang menciptakan segala sesuatu, Yang menghamparkan bumi,

dan meninggikan bangunan langit. Sekalipun demikian, kebanyakan manusia tiada yang beriman, bahkan mereka mendustakan rasul-Nya dan kitab-Nya, menentang perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Firman Allah Swt.:


{وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ}


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa. (Asy-Syu'ara': 9) Artinya, Allah Mahaperkasa atas segala sesuatu, Yang mengalahkan dan menundukkannya.


{الرَّحِيمُ}


lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 9) Yakni terhadap makhluk-Nya. Maka Dia tidak menyegerakan azab-Nya terhadap orang yang durhaka kepada-Nya, bahkan menangguhkan serta memberinya tempo. Setelah itu

(jika tidak mau bertobat), Dia akan meng­hukumnya dengan hukuman Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Abul Aliyah, Qatadah, Ar-Rabi ibnu Anas, dan Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Yang Mahaperkasa, artinya Mahaperkasa

dalam menimpakan pembalasan-Nya terhadap orang-orang yang menentang perintah-Nya dan menyembah selain-Nya. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Tuhan Maha Penyayang terhadap orang yang bertobat kepada-Nya dan memperbaiki amal perbuatannya.

Surat Asy-Syuara |26:2|

تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ

tilka aayaatul-kitaabil-mubiin

Inilah ayat-ayat Kitab (Al-Qur´an) yang jelas.

These are the verses of the clear Book.

Tafsir
Jalalain

(Inilah) (ayat-ayat Al Kitab) yakni Alquran. Idhafah di sini mengandung makna Min, maksudnya sebagian daripada Alquran (yang menerangkan) perkara yang hak atas perkara yang batil.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 2 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:3|

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

la'allaka baakhi'un nafsaka allaa yakuunuu mu`miniin

Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman.

Perhaps, [O Muhammad], you would kill yourself with grief that they will not be believers.

Tafsir
Jalalain

(Boleh jadi kamu) hai Muhammad (akan membinasakan dirimu) bunuh diri karena sedih, disebabkan (karena mereka tidak) yaitu penduduk Mekah (beriman) lafal La'alla

di sini bermakna Isyfaq atau menunjukkan makna rasa kasihan. Maksudnya, kasihanilah dirimu itu, ringankanlah dari kesedihannya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 3 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:4|

إِنْ نَشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ

in nasya` nunazzil 'alaihim minas-samaaa`i aayatan fa zhollat a'naaquhum lahaa khoodhi'iin

Jika Kami menghendaki, niscaya Kami turunkan kepada mereka mukjizat dari langit, yang akan membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati kepadanya.

If We willed, We could send down to them from the sky a sign for which their necks would remain humbled.

Tafsir
Jalalain

(Jika Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka akan senantiasa) lafal Fazhallat dalam bentuknya yang Madhi ini bermakna Mudhari',

artinya: maka akan terus-menerus (kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya) yakni mereka beriman kepadanya. Karena lafal Al A'naaq disifati dengan lafal Al Khudhu'.

Sifat tersebut merupakan ciri khas makhluk yang berakal, maka sifat Al A'naaq dijamakkan ke dalam bentuk sebagaimana makhluk yang berakal.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 4 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:5|

وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ الرَّحْمَٰنِ مُحْدَثٍ إِلَّا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ

wa maa ya`tiihim min żikrim minar-roḥmaani muḥdaṡin illaa kaanuu 'an-hu mu'ridhiin

Dan setiap kali disampaikan kepada mereka suatu peringatan baru (ayat Al-Qur´an yang diturunkan) dari Tuhan Yang Maha Pengasih, mereka selalu berpaling darinya.

And no revelation comes to them anew from the Most Merciful except that they turn away from it.

Tafsir
Jalalain

(Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan) yaitu Alquran (yang baru dari Tuhan Yang Maha Pengasih) yang membeberkan rahasia mereka (melainkan mereka selalu berpaling daripadanya).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 5 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:6|

فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

fa qod każżabuu fa saya`tiihim ambaaa`u maa kaanuu bihii yastahzi`uun

Sungguh, mereka telah mendustakan (Al-Qur´an), maka kelak akan datang kepada mereka (kebenaran) berita-berita mengenai apa (azab) yang dulu mereka perolok-olokkan.

For they have already denied, but there will come to them the news of that which they used to ridicule.

Tafsir
Jalalain

(Sungguh mereka telah mendustakan) Alquran (maka kelak akan datang kepada mereka kenyataan dari berita-berita) akibat dari apa (yang selalu mereka perolok-olokkan).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 6 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:7|

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الْأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ

a wa lam yarou ilal-ardhi kam ambatnaa fiihaa ming kulli zaujing kariim

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?

Did they not look at the earth - how much We have produced therein from every noble kind?

Tafsir
Jalalain

(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) maksudnya tidak memikirkan tentang (bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu) alangkah banyaknya (dari bermacam-macam tumbuh-tumbuhan yang baik) jenisnya

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 7 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:8|

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ

inna fii żaalika la`aayah, wa maa kaana akṡaruhum mu`miniin

Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

Indeed in that is a sign, but most of them were not to be believers.

Tafsir
Jalalain

(Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda) yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan Allah swt.

(Dan kebanyakan mereka tidak beriman), menurut ilmu Allah. Imam Sibawaih berpendapat bahwa lafal Kaana di sini adalah Zaidah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 8 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:9|

وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

wa inna robbaka lahuwal-'aziizur-roḥiim

Dan sungguh, Tuhanmu Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang.

And indeed, your Lord - He is the Exalted in Might, the Merciful.

Tafsir
Jalalain

(Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dia-iah Yang Maha Perkasa) memiliki keperkasaan untuk membalas orang-orang kafir (lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 9 |

Penjelasan ada di ayat 1

Surat Asy-Syuara |26:10|

وَإِذْ نَادَىٰ رَبُّكَ مُوسَىٰ أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

wa iż naadaa robbuka muusaaa ani`til-qoumazh-zhoolimiin

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), "Datangilah kaum yang zalim itu,

And [mention] when your Lord called Moses, [saying], "Go to the wrongdoing people -

Tafsir
Jalalain

(Dan) ceritakanlah, hai Muhammad!, kepada kaummu (ketika Rabbmu menyeru Musa) melalui firman-Nya pada malam ketika ia melihat api dan pohon

("Bahwasanya) hendaknya (datangilah kaum yang zalim itu), datanglah kamu kepada mereka sebagai seorang Rasul.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 10 |

Tafsir ayat 10-22

Allah Swt. menceritakan tentang perintah-Nya kepada hamba, rasul, dan Kalim-Nya, yaitu Musa a.s. ketika Dia menyerunya dari sisi kanan Bukit Tur; saat itu Allah berbicara langsung dengannya

dan mengangkatnya menjadi seorang utusan. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar pergi menemui Fir'aun dan bala tentaranya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:


{أَنِ ائْتِ الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ قَوْمَ فِرْعَوْنَ أَلا يَتَّقُونَ * قَالَ رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ * وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلا يَنْطَلِقُ لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ * وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ}


"Datangilah kaum-kaum yang zalim itu, (yaitu) kaum Fir’aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?” Berkata Musa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya) sempitlah dadaku

dan tidak lancar lidahku, maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara': 10-14) Ini merupakan alasan,

yang dimaksudkan ialah memohon kepada Allah agar hambatan-hambatan tersebut dilenyapkan darinya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya surat Taha, yaitu:


{قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي * وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي * وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي * يَفْقَهُوا قَوْلِي * وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي * هَارُونَ أَخِي * اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي * وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي * كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا * وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا * إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا * قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى}


berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,

(yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan Dia kekuatanku, dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku, supaya Kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha melihat

(keadaan) kami". Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa." (Taha: 25-36) Adapun firman Allah Swt.:


{وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ}


Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara': 14) Yakni karena aku telah membunuh seorang Qibti yang berakibat aku keluar dari negeri Mesir.


{قَالَ كَلا}


Allah berfirman, "Jangan takut." (Asy-Syu'ara': 15) Allah Swt. berfirman kepada Musa, "Janganlah kamu merasa takut terhadap sesuatu pun yang kamu pikirkan itu." Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:


قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ


Allah berfirman, “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua)

dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang.”(Al-Qasas: 35) Sedangkan firman Allah Swt.:


{فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ}


maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersama kalian mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan). (Asy-Syu'ara': 15) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:


{إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى}


sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (Taha: 46) Yaitu sesungguhnya Aku selalu bersama kamu berdua melalui pemeliharaan-Ku, penjagaan-Ku, pertolongan-Ku, dan dukungan-Ku. Firman Allah Swt.:


{فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولا إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ}


Maka datanglah kamu berdua kepada Fir’aun dan katakanlah olehmu, "Sesungguhnya kami adalah rasul Tuhan semesta alam.” (Asy-Syu'ara': 16) Semakna dengan firman-Nya:


{إِنَّا رَسُولا رَبِّكَ}


Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu. (Taha: 47) Maksudnya, masing-masing dari kami adalah utusan Tuhan kepadamu.


{أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ}


Lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami. (Asy-Syu'ara': 17) Yakni bebaskanlah mereka dari perbudakanmu, karena sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Allah yang beriman dan bala tentara-Nya yang ikhlas,

sekarang mereka berada di dalam penindasan dan penyiksaanmu yang merendahkan martabat mereka.Setelah Musa mengatakan demikian, maka Fir'aun berpaling dan sama sekali tidak mengindahkannya, lalu memandang ke arah Musa dengan pandangan yang sinis dan meremehkan seraya berkata seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:


أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ


Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak. (Asy-Syu'ara: 18), hingga akhir ayat. Yakni bukankah kamu orang yang pernah kami asuh di rumah kami dan di atas pelaminan kami,

serta kami buat kamu hidup senang selama beberapa tahun. Tetapi setelah itu kamu balas kebaikan itu dengan perbuatanmu itu; kamu telah membunuh seseorang dari kami dan mengingkari kesenangan yang pernah kuberikan kepadamu. Karena itulah Fir'aun mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ}


dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi. (Asy-Syu'ara': 19) Yang dimaksud dengan kafir dalam ayat ini ialah mengingkari nikmat yang pernah diberikan. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.


قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ


Berkata Musa, "Aku telah melakukannya, sedangkan aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.” (Asy-Syu'ara': 20) Artinya, saat itu aku masih belum diberi wahyu dan belum mendapat nikmat kenabian dan kerasulan.

Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan aku termasuk orang-orang yang khilaf. (Asy-Syu'ara': 20) Yakni termasuk

orang-orang yang tidak mengerti.Ibnu Juraij mengatakan bahwa memang demikianlah bacaan ayat ini menurut qiraat Abdullah ibnu Mas'ud.


فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ


Lalu aku lari meninggalkan kalian ketika aku takut kepada kalian. (Asy-Syu'ara': 21), hingga akhir ayat. Itu adalah kisah dahulu dan sekarang lain lagi, sesungguhnya aku sekarang telah diutus oleh Allah kepadamu.

Jika kamu taat kepada-Nya, niscaya kamu selamat; dan jika kamu menentangnya, niscaya kamu binasa. Kemudian Musa berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:


{وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ}


Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil. (Asy-Syu'ara': 22) Yakni kebaikanmu kepadaku dan jerih payahmu mengasuhku adalah imbalan dari perlakuan jahatmu terhadap Bani Israil,

kamu memperbudak mereka dengan memaksa mereka kerja berat untuk kepentinganmu dan rakyatmu. Maka apakah dapat mencukupi kebaikanmu kepada seseorang dari mereka untuk menutupi kejahatanmu kepada mereka seluruhnya.

Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa jasa yang telah kamu sebutkan itu tiada artinya bila dibandingkan dengan kejahatan yang telah kamu lakukan.

Surat Asy-Syuara |26:11|

قَوْمَ فِرْعَوْنَ ۚ أَلَا يَتَّقُونَ

qouma fir'auun, alaa yattaquun

(yaitu) kaum Fir´aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?"

The people of Pharaoh. Will they not fear Allah?"

Tafsir
Jalalain

(Yaitu kaum Firaun) terutama Firaun sendiri, mereka telah berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri dengan kekafiran mereka kepada Allah dan penindasan mereka kepada kaum Bani Israe

l (mengapa mereka tidak) Istifham di sini bermakna sanggahan (bertakwa") kepada Allah dengan menaati-Nya,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 11 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:12|

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ

qoola robbi inniii akhoofu ay yukażżibuun

Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakan aku,

He said, "My Lord, indeed I fear that they will deny me

Tafsir
Jalalain

(Berkata) Musa, ("Ya Rabbku! Sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 12 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:13|

وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلَا يَنْطَلِقُ لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَىٰ هَارُونَ

wa yadhiiqu shodrii wa laa yantholiqu lisaanii fa arsil ilaa haaruun

sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun (bersamaku).

And that my breast will tighten and my tongue will not be fluent, so send for Aaron.

Tafsir
Jalalain

(Dan akan terasa sempit dadaku) karena mereka mendustakan aku (sedangkan lidahku tidak lancar) untuk menyampaikan risalah yang dibebankan kepadaku, karena lisanku pelat (maka utuslah) saudaraku (Harun) bersamaku.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 13 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:14|

وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ

wa lahum 'alayya żambun fa akhoofu ay yaqtuluun

Sebab aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku."

And they have upon me a [claim due to] sin, so I fear that they will kill me."

Tafsir
Jalalain

(Dan aku berdosa terhadap mereka) disebabkan aku telah membunuh seorang bangsa Kobtik (maka aku takut mereka akan membunuhku") disebabkan aku telah membunuh salah seorang dari mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 14 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:15|

قَالَ كَلَّا ۖ فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا ۖ إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ

qoola kallaa, faż-habaa bi`aayaatinaaa innaa ma'akum mustami'uun

(Allah) berfirman, "Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu)! Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat), sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan),

[Allah] said, "No. Go both of you with Our signs; indeed, We are with you, listening.

Tafsir
Jalalain

(Berfirman) Allah swt., ("Jangan takut!) mereka tidak akan dapat membunuhmu (Pergilah kamu berdua) yakni kamu dan saudaramu itu; ungkapan ayat ini lebih diprioritaskan kepada Mukhathab,

karena pada kenyataannya Nabi Harun pada waktu itu sedang tidak bersamanya (dengan membawa ayat-ayat Kami, sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan.")

apa yang kalian katakan dan apa yang dikatakan oleh mereka tentang kalian. Keduanya dianggap seakan-akan orang banyak (bentuk jamak).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 15 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:16|

فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولَا إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ

fa`tiyaa fir'auna fa quulaaa innaa rosuulu robbil-'aalamiin

maka datanglah kamu berdua kepada Fir´aun dan katakan, "Sesungguhnya kami adalah rasul-rasul Tuhan seluruh alam,

Go to Pharaoh and say, 'We are the messengers of the Lord of the worlds,

Tafsir
Jalalain

(Maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu, "Sesungguhnya kami) yakni kamu berdua ini (adalah Rasul Rabb semesta alam) kepadamu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 16 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:17|

أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ

an arsil ma'anaa baniii isrooo`iil

Lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama kami."

[Commanded to say], "Send with us the Children of Israel."'"

Tafsir
Jalalain

(Hendaklah) hendaknya (lepaskanlah untuk pergi bersama kami) ke negeri Syam (kaum Bani Israel") maka Nabi Musa dan Nabi Harun datang kepada Firaun lalu keduanya mengatakan apa yang telah disebutkan tadi.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 17 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:18|

قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ

qoola a lam nurobbika fiinaa waliidaw wa labiṡta fiinaa min 'umurika siniin

Dia (Fir´aun) menjawab, "Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.

[Pharaoh] said, "Did we not raise you among us as a child, and you remained among us for years of your life?

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah) Firaun kepada Nabi Musa, ("Bukankah kami telah mengasuhmu di dalam keluarga kami) yakni dalam rumah kami (waktu kamu masih kanak-kanak) semasa kecil, baru saja dilahirkan,

tetapi sudah disapih (dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu), selama tiga puluh tahun, pada masa itu Musa berpakaian seperti Firaun dan berkendaraan sebagaimana Firaun, ia dikenal sebagai anak angkat Firaun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 18 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:19|

وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ

wa fa'alta fa'latakallatii fa'alta wa anta minal-kaafiriin

Dan engkau (Musa) telah melakukan (kesalahan dari) perbuatan yang telah engkau lakukan dan engkau termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih."

And [then] you did your deed which you did, and you were of the ungrateful."

Tafsir
Jalalain

(Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu) yaitu membunuh seorang bangsa Kobtik (dan kamu termasuk orang-orang yang tidak tahu membalas budi")

yakni termasuk orang-orang yang ingkar terhadap nikmat yang telah kuberikan kepadamu, yaitu dididik dan tidak dijadikan budak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 19 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:20|

قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ

qoola fa'altuhaaa iżaw wa ana minadh-dhooolliin

Dia (Musa) berkata, "Aku telah melakukannya, dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf.

[Moses] said, "I did it, then, while I was of those astray.

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah) Musa, ("Aku telah melakukannya, sedangkan di waktu itu) pada masa itu (aku termasuk orang-orang yang khilaf) dari apa yang akan diberikan oleh Allah kepadaku sesudahnya, yaitu ilmu dan risalah.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 20 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:21|

فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ

fa farortu mingkum lammaa khiftukum fa wahaba lii robbii ḥukmaw wa ja'alanii minal-mursaliin

Lalu aku lari darimu karena aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku menganugerahkan ilmu kepadaku serta Dia menjadikan aku salah seorang di antara rasul-rasul.

So I fled from you when I feared you. Then my Lord granted me wisdom and prophethood and appointed me [as one] of the messengers.

Tafsir
Jalalain

(Lalu aku lari meninggalkan kalian ketika aku takut kepada kalian, kemudian Rabbku memberikan kepadaku hikmah) yakni ilmu (serta Dia menjadikanku salah seorang di antara Rasul-rasul).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 21 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:22|

وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

wa tilka ni'matun tamunnuhaa 'alayya an 'abbatta baniii isrooo`iil

Dan itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku, (sementara) itu engkau telah memperbudak Bani Israil."

And is this a favor of which you remind me - that you have enslaved the Children of Israel?"

Tafsir
Jalalain

(Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu) asal lafal Tamunnuhaa adalah Tamunnu Bihaa, maksudnya, yang telah kamu limpahkan kepadaku itu (adalah disebabkan kamu telah memperbudak Bani Israel")

kalimat ayat ini merupakan keterangan dari ayat yang sebelumnya, maksudnya, kamu telah menjadikan mereka sebagai budak-budak dan sebagai gantinya kamu tidak memperbudak aku,

sesungguhnya kamu tidak memberikan nikmat apa pun dengan perlakuanmu yang demikian itu, karena kamu memperbudak mereka, hal ini adalah perbuatan aniaya.

Sebagian Mufassirin ada yang memperkirakan adanya Hamzah Istifham bermakna sanggahan, pada awal perkataan Nabi Musa ini, sehingga lafal Fa'altuha asalnya Afa'altuha.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 22 |

Penjelasan ada di ayat 10

Surat Asy-Syuara |26:23|

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ

qoola fir'aunu wa maa robbul-'aalamiin

Fir´aun bertanya, "Siapa Tuhan seluruh alam itu?"

Said Pharaoh, "And what is the Lord of the worlds?"

Tafsir
Jalalain

(Berkata Firaun) kepada Nabi Musa, ("Siapakah Rabb semesta alam itu") sebagaimana yang telah kamu katakan itu, bahwa kamu adalah Rasul-Nya Maksudnya, siapakah Dia itu Karena mengingat

bahwa tiada jalan bagi makhluk untuk mengetahui hakikat Allah swt. melainkan hanya melalui sifat-sifat-Nya. Nabi Musa a.s. mengemukakan jawabannya kepada Firaun dengan ungkapan berikut.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 23 |

Tafsir ayat 23-28

Allah Swt. berfirman, menceritakan kekafiran Fir'aun, kedurhakaan, keingkaran, dan keterlewatbatasannya; yang hal ini tergambarkan melalui ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:


{وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ}


Siapakah Tuhan semesta alam itu? (Asy-Syu'ara': 23) Demikian itu karena ia mengatakan kepada kaumnya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:


{مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}


aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku. (Al-Qasas: 38) Dan firman Allah Swt.:


{فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ}


Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf: 54) Mereka mengingkari adanya Tuhan Yang Maha Pencipta, dan meyakini bahwa tiada tuhan bagi mereka selain Fir'aun.

Setelah Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhanku, Tuhan semesta alam." Maka Fir'aun bertanya kepada Musa, "Siapakah Tuhan yang kamu duga bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam selainku?"

Demikianlah menurut penafsiran ulama Salaf dan para imam Khalaf. Sehingga As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini sama maknanya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:


{قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى * قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}


Berkata Fir’aun, "Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” Musa berkata, "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Taha: 49-50)

Orang dari kalangan ahli logika dan lain-lainnya menduga bahwa pertanyaan, ini menyangkut jati diri. Sesungguhnya dia keliru. Karena sesungguhnya Fir'aun tidaklah mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Pencipta,

yang karenanya dia menanyakan tentang jati diri-Nya. Bahkan Fir'aun adalah orang yang sama sekali ingkar terhadap keberadaan-Nya, menurut pengertian lahiriah ayat, sekalipun semua hujah

dan bukti telah ditegakkan terhadap dirinya. Pada saat itu Musa menjawab, setelah Fir'aun bertanya tentang Tuhan semesta alam:


{قَالَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا}


Musa menjawab, "Tuhan Pencipta langit dan bumi, dan apa-apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhan kalian).” (Asy-Syu'ara': 24) Yakni Dia Pencipta kesemuanya, Yang memilikinya, Yang mengaturnya dan Yang menjadi Tuhannya,

tiada sekutu bagi-Nya. Dia adalah Pencipta seluruh segala sesuatu, baik alam langit dan semua yang ada padanya —seperti bintang-bintang yang tetap, yang beredar, dan yang bersinar— maupun alam bawah beserta segala sesuatu

yang ada padanya —seperti lautan, padang pasir, gunung-gunung, pepohonan, hewan-hewan, tumbuh tumbuhan, dan buah-buahan— serta yang ada di antara keduanya —seperti udara dan burung-burung—juga segala sesuatu yang ada di udara; semuanya adalah hamba Allah, tunduk, dan patuh kepada-Nya.


{إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ}


jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya. (Asy-Syu'ara': 24) Maksudnya, jika kalian mempunyai hati berkeyakinan dan mata yang tajam. Maka pada saat itu Fir'aun berpaling ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya

yang terdiri dari pemuka-pemuka kaumnya dan para hulubalang pembantunya seraya berkata kepada mereka dengan nada sinis dan tidak percaya yang maksudnya ditujukan kepada Musa, sebagai jawaban dari ucapannya:


{أَلا تَسْتَمِعُونَ}


Apakah kalian tidak mendengarkan? (Asy-Syu'ara': 25) Yakni apakah kalian tidak heran dengan orang ini yang menduga bahwa kalian mempunyai Tuhan selain aku? Maka Musa berkata kepada mereka:


{رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ}


Tuhan kalian dan Tuhan nenek moyang kalian yang dahulu. (Asy-Syu'ara': 26) Yaitu yang telah menciptakan kalian dan nenek moyang kalian yang terdahulu sebelum Fir'aun ada.


قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ


Fir'aun berkata, "Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila.” (Asy-Syu'ara': 27) Yakni tidak berakal dalam pengakuannya yang mengatakan bahwa ada tuhan lain selain aku.


{قَالَ}


Musa berkata. (Asy-Syu'ara': 28) Musa berkata kepada orang-orang yang telah ditipu oleh Fir'aun melalui dakwaan palsunya itu, sebagaimana yang disebutkan oleh firman berikut:


{رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ}


Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhan kalian) jika kalian mempergunakan akal. (Asy-Syu'ara': 28) Artinya Dialah yang menjadikan timur sebagai tempat terbitnya bintang-bintang,

dan menjadikan barat sebagai tempat tenggelamnya bintang-bintang, baik yang tetap maupun yang beredar, sesuai dengan tatanan yang telah ditundukkan dan diatur oleh-Nya. Dengan kata lain, jika tuhan yang kalian dakwakan

sebagai tuhan kalian sebenarnya, hendaklah ia membalikkan tatanan tersebut dengan menjadikan arah timur menjadi barat dan barat menjadi timur. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:


{الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ}


orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan, "orang itu berkata,

"Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat.” (Al-Baqarah: 258), hingga akhir ayat. Karena itulah setelah Fir'aun merasa kalah

dan tidak punya alasan lagi untuk mendebat, maka ia beralih menggunakan kekuasaan dan kekuatan serta pengaruhnya. Dia menduga bahwa cara tersebut bermanfaat bagi dirinya dan berpengaruh langsung terhadap Musa a.s., seperti yang disebutkan dalam firman selanjutnya:

Surat Asy-Syuara |26:24|

قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ

qoola robbus-samaawaati wal-ardhi wa maa bainahumaa, ing kuntum muuqiniin

Dia (Musa) menjawab, "Tuhan Pencipta langit dan Bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu memercayai-Nya."

[Moses] said, "The Lord of the heavens and earth and that between them, if you should be convinced."

Tafsir
Jalalain

(Musa menjawab, "Rabb Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya) yakni Dialah yang menciptakan kesemuanya itu

(jika kamu sekalian orang-orang yang mempercayai.") bahwa Dia adalah yang menciptakan semuanya, maka berimanlah kalian kepada-Nya dan esakanlah Dia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 24 |

Penjelasan ada di ayat 23

Surat Asy-Syuara |26:25|

قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ

qoola liman ḥaulahuuu alaa tastami'uun

Dia (Fir´aun) berkata kepada orang-orang di sekelilingnya, "Apakah kamu tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?"

[Pharaoh] said to those around him, "Do you not hear?"

Tafsir
Jalalain

(Berkata) Firaun (kepada orang-orang sekelilingnya,) dari kalangan orang-orang terpandang kaumnya ("Apakah kaian tidak mendengarkan") jawabannya yang tidak sesuai dengan pertanyaannya itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 25 |

Penjelasan ada di ayat 23

Surat Asy-Syuara |26:26|

قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ

qoola robbukum wa robbu aabaaa`ikumul-awwaliin

Dia (Musa) berkata, "(Dia) Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu."

[Moses] said, "Your Lord and the Lord of your first forefathers."

Tafsir
Jalalain

(Berkata pula) Musa, ("Rabb kalian dan Rabb nenek moyang kalian yang dahulu") jawaban Nabi Musa kali ini sekali pun isinya telah terkandung pada jawaban yang pertama tadi tetapi membuat Firaun naik pitam. Oleh sebab itu,

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 26 |

Penjelasan ada di ayat 23

Surat Asy-Syuara |26:27|

قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ

qoola inna rosuulakumullażiii ursila ilaikum lamajnuun

Dia (Fir´aun) berkata, "Sungguh, rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila."

[Pharaoh] said, "Indeed, your 'messenger' who has been sent to you is mad."

Tafsir
Jalalain

(Firaun berkata, "Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 27 |

Penjelasan ada di ayat 23

Surat Asy-Syuara |26:28|

قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

qoola robbul-masyriqi wal-maghribi wa maa bainahumaa, ing kuntum ta'qiluun

Dia (Musa) berkata, "(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu mengerti."

[Moses] said, "Lord of the east and the west and that between them, if you were to reason."

Tafsir
Jalalain

(Berkata) Musa, ("Rabb yang menguasai Timur dan Barat dan apa yang di antara keduanya -itulah Rabb kalian, jika kalian mempergunakan akal") maka berimanlah kepada-Nya, dan esakanlah Dia.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 28 |

Penjelasan ada di ayat 23

Surat Asy-Syuara |26:29|

قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَٰهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

qoola la`inittakhożta ilaahan ghoirii la`aj'alannaka minal-masjuuniin

Dia (Fir´aun) berkata, "Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara."

[Pharaoh] said, "If you take a god other than me, I will surely place you among those imprisoned."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah) Firaun kepada Nabi Musa, ("Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan")

penjara di masa Firaun sangat mengerikan keadaannya, karena seseorang ditahan di suatu tempat di bawah tanah dalam keadaan menyendiri, sehingga tidak dapat melihat apa-apa dan tidak dapat mendengar suara seorang manusia pun.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 29 |

Tafsir ayat 29-37

Setelah hujah ditegakkan terhadap Fir'aun dengan keterangan yang jelas dan rasional, Fir'aun memakai sarana lain untuk mengalahkan Musa, yaitu dengan kekuasaan dan kekuatannya. Fir'aun merasa yakin bahwa

dia tidak dapat melanjutkan perdebatannya dan kalah dari Musa, maka tiada cara lain kecuali hanya dengan menggunakan kekuasaannya. Untuk itu ia berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لأجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ}


Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy-Syu'ara': 29) Maka Musa menjawab:


{أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ}


Dan apakah (kamu akan melakukan ini) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata? (Asy-Syu'ara': 30) Yakni bukti yang pasti lagi jelas.


{قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ}


Fir’aun berkata, "Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Maka Musa melemparkan tongkatnya yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. (Asy-Syu'ara': 31-32)

Yaitu jelas dan terang, kelihatan nyata sangat besar mempunyai kaki-kaki dan mulut yang besar serta bentuknya yang sangat mengerikan.


{وَنزعَ يَدَهُ} أَيْ: مِنْ جَيْبِهِ {فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ}


Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya. (Asy-Syu'ara': 33) Maksudnya, berkilauan seperti sinar rembulan. Maka dengan serta merta karena

terdorong oleh sikap angkuhnya, ia mendustakan dan mengingkari hal tersebut, lalu ia berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya:


{إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ}


Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir yang pandai. (Asy-Syu'ara': 34), hingga akhir ayat. Yakni seorang yang pakar dan mahir dalam ilmu sihir. Fir'aun melancarkan hasutannya kepada mereka, bahwa

apa yang dikemukakan oleh Musa itu termasuk ilmu sihir, bukan mukjizat. Kemudian dia mengasung mereka dan menggerakkan mereka untuk menentang Musa dan mengingkarinya. Untuk itu ia berkata:


يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِ


ia hendak mengusir kalian dari negeri kalian sendiri dengan sihirnya. (Asy-Syu'ara': 35), hingga akhir ayat. Yaitu bermaksud memperoleh simpati hati orang-orang agar mengikutinya dengan melalui pertunjukkannya itu,

sehingga para pendukung dan para pembantunya bertambah banyak, dan akhirnya dia akan mengalahkan negeri kalian ini, lalu merebutnya dari tangan kalian. Maka berilah aku saran apa yang harus kulakukan terhadapnya?


{قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ}


Mereka menjawab, "Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir), niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu.

(Asy-Syu'ara': 36-37) Maksudnya, tangguhkanlah urusan dia dan saudaranya itu sebelum kamu menghimpunkan semua pakar tukang sihir dari seluruh kota-kota besar negerimu untuk menghadapinya. Mereka akan mendatangkan hal

yang semisal dengan apa yang didatangkannya, dan akhirnya kamulah yang menang dan mendapat dukungan. Maka Fir'aun menyetujui saran dan usul mereka itu. Padahal hal ini merupakan makar dari Allah terhadap mereka

untuk menundukkan mereka dalam pertandingan tersebut. Karena semua orang akan berkumpul di suatu lapangan untuk menyaksikannya; dan kelak mukjizat-mukjizat Allah, hujah-hujah, serta bukti-bukti-Nya akan menang di hadapan mata semua manusia di siang hari bolong.

Surat Asy-Syuara |26:30|

قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ

qoola a walau ji`tuka bisyai`im mubiin

Dia (Musa) berkata, "Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (bukti) yang nyata?"

[Moses] said, "Even if I brought you proof manifest?"

Tafsir
Jalalain

(Musa berkata) kepada Firaun, ("Dan apakah kamu akan melakukan itu kendati pun) maksudnya apakah sungguh kamu akan melakukannya sekalipun

(aku datang kepadamu dengan membawa sesuatu keterangan yang nyata) berupa bukti yang jelas yang menunjukkan kerasulanku."

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 30 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:31|

قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

qoola fa`ti bihiii ing kunta minash-shoodiqiin

Dia (Fir´aun) berkata, "Tunjukkan sesuatu (bukti yang nyata) itu, jika engkau termasuk orang yang benar!"

[Pharaoh] said, "Then bring it, if you should be of the truthful."

Tafsir
Jalalain

(Firaun berkata) kepada Nabi Musa, ("Datangkanlah sesuatu keterangan yang nyata itu, jika kamu termasuk orang-orang yang benar") di dalam pengakuanmu itu.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 31 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:32|

فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ

fa alqoo 'ashoohu fa iżaa hiya ṡu'baanum mubiin

Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.

So [Moses] threw his staff, and suddenly it was a serpent manifest.

Tafsir
Jalalain

(Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu menjadi ular yang nyata) ular raksasa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 32 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:33|

وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ

wa naza'a yadahuu fa iżaa hiya baidhooo`u lin-naazhiriin

Dan dia mengeluarkan tangannya (dari dalam bajunya), tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya.

And he drew out his hand; thereupon it was white for the observers.

Tafsir
Jalalain

(Dan ia menarik tangannya) mengeluarkannya dari kantong bajunya (maka tiba-tiba tangan itu jadi putih) memancarkan sinar (bagi orang-orang yang melihatnya) berbeda dengan keadaan warna kulit tangan sebelumnya.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 33 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:34|

قَالَ لِلْمَلَإِ حَوْلَهُ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ

qoola lil-mala`i ḥaulahuuu inna haażaa lasaaḥirun 'aliim

Dia (Fir´aun) berkata kepada para pemuka di sekelilingnya, "Sesungguhnya dia (Musa) ini pasti seorang pesihir yang pandai,

[Pharaoh] said to the eminent ones around him, "Indeed, this is a learned magician.

Tafsir
Jalalain

(Berkata) Firaun (kepada pembesar-pembesar yang ada di sekelilingnya, "Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai) yakni orang yang unggul di dalam ilmu sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 34 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:35|

يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ

yuriidu ay yukhrijakum min ardhikum bisiḥrihii fa maażaa ta`muruun

dia hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya, karena itu apakah yang kamu sarankan?"

He wants to drive you out of your land by his magic, so what do you advise?"

Tafsir
Jalalain

(Ia hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kalian anjurkan").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 35 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:36|

قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ

qooluuu arjih wa akhoohu wab'aṡ fil-madaaa`ini ḥaasyiriin

Mereka menjawab, "Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya, dan utuslah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (pesihir),

They said, "Postpone [the matter of] him and his brother and send among the cities gatherers

Tafsir
Jalalain

(Mereka menjawab, "Tundalah urusan dia dan saudaranya) tangguhkanlah urusan keduanya (dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan) menghimpun para ahli sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 36 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:37|

يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ

ya`tuuka bikulli saḥḥaarin 'aliim

niscaya mereka akan mendatangkan semua pesihir yang pandai kepadamu."

Who will bring you every learned, skilled magician."

Tafsir
Jalalain

(Niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu") yang kepandaiannya melebihi Musa dalam ilmu sihir.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 37 |

Penjelasan ada di ayat 29

Surat Asy-Syuara |26:38|

فَجُمِعَ السَّحَرَةُ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

fa jumi'as-saḥarotu limiiqooti yaumim ma'luum

Lalu dikumpulkanlah para pesihir pada waktu (yang ditetapkan) pada hari yang telah ditentukan,

So the magicians were assembled for the appointment of a well-known day.

Tafsir
Jalalain

(Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum) yaitu pada waktu matahari mencapai sepenggalah atau waktu dhuha di hari raya mereka.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 38 |

Tafsir ayat 38-48

Allah Swt. menceritakan perdebatan antara Musa a.s. dan orang-orang Qibti dalam surat Al-A'raf, surat Taha, dan surat Asy-Syu'ara' ini. Demikian itu karena orang-orang Qibti bermaksud memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka,

maka Allah menolak. Dia tetap akan me­nyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya. Demikianlah perihal kekufuran dan keimanan, tidak sekali-kali keduanya berhadapan dan berbenturan, melainkan iman dapat mengalahkannya.


{بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ}


Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagi kalian disebabkan kalian menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (Al-Anbiya: 18)


{وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ}


Dan katakanlah, "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.”(Al-Isra': 81), hingga akhir ayat. Para ahli sihir datang dari segenap penjuru negeri Mesir, mereka diundang oleh Fir'aun, pada masa itu mereka adalah

orang yang paling pandai dan paling pakar dalam ilmu sihir dan paling ahli dalam membuat ilusi pandangan mata orang lain. Para ahli sihir yang dikumpulkan oleh Fir'aun jumlahnya sangat banyak; menurut suatu pendapat jumlah mereka

dua belas ribu orang. Menurut pendapat yang lain lima belas ribu orang; menurut pendapat yang lainnya lagi tujuh belas ribu orang. Ada yang mengatakan bahwa jumlah mereka sembilan belas ribu orang, ada yang mengatakan

tiga puluh ribu orang lebih, ada yang mengatakan delapan puluh ribu orang, ada pula yang mengatakan lebih dari itu; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang jumlah mereka yang sebenarnya.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka dapat terhimpunkan berkat usaha empat orang dari kalangan mereka yang merupakan para pemimpin mereka, yaitu Sabur, Azur, Hat-hat, dan Musaffa. Dan orang-orang mencurahkan perhatiannya

secara penuh untuk menghadiri pertemuan tersebut. Seseorang dari mereka ada yang mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِنْ كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ


semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang. (Asy-Syu'ara': 40) Mereka tidak mengatakan, "Semoga kita mengikuti yang hak, baik itu berasal dari para ahli sihir ataupun dari Musa." Hal ini tiada lain menunjukkan bahwa rakyat itu mengikuti agama raja (pemimpin) mereka.


{فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ}


Maka tatkala ahli-ahli sihir datang. (Asy-Syu'ara': 41) Yakni tiba di majelis Fir'aun yang saat itu mereka telah menyediakan bagi Fir'aun panggung khusus. Fir'aun menghimpunkan para pelayannya, para hulubalangnya, para pembantu,

dan para pemimpin negeri serta semua bala tentara negerinya. Lalu para ahli sihir berdiri di hadapan Fir'aun seraya meminta kebaikan darinya dan berada dekat dengannya jika mereka beroleh kemenangan.

Yakni inikah tujuan yang karenanya engkau menghimpunkan kami? Mereka berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:


{أَئِنَّ لَنَا لأجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ * قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ}


"Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?” Fir’aun menjawab, "Ya. Kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)."

(Asy-Syu'ara': 41 -42) Maksudnya, selain memenuhi apa yang kalian minta, aku akan menjadikan kalian sebagai orang-orang terdekatku dan teman semajelisku, lalu mereka kembali ke tempat pertandingan.


{قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى * قَالَ بَلْ أَلْقُوا}


(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata, "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?” Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan.” (Taha: 65-66) Dalam surat ini disingkat, Musa berkata kepada mereka:


{أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ * فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ}


"Lemparkanlah apa yang hendak kalian lemparkan.” Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata, "Demi kekuasaan Fir’aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang.”(Asy-Syu'ara': 43-44)

Ucapan seperti ini sama dengan yang biasa dikatakan oleh orang awam yang jahil bila hendak melakukan sesuatu yang penting, "Demi pahala si Fulan." Dalam surat Al-A'raf disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:


{سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ}


mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 116) Dan di dalam surat Taha disebutkan melalui firman-Nya:


{فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى * فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى * قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الأعْلَى * وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}


Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah

yang paling unggul (menang). dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka).

dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". (Taha: 66 - 69) Dan dalam surat Asy-Syu'ara' ini disebutkan oleh firman-Nya:


{فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ}


Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. (Asy-Syu'ara': 45) Yakni menyambar dan mengumpulkan semuanya dari setiap penjuru, lalu menelannya dan tidak meninggalkan sesuatu pun darinya. Allah Swt. telah berfirman:


فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. (Al-A'raf: 118) sampai dengan firman-Nya:


رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ


(yaitu) Tuhan Musa dan Harun. (Al-A'raf: 122) Hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat besar yang membuktikan kemenangan mukjizat yang nyata, sekaligus sebagai hujah yang mematikan. Demikian itu karena orang-orang

yang diandalkan oleh Fir'aun untuk dapat menang menjadi kalah dan tunduk serta beriman kepada Musa pada saat itu juga, dan mereka bersujud kepada Allah Tuhan semesta alam yang telah mengutus Musa dan Harun dengan hak

dan mukjizat yang cemerlang. Fir'aun mengalami kekalahan yang fatal yang belum pernah ada kekalahan semisal dengan apa yang dialaminya. Akan tetapi, Fir'aun adalah orang yang sangat kurang ajar terhadap Allah; semoga laknat Allah,

para malaikat, dan semua manusia menimpanya. Maka ia dengan rasa angkuh, ingkar, dan sombongnya mulai memutarbalikkan kenyataan, lalu ia mengancam para ahli sihir itu melalui ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:


{إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ}


Sesungguhnya dia benar-benar pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. (Asy-Syu'ara': 49) Dan firman-Nya:


{إِنَّ هَذَا لَمَكْرٌ مَكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ}


sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini. (Al-A'raf: 123), hingga akhir ayat. .

Surat Asy-Syuara |26:39|

وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلْ أَنْتُمْ مُجْتَمِعُونَ

wa qiila lin-naasi hal antum mujtami'uun

dan diumumkan kepada orang banyak, "Berkumpullah kamu semua,

And it was said to the people, "Will you congregate

Tafsir
Jalalain

(Dan dikatakan kepada orang banyak, "Berkumpullah kamu sekalian).

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 39 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Asy-Syuara |26:40|

لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِنْ كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ

la'allanaa nattabi'us-saḥarota ing kaanuu humul-ghoolibiin

agar kita mengikuti para pesihir itu, jika mereka yang menang."

That we might follow the magicians if they are the predominant?"

Tafsir
Jalalain

(Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang") Istifham pada ayat sebelumnya mengandung makna anjuran untuk berkumpul;

sedangkan pengertian Tarajji atau harapan di sini bergantung kepada kemenangan para ahli sihir, dimaksud supaya mereka tetap menjalankan tradisi agama mereka dan tidak mengikuti ajaran Nabi Musa.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 40 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Asy-Syuara |26:41|

فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ

fa lammaa jaaa`as-saḥarotu qooluu lifir'auna a inna lanaa la`ajron ing kunnaa naḥnul-ghoolibiin

Maka ketika para pesihir datang, mereka berkata kepada Fir´aun, "Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar jika kami yang menang?"

And when the magicians arrived, they said to Pharaoh, "Is there indeed for us a reward if we are the predominant?"

Tafsir
Jalalain

(Maka tatkala ahIi-ahli sihir datang, mereka pun bertanya kepada Firaun, "Apakah sungguh-sungguh) lafal A-inna dapat dibaca secara Tahqiq dan Tas-hil;

kalau dibaca Tahqiq bacaannya menjadi A-inna dan kalau dibaca Tas-hil menjadi Ayinna (kami mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 41 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Asy-Syuara |26:42|

قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

qoola na'am wa innakum iżal laminal-muqorrobiin

Dia (Fir´aun) menjawab, "Ya, dan bahkan kamu pasti akan mendapat kedudukan yang dekat (kepadaku)."

He said, "Yes, and indeed, you will then be of those near [to me]."

Tafsir
Jalalain

(Firaun menjawab, "Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian) pada saat kalian menang (benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan kepadaku").

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 42 |

Penjelasan ada di ayat 38

Surat Asy-Syuara |26:43|

قَالَ لَهُمْ مُوسَىٰ أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ

qoola lahum muusaaa alquu maaa antum mulquun

Dia (Musa) berkata kepada mereka, "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan."

Moses said to them, "Throw whatever you will throw."

Tafsir
Jalalain

(Berkatalah Musa kepada mereka) sesudah mereka berkata kepadanya, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu,

ataukah kami yang akan melemparkan" (Q.S.7 Al A'raf, 115). ("Jatuhkanlah apa yang hendak kalian jatuhkan") perintah ini merupakan izin dari Nabi Musa kepada mereka supaya mereka lebih dahulu

melemparkan apa yang hendak mereka lemparkan, dimaksudkan supaya lebih menonjolkan perkara yang hak.

Ibnu katsir

Tafsir Ibnu Katsir | Asy-Syuara | 26 : 43 |

Penjelasan ada di ayat 38